88
POTENSI ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- ETANOL-ASAM ASETAT DARI EKSTRAK ETANOL-ASAM ASETAT KULIT BATANG KEMIRI [Aleurites moluccana (L.) Willd] TERHADAP Staphylococcus aureus SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: P. Silih Widhiandhisti NIM : 038114069 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 i

DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

  • Upload
    vuquynh

  • View
    230

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

POTENSI ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- ETANOL-ASAM

ASETAT DARI EKSTRAK ETANOL-ASAM ASETAT KULIT BATANG

KEMIRI [Aleurites moluccana (L.) Willd] TERHADAP Staphylococcus

aureus

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

P. Silih Widhiandhisti

NIM : 038114069

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007

i

Page 2: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

ii

Page 3: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

iii

Page 4: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

Ketika satu pintu tertutup, ada pintu lain

yang terbuka. Namun, kita sering kali

hanya menyesali yang tertutup, sehingga

tak menyadari yang terbuka buat kita!

(Alexander Graham Bell)

Karya ini kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus & Bunda Maria

Bapak dan Ibuku yang terkasih

Adikku dan keluarga besar

Juga orang-orang yang tersisih dan terlupakan

iv

Page 5: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

v

Page 6: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

INTISARI Di Jawa, kulit batang kemiri ( Aleurites moluccana L. Willd ) digunakan untuk mengobati diare dan disentri. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni. Tujuannya untuk mengetahui fraksi aktif dalam ekstrak etanol kulit batang kemiri yang berpotensi sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan identitas fraksi aktif tersebut. Ekstraksi kulit batang kemiri dilakukan menggunakan pelarut etanol dengan metode remaserasi. Fraksinasi kulit batang kemiri menggunakan kromatografi kolom dengan pelarut kloroform-etanol-asam asetat. Uji potensi antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi sumuran untuk pemilihan fraksi aktif. Fraksi aktif ekstrak serbuk kulit batang kemiri diuji dengan bioautografi kontak untuk mengetahui potensinya terhadap S. aureus. Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dilakukan untuk mengetahui identitas senyawa yang berpotensi sebagai antibakteri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi kloroform-etanol-asam asetat (90:5:5) merupakan fraksi aktif. Pada uji KLT diperoleh dugaan bahwa senyawa yang terkandung dalam fraksi aktifnya adalah alkaloid golongan indol. Pada pengujian dengan bioautografi kontak tidak menunjukkan adanya potensi antibakteri dari alkaloid. Kata kunci : Aleurites moluccana L. Willd, Staphylococcus aureus, ekstrak etanol, fraksi kloroform-etanol-asam asetat, kromatografi kolom, bioautografi kontak, KLT, alkaloid.

vi

Page 7: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

ABSTRACT

In Java, Candelnut (Alleurites moluccana L. Willd) bark is used to cure diarrhea and dysentery. This experiment was pure experimental research. The purpose of this research is know antibacterial potency of chloroform-ethanol-acetic acid fraction from ethanol extract of candelnut bark againts Staphylococcus aureus and identity of the active fraction. Extraction of candelnut bark was done by remaseration method using ethanol. Fractionation of candelnut bark by Coloum Chromatography using a moving phase chloroform-ethanol-acetic acid. An antibacterial potency test was done by diffusion method to get active fraction. The active fraction of candelnut bark powder extract tested by contact bioautography method to know antibacterial potency againts S. aureus. Thin Layer Chromatography (TLC) method was done to know identity of substance that has antibacterial potency.

The result shows that chloroform–ethanol–acetic acid (90:5:5) fractions is an active fraction. In TLC test, it is estimated that the active compound is indole alkaloida. Potential testing by using contact bioautography method does not show any antibacterial potency of alkaloid. Keywords : candelnut bark (Aleurites moluccana L. Willd), Staphylococcus

aureus, ethanol extract, chloroform–ethanol–acetic acid fraction, Coloum Chromatography, contact bioautography, Thin Layer Chromatography, alkaloid.

vii

Page 8: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul POTENSI ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- ETANOL-

ASAM ASETAT DARI EKSTRAK ETANOL-ASAM ASETAT KULIT

BATANG KEMIRI [Aleurites moluccana (L.) Willd] TERHADAP

Staphylococcus aureus. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi

Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini dapat berjalan dan diselesaikan dengan baik berkat bantuan,

dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma.

2. Bapak Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan motivasi, terima kasih

pak…

3. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen penguji yang telah

meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan, kritik dan saran

kepada penulis.

viii

Page 9: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

4. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah

meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan, kritik dan saran

kepada penulis.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Farmasi yang telah membimbing saya selama

saya belejar di Universitas Sanata Dharma.

6. Segenap karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta khususnya

karyawan Fakultas Farmasi yang telah membantu saya.

7. Bapak dan Ibuku terkasih, terima kasih atas segala doa dan dukungan,

kesabaran, semangat dan kasih sayang yang tiada habisnya sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan dengan baik.

8. Adikku Mayang, terima kasih atas segala doa, dorongan, semangat dan

dukungan yang selama ini telah diberikan.

9. Keluarga besarku, terutama almarhum simbah putri, terima kasih atas restumu

di alam sana.

10. Teman dekat dan curhatku Nia, terimakasih atas pertemanan yang indah ini,

aku berharap bisa abadi Ni….

11. Maria Goretti, terima kasih sudah jadi temanku.

12. Teman-temanku Essy, Fani, Hani, Endah, Dessy, Tata, yang senantiasa

memberiku semangat, dan Wewen

13. Teman seperjuangan di lab mikro Vian, Rosa, Tina, Nella, Devi, Oca, Titin

dll, akhirnya kita lulus.

ix

Page 10: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

x

Page 11: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

HALAM PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ v

INTISARI ............................................................................................. vi

ABSTRACT ............................................................................................ vii

KATA PENGANTAR .......................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvii

BAB I. PENGANTAR ........................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

1. Permasalahan .................................................................... 3

2. Keaslian Penelitian ............................................................ 3

3. Manfaat Penelitian ............................................................ 4

B. Tujuan Penelitian ................................................................... 4

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ................................................... 6

A. Deskripsi Tanaman ................................................................. 6

xi

Page 12: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

1. Keterangan Botani ......................................................... 6

2. Pertelaan Morfologi ....................................................... 6

3. Kandungan kimia tanaman kemiri ................................ 7

4. Khasiat ........................................................................... 7

B. Alkaloid ................................................................................... 7

C. Staphylococcus aureus ............................................................ 8

D. Penyarian ................................................................................. 9

1. Cara Penyarian ............................................................... 9

2. Maserasi ........................................................................ 10

E. Metode Pengukuran Potensi Antibakteri ............................... 12

F. Fraksinasi ............................................................................... 13

1. Pengendapan ................................................................. 14

2. Ekstraksi pelarut-pelarut ............................................... 14

3. Destilasi ......................................................................... 15

4. Dialisis .......................................................................... 15

5. Elektroforesis ............................................................... 15

6. Kromatografi .............................................................. 16

G. Kromatografi Lapis Tipis ........................................................ 17

H. Bioautografi ............................................................................ 18

I. Landasan Teori ........................................................................ 20

J. Hipotesis ................................................................................. 21

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 22

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................. 22

xii

Page 13: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......................... 22

1. Variabel Penelitian ......................................................... 22

2. Definisi Operasional ...................................................... 23

C. Bahan dan Alat Penelitian ....................................................... 24

1. Bahan ............................................................................. 24

2. Alat ................................................................................. 25

D. Tata Cara Penelitian ................................................................ 25

1. Identifikasi Tanaman ..................................................... 25

2. Pengumpulan Bahan ...................................................... 26

3. Pengeringan dan Pembuatan Serbuk ............................. 26

4. Identifikasi Kandungan Senyawa Aktif Kulit Batang

Kemiri (Aleurites moluccana L. Willd) dengan Uji

Tabung ........................................................................... 26

5. Ekstraksi Kulit Batang Kemiri ........................................ 27

6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak

Kromatografi Kolom .................................................

7. Fraksinasi Ekstrak Etanol-Asam Asetat dengan

Kromatografi Kolom...................................................

8. Uji Potensi Antibakteri Tiap Fraksi dan Pemilihan

Fraksi Aktif.................................................................

9. Uji Kualitatif Fraksi Aktif dengan Metode KLT

.....................................................................................

28

29

30

30

xiii

Page 14: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

10. Uji Potensi Senyawa Aktif Dari Fraksi Aktif Terhadap

Staphylococcus aureus dengan Metode Bioautografi

Kontak ............................................................................ 31

E. Analisis Hasil ……………………………………………….. 34

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………….. 36

A. Identifikasi Tanaman ……………………………………….. 36

B. Pengumpulan Bahan ………………………………………... 36

C. Pengeringan dan Pembuatan Serbuk ………………………... 37

D. Identifikasi Kandungan Senyawa Aktif Kulit Batang Kemiri

(Aleurites moluccana L. Willd) dengan Uji Tabung

................................................................................................... 38

E. Ekstraksi Kulit Batang Kemiri ................................................. 39

F. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi

Kolom ..................................................................................... 42

G. Fraksinasi Ekstrak Etanol-Asam Asetat dengan Kromatografi

Kolom ...................................................................................... 43

H. Uji Potensi Antibakteri Tiap Fraksi dan Pemilihan Fraksi

Aktif.......................................................................................... 45

I. Uji Kualitatif Fraksi Aktif dengan Metode KLT

.................................................................................................. 48

J. Uji potensi antibakteri senyawa aktif dari fraksi aktif (fraksi

V) terhadap Staphylococcus aureus dengan metode

Bioautografi Kontak................................................................. 55

xiv

Page 15: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 57

A. Kesimpulan ............................................................................. 57

B. Saran ....................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 58

LAMPIRAN ........................................................................................... 61

BIOGRAFI PENULIS............................................................................. 70

xv

Page 16: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

DAFTAR TABEL

Halaman

39 Tabel I. Hasil uji tabung serbuk kulit batang kemiri .......................... Tabel II. Rerata diameter zona hambat fraksi kloroform-etanol-asam

asetat dari ekstrak etanol-asam asetat kulit batang kemiri terhadap Staphylococcus aureus............................................. 47

Tabel III. Hasil identifikasi senyawa alkaloid kuaterner fraksi

kloroform:etanol:asam asetat (90:5:5) dari ekstrak etanol-asam asetat dengan fase gerak kloroform : etanol : asam asetat (60:20:20)...................................................................... 49

Tabel IV. Hasil identifikasi senyawa alkaloid tersier fraksi

kloroform:etanol:asam asetat (90:5:5) dari ekstrak etanol-asam asetat dengan fase gerak kloroform:etanol:asam asetat (60:20:20)................................................................... 51

Tabel V. Hasil Uji potensi antibakteri fraksi aktif (fraksi V) terhadap

Staphylococcus aureus dengan metode Bioautografi Kontak..................................................................................... 56

xvi

Page 17: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema penelitian potensi antibakteri fraksi kloroform-etanol-asam asetat dari ekatrak etanol-asam asetat kulit batang kemiri terhadap Staphylococcus aureus ................................................................................................ 34

Gambar 2. Kromatogram alkaloid kuaterner fraksi aktif [kloroform :

etanol : asam asetat (90 : 5 : 5)] dari ekstrak etanol-asam asetat kulit batang kemiri (Aleurites moluccana L. Willd)..................................................................................... 50

Gambar 3. Kromatogram alkaloid tersier fraksi aktif [kloroform :

etanol : asam asetat (90 : 5 : 5)] dari ekstrak etanol-asam asetat kulit batang kemiri (Aleurites moluccana L. Willd)..................................................................................... 52

Gambar 4. Reaksi piridin dengan pereaksi CAS .................................... 53 Gambar 5. Reaksi pembentukan senyawa kompleks oleh alkaloid indol

dengan pereaksi CAS.............................................................

