Upload
farida-agustiningrum
View
104
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Kelompok Trigger 1
‘’ Diabetes Mellitus Type 2 ‘’
Disusun oleh Kelompok 5Awaliya Ramadhan (105070207131005)Fatimatuzzahroh ( 105070207131001 )Yossie Charolina ( 105070201131015 )Nurul Kamajaya C.A ( 105070201131014 )Farida Agustiningrum ( 105070201131007 )Dianita Ayu Retnani ( 105070201131006 )Resti Lovita (105070200131011)A.Zahriar Badarudin (105070200131004)Dadang Putrawansyah ( 105070200131003 )Arpidho Prasetya ( 105070200131012 )Dannial Bagus S. ( 105070203131006 )
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2012
1
I. Definisi DM type 2
Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit kronik yang berlaku bila
pancreas tidak menghasilkan insulin yang cukup atau tubuh tidak dapat
memanfaatkan insulin yang diproduksi secara efektif, dan ini mengakibatkan
konsentrasiglukosa dalam darah kita meningkat ( WHO, 2009 ).
Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia akut disertai berbagai
kelainan metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada
membrane basalis dalam pemeriksaan mikroskopis electron ( Arif Mansjoer, 2010 )
Diabetes mellitus type 2 merupakan penyakit diabetes yang disebabkan oleh
karena terjadinya resistensi tubuh terhadap insulin yang diproduksi oleh sel beta
pancreas. Keadaan ini akan menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi naik
tidak terkendali.
Diabetes mellitus type 2 adalah hiperglikemia yang disebabkan oleh
intensensitivitas seluler terhadap insulin. Selain itu, terjadi defek sekresi insulin
karena ketidakmampuan pancreas untuk menghasilkan insulin yang cukup untuk
mempertahankan glukosa plasma yang normal. ( Elizabeth J Corwin, 2009 )
Pada DM type 2 ini ada 2 masalah utama yang berhubungan dengan insulin,
yakni resistemsi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat
dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Resistensi insulin pada DM type 2 ini
disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah , harus terdapat
peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada pasien DM keadaan ini terjadi
karena insulin yang berlebihan dan kadar glukosa dalam darah akan dipertahankan
pada tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel sel beta tidak
mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa
akan meningkat. ( Brunner & Suddarth, 2001 ).
2
Klasifikasi DM
DM type 1 DM type 2
Mulai muncul Umumnya masa kanak
kanak remaja, walaupun
ada juga pada usia < 40
tahun
Pada usia atau tua,
umumnya > 40 tahun
Keadaan klinis saat
diagnosis
Berat Ringan
Kadar insulin darah Rendah, tidak ada Cukup tinggi, normal
BB Biasanya kurus Normal atau gemuk
Pengelolaan Terapi insulin, diet Diet, olahraga
yang disarankan Olahraga Hipoglikemik oral
II. Epidemiologi
Menurut laporn PERKENI tahun 2005 dari berbagai penelitian di Indonesia
menunjukkan bahwa angka prevalensi DM terbanyak terdapat di kota-kota besar
antara lain : Jakarta 12,8 %, Surabaya 1,8 %. Makassar 12,5 %, Manado 6,7 %.
Sedangkan prevalensi DM terendah terdapat didaerah pedesaan antara lain
Tasikmalaya 1,8 % dan Tanah Toraja 0,9 %. Adanya perbedaan prevalensi DM di
perkotaan dan di pedesaan menunjukkan bahwa gaya hidup mempengaruhi
kejadian DM.
Pada tahun 2000, terdapat 2,9 juta kematian akibat DM di dunia, dimana 1,4
juta atau 48,28 % kematian terjadi pada pria, dan selebihnya 1,5 juta atau 51,72%
pada wanita. Dari jumlah kematian ini, 1 juta atau 34, 48% kematian terjadi di
Negara maju dan 1,9 juta atau 65,52 % kematian terjadi di Negara berkembang.
Pada tahun 2003, WHO menyatakan 194 juta jiwa atau 5,1 % dari 3,8 miliar
penduduk Asia usia 20-79 tahun menderita DM dan tahun 2007 mengalami
peningkatan menjadi 7,3 %. WHO juga mengatakan penderita DM tipe 2 sebanyak
171 juta pada tahun 2000 akan meningkat menjadi 366 juta pada tahun 2030.
