16
 DIDUGA MALAPRAKTEK, NYAWA DEBBY MELAYANG  Vinda Anggela Dewi*  Nim. 110600051 *Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi,Universitas Sumatera Utara Jl. Alumni No. 2 Kampus USU Medan E-mail:  [email protected] PENDAHULUAN Seni kedokteran adalah penerapan gabungan ilmu kedokteran, intuisi dan keputusan medis untuk menghasilkan diagnosis yang tepat. Dokter perlu memberikan penjelasan tentang penyakit pasien, rencana perawat an, dan proses pengobatannya. 1,2 Dalam menjalankan tugas profesinya, seorang dokter akan selalu terkait dengan bioetika maupun etika kedokteran, yang kemudian akan diatur dalam kode etik kedokteran. 1,2  Namun kini, tidak sedikit dokter yang melanggar bioetika atau etikanya sebagai seorang dokter dalam menghadapi pasien, sehingga menyebabkan hal tersebut menjadi sorotan masyarakat dan menimbulkan persepsi dikalangan masyarakat bahwa semua dokter dapat melakukannya. 3 Seorang tenaga medis seharusnya memberikan pelayanan yang dinilai oleh masyarakat sebagai sesua tu yang sangat berguna, mengabdi kepada kepentingan umum dan diharapkan memperoleh kepuasan dari pengamalan ilmu kepada pasien, serta tidak menganggap uang sebagai pemuas utama pekerjaannya. 1  Malpraktek merupakan salah satu fenomena yang sering terjadi di dunia kesehatan. Malpraktek dapat terjadi karena ketidaktahuan, kelalaian, kurangnya keterampilan, kurangnya ketaatan dalam profesi maupun perbuatan salah yang disengaja. 3  BIOETIKA Bioetika terdiri dari dua kata, yaitu bio danetika. 1  Dimana bio berkaitan dengan ilmu-ilmu bidang hayati, sedangkan etika adalah ilmu tentang isu-isu etik dalam ilmu biologi. 1 Dalam bioetika terdapat empat prinsip yang harus dipenuhi oleh seorang dokter, yaitu : 1. Beneficienc e Adalah prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan pasien. Dalam  beneficence tidak hanya dikenal perbua tan untuk kebaikan sa ja, melainkan juga perbu atan yang sisi  baiknya (manfa at) lebih besar daripada sisi buruknya (mudharat). 4 Hal-hal lain yang terdapat pada prinsip  beneficience ad alah :  Melindungi dan mempertahankan hak-hak yang lain   Mencegah terjadinya kerugian  Menghilangkan kondisi penyebab kerugian  

DIDUGA MALAPRAKTEK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mm

Citation preview

DIDUGA MALAPRAKTEK, NYAWA DEBBY MELAYANGVinda Anggela Dewi*Nim. 110600051

*Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi,Universitas Sumatera UtaraJl. Alumni No. 2 Kampus USU MedanE-mail:[email protected]

PENDAHULUANSeni kedokteran adalah penerapan gabungan ilmu kedokteran, intuisi dan keputusan medis untuk menghasilkan diagnosis yang tepat. Dokter perlu memberikan penjelasan tentang penyakit pasien, rencana perawatan, dan proses pengobatannya.1,2Dalam menjalankan tugas profesinya, seorang dokter akan selalu terkait dengan bioetika maupun etika kedokteran, yang kemudian akan diatur dalam kode etik kedokteran.1,2Namun kini, tidak sedikit dokter yang melanggar bioetika atau etikanya sebagai seorang dokter dalam menghadapi pasien, sehingga menyebabkan hal tersebut menjadi sorotan masyarakat dan menimbulkan persepsi dikalangan masyarakat bahwa semua dokter dapat melakukannya.3Seorang tenaga medis seharusnya memberikan pelayanan yang dinilai oleh masyarakat sebagai sesuatu yang sangat berguna, mengabdi kepada kepentingan umum dan diharapkan memperoleh kepuasan dari pengamalan ilmu kepada pasien, serta tidak menganggap uang sebagai pemuas utama pekerjaannya.1Malpraktek merupakan salah satu fenomena yang sering terjadi di dunia kesehatan. Malpraktek dapat terjadi karena ketidaktahuan, kelalaian, kurangnya keterampilan, kurangnya ketaatan dalam profesi maupun perbuatan salah yang disengaja.3BIOETIKABioetika terdiri dari dua kata, yaitubiodanetika.1Dimanabioberkaitan dengan ilmu-ilmu bidang hayati, sedangkanetikaadalah ilmu tentang isu-isu etik dalam ilmu biologi.1Dalam bioetika terdapat empat prinsip yang harus dipenuhi oleh seorang dokter, yaitu :1. BeneficienceAdalah prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan pasien. Dalam beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar daripada sisi buruknya (mudharat).4Hal-hal lain yang terdapat pada prinsip beneficience adalah : Melindungi dan mempertahankan hak-hak yang lain Mencegah terjadinya kerugian Menghilangkan kondisi penyebab kerugian Menolong orang cacat Menyelamatkan orang dari bahaya2. Non-MaleficienceAdalah prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien, tidak merugikan pasien.1,4Yang harus diperhatikan oleh seorang dokter pada prinsip ini adalah : Tidak boleh berbuat jahat atau membuat derita pasien Tidak boleh berbuat jahat atau membuat derita pasien Minimalisasi akibat burukKewajiban dokter dalam prinsip ini adalah :Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau beresiko hilangnya sesuatu yang pentingDokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebutTindakan kedokteran tadi terbukti efektifManfaat bagi pasien lebih besar dari kerugian dokter3. JusticeAdalah prinsip moral yang mementingkanfairnessdan keadilan dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice).4Pada prinsip ini dokter harus memperhatikan :Tidak boleh mendeskriminasikan pasien dalam hal apapunDokter harus menerima pasien, memberikan kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien, dan memberikan kesamaan beban sesuai dengan kemampuan pasienMelibatkan pasien dalam berbagai pertimbangan baik itu dalam tindakan yang dilakukan maupun obat apa yang diberikan4. AutonomyAdalah prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien (the rights to self determination). Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan doktrin informed consent.4Isi dari informed concent adalah tindakan medis terhadap pasien harus mendapat persetujuan dari pasien tersebut, setelah ia diberi informasi dan memahaminya.

