14
DETERMINAN ANGKA KEMISKINAN DI KABUPATEN MAMASA DETERMINANT NUMBER POORNESS IN SUB-PROVINCE OF MAMASA ¹Daud Tandi Arruan, ²Madris, ³Syaefullah Cangara ¹Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, Dan Informatika Kab. Mamasa ²Jurusan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin ³Jurusan Sosiologi, Fakultas Sospol Universitas Hasanuddin Alamat Koresponden: Jl. Dakota No.491 Mandai Maros Hp.085242078600 Email:

DETERMINAN ANGKA KEMISKINAN DI KABUPATEN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2b69f6fe36e86971ed1d5018f8079cc8.pdf · Untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Kabupaten Mamasa perlu diketahui

  • Upload
    lethu

  • View
    216

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DETERMINAN ANGKA KEMISKINAN DI KABUPATEN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2b69f6fe36e86971ed1d5018f8079cc8.pdf · Untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Kabupaten Mamasa perlu diketahui

DETERMINAN ANGKA KEMISKINAN

DI KABUPATEN MAMASA

DETERMINANT NUMBER POORNESS IN SUB-PROVINCE OF MAMASA

¹Daud Tandi Arruan, ²Madris, ³Syaefullah Cangara

¹Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, Dan Informatika Kab. Mamasa ²Jurusan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin

³Jurusan Sosiologi, Fakultas Sospol Universitas Hasanuddin

Alamat Koresponden: Jl. Dakota No.491 Mandai Maros Hp.085242078600 Email:

Page 2: DETERMINAN ANGKA KEMISKINAN DI KABUPATEN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2b69f6fe36e86971ed1d5018f8079cc8.pdf · Untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Kabupaten Mamasa perlu diketahui

Abstrak Fenomena yang dialami di Kabupaten Mamasa yaitu jumlah dan persentase penduduk miskin yang masih banyak. Namun keadaan yang sekarang ini menunjukkan bahwa kondisi pertumbuhan ekonomi justru memberikan sinyal kedekatan dengan indikator-indikator kemiskinan yang meningkat. Dilihat dari dampak desentralisasi pun, perbaikan dan peluang ini belum dapat dinikmati oleh semua kalangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dan menganalisis pengaruh jumlah penduduk, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), inflasi dan investasi terhadap jumlah Angka Kemiskinan di Kabupaten Mamasa. Metodologi yang dilakukan adalah melakukan analisis data dari BPS Provinsi Sulawesi Barat dan BPS Kabupaten Mamasa dengan Metode Ordinary Least Square(OLS). Metode ini digunakan untuk melihat elastisitas Variabel Independen terhadap Variabel Dependen dalam penelitian ini melalui Analisis regresi, analisis korelasi (R) dan koefisien determinasi (R Square), uji signifikansi (t-test) dan uji signifikansi hubungan linier (F-test). Kemudian melakukan Interpretasi Model. Model yang digunakan dalam menganalisis determinasi angka kemiskinan di Kabupaten Mamasa sangat baik, karena model terbebas dari pelanggaran asumsi klasik. Nilai koefisien determinasi yang bermakna bahwa semua variabel bebas (X) dapat menjelaskan model persamaan determinasi angka kemiskinan di Kabupaten Mamasa (Y). Hasil analisis regreasi linier berganda, diperoleh nilai t hitung lebih kecil dari t tabel, oleh karena itu Ho diterima berarti koefisien regresinya secara individu (parsial) tidak berpengaruh signifikan terhadap angka kemiskinan di Kabupaten Mamasa. Hasil uji signifikansi hubungan linier (F-test) menghasilkan F hitung lebih besar dari F tabel. Oleh karena itu H0 ditolak dan H1 diterima, artinya pada model regresi secara simultan (keseluruhan) terdapat hubungan linier antara peubah-peubah bebasnya dan secara serempak berpengaruh signifikan terhadap angka kemiskinan. Jumlah penduduk dan Inflasi mempunyai pengaruh positif dan PDRB serta Investasi berpengaruh negatif terhadap angka kemiskinan di Kabupaten Mamasa Kata Kunci : angka kemiskinan, jumlah penduduk, Produk Domestik Regional Bruto, inflasi, investasi. Abstract Phenomenon experienced in the Mamasa Regency the number and percentage of poor people is still a lot. But the current situation shows that the conditions for economic growth gave a signal closeness with poverty indicators on the rise. Judging from the impact of decentralization, improvements and opportunities can not be enjoyed by all people. The purpose of this study was to evaluate and analyze the effect of population, Gross Domestic Product (GDP), inflation and investment to total poverty rate in the Mamasa Regency. The methodology does is to analyze data from BPS and West Sulawesi BPS Mamasa the Ordinary Least Square method (OLS). This method is used to look at the elasticity of Independent Variables on Dependent Variables in this study through regression analysis, correlation analysis (R) and coefficient of determination (R Square), tests of significance (t-test) and test the significance of the linear relationship (F-test). Then do Interpretation Model. The model used in analyzing the poverty rate in the Mamasa Regency is good, because the model is free from violations of the classical assumptions. The coefficient of determination which means that all of the independent variable (X) can explain the poverty rate equation model determination in the Mamasa Regency (Y). Regreasi linear analysis results, obtained t value is smaller than t table, therefore H0 acceptable means individual regression coefficients (partial) had no significant effect on the poverty rate in the Mamasa Regency. Significance test results of the linear relationship (F-test) results calculated F is greater than F table. Therefore H0 is rejected and H1 is accepted, it means the simultaneous regression model (overall) there is a linear relationship between the independent variables and simultaneously a significant effect on the poverty rate. Population and inflation and GDP have a positive effect and negative effect on investment in poverty in the Mamasa Regency. Keywords: poverty, population, Gross Domestic Product, inflation, investment

