27
BAB I PENDAHULUAN VZV adalah virus DNA yang termasuk dalam famili virus herpes. Seperti virus herpes lainnya, VZV memiliki kapasitas untuk bertahan dalam tubuh setelah infeksi (pertama) primer sebagai infeksi laten. VZV tetap dalam ganglia saraf sensorik. Infeksi primer menyebabkan terjadinya varicella (cacar air), sementara herpes zoster (shingles) adalah akibat dari infeksi berulang. Virus ini diyakini memiliki waktu kelangsungan hidup singkat di lingkungan. (1) 1.1 Definisi Infeksi akut primer oleh virus varicella zoster yang menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. (2) 1.2 Epidemiologi Pada orang yang belum mendapat vaksinasi, 90% kasus terjadi pada anak-anak dibawah 10 tahun, 5% terjadi pada orang yang berusia lebih dari 15 tahun. Sementara pada pasien yang mendapat imunisasi, insiden terjadinya varicella secara nyata menurun. Sejak diperkenalkan adanya vaksin varicella pada tahun 1995, 1

Diagnosis Dan Penatalaksanaan Varicella

Embed Size (px)

DESCRIPTION

varicella

Citation preview

Page 1: Diagnosis Dan Penatalaksanaan Varicella

BAB I

PENDAHULUAN

VZV adalah virus DNA yang termasuk dalam famili virus herpes. Seperti virus

herpes lainnya, VZV memiliki kapasitas untuk bertahan dalam tubuh setelah

infeksi (pertama) primer sebagai infeksi laten. VZV tetap dalam ganglia saraf

sensorik. Infeksi primer menyebabkan terjadinya varicella (cacar air), sementara

herpes zoster (shingles) adalah akibat dari infeksi berulang. Virus ini diyakini

memiliki waktu kelangsungan hidup singkat di lingkungan.(1)

1.1 Definisi

Infeksi akut primer oleh virus varicella zoster yang menyerang kulit dan

mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama

berlokasi di bagian sentral tubuh.(2)

1.2 Epidemiologi

Pada orang yang belum mendapat vaksinasi, 90% kasus terjadi pada anak-

anak dibawah 10 tahun, 5% terjadi pada orang yang berusia lebih dari 15 tahun.

Sementara pada pasien yang mendapat imunisasi, insiden terjadinya varicella

secara nyata menurun. Sejak diperkenalkan adanya vaksin varicella pada tahun

1995, insiden terjadinya varicella terbukti menurun. Dimana sebelum tahun 1995,

terbukti di Amerika terdapat 3-4 juta kasus varicella setiap tahunnya. Transmisi

penyakit ini secara aerogen maupun kontak langsung. Kontak tidak langsung

jarang sekali menyebabkan varicella. Penderita yang dapat menularkan varicella

yaitu beberapa hari sebelum erupsi muncul dan sampai vesikula yang terakhir.

Tetapi bentuk erupsi kulit yang berupa krusta tidak menularkan virus. Di daerah

metropolitan yang beriklim sedang, angka kejadian penyakit ini lebih banyak

ditemukan, dimana epidemi varicella sering terjadi pada musim musim dingin dan

musim semi.(3)

1

Page 2: Diagnosis Dan Penatalaksanaan Varicella

1.3 Patomekanisme

Varicella disebabkan oleh VZV yang termasuk dalam famili virus herpes.

Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran napas dan

orofaring. Multiplikasi virus di tempat tersebut diikuti oleh penyebaran virus

dalam jumlah sedikit melalui darah dan limfe (viremia primer). Virus VZV

dimusnahkan oleh sel sistem retikuloendotelial, yang merupakan tempat utama

replikasi virus selama masa inkubasi. Selama masa inkubasi infeksi virus

dihambat sebagian oleh mekanisme pertahanan tubuh dan respon yang timbul.(3,4)

Pada sebagian besar individu replikasi virus dapat mengatasi pertahanan

tubuh yang belum berkembang sehingga dua minggu setelah infeksi terjadi

viremia sekunder dalam jumlah yang lebih banyak. Lesi kulit muncul berturut-

berturut, yang menunjukkan telah memasuki siklus viremia, yang pada penderita

yang normal dihentikan setelah sekitar 3 hari oleh imunitas humoral dan imunitas

seluler VZV. Virus beredar di leukosit mononuklear, terutama pada limfosit.

