Upload
muthiaia
View
97
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pediatri
Citation preview
PRESENTASI KASUS
DIARE PADA ANAK
Disusun Oleh :
Muthia Isna Anindita (20090310226)
Dokter Pembimbing :
Dr. H. Bambang Edi S, Sp.A
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH YOGYAKARTA
RSUD SALATIGA
2013
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................3
Anamnesis............................................................................................................3
Pemeriksaan Fisik.................................................................................................4
Pemeriksaan Penunjang........................................................................................5
Assessment............................................................................................................5
Planning...............................................................................................................6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................7
A. Definisi..........................................................................................................7
B. Epidemiologi.................................................................................................7
C. Etiologi..........................................................................................................7
D. Patofisiologi..................................................................................................8
E. Manifestasi Klinis.........................................................................................9
F. Penatalaksanaan..........................................................................................11
BAB III. PEMBAHASAN.....................................................................................14
KESIMPULAN......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
2
BAB IPENDAHULUAN
Diare Akut Pada Anak
Kasus :
• Identitas Pasien :
Nama : An. CC
Usia : 1 tahun
BB : 9,5 Kg
TB : 75cm
Anamnesis (S)• Keluhan Utama : mencret.
• RPS : Pasien anak berusia 1tahun, datang dengan keluhan mencret hari
kedua, dalam sehari >3x BAB, jumlah : ±1gelas, konsistensi: cair, warna:
kuning, bau:busuk (+), lendir (+), darah (-). BAK berkurang (+). Muntah
hari ketiga, dalam sehari >3x muntah, jumlah : ±1 gelas, pengluaran
muntah sesuai dengan apa yang dimakan/minum sebelumnya, muntah
terjadi setelah makan (+), demam (-), keringat dingin (+), menggigil (-),
batuk (-), pilek (-), makan selalu dimuntahkan (+), minum asi (-), rewel
(+), terdapat bintik putih pada siku bagian kiri, jumlah : sedikit, gatal (-),
nyeri (-). Pasien belum pernah mengeluh keluhan ini sebelumnya (+).
• RPD : -
• RPK : Penyakit dalam keluarga (-)
• R. Imunisasi : Imunisasi dasar : lengkap.
• Status Gizi : Median
3
Pemeriksaan Fisik (O)• Ku : Cukup, Kesadaran : Compos Mentis.
• HR : 136 x/menit RR : 36x/menit T: 36’C
• Inspeksi :
Kepala : normocephal (+), distribusi rambut merata (+), tanda
trauma (-)
Mata : cekung (-), anemis (-), ikterik (-)
Hidung : nafas cuping hidung (-), perdarahan (-)
Mulut : kemerahan (+), sianosis (-) stomatitis (-), perdarahan gusi
(-)
Leher : pembesaran Lnn (-)
Thorax : simetris (+), retraksi (-), ketinggalan gerak (-)
Abdomen : simetris (+) supel (+)
• Palpasi
Thorax : nyeri tekan (-), masa (-)
Abdomen : nyeri tekan (-), masa (-), distensi (-), meteorismus (-)
Ekstremitas : hangat, CRT <2”
• Perkusi
Thorax : sonor (+)
Abdomen : tympani (+)
• Auskultasi
Thorax : vesikuler (+)
Abdomen : BU (+) Peristaltik (+)
4
Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Hematologi
Parameter
Pemeriksaan
Hasil Satuan Nilai Normal
Jumlah Leukosit
Jumlah Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
Jumlah Trombosit
LED
I Jam
II Jam
Golongan Darah
8,2
4,33
10,7
31,7
73,3
24,7
33,7
231
4
10
A
x 103µL
x 106µL
g/dL
%
FL
Pg
g/dL
x 103µL
mm
mm
9-12
4-5
10-16
33-38
82-92
28-31
30-35
150-450
AssessmentDiferensial Diagnosis :
Disentri
Kolera
Amebiasis
Diare karena virus (Rotavirus)
Gastroenteritis
Intoleransi laktosa
Diagnosis kerja : Diare akut dehidrasi tidak berat et causa virus.
5
Planning• Infus RL 15 tpm
• Inj. Ondansetron 1 mg
• PO : Lacto B 3x1
Zinc 1x½ tab
Oralit ad lib
Parasetamol 3x1cth
Periksa darah rutin dan elektrolit
6
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diare akut menurut AAP (American Academy of Pediatric) adalah diare
dengan karakteristik peningkatan frekuensi dan/atau perubahan konsisitensi, dapat
disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual, muntah, demam, atau sakit perut
yang berlangsung 3-7 hari. BAB pada bayi atau anak >3x sehari, disertai
perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir darah yang
berlangsung kurang dari 1 minggu1.
