31
REFLEKSI KASUS FEBRUARI 2015 “ DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI RINGAN-SEDANG” Nama : Nita Rachmawati No. Stambuk : N 111 14 041 Pembimbing : dr. Amsyar Praja, Sp.A DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA 1

Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

khvg

Citation preview

REFLEKSI KASUSFEBRUARI 2015

DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI RINGAN-SEDANG

Nama:Nita RachmawatiNo. Stambuk:N 111 14 041Pembimbing:dr. Amsyar Praja, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKORUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATAPALU2015

PENDAHULUAN

Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Negara berkembang termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan pada anak, terutama anak usia dibawah 5 tahun. Tiap tahunnya di dunia ada 6 juta anak meninggal dan sebagian besar terjadi di negara berkembang. Menurut SKRT 2001 angka kematian bayi sebesar 9% dan angka kematian balita sebesar 13%. Studi mortalitas 2005, angka kematian bayi sebesar 9,1%, angka kematian balita sebesar 15,3%. Dan studi RISKESDAS 2007, angka kematian bayi sebessar 42% dan angka kematian balita sebesar 25,2%.(1)Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari tanpa atau disertai dengan lendir maupun darah.(1),(2),(3)Terdapat dua jenis diare, yaitu Diare akut dan Diare persisten atau Diare kronik. Diare dapat disebabkan oleh agen-agen infeksius seperti virus, bakteri, jamur, dan parasit. Selain agen-agen infeksius diare juga dapat disebabkan oleh obat-obatan dan alergi makanan atau intoleransi, namun di Indonesia penyebab utama timbulnya diare dari golongan virus, bakteri dan parasit.(1),(2),(3)Diare akut adalah buang air besar lembek atau bahkan dapat berupa air saja, dengan atau tanpa lendir, dengan frekuensi tiga kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari.(4),(9)Karena itu, penanganan awal sangat penting pada anak dengan diare dengan mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi. Pemberian cairan pengganti (cairan rehidrasi) baik yang diberikan secara oral (diminumkan) maupun parenteral (melalui infus) telah berhasil menurunkan angka kematian akibat dehidrasi pada ribuan anak yang menderita diare.(8)Komplikasi tersering yang dapat timbul dari gastroenteritis adalah terjadinya dehidrasi yang jika tidak ditangani dengan cepat dapat mengakibatkan keadaan yang lebih buruk bahkan kematian.(8) Berikut akan dibahas sebuah refleksi kasus mengenai Diare dengan Dehidrasi Ringan-Sedang pada pasien anak yang dirawat di ruangan bangsal perawatan anak RSUD Undata Palu.

LAPORAN KASUS IDENTITAS PENDERITANama : An. FTJenis kelamin : Laki-lakiTanggal lahir/usia : 6 Juli 2003 / 11 tahun 6 bulanTanggal masuk : 13 januari 2015 ANAMNESIS ( diberikan oleh ibu penderita)Keluhan utama adalah buang air besar cairRiwayat penyakit sekarang Pasien anak laki-laki usia 11 tahun 6 bulan masuk ke rumah sakit dengan keluhan buang air besar cair yang dialami sejak 2 hari yang lalu dengan frekuensi sekitar 10 kali per hari berwarna kuning, konsistensi cair, volume sedang, bau tinja biasa, berampas, tidak berlendir, tidak disertai darah. Keluhan disertai dengan muntah, muntah dimulai dua hari yang lalu, frekuensi muntah sekitar 3 kali. Muntah berisi makanan, tidak menyembur, berlendir dan tidak ada darah. Tidak ada sakit perut maupun nyeri saat buang air besar. Nafsu makan anak menurun selama sakit, pasien selalu ingin minum (haus). Pasien tidak mengalami demam, batuk (-), beringus (-) dan BAK seperti biasa.Riwayat penyakit dahuluPasien belum pernah mengalami keluhan serupaRiwayat penyakit keluarga Tidak ada keluarga pasien yang sedang mengalami muntah maupun buang air besar cair

