Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
,JAWABAN PEMERINTAH
ATAS PEMANDANGAN UMUM FRAKSI.FRAKSI
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
TERHADAP
RANCANGANUNDANG.UNDANGTENTANGPEMASYARAKATAN
TANGGAL '6 ,JUN. 1998
DEPARTEMEN KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA
. ,
MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA
JAWABAN PEMERINTAH
ATAS PEHANDANGAN UMUM FRAKSI - FRAKSI
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RRpUBLIK INDONESIA
TKRHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMASYARAKATAN
Tanggal,16 Juni 1995
Assalamualaikum Wr.Wh.
Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan Yang Terhormat.
Marilah kita terlebih dahulu meman.jatkan puji syukurke
hadirat Allah Subhanahu Wataalla atas segala rahmat. l)ikmat"
dan karunia-Nya. sehingga ki t.a dapat bertelllll kembali dalam
sidang yang mulia ini.
Selan~iutnya. izinkanlah kami atas nama Pemerintah
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Dewan yang terhormat. terut.ama kepada Fraks,i-fraksi yang
melalui juru bicaranya masing-masing telah menyampaikan
Pemandangan IJmum t.erhadap Rancangan Undang-undang t.en tang
Pemaayarakatan di hadapan Rapat Paripurna DPR-RI tanggal 7
Jl.lni 1995.
, ~, ..
2
Sidan~1 Dewan yang terhormat.
Dar1 Pemandangan Umum Frakai-fraks1 stae Rancangan
Undans-undans tentans Pem~8yarakatan, Pemerintahmendapst
keaan positif bahwa Fraksi-:fraksi menshargai dan menyambut
baik penyampaianRancangan ·Undang...,.undang ini, untuk dibahas
beraam&-ssma di DPR.
Menurut pendapat kami, semus Fraksi mempunyai kesamaan
pandang dan pengertian terhadap pokok-pokok pikiran yang
melandasi keinginan untuk membentuk U~dang-undang yang menga-
tur mengenai pemasyarakatan warga, binaan sebasaim.ana
tertuang dalam Rancangan Undang-undang ten tang Pemasyara
katan. Dalam Pemandangan Omum Fraksi-fraksi tampak adanya
keaamaan pandang bahwa pokok-pokok pik1ran tersebut dapat
dijadikan titik tolak pemoahasan dan eekaligus merupakan
tolok ukur bagi penyelesaiannya.
Berbagaisarans pertanyaan~ dan pemikiran-pemikiran
yang telah dikemukskan dalam Pemandansan Umum tersebut meru-
pakan indikasi adanya reapona posit1f para Angsota Dewan yang
terhormat ini' a,tae penyampaian Rancangall Undang-undang ten
tang Pemasyarakatan ka DPR dan sekalisus menganduns berbagai
pikiran yang akan lebih memperkaya wawaean dalam pembahasan
Rancangan Undang-undang ini.
Pemandangan Umum yang disampaikf&n Frakei...,. frake1 beru}:'a
. saran~ pertanyaan, dan pemikiran-pemikiran tereebut adalah
maBukan vans positif bagi pembangunan sistem pemasyarakatan
melalui pembentukan Undans-undang tentang Pemasyarakata.n.
3
. Be rbagai pensalaman pembahaaan auatu Rancangan Undang-
undang di DPR~ membawa kami parla Buatu kesimpulan bahwa
eelalu ada garis permanen yang selalu ditunjukkan Dewan yang
terhormat yaitu keinginan untukbersama mempersembahkan
produk legialatifyang terb~ik bagi kepentingan rakyat dan
nesara.
Tujuan Rancansan Undang-undang yang sedans kita bahas ini
aebaga1maria yang telah kam1 s1nggung dalam· Keterangan
Pemer1ntah pada tanggal 30 Maret 1995 - adalah sela1n dalam
rangka memberlkan landasSn hukum yang kuat bagi slst~m pema
syara.katan y~g telah berlak:u, . jUga. dalam l"~mgka. pembaharua.n
perat.uran perundans-undangan warisan pemer1ntah.H1nd1a Bela.n
de. yang mengatur tentang kepenjaraa.n.atau perlakuan terhadap
.narapidana dan anak didikdalam Rumah-rumah Penjara.
Dengan demlkian, produk legislat1f in1 benar-benar
dapat memenuhl eita hukum.cita keadilan, eita ketertiban,
dan kepastian hukunl dalam upaya pemulihan warsa 'binaan Beba
sai manusia Indonesia yang utuh sehlnsga dapat menjadi warga
masyarakat yang berguna dan berta.nggung ~iawa.b, taat hukum~
menjunjung tingginila.i-riilai moral dan Boaial Berta dalsm
.upaya mela.kBana.kan pera.watan taha.na.n A
dem1
kehidupan masya.rakat yang arnan, damai, dan sejahtera..
