Upload
vuonghuong
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DESKRIPSI HIPNOSABILITAS MASYARAKAT JAWA
(Studi Pendahuluan Deskriptif Eksploratif Hipnosabilitas Masyarakat
Suku Jawa di Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Yohanes Paulus Pius Patty Malinton
111114023
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
DESKRIPSI HIPNOSABILITAS MASYARAKAT JAWA
(Studi Pendahuluan Deskriptif Eksploratif Hipnosabilitas Masyarakat
Suku Jawa di Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Yohanes Paulus Pius Patty Malinton
111114023
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Rohandi, Ph.D.
HALAMAN MOTTO
Menyesali nasib tidak akan mengubah keadaan. Terus berkarya dan berkerjalah yang membuat kita berharga.
-Gus Dur-
Kalau ingin melakukan perubahan jangan tunduk pada kenyataan,
asalkan yakin dijalan yang benar maka lanjutkan.
-Gus Dur-
Kita harus menerima kekecewaan yang terbatas, namun jangan pernah
kehilangan harapan yang tak terbatas.
-Martin Luther King Jr-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini aku persembahkan bagi:
Tuhan Yesus Kristus & Bunda Maria,
Almamaterku, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
Program Studi Bimbingan dan Konseling,
Kedua orangtuaku tercinta,
Rudolf Emanuel Malinton dan Maria Veronika Sri Haryati
Kakakku tercinta, Agnes Veronica Citra Oktarina Malinton
Sahabat sekaligus Keluarga tercinta, Mahasiswa BK USD angkatan 2011 A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
DESKRIPSI HIPNOSABILITAS MASYARAKAT JAWA
(Study Pendahuluan Deskriptif Eksploratif Hipnosabilitas Masyarakat
Suku Jawa di Yogyakarta)
Yohanes Paulus Pius Patty Malinton
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2017
Penelitian ini bertujuan untuk 1) Penelitian ini memberikan gambaran tentang
hypnosabilitas subjek dilihat dari suku asal orang tua subjek apakah dari Jawa dan
pengaruhnya terhadap tingkat hipnosabilitas subjek. 2) Penelitian ini meneliti
hipnosabilitas masyarakat Jawa berdasarkan penggunaan bahasa Jawa sebagai alat
iteraksi di rumah dan pengaruh terhadap tingkat hipnosabilitas subjek. 3)
Penelitian ini memberikan gambaran tentang tingkathipnosabilitas masyarakat
jawa berdasarkan bahasa yang digunakan dalam pergaulan. 4) Peneliti akan
mencoba melihat tingkat hypnosabilitas subjek berdasarkan penguasaan bahasa
jawa terhadap keberhasilan dalam proses hipnosis.
Jenis penelitian yang dipakai adalah kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di salah
satu Universitas swasta di kota Yogyakarta, yaitu di Universitas Sanata Dharma.
Subjek penelitian ini adalah mayarakat Jawa. Sampel penelitian ini diambil dari
mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang berasal dari suku Jawa. Jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini yang berjumlah 40 orang atau total
sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket. Penelitian ini menggunakan teknik test yang dikonsultasikan langsung kepada
expert judgement.
Hasil penelitian menunjukkan Kesimpulan ini diperoleh dari hasil penelitian
dan pembahasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat hypnosabilitas
yang diambil dari 40 responden yang dilakukan pada masyarakat Jawa di
Universitas Sanata Dharna rata-rata memilki hypnosabilitas yang tinggi diatas 25
orang. Subjek yang memiliki sugestibilitas memiliki hasil nihil. Subjek yang
masuk dalam kategori hipnosabilitas tinggi mengindikasikan bahwa subjek
tersebut dengan mudah dapat disugesti, dilihat dari gerbang pikiran bawah
sadarnya yang relatif mudah untuk dibuka dengan menggunakan teknik sederhana
yaitu dengan teknik tes Arm Rising, Arm Falling, dan Eyelid Fixation. Subjek
yang tergolong memiliki tingkat hypnosabilitas sedang/moderat dilihat dari
gerbang pikiran bawah sadarnya yang relatif sulit dibuka menggunakan ketiga tes
tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek relatif sulit untuk diberikan
sugesti.
Kata kunci: hypnosabilitas, masyarakat Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
DESCRIPTION OF HYPNOTIZABILITY OF JAVANESE PEOPLE
(Preliminary Descriptive Explorative Study of Hipnotizability of
Javanese Ethnic Group in Yogyakarta)
Yohanes Paulus Pius Patty Malinton
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2017
This study was aimed to 1) Provide description of hipnotizability of subject
based on the Javanese ethnicity of the subject’s parents and its effect on the
subject’s hipnotizability. 2) Study the hipnotizability of Javanese society based on
usage of Javanese language in interaction at home and its effect on subject’s
hipnotizability. 3) Provide description of the level of hipnotizability of Javanese
society based on the language commonly used in day to day interaction. 4)
Observe the level of subject’s hipnotizability based on usage of Javanese language
on the success of hypnosis.
The research type is quantitative. This study was performed in a private
university in Yogyakarta, Sanata Dharma University.The research subjects were
Javanese people. The research sample was Javanese students of Sanata Dharma
University. Total sample used in this study was40 people or total sampling. The
data collection method was questionnaire.This study used test technique which was
directly consulted toexpert judgement.
The research result shows that the conclusion is drawn from research result
and discussion. The research result showed that the level of hipnotizability of over
25Javanese respondents in Sanata Dharma Universityhad high hipnotizability.
Subject who had suggestibility was nil. Subjects in high hipnotizability category
indicated that they easily accepted suggestion; their subconscious minds were
relatively easy to open by simple techniques ofArm Rising, Arm Falling, and
Eyelid Fixation tests. Subjects who had moderate level of hipnotizability had
subconscious minds which were relatively difficult to open using the three tests
above, so it’s concluded that the subjects were relatively difficult to be given
suggestions.
Keywords: hipnotizability, Javanese people.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat yang
dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan
skripsi ini merupakan kesempatan yang sangat berharga bagi penulis untuk belajar
dan mengaplikasikan pengetahuan yang telah peneliti dapatkan selama proses
penyelesaian skripsi berlangsung.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dan berjalan
dengan lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung dan
mendampingi peneliti. Oleh karena itu secara khusus peneliti mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Gendon Barus, M,Si. selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan
Konseling yang telah memberikan izin penelitian dan dukungan selama
penyelesaian skripsi.
3. Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Kepala Program Studi
Bimbingan dan Konseling.
4. Drs. R. Budi Sarwono, M.A. selaku dosen pembimbing yang telah sabar
mendampingi, memotivasi, dan mengarahkan dengan penuh kesabaran
dalam memberikan masukan-masukan yang bermanfaat kepada peneliti
selama mengerjakan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta yang telah membekali peneliti dengan pengetahuan-
pengetahuan yang bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.
6. Stefanus Priyatmoko selaku petugas di sekretariat Bimbingan dan
Konseling yang membantu peneliti mengurus berbagai administrasi dan
persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir.
7. Kedua orangtuaku tercinta dan orang tepenting dalam hidup peneliti yaitu
Papah Rudolf Emanuel Malinton dan Mamah Maria Veronika Sri Haryati
yang selalu memberikan dukungan baik lewat doa, semangat, dan materi
demi terselesainya skripsi ini.
8. Kakakku tersayang Agnes Veronica Citra Oktarina Malinton yang selalu
memberikan semangat dan doa.
9. Sahabat-sahabat terbaikku, Nawastiti Dhuarani, Sugeng Purnomo,
Theodora Adeline, Anastasia Marina, Rossa Delima K. J., M Arif
Saifudin, Boy Rizky, dan semuanya yang telah memberikan semangat
dalam proses mengerjakan skripsi ini.
10. Teman-teman BK angkatan 2011 yang telah memberikan motivasi, doa,
dan masukan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu
baik dalam doa, motivasi, materi, dan lain-lain.
Selama peneliti menyelesaikan tugas akhir ini, peneliti juga menyadari
bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam penulisan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .......... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
ABSTRACT ......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
E. Definisi Operasional Variabel ..................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 9
A. Hakikat Hypnosability Test ....................................................... 9
1. Pengertian Hypnosability Test ............................................. 9
2. Tujuan Test Hypnosabilitas ............................................... 12
3. Contoh Test Hypnosabilitas .............................................. 13
4. Tingkat Sugestivitas .......................................................... 14
5. Definisi Masyarakat Jawa .................................................. 15
6. Hypnosabilitas Masyarakat Jawa ....................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 38
A. Jenis Penelitian ......................................................................... 38
B. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 39
C. Subjek Penelitian ...................................................................... 39
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ............... 40
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ........................................ 42
F. Teknik Analisis Data ................................................................. 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 47
A. Deskripsi Data .................................................................... 47
B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................ 52
BAB V PENUTUP .................................................................................... 56
A. Kesimpulan .............................................................................. 56
B. Keterbatasan ............................................................................. 56
C. Saran ......................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Penilitian ........................................................................... 39
Tabel 3.2 Data partisipan dan Hasil Tes Hypnosabilitas .............................. 45
Tabel 4.1 Interpretasi hasil tes Hypnosabilitas masyarakat Jawa berdasarkan
identitas kejawaan ......................................................................... 48
Tabel 4.2 Interpretasi hasil tes Hypnosabilitas masyarakat Jawa dilihat dari
bahasa sehari hari dirumah ............................................................. 48
Tabel 4.3 Interpretasi hasil tes Hypnosabilitas subjek penelitian dilihat dari
bahasa pergaulan sehari hari .......................................................... 50
Tabel 4.4 Interpretasi hasil tes Hypnosabilitas subjek penelitian berdasakan
penguasaan bahasa Jawa subjek ..................................................... 51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabulasi Data Subjek dan Hasil Tes Hypnosabilitas ..................... 60
Lampiran 2. Questioner Penelitian .................................................................... 63
Lampiran 3. Instrumen Tes hipnosabilitas menurut R. Budi Sarwono ............. 69
Lampiran 4. Daftar Responden ........................................................................... 73
Lampiran 5. Data Suku Responden ................................................................... 76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional variabel.
A. Latar Belakang Masalah
Tes Hipnosabilitas merupakan sebuah langkah permulaan yang wajib
dilakukan oleh seorang praktisi hipnosis untuk mengetahui seberapa tinggi
atau seberapa rendah pikiran subjek bisa disugesti. Hipnosabilitas sering
disebut dengan sugestibilitas. Setelah mengetahui seberapa tinggi atau
seberapa rendah subjek bisa disugesti maka juru hipnosis bisa menentukan
strategi hipnosis yang akan diterapkan untuk menginduksi subjek. Dalam
penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian tentang indeks
hipnosabilitas masyarakat dari suku Jawa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengawali pembentukan indeks
hipnosabilitas masyarakat berdasarkan rumpun hidup yang disebut suku.
Penelitian ini menggunakan sebuah survei deskriptif untuk mengungkap hasil
hipnosabilitas masyarakat dari suku jawa dengan beberapa aspek yakni aspek
kejawaan, aspek ekonomi, aspek komunikasi di dalam keluarga jawa, aspek
komunikasi, aspek kognisi masyarakat suku Jawa, aspek psikologis aspek
yang secara teori mempengaruhi hipnosabilitas seseorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Dipilihnya masyarakat dari suku Jawa karena penelitian ini sangat
terkesan dengan tata cara hidup masyarakat Jawa dan fokus peneliti untuk
mengetahui sejauh mana subjek yang merupakan masyarakat asal suku Jawa
dapat disugesti.
Hal lain yang membuat peneliti melakukan penelitian ini ialah karena
hampir sebagian besar orang berasal dari suku Jawa atau dapat dikatakan
bahwa suku Jawa merupakan populasi terbesar dan paling sering ditemui di
lingkungan masyarakat.
Berbagai data tentang keberagaman suku yang ada di Indonesia pertama
kali dihasilkan melalusi Sensus Penduduk (SP) oleh pemerintah Belanda.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa di era Orde Baru,
pengumpulan data tentang jumlah suku-suku di Indonesia ini terhenti karena
disebabkan oleh adanya Political Taboo yang beranggapan bahwa membahas
tentang suku ialah upaya yang dapat mengancam keutuhan bangsa.
Setelah terhenti selama kurang lebih 70 tahun lamanya, di era reformasi,
Badan Pusat Statistik memulai kembali proses pengumpulan data tentang
jumlah suku yang ada di Indonesia. Bouman (2004) mengatakan tentang
sulitnya mengidentifikasi suku, dirinya beranggapan bahwa mengumpulkan
data suku tidaklah mudah, hal ini berkaitan dengan mengidentifikasi
seseorang berasal dari suku tertentu berdasarkan keturunan, kebiasaan hidup,
bahasa, hubungan kekerabatan, atau bahkan unsur politik. Atas dasar tersebut
sensus atau survey dilakukan dengan membuat pertanyaan terbuka dan
menerapkan Self Indentification Method, yaitu suku yang dicatat berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
pada pengakuan responden, dilakukan dengan cara koding pada setiap
jawaban responden.
Kerja sama yang dilakukan Badan Pusat Statistik dan Institute of Asian
Studies (ISEAS) pada tahun 2013 memeperoleh hasil klarifikasi baru yang
dapat digunakan untuk menganalisis data suku saat sensus penduduk pada
tahun 2010. Telah dilakukan identifikasi mana saja kode yang merupakan
nama lain, sub suku, dan sub-sub suku. Dihasilkan sebanyak 633 kelompok
suku besar dari kode suku yang tersedia dalam SP2010. Pengelompokan suku
dilakukan berdasarkan literatur seperti buku ensiklopedi suku maupun dari
pengetahuan para jejaring yang tersebar di seluruh nusantara. Kerja sama
BPS-ISEAS tidak hanya menghasilkan pengelompokan suku, namun
dihasilkan pula analisis suku yang tersaji dalam buku "Demography of
Indonesia's Ethnicity".
Berdasar data SP2010, ratusan suku yang ada di Indonesia memiliki
jumlah penduduk yang tidak sepadan. Suku Jawa adalah suku terbesar dengan
proporsi 40,05 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Menempati posisi
kedua adalah suku Sunda sebesar 15,50 persen. Selanjutnya suku-suku
lainnya memiliki proporsi dibawah lima persen penduduk Indonesia. Studi
lanjutan terhadap keanekaragaman diukur dengan Ethnic Fractionalize Index
(EFI) dan Ethnic Polarized Index (EPOI) diperoleh EFI sebesar 0,81 dan
EPOI sebesar 0,50. Tergambar bahwa Indonesia sangat heterogen atau
majemuk, namun tidak terpolar sehingga potensi dampak konflik cenderung
rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Indonesian Hypnosability Index perlu diciptakan karena, Pertama, pada
tahun 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta menentukan Hypnocounseling sebagai mata kuliah
pilihan dalam kurikulum baru yang mulai berlaku pada tahun 2013 yang baru
lalu. Keberadaan Hypnocounseling sebagai mata kuliah harus didukung oleh
berbagai penelitian untuk mencapai kematangan teoritik.