54

54 Gambar 6. Struktur gugus amin pada alkaloid tersier dan kuartener .

xvii

Page 18: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

DAFTAR LAMPIRAN Halaman

Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi …………………………. 61

Lampiran 2. Foto Tanaman Kemiri [Aleurites moluccana (L.) Willd].... 62

Lampiran 3. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Fraksi Hasil Pemisahan Kromatografi Kolom Terhadap Staphylococcus aureus Secara Difusi Sumuran ............................................................................................. 63

Lampiran 4. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Piridin sebagai Kontrol

Positif Terhadap Staphylococcus aureus Secara Difusi Sumuran ............................................................................. 64

Lampiran 5. Foto Hasil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Piridin

dengan Fase Gerak Kloroform : Etanol : Asam Asetat (60:20:20) ......................................................................... 65

Lampiran 6. Foto Hasil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Alkaloid

Tersier dengan Fase Gerak Kloroform : Etanol : Asam Asetat (60:20:20) .............................................................. 66

Lampiran 7. Foto Hasil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Alkaloid

Kuartener dengan Fase Gerak Kloroform : Etanol : Asam (60:20:20) ........................................................................... 67

Lampiran 8. Hasil Uji Potensi Antibakteri Alkaloid Tersier Fraksi V

[Kloroform : Etanol : Asam Asetat (60:20:20)] Kulit Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi Kontak Terhadap Staphylococcus . aureus .................................... 68

Lampiran 9. Hasil Uji Potensi Antibakteri Alkaloid Kuartener fraksi V

[Kloroform : Etanol : Asam Asetat (60:20:20)] Kulit Batang Kemiri Dengan Metode Bioautografi Kontak Terhadap Staphylococcus aureus ..................................... 69

xviii

Page 19: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Staphylococcus aureus bersifat patogen dan invasif menghasilkan enzim

koagulase dan pigmen kuning yang bersifat hemolitik. Bakteri ini merupakan

patogen utama bagi manusia. Hampir setiap orang mengalami infeksi oleh

S.aureus di sepanjang hidupnya, bervariasi beratnya (Jawetz et al., 1996). Saat ini,

S.aureus merupakan bakteri yang telah resisten terhadap antibiotik golongan

penisilin (MRSA) karena infeksi nosokomial yang terjadi di rumah sakit

(Anonim, 2006).

Kemiri (Aleurites moluccana L. Willd) merupakan tanaman yang dapat

tumbuh di Indonesia. Tanaman ini tergolong dalam familia Euphorbiaceae. Di

Jawa, kulit batang kemiri digunakan untuk mengobati diare dan disentri (Anonim,

1995).

Senyawa alam digunakan sebagai obat atau untuk memproduksi dan

menemukan obat baru (Samuelsson, 1999). Berbagai macam khasiat dari kemiri

dikarenakan kandungan senyawa-senyawa aktif yang dimilikinya antara lain

polifenol, tanin, alkaloid (Arief, 1996). Kandungan senyawa aktif tersebut, ada

yang bersifat polar dan non polar (Anonim, 1986).

Pada penelitian ini dilakukan pengujian potensi antibakteri fraksi kloroform-

etanol-asam asetat dari ekstrak etanol-asam asetat kulit batang kemiri terhadap

S.aureus menggunakan metode bioautografi kontak. Penelitian ini merupakan

1

Page 20: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

2

lanjutan dari penelitian terdahulu (Melinda, 2005) tentang potensi antibakteri

fraksi etil asetat dan fraksi etanol kulit batang kemiri terhadap Staphylococcus

aureus dan diketahui bahwa fraksi etanol kulit batang kemiri memiliki potensi

antibakteri terhadap S.aureus.

Kulit batang kemiri mengandung senyawa tanin (Duke, 1999). Walaupun

demikian, menurut penelitian terdahulu (Melinda, 2005) diduga fraksi aktif dari

fraksi etanol dan fraksi etil asetat kulit batang kemiri yang berpotensi sebagai

antibakteri adalah alkaloid golongan piridin-piperidin dengan KHM fraksi etil

asetat 10 mg/ml. Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat non polar, larut

dalam etanol (Anonim, 1986a), oleh sebab itu, digunakan pelarut etanol.

Biasanya alkaloid diperoleh dengan cara maserasi (Robinson, 1995).

Kromatografi kolom digunakan untuk fraksinasi ekstrak etanol-asam asetat yang

didapat. Ada 3 macam fase gerak yang digunakan yakni kloroform-etanol (95:5)

(Cordell, 1981), kloroform-etanol-asam asetat (90:8:2) dan kloroform-etanol-asam

asetat (90:5:5) yang didapat dari orientasi. Digunakan 3 macam fase gerak dengan

perbandingan yang berbeda-beda bertujuan agar jumlah senyawa yang terkandung

dalam tiap fraksi menjadi lebih sedikit sehingga dapat diketahui fase gerak yang

lebih optimal untuk menyari senyawa antibakteri terhadap S.aureus.

Metode yang digunakan untuk uji potensi antibakteri adalah metode difusi

sumuran. Sedangkan metode yang digunakan untuk uji senyawa aktif dari fraksi

aktif hasil pemisahan pada KLT digunakan metode bioautografi kontak.

Pembanding yang digunakan adalah piridin hasil sintesis karena menurut

penelitian terdahulu (Melinda, 2005), diduga senyawa yang terkandung dalam

Page 21: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

3

ekstrak etanol kulit batang kemiri yang berpotensi sebagai antibakteri terhadap

S.aureus adalah alkaloid golongan piridin-piperidin.

Berdasarkan keterangan di atas, maka dapatlah dilakukan penelitian untuk

mengetahui beberapa fraksi aktif dalam fraksi kloroform-etanol-asam asetat hasil

kromatografi kolom dari ekstrak etanol-asam asetat kulit batang kemiri yang

berperan sebagai antibakteri terhadap S.aureus.

1. Permasalahan

a. Apakah fraksi kloroform : etanol (95:5), fraksi kloroform : etanol : asam

asetat (90:8:2), dan fraksi kloroform : etanol : asam asetat (90:5:5) dari

ekstrak etanol-asam asetat kulit batang kemiri mempunyai potensi

antibakteri terhadap S.aureus?

b. Fraksi mana yang terdapat dalam ekstrak etanol-asam asetat serbuk kulit

batang kemiri yang aktif terhadap S.aureus?

c. Identitas senyawa apakah yang terdapat dalam fraksi aktif antibakteri

S.aureus secara KLT?

d. Apakah dengan metode bioautografi kontak alkaloid yang terdapat dalam

fraksi aktif mempunyai potensi antibakteri terhadap S.aureus?

2. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran dan informasi yang diperoleh penulis, penelitian

mengenai potensi antibakteri fraksi kloroform-etanol-asam asetat dari ekstrak

etanol-asam asetat kulit batang kemiri terhadap Staphylococcus aureus belum

Page 22: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

4

pernah dilakukan di Universitas Sanata Dharma.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Praktis :

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang fraksi manfaat kulit

batang kemiri yang berkhasiat untuk alternatif pengobatan tradisional

sebagai antibakteri terhadap S.aureus.

b. Manfaat Teoritis :

Menambah informasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya

di bidang kesehatan tentang senyawa aktif dalam kulit batang kemiri yang

berpotensi sebagai antibakteri terhadap S.aureus yang diharapkan dapat

dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Mengetahui apakah fraksi kloroform : etanol (95:5), fraksi kloroform : etanol :

asam asetat (90:8:2), dan fraksi kloroform : etanol : asam asetat (90:5:5) dari

ekstrak etanol-asam asetat kulit batang kemiri mempunyai potensi antibakteri

terhadap S.aureus.

b. Mengetahui fraksi mana yang terdapat dalam ekstrak etanol-asam asetat kulit

batang kemiri yang aktif terhadap S.aureus.

c. Mengetahui identitas senyawa apakah yang terdapat dalam fraksi aktif

antibakteri S.aureus secara KLT.

Page 23: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

5

d. Mengetahui apakah dengan metode bioautografi kontak alkaloid yang terdapat

dalam fraksi aktif mempunyai potensi antibakteri terhadap S.aureus.

Page 24: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Deskripsi Tanaman

1. Keterangan Botani

Kemiri (Aleurites moluccana L. Willd) termasuk dalam suku

Euphorbiaceae dengan sinonim Aleurites triloba Forst. Di Sumatra, kemiri

disebut kereh, kumili, hambiri, kembiri, gambiri, buwa, kare, buwah keras,

buwah tondeh, buwa hare, dudulaa, sapiri; masyarakat Jawa biasa menyebut

kemiri dengan nama kemiri, muncang, derekan, pidekan; di Nusatenggara

disebut derekan, kamere, kawilu; di Sulawesi disebut bintalo, dan di Maluku

disebut kamili, buah kareh, kemiling, saketa (Anonim, 1995).

2. Pertelaan Morfologi

Pohon dengan tinggi 25-30 m, batang tegak, berkayu, permukaan banyak

lentisel, percabangan simpodial, pada batang sebelah atas terdapat tonjolan

bekas melekatnya tangkai daun, coklat. Daun tunggal, berseling, lonjong, tepi

rata, bergelombang, ujung runcing, pangkal tumpul, pertulangan menyirip,

permukaan atas licin, bawah halus, panjang 18-25 cm, lebar 7-11 cm, tangkai

silindris, panjang 10-15 cm, hijau. Bunga majemuk, bentuk malai, berkelamin

dua, diujung cabang, tangkai silindris, panjang 2-3, 5 cm, hijau kecoklatan,

kelopak lonjong, permukaan bersisik rapat, hijau, benang sari jumlah

5-8 buah, tangkai sari bulat, merah, kepala sari bentuk kerucut, merah, putik

bulat, putih, mahkota putih. Buahnya kotak, bulat telur, beruas-ruas, panjang

6

Page 25: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

7

± 7 cm, lebar ± 6,5 cm, masih muda hijau setelah tua coklat, berkeriput. Biji

bulat, berkulit keras, berusuk atau beralur, diameter ± 3,5 cm, berdaging,

berminyak, putih kecoklatan. Akar tunggang, coklat (Hutapea dkk, 1993).

3. Kandungan kimia tanaman kemiri

Kulit batang kemiri mengandung senyawa tanin (Duke, 1999). Fraksi

etanol dan fraksi etil asetat kulit batang kemiri mengandung alkaloid piridin–

piperidin (Melinda, 2005). Kulit batang kemiri mengandung senyawa

acetylalueritolic acid (Kardono dkk, 2003).

4. Khasiat

Di Jawa, kulit batang kemiri digunakan untuk mengobati diare dan disentri

(Duke, 1999). Kulit batang kemiri dapat digunakan untuk obat berak darah,

sariawan dan mencret (Anonim, 1986b).

B. Alkaloid

Alkaloid merupakan metabolit sekunder yang memiliki satu atau lebih

atom nitrogen di dalam strukturnya dan biasanya atom ini terdapat dalam cincin

heterosiklik. Pasangan elektron bebas pada atom nitrogen menyebabkan alkaloid

bersifat basa. Kerana sifat basanya, alkaloid dapat bereaksi dengan asam mineral

membentuk garam yang larut dalam air dan berbentuk alkaloid bebas oleh adanya

basa kuat. Alkaloid memiliki aktivitas fisiologi tertentu dan banyak digunakan

dalam produksi obat (Mursyidi, 1990).

Page 26: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

8

Biasanya alkaloid diperoleh dengan cara maserasi menggunakan air yang

telah diasamkan sehingga akan melarutkan garam alkaloid, atau dengan

membasakan bagian tumbuhan (misal dengan natrium karbonat), kemudian

alkaloid bebas diekstraksi dengan pelarut organik seperti kloroform, eter, dll

(Robinson, 1995).

Alkaloid berbentuk kristal padat tanwarna, namun ada pula yang berupa

cairan (efedrin, koniin, dan spartein berupa cairan pada suhu kamar) dan alkaloid

yang berwarna pun langka (berberina dan serpentine berwarna kuning) (Robinson,

1995). Alkaloid berasa pahit dan sukar larut dalam air tetapi larut dalam pelarut

organik yang non polar yang tidak campur dengan air seperti kloroform, eter, dll.

Garam alkaloid larut dalam air tetapi tidak larut dalam pelarut organik (Mursyidi,

1990).

C. Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif, anaerob fakultatif

yang tidak membentuk spora, tidak bergerak, dinding selnya mengandung

peptidoglikan dan asam teikoat. Selnya berbentuk bola dengan diameter kira-kira

1 μm tersusun berkelompok menyerupai buah anggur. S.aureus tumbuh paling

cepat pada suhu 37oC. S.aureus relatif tahan terhadap panas (50oC selama

30 menit) dan tahan terhadap 9% natrium klorida, tetapi dapat dihambat oleh zat

kimia tertentu seperti 3% heksaklorofen (Jawetz et al., 1996).

S.aureus yang bersifat patogen dan invasif menghasilkan katalase, enzim

koagulase, dan pigmen kuning yang bersifat hemolitik. S.aureus yang tinggal

Page 27: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

9

dalam folikel rambut menimbulkan nekrosis jaringan (faktor dermonekrotik)

(Jawetz et al., 1996).

D. Penyarian

1. Cara Penyarian

Secara umum, cara penyarian dibedakan menjadi dua, yakni dengan

pemanasan dan dengan cara dingin. Penyarian dengan pemanasan terdiri dari

infundasi dan penyarian berkesinambungan. Sedangkan penyarian dengan cara

dingin meliputi perkolasi dan maserasi.

Infundasi digunakan untuk menyari bahan nabati seperti glikosida, dll.

Infundasi dilakukan dengan cara mencampur serbuk simplisia dengan air

dalam panci, kemudian dipanaskan pada suhu 90oC selama 5 menit. Sediaan

cair yang didapat disebut infus. Penyarian dengan cara seperti ini akan didapat

infus yang tidak stabil dan mudah ditumbuhi kapang. Karena itu,

penyimpanannya tidak boleh lebih dari 24 jam (Anonim, 1986a).

Penyarian berkesinambungan disebut juga Soxhletasi, menggunakan alat

yang disebut “Soxhlet”. Pada prinsipnya, cairan penyari dipanaskan hingga

mendidih, uap akan naik ke atas dan mengembun karena adanya pendingin

balik. Embun turun dan melalui serbuk simplisia dan menyari zat-zat yang

dapat larut didalamnya. Proses ini terjadi berulang. Untuk senyawa yang rusak

pada pemanasan biasa, dapat digunakan destilasi uap. Destilasi uap dapat

menyari senyawa yang memiliki titik didih tinggi pada tekanan normal

(Mursyidi, 1990).

Page 28: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

10

Perkolasi merupakan suatu cara penyarian dengan cara mengalirkan cairan

penyari melalui serbuk simplisia. Serbuk simplisia ditempatkan pada suatu

bejana silinder dengan pada bagian bawah bejana terdapat suatu sekat yang

berpori. Cairan penyari dialirkan melalui serbuk simplisia dan akan

melarutkan zat aktif sampai keadaan jenuh. Cairan penyari dapat mengalir

karena adanya gaya berat dan cairan diatasnya dikurangi gaya kapiler yang

cenderung menahannya. Alat yang digunakan disebut perkolator. Serbuk

simplisia yang akan diperkolasi tidak langsung dimasukkan dalam perkolator,

tetapi dimaserasi terlebih dahulu pada tempat tertutup. Ini penting untuk bahan

yang mudah mengembang bila terkena air (Anonim, 1986a).

Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena: lebih selektif, kapang dan

kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas, tidak beracun, netral,

absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala

perbandingan, panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit.

Kekurangannya, etanol mahal harganya. Etanol dapat melarutkan alkaloid

basa (Anonim,1986a).

2. Maserasi

Maserasi adalah cara penyarian yang sederhana yakni dengan merendam

serbuk simplisia dalam cairan penyari. Dinding sel serbuk akan ditembus

cairan penyari, cairan penyari akan sampai pada rongga yang berisi zat aktif

dan melarutkannya. Karena adanya perbedaan konsentrasi di dalam dan di luar

sel, maka zat aktif akan terbawa, berpindah keluar sampai terjadi

Page 29: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

11

kesetimbangan konsentrasi di dalam dan di luar sel. Cara penyarian ini

digunakan untuk zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mudah

mengembang.

Keuntungan cara penyarian ini adalah pengerjaan dan peralatan yang

sederhana dan mudah untuk dilakukan. Sedangkan kerugiannya adalah

pengerjaan yang lama serta penyarian yang kurang sempurna. Pada maserasi,

diperlukan pengadukan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir

simplisia sehingga derajat perbedaan konsentrasi di dalam dan di luar sel tetap

terjaga.

Maserasi dapat dimodifikasi menjadi :

a. Digesti dengan menggunakan pemanasan lemah 40-50oC untuk simplisia

yang tahan terhadap pemanasan.

b. Maserasi dengan mesin pengaduk, dilakukan untuk mempersingkat waktu

ekstraksi yakni 6-24 jam dengan adanya mesin pengaduk yang berputar

terus menerus.

c. Remaserasi, dengan membagi cairan penyari menjadi 2 bagian. Serbuk

simplisia dimaserasi dengan cairan penyari pertama, dan setelah

dienaptuangkan dan diperas, ampas dimaserasi dengan cairan penyari

kedua.

d. Maserasi melingkar, dengan cairan penyari dapat bergerak dan menyebar,

penyari akan mengalir kembali secara berkesinambungan melalui simplisia

dan melarutkan zat aktif.

Page 30: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

12

e. Maserasi melingkar bertingkat dilakukan karena maserasi melingkar tidak

dapat dilakukan secara sempurna karena pemindahan massa berhenti bila

keseimbangan telah terjadi (Anonim, 1986a).

E. Metode Pengukuran Potensi Antibakteri

Metode pengukuran antibakteri dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Metode dilusi

Ada dua macam cara yaitu dilusi cair dan dilusi padat. Pada prinsipnya

antibiotik diencerkan sehingga diperoleh beberapa macam kadar. Pada dilusi cair,

tiap-tiap kadar sampel obat ditambahkan pada suspensi kuman dalam media. Pada

dilusi padat setiap kadar obat dicampur dengan media agar kemudian ditanami

kuman. Pengamatannya adalah ada tidaknya pertumbuhan kuman atau bila

mungkin tingkat kesuburan kuman. Metode dilusi ini dapat digunakan untuk

menentukan KHM dan KBM (Anonim, 1993).

2. Metode difusi

Merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur potensi

antibakteri berdasarkan pengamatan luas zona jernih yang terbentuk di sekitar

tempat penginokulasian obat karena berdifusinya obat (Jawetz et al., 1996).

Dilakukan dengan cara menempatkan obat pada media padat yang telah

ditanami dengan biakan bakteri. Metode difusi ada beberapa cara :

a. Cara Kirby Bauer

Metode ini dilakukan dengan mengoleskan permukaan media agar dengan

kapas yang telah dicelupkan ke dalam suspensi bakteri, kemudian diletakkan

Page 31: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

13

kertas samir yang mengandung antibakteri diatasnya, diinkubasikan pada 37°C

selama 18-24 jam. Hasilnya dibaca berupa zona radikal dan irradikal. Zona radikal

adalah suatu daerah di sekitar kertas samir (disk) yang tidak ditemukan sama

sekali pertumbuhan bakteri. Sedangkan zona irradikal adalah suatu daerah sekitar

disk yang pertumbuhan bakteri dihambat tetapi tidak dimatikan (Anonim, 1993).

b. Cara sumuran

Penyiapan dilakukan seperti cara Kirby Bauer. Setelah biakan siap, dibuat

sumuran dengan diameter tertentu dan tegak lurus terhadap permukaan media, ke

dalam sumuran ini diteteskan larutan uji lalu diinkubasi selama 24-48 jam pada

suhu 37°C. Hasilnya dibaca sama seperti cara Kirby Bauer (Anonim, 1993).

c. Cara pour plate

Suspensi bakteri yang telah memenuhi standar konsentrasi bakteri

(108 CFU/ml) diambil 1 ose dan dimasukkan ke dalam 4 ml media agar base 1,5%

yang mempunyai suhu 50°C. Setelah suspensi kuman tersebut homogen, dituang

pada media agar Mueller Hinton, ditunggu sebentar agar membeku, disk

diletakkan di atas media, diinkubasi selama 15-20 jam pada suhu 37°C, dibaca

hasilnya sesuai cara Kirby Bauer (Anonim, 1993).

F. Fraksinasi

Fraksinasi merupakan salah satu proses untuk memisahkan campuran

komponen seperti ekstrak dari organisme hidup yang dipisahkan dalam beberapa

kelompok dengan sifat fisikokimia yang sama. Proses ini dapat dilakukan dalam

berbagai metode antara lain :

Page 32: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

14

1. Pengendapan

Pengendapan terjadi ketika konsentrasi bahan dalam larutan melebihi

kelarutan maksimumnya. Campuran dapat diendapkan dengan berbagai metode.

Pengendapan dapat digunakan untuk memindahkan bahan penting atau

memindahkan material yang tidak diinginkan dan mempertahankan bahan yang

penting dalam larutan. Metode yang paling sederhana adalah dengan menurunkan

temperatur larutan. Komponen yang kurang larut dapat diendapkan dan

dipisahkan dengan sentrifugasi atau filtrasi. Cara lainnya yaitu dengan mengubah

polaritas pelarut dengan menambahkan pelarut yang dapat bercampur dengan

polaritas yang berbeda. Salting out juga merupakan salah satu cara fraksinasi

dengan pengendapan yaitu dengan menambahkan ekstrak berair dengan larutan

elektrolit yang sangat larut air sehingga bahan non-ionik akan terendapkan

(Houghton, 1988).

2. Ekstraksi pelarut-pelarut

Ketika cairan ditambahkan pada ekstrak yang dilarutkan pada cairan lain

yang tidak saling campur, akan terbentuk dua lapisan. Masing-masing komponen

dalam campuran akan terlarut pada masing-masing fase lapisan dan kemudian

konsentrasinya mencapai titik keseimbangan. Pelarut yang mudah menguap tidak

boleh digojog dengan cairan panas atau hangat. Ini akan meningkatkan tekanan

uap yang dapat menyebabkan tutup corong terdorong dan isinya tersemprot

keluar. Beberapa fase organik sangat mudah membentuk emulsi dengan larutan

yang mengandung air contohnya pelarut kloroform dan diklorometan. Sehingga

penggunaan pelarut ini sebaiknya dihindari, namun bila tetap digunakan

Page 33: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

15

sebaiknya campuran digojog dengan lembut. Cara fraksinasi ini menggunakan

corong pisah (Houghton, 1988).

3. Destilasi

Metode ini digunakan untuk memisahkan campuran komponen volatile.

Cara ini dilakukan secara ekstensif dalam industri, namun penggunaannya terbatas

untuk fraksinasi ekstrak tanaman dan hanya dapat dipakai untuk minyak volatile

(minyak esensial). Alat yang digunakan adalah destilator (Houghton, 1988).

4. Dialisis

Metode dialisis digunakan untuk pemisahan komponen dalam suatu

campuran berdasarkan ukuran molekulnya. Bagian yang penting dari prosedur ini

adalah membran semipermeabel yang tipis yang mengandung polimer dengan

pori-pori tertentu yang memberikan jalan untuk molekul kecil (massa molekul

< 1000 dalton). Molekul dengan ukuran yang lebih besar tidak mungkin dapat

lewat. Tekanan osmotik yang mendekati molekul berukuran kecil dalam suatu

campuran mampu melewati membran sedangkan molekul yang lebih besar

tertinggal (Houghton, 1988).

5. Elektroforesis

Elektroforesis digunakan sebagai metode analisis suatu campuran dalam

jumlah kecil yang mengandung molekul bermuatan terutama protein, peptida dan

asam amino. Elektroforesis merupakan suatu metode pemisahan substansi dari

suatu campuran yang mengandung energi listrik. Dibawah pengaruh energi listrik,

masing-masing molekul akan bergerak dengan kecepatan berbeda-beda

berdasarkan pada ukuran, bentuk, dan total energi listrik (Houghton, 1988).

Page 34: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

16

6. Kromatografi

Kromatografi merupakan teknik yang digunakan pada fraksinasi ekstrak

untuk isolasi banyak senyawa alam. Kromatografi terdiri dari dua fase yaitu fase

diam dan fase gerak. Fase diam biasanya berupa padatan. Proses kromatografi

terjadi akibat adanya kesetimbangan dinamik zat terlarut pada dua fase.