MALPRAKTEKMalpraktek merupakan istilah Hukum yang sering dinamakan dengan kelalaian tindakan dokter yang berakibat kerusakan fisik, mental atau finansial pada pasien.2Terdapat tiga unsure dalam malpraktek yaitu: kelalaian, kesalahan medis, dan kerugian pasien.2Malpraktek tidak hanya merupakan suatu tindakan medis yang salah, tetapi juga merupakan pelanggaran etik profesi.2Kelalaian medik dapat digolongkan sebagai malpraktek, tetapi di dalam malpraktek tidak selalu terdapat unsur kelalaian medik, dengan perkataan lain malpraktek mempunyai cakupan yang lebih luas daripada kelalaian medik.3Dari segi hukum, di dalam definisi di atas dapat ditarik pemahaman bahwa malpraktik dapat terjadi karena tindakan yang disengaja (intentional) seperti padamisconducttertentu, tindakan kelalaian (negligence), ataupun suatu kekurang-mahiran / ketidak-kompetenan yang tidak beralasan.8Malpraktik dapat dilakukan oleh profesi apa saja, tidak hanya oleh dokter.PERMASALAHAN5Sekarang ini telah banyak kasus-kasus yang terjadi akibat kurangnya ketelitian dokter dalam menjalankan tugas profesinya, sehingga memperburuk keadaan pasien. Salah satu contohnya adalah kasus , seperti dibawah ini :BALIKPAPAN-Warga kawasan Kelurahan Batu Ampar Balikpapan Utara,Franky Ferryanto Siahaan (34) meminta kepolisian mengusut tuntas dugaan malapraktek yang dilakukan pihak Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB). Sejumlah saksi telah dimintai keterangan, namun polisi masih menunggu keterangan saksi ahli dalam penyelidikan dugaan malpraktek yang berbuntut hilangnya nyawa, Debby Rima Riska (29) saat menjalani operasi caesar.Franky saat ditemui Balikpapan Pos di Polda Kaltim pada Senin (2/5) mengatakan, kematian istrinya itu terjadi pada Jumat, 2 Juli 2010 silam.Istriku melahirkan puteri pertama ku, Debby Abigail Faith Siahaan. Bayi ku selamat, tapi ibunya menghembuskan nafas terakhir usai menjalani operasi caesar, kata Franky menceritakan kronologi kejadian.Dia menyebut, banyak kejanggalan dalam proses penanganan medis istrinya. Dia menduga telah terjadi malapraktek, hingga akhirnya Franky memutuskan mengadukan kasus tersebut ke Direktorat Reskrim Umum Polda Kaltimpada Senin 12 Juli 2010 lalu.Sebagai terlapor pihak RSPB dan dokter spesialis kandungan berinisial dr T.Ditanya soal kejanggalan selama proses persalinan berlangsung, Franky menceritakan, diantaranya saat mulai masuk RSPB sesuai arahan dr T ahli spesialis kandungan yang selama kurang lebih sembilan bulan masa kehamilan menangani pasien Debby termasuk pula konsultasi.Awalnya proses masuk hingga usai persalinan berjalan normal. Almarhum dan bayi dinyatakan baik dan sehat. Hanya saja usai melahirkan (selengkapnya lihat grafis), tiba-tiba kondisi Debby tak normal. Detak jantungnya berdebar cukup hebat, batuk berdahak keluar cairan darah segar. Sehingga dokter melalui perawat yang bertugas meminta keluarga menyediakan dua kantong darah golongan O.Yang saya sesalkan, saat almarhum istri saya menjalani transfusi darah kemudian terjadi detakan jantung hebat. Namun malahan sang perawat menyuruh saya tenang. Karena saya khawatir dengan kondisi Debby saya minta segera dibawa ke ruang Instalasi Care Unit (ICU) yang jaraknya berdekatan dengan kamar perawatan istri saya, papar dia.Kemudian, ia melanjutkan, datang dokter jaga berinisial dr A melakukan pengecekan, namun setelah pengecekan tidak ada perkataan apapun pada Franky, dr A keluar ruangan. Di sini saya kecewa tidak ada penanganan cepat, padahal saya ingin malam itu istri saya langsung dirawat intensif. Kondisi istri saya semakin memburuk, juga tidak ada tindakan, sesalnya dengan mata berkaca-kaca mengingat kejadian malam tersebut.Masih menurut dia, kurang lebih lima jam,tak ada penanganan, hingga sekira pukul 04.30 Wita, korban sudah tak sadarkan diri belum ada penindakan medis yang serius, dr T dan perawat sudah memeriksa namun tidak melakukan tindakan apa-apa, hingga 30 menit kemudian korban dinyatakan meninggal dunia.Yang membuat saya curiga lagi, saya meminta rekam medis penyebab kematian hingga saat ini tak kunjung dikasih dengan berbagai alasan. Setiap saya ke RSPB, jawabannya selalu berbeda. Apakah rekam medis ini ada, hilang, sengaja dihilangkan atau memang tidak ada rekam medis atas nama istri saya?, ujar Franky keseharianya pekerja swasta bidang percetakan sablon itu.Dikatakan Franky, sepekan setelah meninggalnya Debby, saat dirinya menanyakan rekam medis istrinya itu, petugas RSPB malahan tidak pernah mendapatkan laporan apabila pasien Debby telah meninggal.Franky menduga istrinya mejadi korban malapraktek, terjadi kelalaian dalam proses penanganan medis diantaranya pemberian transfusi darah dimana pihak RSPB maupun dokter tidak merujuk rekam medis Debby yang mempunyai riwayat penyakit gejala hypertensi dan kegemukkan.Selain itu standar perawatan saat pemberian transfusi darah, penanganan pasien saat kondisi kritis yang dinilai cukup lamban.Saya ingin polisi dapat mengungkap dugaan malapraktek yang dialami almarhum istri saya, harapnya.Sementara itu, Humas RSBP Rita saat dikonfirmasi Balikpapan Pos kemarin mengungkapkan, pihaknya sudah dipanggil dan dimintai keterangan polisi. Kami sudah dipanggil dimintai keterangan, kasus ini sepenuhnya ditangani polisi, jawab Rita.Mengenai rekam medis, lanjutnya, pihaknya sudah memberikan surat kematian serta diagnosa penyakit diderita almarhum.Suratnya sudah kami berikan mulai diagnosa sampai surat kematian dari pihak keluarga, imbuhnya.Masih di Polda Kaltim, Direktur Reskrim Umum Polda Kaltim Kombes Idris Kadir mengungkapkan, kasus dugaan malapraktek ini masih dalam proses pemeriksaan sejumlah saksi.Setidaknya ada tiga orang dokter dimintai keterangan, perawat dan bidan. Kami masih menunggu pemeriksaan saksi ahli, kasus ini dalam proses penyelidikan, kata Idris.Kasus dugaan malapraktek itu kini ditangani unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan I Pidana Umum Ditreskrim Polda Kaltim. Namun, proses penyelidikan yang berjalan selama kurang lebih 9 bulan lamanya, penyidik belum menetapkan tersangka mengingat penyelidikan sedang berjalan.