III. Etiologi dan Faktor Risiko
3
Etiologi DM type 2 merupakan multifactorial yang belum sepenuhnya
terungkap dengan jelas. Pada DM type 1 biasa disebabkan oleh kerusakan fungsi
sel beta di pancreas, penyakit autoimun , dan idiopatik, oleh karena itu DM type 1
lebih sering ditemukan pada usia sejak kanak-kanak dan remaja.
Berbeda dengan DM type 1, pada DM type 2, terutama yang berada pada
tahap awal, umumnya dapat di deteksi jumlah insulin yang cukup di dalam darahnya,
disamping kadar glukosa darahnya yang tinggi. Jadi , awal patofisiologis DM type 2
bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, tetapi karena sel-sel sasaran
insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim
disebut sebagai “ Resistensi Insulin “.
Disamping resistensi insulin, pada penderit DM type 2 dapat juga timbul
gangguan sekresi insulin dan produksi sekresi glukosa epatik yang berlebihan.
Namun demikian, tidak terjadi pengrusakan sel-sel beta Langerhans secara
autoimun sebagaimana ynag terjadi pada DM type 1. Dengan demikian, defisiensi
fungsi insulin pada penderita DM tipe 2 hanya bersifat relative, tidak absolut. Oleh
sebab itu dalam penanganannya umumnya tidak memerlukan terapi pemberian
insulin.
Faktor Risiko :
a. Faktor risiko yang tidak dapat di ubah :
1. Usia
Biasanya pada umur > 40 tahun. Faktor umur sangat erat hubungannya
dengan terjadinya kenaikan kadar glukosa darah, sehingga pada umur yang
makin tua prevalensi gangguan toleransi glukosa akan meningkat. Barbieri et
al ( 2001 ), berpendapat adanya penurunan resistensi insulin pada usia lanjut.
Selanjutnya dikatakan bahwa timbulnya resistensi insulin pada usia lanjut
karena 4 faktor :
- Perubahan komposisi tubuh
- Pola makan dan penurunan aktifitas fisik
- Perubahan neurohormonal
- Peningkatan stress oksidatif
4
2. Riwayat keluarga
Pada anggota keluarga dekat pasien diabetes type 2, resiko menderita
penyakit ini 5 hingga 10 kali lebih besar daripada subjek ( dengan usia dan
berat yang sama ) yang tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarganya.
3. Rasa tau latar belakang etnik
Risiko DM type 2 lebih besar pada populitas kulit putih dibandingkan dengan
kulit hitam. Untuk mekanismenya masih belum dijelaskan secara detail.
4. Riwayat DM pada kehamilan
Mendapatkan DM selama kehamilan atau melahirkan bayi lebih dari 4,5 kg
dapat meningkatkan risiko DM type 2.
b. Faktor risiko yang dapat di ubah :
1. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang di butuhkan
oleh tubuh dapat memicu timbulnya DM type 2, hal ini karena pancreas
mempunyai kapasitas disebabkan jumlah atau kadar insulin oleh sel
maksimum untuk disekresikan. Oleh karena itu, mengonsumsi makanan
secara berlebihan dn tidak di imbangi oleh sekresi insulin dalam jumlah
memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan
menyebabkan DM.
2. Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pancreas mengalami hipertrofi yang
akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertrofi pancreas
disebabkan karena peningkatan beban metabolism glukosa pada penderita
obesitas untuk mencukupi energy sel yang terlalu banyak.
Seseorang dikatakan obesitas jika IMT > 25, HDL <35 mg/dL, TG > 250
mg/dL.
3. Hipertensi
TD > 140/90 mmHg dapat memicu DM type 2.
4. Kurang gerak badan
Melakukan aktifitas fisik seperti olahraga secara teratur dapat mencegah
terjadinya kegemukan dan kemungkinan untuk menderita DM. jadi jika kurag
gerak badan akan meningkatkan kegemukan dan kelebihan kalori yang dapat
memicu DM.
5
5. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan kimia tertentu dapat mengiritasi pancreas yang menyebabkan radang
pancreas. Peradangan pada pancreas dapat menyebabkan pancreas tidak
berfungsi secara optimal dalam mensekresikan hormone yang diperlukan
untuk metabolism dalam tubuh termasuk hormone insulin.
6. Penyakit dan infeksi pada pancreas
Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi pankras sehingga
menimbulkan radang pancreas. Hal ini menyebabkan sel beta pada pancreas
tidak bekerja secara optimal dalam mensekresikan insulin.
