debu kapas.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    1/73

    1

    PENGARUH PAPARAN DEBU KAPAS TERHADAP KAPASITAS

    FUNGSI PARU PEKERJA DI PERUSAHAAN KASUR KAPUK X

    SUKOHARJO

    SKRIPSI

    Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Diploma IVUntuk mencapai gelar Sarjana Saint Terapan

    Oleh:Wiwin Isma Indah

    NIM. R0207059

    PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    Surakarta

    2011

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    2/73

    2

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    3/73

    3

    PERNYATAAN

    Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

    diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

    sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

    ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara yang secara tertulis diacu

    dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustakaan.

    Surakarta, Juli 2011

    Wiwin Isma Indah

    NIM. R0207059

    iii

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    4/73

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    5/73

    5

    ABSTRACT

    Effect of Exposure to Cotton Dust Capacity Against Lung Function WorkersIn Caton Mattress Company X

    Sukoharjo

    Wiwin Isma Indah1, Lusi Ismayenti 2, Agus Widiyatmo 3.

    Objectives: To determine the influence of Exposure to Cotton Dust Capacity

    Against Workers Lung Function in Company X Sukoharjo Mattress Cotton.

    Methods: This study used observational analytical method with cross sectional

    approach. Sampling technique used was purposive sampling so that the populationfrom which research subjects are numbered 30 people. Data retrieval capacity of

    lung function using a spirometer type Autospiro AS-300 to investigate thecharacteristics of lung function capacity of respondents. Processing techniques

    and data analysis performed by chi-square statistical test using the computer

    program SPSS version 16.0.

    Research : The results of the analysis with the chi square test on the Test Effects

    Of Exposure to Cotton Dust Capacity Workers Lung Function In Kapok Mattress

    Company X Sukoharjo that the p-value of 0.031 or less than 0.05 (p

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    6/73

    6

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahirobbil alamin penulis panjatkan kepada Allah SWT yang

    telah memberikan karunia dan nikmat-Nya yang tak terkira berupa kemudahan

    kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.

    Shalawat dan salam penulis persembahkan bagi junjungan kita Rasulullah

    Muhammad SAW beserta Ahlul Bait-nya, yang telah rela mengorbankan jiwa,

    raga dan seluruh hidupnya demi menegakkan dinnullah sebagai ajaran yang

    merupakan penerangan bagi kehidupan manusia di seluruh alam ini.

    Skripsi ini berjudul Pengaruh Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas

    Fungsi Paru Pekerja Di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo . Penyusunan

    skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana

    Saint Terapan di Program Studi D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran

    Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    Dalam penyelesaian penelitian sampai dengan tersusunnya skripsi ini,

    dengan rasa rendah hati disampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya

    kepada:

    1. Bapak Prof. H. A.A. Subiyanto, dr., MS, Dr selaku Dekan Fakultas Kedoteran

    Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

    2. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp. Ok selaku Ketua Program D.IV

    Kesehatan Kerja Fakultas Kedoteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta

    (periode lama).

    3. Ibu Dra. Ipop Sjarifah,M.si selaku Ketua Program D.IV Kesehatan Kerja

    Fakultas Kedoteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta (periode baru).

    4. Ibu Lusi Ismayenti,ST.,M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan

    bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

    5. Bapak Agus Widiyatmo,SE,M.Kes selaku pembimbing II yang telah

    memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

    6. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes selaku penguji yang telah memberikanmasukan dalam skripsi ini.

    vi

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    7/73

    7

    7. Bapak Sumadi selaku pemilik perusahaan yang telah memberikan izin dan

    semua tenaga kerja di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo yang telah

    membantu dalam penelitian ini.

    8. Bapak dan Ibunda tercinta yang telah berkorban begitu banyak, baik materiil

    maupun spiritual. Terimakasih atas dorongan dan doa restunya, maaf bila

    anakmu ini belum bisa di banggakan.

    9. Adik dan kakakku Nina, mas Hendrik (terimakasih doa kalian teruslah

    berusaha menjadi yang terbaik), terimakasih buat mas Anton, semangatku

    untuk selalu menjadi lebih baik dan yang selalu memberikan support serta

    doa, yang membuat setiap hal menjadi lebih berharga (sukses dan selalu

    menjadi yang terbaik ya thayank). Dan Anakku Gita yang cantik yang selama

    ini telah memberikan spirit serta semangat dalam mengerjakan penelitian ini.

    10.Semua pihak yang telah membantu baik moril maupun material, yang tidak

    bisa penulis sebutkan satu persatu sehingga terselasaikannya Skripsi ini.

    Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan saran

    dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian. Semoga skripsi ini bisa

    bermanfaat bagi civitas akademika Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas

    Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, untuk menambah wawasan ilmu

    di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

    Surakarta, Juli 2011

    Wiwin Isma Indah

    vii

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    8/73

    8

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

    PERNYATAAN ........................................................................................... iii

    ABSTRAK ................................................................................................... iv

    ABSTRACT ................................................................................................. v

    KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

    DAFTAR ISI ................................................................................................ viii

    DAFTAR TABEL ........................................................................................ x

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1

    B. Perumusan Masalah ............................................................... 6

    C. Tujuan Penelitian ................................................................... 6

    D. Manfaat Penelitian ................................................................. 7

    BAB II. LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka.................................................................... 9

    B. Kerangka Pemikiran .............................................................. 31

    C. Hipotesis ................................................................................ 32

    BAB III. METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian....................................................................... 33

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 33

    C. Populasi ................................................................................ 33

    D. Teknik Sampling .................................................................... 34

    E. Sampel Penelitian ................................................................... 34

    F. Identifikasi Variabel ............................................................... 35

    G. Definisi Operasional Variabel ................................................ 36

    H. desain Penelitian ................................................................... 38

    viii

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    9/73

    9

    BAB IV. HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Perusahaan ................................................ 47

    B. Karakteristik Responden ....................................................... 49

    C. Paparan Debu ........................................................................ 50

    D. Kapasitas Fungsi Paru ............................................................ 51

    E. Analisa Data Paparan Debu dan Kapasitas Fungsi Paru .......... 53

    BAB V. PEMBAHASAN

    A. Analisis Univariat .................................................................. 55

    B. Analisis Bivariat .................................................................... 58

    BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ............................................................................ 61

    B. Saran ...................................................................................... 61

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 63

    LAMPIRAN

    ix

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    10/73

    10

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4 Distribusi Frekuensi Umur Responden ......................................... 49

    Tabel 5 Distribusi Masa Kerja Responden ................................................ 50

    Tabel 6 Data Pengukuran Kadar Debu ....................................................... 51

    Tabel 7 Data Pengukuran Kapasitas Fungsi Paru ...................................... 52

    x

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    11/73

    11

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 31

    Gambar 2 Desain Penelitian .......................................................................... 38

    Gambar 3 Spirometri dan Personal Dust Sampler .......................................... 70

    xi

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    12/73

    12

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Perkembangan industri di indonesia telah berkembang sejak tahun

    1970-an. Kemajuan dan perkembangan industri tekstil telah mempunyai

    dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya adalah untuk

    pemenuhan kebutuhan sandang di indonesia serta membuka lapangan

    pekerjaan. Sedangkan dampak negatifnya adalah pengaruh dampak

    lingkungan bagi pekerja itu sendiri ataupun penduduk disekitarnya (Windarto,

    2004)

    Pada era globalisasi ini, Indonesia ditantang untuk memasuki

    perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor

    industri akan bertambah sejalan dengan pertambahan industri. Dengan

    pertambahan tersebut, maka konsekuensi permasalahan industri juga semakin

    kompleks, termasuk masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pada

    tiga dasawarsa yang lalu, penyakit paru masih didominasi oleh penyakit

    infeksi, khususnya tuberkulosis, pneumoni, bronkiektasis, empiema, abses

    paru dan lain-lain. Namun perkembangan yang sangat pesat disegala sektor

    saat ini telah mengubah pola penyakit yang ada. Berbagai faktor yang

    berperan terhadap pola penyakit pernafasan tersebut antara lain:

    perkembangan sektor industri yang bertanggung jawab terhadap terjadi polusi

    1

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    13/73

    13

    udara, meningkatnya produksi rokok, urbanisasi, dan krisis ekonomi. Keadaan

    ini menyebabkan meningkatnya frekuensi penyakit pernafasan yang tidak ada

    kaitannya dengan infeksi, antara lain : asma, bronkitis kronis, penyakit akibat

    pencemaran lingkungan, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), kanker paru

    dan lain-lain (Irwanashari, 2009).

    Perubahan yang cepat dalam masyarakat indonesia sebagai

    konsekuensi perkembangan ekonomi, menyebabkan perubahan orientasi

    kesehatan dari infeksi ke golongan penyakit denegeratif. Salah satu penyakit

    non-infeksi yang tergolong penyakit denegeratif yang merupakan masalah

    masa kini dan diperkirakan terlebih lagi dimasa depan, adalah penyakit akibat

    atau berhubungan dengan pernapasan. Penyakit paru akibat kerja adalah

    semua kelainan/penyakit paru yang disebabkan oleh pekerjaan dan atau

    lingkungan kerja (Anies, 2005).

