24
1. Definisi Manajemen Manajeman sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick ksrena menajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahilian khusus untuk mencapai suatu prestasi belajar, dan para profesional dituntun oleh suatu kode etik. Meskipun cenderung mengarah padda suatu fokus tertentu, para ahli measih berbeda panfangan dalam amendefinisikan manajemen dan karenanya belum dapat diterima secara universal. Namun demikian terdapat konsesnsus bahwa manajemen menyangkut derajat keterampilan tertentu. Untuk memahami istilah manajemen, pendekatan yang dipergunakan di sini adlaah berdasarkan pengalaman manajer meskipun pendekatan ini mempunyai keterbatasan, namun hingga kini belumm ada perbaikan. Manajemen di sini dilihat sebagai suatu sistem yang setiap komponenenya menampilkan sesuatu untuk memenuhi kebututhan. Menejemen merupakan suatu proses sedangkan manajer dikaitkan dengan aspek organisasi (orang-struktur-tugas-teknologi) dan bagaimana mengaturnya sehingga tercapai tujuan sistem. Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seoranag manjer/pimpinan, yaitu: perencanaan (palanning), pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading)

Definisi Manajemen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Definisi Manajemen

Citation preview

1. Definisi ManajemenManajeman sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick ksrena menajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahilian khusus untuk mencapai suatu prestasi belajar, dan para profesional dituntun oleh suatu kode etik.Meskipun cenderung mengarah padda suatu fokus tertentu, para ahli measih berbeda panfangan dalam amendefinisikan manajemen dan karenanya belum dapat diterima secara universal. Namun demikian terdapat konsesnsus bahwa manajemen menyangkut derajat keterampilan tertentu. Untuk memahami istilah manajemen, pendekatan yang dipergunakan di sini adlaah berdasarkan pengalaman manajer meskipun pendekatan ini mempunyai keterbatasan, namun hingga kini belumm ada perbaikan. Manajemen di sini dilihat sebagai suatu sistem yang setiap komponenenya menampilkan sesuatu untuk memenuhi kebututhan. Menejemen merupakan suatu proses sedangkan manajer dikaitkan dengan aspek organisasi (orang-struktur-tugas-teknologi) dan bagaimana mengaturnya sehingga tercapai tujuan sistem.Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seoranag manjer/pimpinan, yaitu: perencanaan (palanning), pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading) dan pengawasan (controlling). Oleh karena itu, manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala speknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.Fungsi perencanaan antara lain menetukan tujuan atau kerangka tindakan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan tertentu. Ini dilakukan dengan mengkaji kekuatan dan kelemahan organisasi, menentukan kesempatan dan ancaman, emnentukan strategi, kebijakan, taktik dan program. Semua itu dilakukan berdasarkan proses pengambilan keputusan secara ilmiah.Fungsi pengorganisasian meliputi penentuan fungsi, hubungan dan struktur. Fungsi berupa tugas-tugas yang dibagi kedalam fungsi garis, staf dan fungsional. Hubungan terdiri atas tanggung jawab dan wewenang. Sedangkan strukturnya dapat horisontal dan vertikal. Semuanya itu memperlancar alokasi sumber daya dengan kombinasi yang tepat untuk mengimplementasikan rencana.Fungsi pemimpin menggambarkan bagiamana manajer mengarahkan dan memepengaruhi para bawahan, bagaimana orang lain melaksanakan tugas yang esensisal dengan menciptakan suasana yang menyenangkan untuk bekerja sama.Fungsi pengawasan meliputi penentuan standar, supervisi, dan mengukur penempilam/pelaksanaan terhadap standar dan memberikan keyakinan bahwa tujuan oraganisasi tercapai. Pengawasan sangat erat kaitannya dengan perencanaan, karena melalui pengawasan efektivitas manajemen dapat diatur.2. Manajemen sebagai ilmuPada mulanya manajemen belum dapat dikatakan sebagai teori, karena teori harus terdiri dari konsep-konsep yang secara sistematis dapat menjelaskan dan meramalkan apa yang akan terjadi dan memebuktikan ramalan itu berdasarkan penelitian. Setelah dipelajari selama beberapa zaman, manajemen telah memenuhi persyaratan sebagai bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang-orang bekerja sama. Menurut Luther Gulick (1965) manajemen memenuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan karena memeiliki serangkaian teori, meskipun teori-teori itu masih terlalu umum dan subjektif. Selanjutnya dikatakan bahwa perjalanan suatu ilmu, teori-teori manajemen yang ada diuji oleh pengalaman.Evulusi konsep, ide, pemikiran tentang manajemen bermula pada tahun 5000 SM di mesir. Pada masa itu, orang menggunakan catatan tertulis untuk perdagangan an pemerintahan. Pada 300 SM-300 Masehi masyarakat Roma memanfaatkan komunikasi efektif dan pengendalian terpusat untuk efektivitas dan efeisiensi. Tahun 1500 machiaveli membuat pedoman pemanfaatan kekuasaan. Tahun 1776 Adam Smith menyatakan bahwa pembagian kerja titik kunci badan usaha. Kemudian 1841-1925 Henry Fayol mengemukakan pentingnya adminiatrai, Follet 91868-1933) dengan perilaku dinamikanya, Mac Weber dengan birokrasinya, Elton mayo, Maslow, Mc. Gregor dan Chris Argys dengan studi perilakunya.Menurut Gulick manajemen menjadi suatu ilmu, jika teori-teorinya mampu menuntun manajer dengan memberi kejelasan bahwa apa yang harus dilakukan pada situasi tertentu dan memungkinkan mereka meramalkan akibat-akibat dari tindakannya.3. Apakah manajemen itu suatu kiat atau seni?Menurut Mary Pparker Follet (Stoner, 1986) manajemen sebagai seni untuk melaksanakan pekerjaan melaui orang-orang. (the art of getting things done through people). Definisi ini perlu mendapat perhatian karena berdasrkan kenyataan, manajemen mencapai tujua orgnisasi dengan cara mengatur orang lain. Hal senada juga diungkapkan Henry M. Botinger, manajemen sebagai suatu seni membutuhkan tiga unsur, yaitu: pandangan, pengetahuan teknis, dan komunikasi. Ketiga unsur tersebut terkandung dalam manajemen. Oleh karena itu, keterampilan perlu dikembangkan melalui pelatihan manajemen, seperti halnya melatih senimn. Pada masa yang akan datang ada kemungkinan bidang manajemen akan lebih banyak menyerupai seni daripada ilmu. Semakin banyak belajar tentang manajemen, dalam banyak hal dapat memperoleh informasi tentang seperangkat tindakan. Demikian pula dalam hal hubungan antarmanusia, struktur sosial, dan organisasi menurut seorang manajer memahami ilmu perilaku yang mendasari manjemen. Akan tetapi, sebelum pengetahuan tersebut dikuasai, manajer harus bergantung pada intuisinya sendiri (karena informasi tidak memaai) dan melakukan penilaian sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa meskipun banyak aspek manajemen telah menjadi ilmiah, tetapi masih banyak unsur-unsur manajemen yang tetap merupakan kiat tersendiri seorang manajer.4. Apakah manajemen juga merupakan suat profesi?Profesi dalah suatu pekerjaan yang menuntut persyaratan tertentu. Persyaratan suatu profesi menghendaki berbagai kompetensi sebagai dasar keahlian khusus, diakui dan dihargai oleh masyarakat dan pemerintah da memiliki kode etik.Demikian halnya dengan manjemen sebagi suatu profesi dituntut persyaratan tertentu. Seorang profesional menurut Robert L. Katz harus mempunyai kemampuan/kompetensi: konseptual, sosial (hubungan manusiawi) dan teknikal. Kemmpuan konsep adalah kemampuan mem[ersepsi organisasi sebagai suatu sistem, memamahami perubahan pada etiap bagian berpengaruh terhadap keseluruhan organisasi, kemampuan ini diperlukan agar manajer mampubekerja sama dan memimpin kelompoknya dengan memahami anggota sebagai individu dan kelompok. Sedangkan kemamuan teknik adalah kemampuan menggunakan alat, prosedur dan teknik bidang khusus, misalnya teknik penyususnan program anggaran.Seorang manajer profesional dibutuhkan oleh masyarakat/konsumen dan pemerintah karena prestasinya, sehingga atas dasar prestasi itu ia dibayar sebagai penghargaan dan pengakuan terhadap eksistensinya. Demikian pula manajemen profesional memerlukan kode etik untuk ditaati. Kode etik itu dimaksudkan untuk melindungi masyarakat yang dilayani (klien), dan melindungi anggota atas perlakuan dari luar yang merugikan/mengganggu. Menurut Schein (dalam Stoner, 1986) banyak indikator yang meunjukkan bahwa manajemen sedang bergerak ke arah peningkatan profesionalisme, baik dalam dunia bisnis maupun organisasi-organisasi non profit. Implikasi dari peningkatan ini semakin perlu program pengembangan manajemen sebagai sokoguru profesionalisme. Dan menurut Stoner, persyaratan lainnya adalah komitmen dan dedikasi yang menggabungkan kehidupan dan pekerjaan.

