28
Diagnosa Kedokteran Keluarga TUBERKULOSA PARU Oleh: Oleh: Anggia Prameswari Wardhana 04.45406.00196.09 Pembimbing: dr.Kusuma Wijaya, M.Si LABORATORIUM/ SMF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM UNIVERSITAS MULAWARMAN PUSKESMAS PALARAN SAMARINDA 2011 0

Diagnosa Keluarga TB Paru Anggia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Diagnosa Keluarga TB Paru Anggia

Diagnosa Kedokteran Keluarga

TUBERKULOSA PARU

Oleh:

Oleh:

Anggia Prameswari Wardhana

04.45406.00196.09

Pembimbing:

dr.Kusuma Wijaya, M.Si

LABORATORIUM/ SMF ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UMUM

UNIVERSITAS MULAWARMANPUSKESMAS PALARAN

SAMARINDA2011

0

Page 2: Diagnosa Keluarga TB Paru Anggia

PENDAHULUAN

Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah

kesehatan Masyarakat. Di Indonesia maupun diberbagai belahan dunia, Penyakit tuberkulosis

merupakan penyakit menular yang kejadiannya paling tinggi dijumpai di India sebanyak 1.5

juta orang, urutan kedua dijumpai di Cina yang mencapai 2 juta orang dan Indonesia

menduduki urutan ketiga dengan penderita 583.000 orang.

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang

(basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberkulosis. Penularan penyakit ini

melalui perantaraan ludah atau dahak penderita yang mengandung basil berkulosis paru. Pada

waktu penderita batuk butir-butir air ludah beterbangan diudara dan terhisap oleh orang yang

sehat dan masuk kedalam paru-parunya yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis

paru.

Menurut WHO (1999), di Indonenia setiap tahun terjadi 583 kasus baru dengan

kematian 130 penderita dengan tuberkulosis positif pada dahaknya. Sedangkan menurut hasil

penelitian kusnindar 1990, jumlah kematian yang disebabkan karena tuberkulosis

diperkirakan 105,952 orang pertahun. Kejadian kasus tuberkulosa paru yang tinggi ini paling

banyak terjadi pada kelompok masyarakat dengan sosio ekonomi lemah.

Terjadinya peningkatan kasus ini disebabkan dipengaruhi oleh daya tahan tubuh,

status gizi dan kebersihan diri individu dan kepadatan hunian lingkungan tempat tinggal.

Pada tahun 1995 pemerintah telah memberikan anggaran obat bagi penderita

tuberkulosis secara gratis ditingkat Puskesmas, dengan sasaran utama adalah penderita

tuberkulosis dengan ekonomi lemah. Obat tuberkulosis harus diminum oleh penderita secara

rutin selama enam bulan berturut-turut tanpa henti.

1

Page 3: Diagnosa Keluarga TB Paru Anggia

Untuk kedisiplinan pasien dalam menjalankan pengobatan juga perlu diawasi oleh

anggota keluarga terdekat yang tinggal serumah, yang setiap saat dapat mengingatkan

penderita untuk minum obat. Apabila pengobatan terputus tidak sampai enam bulan,

penderita sewaktu-waktu akan kambuh kembali penyakitnya dan kuman tuberkulosis menjadi

resisten sehingga membutuhkan biaya besar untuk pengobatannya.

Usaha pengendalian dan pengobatan terhadap komunitas harus ditujukan pada usaha

menemukan dan mendiagnosis penyakit sedini mungkin pada seseorang, keluarganya atau

masyarakat sekitarnya, dilanjutkan dengan pengobatan individual dari kelompok yang

terkena serta komunitas disekitarnya.

2

Page 4: Diagnosa Keluarga TB Paru Anggia

ILUSTRASI KASUS

Pasien Ny.R, 56 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan batuk berdahak. Pasien

mengalami batuk berdahak sejak 6 bulan yang lalu, dan semakin parah sejak 2 minggu

terakhir. Dahak berwarna kuning, kental dan terkadang disertai darah segar. Bersamaan

dengan batuk ini, pasien sering merasakan badannya panas, tetapi tidak mengalami panas

tinggi, dan sering berkeringat pada malam hari. Sejak sakit, pasien mengalami penurunan

berat badan cukup drastis, yaitu dari 45 kg menjadi 36 kg selama 6 bulan. Sesak napas juga

tidak ada. Di keluarga dan lingkungan sekitar tidak ada yang memiliki sakit yang sama

seperti pasien.