Bahkan pada varicella yang tidak disertai komplikasi, hasil viremia sekunder

menunjukkan adanya subklinis infeksi pada banyak organ selain kulit.(4)

Respon imun penderita menghentikan viremia dan menghambat

berlanjutnya lesi pada kulit dan organ lain. Imunitas humoral terhadap VZV

berfungsi protektif terhadap varicella. Pada orang yang terdeteksi memiliki

antibodi serum biasanya tidak selalu menjadi sakit setelah terkena paparan

eksogen. Sel mediasi imunitas untuk VZV juga berkembang selama varicella,

berlangsung selama bertahun-tahun, dan melindungi terhadap terjadinya resiko

infeksi yang berat.(4)

2

Page 3: Diagnosis Dan Penatalaksanaan Varicella

BAB II

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN

2.1 Diagnosa varicella

Varicella biasanya mudah didiagnosa berdasarkan penampilan dan

perubahan pada karakteristik dari ruam yang timbul, terutama apabila ada riwayat

terpapar varicella 2-3 minggu sebelumnya.(4)

Anamnesis

Pada pasien dapat ditanyakan adanya demam yang tidak terlalu tinggi,

malaise dan nyeri kepala, kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul

eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Adanya

Riwayat kontak dengan pasien varicella 2-3 minggu sebelumnya karena masa

inkubasi penyakit ini berlangsung 14-21 hari. Penyebarannya terutama di daerah

badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke muka dan ekstremitas, serta

dapat menyerang selaput lendir mata, mulut, dan saluran napas bagian atas.(2,4)

Pemeriksaan Fisis

Bentuk vesikel yang khas berupa tetesan embun (tear drops). Vesikel akan

berubah menjadi pustul kemudian menjadi krusta. Masa inkubasi antara 14

sampai 16 hari setelah paparan, dengan kisaran 10 sampai 21 hari. Masa inkubasi

dapat lebih lama pada pasien dengan defisiensi imun dan pada pasien yang telah

menerima pengobatan pasca paparan dengan produk yang mengandung antibodi

terhadap varicella.(2,4)

- Gejala prodromal

Pada anak kecil jarang terdapat gejala prodromal. Sementara pada anak

yang lebih besar dan dewasa, ruam yang seringkali didahului oleh demam selama

2-3 hari, kedinginan, malaise, anoreksia, nyeri punggung, dan pada beberapa

pasien dapat disertai nyeri tenggorokan dan batuk kering.(3,4)

3

Page 4: Diagnosis Dan Penatalaksanaan Varicella

- Ruam pada varicella

Pada pasien yang belum mendapat vaksinasi, ruam dimulai dari muka dan

skalp, dan kemudian menyebar secara cepat ke badan dan sedikit ke ekstremitas.

Lesi baru muncul berturut-turut, dengan distribusi terutama di bagian sentral.

Ruam cenderung padat kecil-kecil di punggung dan antara tulang belikat daripada

skapula dan bokong dan lebih banyak terdapat pada medial daripada tungkai

sebelah lateral. Tidak jarang terdapat lesi di telapak tangan dan telapak kaki, dan

vesikula sering muncul sebelumnya dan dalam jumlah yang lebih besar di daerah

peradangan, seperti daerah yang terkena sengatan matahari.(4)

Gambar 1 Infeksi VZV : Varicella. Seorang wanita dengan erupsi pruritus

selama 2 hari. Multipel, pruritus, papul eritem, vesikel pada wajah, leher dan

dada.(3)

4

Page 5: Diagnosis Dan Penatalaksanaan Varicella

Gambar 2 Infeksi VZV : Varicella dengan imunisasi. Asimptomatis varicella

pada laki-laki umur 1 tahun dengan riwayat imunisasi 10 hari sebelum onset

ruam.(3)

Gambaran dari lesi varicella berkembang secara cepat, yaitu lebih kurang

12 jam, dimana mula-mula berupa makula eritematosa yang berkembang menjadi

papul, vesikel, pustul, dan krusta. Vesikel dari varicella berdiameter 2-3 mm, dan

berbentuk elips, dengan aksis panjangnya sejajar dengan lipatan kulit. Vesikel

biasanya superfisial dan berdinding tipis, dan dikelilingi daerah eritematosa

sehingga tampak terlihat seperti “ embun di atas daun mawar”. Cairan vesikel

cepat menjadi keruh karena masuknya sel radang, sehingga mengubah vesikel

menjadi pustul. Lesi kemudian mengering, mula-mula di bagian tengah sehingga

menyebabkan umbilikasi dan kemudian menjadi krusta. Krusta akan lepas dalam

1-3 minggu, meninggalkan bekas bekas cekung kemerahan yang akan berangsur

menghilang. Apabila terjadi superinfeksi dari bakteri maka dapat terbentuk

jaringan parut. Lesi yang telah menyembuh dapat meninggalkan bercak

hipopigmentasi yang dapat menetap selama beberapa minggu/bulan.(4)