IV. Patofisiologi ( Terlampir )
V. Manifestasi klinis
1. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan yang berlangsung secara singkat harus menimbulkan
kecurigaan. Hal ini menyebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk
kedalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakaruntuk menghasilkan
tenaga.
2. Polyuria ( banyak kencing )
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel
menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau
hiperosmolaliti menyebabkan cairan intrasel berdifusi ke dalam
sirkulasi/cairan intravascular, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat
dari hiperosmolaliti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic ( polyuria ).
3. Polydipsia ( peningkatan rasa haus ).
Akibat meningktanya difusi cairan dari intrasel ke dalam vaskuler
menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi
sel. Akibat dari dehidrasi sel, mulut jadi kering dan sensr haus teraktivasi
menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum.
4. Polifagia (peningkatan rasa lapar )
6
Karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel akibat dari menurunya kadar
insulin maka produksi energy menurun, penurunan energy akan menstimulasi
rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak
makan.
5. Rasa lelah dan kelemahan otot
Akibat gangguan aliran darah, katabolisme protein di otot dan
ketidakmampuan sebagaian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai
energy.
6. Peningkatan infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan
antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mucus, gangguan fungsi
imun dan penurunan aliran darah pada DM kronik.
7. Parestesia rasa baal akibat terjadinya neuropathy.
Pada penderita DM regenerasi sel persarafan mengalami gangguan akibat
kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibatnya
banyak sel persarafan terutama perifer mengalami kerusakan.
8. Luka/bisul yang tidak sembuh-sembuh.
Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan
unsur makanana yang lain. Pada penderita DM bahan protein banyak
diformulasikan untuk kebutuhan sel sehingga bahan yang dipergunakan untuk
pergantian jaringan yang rusak mengalami gangguan. Selain itu luka yang
sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh prtumbuhan mikroorganisme yang
cepat pada penderita DM.
9. Pada laki-laki mungkin mengeluh impotensi
Penderita DM mengalami penurunan produksi hormone seksual akibat
kerusakan testosterone dan system yang berperan.
10.Gangguan penglihatan
Disebabkan oleh katarak/gangguan refraksi akibat perubahab pada lensa
sebagai akibat dari hiperglikemia, mungkin juga disebabkan kelainan pada
korpus vitreum.
VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
7
Pada pasien dengan DM Tipe II dapat didapatkan hasil pemeriksaan
sebagai berikut :
Kadar serum elektrolit yang abnormal, kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl
atau 7 mmol, leukosit meningkat, kadar keton meningkat,, HbA1c >6%, BUN
meningkat, kreatinin meningkat, kolesterol (trigliserida, LDL, & VLDL)
meningkat, kolesterol HDL menurun, glukosuria, albumin asidosis, dan
ketonuria. (Lewis,et al, 2007).
Kriteria Diagnostik Diabetes Mellitus Menurut ADA (2003) & WHO
(2006) dalam Holt, Cockram, Flyvbjerg, & Goldstein (2010) :
Nomoglikemia Pre- Diabetes Diabetes
Kadar glukosa darah
sewaktu >200 mg/dl
(11,1 mmol/L)
Kadar glukosa darah
puasa <110 mg/dl
(<6,1 mmol/L)
Kadar glukosa darah
puasa >110 mg/dl & <126
mg/dl (>6,1 – 7,0 mmol/L)
Kadar glukosa darah
puasa >126 mg/dl (>7,0
mmol/L)
Kadar glukosa darah
2 jam setelah makan
<140 mg/dl (7,8
mmol/L)
Kadar glukosa darah 2
jam setelah makan >140
mg/dl & >200mg/dl (>7,8
mmol/L & <11,1 mmol/L)
Kadar glukosa darah 2
jam setelah makan >200
mg/dl (>11,1 mmol/L) &
disertai dengan gejala
DM
Dapat juga dilakukan dengan pemeriksaan TTGO, caranya adalah sbb :
3 hari sebelumnya makan seperti biasa
Kegiatan jasmani harus cukup, tidak terlalu banyak
Puasa semalam 10-12 jam
Glukosa darah puasa diperiksa
Diberi glukosa 75 gr, dilarutkan dalam air 250 ml, & diminum dalam
waktu 5 menit
Diperiksa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa
8
Selama pemeriksaan, penderita yang diperiksa tetap istirahat.