Sebelum berobat ke puskesmas pasien sudah berobat ke berbagai tempat karena selalu

merasa tidak mengalami perbaikan. Satu bulan setelah keluhan pasien berobat ke dokter

spesialis namun pasien merasa tidak kunjung sembuh sehingga psien mencoba berobat ke

dokter umum dari Korea dan juga tidak kunjung sembuh, Empat bulan yang lalu pasien

berobat ke rumah sakit umum kemudian pasien diperiksa dahak dan foto dada. Hasilnya

pasien didiagnosa TB paru dengan hasil BTA positif. Kemudian pasien menjalani pengobatan

TB tetapi hanya mengonsumsi selama dua bulan setengah karena tidak dapat minum obat lagi

dan merasa tidak mengalami perbaikan. Selama dua minggu terakhir ini pasien merasa

keluhan bertambah berat hingga pasien benar-benar tidak dapat melakukan aktivitas sehari-

hari kemudian setelah dipaksa oleh keluarga dan tetangganya akhirnya pasien memeriksakan

diri ke puskesmas dan diperiksa dahak dan hasilnya positif.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umumnya kompos mentis dan sadar

penuh. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi

80x/menit, laju pernapasan 20x/menit. Berat badan 36 kg, tinggi badan 153 cm, sehingga

didapatkan indeks massa tubuh 16 pasien yang berarti kurang. Pada pemeriksaan status

3

Page 5: Diagnosa Keluarga TB Paru Anggia

generalis didapatkan dalam batas normal. Pasien adalah janda dari empat orang anak yang

tinggal di rumah sendiri berukuran 7 m x 12 m dengan luas tanah 10 x 15 m. Rumah tersebut

hanya didiami oleh pasien dan ke-4. Didalam rumah terdapat 2 kamar tidur masing-masing

dengan ukuran 3 x 2 m, 1 ruang tamu dengan jendela yang lebar namun tidak dapat dibuka, 1

ruang keluarga, 1 ruang dapur dan 1 kamar mandi sekaligus toilet. Ventilasi di dalam rumah

kurang terutama dibagian dapur. Kamar yang ditempati pasien terdapat 1 tempat tidur.

Ventilasi cukup, tetapi jendela jarang dibuka sehingga kamar terasa lembab. Kebersihan dan

kerapian rumah kurang. Kamar mandi menjadi satu dengan jamban menggunakan air sumur.

Air minum menggunakan air galon.

Pasien bekerja di kebun dan berjualan di warung di sekolah tepat di depan rumahnya.

Pasien berjualan di warung dari pagi hingga siang dan berkebun setelahnya hingga sore,

penghasilan pasien kira-kira 300.000-400.000 per bulan. Tetapi selama dua minggu ini pasien

tidak dapat melakukan aktivitas sama sekali.

Keluarga pasien tidak mempunyai sumber dana kesehatan khusus, seperti tabungan

kesehatan. Selama ini keluarga berobat ke layanan kesehatan jika keluhan sudah benar-benar

mengganggu.

Penatalaksanaan Tuberkulosa paru pada pasien ini dengan pendekatan kedokteran

keluarga yang bersifat holistik, komprehensif, terpadu, dan berkesinambungan. Dilaksanakan

pula pemutusan rantai penyebaran dengan perbaikan perilaku kesehatan pasien, keluarga, dan

komunitas sekitar, serta perbaikan lingkungan

Dalam menetapkan masalah serta faktor-faktor yang mempengaruhi, digunakan

konsep Mandala of Health. Diagnosis holistik yang ditegakkan pada pasien adalah sebagai

berikut. Alasan kedatangan adalah batuk berdahak kental dan kadang disertai darah segar

sejak 6 bulan yang lalu dan berobat kemanapun tidak kunjung sembuh. Diagnosis kerja yang

ditegakkan adalah Tuberkulosa Paru dengan BTA positif. Didapatkan masalah perilaku

4

Page 6: Diagnosa Keluarga TB Paru Anggia

berupa higiene pasien dan keluarga kurang serta perilaku berobat yang salah. Didapatkan

masalah pengetahuan keluarga yang kurang dan tidak adanya tabungan kesehatan.