Konsep dasar manajemen pendidikanA. Kerangka KonsepShrode dan Voich (1986), menyatakan bahwa kerangka dasar manajemen meliputi:Philoshpy, Asumtions, Principles, and Theory, which are basic to the study any discipline of management. Secara sederhana dikatakan bahwa falsafah merupakan pandangan atau persepsi tentang kebenaran yang dikembangkan dari berpikir praktis. Bagi seorang manajer falsafah merupakan cara berpikir yang telah terkondisikan dengan lingkungan, perangkat organisasi, nilai-nilai dan keyakinan yang mendasari tanggung jawan seorang manajer. Falsafah seorang manajer dijadikan dasar untuk membuat sumsi-asumsi tentang lingkungan, peran organisasinya, dan dari asumsi ini lahir prinsip-prinsip yang dihubungkan dengan kerangka atau garis besar untuk bertindak. Seperangkat prinsip yang berkaitan satu sama lain dikembangkan dan diuji dengan pengalaman sebelum menjadi suatu teori. Untuk seorang manjer, suatu teori tentang manajemen sangat berfungsi dalam memecahkan masalah-masalah yang timbul. Oleh karena itu, falsafah, asumsi, prinsip-prinsip, dan teori tentang manajemen merupakan landasan manajerial yang harus dipahami dan dihayati oleh manajer. Keterkaitan cara pandang tentang manajemen, falsafah, asumsi, dan prinsip, serta teori-teori dijadikan dasar kegiatan manajerial, secara sederhana dapat digambar melalui suatu diagram/skema, (lihat bagan 4).Berdasarkan diagram 4 bagian-bagian kerangka (body of knowledge) dapat lebih diperjelas satu persatu, mulai dari bagaimana pendangan tentang manajemen, falsafah, asumsi dan prinsip, teori, kegiatan/praktik manajerial, dan sumber daya pendidikan pada bagian berikutnya.B. Deskripsi Konsep1. Esensi Falsafah ManajemenSetiap jenis pengetahuan termasuk pengetahuan manajemen mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan manajemen tersebut disusun. Ketiganya berkaitan satu sama lain (sistem). Ontologi ilmu terkait dengan epistemologi, dan epistemologi terkait dengan aksiologi dan seterusnya.Berdasarkan landasan ontologi dan aksiologi itu, maka bagaimana mengembangkan landasan epistemologi yang sesuai. Persoalan utama yang dihadapi oleh setiap epistemologi, yakni bagaimana menyususn pengetahuan yang benar untuk menjadi masalah mengenai dunia empiris yang akan digunakan sebagai alat untuk meramalkan dan mengendalikan peristiwa atau gejala yang muncul. Di dalam pengetahuan manajemen, falsafah pada hakikatnya menyediakan seperangkat pengetahuan (a body of related knowledge) untuk berpikir efektif dalam memecahkan masalah-masalah manajemen. Ini merupakan hakikat manajemen sebagai suatu disiplin ilmu dalam mengatasi masalah organisasi berdasarkan pendekatan yang intelegen. Bagi seorang manager perlu pengetahuan tentang kebenaran manajemen, asumsi yang telah diakui, dan nilai-nilai yang telah ditentukan. Pada akhirnya semua itu akan memeberikan kepuasan dalam melakukan pendekatan yang sistematik dalam praktek manajerial.2. Esensi Teori ManajemenTeori manajemen mempunyai peran (role) atau memebantu menjelaskan perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan (satisfaction). Karakteristik teori manajemen secara garis besar dapat dinyatakan: 1) mengacu pada pengalaman empirik, 2) adanya keterterikan antara satu teori dengan teori lain, 3) mengakui kemungkinan adanya penolakan.Di dalam proses manajemen digambarkan fungsi-fungsi manajemen secara umum (general) yang ditampilkan ke dalam