    Penyakit paru dapat berupa peradangan, penimbunan debu,

    fibrosis, tumor, dan lain sebagainya. Saluran pernapasan merupakan salah satu

    bagian yang paling mudah terpapar oleh bahan-bahan yang merugikan yang

    terdapat di lingkungan. Bahan-bahan tersebut salah satunya yang

    menimbulkan pneumokoniosis, yaitu segolongan penyakit yang disebabkan

    oleh penimbunan debu-debu dalam paru-paru. Tergantung dari jenis debu

    yang ditimbun (Suma mur, 2009).

    Bila penyakit paru akibat kerja telah terjadi, umumnya tidak ada

    pengobatan yang spesifik dan efektif untuk menyembuhkanya. Gejalanya

    biasanya timbul apabila penyakit sudah lanjut. Pada penyakit paru akibat kerja

    2

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    14/73

    14

    pada umumnya hanya bersifat simtomatis yaitu mengurangi gejala dan

    keluhan penderita.

    Debu kapas yang terhirup oleh tenaga kerja dapat menimbulkan

    kelainan fungsi atau kapasitas paru. Kelainan tersebut terjadi akibat rusaknya

    jaringan paru-paru yang dapat berpengaruh terhadap produktifitas dan kualitas

    kerja. Debu campuran mengakibatkan penyakit paru pada tenaga kerja yang

    disebut dengan penyakit paru akibat kerja oleh karena disebabkan oleh

    pekerjaan atau faktor lingkungan kerja. Penyakit demikian sering disebut juga

    penyakit buatan manusia, oleh karena timbulnya disebabkan oleh adanya

    pekerjaan (Irwanashari, 2009).

    Debu yang sering terhirup oleh tenaga kerja salah satunya adalah

    debu kapas. Debu kapas yang terhirup oleh tenaga kerja dapat menimbulkan

    kelainan fungsi atau kapasitas paru. Kelainan tersebut terjadi akibat rusaknya

    jaringan paru-paru yang dapat berpengaruh terhadap produktifitas dan kualitas

    kerja. Debu campuran mengakibatkan penyakit paru pada tenaga kerja yang

    disebut dengan penyakit paru akibat kerja oleh karena disebabkan oleh

    pekerjaan atau faktor lingkungan kerja. Penyakit demikian sering disebut juga

    penyakit buatan manusia, oleh karena timbulnya disebabkan oleh adanya

    pekerjaan (Irwanashari, 2009).

    Berbagai faktor berpengaruh terhadaap timbulnya penyakit atau

    gangguan pada saluran pernafasan akibat debu. Faktor itu antara lain adalah

    faktor debu yang meliputi ukuran partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut dan

    3

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    15/73

    15

    sifat kimiawi dan lama paparan. Faktor individual meliputi mekanisme

    pertahanan paru, anatomi dan fisiologi saluran pernafasan (Wardhana, 2001).

    Kondisi kualitas udara lingkungan kerja itu merupakan faktor

    lingkungan kerja yang dapat ikut berperan dalam hal kesehatan kerja. Pada

    pemintalan kapas, paparan debu dapat menimbulkan berbagai penyakit akibat

    kerja yaitu gangguan fungsi paru dan kecacatan. Hal ini sejalan dengan yang

    dikemukakan oleh (Mukono, 2000) bahwa tempat penyarapan utama bagi

    toksikan adalah saluran pernafasan, paru ataupun iritasi mata dimana absorbsi

    toksikan di paru biasanya berupa gas dan partikel .

    Faktor pencemar lain pada industri yakni debu kapas akan

    mempengaruhi derajat kesehatan tenaga kerja. Pada lingkungan industri kasur

    kapuk sering dijumpai penyakit byssinosis. Penyakit ini adalah penyakit yang

    disebabkan oleh penimbunan kapas pada paru. Gejala klinis penyakit

    byssinosisini berbeda-beda, tergantung dari jumlah timbunan debu pada kapas,

    secara teoritis jika seseorang terpapar debu kapas dalam waktu yang lama akan

    terganggu kesehatanya. Salah satu parameter untuk mengetahui keadaan

    kesehatan para pekerja yang berhubungan dengan proses pernapasan adalah

    kapasitas paru. Dalam melakukan proses produksi, kadar debu kapas total yang

    dihasilkan tidak boleh lebih dari Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu 0,2 mg/m3

    serat yang respirabel menurut SNI 19-0232-2005 tentang Nilai Ambang Batas

    zat kimia di udara tempat kerja ( Novan, 2009).

    Berdasarkan peneliti terdahulu yang dilakukan oleh Sufya Akun

    sari (2010) tentang Hubungan Paparan Debu Kapas Terhadap Penurunan

    4

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    16/73

    16

    Kapasitas Fungsi Paru Tenaga Kerja di Unit Spinning PT. Dan Liris Sukoharjo.

    Berdasarkan analisis data, didapatkan besarnya probabilitas sebesar 0,768

    mg/m3 yang telah melebihi Nilai Ambang Batas dan didapatkan hasil p hitung

    sebesar 0,009 yang artinya ada Hubungan yang cukup kuat antara variabel.

    Selain penelitian tersebut ada penelitian yang lain yang dilakukan oleh peneliti

    terdahulu yaitu oleh Sigit Fajar Suryanto (2009), tentang Hubungan Paparan

    Debu Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja Di Perusahaan Jamu Sabdo

    Palon Kecamatan Nguter Sukoharjo, didapatkan hasil p hitung sebesar 0,022

    yang artinya p hitung signifikan karena

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    17/73

    17

    susah tidur, sehingga saat bekerja mengakibatkan penurunan konsentrasi,

    ketidaknyamanan dalam bekerja, kesalahan saat melakukan pengisian kapuk,

    pekerjaan yang berulang-ulang mengakibatkan pekerja terpajan debu kapas

    setiap hari, hal tersebut dapat mengakibatkan gangguan pernafasan, pekerja

    juga mengalami rangsangan-rangsangan atau reaksi alergi dari pekerja terhadap

    debu kapas di tempat kerja. Dilihat dari gejala yang muncul, hal tersebut

    merupakan ciri-ciri dari debu kapas, yang akhirnya dapat berpengaruh terhadap

    gangguan paru pekerja.

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan

    penelitian mengenai Pengaruh Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas

    Fungsi Paru Pekerja di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.

    B. Perumusan Masalah

    Adakah Pengaruh Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi

    Paru Pekerja di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui Pengaruh Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas

    Fungsi Paru Pekerja di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.

    2. Tujuan Khusus

    a. Untuk menilai kadar debu lingkungan unit Pengisian Kasur Kapuk

    Perusahaan Kasur X Sukoharjo.

    6

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    18/73

    18

    b. Untuk menilai keadaan fungsi paru dari tenaga kerja wanita unit

    Pengisian Kasur di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.

    D.Manfaat Penelitian.

    a. Teoritis

    Diharapkan sebagai pembuktian bahwa paparan debu kapas dapat

    mempengaruhi kapasitas fungsi paru pekerja di Perusahaan Kasur

    Kapuk X Sukoharjo.

    b. Aplikatif

    1. Bagi Ilmu Pengetahuan

    Menambah wacana kepustakaan keilmuan tentang teori-teori

    pengaruh paparan debu kapas dan gangguan fungsi paru tenaga

    kerja khususnya tentang Pengaruh Paparan Debu Kapas Terhadap

    Kapasitas Fungsi Paru Tenaga Kerja di Bagian Pengisian Kasur

    Kapuk X Sukoharjo.

    2. Bagi Peneliti

    Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang Pengaruh

    Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Tenaga

    Kerja di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.

    3. Bagi Program D.IV Kesehatan Kerja

    Menambah referensi, data dan informasi di kepustakaan

    Program D.IV Kesehatan Kerja khususnya Pengaruh Paparan

    7

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    19/73

    19

    Debu kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja di Perusahaan

    Kasur Kapuk X Sukoharjo.

    4. Bagi Perusahaan kasur Kapuk X Sukoharjo,

    a. Menambah pengetahuan dan pengertian Pengaruh Paparan

    Debu Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja di

    Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.

    b. Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan

    bagi perusahaan itu sendiri untuk mengambil tindakan

    pengendalian, langkah kebijakan dalam menunjang

    pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja dan

    perusahaan dapat melakukan pencegahan untuk timbulnya

    penyakit atau mengurangi perkembangan penyakit-penyakit

    yang telah terjadi, sehingga dapat meningkatkan efisiensi

    kerja, produktifitas kerja dan derajat kesehatan tenaga kerja

    secara optimal.

    8

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    20/73

    20

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka

    1. Debu Kapas

    a. Pengertian Debu

    Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut

    sebagai partikel yang melayang di udara (Suspended Particulate

    Matter / SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500 mikron.