Tindakan yang dilakukan meliputi tindakan terhadap pasien, keluarga, dan

lingkungannya. Pada pasien diberikan pengobatan OAT kategori 2. Dilakukan edukasi

terhadap keluarga mengenai tuberkulosa paru (penyebab, gejala, cara penularan, terapi), dan

mengenai higiene pribadi serta lingkungan.

GENOGRAM

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan

Pasien

5

Page 7: Diagnosa Keluarga TB Paru Anggia

PEMBAHASAN

Studi kasus dilakukan pada pasien Ny. R, usia 56 tahun, dengan keluhan batuk

berdahak berwarna kuning, kental dan terkadang disertai darah segar. Bersamaan dengan

batuk ini, pasien sering merasakan badannya panas, tetapi tidak mengalami panas tinggi, dan

sering berkeringat pada malam hari. Sejak sakit, pasien mengalami penurunan berat badan

cukup drastis, yaitu dari 45 kg menjadi 36 kg selama 6 bulan. Pasien merupakan janda dari 4

orang anak tetapi hanya tinggal bersama dengan anak keempat, tetapi anak pasien yang kedua

dan cucunya yang tinggal terpisah tetapi jarak rumah mereka berdekatan setiap hari

menemani pasien di rumah. Faktor risiko dari pasien ini adalah aktivitas pasien yang berat

tetapi tidak diimbangi dengan istirahat yang cukup dan asupan makan yang bergizi, dan

lingkungan rumah dengan ventilasi cukup tetapi pencahayaan yang kurang dari sinar

matahari.

Diagnosa tuberculosis paru ditegakkan atas dasar keluhan batuk berdahak selama 6

bulan, dahak berwarna kuning, kental dan terkadang disertai darah segar. Bersamaan dengan

batuk ini, pasien sering merasakan badannya panas, tetapi tidak mengalami panas tinggi, dan

sering berkeringat jika malam. Sejak sakit, pasien mengalami penurunan berat badan cukup

drastis, yaitu dari 45 kg menjadi 36 kg selama 6 bulan. Diagnosis pasti ditetapkan

pemeriksaan sputum SPS dan hasilnya positif. Empat bulan yang lalu pasien pernah

mendapatka terapi TB tetapi hanya bertahan selama 2 bulan lebih.

Pengobatan pada pasien ini digunakan paket OAT kategori 2. Tujuan pemberian obat anti

TB adalah:

6

Page 8: Diagnosa Keluarga TB Paru Anggia

Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negative secepat mungkin melalui

kegiatan bakterisid (obat anti TB yang bersifat membunuh kuman yang sedang

tumbuh)

Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan kegiatan

sterilisasi (obat anti TB yang bersifat membunuh kuman yang pertumbuhannya

lambat)

Menghilangkan atau mengurangi gejala melalui perbaikan daya tahan imunologis.

Tabel 1. Panduan OAT pada TB paru (WHO, 1993)

Panduan

OAT

Klasifikasi &

tipe penderitaFase awal

Fase

lanjutan

Kategori 1 BTA (+) baru

Sakit berat

2HRZS (E)

2RHZS (E)

4RH

4R3H3

Kategori 2 Pengobatan

ulang :

kambuh BTA (+)

gagal

default

2RHZES/

1RHZE

2RHZES/

1RHZE

5RHE

5R3H3E3

Kategori 3 TB paru BTA (-)

TB luar paru

2RHZ

2RHZ/

2R3H3Z3

4RH

4R3H3

Pada pasien diberikan OAT kategori 2, oleh karena itu edukasi yang diberikan pada

pasien adalah mengenai masalah pengobatan baik oral maupun injeksi sangatlah penting.

Karena diperlukan ketaatan dalam berobat. Sehingga motivasi dari keluarga sangatlah

penting mengingat putus pengobatan pertama, baik dalam hal ketaatan minum obat hingga

memberikan sarana kepada pasien untuk setiap hari berobat ke puskesmas karena harus

diinjeksi pada masa intensif 2 bulan pertama.

7

Page 9: Diagnosa Keluarga TB Paru Anggia

Edukasi penyakit pasien yang bersifat menular sehingga anggota keluarga lain yang

sering berinteraksi dengan pasien juga perlu memeriksakan dahaknya, karena memiliki

kemungkinan tertular.Pasien juga harus diedukasi mengenai pentingnya membuang dahak di

tempat khusus, meutup mulut saat batuk sehingga kemungkinan untuk menularkan kepada

anggota keluarga lain dapat dihindari. Seorang dengan dahak positif seringkali akan

menularkan anggota keluarganya sendiri karena keluarga merupakan kontak yang dekat.