PEMBAHASANAkhir-akhir ini tuntutan hukum yang diajukan oleh pasien atau keluarganya kepada pihak rumah sakit dan atau dokternya semakin meningkat kekerapannya. Tuntutan hukum tersebut dapat berupa tuntutan pidana maupun perdata, dengan hampir selalu mendasarkan kepada teori hukum kelalaian.8Seorangdokter/dokter gigi seharusnya meringankan beban pasien, bukan malah memperburuk keadaan pasien. Sebelum melakukan suatu tindakan medik, dokter harus meminta persetujuan pasien atau keluarga setelah menberikan pemahaman yang benar tentang tindakan yang akan dilakukan, agar tidak terjadi kesalahpahaman.Dalam ilmu kedokteran, persetujuan merupakan suatu bagian esensial, perbuatan dokter tersebut merupakan alasan untuk tidak mengkualifisirnya sebagai suatu tindak pidana dan dapat menumbuhkan alasan pembenar, asal melakukan suatu tindakan medik itu dengan kecermatan.2Informasi yang diberikan oleh seorang dokter/dokter gigi mencakup tentang:Diagnosis dan tatacara tindakan medisTujuan tindakan medisAlternatif tindakan lain dan resikonyaResiko dan komplikasi yang mungkin terjadiPrognosisInform consentmerupakansuratyangmenyatakanbahwapasiendiberitahuperihalpenyakityangdideritanya,kerugianmaupunkeuntungandarialternatifperawatandanpengobatanyangakandiberikan,penjelasanmengenaibiayayangharusdibayardanpilihan-pilihanlain yangmemungkinkanuntukmengatasipenyakitnya.6Sekarang ini, penjelasan tentang yang akan dilakukan oleh dokter harus diberikan, walaupun pasien tidak memintanya, ini di berikan agar pasien mengerti apa yang dilakukan dokter sehingga pasien tidak salah faham.2,6Pada inform consent, pasien harus menandatangi apakah ia setuju atau menolak tentang perawatan yang akan dilakukan.Surat yangditandatanganidengankesadaransendiritanpapaksaandaripihakmanapunbisadijadikanbuktisehinngainformconsentmerupakansalahsatupencegahandiridaritindakanmalpraktekdantuntutanmalpraktek.6Padadasarnyasemuapasienberhakmendapatkanpenjelasansejelas-jelasnyadaridokterdandoktergigiyangmerawat,langsungdaridokternyaataudaribrosuryangdokterdandoktergigiberikan.Pertanyaanbisadiajukanuntukmelengkapihal-halyangbelumjelas,ataubisadiberipenjelasantambahanolehasistenatauperawatdokterdandoktergigi.6Seorangdokter dalam melaksanakan praktek kedokterannya juga harus membuat catatan mengenai berbagai informasi mengenai pasien tersebut dalam suatu berkas yang dikenal sebagaiStatus,Rekam Medis,Rekam KesehatanatauMedical Record. Berkas ini merupakan suatu berkas yang memiliki arti penting bagi pasien, dokter, tenaga kesebatan serta Rumab Sakit.7. Berdasarkan data padaRekam Medistersebut akan dapat dinilai apakah pelayanan yang diberikan sudah cukup baik mutunya atau tidak, serta apakah sudah sesuai standar atau tidak. Untuk itulah, maka pemerintah, dalam hal iniDepartemen Kesehatanmerasa perlu mengatur tata cara penyelenggaraan Rekam Medis dalam suatu peraturan menteri keehatan agar jelas rambu-rambunya, yaitu berupaPermenkes No.749a1Menkes/Per/XII/1989menyatakan bahwa berkas rekam medis itu merupakan milik sarana pelayanan kesehatan, yang harus disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 tahun terhitung sejak tanggal terakhir pasien berobat. Untuk tujuan itulah di setiap institusi pelayanan kesehatan, dibentuk Unit Rekam Medis yang bertugas menyelenggarakan proses pengelolaan serta penyimpanan Rekam Medis di institusi tersebut.7Rekam medis juga memiliki 5 manfaat, yaitu :1. Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien2. Sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum3. Bahan untuk kepentingan penelitian4. Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan dan5. Sebagai bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan.Dalam UU RI No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran disebutkan juga bahwa :Pasal 461. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedoktcran wajib membuat rekam medis.2. Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.3. Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.

Pasal 471. Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 merupakan milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik pasien.2. Rekarm medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.3. Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.KESIMPULANSetiap tenaga medis harus memiliki kemampuan dan pengetahuan medis yang optimal. Seorang tenaga medis tidak hanya mengetahuiapa yang harus dilakukan, tetapi juga harus tahumengapa hal itu dilakukan.1Sumpah profesi dokter harus senantiasa dilakukan dalam melakukan praktik kedokteran, apabila seorang dokter melanggar janji tersebut berarti menodai kesucian profesi tersebut.1Profesi harus dijalankan tanpa pamrih, dimana kepentingan pasien harus diutamakan, bahkan harus didahulukandari kepentingan pribadi atau keluarga.1DAFTAR PUSTKA1.Wiradharma D. Etika Profesi Medis. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti, 2008: 74-91.2.Aj, OS.Profesi Dokter. Jakarta:Erlangga, 1991: 60,61,117,118.3.Siswoyo.Masalah Malpraktek dan Kelalaian Medik dalam Pelayanan Kesehatan. 14 Juni 2010. (29 Desember 2011)4.Sampurna A. Dasar Etik dan Moral Profesi Kedokteran. . (05 Januari 2012).5.Balikpapan Pos. Diduga Malapraktek, Nyawa Debby Melayang. 03 Mei 2011. . (07 Januari 2012).6.Dention. Informed Consent. . (07 Januari 2012).7.Qauliyah A. Rekam Medis. . (07 Januari 2012).8.Sampurna A. Malpraktek Medis. . (07 Januari 2012).

