Upload
tranhanh
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tugas Akhir
Perancangan Kembali Taman Budaya Raden Saleh sebagai Taman Rekreasi dan Wisata Budaya di Kota Semarang
KRISNIANDHI RETNO TSALASI
I0207057
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAKSI
Krisniandhi Retno Tsalasi :
Tugas Akhir
Perancangan Kembali Taman Budaya Raden Saleh sebagai Taman Rekreasi dan Wisata Budaya di Kota Semarang
Taman Budaya Raden Saleh yaitu sebuah taman wisata yang terletak di pusat kota, tepatnya di Jalan Sriwijaya No. 29 Semarang dengan luas lahan ± 89.926 m2 . Selain terletak pada posisi strategis, taman ini memiliki kontur tanah dan pepohonan tua yang rindang, yang merupakan pohon konservasi di Kota Semarang. Dalam tugas akhir ini berfokus pada kegiatan merencanakan dan merancang kembali Taman Budaya Raden Saleh sehingga terjadi perubahan fisik tanpa merubah fungsinya baik melalui perluasan, perubahan maupun pemindahan lokasi, perombakan dan penambahan fasilitas di dalam site. mempertahankan pepohonan lama yang menjadi pohon konservasi dan menjadikannya sebagai potensi rekreasi pada kawasan.
Taman Rekreasi dan Budaya dibangun bertujuan untuk melestarikan budaya lokal khususnya budaya Kota Semarang. Fasilitas di zona budaya meliputi bangunan penerima yang berisi kantor pengelola dan ticketing, teater tertutup untuk pertunjukkan seni tertutup, pendhopo besar dan kecil untuk pementasan terbuka dan latihan seni, cineplex untuk pemutaran film dokumenter, perpustakaan dan museum sebagai pusat dokumentasi budaya, sanggar untuk tempat latihan seni terutup, amphiteater untuk pagelaran seni terbuka. Sedangkan fasilitas di zona rekreasi meliputi area terbuka untuk outbond keluarga dengan memanfaatkan pepohonan rindang, dan segaran untuk permainan air. Area pendukung meliputi musholla, gazebo, restoran dan angkringan khas Kota Semarang.
Kata Kunci : Taman Wisata Budaya, Rekreasi, Kota Semarang Raden Saleh Cultural Park is a park located in the city center, exactly at
Sriwijaya Road. Semarang with a land area of 29 ± 89.926 m2. Besides situated in a strategic position, this park has a contour of the land and the shady old trees which is the conservation of trees in the city of Semarang. In this thesis focuses on the activities of planning and redesign Cultural Park Raden Saleh, causing physical changes without altering its function either through the expansion, change or transfer of location, renovation and addition of facilities at the site. Maintain the old trees into a tree conservation and make it as a potential recreation in the region.
Parks Recreation and Culture built aims to preserve local culture, especially culture of the city of Semarang. Cultural facilities in the zone include the building that contains the receiver's office and ticketing manager, performing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
arts theater closedfor a closed, large and small pendhopo for staging an open and training in the arts, cineplex for a documentary film, libraries and museums as cultural documentationcenter, a training workshop for terutup art, amphitheater for open art show. While thefacilities at the recreation zone covers an area open for outbound families by utilizing shade trees, and Segaran for water games. Areas of support include the mosque, gazebo, restaurant and angkringan typical city of Semarang. Keywords: Cultural Tourism Parks, Recreation, City of Semarang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul
Perancangan Kembali Taman Budaya Raden Saleh sebagai Taman Rekreasi
Dan Wisata Budaya di Kota Semarang.
B. Pemahaman Judul
1. Perancangan Kembali ( Redesain )
- Kegiatan perencanaan dan perancangan kembali suatu bangunan sehingga
terjadi perubahan fisik tanpa merubah fungsinya baik melalui perluasan,
perubahan maupun pemindahan lokasi. ( John M, Kamus Inggris-Indonesia,
2000, PT Gramedia, Jakarta )
- Perancangan kembali : Proses, cara, perbuatan merancang: ~ bangunan itu
dilakukan oleh seorang ahli yg masih muda. ( Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi III , 2008, PT. Gramedia, Jakarta )
2. Taman Budaya Raden Saleh (TBRS)
Taman Budaya Raden Saleh yaitu sebuah taman wisata yang terletak
di pusat kota, tepatnya di Jalan Sriwijaya No. 29 Semarang dengan luas lahan
± 89.926 m2. Selain terletak pada posisi strategis, taman ini memiliki kontur
tanah dan pepohonan tua yang rindang, yang merupakan pohon konservasi di
Kota Semarang.
3. Taman
- Kebun yang ditanami bunga- bunga dan lain sebagainya ( tempat
bersenang- senang), tempat yang menyenangkan. ( Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2010 )
- Park : public garden or area of ground for public use ( Oxford Learner’s
Pocket Dictionary, 1991)
BAB I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
- Suatu area publik atau privat yang ditata untuk keindahan, edukasi,
rekreasi, atau kebutuhan budaya ( M. Gold, Seymour. Recreation
Planning And Design, Mcgraw Hill Book Company, 1980 )
4. Rekreasi
- Berasal dari kata “re-create”, yang berarti melukiskan kembali ( Echols
Dan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Gramedia, 2000)
- Perbuatan/ aktivitas yang menyegarkan tubuh, membangun minat dan
menciptakan kesegaran pikiran dan perasaan yang enak ( F. Ukur, Mari
Berkreasi, Bpk, Jakarta)
5. Wisata
- Berbicara tentang pariwisata, yang berasal dari kata tour yang berarti
kunjungan, tamasya ( A. Yoeti, Pengantar Ilmu Pariwisata, 1983)
- Segala sesuatu yang berkaitan dengan kunjungan atau tamasya, dilakukan
pada waktu senggang ( ibid)
6. Budaya
- Arti kata cipta, rasa dan karsa ( Poerwadinata, WJS, Kamus Umum
Bahasa Indonesia, 1976)
- Seluruh total pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar
dari nalurinya, dan yang karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia
sesudah proses belajar ( Koentjaraningrat, 1985 )
7. Kebudayaan
- Hasil dari cipta, rasa dan karsa ( Poerwadinata, WJS, Kamus Umum
Bahasa Indonesia, 1976)
- Hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia, seperti
kesenian, kepercayaan dan adat istiadat ( ibid )
- Kegiatan ( usaha) batin ( akal ) untuk menciptakan sesuatu yang
termasuk hasil kebudayaan ( ibid )
BAB I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
- Peradaban batin yaitu kehalusan budi, keluhuran ilmu,keluhuran
kebatinan, ketinggian perkembngan ilmu pengetahuan dan kesenian (
Koentjaraningrat, 1985 )
8. Wisata Budaya
Kegiatan wisata akibat dari adanya objek wisata berupa hasil budaya
setempat ( upacara atau adat istiadat, kehidupan masyarakatnya, peninggalan
sejarah atau hasil karya seni rakyat ) ( Bappeda Dati II Kota Semarang, 2003)
9. Perancangan Kembali Taman Budaya Raden Saleh sebagai Tempat
Rekreasi Dan Wisata Budaya
Proses Merancang Kembali Taman Budaya Raden Saleh sebagai suatu
tempat yang didalamnya dilengkapi dengan fasilitas untuk berekreasi dan
wadah untuk melakukan kegiatan wisata ( menikmati) suatu budaya yang
telah ada dan berkembang dalam masyarakat sebagai objek atau atraksi.
C. Latar Belakang
Di dalam teori Maslow ( Abraham H. Maslow. 1968. Toward a Psychology of
Being, 2d ed. New York: D. Van Nostrad. Hlm. 25), dijelaskan mengenai lima
kebutuhan manusia, kelima kebutuhan ini adalah
1. Kebutuhan fisiologis, merupakan kebutuhan dasar seperti sandang, pangan,
papan, dan kebutuhan biologis seperti seks, tidur dan rekreasi.
2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan, merupakan kebutuhan aman dari
ancaman, kesehatan, dan kepastian pekerjaan dan materi.
3. Kebutuhan sosial, merupakan kebutuhan dalam memiliki teman, keluarga
dan cinta.
4. Kebutuhan penghargaan diri, merupakan kebutuhan memiliki citra diri dan
dihargai orang lain.
5. Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan untuk bertindak sesuai
keinginan seperti kreatifitas dan moralitas.
BAB I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Berdasar teori ini, manusia membutuhkan rekreasi untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis, diantara beberapa jenis rekreasi, terdapat Cognitive
Recreation, suatu aktivitas rekreasi budaya, pendidikan dan kreativitas atau
aktivitas estetis serta apresiatif. Mengenai Cognitive Recreation diperkuat pula
oleh pernyataan seorang budayawan, Butet Kertarejasa, “Sebuah syarat sebuah
kondisi masih layak disebut waras adalah ketika masih ada kesenian dan
kebudayaan sebagai medan pengabdian” (
http://lintanglanang.blogspot.com/2008/06/kampung-seni-lerep-kegilaan-
yang.html )
Ungkapan Butet menimbulkan pertanyaan bagi warga Semarang berkaitan
dengan minimnya aktifitas seni dan budaya kota Semarang, kemana kita dapat
menikmati aktifitas seni di kota ini. Namun, hal ini bukan berarti menunjukkan
bahwa Semarang tidak memiliki potensi, bahkan potensi kota Semarang dapat
dikatakan unik, dengan karakter budaya kental pesisiran hasil akulturasi
kebudayaan Jawa, Arab dan Cina. Keunikan ini merupakan potensi tersembunyi
yang dapat digali, serta tidak mustahil, kota Semarang dapat menjadi suatu aset
seni dan budaya yang diperhitungkan di Jawa Tengah.
(http://infosemarang.net/content/view/12/2/09)
Semarang juga memiliki tarian khas dan musik Gambang Semarangan,
selain itu Semarang juga memiliki budayawan, sastrawan, penulis, pelukis dan
pekerja seni yang memerlukan ruang untuk berkesenian, Ruang ini perlu
diorganisir sehingga dapat menjadi galeri, daerah, atan bahkan kampung seni dan
budaya. Sekaligus juga sebagai tempat konservasi dan pengembangan budaya
Semarang dan Jawa Tengah.
Keberadaan aset seni dan budaya, memerlukan pendokumentasian agar
tidak punah, pendokumentasian dapat berupa tersedianya museum dan
perpustakaan kesenian untuk menyimpan dan memamerkannya. Kemudian untuk
seni pagelaran memerlukan ruang untuk mengajarkan dan mementaskannya
secara rutin agar dapat diketahui dan dikembangkan masyarakat. Pemerintah kota
Semarang telah memulai langkah pengembangan kesenian Semarang, dengan
mendirikan Taman Budaya Raden Saleh. Taman budaya ini diperuntukkan bagi
seniman kota Semarang yang ingin mengembangkan kreasinya. Fasilitas yang
BAB I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
terdapat ditaman ini berupa gedung teater tertutup Ki Narto Sabdo, sanggar
kesenian untuk melukis ataupun tari, dan gedung pertemuan yang dapat
dimanfaatkan untuk seminar maupun pameran.
Namun keberadaan Taman Budaya Raden Saleh kurang berkembang.
Joglo yang difungsikan sebagai sanggar, keadaannya sudah rusak, teater terbuka
yang kotor dan pedagang yang tidak rapi membuat taman ini kurang diminati
masyarakat.
Namun begitu, ditengah keterbatasan, TBRS tetap menjalankan fungsinya
sebagai taman budaya dengan mengadakan pagelaran wayang orang secara rutin
setiap malam minggu, yang disajikan oleh kelompok Ngesthi Pandowo.
Pemerintah kota berusaha membangkitkan kegiatan di TBRS dengan
menyewakan sebagian lahan pada pihak swasta untuk dibangun Wonderia.
Namun pembangunan Wonderia tidak memberikan manfaat yang signifikan bagi
perkembangan TBRS. Wonderia yang merupakan fasilitas rekreasi ternyata
berdiri sendiri dan tidak menunjang keberadaan TBRS.
Dari uraian tersebut, disimpulkan bahwa potensi seni dan budaya
Semarang memerlukan ruang untuk melestarikannya. Taman Budaya Raden Saleh
sebagai ruang yang mewadahi perlu ditata ulang dan dikembangkan. Penataan
dengan memperhatikan potensi di sekitar tapak dan pengembangan berupa
penambahan fasilitas akan meningkatkan peran TBRS sebagai taman budaya yang
memiliki fungsi rekreatif dan edukatif dalam berkesenian. Bukan hanya menjual
dan memamerkan produk seniman, namun juga sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya kesenian di Semarang. Pengembangan kesenian di Semarang
harus dipandang secara optimis, karena menurut penelitian yang dilakukan oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Jawa Tengah, menunjukkan bahwa
minat para pemuda Jawa Tengah terhadap seni lokal daerah mayoritas sangat
bagus. Rinciannya adalah sangat bagus/besar 41,86%, bagus/besar 31,37%,
Cukup bagus/sedang 14,32%, kurang bagus/kurang baik 8,59%, dan tidak
bagus/tidak baik 3,33%. ( http://www.balitbangjateng.go.id/?ke=lihat&id=14,
Senin, 27 Agustus 07 )
BAB I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
D. Rumusan Permasalahan
a. Permasalahan
Bagaimana merancang kembali Taman Budaya Raden Saleh sebagai Taman
Rekreasi dan Wisata Budaya di Kota Semarang yang edukatif dan rekreatif
dengan memasukkan unsur- unsur kebudayaan lokal.
b. Persoalan
Dari rumusan masalah tersebut, maka muncul beberapa persoalan yang harus
dipecahkan pada konsep desain, yaitu:
1. Bagaimana mewujudkan Taman Wisata Budaya yang dapat mewadahi
seluruh kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas budaya dan rekreasi.
2. Bagaimana menentukan program ruang di dalam setiap massa bangunan.
3. Bagaimana mengolah dan memasukan unsur lokal kota Semarang pada
Taman Budaya Raden Saleh.
4. Bagaimana mengolah kembali site Taman Budaya Raden Saleh menjadi
kawasan taman wisata yang juga sekaligus berfungsi untuk melestarikan
kebudayaan Jawa Tengah khususnya kota Semarang.
5. Bagaimana menyesuaikan keadaan sirkulasi lingkungan sekitar site dengan
objek.
6. Bagaimana mewujudkan bentuk pola dan tata massa bangunan yang
mendukung fungsi dan peran sebagai Taman Wisata Budaya.
7. Bagaimana mewujudkan sistem utilitas dan fasilitas yang menunjang
aktifitas Taman Wisata Budaya serta sistem bangunan secara keseluruhan
E. Tujuan Dan Sasaran
a. Tujuan
Merumuskan konsep yang mendasari perencanaan dan perancangan
sebagai landasan mendesain kembali Taman Budaya Raden Saleh sebagai
wadah kegiatan wisata budaya, informasi, rekreasi dan edukasi, interaksi
sosial warga kota, serta kegiatan penunjang lainnya, sehingga mampu
memberikan pelayanan yang lengkap bagi seluruh warga Kota Semarang
pada khususnya.
BAB I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Sasaran
Tersusunnya Konsep Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Taman
Budaya Raden Saleh berdasarkan atas aspek-aspek panduan (design guide
lines aspect), yaitu :
a. Konsep perencanaan, meliputi:
· Konsep pengolahan site
b. Konsep perancangan, meliputi:
· Konsep Kegiatan
* Penentuan jenis kegiatan
* Penentuan zoning aktivitas
· Konsep Peruangan
* Konsep besaran ruang
* Konsep kebutuhan ruang (macam dan jenis ruang)
* Konsep persyaratan ruang
* Konsep pola hubungan dan organisasi ruang
* Konsep sirkulasi
· Konsep Tampilan Kawasan Site (penataan lansekap)
* Vegetasi
* Hardscape
* Sistem Perparkiran
* Sanitasi
* Drainase
· Konsep Tampilan Bangunan
* Interior
* Eksterior
· Konsep Struktur Bangunan
· Konsep Utilitas Bangunan
BAB I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
* Sistem air bersih, air kotor dan sistem pengolahan limbah
* Pencahayaan dan penghawaan
* Sistem MEE
* Sistem keamanan bangunan ( pemadaman kebakaran,
penanganan banjir, dll )
F. Lingkup Dan Batasan Pembahasan
1. Lingkup Pembahasan
a. Secara substansial
Perencanaan dan perancangan Taman Budaya Raden Saleh, termasuk dalam
kategori bangunan bermassa banyak yang berfungsi sebagai fasilitas publik
yang rekreatif dan edukatif ( mempelajari budaya lokal ). Beserta dengan
perancangan tapak/lansekapnya.
b. Secara spasial
Secara spasial lokasi perencanaan masuk pada wilayah administratif kota
Semarang provinsi Jawa Tengah.
2. Batasan Pembahasan
· Redesain/ Perancangan kembali
Merupakan kegiatan perencanaan dan perancangan kembali suatu bangunan
sehingga terjadi perubahan fisik tanpa merubah fungsinya baik melalui
perluasan, perubahan maupun pemindahan lokasi
· Mempertahankan pepohonan lama yang menjadi pohon konservasi dan
menjadikannya sebagai potensi rekreasi pada kawasan.
· Berkaitan dengan perombakan dan penambahan fasilitas di dalam site.
G. Metode dan Sistematika Pelaporan
1. Metode Pembahasan
Secara umum metode yang digunakan adalah dengan cara, teknik dan
prosedur memaparkan, mengidentifikasi dan mendiskripsikan (yang selalu
dilakukan umpan balik/feed back pada setiap prosedur) dimulai dari gagasan
awal, penelusuran permasalahan dan persoalan ( problem area an
BAB I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
specification), pencarian data dan informasi, pendekatan konsep perencanaan
dan perancangan, dan konsep perencanaan dan perancangan.
a) Gagasan Awal
Menguraikan gagasan ide diperoleh dari fakta dan fenomena mengenai
kondisi fisik awal Taman Budaya Raden Saleh.
b) Penelusuran Permasalahan
· Observasi dan survey awal, meliputi pengamatan secara langsung
pada Preseden taman budaya yang ada di Jawa Tengah ( Taman
Budaya Surakarta dan Taman Budaya Yogyakarta ) melalui
penangkapan visual menggunakan alat bantu visual (pengambilan
gambar melalui foto sebagai dokumen awal) sebagai dasar
perencanaan.
· Studi literature, mencari data melalui media cetak, elektronik untuk
mendapatkan contoh-contoh taman rekreasi dan wisata budaya
yang dapat dijadikan acuan.
· Empirik, meliputi :
Metode ini dilakukan dengan mencari bangunan tempat rekreasi
dan taman wisata Budaya di Jawa Tengah
c) Pengumpulan Data Dan Informasi
- Observasi ke Taman Budaya Raden Saleh untuk mendapatkan data
mengenai jenis seniman di Kota Semarang, jenis seniman yang
sebelumnya menjadi usser di dalam Taman Budaya Raden Saleh,
jumlah masyarakat pecinta seni di Semarang, kegiatan dan sistem
pelayanan, serta ruang-ruang yang digunakan untuk mewadahi
aktivitas-aktivitas tersebut.
- Studi literatur meliputi:
· Peraturan daerah yang terangkum dalam RUTRW dan RUTRK
Semarang
· Buku dan informasi tentang taman rekreasi dan wisata budaya
BAB I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
· Buku-buku dan informasi tertulis yang mendukung tinjauan
mengenai taman budaya dan rekreasi
- Preseden, meliputi:
Metode ini dilakukan dengan mencari contoh-contoh Taman Budaya
dan Taman rekreasi yang ada di luar kota maupun luar negeri
sebagai acuan dalam perencanaan dan perancangan.
d) Pengolahan data
Data-data yang didapat dari survey lapangan, wawancara, dan
studi literatur kemudian diolah pada tingkat aspek yang berkaitan,
yaitu:
§ Aspek manusia ( ussers : pengunjung dan seniman )
Adalah aspek untuk mencapai penyelesaian masalah yang
berkaitan dengan aktivitas, perilaku persepsi pelaku kegiatan,
menentukan kebutuhan dan kapasitas ruang yang menentukan
dimensi ruang yang dibutuhkan dan pola sirkulasi dalam bangunan.
§ Aspek lingkungan
Merupakan aspek untuk mencapai penyelesaian masalah yang
berkaitan dengan lokasi, peraturan daerah setempat serta instansi
terkait, tipologi bangunan dan potensi lingkungan yang mendukung
perencanaan dan perancangan.
§ Aspek induktif
Mengkomplikasikan data-data yang diperoleh kemudian
dianalisa dan dari hasil analisa disintesa untuk menuju transformasi
desain.
2. Sistematika Pelaporan
Sistematika pelaporan dalam penyusunan Konsep Perencanaan dan
Perancangan Arsitektur adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Berisi latar belakang, tujuan dan sasaran, manfaat, ruang lingkup dan
batasan bahasan, metode dan sistematika pembahasan serta alur pikir.
Bab II Tinjauan Teori
BAB I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Memaparkan tinjauan tentang taman budaya, kesenian, taman rekreasi, dan
tinjauan teori tentang perencanaan dan perancangan taman budaya, serta
studi banding terhadap taman budaya yang sudah ada.
Bab III Tinjauan Kota Semarang
Menjelaskan tinjauan terhadap kota Semarang, kelompok kesenian di
Semarang, serta tinjauan preseden taman rekreasi dan wisata budaya.
Bab IV Pendekatan Konsep Perencanaan
Berisi batasan dan anggapan yang digunakan sebagai dasar perencanaan
Taman Budaya Raden Saleh.
Bab V Pendekatan Konsep Perancangan
Berisi batasan dan anggapan yang digunakan sebagai dasar perancangan
Taman Budaya Raden Saleh.
Bab VI Konsep Perencanaan dan Perancangan Taman Rekreasi dan
Wisata Budaya Raden Saleh
Konsep dasar perencanaan, konsep dasar perancangan serta program dasar
perencanaan dan perancangan. Program dasar meliputi program ruang,
tapak, struktur, utilitas dan tampilan bangunan.
BAB I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
Pada bab ini berisi tentang teori- teori pengembangan sebuah kawasan Taman
Budaya Raden Saleh ( TBRS ) dan teori- teori lain yang bisa mendukung
perwujudan dalam menata kembali TBRS sebagai suatu kawasan taman wisata
budaya di Kota Semarang. Selain teori, terdapat pula preseden di tempat lain
sebagai pembanding dan referensi kawasan dengan fungsi yang sejenis. Melalui
bab ini bis didapatkan sebuah konsep dasar perencanaan pengembangan Taman
Rekreasi dan Wisata Budaya di Semarang.
1. Tinjauan Redesain
Redesain adalah kegiatan perencanaan dan perancangan kembali suatu
bangunan sehingga terjadi perubahan fisik tanpa merubah fungsinya baik melalui
perluasan, perubahan maupun pemindahan lokasi. ( John M, Kamus Inggris-
Indonesia, 2000, PT Gramedia, Jakarta )
Desain ulang ataupun merancang kembali apabila diterapkan pada suatu
bangunan dapat berarti menggunakan kembali yang disebabkan karena adanya
perubahan fungsi bangunan tersebut, perubahan jumlah pemakai sehingga sudah
tidak seimbang lagi dengan kapasitas ruang yang ada. Bisa juga diartikan
merencanakan bangunan baru pada suatu kawasan dengan mngganti bangunan
lama namun tetap mempertahankan beberapa bagian bangunan yang sudah ada
dalam kawasan tersebut karena masih layak pakai sesuai dengan fungsi dan dapat
juga karena bangunan tersebut harus dikonservasi.
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Gambar 1 Peta Kelurahan Kota Semarang
www.semarang.go.id
Gambar 2 . Eksisting Site TBRS Semarang Sumber . Google Earth,2011
Gambar 4 . Kebun Binatang tegal wareng 1970 Sumber : http://www.semarang.go.id
2. Tinjauan Taman Budaya Raden Saleh
a. Eksisting Site
Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), yaitu sebuah taman wisata yang
terletak di pusat kota, tepatnya di Jalan Sriwijaya No. 29 Semarang dengan luas
lahan ± 89.926 m2 . Selain terletak pada posisi strategis, taman ini memiliki
kontur tanah dan pepohonan tua yang rindang, yang merupakan pohon konservasi
di Kota Semarang
b. Sejarah Taman Budaya Raden Saleh
Taman Budaya Raden Saleh yang terletak di Jalan Sriw ijaya 29, dahulu
merupakan Kebun Binatang Tegalwareng. Pada tahun 1975, kebun binatang
tersebut dipindah ke daerah Kaliwiru, dan dikenal dengan nama Bonbin
Tinjomoyo. Kemudian pada tanggal 28 Februari 2007 bonbin Semarang resmi
menempati areal baru di daerah Mangkang, tepatnya di Jl. Walisongo KM 16,
Gambar 3 . Siteplan tegal wareng 1970 Sumber : http://www.semarang.go.id
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
seberang Terminal Mangkang. Alasan dipindahnya Kebun binatang tersebut
karena kurangnya lahan bagi satwa kobun binatang dan pemanfaatan lokasi alam
perbukitan di Tinjomoyo.
Setelah kepindahan bonbin ke Kaliwiru kemudian ke daerah Mangkang,
lahan tersebut dibangun Taman Hiburan Rakyat, bernama Taman Raden Saleh,
lalu berganti nama menjadi Taman Budaya Raden Saleh. TBRS diresmikan tang
gal 13 Januari 1990 oleh Walikota Dati II Semarang, Iman Soeparto
Tjakrosuhodo, SH
c. Kondisi Taman Budaya Raden Saleh Saat Ini
1) Kondisi Non Fisik
Kota Semarang sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah menjadi pusat
kebudayaan daerah dengan corak kesenian budaya daerah yang akan terus
berkembang. Melalui kegiatan seni budaya, generasi muda dapat mewarisi nilai-
nilai sosial, historis, religi, maupun pengetahuan dari generasi yang lebih tua.
Kegiatan seni budaya daerah itu dapat ditampung dalam suatu wadah yang disebut
taman budaya. Perda No.6/Tahun 1987 menguatkan perlunya dibangun suatu
taman budaya di Semarang sebagai ibukota Jawa Tengah. Taman budaya ini
berfungsi untuk mengatur dan mengoptimalkan kegiatan kesenian serta
mengembangkan kepariwisataan di kota Semarang.
Gambar 5 . Gedung Kesenian Sobokarti, Semarang Sumber . maps. google_files
Dari hasil observasi, di kota Semarang sudah memiliki Taman Budaya, yang
dikenal dengan nama Taman Budaya Raden Saleh. Namun, keberadaannya yang
kurang menarik, fasilitas yang ada kurang memberikan kenyamanan baik seniman
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
maupun pengunjung, membuat Taman Budaya kota Semarang tersebut pasif,
mangkrak, bahkan hampir punah. Sedangkan di kota Semarang pun memiliki
seniman- seniman yang cukup potensial. Salah satu di antaranya yaitu kelompok
seni wayang orang bernama Ngesti Pandowo yang cukup fenomenal di kalangan
masyarakat kota Semarang. Selama ini, kelompok tersebut berlatih dan melakukan
pagelaran rutin di Taman Budaya Raden Saleh Semarang. Namun karena
keberadaannya yang kurang memadai, pagelaran dan latihan kelompok Ngesti
Pandowo dipindahkan ke Gedung Sobokarti, daerah Bulusan, Semarang yang
merupakan bangunan konservasi karya arsitek Thomas Karsten. Gedung
Sobokarti yang juga tidak memadai dan tidak memungkinkan untuk diadakan
pagelaran kesenian karena tempatnya yang sempit dan merupakan daerah banjir di
kota Semarang. Gedung Sobokarti juga tidak memungkinkan untuk dilakukan
perombakan, karena
merupakan bangunan
konserva si.
Seniman di Semarang, menginginkan suatu
wadah sebagai tempat berkesenian dengan menyediakan tempat bagi setiap orang
sehingga lingkungan seni betul-betul hidup. Selama ini masyarakat Semarang
belum memanfaatkan keberadaan taman budaya tersebut ( TBRS ) secara optimal
untuk melakukan dan/atau menikmati aktifitas seni. Kota Semarang belum
memiliki taman budaya dengan ruang publik yang relatif luas untuk kegiatan seni
budaya yang tidak tertampung di tempat lain di Semarang. Padahal mereka
menginginkan taman budaya ini seperti Taman Budaya Yogyakarta atau Taman
Budaya Surakarta di Solo.
