60
Menelaah Jurnal dan Asuhan Keperawatan DEKUBITUS Sistem Integumen Disusun oleh Epiphana Desi I1031151001 Dian Susanti I1031151002 Lola Prianti I1031151003 Dwi Asni Suhariyati I1031151007 Daniel Ginting I32112001 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Tahun Ajaran 2015/2016 1

dekubitus (review dan askep).docx

Embed Size (px)

Citation preview

Menelaah Jurnal dan Asuhan Keperawatan

DEKUBITUS

Sistem Integumen

Disusun oleh

Epiphana Desi I1031151001

Dian Susanti I1031151002

Lola Prianti I1031151003

Dwi Asni Suhariyati I1031151007

Daniel Ginting I32112001

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran

Universitas Tanjungpura

Tahun Ajaran 2015/2016

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya kami

dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi

tugas mata kuliah integumen Jurusan Ilmu Keperawatan pada Fakultas Ilmu Kedokteran

Universitas Tanjungpura. Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak pada penyusunan makalah ini, sulit bagi kami untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh

karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:

1) Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan contoh kesabaran, ketekunan dan

yang lainnya.

2) Ichsan Budiharto selaku dosen integumen kami yang telah meluangkan waktu, tenaga,

dan pikirannya dalam membimbing kami.

3) Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan baik dalam bentuk materil,

moral, dan Do’a.

Akhir kata, kami berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak

yang telah membantu. Semoga makalah ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu

khususnya ilmu keperawatan.

Pontianak, Maret 2016

Tim Penyusun

2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................................

Daftar Isi...................................................................................................................................

Bab I Pendahuluan....................................................................................................................

a. Latar Belakang..............................................................................................................

b. Rumusan Masalah.........................................................................................................

c. Tujuan Penulisan...........................................................................................................

Bab II Tinjauan Pustaka ..........................................................................................................

a. Pengertian Asuhan Keperawatan .................................................................................

b. Tujuan Asuhan Keperawatan ......................................................................................

c. Fungsi asuhan Keperawatan ........................................................................................

d. Tahap- tahap asuhan ....................................................................................................

e. Pengertian Dekubitus

Bab III Pembahasan...................................................................................................................

a. Jurnal I..........................................................................................................................

b. Jurnal II........................................................................................................................

Bab III Laporan Kasus dan Asuhan Keperawatan...................................................................

Bab IV Penutup.........................................................................................................................

a. Kesimpulan...................................................................................................................

b. Saran.............................................................................................................................

Daftar Pustaka...........................................................................................................................

Lampiran....................................................................................................................................

3

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Luka tekan atau lebih dikenal dengan ulkus dekubitus adalah luka yang terjadi

akibat perfusi yang buruk pada daerah yang mengalami penekanan terus menerus

sehingga metabolisme jaringan terganggu (Workman & Ignativicius, 2006). Ulkus

dekubitus ditandai dengan fase hiperemi yang sekaligus menandakan grade 1 ulkus

dekubitus (Potter & Perry, 2005). Ulkus dekubitus sendiri merupakan salah satu

indikator kurang baiknya pelayanan keperawatan suatu institusi/rumah sakit.

Indikator merupakan suatu kecendurungan sistem yang dapat dipergunakan

untuk mengukur perubahan. Berdasarkan hal tersebut indikator pelayanan

keperawatan adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur dan

mengevaluasi kualitas asuhan keperawatan pada pasien. Indikator mutu pelayanan

keperawatan klien SP2KP menurut Depkes meliputi:

1. Keselamatan pasien

Indikator ini meliputi pasien aman dari kejadian jatuh, dekubitus, kesalahan

pemberian obat dan cidera restrain.

2. Perawatan diri

3. Kepuasan pasien

Tingkat kepuasan pasien berdasarkan skala dikaitkan dengan efisiensi, efektivitas,

dan perilaku terdiri dari: kelembaban dan ketepatan informasi, penurunan

kecemasan, perawat terampil profesional, pasien merasa nyaman, terhidar dari

bahaya, privasi terjaga, perawat ramah dan empati

4. Kecemasan

5. Kenyamanan

6. Pengetahuan

Pengetahuan ini berkaitan dengan pengetahuan pasien tentang penyakitnya dan

discharge planning.

Mutu pelayanan keperawatan yang baik salah satu indikatornya adalah

pencegahan terjadinya dekubitus. Dengan semakin banyaknya penyakit yang

menyebabkan immobilisasi maka akan banyak kemungkinan terjadinya komplikasi

4

ulkus dekubitus. Sehingga penting bagi tenaga kesehatan khususnya perawat untuk

memberikan intervensi primer kepada klien yang berisiko mengalami ulkus dekubitus.

b. Rumusan Masalah

Mencegah terjadinya kejadian ulkus dekubitus dengan cara menggunakan

massagge VCO.

c. Tujuan Penulisan

Tujuan Umum

Penyelesaian tugas mata kuliah integumen tahun ajaran 2015/2016.

Tujuan Khusus

Mengimplementasikan penggunaan massage VCO kepada klien dengan resiko ulkus dekubitus.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawaSuatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang

langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dalam upaya

pemenuhan KDM, dengan menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada

standar keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta

tanggung jawab keperawatan. (PPNI, 1999)

Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang

ilmiah,sistematis,dinamis,dan terus- menerus serta berkesinambungan dalam rangka

pemecahan masalah kesehatan pasien/klien,di mulai dari pengkajian (pengumpulan

data,analisis data,dan penentuan masalah) diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian

tindakan keperawatan. Asuhan keperawatan di berikan dalam upaya memenuhi kebutuhan

klien. Menurut A Maslow ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis

meliputi oksigen,cairan,nutrisi,kebutuhan rasa aman dan perlindungan,kebutuhan rasa cinta

dan salingmemiliki,kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.Berdasarkan

pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa asuhan keperawatan merupakan seluruh

rangkaian proses keperawatan yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan dengan

kiat-kiat keperawatan yang di mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha

memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal.

2. Tujuan asuhan keperawatan

Adapun tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan antara lain

a. Membantu individu untuk mandiri

b. Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang

kesehatan

c. Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara

kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam

memelihara kesehatannya

d. Membantu individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal

3. Fungsi proses keperawatan

Proses Keperawatan berfungsi sebagai berikut.

a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi

6

tenaga keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan

keperawatan .

b. Memberi ciri profesionalisasi asuhan keperawatan melalui pendekatan

pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif dan

efisien.

7

c. Memberi kebebasan pada klien untuk mendapat pelayanan yang

optimal sesuai dengan kebutuhanya dalam kemandirianya di bidang

kesehatan.