Dari Pemandangan Umum FrakBi-frakBi tampak jelaB adanya
keaamaan pandang, slkap, dan.semangat para Anggota Dewan
imtuk membahaa" dan menyelesaikan Ra.neangan Undang-undang
tentans Pemaeya.rakatan'ini seeara seksama.dalam waktu yang
setepat-tepatnya.
4
Pimpinandan Anggota Dewan ~ang Terhormat.
Dalam kesempatan y~ng berbahagia ini~k8mi akan mencoba
menyampaikan penjelasan at as berbagai 'saran. pertanyaan, dan
pemikiran-pemikiran Fraksi-frakai yang telah disampaikan
melalui juru bieara masing-masing di hadapan,Rapat Paripurna
DPR-RI pada tangsal 7 Juni 1995.
Namun demikian. dalam jawaban Pemerintah ini. kami
tidak akan memberikan seeara rinei perbutir mengenai saran,
pertanyaan. dan ~mikiran-pemikiran sebagaimana diajukan oleh
maaing-maaing Fraksi. tetapi penjelasan akan kami berikan
seeara umum yami denganeat'a mensklasifikasi saran.pel't8.
nyaan~ atau pemikiran yang sama atau senada dari keempat
Fra.kai. -Hal yang demikian :lni kamitempuh~ Barcia sekali tidak
ada maksud untuk mengabaikan saran. pertanyaan. ataupun
pemikiran-pemikiran yang diajukan oleh-keempat Fraksi melalui
juru. bicara masing-rDasing,-melainkan untuk rnemudahkan kita
de.larn melnahami kerangka pikir sistem - pemaayarakatan yang
tertuang dalam Rancangan Undang-und.ang dan juga untuk meng
hindari adanya pensulangan kalimat yang Bebenarnya tida.k
perlu dilakuka.n.
Sidarag Dewan yang Terhormat.
Semua Fraksi - meskipurt dengan pendekatan dan gaya
bahasa yang berbeda-beda -.telah mengemukaka.n pandangan _dan
per-tany-aan mengenai keterkaitan materi muatan Rancanga.n
5
Undang-undang tentang Pemasyarakatan yang sedang dibahaa ini
dengan daBar~ cits., dan tujuan nasional negar'.8. kesatuan
Republik . Indonesia yang berdasarkan Pancaai1a dan Undang
Undang D8.aar 1945.
Peme r' intah menyadari dengan Bungguh-sungguh dan
memberikan pengh8.rgaan yang Betingsi-tingginya kepacla semua
Frakai atas pandangan dan pertanyaan yang sangat mendaaar
tersebut. Telah menj8.ditekad dan kewajlban Berta tanggung
;!8.wab ki ta bersama untuk aenantias8. berupaya dan beruB8.he.
terus-menerUB agar dasar, cita, dan tujuan negara kit-a menja
di bagian int,egra1 dan terw-ujud da1am BelUua aapek kehidupan
berbangea dan bernegara termaBuk pula aapek' pembentukan
pel"atur'an perundang-undangan. da1rurI hal in1
Undang-undang tentang Pemasyaraka.tan.
pembentukan
Da1am pada it.u, upaya mengintegrasikan daBaI'. cita. dan
"tujuan naBiona1 ke da1am Betlap aspekkehidupan berbangBa dan
bel:"negara. termasuk pembentukan per-aturan perunds.ng-undangan.
kita t1dak mungkin melepaskan diri dfl.ri ber-bagai kenyata8.n
baik yang ber-kai t,an dengan kehidupa.n naeional maupun
inter'naeional.
Kami menvadal"i sepenUhnY8_ bahwa t,er'dapat
sangat erat antara slstem pemasyarakatan
kaitan yang
dan siet-em
pemidanaan yang dianut o1eh sebagial1 bes8.r negal-'a-negara di
dunia. Begit~ juga seiring dengan arus globa1iBasi~ perkem-·
ba.ngan tekno1og1 khuBusnya di bidang tl">ansportaBi, komunlka
s1. dan informatika yang telah mengakibaUran batas antar-nega
r'a Bemakln kabul::"', akan berp~ngaruh pada peningl-ratan kual i taB
~ I
6 dan kuantitas kejahatan yang bersekala internasions.l seperti
perdagangan narkotika. pengedaran uang palau. kejahatan di
bidang perbankan. dan sebagainya.
Dalem era yang semakin slobal tersebut. tentu saja
pelaku kejahatan tidak hanya warga negar·1!f Indonesia~ melain-
kan orang-or'ang asing pun sanga.t berpotensi lCIe18.ku.kl3.n tindB.k
pidana yang pada akhirnya memungkinkan menja1ani pidana
p'enjara . dalam Lernbaga Pemasyare.katari. Untuk itu~ kita har-us
, daJ;:'&.t menemukan berbage.i pola. pranata~ dan sistem pengelo":'
laan da1am re.ngka pembinaan narapidana B.gar tetap lf18.mpu
menjamin be r-bagai kepentingan nasione.l yang aesuai dengan
Panoasila dan Und8.ng-Undang Do.es.r 1945.