Kedua, Peneliti ingin mengetahui secara khusus indeks hypnosabilitas
masyarakat asal suku Suku Jawa, selain itu Indonesia belum memiliki indeks
hypnosability karena selama ini kebanyakan dari para praktisi hipnosis lebih
berkiblat ke indeks Hypnosability yang diciptakan di negara barat sementara
budaya barat sangat berbeda dengan budaya-budaya yang ada di Indonesia
contohnya budaya Jawa. Para praktisi hypnosis dan hypnocounseling selama
ini mengasumsikan hipnosabilitas subyek hanya berdasarkan penelitian yang
dilakukan Universitas Stanford dan mengacu pada SHSS (Stanford Hypnotic
Suceptibility Scale) yang mengatakan 5% dari sebuah populasi memiliki
hipnosabilitas rendah, 10% memiliki hipnosabilitas tinggi, dan 85% moderat
(sedang). Penelitian serupa yang menggunakan sampel orang indonesia
menurut peneliti, belum ada. Oleh karena hal itu, peneliti merasa bahwa
penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan dengan mengangkat judul
penelitian “Deskripsi Hipnosabilitas Masyarakat Jawa (Study
Pendahuluan Deskriptif Eksploratif Hipnosabilitas Masyarakat Suku
Jawa di Yoyakarta)”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
B. Rumusan Masalah
Dengan mempertimbangkan beberapa hal penting seperti diuraikan pada
bagian latar belakang masalah, maka masalah dalam penelitian ini
dirumuskan dalam beberapa rumusan yaitu
1. Seperti apakah tingkat hypnosabilitas subjek berdasarkan suku orang
tuanya?
2. Seperti apakah tingkat hypnosabilitas subjek berdasarkan bahasa yang
digunakan dirumah?
3. Seperti apakah tingkat hypnosabilitas subjek berdasarkan bahasa yang
digunakan dalam pergaulan?
4. Seperti apakah tingkat hypnosabilitas subjek berdasarkan penguasaan
bahasa jawa?
C. Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini memberikan gambaran tentang hipnosabilitas subjek dilihat
dari suku asal orang tua subjek apakah dari Jawa dan pengaruhnya
terhadap tingkat hipnosabilitas subjek.
2. Penelitian ini meneliti hipnosabilitas masyarakat Jawa berdasarkan
penggunaan bahasa Jawa sebagai alat iteraksi di rumah dan pengruh
terhadap tingkat hipnosabilitas subjek.
3. Penelitian ini memberikan gambaran tentang tingkathipnosabilitas
masyarakat jawa berdasarkan bahasa yang digunakan dalam pergaulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
4. Peneliti akan mencoba melihat tingkat hypnosabilitas subjek berdasarkan
penguasaan bahasa jawa terhadap keberhasilan dalam proses hipnosis.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap muncul beberapa manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu membuat dan meperoleh data untuk
membuat indeks hipnosabilitas berdasarkan survei pada masyarakat dari
suku Jawa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dharma Hasil penelitian yang berupa indeks hipnosabilitas
masyarakat Jawa ini salah satunya untuk mendukung mata kuliah
Hypnocounseling pada Program Studi Bimbingan dan Konseling,
sebagai mata kuliah pilihan dalam kurikulum baru yang mulai
berlaku pada tahun 2013.
b. Bagi Peneliti
Peneliti dapat memastikan dan menentukan hasil indeks
hipnosabilitas masyarakat Jawa.
E. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini yaitu:
1. Hipnosabilitas merupakan ukuran tentang tinggi-rendahnya subjek bisa
diberikan sugesti atau dalam bahasa lain diberikan anjuran/saran. Ukuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
tinggi rendahnya hipnosabilitas subjek dapat dikelompokan menjadi tiga
kategori, yaitu subjek yang sulit diinduksi (hipnosabilitas rendah), subjek
moderat (hipnosbilitas sedang), dan subjek yang mudah diinduksi
(hipnosabilitas tinggi).
2. Masyarakat Jawa ialah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan
terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama yaitu
berkebudayaan Jawa.
3. Identitas kejawaan merupakan item dalam penilaian yang digunakan untuk
mengumpulkan data dari responden. Identitas kejawaan subjek akan
diketahui melalui masing-masing item yaitu orang tua subjek yang asli
dari suku Jawa. Bahasa sehari hari yang digunakan subjek terkait
penggunaan bahasa Jawa atau bukan. Bahasa sehari pergaulan sehari hari
menggunakan bahasa Jawa atau bahasa Indonesia. Penguasaan bahasa
Jawa subjek terkait bahasa Jawa Ngoko, bahasa Jawa Krama Madya, atau
bahasa Jawa Krama Inggil. Ketertarikan subjek terhadap budaya jawa,
pengetahuan subjek tentang etika Jawa, Pengaruh etika Jawa terhadap
perilaku subjek, dan sifat dasar subjek sebagai orang jawa.
4. Latar belakang keluarga subjek adalah proses pembagian subjek yang
dilihat dari keadaan di ruang lingkup keluarga. Proses pemetaannya ialah
tentang silsilah subjek di dalam urutan keluarga. Secara umum subjek
merupakan anak yang dididik oleh keluarga dengan cara keras, dengan
cara biasa saja atau dengan lemah lembut. Kedekatan subjek dengan ayah
atau dengan ibu. Keluarga subjek merupakan kategori keluarg terpelajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
atau keluarga tradisional. Kondisi ekonomi subjek ialah keluarga
menengah-keatas atau keluarga menengah-kebawah. Subjek memperoleh
kebebasan berekspresi di dalam keluarga atau tidak. Subjek berasal dari
keluarga yang tinggal di kota besar, kota kecil dalam kecamatan, atau dari
pedesaan. Akses informasi di tempat tinggal subjek dalam katerogi baik,
sedang atau kurang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini dipaparkan mengenai pengertian hypnosability, pengertian
hypnosability test, pengertian sugestibilitas masyarakat Jawa.
A. Kajian Teori
Hypnosability adalah kemampuan seseorang untuk masuk ke dalam
alambawah sadar.Berkebalikan dari pandangan umum bahwa seorang
hipnotis memiliki kuasa penuh atas subjek yang sedang dihipnosis,
sebenarnya subjek itulah yang menjalankan semuanya, semuanya tergantung
dari tingkat sugestibilitas(Kemampuan menerima serta menjalankan sugesti)
yang dimilikinya. Hypnosability juga disebut dengan suggestibility.Menurut
indeks SHSS (Stanford Hypnotic Suceptibility Scale) maka manusia terbagi
menjadi tiga tipe sugestibilitas yaitu 85% yang moderat, 10% orang yang
mudah dihipnotis, dan 5% adalah orang-orang yang sama sekali memiliki
sugestibilitas yang rendah, dengan kata lainsulit dihipnosis.Tipe
Sugestibiltas adalah cara seseorang dalam menerima suatu sugesti atau
informasi ke dalam pikiran bawah sadarnya.
1. Pengertian Hypnosability Test
Tes hipnosabilitas atau tes sugestibilitas merupakan proses paling
awal dan sangat menetukan kesuksesan dari proses hipnosis selanjutnya.
Willy Wong dan Andri Hakim (2009: 23) mengatakan dalam dunia
konvensional, salah satu praktik yang biasa dilakukan pada saat Pre
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Induction adalah tes sugestivitas. Tes ini merupakan standar yang harus
dilakukan oleh setiap penghipnotis pada saat melakukan hipnosis kepada
orang yang "belum pernah" merasakan direct hypnosis atau hipnosis
langsung sebelumnya. Willy Wong dan Andri Hakim mengatakan tes
sugestivitas juga digunakan sebagai bentuk latihan bagi subjek agar
subjek benar-benar merasakan apa sebenarnya makna hipnosis.
Terkadang subjek memiliki sebuah harapan yang berbeda dengan
penghipnosis, misalnya banyak subjek yang berharap bisa tertidur lelap
dengan secepat kilat, ada yang berharap bisa kehilangan ingatan dengan
sekali tepuk, ada juga yang masih ketakutan akan kata dihipnosis. Karena
itu konsep penghipnosis dan subjek perlu disamakan caranya dengan
melakukan tes sugestivitas. Teknik khusus yang dilakukan dalam tes
sugestivitas dapat melatih sugestivitas dari subjek. Jika teknik itu
semakin sering dicoba, akan terjadi sebuah kesepakatan/kesepahaman
antara pikiran bawah sadar penghipnosis dengan subjek.
Toni Setiawan (2009: 22) dalam buku Hipnotis dan Hypnoterapi
menyatakan bahwa proses deep level test sering diistilahkan dengan
"trance level test" atau pengujian tingkat kedalaman hypnotic seseorang
subjek. Bagi para hipnoterapi, tingkat kedalaman trans akan berkaitan
dengan efektifitas pengaruh sugesti terapi yang akan diberikan kepada
subjek. Depth level test dilakukan dengan cara memberikan perintah
sederhana yang berlawanan dengan logika kesadaran biasa (conscious).
Jika tingkat kedalaman trans tersebut belum tercapai, maka pelaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
hipnotis harus melakukan induksi kembali. Karena itu seorang pelaku
hipnotis harus melakukan tingkat pengukuran kedalaman hipnosabilitas
subjek guna mempermudah dalam melakukan sugesti ditahap selanjutnya
dalam hypnosis.Toni Setiawan menambahkan bahwa uji sugestibilitas
atau tes hipnosabilitas digunakan untuk mengetahui apakah seseorang
memiliki tipe physical suggestibility (sugestibilitas fisik) atau emotional
suggestibility (sugestibilitas perasaan).Mengetahui tipe sugestibilitas
seseorang sangat penting untuk menentukan tipe induksi yang digunakan
dan teknik terapi yang cocok.
Peneliti akan mengukur tingkat sugestibilitas subyek dengan
menggunakan Depht Level Scale menurutSarwono (2011), alasan
utamanya karena peneliti adalah salah seorang murid yang ikut dalam
pelatihan Hypnocounseling yang beliau kembangkan. Alasan lain karena
peneliti sudah mempelajari teknik-teknik yang diajarkan olehBudi
Sarwono (2011). Tes Sugestibilitas adalah sebuah langkah elementer
yang wajib dilakukan seorang juru hipnosis untuk mengetahui seberapa
tinggi atau seberapa rendah pikiran subjek.Sugestibilitas
menurutSarwono (2011) dibagi menjadi 6 tingkatan, dan setiap tingkatan
bisa diukur dengan cara tertentu. Ketika subyek menunjukan perilaku
seperti yang disugestikan pada setiap sesi maka akan disimpulkan sejauh
itulah sugestivitasnya. Tes Hynosabilitas atau tes sugestivitas yang
dikembangkan R. Budi Sarwono dalam penelitian ini akan menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
instrumen utama yang digunakan peneliti. Sarwono membagi tes
sugestivitasnya menjadi enam tingkatan.
2. Tujuan dilakukannya Tes Hypnosabilitas
Tujuan pertama dilakukannya tes hipnosabilitas atau tes sugestibilitas
ialah untuk mengetahui sejauh mana subjek dapat disugesti. Sehingga
selanjutnya seorang yang akan melakukan praktik hipnosis mampu
melakukan pemrograman pikiran yang positif dalam pikiran bawah sadar
subjek. Tes Hipnosabilitas juga mempermudah seorang yang akan
melakukan hipnosis pada langkah selanjutnya setelah mengetahui tingkat
sugestibilitas subjek. Dari tinggi rendahnya tingkat hipnosabilitas subjek
dapat juga diketahui atau disimpulkan apakah subjek benar-benar bisa
berfikir secara terfokus.Fokus pada pikiran merupakan pintu gerbang
memasuki alpha state.Alpha state ialah waktu dimana subjek hanya
memikirkan satu perhatian.Dan saat memasui alpha state adalah saat
yang sugestif.
Tujuan kedua untuk mengetahui apakah subjek benar benar bisa
berimajinasi. Menurut Sarwono (2011) bahasa pikiran ialah bahasa
gambar. Seorang mengalami kesulitan untuk membayangkan sesuatu
biasanya akan sulit memasuki level hipnosis yang lebih dalam.
Tujuan ketiga dari tes hipnosabiliti ialah untuk mengetahui apakah
subjek benar-benar bisa merasa rileks. Rileks adalah salah satu kata kunci
untuk memasuki sesi hipnosis. Tanpa rileks, seseorang akan kesulitan
untuk masuk ke hypnosis state. Kalau subjek nampak belim rileks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
mungkin dia tidak tahu konsep rileks itu seperti apa. Maka coba gunakan
kata-kata yang lain seperti santai, lemas, tenang, tenteram dan
sebagainya.
Tujuan lain dari tes hipnosabiliti ialah untuk mengetahui apakah
subjek benar-benar memahami bahasa yang disampaikan seorang
hipnotis. Suara, kata-kata, kalimat adalah alat bagi juru hipnotis untuk
mempengaruhi subjek. Ketika subjek tidak memahami bahasa Anda
maka kesadaran subjek akan sulit di by pass. Seorang master hypnosis
dari Amerika yang bisa berbahasa Inggris tidak akan bisa menginduksi
seorang nenek yang hanya paham bahasa Jawa. Oleh sebab itu seorang
master hipnosis pun harus memahami bahasa yang dipahami subjek.
Tidak hanya bahasa, juru hipnotis harus menyelaraskan sedemikian rupa
dengan pengalam subjek, pengetahuan subjek dan keterampilan
komunikasi dia.