Page 3: DETERMINAN ANGKA KEMISKINAN DI KABUPATEN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2b69f6fe36e86971ed1d5018f8079cc8.pdf · Untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Kabupaten Mamasa perlu diketahui

PENDAHULUAN

Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal sepanjang sejarah Indonesia sebagai

Nation State, sejarah sebuah Negara yang salah memandang dan mengurus kemiskinan. Dalam

Negara, tidak ada persoalan yang lebih besar, selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah

membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan

membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak ada investasi, kurangnya akses ke

pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan perlindungan

terhadap keluarga, menguatnya arus migrasi ke kota, dan yang lebih parah, kemiskinan

menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan secara terbatas.

Kemiskinan telah membatasi hak rakyat untuk memperoleh pekerjaan yang layak bagi

kemanusiaan, hak rakyat untuk memperoleh perlindungan hukum, hak rakyat untuk memperoleh

rasa aman, hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan hidup (sandang, pangan, dan

papan) yang terjangkau, hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pendidikan, hak

rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pendidikan, hak rakyat untuk memperoleh akses

atas kebutuhan kesehatan, hak rakyat untuk memperoleh keadilan, hak rakyat untuk

berpartisipasi dalam pengambilan keputusan publik dan pemerintahan, hak rakyat untuk

berinovasi, hak rakyat menjalankan hubungan spiritualnya dengan Tuhan dan hak rakyat untuk

berpartisipasi dalam menata dan mengelola pemerintahan dengan baik, (Atmawikarta, S, 2007).

Salah satu akar permasalahan kemiskinan di Indonesia yakni tingginya disparitas antar daerah

akibat tidak meratanya dsistribusi pendapatan, sehingga kesenjangan antara masyarakat kaya dan

masyarakat miskin di Indonesia semakin melebar, (Firman, A. Dkk, 2005). Misalnya saja

tingkat kemiskinan anatara Nusa Tenggara Timur dan DKI Jakarta atau Bali, disparitas

pendapatan daerah sangat besar dan tidak berubah urutan tingkat kemiskinannya dari tahun

1999-2011.

Pemerintah sendiri selalu mencanangkan upaya penanggulangan kemiskinan dari tahun

ketahun, namun jumlah penduduk miskin Indonesia tidak juga mengalami penurunan yang

signifikan, walaupun data di BPS menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah penduduk

miskn, namun secara kualitatif belum menampakkan dampak perubahan yang nyata malahan

kondisinya semakin memprihatinkan tiap tahunnya, (Bappenas, 2004). Dengan terjadinya krisis

moneter pada tahun 1997 telah mengakibatkan jumlah penduduk miskin kembali membengkak

dan kondisi tersebut diikuti pula dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi yang cukup tajam.