Sidang Dewan yang Terhoz~t.
Berda.sax'kan pemikiran-pemikiran t.ersebut. maka berikut
inL kami akan menyampaikan pen.iela.san sehubungs.n dengan
bel"'bagai pertanyaan. saral-I, dan pemHriran . Fral-:tsi-fr-alH3i yang
t;elah diajuke.l1 de.hun Pemandange.n Umum Fraksi-frakBf DPR-RI
pada tangg8.l 7 Juni 1995.
Pertema
AS6s-aS6S Pemasyarakatan
Sebagaimane. kami kemul-:takari dalam Ketel:--angan Pemerinte.h
di hadapan Rapat Paripurna DPR~RI tanggal 30 Maret 1995 yang
la1u bahwa pembinaan narapidana dan anak didik yang sesuai
dengan eistem pemasYarakatan yang dilakukan berdaearkan
falRafah Pancaaila.
7
Narapidana. anak didik. dan klien yang aelanjutnya
dlsebut warga binaan bukanlah obyek~ tetapl sebagai subyek
:vang tldak berbeda dengan manusia lalnnya yang aewaktu-waktu
dapat melakukan kesalahan atau kealpaan yang dapat dikenai
pidana. Untuk itu, pemidanaan dalam siatem pemasyarakatan
.adalah upaya untuk mengembalikan warga binaan menjadi warga
masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab .
. Sistem dan upaya pemaayarakatan untuk mengembalikan
'warga binaan sebagai warga masyarakat yang baik merupakan
bag ian yang tidakterpisahkan dari niIai-nilai yang terkan
dung dalam Pancasila terutama, 5ila Ketuhanan Yang Maha Esa
dan Sila Kemanueiaan Yang Ad11 ?an Beradob. Menyadar1 keter
kaitan pembine.an warga binaan dengan nilai-nilai yang terkan
dung dalam Panoasila tersebut, maka sistem pemasYarakatan
lebih ditekankan pada aspek pembinaan yang mempunyal oiri
ciri preventif. kuratif~ rehabilitatif. dan edukatif.
Pembinaan warga binaan yang mempunyai empat oiri ter·sebut.
kemudian dijabarkan sebagai 6.sas pemasyarakatan sebagaimana
dir'umuskan dalam Pe.sal 5 Rancangan Unde.ng-undang tentang
PemaByarlikatan.
Ae8.s-asas tersebut sekaligus merupakan perubahan mendasar
dari siatem kepenjaraan yang hanya menitikberatkan pad a 8spek
ba.Ias dendam dan penjeraan narapidana.
Selanjutnya. sinYalemen bahwa aeaS-dada sistem pemasyarakatan
kurang mengindahkan kepentingan ma6~7arakat. perlu dikaji dan
ditinjau dari kerangka berpikir secara sistemik. maka Bistem
pemaayardkatan yang didaaarkan pada aaas-aSae aebagaimana
8
dirumuskan dalam PaBal 5 tersebut akan mempunyai keluaran
terciptanya warga masyarakat.yang berguna dan bertanggung
jawab, ta~t hukum~ Iflenjunjungtinggi nilai-nl1al moral dan
soslal. Dengan demikian. akan tercipta Buatu kehidupan
masyarakat yang aIDan. damal~ dan sejahtera. Kehidupan
masyarakat yang .8Jfian. damaL dan sejahtera itulah wujud dari
perlindungan kepentingan ma.Byarakat yang dikehendaki oleh
RancangF.m Undang-undang ini.·
i3e1anjutnya. mengenai pernyataan bahwa PaBal 3 Rancangan Un
dang-undang dikesankan seol.a'h-01ah siatem pemaayarakatan
'hanya berfungsimenYiapkan warg8. binaan untuk kemba11 bertu
gaB dan berperan sebasai anggota masyarakat yang bebasdan
bertanggungjawab dan tidak memberikan ni1ai. tambah sebagai
bekal bagi nS.l"'apidana untuk kembali dalam InaByarakat. hal
ter'sebut dapat dijelaskan bahwa "menyiapkan" harus diartikan
secara lengkap dan utuh. yaitu berisi berbagai kegiatan yang
6.kan memberik8.n bekal kepada warga binaan pada saat kembali
ke masyarakat. Namun demikian. usaha-usaha ini memang bersi
fat menyiapkan dalam bentuk pembekalan kepada warga binaan.
Pembinaan PemasY8.rakatan hanya menyiapkan lIlarga binaan untUk
mendapatkan bek8.l berupa pengetahuan. k:eterampilan, ataupun
pembinaan mental mela.lui program pembinaan kepribadian dan
kemandil"' ian sehingga diharapkan akan mampu untuk berperan
sebagai anggQta maeyarakat yang bebaB dan bertangg1,lngjawab.