Kromatografi dibagi menjadi dua yaitu adsorpsi dan partisi. Adsorpsi

merupakan distribusi senyawa diantara permukaan padat dan cairan. Partisi

merupakan distribusi senyawa diantara dua cairan yang tidak saling campur.

Kromatografi kolom merupakan teknik yang paling tua. Kromatografi kolom

merupakan bentuk kromatografi cair yang digunakan untuk memisahkan

campuran dalam jumlah besar. Sebuah tabung diisi dengan fase diam padat,

sampel diletakkan di bagian atas kolom (tabung kaca atau plastik) dan fase gerak

dialirkan ke bawah melewati kolom. Biasanya fase diam dibuat dalam bentuk

suspensi dan dimasukkan ke dalam kolom. Campuran senyawa (cuplikan)

dialirkan di atas fase diam dan fase gerak dibiarkan mengalir karena adanya

pengaruh gaya gravitasi atau karena adanya tekanan rendah, melewati cuplikan

dan fase diam dan membawa serta senyawa yang larut didalamnya. Dengan

demikian, senyawa dalam cuplikan dapat dipisahkan dan dikumpulkan sebagai

fraksi (Gritter, 1991).

Pemilihan fase diam pada kromatografi kolom bergantung pada sifat/

polaritas dan tingkat keaktifan fase diam. Gugus hidroksi pada permukaan polar

berfungsi untuk menarik molekul senyawa dari cuplikan yang kompleks karena

adanya antaraksi dipol-dipol dan ikatan hidrogen. Jika semua titik telah ditempati

Page 35: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

17

air atau pelarut berproton seperti alkohol atau amina, fase diam dikatakan tidak

aktif, maka harus dilakukan pengaktifan dengan pemanasan untuk menghilangkan

air. Fase diam yang paling sering digunakan adalah alumina dan silika gel,

merupakan fase diam yang paling berguna dan mudah didapat. Pemilihan fase

gerak merupakan hal yang penting karena harus dapat menentukan pelarut yang

sesuai untuk dapat menghasilkan pemisahan yang diinginkan (Gritter, 1991).

G. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

KLT merupakan salah satu metode yang digunakan untuk memisahkan

komponen-kompenen. Pada dasarnya, KLT menggunakan dua fase, yaitu fase

diam (stationary) dan fase gerak (mobil). Fase diam berupa zat padat, sedangkan

fase gerak berupa zat cair. Karena itu, KLT dikenal sebagai kromatografi serapan

(absorption chromatography). Pada kromatografi, senyawa yang dipisahkan akan

terdistribusi diantara fase gerak dan fase diam (Sastrohamidjojo, 1985).

KLT digunakan untuk tujuan kualitatif, kuantitatif, atau preparatif. Secara

kualitatif, KLT digunakan untuk melihat ada atau tidaknya suatu senyawa di

dalam cuplikan. Pada kromatogram KLT dikenal istilah faktor retardasi (Rf) yang

didefinisikan :

Rf =eluenrambat Jarak bercakrambat Jarak (Mulja dan Suharman, 1995).

Secara kuantitatif, KLT digunakan untuk melihat jumlah masing-masing

komponen dalam campuran. Sedangkan secara preparatif, KLT digunakan untuk

memperoleh senyawa dalam jumlah yang memadai (miligram sampai gram)

dalam keadaan murni (Gritter, 1991).

Page 36: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

18

Pemilihan fase diam didasarkan pada polaritasnya. Fase diam yang banyak

digunakan adalah silika gel. Silika gel G merupakan silika gel yang dicampur

dengan CaSO4 lebih kurang 13%. CaSO4 berfungsi sebagai perekat gypsum pada

pelat. Pemilihan fase gerak didasarkan pada polaritas sampel, untuk sampel non

polar, dipilih fase gerak yang non polar dan sebaliknya (Mulja dan Suharman,

1995).

H. Bioautografi

Merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi aktivitas

antibakteri suatu senyawa dengan kromatogram hasil pemisahan senyawa uji pada

KLT. Caranya dengan menempelkan kromatogram hasil pemisahan pada KLT

pada media agar dalam cawan petri yang telah diinokulasikan bakteri yang akan

diuji. Setelah itu, dilakukan inkubasi selama 15-20 jam pada 37oC. Senyawa pada

kromatogram akan berdifusi ke dalam media agar dan akan tampak zona jernih di

sekitar kromatogram jika senyawa tersebut memiliki daya antibakteri sedangkan

daerah yang jauh dari bercak akan tampak keruh (Zweig dan Whitaker, 1971).

Bioautografi merupakan metode universal untuk mengetahui antibiotik yang

belum diketahui komponennya (Stahl, 1969). Metode ini membutuhkan waktu

6-16 jam tergantung dari pertumbuhan mikroorganisme. Deteksi kimia dengan

reaksi warna spesifik digunakan sebagai pembanding hasil bioautografi sehingga

kedua metode diatas saling melengkapi (Stahl, 1969).

Bioautografi dibagi dalam tiga kategori, yakni bioautografi kontak,

bioautografi immersi dan bioautografi langsung. Pada bioautografi kontak,

Page 37: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

19

antimikrobia berdifusi dari plat yang diinokulasikan ke media agar. Kromatogram

diinokulasikan pada media agar dan didiamkan beberapa menit atau jam untuk

memberi kesempatan untuk berdifusi. Kromatogram diangkat dan media agar

diinkubasikan. Zona hambat akan tampak pada permukaan media agar di sekitar

bercak kromatogram. Kerugian metode ini adalah kesulitan dalam

menyempurnakan kontak antara agar dan plat kromatogram dan kemampuan

penyerapan pada permukaan media agar (Choma, 2005).

Pada metode bioautografi immersi dan bioautografi langsung dibutuhkan

larutan tetrazolium yang digunakan untuk mendeteksi zona hambat. Daerah yang

ditumbuhi oleh organisme akan berwarna merah sedangkan daerah hambatan akan

berwarna jernih. Bioautografi langsung dilakukan dengan mencelupkan atau

menyemprot suspensi bakteri yang dicampur dengan larutan tetrazolium.

Kemudian plat diinkubasi. Cara ini yang paling rumit dan alat yang digunakan

lebih mahal dibandingkan bioautografi kontak (Choma, 2005).

Pada bioautografi immersi kromatogram ditutup dengan agar yang masih

cair. Setelah agar memadat kemudian diinkubasi. Kekurangan dari bioautografi

immersi yaitu adanya pengenceran antibakteri pada lapisan agar selama agar

masih berbentuk cair sehingga zona hambat yang terjadi dapat menyebar (Choma,

2005).

Selain larutan tetrazolium, dapat juga digunakan larutan 2,3,5-

trifeniltetrazolium klorida dan larutan 2,6-diklorofenol indofenol setelah 4 jam

diinkubasi. Kemudian media tersebut diinkubasi lagi selama 30 menit. Zona

Page 38: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

20

hambat akan berwarna biru (Zweig dan Whitaker, 1971 ; Wagman dan Weinstein,

1973).

I. Landasan Teori

Kulit batang kemiri digunakan untuk mengobati diare dan disentri

(Anonim, 1995). Salah satu senyawa kimia yang terkandung dalam kemiri adalah

alkaloid (Arief,1996). Alkaloid dapat tersari dalam etanol dan memiliki aktivitas

fisiologi sebagai antibakteri terhadap S.aureus (Melinda, 2005) dengan S.aureus

merupakan bakteri flora normal dalam hidung manusia (Jawetz et al., 1996). Saat

ini, S.aureus merupakan jenis bakteri yang sudah resisten terhadap antibiotik

golongan penisilin [MRSA (Methicilin-Resistant Staphylococcus aureus)].

Bakteri ini merupakan patogen utama bagi manusia. Piridin-piperidin merupakan

golongan alkaloid yang mempunyai aktivitas antibakteri yang kuat maupun lemah

( Roberts, 1998).

Metode yang digunakan untuk penyarian alkaloid adalah remaserasi

kinetik karena alkaloid mudah larut dalam pelarut organik. Dengan metode ini,

diharapkan senyawa yang terdapat dalam serbuk kulit batang kemiri dapat tersari

seluruhnya karena adanya pengulangan maserasi dengan penggantian pelarut

setiap 24 jam dan pengadukan (Mursyidi, 1990). Metode fraksinasi dilakukan

dengan kromatografi kolom karena cuplikan yang akan dipisahkan tersedia dalam

jumlah yang besar. Fraksinasi ini bertujuan untuk memisahkan ekstrak menjadi

beberapa fraksi (Cordell, 1981) sehingga memudahkan dalam pengidentifikasian.

Menurut Cordell (1981) fase gerak untuk alkaloid piridin adalah kloroform :

Page 39: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

21

metanol : asam asetat (60:10:1). Namun pada penelitian ini fase gerak yang

digunakan adalah kloroform : etanol (95:5), kloroform : etanol : asam asetat

(90:8:2), dan kloroform : etanol : asam asetat (90:5:5). Etanol digunakan sebagai

pengganti metanol karena metanol bersifat toksik. Karena metanol mempunyai

nilai kepolaran 5,1 dan etanol 5,2 maka perbandingan jumlah etanol yang

digunakan lebih sedikit. Hal ini bertujuan supaya kepolaran fase gerak yang

digunakan mendekati kepolaran fase gerak kloroform : metanol : asam asetat

(60:10:1) sehingga alkaloid tersari di fase gerak ini.

Untuk memilih fraksi yang aktif sebagai antibakteri, digunakan metode

difusi. Bioautografi dilakukan untuk mengetahui apakah senyawa yang terdapat

dalam fraksi aktif berpotensi sebagai antibakteri terhadap S.aureus dengan

mendeteksi bercak pada kromatogram hasil KLT dan reaksi warna pada

kromatogram KLT dan nilai Rf antara zona hambat yang terbentuk dengan nilai

Rf pembanding (piridin) digunakan untuk mendapatkan identitas fraksi aktif

sebagai antibakteri.

J. HIPOTESIS

Fraksi-fraksi kloroform-etanol-asam asetat dapat berfungsi sebagai

antibakteri terhadap S.aureus.

Page 40: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian rancangan eksperimental murni dengan

rancangan penelitian acak lengkap pola searah. Penelitian ini dilakukan di

Laboratorium Farmakognosi Fitokimia dan Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Opersional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas

Beberapa fraksi hasil pemisahan kromatografi kolom.

b. Variabel tergantung

Zona hambat yang terbentuk di sekitar lubang sumuran pada metode difusi

padat atau yang terbentuk di sekitar bercak pada kromatogram hasil

bioautografi kontak.

c. Variabel terkendali

Umur tanaman kemiri ± 6 tahun dari lingkungan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, suhu pengeringan 60°C, waktu

maserasi 24 jam, waktu inkubasi bakteri uji 24 jam, suhu inkubasi bakteri

uji 370C, volume dan jenis media pertumbuhan mikroba uji yaitu nutrien

agar.