Diposkan olehVinda Anggela Dewidi10.23Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke PinterestTidak ada komentar:Poskan Komentar

1.3. KasusJune 28, 2010 1:03 pmMalpraktek Rumah Sakit Mohammad Anwar, Mata Bayi 6 Bulan di CopotKediri Nahas menimpa Rendi Nur Rizki, balita berusia enam bulan. Anak pertama pasangan Nuryudi (22) dengan Reli Hartani (24) harus hidup tanpa satu bola mata, di sebelah kanannya.Balita berjenis kelamin laki-laki malang ini kehilangan indera penglihatannya setelah sebelumnya menjalani operasi di Rumah Sakit dr H Mohammad Anwar Sumenep.Karena keluarga merasa putus asa dengan penanganan kepolisian, kini Rendi dibawa pulang ke rumah kakeknya Sajuri (63) Dusun Gondang, Desa Purworejo, kecamatan Kandat kabupaten Kediri.Nuryudi, ayah korban membawa pulang anaknya sejak satu bulan lalu. Yudi mengaku lelah memperjuangkan nasib anaknya di Sumenep, namun sampai saat ini ia belum mendapatkan keadilan.Saya hanya bisa menunggu hasil dari penanganan kasus ini oleh pengacara saya, Azam Khan SH dari Jakarta yang berjanji memberikan bantuan hukum secara gratis, ungkap Yudi, Rabu (7/4).Masih kata Yudi, melalui pesan pendek dari pengacara dijelaskan bahwa kasus tersebut sudah dilaporkan kepada Dewan Kehormatan Kedokteran. Sebab hingga saat ini pihak keluarga meyakini jika lepasnya bola mata kiri Rendi saat dirawat di Rumah Sakit Umum Muhammad Anwar akibat dugaan malpraktek medis.Yudi menjelaskan, peristiwa memilukan yang menimpa buah hatinya bermula dari kedatangannya bersama sang istri ke rumah sakit Muhammad Anwar Sumenep pada 12 Oktober 2009 lalu. Saat itu istrinya Reli hendak melahirkan.Setelah dalam penanganan medis, Rendi pun lahir secara normal. Namun, karena berat berat badan bayi di bawah normal, akhirnya Rendi harus dirawat di inkubator.Sedangkan, Reli ibunya diperbolehkan pulang. Rendi pun harus ditunggui secara bergantian oleh keluarganya, karena Yudi sebagai kuli angkut harus bekerja mencari uang untuk biaya perawatan anaknya.Pada tanggal 22 Oktober, atau tepatnya hari ke-9 setelah kelahirannya, Rendi ditunggui oleh neneknya Marwah. Petaka itu pun datang, saat Marwan harus beli obat ke rumah sakit, Rendi dijaga oleh tetangga Misrawani.Saat itu tiba-tiba datang salah seorang perawat menyodorkan surat pernyataan kepada tetangga saya bahwa mata Rendi harus dioperasi karena terkena penyakit yang berbahaya, kalau tidak akan menjalar ke otak. Tetangga saya pun membubuhi tanda tangannya dan anak saya akhirnya dioperasi, cerita Yudi.Keesokan harinya, pada tanggal 23 Oktober 2009, Yudi mendapat surat dari rumah sakit, dia diminta datang. Tiba-tiba saya diberi bola mata anak saya dan disuruh menguburkan karena mengandung penyakit yang berbahaya. Tentu saja saya shock, karena saat lahir mata anak saya normal, masih cerita Yudi.Apalagi, Reli ibu Rendi seakan tak percaya bahwa bola mata anaknya telah dikeluarkan dari kelopaknya. Karena tidak terima, kemudian keluarga mendatangi rumah sakit, untuk menuntut agar mengembalikan bola mata Rendi. Namun, Yudi dan Reli malah mendapat bentak-bentakan dari petugas medis.Tepat pada tanggal 12 November 2009, akhirnya keluarga memutuskan untuk lapor polisi. Namun, meski sempat diproses, namun akhirnya kasus itu dihentikan oleh pihak kepolisian Resor Sumenep karena tidak ditemukannya alat bukti malpraktik.Ditunjukkan dengan surat pemberitahuan Polres Sumenep nomor B/352/X/2009/Satreskrim yang ditandatangani Kepala Satuan Reskrim Ajun Komisaris Polisi Mualimin. Dalam surat tersebut tertulis bahwa Polres Sumenep belum menemukan alat bukti baru (novum) untuk melanjutkan pemeriksaan tersebut.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1. Pengertian MalpraktekSecara harfiah mal mempunyai arti salah sedangkan praktik mempunyai arti pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktik berarti pelaksanaan atau tindakan yang salah.Definisi malpraktik profesi kesehatan adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956).Pengertian malpraktik medik menurut WMA (World Medical Associations) adalah Involves the physicians failure to conform to the standard of care for treatment of the patients condition, or a lack of skill, or negligence in providing care to the patient, which is the direct cause of an injury to the patient (adanya kegagalan dokter untuk menerapkan standar pelayanan terapi terhadap pasien, atau kurangnya keahlian, atau mengabaikan perawatan pasien, yang menjadi penyebab langsung terhadap terjadinya cedera pada pasien).Di dalam setiap profesi termasuk profesi tenaga kesehatan berlaku normaetika dan norma hukum. Oleh sebab itu apabila timbul dugaan adanya kesalahan praktek sudah seharusnyalah diukur atau dilihat dari sudut pandang kedua norma tersebut. Kesalahan dari sudut pandang etika disebut ethical malpractice dan dari sudut pandang hukum disebut yuridical malpractice. Hal ini perlu difahami mengingat dalam profesi tenaga perawatan berlaku norma etika dan norma hukum, sehingga apabila ada kesalahan praktek perlu dilihat domain apa yang dilanggar. Karena antara etika dan hukum ada perbedaan-perbedaan yang mendasar menyangkut substansi, otoritas, tujuan dan sangsi, maka ukuran normatif yang dipakai untuk menentukan adanya ethical malpractice atau yuridical malpractice dengan sendirinya juga berbeda.Yang jelas tidak setiap ethical malpractice merupakan yuridical malpractice akan tetapi semua bentuk yuridical malpractice pasti merupakan ethical malpractice (Lord Chief Justice, 1893).

2.2. Malpraktek Dibidang HukumUntuk malpraktik hukum atau yuridical malpractice dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang hukum yang dilanggar, yakni Criminal malpractice, Civil malpractice dan Administrative malpractice.1. Criminal malpracticePerbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana yakni :a. Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan perbuatan tercela.b. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa kesengajaan (intensional), kecerobohan (reklessness) atau kealpaan (negligence). Criminal malpractice yang bersifat sengaja (intensional) misalnya melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP), membuat surat keterangan palsu (pasal 263 KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi medis pasal 299 KUHP). Criminal malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness) misalnya melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent. Criminal malpractice yang bersifat negligence (lalai) misalnya kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat atau meninggalnya pasien, ketinggalan klem dalam perut pasien saat melakukan operasi.Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan.2. Civil malpracticeSeorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji). Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain:a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat melakukannya.c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle of vicarius liability.Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan karyawannya (tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya.