    Dalam Kasus Pencemaran udara baik dalam maupun di ruang gedung

    (Indoor and Out Door Pollution) debu sering dijadikan salah satu

    indikator pencemaran yang digunakan untuk menunjukan tingkat

    bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan dan

    keselamatan kerja (Pujiastuti, 2002).

    b. Pengertian debu Kapas

    Debu kapas termasuk debu organik yang mengandung unsur

    karbon yang bersifat sebagaifibrosispada paru, selain itu debu kapas

    tergolong sebagai suspended particulate matter yaitu debu yang

    berada di udara dan tidak mudah mengendap. Debu kapas yang

    mengakibatkan penyakitbyssinosisadalah penyakit paru akibat kerja

    yang penyebabnya penghirupan debu kapas, vias, henep, atau sisal.

    Melihat luas dan besar kemungkinan penghirupan aneka debu

    penyebab bissinosis tersebut debu kapas terutama menempati posisi

    9

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    21/73

    21

    terpenting mengingat banyaknya pabrik yang beroperasi dengan

    jumlah pekerja yang cukup banyak. Masa inkubasi rata-rata terpendek

    adalah 5 tahun (Suma mur , 2009).

    Beberapa ukuran debu kapas, antara lain :

    1)Ukuran 5-10 mikron : ditahan di saluran nafas bagian atas

    (gangguan pharyngitis).

    2)Ukuran 3-5 mikron : ditahan di saluran nafas bagian tengah (asma

    bronchitis).

    3)Ukuran 1-3 mikron : mengendap pada alveoli (pneumokoniosis).

    4)Ukuran 0,1-1 mikron : tidak mudah mengendap, hinggap di

    permukaan alveoli.

    5)Ukuran

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    22/73

    22

    c. Dampak Debu Kapas Terhadap Kesehatan

    Bahan yang dapat merusak struktur anatomis dan atau

    mengubah fungsi organ tubuh dapat berasal dari bahan baku, hasil

    produksi, produksi sampingan atau limbah. Hal tersebut dapat

    digolongkan menjadi tiga yaitu debu organik contohnya debu kapas,

    debu inorganik contohnya debu di pertambangan dan di industri

    logam, dan gas iritan contohnya farmasi (Soetedjo, 2008).

    Salah satu penyakit khusus yang ditimbulkan akibat paparan

    debu kapas dalam industri kapuk adalah Byssinosis. Byssinosis

    adalah penyakit yang tergolong kepada pneumoconiosis yang

    disebabkan oleh debu kapas yang biasa diderita oleh pekerja-pekerja

    yang bekerja pada industri kapuk. Masuknya debu kapas dalam udara

    pernapasan terutama yang berukuran kecil akan mengakibatkan alveoli

    tertutupi oleh timbunan debu kapas tersebut.

    Menurut berat ringanya penyakit, Byssinosis digolongkan ke

    dalam beberapa kelompok yaitu :

    11

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    23/73

    23

    Tabel 1. Tabel Kategori TingkatByssinosis

    No Tingkatan Indikasi1 Tingkat 0 Tidak ada gejala

    2 Tingkat Kadang-kadang berat di dada (chest

    tightness) dan pendek nafas

    (shortness of breath) pada hari

    Senin atau rangsangan pada alat-

    alat pernafasan pada hari-hari Senin

    (hari pertama bekerja sesudah tidak

    bekerja sesudah tidak bekerja 2

    hari).

    3 Tingkat 1 Berat dada atau pendek nafas pada

    hari-hari Senin hampir pada setiapminggu.

    4 Tingkat 2 Berat dada atau sesak napas pada

    hari-hari senin atau hari-hari lainyapada setiap minggu.

    5 Tingkat 3 Byssinosis cacat paru.

    Sumber : Suma mur, 2009.

    Karakteristik penyakit Bissinosis adalah adanya rasa hari Senin

    atau sindrom hari Senin (Monday feelings atau Monday syndrome)

    pada Bissinosis tingkat dini (1/2 dan 1), yaitu keluhan berat di dada

    dan pendek nafas pada hari-hari senin (hari pertama sesudah tidak

    bekerja 2 hari Sabtu dan Minggu), tetapi keluhan tersebut tidak

    dirasakan pada hari-hari lainnya sebagaimana telah dinyatakan,

    sesungguhnya keluhan itu tidak semata-mata untuk hari Senin saja,

    melainkan pada hari-hari yang pekerja baru masuk kembali sesudah

    beberapa hari libur. Di negara yang liburnya jatuh pada hari Jumat, jadi

    bukan hari Minggu, keluhan berat di dada dan pendek nafas demikian

    dirasakan pada hari Sabtu (Suma mur, 2009).

    12

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    24/73

    24

    2. Saluran pernapasan

    a. Anatomi saluran Pernapasan

    Dengan bernapas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan

    oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya.

    Pernapasan adalah proses ganda yaitu terjadinya pertukaran gas di

    dalam jaringan atau pernapasan dalam dan yang terjadi di dalam paru-

    paru bernama pernapasan luar. Organ-organ saluran pernapasan

    manusia antara lain (Pearce, 2006).

    1)Hidung

    Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum

    nasalis)Rongga hidung berlapis selaput lendir, didalamnya terdapat

    kalenjar minyak (kalenjar sabasea) dan kalenjar keringat (kalenjar

    sudorifera).Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang

    masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu , terdapat juga rambut

    pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang

    masuk bersama udara, juga terdapat konka yang mempunyai

    banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang

    masuk.

    2)Faring

    Faring adalah pipa berotot yang berjalan ke dasar

    tengkorak sampai persambungan dengan oesophagus pada

    ketinggian tulang rawan krikoid. Faring dibagi ke dalam tiga

    13

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    25/73

    25

    bagian, nasofaring yang terletak dibagian belakang mulut, dan

    laring/faring yang terletak dibagian belakang laring.

    3)Laring

    Merupakan lanjutan bagian bawah orafaring dan bagian

    atas trakea. Disebalah atas laring, terletak tulang hyoid dan akar

    lidah. Laring dilapisi oleh jenis selaput lendir yang sama dengan

    trakea, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi

    epithelium berlapis.

    4)Trakea

    Trakea atau batang tenggorok kira-kira 9 sentimeter

    panjangnya. Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas

    ephiteliumbersilia dan sel cangkir. Jurusan silia ini bergerak keatas

    dan kearah laring, maka dengan gerakan ini debu dan butir-butir

    halus lainya yang turut masuk bersama dengan saluran napas dan

    dapat dikeluarkan, silia berfungsi menyaring benda-benda asing

    yang masuk ke saluran pernapasan.

    5)Bronkus

    Dua bronkus utama dimulai pada trakea yang bercabang

    dua setiap cabang tersebut masuk ke dalam setiap paru. Bronkus

    utama sebelah kiri lebih sempit, lebih panjang dan lebih horizontal

    daripada bronkus sebelah kanan jantung terletak agak kiri dari garis

    tengah, setiap bronkusdibagi kedalam cabang-cabang, satu cabang

    14

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    26/73

    26

    untuk setiap segmen bronkopulmoner dan kemudian di bagi lagi

    menjadi bronkusyang lebih kecil dalam paru-paru.

    6)Paru-paru

    Paru-paru ada dua merupakan alat pernapasan utama.

    Paru-paru mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri

    dan di tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah.

    Besarnya dan strukur lainya yang terletak di dalam mediastinum.

    b. Fisiologi saluran Pernapasan

    1) Mekanisme Pernapasan

    Mekanisme pernapasan di bagi menjadi dua yaitu:

    a) Kerja Inspirasi

    Kerja Inspirasi atau menarik napas adalah proses aktif yang

    diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi diafragma

    meluaskan rongga dada dari atas sampai ke bawah, yaitu

    vertikal. Penaikan iga-iga dan sternum, yang ditimbulkan

    oleh kontraksi otot interkostalis, meluaskan rongga dada ke

    kedua sisi dan dari belakang kedepan. Paru-paru yang bersifat

    elastik mengembang untuk mengisi ruang yang membesar itu

    dan udara ditarik masuk kedalam saluran udara. Otot

    Interkostal externa diberi peran sebagai otot tambahan, hanya

    bila Inspirasi menjadi gerak sadar (Pearce, 2006).

    15

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    27/73

    27

    b) Kerja Ekspirasi

    Pada Ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengendoran otot

    dan karena paru-paru kempes kembali, disebabkan sifat

    elastik paru-paru itu. Gerakan ini adalah proses pasif.

    Ketika pernapasan sangat kuat, gerakan dada bertambah. Otot

    leher dan bahu membantu menarik iga-iga dan sternum ke

    atas. Otot sebelah belakang dan abdomen juga dibawa

    bergerak dan alae nasi (cuping atau sayap hidung) dapat

    kembang-kempis (Pearce, 2006).

    2) Volume dan Kapasitas Paru

    a)Volume Paru

    Volume paru yang mengembang pada manusia saat bernapas

    normal dibagi menjadi empat yaitu:

    (1) Volume alun napas (tidal) adalah volume udara yang

    diinspirasi/diekspirasi setiap kali bernapas normal

    besarnya kira-kira 500 milimeter pada rata-rata orang

    dewasa muda.