VII. PENATALAKSANAAN
Tujuan dari penatalaksanaan klien dangan DM Tipe II adalah untuk
mengatur kadar glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut &
kronis. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar
glukosa darah normal.
A. Perencanaan Makan atau Diet menurut Sudoyo, dkk (2007 : hal.1864) :
Perencanaan diet ini pada prinsipnya adalah melakukan pengaturan
pola makan yang didasarkan pada status gizi dan melakukan modifikasi
diet berdasarkan kebutuhan individual. Tujuan dari penatalaksanaan diet
adalah untuk menurunkan BB, menurunkan kadar glukosa darah,
memperbaiki profil lipid, dan meningkatkan sensitivitas reseptor insulin.
Jenis bahan makananya yaitu :
a. Karbohidrat
Sebagai sumber energi, jumlah karbohidrat yang diberikan pada
penderita DM tidak boleh melebihi dari 55-65% dari total kebutuhan
energi sehari.
b. Protein
Jumlah kebutuhan protein yang diberikan sekitar 10-15% dari total
kalori/ hari.
c. Lemak
Lemak mempunyai kandungan energi sebesar 9 kalori/gram. Lemak
penting untuk membawa vitamin yang larut lemak seperti vitamin A, D,
E, dan K. Pembatasan asupan lemak dapat memperbaiki profil lipid
yang tidak normal.
Contoh standar diet
No Kalori Lemak Protein Karbohidrat
I 1100 30 50 160
II 1300 35 55 195
9
III 1500 40 60 225
IV 1700 45 65 260
V 1900 50 70 300
VI 2100 55 75 325
VII 2300 60 80 350
VIII 2500 65 85 390
B. Latihan Jasmani atau Olahraga
Latihan jasmani untuk penderita DM menurut Atmojo (2001 : hal.645)
Jenis olahraga yang baik untuk penderita DM adalah olahraga yang
memperbaiki kesegaran jasmani. Jenis olahraga harus memenuhi
ketahanan, kekuatan, kelenturan tubuh, keseimbangan, dan ketangkasan.
Jenis olahraga yang dianjurkan antara lain : jalan kaki, jogging, berenang,
bersepeda, berlari, mendayung, golf, tenis, badminton, dan senam
aerobic. Frekuensi latihan bisa dilakukan 3-4 kali dalam seminggu. Jika
memungkinkan latihan olahraga sebaiknya dilakukan 6 kali dalam
seminggu.
Pedoman umum latihan pada DM (ADA, 1999) :
Gunakan alas kaki yang tepat dan bila perlu menggunakan alat
pelindung lainya
Hindari latihan dalam keadaan yang sangat panas & dingin
Periksa kaki setiap hari sesudah latihan
Hindari latihan pada saat pengendalian metabolik buruk.
C. Pemberian Obat-obatan
a. Obat-Obatan Oral
Obat-obat oral untuk DM menurut Atmojo (2001: hal. 651) :
1) Golongan Sulfonilurea
Obat golongan ini bekerja dengan menstimulasi sel beta pankreas
untuk melepaskan insulin yang tersimpan. Golongan ini tidak
dipakai pada IDDM karena obat ini bekerja menurunkan glukosa
darah.
10
2) Golongan Biguanid
Saat ini golongan biguanid yang masih dipakai adalah metformin.
Metformin menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya
terhadap kerja insulin pada tingkat seluler, distal dari reseptor
insulin, serta efeknya menurunkan glukosa hati.
3) Alfa glukosidase Inhibitor
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja insulin alfa
glukosidase di dalam saluran cerna sehingga dengan demikian
dapat menurunkan kadar glukosa darah.
4) Insulin Sensitzing Agent
Golongan obat ini bekerja meningkatkan glukosa disposal pada sel
dan mengurangi produksioleh hati.
b. Insulin
Pemberian teraphy insulin menurut Smeltzer (2202 : hal. 1237) :
Hormon insulin disekresikan oleh sel-sel beta pulau Langherhans.
Hormon ini bekerja untuk menurunkan kadar glukosa darah.
Penyuntikan insulin biasanya dilakukan dua kali sehari untuk
mengendalikan kadar glukosa setelah makan.