B. Epidemiologi
Hasil survey Depkes diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar
301 per 1000 penduduk angka ini meningkat jika dibandingkan dengan survey
tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan penyebab
utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapatkan proporsi
kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2%
dengan peringkat 22.
C. Etiologi
Penyebab diare akut pada anak menurut Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak
adalah sebagai berikut3 :
1. Faktor Infeksi
7
a. Infeksi Enteral
Infeksi saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada
anak. Meliputi :
o Infeksi Bakteri (Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dsb).
o Infeksi Virus (Enterovirus, Rotavirus, Adenovirus, Astrovirus, dsb).
o Infeksi Parasit (E. hystolitica, G. lamblia, T. hominis).
o Infeksi Jamur (C. albicans).
2. Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi Karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose,
dan sukrosa), monosakarida (Intoleransi glukosa, fruktosa, galaktosa).
Pada anak kebanyakan karena intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi Protein
c. Malabsorbsi Lemak
3. Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, berracun, dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena factor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang
terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.
5. Immuno-compromise
Terjadi pada anak yang menderita penyakit HIV/AIDS.
D. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah3 :
1. Gangguan Osmotik
8
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotic dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran
air dan elektrolit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gagguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan
selanjutnya akan timbul diare karena peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus yntuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya apabila peristaltic
usus turun akan menyebabkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya
dapat timbul diare juga.
E. Manifestasi Klinis
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering
disertai dengan asidosis metabolic karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat
diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan/atau kurang dari keseimbangan
elektrolit. Dehidrasi ringan bila berat badan berkurang kurang dari 5%, dehidrasi
sedang apabila penurunan berat badan 5%-10%, dan dehidrasi berat apabila
penurunan berat badan lebih dari 10%4.
Oleh karena adanya proses peradangan atau dehidrasi, pada penderita
dengan inflammatory diare dapat terjadi demam. Selain itu juga terdapat gejala
neurologi seperti parestesia, hipotoni, dan kelemahan otot. Karena pada diare Na,
Cl, CH3COOH hilang dari tubuh maka dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis
9
metabolic, dan hypokalemia. Selain itu juga dapat memunculkan gejala mual-mual
dan muntah4.
Berikut merupakan klasifikasi dehidrasi dan penanganannya menurut
Kementrian Kesehatan RI tahun 20075 :
Klasifikasi Tanda/Gejala Pengobatan
Dehidrasi berat
Terdapat dua atau lebih dari tanda dibawah ini:
Letargis/tidak sadar Mata cekung Tidak bisa minum
atau malas minum Cubitan kulit perut
kembali sangat lambat (≥2detik)
Beri cairan untuk diare dengan dehidrasi berat
Rencana terapi C
Dehidrasi Ringan/Sedang
Terdapat dua atau lebih tanda dibawah ini:
Rewel, geliah Mata cekung Minum dengan
lahap, haus Cubitan kulit
kembali lambat
Beri anak dengan cairan dan makanan untuk dehidrasi ringan (Rencana Terapi B)
Setelah rehidrasi, nasihati ibu untuk penanganan di rumah dan kembali segera
Kunjungi ulang dalam waktu 5 hari jika tidak membaik
Tanpa dehidrasi
Tidak terdapat cukup tanda untuk diklasifikasikan sbagai dehidrasi ringan atau berat
Beri cairan dan makanan untuk menangani diare dirumah ( rencana terapi A)
Nasihati ibu kapan kembali segera
Kunjungi ulang dalam waktu 5 hari jika tidak membaik
10
F. Penatalaksanaan
11
Pemilihan jenis cairan :
Cairan parenteral dibutuhkan terutama untuk dehidrasi berat dengan atau
tanpa syok, sehingga dapat mengembalikan dengan cepat volume darahnya, serta
memperbaiki renjatan hipovolekmiknya. Cairan RL (Ringer Laktat) adalah cairan
yang banyak diperdagangkan dan mengandung konsentrasi natrium yang tepat
serta cukup laktat yang akan dimetabolisme menjadi bikarbonat. Namun demikian
konsentrasi kaliumnya rendah dan tidak mengandung glukosa untuk mencegah
hipoglikemia. Cairan NaCl dengan atau tanpa dekstrosa dapat dipakai, tapi tidak
menganduk elektrolit yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup. Jenis cairan
parenteral yang saat ini beredar dan dapat memenuhi kebutuhan sebagai cairan
pengganti diare dengan dehidrasi adalah Ka-EN 3B. Sejumlah cairan rehidrasi oral
dengan osmolaritas 210-268mmol/l dengan Na berkisar 50-75 mEg/L,
memperlihatkan efikasi pada diare anak dengan atau tanpa kolera6.