    (2) Volume cadangan inspirasi adalah volume udara yang

    dapat diinspirasi setelah dan diatas volume alun napas

    normal dan biasanya mencapai 3000 milimeter.

    (3) Volume cadangan ekspirasi adalah jumlah udara ekstra

    yang dapat diekspirasi oleh ekspirasi kuat pada akhir

    16

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    28/73

    28

    ekspirasi alun napas normal, jmlah normalnya sekitar

    1100 milimeter.

    (4) Volume residu adalah udara yang masih tetap berada

    pada paru setelah ekspirasi paling kuat, volume ini

    besarnya kira-kira 1200 milimeter.

    b)Kapasitas Fungsi Paru

    Kapasitas fungsi paru merupakan kombinasi atau penyatuan

    dua atau lebih volume paru. Kapasitas fungsi paru dapat

    diuraikan sebagai berikut :

    (1) Kapasitas inspirasi sama dengan volume alur napas

    ditambah volume cadangan inspirasi, ini adalah jumlah

    udara kira-kira 3500 milimeter yang dapat dihirup oleh

    seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan

    engembangan paru sampai jumlah maksimal.

    (2) Kapasitas residu fungsional sama dengan volume

    cadangan ekspirasi ditambah volume residu, ini adalah

    jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir

    ekspirasi normal kira-kira 2300 milimeter.

    (3) Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi

    ditambah volume alun napas dan volume cadangan

    ekspirasi, ini adalah jumlah udara maksimal yang dapat

    dikeluarkan seseorang dari paru,setelah terlebih dahulu

    mengisi paru secara maksimal dan kemudian

    17

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    29/73

    29

    mengeluarkan sebanyak-banyaknya kira-kira 4600

    milimeter.

    (4) Kapasitas paru total adalah volume maksimal dimana

    paru dapat dikembangkan sebesar mungkin dengan

    inspirasi paksa kira-kira 5800 milimeter jumlah ini sama

    dengan kapasitas vital ditambah volume residu.

    (Guyton and Hall, 2008).

    Faktor-faktor utama yang mempengaruhi kapasitas vital

    adalah Compliance paru-paru yaitu hubungan antara

    perubahan tekanan dengan perubahan volume dan aliran

    (Saibullah, 2009).

    Keadaan seperti tuberkolosis,emfisima, kanker,paru

    semuanya dapat menurunkan complaince paru-paru dan

    dengan demikian menurunkan kapasitas vital. Oleh karena itu

    ukuran kapasitas vital merupakan salah satu pengukuran

    terpenting dari semua pengukuran pernapasan klinis untuk

    menilai kemajuan berbagai jenis penyakit. Penurunan

    compliance akan mengakibatkan meningkatnya kerja napas

    (Saibullah, 2009).

    Uji praktis untuk mengukur paparan debu dan serat

    organik seperti debu kapas, dan gangguan dini dapat dideteksi

    dengan uji kapasitas ventilasi seperti kapasitas vital paru-paru

    diukurnya dengan alat spirometer. Pada seorang laki-laki,

    18

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    30/73

    30

    normal 4-5 liter dan pada seorang perempuan, 3-4 liter.

    Kapasitas itu berkurang pada penyakit paru-paru, pada

    penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan

    pada kelemahan otot pernapasan (Pearce, 2006)

    1) Pengukuran Kapasitas Fungsi Paru

    Tes fungsi paru telah berkembang dalam dekade

    terakhir dari spirometer sederhana sampai tes fisiologi

    yang canggih. Spirometer sederhana biasanya memberikan

    informasi yang cukup, sejumlah spirometer komputer

    mampu mengukur dengan tepat selama 1 menit.

    Spirometer sendiri tidak mungkin membuat diagnostik

    spesifik,alat ini dapat menentukan adanya gangguan

    obstruktif dan restriktif dan dapat memberi perkiraan

    dengan kelainan. Pada gangguan obstruktif, spirometer

    memperlihatkan penurunan kecepatan aliran ekspirasi dan

    kapasitas vital normal. Pada penyakit paru restiktif ,

    spirometer biasanya memperlihatkan penurunan kapasitas

    vital dan kecepatan aliran yang normal (Guyton dan Hall,

    2008).

    19

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    31/73

    31

    2) Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Fungsi Paru

    a)Umur

    Usia berhubungan dengan proses penuaan atau bertambahnya

    umur. Semakin tua usia seseorang maka semakin besar

    kemungkinan terjadi kapasitas fungsi paru (Suyono, 2001).

    a. Masa dewasa dini : 20-40 tahun

    b. Masa dewasa madya : 40-60 tahun

    b)Jenis Kelamin

    Jenis kelamin akan mempengaruhi kapasitas parunya,

    karena secara anatomi sudah berbeda. Volume dan kapasitas

    seluruh paru pada wanita kira-kira 20-50 % lebih kecil daripada

    pria. Pengukuran kapasitas fungsi paru pada tenaga kerja laki-

    laki dan wanita yang menunjukkan nilai FVC (Forced Volume

    Capacity) rata-rata tenaga kerja laki-laki adalah 4,7 liter dan

    wanita 3,5 liter.Pengukuran dengan parameter FEV1 (Forced

    Expiratory Volume One) menunjukkan nilai FEV1 rata-rata

    tenaga kerja laki-laki adalah 3,7 liter dan wanita 2,8 liter.

    (Mustajbegovic, 2003).

    c)Masa Kerja

    Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja (pada

    suatu kantor, badan dan sebagainya), Masa kerja adalah

    lamanya seorang tenaga kerja bekerja dalam (tahun) dalam satu

    20

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    32/73

    32

    lingkungan perusahaan, dihitung mulai saat bekerja sampai

    penelitian berlangsung (Solech, 2001).

    Gangguan kronis terjadi akibat pajanan debu ditempat kerja

    yang cukup tinggi dan untuk jangka waktu yang lama yang

    biasanya adalah tahunan. Tidak jarang gejala gangguan fungsi

    paru nampak setelah lebih dari 10 tahun terpajan (Depkes RI,

    2003).

    Masa kerja dapat dikategorikan menjadi dua yaitu :

    a. Masa kerja baru : 5 tahun

    b. Masa kerja lama : > 5 tahun

    d)Riwayat Pekerjaan

    Anamnesis tentang riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan

    dimaksudkan untuk mengetahui kemungkinan salah satu faktor

    di tempat kerja, pada pekerjaan atau lingkungan kerja menjadi

    penyebab penyakit paru akibat kerja. Riwayat pekerjaan harus

    dinyatakan kepada penderita dengan seteliti-telitinya dari

    permulaan sekali sampai dengan waktu terakhir bekerja untuk

    mendapat informasi mengenai kemungkinan faktor pekerjaan

    dan lingkungan kerja menjadi penyebab penyakit paru akibat

    kerja. (Suma mur, 2009).

    Hubungan antara penyakit dengan pekerjaan dapat diduga

    dengan adanya riwayat perbaikan keluhan pada akhir minggu

    atau hari libur diikuti peningkatan keluhan untuk kembali

    21

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    33/73

    33

    bekerja, setelah bekerja di tempat yang baru atau setelah

    digunakan bahan baru di tempat kerja. Riwayat pekerjaan dapat

    menggambarkan apakah pekerja pernah terpapar dengan

    pekerjaan berdebu, hobi, pekerjaan pertama, pekerjaan pada

    musim-musim tertentu dan lain-lain (Ikhsan, 2002).

    e)Kebiasaan Merokok

    Kebiasaan merokok adalah kegiatan dalam menghisap

    rokok lebih dari dua batang perhari, akan mempercepat

    penurunan faal paru. Merokok dapat menyebabkan perubahan

    struktur dan fungsi saluran pernafasan dan jaringan paru.

    Pengaruh asap rokok dapat lebih besar dari pada pengaruh debu

    hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok (Depkes RI,

    2003).

    f) Riwayat Penyakit Paru

    Riwayat penyakit meliputi antara lain awal-mula timbul

    gejala atau tanda sakit, gejala atau tanda sakit dini penyakit,

    perkembangan penyakit, dan terutama penting hubungan antara

    gejala serta tanda sakit paru dengan pekerjaan atau lingkungan

    kerja (Suma mur, 2009).

    g)Status Gizi

    Status gizi dapat mempengaruhi kapasitas paru, orang

    kurus panjang biasanya kapasitas vital paksanya lebih besar dari

    orang gemuk pendek. Salah satu akibat kekurangan zat gizi

    22

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    34/73

    34

    dapat menurunkan sistem imunitasdan antibodi sehingga orang

    mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, diare, dan juga

    berkurangnya kemampuan tubuh untuk melakukan detoksikasi

    terhadap benda asing seperti debu organik yang masuk dalam

    tubuh (Almatsier, 2002). Di indonesia Indeks Masa Tubuh

    (IMT) merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi

    orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan

    kelebihan berat badan.