Riwayat Kehamilan dan persalinan Pasien lahir cukup bulan secara spontan di rumah sakit dengan berat badan lahir 3060 gram dan panjang badan 51 cm.Kemampuan dan kepandaian bayi Bayi mulai berjalan saat usia 1 tahun.Riwayat makanan sejak lahir sampai sekarangAsi : 0- 2 tahun Bubur : 7 bulan Nasi : > 7 bulan Riwayat imunisasi LengkapPEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum : Sakit sedang Berat badan : 46 kg Panjang Badan : 153 cm Kesadaran : Composmentis Status Gizi : Gizi baik Tanda Vital: Denyut Nadi : 84 x/menit Respirasi : 24 x/menit Suhu : 36,50 CTD : 100/70Kulit: Berwarna sawo matang, tonus otot baik, turgor baik (< 2 detik), kelembaban kulit cukup.Kepala: Bentuk normocephal, rambut berwarna hitam, tidak mudah dicabut dan tebal.Mata : Tampak cekung, tidak ada edem palpebra, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks cahaya (+), pupil isokor.Telinga : Tidak ada sekretHidung : Tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping hidungMulut : Mukosa bibir keringTonsil : T1-T1 tidak hiperemisLeher : Pembesaran kelenjar leher (-), Pembesaran kelenjar tiroid (-)

Toraks Paru-paruInspeksi: Bentuk dada normochest, tidak ada retraksi dinding dada.Palpasi: Ekspansi paru simetris kiri dan kanan, vokal simetris kiri dan kanan.Perkusi : Bunyi sonor hampir di seluruh lapang paru.Auskultasi : Bronchovesikuler +/+, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)Jantung Inspeksi: Ictus cordis tidak tampakPalpasi: Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistraPerkusi: Batas jantung normalAuskultasi : Bunyi jantung I/II murni, regular.Abdomen Inspeksi: Tampak cembung, distensi (-), massa (-)Auskultasi: Peristaltik usus (+) kesan meningkatPerkusi: Bunyi TimpaniPalpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar dan lien.

Ekstremitas : Akral hangat, edem tidak ada, parese tidak ada. Skor dehidrasi WHO (1995): Keadaan Umum: Baik Mata: Cekung Air mata: Ada Mulut/bibir: Kering Rasa haus: Haus, ingin minum banyak Turgor: Kembali cepatKesimpulan: Dehidrasi ringan-sedangPemeriksaan Laboratorium Hasil Pemeriksaan darahRange normal pemeriksaan darah

RBC : 5,05 x 106 /UlHCT : 42,6 %PLT : 385 x 103 /LWBC : 18,40 x 103 /uLHB : 13,6 g/dl RBC :4,4 5,9 x 106/uLHCT : 40 - 52 %PLT : 150.000-440.000 /LWBC : 3.800-10.600 /LHGB : 13,2 17,3 gr/Dl

RESUMESeorang anak laki-laki berusia 11 tahun 6 bulan, berat badan 46 kg, panjang badan 153 cm, dengan status gizi baik masuk di ruangan Catelia RSUD Undata Palu tanggal 13 januari 2015 pukul 05.00 Wita dengan keluhan utama buang air besar cair. Buang air besar cair dialami sejak 2 hari yang lalu,dengan frekuensi sekitar 10 kali per hari, berwarna kuning, konsistensi cair, dengan volume sedang, bau tinja biasa, berampas, tidak berlendir, tidak disertai darah. Muntah (+) berisi makanan, berlendir (+). Rasa haus (+), Nafsu makan menurun (+) selama sakit. BAK seperti biasa. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital yakni kesadaran composmentis, nadi 84 kali/menit, pernapasan 24 kali/menit, suhu 36,5 0c. Mata cekung, bibir kering, turgor kulit baik, bunyi dan peristaltik usus kesan meningkat. Pemeriksaan laboratorium darah rutin menunjukkan leukositosis. Terjadi peningkatan pada hitung jenis sel darah putih sebesar 18.400 /L

DIAGNOSIS KERJADiare Akut dengan Dehidrasi Ringan Sedang TERAPI Medikamentosa IVFD Rl 28 tetes/menit Oralit 100-200 cc/tiap diare Cotrimoxazol 2x2 cth Zink tablet 1x 20 mg Inj. Ondansetron 4 ml/IV Non- Medikamentosa Melanjutkan pemberian makan Memberikan edukasi kepada ibu pasien untuk menjaga hygiene