Page 4: DETERMINAN ANGKA KEMISKINAN DI KABUPATEN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2b69f6fe36e86971ed1d5018f8079cc8.pdf · Untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Kabupaten Mamasa perlu diketahui

Berbagai upaya penanggulangan kemiskinan yang telah diambil pemerintah berfokus pada: (1)

peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas melalui upaya padat karya, perdagangan

ekspor serta pengembangan UMKM, (2) peningkatan akses terhadap kebutuhan dasar seperti

pendidikan dan kesehatan (KB, kesejahteraan ibu, infrastruktur dasar, pangan dan gizi), (3)

pemberdayaan masyarakat lewat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yang

bertujuan untuk membuka kesempatan berpartisipasi bagi masyarakat miskin dalam proses

pembangunan dan meningkatkan peluang dan posisi tawar masyarakat miskin, serta (4)

perbaikan sistem bantuan dan jaminan sosial lewat Program Bantuan Langsung Tunai (BLT),

(PMD, 2006).

Fenomena yang dialami di Kabupaten Mamasa yaitu jumlah dan persentase penduduk

miskin yang masih banyak. Namun keadaan yang sekarang ini menunjukkan bahwa kondisi

pertumbuhan ekonomi justru memberikan sinyal kedekatan dengan indikator-indikator

kemiskinan yang meningkat. Dilihat dari dampak desentralisasi pun, perbaikan dan peluang ini

belum dapat dinikmati oleh semua kalangan. Bahkan data resmi kemiskinan menunjukkan

adanya stagnasi kemiskinan pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelum era desentralisasi.

Program penanggulangan kemiskinan pemerintah daerah memang terlihat di tingkat kampung,

tetapi program ini sering tidak memenuhi harapan pejabat pemerintah daerah dan warga karena

lemahnya implementasi dan mekanisme kontrol.

Penduduk miskin (di bawah garis kemiskinan) dinilai sangat menghambat kinerja

ekonomi suatu daerah sedangkan bila kinerja ekonomi mengalami tren yang positif, maka hasil

yang diharapkan adalah meningkatnya kesejahteraan kehidupan masyarakatnya dengan indikasi

berkurangnya angka kemiskinan di daerah tersebut, (Lubis, Z, 2006). Hal ini bisa ditinjau dari

berbagai segi, baik dari segi pendidikan, angkatan kerja, kesehatan. Untuk mengurangi tingkat

kemiskinan di Kabupaten Mamasa perlu diketahui sebenarnya faktor-faktor apa sajakah yang

berhubungan atau mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat kemiskinan (jumlah penduduk

miskin) sehingga kedepannya dapat diformulasikan sebuah kebijakan publik yang efektif untuk

mengurangi tingkat kemiskinan di negara ini dan tidak hanya sekedar penurunan angka-angka

saja melainkan secara kualitatif juga. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui pegaruh

jumlah penduduk terhadap angka kemiskinan di Kabupaten Mamasa.

Page 5: DETERMINAN ANGKA KEMISKINAN DI KABUPATEN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2b69f6fe36e86971ed1d5018f8079cc8.pdf · Untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Kabupaten Mamasa perlu diketahui

METODE PENELITIAN

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengukur variabel–variabel yang mempengaruhi jumlah

penduduk miskin di Kabupaten Mamasa. Variabel – variabel yang akan diteliti terdiri atas

variabel terikat (dependent variable) yaitu angka kemiskinan dan variabel bebas (independent

variable) yaitu jumlah penduduk, PDRB, inflasi serta investasi.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

BPS Kabupaten Mamasa dan BPS Provinsi Sulawesi Barat yang meliputi data angka

kemiskinan, investasi, inflasi, PDRB serta jumlah penduduk. Data penelitian ini merupakan data

time series dari tahun 2002-2011.