    Rumus IMT sebagai berikut :

    IMT = BB

    (TB)2

    Keterangan : BB = Berat Badan (Kg)

    TB = Tinggi Badan (m)

    Tabel 2.Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

    Kategori Keterangan IMT

    Kurus Kekurangan BB tkt Berat 18,5-25,0

    Gemuk Kelebihan BB tkt Ringan >25,0-27,0

    Kelebihan BB tkt Berat >27,0

    Sumber : Widya Karya,2004

    23

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    35/73

    35

    h)Kebiasaan Olahraga

    Kapasitas paru dapat dipengaruhi oleh kebiasaan

    seseorang menjalankan olahraga. Berolahraga dapat

    meningkatkan aliran darah melalui paru sehingga banyak

    menyebabkan semua kapiler paru mendapatkan perfusi

    maksimum. Hal ini menyebabkan oksigen dapat berdifusi

    kedalam kapiler paru dengan volume yang lebih besar atau

    maksimum. Olahraga mempunyai sepuluh unsur pokok

    kesegaran jasmani salah satu unsur tersebut adalah fungsi

    pernapasan. Olahraga sebaiknya dilakukan minimal tiga kali

    seminggu (Guyton dan Hall, 2008).

    i) Penggunaan APD (Masker)

    APD adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan

    oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya

    dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan

    kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka,

    2008).

    Alat pelindung pernafasan (Respiratory Protection), APD

    jenis ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari resiko

    paparan gas, uap, debu atau yang bersifat rangsangan, secara

    umum jenis APD yang banyak digunakan di perusahaan-

    perusahaan antara lain adalah masker (Tarwaka, 2008).

    24

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    36/73

    36

    3) Gangguan Fungsi Paru

    Adalah gangguan atau penyakit yang dialami oleh paru-

    paru yang disebabkan oleh berbagai sebab misalnya virus, bakteri,

    debu maupun partikel yang lainya. Penyakit pernapasan yang

    diklasifikasikan karena uji spirometri ada dua macam yaitu

    penyakit yang mnyebabkan gangguan ventilasi obstruktif dan

    penyakit yang menyebabkan ventilasi restriktif (Guyton dan

    Hall,1997) adapun gangguan fungsi paru ada tiga yaitu:

    a) Penyakit paru-paru Obstruktif

    Penurunan kapasitas paru yang diakibatkan oleh penimbunan

    debu sehingga menyebabkan penurunan dan penyumbatan

    saluran napas.

    b)

    Penyakit pernapasanRestriktif

    Penyempitan saluran paru yang diakibatkan oleh bahan yang

    bersifat alergi seperti debu, spora, jamur, yang mengganggu

    saluran pernapasan dan kerusakan jaringan paru-paru.

    c) Penyakit PernapasanMixed

    Kombinasi dari penyakit pernapasan obstruktif dan restriktif.

    Tabel 3 : Kriteria volume paru dengan jenis kelainan :

    % FEV1

    R N

    70 %

    M O

    80 % % FVC

    (Sumber: Ikhsan, 2002)

    25

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    37/73

    37

    Dari hasil perhitungan % FVC dan % FEV1, maka kriteria

    volume paru dengan jenis kelainan adalah sebagai berikut :

    1) N : Normal, tidak ada kelainan dalam paru-paru. Jika % FVC 80

    % dan % FEV1 70 %.

    2) R : Restriktif, kerusakan jaringan paru-paru misalnya : pada

    penderita pneumoni, pneumokoniosis. Jika % FVC < 80 % dan %

    FEV1 70 %.

    3) O : Obstruktif, penyumbatan saluran nafas misalnya : pada

    penderita asma, bronchitis khronis. Jika % FVC 80 % dan %

    FEV1< 70 %.

    4) M : Mixed, kombinasi dari restriktif dan obstruktif. Jika % FVC NAB (0,2 mg/m3) tempat di Pengisian Kasur

    NAB (0,2 mg/m3) tempat di Pengepakan Kasur

    Skala Pengukuran : Nominal

    b. Variabel terikat : Kapasitas Fungsi Paru

    Definisi : Kemampuan fungsi paru untuk menampung udara

    pernapasan.

    Alat Ukur : Spirometer jenis Autospiro AS :300

    Hasil : tidak ada kelainan (Normal).

    ada kelainan (Obstruktif, restriktif, mixed).

    Skala Pengukuran : Nominal

    c. Umur

    Umur adalah waktu yang dihitung berdasarkan tahun kelahiran, hingga

    saat penelitian dilakukan, yang dihitung dalam tahun yang dapat diperoleh

    dari data tenaga kerja yang bekerja pada sentral industri Pembuatan Kasur

    Kapuk X Sukoharjo.

    36

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    48/73

    48

    Skala pengukurannya adalah rasio.

    d. Jenis Kelamin

    Jenis kelamin adalah identitas seseorang, laki laki atau perempuan.

    Pengendaliannya dengan mencari dua kelompok yang jenis kelaminnya

    sama, yaitu perempuan. Skala pengukurannya adalah nominal.

    e. Lama dan Masa Kerja

    Masa kerja adalah waktu tenaga kerja tersebut mulai bekerja pada

    perusahaan itu sampai sekarang. Lama kerja adalah waktu kerja dari

    tenaga kerja selama satu hari yang keduanya dapat diperoleh dari data

    tenaga kerja yang bekerja pada sentral industri pembuatan kasur kapuk X

    Sukoharjo.

    37

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    49/73

    49

    H. Desain Penelitian.

    Keterangan:

    X1 : Subyek yang parunya normal atau tidak terganggu (terpapar debu

    di atas NAB).

    X2 : Subyek yang tidak mengalami gangguan paru atau terganggu

    (terpapar debu di atas NAB).

    X3 : Subyek yang parunya normal atau tidak terganggu (terpapar debu

    di bawah NAB).

    X4 : Subyek yang tidak mengalami gangguan paru atau terganggu

    (terpapar paru di bawah NAB).

    Subjek

    Purposive Sampling

    Terpapar debu kapas

    melebihi NAB

    Terpapar debu kapas

    di bawah NAB

    Paru normal

    (X1)Mengalami

    gangguan paru

    (X2)

    Mengalami

    gangguan paru

    (X4)

    Paru normal

    (X3)

    Chi Square

    Populasi

    38

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    50/73

    50

    I. Tahap Pengumpulan Data

    Cara pengumpulan data penelitian meliputi tahap-tahap :

    1. Tahap Persiapan

    a. Observasi atau survei awal lapangan untuk melihat kondisi lingkungan

    kerja, proses produksi,dan pekerja secara langsung.

    b. Mempersiapkan data responden.

    c. Mempersiapkan peralatan

    d. Melakukan pengukuran kadar debu organikdi lingkungan tempat kerja

    dengan menggunakan Personal Dust Sampler (PDS) dan lamanya

    pengukuran adalah 1 jam.

    2. Tahap Pelaksanaan

    a. Memeriksa sampel penelitian dengan wawancara langsung dipandu

    dengan data responden meliputi : nama, umur, jenis kelamin, masa

    kerja, lama kerja perhari, riwayat pekerjaan dan kesehatan, keluhan

    yang berhubungan dengan sistem pernapasan, dan pola hidup.

    b. Melakukan pengukuran kapasitas paru pekerja dengan Spirometer jenis

    Autospiro AS-300.

    3. Tahap Penyelesaian

    Tahap penyelesaian data meliputi pengolahan data dengan menganalisa

    hasil dan menyusun laporan penelitian.

    39

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    51/73

    51

    J. Instrumen Penelitian.

    Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan

    data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang

    digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :

    a. Personal Dust Sampler(PDS)

    Personal Dust Sampler adalah alat untuk mengukur banyaknya

    partikel debu secara personal yang berada di tempat kerja.

    Merk : Sibata Constan Flow Mini Pump MP-2CFN Code 8086-20.

    Filter : PVC dengan pori filter 0,8 m.

    b. Spirometer,

    Yaitu alat untuk mengukur kapasitas fungsi paru.

    c. Timbangan Analitik

    Timabangan analitik adalah alat yang digunakan untuk menimbang

    filter kosong dan filter terisi yang akan dan telah dipasang di HVS.

    d.

    Exicator

    Exicatoradalah alat yang digunakan untuk menyimpan filter kosong

    selama 24 jam sebelum digunakan dalam pengukuran kadar debu

    dengan menggunakan HVS agar filter benar-benar kering.

    e. Timbangan Injak

    Digunakan untuk mengukur berat badan pekerja.

    f. Microtoise

    Digunakan untuk mengukur tinggi badan pekerja.

    g. Data Responden

    40

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    52/73

    52

    Berisi daftar pertanyaan tentang karakteristik sampel yang akan

    diambil.

    K. Prosedur Penelitian

    Prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

    1. Pengukuran Kadar Debu Personal

    a. Alat :Personal Dust Sampler (PDS).

    b. Bahan : Kertas vilter, pinset,exicator timbangan analitik

    c. Cara Kerja PDS :

    1) Pasang filter pada PDS, alat di ON kan, dan atur flow meter

    2) Pasang holder pada krah baju, tunggu 30-60 menit

    3) Filter diambil, kemudian ditimbang (berat filter terisi)

    4) Jika sudah selesai matikan alat dengan menekan OFF.

    d. Cara kerja timbangan analitik

    1)Sambungkan pada alat dengan arus listrik.