Vesikel juga terdapat di mukosa mulut, hidung, faring, laring, trakea,

saluran cerna, kandung kemih, dan vagina. Vesikel di mukosa ini cepat pecah

sehingga seringkali terlihat sebagai ulkus dangkal berdiameter 2-3 mm.(4)

5

Page 6: Diagnosis Dan Penatalaksanaan Varicella

Gambar 3 Lesi dengan spektrum luas berupa papul eritem, vesikel (“tetesan

embun diatas daun mawar”), krusta, dan erosi pada lokasi ekskoriasi pada seorang

anak dengan gejala tipikal varicella.(4)

Gambaran khas dari varicella adalah adanya lesi yang muncul secara

simultan (terus-menerus), di setiap area kulit, dimana lesi tersebut terus

berkembang. Suatu prospective study menunjukkan rata-rata jumlah lesi pada

anak yang sehat berkisar antara 250-500. Pada kasus sekunder karena paparan di

rumah gejala klinisnya lebih berat daripada kasus primer karena paparan di

sekolah, hal ini mungkin disebabkan karena paparan di rumah lebih intens dan

lebih lama sehingga inokulasi virus lebih banyak.(4)

Demam biasanya berlangsung selama lesi baru masih timbul, dan

tingginya demam sesuai dengan beratnya erupsi kulit. Jarang di atas 39oC, tetapi

pada keadaan yang berat dengan jumlah lesi banyak dapat mencapai 40,5oC.

Demam yang berkepanjangan atau yang kambuh kembali dapat disebabkan oleh

infeksi sekunder bakterial atau komplikasi lainnya. Gejala yang paling

mengganggu adalah gatal yang biasanya timbul selama stadium vesikuler.(4)

Pemeriksaan Penunjang

Lesi pada varicella dan herpes zoster tidak dapat dibedakan secara

histopatologi. Pada pemeriksaan menunjukkan sel raksasa berinti banyak dan sel

epitel yang mengandung badan inklusi intranuklear yang asidofilik. Pemeriksaan

dapat dilakukan dengan pewarnaan Tzanck, dimana bahan pemeriksaan dikerok

dari dasar vesikel yang muncul lebih awal, kemudian diletakkan di atas object

glass, dan difiksasi dengan ethanol atau methanol, dan diwarnai dengan

pewarnaan hematoxylin-eosin, Giemsa, Papanicolaou, atau pewarnaan Paragon.(4)

6

Page 7: Diagnosis Dan Penatalaksanaan Varicella

Biopsi punch memberikan bahan yang dapat diandalkan untuk

pemeriksaan histopatologis daripada pemeriksaaan Tzanck smear dan

memfasilitasi diagnosis pada stadium pre vesikular dan pada lesi atipikal misalnya

pada lesi verukous kronik yang diproduksi oleh pasien VZV yang resisten-

acyclovir pada pasien dengan AIDS. Diagnosis definitif dari infeksi VZV untuk

membedakan antara infeksi VZV dan HSV, dilakukan dengan isolasi virus pada

inokulasi kultur sel dengan cairan vesikel, darah, cairan serebrospinal atau

jaringan yang terinfeksi, atau dengan investigasi langsung antigen VZV atau asam

nukleat pada spesimen ini.(4)

Gambar 4 Sel raksasa berinti banyak (4)

Di samping itu Varicella zoster virus (VZV) polymerase chain reaction

(PCR) adalah metode pilihan untuk diagnosis varicella. VZV juga dapat diisolasi

dari kultur jaringan, meskipun kurang sensitif dan membutuhkan beberapa hari

untuk mendapatkan hasilnya. Bahan yang paling sering digunakan adalah isolasi

dari cairan vesikuler. VZV PCR adalah metode pilihan untuk diagnosis klinis

yang cepat. Real-time PCR metode tersedia secara luas dan merupakan metode

yang paling sensitif dan spesifik dari tes yang tersedia. Hasil tersedia dalam

beberapa jam. Jika real-time PCR tidak tersedia, antibodi langsung metode (DFA)