Model Estimasi

Determinan angka kemiskinan di Kabupaten Mamasa dalam kurun waktu 2002-2011

secara singkat dapat dijelaskan dengan fungsi sebagai berikut :

Y = f (X1, X2, X3, X4) ................................ (1)

Selanjutnya fungsi di atas dispesifikasi ke dalam model estimasi dengan menggunakan

model regresi linear berganda, (Nazir, M. 1998), yaitu :

Y = α0 + α1 X1 + α2 X2 + α3 X3 + α4 X4 . ........................(2)

Di mana :

Y : Angka Kemiskinan (persen)

X1 : Jumlah penduduk (jiwa)

X2 : PDRB menurut harga berlaku (Rp. Juta)

X3 : Inflasi (persen)

X4 : Investasi (Rp. Juta)

α0 : Konstanta

α1, α2, α3, α4 : Koefisien Regresi

Untuk menghitung nilai parameter (koefisien regresi), digunakan program komputer yang

dibuat khusus untuk membantu pengolahan data statistik, yaitu program SPSS.17. dengan tingkat

signifikansi pada level of confidence 95% atau α = 0.05.

Page 6: DETERMINAN ANGKA KEMISKINAN DI KABUPATEN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2b69f6fe36e86971ed1d5018f8079cc8.pdf · Untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Kabupaten Mamasa perlu diketahui

Analisis Data

Analisis korelasi (R) dan Koefisien determinasi (R Square) Adalah untuk mengetahui

sejauh mana derajat hubungan antar variabel. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat

hubungan tersebut dinamakan koefisien korelasi R dan koefisien determinasi (R Square). Uji

signifikansi koefisien regresi (t-test) dilakukan terhadap variable-variabel yang diukur untuk

menentukan apakah terdapat pengaruh antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas. Uji t

dapat digunakan untuk menguji apakah terdapat pengaruh antara variabel bebas dengan variabel

tidak bebas. Selanjutnya hasil dari uji t ini dibandingkan terhadap daftar nilai t yang terdapat

dalam tabel distribusi t berdasarkan tingkat signifikansi yang dipilih. Model akan diterima bila

nilai mutlak t hasil hitungan > nilai t pada tabel.

Hipotesis :

H0 : α1, α 2,..., α n = 0 (koefisien regresi pada peubah bebas tidak signifikan)

H1 : α1, α 2,..., α n ≠ 0 ( koefisien regresi pada peubah bebas signifikan)

Pengambilan keputusan yaitu jika t hitung > t tabel maka H1 diterima (koeflsien regresi

signifikan), jika t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima (koefisien regresi tidak signifikan).

HASIL

Kabupaten Mamasa merupakan Kabupaten keempat yang terbesar jumlah penduduknya

di Sulawesi Barat setelah Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Mamuju dan Kabupaten

Majene. Menurut hasil pencacahan lengkap BPS Provinsi Sulawesi Barat tahun 2011 penduduk

Kabupaten Mamasa keadaan Desember 2011 berjumlah 142.416 jiwa dengan kepadatan

penduduk kabupaten Mamasa tahun 2011 adalah 47 jiwa per km2.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Mamasa setiap tahunnya tampak meningkat.

Pada tahun 2009, TPAK Mamasa sebesar 97,35 %, tahun 2010 naik menjadi 97,87 % kemudian

tahun 2011 kembali naik menjadi 98,26. Angkatan Kerja dilihat dari status pekerjaannya,

duapertiga (67 %) penduduk yang bekerja di Mamasa adalah pekerja di sektor Pertanian,

Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan. Penduduk yang bekerja di bidang Jasa

Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan mencapai sekitar 18 %, sedangkan penduduk yang

bekerja di sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi mencapai 8 %.

Pada table 1 terlihat Jumlah penduduk Kabupaten Mamasa yang merupakan angkatan

kerja pada 2008 adalah sebanyak 75.010 jiwa yang terdiri dari 73.024 jiwa terkategori

Page 7: DETERMINAN ANGKA KEMISKINAN DI KABUPATEN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2b69f6fe36e86971ed1d5018f8079cc8.pdf · Untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Kabupaten Mamasa perlu diketahui

bekerja dan sebesar 1.583 jiwa terkategori mencari kerja dan tidak bekerja (pengangguran

terbuka).