Sedtlngkan mengenai berhasil atau tidaknya bagi warga binaan
yang bersangkutan untuk mengembangkan diri da1am arti menjadi
warga yang baik dan bertanggungjawab terpu1angkepada yang
9
. bersangkutan dan masyarakat seluruhnya. Dengan demikian.
masalah tersebut di luar jangkauan fungeiPernasyarakatan.
·Kedua
Jabatan Fungslonal
Mengenai pendapat perlu adapeningkatan profesionalisme bagi
petugas pemasyarakatan sebagaimana yang diungkapkan oleh
salah aatu Fraksi,. sepenqhnya disadari Pemerintah .. Oleh
karena itu. seauai densan yang dirumuskan dalam PaBal 8
pengangkatan dalam ·jabatan fungsional dilaksanakan sesuai
densan peraturan perundang-undangan yang berlaku. dalam art!
tidak semua pesawai dl 11nskungan Lembaga Pemasyarakatan
dapat dianskat sebagai pejabat funssional tetapi hanya peja-
bat-pejabat yang memenuhipersyaratan tertentu yang dapat
dianSkat dalam jabatan funSsional. antara lain mempunyai
latar belakans pendidikan teknis di·bidans Pemasyarakatan dan
rnelakukan tusas di lingkunsan Unit Pelaksana Te.knis Pemasya
r·akatan.
Selain itu, dasar pemikiran untuk memberikan
fungBional adalah· untuk memperbaiki karier
Pemasyarakatan.
jabatan
Petusas
Pada umumnya kriteria untuk jabatan fungsional minimal adanya
3 persyaratan. yaitu
1. "adanya pendidikan teknis pemasyarakatan:
2. adanya cabang ilmu tertentu yang telah diakui mengenai
Pemasyarakatan: dan
3. adanya sifat pekerjaan yans khusus.
10
Selanjutnya di lingkungan Pemasy.arakatan. ltet:iga kriteria
ter-sebut . telahterpenuhi sehingsa memenuhieyarat untuk
adanya jabatan"fungsional Pemasyarakatan.
P1JBpinfUl dan Anggota Dewall ~ang Terhormat
Setelah kami mengur-aikan beberapa hal .sehubungan dengan
konsepsi Rancangan Undang-undang tentans Pemasyarakatan~ maka
berikut int kami akanmenjelaskan hal-hal yang langsung
terkait densan substansi Rancangan Undang-undang sebagaimana
dipertanyakan k.eempat Fraksi dalam Pemandangan Umum tanggal 7
Juni 1995.
Beberapahal tersebut adalah Bebagai berikut :
1. SiBtimatika
Fr-akBi-ABRI me"nyarankan agar ststimatika' Rancangan
Undang-undang dlsempurnakan.8.eas sistem· pemasyarakatan
dicantumkan dalam Bah I Ketentuan Umum, karena asas-aS88
itumerupakan Buatu yang bersifat umum seperti halnya
pengertian, tujuan, danfungs1.
Atas saran tersebut~ Pemerintah herBedia "untuk membahaB
lebih lanjut dalam Pembicaraan Tingkat III bers8.ma-sama
dengan anggota Dewan yang terhormat UTltuk mencarisistlma
tika yang lebih baik dan tepat bagi Rancangan .Undang
undang ini.
11
2. Konsiderans menimbang.
Fraksi Karya Pembangunan menyarankan agar keempat
: per~turan yang dieabut dicantumkan terlebih dahulu dalam
konsderans men.imbang.
Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa hal-hal yang
berkai tan densan konsider'ans menimbans hampir se lalu
men.iadi bahan diskusi yang menarik. Dan terhadap eal"an
tersebut. Pemerintah bersedia untuk membahas lebih lanjut.
akan tetapi kiranya dipertimbanskan agar bahasan men~enai
konsiderans menimbans dapat dilakukan secara proporsional
dan. berpegans pada pedoman Bebasai aeuan yang selama ini
bet"·laku.
Adapun mengenai saran dari F-PDI untuk mem~ertahankan
pengintesrasian Lembasa Pemasvarakatan ke dalam Hul-mm
Pidana densen penempatan pasal-paaal tertentu KUHP dalam
Konsiderans RUU tentans PemaByarakatan~ pada dasa.rnya
Pemerintah dapat memahami saran tersebut yakni agar
tergambar adanya. kesatuan antara KUHP densan RUU tentang
Pemasyarakatan. Untuk itu Pemerintah dapat memper
timbangkan dibahae lebih lanjut dalain Pembahasan Tingka:t.
III.
:3 . Penge rt ian /Ke ten tuan Umum.
F-ABRI dan F-PP mempermasalahkan mengenai penggunaan
istilah "anak didik" kareno. hal ini' dinilai akan menimbul-
kan ker·ancuan dengan pengertian yang digunakan dalam
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 ten tang Pendidikan Na-
aional.