ANJURAN PEMERIKSAAN Pemeriksaan analisis feses (Makroskopis dan Mikroskopis) Pemeriksaan kultur fesesFOLLOW UP 14 Januari 2015Keluhan: BAB cair 4 kali, warna kuning, berampas, bau biasa, volume sedikit, lendir (-), darah (-), haus (+), muntah (-), panas (-),batuk (-), flu (-)

Pemeriksaan Fisik: Mata sedikit cekung (+), Turgor baik, Abdomen cembung, peristaltik usus kesan meningkatTanda vital:Nadi: 84 kali/menitSuhu: 36,30 CPernapasan: 20 kali/menitTekanan Darah : 100/70 mmHgTerapi: IVFD RL 28 tetes/menit Cotrimoksazole 2 x 2 cth Zink 1x 20 mg tab Oralit 100-200 cc tiap diare

Skor dehidrasi WHO (1995): Keadaan Umum: baik Mata: cekung Air mata: ada Mulut/bibir: Kering Rasa haus: haus, ingin minum banyak Turgor: kembali cepatKesimpulan: dehidrasi ringan - sedang

FOLLOW UP 15 Januari 2015Keluhan: BAB konsistensi biasa, frekuensi 1x, volume sedang, bau biasa, berampas (+), lendir (-), darah (-), sakit perut (-), muntah (-), panas (-), batuk (-), beringus (-)Pemeriksaan Fisik :Peristaltik usus kesan normalTanda vital:Nadi : 80 kali/menit Pernapasan : 24 kali/menitSuhu : 360C TD : 100/70Terapi: Aff Infus Diperbolehkan Rawat jalan

Skor dehidrasi WHO (1995): Keadaan Umum: baik Mata: normal Air mata: ada Mulut/bibir: basah Rasa haus: minum biasa, tidak haus Turgor: kembali cepatKesimpulan: Tanpa dehidrasi

DISKUSIDiare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per hari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3 4 kali per hari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare. Tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang kadang pada seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat disebut diare.(4)Diare akut sering terjadi pada bayi daripada anak yang lebih besar. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan. Penularan penyakit ini secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar.(4)Pada kasus ini pasien dapat dikatakan mengalami diare akut, dimana dari hasil anamnesis didapatkan pasien mengalami BAB cair 2 hari SMRS,sebanyak 10 kali, warna kuning, konsistensi cair, volume sedang, bau tinja biasa, berampas, lendir (-), darah (-). Gejala lain yang menyertai adalah muntah sebanyak 3 kali yang dialami pasien pada hari ke 3 BAB encer, demam (-), batuk(-), beringus (-).Hal ini sesuai teori, bahwa seseorang dikatakan mengalami diare akut jika frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.(4)

Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, penyebab utama diare akut dibagi atas empat penyebab:1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Golongan Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas.2. Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astovirus.3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli, Trichuris trichiuria, Cryptosporodium parvum, Strongyloides stercoralis.4. Non- infeksi : malalbsorbsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan.(5)Berdasarkan penyebab diatas, pada kasus ini dicurigai pasien terinfeksi oleh suatu bakteri, kemungkinan oleh E. Coli. Karena berdasarkan anamnesa ditemukan frekuensi BAB 10 kali sehari, konsistensi cair, bau tinja biasa, dan warna tinja biasa dan temuan pada laboratorium menunjukkan adanya leukositosis yang dimana terjadi peningkatan leukosit menandakan adanya infeksi dari bakteri.Cara penularan diare yaitu melalui fecal-oral yaitu melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh mikroorganisme atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat. Sedangkan faktor resiko terjadinya diare adalah dari faktor perilaku. Contohnya tidak memberikan ASI, memberikan makanan pendamping terlalu dini akan mempercepat kontak terhadap mikroorganisme. Menggunakan botol susu meningkatkan risiko terjadi diare, tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah memberi ASI/ makan, dan penyimpanan makanan yang tidak higienis. Dari faktor lingkungan yaitu tidak memadainya ketersediaan air bersih dan kurangnya ketersediaan mandi cuci kakus, kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk. Selain itu faktor penderita seperti kurang gizi/ malnutrisi, penyakit imunodefisiensi/ imunosupresi dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare.(4)Mekanisme dasar timbulnya diare pada anak yaitu, akibat gangguan absorbsi, gangguan sekresi dan gangguan motilitas.(4)1. Gangguan absorbsi atau diare osmotikAda bahan makanan yang tidak diserap, menyebabkan bahan intraluminal pada usus halus bersifat hipotonis dan menyebabkan hiperosmolaritas. Karena perbedaan tekanan osmosis antara lumen usus dan darah, air akan mengalir ke arah lumen jejenum sehingga air akan terkumpul dalam lumen usus. Natrium akan mengikuti air masuk ke dalam lumen. Cairan ini akan di absorbsi sebagian, tetapi ada bahan yang tidak diserap seperti Mg, glukose, sukrose, laktose, maltose di ileum dan melebihi kemampuan absorbsi kolon sehingga terjadi diare.2. Gangguan sekresi atau diare sekretorikKarena ada bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin bakteri sehingga meningkatkan konsentrasi intrasel cAMP, cGMP atau Ca++ akan mengaktifkan protein kinase. Pengaktifan ini menyebabkan fosforilasi membran protein mengakibatkan perubahan saluran ion, sehingga Cl- keluar, kemudian terjadi pompa natrium, sehingga natrium masuk ke dalam lumen usus bersama Cl-3. Motilitas ususPerubahan motilitas usus mempunyai pengaruh terhadap absorbsi, penurunan motilitas usus dapan mengakibatkan bakteri berkembang lebih banyak sehingga menyebabkan diare.Manifestasi klinis awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir, warna berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Anus akan lecet karena frekuensi defekasi yang sering. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare. Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun, bayi ubun-ubun cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering.(8)Pada kasus ini mekanisme terjadinya diare digolongkan dalam diare sekretorik, karena diare ini terjadi akibat adanya enterotoksin bakteri yang akan mengubah saluran ion sehingga natrium dan klorin masuk bersama kedalam lumen usus dan menyebabkan diare.Gejala Khas Diare Akut oleh Berbagai PenyebabGejala KlinikRotavirusShigellaSalmonellaETECEIECKolera

Masa tunas17-72 jam24-48 jam6-72 jam6-72 jam6-72 jam48-72 jam

Panas+++++-++-

Mual muntahSeringJarangSering--Sering

Nyeri perutTenesmusTenesmus krampTenesmus kolik-Tenesmus krampKramp

Nyeri kepala-++---

Lamanya sakit5-7 hari> 7hari3-7 hari2-3 hariVariasi3 hari

Sifat tinja

VolumeSedangSedikitSedikitBanyakSedikit Banyak

Frekuensi5-10x/ hari>10x/ hariSeringSeringSeringTerus menerus

KonsistensiCairLembekLembekCairLembekCair

Darah-SeringKadang-+-

BauLanguBusuk+-Amis khas

WarnaKuning hijauMerah hijauKehijauanTak berwarnaMerah- hijauSeperti air cucian beras

Leukosit-++---

Lain-lainAnorexiaKejangSepsisMeteorismusInfeksi sistemik

Pada anamnesa pasien diare harus ditanyakan lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada lendir/ tidak lendir dan darah. Jika disertai muntah volume dan frekuensinya. Kencing : biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakah penyakit penyerta lain yang menyertai seperti : batuk, pilek, otitis media.(4)Perlu juga untuk menentukan tanda-tanda dehidrasi , berikut tabel penentuan derajat dehidrasi menurut WHO tahun 1995 :Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995PenilaianABC

Lihat : keadaan umumBaik, sadar*gelisah, rewel*lesu, lunglai atau tidak sadar

MataNormalCekungSangat cekung dan kering

Air mataAdaTidak adaKering

Mulut dan lidahBasahKeringSangat kering

Rasa hausMinum biasa tidak haus*haus, ingin minum banyak*malas minum atau tidak bisa minum

Periksa: turgor kulitBaik*kembali lambat*kembali sangat lambat

Hasil pemeriksaanTanpa dehidrasiDehidrasi ringan/ sedangBila ada 1 tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lainDehidrasi berat