4. Tahap-tahap proses keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap

dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan

dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial

maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga

kegiatan,yaitu pengumpulan data,analisis data,dan penentuan masalah

kesehatan serta keperawatan.

1) Pengumpulan data

Tujuan :

Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan

yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang

harus di ambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut

aspek fisik,mental,sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang

mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah di

analisis.

Jenis data antara lain Data objektif, yaitu data yang

diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan

pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna

kulit.Data subjekyif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang

8

dirasakan pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain

misalnya,kepala pusing,nyeri,dan mual.

Adapun focus dalam pengumpulan data meliputi

a) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang

b) Pola koping sebelumnya dan sekarang7

c) Fungsi status sebelumnya dan sekarang

d) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan

e) Resiko untuk masalah potensial

f) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien

2) Analisa data

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan

kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu

pengetahuan.

3) Perumusan masalah

Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa

masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat

diintervensi dengan asuhan keperawatan (masalah keperawatan)

tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis.

Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas.

Prioritas masalah ditentukan berdasarkan criteria penting dan

segera. Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan

menimbulkan komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu

misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus

9

segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah

atau kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan

hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu : Keadaan yang

mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan,

persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.

b. Diagnosa keperawatan

Pengertian

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang

menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan

pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas

dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan

merubah (Carpenito,2000).Perumusan diagnosa keperawatan :

1) Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data

klinik yang ditemukan.

2) Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika8

tidak di lakukan intervensi.

3) Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan

untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.

4) Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau

masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat

sejahtera yang lebih tinggi.

10

5) Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa

keperawatan actual dan resiko tinggi yang diperkirakan

muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.

c. Rencana keperawatan

Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu

klien beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di

uraikan dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994).

Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana

perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat

mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan

keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi konyinuitas

asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil,

semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan

yang berkualitas tinggi dan konsisten.

Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran

informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana

perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka

panjang(potter,1997)

d. Implementasi keperawatan

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah

rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk

membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu

11

rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.

Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah

sebagai berikut :9

Tahap 1 : persiapan

Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat

untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap

perencanaan.

Tahap 2 : intervensi

Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah

kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan

untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.

Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan :

independen,dependen,dan interdependen.

Tahap 3 : dokumentasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh

pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu

kejadian dalam proses keperawatan.

e. Evaluasi

Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan

keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat

dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana

proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan

12

membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan

sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang

telah di rumuskan sebelumnya.Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut

1) Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang

telah disusun.

2) Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan

yang telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.

Hasil evaluasi

Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :

1) Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/

kemajuan sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan.

2) Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara

maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara

mengatasinya.

3) Tujuan tidak tercapai,apabila pasien tidak menunjukan10

perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah

baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih

mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan

faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak

tercapainya tujuan.

Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses

keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi kepada

13

pasien,seluruh tindakannya harus di dokumentasikan dengan benar

dalam dokumentasi keperawatan.

5. Dokumentasi keperawatan

Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang

dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang

berwenang (potter 2005).

Potter (2005) juga menjelaskan tentang tujuan dalam

pendokumentasian yaitu :

a. Komunikasi

Sebagai cara bagi tim kesehatan untuk mengkomunikasikan

(menjelaskan) perawatan klien termasuk perawatan individual,edukasi

klien dan penggunaan rujukan untuk rencana pemulangan.

b. Tagihan financial

Dokumentasi dapat menjelaskan sejauhmana lembaga perawatan

mendapatkan ganti rugi (reimburse) atas pelayanan yang diberikan

bagi klien.

c. Edukasi

Dengan catatan ini peserta didik belajar tentang pola yang harus

ditemui dalm berbagai masalah kesehatan dan menjadi mampu untuk

mengantisipasi tipe perawatan yang dibutuhkan klien.

14

d. Pengkajian

Catatan memberikan data yang digunakan perawat untuk

mengidentifikasi dan mendukung diagnose keperawatan dan

merencanakan intervensi yang sesuai.

e. Riset

Perawat dapat menggunakan catatan klien selama studi riset untuk11

mengumpulkan informasi tentang faktor-faktor tertentu.

f. Audit dan pemantauan

Tinjauan teratur tentang informasi pada catatan klienmemberi dasar

untuk evaluasi tentang kualitas dan ketepatan perawatan yang

diberikan dalam suatu institusi.

g. Dokumentasi legal

Pendokumentasian yang akurat adalah salah satu pertahanan diri

terbaik terhadap tuntutan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan.

Dokumentasi penting untuk meningkatkan efisiensi dan perawatan

klien secara individual. Ada enam penting penting dalam dokumentasi

keperawatan yaitu :

a. Dasar factual

Informasi tentang klien dan perawatannya harus berdasarkan fakta

yaitu apa yang perawat lihat,dengar dan rasakan.

b. Keakuratan

Catatan klien harus akurat sehingga dokumentasi yang tepat dapat

dipertahankan klien.

15

c. Kelengkapan

Informasi yang dimasukan dalam catatan harus lengkap,mengandung

informasi singkat tentang perawtan klien.

d. Keterkinian

Memasukan data secara tepat waktu penting dalam perawatan bersama

klien.

e. Organisasi

Perawat mengkomunikasikan informasi dalam format atau urutan

yang logis. Contoh catatan secara teratur menggambarkan nyeri

klien,pengkajian dan intervensi perawat dan dokter.

f. Kerahasiaan

Informasi yang diberikan oleh seseorang keorang lain dengan

kepercayaan dan keyakinan bahwa informasi tersebut tidak akan

dibocorkan.

Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana

peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada

klien. Hal ini akan bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan dan12

bahan pertimbangan dalam kenaikan jenjang karir/kenaikan pangkat.

Selain itu dokumentasi keperawatan juga dapat menggambarkan tentang

kinerja seorang perawat.

Pengertian Dekubitus

Dekubitus adalah kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit, bahkan

menembus otot sampai mengenai tulang akbat adanya penekanan pada suatu area secara terus

menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. Apabila ini

berlangsung lama, hal ini dapat menyebabkan insufisiensi aliran darah, anoksia atau iskemi

jaringan dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel. (nurarif & kusuma, 2015)

Etiologi Dekubitu

1. Faktor intrinsik : penuaan (regenerasi sel lemah), sejumlah penyakit yang

menimbulkan seperti DM, status gizi, underweight atau kebalikannya overweight,

anemia , hipoalbuminemia, penyakit-penyakit neurologik dan penyakit penyakit yang

merusak pembuluh darah, keadaan hidrasi/ cairan tubuh.

2. Faktor Ekstrinsik : kebrsihan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut dan kotor , atau

peralatan medik yang menyebabkan penderita terfiksasi pada suatu sikap tertentu,

duduk yang buruk, posisi yang tidak tept, perubahan posisi yang kurang.

Faktor resiko penyebab dekubitus

1. Mobilitas dan aktivitas

2. Penurunan sensori persepsi

3. Kelembapan

4. Tenaga yang merobek (shear)

5. Pergesekan

6. Nutrisi

7. Usia

8. Tekanan arteriolar yang rendah

9. Stress emosional

10. Merokok

11. Temperatur kulit

Manifestasi Klinis

1. Tanda cidera awal adalah kemerahan yang tidak menghilang apabila ditekan ibu jari

13

2. Pada cidera yang lebih berat dijumpai ulkus dikulit

3. Dapat timbul rasa nyeri dan tanda-tanda sistemik peradangan, termasuk demam dan

peningkatan hitung sel darah putih.

4. Dapat terjadi infeksi sebagai akibat dari kelemahan dan perawatan di rumah sakit

yang berkepanjangan bahkan pada ulkus kecil

14

BAB II

PEMBAHASAN

Jurnal I :

Judul Penelitian : Pemanfaatan VCO (Virgin Coconut Oil) dengan Teknik Massage

dalam Penyembuhan Luka Dekubitus Derajat II pada Lansia

Penulis : Irawan Derajat Dewandono

Sumber Penelitian : Jurnal

Tempat Penelitian : Panti Wredha St. Theresia Dharma Bhakti Kasih Surakarta dan Panti

Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar

Tahun terbit : 2014

a. Latar Belakang

Dekubitus merupakan masalah dermatologi yang sangat serius terutama bagi

pasien yang harus dirawat lama dengan keterbatasan aktivitas. Dekubitus terjadi pada

area yang terlokalisir dengan jaringan yang mengalami nekrosis dan biasanya terjadi

pada permukaan tulang yang menonjol, sebagai akibat dari tekanan dalam jangka waktu

yang lama menyebabkan peningkatan tekanan kapiler. Dekubitus yang tidak diberikan

perawatan dapat mengakibatkan nekrosis jaringan. Pemanfaatan VCO (virgin coconut

oil) dengan teknik massage diharapkan dapat meminimalisir terjadinya infeksi dan dapat

menjadi terapi penyembuhan luka dekubitus derajat II. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh massage dalam penyembuhan luka dekubitus derajat II, pengaruh

pemberian massage dengan VCO untuk penyembuhan luka dekubtus derajat II,

mengetahui kendala penurunan derajat luka dekubitus melalui teknik massage dengan

VCO. Desain penelitian Case Study dengan menggunakan metode analisis jalinan.

Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling dengan jumlah responden dua

orang lansia yang tinggal di Panti Wredha yang berbeda. Peneliti menganalisis mengenai

: tindakan massage, respon pasien lansia terhadap tindakan massage, perkembangan luka

dekubitus dan kendala yang ditemui saat penelitian. Terapi massage dengan metode

effleurage berpengaruh positif yaitu memberikan sensasi nyaman terhadap kedua pasien

lansia. Terapi massage dengan VCO memberikan perkembangan luka yang cukup

15

signifikan, dengan hasil luka tampak kering, warna kecoklatan, eritema tampak samar

dan jaringan luka menutup tanpa adanya tanda-tanda infeksi. Hambatan yang ditemui

dalam penelitian yaitu adanya nyeri yang timbul pada terapi minggu pertama, terjadinya

penolakan pasien ketika massage, pergerakan pasien yang tidak kooperatif membuat

massage terasa lebih rumit. Terapi massage dengan VCO efektif dalam meminimalisir

terjadinya infeksi dan dapat menurunkan derajat luka dekubitus.

b. Metode Penelitian

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain : handscoon, VCO (virgin

coconut oil) yang dibeli di apotek, spuit 3cc. Bahan yang diperlukan untuk proses

pengukuran luka adalah mika, spidol, kertas dan midline.

Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kualitatif deskriptif dengan strategi atau

desain “Case Study” dengan menggunakan responden dua orang lansia yang mengalami

dekubitus derajat II sebagai objek analisisnya. Nama responden lansia dalam penelitian

ini disamarkan dengan menggunakan kode L1 untuk lansia pertama dan L2 untuk lansia

kedua. Informan pada penelitian ini adalah pasien lansia yang menderita dekubitus,

perawat dan dokter. Tindakan perlakuan dengan pemberian VCO (Virgin Coconut Oil)

dengan teknik massage dan luka dekubitus derajat II merupakan objek analisis dari

penelitian ini. Luka dekubitus yang terdapat pada kedua pasien lansia akan diberikan

terapi VCO dengan massage 1 kali setiap harinya. Tujuan peneliti agar dapat melihat

manfaat dari terapi VCO tersebut dengan cara menganalisis efek penyembuhan dan

perubahan yang ditimbulkan. Keinginan peneliti, VCO dengan massage dapat

memberikan efek terapeutik dengan harapan terjadi penurunan derajat luka dekubitus

bahkan luka akan sembuh atau jaringan kulit kembali membaik. Validitas data pada

penelitian ini menggunakan triangulasi dan analisis data yang digunakan adalah model

analisis jalinan.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Maret 2014. Observasi

penelitian ini dilakukan pada dua orang lansia yang mengalami dekubitus derajat II yang

berada di Panti Wredha yang berbeda. Perawat I merupakan perawat yang melakukan

perawatan pada L1 yang berada di Panti Wredha St. Theresia Dharma Bhakti Kasih

Surakarta dan perawat II merupakan perawat yang melakukan perawatan pada L2 yang

berada di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar.

Pemberian massage dengan VCO (Virgin Coconut Oil) untuk mengatasi luka

dekubitus derajat II dapat diterapkan apabila hasil patch test negatif atau tidak terdapat

alergi pada kulit lansia. Test alergi menggunakan metode uji tempel (patch test) 16

dilakukan selama 2 hari sebelum pemberian terapi massage dengan VCO. Pemberian

terapi massage dengan VCO dilakukan selama 30 hari dan observasi dilakukan setiap

kali pada waktu pemberian massage dengan VCO. Pengukuran luka dilakukan setiap

minggu sekali untuk mengetahui perkembangan luka. Berdasarkan tindakan massage

dengan VCO yang telah dilakukan diperoleh beberapa data yang dapat dianalisis. Sajian

data yang tertulis pada penelitian ini memaparkan hasil observasi pada pasien lansia

dengan dekubitus derajat II. Berikut ini adalah sajian data dari peneliti mengenai

pemanfaatan VCO (virgin coconut oil) dengan teknik massage dalam penyembuhan luka

dekubitus derajat II pada lansia meliputi : (1) Pengaruh tindakan massage untuk

penyembuhan luka dekubitus derajat II, (2) Pengaruh pemberian teknik massage dengan

VCO (virgin coconut oil) untuk penyembuhan luka dekubitus derajat II, (3) Kendala

penurunan derajat luka dekubitus melalui teknik massage dengan VCO (virgin coconut

oil).

c. Hasil dan Pembahasan

Pengaruh tindakan massage untuk penyembuhan luka dekubitus derajat II

1. Perubahan Massage

Perubahan arah massage yang dilakukan perawat dikarenakan luka pada kulit

lansia telah menutup sehingga perawat tidak melanjutkan teknik massage sesuai

prosedur karena area kulit yang sudah mengalami peutupan jaringan luka boleh

dilakukan massage. Menurut Trisnowiyoto (2012) adanya perlukaan merupakan

kontra indikasi untuk di massage. Sedangkan Perawat II berpendapat bahwa teknik

massage sesuai prosedur membuat massage yang dilakukan menjadi lebih rumit.

Menurut Bintari (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat dengan

standar operasional prosedur adalah masa kerja, pendidikan, dan umur perawat

tersebut. Masa kerja berpengaruh terhadap kepatuhan perawat dalam melakukan

tindakan dikarenakan semakin lama seseorang bekerja di suatu tempat, maka orang

tersebut akan cenderung untuk melakukan tindakan sesuai dengan kehendaknya. Hal

ini dilakukan karena orang tersebut telah merasa dekat dengan rekan kerja dan juga

atasannya. Pendidikan seorang perawat berdasarkan tingkatanya, semakin tinggi

pendidikannya maka akan semakin profesional dalam memutuskan sebuah tindakan.

Berdasarkan bertambahnya umur seseorang akan menentukan tindakan yang sesuai

prosedur dan lebih bijaksana, akan tetapi juga dipengaruhi oleh perilaku orang

tersebut.

17

2. Jarak Massage

Jarak saat massage yang dilakukan perawat tidak menyentuh area luka

dekubitus. Perawat melakukan massage pada seluruh bagian punggung termasuk area

luka, disaat kondisi luka pasien sudah membaik atau jaringan luka yang sudah

menutup. Jarak massage tidak disebutkan seberapa jauh pengukuran antara area luka

dan area yang dapat dimassage, tetapi massage boleh diberikan pada organ lain yang

sehat. Menurut Trisnowiyoto (2012) memilih organ yang sehat perlu diperhatikan

dalam memijat, organ yang mengalami luka merupakan kontraindikasi untuk

dimassage. Adanya perlukaan merupakan kontra-indikasi dari tindakan massage.

3. Tekanan

Perawat I dan II menggunakan tekanan yang lembut dan pelan. Perawat telah

menguasai teknik penekanan yang sesuai dengan prosedur yang ada. Rangsangan

penekanan massage yang dilakukan oleh perawat I dan II memberikan hasil yang

positif bagi pasien. Menurut Trisnowiyanto (2012) menuliskan bahwa salah satu

variasi massage effleurage adalah gosokan dengan menggunakan telapak tangan

dilakukan dengan tekanan yang lembut dan dangkal (superficial stroking).

4. Respon

Keadaan luka dekubitus yang telah tertutup pada kedua pasien (L1 dan L2)

membuat kedua pasien merasa nyaman. Kenyamanan yang dirasakan oleh kedua

pasien adalah perasaan tenang, rileks, mengantuk dan bahkan tertidur. Menurut

Trisnowiyanto (2012) efek dan kegunaan massage effleurage adalah dapat

memberikan relaksasi kepada pasien, memberikan sensasi nyaman dan mengurangi

rasa nyeri.

Respon nyaman pasien dirasakan dari sembuhnya luka dekubitus yang berada

di punggungnya tersebut. Luka yang telah mengalami perkembangan setiap hari dan

pada akhirnya menjadi menutup akan menimbulkan perasaan yang berbeda dari

sebelumnya luka yang masih dalam kondisi lembab dan kemerahan.

Pengaruh pemberian teknik massage dengan VCO (virgin coconut oil) untuk

penyembuhan luka dekubitus derajat II

Keadaan luka dekubitus derajat II pada pasien lansia saat dilakukan pengkajian luka

pertama kali adalah kondisi luka basah, lecet (luka superficial), warna luka merah segar,

terdapat kemerahan (eritema). Menurut Morisson (2003) luka dekubitus derajat II adalah

luka yang mengalami eritema yang tidak hilang saat dilakukan tekanan ringan dengan jari,

18

adanya beberapa gangguan mikrosirkulasi, kerusakan superficial, termasuk ulcerasi

epidermal.

Luka dekubitus yang dialami oleh kedua pasien lansia (L1 dan L2) mengalami

perkembangan dan penyembuhan luka setelah diberikan terapi massage dengan VCO.

Sedangkan manfaat dari VCO itu sendiri adalah sebagai pelumas saat massage, sebagai

pelembab kulit agar tidak kering, dan sebagai anti mikroba. Menurut Sutarmi dan Rozaline

(2005) menuliskan bahwa menurut guru besar ilmu gizi Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Prof. Dr. Walujo S.Soejobroto MSc., SpG(K) bahwa minyak kelapa sebenarnya

memiliki banyak kelebihan, 50% asam lemak pada minyak kelapa adalah asam laurat dan

75% asam kapriat. Kedua asam tersebut merupakan asam lemak jenuh rantai sedang yang

mudah dimetabolisir dan bersifat antimikroba (antivirus, antibakteri dan antijamur)

sehingga dapat meningkatkan imun tubuh (kekebalan tubuh) dan mudah diubah menjadi

energi. Dalam tubuh, asam laurat menjadi monolaurin, sedangkan asam kapriat menjadi

monokaprin yang mudah diserap tubuh.

Selain itu, menurut Lingga (2012) salah satu keistimewaan yang dimiliki lemak

kelapa adalah property antikuman yang dimilikinya. Antikuman tersebut terdapat pada

MCFA. Semua asam lemak yang termasuk MCFA dan derivatnya (MGs: Monoglyseride)

memiliki kemampuan yang hebat sebagai antikuman. Caprylic acid (C:8), capric acid

(C:10), dan myristic acid (C:14) memiliki kemampuan yang sangat baik dalam membasmi

beragam spesies mikroba dari kelompok bakteri, cendawan, ragi, serta virus.

Menurut Bogadenta (2013) VCO berkhasiat untuk meningkatkan imun tubuh,

mencegah penuaan dini, membantu penyembuhan virus HIV, mengendalikan diabetes,

membantu menguatkan gigi, mempercepat proses penyembuhan luka, melawan berbagai

infeksi dan virus, mencegah masalah jantung.

Menurut Nilansari (2006) pemanfaatan VCO (virgin coconut oil) sebagai dasar krim

pelembab karena VCO banyak mengandung pelembab alami dan antioksidan yang penting

untuk perawatan kulit dan mampu menghasilkan emulsi yang relative stabil dan pH

mendekati nilai yang diinginkan sebagai bahan pelembab kulit.

Perkembangan tersebut terbukti dengan keadaan luka yang semakin membaik dengan

indikator luka terjadi jaringan luka mengalami proliferasi (penutupan jaringan), warna

luka kecoklatan, tidak terjadi oedema, dan terjadi penurunan ukuran panjang maupun lebar

luka. Menurut Ekaputra (2013) Fisiologi penyembuhan luka adalah adanya jaringan baru,

remodelling ekstraselluler dan penutupan jaringan luka.

Kandungan di dalam VCO diantaranya adalah asam laurat, asam miristat, asam

kapriat, asam kaprilat dan antioksidan. Beberapa kandungan tersebut adalah zat 19

antimikroba dan antioksidan yang berperan penting dalam proses penyembuhan luka.

Adanya zat-zat yang terkandung di dalam VCO tersebut berperan sebagai antibiotik yang

dapat membunuh bakteri pada luka, sehingga jaringan kulit pada luka dapat mengalami

perkembangan dalam proses penyembuhan tanpa adanya gangguan bakteri yang hanya

dapat memperburuk keadaan luka pasien.

Kendala penurunan derajat luka dekubitus melalui teknik massage dengan VCO

(virgin coconut oil)

1. Pergerakan pasien menolak massage

Pasien lansia I melakukan pergerakan yang mengganggu saat perawat melakukan

massage. Tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk mengatasi pergerakan pasien

yang tidak teratur (menggerak-gerakkan bahu dan tangan) yaitu dengan melakukan

restrain, yang dilakukan oleh lansia yang berada di sekeliling pasien. Menurut Kozier

(2004) restrain adalah alat atau tindakan pelindung untuk membatasi gerakan atau

aktifitas fisik klien atau bagian tubuh klien.

Menurut Riyadi dan Purwanto (2009) Restrain adalah terapi dengan

menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas fisik klien.

2. Marah-marah (penolakan massage)

Pasien lansia II merasa marah dengan melakukan penolakan dan meminta

berhenti saat perawat memberikan tindakan massage. Adanya penolakan tersebut

dikarenakan pasien merasa nyeri saat perawat melakukan massage. Nyeri tersebut

timbul karena bintik-bintik yang sedang diolesi VCO. Adanya penolakan tersebut

perawat memberikan bujukan dan membina hubungan saling percaya (BHSP) kepada

pasien lansia II tersebut dimana perawat menjelaskan tujuan dari tindakan yang

dilakukan. Akhirnya dengan bujukan dan BHSP yang baik pasien tersebut mau

dilakukan massage dengan kemauan pasien sendiri. Menurut Stuart dalam Suryani

(2005) menuliskan bahwa membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan,

dan komunikasi terbuka. hubungan saling percaya merupakan kunci dari keberhasilan

hubungan terapeutik.

3. Nyeri

Perawat II mengalami kendala di minggu keempat (hari ke-23) pemijatan yaitu

pasien mengeluhkan nyeri. Timbulnya bintik-bintik kecil di area massage yang

menjadi faktor nyeri bagi pasien. Perawat dalam mengatasi nyeri yang muncul tersebut

adalah dengan mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Sesuai dengan teori yang

20

dituliskan Smeltzer & Bare (2002) menuliskan bahwa teknik relaksasi nafas dalam

merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan

kepada klien atau pasien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat

(menahan inspirasi secara maksimal).

d. Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah:

Massage yang diberikan kepada kedua pasien lansia adalah massage effleurage yaitu

massage dengan teknik mengusap atau menggosok. Adanya massage effleurage dengan

lembut dan pelan dapat memberikan respon positif dan terapeutik kepada kedua pasien

lansia yang menerima terapi tersebut. Respon nyeri dirasakan pada minggu awal karena

adanya luka terbuka di dekat area massage. Nyeri tersebut hilang pada luka dikarenakan

luka sudah mengalami penutupan jaringan. Teknik, tekanan, dan jarak antara area

massage dengan luka merupakan komponen dalam terbentuknya terapi massage yang

baik. Adanya massage yang baik menjadikan terapi berdampak positif bagi pasien lansia

dalam mengatasi nyeri. Efek positif dari massage tersebut adalah sensasi nyaman yang

dirasakan oleh pasien lansia. Kenyamanan yang dirasakan oleh kedua pasien adalah

perasaan tenang, rileks, mengantuk dan bahkan tertidur. Pemberian teknik massage

dengan VCO menghasilkan kesimpulan bahwa kondisi luka mengering, warna luka

menjadi kecoklatan, struktur luka menjadi lebih halus dan adanya perbaikan jaringan.

Perbaikan jaringan tersebut ditandai dengan proses granulasi, proliferasi dan kontraksi

luka dengan indikator adanya penutupan jaringan pada luka terbuka dan dimana ukuran

luka akan tampak semakin mengecil atau menyatu. Adanya proses perbaikan luka

tersebut didukung oleh VCO (virgin coconut oil), dengan adanya VCO dapat

meminimalisir terjadinya infeksi pada luka karena VCO mengandung senyawa

antimikroba yaitu asam laurat dan asam miristat. Ada beberapa kendala yang ditemui

perawat dalam melakukan teknik massage dengan VCO (virgin coconut oil) adalah

sebagai berikut :

Pertama, pergerakan pasien yang tidak kooperatif yang bergerak tiba-tiba saat proses

massage berlangsung sehingga perawat harus melakukan tindakan restrain kepada pasien

dengan cara meminta bantuan orang lain untuk memegangkan dan mengkondisikan

pasien agar pasien lebih tenang supaya mempermudah perawat dalam melakukan

tindakan massage.

Kedua, pasien merasakan nyeri, marah dan minta berhenti di tengah-tengah proses

massage berlangsung, sehingga perawat memberikan teknik relaksasi nafas dalam 21

kepada pasien lansia. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi nyeri yang pasien

rasakan. Selain itu perawat melakukan BHSP (bina hubungan saling percaya) kepada

pasien dengan cara membujuk dan menjelaskan secara detail tindakan yang akan perawat

lakukan serta menjelaskan tujuan tindakan tersebut. BHSP dan bujukan dari perawat

membuahkan hasil pada akhirnya pasien mau dilakukan massage dengan kemauan

pasien sendiri.

Ketiga, kendala yang muncul pada kulit lansia II yaitu timbulnya bintik-bintik pada

kulit area luka sehingga perawat lebih ekstra memperhatikan kebutuhan hygiene pasien.

Kebutuhan hygiene pasien meliputi verbedent (menggangti sprei dan selimut pasien),

mandi (sibin) dan perawatan luka, serta melakukan massage dengan VCO secara rutin.

e. Saran

22

Jurnal I :

Judul Penelitian : Manfaat Pendidikan Kesehatan Reposisi dan Minyak Kelapa

Terhadap Pencegahan Dekubitus

Penulis : Betty Sunaryanti, S.Kep.Ns., M.Kes, Amik Muladi, S.Kep.Ns

Sumber Penelitian : Jurnal

Tempat Penelitian : Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Kabupaten Karanganyar

Tahun terbit : 2015

a. Latar Belakang

Hasil penelitian Kurniawan (2009) menunjukkan pengetahuan perawat tentang

pengertian dekubitus 66,7%, tujuan pencegahan 59%, dan pencegahan dekubitus 51,3%.

Prevalensi dekubitus yang dilaporkan di rumah pada rentang 12,9% sampai dengan 19%

(Potter dan Perry. 2005).Hasil penelitian Suheri (2009) menunjukkan bahwa lama hari

rawat dalam terjadinya luka dekubitus pada pasien immobilisasi 88,8% muncul luka

dekubitus dengan rata-rata lama hari rawat pada hari ke lima perawatan. Tujuan

penelitian ini yaitu untuk mengetahui manfaat pendidikan kesehatan reposisi dengan

minyak kelapa.

b. Metode Penelitian

1) Lokasi dan Waktu Penelitian

Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini

dilaksanakan selama 7 hari tahun 2014, proses pelaksanaan lapangan mulai tanggal 17

Juni sampai dengan 4 Juli 2014.

2) Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, jenis penelitian yang akan

digunakan Eksperimen denganRandomized Controlled Trial.Penelitian ini terdapat

empat kelompok, yaitu tiga kelompok intervensi / perlakuan dan satu kelompok

kontrol. Kelompok perlakuan pertama diberikan minyak kelapa dan penyuluhan

kesehatan tentang reposisi (minyak kelapa di daerah skapula, sakrum, dan tumit),

pada perlakuan kedua diberikanminyak kelapa, sedangkan perlakuan ketiga mendapat

23

penyuluhan kesehatan tentang reposisi, untuk kelompok kontrol mendapat perawatan

pencegahan standar yaitu alih baring tiap dua jam.

3) Populasi

Pasien yang berisiko mengalami luka tekan di masyarakat, yaitu dengan

pengkajian risiko dekubitus menggunakan skala Norton dengan skor < 14

4) Teknik Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah lembar pengumpul

data. Penetapan sampel dilakukan oleh peneliti dan sampel ditetapkan berdasarkan

penilaian skalaNorton pada tabel II. 1. Sebagai instrumen pengkajian risiko dekubitus,

skala Norton telah diuji kepekaannya oleh peneliti terdahulu Widodo(2010)bahwa

skala pengkajian Norton lebih baik dalam mendeteksi dini risiko dekubitus.Pasien

yang terpilih sebagai sampel kemudian diberi penjelasan secara lisan dan diberi

lembar penjelasan tertulis untuk dibaca. Pasien sebagai sampel yang terpilih yang

bersedia berpartisipasi dalam penelitian diminta untuk menandatangani informed

consent sebagai bentuk kesediannya berpartisipasi dalam kegiatan penelitian, setelah

itu sampel mengambil satu undian yang telah disiapkan yaitu 1 (perawatan standar +

pemberian minyak kelapa dan pendidikan kesehatan), 2 (perawatan standar +

pemberian minyak kelapa n), 3 (perawatan standar +pemberian pendidikan

kesehatan), dan 4 (kelompok kontrol yaitu pemberian perawatan standar saja),

masing-masing 9, 9, 11, dan 9 lembar.

5) Analisis data

Pada tahap ini dilakukan pengolahan data yang telah dimasukkan dalam

program komputer sehingga dihasilkan informasi yang dapat digunakan untuk

menjawab pertanyaanpertanyaan penelitian. Analisis data dalam penelitian ini sebagai

berikut:

- Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk memberi gambaran dan penjelasan

karakteristik masing-masing variabel. Dalam hal ini dilakukan uji karakteristik

responden untuk mengetahui output dari nilai tersebut. Analisis univariat

dilakukan pada variabel jenis kelamin, usia, tekanan darah, dan kategori risiko

luka tekan.

- Analisis Bivariat

24

Analisis bivariat digunakan untuk melihat adanya perbedaan antara 2 variabel

yaitu antara variabel independen (bebas) dan dependen(terikat), serta antara dua

variabel bebas. Jenis uji yang digunakan adalah uji t:

Keterangan :

Xa = rata-rata kelompok a

Xb = rata-rata kelompok b

Sp = Standar Deviasi gabungan

Sa = Standar deviasi kelompok a

Sb = Standar deviasi kelompok b

na = banyaknya sampel di kelompok a

nb = banyaknya sampel di kelompok b

c. Hasil dan Pembahasan

Hasil Analisis Univariat

Pada bagian ini akan diuraikan karakteristik responden penelitian yang terdiri dari

usia, jenis kelamin, tekanan darah, dan kategori risiko dekubitus.

a. Usia

Karakteristik responden berdasarkan usia dalam variabel numerik dianalisis sebagai

berikut:

Tabel 5. 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia (n = 38)

Usia Jumlah Presentase

27 s.d. 43 tahun 1 2,6%

44 s.d 60 tahun 5 13,2%

61 s.d 77 tahun 15 39,5%

78 s.d. 95 tahun 17 44,7%

Total 38 100%

Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik usia menunjukkan bahwa usia

paling dominan 78 s.d. 95 tahun dengan presentase 44,7 % jumlah 17 responden.

25

b. Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dikategorikan menjadi dua yaitu

perempuan dan laki-laki, dalam variabel nominal dianalisis sebagai berikut:

Tabel 5. 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin (n=38)

Jenis Kelamin Jumlah Presentase

Laki-laki 25 65,8%

Perempuan 13 34,2%

Total 38 100%

Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik jenis kelamin menunjukkan

bahwa jenis kelamin paling dominan adalah laki-laki dengan presentase 65,8 % jumlah

25 responden.

c. Tekanan darah

Karakteristik responden berdasarkan tekanan darah dikategorikan menjadi tiga

hipotensi, normal dan hipertensi, dianalisis sebagai berikut:

Tabel 5. 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tekanan darah (n=38)

Tekanan Darah Presentase

Normal

(100/60 s.d. 140/80)

47,4 %

Hipertensi

(>140/80 mmHg)

52,6 %

Total 100%

Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik tekanan darah menunjukkan

bahwa paling dominan adalah tekanan darah diatas 140/80 mmHg dengan presentase

52,6 % jumlah 20 responden.

Kategori Risiko Dekubitus

Karakteristik responden berdasarkan risiko dekubitus dikategorikan menjadi tiga

ringan, sedang dan berat dianalisis sebagai berikut:

Tabel 5. 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan risiko dekubitus (n=38) Risiko

Luka Tekan

Skor Jumlah Presentase

Sedang (10- 14) 18 47,4 %

Berat (5-9) 20 52,6 %

Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik risiko dekubitus menunjukkan

bahwa paling dominan adalah risiko luka tekan berat yaitu skor 5 s.d. 9 dengan jumlah

20 responden.26

Hasil Analisis Bivariat

a. Pengaruh pemberian minyak kelapa terhadap pencegahan dekubitus

Selain uji beda, peneliti juga menguji pengaruh antara kelompok intervensi terhadap

pencegahan dekubitus, yaitu menggunakan uji Chi-Square dengan Fisher’s Exact test.

Tabel 5. 13 Pengaruh pemberian minyak kelapa terhadap pencegahan dekubitus

Hasil analisis pengaruh munculnya dekubitus pada responden yang diberi perawatan

dengan minyak kelapa pada hasil uji Chi-Square dengan Fisher’s Exact Test

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dengan p 0,028 < 0,05.

b. Pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan terhadap pencegahan dekubitus.

Tabel. 5. 14. Pengaruh penyuluhan terhadap pencegahan dekubitus menggunakan uji

Chi-Square denganFisher's Exact Test.

Analisis uji Chi-Square dengan Fisher’s Exact test pemberian penyuluhan kesehatan

terdapat pengaruh yang tidak signifikan terhadap munculnya dekubitus, dengan nilai p

0,455 > 0,05.

c. Pengaruh pemberian minyak kelapa dan penyuluhan kesehatan terhadap pencegahan

dekubitus

27

Tabel 5. 15. Pengaruh pemberian minyak kelapa dan pendidikan kesehatan (penkes)

terhadap pencegahan dekubitus yaitu menggunakan uji statistik Chi-Square dengan

Fisher’s Exact test.

Hasil uji Chi-Square dengan Fisher’s Exact test menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara pemberian minyak kelapa dan pendidikan kesehatan

tentang reposisi p sebesar 0,015 < 0,05.

d. Kesimpulan

Karakteristik responden diketahui usia paling dominan 78-95 tahun, Jenis kelamin laki–laki dengan jumlah 25 responden lebih banyak dibandingkan laki-laki, sebagian besar tekanan darah responden diatas 140/80 mmHg, dan kategori risiko mengalami dekubitus dalam kategori berat dengan jumlah 20 responden. Ada perbedaan yang signifikan antara pemberian minyak kelapa dan penyuluhan kesehatan tentang reposisi terhadap pencegahan dekubitus. Sehingga pemberian minyak kelapa dengan penyuluhan kesehatan tentang reposisi adalah lebih efektif untuk pencegahan dekubitus di masyarakat. Kelemahan peneliti antara lain kurangnya sampel yang digunakan untuk penelitian yaitu tiap perlakuan 9 responden, dan semua perlakuan pada respondenpeneliti dan anggota tidak dapat melakukan 24 jam.

28

e. Saran1. Bagi Pelayanan Keperawatan

Khususnya tim pelaksana asuhan keperawatan di masyarakat dalam perawatan kulit pasien terhadap pencegahan dekubitus, sebaiknya ditambah dengan pemberian minyak kelapa dengan penyuluhan tentang reposisi, sebagai salah satu intervensi keperawatan mandiri yang efektif dan efisien

2. Bagi penelitian selanjutnyaPerlu melakukan penelitian penggunaan bahan topikal minyak

kelapa lebih lanjut dengan sampel yang lebih banyak dan melakukan penelitian lanjutan di komunitas jangka panjang seperti pasien dengan gangguan gerak dan diterapkan pada klien gangguan persepsi sensori yang dirawat di rumah (home care) serta di unit perawatan kritis seperti ICU dimana pasien berisiko sangat tinggi ditemukan.

29

BAB III

LAPORAN KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus:

Klien bernama Ny. S berusia 56 tahun. Tanggal lahir klien adalah 6 juli 1959. Beliau

adalah warga negara asli indonesia berdomisili di jalan jembatan besi 013/003 tambora,

jakarta selatan provinsi DKI jakarta. Beliau beragama islam dengan status menikah.

Berpendidikan terakhir SD dan tidak bekerja. Diagnosa masuk klien adalah lumbal canal

stenosis, tanggal masuk 24 Maret 2016. Tekanan darah klien 160/90 mmHg, frekuensi perifer

kuat 80-100 x/menit, RR 20 x/menit. BB klien 59Kg; TB 157cm. Klien mengeluh nyeri

pinggang sejak 3 tahun yang lalu. Semakin lama semakin berat dan nyeri terasa menjalar

sampai tungkai bawah. Tungkai bawah terasa semakin baal dan berat untuk digerakkan,

tungkai bawah masih dapat digunakan untuk mobilisasi/ berjalan.

30

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN PRODI KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

Nama : Ruang: NIM :

A. IDENTITAS KLIENNama : Ny. SUsia : 56 tahunJenis Kelamin : PerempuanAgama : IslamSuku/ Bangsa : IndonesiaPendidikan : SDPekerjaan : Tidak bekerjaAlamat asal : Jalan jembatan besi 013/003 tambora, jakarta

selatan provinsi DKI jakarta

No. RM : -Tanggal Masuk : 24 Maret 2016Tanggal Pengkajian : 27 Maret 2016Diagnosa Medik : lumbal canal stenosisGolongan Darah : -Penanggung Jawab & Biaya : -

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWABNama :Usia :Jenis Kelamin :Agama :Suku/ Bangsa :Pendidikan :Pekerjaan :Alamat Asal :Hubungan dengan Klien :

C. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN1. Riwayat Kesehatan Masa Lalu:

a. Penyakit yang Pernah Diderita:Klien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya

b. Riwayat AlergiKlien tidak memiliki riwayat alergi

c. Tindakan Operatif yang Pernah didapat:Klien tidak pernah mendapat tindakan operatif sebelumnya

31

2. Riwayat Kesehatan Saat ini:a. Alasan Masuk RS: Klien didiagnosa terkena lumbal canal stenosisb. Keluhan Utama Saat ini (saat didata): Klien merasa nyeri di daerah

pinggang selama sejak 3 tahun terakhir

D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGAPenyakit yang pernah diderita keluarga: Keluarga klien tidak memiliki riwayat penyakit sama yang pernah diderita

E. STRUKTUR KELUARGA/ GENOGRAM

F. PEMERIKSAAN FISIK1. Keadaan Umum : Klien tampak lemah

2. Kesadaran : composmentis GCS E: ...... V: ...... M: .......

3. Tanda-tanda vital : Tekanan darah klien 160/90 mmHg, frekuensi perifer kuat 80-100 x/menit, RR 20 x/menit

4. BB dan TB : BB 59Kg; TB 157cm

5. Sistem Pernapasana. Dada, Thorax, & Paru-paru

Inspeksi : RR klien 20x/menit, pengembangan paru simetris dan tidak ada penggunaan otot bantu napas, tidak terobservasi akan adanya sianosis

Palpasi : getaran antara kanan dan kiri teraba samaPerkusi : sonorAuskultasi : kedua lapang paru tidak ditemukan suara abnormal, suara

napas bronkovesikuler

6. Sistem Kardiovaskulera. Jantung

Inspeksi :

Palpasi :

Perkusi :

Auskultasi :

b. Capillary Refill Time (CRT) : kurang dari 2 detik

7. Sistem Persarafan

32

a. Sensasi Nyeri : klien mempunyai nyeri pada kepala terutama pada tengkuk belakang

b. Reflek (Fisiologis & Patologis): klien memiliki gerak refleks normal

c. Pemeriksaan rangsang meningeal (jika ada):(kaku kuduk, brudzinski I-II, Lasegue, Kernig)

d. Nervus I-XII :

e. Kekuatan otot & Tonus otot: Pengkajian otot pada klien didapatkan kekuatan maksimal (5) pada ekstermitas atas dan (4) pada ekstermitas bawah

f. Pola Istirahat & Tidur : Klien tidur sekitar 6-7 jam, klien tidak menghadapi permasalahan sulit tidur seperti insomnia ataupun permasalahan tidur karena penyakitnya

8. Sistem Pencernaana. Mulut dan Kerongkongan

Inspeksi :

Palpasi :

b. AbdomenInspeksi :

Auskultasi :

Palpasi :

Perkusi :

c. Anus :

d. Pola Nutrisi : Pola makan diet klien sehari 2 atau 3x sehari dengan porsi setengah atau ¾ piring

a. Pola Eliminasi (BAB) : Klien mempunyai pola BAB 2 hari sekali atau kadang 3 hari sekali

9. Sistem Perkemihana. Pola Eliminasi (BAK) : BAK klien sehari sekitar 5x, tidak ada warna merah,

ataupun disuria. Tidak ada nyeri tekan abdomen

b. Genitalia : kebersihan rambut pubis bersih, keputihan (-),lesi (-), eritema (-), peradangan (-), lubang uretra tidak ada sumbatan

c. Penggunaan alat bantu berkemih: Klien tidak menggunakan alat bantu berkemih

10. Sistem Muskuloskeletal33

a. EkstrimitasAtas :Bawah :Kekuatan Otot :

b. Aktivitas/ kegiatan

11. Sistem Integumena. Kulit

Inspeksi :

Palpasi :

b. Rambut & Kuku :

c. Pola Kebersihan (Hygiene): Aktivitas mandi klien 2 kali sehari namun selama dirumah sakit klien mengatakan kadang hanya satu kali sehari yaitu pada pagi hari saja.

12. Sistem Persepsi Sensoria. Telinga

Inspeksi :

Palpasi :

Uji Pendengaran :

b. HidungInspeksi :

Palpasi :

Kemampuan menghidu:

c. MataInspeksi :

Palpasi :

Uji Kemampuan penglihatan (dapat digabungkan dalam PF saraf nervus cranial)

G. DATA PSIKOLOGIS1. Status Emosi : Emosi terkadang lupa keterbatasan diri

2. Konsep Diri : Konsep diri klien baik

34

3. Gaya Komunikasi & Pola Interaksi : Hubungan komunikasi klien normal dan interaksi dengan keluarga baik

4. Pola Koping : Koping klien baik

H. DATA SOSIAL1. Hubungan Sosial :Komunikasi terjalin baik antara suami maupun anak yang

menjaganya.

2. Faktor Sosio-kultural : Klien masih terpengaruh oleh kepercayaan adatnya

3. Gaya Hidup : Penampilan umum klien terlihat bersih, rapih. Tidak tercium bau yang menyenangkan. Pakaian rapih bersih dan sesuai dengan gender.

I. PENGETAHUAN TENTANG PENYAKITKlien hanya mengetahui hal umum mengenai penyakitnya, namun belum mengetahui apa penyebab dan bagaimana cara menanggulangi penyakitnya

J. DATA SPIRITUAL1. Keyakinan terhadap Tuhan :

Klien memiliki keyakinan yang kuat terhadap agamanya

2. Kegiatan ibadah selama sakit:Klien tetap beribadah setiap hari secara rutin

K. DATA PENUNJANG ( Laboratorium, Radiologi, Biopsi, dll)

L. MEDIKASI/ PENGOBATAN

35

Analisa Data

No

Data Etiologi Masalah

1 Ds :

Do :

2 Ds :

Do :

36

37

Rencana Keperawatan

N

o

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional

38

39

Implementasi Keperawatan

Nama Pasien : Diagnosa Medis

Usia :Nama Ruang :

Tanggal Waktu Implementasi Hasil

40

41

Catatan Perkembangan

Tanggal

No Diagnosa

SOAP Paraf

42

BAB IV

PENUTUP

43

DAFTAR PUSTAKA

Betty Sunaryanti, Amik Muladi. (2015). MANFAAT PENDIDIKAN KESEHATAN REPOSISI DAN MINYAK.

Dewandono, I. D. (2014). PEMANFAATAN VCO (VIRGIN COCONUT OIL) DENGAN TEKNIK MASSAGE DALAM PENYEMBUHAN LUKA DEKUBITUS DERAJAT II PADA LANSIA.

44