Upload
muhammad-indra-lesmana
View
48
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
DI
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes insipidus merupakan suatu gangguan proses metabolisme air di
dalam ginjal (khususnya masalah reabsorbsi air) yang disebabkan karena adanya
kekurangan hormone ADH (Anti Diuretik Hormon).
Diabetes insipidus ditandai dengan gejala khas yaitu poliuria dan polidipsia.
Jika penyebabnya genetik, gejala biasanya timbul segera setelah lahir. Bayi tidak
dapat menyatakan rasa hausnya, sehingga mereka bisa mengalami dehidrasi. Bayi
bisa mengalami demam tinggi yang disertai dengan muntah dan kejang-kejang. Jika
tidak segera terdiagnosis dan diobati bisa terjadi kerusakan otak, sehingga bayi
mengalami keterbelakangan mental. Dehidrasi yang sering berulang juga akan
menghambat perkembangan fisik.
Kebanyakan kasus-kasus yang pernah ditemui merupakan kasus idiopatik
yang dapat bermanifestasi pada berbagai tingkatan umur dan jenis kelamin.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah untuk
mengetahui konsep Diabetes Insipidus dan mengaplikasikan Asuhan Keperawatan
Diabetes Insipidus.
1
C. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari Penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
mengenai penyakit Diabetes Insipidus
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi/pengertian Diabetes Insipidus?
2. Untuk mengetahui macam-macam/klasifikasi Diabetes Insipidus?
3. Untuk mengetahui etiologi dari Diabetes Insipidus?
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala Diabetes Insipidus?
5. Untuk mengetahui patofisiologi Diabetes Insipidus ?
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pasien diabetes insipidus?
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien Diabetes
Insipidus?
8. Untuk mengetahui penyusunan asuhan keperawatan pada pasien
Diabetus Insipidus?
2
BAB II
DIABETES INSIPIDUS
A. Definisi
Diabetes insipidus merupakan suatu gangguan proses metabolisme air di
dalam ginjal (khususnya masalah reabsorbsi air) yang disebabkan karena
adanya kekurangan hormone ADH (Anti Diuretik Hormon).
ADH merupakan hormon yang mengatur pengeluaran/eliminasi cairan
sisa metabolisme tubuh (dalam hal ini yang dimaksudkan adalah urin, bukan
keringat). Fungsi utama ADH adalah untuk meningkatkan reabsorbsi air di
dalam tubulus ginjal. Jika produksi ADH turun, maka tubulus tidak dapat
menyerap air kembalidengan baik. Akibatnya urin yang dikeluarkan menjadi
banyak (poliuria).
B. Etiologi
Penyebab dari diabetes insipidus:
1. Diabetes insipidus central atau neurogenik
a. Kelainan hipotalumus dan kelenjar pituetary posterior karena
familial atau idiopatic,atau disebut diabitus insipidus primer.
b. Kerusakan kelenjar karena tumor pada area hipotalamus, pituitary,
trauma, proses infeksi, gangguan aliran aliran darah, tumor
metastase dari mamae atau paru disebut diabitus insipidus
sekunder.
c. Pengaruh obat yang dapat mempengaruhi sintesis dan sekresi
ADH seperti phenitoin, alkohol, lithium carbonat.
3
2. Diabetes insipidus Nephrogenik (tidak responsif terhadap ADH
eksogen)
a. Penyakit ginjal kronik
b. Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiperkalemia)
c. Pengaruh obat-obatan.
Misalnya litium, demoksiklin, asetoheksamid, tolazamid, glikurid,
propoksifen,dll.
d. Penyakit cycle cell
e. Gangguan Diet
C. Patofisiologi
Secara pathogenesis, diabetes insipidus dibagi menjadi dua, yaitu diabetes
insipidus sentral dan diabetes insipidus netrogenik. Diabetes insipidus
disebabkan kegagalan pelepasan hormone ADH, sedangkan diabetes
netrogenik disebabkan kegagalan pembentukan dan pemeliharaan gradient
osmosis dalam medulla renalis dan kegagalan utilisasi gradient. Fungsi utama
ADH adalah meningkatkan reabsorbsi air di tubulus ginjal dan mengontrol
tekanan osmotik cairan extra selular. Ketika produksi ADH menurun secara
berlebihan, tubulus ginjal tidak mereabsorbsi air, sehingga air banyak
diekskresikan menjadi urine, urinenya menjadi sangat encer dan banyak
( poliuria ) sehingga menyebabkan dehidrasi dan peningkatan osmolaritas
serum. Peningkatan osmolaritas serum akan merangsang chemoreseptor dan
sensasi haus kortek cerebral. Sehingga akan meningkatkan intake cairan
peroral ( polidipsi ). Akan tetapi bila mekanisme ini tidak adekwat atau tidak
ada, dehidrasi akan semakin memburuk. Pada diabitus militus urine banyak
mengandung glukosa sedangkan pada diabitus insipidus urinenya sangat tidak
mengandung glukosa dan sangat encer.