Gambar 6 : Grup Wayang Orang Ngesthi Pandowo
Gambar 7 : Seniman Gambang Semarang
Gambar 8 : Wayang Boneka Potehie
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2. Kondisi Fisik
Gambar 9 . kondisi fisik awal TBRS
Sumber . google, dokumentasi pribadi, 2011
Salah satu asset potensial yang dimiliki Kota Semarang adalah Taman
Budaya Raden Saleh (TBRS), yaitu sebuah taman wisata yang terletak di pusat
kota, tepatnya di Jalan Sriwijaya No. 29 Semarang dengan luas lahan ± 89.926 m2.
Selain terletak pada posisi strategis, taman ini memiliki kontur tanah dan
pepohonan tua dan rindang yang bila ditata dan dikelola secara professional akan
menjadi salah satu sarana rekreasi yang layak jual dan berpotensi menarik minat
wisatawan.
Manajemen TBRS sampai saat ini terkesan belum memiliki konsep yang
jelas, atau setidaknyanya belum tersentuh arsitektur yang memiliki daya tarik.
Infrastruktur dan isi taman tersebut selain tidak terawat, juga belum memilki
karakteristik yang dapat menggambarkan sebuah kawasan wisata yang layak
dinikmati.
Karena itulah agar taman tersebut dapat memiliki nilai tambah ( added value
) dan nilai jual, maka perlu dilakukan penataan ulang kawasan TBRS dengan
konsep yang jelas dan terpadu yang sesuai dengan kontur lahan yang ada.
Gambar 10 . Kondisi panggung terbuka saat ini
Sumber . dokumentasi pribadi,2010
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
3. Tinjauan Kepariwisataan
Pariwisata di Indonesia banyak memiliki keanekaragaman. Mulai dari
wisata bersejarah maupun wisata alam. Hal ini menarik wisatawan baik lokal
maupun interlokal. Dengan demikian perlu adanya langkah yang tepat agar
Gambar 11 . Semak belukar yang tumbuh liar di Selatan TBRS
Sumber . dokumentasi pribadi,2010
Gambar 12 . Sebuah pesawat yang menjadi kebanggaan anak-
anak Semarang tempo dulu
Sumber . dokumentasi pribadi,2010
Gambar 13 . Gedung Kesenian yang mangkrak
Sumber . dokumentasi pribadi,2010
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Kepariwisataan di Indonesia tetap menjadi potensi yang tetap dan harus
dikembangkan. Untuk itu terlebih dulu kita perlu mengetahui mengenai
Kepariwisataan itu sendiri ( TGA Januar Ardi, UNS, 2005 )
a) Pengertian Pariwisata
Sebagai suatu gejolak sosial, pemahaman akan pengertian dari makna
pariwisata memiliki banyak definisi. Akan tetapi dari kegiatan penulisan konsep
ini,suatu sintesa mengenai konsepsi dan pengertian “pariwisata” yang digunakan
sebagai suatu tinjauan pustaka dapat dibatasi pada pengertian:
Menurut Kodyat (1983) pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat
ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok,
sebagaiusaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan
lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.
Selanjutnya Burkart dan Medlik (1987) menjelaskan pariwisata sebagai
suatu trasformasi orang untuk sementara dan dalam waktu jangka pendek
ketujuan-tujuan di luar tempat di mana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan
kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu.
Sedangkan Wahab (1985) menjelaskan pariwisata adalah salah satu jenis
industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam
penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standart hidup serta
menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Sebagai sektor yang
kompleks,pariwisata juga meliputi industri-industri klasik seperti kerajinan tangan
dan cinderamata, penginapan, transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai
industri.
Selain itu pariwisata juga disebut sebagai industri yang mulai berkembang
di Indonesia sejak tahun 1969, ketika disadari bahwa industri pariwisata
merupakan usaha yang dapat memberikan keuntungan pada pengusahanya.
Sehubungan dengan itu, Pemerintah Republik Indonesia sejak dini mengeluarkan
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1969 tanggal 6 Agustus 1969, menyatakan
bahwa : Usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu
pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha
pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan negara
(Yoet, 1983).
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
b) Bentuk Pariwisata
Di dalam pertumbuhan dan perkembangan industri pariwisata ini dapat
diklasifikasikan bentuknya ke dalam beberapa kategori berikut ini:
· Menurut asal wisatawan
Dilihat dari asal wisatawan, apakah asal wisata itu dari dalam atau luar
negeri. Jika dalam negara berarti bahwa sang wisatawan ini hanya pindah
tempat sementara di dalam lingkungan wilayah negerinya (pariwisata
domestik), sedangkan jika ia datang dari luar negeri dinamakan pariwisata
Internasional.
· Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran
Kedatangan wisatawan dari luar negeri adalah membawa mata uang
asing. Pemasukan valuta asing itu berarti memberi efek positif terhadap
neraca pembayaran luar negara suatu yang dikunjungi wisatawan ini disebut
pariwisata aktif. Sedangkan kepergian seorang warga negara keluar negeri
memberikan efek negatif terhadap neraca pembayaran luar negeri negaranya
ini dinamakan pariwisata aktif.
· Menurut jangka waktu
Kedatangan seorang wisatawan di suatu tempat atau negara
diperhitungkan pula menurut waktu lamanya ia tinggal di tempat atau
negara yang bersangkutan. Hal ini menimbulkan istilah-istilah pariwisata
jangka pendek dan jangka panjang, yang mana tergantung kepada
ketentuan-ketentuan yang berlaku oleh suatu negara untuk mengukur
pendek atau panjangnya waktu yang dimaksud.
· Menurut jumlah wisatawan
Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlahnya wisatawan yang datang,
apakah sang wisatawan datang sendiri atau dalam suatu rombongan. Maka
timbullah istilah- istilah pariwisata tunggal dan rombongan.
· Menurut alat angkut yang dipergunakan
Dilihat dari segi penggunaan alat pengangkutan yang dipergunakan oleh
sang wisatawan, maka katagori ini dapat dibagi menjadi pariwisata udara,
pariwisata laut, pariwisata kereta api dan pariwisata mobil, tergantung
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
apakah sang wisatawan tiba dengan pesawat udara, kapal laut, kereta api
atau mobil.
4. Tinjauan Rekreasi
Rekreasi dapat dikatakan sebagai cerminan ungkapan rasa yang secara alami
ada pada tiap manusia, ada dari keberadaan fisik dan psikologi, karena
kecenderungan secara psikologi, rasa untuk bergerak, dan keinginan untuk
mengekspresikan dirinya. Hal tersebut diartikan sebagai hati yang menggerakkan
hidup pada fungsinya dan dari hal tersebut didapatkan kesenangan dan rangsangan
untuk beraktivitas lagi. Dengan demikian rekreasi berarti penyegaran kembali
jasmani dan rohani, sesuatu yang menggembirakan hati, berkesan
menggembirakan / menghibur (dinamis, cerah, tidak kaku), menimbulkan suasana
keriangan / kesenangan ( George D. Butter, Introduction to Community
Recreation, London, 1959).
Rekreasi dilakukan untuk memperoleh kesenangan, melepaskan lelah,
mengembalikan keadaan fisik akan tetapi tidak menutup kemungkinan rekreasi
tersebut dilakukan dengan melakukan aktivitas rekreasi sebagai berikut :
· Berada di dalam rumah, bersantai, menonton TV, mendengarkan radio,
membaca buku, berkebun, melakukan hal – hal yang menjadi hobinya.
· Mencari hiburan di luar rumah, makan malam, menginap di hotel.
· Nonton bioskop, konser musik, pameran.
· Berolahraga, berenang, main golf, tennis.
· Piknik, rekreasi, berkeliling – keliling kota, berjalan – jalan.
a) Ciri – Ciri Rekreasi ( Farid Iman, 2004 )
Ciri – ciri rekreasi antara lain :
1. Rekreasi adalah suatu aktivitas, kegiatan tersebut bersifat fisik, mental
maupun emosional. Rekreasi menghendaki aktivitas dan tidak selalu
bersifat non aktif.
2. Aktivitas rekreasi tidak mempunyai bentuk dan macam tertentu, semua
kegiatan yang dapat dilakukan dalam waktu senggang dan memenuhi
tujuan dan maksud – maksud dari rekreasi.
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
3. Rekreasi dimaksudkan karena terdorong oleh keinginan atau memiliki
motif. Motif tersebut sekaligus memilih gerakan atau bentuk dan
macam aktivitas yang hendak dilakukan.
4. Rekreasi hanya dapat dilakukan pada waktu senggang (leisure time),
ini berarti semua yang tidak dilakukan pada waktu senggang tersebut
tidak dapat digolongkan sebagai kegiatan rekreasi.
5. Rekreasi bersifat universal, rekreasi hingga batas – batas tertentu
merupakan bagian dari hidup manusia dan semua bangsa tidak dibatasi
oleh umur, jenis kelamin, pangkat, dan kedudukan sosial.
6. Rekreasi dilakukan secara bebas dalam segala bentuk dan macam
pelaksanaan. Hal ini penting bagi sifat kegiatan rekreasi tersebut
sebagai outlet of the creative powers. Rekreasi dilakukan dalam
suasana kebebasan dan secara sukarela.
7. Rekreasi dilakukan dengan bersungguh – sungguh dan mempunyai
maksud – maksud tertentu. Banyak orang menganggap rekreasi tidak
bersifat bersungguh – sungguh justru karena ingin mendapatkan
kepuasan dan kesenangan. Hal ini adalah merupakan anggapan yang
salah, oleh karena itu kesungguhan merupakan syarat mutlak untuk
mendapatkan kepuasan dan kesenangan.
8. Rekreasi adalah fleksibel. Rekreasi tidak dibatasi oleh tempat (indoor
recreation dan outdoor recreation), dimana saja sesuai dengan bentuk
dan macam kegiatan rekreasi. Rekreasi dapat dilakukan sendiri
ataupun bersama – sama. Rekreasi dapat dilakukan dengan alat – alat
sederhana maupun dengan alat – alat baru termodern.
b) Fungsi Rekreasi
Rekreasi dapat berfungsi atau memberikan pengaruh antara lain
kepada pihak penyelenggara dimana rekreasi dapat menjadi usaha
bisnis yang cukup potensial serta sebagai pendukung kegiatan
komersial. ( Joop Ave, Dirjen Pariwisata Deparpostel, 1985)
Sedang fungsi atau pengaruh bagi masyarakat pelaku kegiatan
fungsi rekreasi dapat dilihat berdasar dari segi usia yang ada, yaitu :
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
1. Bagi anak – anak (usia 1 – 13 tahun)
Rekreasi ikut berpengaruh dalam membantu perkembangan serta
pertumbuhan fisik dan mental anak – anak. Dengan adanya aktivitas
yang bersifat rekreatif pada anak – anak, nantinya akan tumbuh
menjadi anak yang sehat dan aktif.
2. Bagi remaja (usia 14 – 19 tahun)
Rekreasi merupakan penyaluran bakat, minat serta pendidikan (
edukatif ), sehingga mereka terhindar dari kenakalan remaja dan
gangguan jiwa. Selain itu media rekreasi bisa menjadi sarana untuk
mempererat tali persaudaraan dan kekeluargaan antar anggota
keluarga.
3. Bagi orang dewasa (usia 20 tahun ke atas)
Sebagai pengembangan bakat, mengembalikan keseimbangan fisik dan
psikologi yang menjadi kurang stabil akibat dari aktivitas sehari – hari.
c) Landasan Filosofi Mengenai Rekreasi
Rekreasi memiliki landasan seperti yang terlihat dalam upaya
manusia menginterpretasikan dan menjelaskan nilai – nilainya dalam
berbagai teori ( M. Mumi / Yudha M. S, Pendidikan Olahraga, Depdiknas,
2000 ) :
1. Paham naturalis
Merupakan paham yang memandang bahwa semua aktivitas rekreasi
berhubungan dengan alam. Sehingga alam dijadikan sebagai sumber
dari segala sumber kehidupan manusia, oleh karenanya manusia harus
back to nature dalam mewujudkan rekreasi. Menurut paham naturalis,
rekreasi diharapkan dapat menghilangkan stress, mencari pengalaman
baru, bisnis, adaptasi dan pemenuhan kebutuhan.
2. Paham eksperimentalis
Paham ini cenderung memandang bahwa aktivitas rekreasi berdasarkan
hasil temuan dan pengalaman manusia sebelumnya yang sudah teruji.
Harapannya adalah nilai – nilai yang diperoleh nantinya dapat
diterapkan dalam kehidupan yang berguna.
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3. Paham realis
Memandang bahwa rekreasi berhubungan dengan realita. Landasannya
adalah menyoroti pada apakah pengalaman yang diperolehnya itu
bernilai dan rasional.
4. Paham idealis
Memandang bahwa rekreasi memiliki paradigma yang didasari pada
nilai – nilai moral dan nilai – nilai agama.
d) Jenis – Jenis Rekreasi ( Yurika R. P, 2003 )
1. Berdasarkan kepada obyek kegiatan
· Obyek rekreasi alam : suaka alam, pantai laut,
danau, telaga, dsb.
· Obyek rekreasi modern : gedung bioskop, diskotik,
mall, dsb.
2. Berdasarkan perletakan fasilitas rekreasi
· Indoor. Dimana perwadahan kegiatan ini berada di dalam
bangunan, misalnya bioskop, pusat perbelanjaan, dsb.
· Outdoor. Pewadahan kegiatan rekreasi berada di luar
bangunan atau membutuhkan sarana bangunan yang dibuat
secara khusus, misalnya taman kota, open stage, dsb.
e) Kategori Rekreasi ( Nyoman S. Pendit, Pariwisata, Jakarta )
Berdasarkan usia pengunjung, rekreasi dapat dibedakan menjadi
beberapa sifat dan tuntutan, yaitu
Tabel 1 Kategori Rekreasi
Pemakai Sifat Tuntutan
Anak - anak · Aktif
· Kreatif
Beraneka ragam permainan yang
mendidik
Remaja
· Idealis
· Optimis
· Agresif
· Sensitive
Aneka bentuk rekreasi yang
dinamis dan kreatif
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
· Energik
Dewasa · Tenang
· Mantap
Rekreasi yang bersifat refreshment
atau sekedar sebagai penyaluran
hoby
Orang Tua
· Pasif
· Sedikit
mengeluarkan
tenaga
Rekreasi yang bersifat refreshment
dan relaxation
f) Potensi Rekreasi
Setiap individu mempunyai kepribadian (personality) yang berbeda.
Dari rekreasi dapat digali beberapa potensi yang dapat memberi nilai –
nilai positif bagi pembentukan kepribadian individu seperti fisik, psikis,
emosional, intelektual dan spiritual.
1. Fisik. Sebagian besar kegiatan yang terkandung dalam rekreasi berupa
aktivitas fisik. Aktivitas ini berpotensi memberikan kontribusi berupa
nilai – nilai positif seperti pertumbuhan fisik, kesegaran jasmani,
rehabilitasi, pengembangan skill, relaksasi dan mengurangi
ketegangan.
2. Psikis. Meskipun aspek ini tidak terukur, namun hasilnya dapat
dirasakan. Hasil yang diperoleh biasanya dalam bentuk keriangan,
kenikmatan, kesenangan, kegembiraan, kepuasan, dan kebahagiaan.
3. Emosional. Merupakan penggerak munculnya ketidakseimbangan pada
manusia. Rekreasi memiliki potensi sebagai penyeimbang seperti
ekspresi diri, percaya diri, introspeksi diri, tantangan dan sikap saling
menghargai baik antar individu dengan individu atau individu dengan
kelompok.
4. Sosial. Potensi yang dapat dikembangkan dalam aspek sosial seperti
keakraban, kesetiakawanan, kebersamaan, persahabatan dan
memberikan perhatian kepada sesama.
(Sumber : Nyoman S. Pandit, Pariwisata, Jakarta)
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
5. Edukatif. Potensi yang dapat dikembangkan adalah membaca buku,
menonton film, mencari pengalaman baru, pengembangan hobi,
melakukan evaluasi diri, memecahkan masalah dan perluasan
wawasan.
6. Spiritual. Aspek spiritual kadang kala kurang mendapat perhatian yang
serius, karena yang terpikir adalah ibadah ritual kepada sang pencipta.
Beberpa kegiatan seperti meditasi, perenungan, pendalaman,
kekaguman dan keterpesonaan akan ciptaan yang maha kuasa telah
menjadi kekhasan dari spiritual.
g) Peranan Rekreasi ( M. Mumi / Yudha, M. S, Pendidikan Olahraga,
Depdiknas, 2000 )
Rekreasi memiliki peranan sebagai :
1. Rekreasi sebagai kompensasi, rekreasi menjadi mediasi
keseimbangan dalam hidup.
2. Rekreasi sebagai korektif, rekreasi dapat digunakan sebagai
suatu mediasi untuk mengoreksi ketidakmampuan
menyesuaikan diri secara personal atau sosial.
h) Karakteristik Kegiatan Rekreasi
1. Menurut sifat kegiatan rekreasi
· Kesukaan / entertainment
Adalah kegiatan rekreasi yang dapat dinikmati, contohnya fasilitas
café, restoran, coffeeshop, cafeteria, dan lain – lain
· Kesenangan / amusement
Kegiatan yang menjadi kebiasaan dan dikerjakan dalam kurun
waktu tertentu, seperti bioskop, diskotik, teater, nightclub dan lain –
lain.
· Pengetahuan/ edukative
Kegiatan yang dapat menambah wawasan, ilmu pengetahuan,
mengasah otak seperti permainan edukatif, tontonan edukatif yang
mempelajari objek/ subjek tertentu, pelatihan seni, dan lain- lain.
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
· Hiburan / recreation
Adalah rekreasi yang berorientasi pada gerakan tubuh, contohnya
bowling, billiard, iceskating, taman bermain, arena bermain anak /
dewasa, sportcenter dan lain – lain.
· Santai / relaxation
Adalah rekreasi yang yang bersifat sesukanya dan tidak tergantung
pada kesenangan / emosi dan fasilitas tertentu. Rekreasi ini misalnya
taman kota, jalan – jalan di pedestrian, dan taman margasatwa atau
kebun binatang.
2. Menurut jenis kegiatan rekreasi
· Rekreasi pasif
Merupakan suatu kegiatan rekreasi yang tidak memerlukan /
mengutamakan gerakan tubuh, contohnya yaitu menyaksikan
pemutaran film (bioskop). Menonton wayang atau seni pertunjukan
yang lain.
· Rekreasi aktif
Merupakan suatu kegiatan rekreasi yang mengutamakan gerakan
tubuh. Biasanya kegiatan ini termasuk ke dalam olah raga ringan
misalnya bermain golf, menunggang kuda, bermain tennis, bersepeda
dan lain sebagainya.
5. Kaitan Rekreasi Dengan Pariwisata
a. Rekreasi sebagai Motivasi Pariwisata
Rekreasi merupakan salah satu bagian dari kegiatan kepariwisataan,
yang secara garis besar bisa diartikan sebagai suatu kegiatan perjalanan
yang memiliki tujuan untuk mengembalikan kekuatan fisik atau mental
seseorang, setelah selama sekian periode seseorang mengalami kejenuhan
akibat dari rutinitas dan kesibukan sehari – harinya.
Dalam bukunya yang berjudul “Pariwisata Indonesia, Sejarah dan
Prospeknya”, DR. James J. Spillane membagi pariwisata menjadi
beberapa jenis. Salah satunya yaitu pariwisata untuk rekreasi (recreation
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
tourism) : Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang – orang yang
menghendaki pemanfaatan hari – hari liburnya untuk beristirahat, untuk
memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, yang ingin
menyegarkan keletihan dan kelelahannya. Biasanya, mereka tinggal
selama mungkin di tempat – tempat yang dianggapnya benar – benar
menjamin tujuan – tujuan rekreasi tersebut (misalnya di tepi pantai, di
pegunungan, di pusat – pusat peristirahatan atau pusat – pusat kesehatan)
dengan tujuan menemukan kenikmatan yang diperlukan. Dengan kata lain
mereka lebih menyukai health resort. Termasuk dalam kategori ini ialah
mereka yang karena alasan kesehatan dan kesembuhan harus tinggal di
tempat – tempat yang khusus untuk memulihkan kesehatannya, seperti di
daerah sumber – sumber air panas dan lain – lain.
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi permintaan akan
pariwisata adalah mobilitas. Mobilitas manusia timbul oleh berbagai
macam dorongan kebutuhan / kepentingan yang disebut dengan istilah
‘Motivasi’, yang dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Dorongan kebutuhan dagang atau ekonomi
2. Dorongan kebutuhan kepentingan politik
3. Dorongan kebutuhan keamanan
4. Dorongan kebutuhan kesehatan
5. Dorongan kebutuhan pemukiman
6. Dorongan kebutuhan kepentingan keagamaan
7. Dorongan kebutuhan kepentingan pendidikan / studi
8. Dorongan kebutuhan minat kebudayaan
9. Dorongan kebutuhan hubungan keluarga
10. Dorongan kebutuhan untuk rekreasi
Motivasi – motivasi tersebut timbul dari kepentingan – kepentingan
hidup manusia. Oleh karena kehidupannya dalam suatu masyarakat adalah
wajar maka aktivitas – aktivitas permintaan yang timbul layak untuk dipenuhi
dan disediakan. Pada waktu itu terdapat suatu kecenderungan untuk melihat
pariwisata sebagai aktivitas yang wajar dan merupakan suatu permintaan yang
wajar untuk dipenuhi. Pariwisata tidak saja dilihat sebagai suatu segi dari
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
gejala dimana sejak jaman purbakala manusia mempunyai keinginan untuk
mengadakan perjalanan, tetapi justru menyatukan pengertian pariwisata dengan
gejala tersebut.
Manusia selalu menginginkan terlepas dari kejemuan kesibukan hidup
sehari – hari, atau rasa bosan dengan mendambakan suasana baru, lingkungan
baru walaupun untuk sementara. Kejemuan yang berlarut – larut menimbulkan
tekanan jiwa, akan mempengaruhi kesehatan maupun prestasi kerja. Dengan
adanya rekreasi ke suatu lingkungan, suasana baru akan mengendorkan
ketegangan itu. Pelepasan ketegangan sangat diperlukan bagi kesehatan
jasmani maupun rohani, untuk dapat menghimpun tenaga dalam mencapai
prestasi – prestasi kerja ataupun kehidupan yang baik dalam masyarakat.
b. Upaya Pengembangan Pariwisata
Menurut Suwantoro (2004), Upaya pengembangan pariwisata yang
dilihat dari kebijaksanaan dalam pengembangan wisata alam, dari segi
ekonomi pariwista alam akan dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Memang
pariwisata alam membutuhkan investasi yang relatif lebih besar untuk
pembangunan sarana dan prasarananya. Untuk itu diperlukan evaluasi yang
teliti terhadap kegiatan pariwisata alam tersebut. Banyak pendapat yang
menyatakan bahwa pariwisata alam yang berbentuk ekoturisme belum berhasil
berperan sebagai alat konservasi alam maupun untuk mengembangkan
perekonomian. Salah satu penyebabnya adalah sulitnya mendapatkan dana
pengembangan kegiatannya. Pengelolaan kawasan wisata alam banyak
menggunakan dana dari pendapatan pariwisata dari pengunjung sebagai
mekanisme pengembalian biaya pengelolaan dan pelestarian kegiatan
pariwisata alam belum tercapai secara optimal.
c. Daerah Tujuan Wisata
Unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang
pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata yang menyangkut
perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya meliputi 5
unsur:
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
1) Objek dan Daya Tarik Wisata
Daya tarik wisata yang juga disebut objek wisata merupakan potensi
yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.
· Pengusahaan objek dan daya tarik wisata di kelompokkan kedalam:
* Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam,
* Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya,
* Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus.
Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka daya tarik
wisata harus dirancang dan dibangun/dikelola secara profesional sehingga
dapat menarik wisatawan untuk datang untuk datang. Membangun suatu objek
wisata harus dirancang sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu.
· Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasar pada:
* Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang,
indah, nyaman dan bersih.
* Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat
mengunjunginya.
* Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.
* Adanya sarana/prasarana penunjang untuk melayani para
wisatawan yang hadir.
* Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena
keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan
sebagainya.
* Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena
memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian upacara-
upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buah
karya manusia pada masa lampau.
2) Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan bersumber
pada potensi daya tarik yang memiliki objek tersebut dengan mengacu pada
kriteria keberhasilan pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan.
· Kelayakan Finansial
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dari
pembangunan objek wisata tersebut. Perkiraan untung-rugi sudah harus
diperkirakan dari awal. Berapa tenggang waktu yang dibutuhkan untuk
kembali modal pun sudah harus diramalkan.
· Kelayakan Sosial Ekonomi Regional
Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang
ditanamkan untuk membangun suatu objek wisata juga akan memiliki
dampak sosial ekonomi secara regional; dapat menciptakan lapangan
kerja/berusaha, dapat meningkatkan penerimaan devisa, dapat
meningkatkan penerimaan pada sektor yang lain seperti pajak,
perindustrian, perdagangan, pertanian dan lain-lain. Dalam kaitannya
dengan dengan hal ini pertimbangan tidak semata-mata komersial saja
tetapi juga memperhatikan dampaknya secara lebih luas. Sebagai contoh,
pembangunan kembali candi Borobudur tidak semata-mata
mempertimbangkan soal pengembalian modal pembangunan candi
melalui uang retribusi masuk candi, melainkan juga memperhatikan
dampak yang ditimbulkannya, seperti jasa transportasi, jasa akomodasi,
jasa restoran, industri kerajinan, pajak dan sebagainya.
· Kelayakan Teknis
Pembangunan objek wisata harus dapat dipertanggung jawabkan
secara teknis dengan melihat daya dukung yang ada. Tidaklah perlu
memaksakan diri untuk membangun suatu objek wisata apabila daya
dukung objek wisata tersebut rendah. Daya tarik suatu objek wisata akan
berkurang atau bahkan hilang bila objek wisata tersebut membahayakan
keselamatan para wisatawan.
· Kelayakan Lingkungan
Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan
kegiatan pembangunan suatu objek wisata. Pembangunan objek wisata
yang mengakibatkan rusaknya lingkungan harus dihentikan
pembangunannya. Pembangunan objek wisata bukanlah untuk merusak
lingkungan tetapi sekedar memanfaatkan sumber daya alam untuk
kebaikan manusia dan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
sehingga menjadi keseimbangan, keselarasan dan keserasian hubungan
antar manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan alam dan
manusia dengan Tuhannya.
b. Prasarana Wisata
Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan
manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di
daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal,
jembatan, dan lain sebagainya. Untuk kesiapan objek-objek wisata yang akan
dikunjungi oleh wisatawan di daerah tujuan wisata, prasarana wisata tersebut
perlu dibangun dengan disesuaikan dengan lokasi dan kondisi objek wisata
yang bersangkutan.
Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan
lokasi akan meningkatkan aksesibilitas suatu objek wisata yang pada gilirannya
akan dapat meningkatkan daya tarik objek wisata itu sendiri. Di samping
berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan yang
lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata, seperti bank, apotik, rumah
sakit, pom bensin, pusat-pusat perbelanjaan, barbier, dan sebagainya.
Dalam melaksanakan pembangunan prasarana wisata diperlukan
koordinasi yang mantap antara instansi terkait bersama dengan instansi
pariwisata di berbagai tingkat. Dukungan instansi terkait dalam membangun
prasarana wisata sangat diperlukan bagi pengembangan pariwisata di daerah.
Koordinasi di tingkat pelaksanaan merupakan modal utama suksesnya
pembangunan pariwisata. Dalam pembangunan prasarana pariwisata
pemerintah lebih dominan karena pemerintah dapat mengambil manfaat ganda
dari pembangunan tersebut, seperti untuk meningkatkan arus informasi, arus
lalu lintas ekonomi, arus mobilitas manusia antara daerah, dan sebagainya,
yang tentu saja dapat meningkatkan kesempatan berusaha dan bekerja
masyarakat.
c. Sarana Wisata
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang
diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan
wisatanya. Pembangunan sarana wisata disesuaikan dengan kebutuhan
wisatawan baik kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu selera pasar pun
dapat menentukan tuntunan sarana yang dimaksud. Berbagai sarana wisata
yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah hotel, biro perjalanan,
alat transportasi, restoran dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya.
Tak semua objek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap.
Pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan
wisatawan.
Sarana wisata kuantitatif menunjukkan pada jumlah sarana wisata yang
harus disediakan, dan secara kuantitatif yang menunjukkan pada mutu
pelayanan yang diberikan dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang
memperoleh pelayanan. Dalam hubungannya dengan jenis dan mutu pelayanan
sarana wisata di daerah tujuan wisata telah disusun suatu standart wisata yang
baku, baik secara nasional dan secara internasional, sehingga penyedia sarana
wisata tinggal memilih atau menentukan jenis dan kualitas yang akan
disediakannya.
d. Tata Laksana/Infrastruktur
Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana
wisata, baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik di atas
permukaan tanah dan di bawah tanah seperti:
1) Sistem pengairan, distribusi air bersih, sistem pembuangan air limbah
yang membantu sarana perhotelan/restoran.