perangkat organisasi dan mulai dikenal sebagai teori manajemen klasik. Menurut teori kelasik pilar-pilar manajemen klasik terdiri dari 4 pilar, yaitu: pembagian kerja, proses skalar fungsi-fungsi, struktur, rentang pengawasan. Para ahli banyak yang mengatakan bahwwa manajemen belum mempunyai teori yang standar, sebagai pendekatan. Karena itu, teori seringkali dikatakan sebagai pendekatan manajemen secara klasik, pendekatan neoklasik dan pendekatan modern. Salah satu dari teori klasik yang tergolong paling tua adalah manajemen ilmiah (scientific manajemen theory) yang yang dipelopori oleh Henri Fayol. Tergolong kedalam teori klasik ini yaitu tentang studi waktu dan gerak (Gilbreth), Administrai (Fayol) Birokrasi (Weber). Teori neoklasik seringkali dikaitkan dengan pendekatan perilaku, yaitu teori kebutuhan manusia (Maslow), teori X, Y (Mc Gregor), teori kepribadian dan organisasi (Chris Argyris), selanjutnya teori modern yaitu Genenral system theory (Barnard), Contingency pimpinan situasional (Fiedler0, Hubungan bagian dalam sistem dan lingkungan (Ludwig von Bertalanffy).Dengan berkembangnya aliran klasik, kemudian dikenal sebagai proses manajemen dan pendekatan operasional. Dengan nama apapun sebagai titik beratnya dan banyak perspektipnya dapat ditelusuri kembali pada pelopor kelasik. Aliran klasik mengalami evolusi. Aliran ini banyak menggunakan penelitian yang dihasilkan oleh ilmu perilaku dan aliran ilmu manajemen, bahkan pendekatan sistem dan pendekatan kontingensi yang terakhir.3. Esensi prinsip ManajemenPentingnya prinsip-prinsip dasar dalam praktik manajemen antara lain: 1) mentukan cra/metode kerja; 2) pemilihan pekerja dan pengembangan keahliannya; 3) pemilihan prosedur kerja; 4) menentukan batas-batas tugas; 5) mempersiapkan dan membuat spesifikasi tugas; 60 melakukan pendidikan dan latihan; 7) menentukan sistem dan besarnya imbalan. Semua itu dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi dan produktivitas kerja.Dalam kaitannya dengan prinsip dasar manajemen, Fayol mengemukakan sejumlah prinsip, yaitu: pembagian kerja, kejelasan dalam wewenang dan tanggung jawab, disiplin, kesatuan komando, kesatuan arah lebih memprioritaskan kepentingan umum/organisasi daripada kepentingan pribadi, pemberian kontra prestasi, sentralisasi, rantai skalar, tertib, pemerataan, stabilitas dalam menjabat, inisiatif dan semangat kelompok. Keempat belas prinsip dasar tersebut dijadikan patokan dalam praktik manajerial dalam melakukan manajemen yang berorientasi kepada sasaran (management by objectives [MBO]), manajemen yang berorientasi kepada orang (management by people [MBP]), manajemen yang berorientasi kepada struktur (Management by Technique [MBT]), dan manejemen berdasarkan informasi (management by Information [MBI]) atau management information system (MIS).4. Kegiatan Praktik ManajerialPraktik manajerial adalah kegiatan yang dilakukan oeleh manajer. Apabila manajemen dipandang sebagai serangkaian kegiatan atau proses, maka proses itu akan mencakup bagaimana cara mengkoordinasikan dan mengintegrasikan berbagai sumber untuk mencapai tujuan organisasi dan struktur yang telah dirancang. Kegiatan manajerial ini meliputi banyak aspek, namun aspek utama dan sangat esensial yaitu perencanaan (palanninag), pengorganisasian (organizing) pemimpinan (leading) dan pengawasan (controlling).Para ahli manajemen memeberikan pendapat yang beragam, namun