Kategori pemberian insulin
Lama kerja Agens Awitan Puncak Durasi Indikasi
Short-acting Reguler
(R)
½-1
jam
2-3 jam 4-6
jam
Biasanya
diberikan 20-
30 menit
sebelum
makan
Intermediate
-acting
NPH
(netral
protamin
hagedron)
3-4
jam
4-12
jam
16-20
jam
Biasanya
diberikan
setelah makan
Long-acting Lante (L)
&
6-8
jam
12-16
jam
20-30
jam
Digunakan
terutama untuk
11
Ultralante
(UL)
mengendalika
n kadar
glukosa darah
puasa.
D. Pendidikan
Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang memerlukan perilaku
penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Karena diet, aktifitas
fisik, stress fisik, dan emosional dapat mempengaruhi pengendalian DM,
maka pasien harus belajar mengatur berbagai hal. Pasien bukan hanya
harus belajar keterampilan untuk merawat diri, tapi juga harus memiliki
perilaku preventif.
E. Pemantauan Gula Darah & Keton secara mandiri
Dengan melakukan pemantauan kadar gula darah secara mandiri,
penderita kini dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar gula
darah secara optimal. Cara ini memungkinkan deteksi dan pencegahan
hypoglikemik & hyperglikemik.
VIII. KOMPLIKASI
Komplikasi Diabetes Mellitus adalah sebagai berikut (Smeltzer, 2002) :
a. Komplikasi Akut
1. Reaksi hipoglikemik
Hipoglikemia secara harfiah diartikan kadar glukosa darah di bawah
harga normal. Pada pasien dibetes, hipoglikemia dapat timbul
karena peningkatan kadar insulin yang kurang tepat, baik sesudah
penyuntikan insulin subkutan atau karena obat yang meningkatkan
sekresi insulin. Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul
akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda: rasa lapar,
gemetar, keringat dingin, pusing. Jika keadaan ini tidak segera
diobati, penderita dapat menjadi koma. Karena koma pada
12
penderita disebabkan oleh kekurangan glukosa di dalam darah,
maka koma disebut “Koma Hipoglikemik”.
2. Koma hiperosmolar hiperglikemik non-ketotik ( HHNK )
Adalah suatu sindrom yang ditandai dehidrasi berat, hiperglikemia
berat, dan sering kali disertai gangguan neurologis dengan atau
tanpa adanya ketosis. HHNK biasanya terjadi pada orangtua
dengan dibetes, yang mempunyai penyakit penyerta yang
mengakibatkan penurunan asupan makanan. Faktor pencetus
dapat dibagi menjadi enam kategori : infeksi, pengobatan,
noncompliance, DM tidak terdiagnosis, penyalahgunaan obat dan
penyakit penyerta. Keluhan pada pasien dengan HHNK terutama
ialah : rasa lemah, gangguan penglihatan, atau kaki kejang, dapat
pula ditemukan mual dan muntah (Soewondo, 2006).
3. Diabetes Ketoasidosis
Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata. Ada 3 gambaran klinis yang penting pada
diabetes ketoasidosis :
Dehidrasi
Kehilangan elektrolit
Asidosis
Peningkatan jumlah glukosa dalam darah yang tidak terkendali
menyebabkan ginjal mengekskresikan glukosa bersamaan dengan
air dan elektrolit (Na, K) sehingga menyebabkan poliuria, dehidrasi,
dan polidipsi.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak
menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak akan diubah
menjadi badan keton oleh hati. Badan keton bersifat asam, yang
jika jumlahnya berlebihan dalam darah dapat menyebabkan
asidosis metabolik.
13
Bukti adanya ketoasidosis dicerminkan oleh kadar bikarbonat
serum yang rendah (0-15 mEq/L), pH yang rendah (6,8-7,3), tingkat
PCO2 yang rendah (10-30 mmHg), pernafasan Kussmaul,
akumulasi badan keton (yang mencerminkan asidosis). Tiga
penyebab utama Diabetes Ketoasidosis, yaitu :
Insulin yang tidak diberikan dengan dosis yang dikurangi
Keadaan sakit atau infeksi
Manifestasi pertama pada DM yang terdiagnosis dan tidak
diobati.
b. Komplikasi Kronik
1. Makroangiopati
Adalah komplikasi yang menyebabkan atherosklerosis. Mengenai
pembuluh darah arteri yang lebih besar, mengenai pembuluh darah
besar, pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, dan pembu
luh darah otak. Akibat atherosklerosis antara lain timbul penyakit
jantung koroner, hipertensi, stroke, dan gangren pada kaki
Kewaspadaan harus ditingkatkan untuk mereka yang mempunyai
resiko tinggi terjadinya kelainan atheroskelrosis seperti mereka
yang mempunyai riwayat keluaraga penyakit pembuluh darah
koroner, atau riwayat keluarga dengan DM tipe 2 yang kuat.