Walaupun kepadatan rumah dari tiap anggota keluarga masih baik, tetapi faktor ventilasi

cukup tetapi pasien jarang membuka jendela dapat menjadi penyebab penyebaran TB. Kuman

TB yang terdapat di udara bebas akan terus berada di dalam rumah, terakumulasi sehingga

konsentrasi kuman lama kelamaan semakin meningkat.

Kondisi sosial ekonomi juga memiliki peran dalam terjadinya penyakit TB pada

pasien. Penyakit yang diderita oleh pasien menuntut pasien untuk beristirahat di rumah,

sehingga berhenti bekerja, sehingga dukungan dari keluarga baik masalah motivasi maupun

kebutuhan sehari-hari pasien sangat diperlukan.

Tingkat ekonomi keluarga yang cukup rendah akan menyebabkan daya beli keluarga

terhadap bahan-bahan pokok makanan rendah, sehingga kualitas makanan yang dikonsumsi

juga rendah yang pada akhirnya akan menyebabkan defisiensi makro dan mikronutrien secara

kronis. Status gizi keluarga tidak akan membaik jika masalah status ekonomi keluarga tidak

teratasi. Selain itu, karena pendapatan yang kecil tersebut menyebabkan tidak adanya dana

alokasi khusus untuk kesehatan. Hal ini menyebabkan lambatnya penanganan terhadap

anggota keluarga apabila menderita suatu penyakit.

Tingkat pendidikan berpengaruh karena sering kali akan sebanding dengan tingkat

pengetahuan yang terwujud dalam pola pikir dan perilaku seseorang. Rendahnya tingkat

pengetahuan mengenai kesehatan maupun mengenai fasilitas kesehatan menyebabkan pasien

dan keluarga memutuskan untuk langsung berobat ke spesialis dengan harapan mendapatkan

8

Page 10: Diagnosa Keluarga TB Paru Anggia

obat yang paten. Tetapi karena tidak mempercayakan sepenuhnya pada kemampuan dokter

maupun pelayanan kesehatan lainnya akibatnya pasien berganti-ganti tempat pengobatan dan

mengkonsumsi obat-obatan tetapi tidak tuntas.

Situasi krisis berkepanjangan yang melanda negara kita dalam tahun-tahun terakhir ini

makin memperburuk keadaan karena menurunnya status gizi sebagai akibat krisis ekonomi

menyebabkan status kekebalan tubuh manusia, sehingga menyebabkan makin meluasnya

penyebaran penyakit itu.

Penjelasan secara singkat bahwa kuman TBC dapat menyebar melalui udara waktu

penderita bersin atau batuk. Orang disekeliling penderita dapat tertular karena menghirup

udara yang mengandung kuman TBC. Oleh karena itu penderita harus menutup mulut bila

batuk atau bersin dan jangan membuang dahak disembarang tempat. Pasien juga dianjurkan

untuk meningkatkan gizi, menjaga kebersihan rumah, meningkatkan daya tahan tubuh. Selain

itu pasien juga dijelaskan tata cara minum obat, mengenai kepatuhan minum obat, efek

samping ringan dan berat dari pengobatan, serta jadwal pemeriksaan sputum sehingga

penting sekali motivasi dari keluarga baik dalam pengawasan minum obat hingga

memfasilitasi pasien untuk pergi ke puskesmas setiap hari untuk mendapat injeksi

streptomisin.

Anggota keluarga mempunyai resiko untuk tertular oleh karena itu dianjurkan untuk

survey kontak. Untuk melakukan pengawasan kepatuhan minum obat bagi penderita

diharapkan anggota keluarga dapat menjadi pengawas minum obat. Dianjurkan kepada

anggota keluarga untuk meningkatkan gizi, menjaga kebersihan rumah, meningkatkan daya

tahan tubuh.