12
t1engenai penggunaan istiiah" anal! didik" sebenarnya d1
iingkungan Departemen Kehakiman umumnya~ dan khususnya di
iingkungan Direktorat Jenderai Pemasyarakatan teiah lama
digunakan jauh sebelum diundangkannya Undang-undang ten
tang Pendidikan Nasionai. Namundemikian~ apa.biia . istiiah
tereebut diangap perlu untuk diganti dengan istiiah lain
yang lebih tepat tanpa mengubah arti yang esensi dari
iatilah ter'sebut~ maka pemerintah bersedia untuk mendisku
aikan l~bih lanjut.
4. PaBal 4 f1embentukan LAPAS dan BAPAS.
F-KP mempermasalahkan mengenai pembentukan LAPAS
BAPAS . hendaknya diiihat dar-i konteks yang realistis
atau
dan
kebutuhan masyal. ... akat ~ sehingga tidak merupakan ketentuan
Y6.ng justru akan mempersulit pelaksanaannya. O'leh karena
itu. F-KP. menyarankan sebaiknya rumusan PaBal 4 lebih
mengedepankan ~BPek yang bersifat fakultatif1 dengan
menggunakan kata "dapat".
Pemerintah menvadari bahwa rumusan ini men.iadi bersifat
.imperatif karena setiap Kabupaten atau KotamadYa haruB ada
LAPAS dan BAPAS.
Adapun dasar pemikiran Pemerintah merumuskan materi PaBal
4 tersebut. didasarkan pada kenyataan bahwa d1 .set1ap
Kabupaten atau Kotamadya eelaiu terdapat . Kepolisian Re
Bort. ·Kejaksaan Negeri,. dan Pengadilan Negeri. Dengan
demikian,maka dalam ranska pelaksanaan Sistem Peradilan
Pidana Terpadu~ di samping terdapat ketiga instansi terse-
13
but~ tentunya perlu dilengkapi pula dengan keberadaan
LAPAS Qtau BAPAS.
Bahkan sebasai bagian dari Unit Pelaksana Telrnis
Pernasyarakatan~ di samping I.J\PAS dan BAPAS terdapat pula
RUTAN {Rumah Tahanan NegaI'a). Dengan kenyataan ter6ebut~
makin .1elas kedudukanpe'cugas pemasyarakatan ftlerupakan
salah satu unsur'penegak hukum yangmempunyai tugas di
bidang pembinaan ter-hadap warga binaan karena dalam Sistem
Per-adilan Pidana Terpadu tidak terbatas sampai pemutusan
perkara~ tetapi sampai dengan pembinaan dan tugas ini
dilakukan oleh petuga~ pemasyarakatan di saIDPing unsur
penegak hukum yang lain~ yakni Polisi untuk penyidikan.
Jaksa untuk penuntutan. dan Hakim untuk pemutusan perkara.
Dengan 'demHrian.. Pemerlntah mensharapkan F-ABRI tidak
per-lu menyangsikan lagi kedudukan petugas pemasyal'>ak8.tan
sebagai salah satu unsur penegak hukum untuk pembinaan. '
5. Hak-hak dan Kewajiban Narapidana.
F-KP meminta pen.ielasan se .. iauh mana kemampuan Pemerintah
dalam mengaktualisasikan hak-hak narapidana. '
Sedangkan F-PP menanyakan seberapa .jauh batasannya atau,
waktu lamanya kunjungan atau cuti yang diberikan kepada
narapidana.
Selanjutnya F-ABRI menanggapl bahwa pemerintah merumuskan
antara hak dan kewajiban napi tidak seimbang.
Atas ketiga tanggapan tersebut" Pemerintah dapat mengemu
kakan bahwa 'rumusan dalam Rancangan Undang-undang ini
14
merupakan norma-norma yang seharusnya dicantumkan dan
menjadi m~atan d~lam Rancangan ini.
Sedangkan mengenai aktualis6ainya. selarrla ini belum
sepenufmya dilaksanakan karena sangat tergantung kepada
kemampuan keuangan negara untuk menyiapkan baik sarana
maupun prasarananya.
Sedangkan mengenai pertanyaan F-PP~
men.ielaskan bahwa mengenai batae atau
Pemerintah dapat
lamanya kunjungan
atau cuti~ didasarkan pada tahap-tahap pembinaan. Mengenai
masalah itu, akan diatur pengaturan lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah. Da1amrangka menyiapk.an peraturan
dalarrl aatu paket, dapat diinformaeikan bahwa pada Baat ini
Pemerintah eedangmenyl.apk.an Rancangan Peraturan Pemerin
tah Bebagai pe1aksanaan Rancangan Ondans-undang tentang
PemaByarakatan.
Adapun mengenai tanggapan F-ABRI yang menyatakan mengapa
kewa,j iban nar'apidana tidak dil"'umuekan sec-ara rinei
sebagaimana rumusan mengenai halt dari ntu'apldana.
