23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes insipidus merupakan suatu gangguan proses metabolisme air di dalam ginjal (khususnya masalah reabsorbsi air) yang disebabkan karena adanya kekurangan hormone ADH (Anti Diuretik Hormon). Diabetes insipidus ditandai dengan gejala khas yaitu poliuria dan polidipsia. Jika penyebabnya genetik, gejala biasanya timbul segera setelah lahir. Bayi tidak dapat menyatakan rasa hausnya, sehingga mereka bisa mengalami dehidrasi. Bayi bisa mengalami demam tinggi yang disertai dengan muntah dan kejang-kejang. Jika tidak segera terdiagnosis dan diobati bisa terjadi kerusakan otak, sehingga bayi mengalami keterbelakangan mental. Dehidrasi yang sering berulang juga akan menghambat perkembangan fisik. Kebanyakan kasus-kasus yang pernah ditemui merupakan kasus idiopatik yang dapat bermanifestasi pada berbagai tingkatan umur dan jenis kelamin. 1

Diabetes Insipidus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

DI

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes insipidus merupakan suatu gangguan proses metabolisme air di

dalam ginjal (khususnya masalah reabsorbsi air) yang disebabkan karena adanya

kekurangan hormone ADH (Anti Diuretik Hormon).

Diabetes insipidus ditandai dengan gejala khas yaitu poliuria dan polidipsia.

Jika penyebabnya genetik, gejala biasanya timbul segera setelah lahir. Bayi tidak

dapat menyatakan rasa hausnya, sehingga mereka bisa mengalami dehidrasi. Bayi

bisa mengalami demam tinggi yang disertai dengan muntah dan kejang-kejang. Jika

tidak segera terdiagnosis dan diobati bisa terjadi kerusakan otak, sehingga bayi

mengalami keterbelakangan mental. Dehidrasi yang sering berulang juga akan

menghambat perkembangan fisik.

Kebanyakan kasus-kasus yang pernah ditemui merupakan kasus idiopatik

yang dapat bermanifestasi pada berbagai tingkatan umur dan jenis kelamin.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah untuk

mengetahui konsep Diabetes Insipidus dan mengaplikasikan Asuhan Keperawatan

Diabetes Insipidus.

1

C. Tujuan

Tujuan Umum

Tujuan umum dari Penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan

mengenai penyakit Diabetes Insipidus

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui definisi/pengertian Diabetes Insipidus?

2. Untuk mengetahui macam-macam/klasifikasi Diabetes Insipidus?

3. Untuk mengetahui etiologi dari Diabetes Insipidus?

4. Untuk mengetahui tanda dan gejala Diabetes Insipidus?

5. Untuk mengetahui patofisiologi Diabetes Insipidus ?

6. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pasien diabetes insipidus?

7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien Diabetes

Insipidus?

8. Untuk mengetahui penyusunan asuhan keperawatan pada pasien

Diabetus Insipidus?

2

BAB II

DIABETES INSIPIDUS

A. Definisi

Diabetes insipidus merupakan suatu gangguan proses metabolisme air di

dalam ginjal (khususnya masalah reabsorbsi air) yang disebabkan karena

adanya kekurangan hormone ADH (Anti Diuretik Hormon).

ADH merupakan hormon yang mengatur pengeluaran/eliminasi cairan

sisa metabolisme tubuh (dalam hal ini yang dimaksudkan adalah urin, bukan

keringat). Fungsi utama ADH adalah untuk meningkatkan reabsorbsi air di

dalam tubulus ginjal. Jika produksi ADH turun, maka tubulus tidak dapat

menyerap air kembalidengan baik. Akibatnya urin yang dikeluarkan menjadi

banyak (poliuria).

B. Etiologi

Penyebab dari diabetes insipidus:

1. Diabetes insipidus central atau neurogenik

a. Kelainan hipotalumus dan kelenjar pituetary posterior karena

familial atau idiopatic,atau disebut diabitus insipidus primer.

b. Kerusakan kelenjar karena tumor pada area hipotalamus, pituitary,

trauma, proses infeksi, gangguan aliran aliran darah, tumor

metastase dari mamae atau paru disebut diabitus insipidus

sekunder.

c. Pengaruh obat yang dapat mempengaruhi sintesis dan sekresi

ADH seperti phenitoin, alkohol, lithium carbonat.

3

2. Diabetes insipidus Nephrogenik (tidak responsif terhadap ADH

eksogen)

a. Penyakit ginjal kronik

b. Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiperkalemia)

c. Pengaruh obat-obatan.