3. Contoh Test Hypnosabilitas
Ada puluhan contoh tes hipnosabilitas yang telah dicoba oleh banyak
pakar hypnosis di dunia. Teknik-teknik tes hipnosabilitas yang digunakan
peneliti mengacu pada tes yang diajarakan Sarwono (2011) yaitu sebagai
berikut;
a. Arm Rising (Tangan Terangkat)
Teknik Arm Rising ialahajakan klien untuk berimajinasi bahwa
tangannya seakan seringan balon dan biarkan klien berimajinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
seakan tangannya terangkat dengan sendirinya tanpa dibantu atau
diperintah. Jika ternyata mampu maka lanjutkan ke tahap induksi.
b. Arm Falling (Tangan Jatuh)
Teknik Arm Fallingialahajakan klien untuk berimajinasi bahwa
tangannya akan diberikan beban yang sangat berat,seiringan dengan
beban yang diletakan di tangan subjek dapat dinilai apakah tangan
subjek dapat terhempas. Subjek diminta berimajinasi seakan
tangannya akan terhempas ke bawah bila diletakan benda berat di
tangannya. Jika ternyata mampu maka lanjutkan ke tahap induksi.
c. Eyelid Fixation (Mata Lengket)
Dalam induksi ini subyek diminta untuk memusatkan fokus ke bagian
mata.Tujuannya adalah untuk membuat mata subjek merasa
lengket.kemudianpraktisis menilai lewat menghubungkan kelengketan
mata subjek dengan sugesti yang membawa subyek memasuki kondisi
hypnosis
4. Tingkat Sugestivitas
Bagi seseorang yang memenuhi 3 persyaratan utama untuk
menerima proses hipnosis, tidak secara otomatis akan membuat pelaku
hipnotis dapat melakukan proses hipnosis dengan mudah terhadap subjek
tersebut. Mudah tidaknya seseorang untuk masuk kedalam kondisi
hipnosis tergantung dari apa yang disebut dengan tingkat sugestivitas
(Toni Setiawan, 2009: 166).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Secara sederhana, terdapat tiga tingkatan sugestivitas yang dapat
diketahui melalui suatu rangkaian tes sederhada. Tiga tingkatan itu
diuraikan menjadi;
a. Sugestivitas Tinggi
Gerbang pikiran bawah sadar relatif mudah untuk dibuka dengan
menggunakan teknik sederhana.
b. Sugestivitas Sedang (moderat)
Gerbang pikiran bawah sadar relatif sulit dibuka dengan teknik
sederhana.
c. Sugestivitas Buruk/rendah
Gerbang pikiran bawah sadar relatif sangat sulit dibuka dengan teknik
sederhana.
5. Definisi Masyarakat Jawa
Masyarakat adalah kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia
yang terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996:
100).Masyarakat Jawamerupakan salah satu masyarakat yang hidup dan
berkembang mulai zaman dahuluhingga sekarang yang secara turun
temurun menggunakan bahasa Jawa dalam berbagai ragam dialeknya dan
mendiami sebagian besar Pulau Jawa (Herusatoto, 1987: 10).Pada
perkembangannya masyarakat Jawatidak hanya mendiami Pulau Jawa,
tetapi kemudian menyebar dihampir seluruh penjuru nusantara.Bahkan di
luar Jawa pun banyak ditemukan komunitas masyarakat Jawa akibat
adanya program transmigrasi yang dicanangkan pemerintah.Masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Jawa ini memilikikarakteristik tersendiri dibandingkan dengan
masyarakat-masyarakat lainnya, sepertimasyarakat Sunda, masyarakat
Madura, masyarakat Minang, dan lain sebagainya.
a. Nilai-nilai hidup orang Jawa
Menurut Horrocks, Pengertian Nilai adalah sesuatu yang
memungkinkan individu atau kelompok sosial membuat keputusan
mengenai apa yang ingin dicapai atau sebagai sesuatu yang
dibutuhkan. Secara dinamis, nilai dipelajari dari produk sosial dan
secara perlahan diinternalisasikan oleh individu serta diterima sebagai
milik bersama dengan kelompoknya.Nilai ialah standar konseptual
yang relatif stabil, dimana secara eksplisit maupun implisit
membimbing individu dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai
serta akitvitas dalam rangka memenuhi kebutuhan psikologi. nilai-
nilai hidup orang jawa ialah sebagai berikut:
1) Nilai Welas Asih
Pribadi yang baik tentu bisa memahami diri dan orang lain.
Pahamdiri dan orang lain, akan menyebabkan jiwa semakin muncul
belas kasihan (welas asih). Welas Asih adalah kepribadian orang Jawa
yang disertai jiwa mau merasakan. Ketika orang lain sedang menderita
musibah gunung merapi meletus, misalnya pribadi welas asih akan
merasakan betapa pedih dan susahnya. Welas asih mring sesame, akan
membangkitkan jiwa mau menolong, mau merasakan penderitaan yang
orang lain rasakan. Kemurahan hati bermakna memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
kebahagiaan dan kegembiraan kepada orang lain dengan tulus. Rasa
belas kasih bermakna rasa simpati dan penuh toleransi. Hal-hal yang
penuh belas kasih adalah yang mampu memberikan maaf, memiliki
kesabaran dan menunjukan toleransi dan kasih sayang yang tulus. Jiwa
yang terlatih, akan merasa terpanggil andaikata ada musibah yang
menimpa orang lain. (Endaswara: 2013: 172)
2) Nilai Pribadi Paripurna
Mawas diri akan menghantar orang menuju ke ukuran menjadi
manusia tanpa ciri. Mencapai ukuran ini membuat orang tahu bahwa
kramadangsa itu "bukan aku" (dudu aku). Dengan demikian ia juga
dapat tahu bahwa orang lain itu "bukan kamu" (dudu kowe), dapat
ngonangi dirinya sendiri yang mau cari enaknya sendiri. Kramadangsa
hidup dalam ukuran tentang kalau ia berhasil mentransendensikan diri,
maka ia akan sampai pada ukurang menjadi manusia tanpa ciri yakni
Aku Tetap. (Endaswara: 2013: 179)
Mawas diri telah menjadi bagian tak terpisahkan lagi dari
kebudayaan jawa, dalam tradisi mistis maupun etis. Sekalipun perlu
diingat bahwa hampir semua kepustakaan Jawa keterkaitan antara
tradisi etis dan mistis adalah sangat erat.
Menurut Subagyo (1983) dalam buku Ilmu Jiwa jawa menyatakan
bahwa mawas diri adalah tahap integrasi diri dimana egoisme dan
egosentrisme diganti dengan sepi ing pamrih.Tahap integrasi ini perlu
diikuti dengan transformasi diri dengan latihan-latihan agar manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
menemukan identitas baru, ego baru, dan diakhiri dengan partisipasi
manusia kedalam kegiatan ilahi. Cara yang dipergunakan dalam
mawas diri ini biasanya dengan mengurangi kemampuan pikir dan
teknis, serta memperlemah indra dan vegetasi, supaya akal dan ilmu
diatasi budi: jiwa diatasi "penuma", jasmani diatasi rohani.
3) Nilai Kerukunan
Prinsip kerukunan bertujuan untuk mempertahankan masyarakat
dalam keadaan yang harmonis.Keadaan yang seperti itu disebut
rukun.Rukun berrarti “dalam keadaan selaras”, “tenang dan tentram”,
“tanapa perselisihan dan pertentangan”, “bersatu dalam maksud untuk
saling membantu”.
Keadaan rukun terdapat disemua pihak berada dalam keadaan
damai satu sama lain, suka bekerja sama, saling menerima, dalam
suasana tenang dan sepakat. Rukun adalah keadaan ideal yang
diharapkan dapat dipertahankan dalam semua hubungan sosial, dalam
keluarga, dalam rukun tetangga, di desa, dalam setiap pengelompokan
tetap. Suasana seluruh masyarakat seharusnya bernapaskan semangat
kerukunan.
4) Nilai Filosofis dan Teleologis
Kisah perjalanan Bima sebenarnya bermakna sebagai perjalanan
Bima mengalahkan hawa nafsu dan keinginan-keinginannya untuk
mendapat air suci.Perjalanannya ke gunung Candramuka dan
mengalahkan raksasa bermakna Bima berhasil mengalahkan hawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
nafsunya.Candramuka berarti gambaran mata, hidung, mulut, telinga
yang merupakan pintu bagi segala keinginan.
Hal itu diperteguh oleh ungkapan mati sarjoning urip lan urip
sarjoning mati, artinya mati di dalam hidup dan hidup di dalam mati.
Wejangan ini menekankan bahwa selama orang masih hidup, nafsu
yang mendorong seseorang untuk berbuat jahat harus dipadamkan.
Kemudian ketika orang mati untuk nafsu, ia akan mendapat hidup
yang satu padu dengan Sang Hidup.
Melihat keseluruhan cerita, ada satu inti yang ingin ditekankan
yaitu semua mengarah kepada Manunggal ing Kawula Gusti, kesatuan
yang menerima dan yang memberi hidup.Inilah inti teleologis
Jawa.Dalam adegan Bima memasuki Dewa Ruci dan melihat seluas
segala kenyataan, di sana ditekankan bahwa makrokosmos ada di
dalam mikrokosmos sendiri. Perjalanan jauh Bima justru berakhir
dalam dirinya sendiri. Hal ini mengakibatkan nilai rohani atau
kebatinan lebih diutamakan dibandingkan yang jasmani. Bila
seseorang mencapai Manunggal ing Kawula Gusti, ia akan menjadi
suci seperti Bima. Dalam istilah Yunani hal ini sama dengan
eudaimonia, tetapi eudaimonia-nya Jawa (Franz MagnizSuseno,
1996:128).
5) Nilai Refleksi Kritis
Kisah Dewa Ruci menekankan pentingnya olah batin dan sangat
jarang atau hampir tidak pernah menyinggung olah raga. Bahkan, raga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dianggap sebagai pintu gerbang nafsu yang harus dimatikan. Paham ini
secara ekstrim mengakibatkan hilangnya daya kreasi manusia karena ia
hanya terfokus pada kedalaman diri sendiri. Namun harus diakui pula
bahwa olah batin itu baik sejauh diimbangi dengan olah raga lewat
karsa, kerja, dan karya. Istilah latinora et labora sekiranya dapat
diterapkan dalam olah kebatinan manusia.
Kisah ini mengandung pula pemikiran dualism Plato yaitu adanya
ralitas yang asli dan yang bayang-bayang. Kisah ini menekankan
bahwa rohlah yang aseli sedangkan tubuh adalah cerminan dari yang
asli. Prinsip ini sangat baik karena penerapannya ialah orang tidak
hanya hidup menurut kehendak badan yang bukan sunyata. Prinsip ini
mengantar manusia khususnya Jawa kepada pengetahuan akan adanya
hal yang lebih luhur daripada yang kelihatan sejara inderawi.
Hampir keseluruhan nilai dari kisah ini bersifat praktis. Nilai yang
disampaikan ialah nilai yang dapat langsung dipraktikan dalam hidup
sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa olah batin yang baik membuat
relasi etis orang dengan yang lain semakin baik (tata karma harus
dijunjung tinggi), walaupun dampaknya membuat orang kurang
tertarik pada dunia di luar diri. Anggapan bahwa semua ada dalam aku
membuat orang merasa bahwa mengetahui diri sendiri sudah cukup.
Padahal kenyataannya, daya kreasi manusia juga membangun
perkembangan dunia (Franz Magniz Suseno, 1996:120).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Akibat positif sikap batin demikian ialah dijunjung tingginya
prinsip keharmonisan antara jagad gede (makrokosmos) dengan jagad
cilik (mikrokosmos).Hal ini nampak pada kecenderungan yang
menjunjung tinggi rasa demi terciptanya tentrem ing manah (tentram
di batin). Aplikasinya ialah sikap menghindari konflik demi harmoni.
Pemahaman tentang Manunggal ing Kawula Gusti membuat tak
terpisahkannya yang mencipta dan yang diciptakan. Hal ini berbahaya
ketika jatuh kepada pantheisme yang cenderung kepada atheism.Dalam
salah satu buku yaitu Wirid Hidayat Jati, ada sebuah ungkapan
demikian: “aku menyaksikan zatku sendiri, sesungguhnya tidak ada
Tuhan kecuali aku.Paham Manunggal ing Kawula Gusti, bila
ditangkap salah akan menghantar orang kepada atheisme.Mengutip
penjelasan Dr. Franz Magnis Suseno, paham Manunggal ing Kawula
Gusti harus dimengerti sebagai kesadaran bahwa manusia tidak bisa
mencapai kesunyataan dengan usaha sendiri misalnya dengan
bersamadi atau berlaku tapa puasa.Dalam kisah ini, peran Dewa Ruci
sangat besar karena dialah yang menyingkapkan segala pengetahuan
kepada Bima.Lebih tepatnya, usaha ini berarti membiarkan Yang Ilahi
menganugerahkan dirinya (wahyu) dan manusia membiarkan dirinya
dituntun oleh keilahian Yang Ilahi.Manunggal ing Kawula Gusti
merupakan karunia Yang Ilahi, bukan hasil usaha sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
6) Nilai nilai dalam Serat Waraiswara
Ada tiga aspek yang ditekankan dalam serat ini.Yaitu, kewajiban
istri kepada Tuhan, masyarakat, dan keluarga. Misalnya, mengenai
kewajiban istri kepada Tuhan, disebutkan: Darumaning Hyang Maha
Suci/nganakaken ponang wong/jalu estri pan padha perlune/wujud
priya lantaraning wiji/estri kang madhahi/kumpul dadi wujud/yen wis
wujud obah dadi urip/wajibe tetakon/sejarahe ingkang nganakake/
ingkang sareh pitakone titi/patitising wiwit/pungkasane mantuk (Serat
Wariswara hal: 32).Sedangkan artinya adalah sebabnya yang Maha
Suci menciptakan manusia pria atau wanita itu sama perlunya, yang
berwujud pria sebagai perantara (penyebar) benih dan wanita yang
mewadahi, jadilah bersatu, bila telah berujud bergerak disebut hidup,
seharusnya bertanya/tentang sejarah yang menjadikannya/hendaklah
tenang dan teliti pertanyaanya/tepat pada asal mula hidup/ dan
akhirnya hayat kembali.Dalam keluarga, seseorang istri harus
berfungsi sebagai ibu dan pendamping suami. Adapun kewajiban istri
yang tercantum kedalam Serat Waraiswara adalah
Mantep (mantab). Berarti hanya berpikiran satu kepada suami,
tanpa berpaling kepada orang lain (nyeleweng)
Mengetahui dan mendalami pribadi suami, tahu yang
dikehendaki, agar selalu mendapat kasih sayangnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Temen, nrima, dan sabar. Maksudnya, jujur dalam segala hal,
menerima yang dihasilkan suami, tidak lekas marah, dan tidak
mudah terpancing oleh hasutan.
Berbakti kepada suami, tidak berani, hormat, tidak lancang
mendahului semua tindakan, dan juga tidak mengecam atau
memotong pembicaraan.
Gemati, yaitu sayang kepada suami, siap melayani atau
menyikapi apa saja yang dikehendaki, dan merawat atau
mencarikan obat ketika sakit.