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa angka Kemiskinan Kabupaten Mamasa Tahun

2002 – 2011 dimana angka kemiskinan paling besar terjadi pada tahun 2002 yaitu sebanyak

41,79 %, sedangkan yang paling rendah terjadi pada tahun 2011 sebanyak 22,53 %. Secara

keseluruhan angka kemiskinan menunjukkan penurunan. Besarnya kemiskinan yang terjadi pada

tahun 2002 tersebut disebabkan adanya dampak dari bencana alam berupa tanah longsor dan juga

awal dari pemekaran wilayah sehingga perekonomian penduduk tidak terpantau yang

menyebabkan naiknya jumlah penduduk miskin.

Berdasarkan Tabel 3 diketahui perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Mamasa

tahun 2002 - 2011. Jumlah penduduk yang paling tinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar

142.416 jiwa. Secara visual perkembangan penduduk Kabupaten Mamasa dapat dideskripsikan

oleh Gambar 1 dan terlihat kecendrungan meningkatnya jumlah penduduk. Di mana kenaikan

tertinggi terjadi pada tahun 2011 karena meningkatnya angka kelahiran, indeks pembangunan

manusia, angka harapan hidup dan Urbanisasi di Kabupaten Mamasa.

Analisis Regresi Linier Berganda. hasil pemodelan angka kemiskinan di Kabupaten

Mamasa dengan model analisis dapat dilihat pada table 5, ini menunjukkan bahwa 82,5 %

pengaruh secara keseluruhan peubah bebas dapat dijelaskan melalui model persamaan angka

kemiskinan di Kabupaten Mamasa (Y) tersebut diatas, sisanya 17,5 % dipengaruhi oleh faktor

lainnya yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

Uji signifikansi koefisien regresi (t-test)

Hipotesis : H0 : α1, α 2,..., α n = 0 (koefisien regresi pada peubah bebas tidak signifikan)

H1 : α1, α 2,..., α n ≠ 0 ( koefisien regresi pada peubah bebas signifikan).

Pengambilan keputusan yaitu jika t hitung > t tabel maka H1 diterima (koeflsien regresi

signifikan), jika t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima (koefisien regresi tidak signifikan).

Berdasarkan hasil analisis regreasi linier berganda dalam tabel koefisien, diperoleh nilai

(t hitung) untuk koefisien regresi dari peubah bebas :

X1 (jumlah penduduk) = 0.141

X2 (PDRB) = -0.096

X3 (inflasi) = 2.397

X4 (investasi) = -0.278

Page 8: DETERMINAN ANGKA KEMISKINAN DI KABUPATEN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2b69f6fe36e86971ed1d5018f8079cc8.pdf · Untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Kabupaten Mamasa perlu diketahui

Sedangkan untuk t tabel diperoleh nilai t 5; 0,05 = (tabel statistik t pada lampiran 3 dengan

derjat bebas, v = n - (k+1) = 10 - (4+1) = 5 dengan probabilitas α = 5 % sehingga t (0,05) =

2,015.

Sehingga t hitung < (lebih kecil dari) t tabel, oleh karena itu Ho diterima dan H1

ditolak, berarti koefisien regresinya secara individu (parsial) tidak berpengaruh signifikan

terhadap angka kemiskinan di Kabupaten Mamasa, kecuali X3 (inflasi) yang secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap angka kemiskinan.

PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa Jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap

kemiskinan di Kabupaten Mamasa hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien yang positif sebesar

3,156E-5, artinya jika jumlah penduduk bertambah 1 jiwa maka akan meningkatkan kemiskinan

di Kabupaten Mamasa sebesar 3,156E-5 persen, ceteris paribus. Salah satu penghambat

pembangunan ekonomi di negara-negara yang sedang berkembang dan yang sekaligus

merupakan ciri negara-negara tersebut ialah adanya ledakan penduduk dan tanpa dibekali dengan

skill / keahlian. Telah kita ketahui bahwa tujuan pembangunan ekonomi adalah meningkatkan

standar hidup penduduk negara yang bersangkutan, yang biasa diukur dengan kenaikan

penghasilan riil perkapita.

Penghasilan riil per kapita adalah sama dengan pendapatan nasional riil atau output

secara keseluruhan yang dihasilkan selama satu tahun dibagi dengan jumlah penduduk

seluruhnya. Jadi standar hidup tidak dapat dinaikkan kecuali jika output meningkat dengan lebih

cepat daripada pertumbuhan jumlah penduduk.