2. Mikroangiopati
adalah Komplikasi mikrovaskuler pada pembuluh darah kecil,
diantaranya :
Retinopati diabetika, yaitu kerusakan mata seperti katarak dan
glukoma atau meningkatnya tekanan pada bola mata. Bentuk
kerusakan yang paling sering terjadi adalah bentuk retinopati
yang dapat menyebabkan kebutaan.
Nefropati diabetika, yaitu gangguan ginjal yang diakibatkan
karena penderita menderita diabetes dalam waktu yang cukup
lama. 3) Neuropati diabetika yaitu gangguan sistem syaraf pada
penderita DM. Indera perasa pada kaki dan tangan berkurang
14
disertai dengan kesemutan, perasaan baal atau tebal serta
perasaan seperti terbakar.
IX. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. Edo
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 45 Tahun
Alamat : Malang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Tgl. MRS : 24-10-2012
Diagnosa Medis : DM Tipe II
2. Keluhan Utama : Badan meriang, mual, lemas
seperti kehilangan tenaga, dan pusing-pusing selama 7 hari.
3. Riwayat Penyakit Sekarang : Sering BAK (klien
mengatakan sering minum)
4. Riwayat Penyakit Dahulu : -
5. Riwayat Penyakit Keluarga : -
6. Pola Kebiasaan : Kegiatan sehari-hari hanya
duduk-duduk didepan TV sambil makan-makanan kecil.
Seluruh pekerjaan rumah tangga dikerjakan oleh pembantu.
Klien juga mengatakan pola makanya bagus, karena sering
makan & minum.
7. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran Umum : Sadar, GCS 4,5,6
Penginderaan
Mata :
Mulut :
Hidung :
Telinga :
Lidah :
15
Respirasi (RR) : 20x/menit
Kardiovaskuler
TD : 130/89 mmHg
N : 90x/menit
S : 37,6 C
GI : Mual
Urogenital : Sering BAK & sering minum
Integumen :
Muskuloskeletal
BB : 85 kg
TB : 157 cm
Endokrin :
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium : GDS 280 mg/dl
(n=<200 mg/dl)
B. Pengelompokan Data
Subjektif Objektif
Ny. Edo, 45 th
Badan terasa meriang
Mual
Lemas, seperti
kehilangan tenaga
Pusing-pusing selama 7
hari terakhir
Suka makan-makanan
kecil
Sering makan & minum
+ banyak BAK
Tidak beraktifitas
maksimal
TD : 130/89 mmHg
N : 90x/menit
RR : 20x/menit
S : 37,6 C
BB : 85 kg
TB : 157 cm
GDS : 280 mg/dl
C. Analisa Data
16
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
D.
17
N
o
Data Etiologi M.Keperawatan
1 DS :
Suka
makan-
makanan
kecil
Sering
makan &
minum +
banyak
BAK
Tidak
beraktifita
s
maksimal
DO :
BB : 85 kg
TB : 157
cm
GDS :
280mg/dl
Etiologi+faktor
resiko
Sel beta pankreas
rusak
Prod.insulin turun
Glukagon
meningkat
Hiperglikemi
Hiperosmolalitas
Kalori keluar
Rasa lapar
Polifagi
Nutrisi berlebih
Peningkatan BB
Nutrisi >
kebutuhan
Ketidakseimbangan
nutrisi lebih dari
kebutuhan tubuh
b.d intake nutrisi
berlebih
2 DS :
Badan
terasa
meriang
Mual
Lemas
seperti
kehilanga
n tenaga
DO :
TD :
130/89
Etiologi+faktor
resiko
Sel beta pankreas
rusak
Prod.insulin turun
Glukagon
meningkat
Ketidakberdayaan
b.d penyakit jangka
panjang
1. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d
intake nutrisi yang berlebih
2. Ketidakberdayaan b.d penyakit jangka panjang
3. Defisit pengetahuan b.d kurangnya sumber informasi yang
adekuat
E. Rencana Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d
intake nutrisi yang berlebih
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama
3x24 jam asupan nutrisi seimbang sesuai dengan kebutuhan
tubuh.