pada intinya mengandung kesamaan, sebagai contoh kegiatan manajerial manurut Fayol (palanning, organizing, comanding, coordinating dan controlling), GR Terry (palnning, organizing, actuating, controlling). LH Gulick (palnning, organizing, stafing, directing, coordinating, reporting, budgeting), Kontz O Donnell (palnning, organizing, stafing, leading, controlling). Demikianlah perbedaan kerangka berpikir tentang kegiatan-kegiatan manajerial. Kegiatan manajerial ini secara mendalam akan dibicarakan pada bagian tersendiri. Secara satu persatu mulai dari planning, organizing, leading, dan controlling.5. Sumber Daya PendidikanBanyak sumber daya pendidikan yang terlibat dalam organisasi atau lembaga-lembaga termasuk lembaga pendidikan, antara lain: manusia, sarana dan prasarana, biaya, teknologi dan informasi. Namun demikian sumber daya yang pelaing pentingdalam pendidikan adalah sumber daya manusia. Bagaimana manajer menyediakan tenaga, bakat kreativitas, dan semangatnya bagi organisasi. Karena itu tugas terpenting dari manajer adalah menyeleksi, menempatkan, melatih dan mengembangkan sumber daya mansia. Persoalnnya pengembangan sumber daya manusia mempunyai hubungan yang positif dengan produktivitas dan pertumbuhan organisasi, kepuasan kerja, kekuatan dan profesionalisme manajer.Yang dimaksud dengan sumber daya manusia, menurut Shetty dan Venom B. Bucher (1985) terkandung aspek: kompetensi, keterampilan/skill, kemampuan, sikap, perilaku, motivasi dan komitmen. Dalam pendidikan, jenis sumber daya berdasarkan ruang lingkup keterlibatannya ke dalam penyelenggaraan pendidikan dikelompokkan ke dalam SDM pendidikan dalam sekolah dan SDM pendidikan luar sekolah. Apabila dilihat dari segi tugas pokoknya, dibedakan menurut tenaga teknis, tenaga administrati dan tenaga penunjang. Selanjutnya dalam PP 38/1992 tentang tenaga kependidikan ditegaskan pengelompokannya menjadi tenaga pendidik (pembimbing, pengajar, pelatih), pengelola, pengawaas, laboran, teknisi, sumber belajar, peneliti dan penguji.Persoalan pokok dalam pembinaan tenaga kependidikan adalah pembinaan etos kerja. Etos kerja adalah sikap mental untuk menghasilkan produk kerja yang baik, bermutu tinggi baik barang maupun jasa. Menurut Mochtar Buchari (kompas, 17 april 1993) etos kerja dipengaruhi oleh variabel sikap, pandangan, cara-cara dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang ada pada seseorang, suatu kelompok, atau bangsa. Pembinaan etos kerja ini merupakan bagian dari pembinaan tata nilai (value system) dan dalam pendidikan masalah ini tidak cukup diperhatikan. Pada pengembangan mutu SDM ini yang paling banyak dilakukan pembinaan keterampilan untuk melakukan sesuatu yang nyata seperti keterampilan komputer, menjahit, akuntansi dan sebagainya. Akan tetapi memebentuk keinginan bagaimana melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sebaik-baiknya kurang diperhatikan. Tentunya hal ini hanya dapat terwujud jika kemampuan menghasilkan sesuatu itu ditunjang oleh etos kerja, motivasi tinggi untuk berprestasi. Bagaimana caranya memupuk etos kerja. Salah satu usaha dengan menciptakan suasana kerja yang mengantarkan perilaku karyawan/guru ke arah yang lebih produktif secara langsung mengubah sikap, pandangan, harapan dan keterampilan/keahlian yang lebih efektif yang sekarang sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Dan ini, tantangan manajer/pemimpin pendidikan.