Pemerintah dapat menje1askan .bahwa sebagaimana te1ah
dl tegaskan dalam PaBal 15. kewa.i iban narapidan6. adalah
mengikuti pt"'ogram pembinaan dan kegiatan tertentu. Kedua
hal itu merupakan program yang akan se1a1u berkembang
BeBuai .dengan kebutuhan berdaesrkan BitU8si dan kondiei
aehingga akan menyulitkan apabila dirwnuskan eecara rinei
di dalam Undang-undans. Oleh karem1 i tu Pemerintah berpen
dapat akan lebih mudah melakukan penyesuaian perubahannya
---------.--~-------------
15
mengenai program atau kegiatan yang wajib diikuti oleh
nara~idanaapabila dituangkan dalam Peraturan Pemerintah.
Selanjutnya mengenai tanggapan F-ABRI agar sistem pemasya
rakatsn selain harus menggunakan pendekatan rehabilitatif,
juga harus menggunakan pend~katan retributif dalam arti
memberikan rasa jera kepada warga binaan untuk tidak
mengulangi lasi perbuatannya.
Atas tanggapan tersebut. Pemerintah qapat menjelaskan
bahwa };.tada asasnya dengan pengslflbilsn kebebsssn· warga
bin8.an dengan menempatkan dalam Lembaga Pemasyarakatan
dengan ketentuan-ketentuan disiplin sudah merupakan
hukuman pen.jer·aan.
Lebih lan.iut dapat dikemukakan bahwa apabila selain
pengambilan kebebasan tadi masih akan diikuti dengan
penyiksaan terhadap warga binaan hal ini dinilai tidak
manusiawi dan melanggal"" hsk asasi msnusi8. Berta tidak
sesuai dengan aaas yans .terkandung dalam sistem
pemasyar'aka tan.
6. Hak dan Kewaj ihan Aparat PelD8.syarakatan
F-KP mempel"masalahkan bahwa Rancangan Uudang-undang ini
lebih menonjolkan pengaturan mensenai hak dan lrewa.i 1ban
nar'apidana daripada hak dak kewa.i iban aparat pemasyara
katan/rumah taha~an.
Mengenai hal ini~ Pemerinta.h berpendapst bahwa sparat
Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan Negara adalah pegawai
negeri sipll sehingsa dengan demikian pengaturan mengenai
hak dan kewaj ibannya tunduk pada peraturan pel"undang-
16
Undang8_n yang mengatur tentang kepegawaian. antara lain
sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 8
Tahun 1974 tentang Kepegawaian dan beber·6.pa peraturan
pelaksanaann;tl6..
Namun demikian. aparat Lembaga. Pemaa~'al"'>akatan/Rumah
Tahanan Negara mempunyai kekhuBuaan yang belum diatur
peraturan perundang-undangan kepegawaian Behingga dalam'
Rancangan Undang-undang in1 perlu diatur Becara terBendiri
mengenai hak dan kewa.i ibannya.
Ada Buatu adagium bahwa jika maByarakat diberi hak oleh
pemerintah. maka pemerintah hal''Us mela.kaanal-;:an
kewajibannya Besuai dengan hak yang diberikan pada
maByarakat, walaupun kewa.i iban terse but. tidak diatur atau
ditentukan dalaro Buatu peraturan.Hal ini berlaku pula
bagi aparat LAPAS/RUTAN yang wajib melaksanakan atau
memenuhi hak-halt narapidana yang dlatur dalam peraturan,
meskipun kewajiban teraebut tidak seeara rinei diatur
dalam Rancangan Undang-undang teraebut. - Jumlal1 hak nal"'>api
dana akan selalu sebanding dengan kewajiban aparat.
7. PetugaR PemaByaritk:atan
F-PP mempertanyakan hubungan ketentuan Pasal 8 dengan
Pl,-68.1 48 Rancangan Und8i.ng-undang mengenai pemakaian .
lstilah "petugas pemasyarakatan" dan "pegawai LAPAS".
Atas pertanyaan F-PP tersebut, Pemerintah dapat men.ielas
kan bahwa pengertian "pegawai LAPA$" leblh lu8.s' dari
"petugas Pemasyarakatan". karena pegawai LAPAS meliputi
17
baik pe.jabat fungsional maupun yang non fungsional. Tentu
nya. mengenai penger'titin yang ter-kandung dalam Pasal 48
bahwa "pega~uii· Pemasyarakatan da:pat dilerlli?:kapi
sen,jata api" dalam penger-tian hanya untuk pegawai
tertentu sesuai dengan kebutuhan dan didasar-kan
ketentuan per'atur-an per-und.6.ng-undangan yang ber-laku
gaimana dirumuskan dals.mPasal 48 ter·sebut.
8 . Dl~kUllgHll dttna.
dengan
LAPAS
ataa
seba-
F-ABRI mengusulkan agar dalam Pasal 9 avat ("1) dirumus};:an
secaraeksplisit ker.ia.sama dengan pengus.aha.
t1engenal tanggapan ter'sebut dapat dl.ielaskan· b8.hwa
pengertian badan usaha kemasyarakatan menurut Pemerintah
1ebi11 luaR dari pada pengusaha. Uleh karena itu Pemerint.9.h
dapat mempertimbangkan pengertian pengusaha . tersebut
dengan mencantumkan dalam penjelasan Pasal yang
.bersangkutan. .