3. Administrative malpracticeDokter dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala tenaga perawatan tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan police power, pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di bidang kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga perawatan untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga perawatan. Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar hokum administrasi.

2.3. Pembuktian Malpraktek Dibidang Pelayanan KesehatanDalam kasus atau gugatan adanya civil malpractice pembuktianya dapat dilakukan dengan dua cara yakni :1. Cara langsungOleh Taylor membuktikan adanya kelalaian memakai tolok ukur adanya 4 D yakni :a. Duty (kewajiban)Dalam hubungan perjanjian tenaga dokter dengan pasien, dokter haruslah bertindak berdasarkan:1) Adanya indikasi medis2) Bertindak secara hati-hati dan teliti3) Bekerja sesuai standar profesi4) Sudah ada informed consent.

b. Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban)Jika seorang dokter melakukan tindakan menyimpang dari apa yang seharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard profesinya, maka dokter dapat dipersalahkan.c. Direct Cause (penyebab langsung)d. Damage (kerugian)Dokter untuk dapat dipersalahkan haruslah ada hubungan kausal (langsung) antara penyebab (causal) dan kerugian (damage) yang diderita oleh karenanya dan tidak ada peristiwa atau tindakan sela diantaranya., dan hal ini haruslah dibuktikan dengan jelas. Hasil (outcome) negatif tidak dapat sebagai dasar menyalahkan dokter. Sebagai adagium dalam ilmu pengetahuan hukum, maka pembuktiannya adanya kesalahan dibebankan/harus diberikan oleh si penggugat (pasien).2. Cara tidak langsungCara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagi pasien, yakni dengan mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya sebagai hasil layanan perawatan (doktrin res ipsa loquitur). Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada memenuhi kriteria:a. Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila dokter tidak lalaib. Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab dokterc. Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan lain tidak ada contributory negligence.

Di dalam transaksi teraputik ada beberapa macam tanggung gugat, antara lain:1. Contractual liabilityTanggung gugat ini timbul sebagai akibat tidak dipenuhinya kewajiban dari hubungan kontraktual yang sudah disepakati. Di lapangan pengobatan, kewajiban yang harus dilaksanakan adalah daya upaya maksimal, bukan keberhasilan, karena health care provider baik tenaga kesehatan maupun rumah sakit hanya bertanggung jawab atas pelayanan kesehatan yang tidak sesuai standar profesi/standar pelayanan.2. Vicarius liabilityVicarius liability atau respondeat superior ialah tanggung gugat yang timbul atas kesalahan yang dibuat oleh tenaga kesehatan yang ada dalam tanggung jawabnya (sub ordinate), misalnya rumah sakit akan bertanggung gugat atas kerugian pasien yang diakibatkan kelalaian perawat sebagai karyawannya.3. Liability in tortLiability in tort adalah tanggung gugat atas perbuatan melawan hokum (onrechtmatige daad). Perbuatan melawan hukum tidak terbatas haya perbuatan yang melawan hukum, kewajiban hukum baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, akan tetapi termasuk juga yang berlawanan dengan kesusilaan atau berlawanan dengan ketelitian yang patut dilakukan dalam pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda orang lain (Hogeraad 31 Januari 1919).

2.4. Malpraktek Ditinjau Dari Segi Etika dan HukumMasalah dugaan malpraktik medik, akhir-akhir ini, sering diberitakan di media masa. Namun, sampai kini, belum ada yang tuntas penyelesaiannya. Tadinya masyarakat berharap bahwa UU Praktik Kedokteran itu akan juga mengatur masalah malpraktek medik. Namun, materinya ternyata hanya mengatur masalah disiplin, bersifat intern. Walaupun setiap orang dapat mengajukan ke Majelis Disiplin Kedokteran, tetapi hanya yang menyangkut segi disiplin saja. Untuk segi hukumnya, undang-undang merujuk ke KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) bila terjadi tindak pidana. Namun, kalau sampai diajukan ke Pengadilan tetap terkatung-katung tidak ada kunjung penyelesaiannya, lantas apa gunanya?Di negara yang menganut sistem hukum Anglo-Saxon, masalah dugaan malpraktik medik ini sudah ada ketentuan di dalam common law dan menjadi yurisprudensi. Walaupun Indonesia berdasarkan hukum tertulis, seharusnya tetap terbuka putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap menjadi yurisprudensi.Dan karena masyarakat semakin sadar terhadap masalah pelayanan kesehatan, DPR yang baru harus dapat menangkap kondisi tersebut dengan berinisiatif membentuk Undang-Undang (UU) tentang Malpraktik Medik, sebagai pelengkap UU Praktik Kedokteran.Bagaimana materinya, kita bisa belajar dari negara-negara yang telah memiliki peraturan tentang hal tersebut. Harapan masyarakat, ketika mereka merasa dirugikan akibat tindakan medis, landasan hukumnya jelas. Sedangkan di pihak para medis, setiap tindakannya tidak perlu lagi dipolemikan sepanjang sesuai undang-undang.Etika punya arti yang berbeda-beda jika dilihat dari sudut pandang pengguna yang berbeda dari istilah itu. Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau kajian formal tentang moralitas. Moralitas adalah ha-hal yang menyangkut moral, dan moral adalah sistem tentang motivasi, perilaku dan perbuatan manusia yang dianggap baik atau buruk. Franz Magnis Suseno menyebut etika sebagai ilmu yang mencari orientasi bagi usaha manusia untuk menjawab pertanyaan yang amat fundamental : bagaimana saya harus hidup dan bertindak ? Peter Singer, filusf kontemporer dari Australia menilai kata etika dan moralitas sama artinya, karena itu dalam buku-bukunya ia menggunakan keduanya secara tertukar-tukar.Bagi sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku orang-orang dari lingkungan budaya tertentu. Bagi praktisi profesional termasuk dokter dan tenaga kesehatan lainnya etika berarti kewajiban dan tanggung jawab memenuhi harapan (ekspekatasi) profesi dan amsyarakat, serta bertindak dengan cara-cara yang profesional, etika adalah salah satu kaidah yang menjaga terjalinnya interaksi antara pemberi dan penerima jasa profesi secara wajar, jujur, adil, profesional dan terhormat.Bagi eksekutif puncak rumah sakit, etika seharusnya berarti kewajiban dan tanggung jawab khusus terhadap pasien dan klien lain, terhadap organisasi dan staff, terhadap diri sendiri dan profesi, terhadap pemrintah dan pada tingkat akhir walaupun tidak langsung terhadap masyarakat. Kriteria wajar, jujur, adil, profesional dan terhormat tentu berlaku juga untuk eksekutif lain di rumah sakit.Bagi asosiasi profesi, etika adalah kesepakatan bersamadan pedoman untuk diterapkan dan dipatuhi semua anggota asosiasi tentang apa yang dinilai baik dan buruk dalam pelaksanaan dan pelayanan profesi itu.Malpraktek meliputi pelanggaran kontrak ( breach of contract), perbuatan yang disengaja (intentional tort), dan kelalaian (negligence). Kelalaian lebih mengarah pada ketidaksengajaan (culpa), sembrono dan kurang teliti. Kelalaian bukanlah suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, selama tidak sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan orang itu dapat menerimanya. Ini berdasarkan prinsip hukum de minimis noncurat lex, hukum tidak mencampuri hal-hal yang dianggap sepele (hukumonliine.com, 17 April 2004).Ketidaktercantuman istilah dan definisi menyeluruh tentang malpraktek dalam hukum positif di Indonesia, ambiguitas kelalaian medik dan malpraktek yang berlarut-larut, hingga referensi-referensi tentang malpraktek yang masih dominan diadopsi dari luar negeri yang relevansinya dengan kondisi di Indonesia masih dipertanyakan, semuanya merupakan Pe-Er besar bagi pemerintah. Barangkali inovasi cerdas pemerintah guna menangani kasus malpraktek dan sengketa medik adalah lahirnya RUU Praktik Kedokteran. Akan tetapi, benarkah demikian? Dalam beberapa pasal, RUU Praktik Kedokteran memang memberikan kepastian hukum bagi dokter sekaligus perlindungan bagi pasien.Secara substansial, RUU yang terdiri dari 182 pasal ini memuat pasal-pasal yang implisit dengan teori-teori pembelaan dokter yang umumnya digunakan dalam peradilan. RUU Praktek Kedokteran memungkinkan sebuah sistem untuk meregulasi pelayanan medis yang terstandardisasi dan terkualifikasi sehingga probabilitas terjadinya malpratek dapat dieliminasi seminimal mungkin. Dengan dicantumkannya peraturan pidana dan perdata serta peradilan profesi tenaga medis, harapan perlindungan terhadap pasien dapat terealisasi.