22

Page 41: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

23

2. Definisi Operasional

a. Kulit batang kemiri (Aleurites moluccana L. Willd) adalah bagian luar dari

dahan dan cabang pohon kemiri yang berbatasan dengan kambium batang

dan pohon kemiri yang digunakan berada di lingkungan Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta dengan usia ± 6 tahun.

b. Potensi antibakteri adalah kemampuan fraksi kloroform : etanol (95:5),

fraksi kloroform : etanol : asam asetat (90:8:2), dan fraksi kloroform :

etanol : asam asetat (90:5:5) dari ekstrak etanol-asam asetat kulit batang

kemiri untuk menghambat atau membunuh bakteri S.aureus.

c. Ekstrak etanol-asam asetat adalah semua senyawa yang terkandung dalam

kulit batang kemiri yang dapat tersari dalam pelarut etanol-asam asetat.

d. Fraksi adalah hasil pemisahan dari kromatografi kolom dalam berbagai

variasi perbandingan pelarut yaitu fraksi I [kloroform : etanol (95:5)],

fraksi III [kloroform : etanol : asam asetat (90:8:2)], dan fraksi V

[kloroform : etanol : asam asetat (90:5:5)].

e. Fraksi kloroform-etanol adalah fraksi yang mengandung senyawa hasil

pemisahan dari kromatografi kolom yang dapat tersari dalam pelarut

kloroform-etanol.

f. Fraksi kloroform-etanol-asam asetat adalah fraksi yang mengandung

senyawa hasil pemisahan dari kromatografi kolom yang dapat tersari

dalam pelarut kloroform-etanol-asam asetat.

g. Fraksi aktif adalah fraksi yang mengandung senyawa hasil pemisahan dari

kromatografi kolom yang memiliki aktivitas antibakteri terbesar terhadap

Page 42: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

24

S.aureus ditunjukkan dengan diameter zona hambat terbesar pada difusi

padat dengan metode sumuran.

h. Zona hambat adalah zona jernih pada media agar yang telah ditanami

bakteri uji, yang terbentuk di sekitar lubang sumuran atau di sekitar bercak

plat kromatogram karena potensi antibakteri yang ditimbulkan oleh fraksi

aktif.

i. Difusi sumuran adalah metode yang digunakan untuk menguji potensi

antibakteri fraksi kloroform : etanol (95:5), fraksi kloroform : etanol :

asam asetat (90:8:2), dan fraksi kloroform : etanol : asam asetat (90:5:5)

dari ekstrak etanol-asam asetat kulit batang kemiri terhadap S.aureus.

j. Bioautografi kontak adalah metode untuk mendeteksi bercak senyawa

aktif pada kromatogram hasil KLT yang mempunyai potensi sebagai

antibakteri terhadap bakteri S.aureus dengan cara menempelkan

kromatogram pada media agar yang telah diinokulasikan bakteri uji.

C. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah kulit batang kemiri yang didapat dari

lingkungan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Petroleum

eter t.k, etanol t.k, asam asetat 10%, aquadest steril. Kultur murni Staphylococcus

aureus yang didapat dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Media Nutrien agar (NA) dan Nutrien

Broth (NB), alumunium silika gel G 254 (E. Merck) p.a, glass wool, larutan

Page 43: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

25

standar Mc Farland II (setara dengan kepadatan bakteri 6.108 CFU/ml), kloroform

p.a, etanol p.a, asam asetat p.a, pereaksi semprot CAS (Cerium Amonium Sulfat),

pereaksi Bourchardat, Dragendorff, dan Mayer, HCl 1%, Na2CO3 1 M, NaSO4

anhidrat.

2. Alat

Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat gelas yaitu Erlenmeyer, bekker

glass, tabung reaksi, corong, labu ukur, pipet tetes, pHmeter, cawan petri, batang

pengaduk, gelas ukur, sendok, pelubang sumuran, shaker (Innova 2100, New

Brunswick Scientific), corong Buchner (New Cartle, Staffs, England),

rotaevaporator (Janke dan Kunkel, Ika-Labotechnik, RV 05-ST), autoclave

(Model KT-40, ALP Co. Ltd Hamurasi Tokyo Japan); oven (memmert),

waterbath (Mammert), alat kromatografi kolom, corong pisah, inkubator

(Mammert, tipe BE 400, GmbH+CoKG-D91126, Swahaban FRG

Germanymicrobiological safety cabinet), neraca analitik (Scaltec Instruments

Heiligen Stadt Germany), lampu spiritus, jarum ose, flakon, tempat

pengembangan (Chamber) KLT, mikrokapiler, penyangga lempeng kaca, kertas

saring dan penyemprot reagen penampak, lampu UV 254 nm dan UV 365 nm.

D. Tata Cara Penelitian

1. Identifikasi Tanaman

Identifikasi tanaman dilakukan secara makroskopis di Laboratorium

Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Page 44: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

26

Yogyakarta dengan cara mendeterminasi bagian tanaman (bagian bunga dan

daun) dengan buku panduan Selected Medical Plant Monographic and

Description (Kardono dkk, 2003).

2. Pengumpulan Bahan

Kulit batang kemiri didapat dari pohon kemiri di lingkungan Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berumur ± 6 tahun

pada bulan Februari sampai bulan Maret. Bagian yang diambil adalah bagian

cabang batang yang berdiameter antara 4–12 cm. Kulit batang dicuci dengan

air mengalir untuk menghilangkan pengotor kemudian ditiriskan untuk

menghilangkan sisa-sisa air cucian. Selanjutnya dipotong kecil-kecil dan

dikeringkan.

3. Pengeringan dan Pembuatan Serbuk

Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 600C selama

± 2 hari. Pengeringan dilakukan hingga kulit batang tersebut mudah

dipatahkan. Lalu diserbuk dan diayak dengan ayakan dengan nomor mesh 28

hingga didapat serbuk yang halus.

4. Identifikasi Kandungan Senyawa Aktif Kulit Batang Kemiri (Aleurites

moluccana L. Willd) dengan Uji Tabung

a. Uji Alkaloid

Dua gram serbuk kulit batang dipanaskan dalam tabung reaksi

Page 45: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

27

dengan 10 ml HCl 1% selama 30 menit. Suspensi disaring dengan kapas.

Eluen dibagi ke dalam tiga tabung reaksi A, B, dan C sama banyak. Ke

dalam tabung reaksi A ditambah 3 tetes pereaksi Dragendorff, ke dalam

tabung reaksi B ditambah pereaksi Mayer, dan ke dalam tabung reaksi C

ditambah pereaksi Bourchardat. Jika terbentuk endapan dengan

penambahan ketiga pereaksi tersebut, menunjukkan adanya alkaloid.

b. Uji Polifenol

Dua gram serbuk kulit batang kemiri dipanaskan dengan 10 ml air

selama 10 menit dalam penangas air mendidih. Disaring panas-panas,

setelah dingin, ditambah 3 tetes pereaksi besi (III) klorida. Didapatkan

warna hijau-biru menunjukkan adanya polifenol.

5. Ekstraksi Kulit Batang Kemiri

Serbuk ditimbang sebanyak ± 250 gram dan dibagi ke dalam 5 buah

Erlenmeyer masing-masing berisi 50 gram serbuk. Tiap Erlenmeyer

ditambahkan pelarut petroleum eter sampai serbuk terendam ± 150 ml,

kemudian ditutup dan digojog menggunakan shaker selama 1 jam. Lalu

disaring dengan corong Buchner, filtrat yang didapat dibuang sedangkan

ampas dikeringkan dengan oven pada suhu 400C untuk menghilangkan sisa

petroleum eter. Ampas yang didapat dimaserasi menggunakan etanol-asam

asetat 10% sampai pHnya 4-5. Kemudian digojog menggunakan shaker

dengan kecepatan 170 rpm selama ± 24 jam. Disaring dengan corong

Buchner, akan didapat filtrat I dan ampas I. Ampas I diremaserasi dengan

Page 46: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

28

menggunakan etanol-asam asetat 10%, seperti cara diatas. Kemudian disaring

dengan corong Buchner hingga didapat filtrat II dan ampas II. Ampas II

diremaserasi seperti cara diatas hingga didapat filtat III dan ampas III. Ampas

III buang sedangkan filtrat III dijadikan satu dengan filtrat I dan filtrat II,

kemudian diuapkan dengan rotaevaporator hingga volume filtrat berkurang

sepertiga dari volume sebelumnya. Setelah itu diuapkan diatas waterbath,

sampai didapat ekstrak etanol-asam asetat kental.

6. Preparasi sample , Fase diam, dan Fase Gerak Kromatografi Kolom

Ekstrak kental diencerkan dengan etanol-asam asetat 10%, kolom dicuci

dengan aquadest dan dibilas dengan etanol, glass wool dimasukkan

secukupnya dengan bantuan pinset dan lidi. Kolom dipasang pada statif

setinggi ± 20 cm, keran ditutup. Ke dalam kolom, dimasukkan sedikit fase

gerak kloroform : etanol (95:5). Pembuatan fase diam dilakukan dengan

mencampuar 20 gram silika gel G 254 dengan kloroform : etanol (95:5) di

dalam bekker glass 100 ml, kemudian diaduk. Bila terbentuk buih

dihilangkan. Suspensi silika gel G 254 dimasukkan ke dalam kolom, kolom

ditepuk hingga pengepakan homogen dan gelembung yang terbentuk hilang.

Sesudah homogen, ditambah NaSO4 anhidrat. Keran dibuka pada bagian

bawah kolom, biarkan fase gerak menetes. Fase diam dicuci dengan 50 ml

fase gerak kloroform : etanol (95:5) kemudian dibiarkan menetes hingga fase

gerak yang tertinggal di atas fase diam ± 0.5 cm, kemudian keran bawah

ditutup.

Page 47: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

29

7. Fraksinasi Ekstrak Etanol-Asam Asetat dengan Kromatografi Kolom

Ke dalam kolom, sebanyak 1,0 ml sample dimasukkan secara hati-hati.

Ketika sampel hampir masuk semua, keran dibuka dan fase gerak kloroform

: etanol (95:5) dialirkan melalui dinding kolom. Fase gerak dialirkan terus

menerus sehingga di atas fase diam selalu terdapat eluen 0,5-1 cm. Di dalam

Erlenmeyer, eluen ditampung hingga didapat eluen sebanyak 90 ml (fraksi I).

Setelah didapat 90 ml eluen, bagian bawah keran ditutup. Fase gerak diganti

dengan fase gerak kloroform : etanol : asam asetat (90:8:2) yang ditempatkan

pada corong pisah. Fase gerak kloroform : etanol : asam asetat (90:8:2)

dialirkan dari corong pisah (keran bagian bawah kolom dalam keadaan

terbuka) dan dipastikan tinggi volume fase gerak di atas fase diam selalu 0.5-

1 cm. Di dalam Erlenmeyer 2, eluen ditampung sampai kira-kira fase gerak

sebelumnya habis, ± 20 ml (fraksi II). Setelah itu, ke dalam Erlenmeyer 3,

eluen ditampung hingga didapat eluen sebanyak 80 ml (fraksi III). Keran

bagian bawah ditutup, fase gerak diganti dengan fase gerak kloroform :

etanol : asam asetat (90:5:5) yang ditempatkan pada corong pisah. Fase gerak

kloroform : etanol : asam asetat (90:5:5) dialirkan dari corong pisah (keran

bagian bawah kolom dalam keadaan terbuka) dan dipastikan tinggi volume

fase gerak diatas fase diam selalu 0.5-1 cm. Di dalam Erlenmeyer 4, eluen

ditampung sampai kira-kira fase gerak sebelumnya habis, ± 20 ml (fraksi IV).

Setelah itu, ke dalam Erlenmeyer 5, eluen ditampung hingga didapat eluen

sebanyak 90 ml (fraksi V).

Page 48: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

30

8. Uji Potensi Antibakteri Tiap Fraksi dan Pemilihan Fraksi Aktif

a. Pembuatan Suspensi bakteri Staphyloccocus aureus

Ke dalam 5 ml nutrien broth, bakteri uji dari kultur murni diinokulasikan

sebanyak 1 ose dan diinkubasi selama 24 jam. Setelah 24 jam, kepadatan

bakteri uji disamakan dengan larutan standar Mc Farland II (setara dengan

kepadatan bakteri 6.108 CFU/ml).

b. Pembiakan bakteri uji secara pour plate

Ke dalam tabung reaksi yang berisi agar cair yang telah didinginkan pada

suhu 450C, sebanyak 1,0 ml suspensi bakteri diinokulasikan. Tabung

reaksi di vortex, campuran dituang ke dalam cawan petri steril dan

dibiarkan memadat. Inkubasikan terbalik.

c. Pengujian dan penentuan fraksi aktif

Pada media agar yang telah diinokulasikan bakteri S.aureus, dibuat lubang

sumuran. Ke dalam tiap lubang dimasukkan berbagai macam fraksi yang

didapat (satu lubang satu fraksi). Inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.

Setelah 24 jam, zona hambat yang terbentuk diamati. Zona hambat dengan

diameter terbesar dipilih sebagai fraksi aktif.