Menurut Adam Smith yakni dengan didukung bukti empiris bahwa pertumbuhan

penduduk tinggi akan dapat menaikkan output melalui penambahan tingkat dan ekspansi pasar

baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Penambahan penduduk tinggi yang diiringi dengan

perubahan teknologi akan mendorong tabungan dan juga penggunaan skala ekonomi di dalam

produksi. Penambahan penduduk merupakan satu hal yang dibutuhkan dan bukan suatu masalah,

melainkan sebagai unsur penting yang dapat memacu pembangunan dan pertumbuhan ekonomi

sehingga peningkatan jumlah penduduk sebagai pelaku kegiatan ekonomi mampu meningkatkan

kegiatan ekonomi di suatu wilayah sehingga PDRB Non Migas mengalami peningkatan,

(Kasryno, F, 1994).

Page 9: DETERMINAN ANGKA KEMISKINAN DI KABUPATEN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2b69f6fe36e86971ed1d5018f8079cc8.pdf · Untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Kabupaten Mamasa perlu diketahui

Kemiskinan merupakan jumlah penduduk miskin dengan kriteria BPS di Kabupaten

Mamasa diukur dalam satuan jiwa. Kemiskinan adalah penduduk yang tidak mampu memiliki

atau memenuhi kebutuhan dasar hidup masyarakat. Agar seseorang dapat hidup layak,

pemenuhan akan kebutuhan makanan saja tidak akan cukup, oleh karena itu perlu pula dipenuhi

kebutuhan dasar bukan makanan, seperti perumahan, pendidikan, kesehatan, pakaian, serta aneka

barang dan jasa lainnya, (Hasan, F, 2006).

Faktor sosial ekonomi yaitu faktor yang berasal dari dalam diri masyarakat itu sendiri dan

cenderung melekat pada dirinya, seperti: tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah,

tingkat kesehatan rendah dan produktivitas yang rendah. Sedangkan faktor yang berasal dari luar

berhubungan dengan potensi alamiah, teknologi dan rendahnya aksesibilitas terhadap

kelembagaan yang ada. Oleh sebab itu diperlukan perhatian pemerintah khususnya pemerintah

pusat yang telah menyiapkan anggaran dana pengentasan kemiskinan yang bersumber dari Dana

Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), hingga transfer daerah dll yang

rencananya, dari jumlah dana tersebut akan teralokasikan untuk berbagai program antara lain

untuk penyaluran beras masyarakat miskin (Raskin), pemberian beasiswa siswa miskin, dan

pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat mandiri (PNPM), (Hureirah, A, 2005).

Membandingkan tingkat konsumsi penduduk dengan garis kemiskinan atau jumlah

rupiah untuk konsumsi orang perbulan. Definisi menurut UNDP, adalah ketidakmampuan

untuk memperluas pilihan-pilihan hidup, antara lain dengan memasukkan penilaian tidak adanya

partisipasi dalam pengambilan kebijakan publik sebagai salah satu indicator kemiskinan

Garis kemiskinan terdiri atas dua komponen, yaitu garis kemiskinan makanan dan bukan

makanan. Faktor-faktor determinan kemiskinan dibagi menjadi empat kelompok, yaitu modal

sumber daya manusia (human capital), modal fisik produktif (physical productive capital), status

pekerjaan, dan karakteristik desa, (Kristiani 2006). Modal SDM dalam suatu rumah tangga

merupakan faktor yang akan mempangaruhi kemampuan suatu rumah tangga untuk memperoleh

pekerjaan dan pendapatan. Dalam hal ini, indikator yang sering digunakan adalah jumlah

tahun bersekolah anggota keluarga, pendidikan kepala keluarga, dan jumlah anggota keluarga.

Secara umum semakin tinggi pendidikan anggota keluarga maka akan semakin tinggi

kemungkinan keluarga tersebut bekerja di sektor formal dengan pendapatan yang lebih tinggi,

Sinaga, dkk. (2004).