Kriteria hasil :
- klien mengungkapkan pentingnya penurunan berat badan
b/d control glukosa darah
- mengikuti rencana diet yang diberikan
Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Klien mengungkapkan
pentingnya penurunan
berat badan b/d control
glukosa darah
mengikuti rencana diet
yang diberikan
1. jelaskan pentingnya
mematuhi diet dan
program latihan
yang dianjurkan.
2. Tingkatkan
kesadaran klien
tentang bagaimana
berat badan
dipengaruhi oleh
keseimbangan
antara masukan dan
aktivitas.
3. Bantu klien
mengembangkan
program penurunan
berat badan yang
1. Terapi diet
dan latihan
penting untuk
pengobatan
diabetes
2. Tujuan
penurunan
berat badan
dapat dicapai
dengan
kesadaran
klien untuk
menurunkan
berat badan
yang tinggi
3. Meningkatkan
18
aman.
4. Ajarkan pentingnya
pencapaian dan
memelihara berat
badan normal.
5. Ajarkan latihan
khusus untuk klien
DM.
6. Kolaborasi :
- Pemberian obat-
obatan
- Pemeriksaan lab
meliputi glukosa
serum.
keberhasilan.
4. Klien obesitas
mempunyai
reseptor
insulin yang
sedikit.
Penurunan
BB membuat
insulin lebih
efektif.
5. Membantu
menurunkan
glukosa
dalam darah.
6. –
menurunkan
kadar glukosa
- Menilai
tingkat/ka
dar
glukosa
dalam
tubuh.
2. Deficit pengetahuan b/d kutangnya informasi
Tujuan : setelah dilakukan askep selama 2x24 jam
pengetahuan klien bertambah dank lien dapat
mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
Kriteria hasil Intervensi Rasional
Klien dapat
menjelaskan
pengertian,
Mandiri :
1. Ciptakan lingkungan
saling percaya
1. Menanggapi dan
memperhatikan
perlu diciptakan
19
tanda dan gejala,
faktor penyebab
DM
Klien
berpartisipasi
selama dalam
perawatan dan
mengikuti
program
pengobatan
Klien mampu
melakukan
perawatan dan
pencegahan DM.
dengan
mendengarkan
penuh perhatian
tentang keluhan
klien dan selalu ada
untuk klien
2. Berikan informasi
mengenai
pengertian,
penyebab, tanda
dan gejala.
3. Demonstrasikan
cara pemeriksaan
gula darah dengan
menggunakan “
finger Stick “ dan
beri kesempatan
klien untuk
mendemonstrasikan
kembali.
Instruksikan pasien
untuk pemeriksaan
keton urinnya jika
glukosa darah lebih
tinggi dari 250
mg/dL
4. Tekankan
pentingnya
mempertahankan
pemeriksaan gula
darah setiap hari,
waktu dan dosis
obat, diet, aktivitas,
perasaan/sensasi,
sebelum pasien
bersedia
mengambil bagian
dalam proses
belajar.
2. Kebutuhan dan
rekomendasi akan
berbeda sesuai
dengan tipe DM
dan situasi individu
3. Melakukan
pemeriksaan gula
darah oleh sendiri
4 kali atau lebih
dalam setiap
harinya
memungkinkan
fleksibilits dalam
perawatan diri,
meningkatkan
control kadar gula
darah dengan lebih
ketat ( mis : 60-150
mg/dL ) dan dapat
mencegah/mengur
angi
perkembangan
komplikasi jangka
panang.
4. Membantu dalam
menciptakan
gambaran nyata
dari keadaan
pasien untuk
20
dan peristiwa dalam
hidup.
5. Diskusikan faktor-
faktor yang
memegng peranan
dalam control DM
tsb, seperti latihan
( Aerobik Vs
Isometrik ), stress,
pembedahan dan
penyakit tertentu.
Lihat kembali aturan
“ Sick Day “
6. Tinjau ulang
pengaruh rokok
pada penggunaan
insulin. Anjurkan
pasien untuk
menghentikan rokok
jika klien merokok
7. Buat jadwal
latihan/aktivitas yang
teratur dan
identifikasi
hubungan dnegan
penggunaan insulin
yang perlu mennjadi
perhatian.
melakukan control
penyakitnya
dengan ebih baik
dan meningkatkan
perawatan diri/
kemandiriannya.