Menjaga martabat dan pandai menyimpan rahasia suami.
Berhati-hati, waspada dengan apa yang diucapkan dan tidak
terpukau oleh segala hal.
Tingkah laku, tutur kata, dan sikap diusahakan selalu manis,
riang gembira.
7) Nilai nilai dalam Serat Sasanasunu
Serat Sasanasunu memuat banyak ajaran budi pekerti yang perlu
ditetapkan oleh para bangsawan maupun rakyat jelata pada masa itu
dengan cara membangun kembali tata krama yang bersumber dari nilai
nilai Jawa dan Islam. Melalui Serat Sasanasunu ini diharapkan tumbuh
kembali semangat rakyat untuk memperbaiki kehidupan mereka
dengan cara yang baik dan benar. Beberapa aspek ajaran yang
diketengahkan dalam Serat Sasanasunu, antara lain mengenai:
Penampilan yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Keseimbangan dunia akhirat
Memelihara akal
Mawas diri
Bekerja atau mencari nafkah
Berbusana dan berpakaian
Berteman/mencari teman
Tata krama berpergian
Tata krama bertamu
Tata krama berbicara
8) Nilai nilai dalam Serat Bratasunu
Serat ini mempunyai banyak ajaran yang berguna untuk
anak.Prinsipnya, seseorang anak mempunyai kewajiban-kewajiban
terhadap orang tua, yang dikaitkan pula dengan kewajiban terhadap
raja, majikan, dan pejabat kerajaan. Serat Bratasunu membicarakan
cara meningkatkan hidup dan berperilaku sesuai tuntunan agama yang
baik. Untuk meningkatkan harkat hidup perlu memiliki hati yang baik,
dengan berguru kepada para ahlinya.Serat Bratasunu mengajarkan
bagaimana mencapai kualifikasi manusia utama lahir batin.Yang
disebut manusia utama ialah orang yang suka mengheningkan cipta,
menyucikan jiwa, mawas diri, dan dapat berpikiran logis. Serat
Bratasunu mengajarkan bahwa hakikat ilmu-ilmu sebenarnya sama
saja. Orang yang suka bertapa akan suka memaafkan orang lain, sabar
menghadapi sesama. Ia dapat menaklukan hawa nafsu dengan rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
cinta kasih. Jangan suka menyombongkan diri dalam mengartikan hal-
hal yang sebenarnya belum dikuasai. Jangan suka meremehkan orang
lain, merasa hebat sehingga melupakan kejawaannya. Asal dilakukan
dengan wajar dengan pikiran positif, tentu akan berhasil sesuai yang
diharapkan.
b. Kebudayaan Jawa
Dahulunya, masyarakat Suku Jawa sebagian besar memeluk agama
Hindu, Budha, dan Kejawen sebagai pegangan.Berbeda dengan yang
sekarang, sebagian besar masyarakat Jawa memeluk agama Islam dan
sebagian kecil menganut agama Kristen dan Khatolik.Meskipun demikian,
budaya masa lalu masyarakat Jawa tidak utuh ditinggalkan begitu saja
karena kepercayaan Kejawen, yang merupakan kepercayaan yang
dihasilkan dari budaya Jawa, tetap masih ada yang menjalankan.
Budaya Suku Jawa Indonesia merupakan sebuah budaya yang
dianut oleh semua masyarakat suku jawa meliputi, Jawa Timur, Jawa
Tengah, dan DIY.Secara garis besar budaya jawa terbagi menjadi tiga
budaya yaitu budaya DIY dan Jawa Tengah, budaya Banyumas, dan
Budaya Jawa Timur.Didalam budaya Jawa selalu menjunjung tinggi
tentang kesopanan bertingkah dan bertutur serta cenderung menjunjung
kesederhanaan.Selain budaya suku Jawa terdapat di Jawa Tengah, Jawa
Timur dan DIY budaya jawa juga terdapat di daerah perantauan orangjawa
seperti Jakarta, Sumatera.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Budaya yang dianut oleh suku jawa ini menjadi salah satu budaya
Indonesia yang disukai oleh masyarakat manca negara.Kebanyakan orang
diluar negeri tertarik dengan seni Wayang Kulit, Gamelandan seni
Batik.Budaya jawa dikatakan sebagai budaya unik karena terbagi menjadi
duabahasa yaitu bahasa Jawa Ngoko dan Madya Krama.Budaya Jawa
identik dengan feodal dan sinkretik karena suku Jawa selalu menghargai
semua agama serta pluralitas.Budaya Suku Jawa Indonesia menghasilkan
agama sendiri yang dinamakan kejawen. Kejawen merupakan sebuah
kepercayaan yang didalamnya terdapat tradisi/adat, seni budaya, dan
filosofi suku Jawa.
Menurut Iman Budhi Santosa (2012: 194) menyatakan bahwa
kejawen sebagai paham spiritual yang tumbuh berkembang di Jawa,
menurut para penganutnya adalah cara untuk menghayati dan mewujudkan
nilai nilai rohani manusia agar yang bersangkutan dapat mencapai
kasunyataan hidup sejati, berbudi luhur, dan mewujudkan kesempurnaan
hidup. Hampir semua penganut kejawen cenderung tidak menyebut paham
ini sebagai agama. Dalam praktiknya pun, paham kejawen juga tidak
dikembangkan melalui syiar atau dakwah secara bebas terbuka seperti
halnya agama.
Dalam sejarahnya sastra Jawa terbagi menjadi empat masa yaitu
Sastra Jawa Kuno, Sastra Jawa Tengahan, Sastra Jawa Baru, dan Sastra
Jawa Modern.Bahasa yang digunakan pertama kali adalah aksara jawa
atau disbut dengan hanacaraka dan hingga saat ini aksara jawa tetap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
digunakan. Pada masa sejarah agama islam lebih tersebar dan semakin
berkemband dan saat itu huruf araf sempat digunakan sebagai sastra
bahasa yaitu dinamakan dengan huruf pegon. Ketika Indonesia dijajah
oleh negara Eropa termasuk tanah Jawa abjad latin digunakan dalam
menulis bahasa Jawa. Hingga saat ini bahasa Jawa digunakan oleh suku
Jawa yang berdomisili di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.
Selain Budaya Suku Jawa Indonesia memiliki banyak seni budaya
yang mengandung unsur Jawa tulen.Banyaknya kerajaan yang berdiri
ditanah Jawa pada jaman sejarah menjadi salah satu budaya asli yang
diwariskan oleh negara Indonesia.Kemudian suku Jawa memiliki banyak
kesenian budaya yang masih terjaga dengan baik hingga saat ini.Seperti
kesenian Reog yang berasal dari ponorogo Jawa Timur dan hingga saat ini
masih sering diadakan pertunjukkan reog setiap tanggal satu suro sebagai
persembahan syukur warga masyarakat daerah ponorogo.
Kemudian kesenian tari yang dikembangkan pada remaja sebagai
generasi baru dalam mempertahankan budaya seni tari di Jawa.Seni tari
yang hingga saat ini terjaga dengan baik dan paling disukai masyarakat
Jawa adalah Tari Remo berasal dari daerah Jawa Timur.Banyaknya seni
budaya yang masih terjaga dengan baik dan semakin dilestarikan menjadi
ciri khas dari suku Jawa.
Menurut Mulyana(2002: 30)Pemanfaatan ritual sebagai media
pewarisan nilai-nilai budaya Jawa sangat tepat karena ritual merupakan
salah satu bentuk kebutuhan manusia yang berlangsung terus menerus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Sampai kapanpun ritual tampaknya akan selalu menjadi kebutuhan
manusia meskipun bentuknya berubah-ubah demi pemenuhan jati dirinya
sebagai individu, sebagai anggota komunitas sosial, dan sebagai salah satu
unsur dari alam semesta. Upacara ritual dimanfaatkan sebagai media untuk
mewariskan nilai-nilai budaya kepada masyarakat khususnya generasi
muda karena dalam upacara ritual tersebut terdapat banyak simbol baik
verbal maupun nonverbal yang mengandung makna tertentu dan dapat
dipelajari oleh masyarakat.
Mulyana(2002) menyatakan bahwa banyak pesan budaya yang
terkandung dalam upacara ritual tersebut bahkan setiap benda yang
menjadi syarat maupun kelengkapannya merupakan simbol-simbol yang
mengandung makna dan sarat dengan pesan-pesan budi pekerti luhur
sebagai penuntun manusia menuju kehidupan yang damai dan
sejahtera.Pusaka-pusaka yang dijamasi mengandung pesan budaya sebagai
hasil karya nenek moyang Jawa yang memiliki kekuatan magis dan nilai
estetis tinggi.Bahasa Jawa yang digunakan sebagai bahasa utama pada
hampir seluruh kegiatan tersebut mengandung pesan budaya tentang sopan
santun, dan tingkatan-tingkatan dalam struktur sosial yang harus ditaati
demi terjalin hubungan harmonis dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa Jawa merupakan sebuah alat komunikasi yang model
pewarisan nilai-nilai budaya Jawa melalui media upacara ritual
berlangsung sesuai model Stimulus–Respon dimana komunikasi
dipandang sebagai suatu proses aksi – reaksi. Teori S–R dari Charles
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Osgood mengasumsikan bahwa komunikasi merupakan suatu proses aksi-
reaksi dimana kata-kata verbal (lisan dan tulisan), isyarat-isyarat
nonverbal, gambar dan tindakan tertentu akan merangsang orang untuk
memberikan respon dengan cara tertentu. Proses ini dapat bersifat timbal
balik dan mempunyai banyak efek. Setiap efek menurut Mulyana,
(2002:133)dapat mengubah tindakan komunikasi berikutnya.
Bahasa Jawa memiliki tingkat tutur yang disebut pula dengan
istilah undha-usuk, unggah-ungguhing basa. Menurut Soepomo (dalam
Soepomo Poedjasoedarma, dkk. 1979:3) tingkat tutur ialah ”variasi-variasi
bahasa yang perbedaan antara satu dan lainnya ditentukan oleh perbedan
sikap santun yang ada pada diri pembicara (O1) terhadap lawan bicara
(O2).” Di dalam bahasa jawa, perbedaan-perbedaan yang dimaksud antara
lain tampak pada leksikon (kosakata) pembentuknya. Oleh karena itu,
perbedaan bentuk leksikon dapat dipandang sebagai perbedaan tingkat
tutur. Di dalam penelitian ini akan dibicarakan mengenai bentuk tingkat
tutur, rincian tingkat tutur, makna tingkat tutur, dan penentuan pilihan
tingkat tutur.
Poedjasoedarma (1979:13) membagi tingkat tutur dalam bahasa
Jawa menjadi tiga jenis yaitu Krama, Madya, dan Ngoko.Tingkat tutur
krama mengandung kata-kata tugas dari leksikon krama.Apabila kata-kata
tugas dalam kalimat sudah krama, maka ini berarti bahwa kata-kata
lainnya paling sedikit juga krama.Akan tetapi kalau kata-kata itu tidak
memiliki bentuk krama, maka bentuk ngokolah yang dipakai.Tingkat tutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
mudha krama mengandung leksikon dan imbuhan krama mengandung
pula kosakata krama inggil dan krama andhap. Tingkat tutur kramantara
tidak mengandung bentuk-bentuk lain, keculi bentuk krama. Tingkat tutur
wredha krama tidak mengandung bentuk-bentuk krama inggil atau krama
andhap.Tingkat tutur madya mengandung kosakata madya pada kalimat-
kalimatnya, terutama leksikon madya pada kata tugas dan
pronomina.Tingkat tutur krama ditandai dengan terdapatnya leksikon
krama dan krama inggil (krama andhap) dan kata tugas madya serta
afiksasi ngoko. Tingkat tutur madyantara mengandung kata tugas
madya,afiksasingoko,leksikon lain darikrama.Tingkat tutur madya, ngoko
mengandung kata tugas madya, afiksasingoko,dan kosakata lain ngoko.
Tingkat tutur ngokomemakai leksikonngoko.Tingkat tuturngoko lugudi
dalamnya tidak terdapat kata-kata serta imbuhan lain, kecuali kata-kata
dan imbuhanngoko.Tingkat tutur antyabasa mengandung leksikon krama
inggilataukrama andhap, di samping leksikon dan imbuhan ngoko.Tingkat
tuturbasaantyamengandung leksikon krama inggil atau krama andhap,
beberapa leksikon krama,dan kosakata serta imbuhanngoko.
Tingkat tutur karmaadalah tingkat tutur yang memancarkan arti
penuh sopan santun (Soepomo Poedjasoedarma dkk., 1979:14).Tingkat
tutur ini menandakan adanya perasaan segan, hormat atau berjarak antara
penutur dengan mitra tutur.Tingkat tutur ini biasa dipakai oleh orang yang
belum saling mengenal.Pegawai menggunakan krama terhadap
kepalanya/atasannya, dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Tingkat tutur ngokomenurut Soepomo Poedjasoedarma
dkk.(1979:14) mencerminkan rasa tak berjarak antara O1 terhadap
O2.Artinya, pembicara O1 tidak memiliki rasa segan terhadap O2 atau
mitra tutur, sekaligus juga mengisyaratkan adanya tingkat keakraban
hubungan.Misalnya terhadap sesama teman yang sudah akrab dapat
memakaingoko.Guru berhak memakaingoko terhadap muridnya. Ayah
danIbu dapat memakaingokoterhadap anaknya, menantunya, dan
kemenakannya, dan sebagainya.
Tingkat tutur madya adalah tingkat tutur menengah antara krama
dan ngoko (Soepomo Poedjasoedarma dkk. 1979:15).Tingkat tutur ini
biasa dipakai antara teman-teman sekolah yang masih saling
berbasa.Penutur menggunakanmadya terhadap orang desa yang dianggap
perlu disopani, dan sebagainya.
c. Sifat-sifat Orang Jawa
Sifat dan Karakter OrangSuku Jawa diidentikkan dengan berbagai
sikap sopan, segan, menyembunyikan perasaan alias tidak suka langsung-
langsung, menjaga etika berbicara baik secara konten isi dan bahasa
perkataan maupun objek yang diajak berbicara.Bahasa Jawa adalah bahasa
berstrata, memiliki berbagai tingkatan yang disesuaikan dengan objek
yang diajak bicara.Suku Jawa umumnya mereka lebih suka
menyembunyikan perasaan.Menampik tawaran dengan halus demi sebuah
etika dan sopan santun sikap yang dijaga.Misalnya saat bertamu dan
disuguhi hidangan.Karakter khas seorang yang bersuku Jawa adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
menunggu dipersilahkan untuk mencicipi, bahkan terkadang sikap
sungkan mampu melawan kehendak atau keinginan hati.Suku Jawa
memang sangat menjunjung tinggi etika.Baik secara sikap maupun
berbicara.Untuk berbicara, seorang yang lebih muda hendaknya
menggunakan bahasa Jawa halus yang terkesan lebih sopan.Berbeda
dengan bahasa yang digunakan untuk rekan sebaya maupun yang usianya
di bawah.Demikian juga dengan sikap, orang yang lebih muda hendaknya
betul-betul mampu menjaga sikap etika yang baik terhadap orang yang
usianya lebih tua dari dirinya.