2) Sumber listrik dan energi serta jaringan distribusikannya yang
merupakan bagian vital bagi terselenggaranya penyediaan sarana wisata
yang memadai.
3) Sistem jalur angkutan dan terminal yang memadai dan lancar akan
memudahkan wisatawan untuk mengunjungi objek-objek wisata.
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
4) Sistem komunikasi yang memudahkan para wisatawan untuk
mendapatkan informasi maupun mengirimkan informasi secara cepat dan
tepat.
5) Sistem keamanan atau pengawasan yang memberikan kemudahan di
berbagai sektor bagi para wisatawan. Keamanan diterminal, di
perjalanan, dan di objekobjek wisata, di pusat-pusat perbelanjaan, akan
meningkatkan daya tarik suatu objek wisata maupun daerah tujuan
wisata. Di sini perlu ada kerjasama yang mantap antara petugas
keamanan, baik swasta maupun pemerintah, karena dengan banyaknya
orang di daerah tujuan wisata dan mobilitas manusia yang begitu cepat
membutuhkan sistem keamanan yang ketat dengan para petugas yang
selalu siap setiap saat. Infrastruktur yang memadai dan terlaksana dengan
baik di daerah tujuan wisata akan membantu meningkatkan fungsi sarana
wisata, sekaligus membantu masyarakat dalam meningkatkan kualitas
hidupnya.
e. Masyarakat/Lingkungan
Daerah dan tujuan wisata yang memiliki berbagai objek dan daya tarik
wisata akan mengundang kehadiran wisatawan.
1) Masyarakat
Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akan menyambut kehadiran
wisatawan tersebut dan akan memberikan layanan yang diperlukan oleh
para wisatawan. Untuk ini masyarakat di sekitar objek wisata perlu
mengetahui berbagai jenis dan kualitas layanan yang dibutuhkan oleh
para wisatawan. Dalam hal ini pemerintah melalui instansi-instansi
terkait telah menyelenggarakan berbagai penyuluhan kepada masyarakat.
Salah satunya adalah dalam bentuk bina masyarakat sadar wisata.
Dengan terbinanya masyarakat yang sadar wisata akan berdampak positif
karena mereka akan memperoleh keuntungan dari para wisatawan yang
membelanjakan uangnya. Para wisatawan pun akan untung karena
mendapat pelayanan yang memadai dan juga mendapatkan berbagai
kemudahan dalam memenuhi kebutuhannya.
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
2) Lingkungan
Di samping masyarakat di sekitar objek wisata, lingkungan alam di
sekitar objek wisata pun perlu diperhatikan dengan seksama agar tak
rusak dan tercemar. Lalu lalang manusia yang terus meningkat dari tahun
ke tahun dapat mengakibatkan rusaknya ekosistem fauna dan flora di
sekitar objek wisata. Oleh sebab itu perlu adanya upaya menjaga
kelestarian lingkungan melalui penegakan berbagai aturan dan
persyaratan dalam pengelolaan suatu objek wisata.
3) Budaya
Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alam di suatu objek wisata
merupakan lingkungan budaya yang menjadi pilar penyangga
kelangsungan hidup suatu masyarakat. Oleh karena itu lingkungan
budaya ini pun kelestariannya tidak boleh tercemar oleh budaya asing,
tetapi harus ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan
kenangan yang mengesankan bagi tiap wisatawan yang berkunjung.
Masyarakat yang memahami, menghayati, dan mengamalkan sapta
pesona wisata di daerah tujuan wisata menjadi harapan semua pihak
untuk mendorong pengembangan pariwisata yang pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah
telah menetapkan pengelompokan daerah tujuan wisata (DTW) ke dalam
wilayah tujuan wisata (WTW) dengan maksud untuk menyebarkan
kunjungan wisatawan dan pengembangan kepariwisataan di Indonesia.
Adapun pengelompokan dan pembagiannya adalah sebagai berikut:
1. Wilayah Tujuan Wisata (WTW) A yang terdiri dari Daerah
istimewa Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau.
2. Wilayah Tujuan Wisata (WTW) B yang terdiri dari Sumatera
Selatan, Jambi, Bengkulu.
3. Wilayah Tujuan Wisata (WTW) C yang terdiri dari Lampung, DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
4. Wilayah Tujuan Wisata (WTW) D yang terdiri dari Jawa Timur,
Bali, Nusantara Tenggara Timur.
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
5. Wilayah Tujuan Wisata (WTW) E yang terdiri dari Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur.
6. Wilayah Tujuan Wisata (WTW) F yang terdiri dari Sulawesi
Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.
7. Wilayah Tujuan Wisata (WTW) G yang terdiri dari Propinsi
Maluku dan Irian Jaya.
Menurut Samsurijal (1997), peran serta masyarakat dalam pembangunan
kepariwisataan dapat terbina bila masyarakat memahami manfaat pariwisata
untuk kepentingan nasional, terutama bagi perbaikan hidup mereka sendiri.
Apabila pariwisata dapat memberi manfaat bagi masyarakat luas, serta merata
masyarakat akan mendukung pembangunan kepariwisataan. Menurut Fandeli
(2001), Obyek wisata adalah faktor yang paling menarik perhatian para pelaku
wisata, dalam hal ini pengunjung, baik itu obyek wisata alam maupun budaya.
Obyek wisata merupakan segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata, seperti
hutan, sungai, danau, pantai, laut, museum atau budaya tradisional lainnya. Di
dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan,
menyatakan bahwa:
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut
dilakukan secara sukarela bersifat sementara untuk menikmati objek dan
daya tarik wisata.
2. Wisatawan adalah orang yang menikmati kegiatan wisata.
3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
termasuk pengusaha objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang
terkait di bidang tersebut.
4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata.
6. Kesimpulan Teori Kepariwisataan
Dari tinjauan teori mengenai kepariwisataan di atas, kesimpulan yang
dapat diambil sebagai bahan ide atau gagasan dalam menyusun konsep dasar
perancangan kembali Taman Budaya Raden Saleh sebagai Taman Rekreasi dan
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Wisata Budaya di Semarang. Sesuai dengan teori yang telah disebutkan, bahwa
objek wisata merupakan perwujudan cipta manusia, tata hidup, seni budaya
serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik
untuk dikunjungi wisatawan. Begitu juga dengan Taman Budaya Raden Saleh
yang memiliki potensi alam dan budaya yang bisa dikembangkan menjadi
objek wisata yang edukatif dan rekreatif, yang menarik untuk dikunjungi.
Tentu saja hal ini harus didukung oleh semua pihak atau hal yang terkait
dengan objek wisata tersebut, seperti pengelola, pelaku kegiatan wisata budaya
maupun fasilitas wisata budaya yang ada.
B. Tinjauan Preseden
1. Preseden Taman Wisata
· Taman Balekambang Surakarta
Gambar 14. Taman Wisata Balekambang Surakarta
Sumber . dokumentasi pribadi 2011
Taman Balekambang terletak di Jln. A. Yani Surakarta. Di masa lalu
hingga kini taman ini kerap dipakai untuk pertunjukkan tradisional ketoprak
dan tamasya warga kota. Semakin semarak dengan adanya wisata outbond di
taman seluas 13 hektar ini.
Di dalam taman terdapat dua patung perempuan ayu yang kerap
dijadikan latar berfoto ria. Karena tidak diberi keterangan yang jelas dan
lengkap, para pengunjung mengira patung tersebut adalah patung RA Kartini.
Yang betul, patung yang berada di tangah taman ini bernama Partinah,
sedangkan patung yang berada di tengah kolam bernama Partini.
Menurut riwayatnya, Taman Balekambang dibangun oleh Mangkunegara
VII tahun 1912. Beliau sengaja membangun kolam dan hutan ini meniru model
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Garden City di negeri Kincir Angin, Belanda. Kebetulan ia sempat mengenyam
pendidikan di Leiden meskipun tidak rampung karena gejolak Perand Dunia I.
Semula, Taman Balekambang disebut Partini Tuin, yang berarti Taman Partini,
nama putri tertuanya. Sementara, lokasi yang ditandai dengan patung Partinah
yang juga nama Putri Mangkunegara VII merupakan hutan kota. Dulu disebut
Partinah Bosch.
Meskipun roda zaman terus berputar, kondisi Taman Balekambang
rupanya tidak jauh berbeda. Pengunjung bisa membuktikan dengan melihat-
lihat koleksi foto- foto lawas taman ini di Perpustakaan Rekso Pustoko
Mangkunegaran. Meski letaknya sekarang bersebalahan dengan jalan raya
menuju Terminal Tirtonadi, suara bising knalpot kendaraan yang berseliweran
nyaris tak terdengar. Udara pun tetap segar.
Taman Balekambang merupakan ruang publik yang komplet.
Keberadaannya tak sebatas paru- paru kota. Juga sebagai sarana rekreasi dan
interaksi warga kota demi terpeliharanya kerukunan dan kohesi sosial. Interaksi
sosial ini mengikis potensi konflik antar sesama. Plus kandungan informasi
sejarah lokal di taman ini, diharapkan generasi muda yang bermain di
dalamnya dapat mengenang atau sedikitnya mencomot semangat
Mangkunegara VII dalam mengelola dan mencintai alam sekitarnya.
2. Preseden Taman Budaya
· Taman Budaya Surakarta
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Gambar 15 . Taman Budaya Surakarta
Sumber . dokumentasi pribadi,2010
· Taman Budaya Yogyakarta
Gambar 16. Taman Budaya Yogyakarta
Sumber . dokumentasi pribadi 2010
Taman Budaya Yogyakarta awalnya mulai dibangun di daerah
Bulaksumur pada tanggal 11 Maret 1977 sebagai sebuah kompleks Pusat
Pengembangan Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Peresmian
pembangunan kompleks seni budaya tersebut dilakukan oleh Sri Sultan
Hamengku Buwana IX sebagai Wakil Presiden RI saat itu. Awalnya Taman
Budaya Yogyakarta disebut sebagai Purna Budaya yang dibuat sebagai sarana
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
dan prasarana untuk membina, memelihara, dan mengembangkan
kebudayaan, terutama di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Purna Budaya dibangun dengan dua konsep bangunan, yaitu Pundi
Wurya dan Langembara. Pundi Wurya menjadi pusat kesenian dengan
berbagai macam fasilitas seperti panggung kesenian, studio tari,
perpustakaan, ruang diskusi, dan administrasi. Bagian kedua, yaitu
Langembara, menjadi ruang pameran, ruang workshop, kantin, dan juga
beberapa guest house.
BAB II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB III
TINJAUAN KOTA SEMARANG
A. Tinjauan Kota Semarang
Gambar 17. Peta Kota Semarang
Sumber . http://www.google.peta-jawa tengah-DIY/, 2010
Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang terletak di pesisir utara
Pulau Jawa. Arus transportasi kian tahun kian meningkat, mengingat Semarang
merupakan pusat kegiatan Provinsi Jawa Tengah memiliki potensi cukup besar
dalam mendatangkan arus perjalanan yang berorientasi pada sektor perdagangan,
jasa, wisata, dsb.
BAB III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Berada pada letak yang demikian menjadikan Semarang terletak pada posisi
yang strategis. Letaknya pada jalur nasional, dimana jalur transportasi baik darat,
laut, dan udara yang merupakan persimpangan dari berbagai arah, baik antar
propinsi, antar pulau maupun antar kota-kota Dati, menjadikan kedudukan Kota
Semarang sebagai pintu gerbang menuju obyek-obyek wisata di Jawa Tengah.
Visi Kota Semarang adalah terwujudnya Kota Semarang sebagai Kota yang
mandiri dan berkelanjutan, bertumpu pada perdagangan dan jasa serta didukung
potensi kelautan dan pertanian terpadu.
Dalam mewujudkan Visi kota, maka misi Kota Semarang adalah:
1. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas
2. Memacu pengembangan perdagangan dan jasa yang didukung pertanian
terpadu, industri serta potensi wisata yang berwawasan lingkungan.
3. Mengembangkan potensi pelabuhan udara dan laut serta prasarana
perhubungan darat (khususnya kereta api)
4. Meningkatkan hubungan kemitraan antar pelaku pembangunan
5. Melestarikan dan mengembangkan potensi alam termasuk kelautan,
budaya, dan sejarah bagi pengembangan kota
6. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan
7. Meningkatkan kedisiplinan tata kehidupan kota yang berdasarkan
peraturan dan norma-norma yang berlaku.
1. Letak Geografis
Posisi geografi Kota Semarang terletak di pantai Utara Jawa Tengah,
tepatnya pada garis 6º, 5' - 7º, 10' Lintang Selatan dan 110º, 35' Bujur
Timur. Letak geografi Kota Semarang ini dalam koridor pembangunan Jawa
Tengah dan merupakan simpul empat pintu gerbang, yakni koridor pantai
Utara, koridor Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti Kabupaten
Magelang, Surakarta yang dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu, koridor
BAB III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Timur ke arah Kabupaten Demak/Grobogan dan Barat menuju Kabupaten
Kendal. Dalam perkembangan dan pertumbuhan Jawa Tengah, Semarang
sangat berperan, terutama dengan adanya pelabuhan, jaringan transport darat
(jalur kereta api dan jalan) serta transport udara yang merupakan potensi
bagi simpul transport Regional Jawa Tengah dan kota transit Regional Jawa
Tengah. Posisi lain yang tak kalah pentingnya adalah kekuatan hubungan
dengan luar Jawa, secara langsung sebagai pusat wilayah nasional bagian
tengah.
Grafik 1 Wilayah Administrasi Kota Semarang (Km2)
Sumber: Kota Semarang dalam Angka 2009, BPS Kota Semarang
2. Luas wilayah
Kota Semarang memiliki luas wilayah mencapai 37.366.838 Ha atau
373,7 Km2. Secara administratif Kota Semarang terbagi menjadi 16
Kecamatan dan 177 Kelurahan.
BAB III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
3. Iklim
Semarang beriklim Tropis, mempunyai 2 musim penghujan dan
kemarau dengan temperatur rata-rata 24º - 37º C.
4. Batas daerah
- Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang
- Sebelah Utara : Laut Jawa
- Sebelah Timur : Kabupaten Demak
- Sebelah Barat : Kabupaten Kendal
5. Keadaan Topografi dan Morfologi
Topografi wilayah Kota Semarang terdiri dari dataran rendah dan
dataran tinggi. Dibagian Utara yang merupakan pantai dan dataran rendah
memiliki kemiringan 0-2% sedang ketinggian ruang bervariasi antara 0-3,5
M.Di bagian Selatan merupakan daerah perbukitan, dengan kemiringan 2 -
40% dan ketinggian antara 90 - 200 M di atas permukaan air laut (DPL).
Secara umum, Semarang terbagi menjadi 2 bagian yaitu Semarang
bawah (daerah dataran rendah) dan Semarang atas (daerah dataran
tinggi/bukit). Dataran rendah di Kota Semarang ini sangat sempit, yakni
sekitar 4 kilometer dari garis pantai (Semarang bagian Utara). Dataran
rendah ini dikenal dengan sebutan kota bawah. Kawasan kota bawah lebih
banyak digunakan sebagai pusat bisnis, pasar, perkantoran maupun pabrik.
Di sebelah selatan merupakan dataran tinggi, yang dikenal dengan sebutan
kota atas. Kawasan kota atas lebih banyak digunakan sebagai daerah
permukiman, perkebunan maupun peternakan.
a. Kondisi Topografi Kota Semarang terdiri dari :
- Dataran pesisir pantai : 1% dari luas wilayah total dengan
ketinggian wilayah 0 – 0,75 meter dpl
- Dataran rendah : 33% dari luas wilayah total dengan
ketinggian wilayah 0,75- 5 meter dpl
BAB III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
- Dataran tinggi : 66% dari luas wilayah total dengan
ketinggian wilayah 5-348 mete dpl
b. Kondisi lereng tanah kota Semarang dibagi menjadi 4
jenis kelerengan yaitu :
- Lereng I ( 0-2 % ), luasan wilayah Kota Semarang dengan
kelerengan sebesar 0-2 % adalah sebesar 16574, 6 Ha ( 43% ).
Sebaran wilayah dengan tingkat kelerengan ini sebagian besar
berada meliputi kecamatan Genuk Pedurungan, Gayamsari,
Semarang Timur, Semarang Utara, dan Tugu serta sebagian
wilayah Kecamatan tembalang, Banyumanik dan Mijen.
- Lereng II ( 2-15% ), dengan luas wilayah sebesar 14.090,5
Ha ( 37 % ). Wilayah di Kota Semarang dengan tingkat kelerengan
ini meliputi Semarang Barat, Semarang Selatan, Candisari,
Gajahmungkur, Gunungpati, Ngaliyan.
- Lereng III ( 15-40 % ), meliputi wilayah di sekitar
kaligarang dan kali Kreo ( kec. Gunungpati ), sebagian wilayah
kecamatan Mijen ( daerah Wonoplumbon ), sebagian wilayah
kecamatan Banyumanik dan kecamatan Candisari dengan luas
keseluruhan sebesar 7050,8 Ha ( 18 % )
- Lereng IV ( > 40 % ) meliputi sebagian wilayah
Banyumanik ( sebelah tenggara ), dan sebagian wilayah kecamatan
Gunungpati, terutama disekitar Kaligarang dan Kali Kripik yang
memiliki keseluruhan luasan sebesar 766,7 Ha ( 2 % )
Kota Bawah yang sebagian besar tanahnya terdiri dari pasir dan
lempung. Pemanfaatan lahan lebih banyak digunakan untuk jalan,
permukiman atau perumahan, bangunan, halaman, kawasan industri,
tambak, empang dan persawahan. Kota Bawah sebagai pusat kegiatan
pemerintahan, perdagangan, perindustrian, pendidikan dan kebudayaan,
angkutan atau transportasi dan perikanan. Berbeda dengan daerah perbukitan
atau Kota Atas yang struktur geologinya sebagian besar terdiri dari batuan
BAB III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
beku. Wilayah Kota Semarang berada pada ketinggian antara 0 sampai
dengan 348,00 meter dpl (di atas permukaan air laut). Secara topografi
terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan, sehingga memiliki
wilayah yang disebut sebagai kota bawah dan kota atas. Pada daerah
perbukitan mempunyai ketinggian 90,56 - 348 mdpl yang diwakili oleh titik
tinggi yang berlokasi di Jatingaleh dan Gombel, Semarang Selatan, Tugu,
Mijen, dan Gunungpati, dan di dataran rendah mempunyai ketinggian 0,75
mdpl. Kota bawah merupakan pantai dan dataran rendah yang memiliki
kemiringan antara 0% sampai 5%, sedangkan dibagian Selatan merupakan
daerah dataran tinggi dengan kemiringan bervariasi antara 5%-40%. Secara
lengkap ketinggian tempat di Kota Semarang dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 2 Ketinggian Tempat di Kota Semarang
No Bagian Wilayah Ketinggian ( Mdpl )
1 Daerah Pantai 0,75
2 Daerah dataran rendah
- Pusat Kota ( depan Hotel Dibya Puri Semarang ) 2,45
- Simpang Lima 3,49
3 Daerah perbukitan
- Candibaru 90,56
- Jatingaleh 136,00
- Gombel 270,00
- Mijen 253,00
- Gunungpati Barat 259,00
- Gunungpati Timur 348,00
Sumber : Kota Semarang Dalam Angka Tahun 2009
BAB III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Kota Semarang sangat dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang
membentuk suatu kota yang mempunyai ciri khas yaitu terdiri dari daerah
perbukitan, dataran rendah dan daerah pantai. Dengan demikian topografi
Kota Semarang menunjukkan adanya berbagai kemiringan tanah berkisar
antara 0% - 40% (curam) dan ketinggian antara 0,75 – 348,00 mdpl.
6. Keadaan Klimatologi
Semarang termasuk kota yang beriklim tropis dengan musim hujan
selama 6 bulan dan musim kemarau selama 6 bulan silih berganti.
Temperatur rata-rata 22,14 0C, dengan curah hujan rata-rata per tahun +
1.500 – 3.500 mm. Iklim tropis ini berpengaruh pada bentuk bangunan yang
ada di kota Semarang.
7. Keadaan Geologi
Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang -
Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah sebagai
berikut Aluvium (Qa), Batuan Gunungapi Gajahmungkur (Qhg), Batuan
Gunungapi Kaligesik (Qpk), Formasi Jongkong (Qpj), Formasi Damar
(QTd), Formasi Kaligetas (Qpkg), Formasi Kalibeng (Tmkl), Formasi Kerek
(Tmk). Pada dataran rendah berupa endapan aluvial sungai, endapan fasies
dataran delta dan endapan fasies pasang-surut. Endapan tersebut terdiri dari
selang-seling antara lapisan pasir, pasir lanauan dan lempung lunak, dengan
sisipan lensa-lensa kerikil dan pasir vulkanik. Sedangkan daerah perbukitan
sebagian besar memiliki struktur geologi berupa batuan beku. Struktur
geologi yang cukup mencolok di wilayah Kota Semarang berupa kelurusan-
kelurusan dan kontak batuan yang tegas dan merupakan pencerminan
struktur sesar baik geser mendatar dan normal cukup berkembang di bagian
tengah dan selatan kota. Jenis sesar yang ada secara umum terdiri dari sesar
normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal relatif ke arah barat - timur
sebagian agak cembung ke arah utara, sesar geser berarah utara selatan
hingga barat laut - tenggara, sedangkan sesar normal relatif berarah barat -
timur. Sesar-sesar tersebut umumnya terjadi pada batuan Formasi Kerek,
BAB III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Formasi Kalibeng dan Formasi Damar yang berumur kuarter dan tersier.
Berdasarkan struktur geologi yang ada di Kota Semarang terdiri atas tiga
bagian yaitu struktur joint (kekar), patahan (fault), dan lipatan. Daerah
patahan tanah bersifat erosif dan mempunyai porositas tinggi, struktur
lapisan batuan yang diskontinyu (tak teratur), heterogen, sehingga mudah
bergerak atau longsor. Pada daerah sekitar aliran Kali Garang merupakan
patahan Kali Garang, yang membujur arah utara sampai selatan, di
sepanjang Kaligarang yang berbatasan dengan Bukit Gombel. Patahan ini
bermula dari Ondorante, ke arah utara hingga Bendan Duwur. Patahan ini
merupakan patahan geser, yang memotong formasi Notopuro, ditandai
adanya zona sesar, tebing terjal di Ondorante, dan pelurusan Kali Garang
serta beberapa mata air di Bendan Duwur. Daerah patahan lainnya adalah
Meteseh, Perumahan Bukit Kencana Jaya, dengan arah patahan melintas
dari utara ke selatan.
Sedangkan wilayah Kota Semarang yang berupa dataran rendah
memiliki jenis tanah berupa struktur pelapukan, endapan, dan lanau yang
dalam. Jenis Tanah di Kota Semarang meliputi kelompok mediteran coklat
tua, latosol coklat tua kemerahan, asosiai alluvial kelabu, Alluvial
Hidromorf, Grumosol Kelabu Tua, Latosol Coklat dan Komplek Regosol
Kelabu Tua. Kurang lebih sebesar 25% wilayah Kota Semarang memiliki
jenis tanah mediteranian coklat tua. Sedangkan kurang lebih 30% lainnya
memiliki jenis tanah latosol coklat tua. Jenis tanah lain yang ada di wilayah
Kota Semarang memiliki geologi jenis tanah asosiasi kelabu dan aluvial
coklat kelabu dengan luas keseluruhan kurang lebih 22% dari seluruh luas
Kota Semarang. Sisanya merupakan jenis tanah alluvial hidromorf dan
grumosol kelabu tua.
Tabel 3
Penyebaran Jenis Tanah dan Lokasinya di Kota Semarang
No Jenis Tanah Lokasi % terhadap wilayah Potensi
1 Mediteran
coklat tua
-Kec.tugu
-Kec.Semarang
30 -Tanaman
tahunan/keras
BAB III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Selatan
-Kec.Gunungpati
-Kec. Semarang
Timur
-Holtikultura
-Tanaman Palawija
2 Latosol
coklat tua
kemarahan
-kec. Mijen
-kec. Gunungpati
26 -Tanaman
tahunan/keras
-Holtikultura
-tanaman
padi
3 Asosiasi
Aluvial
Kelabu dan
Coklat
kekelabuhan
-Kec. Genuk
-kec. Semarang
Tengah
22 Tanaman tahunan tidak produktif
4 Alluvial
Hidromorf
Grumosol
Kelabu Tua
-kec.Tugu
-kec.Semarang Utara
-kec.Genuk
-kec.Mijen
22 -Tanaman
tahunan/keras
-Holtikultura -tanaman
padi
Sumber : BPS Kota Semarang, 2009
Kondisi Hidrologi potensi air di Kota Semarang bersumber pada
sungai - sungai yang mengalir di Kota Semarang antara lain Kali Garang,
Kali Pengkol, Kali Kreo, Kali Banjirkanal Timur, Kali Babon, Kali Sringin,
Kali Kripik, Kali Dungadem dan lain sebagainya. Kali Garang yan bermata
air di gunung Ungaran, alur sungainya memanjang ke arah Utara hingga
mencapai Pegandan tepatnya di Tugu Soeharto, bertemu dengan aliran Kali
Kreo dan Kali Kripik. Kali Garang sebagai sungai utama pembentuk kota
bawah yang mengalir membelah lembah-lembah Gunung Ungaran
BAB III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
mengikuti alur yang berbelok-belok dengan aliran yang cukup deras. Setelah
diadakan pengukuran debit Kali Garang mempunyai debit 53,0 % dari debit
total dan kali Kreo 34,7 % selanjutnya Kali Kripik 12,3 %. Oleh karena Kali
Garang memberikan airnya yang cukup dominan bagi Kota Semarang, maka
langkah-langkah untuk menjaga kelestariannya juga terus dilakukan. Karena
Kali Garang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum warga Kota
Semarang.
8. Tata Guna Lahan
Penggunaan tanah di wilayah kota Semarang pada daerah-daerah yang
penduduknya berkepadatan tinggi adalah untuk perumahan/permukiman
beserta fasilitas-fasilitas, terutama fasilitas lingkungan, seperti fasilitas
perdagangan, perkantoran, pelayanan jasa umum, dan sebagainya yang juga
menempati sepanjang jalur utama.
Perkembangan fisik kota Semarang dengan pola penggunaan tanahnya
yang masih menunjukkan karakter rural urban lebih terkonsentrasi pada
daerah berkepadatan bangunan tinggi yaitu daerah sekitar pusat
pemerintahan, perdagangan serta daerah pemukiman di belakang daerah
pertokoan.
9. Tujuan, Kebijakan & Strategi Penataan Ruang Kota
Semarang
Tujuan Penataan ruang adalah mewujudkan Kota Semarang sebagai
pusat perdagangan dan jasa berskala internasional yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan. Sedangkan kebijakan dan strategi penataan
ruang Kota Semarang secara umum terbagi atas Kebijakan pengembangan
struktur ruang dan Kebijakan pengembangan pola ruang. Kebijakan
pengembangan struktur ruang Kota Semarang dilakukan melalui :
1. Pemantapan pusat pelayanan kegiatan yang memperkuat kegiatan
perdagangan dan jasa berskala internasional.
2. Peningkatan aksesbilitas dan keterkaitan antar pusat kegiatan.
BAB III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
3. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem prasarana
sarana umum.
Kebijakan pola ruang meliputi kebijakan pengelolaan kawasan
lindung dan kawasan budidaya. Kebijakan peningkatan pengelolaan
Kawasan Lindung meliputi :
1. Peningkatan pengelolaan kawasan yang berfungsi lindung.
2. Pelestarian kawasan cagar budaya.
3. Peningkatan dan penyediaan ruang terbuka hijau yang proporsional
di seluruh wilayah Kota.
Sedangkan kebijakan pengembangan kawasan budidaya meliputi :
1. Pengaturan pengembangan kawasan budidaya sesuai dengan daya
dukung dan daya tampung.
2. Perwujudan pemanfaatan ruang yang efisien dan kompak.
3. Pengelolaan dan pengembangan kawasan pantai.
10. Rencana Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan
Dengan mempertimbangkan luas, karakter daerah, koordinasi
pelaksanaan pembangunan, kemudahan dalam penyelesaian masalah, maka
pembagian BWK di Kota Semarang ditentukan melalui pendekatan batas
administratif.