Bila ada 1 tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lain

Terapi :Rencana terapi ARencana terapi BRencana terapi C

Terapi berdasarkan derajat dehidrasi dibagi atas 3 yakni rencana terapi A untuk diare akut tanpa dehidrasi, terapi B diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang dan terapi C untuk diare akut dengan dehidrasi berat.(1)

a. Rencana Terapi A ( penanganan diare di rumah)

Beri cairan lebih banyak dari biasanyaTeruskan ASI lebih sering dan lamaBeri oralit sampai diare terhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan dianjurkan sedikit demi sedikit-Umur 1 tahun diberi 100-200 ml/kali BAB /tiap episode muntah(I bungkus oralit 200 ml)

Beri obat zinc, selama 10 hari berturut-turun walau diare sudah berhenti.Dikunyah maupun dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI-Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) / hari-umur > 6 bulan diberi 20 mg ( 1 tablet) / hari.beri makanan untuk mencegah kurang gizipemberian antibiotik sesuai indikasiNasihati ibu kapan kembali.

b. Berikan oralit dalam 3 jam pertama untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tablet di bawah ini :Umur4 bln4-12 bln12-24 bln2-5 tahunBB< 6 kg6-10 kg10-12 kg12-19 kgJumlah Cairan200-400400-700700-900900-1400Lanjutkan oralit sebanyak 5-10 mL/ kgBB setiap diare cair.Setelah 3 jam pemberian oralit (larutan rehidrasi oral), lakukan penilaian klasifikasi kembali derajat dehidrasinyaBeri zinc selama 10 hari berturut-turutCatatan :Jika muntah persisten, pasien diberikan rehidrasi parenteral (intravena)Rencana Terapi B (Penanganan Diare dengan Dehidrasi Ringan / Sedang dengan Oralit)

Oralit = 75 ml x BB anak

c. Beri cairan intravena segeraRinger Laktat / NaCl 0,9 % (bila RL tidak tersedia) 100 ml/kg BBUmurPemberian I 30 ml/kg BBKemudian 70 ml/kg BBBayi < 1 th1 jam5 jamAnak 1 th30 menit jamDiulangi lagi bila denyut nadi masih lemah/tidak terabaNilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepatJuga beri oralit (5 ml/kg BB/jam) bila penderita bisa minum;biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)Berikan obat Zinc selama 10 hari berturut-turutRencana Terapi C ( Penanganan dehidrasi berat dengan cepat)

Lima pilar penatalaksanaan diare LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) merupakan salah satu strategi dalam pengendalian penyakit diare di Indonesia yang direkomendasikan oleh WHO/UNICEF dan IDAI, sejak tahun 2008. Lima pilar tersebut adalah: (7)1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit barua. Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi : Umur < 1 tahun : - gelas setiap kali anak mencret Umur 1 4 tahun : - 1 gelas setiap kali anak mencret Umur diatas 5 Tahun : 1 1 gelas setiap kali anak mencretb. Dosis oralit bagi penderita diare derajat dehidrasi ringan-sedang :Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.c. Derajat dehidrasi beratPenderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas atau Rumah sakit untuk diinfus.

2. Zink diberikan selama 10 hari berturut-turutZink merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zink dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zink juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.Pemberian zink selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare 3 bulan berikutnya.Dosis pemberian zink : Umur < 6 bulan : tablet ( 10 mg) per hari selama 10 hari Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari

Cara pemberian tablet zink :Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare. 3. ASI dan makanan tetap diteruskanPemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minumsusu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telahmendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.

4. Antibiotik selektifAntibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera. Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak,bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat antiprotozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amoeba, giardia).