Misalnya litium, demoksiklin, asetoheksamid, tolazamid, glikurid,

propoksifen,dll.

d. Penyakit cycle cell

e. Gangguan Diet

C. Patofisiologi

Secara pathogenesis, diabetes insipidus dibagi menjadi dua, yaitu diabetes

insipidus sentral dan diabetes insipidus netrogenik. Diabetes insipidus

disebabkan kegagalan pelepasan hormone ADH, sedangkan diabetes

netrogenik disebabkan kegagalan pembentukan dan pemeliharaan gradient

osmosis dalam medulla renalis dan kegagalan utilisasi gradient. Fungsi utama

ADH adalah meningkatkan reabsorbsi air di tubulus ginjal dan mengontrol

tekanan osmotik cairan extra selular. Ketika produksi ADH menurun secara

berlebihan, tubulus ginjal tidak mereabsorbsi air, sehingga air banyak

diekskresikan menjadi urine, urinenya menjadi sangat encer dan banyak

( poliuria ) sehingga menyebabkan dehidrasi dan peningkatan osmolaritas

serum. Peningkatan osmolaritas serum akan merangsang chemoreseptor dan

sensasi haus kortek cerebral. Sehingga akan meningkatkan intake cairan

peroral ( polidipsi ). Akan tetapi bila mekanisme ini tidak adekwat atau tidak

ada, dehidrasi akan semakin memburuk. Pada diabitus militus urine banyak

mengandung glukosa sedangkan pada diabitus insipidus urinenya sangat tidak

mengandung glukosa dan sangat encer.

4

D. Manifestasi Klinik

1. Poliuria : urin yang dikeluarkan setiap hari sampai atau lebih dari 20 liter.

Urin sangat encer dengan berat jenis 1,005.

2. Polidipsia karena rasa haus yang berlebihan

3. Tidur terganggu karena poliuria dan nokturia.

4. Penggantian air yang tidak cukup mengakibatkan :

a. Hiperosmolalitas dan gangguan SSP ( cepat marah, disorientasi, koma

dan hipertermia)

b. Hipovolemia, hipertensi, takikardia, mukosa kering, dan turgor kulit

buruk.

E. Pemeriksaan Penunjang

Dilakukan berbagai pemeriksaan untuk menunjang / menentukan

penyebab diabetes insipidus adalah :

1. Hickey-Hare / Carer-Robbins test

2. Folinil depriviation

3. Uji nikotin

4. Uji vasopressin

F. Komplikasi

Komplikasi yang paling dominan dari penyakit diabetes insipidus adalah

dehidrasi.

G. Penatalaksanaan

Terapi cairan parenteral

1. Untuk mencegah dehidrasi, penderita harus selalu minum cairan dalam

jumlah yang cukup ketika mereka merasa haus karena penyakit

diabetes insipidus merupakan suatu kelainan dimana terdapat

kekurangan hormon antidiuretik yang menyebabkan rasa haus yang

5

berlebihan dan pengeluaran sejumlah besar air kemih yang sangat

encer sehingga penderita bayi dan anak-anak harus sering diberi

minum.

2. Jika hanya kekurangan ADH, dapat diberikan obat Clorpropamide,

clofibrate untuk merangsang sintesis ADH di hipotalamus.

3. Jika berat diberikan ADH melalui semprotan hidung dan diberikan

vasopressin atau desmopresin asetat (dimodifikasi dari hormon

antidiuretik). Pemberian beberapa kali sehari berguna untuk

mempertahankan pengeluaran air kemih yang normal. Terlalu banyak

mengkonsumsi obat ini dapat menyebabkan penimbunan cairan,

pembengkakan dan gangguan lainnya.

4. Obat-obat tertentu dapat membantu, seperti diuretik tiazid (misalnya

hidrochlorothiazid/HCT) dan obat-obat anti peradangan non-steroid

(misalnya indometacin atau tolmetin).

5. Pada DIS yang komplit, biasanya diperlukan terapi hormone pengganti

(hormonal replacement) DDAVP (1-desamino-8-d-arginine

vasopressin) yang merupakan pilihan utama. Selain itu, bisa juga

digunakan terapi adjuvant yang mengatur keseimbangan air, seperti:

Diuretik Tiazid, Klorpropamid, Klofibrat, dan Karbamazepin.

6

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN KASUS DIABETES INSIPIDUS

A. Pengkajian Data

a. Keadaan Umum

Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat

kesadaran kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.

b. Tanda-tanda Vital

o Tekanan darah

o Pulse rate

o Respiratory rate

o Suhu

c. Riwayat penyakit sebelumnya

Ditanyakan apakah sebelumnya klien pernah ada riwayat trauma

kepala, pembedahan kepala, pemakaian obat phenotoin, lithium

karbamat, infeksi kranial, riwayat keluarga menderita kerusakan

tubulus ginjal atau penyakit yang sama.

d. Pola Gordone

1. Persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan

mengkaji pengetahuan klien mengenai penyakitnya.

kaji upaya klien untuk mengatasi penyakitnya.

2. Pola nutrisi metabolic

nafsu makan klien menurun.

penurunan berat badan 20% dari berat badan ideal.