Mengobati kausa diare :
Tidak ada bukti klinis dari antidiare dan antimotilitas dari beberapa uji
klinis7. Obat diare hanya simptomatis, bukan spesifik untuk mengobati kausa,
tidak memperbaiki kehilangan air dan elektrolit, serta menimbulkan efek samping
yang tidak diinginkan. Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan
dengan antibiotika oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting).
Antibiotic diperlukan untuk sebagian kecil penderita diare yaitu kolera dan
shigella, karena pada umumnya penyebab diare pada anak yaitu karena virus
(rotavirus)8.
Beberapa antimikroba yang sering menjadi etiologi bagi anak :
Kolera :
Tetrasiklin 50mg/kgBB/hari dibagi menjadi 4 dosis (2hari)
Furasolidon 5mg/kgBB/hari dibagi menjadi 4 dosis (3hari)
12
Shigella :
Trimetroprim 5-10mg/kg/hari
Sulfametoksazol 25mg/kg/hari dibagi menjadi 2 dosis (5hari)
Asam Nalidiksat 55mg/kg/hari dibagi menjadi 4 dosis (5hari)
Amebiasis
Metronidazole 30mg/kg/hari dibagi 4 dosis (5-10hari)
Untuk kasus berat : dehidro emetin hidroklorida 1-1,5mg/kg(maks
90mg) IM sampai dengan 5 hari sesuai reaksi (semua umur)
Giardiasis
Metronidazol 15mg/kg/hari dibagi 4 dosis (5hari)
Probiotik
Probiotik merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang
menguntungkan pada host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik
didalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki
oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati
fenomena tersebut, bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan
dan pengobatan diare baik yang disebabkan oleh rotavirus maupun
mikroorganisme lain, pseudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh
karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional9.
13
BAB IIIPEMBAHASAN
Pasien datang dengan keluhan diare disertai dengan muntah. Diare pada
pasien ini memiliki karakteristik berwarna kuning, berkonsistensi cair, berlendir
namun tidak berdarah, berjumlah kurang lebih satu gelas atau sekitar 200cc.
Buang air kecil berkurang disertai dengan muntah sebanyak 3 kali, berjumlah
sekitar satu gelas (200cc), pengeluaran muntah sesuai dengan apa yang dimakan,
dan muntah terjadi setelah makan. Pasien tidak mengeluh demam, menggigil,
maupun batuk pilek. Pasien mengeluh berkeringat dingin dan apabila makan
selalu dimuntahkan. Keadaan umum pasien rewel. Pada lengan bagian kiri
terdapat bintik putih berjumlah sedikit dan tidak gatal.
Diagnosis kerja yang sesuai dengan gejala klinis pasien ialah diare akut
dehidrasi tidak berat et causa virus, hal ini dikarenakan pasien mengeluh diare
pada hari kedua (<7 atau <14 hari) baik menurut IDAI maupun AAP termasuk
dalam kiteria diare akut. Sedangkan dehidrasi pada pasien ini termasuk dalam
dehidrasi sedang karena menurut tanda dan gejalanya pasien tampak rewel dan
haus, sehingga masuk dalam kriteria dehidrasi ringan/sedang atau disebut juga
dehidrai tak berat. Untuk manifestasi klinis selanjutnya, pasien mengeluh berak
cair, berwarna kekuningan, berlendir, volume sedang, dan pada permulaan disertai
dengan mual dan muntah sesuai dengan gejala klinis pada diare yang disebabkan
oleh virus (rotavirus) yang merupakan kausa diare terbanyak pada anak8. Ditinjau
dari segi pemeriksaan hematologi, adanya penurunan hematokrit menunjukkan
adanya anemia maupun malnutrisi protein. Namun, penurunan pada pasien ini
tidak terlalu signifikan sehingga masih dapat ditoleransi dan hanya mendapatkan
edukasi untuk makan makanan yang banyak mengandung zat besi dan protein.14
Pada pasien ini diberikan infus RL (Ringer Laktat) karena mengandung
konsentrasi natrium yang tepat serta cukup laktat yang akan dimetabolisme
menjadi bikarbonat. Namun demikian konsentrasi kaliumnya rendah dan tidak
mengandung glukosa untuk mencegah hipoglikemia. Sebaiknya pasien diberikan
infus Ka-EN 3B karena dapat memenuhi kebutuhan sebagai cairan pengganti diare
dengan dehidrasi. Sejumlah cairan rehidrasi oral dengan osmolaritas 210-
268mmol/l dengan Na berkisar 50-75 mEg/L, memperlihatkan efikasi pada diare
anak dengan atau tanpa kolera6.