Falsafah manajemenApa yang dijadikan dasar falsafah manajemen dapat dibedakan dalam tiga jenis hakikat, yaitu hakikat tujuan, hakikat manusia dan hakikat kerja. Berdasarkan tiga jenis hakikat itu uraian tentang falsafah manajemen akan lebih jelas.A. Hakikat Tujuan manjemenApa yang menjadi tujuan utama manajemen? Menurut Shrode dan Voich (1947) tujuan utama manajemen adalah produktivitas dan kepuasan. Mungkin saja tujuan ini tidak tunggal bahkan jamak atau rangkap, seperti peningkatan mutu pendidikan/lulusannya, keuntungan/profit yang tinggi, pemenuhan kesempatan kerja, pembangunan daerah/nasional, tanggung jawab sosial. Tujuan-tujuan in ditentkan berdasarkan penataan dan pengkajian terhadap situasi dan kondisi organisasi, seperti kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman.Apabila produktivitas merupakan tujuan maka perlu dipahami makna prosuktivitas itu sendiri. Sutermeister (1976) membataskan produktivitas sebagai ukuran kuantitas dan kualitas kinerja dengan mempertimbangkan kemanfaatan sumber daya. Produktivitas ini sendiri dipengaruhi perkembangan bahan, teknologi, dan kinerja manusia, pengertian konsep produktivitas berkembang dari pengertian teknis sampai dengan perilaku. Produktivitas dalam arti teknis mengacu kepada derajat keefektifan, efisiensi dalam penggunaan sumber daya. Sedangkan dalam pengertian perilaku, produktivitas merupakan sikap mental yang senantiasa berusaha untuk terus berkembang.Berdasarkan pengertian teknis produktivitas dapat diukur dengan sia standar utama, yaitu produktivitas fisik dan produktivitas nilai. Secara fisik, produktivitas diukur secara kuantitatif seperti banyaknya keluaran (panjang, berat, lamanya waktu, jumlah). Sedangkan berdasarkan nilai produktivitas diukur atas dasar, nilai-nilai kemampuan, sikap, perilaku, disiplin, motivasi dan komitmen terhadap pekerjaan/tugas. Oleh karena itu, mengukur tingkat produktivitas tidaklah mudah,, disamping banyaknya variabel juga ukuran yang digunakan sangat bervariasi.Paul Mali (1978), misalnya mengukur prodkutivitas berdasarkan kombinasi antara efektivitas dan efisiensi. Efektivitas dikaitkan dengan performance dan efisiensi dikaitkan dengan penggunaan sumber-sumber . indeks prduktivitas diukur berdasarkan perbandingan atau rasio antara pencapaian pencapaian performance dengan sumber-sumber yang dialokasikan.Indeks produktivitas =output =performance=efektivitasInputalokasi sumberefisiensiVictor Vromn hampir sejalan dengan dengan sutermeister menggunakan formula psikologi dimana produktivitas diartikan sebagai prestasi kerja. Formula yang dipergunakan adalah sebagai berikut:P = f ((MxK)Keterangan:P = prestasi kerjaM = MotivasiK = kemampuanJadi menurut Vromn, produktivitas merupakan fungsi dari motivasi dikalikan kemampuan. Artinya, tinggi rendahnya produktivitas dipengaruhi oleh motivasi dan kemampuan.Ecara khusus dibidang pendidikan formal, allan Thomas (1976) mengartikan produktivitas sekolah ditentukan oleh tiga fungsi utama, yaitu 1) fungsi administrator, 2) fungsi psikologis, dan 3) fungsi ekonomi. Ketiga fungsi tersebut secara linear menentukan tingi rendahnya tingkat produktivitas sekolah.Degan demikian tingkat produktivitas organisasi (total productivity) secara lebih luas mengidentifikasi keberhasilan atau kegagalan dalam menghasilkan suatu produk tertentu (barang atau jasa) secara kualitas dan kuantitas dengan pemanfaatan sumber-sumber dengan benar. produktivitas bertalian dengan pelaksanaan tugas-tugas dengan cara terbaik. produktivitas merupakan kriteria, pencapaian kerja yang ditetapkan kepada individu, kelompok atau organisasi. Sebaliknya produktivitas tidak hanya memerlukan kreativitas. Gillmore (1974) dalam the productive personality mendasarkan produktivitas pada tiga aspek, yaitu prestasi akademis, kreativitas dan pemimpin. Seorang yang intelegensinya tinggi mempunyai kecenderungan kreatif, berprestasi, dan akhirnya akan produktif. Oleh karena itu baik secara individu maupun kelompok apabila berkarya sebaik-baiknya, merupakan landasan untuk mencapai produktivitas organisasi.Pencapaian produktivitas yang tinggi ada kaitannya dengan kepuasan individu dan kelompok. Oleh karena itu, E. Mayo menyatakan bahwa