MenurutSantosa (2012; 35) ciri khas Narimo ing pandum adalah
salah satu konsep hidup yang dianut oleh Orang Jawa.Pola ini
menggambarkan sikap hidup yang serba pasrah dengan segala keputusan
yang ditentukan oleh Tuhan.Orang Jawa memang menyakini bahwa
kehidupan ini ada yang mengatur dan tidak dapat ditentang begitu
saja.Setiap hal yang terjadi dalam kehidupan ini adalah sesuai dengan
kehendak sang pengatur hidup. Kita tidak dapat mengelak, apalagi
melawan semua itu.Inilah yang dikatakan sebagai nasib kehidupan.Dan,
nasib kehidupan adalah rahasia Tuhan, kita sebagai makhluk hidup tidak
dapat mengelak.Orang Jawa memahami betul kondisi tersebut sehingga
mereka yakin bahwa Tuhan telah mengatur segalanya. Pola kehidupan
orang jawa memang unik.Jika kita mencoba untuk menelusuri pola hidup
orang jawa, maka ada banyak nilai positif yang kita dapatkan.Bagi orang
jawa, Tuhan telah mengatur jatah penghidupan bagi semua makhluk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
hidupnya, termasuk manusia.Setiap hari kita melihat banyak orang yang
keluar rumah, seperti juga, banyak burung yang keluar sarang untuk
mencari penghidupan.
Konsep hidup nerimo ing pandum (ora ngoyo) selanjutnya
mengisyaratkan bahwa orang Jawa hidup tidak terlalu berambisi.Jalani
saja segala yang harus di jalani.Tidak perlu terlalu ambisi untuk
melakukan sesuatu yang nyata-nyata tidak dapat di lakukan.Orang Jawa
tidak menyarankan hal tersebut.Hidup sudah mengalir sesuai dengan
koridornya.Kita boleh saja mempercepat laju aliran tersebut, tetapi laju
tersebut jangan terlalu drastis.Perubahan tersebut hanya sebuah
improvisasi kita atas kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.
Masih menurut Santosa (2012) dirinya menyatakan ciri khas lain
yang tak bisa ditinggalkan adalah sifat gotong royong atau saling
membantu sesama orang di lingkungan hidupnya apalagi lebih kentara
sifat itu bila kita bertandang ke pelosok pelosok daerah suku Jawa di mana
sikap gotong royong akan selalu terlihat di dalam setiap sendi
kehidupannya baik itu suasana suka maupun duka.
Pola hidup kerjasama ini dapat kita ketemukan pada kerja gotong-
royong yang banyak diterapkan dalam masyarakat Jawa. Orang Jawa
sangat memegang teguh pepatah yang mengatakan: ringan sama dijinjing,
berat sama dipikul. Ini merupakan konsep dasar hidup bersama yang
penuh kesadaran dan tanggung jawab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Menurut Endaswara (2013: 75), Ngelmu Begja adalah strategi
berpikir orang Jawa. Di dalamnya terdapat rasa Jawa yang menjadi
landasan.Rasa Jawa yang mendalam, diproses sedemikian rupa hingga
peka terhadap suasana, lalu memacu berpikir positif.Berpikir positif
cenderung mengedepankan keuntungan jiwa. Keuntungan jiwa menjadi
tanda bahwa orang tang melakukan sehat.
d. Kepercayaan Orang Jawa
1) Nyuwiji
Nyuwiji atau lazim diucapkan nyawiji oleh orang jawa adalah
ungkapan yang menggambarkan eratnya penyatuan dari dua, atau
sejumlah elemen dalam mengarungi kasunyatan atau kenyataan
hidup.Salah satu bentuk dari nyuwiji yang sering dijadikan contoh
utama di Jawa adalah perkawinan.Kemenyatuan dua sosok laki
perempuan dalam kebersamaan hidup, dimana awalnya mereka benar-
benar orang lain, bukan sanak kandang yang diartikan dari istilah
saudara atau kerabat yang memiliki hubungan darah langsung dan
tidak langsung.Namun, dalam nyuwiji tersebut hubungan keduanya
(batin dan fisik) nyaris melebur, menyatu, tanpa batas lagi. Jika satu
marah,yang lain mengalah. Yang satu ingin mendaki, yang lain
mendorong.Yang satu memiliki kekurangan, yang lain melengkapi
(Imam Budhi Santosa, 2012: 25).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
2) Tuwuhan
Sejak berabad-abad lalu dunia batin orang jawa sudah sangat dekat
dengan alam dan tumbuh-tumbuhan. Dalam bahasa Jawa tumbuhan
disebut tuwuhan, yang berarti: tumbuh, timbul, terbit, turun, dan
keturunan. Demikian eratnya hubungan mereka dengan tumbuhan
sampai boleh dikata jarang orang Jawa memunculkan pemikiran
fenomenal mengenai laut, yang menjadi pelambang dari kekuatan serta
gerak dinamis.Mereka cenderung meleburkan diri dengan dimensi
alam berupa gunung, tanah, tumbuhan, yang tampak lebih diam dan
nyaris menjadi perangai manusia Jawa hingga kini.Dalam menjalani
laku prihatin pun orang Jawa tidak dapat meninggalkan anarsir
tumbuhan.Ada lelaku nyirik (berpantang) makan daging hingga yang
bersangkutan menjadi vegatiran.
Orang Jawa memang sangat mengidolakan tumbuhan.Sadar tidak
sadar, mereka telah menjadikan tumbuhan sedulur sinarawedi
sekaligus pelambang dari kekuatan, kesabaran, kejujuran, keikhlasan,
kesetiaan, yang dianut dan didambakan.Secara keseluruhan nilai
tuwuhan memiliki maksud agara manusia harus mampu
mengendalikan diri, jujur, sepi ing pamrih, sabar, iklas, setia, sekaligus
kokoh dan tidak mudah menyerah seperti halnya tumbuhan. Dengan
demikian kecil kemungkinannya dimusuhi (mendapat gangguan),
karena memberikan banyak manfaat kepada orang lain dalam
kehidupannya (Imam Budhi Santosa, 2012: 29).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
6. Hypnosabilitas Masyarakat Jawa
Sugestibilitas atau hypnosabilitas mengandung pengertian mudah
susahnya seseorang disugesti atau dipengaruhi.Sebuah pertanyaan yang
menggelitik pemikiran adalah apakah orang Jawa memiliki sugestibilitas
rendah atau tinggi? sugestibilitas masyarakat Jawa menurut Endaswara
(2013) dipengaruhi oleh cara berpikir unik yang dimiliki oleh masyarakatnya.
Dikatakan, sugesti adalah dorongan kuat jiwa, hingga seseorang tidak merasa
was-was bertindak apa saja. Kondisi ini bukan ada begitu saja, tetapi
menurutnya merupakan hasil berpikir yang cermat. Dikatakan, sugesti akan
memandu jiwa untuk berbuat secara lebih mantap.
Seni berpikir masyarakat Jawa menurut Endaswara (2013) cukup indah.
Ada tradisi berpikir masyarakat Jawa yang jarang ditemukan pada
masyarakat lain, yaitu seni berpikir positif. Berpikir positif seperti ini sering
dipahami secara keliru sebagai sikap narima (menerima) yang fatalistik.Sikap
narima bagi orang Jawa berarti menggunakan seluruh kesadaran untuk
mendasarkan upayanya kepada kekuatan spiritual.Sehingga, bagi orang Jawa,
narimo adalah sebuah sikap optimistik.Dengan narimo orang jawa tetap
mampu berpikir positif, karena berpikir positif adalah sinar kejiwaan yang
bersih.Ia menemukan sepuluh ciri manusia yang selalu berpikir positif, yaitu:
1). Memiliki daya rangsang jiwa yang meyakinkan, menguatkan hasrat, dan
tidak mengarah pada frustasi. 2). Melihat masalah sebagai tantangan. 3).
Menikmati hidupnya dengan penuh keyakinan. 4). Berpikiran terbuka. 5).
Mampu mengenyahkan pikiran negatif. 6). Mensyukuri apa yang dimiliki. 7).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Tidak menggosip. 8). Lebih suka bertindak daripada berargumen. 9).
Menggunakan bahasa yang positif. 10). Bahasa tubuh positif.
Tiga hal yang mempengaruhi sugestibilitas masyarakat Jawa menurut
Endaswara (2013) adalah rasa tenteram, rasa bebas serta rasa kasih.Rasa
tenteram adalah rasa yang terus diciptakan dalam alam jiwa orang jawa
secara sengaja.Tenteram adalah nihilnya konflik, baik konfik dengan pihak
luar maupun konflik dengan dirinya sendiri.Ketiadaan konflik inilah yang
kemudian disebut sebagai rasa bebas.Kemampuan untuk melihat dan
mengerti (empati) adalah modal menuju rasa bebas.Melihat bukan saja
melalui mata, tetapi melalui hati.Dengan melihat dan mengerti sifat-sifat
alam dari suatu benda, maka orang bebas dari tindakan yang bertentangan
dengan sifat-sifat tersebut.Suasana kasih menurutnya adalah suatu kondisi
dimana manusia tidak lagi berada pada impian-impian. Sebuah kesadaran
bahwa ketika hasrat lenyap tidak akan berpengaruh apapun, karena jika
tercapaipun tidak akan membawa kebahagiaan kekal (hanya sementara).
Kesadaran inilah yang menimbulkan rasa cinta kasih, atau kasih sayang bagi
manusia Jawa. Karena semua bisa relatif dan fana (tidak kekal).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini memaparkan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subyek dan
sampel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan
reliabilitas instrumen, dan teknik analisis data.Keenam sub-judul tersebut
merupakan bagian-bagian dari metode penelitian yang arus ada dalam sebua
penelitian.Setiap pengertian dan penjabaran didasarkan pada pemahaman logis,
ilmiah, dan dapat dipertanggungjawabkan. Masing-masing sub-bagian akan
dijabarkan secara singkat, padat, dan jelas. Berikut merupakan penjabaran dari
masing-masing sub-bagian.
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan sumber data, jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah
penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang mengumpulkan datanya
di lapangan. Penelitian ini dilakukan disalah satu Universitas swasta di kota
Yogyakarta, yaitu di Universitas Sanata Dharma. Jenis penelitian ini adalah
kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statik dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan(Sugiyono, 2012:14).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Universitas Sanata Dharma yang ada di Daerah
Istimewa Yogyakarta.Pada universitas ini terdapat banyak subjek populasi yang
mayoritas masyarakat Jawa sehingga tepat digunakan sebagai tempat penelitian
ini. Waktu penelitian yang dilakukan terlihat pada tabel
Tabel 3.1 Jadwal Penilitian
C. Subjek dan Sampel Penelitian
Subjek penelitian ini adalah mayarakat Jawa. Sampel penelitian ini diambil
dari mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang berasal dari suku Jawa. Jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini yang berjumlah 40 orang atau total
sampling. Adapun sampel dari penelitian ini adalah seluruh populasi yang disebut
NO TANGGAL
PERTEMUAN
KETERANGAN TEMPAT
1. 12 Desember 2016 Konfirmasi ke responden bahwa pada
tanggal 13 dan 14 desember 2017,
peneliti akan membagikan angket
kuesioner untuk diisi oleh responden.
Kampus Sanata
Dharma Paingan
2. 13 Desember 2016 Penyebaran angket kuesioner sesi
pertama untuk 20 responden
Ruang K 416
Kampus USD
Paingan
3. 14 Desember 2016 Penyebaran angket kuesioner sesi
kedua untuk 21 responden. Konfirmasi
kepada seluruh responden yang sudah
mengisi angket bahwa tanggal 15 dan
16 Desember 2016 akan dilakukan tes
hipnosabilitas pada pukul 15.00 s/d
selesai di ruang K 415 di kampus USD
paingan.
Ruang K 417
Kampus USD
Paingan
4. !5 Desember 2016 Pelaksanaan tes Hypnosabilitas sesi
pertama untuk 20 orang responden.
Ruang K 417
Kampus USD
Paingan
5. 16 Desember 2016 Pelaksanaan tes Hypnosabilitas sesi
pertama untuk 20 orang responden.
Ruang K 417
Kampus USD
Paingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
juga sampel total, sesuai dengan pendapat Arikunto (2006: 134) menyatakan
untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.Berikut
adalah daftar jumlah subjek yang akan jadi sumber informasi terlihat pada table 2.
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Sukardi (2003: 194) menjelaskan bahwa penelitian dapat dilakukan dengan
menggunakan satu metode atau lebih.Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah angket.
1. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono 2012:199).Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan
pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
responden (Sugiyono 2012: 199). Kuesioner juga cocok digunakan bila
jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.
2. Alat Test
a) Arm Rising(Tangan Terangkat)
Sekarang saya perintahkan kepada anda untuk menjulurkan tangan kanan
anda lurus kedepan, posisi mengepal dengan ibu jari diacungkan keatas,
seperti ketika anda sedang memuji orang lain dengan jempol tangan kanan
anda. Tutup mata perlahan-lahan, dan tariklah nafas dalam-dalam,
kemudian hembuskan.... sekarang... kembangkan layar imajinasi anda,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
ikuti apa saja yang saya sugestikan ke pikiran anda, dan lakukan semua
perintah dengan mata terpejam...
sekarang saya akan menalikan jempol kanan anda menggunakan seutas
benang. Ujung benang yang saya hubungkan dengan balon udara yang
berjumlah seratus buah berwarna merah, bayangkan warna-warna
balonnya, nampak nyata dalam pikiran anda. Dan rasakan, tangan anda
semakin lama semakin ringan karena ditarik ke atas oleh balon-balon
berwarna merah itu.