5. Pemberian nasihat kepada orang tua. Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang :-Cara memberikan cairan dan obat di rumah-Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :Diare lebih seringMuntah berulang Sangat hausMakan/minum sedikitTimbul demamTinja berdarahTidak membaik dalam 3 hari.Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien mengalami dehidrasi ringan sedang. Menurut WHO derajat dehidrasi ringan sedang jika ditemukan anak gelisah, mata cekung, air mata tidak ada, mulut kering, rasa ingin minum (haus) dan turgor kulit kembali lambat. Pada pasien ini, ditemukan 3 tanda dehidrasi ringan sedang yaitu mata cekung, bibir kering dan rasa ingin minum terus (haus). Pasien mendapat terapi rencana B, yaitu pemberian oralit selama 3 jam pertama sebanyak 750 ml ( 75 ml x 12 kg) lalu selanjutnya pemberian oralit 5 -10 ml/kgBB ( 50 100 ml atau sekitar gelas oralit) pemberian setiap kali anak buang air besar cair. Diberikan juga obat zink 1 tablet ( 20 mg) / hari diberikan selama 10 hari. Diberikan domperidon sebagai anti-muntah, karena anak datang disertai keluhan muntah dengan frekuensi > 6 kali. Selain itu diberikan antibiotik kotrimoksasol, untuk kasus diare pemberian antibiotik harus sesuai dengan indikasi. Indikasi penggunaan antibiotik berguna pada diare dengan darah (umumnya pada infeksi shigella). Pemberian antibiotik pada kasus ini sudah tepat karena dicurigai diare pada anak disebabkan oleh suatu bakteri. Manfaat pemberian zink pada diare yaitu untuk meningkatkan daya tahan tubuh, memperbaiki vili usus yang rusak, menurunkan insiden dan prevalensi diare, mengganti zink yang keluar bersama diare, mencegah diare 2 sampai 3 bulan berikutnya. Terapi rehidrasi oral dan zink, pemberian makanan penting untuk anak agar tetap kuat dan mencegah berkurangnya berat badan. Pemberian makanan harus yang mudah di cerna dan diberi sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Anak yang minum ASI juga harus diberi lebih sering.(7)Penyebab diare pada kasus ini berdasarkan pengelompokkan penyebab diare akut terkait dengan gejala khas pada kasus ini diare akut yang terjadi suspek karena infeksi bakteri E.coli (ETEC) Tetapi untuk memastikan penyebab diare akut pada kasus ini diperlukan pemeriksaan feses baik secara makroskopis maupun mikroskopis.(4)Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan pada diare akut yaitu, darah lengkap, dan pemeriksaan tinja makroskopik dan mikroskopik. Pemeriksaan tinja makroskopik meliputi konsistensi, warna, lendir, darah, bau dan mikroskopis berupa leukosit, eritrosit, parasit, bakteri, dan pemeriksaan kimia feses berupa PH, elektrolit (Na, K, HCO3).(4) berdasarkan hasil laboratorium didapatkan peningkatan leukosit, hal ini berarti diare ini disebabkan karena adanya suatu infeksi dari bakteri.Komplikasi dari diare akut yang mungkin terjadi selama pengobatan rehidrasi seperti hipernatremia, hiponatremia, hiperkalemia, hipokalemia, kegagalan rehidrasi oral, kejang.(4)Prognosis diare dapat ditentukan oleh derajat dehidrasi, sehingga penatalaksanaannya sesuai dengan ketepatan cara pemberian rehidrasi. Apabila penanganan yang diberikan tepat dan sesegera mungkin, maka dapat mencegah komplikasi dari diare tersebut. Pada pasien ini, prognosisnya adalah bonam, karena derajat dehidrasinya masih tergolong ringan sedang dan saat mendapatkan terapi pasien sudah tidak mengalami dehidrasi.

DAFTAR PUSTAKA1. Depkes. Buku saku petugas kesehatan Lintas Diare. Jakarta; Depkes RI: 2011.2. Kliegman R. Nelson Essentials of Pediatrics Fifth Edition.USA; Elsevier :20063. Wahab AS dkk. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume II Edisi 15. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC: 2000.4. IDAI. Buku Ajar Gastroenterologihepatologi Jilid I.Jakarta; UKK-Gastroenterologi-hepatologi IDAI : 2009. 5. World Gastroenterology Organisation Practic Guidline. Acute diarrhea: 2008. 6. FKUI. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1985.7. Kementrian kesehatan republik Indonesia. Buletin Jendela Data & Informasi Kesehatan. Jakarta; KEMENKES RI: 2011. 8. FKUI. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1994.9. IDSA Guidelines. Practice Guidelines for the management of infectious diarrhea. 2001

2