5. Informasi ini akan
meningkatkan
pengendalian
terhadap DM dan
dapat sangat
menurunkan
berulangnya
kejadian
ketoasidosis.
catatan : latiha
aerobic seperti
bejalan, berenang
meningktakan
keefektifan
penggunaan insulin
yang menurunkan
kadar gula darah
dan memperkuat
system
kardiovaskular.
6. Nikotin
mengkonstriksi
pembuluh darah
kecil dan absorbs
insulin diperlambat
selama pembuluh
darah ini
mengalami
21
konstriksi
7. Waktu latihan tidak
boleh bersamaan
waktunya dengan
kerja puncak
insulin untuk
mem=ncegah
percepatan
pengambilan
insulin.
3. Ketidakberdayaan b/d penyakit jangka panjang
Tujuan : setelah dilakukan skep selama 1x24 jam klien dapat
mengakui perasaannya.
Kriteria hasil Intervensi Rasional
Mengidentifikasikan
cara sehat untuk
menghadapi
perasaan
Membantu dalam
melaksanakan
perawatanya sendiri
dan secara mandiri
mengambil tanggung
jawab untuk aktivitas
perawatan diri.
1. Anjurkan
pasien atau
keluarga untuk
mengekspresik
an
perasaannyate
ntang
perawatan di
rumah sakit
dan
penyakitnnya.
2. Twntukan
tujuan/harapan
dari pasien/
keluarga
3. Berikan
dukungan pada
pasien untuk
1. Mengidentifikasi are
perhatiannya dan
memudahkan cara
pemecahan
masalah.
2. Harapan yang tidak
realistis/adanya
tekanan dari orang
lain dapat
mengakibatkan
perasaan frustasi
3. Meningkatkan
perasaan control
terhadap situasi
4. Untuk menentukan
terhdap tujuan
penganganan
5. Meningkatkan
22
ikut berperan
serta dalam
perawatan diri
sendriri dan
berikan umpan
balik positif
4. Kaji cara
pasien dalam
menangani
masalah
5. Berikan
kesempatan
pada keluarga
untuk
mengekspresik
an
perhatiannya
6. Anjurkan
pasien untuk
membuat
keputusan
sehubungan
dengan
perawatannya.
perasaan terlibat
kelurga untuk
memecahkan
masalah
6. Mengomunikasikan
kepada pasien
bahwa beberapa
pengendalian dapat
dialihkan pada saat
perawtan dilakukan.
Peran Perawat
1. Edukasi pada pasien DM :
Pengetahuan tentang patofisiologi Dm
Komplikasi dan pencegahan komplikasi
Diet
Olahraga
OHO dan Insulin
23
Perawatan kaki dan follow up care
Penanganan hipo dan hiperglikemia
Pemeriksaan gula darah mandir
Perawatan dikala sakit
2. Megatur pola makan pasien :
Pemberian kalori sesuai kebutuhan
Menghindari konsumsi gula berlebihan
Mengurangi konsumsi lemak
Memperbanyak konsusi serat
Mengurangin konsumsi garam jika pasien hiepertensi
3. Olahraga teratur 3-4 kali/minggu selama 30 menit. Olahraga yang bisa
dilakukan seperti jalan kaki, jogging, renang, dll ( aerobic )
4. Pencegahan komplikasi
Mengatur jumlah karbohidrat dengan hati-hati
Menurunkan berat badan jika diperlukan
Cukup istrahat
Aktif olahraga
Pantau gula darah setiap hari
Manajemen stress
Perawatan luka, pembengkakan, lebam
Berhenti merokok
Mangatur jadwal control ke dokter
Makan makanan yang bergizi
24
REFERENCES
Arjatmo Tjokonegoro. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terparu. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI
Nanda Inernational. 2012. Diagnosis Keperawatan dan Klasifikasi 2014. Jakarta :
EGC
Price & Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Sjaifoellah H.M, dkk. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 6. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Smeltzer, Suzanne C, Brenda 6 Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah
Brunner and Suddarth. Ed 8. Jakarta : EGC
Sujono & Sukarmin. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu
Wlikinson, Judith. 2007. Buku Saku Diagnosisi Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Krieteria HAsil NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC
Corwin, J Elizabeth, 2001. Patofisiologi. Jakarta : EGC
25
Fauci, Anthony S. braunwald, Eugene. Kasper, Dennis L. hauser, Stephen L.
Harrison’s. principle of Internal Medicine. 17th Edition. The Mc Grow Hill Companies.
2008
26