2.5. Aspek Hukum MalpraktekHukum itu mempunyai 3 pengertian, sebagai sarana mencapai keadilan, yang kedua sebagai pengaturan dari penguasa yang mengatur perbuatan apa yang boleh dilakukan, dilarang, siapa yang melakukan dan sanksi apa yang akan dijatuhkan (hukum objektif). Dan yang ketiga hukum itu juga merupakan hak.Oleh karenanya penegakan hukum bukan hanya untuk medapatkan keadilan tapi juga hak bagi masyarakat (korban).Sehubungan dengan hal ini, Adami Chazawi juga menilai tidak semua malpraktik medik masuk dalam ranah hukum pidana. Ada 3 syarat yang harus terpenuhi, yaitu pertama sikap bathin dokter (dalam hal ini ada kesengajaan/dolus atau culpa), yang kedua syarat dalam perlakuan medis yang meliputi perlakuan medis yang menyimpang dari standar tenaga medis, standar prosedur operasional, atau mengandung sifat melawan hukum oleh berbagai sebab antara lain tanpa STR atau SIP, tidak sesuai kebutuhan medis pasien. Sedangkan syarat ketiga untuk dapat menempatkan malpraktek medik dengan hukum pidana adalah syarat akibat, yang berupa timbulnya kerugian bagi kesehatan tubuh yaitu luka-luka (pasal 90 KUHP) atau kehilangan nyawa pasien sehingga menjadi unsure tindak pidana.Selama ini dalam praktek tindak pidana yang dikaitkan dengan dugaan malpraktik medik sangat terbatas. Untuk malpraktek medik yang dilakukan dengan sikap bathin culpa hanya 2 pasal yang biasa diterapkan yaitu Pasal 359 (jika mengakibatkan kematian korban) dan Pasal 360 (jika korban luka berat).Pada tindak pidana aborsi criminalis (Pasal 347 dan 348 KUHP). Hampir tidak pernah jaksa menerapkan pasal penganiyaan (pasal 351-355 KUHP) untuk malpraktik medik.Dalam setiap tindak pidana pasti terdapat unsure sifat melawan hukum baik yang dicantumkan dengan tegas ataupun tidak. Secara umum sifat melawan hukum malpraktik medik terletak pada dilanggarnya kepercayaan pasien dalam kontrak teurapetik tadi.Dari sudut hukum perdata, perlakuan medis oleh dokter didasari oleh suatu ikatan atau hubungan inspanings verbintenis (perikatan usaha), berupa usaha untuk melakukan pengobatan sebaik-baiknya sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional, kebiasaan umum yang wajar dalam dunia kedokteran tapi juga memperhatikan kesusilaan dan kepatutan.Perlakuan yang tidak benar akan menjadikan suatu pelanggaran kewajinban (wan prestasi).Ada perbedaan akibat kerugian oleh malpraktik perdata dengan malpraktik pidana. Kerugian dalam malpraktik perdata lebih luas dari akibat malpraktik pidana. Akibat malpraktik perdata termasuk perbuatan melawan hukum terdiri atas kerugian materil dan idiil, bentuk kerugian ini tidak dicantumkan secara khusus dalam UU. Berbeda dengan akibat malpraktik pidana, akibat yang dimaksud harus sesuai dengan akibat yang menjadi unsure pasal tersebut. Malpraktik kedokteran hanya terjadi pada tindak pidana materil (yang melarang akibat yang timbul,dimana akibat menjadi syarat selesainya tindak pidana). Dalam hubungannya dengan malpraktik medik pidana, kematian,luka berat, rasa sakit atau luka yang mendatangkan penyakit atau yang menghambat tugas dan matapencaharian merupakan unsure tindak pidana.Jika dokter hanya melakukan tindakan yang bertentangan dengan etik kedokteran maka ia hanya telah melakukan malpraktik etik. Untuk dapat menuntut penggantian kerugian karena kelalaian maka penggugat harus dapat membuktikan adanya suatu kewajibanbagi dokter terhadap pasien, dokter telah melanggar standar pelayananan medik yang lazim dipergunakan, penggugat telah menderita kerugian yang dapat dimintakan ganti ruginya.Terkadang penggugat tidak perlu membuktikan adanya kelalaian tergugat. Dalam hukum dikenal istilah Res Ipsa Loquitur (the things speaks for itself), misalnya dalam hal terdapatnya kain kasa yang tertinggal di rongga perut pasien sehingga menimbulkan komplikasi pasca bedah. Dalam hal ini dokterlah yang harus membuktikan tidak adanya kelalain pada dirinya.