BAB III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Gambar 18 . Peta Pembagian BWK Kota Semarang
Sumber . Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang
Tahun 2010-2015
Untuk itu, dalam Rencana Tata Ruang Kota Semarang Tahun 2010-
2030 pembagian BWK ditetapkan sebagai berikut :
a. BWK I meliputi Kecamatan Semarang Tengah, Kecamatan
Semarang Timur dan Kecamatan Semarang Selatan dengan luas
kurang lebih 2.223 Ha;
b. BWK II meliputi Kecamatan Candisari dan Kecamatan
Gajahmungkur dengan luas kurang lebih 1.320 Ha;
c. BWK III meliputi Kecamatan Semarang Barat dan Kecamatan
Semarang Utara dengan luas kurang lebih 3.522 Ha;
d. BWK IV meliputi Kecamatan Genuk dengan luas kurang lebih 2.738
Ha;
e. BWK V meliputi Kecamatan Gayamsari dan Kecamatan Pedurungan
dengan luas kurang lebih 2.622 Ha;
BAB III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
f. BWK VI meliputi Kecamatan Tembalang dengan luas kurang lebih
4.420 Ha;
g. BWK VII meliputi Kecamatan Banyumanik dengan luas kurang
lebih 2.509 Ha;
h. BWK VIII meliputi Kecamatan Gunungpati dengan luas kurang
lebih 5.399 Ha;
i. BWK IX meliputi Kecamatan Mijen dengan luas kurang lebih 6.213
Ha; dan
j. BWK X meliputi Kecamatan Ngaliyan dan Kecamatan Tugu dengan
luas kurang lebih 6.393 ha.
Tabel 4 Fungsi Dan Peran Bwk Di Kota Semarang
BWK REGIONAL KOTA
Fungsi Fas. Penunjang Fungsi Fas. Penunjang
I Perdagangan Johar Perdagangan dan Simpang Lima
Simpang Lima Jasa Bulu
Pekojan Peterongan
Mataram
Pasar Kobong
Jasa
Perkantoran Jl. Pahlawan Perkantoran Jl. Pemuda
Madukoro
Kesehatan RSDK Kesehatan Panti Wiloso
R. Bersalin
Budaya Kota Lama
R. Saleh Budaya
Undip Pendidikan
BAB III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
II pendidikan Akpol Jasa hotel
kesehatan RS. Elizabeth Jasa
Olah raga Stadiun Kr. Rejo jasa
III Transport Bandara perdagangan anjasmoro
Pelabuhan perdagangan
Rekreasi Tanjung Mas rekreasi marina
industri Kawasan pelabuhan
IV industri terboyo perikanan tambak
transport terminal
pendidikan Unissula
V perdagangan Pasar waru (rencana) perdagangan Majapahit
peribadatan Masjid Agung
VI Pendidikan undip Pemakaman
VII Transport Terminal (rencana)
VIII Pendidikan Unes Konservasi DAS G. Kreo
IX Perdagangan (rencana)
Pendidikan
X Industri Tugu Perdagangan Pasar
BAB III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Pendidikan IAIN
Rencana pendistribusian fasilitas pelayanan regional dimasing-masing
BWK meliputi :
a. Perkantoran, perdagangan dan jasa di BWK I, II, dan III
b. Pendidikan kepolisian dan olah raga di BWK II
c. Perkantoran, transportasi udara dan transportasi laut di BWK III
d. Industri di BWK IV dan BWK X
e. Pendidikan di BWK VI dan BWK VIII
f. Perkantoran militer di BWK VII
g. Kantor pelayanan publik di BWK IX
Rencana penetapan pusat pelayanan di Kota Semarang terdiri atas:
Pusat pelayanan kota, Sub pusat pelayanan kota dan Pelayanan lingkungan.
Pusat pelayanan kota berfungsi sebagai pusat pelayanan pemerintahan
Provinsi, pemerintahan Kota yang berupa pusat pelayanan kegiatan
pemerintahan yang dilengkapi dengan pengembangan fasilitas, meliputi
kantor Gubernur dan kantor Walikota serta fasilitas kantor pemerintahan
pendukung dan pelayanan publik lainnya
11. Kawasan Strategis Bidang Sosial Budaya
Kawasan strategis bidang sosial budaya di Kota Semarang adalah
Kawasan Cagar Budaya Kota Lama, Kampung Pecinan, Kampung Melayu,
dan kawasan lainnya. Kawasan tersebut merupakan kawasan cagar budaya
yang harus dilindungi dan dilestarikan keberadaannya. Hal ini dimaksudkan
untuk mempertahankan kekayaan budaya berupa peninggalan-peninggalan
sejarah yang berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dari
ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia.
Dalam pemanfaatannya, kawasan cagar budaya dapat ditingkatkan
BAB III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
fungsinya untuk dapat menunjang kegiatan pariwisata, yang nantinya dapat
memberikan kontribusi pendapatan dari sektor pariwisata.
12. Fokus Seni dan Budaya.
Pembangunan pada fokus seni dan budaya meliputi indikator jumlah
grup kesenian dan gedung olahraga. Kinerja pembangunan Seni dan budaya
Kota Semarang periode 2005-2009 pada masing-masing indikator adalah
sebagai berikut :
Seni dan Budaya Jumlah grup kesenian di Kota Semarang selama 5
tahun (2005-2009) menunujukkan peningkatan dari 376 buah menjadi 573
buah pada tahun 2009, demikian pula ratio jumlah grup kesenian terhadap
per. 10.000 jumlah penduduk Kota Semarang yaitu dari 2,65 pada tahun
2005 menjadi 3,80 pada tahun 2009. Sedangkan jumlah gedung kesenian
juga mengalami peningkatan dari 33 buah dengan rasio per 10.000 sebesar
0,23 pada tahun 2005 menjadi sebesar 39 buah dengan rasio per 10.000
penduduk sebesar 0,26 pada tahun 2009. Namun jika dilihat dari ratio
jumlah grup kesenian terhadap 10.000 jumlah penduduk masih relatif kecil.
Hal ini menunjukkan bahwa masih kurang resposifnya masyarakat terhadap
kesenian tradisional. Upaya mengembangkan kesenian tradisional
diharapkan akan mampu memberikan dampak kesejahteraan bagi para
pelaku seni. Demikian pula dengan perkembangan sarana prasarana gedung
kesenian menunjukkan peningkatan dari tahun ketahun namun ratio jumlah
gedung kesenian masih relatif kecil terhadap per 10.000 jumlah penduduk
yakni sebesar 3,80 pada tahun 2009. Berikut gambaran perkembangan
Jumlah Grup dan Gedung Kesenian Kota Semarang selama 5 tahun (2005-
2009), sebagaimana tabel berikut
Tabel 5
Rasio Grup Kesenian Kota Semarang Tahun 2005-2009
Uraian
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
BAB III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Jml. Grup Kesenian 376 386 573 573 573
Jml Penduduk 1.419.478 1.434.025 1.454.594 1.481.640 1.506.924
Rasio/10.000
penduduk
2,65 2,69 3,94 3,87 3,80
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, 2010 diolah
Tabel 6
Rasio Gedung Kesenian Kota Semarang Tahun 2005-2009
Uraian
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
Jml. Gedung
Kesenian
33 33 33 33 39
Jml Penduduk 1.419.478 1.434.025 1.454.594 1.481.640 1.506.924
Rasio/10.000
penduduk
0,23 0,23 0,23 0,22 0,26
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, 2010 diolah
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan kebudayaan selama
periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut
:
Tabel 7
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kebudayaan Kota Semarang Tahun 2005-
2009
No Indikator Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1 Penyelenggaraan festival seni
dan budaya
45 45 45 45 46
2 Sarana penyelenggaraan seni
dan budaya
55 55 55 55 55
BAB III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
3 Benda, situs, dan kawasan
cagar budaya yang
dilestarikan
174 174 174 174 174
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 2010 (data diolah)
Penyelenggaraan festival seni dan budaya dari tahun 2005 sampai 2008
jumlahnya tetap sebanyak 45 event kegiatan, hanya pada tahun 2009 bertambah 1
event kegiatan. Kota Semarang telah memiliki sarana penyelenggaraan seni dan
budaya sebanyak 55 buah dari tahun 2005 sampai tahun 2009. Benda, situs dan
kawasan cagar budaya yang dilestarikan ada 174 buah antara lain 4 kawasan
sejarah budaya dan 170 buah bangunan, yang terdiri dari bangunan budaya
sebanyak 3 buah, bangunan tempat ibadah sebanyak 24 buah, bangunan kesehatan
sebanyak 3 buah, bangunan perkantoran 46 buah, bangunan Pemerintahan
sebanyak 13 buah, bangunan pendidikan sebanyak 11 buah, bangunan
pengangkutan sebanyak 3 buah, bangunan rumah tinggal sebanyak 56 buah, dan
bangunan lainnya sebanyak 11 buah. Tantangan kedepan diperlukan kegiatan-
kegiatan yang lebih bisa mempromosikan kota Semarang sebagai tempat tujuan
wisata, tidak lagi hanya sebagai tempat singgah sementara. Selain itu perbaikan
dan penyempurnaan di bidang sarana penyelenggaraan kesenian juga diperlukan
dalam mendukung bentuk promosi tersebut. Sedangkan pelestarian benda maupun
bangunan cagar budaya dilakukan agar lebih bisa menonjolkan ciri dan landmark
kota Semarang dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
BAB III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
BAB IV
ANALISA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
A. Analisa Pendekatan Konsep Perencanaan
1. Pemahaman
Taman Rekreasi dan Wisata Budaya Raden Saleh adalah suatu tempat
yang didalamnya dilengkapi dengan fasilitas untuk berekreasi dan wadah
untuk melakukan kegiatan wisata ( menikmati) suatu budaya yang telah
ada dan berkembang dalam masyarakat sebagai objek atau atraksi.
2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran
2.1. Maksud
a. Sebagai Tempat Rekreasi dan Wisata Budaya
Perancangan Kembali Taman Budaya Raden Saleh ini dimaksudkan
untuk menjadikannya sebagai sarana publik yang rekreatif dan edukatif.
Sesuatu hal yang membuat orang penasaran sehingga muncul
keinginantahuan yang mendorongnya untuk berkunjung. Semua fasilitas
yang ada di dalamnya terkait dengan fungsi melestarikan dan mempelajari
kebudayaan lokal, yang dikemas dalam tatanan yang rekreatif sehingga
pengunjung tidak merasa bosan berada di dalamnya.
b. Sebagai Tempat Pengapresiasian Karya Seni Anak Bangsa dan
Seniman Lokal pada Khususnya
Adanya grup musik tradisional Gambang Semarang, grup wayang
orang Ngesthi Pandowo, dan beberapa jenis kesenian lain membutuhkan
suatu wadah untuk mengapresiasikan, mendokumentasikan dan
melestarikannya.
Keberadaan Taman Budaya Raden Saleh semula yang tidak
berkembang sebagaimana mestinya, kurang menarik perhatian masyarakat,
fasilitas yang kurang dan rusak perlu ditata dan dirancang kembali agar
kesenian lokal Kota Semarang tidak punah.
c. Sebagai Pusat Promosi
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Perancangan Kembali Taman Budaya Raden Saleh ini juga
merupakan sarana promosi bagi masyarakat Semarang dan sekitarnya untuk
memasarkan produk-produk lokal kepada wisatawan-wisatawan yang
berkunjung ke Semarang dan masyarakat sekitar. Produk-produk lokal yang
dipasarkan merupakan hasil kerajinan kesenian dan makanan khas Kota
Semarang, serta tempat- tempat bersejarah lain di Semarang.
2.2. Tujuan
a. Bagi Seniman dan Hasil Karyanya
· Membantu dalam mempromosikan dan mengapresiasikan karya
seni
· Memberikan kesempatan kepada para seniman untuk
mengembangkan bakat seninya dengan mengasah kemampuan
seninya melalui ajang pameran seni.
b. Bagi Bidang Kepariwisataan dan Kebudayaan
· Merupakan strategi dalam upaya untuk mengembangkan dan
meramaikan obyek wisata yang telah ada.
· Membantu dalam mempromosikan sekaligus memasarkan
obyek-obyek wisata yang ada di Semarang
· Membantu dalam mempromosikan sekaligus melestarikan
kebudayaan lokal Kota Semarang pada khususnya
· Memacu sektor-sektor lain seperti perdagangan, bisnis
akomodasi pariwisata, dll.
c. Bagi Pemerintah
· Membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan bagi
seniman,
· Membantu pemerintah dalam mempromosikan pariwisata di
Kota Semarang.
· Membantu pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat dalam bidang pariwisata dan seni.
· Membantu pemerintah dalam meningkatkan Pendapatan Daerah.
· Membantu pemerintah dalam menegakkan identitas kota
Semarang sebagai kota wisata.
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
d. Bagi Masyarakat Umum
· Memberikan pelayan berupa sarana rekreasi, apreasi seni dan
tempat untuk memenuhi kebutuhan sosial.
· Memberikan sarana pelayanan berupa informasi bidang
pariwisata dan seni.
· Memberikan pelayanan berupa sarana penjualan barang-barang
seni dan sarana untuk dapat menikmati kesenian daerah.
2.3. Sasaran
a. Sektor Perdagangan
Melalui peran Perancangan Kembali Taman Budaya Raden Saleh ini
akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan daerah
dari sektor perdagangan seni dan kerajinan melalui promosi dan penjualan
dalam Taman Budaya Raden Saleh yang akan dirancang dengan
memanfaatkan pontensi letak Taman Budaya Raden Saleh yang strategis
terkait dengan tempat-tempat wisata yang ada.
b. Sektor Kepariwisataan
Melalui Perancangan Kembali Taman Budaya Raden Saleh sebagai
Taman Rekreasi Dan Wisata Budaya di Semarang ini akan menambah
berkembangnya pariwisata di Semarang dan meningkatkan jumlah
wisatawan yang akan mengunjunginya. Hal ini akan memacu pertumbuhan
sektor lain yang sangat besar manfaatnya bagi kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat.
c. Sektor Kebudayaan
Melalui Perancangan Kembali Taman Budaya Raden Saleh sebagai
Taman Rekreasi dan Wisata Budaya di Semarang ini diharapkan dapat
mengangkat kebudayaan lokal Kota Semarang dan melestarikannya.
d. Sektor-sektor lainnya
Melalui Perancangan Kembali Taman Budaya Raden Saleh sebagai
Taman Rekreasi dan Wisata Budaya di Semarang ini diharapkan Semarang
memiliki tempat wisata yang lengkap. Selain itu, obyek ini diharapkan dapat
mendukung dan menjadikan Taman Budaya Raden Saleh dikenal di
kalangan masyarakat lokal maupun nasional sekalipun.
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Maksud, tujuan, dan sasaran di atas diciptakan dengan mengangkat
nilai kelokalan daerah setempat. Agar dalam Perancangan Kembali Taman
Budaya Raden Saleh sebagai Taman Rekreasi dan Wisata Budaya di
Semarang tidak meninggalkan identitas yang sudah ada pada kawasan
tersebut.
3. Kegiatan Yang Akan Diwadahi
Taman Budaya yang akan diciptakan menampung dua kegiatan
utama, yaitu kegiatan rekreasi dan kegiatan pelestarian dan
pengapresiasian budaya. Di mana kegiatan yang berkaitan dengan
kebudayaan dihadirkan untuk mempertahankan eksistensi taman budaya
dengan tetap berbasis pada hal yang memang menjadi fungsi taman
budaya pada umumnya, yaitu mengadakan kegiatan pameran dan
pertunjukkan budaya. Sedang kegiatan rekreasi yang akan diciptakan
berbasis sebagai tempat wisata. Dengan adanya taman hiburan remaja
dan pasar seni dalam Taman Budaya Raden Saleh ini dimaksudkan
untuk lebih menghidupkan kondisi pariwisata yang ada di Semarang,
mengingat di Semarang belum terdapat tempat wisata yang berbasis
wisata budaya.
Kegiatan yang akan diwadahi dalam Taman Budaya Raden Saleh
yang direncanakan merupakan harmonisasi sektor ekonomi, sektor sosial,
sektor wisata, dan sektor budaya yang dapat menunjang dan meramaikan
pariwisata di Semarang. Secara struktural taman budaya dan taman
rekreasi/ wisata disatukan dalam satu wadah, namun dalam pengelolaan
yang berlansung di dalamnya secara sektoral terpisah untuk memudahkan
dalam proses pengaturan dan pengendaliannya. Dirumuskan kelompok
kegiatan yang akan diwadahi dalam Taman Budaya Raden Saleh
nantinya adalah :
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
3.1. Kelompok Kegiatan Budaya
a. Kegiatan Apresiasi Budaya
· Pementasan sendratari, wayang orang, wayang kulit, dll
· Pemutaran film dokumenter karya anak bangsa ( lokal maupun
nasional )
b. Kegiatan Pelestarian Budaya
· Pendokumentasian hasil kebudayaan Jawa Tengah pada
umumnya dan Kota Semarang pada khususnya.
· Pameran temporer terkait kebudayaan Jawa Tengah
· Seminar dan penyuluhan tentang budaya
c. Kegiatan informasi
· Kegiatan informasi intern dan umum zona budaya
· Kegiatan informasi kawasan bersejarah Kota Semarang
· Kegiatan display barang-barang seni dan kerajinan
d. Kegiatan pengelola
· Kegiatan pengaturan, pengelolaan, dan pengendalian
e. Kegiatan servis dan pelayanan
f. Kegiatan penunjang
3.2. Kelompok Kegiatan Rekreasi
a. Kegiatan wisata
· Kegiatan berkumpul suatu komunitas
· Kegiatan jalan santai/ jogging
· Kegiatan permainan dengan alat
· Kegiatan makan, minum, dan istirahat
b. Kegiatan informasi dan promosi
· Kegiatan informasi intern dan umum zona rekreasi
· Layanan informasi pariwisata
c. Kegiatan pemasaran
· Penjualan barang seni dan kerajinan secara langsung
· Penjualan barang seni dan kerajinan melalui pemesanan
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
· Penjualan jasa seni
d. Kegiatan pengelola
· Kegiatan pengaturan, pengelolaan, dan pengendalian
e. Kegiatan servis dan pelayanan
f. Kegiatan penunjang
4. Pelaksanaan Kegiatan
Secara umum pelaksanaan terbagi atas beberapa unsur pembentuk
kegiatan dalam Taman Budaya Raden Saleh yang akan direncanakan, antara
lain :
4.1. Kegiatan Pemasaran
Kegiatan pemasaran yang meliputi kegiatan jual beli yang dilakukan
sesuai dengan kebutuhan yang berlangsung dalam dunia perdagangan,
bisnis, pariwisata, seni, dan hiburan, dll.
Pada umumnya kegiatan pariwisata sangat ramai pada hari
minggu/libur, sedangkan kegiatan yang lain seperti kegiatan perdagangan
hampir setiap hari ramai. Akan tetapi hari-hari libur kadang membawa
pengaruh yang cukup potensial. Mengingat letak TBRS dekat dengan pusat
kegiatan Kota Semarang yaitu Simpanglima dan berada dekat pula dengan
Kampus Undip, di mana jangka waktu kegiatan di tempat tersebut
berlangsung dari pagi hari sampai malam hari, maka direncanakan waktu
kegiatan yang berlangsung pada Taman Budaya Raden Saleh meliputi :
· Taman Budaya dan Taman Hiburan Remaja
Senin – Jumat : 07.00 – 21.00
Sabtu – Minggu : 06.00 – 22.00
· Pendhopo besar
Untuk umum dan dapat digunakan sewaktu- waktu
Sifat : sewa
Akan tetapi pada waktu-waktu tertentu jadwal kegiatan ini dapat
berubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
4.2. Kegiatan Informasi dan Promosi
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Secara garis besar kegiatan informasi dan promosi terbagi atas 2 jenis,
yaitu informasi dan promosi secara langsung dan tidak langsung. Informasi
dan promosi secara langsung dilakukan secara dan sewaktu-waktu, yang
secara otomatis disesuaikan dengan jadwal kegiatan pemasaran. Sedangkan
promosi tidak langsung dilakukan melalui berbagai media massa, media
elektronik, dan pertemuan-pertemuan periodik.
Selain informasi dan promosi yang dilakukan secara rutin, juga
dilakukan prmosi yang bersifat temporer.
· Promosi rutin dilakukan setiap bulan dan tahun.
· Promosi yang bersifat tidak rutin dilakukan sewaktu-waktu bila ada
yang bersedia.
Informasi dan promosi di sini mencakup informasi dan promosi
barang-barang seni dan kerajnan dari berbagai daerah di Kota Semarang
serta informasi dan promosi tempat-tempat wisata yang ada di Kota
Semarang pada khususnya dan Provinsi Jawa Tengah pada umumnya.
4.3. Kegiatan Pengelola
Kegiatan pengelola secara otomatis menyesuaikan kebutuhan dan
kegiatan yang berlangsung dalam Taman Budaya Raden Saleh. Namun,
untuk kegiatan administrasi hanya sampai pada jam tertentu sesuai dengan
jam kerja pada umumnya. Berikut ini merupakan jadwal kerja pengelola
secara resmi :
Senin-Kamis = 07.00 – 15.00 WIB
Jumat = 07.00 – 11.00 WIB
Sabtu = 07.00 – 14.00 WIB
Akan tetapi pada waktu-waktu tertentu, jadwal kegiatan ini dapat
berubah sesuai dengan situasi dan kondisi yag ada.
4.4. Kegiatan Penunjang
Kegiatan penunjang berlangsung seiring dengan kegiatan pemasaran
serta kegiatan informasi dan promosi di dalam Taman Budaya Raden Saleh.
Sifat kegiatan ini hanya sebagai activity support kawasan.
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
5. Skala Pelayanan
Skala pelayanan Taman Budaya Raden Saleh yang direncanakan ini
bersifat regional-nasional, memanfaatkan arus wisatawan ke Semarang dan
sekitarnya. Dan merupakan sarana bagi pelayanan promosi bidang seni dan
pariwisata di Semarang.
6. Gagasan Umum Perencanaan
Taman Rekreasi dan Wisata Budaya ini mengangkat misi berupa
taman yang memiliki makna sosial kehidupan masyarakat. Taman Budaya
Raden Saleh ini memiliki konsep utama sebagai upaya melestarikan budaya
setempat, dan sebagai tempat wisata baru yang dapat menunjang pariwisata
yang sudah ada. Usaha pencapaian tujuan tersebut dilakukan melalui proses
menterjemahkan kelokalan daerah ke dalam bentuk baru.
Kelokalan yang akan diwujudkan dibagi menjadi beberapa macam,
yang meliputi :
· Kelokalan suasana, dalam kelokalan ini dimaksudkan untuk tetap
menghadirkan suasana keakraban dan semarak yang memang sering
ditemukan dalam tempat wisata. Dan juga untuk mengembalikan esensi
taman sebagai tempat interaksi semua kalangan dan kelas masyarakat.
Penciptaan suasana tersebut dapat melalui penciptaan bentuk bangunan yang
berupa bangunan tradisional yang sederhana tetapi tidak lepas dari karakter
bangunan Jawa.
· Kelokalan bentuk, yang diwujudkan dengan mempresedenkan
bentuk-bentuk yang dipakai pada hunian dan bangunan-bangunan umum
serta bangunan pemerintahan daerah setempat. Yaitu berupa bentuk-bentuk
arsitektur tradisional yang berupa joglo, limasan, panggang pe dan lain
sebagainya.
· Kelokalan material, kelokalan bentuk di atas akan didukung
dengan kelokalan material. Material yang akan digunakan adalah material
yang dihasilkan dan sering digunakan oleh masyarakat setempat. Dalam hal
ini material yang akan digunakan adalah material kayu dan batu bata karena
mudah ditemukan dan sering digunakan oleh masyarakat setempat.
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
· Yang terakhir adalah Kelokalan Ide, dilakukan dengan
mengangkat potensi kesenian yang terdapat di Semarang dan sekitarnya
diwujudkan melalui penghadiran penggung terbuka untuk tempat
mementaskan karya seni rakyat seperti karawitan dan wayangan serta
kesenian yang lainnya dan diletakkan pada posisi yang strategis sebagai
“background” kawasan yang dapat dilihat oleh semua pengunjung.
Ruang kegiatan komunal dituntut elastis dan terbuka, baik terbuka
secara fisik maupun terbuka secara visual. Terbuka secara fisik maksudnya
adalah kebebasan, kemudahan, dan kelancaran yang diberikan kepada
pengunjung untuk melakukan pergerakan. Sedangkan maksud terbuka
secara visual artinya pengunjung dapat bebas melihat bangunan dan
pandangan dapat melihat dari ruang satu ke ruang lainnya. Karakter tersebut
dapat diungkapan dalam pola ruang, bidang vertikal ruang, dan pola
sirkulasi.
B. Analisis Pendekatan Konsep Perancangan
B.1. Analisa Makro
1. Analisa Tata Guna Lahan
Taman Budaya Raden Saleh ( TBRS ) yang mulanya adalah kebun
binatang Tegalwareng ini mengalami perubahan fungsi dan perubahan kualitas
lingkungan dengan munculnya berbagai fungsi baru.
Eksisting Site :
U
S
T B
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Gambar 19. Eksisting Site
Sumber : Google earth, 2011
Gambar 20 a . Eksisting Site
Sumber : analisa pribadi
Sesuai kebutuhan dan perkembangannya, peruntukkan lahan pada kawasan
Taman Budaya Raden Saleh mulai tahun 1987 sampai sekarang adalah sebagai
berikut :
Tabel 8. Peruntukkan Lahan dalam Kawasan TBRS
Tahun 1975- sekarang
Fungsi Tahun 1975 -1983 Tahun 1983 -1990 Tahun 1990 -sekarang
Area taman dan
kebun binatang
40 % 30% 0%
Area budaya 10% 10% 50%
Area terbuka 20% 20% 20%
Area
perkantoran
10% 10% 10%
Area komersial 20% 30% 20%
100 % 100 % 100 %
sumber : wawancara dan analisa pribadi
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Dari tabel diatas, dapat dilihat jelas bahwa Taman Budaya Raden Saleh
sudah mengalami pergeseran fungsi yaitu dari kawasan Taman dan Kebun
Binatang menjadi kawasan budaya dan hiburan komersial. Perkembangan ini
lambat laun akan membebani kawasan dan secara otomatis daya dukung kawasan
terhadap ruang yang ada akan semakin berkurang. Untuk itu perlunya
penggolongan fungsi yang natinya berperan dalam meningkatkan citra kawasan
untuk dikembangkan dan fungsi yang menurunkan citra kawasan yang harus
ditindaklanjuti atau dihilangkan,
Ada 4 fungsi besar yang digunakan sebagai pendekatan, yaitu :
· Ekonomi, mencakup bangunan yang bernilai ekonomi, dalam hal ini
bersifat komersiil, dimana nantinya sebagai pendukung dan penggerak
bagi kawasan untuk tetap hidup.
· Sosial, mencakup bangunan- bangunan yang dapat mewadahi interaksi
sosial bagi masyarakat.
· Budaya, mencakup fungsi utama yang memiliki nilai sejarah dan atau
mewadahi kegiatan budaya baik lokal maupun tradisional yang nantinya
dapat tetap mempertahankan citra kawasan sebagai cagar budaya.
· Fungsi lain yang tidak dapat dikategorikan ke dalam ketiga fungsi di atas.
Tabel 9. Pengelompokan Fungsi Bangunan Awal
Jenis Bangunan Ekonomi Sosial Budaya Lain- lain
Teater tertutup ( Gedung Ki
Narto Sabdho ) * * *
Amphiteater * * *
Perpustakaan daerah * * * *
Wonderia ( THR) * * *
Art and craft centre
* *
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Sanggar * * * *
Ruang seminar * * * *
Gedung pertemuan ( gedung
wanita ) * *
Kantor pengelola * *
Cafetaria * * *
Sumber : analisis pribadi
Evaluasi Purna Huni
Gambar 20b : Eksisting Site TBRS
Sumber : Google Earth 2010
Tabel 10 Evaluasi Purna Huni
Gambar Deskripsi Kondisi Fisik
Analisa Konsep Perancangan
a. Taman Hiburan
Rakyat “Wonderia”
Merupakan “Taman Mini” Kota Semarang. Menduduki tanah milik Taman Budaya Raden Saleh.
Wonderia dibangun bertujuan untuk mengangkat keberadaan TBRS di mata khalayak. Namun hanya ramai pada awalnya saja, dan saat ini
Redesain
A B
C
D E
F
G
H
I J
K
U
A
B
U
C
E F
G
H
I J
K
D
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
digunakan sebagai tempat jual beli mobil.
b. Perpustakaan
Perpustakaan umum yang pada awalnya terpisah dari kawasan TBRS
Perpustakaan umum akan tetap ada, namun letaknya yang disesuaikan di dalam site, dengan sistem parkir yang menyatu dengan Taman Budaya Raden Saleh sehingga dapat pula berfungsi sebagai daya tarik.