    2)Tekan ON/OFF, kemudian muncul angka 8888, tunggu sampai

    berubah 0.

    3)Pasang kertas filter ke timbangan.

    4)Catat berat filter dalam gram.

    5)Filter diambil, matikan alat dengan menekan tombol ON/OFF.

    e. Cara kerja exicator

    1)Bagian bawah di beri silika gel agar menyerap kandungan air

    dalam filter.

    2)Bibir exicatordiberi vaselin agar rapat.

    41

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    53/73

    53

    3)Exicatordibuka, tempatkan filter pada posisinya, simpan selama 24

    jam.

    4)Filter diambil kemudian ditimbang dengan timbangan analitik

    sebagai filter kosong.

    5)Masukkan filter pada holder.

    2. Pengukuran Kapasitas Fungsi Paru

    Sebelum pengukuran, responden terlebih dahulu diberi pengarahan

    maksud dan tujuan pengukuran dengan jelas, responden mencoba bernapas

    dan menghembuskan udara ke dalamspirometer.

    a. Alat : Spirometer jenis AutospiroAS-300

    b. Bahan : Mouthpiece

    c. Cara Kerja :

    1) Sampel dalam posisi berdiri dan pengukuran longgar.

    2) Tahap persiapan,

    (a) Menghidupkan alat dan biarkan alat beradaptasi 10 menit.

    (b) Menekan tombol ID

    (c) Memasukkan data responden: ID, umur, tinggi badan, jenis

    kelamin.

    3) Pengukuran VC

    (a) Pasang mothpiece kemulut dengan posisi bibir rapat pada

    mouthpiece.

    (b) Melakukan pernapasan melalui alat (pernapasan melalui

    mulut).

    42

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    54/73

    54

    (c) Tekan tombol VC, tekanstrat.

    (d) Responden mengambil napas sedalam-dalamnya dan kemudian

    membuang napas sampai habis secara perlahan, kemudian

    bernapas biasa kembali.

    (e) Tekan tombol stop untuk mengakhiri pemeriksaan.

    (f) Tekan tombol display dan catat data EVC, VC, %VC.

    4) Pengukuran FVC

    (a) Pasang mothpiece kemulut dengan posisi bibir rapat dengan

    mouthpiece.

    (b) Melakukan pernapasan melalui alat (pernapasan melalui

    mulut).

    (c) Tekan tombol FVC, tekanstart.

    (d) Responden mengambil napas sedalam-dalamnya dan kemudian

    membuang napas sampai habis secara cepat dan dihentakkan,

    kemudian bernapas biasa kembali.

    (e) Tekan tombol stop untuk mengakhiri pemeriksaan.

    (f) Tekan tombol display dan catat FVC, FEV1, %FVC.

    43

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    55/73

    55

    3. Pengukuran Status Gizi

    Pengukuran gizi terhadap pekerja industri melalui IMT, yang dilihat dari

    berat badan dan tinggi badan.

    a. Pengukuran berat badan dengan timbangan injak dalam satuan kg dan

    ketelitian penimbangan 0,01 kg. Responden berdiri tegak, tenang,

    tidak bergerak-gerak, barang bawaan disimpan sementara dan tidak

    boleh memakai alas kaki.

    b. Pengukuran tinggi badan dengan mikrotoa atau microtoise dalam

    satuan centimeter dengan ketelitian 0,1 cm.

    4. Wawancara dengan menggunakan data responden

    Pengisian data responden dilaksanakan dengan metode wawancara secara

    langsung oleh peneliti kepada responden, lembaran data responden diisi

    oleh peneliti.

    L. Teknik Pengolahan dan Analisa Data.

    Untuk memperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti, maka

    analisis merupakan suatu langkah penting dalam penelitian. Data yang sudah

    terkumpul tidak berarti apa-apa bila tidak diolah, oleh karena itu perlu analisis

    data. Yang dimaksud metode analisis data adalah cara mengolah data yang

    telah terkumpul untuk dapat disimpulkan. Setelah semua data terkumpul

    kemudian dilakukan pengolahan data.

    Pengolahan data dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

    44

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    56/73

    56

    a. Editing

    Dilakukan setelah mendapatkan data yang dikumpulkan dengan tujuan

    untuk mengoreksi data bila terjadi kesalahan atau kekurangan data dapat

    diteliti.

    b. Koding

    Pemberian kode pada data sehingga memudahkan pengelompokan.

    c. Entry

    Memasukkan data yang telah dilakukan koding kedalam program SPSS

    versi 16.0.

    d. Tabulasi

    Mengelompokkan data sesuai dengan variabel. Data diolah dan dianalisis

    dengan teknik analisis kuantitatif. Untuk pengolahan data kuantitatif dapat

    dilakukan dengan manual atau melalui proses komputerisasi.

    Analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tenik

    sebagai berikut :

    1. Uji Univariat

    Dilakukan pada masing-masing variabel yaitu mendiskripsikan tentang

    hasil pengukuran tekanan panas dan kelelahan kerja yang disajikan dalam

    bentuk data. Analisis yang digunakan meliputi analisis prosentase.

    2. UjiBivariat

    Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan

    variabel terikat dapat dilakukan dengan Teknik pengolahan dan analisis

    data dilakukan dengan uji statistik Chi Square dengan menggunakan

    45

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    57/73

    57

    program komputer SPSS versi 16.0. dalam penelitian ini ditetapkan tingkat

    signifikan 95% yaitu :

    a. Jika p value 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.

    b. Jika p value > 0,01 tetapi < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.

    c. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan

    (Riwidikdo, 2008).

    Teknik pengolahan data untuk mengetahui pengaruh Paparan Debu Kapas

    Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja Di Perusahaan Kasur Kapuk X

    Sukoharjo menggunakan uji statistik Chi Square dengan menggunakan

    program komputer SPSS versi 16.0. dalam penelitian ini ditetapkan tingkat

    signifikan 95% yaitu :

    a. Jika p value 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.

    b. Jika p value > 0,01 tetapi < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.

    c. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan

    (Riwidikdo, 2008).

    46

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    58/73

    58

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Perusahaan

    Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo adalah salah satu

    Perusahaan Kasur Kapuk yang terbesar di wilayah Sukoharjo yang

    mempunyai andil yang besar dalam menyerap tenaga kerja baik wanita

    maupun laki-laki di wilayah Sukoharjo. Di Perusahaan Kasur Kapuk X

    Sukoharjo terdapat banyak tenaga kerja wanita maupun laki-laki umumnya

    wanita bekerja pada bagian pengisian atau bagian penjahitan kasur kapuk,

    tenaga kerja laki-laki umumnya bekerja pada bagian pembuatan kapuk atau

    bagian mesin. Perusahaan kasur kapuk X memproduksi kasur kapuk dalam

    bentuk kasur lipatan atau sering disebut di mayarakat dengan sebutan kasur

    palembangan, tetapi di perusahaan kasur kapuk X tidak hanya memproduksi

    kasur jenis lipatan saja (kasur palembangan) tetapi perusahaan ini juga

    memproduksi bantal, guling dan jenis kasur lainya yang terbuat dari kapas

    atau kapuk.

    Proses produksi di perusahaan ini menggunakan dua cara yaitu

    pembuatan kasur kapuk menggunakan bantuan mesin, dan pembuatan kasur

    kapuk secara manual tanpa bantuan mesin. Jumlah tenaga kerja di

    perusahaan ini adalah 45 orang, yang terdiri dari 30 wanita yang bekerja di

    bagian pengisian, di bagian mesin 12 laki-laki , di bagian administrasi

    47

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    59/73

    59

    terdapat 1 laki-laki dan 2 wanita, dan yang lain adalah pegawai tidak tetap

    yang berjumlah 2 orang. Yang bekerja selama 6 hari yaitu senin sampai sabtu.

    Dengan lama bekerja dari pukul 08.00 sampai pukul 16.00, tetapi

    ada juga kerja lembur sampai pukul 21.00, umumnya yang dapat waktu kerja

    lembur adalah tenaga kerja yang bekerja di bagian mesin dengan waktu

    istirahat setengah jam bagi yang tidak lembur dan 1 jam bagi yang lembur.

    Waktu kerja di perusahaan kasur kapuk Dian Sri yaitu dari pukul 08.00 pagi

    sampai pukul 16.00 sore tetapi ada juga yang lembur, lembur biasa dilakukan

    apabila ada pesanan kasur kapuk yang banyak. Waktu kerja tergantung

    pemesanan kasur kapuk dari pemesan. Pekerja tersebut bertugas melakukan

    pengisian kasur kapuk dengan menggunakan peralatan yang sudah disediakan

    oleh perusahaan sesuai dengan target yang sudah ditentukan, yaitu minimal 5

    kasur per hari yang harus dihasilkan oleh setiap tenaga kerja. Jadi perhari di

    bagian pengisian memproduksi sekitar 90 kasur kapuk atau sesuai dengan

    pemesanan. Debu kapas disini berasal dari proses pengisian kasur menjadi

    kasur yang siap jual.