2.6. Asumsi masyarakat terhadap malpraktekMaraknya malpraktek di Indonesia membuat masyarakat tidak percaya lagi pada pelayanan kesehatan di Indonesia. Ironisnya lagi, pihak kesehatan pun khawatir kalau para tenaga medis Indonesia tidak berani lagi melakukan tindakan medis karena takut berhadapan dengan hukum. Lagi-lagi hal ini disebabkan karena kurangnya komunikasi yang baik antara tenaga medis dan pasien. Tidak jarang seorang tenaga medis tidak memberitahukan sebab dan akibat suatu tindakan medis. Pasien pun enggan berkomunikasi dengan tenaga medis mengenai penyakitnya. Oleh karena itu, Departemen Kesehatan perlu mengadakan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat tentang bagaimana kinerja seorang tenaga medis.Sekarang ini tuntutan professional terhadap profesi ini makin tinggi. Berita yang menyudutkan serta tudingan bahwa dokter telah melakukan kesalahan dibidang medis bermunculan. Di Negara-negara maju yang lebih dulu mengenal istilah makpraktek medis ini ternyata tuntutan terhadap tenaga medis yang melakukan ketidaklayakan dalam praktek juga tidak surut. Biasanya yang menjadi sasaran terbesar adalah dokter spesialis bedah (ortopedi, plastic dan syaraf), spesialis anestesi serta spesialis kebidanan dan penyakit kandungan.Di Indonesia, fenomena ketidakpuasan pasien pada kinerja tenaga medis juga berkembang. Pada awal januari tahun 2007 publik dikejutkan oleh demontrasi yang dilakukan oleh para korban dugaan malpraktik medis ke Polda Metro Jaya dengan tuntutan agar polisi dapat mengusut terus sampai tuntas setiap kasus dugaan malpraktek yang pernah dilaporkan masyarakat.Tuntutan yang demikian dari masyarakat dapat dipahami mengingat sangat sedikit jumlah kasus malpraktik medik yang diselesaikan di pengadilan. Apakah secara hukum perdata, hukum pidana atau dengan hukum administrasi. Padahal media massa nasional juga daerah berkali-kali melaporkan adanya dugaan malpraktik medik yang dilakukan dokter tapi sering tidak berujung pada peyelesaian melalui sistem peradilan.Salah satu dampak adanya malpraktek pada zaman sekarang ini (globalisasi)Saat ini kita hidup di jaman globalisasi, jaman yang penuh tantangan, jaman yang penuh persaingan dimana terbukanya pintu bagi produk-produk asing maupun tenaga kerja asing ke Indonesia. Kalau kita kaitkan dengan dunia medis, ada manfaat yang didapat, tetapi banyak pula kerugian yang ditimbulkan. Manfaatnya adalah seiring mesuknya jaman globalisasi, maka tidak menutup kemungkinan akan kehadiran peralatan pelayanan kesehatan yang canggih. Hal ini memberikan peluang keberhasilan yang lebih besar dalam kesembuhan pasien. Akan tetapi, banyak juga kerugian yang ditimbulkan. Masuknya peralatan canggih tersebut memerlukan sumber daya manusia yang dapat mengoperasikannya serta memperbaikinya kalau rusak. Yang menjadi sorotan disini adalah dalam hal pengoperasiannya. Coba kita analogikan terlebih dahulu, dengan masuknya peralatan-peralatan canggih tersebut, maka mutu pelayanan kesehatan harus ditingkatkan. Namun, yang terjadi saat ini adalah banyak tenaga medis yang melakukan kesalahan dalam pengoperasian peralatan canggih tersebut sehingga menimbulkan malpraktek. Jelas sekali bahwa ketergantungan pada peralatan pelayanan kesehatan ini dapat menghambat pelayanan kesehatan. Untuk menindaklanjuti masalah ini, agar tidak sampai terjadi malpraktek, perlu adanya penyuluhan kepada tenaga pelayanan kesehatan mengenai masalah ini. Kemudian, perlu adanya penyesuaian kurikulum pendidikan dengan perkembangan teknologi. Satu hal yang lebih penting lagi adalah perlu adanya kesadaran bagi para tenaga medis untuk terus belajar dan belajar agar dapat meningkatkan kemampuannya dalam penggunaan peralatan canggih ini demi mencegah terjadinya malpraktek. Hal ini dapat direalisasikan dengan adanya penyuluhan yang disebutkan tadi. Selain pembahasan dari sisi peralatan tadi, juga perlu dipikirkan masalah eksistensi dokter Indonesia dalam menghadapi globalisasi. Seperti yang disebutkan sebelumnya, di jaman globalisasi ini memberikan pintu terbuka bagi tenaga kesehatan asing untuk masuk ke Indonesia, begitu pula tenaga kesehatan Indonesia dapat bekerja diluar negeri dengan mudah. Namun, apabila tidak ada tindakan untuk mempersiapkan hal ini, dapat menimbulkan kerugian bagi tenaga kesehatan kita. Bayangkan saja, tidak menutup kemungkinan apabila seorang tenaga medis yang kurang mempersiapkan dirinya untuk berkiprah di negeri orang, dikarenakan ilmunya yang masih minim serta perbedaan kurikulum di negeri yang ia tempati, terjadilah malpraktek. Hal ini tidak saja mencoreng nama baik tenaga edis tersebut tersebut, tetapi juga nama baik dunia kesehatan Indonesia. Yang jelas, kami sangat berharap akan peran dari Pemerintah pada umumnya dan peran dari Departemen Kesehatan pada khususnya untuk mempersiapkan tenaga kesehatan Indonesia dalam menghadapi era globalisasi saat ini.