Bagus..... dalam beberapa detik nanti, saya akan menambahkan lagi 50
balon berwarna biru, sehingga akan menambah kuat tarikan balon
terhadap tangan anda. Ya, saya menambah 50 balon biru sekarang
rasakan, tangan anda ditarik semakin kuat oleh 150 balon
sekaligus.Bayangkan kumpulan balon itu sekarang tertiup angin ke kanan
dan ke kiri.Sehingga tangan anda pun ditarik ke kanan dan ke
kiri.Sekarang, saya menambahkan lagi 50 balon berwarna kuning,
sehingga jumlah balon menjadi 200 buah balon.Rasakan balon-balon itu
menarik anda semakin kuat daripada sebelumnya.
b) ArmFalling (Tangan Jatuh)
Bayangkan dalam pikiran anda, saat ini saya meletakan sebuah buku
telepon seberat dua kilogram diatas tangan kiri anda. Rasakan, buku
telepon itu mulai membebani tangan kiri anda, sehingga tangan kiri anda
semakin berat dan semakin terbebani... sekarang, saya menambah lagi dua
buku telepon di atas tangan kiri anda, sehingga sekarang beratnya mejadi
enam kilogram, rasakan, tangan kiri anda semakin berat, lebih berat
daripada sebelumnya. Anda membutuhkan lebih banyak tenaga untuk
menopang tiga buah buku telepon. Rasakan bahwa tangan anda perlahan-
lahan capek dan turun sedikit demi sedikit. Saat ini, di tangan saya ada
lima buah buku telepon yang akan saya letakan sekaligus di tangan kiri
anda. Rasakan, tangan kiri anda benar-benar kepayahan menopang beban
16 kilogram. (Katakan sambil sedikit menekan telapak tangan subjek ke
bawah)
c) Eyelid Fixation (mata lengket)
Sekarang tutup mata anda. Hirup napas dalam-dalam..dan hembuskan.
Rasakan disetiap tarikan napas anda, terasa sekali oksigen masuk ke tubuh
anda dan terkonsentrasi ke kedua mata anda.Terus rasakan... mata anda
semakin berat dan semakin rekat.setiap tarikan napas anda membuat mata
anda semakin menempel, melekat satu sama lain.. semakin kuat..
Sekarang bukalah layar imajinasi anda..bayangkan.. saya membawa
sebuah lem berbentuk pasta.. dalam imajinasi anda, lem yang saya bawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
ini berwarna putih dan tembuh pandang.. anda bisa membayangkan sendiri
merknya. Tetapi..yakinilah bahwa lem ini adalah lem terbaik dan terlengket
yang pernah ada di atas bumi ini. Sebentar lagi..saya akan mengoleskan
lem ini di kelopak mata anda. Rasakan..lem ini membuat kedua kelopak
mata anda merekat satu sama lain... kuat sekali.. sampai-sampai anda
kewalahan membukanya. Dan..sebentar lagi lem akan tertiup angin..
sehingga kian lama kian kering dan semakin lengket.
Semakin kuat anda mencoba membukanya..semakin kuat pula lem itu
menutup mata anda. Semakin dicoba untuk dibuka..semakin rekat.. semakin
dicoba buka semakin lengket.. bagus....
Bagus sekali, sekarang anda telah merasakan betapa hebatnya anda,
karena kelopak mata andapun tunduk pada perintah anda..Sekarang
perintahkan kembali kepada kelopak mata anda untuk normal. Mata anda
normal sekarang!Dan anda dapat membuka mata anda seperti biasa.
E. Validitas dan Reliabilitas instrumen
1. Validitas
Validitas yang diuji untuk instrumen penelitian ini adalah validitas isi.
Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi
alat ukur dengan analisis rasional dengan cara professional judgement (Azwar
2004: 45). Menurut Ary, Jacobs, dan Razavieh (2007: 296) validitas isi tidak
dapat dinyatakan dengan angka namun pengesahannya berdasarkan
pertimbangan yang diberikan oleh ahli (expert judgement). Dalam penelitian
ini, instrumen penelitian dikonstruksi berdasarkan aspek-aspek yang akan
diukur dan selanjutnya dikonsultasikan pada ahli (dosen pembimbing).
Validitas isi tidak dapat dinyatakan dalam bentuk angka namun pada
pengesahan yang berdasarkan pada pertimbangan yang biasa diberikan
sejumlah ahli (Furchan, 2007: 296). Dalam pelaksanaannya peneliti meminta
pendapat ahli yaitu Drs. R. Budi Sarwono, M.A. selaku dosen pembimbing.
Proses pembuatan kuesioner ini dimulai dengan menyusun angket berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
aspek-aspek. Kemudian kuesioner diberikan pada ahli yaitu Drs. R. Budi
Sarwono, M.A untuk mengoreksi validitas setiap item dan hubungannya
aspek-aspek, serta kesesuaian kalimat pada tiap item.Setelah dikoreksi
kuesioner dikembalikan dengan beberapa cacatan mengenai penggunaan kata
dan kalimat pada beberapa item, selanjutnya kuesioner disebarkan ke
responden.Selanjutnya dilakukan uji terhadap subyek yang dikenakan tes
tersebut.
2. Reliabilitas
Menurut Sugiono (2005) menyebutkan bahwa Reliabilitas adalah
serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi
bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara
berulang. Menurut Suryabrata (2004) Reliabilitas adalah sejauh mana hasil
pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya.Dari pengertian beberapa
ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Reliabilitas data adalah derajat
konsistensi data yang bersangkutan.Realibilitas berkenaan dengan pertanyaan,
apakah suatu data dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan. Suatu data dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil
yang sama jika diujikan pada kelompok yang sama pada waktu atau
kesempatan yang berbeda. Metode pengujian reliabilitas menggunakan Teknik
Ulang (Test Re-test) Disebut juga teknik ”single test double trial”.
Menggunakan sebuah instrument, namun dites dua kali. Hasil atau skor
pertama dan kedua kemudian dikorelasikan untuk mengetahui besarnya indeks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
reliabilitas.Teknik perhitungan yang digunakan sama dengan yang digunakan
pada teknik pertama yaitu rumus korelasi Pearson.
Menurut Saifuddin Azwar, realibilitas tes-retest adalah seberapa besat
derajat skor tes konsisten dari waktu ke waktu. Realibilitas diukur dengan
menentukan hubungan antara skor hasil penyajian tes yang sama kepada
kelompok yang sama, pada waktu yang berbeda.
Metode pengujian reliabilitas stabilitas yang paling umum dipakai adalah
metode pengujian tes-kembali (test-retest). Metode test-retest menggunakan
ukuran atau “test” yang sama untuk variable tertentu pada satu saat
pengukuran yang diulang lagi pada saat yang lain. Cara lain untuk
menunjukkan reliabilitas stabilitas, bila kita menggunakan survai, adalah
memasukkan pertanyaan yang sama di dua bagian yang berbeda dari
kuesioner atau wawancara. Misalnya the Minnesota Multiphasic Personality
Inventory (MPPI) mengecek reliabilitas test-retest dalam satu kuesionernya
dengan mengulang pertanyaan tertentu di bagian-bagian yang berbeda dari
kuesioner yang panjang.Kesulitan terbesar untuk menunjukkan reliabilitas
stabilitas adalah membuat asumsi bahwa sifat/ variable yang akan diukur
memang benar-benar bersifat stabil sepanjang waktu. Karena kemungkinan
besar tidak ada ukuran yang andal dan sahih yang tersedia.Satu-satunya faktor
yang dapat membuat asumsi-asumsi ini adalah pengalaman, teori dan/atau
putusdan terbaik.Dalam setiap kejadian, asumsi ini selalu ditantang dan sulit
rasanya mempertahankan asumsi tersebut atas dasar pijakan yang
obyektif.Relibilitas stabilitas. Menyangkut usaha memperoleh nilai yang sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
atau serupa untuk setiap orang atau setiap unit yang diukur setiap saat anda
mengukurnya. Reliabilitas ini menyangkut penggunaan indikator yang sama,
definisi operasional, dan prosedur pengumpulan data setiap saat, dan
mengukurnya pada waktu yang berbeda. Untuk dapat memperoleh reliabilitas
stabilitas setiap kali unit diukur skornya haruslah sama atau hampir sama.
F. Teknik Analisis Data
Langkah pertama dalam menganalisis data penelitian ini adalah dengan
membuat tabulasi data yang diperoleh dari kuesioner yang diberikan kepada
partisipan. Kemudian peneliti akan memaparkan data tersebut bersama data
dari instrumen 2 yaitu hasil tes sugestibilitas menurut R. Budi Sarwono.
Bentuk tabulasi tersebut akan nampak dalam contoh tabel berikut ini;
Tabel 3.2 Data partisipan dan Hasil Tes Hypnosabilitas
Nama Partisipan
Hasil tes Hipnosabilitas
Arm Rising Arm Falling Eyelid
Fixation
1. Menentukan Kategori
Pengkategorian tingkat hipnosabilitas masyarakat suku
Jawa disusun berdasarkan model distribusi normal.Tujuan
kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut
suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2009:
107).Kontinum jenjang pada penelitian ini adalah dari sangat
rendah sampai dengan sangat tinggi.
2. Pengumpulan dan Analisis Data Penelitian
Berikut ini adalah tahap-tahap yang ditempuh dalam
pengumpulan dan analisis data.
a. Menyusun angket kuesioner
b. Pengujian item angket oleh dosen pembimbing
c. Pengumpulan data penelitian yang dilakukan dengan
menyebarkan angket kepada responden.
d. Analisis data penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi uraian hasil penelitian dan pembahasan tentang jawaban dari
pertanyaan pada rumusan masalah Seperti apakah profil hipnosabilitas masyarakat
Jawa yang benar-benar mengetahui profil kejawaannya, tingkatan di keluarga dan
aspek sosial, dinamika psikologisnya dan menurut profil kognisinya.Penyajian
hasil penelitian dilanjutkan dengan pembahasan.
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Tingkat Hypnosabilitas Masyarakat Jawa
Kategorisasi skor subjek penelitian dilakukan dengan tujuan untuk
memetakan tinggi rendahnya tingkat hypnosabilitas subjek penelitian.Dalam
menganalisis data penelitian ini adalah dengan membuat tabulasi data yang
diperoleh dari kuesioner yang diberikan kepada partisipan.Data tersebut
dipaparkan bersama data dari instrumen yaitu hasil tes sugestibilitas menurut R.
Budi Sarwono. Berikut disajikan hasil tingkat hypnosabilitas Masyarakat Jawa
yang diambil dari 40 responden adalah seperti yang disajikan pada tabel 4.1, tabel
4.2, tabel 4.3, dan tabel 4.4
a) Tingkat hipnosabilitas subjek masyarakat Jawa berdasarkan kedua
orang tua yang berasal dari suku Jawa dan salah satu asal suku Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Tabel 4.1 Interpretasi hasil tes Hypnosabilitas masyarakat Jawa
berdasarkan identitas kejawaan.
Tingkat
Hypnosabilitas
Orang tua berasal
dari suku Jawa
Orang tua bukan
dari suku Jawa ∑ Rendah 0 0 0
Sedang 10 1 11
Tinggi 26 3 29
∑ 36 4 40
Berdasarkan tabel 4.1.terlihat bahwa:
Pada profil diatas terlihat bahwa kedua orang tua yang
berasal dari suku Jawa, sebanyak 26 orang memiliki tingkat
hypnosabilitas yang tinggi, lebih tinggi dari subjek yang salah satu
orang tuanya asal suku Jawa. Sementara itu dari kedua kriteria
tersebut, tidak ada anak yang memiliki hipnosabilitas yang rendah.
b) Tingkat hipnosabilitas masyarakat Jawa berdasarkan bahasa sehari
hari dirumah.
Tabel 4.2 Interpretasi hasil tes Hypnosabilitas masyarakat Jawa dilihat dari
bahasa sehari hari dirumah.
Tingkat
Hipnosabilitas
Bahasa
Jawa
Bukan Bahasa
Jawa ∑
Rendah 0 0 0
Sedang 8 9 17
Tinggi 17 14 31
∑ 25 23 48
Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa:
Hasil yang diketahui dari subjek yang menggunakan bahasa
sehari-hari ialah bahasa Jawa terdapat 17 lebih besar dari jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
subjek yang menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa lain dalam
penggunaan bahasa sehari hari.
Data tersebut membuktikan bahwa masyarakat Jawa yang
menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari hari dirumah
lebih mudah untuk disugesti, dilihat dari banyakanya jumlah
subjek yang memiliki tingkat hypnosabilitas tinggi.Sifat positif
yang dimiliki masyarakat jawa membuat dirinya lebih mudah
percara dan menerima dirinya untuk di sugesti.
MenurutEndaswara (2013)sugestibilitas masyarakat jawa
dipengaruhi oleh cara berpikir unik yang dimiliki oleh
masyarakatnya. Dikatakan, sugesti adalah dorongan kuat jiwa,
hingga seseorang tidak merasa was-was bertindak apa saja.
Kondisi ini bukan ada begitu saja, tetapi menurutnya merupakan
hasil berpikir yang cermat. Dikatakan, sugesti akan memandu jiwa
untuk berbuat secara lebih mantap.Seni berpikir masyarakat Jawa
cukup indah. Ada tradisi berpikir masyarakat Jawa yang jarang
ditemukan pada masyarakat lain, yaitu seni berpikir positif.
Berpikir positif seperti ini sering dipahami secara keliru sebagai
sikap narima(menerima) yang fatalistik. Sikap narima bagi orang
Jawa berarti menggunakan seluruh kesadaran untuk mendasarkan
upayanya kepada kekuatan spiritual.Sehingga, bagi orang Jawa,
narimo adalah sebuah sikap optimistik.Dengan narimo orang jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
tetap mampu berpikir positif, karena berpikir positif adalah sinar
kejiwaan yang bersih.
c) Tingkat hipnosabilitas subjek penelitian berdasarkan bahasa pergaulan
sehari hari.
Tabel 4.3 Interpretasi hasil tes Hypnosabilitas subjek penelitian dilihat dari
bahasa pergaulan sehari hari.
Tingkat
Hypnosabilitas
Bahasa
Jawa
Bukan Bahasa
Jawa ∑
Rendah 0 0 0
Sedang 8 5 13
Tinggi 19 11 30
∑ 17 16 43
Berdasarkan tabel 4.3.terlihat bahwa:
Pada profil diatas tentang bahasa sehari-hari subjek yang
menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pergaulan sehari-hari
memiliki tingkat hypnosabilitas yang tinggi sebanyak 19lebih besar
dari subjek yang menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa lain.
Begitu pula dengan tingkat hypnosabilitas yang sedang, subjek
yang menggunakan bahasa Jawa dalam pergaulan sehari hari masih
lebih banyak.Data ini memperkuat bahwa identitas kejawaan
masyarakat dari kebiasaan menggunakan bahasa Jawa membuat
seseorang dikenal sebagai orang dari suku Jawa dan orang dari
suku Jawa tersebut mudah untuk disugesti.