7

Page 8: Diagnosis Dan Penatalaksanaan Varicella

neon dapat digunakan, meskipun kurang sensitif dibanding PCR dan

membutuhkan pengambilan spesimen yang lebih teliti.(1)

Berbagai tes serologi untuk antibodi terhadap varicella tersedia secara

komersial termasuk uji aglutinasi lateks (LA) dan sejumlah enzyme-linked

immunosorbent tes (ELISA). Saat ini tersedia metode ELISA, dan ternyata tidak

cukup sensitif untuk mampu mendeteksi serokonversi terhadap vaksin, tetapi

cukup kuat untuk mendeteksi orang yang memiliki kerentanan terhadap VZV.

ELISA sensitif dan spesifik, sederhana untuk melakukan, dan banyak tersedia

secara komersial. Di samping itu LA juga tersedia secara sensitif, sederhana, dan

cepat untuk dilakukan. LA agak lebih sensitif dibandingkan ELISA komersial,

meskipun dapat menghasilkan hasil yang positif palsu, dan dapat menyebabkan

kegagalan untuk mengidentifikasi orang-orang yang tidak terbukti memiliki

imunitas terhadap varicella. Dimana salah satu dari tes ini akan berguna untuk

skrining kekebalan terhadap varicella.(1)

2.4 Komplikasi

Pada anak-anak, varicella jarang disertai komplikasi. Komplikasi tersering

umumnya disebabkan oleh infeksi sekunder bakterial pada lesi kulit, yang

biasanya disebabkan oleh stafilokokus atau streptokokus, sehingga terjadi

impetigo, furunkel, selulitis, atau erisipelas, tetapi jarang terjadi gangren. Infeksi

fokal tersebut sering menyebabkan jaringan parut, tetapi jarang terjadi sepsis yang

disertai infeksi metastase ke organ yang lainnya. Vesikel dapat menjadi bula bila

terinfeksi stafilokokus yang menghasilkan toksin eksfoliatif.(4)

Pneumonia, otitis media, dan meningitis supurativa jarang terjadi dan

responsif terhadap antibiotik yang tepat. Bagaimanapun juga, superinfeksi bakteri

umum dijumpai dan berpotensi mengancam kehidupan pada pasien dengan

leukopenia.(4)

Pada orang dewasa demam dan gejala konstitusi biasanya lebih berat dan

berlangsung lebih lama, ruam varicella lebih luas, dan komplikasi lebih sering

terjadi. Pneumonia varicella primer merupakan komplikasi tersering pada orang

8

Page 9: Diagnosis Dan Penatalaksanaan Varicella

dewasa. Pada beberapa pasien gejalanya asimpomatis, tetapi yang lainnya dapat

berkembang mengenai sistem pernafasan dimana gejalanya dapat lebih parah

seperti batuk, dyspnea, tachypnea, demam tinggi, nyeri dada pleuritis, sianosis,

dan batuk darah yang biasanya timbul dalam 1-6 hari sesudah timbulnya ruam.(4)

2.5 Penatalaksanaan Varicella

Antivirus

Beberapa analog nukleosida seperti acyclovir, famciclovir, valacyclovir,

dan brivudin, dan analog pyrophosphate foskarnet terbukti efektif untuk

mengobati infeksi VZV. Acyclovir adalah suatu analog guanosin yang secara

selektif difosforilasi oleh timidin kinase VZV sehingga terkonsentrasi pada sel

yang terinfeksi. Enzim-enzim selular kemudian mengubah acyclovir monofosfat

menjadi trifosfat yang mengganggu sintesis DNA virus dengan menghambat

DNA polimerase virus. VZV kira-kira sepuluh kali lipat kurang sensitif terhadap

acyclovir dibandingkan HSV.(4)

Valacyclovir dan famcyclovir, merupakan prodrug dari acyclovir yang

mempunyai bioavaibilitas oral lebih baik daripada acyclovir sehingga kadar dalam

darah lebih tinggi dan frekuensi pemberian obat berkurang. (4)

Topikal

Pada anak normal varicella biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri.