3. Pola eliminasi

kaji frekuensi eliminasi urine klien

kaji karakteristik urine klien

klien mengalami poliuria (sering kencing)

7

klien mengeluh sering kencing pada malam hari (nokturia).

4. Pola aktivitas dan latihan

kaji rasa nyeri/nafas pendek saat aktivitas/latihan

 kaji keterbatasan aktivitas sehari-hari (keluhan lemah, letih sulit

bergerak)

kaji penurunan kekuatan otot

5. Pola tidur dan istirahat

kaji pola tidur klien. Klien dengan diabetes insipidus mengalami

kencing terus menerus saat malam hari sehingga mengganggu pola

tidur/istirahat klien.

6. Pola kognitif/perceptual

kaji  fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan

masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.

7. Pola persepsi diri/konsep diri

kaji/tanyakan perasaan klien tentang dirinya saat sedang mengalami

sakit.

kaji dampak sakit terhadap klien

kaji keinginan klien untuk berubah (mis : melakukan diet sehat dan

latihan).

8. Pola peran/hubungan

kaji peengaruh sakit yang diderita klien terhadap pekerjaannya

kaji keefektifan hubungan klien dengan orang terdekatnya.

9. Pola seksualitas/reproduksi

kaji dampak sakit terhadap seksualitas.

kaji perubahan perhatian terhadap aktivitas seksualitas.

10. Pola koping/toleransi stress

kaji metode kopping yang digunakan klien untuk menghidari stress

sistem pendukung dalam mengatasi stress

8

11. Pola nilai/kepercayaan

klien tetap melaksanakan keagamaan dengan tetap sembahyang tiap

ada kesempatan.

B. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Klien tampak banyak minum, banyak buang air kecil, kulit kering

dan pucat, bayi sering menangis, tampak kurus karena penurunan

berat badan yang cepat, muntah, kegagalan pertumbuhan,

membran mukosa dan kulit kering.

Palpasi

Turgor kulit tidak elastis, membrane mukosa dan kulit kering,

takikardia, takipnea.

Auskultasi

Tekanan darah turun (hipotensi).

C. Diagnosa Keperawatan, Intervensi dan Rasional

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nocturia.

4. Anxietas berhubungan dengan perkembangan penyakit

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

INTERVENSI

9

Dx 1. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan

cairan pasien terpenuhi.

NOC : Fluid balance

Criteria hasil :

1. Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan BB, BJ urin

normal

2. TTV dalam batas normal.

3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kuit baik, membrane

mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.

Skala penilaian NOC :

1. tidak pernah menujukan

2. jarang menunjukan

3. kadang menunjukan

4. sering menunjukan

5. selalu menunjukan

NIC : Fluid management

Intervensi :

1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

2. Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat,

TD ortostatik)

3. Monitor Vital sign

4. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian

5. Kolaborasikan pemberian cairan IV

6. Dorong masukan oral

10

Dx. 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan

nutrisi pasien terpenuhi.

NOC : Status nutrisi

Indicator :

1. Stamina

2. Tenaga

3. Tidak ada kelelahan

4. Daya tahan tubuh

Skala penilaian NOC :

1. tidak pernah menujukan

2. jarang menunjukan

3. kadang menunjukan

4. sering menunjukan

5. selalu menunjukan

NIC : Nutrition monitoring

Intervensi :

1. BB dalam batas normal

2. Monitor adanya penurunan BB

3. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

4. Monitor turgor kulit

5. Monitor kalori dan intake nutrisi

6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi

yang dibutuhkan pasien.

Dx. 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nocturia.

11

Tujuan : seteah diakukan tindakan keperawatan diharapkan pola tidur

pasien tidak terganggu.

NOC : Sleep

Criteria hasil :

1. Jam tidur cukup

2. Pola tidur baik

3. Kualitas tidur baik

4. Tidur tidak terganggu

5. Kebiasaan tidur.

Skala penilaian NOC :

1. tidak pernah menujukan

2. jarang menunjukan

3. kadang menunjukan

4. sering menunjukan

5. selalu menunjukan

NIC : Peningkatan tidur

Intervensi :

1. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama sakit.

2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi factor yang menyebabkan kurang

tidur.

3. Dekatkan pispot agar pasien lebih mudah saat BAK pada malam hari.

4. Anjurkan pasien untuk tidur siang.

5. Ciptakan lingkungan yang nyaman.

Dx. 4. Anxietas berhubungan dengan perkembangan penyakit

Tujuan : setelah diakukan tindakan keperawatan diharapkan rasa cemas

pasien dapat berkurang.