9

Page 11: Diagnosa Keluarga TB Paru Anggia

DOKUMENTASI

10

Page 12: Diagnosa Keluarga TB Paru Anggia

Denah Rumah Pasien

5 m

R. Keluarga

R. Tidur

R. Dapur

KM. Mandi WC U

10 m

R. Tamu

11

Page 13: Diagnosa Keluarga TB Paru Anggia

Komunitas: Pemukiman cukup baik dengan sanitasi kurangWarga sekitar tidak didapatkan yang memiliki sakit seperti pasien

GAYA HIDUPPasien tidur dikamar tetapi jarangmembuka jendela

Sangat jarang rekreasi

PASIENBatuk berdahak selama 6 bulan

Keringat saat malamPenurunan berat badan yang drastisStatus generalis dalam batas normal

TB Paru BTA (+)

LINGK. PSIKO-SOSIO-EKONOMIPendapatan keluarga rendah

Pengetahuan tentang kesehatan dan gizi rendahInteraksi dengan tetangga baik

PELAYANAN KES.Jarak rumah-pusat pelayanan kes : cukup jauh tetapi dapat ditempuh

LINGK. FISIKVentilasi cukup tetapi pencahayaan di dalam rumah kurang.

Sirkulasi udara tidak bagusKebiasaan membuang sampang di samping rumah

LINGK. KERJAPasien menjalani dua pekerjaan

Waktu bekerja pasien dari pagi hingga menjelang malam

FAMILY

FAKTOR BIOLOGIAnggota keluarga yang serumah dengan pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama

PERILAKU KESEHATANHigiene pribadi dan lingkungan kurangBerobat hanya saat sakit & ada keluhan Pengetahuan tentang kesehatan kurang

Mandala of Health

12

Page 14: Diagnosa Keluarga TB Paru Anggia

Skoring Kemampuan Penyelesaian Masalah Dalam Keluarga

MasalahSkorAwal

UpayaPenyelesaian

Fungsi biologis Pasien menderita TB paru Tidak ada anggota keluarga yang

menderita TB

3 Edukasi mengenai penyakit ini, penyebab dan faktor

predisposisinya Motivasi kepatuhan berobat

Fungsi ekonomi & pemenuhan kebutuhan Pengetahuan tentang kesehatan rendah Pendapatan kurang selama asakit 3

Motivasi mengenai perlunya tabungan Keluarga memberi dukungan finansial selama pasien

sakit

Faktor perilaku kesehatan keluarga Higiene pribadi & lingkungan kurang

Berobat jika hanya ada keluhan

3

3

Edukasi tentang pentingnya lingkungan yang bersih

Edukasi dan motivasi untuk beerobat teratur dan memeriksakan kesehatan agar tidak terjadi putus obat dan kekambuhan

Lingkungan rumah Ventilasi terutama kamar tidur masih

kurang Kebersihan dan kerapian di dalam rumah

kurang, masih banyak pakaian yang di gantung di sembarang tempat

3 Memperbaiki ventilasi dan penerangan dengan

membuka pintu rumah pada siang hari.

FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE)

13

Page 15: Diagnosa Keluarga TB Paru Anggia

A.P.G.A.R Ny.R Terhadap keluarga Sering/selalu Kadang-

kadang

Jarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapai masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan mebagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Daya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian, dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 10

Ny.R mempunyai hubungan yang harmonis dengan keluarganya walaupun tidak disediakan waktu khusus untuk berkumpul

bersama anak-anak dan cucu dan juga berusaha berbagi kebahagiaan dan kesulitan dengan anak yang tinggal bersamanya.

14

Page 16: Diagnosa Keluarga TB Paru Anggia

A.P.G.A.R An.M Terhadap keluarga Sering/selalu Kadang-

kadang

Jarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapai masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan mebagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Daya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian, dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 10

An.M sebagai anak juga beperan dalam penyembuhan penyakit pasien kususnya dalam kepatuhan berobat. Kesimpulan:

keluarga dinilai baik. Fungsi fisiologis dalam keluarga sehat.

15

Page 17: Diagnosa Keluarga TB Paru Anggia

FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)

Sumber Patologis

Social Membina hubungan yang baik dengan tetangga sekitarnya. Ny. R aktif dalam kegiatan kemasyarakatan seperti pengajian, arisan, dll.

-

Culture Kadang-kadang keluarga ini menggunakan bahasa daerah dalam percakapan sehari-hari. Kepuasaan atau kebangaan terhadap budaya baik. Serung mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, hadrah.

-

Religion Pemahaman agama baik. Keluarga cukup taat menjalankan kewajiban beribadah, seperti sholat 5 waktu. Rajin mengikuti pengajian di lingkungan rumahnya

-

Economic Untuk Ny.R, status ekonomi mereka kurang. Penghasilan perbulan tidak tetap, tetapi kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder tercukupi oleh anak dan cucu mereka.