Untuk mengatasi gatal dapat diberikan kompres dingin, atau lotion kalamin,

antihistamin oral. Cream dan lotion yang mengandung kortikosteroid dan salep

yang bersifat oklusif sebaiknya tidak digunakan. Kadang diperlukan antipiretik,

tetapi pemberian olongan salisilat sebaiknya dihindari karena sering dihubungkan

dengan terjadinya sindroma Reye. Mandi rendam dengan air hangat dapat

mencegah infeksi sekunder bakterial.(4)

Anti virus pada anak

9

Page 10: Diagnosis Dan Penatalaksanaan Varicella

Pengobatan dini varicella dengan pemberian acyclovir ( dalam 24 jam

setelah timbul ruam ) pada anak imunokompeten berusia 2-12 tahun dengan dosis

4x20 mg/kgBB/hari selama 5 hari menurunkan jumlah lesi, penghentian

terbentuknya lesi yang baru, dan menurunkan timbulnya ruam, demam, dan gejala

konstitusi bila dibandingkan dengan placebo. Tetapi apabila pengobatan dimulai

lebih dari 24 jam setelah timbulnya ruam cenderung tidak efektif lagi. Hal ini

disebabkan karena varicella merupakan infeksi yang relatif ringan pada anak-anak

dan manfaat klinis dari terapi tidak terlalu bagus, sehingga tidak memerlukan

pengobatan acyclovir secara rutin. Namun pada keadaan dimana harga obat tidak

menjadi masalah, dan kalau pengobatan bisa dimulai pada waktu yang

menguntungkan pasien ( dalam 24 jam setelah timbul ruam ), dan ada kebutuhan

untuk mempercepat penyembuhan sehingga orang tua pasien dapat kembali

bekerja, maka obat antivirus dapat diberikan.(4)

Pada remaja dan dewasa

Pengobatan dini varicella dengan pemberian acyclovir dengan dosis 5x800

mg selama 5 hari menurunkan jumlah lesi, penghentian terbentuknya lesi yang

baru, dan menurunkan timbulnya ruam, demam, dan gejala konstitusi bila

dibandingkan dengan placebo.(4)

Secara acak, pemberian placebo dan acyclovir oral yang terkontrol pada

orang dewasa muda yang sehat dengan varicella menunjukkan bahwa pengobatan

dini (dalam waktu 24 jam setelah timbulnya ruam) dengan acyclovir oral ( 5x800

mg selama 7 hari ) secara signifikan mengurangi terbentuknya lesi yang baru,

mengurangi luasnya lesi yang terbentuk, dan menurunkan gejala dan demam.

Dengan demikian, pengobatan rutin dari varicella pada orang dewasa tampaknya

masuk akal. Meskipun tidak diuji, ada kemungkinan bahwa famciclovir, yang

diberikan dengan dosis 500 mg per oral setiap 8 jam, atau valacyclovir dengan

dosis 1000 mg per oral setiap 8 jam mudah dan tepat sebagai pengganti acyclovir

pada remaja normal dan dewasa. Banyak dokter tidak meresepkan acyclovir untuk

varicella selama kehamilan karena risiko bagi janin yang dalam pengobatan belum

10

Page 11: Diagnosis Dan Penatalaksanaan Varicella

diketahui. Sementara dokter lain merekomendasikan pemberian acyclovir secara

oral untuk infeksi pada tri semester ketiga ketika organogenesis telah sempurna,

ketika mungkin ada peningkatan terjadinya resiko pneumonia varicella, dan ketika

infeksi dapat menyebar ke bayi yang baru lahir. Pemberian acyclovir intravena

sering dipertimbangkan untuk wanita hamil dengan varicella yang disertai dengan

penyakit sistemik.(4)

Komplikasi varicella pada orang normal

Percobaan terkontrol yang dilakukan pada orang dewasa imunokompeten

dengan pneumonia varicella menunjukkan bahwa pengobatan dini (dalam

waktu 36 jam dari rumah sakit) dengan acyclovir intravena (10mg/kgBB

setiap 8 jam) dapat mengurangi demam dan takipnea dan meningkatkan

oksigenasi. Komplikasi serius lainnya dari varicella di orang dengant

imunokompeten, seperti ensefalitis, meningoencephalitis, myelitis, dan

komplikasi okular, sebaiknya diobati dengan acyclovir intravena.(4)