Redesain
c. Gedung Wanita
Gedung Wanita yang berfungsi sebagai gedung sewa untuk pernikahan, seminar, dll
Gedung Wanita akan dihilangkan mengingat fungsinya sebagai fungsi budaya, tetapi fasilitas sewa ( ruang serbaguna ) untuk seminar dll tetap ada di dalam site.
Redesain
d. Gedung
Kesenian
Gedung Kesenian bernama Ngesthi Pandowo, berfungsi sebagai tempat pertunjukkan seni terutama Grup Wayang Orang Ngesthi Pandowo
Gedung Kesenian Ngesthi Pandowo sudah ada, namun pada kenyataannya bangunan ini ditutup, karena plafon dan panggung yang rusak. Selasar pada bangunan ini digunakan sebagai tempat kaki lima, dan tak sedikit tunawisma yang menggunakan selasar tersebut untuk beristirahat.
Redesain
e. Kantor
Pengelola
Kantor pengelola dari UPT Dinas Pariwisata Kota Semarang.
Letak kantor pengelola awal kurang representatif
Redesain
f. Pendopo
Pendopo ini berfungsi sebagai tempat latihan terbuka bagi para remaja dan pekerja seni
Letak pendopo berada di timur site dan tidak ekspose. Besaran ruang tidak mencukupi untuk berlatih bersama.
Redesain
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
g. Pesawat kebanggaan warga tempo dulu
Pesawat ini menjadi icon TBRS pada masa tahun 1980an.
Kondisi sekarang (2011), pesawat ini sudah rusak, dan pada beberapa bagian tertentu hilang. Hanya tersisa body pesawat yang dicorat- coret.
Diperbaiki sebagai icon kawasan
h. Panggung Terbuka
Panggung terbuka yang dibangun untuk pertunjukkan kesenian terbuka
Kondisi awal panggung terbuka tidak terawat, besaran ruangnya yang tidak mencukupi. Space bagi para penonton berada di luar, dan sekarang ditanami tanaman eceng gondok. Bangunan ini sudah ditutup sejak 5 taun yang lalu ( narasumber : Bpk Wiranto, staff pengelola )
Redesain
i. Kontur tertinggi dalam site
Gambar (i) adalah kontur tertinggi dalam site. Gambar tersebut diambil dari Jalan Wilis, jalan lingkungan di sebelah belakang ( barat daya ) site.
Lahan berkontur di dalam site dimanfaatkan untuk area rekreasi keluarga. Kontur tertinggi akan digunakan sebagai area restoran dan ruang seminar ( ruang serbaguna ) memanfaatkan view sekitar.
Desain
j. Jalan Wilis
Jalan wilis di belakang site ( barat daya )
Jalan Wilis selebar 5- 6 meter. Berpotensi sebagai side entrance untuk loading unloading barang dan jalur khusus pengelola.
Desain
k. Akses menuju barat daya site
Terdapat jalan setapak selebar 2 meter, merupakan akses menuju barat daya site yang berkontur.
Bagian ini menuju ke barat daya ditumbuhi oleh semak- semak dan tanaman liar sehingga sukar dilalui
Redesain
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Sumber : analisa pribadi, 2011
Dari analisa diatas, ditarik kesimpulan bahwa kawasan ini layak untuk
diredesain. Untuk mencari pendekatan yang sesuai dalam menentukan karakter
kawasan, fungsi- fungsi yang ada dapat diolah dengan perincian sebagai berikut :
a. Fungsi budaya, yaitu Gedung Ki Narto Sabdho , Patung Raden Saleh,
pohon- pohon beringin besar yang telah tumbuh sebelum bangunan
didirikan tetap dipertahankan keberadaannya baik fungsi maupun
bentuk. Karena keberadaannya menyangkut nilai sejarah kawasan
yang dulunya berfungsi sebagai kebun binatang Tegalwareng, kebun
binatang pertama di kota Semarang.
b. Fungsi sosial, yaitu Taman Hiburan Rakyat, Gedung Ki Narto
Sabdho, Taman Bermain Wonderia didesain ulang dan
dikembangkan fungsinya untuk mendukung fungsi budaya dan
mewadahi interaksi sosial. Untuk miniatur pesawat kebanggaan anak
tempo dulu akan diperbaiki dan difungsikan kembali.
c. Fungsi ekonomi, yaitu PKL yang dialihfungsikan menjadi cafetaria,
art and craft shop dan beberapa fasilitas di Taman Hiburan Remaja
yang bersifat komersial. PKL ditambah, ditata ulang dan difungsikan
sebagai fasilitas pendukung kawasan. Selain itu dengan penambahan
fasilitas Art and Craft Shop yang berisi penjualan barang dan jasa
untuk memasarkan tempat wisata, baik wisata alam, wisata budaya,
maupun wisata religi di Kota Semarang, dan juga menjual makanan
dan kerajinan khas Kota Semarang.
Pengolahan tersebut nantinya mengacu kepada fungsi kawasan mewadahi
kegiatan rekreasi dan wisata budaya. Pembagian tata guna lahan tersebut di
bawah ini :
Area rekreasi berisi :
- Taman Hiburan Rakyat, berupa tempat bermain dengan dan tanpa alat
- Segaran untuk praon ( naik perahu di danau buatan )
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
- Taman dan ruang komunal
- Restoran
Area budaya :
- Teater tertutup
- Ruang pameran,museum, perpustakaan (pusat dokumentasi )
- Sanggar
- Amphiteater ( teater terrbuka )
- Pendhopo
- Bioskop mini ( cineplex )
Area pendukung : ruang pengelola, musholla, area parkir, toilet, cafetaria,
gazebo
Yang masing- masing tidak diwadahi dalam satu wadah, tetapi dengan pembagian
sebagai berikut :
Gambar 21. zonning kawasan
Sumber : analisis pribadi
Area budaya
Area rekreasi
U
S
T B
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Untuk mendapatkan pembagian di atas, pertimbangan yang diambil meliputi :
· Bagian Timur Laut, Jalan Utama Sriwijaya
Pintu masuk utama, plasa penerima dan tempat parkir ( pemanfaatan
sempadan ) dan area budaya sebagian besar pada bagian Timur Laut untuk
memperoleh karakteristik Taman Budaya Raden Saleh lama terhadap
lingkup kawasan sekitarnya.
· Bagian Barat Laut terdapat jalan lingkungan pemukiman Genuk Sari.
Jalan tersebut adalah jalan utama menuju pemukiman padat penduduk.
Jalan ini tidak dapat dimasuki sembarang kendaraan karena merupakan
satu- satunya akses ke pemukiman Genuk Sari.
· Bagian Barat Daya, di luar kawasan terdapat pemukiman padat penduduk,
yaitu kawasan pemukiman Jalan Wilis. Taman hiburan remaja dan
amphiteater diletakkan di area sebelah Selatan, secara tidak langsung dapat
menarik perhatian penduduk sekitar kawasan.
· Bagian Tanggara, jalan lingkungan menuju pemukiman padat penduduk,
kawasan Genuk Perbalan. Jalan lingkungan yang cukup lebar untuk 2 jalur
kendaraan roda empat, ditempatkan fasilitas pendukung kawasan dan
tempat untuk pengelola ( sirkulasi untuk servis dan pengelola ).
· Bagian tengah kawasan, memiliki potensi sebagai plasa penerima dan
pusat awal dan akhir dari seluruh aktivitas dalam kawasan, dimana
pengunjung dapat menentukan pilihan aktivitas yang dijalani. Plasa
penerima bisa berbentuk taman, dengan memanfaatkan pohon- pohon
konservasi yang letaknya paling banyak terdapat di tengah kawasan
sebelah timur laut.
2. Pengolahan Site
Secara garis besar kondisi tapak kawasan Taman Budaya Raden Saleh
adalah rata, kecuali pada bagian barat daya yang masih berupa lahan kosong
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
memiliki kontur tanah setinggi maksimal 1 meter. Kondisi ini memiliki banyak
keuntungan menyangkut peletakkan bangunan yang membutuhkan view menarik
seperti taman bermain dan pujasera sehingga dapat melihat seluruh kegiatan
taman budaya. Juga pemanfaatan gardu pandang pada kontur tertinggi.
Di bawah ini beberapa analisis tapak yang nantinya sangat menguntungkan
bagi perencanaan penataan Taman Budaya Raden Saleh.
a. Pencapaian
Pencapaian merupakan titik awal pengolahan site untuk menentukan
arah masuk site. Pencapaian di tentukan berdasarkan potensi infrastruktur
jalan yang berpotensi sebagai akses utama dan akses pendukung site.
Berikut ini adalah gambaran pencapaian site yang ditentukan berdasarkan
keberadaan infrastruktur yang ada :
Gambar 22. pencapaian site
Sumber : analisis pribadi
Tabel 11
Analisa Pencapaian
No Akses masuk Analisa
1 Jl Sriwijaya Merupakan salah satu jalan sekunder di Kota Semarang, dengan lebar jalan ± 10 meter digunakan dua arah oleh kendaraan roda 4, baik kendaraan umum maupun pribadi jalan sangat potensial dimanfaatkan sebagai jalan utama masuk site sebelah timur laut ( site menghadap timur laut
Akses utama menuju site, Jln. Sriwijaya ± 10m
Alternatif side entrance, Jln. Genuk Perbalan ± 8m
Alternatif side entrance, Jln. Genuk Sari ± 6m
Alternatif side entrance, Jln. Wilis ± 6m
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
).
2 Jl. Genuk Perbalan Merupakan jalan lingkungan menuju pemukiman Genuk Perbalan. Lebar jalan cukup besar, selebar 8 meter dan dapat dilewati 2 kendaraan roda empat.
3 Jl.Genuk Sari Merupakan jalan lingkungan menuju pemikiman Genuk Sari dan pemukiman Wilis. Jarang dilewati kendaraan umum, kecuali kendaraan pribadi penduduk. Lebar jalan 6 meter. Tidak memungkinkan untuk dijadikan akses masuk menuju site.
Jln Wilis
Merupakan jalan lingkungan menuju pemikiman Genuk
Sari dan pemukiman Wilis. Tidak dilewati kendaraan
umum, kecuali kendaraan pribadi penduduk. Lebar jalan 6
meter. Memungkinkan untuk dijadikan side entrance
khusus pengelola dan service.
Sumber : analisis pribadi
b. Orientasi
Orientasi merupakan pertimbangan untuk menentukan arah hadap
bangunan berdasarkan tingkat keberadaan akses pencapaian, view dan
zonifikasi. Selain itu penempatan zonifikasi juga dipengaruhi oleh
keberadaan potensi noise yang timbul akibat respon lingkungan sekitar.
Bentuk gambarannya adalah ;
Gambar 23 orientasi site
Sumber : analisis pribadi
Bagian timur laut, orientasi menghadap ke jalan raya, yaitu Jalan Sriwijaya
Bagian tenggara, orientasi menghadap ke jalan lingkungan, pemukiman dan pertokoan.
Bagian barat laut, orientas menghadap ke jalan lingkungan dan pemukiman
Bagian barat daya menghadap pemukiman padat, kawasan Wilis
4
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 12
Analisa Orientasi
Keterangan : site menghadap ke arah Timur Laut
No Orientasi Analisa
1 Timur Laut Orientasi site mengarah langsung ke jalan Sriwijaya, tingkat kebisingan dan aktivitas sangat tinggi karena merupakan satu- satunya jalan raya di sepanjang kawasan tersebut, dan merupakan akses dalam kota menuju pusat kota, yaitu Simpang Lima. Bagian ini sangat potensial sebagai sumbu (as) dan arah hadap utama bangunan ke timur laut dan pintu masuk utama site
2 Tenggara Orientasi site mengarah ka jalan lingkungan menuju pemukiman Genuk Perbalan dan Wilis, pertokoan dan pemukiman, tingkat kebisingan dan aktivitas tidak terlalu tinggi, karena hanya dilewati oleh kendaraan pribadi. Bagian tenggara direncanakan akan dimanfaatkan sebagai side entrance menuju site.
3 Barat Daya Orientasi site mengarah langsung ke pemukiman jalan Wilis yang padat penduduk. tingkat kebisingan dan aktivitas relativ rendah, kondisi topografi pada bagian ini sedikit berkontur, dengan ketinggian maksimal hanya 1 meter. Bagian ini sangat potensial sebagai sumbu ( as) dalam mendirikan bangunan dalam site.
4 Barat Laut Orientasi site mengarah ke arah jalan lingkungan menuju pemukiman Genuk Sari. Tingkat kebisingan dan aktivitas tidak terlalu tinggi, jalan hanya berfungsi sebagai akses masuk ke pemikiman Genuk Sari dan Wilis.
Sumber : analisa pribadi
c. Klimatologi
Angin Tenggara yang bersifat basah, datang pada bulan Oktober - April
Angin Gunung membawa dingin, terjadi pada malam hari
Angin muson barat laut dapat direduksi oleh bangunan sekitar
Angin Lembah membawa udara panas, terjadi pada siang hari
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Area parkir
Zona budaya
Zona peghubung ( zona abu- abu Zona rekreasi
Area parkir
Sirkulasi kawasan
Zona pengelola pusat
Gambar 24. analisa klimatologi
Sumber : analisis pribadi
Analisa :
Sinar matahari pada pagi hari menyehatkan berpotensi sebagai
kegiatan-kegiatan yang berorientasi di pagi hari, selain itu juga
dimanfaatkan sebagai pencahayaan alami. Untuk sinar matahari sore tepat di
barat site cenderung panas dan kurang baik untuk bangunan sehingga perlu
adanya penyelesiannya dan cocok untuk kegiatan yang tingkat aktivitasnya
rendah. Untuk penyelesaian panas pada siang hari direduksi oleh adanya
vegetasi yang direncanakan di dalam site, sehingga tingkat kenyamanan
termal pada bangunan dapat terjaga dengan optimal. Untuk respon angin
dimanfaatkan sebagi penghawaan alami sehingga menekan penggunaan
penghawaan buatan (AC). Perlu adanya penyelesaian bangunan sehingga
dapat merepon kondisi klimatologi.
Adanya pohon konservasi yang cukup banyak dan lebat di bagian
tengah site dapat secara langsung mengurangi kondisi sinar matahari dan
angin yang berlebihan.
d. Zonifikasi
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Gambar 25 zonifikasi site
Sumber : analisis pribadi
e. Pola tata masa dan sirkulasi
1) Tata masa
Dalam menciptakan susunan/ organisasi massa dalam suatu komposisi
arsitektur, susunan/ bentuk-bentuk tata massa yang dihasilkan haruslah
menikuti hirarki yang telah ada pada fungsi-fungsi yang ditampung, para
pemakai yang dilayani, tujuan-tujuan arti yang disampaikan
(filosofis/simbolis) ( Francis DK Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan
Susunannya, hal 333 )
Tabel 13
Alternatif penyusunan tata massa
No Bentuk TATA MASSA
1 LINIER
Terdiri dari bentuk-bentuk yang diatur
dalam satu deret yang berulang
2
GRID
Terdiri dari bentuk-bentuk yang diatur
dalam lebih dari satu deret yang berulang
3 KOSENTRIS
terdiri dari sejumlah bentuk-bentuk asal
yang dominan dan berada di tengah-
tengah, perkembangan bentuk yang
memusat
4 RADIAL
Komposisi dari bentuk-bentuk linear yang
berkembang keluar dari bentuk-bentuk
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
terpusat searah dengan jari-jarinya
5 CLUSTER
Terdiri dari bentuk-bentuk yang saling
berdekatan atau bersama-sama menerima
kesamaan visual
Analisa :
Berdasarkan analisa, bentuk tata massa yang sesuai kawasan
Taman Budaya Raden Saleh adalah bentuk GRID dan CLUSTER, bentuk ini
mendukung prinsip keteraturan, simetris, dan simbolis. Suatu kondisi
simetris menuntut susunan yang seimbang dari pola-pola yang hampir sama
dari bentuk-bentuk massa terhadap suatu garis bersama (sumbu) atau titik.
2) Sirkulasi
Kinetika dari gerakan merupakan suatu studi tentang sifat gerakan
(J.O. Simond, Landscape Architecture). Berikut dibawah ini pendapat
tentang pergerakan kinetika :
Berbagai bentuk lintasan
Sumber : analisa pribadi
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Analisa :
Bentuk sirkulasi yang dipilih disesuaikan dengan kondisi penataan
massa bangunan, sirkulasi difungsikan sebagai penghubung antar massa
bangunan yang harus memperhatikan : keteraturan, kenyamanan dan
kejelasan sirkulasi, sesuai dengan potensi site dan dapat memisahkan alur
sirkulasi manusia dengan kendaraan.
3) Lansekap
Dalam perencanaan Taman Budaya Raden Saleh lanscape berfungsi
sebagai :
· Tata landscape juga berfungsi dalam menciptakan view yang menarik
dalam suatu bangunan, oleh karenanya pengaturan landscape juga
memperhatikan faktor view ke dalam site.
· Memberi keseimbangan antar ruang-ruang terbuka/ plaza/ tanaman
hijau dengan massa bangunan semedikian rupa sehingga terbentuk
pola ruang yang harmonis
· Memberikan keseimbangan lingkungan dengan menciptakan sebanyak
mungkin ruang-ruang terbuka baik berupa taman/ plaza diantara massa
bangunan, hal ini akan memberi kesan teduh dan akrab
· Menciptakan suasana lingkungan sekitarnya dengan memberikan
pohon-pohon pelindung pada jalur-jalur pendestrian. Hal ini berguna
untuk tujuankenyamanan dan sekaligus sebagai barier yang
mendukung terciptanya suasana yang manusiawi dan lalu lintas yang
terjadi di kompleks taman rekreasi dan wisata budaya, diharapkan
tidak negatif atau menggangu lingkungan
Gambar 26 sirkulasi Sumber : J.O. Simond, Landscape Architecture
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Gambar 27 elemen lansekap
Sumber : J.O. Simond, Landscape Architecture
4) Vegetasi
Dalam perancangan lansekap vegetasi memiliki fungsi bermacam-
macam yaitu sebagai zona relaksasi dan zona hijau, sebagai penyedia
oksigen, sebagai filter terhadap suara, debu, udara dan bau, serta sebagai
penahan air atau cadangan air saat musim hujan.
Analisa :
Kebutuhan jenis vegetasi dalam desain, disesuaikan dengan
konsep bangunan. Terdapat beberap klasifikasi jenis vegetasi,
berdasarkan fungsi dan sifat ( Plans, People, and Environmental Quality,
U.S Depertemnt of Interior, National Service, 1972 ), adalah :
- Fungsi
- Sifat
· Bersifat kolom
VEGETASI
PENERANGAN
DRAINASE JALAN
PARKIR
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
· Bersifat lebar dan menyebar
· Bundar atau lonjong
· Horizontal
5) Jalan
Merupakan infrastruktur utama penghubung antar massa bangunan,
Kebutuhan akan jalan dalam suatu perancangan tapak lansekap
merupakan bagian dari utama dari lingkungan.
Tipe Jalan :
Gambar 29 tipe jalan Sumber : Joseph De Chiara, Standart Perancangan Tapak
Gambar 28 Vegetasi Sumber : Joseph De Chiara, Standart Perancangan Tapak
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Kegunaan :
a. Jalan Utama (arteri jalan)
Memeberikan kesatuan untuk seluruh daerah kota dan sekitarnya,
biasanya merupakan batas untuk beberapa wilayah. Pengendalian
akses kecil, pengaturan persimpangan, parkir pada umumnya
b. Jalan Sekunder
Jalan pelayanan utama. Rambu-rambu diperkenankan dimana
diperlukan, tanda berhenti pada jalan-jalan samping; kadang-kadang
merupakan batas untuk beberapa wilayah
c. Jalan Kolektor
Jalan interior utama, tanda berhenti pada jalan-jalan samping
d. Jalan lokal
Jalan service setempat, tidak mengakibatkan jalan menerus
e. Cul-de-sac
Jelan terbuka hanya pada satu sisi dilengkapi dengan sebuah
lingkaran putar pada sisi lainnya.
Analisa :
Berdasarkan beberapa alternatif tipikal jalan, tipikal jalan yang
cocok untuk diterapkan pada perencanaan Taman Budaya Raden Saleh
adalah kombinasi Gridion dan Taman, tipikal jalan gridion dipilih karena
cocok dengan penataan masa yang menggunakan sistem grid dan cluster,
sementara taman lebih dimanfaatkan pada pertemuan jalan yang dibuat
melingkar atau pertemuan jalan yang ditengahnya dimanfaatkan sebagai
taman.
6) Drainase
Dalam perencanaan kawasan Taman Budaya Raden Saleh sistem
drainase berfungsi sebagai :
· Pembuangan air hujan site yang berpotensi bahaya banjir pada
kawasan Taman Budaya Raden Saleh
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
· Sebagai persediaan air tanah pada kawasan, sehingga kondisi lahan
tetap terjaga pada musim kemarau
· Saluran drainase juga difungsikan sebagai pembuangan limbah
khusus yang tidak dapat diolah oleh tanah menuju ke saluran
pembuangan akhir (sungai)
Metode yang biasa digunakan untuk mangadakan drainase tapak
adalah ( Michigan Soil Erosion & Semdimentatiaon Control Guide Book ) :
a. Sistem drainase permukaan
Pada sistem ini, limpasan dari daerah yang diperkeras ditapungdan di
bawa ke luar tapak oleh drainase permukaan
b. Sistem drainase bawah tanah tertutup
Sebuah sistem drainase bawah tanah tertutup menerima limpasan dari
daerah yang diperkeras maupun yang tidak diperkeras dan membawanya
kesebuah pipa keluar sisi tapak(saluran permukaan atau sungai), ke sistem
drainase kota, atau cekungan sedimen dan bak penampung pada tapak
Gambar 30 sistem drainase permukaan Sumber : Michigan Soil Erosion & Semdimentatiaon Control Guide Book
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
c. Sistem bawah-tanah tertutup dengan tempat penampungan pada
tapak
Alternatif sistem drainase ini memiliki keuntungan seperti halnya
sistem drainase tertutup bawah tanah yang menggunakan pengendalian erosi
pada tapak
d. Sistem kombinasi drainase tertutup untuk daerah yang diperkeras
dan terbuka untuk daerah yang tidak diperkeras
Pada sistem ini, limpasan dari ruang terbuka dikumpulkan pada
saluran drainase permukaan sementara limpasan dari daerah yang diperkeras
dikumpulkan di dalam sistem drainase tertutup.
Gambar 31 sistem drainase bawah tanah Sumber : Michigan Soil Erosion & Semdimentatiaon Control Guide Book
Gambar 32 sistem drainase bawah –tanah tertutup Sumber : Michigan Soil Erosion & Semdimentatiaon Control Guide Book
Gambar 33 sistem drainase kombinasi Sumber : Michigan Soil Erosion & Semdimentatiaon Control Guide Book
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Analisa :
Berdasarkan beberapa alternatif sisitem drainase, sistem drainase
yang cocok untuk diterapkan pada kawasan Taman Budaya Raden Saleh
adalah kombinasi, sistem drainase kombinasi dipilih karena sesuai dengan
kondisi site yang ada di kota Semarang . Sistem drainase tertutup dipakai
pada drainase bangunan sementara sistem drainase terbuka dipakai untuk
drainase kawasan, sehingga mempermudah dalam perawatan kebersihan
drainase.
7) Fasilitas parkir
Dalam perencanaan pusat Taman Budaya Raden Saleh fasilitas parkir
merupakan bagian dan prasarana lingkungan baik dilingkungan bangunan
maupun ruang terbuka hijau sebagai fasilitas penunjang di dalam kawasan
Taman Budaya. Beberapa bentuk fasiltas parkir yang disediakan adalah :
a. Parkir tegak lurus (Parpadicular).
Gambar 34 bentuk perkir tegak lurus Sumber : J.O. Simond, Landscape Architecture
Gambar 35 bentuk parkir tegak lurus Sumber : J.O. Simond, Landscape Architecture
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
b. Parkir pararel (Parallel)
c. Parkir Diffable
3. Analisa Pendekatan perletakan massa berdasarkan pengolahan site
Kriteria :
· Besaran site
· Besaran massa bangunan
· Kebutuhan sarana
· Zonifikasi site
· Perletakkan kontur dan pohon- pohon konservasi
Gambar 36 bentuk perkir pararel Sumber : J.O. Simond, Landscape Architecture
Gambar 37 bentuk parkir kusus penyadang cacat Sumber : J.O. Simond, Landscape Architecture
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Eksisting Kontur dan Pohon Konservasi pada site :
Gambar 38 eksisting pohon dan kontur pada site Sumber : wawancara dengan pengurus TBRS dan analisa pribadi
Analisa :
Gambar 39 pendekatan perletakan massa berdasarkan potensi site Sumber : Analisa pribadi
Kontur site dengan ketinggian maksimal rata- rata 1 meter
Pohon- pohon konservasi yang sudah ada sejak dahulu kala dan tidak boleh ditebang
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
· Sirkulasi dibuat memutari site agar Penataan massa bangunan
menyesuaikan pohon konservasi, dibuat dengan sistem grid, sirkulasi
jalan dibuat 1 arah, dengan lebar ±6m, agar tidak terjadi tabrakan
sirkulasi dan crowded di dalam site. pengunjung juga bisa menikmati
fasilitas- fasilitas dan pemandangan di dalam site dengan
menggunakan kendaraan pribadi. Parkir dibuat lebih dari 1 spot agar
pengunjung lebih dekat berjalan menuju fasilitas yang diinginkan.
· Sistem drainase direncanakan di sepanjang pingir jalan dengan
sistem drainase tertutup.
· Penataan vegetasi dan penerangan jalan di sesuaikan dengan kondisi
sirkulasi jalan dan tata lahan yang direncanakan.
· Orientasi bangunan menghadap arah timur laut ( menghadap ke Jalan
Sriwijaya) sebagai arah orientasi bangunan utama. Orientasi
bangunan di dalam site memusat ke tengah site.
B.2. Analisa Mikro
1. Analisa Kebutuhan Pengguna ( “ Usser Requirements “)
Untuk dapat mengetahui kebutuhan- kebutuhan apa yang diperlukan
oleh pengguna, terlebih dahulu harus diketahui hubungan antara pengguna
dengan bangunan. Untuk itu, terlebih dahulu perlu dilakukan analisis
tentang jumlah pelaku, karakteristik, dan tingkah laku kegiatan pemakai
pada kawasan Taman Rekreasi dan Wisata Budaya Raden Saleh.
1.1. Pelaku Kegiatan pada Taman Rekreasi dan Wisata Budaya Raden
Saleh
Pelaku disini merupakan pelaku kegiatan baik pada fungsi rekreasi
maupun fungsi budaya. Pelaku kegiatan fasilitas tersebut terdiri dari :
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
a. Pengunjung
· Pengunjung fasilitas budaya yaitu seseorang atau
sekelompok orang yang datang berkunjung, berwisata budaya,
berlatih seni, atau menonton pertunjukkan seni. Pengunjung Taman
Budaya adalah warga sekitar, wisatawan domestic dan wisatawan
mancanegara.
· Pengunjung fasilitas rekreasi yaitu seseorang atau
sekelompok orang, baik keluarga maupun instansi tertentu yang
datang berkunjung untuk melakukan aktivitas bermain atau
berkumpul secara terbuka sambil mempelajari budaya lokal Kota
Semarang.
b. Tamu
Tamu yang dimaksud disini adalah pengunjung dan pihak- pihak yang
berkepentingan dengan staff pengelolaan.
c. Pengelola
Sekelompok orang yang mengelola manajemen Taman Rekreasi dan
Wisata Budaya, terkait aspek pengelolaan keuangan ( kontribusi
terhadap pemerintah ), kebersihan, keamanan dan kenyamanan, dan
aspek pengelolaan lain.
d. Pekerja Seni ( seniman dan pelatih kesenian )
Seniman adalah pekerja seni yang menciptakan suatu karya seni,
mempelajarinya, dan mengapresiasikan karyanya kepada masyarakat
luas. Sedangkan pelatih seni adalah seseorang atau sekelompok orang
yang berkompeten di bidang seni, yang bertugas menularkan atau
mengajarkan ilmunya kepada khalayak. Pelatih seni biasanya
merupakan bagian dari seniman- seniman. Pekerja seni di Semarang
terdiri dari :
· Gambang Semarang :
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Gambar 40 : seniman Gambang Semarangan
adalah suatu kelompok musik rakyat, dengan lagu “empat penari”
karya oey yok siang, yang populer hingga sekarang. Hal ini
dikarenakan lagu, lirik, nuansa dan suasananya sungguh cocok dg
selera orang semarang yang spontan, jenaka, sederhana. ( Djawahir,
muhammad.Sepanjang Jalan Kenangan, 1996. Kerjasama Pemda
Dati II Semarang, Dewan Kesenian Jateng, dan Aktor Studio
Semarang, hal 168 )
· Cap Go Meh
Gambar 41 : seniman Cap Go Meh
adalah tradisi etnis cina di Semarang yang mengandung unsur
religi, biasanya untuk menyambut tahun baru cina. Prosesi acara
cap go meh dilakukan di kelenteng- kelenteng.