2.7. Upaya pencegahan malpraktik dalam pelayanan kesehatan1. Upaya pencegahan malpraktek dalam pelayanan kesehatanDengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga bidan karena adanya mal praktek diharapkan para bidan dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati, yakni:a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil (resultaat verbintenis).b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.d. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.e. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya.f. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.2. Upaya menghadapi tuntutan hukumApabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada pasien tidak memuaskan sehingga bidan menghadapi tuntutan hukum, maka tenaga bidan seharusnyalah bersifat pasif dan pasien atau keluarganyalah yang aktif membuktikan kelalaian bidan.Apabila tuduhan kepada bidan merupakan criminal malpractice, maka tenaga bidan dapat melakukan :a. Informal defence, dengan mengajukan bukti untuk menangkis/ menyangkal bahwa tuduhan yang diajukan tidak berdasar atau tidak menunjuk pada doktrin-doktrin yang ada, misalnya bidan mengajukan bukti bahwa yang terjadi bukan disengaja, akan tetapi merupakan risiko medik (risk of treatment), atau mengajukan alasan bahwa dirinya tidak mempunyai sikap batin (men rea) sebagaimana disyaratkan dalam perumusan delik yang dituduhkan.b. Formal/legal defence, yakni melakukan pembelaan dengan mengajukan atau menunjuk pada doktrin-doktrin hukum, yakni dengan menyangkal tuntutan dengan cara menolak unsur-unsur pertanggung jawaban atau melakukan pembelaan untuk membebaskan diri dari pertanggung jawaban, dengan mengajukan bukti bahwa yang dilakukan adalah pengaruh daya paksa.Berbicara mengenai pembelaan, ada baiknya bidan menggunakan jasa penasehat hukum, sehingga yang sifatnya teknis pembelaan diserahkan kepadanya.Pada perkara perdata dalam tuduhan civil malpractice dimana bidan digugat membayar ganti rugi sejumlah uang, yang dilakukan adalah mementahkan dalil-dalil penggugat, karena dalam peradilan perdata, pihak yang mendalilkan harus membuktikan di pengadilan, dengan perkataan lain pasien atau pengacaranya harus membuktikan dalil sebagai dasar gugatan bahwa tergugat (bidan) bertanggung jawab atas derita (damage) yang dialami penggugat.Untuk membuktikan adanya civil malpractice tidaklah mudah, utamanya tidak diketemukannya fakta yang dapat berbicara sendiri (res ipsa loquitur), apalagi untuk membuktikan adanya tindakan menterlantarkan kewajiban (dereliction of duty) dan adanya hubungan langsung antara menterlantarkan kewajiban dengan adanya rusaknya kesehatan (damage), sedangkan yang harus membuktikan adalah orang-orang awam dibidang kesehatan dan hal inilah yang menguntungkan tenaga kebidanan. Di Indonesia terdapat ketentuan informed consent yang diatur antara lain pada peraturan pemerintah no 18 tahun 1981 yaitu:1. Manusia dewasa sehat jasmani dan rohani berhak sepenuhnya menentukan apa yang hendak dilakukan terhadap tubuhnya. Dokter tidak berhak melakukan tindakan medis yang bertentangan dengan kemauan pasien, walaupun untuk kepentingan pasien sendiri.2. Semua tindakan medis (diagnostic, terapuetik maupun paliatif) memerlukan informed consent secara lisan maupun tertulis.3. Setiap tindakan medis yang mempunyai resiko cukup besar, mengharuskan adanya persetujuan tertulis yang ditandatangani pasien, setelah sebelumnya pasien memperoleh informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medis yang bersangkutan serta resikonya.4. Untuk tindakan yang tidak termasuk dalam butir 3, hanya dibutuhkan persetujuan lisan atau sikap diam.5. Informasi tentang tindakan medis harus diberikan kepada pasien, baik diminta maupun tidak diminta oleh pasien. Menahan informasi tidak boleh, kecuali bila dokter/bidan menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien. Dalam hal ini dokter dapat memberikan informasi kepada keluarga terdekat pasien. Dalam memberikan informasi kepada keluarga terdekat dengan pasien, kehadiran seorang bidan/paramedic lain sebagai saksi adalah penting.6. Isi informasi mencakup keuntungan dan kerugian tindakan medis yang direncanakan, baik diagnostic, terapuetik maupun paliatif. Informasi biasanya diberikan secara lisan, tetapi dapat pula secara tertulis (berkaitan dengan informed consent).

BAB IIIPENUTUP

KesimpulanAda banyak penyebab mengapa persoalan malpraktik medik mencuat akhir-akhir ini dimasyarakat diantaranya pergeseran hubungan antara tenaga medis dan pasien yang tadinya bersifat paternalistic tidak seimbangdan berdasarkan kepercayaan (trust, fiduciary relationship) bergantidengan pandangan masyarakat yang makin kritis serta kesadaranhukum yang makin tinggi. Selain itu jumlah dokter di Indonesia dianggap belum seimbang dengan jumlah pasien sehingga seorang tenaga medis menangani banyak pasien (berpraktek di berbagai tempat) yang berakibat diagnosa menjadi tidak teliti.Apresiasi masyarakat pada nilai kesehatan makin tinggi sehingga dalam melakukan hubungan dengan dokter, pasien sangat berharap agar dokter dapat memaksimalkan pelayanan medisnya untuk harapan hidup dan kesembuhan penyakitnya. Selama ini masyarakat menilai banyak sekali kasus dugaan malpraktik medik yang dilaporkan media massa atau korban tapi sangat sedikit jumlahnya yang diselesaikan lewat jalur hukum.Dari sudut penegakan hukum sulitnya membawa kasus ini ke jalur pengadilan diantaranya karena belum ada keseragaman paham diantara para penegak hukum sendiri soal malpraktik medik ini.Masih ada masyarakat (pasien) yang belum memahami hak-haknya untuk dapat meloprkan dugaan malpraktik yang terjadi kepadanya baik kepada penegak hukum atau melalui MKDKI (Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia). Oleh karenanya lembaga MKDKI sebagai suatu peradilan profesi dapat ditingkatkan peranannya sehingga mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai lembaga yang otonom, independent dan memperhatikan juga nasib korban. Bahkan berkaitan dengan MKDKI ini SEMA RI tahun 1982 menyarankan agar untuk kasus dugaan malpraktik medik sebaiknya diselesaikan dulu lewat peradilan profesi ini.Dari sudut hukum acara (pembuktian) terkadang penegak hukum kesulitan mencari keterangan ahli yang masih diliputi esprit de corps. Mungkin sudah saatnya diperlukan juga saksi yang memahami ilmu hukum sekaligus ilmu kesehatan.Bahaya malpraktek memang luar biasa. Tidak hanya mengakibatkan kelumpuhan atau gangguan fatal organ tubuh, tetapi juga menyebabkan kematian. Masalah yang ditimbulkan pun bisa sampai pada masalah nama baik, baik pribadi bahkan negara, seperti yang dipaparkan waktu penjelasan fenomena malpraktek pada era globalisasi tadi. Benar-benar kompleks sekali permasalahan yang timbul akibat malpraktek ini. Sehingga benar bahwa malpraktek dikatakan sebagai sebuah malapetaka bagi dunia kesehatan di Indonesia.

2.1. SaranTerhadap dugaan malpraktik medik, masyarakat dapat melaporkan kepada penegak hukum (melalui jalur hukum pidana), atau tuntutan ganti rugi secara perdata, ataupun menempuh ketentuan pasal 98 KUHAP memasukkan perkara pidana sekaligus tuntutan gantirugi secara perdata.