    Proses pertama kali dilakukan dengan cara memilih kapuk yang akan

    diisikan kemudian dari hasil pemilihan tersebut bahan kapu yang sudah layak

    akan dimasukkan ke kain kasur yang sudah dissiapkan sehingga pada waktu

    proses pengisian tersebut tenaga kerja yang bekerja di unit ini terpapar akan

    debu. Dari paparan debu yang berlangsung cukup lama akan berakibat

    masuknya debu dalam pernafasan pekerja sehingga hal tersebut dapat

    mengakibatkan adanya penurunan kapasitas fungsi paru pekerja.

    48

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    60/73

    60

    B. Karakteristik Responden.

    1. Umur

    Distribusi responden berdasarkan umur pada perusahaan Kasur

    Kapuk X Sukoharjo tahun 2011 dapat digambarkan pada tabel berikut.

    Tabel 4. Distribusi Frekuensi Umur Responden

    Umur (tahun) Frekuensi Persentase (%)

    23-25 5 16,6

    26-30 1 3,3

    31-35 4 13,3

    36-40

    41-55

    6

    14

    20

    46,6

    Total 30 100.00

    Data primer(hasil pengukuran 12-14 April 2011)

    Umur responden yang terendah adalah 23 tahun dan yang tertinggi

    adalah 54 tahun.

    2. Jenis Kelamin

    Distribusi jenis kelamin responden pada perusahaan Kasur Kapuk

    X Sukoharjo yaitu berjenis kelamin seluruhnya wanita.

    49

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    61/73

    61

    3. Masa kerja

    Distribusi masa kerja responden pada perusahaan Kasur Kapuk X

    Sukoharjo, dapat dilihat pada tabel 5 berikut :

    Tabel 5. Distribusi Masa Kerja

    Kriteria Frekuensi Prosentase %

    Masa kerja baru (1-5 tahun) 10 33,3

    Masa kerja lama (5-7

    tahun)

    20 66,6

    Total 30 100

    Berdasarkan tabel 5 diperoleh masa kerja baru sebanyak 33,3 %

    dan masa kerja lama sebanyak 66,6 %.

    4. Kebiasaan merokok

    Distribusi kebiasaan merokok responden pada perusahaanKasur

    Kapuk X Sukoharjo tahun 2011 adalah semua pekerja tidak merokok.

    C. Paparan Debu

    Pengukuran kadar debu pada responden menggunakan Personal Dust

    Sampler (PDS) dimulai pukul 07.30 11.30 WIB, pada tanggal 12 - 14 April

    2011. Untuk hasil pengukuran dibedakan menjadi kadar debu diatas NAB dan

    di bawah NAB sedang hasil pengukuran kadar debu dapat dilihat dalam tabel

    6 berikut ini.

    50

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    62/73

    62

    Tabel 6. Hasil pengukuran kadar debu NAB dan >NAB

    No. Kadar Debu Kapas (mg/m3)

    > NAB NAB1. 3,7 0,1

    2. 3,7 0,14

    3. 3,3 0,13

    4. 4,3 0,12

    5. 3,3 0,1

    6. 3,5 0,1

    7. 4,2 0,12

    8. 3,2 0,1

    9. 5,2 0,1

    10. 5,0 0,13

    11. 5,3 0,12

    12. 3,8 0,113. 4,7 0,1

    14.

    15.

    4,53,7

    0,120,1

    RATA-RATA 4,09 0,105

    Data primer(hasil pengukuran 12-14 April 2011).

    Berdasarkan tabel 6 dapat diperoleh bahwa 15 responden terpapar

    debu di atas NAB dan 15 responden terpapar debu dibawah NAB dengan

    kadar debu tertinggi yaitu 5,3 mg/m

    3

    , debu terendah adalah 3,3 mg/m

    3

    dengan rata-rata 4,09 mg/m3 (diatas NAB). Dan untuk yang di bawah NAB

    dengan kadar debu tertinggi yaitu 0,14 mg/m3, debu terendah adalah 0,1

    mg/m3 dengan rata-rata 0,105 mg/m3.

    D. Kapasitas Fungsi Paru

    Pengukuran kapasitas fungsi paru pada responden menggunakan

    Spirometer berdasarkan % FVC dan % FEV1. Hasil pengukuran kapasitas

    fungsi paru adalah normal dan tidak normal, dapat dilihat dalam tabel

    dibawah ini.

    51

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    63/73

    63

    Tabel 7. Hasil pengukuran kapasitas fungsi paruNo kode Kapasitas Fungsi Paru

    NAB >NAB

    Hasil pengukuran Keterangan Hasil pengukuran keterang

    an

    %FVC %FEV1 %FVC %FEV1

    1. A 38,3 99,3 Tidak Normal(R)

    56,3 100,0 Tidak

    normal(R)

    2. B 30,0 100,0 Tidak normal(R)

    52,2 100,0 Tidaknormal(R)

    3. C 84,8 97,1 Normal 30,6 100,0 Tidaknormal(R)

    4. D 83,0 100,0 Normal 53,7 100,0 Tidaknormal

    (R)

    5. E 42,9 100,0 Tidak normal(R)

    57,9 100,0 Tidaknormal

    (R)

    6. F 14,3 100,0 Tidak normal(R)

    85,95 86,7 Normal

    7. G 14,3 100,0 Tidak normal(R)

    22,7 100,0 Tidaknormal

    (R)8. H 91,55 75,6 Normal 28,2 100,0 Tidak

    normal

    9. I 86,05 91,45 Normal 34,9 100 Tidaknormal

    (R)

    10 J 83,0 100,0 Normal 55,7 100,0 Tidaknormal(R)

    11 K 59,1 94,7 Tidak normal(R)

    50,8 100,0 Tidaknormal

    (R)

    12 L 42,8 98,3 Tidak normal(R)

    50,2 100,0 Tidak

    normal(R)

    13 M 88,1 65,7 Tidak normal(O)

    45,3 100,0 Tidaknormal(R)

    14 N 41,3 97,8 Tidak normal(R)

    50,2 100,0 Tidaknormal(R)

    15 O 82,9 89,85 Normal 40,1 100,0 Tidaknormal(R)

    Keterangan N: Normal, O: Obstruktif, R: Restriktif, M: mixed

    52

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    64/73

    64

    Dari data diatas diketahui bahwa pada pengukuran responden

    dibawah NAB yang mengalami fungsi paru normal sebanyak 6 pekerja

    (20%), yang mengalami penurunan fungsi paru sebanyak 9 pekerja (30%).

    Pada pengukuran responden diatas NAB diperoleh sebanyak 1 pekerja

    (3,3%) mengalami fungsi paru normal sedangkan 14 pekerja (46,7%)

    mengalami penurunan fungsi paru.

    E. Analisa Data Paparan Debu dan Kapasitas Fungsi Paru

    Analisa data paparan debu dan kapasitas fungsi paru dapat dilihat

    dalam hasil crosstab uji chi square yang menunjukkan hasil yang signifikan

    yaitu p= 0,031 (p >0,01 tetapi 0,05). Maka uji dinyatakan ada pengaruh

    yang signifikan berarti hipotesis yang diajukan (Ha) diterima. Hal ini dapat

    terlihat dari uji statistik chi square dibawah ini :

    Tabel 8. Hasil Tabulasi Antara Paparan Debu Terhadap Kapasitas Fungsi

    Paru

    No Kadar

    debu

    Kapasitas Fungsi Paru

    Normal Frekuensi

    (%)

    Tidak normal Frekuensi

    (%)

    1. NAB 6 20 9 30

    2. >NAB 1 3,3 14 46,7

    53

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    65/73

    65

    Dari hasil pengolahan data dengan SPSS versi 16.0 dengan

    menggunakan uji Chi Square, dengan kategori nominal untuk debu dan

    nominal untuk kapasitas fungsi paru maka didapatkan nilai p value = 0,031

    yang berarti p > 0,01 tetapi 0,05 sehingga hasil uji menunjukkan nilai yang

    signifikan menurut Iqbal Hasan, (2004). Berarti terdapat pengaruh yang

    diakibatkan oleh paparan debu terhadap kapasitas fungsi paru di perusahaan

    Kasur Kapuk X Sukoharjo.

    Symmetric Measures

    Value Approx. Sig.

    Nominal by

    Nominal

    Contingency Coefficient.367 .031

    N of Valid Cases 30

    54

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    66/73

    66

    BAB V

    PEMBAHASAN

    A. Analisis Univariat

    Analisis univariat dimaksudkan untuk menggambarkan sebaran dan

    hasil penelitian yang diperoleh secara kuantitatif dengan menggunakan daftar

    distribusi.

    1. Umur

    Departemen Kesehatan RI menyebutkan bahwa usia produktif adalah

    antara 15 55 tahun. Dalam penelitian ini umur yang diambil adalah umur

    antara 23-53 tahun, sehingga usia tersebut masih termasuk usia kerja yang

    produktif.

    Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa umur responden di Perusahaan

    Kasur Kapuk X Sukoharjo paling banyak adalah umur 41-55 tahun

    dengan jumlah 14 orang (46,6%). Menurut Suyono (2001), usia

    berhubungan dengan proses penuaan atau bertambahnya umur. Semakin

    tua seseorang maka semakin besar kemungkinan terjadi kapasitas fungsi

    paru.

    Berdasarkan referensi tersebut dapat diketahui bahwa umur subjek

    penelitian masih dalam keadaan normal untuk peningkatan dan penurunan

    kapasitas fungsi paru.

    55

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    67/73

    67

    2. Jenis Kelamin

    Dalam penelitian ini semua tenaga kerja yang menjadi subyek

    penelitian adalah wanita. Terdapat perbedaan kecil dalam kapasitas fungsi

    parunya antara laki-laki dan perempuan, perbedaan ini terletak di antara

    FVC dan FEV1nya, umumnya laki-laki mempunyai nilai FVC dan

    FEV1nya lebih besar dibandingkan dengan wanita. Menurut

    Mustajbegovic (2003) Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita

    kira-kira 20-50 % lebih kecil daripada pria. Pengukuran kapasitas fungsi

    paru pada tenaga kerja laki-laki dan wanita yang menunjukkan nilai FVC

    (Forced Volume Capacity) rata-rata tenaga kerja laki-laki adalah 4,7 liter

    dan wanita 3,5 liter. Pengukuran dengan parameter FEV1 (Forced

    Expiratory Volume One) menunjukkan nilai FEV1 rata-rata tenaga kerja

    laki-laki adalah 3,7 liter dan wanita 2,8 liter.

    Berdasarkan teori tersebut semua responden berjenis kelamin

    wanita untuk homogenisasi sampel penelitian.

    3. Masa Kerja

    Dalam penelitian ini masa kerja responden berkisar antara 5 7

    tahun. Masa kerja dapat mempengaruhi tubuh dalam menerima paparan

    debu karena semakin lama tenaga kerja terpapar debu kapas di lingkungan

    tempat kerja maka kapasitas fungsi parunya akan mengalami gangguan.

    Masa kerja juga dapat mempengaruhi gangguan kronis akibat pajanan

    debu yang berada dilingkungan kerja karena semakin lama masa kerja,

    tenaga kerja semakin mengalami gangguan yang diakibatkan oleh pajanan

    56

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    68/73

    68

    debu ditempat kerja. Tidak jarang gejala gangguan fungsi paru nampak

    setelah bekerja lebih dari 5 tahun terpajan (Depkes RI, 2003).

    Berdasarkan referensi tersebut dapat diketahui bahwa masa kerja

    subjek penelitian tidak mempengaruhi secara langsung terhadap kapasitas

    fungsi paru pekerja karena tenaga kerja sudah beradaptasi terhadap debu

    (aklimatisasi).

    4. Paparan Debu

    Dari hasil penelitian yang dilakukan di Perusahaan Kasur Kapuk

    X Sukoharjo maka diperoleh hasil berupa dari 15 reponden yang terpapar

    debu diatas NAB dan 15 responden yang terpapar debu dibawah NAB

    dengan kadar debu tertinggi yaitu 5,3 mg/m3 , debu terendah adalah 3,3

    mg/m3 dengan rata-rata 4,09 mg/m3 (diatas NAB), dan untuk yang dibawah

    NAB diperoleh kadar debu tertinggi yaitu 0,14 mg/m3, debu terendah

    adalah 0,1 mg/m3 dengan rata-rata 0,105 mg/m3. Menurut Suma mur

    (2009) ukuran debu

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    69/73

    69

    5. Kapasitas Fungsi Paru

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden

    didapatkan hasil dari 15 responden terdapat 1 pekerja yang mengalami

    fungsi paru normal dan 14 pekerja yang mengalami penurunan fungsi paru

    yang terdiri dari restriktif semua (>NAB), sedangkan untuk yang dibawah

    NAB ( NAB), dari 15 responden didapatkan 6 pekerja yang mengalami

    fungsi paru normal dan 9 pekerja mengalami penurunan fungsi paru yang

    terdiri dari restriktif dan obstruktif.

    Menurut Guyton dan Hall (2008) pada gangguan Obstruktif,

    spirometer memperlihatkan penurunan kecepatan aliran ekspirasi dan

    kapasitas vital normal, pada penyakit paru restriktif spirometer biasanya

    menunjukkan penurunan kapasitas vital dan kecepatan aliran yang normal.

    Berdasarkan teori diatas dapat diperoleh bahwa paparan debu

    yang diatas NAB dapat menimbulkan gangguan fungsi paru pekerja,

    sedangkan untuk paparan debu dibawah NAB kemungkinan juga dapat

    mengalami gangguan fungsi paru, karena kemungkinan adanya kesalahan

    dalam menggunakan alat atau pemakaian alat.

    B. Analisis Bivariat

    Pengukuran kadar debu terhadap fungsi paru pekerja di perusahaan

    kasur kapuk X sukoharjo dilakukan dengan uji statistik chi square. Hasil

    pengolahan data dengan SPSS versi 16.0 dengan menggunakan uji Chi

    Square, dengan kategori nominal untuk debu dan nominal untuk kapasitas

    fungsi paru maka didapatkan nilai p value = 0,031 yang berarti p > 0,01 tetapi

    58

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    70/73

    70

    0,05 sehingga hasil uji menunjukkan nilai yang signifikan menurut Iqbal

    Hasan, (2004). Berarti terdapat pengaruh yang diakibatkan oleh paparan debu

    terhadap kapasitas fungsi paru di perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.

    Kadar debu yang tinggi mengakibatkan adanya pengaruh terhadap

    kapasitas fungsi paru, Keadaan debu dialveoli tergantung dari tempatnya

    berada dalam paru dan sifat debu itu sendiri. Debu yang mengendap di

    bronchi dan bronchioli akan dikembalikan ke atas dan akhirnya keluar oleh

    cilia-cilia yang bergetar. Kalau ada bahan kimia penyusun debu mudah larut

    dalam air maka akan larut dan langsung masuk pembuluh darah kapiler

    alveoli. Bila bahan tidak mudah larut dan berukuran kecil maka partikel akan

    memasuki dinding alveoli, lalu ke saluran limfa atau masuk ruang

    peribronchial. Kemungkinan lain adalah ditelan sel phagocyt yang mungkin

    masuk saluran limfa dan keluar dari tempat itu ke bronchioli oleh cilia

    dikeluarkan ke atas (Suma mur, 2009).

    Berdasarkan uji statistik, menunjukkan bahwa ada Pengaruh

    Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja di Perusahaan

    Kasur Kapuk X Sukoharjo yang disebabkan karena Paparan Debu Di

    Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo melebihi NAB.

    Hasil yang signifikan dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian-

    penelitian sebelumnya seperti :

    1. Sufya Akunsari (2010) mengatakan bahwa ada Hubungan Antara Paparan

    Debu Kapas Terhadap Penurunan Paru Tenaga Kerja di Unit Spinning PT.

    Dan Liris Sukoharjo, metode yang digunakan yaitu dengan uji chi square.

    59

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    71/73

    71

    2. Sigit Fajar Suryanto (2009) mengatakan bahwa paparan debu yang tinggi

    (bagian produksi) terjadi gangguan fungsi paru, metode yang digunakan

    adalah chi square.

    C. Keterbatasan Penelitian

    1. Pada penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan pendekatan

    cross sectional dimana data yang diambil pada waktu yang sesaat dan

    bersamaan sehingga hanya menggambarkan keadaan waktu

    dilaksanakannya penelitian.

    2. Penelitian ini perlu penelitian yang lebih lanjut mengenai pengaruh dari

    faktor-faktor selain pengaruh paparan debu dikarenakan keterbatasan

    waktu.

    60

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    72/73

    72

    BAB VI

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan, maka dapat diambil

    kesimpulan sebagai berikut :

    1. Dari hasil pengukuran kadar debu pada 30 responden :terdapat pekerja

    yang terpapar debu diatas NAB (>0,2mg/m3), dan pekerja yang terpapar

    debu di bawah NAB (

  • 7/23/2019 debu kapas.pdf

    73/73

    73

    Hal ini dimaksudkan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan dalam

    bekerja.

    2. Perbaikan ventilasi umum, yaitu dengan mengalirkan udara ke ruang kerja

    agar kadar debu yang ada dalam ruang kerja menjadi lebih rendah dari

    kadar NAB.

    3. Pemasangan ventilasi keluar setempat (local exhauster) yang diletakkan

    dibawah yaitu sedekat mungkin dengan sumber emisi yang bertujuan

    menghisap udara berdebu disuatu tempat kerja agar bahan-bahan yang

    membahayakan dapat dialirkan keluar tempat kerja.

    4. Memakai metode basah yaitu lantai disiram air supaya debu tidak

    berterbangan di udara.

    62