9. Uji Kualitatif Fraksi Aktif Dengan Metode KLT

Fraksi kental hasil penyarian serbuk kulit batang kemiri secara

kromatografi kolom disari dengan HCl 1% sebanyak 3 ml di atas waterbath

pada suhu 50oC selama 5 menit. Filtrat yang didapat ditambah Na2CO3 1 M

dengan pH 8-9 kemudian disari dengan kloroform 3 ml. Didapat dua lapisan

Page 49: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

31

cairan, lapisan atas dinetralkan dengan asam asetat dan merupakan larutan

untuk uji alkaloid kuaterner. Lapisan bawah disari dengan HCl 1% dan

didapat dua lapisan cairan. Lapisan atas digunakan untuk uji alkaloid tersier

dan lapisan bawah disingkirkan. Larutan uji alkaloid kuaterner dan tersier

tersebut masing-masing dipekatkan di atas waterbath kemudian dilarutkan

dengan air beberapa tetes untuk uji KLT. Pada KLT, digunakan fase diam

silika gel G 254, fase gerak yang digunakan adalah fase gerak kloroform :

etanol : asam asetat (60:20:20). Setelah fraksi aktif ditotolkan pada fase diam,

dimasukkan ke dalam tabung pengembang yang telah berisi fase gerak.

Pengembangan dilakukan dua kali yakni 5 cm dan 10 cm sehingga jarak elusi

fase gerak 15 cm. Setelah itu, fase diam diangkat kemudian diangin-anginkan

sampai kering setelah itu dideteksi dengan UV 254 nm dan 365 nm.

Dilakukan uji identifikasi senyawa hasil KLT dengan pereaksi warna CAS,

kemudian hasilnya dibandingkan dengan pembanding.

10. Uji Potensi Antibakteri Senyawa Aktif Dari Fraksi Aktif Terhadap

Staphylococcus aureus dengan Metode Bioautografi Kontak

Fase diam yang telah dikembangkan dalam pengembang diangkat,

kemudian plat kromatogram yang diperoleh dihilangkan fase geraknya

dengan didiamkan selama 24 jam, kemudian diinokulasikan pada permukaan

media agar dalam petri yang telah diinokulasikan bakteri S.aureus selama

1 jam. Diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37oC. Akan didapat zona

jernih pada media agar bila senyawa dapat berdifusi ke daam lapisan tersebut

Page 50: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

32

dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan lapisan yang

ditumbuhi bakteri akan berwarna buram. Hasil tersebut dibandingkan dengan

hasil identifikasi kualitatif senyawa aktif dengan metode reaksi warna pada

KLT sebelumnya. Parameter yang diukur adalah nilai Rf yang terdapat pada

plat kromatogram dengan nilai Rf pada media agar yang terjadi

penghambatan (terbentuk zona hambat) di daerah yang sesuai dengan lokasi

bercak pada plat kromatogram.

Page 51: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

33

Pengeringan dan pembuatan serbuk

- diameter 4-12 cm

Identifikasi tanaman

Pengumpulan kulit batang

- makroskopis

Pembuatan ekstrak etanol-asam asetat

Maserasi menggunakan pelarut etanol-asam asetat

Uji tabung

- uji alkaloid - uji polifenol

- Pengeringan dengan oven 600C - Penyerbukan dan Pengayakan

Fraksinasi ekstrak etanol-asam asetat dengan kromatografi kolom

- fase diam : silika gel GF 254 - fase gerak :

1. kloroform : etanol (95:5) 2. kloroform : etanol : asam asetat (90:8:2) 3. kloroform : etanol : asam asetat (90:5:5)

Uji potensi antibakteri tiap fraksi dengan metode sumuran

Page 52: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

34

Identifikasi kualitatif fraksi aktif dengan metode KLT

- fase diam : silika gel GF 254 - fase gerak : kloroform : etanol : asam asetat (60:20:20) - deteksi UV 254 dan UV 365 - pereaksi semprot CAS - pembanding: Piridin

Uji potensi antibakteri fraksi aktif terhadap S.aureus

dengan metode Bioautografi kontak

Analisis hasil

Gambar 1. Skema Penelitian Potensi Antibakteri Fraksi Floroform-Etanol-Asam Asetat dari Ekstrak Etanol-Asam Asetat Kulit Batang Kemiri Terhadap Staphylococcus aureus

E. Analisis Hasil

Uji potensi antibakteri fraksi kloroform : etanol (95:5), fraksi kloroform :

etanol : asam asetat (90:8:2), dan fraksi kloroform : etanol : asam asetat (90:5:5)

dari ekstrak etanol serbuk kulit batang kemiri ditunjukkan dengan diameter zona

hambat yang diperoleh dengan metode pengujian menggunakan difusi sumuran.

Potensi dilihat dari ada tidaknya zona hambat disekitar sumuran. Kandungan

senyawa dalam fraksi aktif kulit batang kemiri diperoleh dengan uji tabung.

Penentuan fraksi aktif ditentukan berdasarkan zona hambat terbesar

dengan cara membandingkannya dengan kontrol positif. Data senyawa yang

berupa nilai Rf dan warna bercak diperoleh berdasarkan uji KLT dari fraksi aktif.

Page 53: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

35

Potensi antibakteri fraksi aktif diperoleh dengan melihat ada tidaknya zona

hambat yang ditimbulkan oleh bercak kromatogram yang diletakkan pada media

agar yang telah diinokulasi bakteri uji S.aureus.

Pengamatan nilai Rf dilakukan terhadap bercak yang dihasilkan dengan

deteksi pada lampu UV 254 nm, 365 nm dan pereaksi semprot CAS serta dapat

dilihat perolehan nilai Rfnya. Hasil dan data penelitian yang diperoleh

dibandingkan dengan pustaka menurut Cordell (1981).

Page 54: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi Tanaman

Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah identifikasi

tanaman kemiri (Aleurites moluccana L. Willd). Langkah ini dilakukan dengan

tujuan untuk memastikan bahwa tanaman yang diteliti benar-benar merupakan

tanaman yang diharapkan, yakni tanaman kemiri (Aleurites moluccana L. Willd).

Dari hasil identifikasi, dapat dipastikan bahwa tanaman yang akan diteliti

merupakan tanaman kemiri (Aleurites moluccana L. Willd).

B. Pengumpulan Bahan

Dalam penelitian ini, bahan yang akan diteliti adalah bagian kulit batang

tanaman kemiri di lingkungan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang berumur ± 6 tahun. Pengambilan bahan dilakukan antara bulan

Februari sampai dengan Maret 2005. Kulit batang kemiri yang akan diteliti

didapat dari batang yang berdiameter antara 4-12 cm karena batang dengan

diameter tersebut dapat dianggap sudah cukup tua/ dewasa dan diharapkan zat

kimia yang terkandung sudah cukup banyak untuk penelitian. Selain itu, batang

dengan diameter 4-12 cm akan lebih mudah untuk dikuliti daripada yang

berukuran kurang atau lebih dari kisaran tersebut. Kulit batang yang didapat

dicuci dengan air mengalir dengan tujuan untuk membersihkan kotoran-kotoran

yang menempel yang jika tidak dibersihkan akan mengganggu jalannya penelitian

yakni pada saat identifikasi senyawa. Digunakan air mengalir agar kotoran-

36

Page 55: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

37

kotoran yang menempel langsung terbawa oleh air meninggalkan kulit batang

kemiri. Kemudian ditiriskan untuk menghilangkan sisa-sisa air cucian.

Selanjutnya kulit batang kemiri dipotong kecil-kecil untuk memudahkan pada saat

penyerbukan.

C. Pengeringan dan Pembuatan Serbuk

Langkah selanjutnya adalah pengeringan dan pembuatan serbuk. Pengeringan

dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam kulit

batang kemiri karena air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan jamur,

kapang, dan bakteri sehingga adanya air yang berlebih dapat menyebabkan kulit

batang kemiri ditumbuhi mikroorganisme. Jika hal itu terjadi, dikhawatirkan zat

kimia yang terkandung dalam kulit batang kemiri akan terurai. Penguraian ini

akan mengganggu pada saat pengidentifikasian karena zat kimia yang terkandung

dalam ekstrak bukan yang sebenarnya, karena hasil penguraian. Pengeringan

dilakukan sampai kadar air tidak lebih dari 10% (Anonim, 1985). Ini ditandai

dengan mudah patahnya simplisia jika diremas dengan tangan. Pengeringan

dilakukan dengan menggunakan oven dengan kipas penghembus udara sehingga

terjadi sirkulasi yang baik pada suhu 60oC hingga bahan yang dikeringkan mudah

hancur jika diremas dengan tangan. Setelah bahan kering, langkah selanjutnya

adalah penyerbukan menggunakan mesin penyerbuk. Penyerbukan dilakukan

dengan tujuan untuk memperoleh bahan dengan ukuran partikel yang lebih kecil

karena semakin kecil ukuran partikel, berarti semakin besar luas permukaan

sehingga akan memperbesar kontak dengan cairan penyari pada saat penyarian, ini

Page 56: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

38

akan meningkatkan efektifitas penyarian karena zat yang tersari akan lebih banyak

dan penyarian dapat berlangsung lebih cepat. Setelah bahan diserbuk, selanjutnya

bahan diayak untuk memperoleh serbuk yang halus untuk meningkatkan

efektifitas penyarian. Ayakan yang dipakai adalah ayakan dengan nomor mesh 28.

Serbuk halus yang telah didapat selanjutnya disari menggunakan pelarut yang

telah ditentukan.

D. Identifikasi Kandungan Senyawa Aktif Kulit Batang Kemiri (Aleurites

moluccana L. Willd) dengan Uji Tabung

Sebelum memasuki langkah selanjutnya, terlebih dahulu dilakukan uji tabung

serbuk kulit batang kemiri. Tujuan dilakukan uji ini adalah untuk mengetahui zat

kimia yang terkandung dalam serbuk kulit batang kemiri. Uji tabung yang

dilakukan adalah uji alkaloid dan uji polifenol karena mengacu pada penelitian

sebelumnya (Melinda, 2005) bahwa dalam kulit batang kemiri mengandung

alkaloid dan polifenol. Uji alkaloid dilakukan untuk lebih memastikan adanya

alkaloid dalam kulit batang kemiri yang berpotensi sebagai antibakteri terhadap

S.aureus. Pengendapan akan terjadi bila alklaoid bereaksi dengan metal atau

metaloid seperti bismuth (terdapat pada pereaksi Dragendorff), merkuri (terdapat

pada pereaksi Mayer) dan iodium (terdapat pada pereaksi Bourchardat) (Bruneton,

1994). Dari hasil uji alkaloid didapatkan hasil bahwa kulit batang kemiri

mengandung alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan coklat merah pada

penambahan pereaksi Dragendorff dan endapan putih kekuningan pada

penambahan pereaksi Mayer. Endapan juga terbentuk pada penambahan pereaksi

Page 57: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

39

Bourchardat. Pada uji polifenol, didapatkan hasil yang positif. Artinya simplisia

mengandung polifenol ditandai dengan filtrat menjadi berwarna hijau biru pada

penambahan FeCl3.

Tabel I. Hasil Uji Tabung Serbuk Kulit Batang Kemiri

No. Pengujian Pengamatan Hasil1. Uji Alkaloid

Filtrat 1 + Dragendorff LP Filtrat 2 + Mayer LP Filtrat 3 + Bourchardat LP

Terbentuk endapan coklat merah Terbentuk endapan putih kekuningan Terbentuk endapan coklat kemerahan

+ + +

2. Uji Polifenol Filtrat + FeCl3

Hijau biru

+

Hasil uji tabung sesuai dengan penelitian terdahulu (Melinda, 2005) bahwa

kulit batang kemiri mengandung alkaloid dan polifenol. Kedua zat tersebut

memiliki potensi sebagai antibakteri. Menurut penelitian Melinda (2005), zat yang

terkandung dalam kulit batang kemiri, yang berpotensi sebagai antibakteri

terhadap S.aureus adalah alkaloid. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas

alkaloid sebagai antibakteri terhadap S.aureus.

E. Ekstraksi Kulit Batang Kemiri

Penyarian merupakan cara yang dilakukan untuk mendapatkan ekstrak dari

simplisia. Pada penelitian ini, metode penyarian yang digunakan untuk

mendapatkan ekstrak etanol-asam asetat adalah metode maserasi dengan pelarut

etanol 70%-asam asetat 10% dengan pH 4-5. Etanol merupakan pelarut organik

yang bersifat semi polar sampai polar. Etanol dipilih sebagai penyari karena sifat-

sifatnya, antara lain selektif karena hanya menyari zat-zat yang memiliki polaritas

Page 58: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

40

yang hampir sama dengan polaritas etanol, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam

etanol 20% keatas karena itu dipakai etanol 70%, tidak beracun, netral,

absorpsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan,

panas yang dipakai untuk pemekatan lebih sedikit (Anonim, 1986a). Etanol dapat

melarutkan alkaloid basa (Anonim, 1986a) karena penelitian ini lebih ditekankan

pada pengidentifikasian alkaloid yang terkandung dalam kulit batang kemiri yang

berpotensi sebagai antibakteri terhadap S.aureus (Melinda, 2005).