Selanjutnya F-P:J)I menanyakan apakah ada narapidana yang
dlpeker,iakan dengan imbalan dan uangnya apakah disetor ke
lras negare. ?
t1engenai pertan~7aan terBebut Pemerintah dapat men.iela6kan
bahwa selama lni dalampraktek ada kegiatan memperkerjakan
narap1dana tertentu yang telah memenuhi pereyaratan.
Adapun has11.dari peker.iaantersebut eebagian disetor ke
kas negara dan sebagian diserahkan kepada narapidana yang
bersangkutan dalam bentuk tabungan.
· ... _ .. __ .. _ ....... _._-----------
18
9. Bapas
F-KP menanvakan apakah ada perhedaan antara Bapaa dan
Bispa.
Pemerintah dapat memberikan pen.ielasan bahwa istilah
. Biapa tersebut memang diul?ah~ namun aubatansi atau materi
. yang mengatur mengenai' Biapa tersebut tidak berubab.
Perubahan inimuncul Bebagai akibat adanya restrukturisasi'
di lingkungan DirektoratJenderal PemaBvarakatan. Untuk
menBinkronkan iatll8.h terBebut dari haail perubahan re
s,tr-ukturisasi ~ maka dalam Rancangan Undang-undans: ini
digunakan istllab Bapas.
10. Balai PertiIDbafig81l dan Tim Pengamat PemasY'srakstan
F-KP jUga menanyakan dua bal yang menyangkut Balai
Pertimbangan dan Tim Pengamat PemaBvarakatan, yaltu
a. 'Apa motivaBi dan tujuan yang bendak dicapai dengan
membentuk Balai 'Pertimbangan dan Tim· Pengamat
Pemssyarakatan7
b. Se.iauh mana Pemerintah mempel-.timbangkan aspek efisienai
danefekti vi taB Balai Pertinlbangan dan Tim Pengamat
PemaBvarakatan teraebut 7
Maksud Pemerintah dengan membentuk Balai Pertimhangan
dan Tim Pensamat PemaByarakatan lTPP) adalah untuk
'mengikutsertakan para ahli di bidang pemaavarakatan atau
badan lain untuk berpartiBip8.ai dalam membina . warga
binaan.
19
Mengenai .keberadaan Balai Pertimbangan Pemasyarakatan
(BPP) ini tidak .perlu dikhawatirkan akan menimbulkan
dualisme da1o.lfI me1etakkan kebi.iakan .pembinaan terhadap
nara.pidana karena .tugas dari BPP han~"a memberi saran dan
pertimbangan kepada Menteri. Per~imban~an dan saran ini.
SUd8.h bar-ans tentu. tidak mengikat ..
Tim Pengamat Pemasyarakatan bertu~as !
B.. memberike.rt saran mengenai bentuk dan progr'am •. pembinaan
de.18.m me 1aksanakan s istem pernasy ar-e.ka tan ~
b. mengad6.kan penilaian 8.tB.S· pe1l;1ksanaan program tersebut
8e.i,':!k terpidana berubah status men;iadi narapidana.
11. Ketentuan Lain
F-PP menguBu1kan agar Bab VI tentang Ketentuan Lain
da1am Rancangan Undang-undang diubah menjadi "Perawatan
Terhadap Taho.nan" atau keten:tuan tentang Tahanan diatur
da1am bab tel"'sendir 1.
Pemerintah dapat memahami pikiran yang dikemukakan oleh
F-PP mengapa mengenai tahanan diatur da1am Bab Ketentuan
Lain. He. 1 ini tidak dimaksudkan untuk tidak mengatur
6e 0 6.1:"'0. 1engkap materi muatan mengenai tahanan da1am RUU
ini. karenaada yang berpendapat yang menyatakan bahwa
tahanan tidak termasuk }wl1seppeltT1asyarakatan. Namun
df.Hnikian apabi1a anssgota Dewan yang terhol"'mat meni1ai
m.engenai roasalah teraebut per'lu diberi perhatian khu6UB
dengan mengatur dalam Bab tersendiri Pemerintah bersedia
untuk mendiskuslkan 1ebih lan.jut.
12. Ketentuan Pel"fllihan.
F-PDI mengajukan pert.anyaan aI>akah peraturan pelakeanaan
, Bebasai penggantl ketentuan-ketentuan yang dicabut sudah
ada ? dan apakah sudall terBedia yang lebih baik. lebih
manus1awi dar1 ketentuan-ketentu.an yang· d1nYatakan tidak
berlaku lagl ltu ?
Atas .pertanvaan tersebut Pemerlntah dapat men.1elaBkan
bahwa. PaBai 51 dimakaudkan untuk memberlakukan
pelaks8.nsan dari Peraturan yang dicabut oleh
sepan.iang tidak bertentangan atau belum
peraturan
PaBal 52 ..
dikeluarkan
peraturan pelakssna8.n.baru berdaBarkan Undang-undang ·lni.