Kebutuhan cairan pada pasien ini berdasarkan berat badan adalah :
9,5 kg x 100 cc/kgBB/hari = 950 cc/hari
Pasien masih mau minum asi ±100cc/hari
950cc-100cc=800cc/hari
Infuse Makro : (800ccx15):1440 = 8,4 tpm
Sehingga tetesan permenit pada infuse yang diberikan pasien terlalu
banyak, yaitu 15 tetesan permenit. Kemungkinan disebabkan oleh karena
dehidrasi sehingga diberikan tetesan yang lebih banyak dengan tujuan dapat
menghindari dehidrasi lebih berat.
Pemberian ondansetron pada anak dengan dehidrasi dapat mengurangi
muntah dan mendukung rehidrasi oral. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilaporkan oleh Stephen B, dkk dimana mereka membandingkan anak yang diberi
placebo dan ondansetron. Hasilnya pada anak yang diberi placebo 14% menurun
keluhan mualnya, sedangkan pada anak yang diberi ondansetron menurun sebesar
35% (RR 0.40, CI 95%). Selain itu ondansetron juga menurunkan frekuensi
muntah sehingga meningkatkan intake makan dan minum pada pasien anak10.
15
Dosis intravena ondansetron dapat sangat bermanfaat dalam mengurangi muntah
karena gastroenteritis akut11.
Probiotik pada terapi diare anak bermanfaat untuk menurunkan durasi (CI
95%: 0.3-1.2 hari) dan frekuensi diare CI 95% : 0.7-2.6 lebih sedikit)
dibandingkan dengan anak yang tidak mendapatkan terapi Lactobacillus.
Lactobacillus aman dan efektif sebagai terapi pada anak yang menderita diare
akut12.
Menurut Departemen Kesehatan, pemberian zinc pada anak berusia lebih
dari atau sama dengan 6 bulan adalah 1 tablet 20 mg dalam satu hari dan diberikan
10 hari berturut-turut untuk mencegah kekambuhan diare. Namun, pada pasien ini
hanya diberikan 1x½ tablet sehari.
16
KESIMPULAN
Pasien didiagnosis sebagai Diare Akut Dehidrasi Tidak Berat karena
Infeksi Virus berdasarkan tanda dan gejala dari hasil anamnesis, pemeriksaan
fisik, maupun pemeriksaan penunjang. Terapi pada pasien yaitu infuse RL untuk
rehidrasi dan injeksi ondansetron yang dapat mengurangi mual, muntah, dan
membantu rehidrasi. Selain itu, pasien juga mendapat terapi peroral seperti Lacto
B atau probiotik yang berfungsi untuk mengurangi durasi maupun frekuensi BAB,
zinc, oralit sebagai cairan rehidrasi, serta parasetamol sebagai obat analgesic dan
antipiretik. Terapi pada pasien ini sudah sesuai dengan standar, akan tetapi
pemberian zinc menurut Departemen Kesehatan RI pada anak yang berusia ≥6
bulan, diberikan 1 tablet 20mg dalam sehari selama 10 hari untuk mencegah
kekambuhan. Namun, pada pasien ini hanya diberikan zinc 1 x ½ tablet 20mg.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Juffrie, Muhammad. (2011). Buku Ajar Gastroenterologi Hepatologi.
Jakarta : IDAI
2. Departemen Kesehatan RI Profil Kesehatan Indonesia. (2002). Jakarta
3. AH Markum, dkk. (1996). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1.
Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI
4. Irwanto, Roim,dkk. (2002). Diare Akut Anak dalam Ilmu Penyakit Anak.
Jakarta : Salemba Medika
5. Soenarto, Sri Suparyati. (2007). Situasi Diare di Indonesia. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI
6. Bhan, MK.(2003). Current Concepts in Management of Acute Diarrhea.
Indian Journal of Pediatric. 40:463-476
7. Armon, K, dkk. (2001). An Evidence and Consensus Based Guideline for
Acute Diarrhea Management. Archives of Disease in Childhood. 85:132-
142
8. Sinuhaji, AB. Peranan Obat Antidiare pada Tatalaksana Diare Akut.
Makalah Kongres Nasional II BKGAI.(2003). Jakarta
9. Rohim A, Soebijanto MS. (2002). Probiotik dan Flora Normal Usus
dalam Ilmu Penyakit Anak. Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika
10. Stephen, B, dkk. (2006). Oral Ondansetron for Gastroenteritis in Pediatric
Emergency Management. New English Journal of Medicine. 354:1698-
1705
11. Rerksuppaphol, Sanguansak. (2010). Efficacy of Intravenous Ondansetron
to Prevent Vomiting Episode in Acute Gastroenteritis. PubMed. 6:2(2)
12. Van Niel, Cornelius, dkk. (2001). Lactobacillus Therapy for Acute
Infectious Diarrhea in Children: A Meta-analisys. American Academy of
Pediatric. Review Article.
18