12

NOC : Control cemas

Indikator :

1. Monitor intensitas cemas

2. Menyingkirkan tanda kecemasan

3. Merencanakan strategi koping

4. Menggunakan strategi koping yang efektif

5. Menggunakan tehnik relaksasi untuk mengurangi kecemasan

Skala penilaian NOC :

1. tidak pernah dilakukan

2. jarang dilakukan

3. kadang dilakukan

4. sering dilakukan

5. selalu dilakukan

NIC : Penurunan kecemasan

Intervensi :

1. Tenangkan klien

2. Jelaskan seluruh prosedur tindakan kapada kien dan perasaan yang

mungkin muncul pada saat dilakukan tindakan.

3. Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan.

4. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan

(takikardi, takipneu, ekspresi cemas non verbal)

5. Instruksikan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi.

Dx. 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan penegtahuan

pasien menjadi adekuat.

13

NOC : Pengetahuan tentang proses penyakit

Indicator :

1. Mendeskripsikan proses penyakit

2. Mendeskripsikan factor penyebab

3. Mendeskripsikan factor resiko

4. Mendeskripsikan tanda dan gejala

5. Mendeskripsikan komplikasi

Skala penilaian NOC :

1. tidak pernah dilakukan

2. jarang dilakukan

3. kadang dilakukan

4. sering dilakukan

5. selalu dilakukan

NIC : Mengajarka proses penyakit

Intervensi :

1. Mengobservasi kesiapan klien untuk mendengar (mental, kemampuan

untuk melihat, mendengar, kesiapan emosional, bahasa dan budaya)

2. Menentukan tingkat pengetahuan klien sebelumnya.

3. Menjelaskan proses penyakit (pengertian, etiologi, tanda dan gejala)

4. Diskusikan perubahan gaya hidup yang dapat mencegah atau

mengontrol proses penyakit.

5. Diskusikan tentang terapi atau perawatan.

BAB IV

PENUTUP

14

A. Kesimpulan

Diabetes insipidus merupakan suatu kondisi kronik dimana terjadi

peningkatan rasa haus dan peningkatan kuantitas urin dengan berat jenis yang rendah.

Kondisi ini merupakan manifestasi klinis dari defisiensi pitresin (ADH)atau

merupakan kondisi klinis akibat dari ketidakpekaan tubulus ginjal terhadapADH.

Penyebab diabetes insipidus dapat karena penyebab sentral yangmenyebabkan

penurunan produksi ADH maupun kelainan ginjal (diabetes insipidus nefrogenik)

yang menyebabkan ginjal kurang peka terhadap ADH, serta idiopatik.Gejala klinis

khas diabetes insipidus yaitu poliuria dan polidipsia, gejala lainnya yaitu dehidrasi,

hipertermia, nyeri kepala, lemah dan lesu, nyeri otot,hipotermia dan takikardia. Berat

badan turun dengan cepat, serta gejala enuresis, pada anak yang telah dapat

mengendalikan kandung kencing, keringat sedikit sehingga kulit kering dan pucat,

anoreksia, lebih menyukai karbohidrat. Komplikasi dari dehidrasi, bayi bisa

mengalami demam tinggi yang disertaidengan muntah dan kejang-kejang. Jika tidak

segera terdiagnosis dan diobati, bisa terjadi kerusakan otak, sehingga bayi mengalami

keterbelakangan mental. Dehidrasi yang sering berulang juga akan menghambat

perkembangan fisik. Gejala dan tanda lain tergantung pada lesi primer.

Diagnosis ditegakkan dengan anamnesa dan pemeriksaan penunjang.

Komplikasi diabetes insipidus dapat terjadi dehidrasi hipernatremik serta komplikasi

neurologisnya, retardasi mental, hidronefrosis. Untuk mencegah dehidrasi,

penderitaharus selalu minum cairan dalam jumlah yang cukup ketika mereka merasa

haus.Diabetes insipidus jarang mengancam jiwa. Penderita dengan diabetes

insipidustanpa komplikasi dapat hidup selama bertahun-tahun dengan kesulitan

poliuriadan polidipsia sepanjang mereka memiliki mekanisme haus yang utuh dan

mendapatkan air dengan bebas

15

DAFTAR PUSTAKA

Johnson, Marion, dkk. 2000. IOWA Intervention Project Nursing Outcomes

Classifcation (NOC), Second edition. USA : Mosby.

McCloskey, Joanne C. dkk. 1996. IOWA Intervention Project Nursing Intervention

Classifcation (NIC), Second edition. USA : Mosby.

anis-m-fkp11. 20013. Askep Diabetes Insipidus. http://anis-m-fkp11.web.unair.ac.id/

artikel_detail-78208-Keperawatan%20Endokrin-Askep%20Diabetes%20

Insipidus.html. diakses: 09/03/2014 20:14

Uki Larangga. 2013. DIABETES INSIPIDUS. http://ukilarangga.blogspot.com

/2013/03/diabetes-insipidus.html. diakses: 05/03/2014 21:32

16