Bahasa Jawa merupakan sebuah alat komunikasi yang
model pewarisan nilai-nilai budaya Jawa melalui media upacara
ritual berlangsung sesuai model Stimulus–Respon dimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
komunikasi dipandang sebagai suatu proses aksi – reaksi. Teori S–
R dari Charles Osgood mengasumsikan bahwa komunikasi
merupakan suatu proses aksi-reaksi dimana kata-kata verbal (lisan
dan tulisan), isyarat-isyarat nonverbal, gambar dan tindakan
tertentu akan merangsang orang untuk memberikan respon dengan
cara tertentu. Proses ini dapat bersifat timbal balik dan mempunyai
banyak efek. Setiap efek menurut Mulyana (2002:133) dapat
mengubah tindakan komunikasi berikutnya.
d) Tingkat hipnosabilitas subjek penelitian dilihat dari penguasaan bahasa
Jawa subjek.
Tabel 4.4 Interpretasi hasil tes Hypnosabilitas subjek penelitian berdasakan
penguasaan bahasa Jawa subjek.
Tingkat
Hypnosabilitas
Ngoko Krama Madya Krama Inggil ∑
Rendah 0 0 0 0
Sedang 11 1 2 14
Tinggi 24 5 1 30
∑ 35 6 3 44
Berdasarkan tabel 4.4.terlihat bahwa:
Pada profil diatas tentang Subyek yang menguasai bahasa
Jawa Ngoko memiliki hasil tingkat hypnosabilitas tinggi sebanyak
24 subjek dan tingkat hypnosabilitas yang sedang sebanyak 11.
Dibandingkan dengan subjek yang mengusai bahasa Jawa Ngoko,
subjek yang menguasai bahasa Jawa Krama Inggil dan Krama
Madya tidak lebih banyak, karena subjek yang terukur berjumlam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
dibawah 5 orang. Dan tidak ada subjek yang tingkat
hypnosabilitasnya rendah.Bahasa Jawa Ngoko, Krama Madya, dan
Krama Inggil juga termasuk kedalam kebudayaan masyarakat
jawa.Seseorang yang menggunakan ketiga bahasa tersebut dalam
kesehariannya, merupakan ciri khas dari masyarakat Jawa.
Seperti dijelaskan oleh Poedjasoedarma (1979:13), dirinya
membagi tingkat tutur dalam bahasa Jawa menjadi tiga jenis yaitu
Krama, Madya, dan Ngoko.Tingkat tutur krama mengandung kata-
kata tugas dari leksikon krama.Apabila kata-kata tugas dalam
kalimat sudah krama, maka ini berarti bahwa kata-kata lainnya
paling sedikit juga krama.Akan tetapi kalau kata-kata itu tidak
memiliki bentuk krama, maka bentuk ngokolah yang
dipakai.Tingkat tutur mudha krama mengandung leksikon dan
imbuhan krama mengandung pula kosakata krama inggil dan
krama andhap. Tingkat tutur kramantara tidak mengandung
bentuk-bentuk lain, keculi bentuk krama.Oleh karena itu besar
kaitannya antara penggunaan bahasa Jawa Ngoko, bahasa Jawa
Krama Madya, dan Krama Inggil dengan ciri masyarakat Jawa.
B. PembahasanHasil Penelitian
Willy Wong dan Andri Hakim (2009: 23) mengatakan dalam
dunia konveksional, salah satu praktik yang biasa dilakukan pada saat
Pre Induction adalah tes sugestivitas. Tes ini merupakan standar yang
harus dilakukan oleh setiap penghipnotis pada saat melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
hipnosis kepada orang yang "belum pernah" merasakan direct
hypnosis atau hipnosis langsung sebelumnya. Willy Wong dan Andri
Hakim mengatakan tes sugestivitas juga digunakan sebegai bentuk
latihan bagi subjek agar subjek benar-benar merasakan apa
sebenarnya makna hipnosis.Tes hipnosabilitas merupakan proses
paling awal dan sangat menetukan kesuksesan dari proses hipnosis
selanjutnya.Teori tersebut digunakan untuk memperkuat penelitian
yang dilakukan oleh peneliti sebagai acuan dalam menentukan
penilainan.Berdasarkan data hasil penelitian, dari total 40 subjek
sebanyak 36 subjek menyatakan bahwa kedua orang tuanya asli suku
Jawa. Dari 36 subjek tersebut 26 subjek terukur memiliki tingkat
hypnosabilitas tinggi.sedangkan 10 subjek lainnya terukur memiliki
tingkat hypnosabilitas sedang/moderat. Sementara itu, 4 subjek
menyatakan bahwa salah satu orang tuanya bukan asli suku Jawa,
terdapat 3 orang yang terukur memiliki tingkat hypnosabilitas tinggi
dan 1 orang terukur memiliki tingkat hypnosabilitas sedang.
Berdasarkan data hasil penelitian, dari total 40 subjek sebanyak 25
subjek menyatakan bahwa bahasa sehari-hari yang digunakan adalah
bahasa Jawa.Dari 25 subjek tersebut 15 subjek terukur memiliki
tingkat hypnosabilitas tinggi, sedangkan 8 subjek lainnya terukur
memiliki tingkat hypnosabilitas sedang. Lalu yang menyatakan
bahasa sehari hari menggunakan bahasa Indonesia terdapat 17 orang.
Dari 17 orang tersebut terdapat 12 orang yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
hypnosabilitas tinggi dan 8 subjek memiliki hypnosablitas sedang.
Sementara itu, 3 subjek menyatakan bahwa bahasa sehari-hari yang
digunakan ialah bahasa lain, terdapat 2 orang yang terukur memiliki
tingkat hypnosabilitas tinggi dan 1 orang terukur memiliki tingkat
hypnosabilitas sedang.
Berdasarkan data hasil penelitian, dari total 40 subjek sebanyak 27
subjek menyatakan bahwa bahasa pergaulan sehari-hari menggunakan
bahasa Jawa.Dari 27 subjek tersebut 19 subjek terukur memiliki
tingkat hypnosabilitas tinggi dan 8 subjek lainnya terukur memiliki
tingkat hypnosabilitas sedang. Lalu yang menyatakan bahasa
pergaulan sehari hari menggunakan bahasa Indonesia terdapat 15
orang. Dari 15 orang tersebut terdapat 11 orang yang memiliki
hypnosabilitas tinggi, dan 4 subjek memiliki hypnosablitas sedang. 1
orang dari 40 subjek menyatakan bahwa dirinya menggunakan bahasa
lain dalam pergaulan, tergolong kedalam tingkat hipnosabilitas
sedang.
Berdasarkan data hasil penelitian, dari total 40 subjek sebanyak 35
subjek menyatakan menguasai bahasa Jawa Ngoko.Dari 35 subjek
tersebut 24 subjek terukur memiliki tingkat hypnosabilitas tinggi dan
11 subjek lainnya terukur memiliki tingkat hypnosabilitas sedang.Lalu
yang menyatakan menguasai bahasa Krama Inggil terdapat 6 orang.
Dari 6 orang tersebut terdapat 5 orang yang memiliki hypnosabilitas
tinggi, dan 1 subjek memiliki hypnosablitas sedang.Sedangkan subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
yang menyatakan menguasi bahasa Krama Madya terdapat 3 orang,
dari 3 subjek tersebut, 1 orang memiliki hypnosabilitas tinggi dan 2
orang memiliki sugestibilitas sedang.
Subjek yang tergolong memiliki tingkat Hypnosabilitas tinggi
dilihat dari gerbang pikiran bawah sadarnya yang relatif mudah untuk
dibuka dengan menggunakan teknik sederhana yaitu dengan teknik tes
Arm Rising, Arm Falling, dan Eyelid Fixation.Sedangkan subjek yang
tergolong memiliki tingkat hypnosabilitas sedang/moderat dilihat dari
gerbang pikiran bawah sadarnya yang relatif sulit dibuka
menggunakan ketiga tes tersebut.Indikasinya ialah ketika menjalani
rangkaian tes, subjek relatif sulit mengikuti perintah yang diberikan
sehingga subjek tidak mudah untuk masuk kedalam kondisi hipnosis.
Hal ini sesuai dengan teori Toni Setiawan (2009: 106) bahwa bagi
seseorang yang memenuhi tiga persyaratan utama untuk menerima
proses hypnosis, tidak secara otomatis akan membuat pelaku hipnotis
dapat pelakukan proses hipnosis dengan mudah terhadap subjek
tersebut. Mudah tidaknya seseorang untuk masuk ke0dalam kondisi
hipnosis tergantung dari apa yang disebut dengan tingkat sugestivitas
atau tingkat hypnosabilitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
BAB V
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan ini diperoleh dari hasil penelitian dan pembahasan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat hypnosabilitas yang diambil
dari 40 responden yang dilakukan pada masyarakat Jawa di Universitas
Sanata Dharna rata-rata memilki hypnosabilitas yang tinggi diatas 25
orang. Sedangkan subjek yang memiliki sugestibilitas memiliki hasil nihil.
Subjek yang masuk dalam kategori hypnosabilitas tinggi
mengindikasikan bahwa subjek tersebut dengan mudah dapat disugesti,
dilihat dari gerbang pikiran bawah sadarnya yang relative mudah untuk
dibuka dengan menggunakan teknik sederhana yaitu dengan teknik tes
Arm Rising, Arm Falling, dan Eyelid Fixation. Sedangkan subjek yang
tergolong memiliki tingkat hypnosabilitas sedang/moderat dilihat dari
gerbang pikiran bawah sadarnya yang relatif sulit dibuka menggunakan
ketiga tes tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek relatif sulit
untuk diberikan sugesti.
B. Keterbatasan
1. Terdapat beberapa kekurangan pada pengukuran angket dalam hal
validitas dan reliabilitas.
2. Penilitian ini sebagai penelitian awal sehingga dapat lebih
dikembangkan.
3. Minimnya teori yang peneliti gunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
4. Minimnya subjek membuat penelitian ini sulit diukur dengan skala.
C. Saran
1. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling
Prodi BK diharapkan dapat terus mengembangkan program
hypnocounseling sehingga dapat berguna untuk menambah
kompetensi yang dimiliki calon Guru BK dari lulusan program studi
Bimbingan Konseling Universitas Sanata Dharma.
2. BagiPeneliti lain
a. Penelitian ini dapat lebih dikembangkan lagi menjadi lebih luas,
karena peneliti merasa penelitian ini adalah langkah awal dalam
penelitian mengenai Hypnocounseling dalam prodi Bimbingan.
Sehingga peneliti masih merasa banyak kekurangan.
b. Peneliti lain diharapkan dapat menggembangkan penelitian ini
dengan memperkaya teori-teori lain yang belum ada dalam
penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
DAFTAR PUSTAKA
Ary, Donald. Jacobs, LC. Razavieh, A (terjemahan oleh Furchan). (2007). Penelitian
dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar. 2009. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, Saifudin. (2010). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Endaswara, Suwardi. (2013). Ilmu Jiwa Jawa, Jakarta. Narasi
Furchan, A. (2007). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Suseno, Franz Magniz. (1996). Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafat tentang
Kebijaksanaan Hidup Jawa, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Gunawan, Adi, 2005. Hypnosis The Art of Subconcious Communication. Jakarta:
Gramedia
Herusatoto, Budiono. (1987). Simbolis mendalam Budaya Jawa. Yogyakarta:
Hanindita.
https://www.bps.go.id/KegiatanLain/view/id/127 hari Sabtu 21 Januari 2017
pukul 20.14 WIB
http://pusakapusaka.com/budaya-suku-jawa-indonesia-yang-sangat-beragam.html/
hari Rabu 15 Februari 2017 pukul 01.45
Koentjaraningrat. (1996). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Masidjo, Ign. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius.
Mulyana, Deddy. (2002). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Poedjasoedarma, Soepomo, dkk. (1979).Tingkat Tutur Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Sarwono, R. Budi. (2011). Hypnocounseling: Merangkai Kembali Sayap-Sayap
Patah Pendidikan Kita. Yogyakarta: Kanisius.
Setiawan, Toni. (2009). Hipnotis dan Hypnoterapi. Yogyakarta: Garasi
Sugiono. (2005). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumardi Suryabrata. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Wong, Willy; Hakim, Andri. (2009). Dahsyatnya Hypnosis. Jakarta: Visi Media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
LAMPIRAN 1 TABULASI DATA SUBJEK DAN HASIL TES HYPNOSABILITAS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
No Nama Responden
Hasil Tes Hipnosabilitas
Arm Rising Arm Falling Eyelid
Fixation
1. Gabriela Yullian H. Sedang Tinggi Tinggi
2. Dinda Tiara Putri Rosadi Sedang Tinggi Tinggi
3. Lorica Rezkyananda Sila Sedang Tinggi Tinggi
4. Maria Valentina H. Sedang Sedang Tinggi
5. Maria Heni A. Tinggi Sedang Sedang
6. Fajar Ahmad Dwi P. Sedang Tinggi Tinggi
7. Kurnia Ruth Primantami Tinggi Tinggi Tinggi
8. Thomas Govanis Sedang Sedang Tinggi
9. Vitalis Herjayanto
Nugroho Tinggi
Sedang Sedang
10. Yogo Tri Rahayu Ningrum Tinggi Tinggi Tinggi
11. Trinita Anjasuma Tinggi Sedang Tinggi
12. Valentina Vicky Verawati Tinggi Tinggi Tinggi
13. Novina Dewi S. Sedang Tinggi Tinggi
14. Yian Areta Faria Tinggi Tinggi Tinggi
15. Bimo Catur K. Sedang Sedang Tinggi
16. Danang Prasetyo Tinggi Tinggi Tinggi
17. Kristyanto Adi Tinggi Tinggi Tinggi
18. Hinggil Mutviana Sedang Sedang Sedang
19. Kezia Ariani Tanudidjoyo Tinggi Sedang Tinggi
20. Monica Puji Astuti Tinggi Tinggi Tinggi
21. Priskila Caroline Indarto Tinggi Tinggi Tinggi
22. Agustin Andhika Putri Tinggi Tinggi Tinggi
23. Jussi Aram Bunga Melati Tinggi Tinggi Sedang
24. Priska Yekti Mitayani Tinggi Tinggi Tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
25. Yulinda Kurniawati Tinggi Sedang Tinggi
26. Yohanes Baptista Damar
Wicaksono Sedang
Tinggi sedang
27. Robertus Adrian Wijaya Tinggi Tinggi Tinggi
28. Septian Dwi Patriadi Tinggi Tinggi Sedang
29. Aloysia Arghia
Prastiyaningtyas Sedang
Sedang Tinggi
30. Tiberia Dian A. H. Tinggi Tinggi Tinggi
31. Andreas Purbo A. P. Sedang Sedang Tinggi
32. Hastin Claverina Sedang Sedang Tinggi
33. Maria Immaculata V. A. S. Tinggi Sedang Tinggi
34. Elisabeth Lentera Ayu Dea Tinggi Tinggi Tinggi
35. Dorothea Live Nawangsih Tinggi Tinggi Tinggi
36. Vincentius Raditya
Bagaskara Sedang
Tinggi Tinggi
37. Anggara Yoseph A. Sedang Sedang Tinggi
38. Sarifatul Nuraini Tinggi Tinggi Tinggi
39. C. B. Eko Indah Sasongko Tinggi Tinggi Tinggi
40. Theresia Lerina L. Tinggi Tinggi Tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
LAMPIRAN 2
QUESTIONER PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
QUESTIONER PENELITIAN Peneliti: Yohanes Paulus Pius Patty M.
Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
=====================================================================
Pengantar:
Terima kasih telah berkenan terlibat dalam penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menciptakan indeks hipnosabilitas masyarakat dari suku jawa.
Isilah form di bawah ini sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Merujuk pada kode
etik penelitian, seluruh isi dari form yang telah Saudara/i isi akan dijaga dan dijamin
kerahasiaannya oleh peliti.
Salam Hormat
Yohanes Paulus Pius P.M.
=====================================================================
Bagian 1: Identitas Responden
Nama : ____________________________________________________
Tempat/Tanggal lahir : ____________________________________________________
Jenis Kelamin : ____________________________________________________
Alamat Asal : ____________________________________________________
____________________________________________________
Alamat Kost : ____________________________________________________
____________________________________________________
No. Telepon : ____________________________________________________
Email : ____________________________________________________
Agama : ____________________________________________________
Suku : ____________________________________________________
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Bagian 2: Ke-Jawaan
1. Orang tua saya Dua-duanya asli suku jawa
Salah satu bukan asli suku Jawa
2. Bahasa sehari hari dirumah Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
Bahasa Lain
3. Bahasa pergaulan sehari hari Bahasa Jawa Bahasa indonesia
Bahasa Lain
4. Penguasaan Bahasa Jawa Ngoko Krama Madya
Krama Inggil
5. Ketertarikanku dengan kebudayaan jawa Sangat terikat
Cukup terikat
Tidak terikat
6. Pengetahuan saya tentang etika Jawa Sangat paham
Cukup paham
Tidak paham
7. Pengaruh etika jawa terhadap perilaku saya Sangat berpengaruh
Cukup berpengaruh
Tidak berpengaruh
8. Sebagai orang jawa saya memiliki sifat dasar Tidak ingin menonjol
Tidak suka ribut
Tidak sombong
Tidak jahat pada orang
Tidak egois
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Bagian 3: Saya, Keluarga dan Masyarakat sekitar saya
1. Saya anak dari bersaudara
2. Urutan kelahiran berdasarkan jenis kelamin dalam keluarga saya adalah sebagai
berikut.. (isilah dengan Pa atau Pi)
3. Secara umum dapat saya simpulkan: saya didik oleh orang tua saya dengan cara
Sangat keras Biasa saja Lemah Lembut
4. Inilah gambaran komunikasi orang tua kepada saya
Saya selalu memahami apa yang dikomunikasikan orang tua
Saya sering tidak paham apa yang dikomunikasikan orang tua
Kebanyakan saya tidak memahami komunikasi orang tua
5. Saya lebih dekat dengan
Ibu Bapak
6. Secara umum keluarga saya bisa dikategorikan sebagai
Keluarga terpelajar Keluarga tradisional
7. Menurut saya, kondisi ekonomi saya bisa dikategorikan
Keluarga menengah - keatas
Keluarga menengah - kebawah
8. Ekspresi diri dalam keluarga
Saya bebas mengungkapkan isi hati di tengah keluarga
Saya kurang bebas mengungkapkan isi hati di tengah keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
9. Keluarga kami tinggal di
Kota besar Kota kecil (kecamatan)
Desa
10. Akses informasi di tempat tinggal kami, bisa dikategorikan
Baik Sedang Kurang
Bagian 4: Dinamika Psikologis
1. Saya sering merasa cemas dan khawatir
Ya Tidak
2. Saya sering merasa takut dan was-was
Ya Tidak
3. Saya mudah percaya pada semua orang
Ya Tidak
4. Semua orang itu baik
Setuju Tidak setuju
5. Saya selalu mempertanyakan hal-hal yang menurut saya tidak benar
Setuju Tidak setuju
6. Emosi saya sering tidak terkendali
Setuju Tidak setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Bagian 5: Profil Kognisi
1. Secara umum saya mendapatkan berprestasi akademik yang memuaskan
Ya Tidak
2. Saya kuat dibidang logika
Ya Tidak
3. Saya suka matematika
Ya Tidak
4. Saya tidak suka berdebat mempertahankan pendapat
Setuju Tidak setuju
5. Saya adalah seorang konseptor atau perencana yang baik
Setuju Tidak setuju
6. Saya membutuhkan bukti sampai saya percaya
Setuju Tidak setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
LAMPIRAN 3
Instrumen Tes Hipnosabilitas menurut R. Budi Sarwono
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Instrumen Tes hipnosabilitas menurut R. Budi Sarwono
Level 1: ARM RISING (Tangan Terangkat)
Sekarang saya perintahkan kepada anda untuk menjulurkan tangan kanan anda
lurus kedepan, posisi mengepal dengan ibu jari diacungkan keatas, seperti
ketika anda sedang memuji orang lain dengan jempol tangan kanan anda.
Tutup mata perlahan-lahan, dan tariklah nafas dalam-dalam, kemudian
hembuskan.... sekarang... kembangkan layar imajinasi anda, ikuti apa saja yang
saya sugestikan ke pikiran anda, dan lakukan semua perintah dengan mata
terpejam...
sekarang saya akan menalikan jempol kanan anda menggunakan seutas
benang. Ujung benang yang saya hubungkan dengan balon udara yang
berjumlah seratus buah berwarna merah, bayangkan warna-warna balonnya,
nampak nyata dalam pikiran anda. Dan rasakan, tangan anda semakin lama
semakin ringan karena ditarik ke atas oleh balon-balon berwarna merah itu.
Bagus..... dalam beberapa detik nanti, saya akan menambahkan lagi 50 balon
berwarna biru, sehingga akan menambah kuat tarikan balon terhadap tangan
anda. Ya, saya menambah 50 balon biru sekarang rasakan, tangan anda ditarik
semakin kuat oleh 150 balon sekaligus. Bayangkan kumpulan balon itu
sekarang tertiup angin ke kanan dan ke kiri. Sehingga tangan anda pun ditarik
ke kanan dan ke kiri. Sekarang, saya menambahkan lagi 50 balon berwarna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
kuning, sehingga jumlah balon menjadi 200 buah balon. Rasakan balon-balon
itu menarik anda semakin kuat daripada sebelumnya.
Level 2: ARM FALLING (Tangan Jatuh)
Bayangkan dalam pikiran anda, saat ini saya meletakan sebuah buku telepon
seberat dua kilogram diatas tangan kiri anda. Rasakan, buku telepon itu mulai
membebani tangan kiri anda, sehingga tangan kiri anda semakin berat dan
semakin terbebani... sekarang, saya menambah lagi dua buku telepon di atas
tangan kiri anda, sehingga sekarang beratnya mejadi enam kilogram, rasakan,
tangan kiri anda semakin berat, lebih berat daripada sebelumnya. Anda
membutuhkan lebih banyak tenaga untuk menopang tiga buah buku telepon.
Rasakan bahwa tangan anda perlahan-lahan capek dan turun sedikit demi
sedikit. Saat ini, di tangan saya ada lima buah buku telepon yang akan saya
letakan sekaligus di tangan kiri anda. Rasakan, tangan kiri anda benar-benar
kepayahan menopang beban 16 kilogram. (Katakan sambil sedikit menekan
telapak tangan subjek ke bawah)
Level 3: EYELID FIXATION(mata lengket)
Sekarang tutup mata anda. Hirup napas dalam-dalam.. dan hembuskan.
Rasakan disetiap tarikan napas anda, terasa sekali oksigen masuk ke tubuh
anda dan terkonsentrasi ke kedua mata anda. Terus rasakan... mata anda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
semakin berat dan semakin rekat. setiap tarikan napas anda membuat mata
anda semakin menempel, melekat satu sama lain.. semakin kuat..
Sekarang bukalah layar imajinasi anda.. bayangkan.. saya membawa sebuah
lem berbentuk pasta.. dalam imajinasi anda, lem yang saya bawa ini berwarna
putih dan tembuh pandang.. anda bisa membayangkan sendiri merknya.
Tetapi.. yakinilah bahwa lem ini adalah lem terbaik dan terlengket yang pernah
ada di atas bumi ini. Sebentar lagi.. saya akan mengoleskan lem ini di kelopak
mata anda. Rasakan.. lem ini membuat kedua kelopak mata anda merekat satu
sama lain... kuat sekali.. sampai-sampai anda kewalahan membukanya. Dan..
sebentar lagi lem akan tertiup angin.. sehingga kian lama kian kering dan
semakin lengket.
Semakin kuat anda mencoba membukanya.. semakin kuat pula lem itu
menutup mata anda. Semakin dicoba untuk dibuka.. semakin rekat.. semakin
dicoba buka semakin lengket.. bagus....
Bagus sekali, sekarang anda telah merasakan betapa hebatnya anda, karena
kelopak mata andapun tunduk pada perintah anda.. Sekarang perintahkan
kembali kepada kelopak mata anda untuk normal. Mata anda normal sekarang!
Dan anda dapat membuka mata anda seperti biasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
LAMPIRAN 4 Daftar Responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
NO Nama Responden
Tinggi Sedang Rendah
BL TL MN BL TL MN BL TL MN
1. Gabriela Yullian H. √ √ √
2. Dinda Tiara Putri Rosadi √ √ √
3. Lorica Rezkyananda Sila √ √ √
4. Maria Valentina H. √ √ √
5. Maria Heni A. √ √ √
6. Fajar Ahmad Dwi P. √ √ √
7. Kurnia Ruth Primantami √ √ √
8. Thomas Govanis √ √ √
9. Vitalis Herjayanto Nugroho √ √ √
10. Yogo Tri Rahayu Ningrum √ √ √
11. Trinita Anjasuma √ √ √
12. Valentina Vicky Verawati √ √ √
13. Novina Dewi S. √ √ √
14. Yian Areta Faria √ √ √
15. Bimo Catur K. √ √ √
16. Danang Prasetyo √ √ √
17. Kristyanto Adi √ √ √
18. Hinggil Mutviana √ √ √
19. Kezia Ariani Tanudidjoyo √ √ √
20. Monica Puji Astuti √ √ √
21. Priskila Caroline Indarto √ √ √
22. Agustin Andhika Putri √ √ √
23. Jussi Aram Bunga Melati √ √ √
24. Priska Yekti Mitayani √ √ √
25. Yulinda Kurniawati √ √ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
26. Yohanes Baptista Damar
Wicaksono √ √ √
27. Robertus Adrian Wijaya √ √ √
28. Septian Dwi Patriadi √ √ √
29. Aloysia Arghia
Prastiyaningtyas √ √ √
30. Tiberia Dian A. H. √ √ √
31. Andreas Purbo A. P. √ √ √
32. Hastin Claverina √ √ √
33. Maria Immaculata V. A. S. √ √ √
34. Elisabeth Lentera Ayu Dea √ √ √
35. Dorothea Live Nawangsih √ √ √
36. Vincentius Raditya Bagaskara √ √ √
37. Anggara Yoseph A. √ √ √
38. Sarifatul Nuraini √ √ √
39. C. B. Eko Indah Sasongko √ √ √
40. Theresia Lerina L. √ √ √
Total 25 25 34 15 15 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
LAMPIRAN 5
Data Suku Responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
No Nama Responden Jenis Kelamin SUKU
1. Gabriela Yullian H. Perempuan Jawa
2. Dinda Tiara Putri Rosadi Perempuan Jawa
3. Lorica Rezkyananda Sila Perempuan Jawa
4. Maria Valentina H. Perempuan Jawa
5. Maria Heni A. Perempuan Jawa
6. Fajar Ahmad Dwi P. Laki-laki Jawa
7. Kurnia Ruth Primantami Perempuan Jawa
8. Thomas Govanis Laki-laki Jawa
9. Vitalis Herjayanto Nugroho Laki-laki Jawa
10. Yogo Tri Rahayu Ningrum Perempuan Jawa
11. Trinita Anjasuma Perempuan Jawa
12. Valentina Vicky Verawati Perempuan Jawa
13. Novina Dewi S. Perempuan Jawa
14. Yian Areta Faria Perempuan Jawa
15. Bimo Catur K. Laki-laki Jawa
16. Danang Prasetyo Laki-laki Jawa
17. Kristyanto Adi Laki-laki Jawa
18. Hinggil Mutviana Perempuan Jawa
19. Kezia Ariani Tanudidjoyo Perempuan Jawa
20. Monica Puji Astuti Perempuan Jawa
21. Priskila Caroline Indarto Perempuan Jawa
22. Agustin Andhika Putri Perempuan Jawa
23. Jussi Aram Bunga Melati Perempuan Jawa
24. Priska Yekti Mitayani Perempuan Jawa
25. Yulinda Kurniawati Perempuan Jawa
26. Yohanes Baptista Damar
Wicaksono
Laki-laki Jawa
27. Robertus Adrian Wijaya Laki-laki Jawa
28. Septian Dwi Patriadi Laki-laki Jawa
29. Aloysia Arghia
Prastiyaningtyas
Perempuan Jawa
30. Tiberia Dian A. H. Perempuan Jawa
31. Andreas Purbo A. P. Laki-laki Jawa
32. Hastin Claverina Perempuan Jawa
33. Maria Immaculata V. A. S. Perempuan Jawa
34. Elisabeth Lentera Ayu Dea Perempuan Jawa
35. Dorothea Live Nawangsih Perempuan Jawa
36. Vincentius Raditya Bagaskara Laki-laki Jawa
37. Anggara Yoseph A. Laki-laki Jawa
38. Sarifatul Nuraini Perempuan Jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
40. C. B. Eko Indah Sasongko Laki-laki Jawa
41. Theresia Lerina L. Perempuan Jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI