If you can't read please download the document
Upload
jefri
View
45
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Teknik
BAB VI
DEFLEKSI BALOK
6.1. Pendahuluan
Semua balok akan terdefleksi (atau melentur) dari kedudukannya apabila terbebani. Dalam struktur bangunan, seperti : balok dan plat lantai tidak boleh melentur terlalu berlebihan untuk mengurangi/meniadakan pengaruh psikologis (ketakutan) pemakainya.
Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan defleksi pada balok. Dalam diktat ini hanya akan dibahas tiga metode, yaitu metode integrasi ganda (doubel integrations),luasbidang momen
(Momen Area,dan metodeMethod)luasbidangmomen sebagai beban. Metode integrasi ganda sangat cocok dipergunakan untuk mengetahui defleksi sepanjang bentang sekaligus. Sedangkan metode luas bidang momen sangat cocok dipergunakan untuk mengetahui lendutan dalam satu tempat saja. Asumsi yang dipergunakan untuk menyelesaiakan persoalan tersebut adalah hanyalah defleksi yang diakibatkan oleh gaya-gaya yang bekerja tegak-lurus terhadap sumbu balok, defleksi yang terjadi relative kecil dibandingkan dengan panjang baloknya, dan irisan yang berbentuk bidang datar akan tetap berupa bidang datar walaupun terdeformasi.
6.2. Metode Integrasi Ganda
Suatu struktur sedehana yang mengalami lentur dapat digambarkan sebagaimana gambar 6.1, dimana y adalah defleksi pada jarak x, dengan x adalah jarak lendutan yang ditinjau, dx adalah jarak mn, dqsudut mon, dan r adalah jari-jari lengkung.
6263
O
dq
r
A
B
q y mn
dxdq
x
Gambar 6.1. Balok sederhana yang mengalami lentur
Berdasarkan gambar 6.1. didapat besarnya
dx = r tg dq
karena besarnya dq relatif sangat kecil maka tg dq= d q saja sehingga persamaannya dapat ditulis menjadi
dx = r.dq atau 1 =dq r dx
Jika dx bergerak kekanan maka besarnya dqakan semakin mengecil atau semakin berkurang sehingga didapat persamaan
1 =-dq r dx
Lendutan relatif sangat kecil sehingga q=tgq=dy , sehingga didapat persamaan dx
1
ddy 2y
d
=-
=-
r
dx 2
dxdx
Persamaan tegangan1=-M
, sehingga didapat persamaan
r
EI
d 2 y Sehingga didapat persamaan EI =-M
2 dx
M =-d 2 yEIdx 2
(6.1)64
Persamaan 6.1 jika dilakukan dua kali integral akan didapat persamaan
dy dM
EI =
=V
dxdx
EI (y)=dV =q dx
6.2.1. Contoh 1 Aplikasi pada balok sederhana dengan beban merata
q
AB
L
BMD
Mx
x
Gambar 6.2. Balok Sederhana dengan beban merata
Dari gambar 6.2 besarnya momen pada jarak x sebesar
Mx = RA . x - 12 q x2
Mx = qL2 . x - 12 q x2
Persamaan tersebut disubstitusi ke dalam persamaan 6.1 sehingga didapat
d 2 y qL1qx 2
EI
=-
x +
2 22
dx
Diintegral terhadap x sehingga didapat
d 2 y
qL
1qx 2
EI
2= -
x +
2
2
dx
EIdy
qLx2
qx3+C
=-
+
4
61
dx
65
Momen maksimum terjadi pada x = L 2 , dan pada tempat tersebut terjadi defleksi
maksimum , dy dx =0 , sehingga persamaannya menjadi
2
3
L
L
qL
q
2
2
0 =- +
+C1
4
6
qL3
qL3
0 =-
+
+C1
4816
=qL3C124
Sehingga persamaan di atas akan menjadi
dyqLx2
qx3
qL3
EI =-
+
+
4
dx
624
Dari persamaan tersebut diintergralkan kembali terhadap x sehingga menjadi
dy
qLx2
qx3
qL3
EI = -
+
+
4
24
dx
6
EI y =-qLx3+qx 4+qL3 x+C2
12
2424
Pada x = 0, lendutan y = 0, sehingga didapat C2, dan persamaannya menjadi 0 = 0 + 0 + 0 + C2
C2 = 0
EI y =-qLx3+qx 4+qL3 x+0
122424
y = qx (-2Lx2 +x3 +L3 )24EIy = qx (L3 -2Lx2 +x3 )24EI
Pada x = L 2 akan diperoleh lendutan maksimum sehingga didapat
qL
2
3
3
L
L
2
y
-2L
max=
L
+
24EI
2 2
33
qL
L
L
y
=
L3-
+
max
48EI
28
qL
5L3
ymax=
48EI
8
Sehingga lendutan maksimum yang terjadi di tengah bentang didapat :
= 5qL4 ymax 384EI
6.2.2. Contoh 2 Aplikasi pada cantilever dengan beban merata
q
L
Mx BMD
x
Gambar 6.3. Balok Cantilever dengan Beban Merata Dari gambar 6.3 besarnya momen pada jarak x sebesar
Mx = - 12 q x2
Persamaan tersebut disubstitusi ke dalam persamaan 6.1 sehingga didapat
2y 1
d
qx 2
EI
=
2 2
dx
Diintegral terhadap x sehingga didapat
2
dy
1qx 2
EI 2=
dx
2
EIdy qx3+C
=
6
1
dx
66
(6.2)67
Momen maksimum terjadi pada x = L, dan pada tempat tersebut tidak terjadi defleksi, dy dx =0 , sehingga persamaannya menjadi
=qx3 +06C1C1 =-qL36
Sehingga persamaan di atas akan menjadi
dy qx3
qL3
EI =
-
6
dx
6
Dari persamaan tersebut diintergralkan kembali terhadap x sehingga menjadi
EIdy
qx3
qL3
=
-
dx
6
6
=qx 4 -qL3 x + EI y 24 6 C2Pada x = L, lendutan y = 0, sehingga didapat C2
=qL4 -qL4 +0246C2
C2=qL4
8
Persamaannya menjadi
EI
y =qx 4qL3 x qL4
-+
24
68
q434
y =
(x-4L x +3L)
24EI
Pada x = 0 akan diperoleh lendutan maksimum sehingga didapat
ymax=
q
(0-0 +3L4 )
24EI
ymax=3qL
24EI
Sehingga lendutan maksimum cantilever (pada ujung batang) didapat :68
ymax=qL4(6.3)
8EI
6.2.3. Contoh 3 Aplikasi pada cantilever dengan titik
P
L
Mx BMD
x
Gambar 6.4. Balok Cantilever dengan Beban Titik
Dari gambar 6.4 besarnya momen pada jarak x sebesar
Mx = - Px
Persamaan tersebut disubstitusi ke dalam persamaan 6.1 sehingga didapat
d 2 y EI =Px
2 dx
Diintegral terhadap x sehingga didapat
d 2 y EI =Px 2 dx
EIdyPx2+C
=
21
dx
Momen maksimum terjadi pada x = L, dan pada tempat tersebut tidak terjadi
defleksi, dy dx =0 , sehingga persamaannya menjadi
=PL2 +02C169
C1 =-PL32
Sehingga persamaan di atas akan menjadi
dyPx 2PL2
EI =
-
2
dx
2
Dari persamaan tersebut diintergralkan kembali terhadap x sehingga menjadi
EIdy
Px2
PL2
=
-
dx
2
2
EIy =
Px 3
PL2 x
+C2
-2
6
Px
3
2
EI y =
(L -3L
)+C2
6
Pada x = L, lendutan y = 0, sehingga didapat C20 =PL (L2 -3L2 )+C26
=PL3 C2 3
Persamaannya menjadi
Px
3
2
PL3
EIy =
(x-3L)+
6
3
P
3
2
3
EI y =
(x-3xL+2L)
6
q
3
2
3
y =
(x-3xL+2L)
6EI
Pada x = 0 akan diperoleh lendutan maksimum sehingga didapat
y = q (0-0 +2L3 ) 6EI
=PL3 ymax 3EI
Sehingga lendutan maksimum cantilever dengan bebat titik (pada ujung batang) didapat :70
ymax=qL4(6.4)
8EI
6.2.4. Contoh 4 Aplikasi pada balok sederhana dengan beban titik
P
AB
a
b
L
Mx BMD
x
Gambar 6.5. Balok Sederhana dengan beban titik
Dari gambar 6.5 besarnya reaksi dukungan dan momen sebesar
Pb
Pa
RA=
,danRB=
L
L
Mx=Pbx
untuk x a
L
Mx=Pbx- P(x-a)untuk x a
L
Persamaan tersebut disubstitusi ke dalam persamaan 6.1 persamaan garis elastis sehingga didapat
untuk x a
untuk x a
d 2 y Pbx
EI 2=-
L
dx
d 2 y Pbx
EI 2=-
+P(x -a)
L
dx
Diintegral terhadap x sehingga didapat
EIdyPbx2+C
=-
2L1
dx
71
EIdyPbx 2
P(x -a)2+C
=-
+
2
2L2
dx
Pada x = a, dua persamaan di atas hasilnya akan sama.
Jika diintegral lagi mendapatkan persamaan :
EIy =-Pbx3+C1 x +C3
untuk x a
6L
EIy =-
Pbx3+P(x -a)3+C2 x +C4untuk x a
6L
6
Pada x = a, maka nilai C1 harus sama dengan C2, maka C3 = C4, sehingga persamaannya menjadi :
Pbx3
P(x -a)3
EI y =-
+
+C1 x +C3
6
6L
Untuk x = 0, maka y = 0, sehingga nilai C3 = C4 = 0
Untuk x = L, maka y = 0, sehingga persamaan di atas dapat ditulis menjadi :
0 =-
PbL3
+P(L -a)3
+C1 L +0
6L
6
Besarnya L a = b
C1=
PbL-Pb 3
6
6L
Pb
2
2
C1=
(L
-b)
6L
Sehingga setelah disubstitusi menghasilkan persamaan :
Pbx
2
2
2
y =-
(L-b-x
)untuk x a
6EIL
Pbx
3
2
2
2
P(x-a)
y =-
(L-b-x
)+
untuk x a(6.5)
6EIL
6EI
6.3. Metode Luas Bidang Momen
Pada pembahasan di atas telah dihasilkan lendutan yang berupa persamaan. Hasil tersebut masih bersifat umum, namun mempunyai kelemahan apabila72
diterapkan pada struktur dengan pembebanan yang lebih kompleks, maka dirasa kurang praktis, karena harus melalui penjabaran secara matematis.
Metode luas bidang momen inipun juga mempunyai kelemahan yang sama apabila dipakai pada konstruksi dengan pembebanan yang lebih kompleks. Namun demikian metode ini sedikit lebih praktis, karena proses hitungan dilakukan tidak secara matematis tetapi bersifat numeris.
O
dq
r
A
B
q y mn
B
dq B
dx
d
qABd
x
M BMD
Gambar 6.6. Gambar Balok yang mengalami Lentur
Dari gambar 6.6 tersebut didapat persamaan1 =dq= M r dx EI
atau dapat ditulis menjadi73
M(6.6)
dq=
dx
EI
Dari persamaan 6.6 dapat didefinisikan sebagai berikut :
Definisi I : Elemen sudut dqyang dibentuk oleh dua tangen arah pada dua titik yang berjarak dx, besarnya sama dengan luas bidang momen antara dua titik tersebut dibagi dengan EI.
Dari gambar 6.6, apabila dx adalah panjang balok AB, maka besarnya sudut yang dibentuk adalah :
q =L Mdx
AB0
EI
Berdasarkan garis singgung m dan n yang berpotongan dengan garis vertikal yang melewati titik B, akan diperoleh :
B' B"=dd=x.dq=M .xDx(6.7)
EI
Nilai M.dx=Luas bidang momen sepanjang dx.
M.x.dx =Statis momen luas bidang M terhadap titik yang berjarak x dari
elemen M.
Sehingga dari persamaan 6.7 dapat didefinisikan sebagai berikut :
Definisi II :
JarakBB '
Jarak vertikal pada suatu tempat yang dibentuk dua garis singgung pada dua titik suatu balok besarnya sama dengan statis momen luas bidang momen terhadap tempat tersebut dibagi dengan EI.
L M .x=d=dx0EI
Untuk menyelesaikan persamaan tersebut yang menjadi persoalan adalah letak titik berat suatu luasan, karena letak titik berat tersebut diperlukan dalam menghitung statis momen luas M.dx.x. Letak titik berat dari beberapa luasan dapat dilihat pada gambar 6.7.74
1b
1
b
3
2
hh
b
b
A = bh
A = bh/2
(a) Segi empat
(b) Segi tiga
3
1b
b
4
8
hh
b
b
A = bh/3
A = (2/3)bh
(c) Parabola pangkat 2
(d) Parabola Pangkat 2
(n+1)
1
b
2(n+2)
n +2 b
hh
b
b
1
A =
nbh
A =
bh
n +1
n +1
(e) Parabola pangkat n
(f) Parabola Pangkat n
Gambar 6.7. Letak titik berat
6.3.1. Contoh 1 Aplikasi pada Balok Sederhana dengan Beban Merata
Hitung defleksi maksimum (dC) yang terjadi pada struktur balok sederhana yang menahan beban merata, sebagaimana digambarkan pada gambar 6.8, dengan metode luas bidang momen.75
q
A
B
qCC dC
C
L/2
BMD
18 qL2
85 . L2
Gambar 6.8. Balok sederhana yang menahan beban merata
Penyelesaian :
Besarnya momen di C akibat beban merata sebesar MC = 18 qL2
Letak titik berat dari tumpuan A sebesar = 5 . L =5 L 8 2 16
Berdasarkan definisi I besarnya sudut terhadap titik C adalah sebesar :
q =Luas bidang momen
CEI
2
12L
.
qL .
3
8
2
q =
C
EI
q = qL3C24EI
Berdasasrkan definisi II besarnya jarak lendutan vertikal di C sebesar :dStatis momen luas bidangCC= C =EI
2
12L
5L
.
qL .
.
3
8
2
16
d =
C
EI
d = 5qL4C384EI76
6.3.2. Contoh 2 Aplikasi pada Cantilever dengan Beban Merata
Hitung defleksi maksimum (dB) yang terjadi pada struktur cantilever yang menahan beban merata, sebagaimana digambarkan pada gambar 6.9, dengan metode luas bidang momen.
q
A
B
q
dB
BB
L
1qL2BMD
2
3 4 L
Gambar 6.9. Cantilever yang menahan beban merata
Penyelesaian :
Besarnya momen di A akibat beban merata sebesar MA = - 12 qL2
Letak titik berat ke titik B sebesar = 34 L
Berdasarkan definisi I besarnya sudut terhadap titik B adalah sebesar :
q =
Luas bidang momen
B
EI
1L.1qL2
3
2
q =
BEI
q =qL3 B 6EI
Berdasasrkan definisi II besarnya jarak lendutan vertikal di B sebesar :
d Statis momen luas bidang BB= B =EI77
1
123
L.
qL .
L
3
2
4
d =
BEI
d =qL4 B 8EI
6.3.3. Contoh 3 Aplikasi pada Cantilever dengan Beban Titik
Hitung defleksi maksimum (dB) yang terjadi pada struktur cantilever yang menahan beban titik, sebagaimana digambarkan pada gambar 6.10, dengan metode luas bidang momen.
P
A
B
q
dB
BB
L
PLBMD
2 3 L
Gambar 6.10. Cantilever yang menahan beban titik
Penyelesaian :
Besarnya momen di A akibat beban merata sebesar MA = -PL
Letak titik berat ke titik B sebesar = 23 L
Berdasarkan definisi I besarnya sudut terhadap titik B adalah sebesar :
q =Luas bidang momen
BEI
1 L.PLq =2BEI
q =PL2 B 2EI78
Berdasasrkan definisi II besarnya jarak lendutan vertikal di B sebesar :
d Statis momen luas bidang BB= B =EI
1L.PL .2L
2
3
d =
BEI
d =PL3 B 3EI
6.3.4. Contoh 4 Aplikasi pada Balok Sederhana dengan Beban Titik
Hitung defleksi maksimum (dC) yang terjadi pada struktur balok sederhana yang menahan beban titik, sebagaimana digambarkan pada gambar 6.11, dengan metode luas bidang momen.
P
A
B
qCC dC
C
L/2
BMD
14 PL
23 . L2
Gambar 6.11. Balok sederhana yang menahan beban titik
Penyelesaian :
Besarnya momen di C akibat beban merata sebesar MC = 14 PL
Letak titik berat dari tumpuan A sebesar = 2 . L =1 L 3 2 3
Berdasarkan definisi I besarnya sudut terhadap titik C adalah sebesar :79
q =Luas bidang momen
CEI
1 . 1 L. 1 PL q =2 2 4CEIq =PL2C16EI
Berdasasrkan definisi II besarnya jarak lendutan vertikal di C sebesar :dStatis momen luas bidangCC= C =EI
1.1L.1PL.2
L
2
2
4
32
d =
CEI
d = PL3C48EI
6.4. Metode Luas Bidang Momen Sebagai Beban
Dua metoda yang sudah dibahas di atas mempunyai kelemehana yang
sama, yaitu apabila konstruksi dan pembebanan cukup kompleks. Momen Sebagai Beban ini pun dirasa leb yang dibahas sebelumnya.
Metode ini pada hakekatnya berdasar sama dengan metode luas bidang momen, hanya sedikit terdapat perluasan. Untuk membahas masalah ini kita ambil sebuah konstruksi seperti tergambar pada gambar 6.12, dengan beban titik P, kemudian momen dianggap sebagai beban.80
ab
P
A
i
B
qA j
k
d1
x
q1
BMD
m
Pab
L
Axn
Pab
W =
B
3
2
1(L +b)
Pab(L +b)
3
Pab(L +a)
RA=
RB=
6L
6L
Gambar 6.12. Konstruksi Balok Sederhana dan Garis Elastika
Dari gambar 6.12, W adalah luas bidang momen, yang besarnya=1 .L. Pab =Pab 2 L 2
Berdasarkan definisi II yang telah dibahas pada metode luas bidang momen, maka didapat :
d1 =Statis momen luas bidang momen terhadap B
EI
Pab 11
d =
(L +b)
12
3
EI
d =Pab(L +b) 1 6EI81
Pada umumnya lendutan yang terjadi cukup kecil, maka berdasarkan pendekatan geometris akan diperoleh :
d
d =q.Latau q =1
1AA
L
Pab(L +b) R
q = = A A 6EIL EI
Dengan cara yang sama akan dihasilkan :Pab(L +a) R
q = = B B 6EIL EI
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa : Sudut tangen di A dan B besarnya sama dengan reaksi perletakan dibagi EI.
Berdasarkan gambar 6.12 sebenarnya yang akan dicari adalah defleksi pada titik C sejauh x meter dari dukungan A (potongan i-j-k) yaitu sebesar Zc.
Zc = ij = ik jk
Berdasarkan geometri, maka besarnya ik = qA . x, maka
ik =RA x EI
Sedangkan berdasarkan definisi II adalah statis momen luasan A-m-n terhadap bidang m-n dibagi EI, maka
luas A -m -n.x
jk =
3
EI
Sehingga lendutan ZC yang berjarak x dari A, adalah :
Zc = ij = ik jk
1x (6.8)
ZC=
RA x -luas Amn.
EI 3
Berdasarkan persamaan 6.8 didapat definisi III sebagai berikut :
Definisi III : Lendutan disuatu titik didalam suatu bentangan balok sedrhana besarnya sama dengan momen di titik tersebut dibagi dengan EI apabila bidang momen sebagai beban.82
6.4.1. Contoh 1 Aplikasi pada Balok Sederhana dengan Beban Merata
Hitung defleksi maksimum (dC) yang terjadi pada struktur balok sederhana yang menahan beban merata, sebagaimana digambarkan pada gambar 6.13, dengan metode luas bidang momen sebagai beban.
q
(a) A
B
C dC
qC
C
L/2
(b)
1 qL2BMD
8
18 qL2(c) AB
85 . L2
Gambar 6.13. Balok sederhana yang menahan beban merata
Penyelesaian :
Langkah untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah mencari momen terlebih dahulu, hasilnya sebagaimana digambarkan pada gambar 6.13.b. Hasil momen tersebut kemudian dijadikan beban, sebagaimana diperlihatkan pada gambar 6.13.c. Kemudian dicari atau dihitung besarnya reakasi dan momennya. Besarnya qA adalah sebesar RA akibat beban momen dibagi dengan EI, sedangkan
qB adalah sebesar RB akibat beban momen dibagi dengan EI, dan besarnya dmax adalah sebesar MC akibat beban momen dibagi dengan EI. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penyelesaian dibawah ini.83
Berdasarkan gambar 6.13.a. didapat momen sebagaimana digambarkan pada
gambar 6.13.b, yang besarnya sebesar MC = 18 qL2
Dari bidang momen yang didapat pada gambar 6.13.b dibalik dan dijadikan beban sebagaimana digambarkan pada gambar 6.13.c. Dari gambar 6.13.c didapat reaksi yang besarnya :
122L13
(besarnya sama dengan Amn = W)
RA =RB=qL=
qL
8
32
24
Dengan demikian sudut kelengkunagannya dapat dihitung, yaitu sebesar :q =q =RA = qL3AB EI24EI
Dari gambar 6.13.c. didapat juga momen dititik C, yaitu sebesar :M C =qL3 . L -qL3 . 3 . L =5qL423 2 24 8 2384
Besanya dmax dapat dihitung yaitu sebesar :
M
d = c C EId = 5qL4C384EI
6.4.2. Contoh 1 Aplikasi pada Balok Sederhana dengan Beban Titik 6.4.3. Contoh 1 Aplikasi pada Cantilever dengan Beban Merata 6.4.4. Contoh 1 Aplikasi pada Cantilever dengan Beban Titik
6.5. Hubungan Kurva Elastis dan Regangan Linier
Sebuah segmen balok yang semula lurus diperlihatkan dalam keadaan terdeformasi, sebagaimana ditunjukan pada gambar 6.1. Gambar tersebut serupa dengan gambar 2.2 yang digunakan untuk mendapatkan distribusi tegangan dalam balok yang disebabkan oleh lenturan. Pada gambar 6.1 dapat dilihat bahwa dalam balok yang melentur sudut yang berdampingan antara dua iridan adalah Dq.Bila jarak y dari permukaan garis netral terhadap serat yang ditinjau, maka deformasi
Du dari setiap serat didapat :
Contoh 1:84
Du = -y Dq
Berdasarkan persamaan tersebut dapat ditentukan besarnya regangan, yaitu sebesar
e=
Du
panjangfd
O
rDq
Mxz
Mxz
AB
ya
b
fd
e Du
B
C
Dx
Dq
Gambar 6.1. Deformasi Segmen Balok dalam Lenturan
Balok bertingkat seperti ditunjukkan pada Gambar 6.2(a) terbuat dari baja dengan
modulus elastisitas Young 200 GPa; luas penampang A1 = 8.10-6 m2, A2 = 16.10-6 m2; panjang l1 = 1 m, l2 = 0,8 m. Pada tingkatnya dipasang cincin yang sangat kaku untuk menerapkan beban F = 4 kN. Hitunglah: (1) Reaksi titik-titik tumpuan A dan B, (2) tegangan-tegangan yang terjadi pada penampang A1 dan A2 , (c) perpindahan titik C.85
Penyelesaian:
E = 200 (GPa)
A2 = 16.10-6 (m2)
l1 = 1 (m)
A1 = 0.8 (m)
Titik Adan
B tetap, tidak berpindah.
(a) sl1 = ?
sl2= ?
(b) Perpindahan titik C = ?
SFh= 0
===>
-RA + F -RB = 0
RB = F -RA
=400-RA
s1 =R A=R A=0,125R A (MPa)
A1
8
s2=-RB
=-4000-R A
A2
16
=-(250-0,0625R A)(MPa)
Hukum Hooke:
s1
0,125R A
Gambar 6.2. Superposisi: Balok Bertingkat
Dl1=El1=
2.105
=6,2510.-4 R A
(mm)
s2
(250 -0,0625 R A)800 =-1 +2,510.-4 R A
Dl2=El2=-
(mm)
5
2.10
Panjang pada deformasi:l1 l1=+ Dl1
(6.3a)
l2 l2=+ Dl2
(6.3b)
Titik A danB tidak berpindah==> panjang total batang tetap,
l1 + l2tetap, sehingga
l1 l2+ l1=+ l2 ==> (l1 + Dl1 ) + (l2 + Dl2 ) = l1 + l2
atau
Dl1 + Dl2 = 0===>6,25.10-4RA - 1 + 2,5.10-4RA = 0
atauRA = ( 1 / 8,5. 10-4 )=1176,5
(N)
Sehingga: s1 = 0,125 RA = 147.06 (MPa)
s2 = - ( 250 - 0,0625 RA ) = -176,47 (MPa)
Perpindahan titik C = 6,25.10-4 RA=
0,735 (mm)