4
D. Manifestasi Klinik
1. Poliuria : urin yang dikeluarkan setiap hari sampai atau lebih dari 20 liter.
Urin sangat encer dengan berat jenis 1,005.
2. Polidipsia karena rasa haus yang berlebihan
3. Tidur terganggu karena poliuria dan nokturia.
4. Penggantian air yang tidak cukup mengakibatkan :
a. Hiperosmolalitas dan gangguan SSP ( cepat marah, disorientasi, koma
dan hipertermia)
b. Hipovolemia, hipertensi, takikardia, mukosa kering, dan turgor kulit
buruk.
E. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan berbagai pemeriksaan untuk menunjang / menentukan
penyebab diabetes insipidus adalah :
1. Hickey-Hare / Carer-Robbins test
2. Folinil depriviation
3. Uji nikotin
4. Uji vasopressin
F. Komplikasi
Komplikasi yang paling dominan dari penyakit diabetes insipidus adalah
dehidrasi.
G. Penatalaksanaan
Terapi cairan parenteral
1. Untuk mencegah dehidrasi, penderita harus selalu minum cairan dalam
jumlah yang cukup ketika mereka merasa haus karena penyakit
diabetes insipidus merupakan suatu kelainan dimana terdapat
kekurangan hormon antidiuretik yang menyebabkan rasa haus yang
5
berlebihan dan pengeluaran sejumlah besar air kemih yang sangat
encer sehingga penderita bayi dan anak-anak harus sering diberi
minum.
2. Jika hanya kekurangan ADH, dapat diberikan obat Clorpropamide,
clofibrate untuk merangsang sintesis ADH di hipotalamus.
3. Jika berat diberikan ADH melalui semprotan hidung dan diberikan
vasopressin atau desmopresin asetat (dimodifikasi dari hormon
antidiuretik). Pemberian beberapa kali sehari berguna untuk
mempertahankan pengeluaran air kemih yang normal. Terlalu banyak
mengkonsumsi obat ini dapat menyebabkan penimbunan cairan,
pembengkakan dan gangguan lainnya.
4. Obat-obat tertentu dapat membantu, seperti diuretik tiazid (misalnya
hidrochlorothiazid/HCT) dan obat-obat anti peradangan non-steroid
(misalnya indometacin atau tolmetin).
5. Pada DIS yang komplit, biasanya diperlukan terapi hormone pengganti
(hormonal replacement) DDAVP (1-desamino-8-d-arginine
vasopressin) yang merupakan pilihan utama. Selain itu, bisa juga
digunakan terapi adjuvant yang mengatur keseimbangan air, seperti:
Diuretik Tiazid, Klorpropamid, Klofibrat, dan Karbamazepin.
6
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN KASUS DIABETES INSIPIDUS
A. Pengkajian Data
a. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat
kesadaran kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.
b. Tanda-tanda Vital
o Tekanan darah
o Pulse rate
o Respiratory rate
o Suhu
c. Riwayat penyakit sebelumnya
Ditanyakan apakah sebelumnya klien pernah ada riwayat trauma
kepala, pembedahan kepala, pemakaian obat phenotoin, lithium
karbamat, infeksi kranial, riwayat keluarga menderita kerusakan
tubulus ginjal atau penyakit yang sama.
d. Pola Gordone
1. Persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan
mengkaji pengetahuan klien mengenai penyakitnya.
kaji upaya klien untuk mengatasi penyakitnya.
2. Pola nutrisi metabolic
nafsu makan klien menurun.
penurunan berat badan 20% dari berat badan ideal.
3. Pola eliminasi
kaji frekuensi eliminasi urine klien
kaji karakteristik urine klien
klien mengalami poliuria (sering kencing)
7
klien mengeluh sering kencing pada malam hari (nokturia).