Pasien dengan defisiensi imun

Percobaan terkontrol pada pasien immunocompromised dengan varicela

menunjukkan bahwa pengobatan dengan asiklovir intravena menurunkan insiden

komplikasi yang mengancam kehidupan visceral ketika pengobatan dimulai dalam

waktu 72 jam dari mulai timbulnya ruam. Acyclovir intravena menjadi standar

perawatan untuk varicella pada pasien yang disertai dengan imunodefisiensi

substansial. Meskipun pemberian terapi oral dengan famciclovir atau valacyclovir

mungkin cukup untuk pasien dengan derajat ringan gangguan kekebalan tubuh,

tetapi tidak ada uji klinis terkontrol yang menunjukkan secara pasti. (4)

2.5 Pencegahan

Vaksin varicella

Karakteristik

11

Page 12: Diagnosis Dan Penatalaksanaan Varicella

Vaksin varicella (Varivax, Merck) merupakan vaksin virus hidup yang

dilemahkan, yang berasal dari strain Oka VZV. Virus vaksin diisolasi oleh

Takahashi pada awal tahun 1970 dari cairan vesikular yang berasal dari anak sehat

dengan penyakit varicella. Vaksin varicella ini dilisensikan untuk penggunaan

umum di Jepang dan Korea pada tahun 1988. Vaksin ini diijinkan di Amerika

Serikat pada tahun 1995 untuk orang-orang usia 12 bulan dan yang lebih tua.(1)

Keefektifan vaksin

Setelah pemberian satu dosis tunggal vaksin varicella antigen, 97% dari

anak yang berusia 12 bulan sampai 12 tahun mengembangkan titer antibodi yang

dapat terdeteksi. Sedangkan lebih dari 90% dari responden vaksin

mempertahankan antibodi untuk setidaknya 6 tahun. Dalam studi di Jepang, 97%

dari anak-anak memiliki antibodi 7 sampai 10 tahun setelah vaksinasi. Efikasi

vaksin diperkirakan memiliki ketahanan 70% sampai 90% terhadap infeksi, dan

90% sampai 100% terhadap penyakit sedang atau berat.(1,5)

Di antara remaja yang sehat dan orang dewasa yang berusia 13 tahun dan

yang lebih tua, rata-rata 78% mengembangkan antibodi setelah pemberian satu

dosis, dan 99% mengembangkan antibodi setelah pemberian dosis kedua yang

diberikan 4 sampai 8 minggu kemudian. Antibodi bertahan selama minimal 1

tahun pada 97% dari pemberian vaksin varicella setelah dosis kedua yang

diberikan pada 4 sampai 8 minggu setelah dosis pertama.(1)

Kekebalan tampaknya bertahan lama, dan mungkin permanen di sebagian

besar vaksin. Infeksi pada orang yang pernah mendapat vaksin secara signifikan

lebih ringan, dengan lesi sedikit (biasanya kurang dari 50), banyak yang

makulopapular daripada vesikuler. Dimana kebanyakan orang yang pernah

mendapat vaksinasi sebelumnya tidak terjadi demam.(1,5)

Meskipun pada penemuan dari beberapa studi telah menyarankan

sebaliknya, penyelidikan sebagian belum diidentifikasi waktu sejak vaksinasi

sebagai faktor risiko untuk terobosan varicella. Beberapa, tetapi tidak semua,

penyelidikan baru-baru telah mengidentifikasi adanya asma, penggunaan steroid,

12

Page 13: Diagnosis Dan Penatalaksanaan Varicella

dan vaksinasi di lebih muda dari 15 bulan usia sebagai faktor risiko untuk

terobosan varicella. Terobosan infeksi varicella bisa menjadi hasil dari beberapa

faktor, termasuk gangguan replikasi virus vaksin oleh sirkulasi antibodi, vaksin

impoten akibat kesalahan penyimpanan atau penanganan, atau pencatatan tidak

akurat.(1)

Penelitian telah menunjukkan bahwa dosis kedua vaksin varicella

meningkatkan kekebalan dan mengurangi penyakit terobosan pada anak-anak. (1)

Jadwal vaksinasi dan penggunaan

Vaksin varicella dianjurkan untuk semua anak tanpa kontraindikasi yang

berusia 12 sampai 15 bulan. Vaksin ini dapat diberikan kepada semua anak pada

usia ini terlepas dari riwayat varicella.(1)