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
· Grup Wayang Orang Ngesthi Pandowo dan Karawitan Condong
Raos
Gambar 42 : Grup Wayang Orang Ngesthi Pandowo
· Pow- Tee- Hie
Gambar 43 : Sandiwara Boneka Potehi
Pertunjukan wayang dengan cerita tiongkok, berupa sandiwara
boneka yang dipertunjukkan di atas panggung berbentuk rumah-
rumahan yang dipasang di halaman klenteng.
· Sam sie
Gambar 44 : Samsie
Tradisi etnis cina di Semarang yang mengandung unsur religi,
berupa atraksi tarian naga atau barongsai dan pertunjukkan ini
sering dilakukan akhir- akhir ini di Semarang
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
· Kasidah Modern Nasida Ria
Gambar 45:Kasidah Modern Nasida Ria
Sebuah kelompok musik penerus generasi irama padang pasir di
Semarang ( kelompok kasidah modern
2. Analisa Tata Ruang Dalam Kawasan
Tata letak bangunan yang ada dalam kawasan ini sangat tidak tertata baik
orientasinya yang tidak jelas maupun hubungan antara fungsi bangunan yang satu
dengan fungsi bangunan yang lain. Untuk itu, perlu dianalisis kebutuhan
menyangkut pemintakatan ruang dan bentukan fisik agar diperoleh keselarasan
dalam kawasan.
2.1. Pengelompokkan Kegiatan Berdasarkan Jenis Kegiatan
Taman Budaya Raden Saleh sebagai tempat rekreasi dan wisata
budaya tentu kebutuhan ruang yang ada di dalamnya adalah untuk
berekreasi dan wadah untuk berwisata budaya, dan efek yang timbul adalah
tempat untuk berinteraksi.
Kegiatan berekreasi adalah kegiatan yang aktif, untuk itu perlu
bentukan wadah yang dinamis dimana pemakainya dapat bergerak bebas
dan leluasa serta hasil yang ada adalah luapan rasa senang atau gembira
setelah memakai fasilitas.
Tempat umtuk berekreasi disini meliputi : taman bermain anak dan
remaja, panggung pertunjukkan musik dan teater, permainan ketangkasan
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
yang semuanya dikemas dalam Taman Hiburan Remaja, gazebo keluarga
dan cafetaria. Ada pula segaran untuk ‘praon’.
Berwisata budaya adalah kegiatan melihat, menikmati dan belajar,
sehingga membutuhkan suatu wadah yang nyaman dan tidak membosankan.
Tempat atau arena ini meliputi area pertunjukkan kesenian (
wayang orang, kethoprak, tarian tradisional), area theater tertutup,theater
terbuka / amphiteater, museum dan perpustakaan yang menyajikan sesuatu
yang berbau budaya lokal dan pusat dokumentasi budaya dan bioskop
sebagai tempat pemutaran film dokumenter maupun film sejarah
Kegiatan yang akan diwadahi dalam fungsi rekreasi yaitu :
· Taman hiburan remaja, meliputi :
- Tempat bermain dengan alat
- Taman dengan tempat duduk/ ruang komunal
· Segaran untuk praon
· Restoran
Kegiatan yang akan diwadahi dalam fungsi budaya yaitu :
· Gedung pertunjukkan kesenian tradisional seperti : wayang orang,
kethoprak, wayang kulit, ludruk, keroncong ( teater tertutup )
· Bioskop mini, untuk pemutaran film dokumenter karya anak
Indonesia, maupun film pendidikan dan dokumenter
· Amphiteater untuk pentas musik dan teater outdoor
· Sanggar dan tempat pameran untuk kegiatan pameran budaya
· mendokumentasikan budaya lokal (museum dan perpustakaan )
· Art and craft shop
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Kegiatan pendukung yang akan diwadahi :
· cafetaria
· Ruang rapat dan seminar
· Fasilitas umum, seperti : toilet dan musholla
· Kantor pengelola
· Area parkir
Terdapat 3 jenis usser pada kawasan Taman Budaya Raden Saleh,
yaitu pengunjung itu sendiri, pengelola, dan para seniman.
· Pola Kegiatan Pengunjung
Diagram 1 Pola kegiatan pengunjung Sumber : Analisa pribadi
Ruang penerima
parkir
datang pulang
Ticketing
Zona Kegiatan Budaya Zona Kegiatan Rekreasi
ME
Shelter bemo wisata
ibadah lavatory makan
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
· Pola Kegiatan Pengelola
· Pola kegiatan seniman
Diagra.2 Pola kegiatan Pengelola Sumber : Analisa pribadi
ME/ SE PLAZA
parkir
datang pulang
Kantor Pengelola zona budaya
Rapat
ibadah
lavatory
makan
Kantor Pengelola zona rekreasi
Ruang penerima/ plasa
parkir
datang pulang
Zona Kegiatan Budaya
ME/ SE
Terminal bemo wisata
ibadah
lavatory
makan Fasilitas pada zona budaya (
teater, sanggar, dll )
Diagram 3 Pola kegiatan seniman Sumber : Analisa pribadi
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
3. Analisa Pendekatan Hubungan dan Organisasi Ruang
Kriteria :
· Proses kegiatan yang menyeluruh dari tiap unit kegiatan
· Sifat dan karakter masing-masing kegiatan
· Tuntutan dan persyaratan ruang
a. Analisa Pola Kegiatan
Berdasarkan wadahnya, maka analisis dapat dilanjutkan analisis
mengenai alur kegiatan pengguna pada fasilitas. Berikut adalah alur
kegiatan pada fasilitas rekreasi :
· Pola kegiatan pengunjung fungsi rekreasi
· Pola kegiatan pengunjung fungsi budaya ( makro )
Datang → parkir → masuk ke fasilitas ( teater tertutup,
amphiteater, sanggar, pusat dokumentasi dan informasi, makan,
jalan- jalan, ibadah ) → tempat parkir →pulang
Diagram 4 Pola kegiatan fungsi rekreasi Sumber : Analisa pribadi
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
· P
·
·
·
·
·
·
·
·
· Pola kegiatan pengunjung fungsi budaya ( mikro )
Pola kegiatan mikro disini berfungsi sebagai penentuan
kebutuhan ruang tiap bangunan pada fungsi budaya.
1) Teater Tertutup
Pola kegiatan pengunjung teater tertutup
Diagram 5 Pola kegiatan fungsi budaya ( makro ) Sumber : Analisa pribadi
Diagram 6 Pola kegiatan pengunjung teater tertutup Sumber : Analisa pribadi
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Pola kegiatan pekerja seni dalam teater tertutup
2) Amphiteater
Pola kegiatan pengunjung amphiteater
Diagram 7 Pola kegiatan seniman teater tertutup Sumber : Analisa pribadi
Diagram 8 Pola kegiatan pengunjung amphiteater Sumber : Analisa pribadi
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Pola kegiatan pekerja seni dalam amphiteater
3) Sanggar
Pola kegiatan pengunjung sanggar
Diagram 9 Pola kegiatan seniman amphiteater Sumber : Analisa pribadi
Diagram 10 Pola kegiatan pengunjung sanggar Sumber : Analisa pribadi
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Pola kegiatan pekerja seni dalam sanggar
4) Pusat Dokumentasi
- Museum
Pola kegiatan pengunjung museum
Diagram 11 Pola kegiatan seniman sanggar Sumber : Analisa pribadi
Diagram 12 Pola kegiatan pengunjung museum Sumber : Analisa pribadi
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
- Perpustakaan
5) Kantor Pengelola
Pola kegiatan pengelola dalam kantor pengelola
Berdasarkan analisis kegiatan di atas, maka dapat diketahui fasilitas
ruang apa saja yang diperlukan untuk mewadahi seluruh kegiatan pada
Taman Budaya Raden Saleh di Kota Semarang. Mengingat kegiatan pada
Diagram 13 Pola kegiatan pengunjung perpustakaan Sumber : Analisa pribadi
Diagram 14 Pola kegiatan pengelola Sumber : Analisa pribadi
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Taman Budaya Raden Saleh yang akan direncanakan menjadi Taman
Rekreasi dan Wisata Budaya Raden Saleh masing- masing memiliki
karakteristik sendiri- sendiri, dan masing- masing memiliki privacy
tersendiri, maka masing- masing kegiatan sebaiknya dapat dicapai sendiri-
sendiri dari luar, tapi masih memiliki hubungan yang sangat erat.
b. Analisis Kebutuhan Ruang Taman Rekreasi dan Wisata
Budaya Raden saleh
Tabel 14
Analisa kebutuhan ruang fungsi budaya
Wadah Pelaku Macam Kegiatan Kebutuhan Ruang
Teater tertutup - Seniman
- Pengunjung
- Merias diri - Berganti kostum - Menunggu pentas - Perform - Metabolisme
- Ticketing - Mencari informasi - Menunggu
pertunjukkan - Makan/ minum - metabolisme - Menonton pertunjukkan
- R. Rias - R. Kostum - R. Tunggu - Panggung
pertunjukkan - Lavatory
- Loket - Information desk - R. Tunggu - Coffe corner - Lavatory - R. Menonton pertunjukkan
Cineplex - Pengunjung
- Pengelola/
- Menunggu pertunjukkan - Mencari informasi - Makan/ minum - metabolisme
- Mengatur jalannya film
- R. Tunggu - Information desk - Coffe corner - Lavatory
- R. kontrol
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
service
Perpustakaan - Pengunjung - Mencari informasi - Melihat- lihat buku - Membaca buku - Browsing - Melapor kepada
pustakawan - metabolisme
- Information desk - R. Buku - R. Koleksi - R. Internet - R. Meja baca indoor - R. Baca outdoor - R. Pustakawan - Lavatory - R. internet
Museum - Pengunjung
- pengelola
- Mencari informasi - Melihat- lihat koleksi
- Mengawasi pengunjung - Melakukan pelayanan pencatatan kehadiran - Mengarsipkan setiap koleksi yang masuk
- Information desk - R. Pameran terbuka - R. Pameran tertutup
- Information desk - R. Pameran terbuka - R. Pameran tertutup - R. Pengelola - R. arsip
Sanggar - Pengunjung/ seniman
- Mencari informasi - Melihat- lihat pameran
- Berlatih seni tari
- Berlatih seni teater
- Berlatih seni musik tradisional
- Berlatih seni kriya
- metabolisme
- Hall/meja informasi - R. Latihan seni tari - R. Latihan seni
musik - R. Latihan seni
teater tertutup - R. Latihan seni
teater terbuka - R. Latihan seni kriya - Lavatory - Lobby
Amphiteater - Penonton
- Seniman
- menonton pertunjukkan
- perform
- tribun pertunjukkan
- panggung pertunjukkan
Tabel 15
Analisa kebutuhan ruang rekreasi
Wadah Pelaku Macam Kegiatan Kebutuhan Ruang
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Segaran - pengunjung - menunggu - makan/ minum - metabolisme - mencari informasi - praon - bersantai
- r. Tunggu - coffe corner - lavatory - hall/ information
desk - segaran - gazebo
Area outbond
( rekreasi
terbuka )
- pengunjung
- security bagian rekreasi
- permainan outbond terbuka - permainan tangga tali - bermain jembatan gantung - bermain ATV - bermain flying fox - makan/ minum - metabolisme - bersantai - melakukan pengawasan secara langsung
- arena outbond terbuka - permainan tangga tali - permainan jembatan gantung - permainan flying fox - sirkuit ATV mini - restoran tertutup - restoran terbuka - lavatory - gazebo - childs play area - pos keamanan bagian rekreasi
Tabel 16
Analisa kebutuhan ruang kantor pengelola
Pelaku Kegiatan Macam Kegiatan Kebutuhan Ruang
pengelola Datang dan masuk ruangan
- datang - memasuki gedung
- parkir - entrance
Kegiatan Pengelolaan Umum
- Koord. Administrasi dan keuangan
- Koord. Pengadaan prasarana dan sarana
- Koord. Teknis dan Pemeliharaan
- R. kabag adm dan keuangan
- R. Kabag pengadaan sarana dan staf
- R. kabag teknis dan pemeliharaan
- R. staf Teknis
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
- Mengatur teknis bangunan - Mengatur Pemeliharaan - Mengatur Hubungan
Masyarakat - Mengelola Pendataan - Mengatur karyawan - Penyimpanan barang umum
- R. Staf pemeliharaan
- R. staf Humas - R. staf pendataan - R. Staf personalia - Gudang umum
Kegiatan Manajerial
- Kegiatan Direktur Operasional
- Kegiatan Sekretaris direktur
- R. Direktur Operasional Budaya
- R. Direktur Operasional Rekreasi
- R. Sekretaris Direktur Budaya
- R. Sekdir Rekreasi Kegiatan servis pengelola
- penyimpanan - informasi - menerima tamu - Pembinaan Intern - Pendataan dan Pustaka - Makan dan minum - Metabolisme
- R. locker - R. resepsionis - R. tamu - R. rapat - R. arsip - kantin - lavatori
Tabel 17
Analisa kebutuhan ruang service
Pelaku Kegiatan Macam Kegiatan Kebutuhan Ruang
semua Datang dan masuk ruangan
- datang - memasuki bangunan
- parkir - entrance
Kegiatan Penunjang
- Penyediaan fasilitas angkringan
- Penyediaan fasilitas ibadah
- Penyediaan fasilitas parkir
- R. hik - R. ibadah
- R. parkir
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
pengunjung dan pengelola
- Metabolisme
- lavatory
Kegiatan servis
- Makan dan minum - Metabolisme - Pengamanan bangunan - Pengoperasian utilitas
bangunan
- kantin - lavatory - R. pusat keamanan - R. Utilitas bangunan
c. Pola Hubungan Ruang
1) . matriks hubungan ruang pada fungsi rekreasi
Matriks 1 . matriks hubungan ruang pada fungsi rekreasi
Sumber . analisa pribadi
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
2) matriks hubungan ruang pada teater tertutup
Matriks 2 . matriks hubungan ruang pada teater tertutup
Sumber . analisa pribadi
3) matriks hubungan ruang pada amphiteater
Matriks 3 . matriks hubungan ruang pada amphiteater
Sumber . analisa pribadi
4) matriks hubungan ruang pada bioskop mini
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Matriks 4 . matriks hubungan ruang pada bioskop mini
Sumber . analisa pribadi
5) matriks hubungan ruang pada sanggar
Matriks 5 . matriks hubungan ruang pada sanggar
Sumber . analisa pribadi
6) matriks hubungan ruang pada museum
Matriks 6 . matriks hubungan ruang pada museum
Sumber . analisa pribadi
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
7) matriks hubungan ruang pada perpustakaan
Matriks 7 . matriks hubungan ruang pada perpustakaan
Sumber . analisa pribadi
8) matriks hubungan ruang pada art and craft shop
Matriks 8 . matriks hubungan ruang pada art and craft shop
Sumber . analisa pribadi
9) matriks hubungan ruang pada kantor pengelola
Matriks 9 . matriks hubungan ruang pada kantor pengelola
Sumber . analisa pribadi
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
KETERANGAN :
: berhubungan erat
: berhubungan namun kurang erat
x : berhubungan tidak erat
d. Analisis Besaran Ruang
Dasar pertimbangan:
Perhitungan Standart (literatur) :
1) Architect’s Data jilid 1, Ernest Neufert (DA).
2) Architect’s Data jilid 2, Ernest Neufert (DA).
3) Time Server Standart for Building Type, Joseph de Chiara & John
Callender (TS).
Perhitungan studi ruang yaitu perkiraan kebutuhan dengan
pertimbangan :
1) Kapasitas pemakai, berdasarkan jumlah user yang ada di lapangan
2) Peralatan pendukung
3) Flow
4) Kenyamanan pemakai
Asumsi :
1) Studi kasus/ studi banding
2) Survey/ studi lapangan/ observasi
Disamping itu, sebagai dasar pertimbangan penentuan besarnya
sirkulasi/ flow gerak yang dibutuhkan untuk masing-masing ruang
adalah sebagai berikut :
1) 5 % - 10 % = Standart Minimum
2) 20 % = Kebutuhan Keleluasaan Sirkulasi
3) 30 % = Tuntutan Kenyamanan Fisik
4) 40 % = Tuntutan Kenyamanan Psikologis
5) 50 % = Tuntutan Spesifik Kegiatan
6) 70 % - 100 % = Keterkaitan dengan banyak Kegiatan
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Hitungan kebutuhan luas ruang:
Ruang Perhitungan Luas
Teater tertutup
· Lobby (termasuk resepsionist, security) Kapasitas 40 % pengunjung 1,5 m2/ orang,
Asumsi pengunjung: 500
40% x (500x1,5) = 300 m2
Luas = 300 m2.
· Teras Kapasitas 20 % pengunjung 1,5 m2/ orang,
Asumsi pengunjung: 200 orang
20% x (200x1,5) = 60 m2
Flow 30% = 18 m2
Luas = 78 m2
· R. Pertunjukkan
Kapasitas 50% pengunjung 1,5 m2/ orang,
Asumsi pengunjung: 500
50% x (500x1,5) = 375 m2
· Stage
Kapasitas pemain 50 %, 1,5 m2/ orang,
Asumsi pemain: 100 orang
50%x (100 x 1,5) = 75 m2
Flow 40% = 15
300 m2
78 m2
375 m2
Tabel 18
Perhitungan Luas Kelompok Zona Budaya
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Luas = 100 m2
· Gudang alat
Asumsi luas = 144 m²
· R. Rias
meja rias standar = 0,8 m²
1,5 m2/ orang asumsi banyaknya meja : 10x0,8= 8 m²
1,5 m²x 8 = 12 m²
Flow 20% = 6 m²
Luas = 28 m²
R rias pria dan wanita 2 x 28 m2 = 54 m²
· R. Ganti
1,5 m2 / orang, asumsi banyaknya pemain yg masuk : 10 org
1,5 m²x 10 = 15 m²
Flow = 30 % = 8 m²
Luas = 23 m²
r. ganti pria dan wanita= 2x 23 m²= 46 m²
· Lavatory pemain
Standar 1 bilik 1,5 m²x 1,5 m² (TS)= 22,5 m²
Asumsi 3 bilik = 37,5 m²
Lavatori pria dan wanita, lavatory umum = 3x 37,5 m² = 112,5 m²
· R. Persiapan
1,5 m² / orang , Asumsi pemain = 100 orang = 150 m²
Flow 40% = 60m²
Luas = 230 m²
100 m2
144 m²
54 m²
46 m²
112,5m²
230 m²
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Total
1440 m²
Cineplex
· R. Tunggu ( termasuk coffee corner )
Asumsi pengunjung: 150 orang
1,5 m2/ orang
150 x 1,5 = 225 m2
Flow 20% =45 m2
Luas = 270 m2
· R. Cinema
Asumsi pengunjung: 200 orang
Kursi penonton standar ( TS ) 0,64m2/ orang
200 x 0.64 = 128 m2
Flow 40 % = 51,2 m2
Jarak tempat duduk dengan layar : 8m
Luas space tempat duduk dengan layar : 8 x 20 = 160 m2
Luas = 340 m2
270 m²
340 m2
31.3 m2
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
· Lavatory
Luas standar maksimal per 1 bilik KM/ WC = 2,5 m2
asumsi = 4 bilik = 10m2
asumsi pengunjung 10 orang, 1,5 m2 / orang = 15 m2
flow 30 % = 4,5 m2
ukuran meja wastafel = 1,8 m2
luas = 31,3 m2
2 buah lavatory = 2x 31,3 = 62,6
· Asumsi luas ruang kontrol dan ruang mesin = 100 m2
Total
100 m2
780 m2
Perpustakaan · Meja penerima Standar = 3 m²/org (TS). 2 orang
Luas = 6 m2
· Hall Asumsi pengunjung 80 orang, 1,5 m2/ orang = 120 m2
Flow 20 % = 24 m2
Luas = 144 m2
· Lobby Sofa set duduk standar ( TS) = 10 m2
Asumsi 4 sofa set duduk= 40 m2
r. sirkulasi : asumsi pengunjung 20 orang, 1,5 m2 / orang
= 30 m2
6 m2
144 m2
80 m2
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Flow = 20% = 6 m2
luas = 80 m2
· R. Internet
Meja komputer + kursi standar ( TS ) = 1,8 m2
Asumsi banyaknya unit komputer = 25 unit
25 unit x 1,8 m2= 45 m2
Asumsi pengunjung : 25 orang, 1,5 m2/ orang = 37,5 m2
Flow 20 % = 7,5 m2
luas = 90 m2
· R. Arsip
Ukuran lemari = 0.8 m x 9 m ( panjang lemari )= 7,2 m2
Asumsi banyaknya lemari arsip : 2 = 14,4 m2
Meja kerja standar (+1 komputer ) ( TS)= 2,25 m2
Asumsi banyaknya meja : 2 = 4,5 m2
Meja kerja standar ( 1 meja 1 kursi ) ( TS )= 2,4 m2
asumsi banyaknya meja : 2 = 4,8 m2
meja kerja bersama standar ( 1 meja 4 kusri )( TS )= 4 m2
asumsi banyaknya meja : 2 = 8 m2
asumsi jumlah petugas : 8 orang, 1,5 m2/ orang = 12 m2
flow 50% = 6 m2
luas = 50 m2
90 m2
50 m2
187,5 m2
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
· R. Rak buku
Ukuran rak standar 0,8m x 10 m = 8 m2
asumsi banyaknya lemari baca : 8 buah = 64 m2
asumsi banyaknya pengunjung : 50 orang, 1,5 m2/ orang
= 75 m2
flow 50% = 37,5 m2
ukuran sofa duduk standar (@2 orang) ( TS ) = 1 m2
asumsi banyaknya sofa duduk : 10 buah = 10 m2
luas = 187,5 m2
· R. Baca
Meja baca standar ( 1 meja 6 kursi ) = 8,75m2
Asumsi banyaknya meja : 2 = 17,5 m2
meja kerja bersama standar ( 1 meja 4 kusri )( TS )= 4 m2
asumsi banyaknya meja : 2 = 8 m2
meja kerja bersama standar ( 1 meja 10 kusri )( TS )= 28
m2
asumsi banyaknya meja : 3 = 84 m2
meja set @ 1 meja 1 kursi ( 1 set berisi 7 meja, 7 kursi )=
5,6 m2
asumsi banyaknya meja : 3 set = 16,6 m2
asumsi pengunjung : 200 orang, 1,5 m2/ orang = 300 m2
flow : 40%= 120 m2
luas = 546 m2
546 m2
24 m2
1127.5 m2
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
· R. Pustakawan
Asumsi Space Meja pustakawan : 10 m2
Asumsi jumlah pustakawan : 6 orang, 1,5 m2/ orang = 9
m2
Flow 50% = 4,5 m2
Luas = 24 m2
Total
Museum · Meja penerima Standar = 3 m²/org (TS). 2 orang
Luas = 6 m2
· Lobby Sofa set duduk standar ( TS) = 10 m2
Asumsi 4 sofa set duduk= 40 m2
r. sirkulasi : asumsi pengunjung 30 orang, 1,5 m2 / orang
= 45 m2
Flow = 20% = 9 m2
luas = 104 m2
· R. Display terbuka Asumsi Lemari display 4 m2
asumsi jumlah lemari 5 buah = 20 m2
asumsi lemari display memanjang : 14 m2
asumsi banyaknya lemari 2 buah = 28 m2
6 m2
104 m2
100,5 m2
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
asumsi pengunjung 30 orang, 1,5 m2 = 45 m2
flow 30 % = 13,5 m2
luas = 100,5 m2
· R. Display tertutup
Lemari display = 5,6 m2
asumsi banyaknya lemari display 6 buah = 33,6 m2
asumsi pengunjung 20 orang, 1,5 m2/ orang = 30 m2
flow 30 % = 9 m2
luas = 72,6 m2
· R pengelola
Lemari penyimpanan = 4 m2
asumsi banyaknya lemari penyimpanan : 2 = 8m2
Meja kerja standar ( 1 meja 1 kursi ) ( TS )= 2,4 m2
asumsi banyaknya meja : 4 = 9,6 m2
asumsi pengelola : 4 orang, 1,5 m2/ orang = 6 m2
flow : 50% = 3 m2
luas = 30 m2
72,6 m2
30 m2
313,1 m2
Sanggar · Hall/ lobby Asumsi pengunjung yg datang 100 orang, 1,5m2/ orang= 150 m2
Flow 80% = 120 m2
Luas = 270 m2
270 m2
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
· R seni musik Asumsi murid : 20 orang, 1,5m2/ orang = 30 m2
Luas meja kursi = 2m2/ orang = 40 m2
Flow 50% = 37,5 m2
Luas = 107,5 m2
· R seni teater Asumsi murid : 30 orang, 1,5 m2/ orang = 45 m2
Flow 80% = 36m2
Luas = 81 m2
· R seniman Asumsi seniman : 10 orang, 1,5 m2/ orang = 15 m2
Ukuran meja standar ( TS ) = 4m2 = 60 m2
Flow 40% = 24 m2
Lemari standar = 5,6 m2
Luas = 104,6 m2
· Gudang alat Asumsi ukuran 40 m2
· R seni tari Asumsi jumlah murid 50 orang, 1,5 m2/ 0rang = 75 m2
Flow 80 % = 60 m2
Luas = 135 m2
· R seni kriya Asumsi jumlah murid 20 orang, 1,5 m2/ orang = 30 m2
Flow 80 % = 24 m2
107,5 m2
81 m2
104,6 m2
40 m2
135 m2
= 54 m2
135 m2
927.1 m2
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Luas = 54 m2
· R latihan terbuka Asumsi pengguna 50 orang, 1,5 m2/ orang= 75 m2
Flow 80% = 60 m2
Luas = 135 m2
Amphiteater Asumsi penonton 1000 orang, 1,5m2/ orang = 1500 m2 Flow 50 % = 75 m2 Asumsi seniman 20 orang, 3m2/ orang = 60 m2 Flow 80% = 48 m2 Luas = 1683 m2
1683 m2
Pengelola · Ruang pimpinan kabag rekreasi Kap 6 orang, standart 15 m2/ orang ( DA ) = 80 m2 · Ruang pimpinan kabag budaya
Kap 6 orang, standart 15 m2/ orang ( DA ) = 80 m2
· Ruang tunggu/ lobby 1,6 m2/ orang (DA), kap. 8 orang luas =12,8 m2
· Meja penerima Standar = 3 m²/org (TS). 2 orang
Luas = 6 m2
· Ruang pelayanan informasi Kap. 10 orang, standart 8 m2/orang = 80 m2
· Ruang staff pelaksana Kap. 4 orang, standart 8 m2/ orang( DA ) = 36 m2
kap
80 m2
80 m2
15 m2
6 m2
80 m2
36 m2
3,5 m2
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
· Ruang arsip Luas = 3,5 m2
· R pimpinan umum
Kap 8 orang, standart 9 m2/ orang ( DA ) = 72 m2
· Ticketting
Kap 6 orang, Standar = 3 m²/org (TS).= 18 m2
· Space antri ticketing
Kap 30 orang, standart 1,6 m2/ orang ( DA ) = 48 m2
Flow 30% = 14,4 m2 = 64 m2
72 m2
18 m2
64 m2
500 m2
Servis · Lavatory umum Lavatory pria, terdiri dari :
5 toilet, @ 1,5 m2
5 urinoir, @ 0,6 m2
3 wastafel, @ 0,6 m2 = 32 m2
Lavatory wanita dianggap mempunyai luas yang sama
Luas kebutuhan lavatory = 2x 32 m2 = 64 m2
64 m2
Jml total luas kelompok budaya
6834,7 m2
1) Kelompok ruang edukasi dan penyampaian informasi
Ruang Perhitungan Luas
Zone segaran
Kolam segaran
Asumsi = 1855 m2
Tabel 19 perhitungan luas kelompok rekreasi
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Area
outbond dan
permainan
anak
Restoran
r. tunggu segaran : 240 m2
asumsi jumlah pengunjung : 100 0rang, 2 m2/ 0rang ( DA ) =
200 m2
flow 20 % = 40 m2
asumsi pengunjung total segaran 200 orang, 2 m2/ orang (
DA ) = 400 m2
flow : 80 % = 320 m2
luas total zone segaran = 3055 m2
area outbond dibagi menjadi 4 area, dengan jenis permainan
yang berbeda- beda
asumsi luas tiap area outbond = 1500 m2
( luas area outdoor standart menurut DA )
Luas seluruh area outbond 6000 m2
· Dapur
Asumsi juru masak 10 orang 2 m2/orang = 20 m2
Flow 50 % = 10 m2
Asumsi luasan perabot 7 m2
Asumsi jumlah perabot ( meja, freezer, dll ) = 8 buah = 56
m2
Luas = 90 m2
· R. Makan
Asumsi luasan table set
3055 m2
6000 m2
90 m2
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
C. Analisa Tampilan Bangunan
a. Pendekatan Konsep Dasar
Meja set standar ( 1 meja 6 kursi ) = 8,75m2
Asumsi banyaknya meja set 6 buah = 52,5 m2
meja set standar ( 1 meja 4 kusri ) ( TS )= 4 m2
asumsi banyanknya meja set 8 buah = 32 m2
meja set standar ( 1 meja 5 kusri ) ( TS )= 5 m2
asumsi banyanknya meja set 10 buah = 50 m2
asumsi banyaknya pengunjung 100 orang, 1,6 m2/ 0rang=
160m2
flow 30 % = 48
Luas = 345 m2
· R. Seminar
Asumsi banyaknya peserta seminar 100 orang, 1.6m2/
orang = 160 m2
Flow 20% = 32 m2
Asumsi luasan lobby 75 m2
Luas = 270 m2
Jml total luas kelompok rekreasi
345 m2
270 m2
9760 m2
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Pendekatan konsep dasar terhadap elemen-elemen arsitektur pada
bangunan dapat terwujud dalam bentuk-bentuk, baik itu bersifat nyata
(fisik), maupun sesuatu yang abstrak, seperti citra visual bangunan tersebut.