4. Pola aktivitas dan latihan
kaji rasa nyeri/nafas pendek saat aktivitas/latihan
kaji keterbatasan aktivitas sehari-hari (keluhan lemah, letih sulit
bergerak)
kaji penurunan kekuatan otot
5. Pola tidur dan istirahat
kaji pola tidur klien. Klien dengan diabetes insipidus mengalami
kencing terus menerus saat malam hari sehingga mengganggu pola
tidur/istirahat klien.
6. Pola kognitif/perceptual
kaji fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan
masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
7. Pola persepsi diri/konsep diri
kaji/tanyakan perasaan klien tentang dirinya saat sedang mengalami
sakit.
kaji dampak sakit terhadap klien
kaji keinginan klien untuk berubah (mis : melakukan diet sehat dan
latihan).
8. Pola peran/hubungan
kaji peengaruh sakit yang diderita klien terhadap pekerjaannya
kaji keefektifan hubungan klien dengan orang terdekatnya.
9. Pola seksualitas/reproduksi
kaji dampak sakit terhadap seksualitas.
kaji perubahan perhatian terhadap aktivitas seksualitas.
10. Pola koping/toleransi stress
kaji metode kopping yang digunakan klien untuk menghidari stress
sistem pendukung dalam mengatasi stress
8
11. Pola nilai/kepercayaan
klien tetap melaksanakan keagamaan dengan tetap sembahyang tiap
ada kesempatan.
B. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Klien tampak banyak minum, banyak buang air kecil, kulit kering
dan pucat, bayi sering menangis, tampak kurus karena penurunan
berat badan yang cepat, muntah, kegagalan pertumbuhan,
membran mukosa dan kulit kering.
Palpasi
Turgor kulit tidak elastis, membrane mukosa dan kulit kering,
takikardia, takipnea.
Auskultasi
Tekanan darah turun (hipotensi).
C. Diagnosa Keperawatan, Intervensi dan Rasional
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nocturia.
4. Anxietas berhubungan dengan perkembangan penyakit
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
INTERVENSI
9
Dx 1. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan
cairan pasien terpenuhi.
NOC : Fluid balance
Criteria hasil :
1. Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan BB, BJ urin
normal
2. TTV dalam batas normal.
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kuit baik, membrane
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Skala penilaian NOC :
1. tidak pernah menujukan
2. jarang menunjukan
3. kadang menunjukan
4. sering menunjukan
5. selalu menunjukan
NIC : Fluid management
Intervensi :
1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2. Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat,
TD ortostatik)
3. Monitor Vital sign
4. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
5. Kolaborasikan pemberian cairan IV
6. Dorong masukan oral
10
Dx. 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan
nutrisi pasien terpenuhi.
NOC : Status nutrisi
Indicator :
1. Stamina
2. Tenaga
3. Tidak ada kelelahan
4. Daya tahan tubuh
Skala penilaian NOC :
1. tidak pernah menujukan
2. jarang menunjukan
3. kadang menunjukan
4. sering menunjukan
5. selalu menunjukan
NIC : Nutrition monitoring
Intervensi :
1. BB dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan BB
3. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
4. Monitor turgor kulit
5. Monitor kalori dan intake nutrisi
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
Dx. 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nocturia.
11
Tujuan : seteah diakukan tindakan keperawatan diharapkan pola tidur
pasien tidak terganggu.
NOC : Sleep
Criteria hasil :
1. Jam tidur cukup
2. Pola tidur baik
3. Kualitas tidur baik
4. Tidur tidak terganggu
5. Kebiasaan tidur.
Skala penilaian NOC :
1. tidak pernah menujukan
2. jarang menunjukan
3. kadang menunjukan
4. sering menunjukan
5. selalu menunjukan
NIC : Peningkatan tidur
Intervensi :
1. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama sakit.
2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi factor yang menyebabkan kurang
tidur.
3. Dekatkan pispot agar pasien lebih mudah saat BAK pada malam hari.
4. Anjurkan pasien untuk tidur siang.
5. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
Dx. 4. Anxietas berhubungan dengan perkembangan penyakit
Tujuan : setelah diakukan tindakan keperawatan diharapkan rasa cemas
pasien dapat berkurang.