Dengan demikian aelamaperaturan pelaksanaan berdasarkan
peraturan . Undang~undang inibelwn ada. maka peraturan
pelaksanaan berdaaarkan peraturan kolonial Dtasih berlaku.
13. Ketentuan Penutup. ..' ",." . ,;. ~ ~
F-AHRI menyarankan agar',Rancangan Undang-undang ini se-. . balknya diberikan tenggarig.waktu yang cukup untuk memasya-
rakatkan~ memperBiapkan~ava dUkungan~ dan mempersiapkan .. peraturan pelaksanaannV{1'''. sebagai tanggal
aetelah tanggal pengund~s~n.
pember lalru~m
F-PP mengharapkan agar. peraturan perundang~undangan
warisan kolonial Paaal52 terjemahannya dijelaakan dalam
penjelasan Pasal 52 Rancangan Undang-undang.
Mengenai hal ini. Pemerintah bersedia membahas lebih
lan.iut.
14. Persturan PelskBanaan.
F--KP menggallggap bahwa Peraturan Pelaksanaan Rancangan
Undang-undang in1 secara kuantat1f terlalu banvak. F-PDI beranggapan dengan .banyaknya Peraturan Pemerint.ah
Bebagai pelaksanaan Rancangan Undang-undang ini~ melihat
pengalamantelah membuktlkanbanyak peraturan pelakaanaan
~1
Undang-undl.mg tidak segera di terbi tkan sehingga praktis
Undang-undang yang bers8.ngkutan tido.k berfungai. . .
D8.n F-PDI l'flengkhaw8.tirka.n banyak mater-i Peraturan Pemerin-
tah yang munskin mer'upakan materi Undang-undang yang 10108
dari 'pembahasan dan koreksi oleh DPR, Hal tersebut mem-
berikan d~mpa.k yang negatif terhadap citra DPR, seakan
akan hanya sekedar memberi blanko mandat kepada Pemerin-
tah,
Atas tanggapan tersebut,; Pemerlntah da.pat men.ielask.!Ul
bahwa walaupun Rancangan Undang-undang Pemasyarakatan
banyak mendelegasikan pengaturan materi tertentu dalam
Peratur·an Pemerintah maupun Keputusan Menteri~ hal it,u
tidak berarti akan 1[e1ua1'" Peraturan Pemerlntah maupun
Keputusan Menteri sebanyak itu. Hal ini karena beberape.
Bubstansi· yang didelegs.Bikan tidal{ haruB diatur dengan
·ms.Bing-masing Peraturan Pemerintah~ akan tetapi sepanjang
8ubstansi yang didelegasikan dapat digabung dalam satu
Pe:r'aturan Pemrintah atau Batu KeputuBan Menteri tidak
menutup kemungkinan untuk inenuangkan dalam satu Per'atul"al1
Pemerintah atau KeputuRan Menteri. Akan tetapi. apabila
dikhawatirj.ran terdapat materi tertentu yang seharusnya
merupakan materi undang-undang d8.n periu dirumuBkan dalam
Hancangan Undang-undang lni. Pemerintah bersedia mendis
kU.BHrannya lebih lan.iut dalam Pembic.araan Tlngkat I I I.
Plmpinan dan Anggot,a .Dewan Yang' terhormat
DenHkian Jawaban Pemerint,ah yang dapat karoi sampaikan
sehubungan dengan Pemandangan Umum Fraksi-frakei yang diaB.m-
paikan pacta Rapat Paripurna DPR-RI pad a tanggal 7Juni 1995
terhadap Rancangan Undang-undang tentang PemaByarakatan.
t. ingulnye d.':JI"J f'1::J.C-W ter·irnrJ. lIe.sih ya.ng .tulus atas E;aran da.n
duklJXlgl.:1.n sel(,urj Fr·I::J.l;.s i tJer·ho.de.p Hanctl.ngl.1.n iJndang-unde.ng ini.
Perner-in1A:J.h \(let1!J'e.d.ex·i f;el-\enuhn~7'-'. b8.h..,;a .• )/.'l:.,mban ini masih ja.uh
be l.Ulu ruenyentuh 8e lu.rl.lh l-'€:l"masa.lahan yang
d1kelfllJka1t8.n itll Pemerintah
Alrhll'uHralam Pemerint.a.h mel1!t' 8.mpa1l):8.n tel~ima kaBUi yang tak
1~el'hingga ataB }{esempatan 1n1 Berta l~ef-~flbaran para Anggota
De'.1(:Hl ¥cUlg Terhorma. t dalam mengj kutl acal"S penY81npa ian
.J8.\'labnl1 Pemerj nttth pada ha1:'1 ln1.
\'lasfU'llam Plu' n.laUmm warahrnatullahj wabcH'oka·tuh.
Jakarta. 16 Juni 1995
ATAS NAriA PEMERINTMi
•