Page 10: DETERMINAN ANGKA KEMISKINAN DI KABUPATEN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2b69f6fe36e86971ed1d5018f8079cc8.pdf · Untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Kabupaten Mamasa perlu diketahui

Variabel modal fisik, yang antara lain luas lantai perkapita dan kepemilikan asset seperti

lahan, khususnya untuk pertanian. Kepemilikan lahan akan menjadi faktor yang penting

mengingat dengan tersedianya lahan produktif, rumah tangga dengan lapangan usaha pertanian

akan dapat menghasilkan pendapatan yang lebih baik. Kepemilikan modal fisik ini dan

kemampuan memperoleh pendapatan sebagai tenaga kerja akan menjadi modal utama untuk

menghasilkan pendapatan keluarga. Anggota rumah tangga yang tidak memiliki modal fisik

terpaksa menerima pekerjaan dengan bayaran yang rendah dan tidak mempunyai alternatif untuk

berusaha sendiri. Komponen selanjutnya adalah status pekerjaan, di mana status pekerjaan

utama kepala keluarga jelas akan memberikan dampak bagi pola pendapatan rumah tangga.

(Wicaksana, S,A. 2007), mengkategorikan karakteristik penduduk miskin menurut komunitas,

wilayah, rumah tangga, dan individu. Pada faktor komunitas, infrastruktur merupakan

determinan utama kemiskinan. Keadaan infrastruktur sangat erat kaitannya dengan tingkat

kesejahtaraan masyarakat. Infrastruktur yang baik akan memudahkan masyarakat untuk

melakukan aktivitas ekonomi maupun sosial kemasyarakatan, selain itu memudahkan investor

untuk melakukan investasi di daerah yang bersangkutan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab

sebelumnya maka dapat diberikan kesimpulan bahwa Berdasarkan hasil analisis regreasi linier

berganda, diperoleh nilai t hitung < (lebih kecil dari) t tabel, oleh karena itu Ho diterima dan H1

ditolak, berarti koefisien regresinya secara individu (parsial) tidak berpengaruh signifikan

terhadap angka kemiskinan di Kabupaten Mamasa, kecuali X3 (inflasi) yang secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap angka kemiskinan. Peningkatan jumlah penduduk perlu

dikendalikan dengan menjalankan kembali program KB, melaui penguatan tugas pokok dan

fungsi lembaga teknis yang menangani pengendalian angka pertumbuhan penduduk melalui

program Keluarga Berencana di setiap Pemerintah Daerah di seluruh Kabupaten Mamasa, juga

untuk menjaga kualitas sumber daya manusia.

Page 11: DETERMINAN ANGKA KEMISKINAN DI KABUPATEN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2b69f6fe36e86971ed1d5018f8079cc8.pdf · Untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Kabupaten Mamasa perlu diketahui

DAFTAR PUSTAKA

Atmawikarta, S, (2007), Pemberdayaan untuk Tekan Kemiskinan, makalah pada Musyawarah Rencana Pembangunan Propinsi Tahun 2007 dengan Proyek Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), Direktorat Kesehatan Bappenas, Jakarta.

Achmad Firman dan Linda Herlina (2005). Analisis Kemiskinan dan Ketimpangan Distribusi Pendapatan pada Peternak Sapi Perah (Survey di Wilayah Kerja Koperasi Unit Desa Sinar Jaya Kabupaten Bandung). IPB Bandung.

Bappenas, (2004). Rencana Strategis Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, Jakarta.

Chambers, R, (1988). Pembangunan Desa; Mulai Dari Belakang” LP3ES, Jakarta.

Ditjen PMD Depdagri, (2006). Sejarah Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia, www.tkpkri.org

Djoko Sugeng Pudjianto, Kristiani (2006). Kemiskinan, Kondisi Geografis dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Berhubungan dengan Kejadian Kekurangan Energi Protein (KEP) pada Balita di Kabupaten Sragen.

Hasan, F, ( 2006). Penanggulangan Kemiskinan, Lokakarya Aplikasi Manual tentang Penanggulangan Kemiskinan Bersasaran” (A Manual for Evaluating Targeted Poverty Alleviation Programmes), Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), www.ict4pr.org

Hureirah, A, (2005). Strategi Penanggulangan Kemiskinan, Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNPAS-LSM Mata Air (Masyarakat Cinta Tanah Air), Bandung

Kasryno, F, (1994). Prospek Pengembangan Ekonomi Pedesaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta

Lubis, Z, (2006). Penanggulangan Kemiskinan, Waspada Online, Medan.