12
NOC : Control cemas
Indikator :
1. Monitor intensitas cemas
2. Menyingkirkan tanda kecemasan
3. Merencanakan strategi koping
4. Menggunakan strategi koping yang efektif
5. Menggunakan tehnik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
Skala penilaian NOC :
1. tidak pernah dilakukan
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan
NIC : Penurunan kecemasan
Intervensi :
1. Tenangkan klien
2. Jelaskan seluruh prosedur tindakan kapada kien dan perasaan yang
mungkin muncul pada saat dilakukan tindakan.
3. Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan.
4. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan
(takikardi, takipneu, ekspresi cemas non verbal)
5. Instruksikan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi.
Dx. 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan penegtahuan
pasien menjadi adekuat.
13
NOC : Pengetahuan tentang proses penyakit
Indicator :
1. Mendeskripsikan proses penyakit
2. Mendeskripsikan factor penyebab
3. Mendeskripsikan factor resiko
4. Mendeskripsikan tanda dan gejala
5. Mendeskripsikan komplikasi
Skala penilaian NOC :
1. tidak pernah dilakukan
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan
NIC : Mengajarka proses penyakit
Intervensi :
1. Mengobservasi kesiapan klien untuk mendengar (mental, kemampuan
untuk melihat, mendengar, kesiapan emosional, bahasa dan budaya)
2. Menentukan tingkat pengetahuan klien sebelumnya.
3. Menjelaskan proses penyakit (pengertian, etiologi, tanda dan gejala)
4. Diskusikan perubahan gaya hidup yang dapat mencegah atau
mengontrol proses penyakit.
5. Diskusikan tentang terapi atau perawatan.
BAB IV
PENUTUP
14
A. Kesimpulan
Diabetes insipidus merupakan suatu kondisi kronik dimana terjadi
peningkatan rasa haus dan peningkatan kuantitas urin dengan berat jenis yang rendah.
Kondisi ini merupakan manifestasi klinis dari defisiensi pitresin (ADH)atau
merupakan kondisi klinis akibat dari ketidakpekaan tubulus ginjal terhadapADH.
Penyebab diabetes insipidus dapat karena penyebab sentral yangmenyebabkan
penurunan produksi ADH maupun kelainan ginjal (diabetes insipidus nefrogenik)
yang menyebabkan ginjal kurang peka terhadap ADH, serta idiopatik.Gejala klinis
khas diabetes insipidus yaitu poliuria dan polidipsia, gejala lainnya yaitu dehidrasi,
hipertermia, nyeri kepala, lemah dan lesu, nyeri otot,hipotermia dan takikardia. Berat
badan turun dengan cepat, serta gejala enuresis, pada anak yang telah dapat
mengendalikan kandung kencing, keringat sedikit sehingga kulit kering dan pucat,
anoreksia, lebih menyukai karbohidrat. Komplikasi dari dehidrasi, bayi bisa
mengalami demam tinggi yang disertaidengan muntah dan kejang-kejang. Jika tidak
segera terdiagnosis dan diobati, bisa terjadi kerusakan otak, sehingga bayi mengalami
keterbelakangan mental. Dehidrasi yang sering berulang juga akan menghambat
perkembangan fisik. Gejala dan tanda lain tergantung pada lesi primer.
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesa dan pemeriksaan penunjang.
Komplikasi diabetes insipidus dapat terjadi dehidrasi hipernatremik serta komplikasi
neurologisnya, retardasi mental, hidronefrosis. Untuk mencegah dehidrasi,
penderitaharus selalu minum cairan dalam jumlah yang cukup ketika mereka merasa
haus.Diabetes insipidus jarang mengancam jiwa. Penderita dengan diabetes
insipidustanpa komplikasi dapat hidup selama bertahun-tahun dengan kesulitan
poliuriadan polidipsia sepanjang mereka memiliki mekanisme haus yang utuh dan
mendapatkan air dengan bebas
15
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, Marion, dkk. 2000. IOWA Intervention Project Nursing Outcomes
Classifcation (NOC), Second edition. USA : Mosby.
McCloskey, Joanne C. dkk. 1996. IOWA Intervention Project Nursing Intervention
Classifcation (NIC), Second edition. USA : Mosby.
anis-m-fkp11. 20013. Askep Diabetes Insipidus. http://anis-m-fkp11.web.unair.ac.id/
artikel_detail-78208-Keperawatan%20Endokrin-Askep%20Diabetes%20
Insipidus.html. diakses: 09/03/2014 20:14
Uki Larangga. 2013. DIABETES INSIPIDUS. http://ukilarangga.blogspot.com
/2013/03/diabetes-insipidus.html. diakses: 05/03/2014 21:32
16