Dosis kedua vaksin varicella harus diberikan pada 4 sampai 6 tahun

kemudian. Dosis kedua dapat diberikan lebih awal dari 4 sampai 6 tahun jika

setidaknya 3 bulan telah berlalu setelah dosis pertama (yaitu, interval minimum

antara dosis vaksin varicella untuk anak-anak berusia di bawah 13 tahun adalah 3

bulan). Namun, jika dosis kedua diberikan setidaknya 28 hari setelah dosis

pertama, dosis kedua tidak perlu diulang. Dosis kedua vaksin varicella ini juga

dianjurkan bagi orang yang lebih tua, dimana vaksin varicella diberikan kepada

orang-orang 13 tahun atau lebih pada 4 sampai 8 minggu kemudian.(1)

Semua vaksin varicella harus diberikan melalui secara subkutan. Vaksin

varicella telah terbukti aman dan efektif pada anak-anak yang sehat bila diberikan

pada saat yang sama sebagai vaksin MMR di lokasi terpisah dan dengan jarum

suntik yang terpisah. Jika vaksin varicella dan MMR tidak diberikan pada

kunjungan yang sama, maka pemberian harus dipisahkansetidaknya 28 hari.

Vaksin varicella juga dapat diberikan simultan (tapi di lokasi terpisah dengan

jarum suntik yang terpisah) dengan semua vaksin anak lainnya.(1)

Profilaksis pasca terpapar

13

Page 14: Diagnosis Dan Penatalaksanaan Varicella

Data dari Amerika Serikat dan Jepang dalam berbagai penelitian

menunjukkan bahwa vaksin varicella ternyata efektif sekitar 70% sampai 100%

dalam mencegah penyakit atau terjadinya keparahan penyakit jika digunakan

dalam waktu 3 hari, dan mungkin sampai 5 hari, setelah paparan. ACIP

merekomendasikan vaksin untuk digunakan pada orang yang tidak terbukti

memiliki kekebalan terhadap varicella atau pada orang yang terpapar varicella.

Jika paparan terhadap varicella tidak menyebabkan infeksi, vaksinasi pasca

paparan harus diberikan untuk memberi perlindungan terhadap paparan

berikutnya.(1)

Wabah varicella yang terjadi dalam beberapa keadaan (misalnya,pada

tempat penitipan anak, dan sekolah) dapat bertahan sampai dengan 6 bulan. Tetapi

vaksin varicella diketahui telah berhasil digunakan untuk mengendalikan wabah.

ACIP merekomendasikan pemberian dosis kedua vaksin varicella untuk

pengendalian wabah. Jadi selama wabah varicella, orang-orang yang telah

menerima satu dosis vaksin varicella harus menerima dosis kedua, yang diberikan

sesuai dengan interval vaksinasi yang telah berlalu sejak dosis pertama (3 bulan

untuk orang yang berusia 12 bulan sampai 12 tahun dan setidaknya 4 minggu

untuk orang yang berusia 13 tahun dan lebih tua).(1)

Kontraindikasi dan tindakan pencegahan untuk vaksinasi

Seseorang dengan reaksi alergi yang parah (anafilaksis) dengan komponen

vaksin atau setelah dosis sebelumnya, seharusnya tidak menerima vaksin

varicella. Orang dengan imunosupresi karena leukemia, limfoma, keganasan

umum, penyakit defisiensi imun, atau terapi imunosupresif tidak harus divaksinasi

dengan vaksin varicella. Namun, pengobatan dengan dosis rendah (kurang dari 2

mg / kg / hari), topikal, penggantian, atau steroid aerosol bukan merupakan

kontraindikasi untuk vaksinasi. Orang yang imunosupresif yang diterapi dengan

steroid telah dihentikan selama 1 bulan (3 bulan untuk kemoterapi) dapat

divaksinasi.(1,5)

14

Page 15: Diagnosis Dan Penatalaksanaan Varicella

Orang dengan imunodefisiensi seluler sedang atau berat akibat infeksi

human immunodeficiency virus (HIV), termasuk orang-orang yang didiagnosis

dengan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) tidak boleh menerima

vaksin varicella. Anak yang terinfeksi HIV dengan persentase CD4 T-limfosit

15% atau lebih tinggi, dan anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa dengan

jumlah CD4 200 per mikroliter atau lebih tinggi dapat dipertimbangkan untuk

vaksinasi.(1)