yang penting untuk meningkatkan produktivitas perlu diperhatikan perilaku manusia dan sosial dengan segala aspeknya. Dalam kaitan ini McGregor sangat yakin bahwa manajer akanmendapatkan manfaat besar, apabila ia menaruh perhatian pada kebutuhan sosial dan aktualisasi diri bawahannya. Demikian juga Maslow tentang kebutuhan dasar (basic needs) yang bertingkat mulai kebutuhan fisiologi, sosial, rasa aman, penghargaan dan aktualisasi diri semuanya itu perlu mendapat perhatian seorang manajer untuk memeberi saluran, kesempatan sehingga meningkatkan produktivitas.B. hakikakt manusiaapakah manusia itu? Apakah beda antara manusia dan binatang? Hal-hal apakah secara hakiki yang menggerakkan manusia sebagai adanya. Pertanyaan tersebut perlu dicari jawabannya dalam rangka mengetahui hakikat manusia.Terdapat beberapa pandangan tentanga manusia, antara lain pandangan psikoanalitik tradisionl (dalam hansesn, stevic dan Warner, 1977) menganggap bahwa manusia pada dasarnya digerakkan oleh dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif. Tingkah laku individu ditentukan dan dikontrol oleh keuatan psikologis yang sejak semula sudah ada pada diri individu itu.Freud mengemukakan bahwa struktur kepribadian individu itu terdiri dari tiga komponene, yaitu yang disebut id, ego, dan super ego. Id mendasari berbagai insting manusia yang mendasari perkembnagannya. Dua insting yang paling penting ialah insting seksual dan insting agresi insting-insting in menggerakkan manusia untuk hidup dalam dunianya dengan prinsip pemuasan diri. Kaum neo-analisis mengakui adanya komponen id, ego dan super ego. Namun lebih menekankanpentingnya ego sebagai pusat kepribadian. Ego tidak dipandang sebagai fungsi pengarah perwujudan id saja, melainkan sebagai fungsi pokok yang bersifat rasional dan bertanggung jawaab atas tingkah laku intelektual dan sosial individu.Selanjutnya pandangan Humanis (Rogers, 1961) mengemukakan bahwa pribadi individumerupakan proses yang terus berjalan, suatu kekuatan yang tidak statis. Artinya individu merupakan satu kesatuan potensi yang terus berubah. Manusia pada ahakikatnya dalam proses menjadi-becoming-tidak pernah selesai, tidak pernah sempurna. Sedangkan Sdler (1954) masih tergolong humanis, berpendapat bahwa manusia tidak semata-mata digerakkan oleh dorongan untuk memuaskan dirinya sendiri, namun sebaliknya, manusia digerakkan dalam hidupnya sebagaian oleh tanggung jawab sosial dan sebagaian oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu. Alder menyatakan bahwa individu melibatkan dirinya dalam usaha mewujudkan diri sediri dalam membantu orang lain, dn dalam usaha mambuat dunia lebih baik untuk ditempatiPandangan lain datang dari kaum behavioristik (dalam Hansen1977) pada dasarnya menganggap bahwa manusia sepenuhnya adalah makhluk reflektif yang perilakunya dikontrol oleh faktor-faktor yang datang dari luar. Di sini lingkugan menjadi faktor penentu tunggal terhadap tingkah laku manusia. Dengan kata linkepribadian manusia dapat dikembalikan semata-mata kepada hubungan antar individu dengan lingkungannya, hubungan itu diatur oleh hukum-hukum belajar seperti pembiasaan (conditioning). Masih kaum behavior yang Skiner (1976) menyatakan bahwa kemampuan memillih, menetapkan tujuan, terwujud sebagai tingkah laku yang perkembangannya dapat didekati dan dianalisi secara ilmiah. Karena itu ada yang mengatakan bahwa pendekatan behavioristik merupakan pendekatan ilmiah. Semua ciri yang dimiliki manusia harus dapat didekati dan dianalisis secara ilmiah.Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia adalah:a. pada dasarnya memiliki tenaga dalam yang menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan,b. terdapat fungsi yang rasional, bertanggung jawab, atas tingkah laku intelektual dan sosial.c. Mampu mengarahkan diri ke tujuan yang positif, mampu mengatur dan mengontrol diri dan menentukan nasibnya.d. Pada hakikatnya dalam proses berkembang dan tidak pernah selesai.e. Melibatkan diri untuk kepentingan dirinya dan orang lain.f. Mempunyai potensi yang perwujudannya sering tak terduga dan potensi itu terbatas.dengan menganli berbagai macam ragam variabel yang memepengaruhi perilaku manusia, baik yang bersumber