Nazir, M. (1998). Metodologi Penelitian Pembangunan Desa. Penerbit Bina Aksara, Jakarta.

Sunarwan Arif Wicaksana, ( 2007). Analisis Kesenjangan Kemiskinan Antar Propinsi di Indonesia Periode Tahun 2000-2004. Universitas Islam Indonesia.

Usman, Bonar M. Sinaga, dan Hermanto Siregar (2004). Determinan kemiskinan sebelum dan sesudah desentralisasi fiskal.

Page 12: DETERMINAN ANGKA KEMISKINAN DI KABUPATEN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2b69f6fe36e86971ed1d5018f8079cc8.pdf · Untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Kabupaten Mamasa perlu diketahui

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Sektor di Kabupaten Mamasa Tahun 2011

Lapangan usaha Vocation

Laki – laki Male

Perempuan Female

Jumlah Total

(1) (2) (3) (4)

Pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan 24933 10550 35483

Pertambangan dan Penggalian 22 0 22

Industri 515 328 843

Listrik, Gas Dan Air minum 0 0 0

Konstruksi 2098 0 2098

Perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi

Transportasi, Pergudangan dan komunikasi

2078

1063

2080 0

4158

1063

Lembaga keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan 267 105 372

Jasa Kemasyrakatan, Sosial, Dan Perorangan 6113 3393 9506

Jumlah 37089 16456 53545

Total

Sumber : BPS Kabupaten Mamasa 2012.

Tabel 2. Angka Kemiskinan Kabupaten Mamasa Periode 2002-2011.

Tahun Penduduk Miskin (Jiwa) Angka Kemiskinan (%)

2002 17780 41.79 2003 18916 35.79 2004 20918 31.86 2005 21446 26.36 2006 24152 23.98 2007 40802 32.79 2008 39923 31.86 2009 34510 27.36 2010 33592 23.98 2011 32086 22.53

Sumber: BPS Kabupaten Mamasa, 2012

Page 13: DETERMINAN ANGKA KEMISKINAN DI KABUPATEN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2b69f6fe36e86971ed1d5018f8079cc8.pdf · Untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Kabupaten Mamasa perlu diketahui

Tabel 3. Perkembangan Penduduk Kabupaten Mamasa 2002-2011

Tahun Penduduk (Jiwa) Pertumbuhan Penduduk (%)

2002 42,547 ----

2003 52,853 24.22

2004 65,656 24.22

2005 81,358 23.92

2006 100,716 23.79

2007 124,433 23.55

2008 125,309 0.70

2009 126,134 0.66

2010 140,082 11.06

2011 142,416 1.67

Sumber: BPS Mamasa, 2012.

Gambar 1. Perkembangan Penduduk Mamasa Periode 2002 – 2011

020,00040,00060,000

80,000100,000120,000140,000

160,000

Jum

lah

Pend

uduk

(jiw

a)

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Tahun

Page 14: DETERMINAN ANGKA KEMISKINAN DI KABUPATEN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2b69f6fe36e86971ed1d5018f8079cc8.pdf · Untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Kabupaten Mamasa perlu diketahui

Tabel 4 . Hasil evaluasi pengaruh jumlah penduduk, PDRB, inflasi dan investasi terhadap angka kemiskinan

VARIABEL

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

95,0% Confidence

Interval for B

B Std. Error Beta Lower Bound

Upper Bound

ANGKA KEMISKINAN 67.615 168.672 0.401 0.705 -365.970 501.201

JUMLAH PENDUDUK 3.156E-5 0.000 0.192 0.141 0.894 0.000 0.001

PDRB -5.201E-6 0.000 -0.288 -0.096 0.927 0.000 0.000

INFLASI 1.719 0.717 0.621 1.397 0.062 -0.124 3.563

INVESTASI -9.805E-5 0.000 -0.525 -0.278 0.792 -0.001 0.001

Sumber : Hasil analisis

Y = 67,615 + 3,156E-5X1 - 5,201E-6X2 + 1,719X3 – 9,805E-5X4