Sesuai dengan fungsi dan kegiatan yang diwadahi kawasan Taman
Wisata Budaya dan Rekreasi ini, pendekatan konsep dasar dan penerapan ke
dalam elemen-elemen arsitekturnya diperoleh dari filosofi bangunan jawa,
namun tidak bersifat monoton dan formal, karena yang diwadahi di
dalamnya berkaitan dengan dunia seni yang fleksibel dan rekreasi yang non
formal.
Maka aplikasi pada bangunan akan tampak pada bentuk massa dan citra
bangunan.
Taman Rekreasi dan Wisata Budaya Raden Saleh memiliki 2 inti
kegiatan yang berhubungan dengan rekreasi dan edukasi berkaitan dengan
pembelajaran tentang kebudayaan lokal. Adapun bentuk kegiatan bersifat
komersial, edukatif dan rekreatif. Sesuai dengan fungsinya sebagai “taman”,
maka Taman Budaya di Semarang ini mempunyai visi supaya dapat benar-
benar menjadikan warga Kota tetap melestarikan budaya lokal dan
mempelajarinya, dan menjadikan tempat ini sebagai tempat berinteraksi
sosial dan hiburan keluarga.
Kegiatan yang diwadahi oleh Taman Rekreasi dan Wisata Budaya
Raden Saleh ini bersifat komersial, edukatif dan rekreatif. Meskipun tiga hal
tersebut berbeda karakter, namun bisa berjalan seiring secara harmonis.
b. Pendekatan Bentuk Dasar Massa Bangunan
Tujuan : Mendapatkan gubahan massa dasar dan komposisi massa
bangunan kawasan Taman Rekreasi dan Wisata Budaya Raden
Saleh
Dasar Pertimbangan :
- Massa bangunan lokal
- Bentuk dasar untuk massa majemuk / lebih dari satu massa
- Kemudahan Sirkulasi antar massa
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Menurut teori F. DK. Ching, terdapat tiga macam bentuk primer, yaitu
segi empat, segi tiga, dan lingkaran.
Segi Empat
Ø merupakan bentuk yang netral, statis, masiv,
dan solid.
Ø Kemudahan untuk pengolahan sirkulasi.
Ø Efisiensi pemakaian ruang
Ø Kemudahan dalam pengerjaan struktur.
Segi Tiga
Ø merupakan bentuk yang mempunyai kesan
kuat, energik, stabil, sulit disederhanakan,
tajam, dan titk jatuh pada satu sisi.
Ø Kemudahan untuk pengolahan sirkulasi.
Ø Kurang memilki kemudahan dalam
pengembangan.
Ø Kurang memilki efisiensi pemakaian ruang
Lingkaran
Ø Mempunyai kekuatan visual yang tidak
dapat disederhanakan, mempunyai sudut
pandang ke segala arah tanpa dihalangi oleh
pertemuan sudut.
Ø Dengan pengembangan bentuk akan
menimbulkan gerak putar yang kuat,
mengikuti bentuk alam.
Ø Kemudahan untuk pengolahan sirkulasi.
Dari tiga bentuk massa dasar tersebut, massa segi empat merupakan
massa dasar bangunan yang dapat mengoptimalkan pemakaian ruang.
Namun sirkulasi di dalam site berbentuk lengkung agar meninggalkan kesan
monoton bangunan yang sebagaian besar segi empat .Namun, untuk
menciptakan sinkronisasi antara massa bangunan dan site yang cenderung
Gambar 4.20 bentuk segi empat
Gambar 4.21 bentuk segi tiga
Gambar 4.22 bentuk lingkaran
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
memanjang, maka massa segi empat distilasi berdasarkan garis-garis sumbu
yang ditarik dari titik pusat/ poros site tersebut.
c. Pendekatan Ekspresi dan Tampilan Bangunan
· Atap limasan kombinasi dak
Atap limasan khas bangunan Jawa Tengah, dengan kuku bima pada setiap
sudut atap menimbulakn kesan njawani dan memberi identitas pada bangunan.
Pemberian dak sebelum atap limasan bertujuan untuk menghindari kesan
monoton dan untuk menambah sifat dinamis, sesuai dengan apa yang diwadahi di
dalamnya, yaitu kesenian yang fleksibel, dinamis, ditambah dengan kegiatan
rekreasi yang bersifat santai dan tidak formal.
Atap limasan yang ditinggikan juga berfungsi sebagai jalur masuknya
matahari ke dalam ruangan tanpa panas yang berlebih.
Gambar 46 analisa bentuk massa bangunan
Sumbu site
Sumbu site
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Gambar 47 kombinasi atap limasandan atap dak
· Untuk memberi kesan bangunan khas Semarang, diberikan motif batik
semarangan, baik pada eksterior maupun interiornya.
Gambar 48 motif batik semarangan
d. Analisa Tata Akustik Teater tertutup dan teater terbuka ( Amphiteater )
Dalam sebuah lingkungan tertutup, suara dapat terus dipantulkan untuk
jangka waktu tertentu setelah sumber telah berhenti mengeluarkan
suara. Perpanjangan suara ini disebut dengung. Waktu dengung (RT60)
didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan (dalam detik) untuk suara
rata-rata di dalam ruangan untuk penurunan sebesar 60 dB setelah berhenti
menghasilkan sumber suara.
Waktu dengung dapat dihitung dalam tahap desain awal. Hal ini sangat
bermanfaat dalam menentukan seberapa baik sebuah ruang akan berfungsi
untuk digunakan dan dalam perancangannya dapat dipasang bahan reflektif
atau bahan absorbtif tergantung fungsi ruangannya
Preseden : Gedung Teater Tertutup Dago Tea House, Taman Budaya Jawa
Barat
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
D. ANALISIS PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN FISIK
BANGUNAN
1. Analisa Pendekatan Sistem Struktur dan Kontruksi
1. Pendekatan Sistem Struktur
1) Dasar pertimbangan
· Kekuatan dan kekakuan struktur
· Efisiensi
· Fleksibilitas
2) Penentu Sistem Struktur
· Rangka / frame yang memiliki sifat :
- Bentuk dan sistem cukup sederhana
- Fleksibilitas terhadap bentuk tinggi
- Kemudahan pelaksanaan
- Relatif ekonomis
- Beban dipikul oleh balok dan kolom
- Memungkinkan dibuat banyak bukaan
· Dinding pemikul/Core wall/ Sheare Wall
- Bentuk dan sistem sederhana
- Fleksibilitas terhadap bentuk kurang tinggi
Tribun penonton
Atap plafon
Panggung
Dinding kayu
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
- Pelaksanaan lebih rumit
- Beban dipikul langsung oleh dinding
- Menambah unsur kekakuan pada struktur
· Gabungan sistem rangka dan sistem dinding pemikul
Sebagai suatu sistem yang memiliki keunggulan dari kedua
sistem diatas, karena keduanya saling menutupi dan
mengantisipasi kekuarangan dari masing-masing sistem
struktur, sehingga sebagai kesimpulan maka gabungan rangka
dan diding pemikul merupakan jawaban dari alternatif diatas.
2. Pendekatan bahan kontruksi
1) Dasar pertimbangan
· Fleksibelitas tinggi
· Relatif ekonomis dalam pembiayaan
· Mudah dalam pelaksanaan dan perawatan
· Daya dukukungan terhadap pembebanan tinggi
· Daya dukungan terhadap faktor iklim dan cuaca tinggi
2) Alternatif bahan struktur
· Baja
· Beton bertulang
· Kombinasi baja dan beton bertulang
3) Analisa pendekatan
Analisa pendekatan bahan struktur dinilai melalui tabel berikut :
Tabel 20
No Dasar Pertimbangan Alt 1 Alt 2 Alt 3
1 Fleksibelitas 4 3 5
2 Ekonomis 4 4 5
3 Pelaksanaan 3 3 4
4 Daya Tahan 4 4 4
5 Pembebanan 4 4 5
6 Jarak bentang 3 4 5
Score 20 20 28
Sumber : Analisa Pribadi
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Penilaian : 5 (sangat baik) 2 (kurang)
4 (baik) 1 (buruk)
3 (cukup)
Berdasarkan kombinasi penilaian diatas maka bahan struktur yang
dipilih adalah kombinasi beton bertulang dan baja
3. Pendekatan Jenis sub struktur/pondasi
Dasar pertimbangan
· Sistem struktur yang dipakai dalam kaitannnya dengan penyaluran
beban
· Kondisi tapak bangunan, meliputi dukungan tanah, kedalaman
tanah keras, kedalaman muka, air tanah dan sebagainya
· Ekonomis dan efisien, dari segi biaya maupun waktu pelaksanaan
· Kemudahan dalam pelaksanaan
Tabel 21
No Jenis Pondasi keterangan
1 Batu Kali/menerus
Digunakan untuk bangunan satu lantai, material
terbuat dari batukali yang disusun secara menerus
dengan semen (PC), tingkat kedalaman pondasi
antara 0-1 m
2 Foot plate
Digunakan untuk bangunan lebih dari satu lantai
(1-4), material yang dipakai untuk pondasi
footplate adalah besi dan beton. Besar\kecil dan
kualitas pondasi ditentukan sesuai dengan
kebutuhan
3 Sumuran
Digunakan untuk bangunan lebih dari satu lantai,
material yang dipakai untuk pondasi footplate
adalah besi dan beton. Semntara untuk sumurnya
menggunakan batu kali. Pondasi ini digunakan
untuk pembangunan bangunan yang mempunyai
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
permasalahan dengan kondisi lahan
4 Tiang pancang
Digunakan untuk bangunan lebih dari satu lantai /
untuk bangunan tinggi. Material yang dipakai
untuk pondasi tiangpancang adalah besi dan beton.
Besar\kecil dan kualitas pondasi ditentukan sesuai
dengan kebutuhan
Pemilihan jenis pondasi
Sesuai dengan kriteria diatas maka jenis pondasi yang sesuai
adalah Pondasi Footplate dan batu kali (Menerus)
4. Pendekatan Modul Struktur
Pendekatan modul struktur dikaitkan dengan modul fungsi yang
ada pada bangunan taman rekreasi dan wisata budaya ini yang
meliputi :
1) Modul horizontal
· Dasar petimbangan
- Skala tubuh manusia
- Kebutuhan gerak aktifitas manusia
· Analisa penentuan modul
Ukuran terkecil unit gerak manusia yang digunakan menjadi
dasar penentu modul ruang horizontal
- Modul dasar manusia 30 cm
- Modul gerak manusia 120 cm
Diasumsikan dalam 1 modul terdapat 4 oarang, maka
modulnya menjadi : 4 x 120 cm = 4,8 m= 4/ 5m
Sehingga modul horizontal pada bangunan ini adalah
kelipatan dari 4m / 5 m
Sumber : Analisa Pribadi
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
2) Modul Vertikal
Dasar pertimbangan :
· Skala tubuh manusia
· Kebutuhan gerak aktifitas manusia
· Suasana ruang yang diinginkan
· Kenyamanan ruang
Analisa penentuan Modul ;
Diambil sesuai skala ruang yaitu dengan modul sebesar 2,7 meter
(Joseph de Chiara)
2. Bahan Finishing bangunan
Dasar pertimbangan :
· Memenuhi tuntutan fisik maupun estetika dari suatu ruang
· Ketahanan bahan finishing terhadap faktor beban, cuaca, iklim, dan
waktu
· Kemudahan pelaksanaan dan perawatan sehingga efisien dan
ekonomis dalam pembiayaan
· Mutu bahan relatif baik.
a. Pendekatan bahan finishing lantai
Bahan finishing lantai yang digunakan adalah :
1) Keramik
Gambar 49. Modul Skala tubuh manusia Sumber : Joseph de Chaira “ Standart Perancangan tapak”
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Memiliki aneka ragam desain dan texture yang menarik dan
mudah dalam perawatan. Digunakan pada sebagian besar rung-
ruang pada bangunan.
2) Marmer
Memiliki kesan kemegahan, sesuai dengan fungsi
kewibawahan bangunan budaya. Digunakan pada pendopo dan
enterace masuk
3) Karpet
Berkesan hangat, nyaman, eksklusif dan mampu menyerap
getaran dan suara. Digunakan pada ruang rapat, ruang seminar,
bioskop mini, teater tertutup, yang membutuhkan media sebagai
peredam suara.
b. Pendekatan bahan finishing dinding
Bahan finishing yang digunakan adalah :
1) Marmer
Memiliki kesan kemegahan, sesuai dengan fungsi
kewibawahan bangunan budaya. Digunakan pada Hall utama
atau enterace masuk
2) Keramik
Memiliki aneka ragam desain dan texture yang menarik dan
mudah dalam perawatan. Digunakan pada sebagian finishing
lavatory dan pantry
3) Cat tembok
Digunakan pada sebagian besar ruang bangunan.
c. Pendekatan bahan finishing plafond
Bahan yang digunakan untuk finishing plafond adalah :
1) Kayu
Berkesan megah, hangat dan eksklusif, digunakan pada
kantor pengelola
2) Gypsum board
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Digunkan disebagian besar fasilitas bangunan
3) Accoutical Ceiling
Digunakan untuk interior
d. Pendekatan bahan finishing pintu dan jendela
Bahan yang dipakai adalah ;
1) Kayu
Memberikan kesan mewah dan megah. Digunakan pada
dinding bagian luar bangunan dan enterance, termasuk pintu
utama
2) Almunium
Digunkan pada sebagaian besar bangunan.
e. Pendekatan bahan finishing atap
Bahan atap yang dipakai adalah genteng keramik. Memerikan
kesan kesan alami dan exklusif, serta memiliki nilai ekstetika yang
tinggi.
3. Warna bangunan
Warna memnrikan penciptaan karakter yang diinginkan, setiap
warna yang memiliki karakternya masing-masing yang diungkapkan,
misalnya:
· Merah : menggairahkan , merangsang otak dan agresif. Warna
merah muda memberi kesan sehat, semangat hidup dan
vitalitas.
· Kuning : gairah, merangsang dan menarik perhatian.
· Biru : membantu konsentrasi, berkesan sejuk.
· Hijau : menyejukkan dan memberi kesan tenang.
· Jingga : merangsang dan menggairahkan.
· Ungu : tenang, lembut dan istirahat.
· Coklat : hangat, alamiah, berwibawah dan bersahaja. Akan lebih
baik bila digunakan dengan warna lain karena coklat akan
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
memberikan kesan menekan semangat bila digunakan
sendiri.
· Kelabu : dingin, mendung dan mematikan semangat bila tidak
digunakan dengan warna lain.
· Hitam : keras, berat, dan melambangkan duka cita.
· Putih : menggairahkan bila digunakan dengan warna lain, tenang
dan netral.
Analisa :
Sebagai bangunan pemerintahan bangunan harus mempunyai
karakter berwibawah, netral dan memberikan kenyamanan bagi
pengguna dan pemakai, maka warna yang digunakan adalah kombinasi
coklat muda dan tua
4. Utilitas bangunan
a. Pendekatan sistem Mekanikal
1) Sistem pemadam kebakaran
Sitem pemadam kebakaran untuk kantor ini terdiri atas :
· Sistem pemberitahuan dini (alarm)
Berfungsi secara otomatis dan memberitahukan adanya
indikasi kebakaran dengan tanda bunyi bel dan lampu yang
menunjukan indikasi kebakaran. Alat yang difungsikan
untuk mendeteksi secara dini adanya ebakaran adalah :
· Alat pendeteksi atap (Smoke Detectore) tiap 92 m2
· Alat pendeteksi panas (Heat detector) tiap 46 m2 yang
bekerja pada sensor asap (bekerja apabila kepekatan
asap dalam ruang 4%/m3 dan sensor api (bekerja apabila
kenaikan temperatur ruang 100 /menit)
· Fire Hidrant
Sistem pemadam kebakaran dengan jalan
menyemprotkan air dari selang air yang berasal dari
Hydrant Box
· Fire Extinguiser
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Berupa tabung yang berisi bahan yang dapat
memadamkan api secara cepat
· Sistem sprinkel air
Berfungsi untuk mencegah terjadinya kebakaran pada
radius tertentu untuk melokalisir kebakaran. Sprinkler air
berfungsi apabila dipicu oleh heat and smoke detector yang
memberikan pesan ke pusat. Setiap sprinkler juga
dilengkapi dengan sensor untuk mengetahui lokasi
kebakaran.
· Sistem penyelamatan penghuni
Merupakan sistem penyelamatan kebakaran melalui
suatu perencanaan yang tepat bila terjadi musibah kebakaran
Perencanaan meliputi :
- Perencanaan sistem penataan ruang dan sirkulasi yang
semudah mungkin berhubungan dengan luar.
- Kejelasan petunjuk upaya penyelamatan kebakaran
pada bangunan
- Kejelasan dan kemudahan tata cara penggunaan alat
deteksi dan pemadam kebakaran.
2) Sistem Plumbing
a) Air bersih
· Sumber air bersih
Sumber air bersih di lokasi kantor didapatkan dari
- Jaringan air kota (PDAM)
- Sumur air tanah
- Campuran
Untuk bangunan kawasan Taman Rekreasi dan Wisata
Budaya Raden Saleh ini dipilih sumber air secara
kombinasi dengan sumber air utamanya berasal dari
PDAM. Sistem ini lebih menguntungkan dengan
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
maksud agar tidak terjadi kemancetan dan supllai air
tetap lancar.
· Sistem distribusi
Sistem distribusi ada dua cara, yaitu ;
- Up Feed Distribution
Yaitu reservoir bawah langsung dipompa
keatas dan diberikan pada konsumen. Pompa ini
bekerja terus menerus
- Down Feed Distribution
Yaitu air dinaikan ke reservoir atas (House
Tank), kemudian secara hukum gravitasi
didistribusikan ke konsumen
Dari kedua alternatif tersebut dipilih sistem Down Feed
Distribution dengan pertimbangan dapat menghemat
energi karena pompa kerjanya secara periodik
· Penerapan Sistem Down Feed Distribution
Penerapan sistem Down Feed Distribution pada
bangunan kantor ini adalah air dari saluran kota dan
sumur ditampung pada Suction Tank yang
berfungsisebagai tandon air. Hal ini mengingat pada
jam-jam tertentu jaringan kota banyak melayani
konsumen sehingga keperluan air akan terganggu.
Kemudian air dari Section Tank secara periodik
dipompa ke atas dan ditampung pada House Tank.
b) Sistem buangan air limbah
Seluruh buangan padat dari bangunan disalurkan ke
dalam Septic Tank untuk selanjutnya diresapkan atau
disalurkan ke unit pengolahan limbah cair untuk selanjutnya
dialirkan ke saluran drainase.
c) Sistem pembuangan air hujan
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
Air hujan dari atap bangunan dialirkan melalui saluran
pada pipa pembuangan kemudian di bak kontrol dan
dibuang ke saluran induk.
Untuk air hujan dari lansekap dialirkan langsung untuk
kemudian disaring di bak kontrol dan dibuang ke saluran
induk.
b. Pendekatan sistem Elektrikal
1) Pendekatan sitem udara
Dasar pertimbangan :
a) Suhu kelembaban yang dibutuhkan sesuai dengan fungsi
b) Faktor lingkungan bangunan
c) Luas dan bentuk ruang dalam bangunan, fungsi, waktu serta
pemakaian ruang yang dikondisikan
d) Efisiensi energi
e) Kemudahan maintenace dan service
f) Keamaan dan kenyamanan penghuni
Analisa :
Sistem yang dipakai adalah AC split (Ac tersendiri)
mengingat semua ruang yang menggunakan AC dan dalam segi
maintenace. Service maupun penggunaan energi lebih hemat
2) Pendekatan sistem telekomunikasi
Dasar pertimbangan :
· Efektifitas sistem telekomunikasi
· Kualitas dan kuantitas pengguna
· Spesifikasi perangkat
Dikelompokan menjadi dua bagian yaitu :
a) Sistem telekomunikasi internal
Sistem telekomunikasi internal dilayani oleh intercom yang
menghubungkan kesemua ruang
b) Sistem telekomunikasi external
Sistem telekomunikasi external dilayani oleh :
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
· Telepon PABX ( Public Automatic Branch Machine)
yang menggunakan sistem sambungan langsung
internasional
· Telepon umum kartu dengan fasilitas SLI (sambungan
langsung Inetrnasional)
· Faximile sebagai fasilitas pengiriman atau penerimaan
dokumen atau surat-surat
· Car Call Sistem
Dipakai untuk memanggil sopir yang berada di parkir
area
3) Pendekatan sistem kelistrikan
Dasar pertimbangan :
· Pereturan dan Standart Instalasi listrik
· Effisiensi dan Efektifitas sistem
· Ketersesiaan pasokan energi listrik
Sumber tenaga dilayani oleh PLN sebagai energi primer dan
Generator set sebagai cadangan, dengan sistem didtribusi
sebagai berikut :
4) Pendekatan sistem pengkal petir
Dasar pertimbangan :
· Kemudahan dalam penggunaan dan pemeliharaan
· Efektifitas sistem terhadap sambaran petir
PLN Panel Utama Panel Cadangan
Genset
A
B
C
D
Diagram 15 sistem jaringan listrik Sumber : Analisa pribadi
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
· Tidak menggangu estetika bangunan
· Tidak menggangu lingkungan
Pendekatan sistem
Menggunakan sistem inisasi Non-radioaktif yang
mempunyai prinsip kerja menarik medan listrik di atmosfir yang
meningkat saat terjadi sambaran petir.
Keuntungan sistem ionisasi radioaktif
· Sistem bekerja sendiri dan terpadu
· Kesederhanan sistem dan ekonomis
· Kontunitas yang permanen dari pucuk bangunan sampai ke
bagian dalam tanah
· Kepastian berionisasiselama musim hujan/petir
· Berkemampuan tinggi, lebih dari 1000 KV
· Nilai estetika tinggi karena hanya menggunakan single air
terminal dengan down conductor setebal 2 mm sehingga
dapat dipasang dengan rapi dan tidak mencolok
· Sistem dapat diasang tanpa tergantung pada tinggi minimal
bangunan atau tinggi minimal terminal udara tertinggi pada
suatu bangunan
· Kemudahan dalam perawatan dan pengontrolan
· Tidak berbahaya bagi lingkungan, karena sistem ini
mengantisipasi timbulnya kilat.
Dalam pemasangan ditambahkan alat surger arrester/ rotector
untuk melindungi alat-alat dari kerusakan akibat tekanan induksi
petir
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
BAB V
KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN TAMAN REKREASI
dan WISATA BUDAYA RADEN SALEH di SEMARANG
A. KONSEP PERENCANAAN
1. Kegiatan Yang Akan Diwadahi
Kegiatan yang akan diwadahi dalam Taman Budaya Raden Saleh yang
direncanakan merupakan harmonisasi sektor ekonomi, sektor sosial, sektor wisata,
dan sektor budaya yang dapat menunjang dan meramaikan pariwisata di
Semarang. Secara struktural taman budaya dan taman rekreasi/ wisata disatukan
dalam satu wadah, namun dalam pengelolaan yang berlansung di dalamnya secara
sektoral terpisah untuk memudahkan dalam proses pengaturan dan
pengendaliannya. Dirumuskan kelompok kegiatan yang akan diwadahi dalam
Taman Budaya Raden Saleh nantinya adalah :
1.1. Kelompok Kegiatan Budaya
a. Kegiatan Apresiasi Budaya
· Pementasan sendratari, wayang orang, wayang kulit, dll
· Pemutaran film dokumenter karya anak bangsa ( lokal maupun
nasional )
b. Kegiatan Pelestarian Budaya
· Pendokumentasian hasil kebudayaan Jawa Tengah pada
umumnya dan Kota Semarang pada khususnya.
· Pameran temporer terkait kebudayaan Jawa Tengah
· Seminar dan penyuluhan tentang budaya
c. Kegiatan informasi
· Kegiatan informasi intern dan umum zona budaya
· Kegiatan informasi kawasan bersejarah Kota Semarang
· Kegiatan display barang-barang seni dan kerajinan
d. Kegiatan pengelola
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
· Kegiatan pengaturan, pengelolaan, dan pengendalian
e. Kegiatan servis dan pelayanan
f. Kegiatan penunjang
1.2. Kelompok Kegiatan Rekreasi
a. Kegiatan wisata
· Kegiatan berkumpul suatu komunitas
· Kegiatan jalan santai/ jogging
· Kegiatan permainan dengan alat
· Kegiatan makan, minum, dan istirahat
b. Kegiatan informasi dan promosi
· Kegiatan informasi intern dan umum zona rekreasi
· Layanan informasi pariwisata
c. Kegiatan pemasaran
· Penjualan barang seni dan kerajinan secara langsung
· Penjualan barang seni dan kerajinan melalui pemesanan
· Penjualan jasa seni
d. Kegiatan pengelola
· Kegiatan pengaturan, pengelolaan, dan pengendalian
e. Kegiatan servis dan pelayanan
f. Kegiatan penunjang
2. Pelaksanaan Kegiatan
Secara umum pelaksanaan terbagi atas beberapa unsur pembentuk
kegiatan dalam Taman Budaya Raden Saleh, antara lain :
- Kegiatan Pemasaran
Kegiatan pemasaran yang meliputi kegiatan jual beli yang dilakukan
sesuai dengan kebutuhan yang berlangsung dalam dunia perdagangan,
bisnis, pariwisata, seni, dan hiburan, dll.
Pada umumnya kegiatan pariwisata sangat ramai pada hari
minggu/libur, sedangkan kegiatan yang lain seperti kegiatan perdagangan
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
hampir setiap hari ramai. Akan tetapi hari-hari libur kadang membawa
pengaruh yang cukup potensial. Waktu kegiatan yang berlangsung pada
Taman Budaya Raden Saleh meliputi :
· Taman Budaya dan Taman Hiburan Remaja
Senin – Jumat : 07.00 – 21.00
Sabtu – Minggu : 06.00 – 22.00
· Pendhopo besar
Untuk umum dan dapat digunakan sewaktu- waktu
Sifat : sewa
Akan tetapi pada waktu-waktu tertentu jadwal kegiatan ini dapat
berubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
- Kegiatan Informasi dan Promosi
Secara garis besar kegiatan informasi dan promosi terbagi atas 2 jenis,
yaitu informasi dan promosi secara langsung dan tidak langsung. Informasi
dan promosi secara langsung dilakukan secara dan sewaktu-waktu, yang
secara otomatis disesuaikan dengan jadwal kegiatan pemasaran. Sedangkan
promosi tidak langsung dilakukan melalui berbagai media massa, media
elektronik, dan pertemuan-pertemuan periodik.
Selain informasi dan promosi yang dilakukan secara rutin, juga
dilakukan prmosi yang bersifat temporer.
· Promosi rutin dilakukan setiap bulan dan tahun.
· Promosi yang bersifat tidak rutin dilakukan sewaktu-waktu bila ada
yang bersedia.