-

Educational Latar belakang pendidikan tergolong kurang. Pasirn berobat setelah ada keluhan dan tidak mengerti harus berobat kemana.

-

Medical Tidak memiliki asuransi kesehatan. +

Keluarga Ny.R memiliki fungsi patologis dari segi educational karena tidak mengerti mengenai penyakit dan cara berobat

yang benar.

16

Page 18: Diagnosa Keluarga TB Paru Anggia

FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA

PUSKESMAS LEMPAKE

Puskesmas Lempake No. register : 10034-14 Tanggal : 21/3/1011 Jarak untuk mencapai pelayanan kesehatan terdekat

Nama Keluarga : Ny.R Puskesmas : Lempake 3 km, dengan menggunakan kendaraan roda 2

(1)meter

(2)kilometer

Alamat : Tanah Merah rt.14 no.02 Puskesmas Pembantu - (1) jalan kaki

(2) sepeda

(3) roda 2

(4) roda 4

(5) perahu

Peserta : ( - ) JPKM ( - ) ASMARA ( - ) ASKES Posyandu Lansia : Andhika 1km, dengan berjalan kaki

Daftar Anggota Keluarga Termasuk KK :

An.M

…………………………

No Nama anggota keluarga L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Imunisasi KB Keterangan

1. Ny.R P 56 tahun SDJualan,

berkebunIslam - - -

2. An. M L 12 tahun SD pelajar Islam - - -

17

Page 19: Diagnosa Keluarga TB Paru Anggia

A. BIOLOGIS KELUARGA2. Kebiasaan buruk

Tidak adaD. SPIRITUAL KELUARGA

5. Sumber pencemaran

Polusi udara

1. Keadaan kesehatan

Cukup baik

3. Pengambila keputusan

Kepala keluarga

1. Ketaatan beribadah

Taat

6. Penerangan

Kurang

2. Kebersihan perorangan

Cukup

4. Ketergantungan obat/bahan

Tidak ada

2. Keyakinan tentang kesehatan

Cukup

7. Kebersihan dan kerapian

Kurang

3. Penyakit yang sering diderita

batuk

5. Menacari pelayanan kesehatan

Dokter spesialis, Puskesmas

E. KULTURAL KELUARGA 8. Ventilasi

Cukup

4. Penyakit keturunan

Tidak tahu

6. Rekreasi

Tidak pernah

1. Adat yang memengaruhi kes

Tidak ada

9. Dapur

Kurang rapi dan kurang bersih

5. Penyakit kronis/menular

Tidak adaC. SOSIAL KELUARGA

2. Tabu-tabu

Tidak ada

10. Jamban

Model leher angsa

6. Kecacatan anggota keluarga

Tidak ada

1. Tingka pendidikan

RendahF. KEADAAN LINGKUNGAN

11. Sumber air minum

Air galon

7. Pola makan

Dua kali sehari

2. Hubungan antar anggota kel

Baik

1. Pemanfaatan halaman

Pohon dan tanamanCATATAN TAMBAHAN

8. Pola istirahat

Cukup

3. Hubungan dengan orang lain

Baik

2. Pembuangan air kotor

Ada

B. PSIKOLOGIS KELUARGA

4. Kegiatan social

Baik

3. Pembuangan sampah

Dibelakang rumah, terkadang

ditumpuk dan dibuang di TPS

1. Keadaan emosi

Stabil

5. Keadaan ekonomi

Cukup

4. Sanitasi

Kurang

18

Page 20: Diagnosa Keluarga TB Paru Anggia

NONAMA ANGG. KEL (TERMASUK KK)

STATUS UMUM

KEPALA LEHER THORAX ABDOMEN EKSTRIMITAS LAIN-LAIN

1. Ny.R Baik dbn dbn dbn dbn dbn -2. An.M Baik dbn dbn dbn dbn dbn -

RENCANA TERAPINon Farmakologi: o Meludah pada tempat yang disediakano Istirahat dan makan makanan bergizi yang cukupo Minum obat dengan teratur dan kontrol ke Puskesmas.

Farmakologi:o OAT regimen 2

Usulan Penatalaksanaan/Pemeriksaan : Foto thoraks, Laboratorium darah lengkap, kimia darah lengkap

19