dari variabel individu, variabel lingkungan atau organisasi, mengahasilkan perilaku yang berbeda. Hal ini membawa implikasi terhadap praktik manajmen yang efektif untuk mengakui perbedaan perilaku individu diakui, dan mungkin dipertimbangkan ketika melakukan pekerjaan atau tugas. Di dalam diri individu yang menyebabkan mereka melakukan tindakan tertentu. Mengapa individu melakukan tindakan tertentu. Kabutuhan apa yang ingin mereka penuhi semua itu hendaknya dipahami oleh manajer/pemimpin.C. Hakikat KejaKerja merupakan kegiatan dalam melakukan sesuatu dan orang yang kerja ada kaitannya dengan mencari nafkah atau bertujuan untuk mendaptkan imbalan atas prestasi telah yang diberikan atas kepentingan organisasi. Prestasi kerja atau penampilan kerja (performance) diatikan sebagai ungkapan emampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan keterampila dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu. Masalah kerj salelu mendapatkan perhatian dalam manajemen karena berkaitan dengan produktivitas organisasi.Pada hakikatnya orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan atau motivasi tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku, sedangkan tujuan berfungsi mengarahkan perilaku. Proses motivasi sebagian besar diarahkan untuk memenuhi dan mencapai kebutuhan manusia itu secara sederhana tampak sebagi berikut:Kebutuhanusaha/perilakuprestasiEvaluasi kebutuhanimbalanSebagaimana telah disinggung pada bagian terdahulu dalam teori perilaku,, proses pemenuhan kebutuhan didasari oleh pendekatan tahu teori perilaku yaitu teori motivasi teori motivaasi kerja telah dikemukakan oleh para pakar manajemen secara bervariasi. Maslow dengan model hierarki kebutuhan, Herrzberg dengan model motivasi kerja dua faktor, mcClelland dengan motivasi prestasi, Smith dan Crany dengan teori harapan diikuti oleh teori harapan model Patchenm Porter dan lawlwer.1. Maslow: kebutuhan bertingkt mulai dari yang paling rendah: perwujudan diri, kebutuhan ego, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan rasa aman dan kebutuhan fisiologis.2. Herzberg: teori dua faktor.Faktor higinemotivasiGajikemajuanKondisiperkemabanganKebijakan perusahaantanggungjawabPenyeliaanpenghargaanKelompok kerjaprestasiPekerjaan itu sendiri3. David C Mcclelland (1961) berdasarkan hasil penelitiannya bahwa motif berprestasi mempunyai pengaruh yang jauh lebih penting untuk keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan industri, dibandingkan dengan motif manapun. Motif ini mempunyai sifat utamanya ialah berusaha mencapai standar tertentu yang sangat baik. Ia mengikatkan sirinya sendiri secara emosional untuk menyelesaikan tugas yang dipandang bernilai dan sukar.4. Smith dan Cranny, motivasi kerja akan ditentukan oleh tiga variabel utama: usaha, kepuasan, dan ganjaran.5. Vromn (1960), motivasi kerja ditentukan oleh kekuatan, valensi, harapn dan batu loncatan.Valensi artinya nilai pilihan orang tentang suatu hasil tertentu. Harapan kemungkinan subjektif untuk mendapatkan hasil. Sedangkan batu loncatan menghubungkan hasil tingkat pertama dengan hasil tingkat kedua.Disamping motif-motif di atas, ada juga yang berpendapat bahwa uang manjedikan orang untuk mengejarnya. Maksudnya uang dapat mengungkapkan prestasi, prestise, kesuksesan, rasa aman, dan persahabatan. Pandangan lain yang bukanlah segala-galanya, melainkan sebagai sarana.Dengna demikian dapat disimpulkan bahwa semua orang mempunyai berbagai kebutuhan psikologis. Beberapa dari kebutuhan psikologis ini lebih berhubungan dengan pekerjaan. Di samping itu, ada beberapa faktor yang menyebabkan tidak efektifnya penampiilan kerja. Wiliam Castetter (1981) mengemukakan sebagai berikut:a) Yang bersumber dari individu itu sendiriKelamahan itelektualKelamahan psikologisKelemahan fisiologiDemovitasiFaktor personalitasKeusangan dan ketuaanPreparasi posisiOrientasi nilaib) Yang bersumber dari dalam organisasiSistem organisasiPeranan organisasiKelompok-kelompok daam organisasiPerilaku yang berhubungan dalam organisasiIklim organisasic) Yang bersumber dari lingkungan eksternal organsisasiKeluargaKondisi ekonomiKondisi hukumNilai-nilai sosialPeranan kerjaPerubahan teknologiPerkumpulan-perkumpulan