Informasi dan promosi di sini mencakup informasi dan promosi
barang-barang seni dan kerajnan dari berbagai daerah di Kota Semarang
serta informasi dan promosi tempat-tempat wisata yang ada di Kota
Semarang pada khususnya dan Provinsi Jawa Tengah pada umumnya.
- Kegiatan Pengelola
Kegiatan pengelola secara otomatis menyesuaikan kebutuhan dan
kegiatan yang berlangsung dalam Taman Budaya Raden Saleh. Namun,
untuk kegiatan administrasi hanya sampai pada jam tertentu sesuai dengan
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
jam kerja pada umumnya. Berikut ini merupakan jadwal kerja pengelola
secara resmi :
Senin-Kamis = 07.00 – 15.00 WIB
Jumat = 07.00 – 11.00 WIB
Sabtu = 07.00 – 14.00 WIB
Akan tetapi pada waktu-waktu tertentu, jadwal kegiatan ini dapat
berubah sesuai dengan situasi dan kondisi yag ada.
- Kegiatan Penunjang
Kegiatan penunjang berlangsung seiring dengan kegiatan pemasaran
serta kegiatan informasi dan promosi di dalam Taman Budaya Raden Saleh.
Sifat kegiatan ini hanya sebagai activity support kawasan.
3.Skala Pelayanan
Skala pelayanan Taman Budaya Raden Saleh bersifat regional-
nasional, memanfaatkan arus wisatawan ke Semarang dan sekitarnya. Dan
merupakan sarana bagi pelayanan promosi bidang seni dan pariwisata di
Semarang.
4.Gambaran Umum Perencanaan
Taman Rekreasi dan Wisata Budaya ini mengangkat misi berupa taman
yang memiliki makna sosial kehidupan masyarakat. Taman Budaya Raden Saleh
ini memiliki konsep utama sebagai upaya melestarikan budaya setempat, dan
sebagai tempat wisata baru yang dapat menunjang pariwisata yang sudah ada.
Usaha pencapaian tujuan tersebut dilakukan melalui proses menterjemahkan
kelokalan daerah ke dalam bentuk baru.
Kelokalan yang akan diwujudkan dibagi menjadi beberapa macam, yang
meliputi :
· Kelokalan suasana, dalam kelokalan ini dimaksudkan untuk tetap
menghadirkan suasana keakraban dan semarak yang memang sering ditemukan
dalam tempat wisata. Dan juga untuk mengembalikan esensi taman sebagai
tempat interaksi semua kalangan dan kelas masyarakat. Penciptaan suasana
tersebut dapat melalui penciptaan bentuk bangunan yang berupa bangunan
tradisional yang sederhana tetapi tidak lepas dari karakter bangunan Jawa.
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
· Kelokalan bentuk, yang diwujudkan dengan mempresedenkan bentuk-
bentuk yang dipakai pada hunian dan bangunan-bangunan umum serta bangunan
pemerintahan daerah setempat. Yaitu berupa bentuk-bentuk arsitektur tradisional
yang berupa joglo, limasan, panggang pe dan lain sebagainya.
· Kelokalan material, kelokalan bentuk di atas akan didukung dengan
kelokalan material. Material yang akan digunakan adalah material yang dihasilkan
dan sering digunakan oleh masyarakat setempat. Dalam hal ini material yang akan
digunakan adalah material kayu dan batu bata karena mudah ditemukan dan sering
digunakan oleh masyarakat setempat.
· Yang terakhir adalah Kelokalan Ide, dilakukan dengan mengangkat
potensi kesenian yang terdapat di Semarang dan sekitarnya diwujudkan melalui
penghadiran penggung terbuka untuk tempat mementaskan karya seni rakyat
seperti karawitan dan wayangan serta kesenian yang lainnya dan diletakkan pada
posisi yang strategis sebagai “background” kawasan yang dapat dilihat oleh
semua pengunjung.
Ruang kegiatan komunal dituntut elastis dan terbuka, baik terbuka secara
fisik maupun terbuka secara visual. Terbuka secara fisik maksudnya adalah
kebebasan, kemudahan, dan kelancaran yang diberikan kepada pengunjung untuk
melakukan pergerakan. Sedangkan maksud terbuka secara visual artinya
pengunjung dapat bebas melihat bangunan dan pandangan dapat melihat dari
ruang satu ke ruang lainnya. Karakter tersebut dapat diungkapan dalam pola
ruang, bidang vertikal ruang, dan pola sirkulasi.
B. KONSEP PERANCANGAN
B.1. KONSEP MAKRO
1. Konsep Tata Guna Lahan
Taman Budaya Raden Saleh direncanakan akan dibagi menjadi 2 fungsi,
yaitu fungsi rekreasi dan fungsi budaya. Dengan klasifikasi masing- masing
fungsi sebagai berikut :
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
a. Fungsi budaya, yaitu Gedung Ki Narto Sabdho , Patung Raden
Saleh, pohon- pohon beringin besar yang telah tumbuh sebelum
bangunan didirikan tetap dipertahankan keberadaannya baik fungsi
maupun bentuk. Karena keberadaannya menyangkut nilai sejarah
kawasan yang dulunya berfungsi sebagai kebun binatang Tegalwareng,
kebun binatang pertama di kota Semarang. Pada zona budaya akan
ditambah beberapa fasilitas yang dibutuhkan pada kawasan ini,
diantaranya yaitu : amphiteater, sanggar kesenian, pusat dokumentasi
seni yang terdiri dari museum dan perpustakaan.
b. Fungsi rekreasi, yang mencakup 2 fungsi, fungsi sosial dan
ekonomi, yaitu Taman Hiburan Rakyat, Taman Bermain Wonderia
didesain ulang dan dikembangkan fungsinya untuk mendukung fungsi
rekreasi dan mewadahi interaksi sosial. Fungsi ekonomi, yaitu PKL yang
dialihfungsikan menjadi cafetaria, art and craft shop dan beberapa
fasilitas di Taman Hiburan Remaja yang bersifat komersial. PKL
ditambah, ditata ulang dan difungsikan sebagai fasilitas pendukung
kawasan. Selain itu dengan penambahan fasilitas Art and Craft Shop
yang berisi penjualan barang dan jasa untuk memasarkan tempat wisata,
baik wisata alam, wisata budaya, maupun wisata religi di Kota Semarang,
dan juga menjual makanan dan kerajinan khas Kota Semarang.
Pengolahan tersebut nantinya mengacu kepada fungsi kawasan mewadahi
kegiatan rekreasi dan wisata budaya. Pembagian tata guna lahan tersebut di
bawah ini :
Area rekreasi berisi :
- Taman Hiburan Rakyat, berupa tempat bermain dengan dan tanpa alat
- Segaran untuk praon ( naik perahu di danau buatan )
- Taman dan ruang komunal
- Restoran
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
Area budaya :
- Teater tertutup
- Ruang pameran,museum, perpustakaan (pusat dokumentasi )
- Sanggar
- Amphiteater ( teater terrbuka )
- Pendhopo
- Bioskop mini ( cineplex )
Area pendukung : ruang pengelola, musholla, area parkir, toilet, cafetaria,
gazebo
Yang masing- masing tidak diwadahi dalam satu wadah, tetapi dengan pembagian
sebagai berikut :
Gambar 50. zonning kawasan
Sumber : analisis pribadi
Area budaya
Area rekreasi U
S
T B
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
Keterangan :
· Bagian Timur Laut, Jalan Utama Sriwijaya
Pintu masuk utama, plasa penerima dan tempat parkir ( pemanfaatan
sempadan ) dan area budaya sebagian besar pada bagian Timur Laut untuk
memperoleh karakteristik Taman Budaya Raden Saleh lama terhadap
lingkup kawasan sekitarnya.
· Bagian Barat Laut terdapat jalan lingkungan pemukiman Genuk Sari.
Jalan tersebut adalah jalan utama menuju pemukiman padat penduduk.
Jalan ini tidak dapat dimasuki sembarang kendaraan karena merupakan
satu- satunya akses ke pemukiman Genuk Sari.
· Bagian Barat Daya, di luar kawasan terdapat pemukiman padat penduduk,
yaitu kawasan pemukiman Jalan Wilis. Taman hiburan remaja dan
amphiteater diletakkan di area sebelah Selatan, secara tidak langsung dapat
menarik perhatian penduduk sekitar kawasan.
· Bagian Tanggara, jalan lingkungan menuju pemukiman padat penduduk,
kawasan Genuk Perbalan. Jalan lingkungan yang cukup lebar untuk 2 jalur
kendaraan roda empat, ditempatkan fasilitas pendukung kawasan dan
tempat untuk pengelola ( sirkulasi untuk servis dan pengelola ).
· Bagian tengah kawasan, memiliki potensi sebagai plasa penerima dan
pusat awal dan akhir dari seluruh aktivitas dalam kawasan, dimana
pengunjung dapat menentukan pilihan aktivitas yang dijalani. Plasa
penerima bisa berbentuk taman, dengan memanfaatkan pohon- pohon
konservasi yang letaknya paling banyak terdapat di tengah kawasan
sebelah timur laut.
2. Konsep Pengolahan Site
Secara garis besar kondisi tapak kawasan Taman Budaya Raden Saleh
adalah rata, kecuali pada bagian barat daya yang masih berupa lahan kosong
memiliki kontur tanah setinggi maksimal 1 meter. Kondisi ini memiliki
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
banyak keuntungan menyangkut peletakkan bangunan yang membutuhkan
view menarik seperti taman bermain dan pujasera sehingga dapat melihat
seluruh kegiatan taman budaya. Juga pemanfaatan gardu pandang pada
kontur tertinggi
g. Konsep Pencapaian dan Sirkulas
Gambar 51. konsep pencapaian site
Sumber : analisis pribadi
Main Entrance masuk dan keluar kawasan dijadikan satu pintu, dengan
lebar gerbang masuk utama dibuat lebar untuk mengantisipasi crowded. Side
Entrance digunakan untuk pengelola pusat. Panah berwarna kuning di dalam site
menunjukkan alur sirkulasi di dalam kawasan. Sirkulasi terbagi menjadi 2, yaitu
sirkulasi kendaraan penghubung ( bemo wisata ) dan sirkulasi pengun jung
pejalan kaki. Sirkulasi keduanya dibuat terpisah, untuk keamanan, kenyamanan
dan privasi masing- masing pengguna. Sirkulasi yang dirancang berupa sirkulasi
memutari kawasan, agar pengunjung bisa menikmati seluruh pemandangan dan
fasilitas di dalam kawasan.
ME
SE
Sirkulasi pejalan kaki
Sirkulasi bemo wisata
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
Gambar 52. Fasilitas kendaraan di dalam site : Bemo wisata
Sumber : analisis pribadi
h. Konsep Orientasi
Gambar 53. orientasi site
Sumber : analisis pribadi
View terbaik pada suatu site menentukan arah orientasi bangunan,
terutama bangunan yang terletak di depan uuntuk memperlihatkan identitas
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
kawasn.. Orientasi Taman Budaya Raden Saleh menghadap ke arah Timur Laut,
menghadap ke Jalan Sriwijaya, dengan pertimbangan utama akses menuju jalan
utama lebih mudah. Orientasi bangunan di dalam site terpusat ke tengah kawasan.
i. Pengendalian Permasalahan Site
Gambar 54. pengendali noise
Sumber : analisis pribadi
Vegetasi sebagai pagar fisik bangunan & pengendali kebisingan
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
j. Zonifikasi Kawasan
Gambar 55 zonifikasi kawasan
Sumber : analisis pribadi
B.2 KONSEP MIKRO
1. Pengelompokkan Pelaku Kegiatan
Pelaku kegiatan dalam kawasan Taman Budaya Raden Saleh meliputi :
a. Pengunjung
· Pengunjung fasilitas budaya yaitu seseorang atau sekelompok
orang yang datang berkunjung, berwisata budaya, berlatih seni,
atau menonton pertunjukkan seni. Pengunjung Taman Budaya
biasanya adalah warga sekitar, wisatawan domestic dan
wisatawan mancanegara.
Area parkir
Zona budaya
Zona peghubung ( zona abu- abu )
Zona rekreasi
Area parkir
Sirkulasi kawasan Zona pengelola pusat
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
· Pengunjung fasilitas rekreasi yaitu seseorang atau sekelompok
orang, baik keluarga maupun instansi tertentu yang datang
berkunjung untuk melakukan aktivitas bermain atau berkumpul
secara terbuka sambil mempelajari budaya lokal Kota
Semarang.
b. Tamu
Tamu yang dimaksud disini adalah pengunjung dan pihak- pihak
yang berkepentingan dengan staff pengelolaan.
c. Pengelola
Sekelompok orang yang mengelola manajemen Taman Rekreasi
dan Wisata Budaya, terkait aspek pengelolaan keuangan (
kontribusi terhadap pemerintah ), kebersihan, keamanan dan
kenyamanan, dan aspek pengelolaan lain.
d. Pekerja Seni ( seniman dan pelatih kesenian )
Seniman adalah pekerja seni yang menciptakan suatu karya seni,
mempelajarinya, dan mengapresiasikan karyanya kepada
masyarakat luas. Sedangkan pelatih seni adalah seseorang atau
sekelompok orang yang berkompeten di bidang seni, yang
bertugas menularkan atau mengajarkan ilmunya kepada
khalayak. Pelatih seni biasanya merupakan bagian dari seniman-
seniman. Pekerja seni di Semarang terdiri dari :
· Gambang Semarang
· Cap Go Meh
· Grup Wayang Orang Ngesthi Pandowo dan Karawitan Condong Raos
· Pow- Tee- Hie
· Sam sie
· Kasidah Modern Nasida Ria
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
2. Pengelompokkan Zona Ruang Kegiatan
a. Kelompok zona budaya :
1) Gedung pertunjukkan kesenian tradisional seperti : wayang
orang, kethoprak, wayang kulit, ludruk, keroncong ( teater
tertutup )
2) Amphiteater untuk pentas musik dan teater outdoor
3) Sanggar dan tempat pameran untuk kegiatan pameran budaya
4) Bioskop mini, untuk pemutaran film dokumenter karya anak
Indonesia, maupun film pendidikan dan dokumenter
5) mendokumentasikan budaya lokal (museum dan perpustakaan )
b. Kelompok zona rekreasi :
· Taman hiburan remaja, meliputi :
- Tempat bermain dengan alat
- Taman dengan tempat duduk/ ruang komunal
· Segaran untuk praon
c. kelompok kegiatan pendukung
1) cafetaria
2) Ruang rapat dan seminar dalam kantor pengelola
3) Art and craft shop
4) Fasilitas umum, seperti : toilet dan musholla
5) Area parkir
d. kelompok zona ruang pengelola
e. kelompok zona ruang kegiatan servis
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
Pola Kegiatan Pengunjung secara menyeluruh
Pola Kegiatan Pengelola secara menyeluruh
5. Jenis dan Besaran Ruang Taman Rekreasi dan Wisata Budaya
a. Zona ruang kegiatan budaya
Diagram 16 Pola kegiatan pengunjung Sumber : Analisa pribadi
PLAZA
parkir
datang pulang
Hall/ taman/ R.
Zona Kegiatan Budaya Zona Kegiatan Rekreasi
ibadah
lavatory
makan
ME
Diagram 17 Pola kegiatan Pengelola Sumber : Analisa pribadi
SE PLAZA
parkir
datang pulang
Kantor Pengelola zona budaya
Rapat
ibadah
lavatory
makan
Kantor Pengelola zona rekreasi
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
Ruang Kebutuhan ruang dan besaran Luas
Teater tertutup Lobby
Teras
r. pertunjukkan
stage
gudang alat
r. rias ( 2 )
r. ganti ( 2 )
lavatory ( 3 )
r. persiapan
300 m2
78 m2
375 m2
100 m2
144 m2
@ 28 m2
@23 m2
@ 37,5 m2
230 m2
1440 m2
Perpustakaan Hall
Lobby
r. internet
r. arsip
r. rak buku ( total )
r baca
r. pustakawan
144 m2
80 m2
90 m2
187,5 m2
187,5 m2
546 m2
24 m2
1127,5 m2
museum Lobby
r. display terbuka
r. display tertutup
r. pengelola museum
104 m2
100,5 m2
72,6 m2
30 m2
313,1 m2
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
Sanggar Hall/ lobby
r. seni musik
r. seni teater
r. seniman
gudang alat
r. seni tari
r. seni kriya
r. latihan terbuka
270 m2
107,5 m2
81 m2
104,6 m2
40 m2
135 m2
54 m2
135 m2
927,1 m2
Amphiteater Tribun dan stage 1683 m2 1683 m2
r. pengelola r. kabag rekreasi
r. kabag budaya
r. tunggu/ lobby
r. pelayanan informasi
r. staff pelaksana
r. arsip
r. pimpinan umum
loket
ticketting
80 m2
80 m2
12,8 m2
80 m2
36 m2
3,5 m2
72 m2
18 m2
64 m2
500 m2
Zone servis Lavatory umum ( 2 ) @ 32 m2 64 m2
Jml total kawasan budaya 6834,7 m2
b. Zone kegiatan rekreasi
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
Ruang Kebutuhan ruang dan besaran Luas
Zone segaran Kolam segaran
r. tunggu
1855 m2
240
3055 m2
Area outbond dan
permainan anak
Outbond area ( 4 ) @ 1500 m2 6000 m2
restoran Dapur
r. makan
r. seminar
90 m2
345 m2
270 m2
705m2
Sanggar Hall/ lobby
r. seni musik
r. seni teater
r. seniman
gudang alat
r. seni tari
r. seni kriya
r. latihan terbuka
270 m2
107,5 m2
81 m2
104,6 m2
40 m2
135 m2
54 m2
135 m2
927,1 m2
Jml total kawasan rekreasi i. m2
C.Konsep Ekspresi dan Tampilan Bangunan
· Atap limasan kombinasi dak
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
Atap limasan khas bangunan Jawa Tengah, dengan kuku bima pada
setiap sudut atap menimbulakn kesan njawani dan memberi identitas pada
bangunan.
Pemberian dak sebelum atap limasan bertujuan untuk menghindari
kesan monoton dan untuk menambah sifat dinamis, sesuai dengan apa yang
diwadahi di dalamnya, yaitu kesenian yang fleksibel, dinamis, ditambah
dengan kegiatan rekreasi yang bersifat santai dan tidak formal.
Atap limasan yang ditinggikan juga berfungsi sebagai jalur masuknya
matahari ke dalam ruangan tanpa panas yang berlebih.
Gambar 56 kombinasi atap limasandan atap dak
· Untuk memberi kesan bangunan khas Semarang, diberikan motif
batik semarangan, baik pada eksterior maupun interiornya.
Gambar 57 motif batik semarangan
Gambar 58 konsul besi pada sebagian besar bangunan bermotif batik
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
Gambar 59 bangunan teater tertutup dan cineplex
Gambar 60 area outbond
Gambar 61 kawasan Taman Wisata Budaya dan Rekreasi
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
Gambar 62 Pintu Gerbang Kawasan Taman Rekreasi dan Wisata Budaya Raden
Saleh
· Konsep Tata Akustik Teater tertutup dan teater terbuka ( Amphiteater )
1. Tata akustik Teater tertutup
Gedung Pertunjukan Teater Tertutup yang memiliki luas bangunan1.728 m2
terdiri dart beberapa fasilitas antara lain : panggung pertunjukan, ruang
penonton,ruang rias artis, ruang perlengkapan artistik, ruang operator, kamar kecil
pemain dan penonton, serta lobby teater yang berfungsi sebagai ruang tunggu
VIP.
Ruang penonton yang berkapasitas 800 tempat duduk dengan panggung (play
area) berukuran 30 x 8 m dapat dinikmati dari satu titik pandang
penonton. Dukungan lighting dan sound system yang memadai dan panggung
elektrik memberikan kemudahan pada setiap sajian pertunjukan.
Gambar 63. Interior Teater Tertutup
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
2. Amphiteater
D. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN FISIK
BANGUNAN
a. Sistem Struktur dan Kontruksi
a. Sistem Struktur dan bahan kontruksi
Menggunakan sistem rangka (para super struktur atau badan
bangunan) dan sistem dinding pemikul, karena keduanya saling
menutupi dan mengantisipasi kekurangan dari masing-masing sistem
struktur, sementara untuk bahan kontruksi mengingat bangunan hanya
dua lantai menggunakan beton bertulang,
b. Jenis sub struktur/pondasi
No Jenis Pondasi keterangan
1 Batu Kali/menerus
Digunakan untuk bangunan satu
lantai, material terbuat dari batukali
yang disusun secara menerus
dengan semen (PC), tingkat
kedalaman pondasi antara 0-1 m
2 Foot plate
Digunakan untuk bangunan lebih
dari satu lantai (1-4), material yang
dipakai untuk pondasi footplate
BAB V
30 m
30 m
Tribun penonton
Posisi gamelan
Arah hadap penari ( 4 sisi )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
adalah besi dan beton. Besar\kecil
dan kualitas pondasi ditentukan
sesuai dengan kebutuhan
3
Sumuran
Digunakan untuk bangunan lebih dari satu lantai, material yang dipakai untuk pondasi footplate adalah besi dan beton. Semntara untuk sumurnya menggunakan batu kali. Pondasi ini digunakan untuk pembangunan bangunan yang mempunyai permasalahan dengan kondisi lahan
4 Tiang pancang
Digunakan untuk bangunan lebih
dari satu lantai / untuk bangunan
tinggi. Material yang dipakai untuk
pondasi tiangpancang adalah besi
dan beton. Besar\kecil dan kualitas
pondasi ditentukan sesuai dengan
kebutuhan
Pemilihan jenis pondasi
Sesuai dengan kriteria diatas maka jenis pondasi yang sesuai
adalah Pondasi Footplate dan batu kali (Menerus)
b. Bahan Finishing bangunan
a.Bahan finishing lantai yang digunakan adalah :
1. Keramik
Sumber : Analisa Pribadi
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
Memiliki aneka ragam desain dan texture yang menarik dan
mudah dalam perawatan. Digunakan pada sebagian besar rung-
ruang
2. Marmer
Memiliki kesan kemegahan, sesuai dengan fungsi
kewibawahan bangunan budaya. Digunakan pada Hall utama
atau enterace masuk
3. Karpet
Berkesan hangat, nyaman, eksklusif dan mampu menyerap
getaran dan suara. Digunakan pada ruang rapat, ruang seminar,
bioskop mini, teater tertutup, yang membutuhkan media sebagai
peredam suara.
b. Bahan finishing yang digunakan adalah :
1. Marmer
Memiliki kesan kemegahan, sesuai dengan fungsi
kewibawahan bangunan budaya. Digunakan pada Hall utama
atau enterace masuk
2. Keramik
Memiliki aneka ragam desain dan texture yang menarik dan
mudah dalam perawatan. Digunakan pada sebagian finishing
lavatory dan pantry
3. Cat tembok
Digunakan pada sebagian besar ruang pada bangunan.
c. Bahan yang digunakan untuk finishing plafond adalah :
1. Kayu
Berkesan megah, hangat dan eksklusif, digunakan pada ruang-
ruang sanggar.
2. Gypsum board
Digunkan disebagian besar bangunan
3. Accoutical Ceiling
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
Digunakan untuk interior
d. Bahan finishing pintu dan jendela
Bahan yang dipakai adalah ;
1. Kayu
Memberikan kesan mewah dan megah. Digunakan pada
dinding bagian luar bangunan dan enterance, termasuk pintu
utama
2. Almunium
Digunkan pada sebagaian besar ruang bangunan
e. Bahan finishing atap
Bahan atap yang dipakai adalah genteng keramik. Memerikan
kesan kesan alami dan exklusif, serta memiliki nilai ekstetika yang
tinggi.
f. Warna bangunan
Warna memnrikan penciptaan karakter yang diinginkan, setiap
warna yang memiliki karakternya masing-masing yang diungkapkan,
misalnya:
· Merah : menggairahkan , merangsang otak dan agresif. Warna
merah muda memberi kesan sehat, semangat hidup dan
vitalitas.
· Kuning : gairah, merangsang dan menarik perhatian.
· Biru : membantu konsentrasi, berkesan sejuk.
· Hijau : menyejukkan dan memberi kesan tenang.
· Jingga : merangsang dan menggairahkan.
· Ungu : tenang, lembut dan istirahat.
· Coklat : hangat, alamiah, berwibawah dan bersahaja. Akan lebih
baik bila digunakan dengan warna lain karena coklat akan
memberikan kesan menekan semangat bila digunakan
sendiri.
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
· Kelabu : dingin, mendung dan mematikan semangat bila tidak
digunakan dengan warna lain.
· Hitam : keras, berat, dan melambangkan duka cita.
· Putih : menggairahkan bila digunakan dengan warna lain, tenang
dan netral.
Sebagai bangunan pemerintahan bangunan harus mempunyai
karakter berwibawah, netral dan memberikan kenyamanan bagi
pengguna dan pemakai, maka warna yang digunakan adalah kombinasi
coklat muda dan tua
g. Utilitas bangunan
a. Sistem Mekanikal
1. Sistem pemadam kebakaran
Sistem pemadam kebakaran yang digunakan adalah :
· Fire Hidrant
Sistem pemadam kebakaran dengan jalan
menyemprotkan air dari selang air yang berasal dari
Hydrant Box (disediakan disetiap lantai)
· Fire Extinguiser
Berupa tabung yang berisi bahan yang dapat
memadamkan api secara cepat ( disediakan disetiap ruang)
· Sistem penyelamatan penghuni
Karena bangunan hanya dua lantai maka tidak
memerlukan tangga darurat, peringatan hanya difokuskan
pada alarm jika terjadi kebakaran saja di setiap ruang.
b.Sistem Plumbing
1) Air bersih
Sumber air bersih
Sumber air bersih di lokasi didapatkan dari
- Jaringan air kota (PDAM)
- Sumur air tanah
- Campuran
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
Untuk bangunan kantor dipilih sumber air secara
kombinasi dengan sumber sir utamanya berasal dari
PDAM. Sistem ini lebih menguntungkan dengan
maksud agar tidak terjadi kemancetan dan supllai air
tetap lancar.
Distribusi air
2) Sistem buangan air limbah
Seluruh buangan padat dari bangunan disalurkan ke
dalam Septic Tank untuk selanjutnya diresapkan atau
disalurkan ke unit pengolahan limbah cair untuk selanjutnya
dialirkan ke saluran drainase.
Limbah buangan dari KM
Limbah buangan dari Pantry
Diagram18 sistem distribusi air Sumber : Analisa pribadi
Diagram 19 limbah buangan dari KM Sumber : Analisa pribadi
Diagram 20 limbah buangan dari Pantry Sumber : Analisa pribadi
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
3) Sistem pembuangan air hujan
Air hujan dari atap bangunan dialirkan melalui saluran
pada pipa pembuangan kemudian di bak kontrol dan
dibuang ke saluran induk. Untuk air hujan dari lansekap
dialirkan langsung untuk kemudian disaring di bak kontrol
dan dibuang ke saluran induk.
Sistem buangan air hujan
5) Sistem Elektrikal
a.Pendekatan sitem udara
Sistem yang dipakai adalah AC split (Ac tersendiri)
mengingat semua ruang yang menggunakan AC dan dalam segi
maintenace. Service maupun penggunaan energi lebih hemat
b.Pendekatan sistem telekomunikasi
Dikelompokan menjadi dua bagian yaitu :
6) Sistem teekomunikasi internal
Sistem telekomunikasi internal dilayani oleh intercom yang
menghubungkan kesemua ruang
7) Sistem telekomunikasi external
Sistem telekomunikasi external dilayani oleh :
· Telepon PABX ( Public Automatic Branch Machine) yang
menggunakan sistem sambungan langsung internasional
· Telepon umum kartu dengan fasilitas SLI (sambungan langsung
Inetrnasional)
Diagram 21 limbah buangan ai hujan Sumber : Analisa pribadi
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
· Faximile sebagai fasilitas pengiriman atau penerimaan dokumen
atau surat-surat
· Car Call Sistem
Dipakai untuk memanggil sopir yang berada di parkir area
8) Sistem kelistrikan
Sumber tenaga dilayani oleh PLN sebagai energi primer dan
Generator set sebagai cadangan, dengan sistem didtribusi sebagai
berikut :
9) Pembuangan sampah
Sistem yang digunakan adalah dengan memisahkan sampah
sesuai dengan jenisnya yaitu sampah organik dan sampah
anorganik.
PLN Panel Utama Panel Cadangan
Genset
A
B
C
D
Diagram 22 sistem jaringan listrik Sumber : Analisa pribadi
Diagram 23 pembuangan sampah Sumber : Analisa pribadi
BAB V