Wanita yang diketahui hamil atau mencoba untuk hamil sebaiknya tidak

menerima vaksin varicella. Sampai saat ini, tidak ada bukti yang merugikan

kehamilan atau janin yang dilaporkan di kalangan perempuan yang secara tidak

sengaja menerima vaksin varicella sesaat sebelum atau selama kehamilan. Tetapi

ACIP merekomendasikan kehamilan harus dihindari selama 1 bulan setelah

menerima vaksin varicella.(1, 5)

Vaksinasi pada orang dengan penyakit akut, sedang atau berat sebaiknya

ditunda sampai kondisi telah membaik. Tindakan pencegahan ini dimaksudkan

untuk mencegah terjadinya komplikasi pada pasien , seperti demam. Pada

penyakit yang cenderung ringan , seperti otitis media dan infeksi saluran

pernapasan atas, mendapat terapi antibiotik, dan paparan atau pemulihan dari

penyakit lain tidak kontraindikasi terhadap vaksin varicella. Meskipun tidak ada

bukti bahwa baik varicella atau vaksin varicella memperburuk tuberkulosis,

vaksinasi tidak dianjurkan untuk orang-orang yang dikenal memiliki TB aktif.(1)

BAB III

KESIMPULAN

15

Page 16: Diagnosis Dan Penatalaksanaan Varicella

Varicella merupakan infeksi akut primer oleh virus varicella zoster yang

menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit

polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.

Masa inkubasi antara 14 sampai 16 hari setelah paparan, dengan kisaran

10 sampai 21 hari. Biasanya diawali dengan gejala prodromal, yakni demam yang

tidak terlalu tinggi, malaise, dan nyeri kepala, kemudian disusul dengan timbulnya

papula eritematosa yang dalam beberapa jam berubah menjadi vesikel. Dimana

vesikel akan berkembang menjadi, pustul, dan kemudian menjadi krusta.

Penyebarannya terutama di daerah badan dan kemudian menyebar secara

sentrifugal ke muka dan ektremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata,

mulut, dan saluran nafas bagian atas.

Pada anak-anak jarang memberi komplikasi, sementara pada orang dewasa

komplikasi yang tersering timbul adalah pneumonia. Dan pada pasien yang

disertai dengan defisiensi imun memberikan komplikasi yang lebih berat.

Untuk membantu diagnosa dapat dilakukan percobaan Tzanck yang

diambil dari kerokan dasar vesikel dan didapatkan sel datia yang berinti banyak.

Untuk pengobatan dapat diberikan antivirus, dimana dosis oral yang

diberikan pada anak yaitu 4x20mg/kgBB selama lima hari. Sementara dosis yang

diberikan pada orang dewasa 5x800 mg selama tujuh hari. Disamping itu dapat

pula diberikan antipiretik, dan analgesik, serta bedak yang ditambah zat anti gatal

untuk mencegah pecahnya vesikel secara dini, dan mengurangi rasa gatal.

Pencegahan dapat dilakukan dengan vaksin varicella yang berasal dari

galur yang dilemahkan. Diberikan pada anak umur 12 bulan atau lebih, dan

diberikan vaksin ulangan 4-6 tahun kemudian. Sementara pada anak yang berusia

12 tahun dosis ulangan diberikan 4-8 minggu setelah dosis pertama. Pemberian

vaksin ini dilakukan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml.

16

Page 17: Diagnosis Dan Penatalaksanaan Varicella

DAFTAR PUSTAKA

1. Varicella. Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Diseasaes. The Pink Book. 12th ed. Atlanta: Center For Disease and Prevention; 2012. p. 301-24.

2. Handoko RP. Penyakit Virus. In: Adhi Djuanda, Mochtar Hamzah, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. p. 115.

17

Page 18: Diagnosis Dan Penatalaksanaan Varicella

3. Varicella Zoster Virus Infections. In: Klaus Wolff, Johnson RA, editors. Fitzpatrick's Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 6th ed: Mc Graw Hill Medical; 2009.

4. Stephen E. Straus, Michael N. Oxman, Schmader KE. Varicella and Herpes Zoster. In: Lowell A. Goldsmith, Stephen I. Katz, Barbara A. Gilchrest, Amy S. Paller, David J. Leffell, Wolff K, editors. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 8th ed: Mc Graw Hill Medical; 2012. p. 1885-95.

5. Varicella-Zoster (Chickenpox) Vaccines for Australian Children: Information for Immunization Providers. Fact Sheet. Australia: National Centre for Imunisation Research and Surveilance 2009. p. 1-4.

18