Cara remaserasi kinetik digunakan dalam penelitian ini karena mudah dan

pengerjaannya sederhana yakni hanya merendam serbuk simplisia dalam cairan

penyari yang sesuai serta dilakukan pengadukan. Dinding sel serbuk akan

ditembus cairan penyari, cairan penyari akan sampai pada rongga yang berisi zat

aktif dan melarutkannya. Karena adanya perbedaan konsentrasi di dalam dan di

luar sel, maka zat aktif akan terbawa, berpindah keluar sampai terjadi

kesetimbangan konsentrasi di dalam dan di luar sel. Keuntungan cara penyarian

ini adalah senyawa yang terkandung dalam serbuk kulit batang kemiri dapat

tersari secara optimal karena adanya pengulangan maserasi setiap 24 jam dan

pengadukan. Sedangkan kerugiannya adalah pengerjaan yang lama, penggunaan

pelarut yang cukup banyak serta penyarian yang kurang sempurna yakni untuk

mendapatkan hasil yang maksimal harus dilakukan maserasi berulang kali. Pada

maserasi, diperlukan pengadukan untuk meratakan konsentrasi di luar butir

simplisia sehingga derajat perbedaan konsentrasi di dalam dan di luar sel tetap

terjaga.

Page 59: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

41

Pada proses penyarian, sebelum dilakukan penyarian dengan cairan

penyari etanol 70%, sebelumnya simplisia dimaserasi terlebih dahulu

menggunakan petroleum eter. Maserasi menggunakan petroleum eter ini bertujuan

untuk memisahkan ekstrak dari senyawa non polar seperti lemak dan senyawa non

polar lainnya (lilin, damar, klorofil) yang mungkin terkandung di dalam kulit

batang kemiri karena petroleum eter dapat digunakan untuk menyari senyawa non

polar tersebut sehingga diperoleh ekstrak yang bebas dari senyawa non polar. Ini

akan menguntungkan pada saat identifikasi karena ekstrak tidak mengandung

banyak zat. Selain itu lemak harus dihilangkan karena akan mengganggu pada

proses pengidentifikasian senyawa. Alkaloid merupakan senyawa semi polar,

namun demikian, alkaloid tidak larut pada petroleum eter (Mursyidi, 1990).

Penggojogan menggunakan shaker dimaksudkan untuk meratakan kandungan zat

aktif di luar sel sehingga perbedaan konsentrasi di dalam dan di luar sel yang

merata tetap terjaga. Karena adanya perbedaan konsentrasi di dalam dan di luar

sel, maka zat aktif akan terbawa, berpindah keluar sampai terjadi kesetimbangan

konsentrasi di dalam dan di luar sel. Hasil maserasi disaring menggunakan corong

Buchner, penyaringan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan filtrat dan

filtrat yang didapat, yang mengandung lemak dibuang, sedangkan ampasnya

dikeringkan menggunakan oven pada suhu 40oC untuk menghilangkan sisa

petroleum eter. Ampas yang didapat diremaserasi kinetik. Remaserasi ini

dilakukan untuk menyari kembali zat aktif yang mungkin masih tertinggal di

dalam ampas yang belum tersari sehingga penyarian menjadi lebih optimal.

Penyarian menggunakan etanol dilakukan selama 3 x 24 jam. Penguapan

Page 60: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

42

dilakukan dengan menggunakan rotaevaporator hingga volume filtrat berkurang

sepertiga dari volume sebelumnya. Penggunaan rotaevaporator untuk

mempercepat pemisahan cairan penyari dengan ekstrak. Setelah itu diuapkan di

atas waterbath pada suhu 50oC, sampai didapat ekstrak etanol-asam asetat kental.

Berat ekstrak etanol-asam asetat kental yang diekstrak secara maserasi dari 250

gram serbuk kulit batang kemiri adalah 2,12 gram. Ekstrak ini yang nantinya akan

dikromatografi kolom untuk mendapatkan fraksi-fraksi dengan zat-zat yang tersari

dari kulit batang kemiri terbagi dalam fraksi-fraksi tersebut sesuai dengan

polaritasnya.

F. Preparasi Sampel, Fase Diam, dan Fase Gerak Kromatografi Kolom

Sampel yang akan diuji merupakan fraksi-fraksi yang didapat dari

kromatografi kolom ekstrak etanol-asam asetat kental. Kromatografi kolom ini

termasuk dalam kromatografi fase normal karena fase gerak yang digunakan

bersifat lebih non polar daripada fase diamnya, penggunaan glass wool bertujuan

untuk menahan fase diam keluar dari kolom pada saat kromatografi berlangsung.

Fase diam yang digunakan adalah silika gel G 254. Sebelum digunakan, terlebih

dahulu dilakukan pengaktifan silika gel yakni dengan dipanaskan di dalam oven

pada suhu 100oC selama 15 menit. Tujuan pengaktifan ini adalah untuk

menghilangkan air yang mungkin ada di dalam silika gel karena adanya air akan

menghambat proses kromatografi. Selain itu pengaktifan dilakukan untuk

mengembangkan pori-pori silika gel untuk memperlancar proses kromatografi.

Pembuatan fase diam dilakukan dengan mencampur 20 gram silika gel G 254

Page 61: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

43

dengan fase gerak kloroform : etanol (95:5) sampai terbentuk bubur silika gel.

Bila terbentuk buih dihilangkan karena adanya buih akan menyebabkan

terbentuknya rongga udara pada fase diam sehingga akan mengganggu proses

pemisahan. Suspensi silika gel G 254 dimasukkan ke dalam kolom, kolom

ditepuk-tepuk untuk memperoleh lapisan yang seragam sehingga pengepakan

homogen dan gelembung-gelembung yang terbentuk hilang. Sesudah homogen,

ditambah NaSO4 anhidrat. Penggunaan NaSO4 anhidrat bertujuan untuk mengikat

H2O yang mungkin terkandung dalam fase gerak dan menyerap O2 sehingga

mencegah kolom agar tidak terisi oleh udara dan H2O. Adanya H2O dapat

mengganggu fase gerak dalam membawa zat aktif yang larut di dalamnya karena

H2O dapat menempati rongga-rongga tempat merembesnya fase gerak untuk

membawa zat aktif. Selain itu, penambahan NaSO4 bertujuan untuk melindungi

fase diam agar tidak rusak saat cuplikan dan fase gerak di tuang ke kolom. Fase

diam dicuci dengan fase gerak kloroform : etanol (95:5) kemudian dibiarkan

menetes hingga volume fase gerak yang tertinggal di atas fase diam ± 0,5 cm agar

permukaan fase diam tidak kering.

G. Fraksinasi Ekstrak Etanol-Asam Asetat Dengan Kromatografi Kolom

Sampel yang akan dipisahkan secara kromatografi kolom dimasukkan ke

dalam kolom secara hati-hati karena jika tidak hati-hati dapat menyebabkan

ketidakhomogenan permukaan fase diam sehingga dapat mempengaruhi

homogenitas pada saat pemisahan oleh fase gerak. Jumlah sampel sebanyak

1,0 ml dengan kosentrasi 10%. Namun semakin tinggi konsentrasi sampel yang

Page 62: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

44

digunakan akan semakin baik karena itu berarti jumlah zat yang terkandung di

dalam fraksi-fraksi terpisah lebih banyak pula sehingga akan lebih memudahkan

pada uji kualitatif selanjutnya. Fase gerak dialirkan terus menerus sehingga di atas

fase diam selalu terdapat eluen 0,5-1,0 cm agar permukaan fase diam tidak kering.

Fase gerak dialirkan melalui dinding kolom untuk menjaga agar permukaan fase

diam tetap rata/ homogen karena jika diteteskan dapat menyebabkan permukaan

fase diam menjadi tidak rata. Fase gerak yang digunakan untuk menyari alkaloid

piridin adalah kloroform : metanol : asam asetat (60:10:1) (Cordell, 1981). Namun

pada penelitian ini fase gerak yang digunakan adalah kloroform : etanol (95:5),

kloroform : etanol : asam asetat (90:8:2), dan kloroform : etanol : asam asetat

(90:5:5). Etanol digunakan sebagai pengganti metanol karena metanol bersifat

toksik. Karena metanol mempunyai nilai kepolaran 5,1 dan etanol 5,2 maka

perbandingan jumlah etanol yang digunakan lebih sedikit. Hal ini bertujuan

supaya kepolaran pelarut mendekati kepolaran fase gerak kloroform : metanol :

asam asetat (60:10:1) sehingga alkaloid tersari di fase gerak ini. Masing-masing

fase gerak diperlukan sebanyak 100 ml. Tujuan digunakan 3 macam fase gerak

dengan variasi perbandingan adalah untuk mendapatkan pemisahan yang lebih

baik sesuai dengan polaritasnya. Ini akan lebih menguntungkan pada saat

pengidentifikasian.

Dari hasil kromatografi kolom, didapat 5 fraksi. Tiga fraksi nantinya akan

digunakan untuk uji potensi antibakteri dan juga uji kualitatif dengan pereaksi

warna dan bioautografi kontak. Fraksi yang akan digunakan adalah fraksi I, fraksi

III, dan fraksi V. Masing-masing fraksi didapat volume: fraksi I = ± 90 ml, fraksi

Page 63: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

45

III = ± 80 ml, dan fraksi V = ± 90 ml. Fraksi II dan fraksi IV (masing-masing

fraksi didapat volume ± 20 ml) tidak digunakan karena fraksi II diperkirakan

merupakan fraksi peralihan dari fase gerak I ke fase gerak III sedangkan fraksi IV

diperkirakan merupakan fraksi peralihan dari fase gerak III ke fase gerak V.

Namun demikian, belum ada bukti kualitatif yang menyatakan bahwa fraksi II dan

fraksi IV merupakan fraksi peralihan. Dari ketiga fraksi ini dipilih salah satu yang

memberikan potensi yang paling besar sebagai antibakteri. Selanjutnya fraksi ini

akan digunakan untuk uji kualitatif secara KLT dengan pereaksi warna dan

bioautografi kontak.

H. Uji Potensi Antibakteri Tiap Fraksi dan Pemilihan Fraksi Aktif

Pengujian potensi antibakteri dilakukan menggunakan metode difusi

sumuran. Bakteri yang digunakan adalah S.aureus. Pertimbangan penggunaan

bakteri ini adalah karena bakteri ini merupakan bakteri gram positif yang bersifat

patogen dan merupakan bakteri flora normal bagi beberapa orang karena empat

puluh sampai lima puluh persen manusia merupakan pembawa S.aureus dalam

hidung dan dalam folikel rambut (Jawetz et al., 1996). Selain itu S.aureus

merupakan bakteri yang telah resisten terhadap antibiotik golongan penisilin

(MRSA) karena seringnya terjadi infeksi nosokomial. Pengujian ini dilakukan

untuk mengetahui apakah fraksi yang didapat memiliki potensi antibakteri

terhadap S.aureus, juga untuk menentukan fraksi mana yang memberikan daya

hambat yang paling besar diantara fraksi-fraksi yang telah didapat. Fraksi yang

memiliki daya hambat terbesar inilah yang nantinya akan digunakan untuk

Page 64: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

46

langkah selanjutnya, dengan fraksi ini akan dicari identitas zat aktif yang

terkandung di dalamnya yang berpotensi sebagai antibakteri. Pemilihan fraksi

aktif dilakukan dengan melihat zona jernih di sekitar lubang sumuran yang

memiliki diameter yang terbesar. Larutan standar kepadatan bakteri uji yang

digunakan adalah larutan standar Mc Farland II (setara dengan kepadatan bakteri

6.108 CFU/ml) karena partikel pada larutan standar Mc Farland II memiliki

ukuran partikel yang hampir sama dengan ukuran partikel sel bakteri S.aureus.

Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri uji yang berumur 24-48 jam karena

pada waktu tersebut, pertumbuhan bakteri sedang memasuki fase logaritmik/

eksponensial. Pada fase ini, bakteri sedang tumbuh secara optimal sehingga waktu

tersebut merupakan waktu yang optimal untuk dilakukan pengujian dan hasil

pengamatan yang didapat benar-benar obyektif karena bakteri uji yang mati

disebabkan oleh zat aktif yang terkandung dalam fraksi, bukan karena umur

bakteri yang sudah tua. Pembiakan bakteri uji dilakukan menggunakan cara pour

plate karena S.aureus merupakan bakteri gram positif, bersifat anaerob fakultatif

yang tidak membentuk spora, tidak bergerak (Jawetz et al., 1996) sehingga

dengan metode pour plate diharapkan S.aureus dapat tersebar merata dalam media

uji, tidak hanya tumbuh di permukaan. Inkubasi terbalik yang dilakukan bertujuan

untuk menghindari titik-titik air yang terbentuk dari uap panas media agar

sehingga dapat menghalangi pengamatan.

Konsentrasi fraksi yang digunakan adalah 10 mg/ml karena menurut

penelitian terdahulu (Melinda, 2005), ini adalah konsentrasi terkecil yang masih

bisa menghambat pertumbuhan bakteri. Metode pengukuran potensi antibakteri

Page 65: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

47

menggunakan metode sumuran agar fraksi yang diuji tidak hanya berdifusi di

permukaan media saja tetapi merata ke dalam media, pada metode ini, zat aktif

akan berdifusi ke dalam media agar NA dan ke dalam sel bakteri sehingga ada

faktor yang menentukan zat aktif dapat berdifusi, yakni sifat polaritas dari zat

aktif. Media agar NA yang digunakan bersifat polar, demikian pula dinding sel

S.aureus karena tersusun atas polisakarida, asam teikoat dan protein (Jawetz et al.,

1991) sehingga zat-zat yang bersifat polar akan lebih mudah untuk berdifusi dan

menembus dinding sel bakteri. Pelarut fraksi akan membantu berdifusinya zat

aktif ke dalam media agar NA sehingga pelarut yang bersifat polar akan lebih

mudah membawa zat aktif berdifusi ke dalam media agar NA. Kontrol positif

yang digunakan adalah piridin. Konsentrasi piridin yang digunakan adalah 5%.

Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO. Kontrol kontaminasi berupa

media agar untuk memastikan bahwa media agar yang digunakan tidak

terkontaminasi.

Tabel II. Rerata Diameter Zona Hambat Fraksi Kloroform-Etanol-Asam Asetat dari Ekstrak Etanol-Asam Asetat Kulit Batang Kemiri Terhadap Staphylococcus aureus

Fraksi Etanol-Asam Asetat

Diameter zona hambat (cm) Rerata

x ± SD I II III Fraksi I - - - - Fraksi III 0,9 0,7 0,8 0,8 ± 0,1 Fraksi V 1,5 1,4 1,4 1,43 ± 0,06 Kontrol (+) 1,2 1,2 1,2 1,2 ± 0

Dari uji ini dapat ditentukan fraksi aktif yang akan digunakan pada uji

selanjutnya, yakni uji identifikasi dengan melihat zona hambat yang terbesar.

Page 66: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

48

Melihat hasil yang didapat, fraksi aktif dari fraksi kloroform-etanol-asam asetat

dari ekstrak etanol-asam asetat kulit batang kemiri adalah fraksi V yang memiliki

rerata diameter zona hambat lebih besar dari fraksi I dan fraksi III dengan rerata

diameter zona hambat sebesar 1,43 cm. Karena diameter zona hambat fraksi aktif

lebih besar daripada diameter zona hambat kontrol positif, maka fraksi aktif ini

berpotensi untuk dikembangkan.

I. Uji Kualitatif Fraksi Aktif Dengan Metode KLT

Uji KLT dilakukan untuk mencari identitas dari zat aktif yang berpotensi

sebagai antibakteri berdasarkan nilai Rf dan warna bercak dilihat pada UV 254,

UV 365, dan pereaksi semprot CAS, pada kromatogram yang telah dikembangkan

secara KLT. KLT yang digunakan merupakan kromatografi fase normal karena

fase gerak yang digunakan lebih bersifat non polar daripada fase diamnya. Fase

diam yang digunakan adalah silika gel G 254 karena bersifat polar dan fase gerak

yang digunakan adalah kloroform : etanol : asam asetat dengan perbandingan

60:20:20. Fraksi kental hasil penyarian serbuk kulit batang kemiri secara

kromatografi kolom disari dengan HCl 1% sebanyak 3 ml di atas waterbath pada

suhu 50oC selama 5 menit. Penggunaan HCl 1% bertujuan untuk membentuk

garam alkaloid (dalam bentuk basa) agar larut dalam air dengan cara menarik

alkaloid, karena alkaloid memiliki pasangan elektron bebas pada atom N sehingga

dapat mengikat asam membentuk garam. Alkaloid netral akan larut dalam HCl.

Filtrat yang didapatkan ditambah dengan Na2CO3 1 M dengan pH 8-9 kemudian

disari dengan kloroform. Penambahan Na2CO3 bertujuan untuk membebaskan

Page 67: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

49

garam alkaloid menjadi alkaloid bebas yang larut dalam pelarut non polar yakni

kloroform. Pada tahap ini, akan didapatkan dua lapisan cairan, yakni untuk uji

alkaloid tersier dan alkaloid kuaterner. Untuk uji KLT, pelarut yang digunakan

adalah air karena apabila digunakan DMSO (pelarut yang digunakan pada uji

potensi antibakteri) akan sulit menguap sehingga akan memperlama pada saat

pengeringan dan kemungkinan besar akan menimbulkan pengekoran setelah

proses elusi. Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya pengotor dalam

DMSO sehingga menyebabkan bercak tampak mengekor. Pengembangan

dilakukan dua kali. Pengembangan pertama berjarak 5 cm dan pengembangan

kedua berjarak 10 cm. Tujuan dilakukan pengembangan sebanyak dua kali agar

senyawa dapat terpisah dengan baik dilihat dari bercak KLT yang terpisah jelas.

Pembanding yang digunakan adalah piridin hasil sintesis. Pembanding dan fraksi

tidak ditotolkan dalam satu plat karena setelah dilakukan pengembangan bercak

kromatogram piridin memiliki hasil yang melebar sehingga dikhawatirkan bercak

kromatogram piridin dan bercak kromatogram fraksi akan menumpuk. Identifikasi

senyawa hasil KLT dilakukan dengan sinar UV 254, UV 365 dan pereaksi warna

CAS.

Tabel III. Hasil Identifikasi Senyawa Alkaloid Kuaterner Fraksi Kloroform– Etanol - Asam Asetat (90 : 5 : 5) Dari Ekstrak Etanol-Asam Asetat dengan Fase Gerak Kloroform– Etanol - Asam Asetat (60:20:20)

Deteksi Nama Senyawa Rf

UV 254 UV 365 CAS Alkaloid kuaterner 0,56 Terjadi

pemadaman Tak

tampak Berwarna coklat

kekuningan Piridin 0,47 Terjadi

pemadaman Tak

tampak Tak tampak

Page 68: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

50

Rf

Gambar 2. Kromatogram Alkaloid Kuaterner Fraksi Aktif [Kloroform : Etanol : Asam Asetat (90 : 5 : 5)] dari Ekstrak Etanol-Asam

Asetat Kulit Batang Kemiri (Aleurites moluccana L. Willd) Fase diam : silika gel G 254 Fase gerak : kloroform : etanol : asam asetat (60:20:20)

Kromatogram alkaloid kuaterner ekstrak etanol-asam asetat kulit batang

kemiri memiliki nilai Rf 0,56. Pada pengamatan dengan UV 254 nm, terjadi

pemadaman pada alkaloid kuaterner sehingga berwarna ungu kehitaman,

sedangkan pengamatan dengan UV 365 nm tidak memberikan warna. Pada

penyemprotan dengan pereaksi CAS (Cerium Amonium Sulfat), alkaloid tersier

memberikan warna coklat kekuningan.

Page 69: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

51

Tabel IV. Hasil Identifikasi Senyawa Alkaloid Tersier Fraksi Kloroform – Etanol - Asam Asetat (90 : 5 : 5) Dari Ekstrak Etanol-Asam Asetat dengan Fase Gerak Kloroform – Etanol - Asam Asetat (60:20:20)

Deteksi Nama Senyawa Rf UV 254 UV 365 CAS

Alkaloid tersier 0,57 Terjadi pemadaman

Tak tampak

Berwarna coklat kekuningan

Piridin 0,47 Terjadi pemadaman

Tak tampak

Tak tampak

Kromatogram alkaloid tersier ekstrak etanol-asam asetat kulit batang

kemiri memiliki nilai Rf 0,57. Pada pengamatan dengan UV 254 nm, terjadi

pemadaman pada alkaloid tersier sehingga berwarna ungu kehitaman, sedang pada

UV 365 nm tidak memberikan warna. Pada penyemprotan dengan pereaksi CAS,

alkaloid tersier memberikan warna coklat kekuningan.

Page 70: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

52

Rf

Gambar 3. Kromatogram Alkaloid Tersier Fraksi Aktif [Kloroform : Etanol : Asam Asetat (90 : 5 : 5)] dari Ekstrak Etanol-Asam Asetat Kulit Batang Kemiri (Aleurites moluccana L. Willd)

Fase diam : silika gel G 254 Fase gerak : kloroform : etanol : asam asetat (60:20:20)

Pada hasil uji KLT, piridin tidak menimbulkan warna dengan

penyemprotan pereaksi CAS. Ini disebabkan karena piridin merupakan suatu ligan

yang lebih lemah dibandingkan alkaloid indol (gambar 4) sehingga piridin tidak

dapat membentuk kompleks dengan cerium, karena itu tidak terbentuk kompleks

warna. Piridin memiliki satu atom N dengan pasangan elektron bebas (PEB)

Page 71: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

53

(Cordell, 1981), karenanya piridin memiliki sifat penarik elektron yang lebih kuat

dibandingkan alkaloid indol. Piridin akan lebih menstabilkan cincin aromatisnya

sehingga sulit memberikan PEB untuk membentuk kompleks. Pereaksi CAS dapat

menimbulkan warna (kuning-jingga) pada alkaloid indol, namun itu tergantung

pada gugus kromofor yang terdapat pada alkaloid tersebut, juga pada struktur

alkaloid (Cordell, 1981). Jadi dapat disimpulkan bahwa alkaloid yang terkandung

di dalam fraksi kloroform-etanol-asam asetat dari fraksi etanol-asam asetat kulit

batang kemiri bukan alkaloid piridin dan kemungkinan adalah alkaloid indol. Ini

dapat dilihat pada hasil uji KLT bercak kromatogram menimbulkan warna coklat

kekuningan pada penyemprotan dengan pereaksi CAS. Warna ditimbulkan

karena adanya ikatan antara logam berat dengan pereaksi semprot (logam Ce pada

CAS) dengan alkaloid membentuk senyawa kompleks (gambar 5).

N

+

piridin CAS

Ce[NH4 (SO4)]2 tidak bereaksitidak terbentuk kompleks warna

Gambar 4. Reaksi Piridin dengan Pereaksi CAS

Page 72: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

54

2NH 3

NH N

2

Ce

N 2

Alkaloid Indol CAS

Senyawa komplekberwarna

2

H2SO4++

Ce [NH4 (SO4)]2+

Gambar 5. Reaksi Pembentukan Senyawa Kompleks oleh Alkaloid Indol

dengan Pereaksi CAS

Dari hasil kromatografi, dapat disimpulkan bahwa alkaloid tersier lebih

bersifat non polar daripada alkaloid kuaterner. Ini dapat dilihat dari nilai Rf yang

didapat. Nilai Rf alkaloid tersier lebih besar (0,57) daripada nilai Rf alkaloid

kuaterner (0,56). Ini disebabkan karena alkaloid tersier lebih terikat pada fase

gerak daripada fase diam. Karena adanya perbedaan struktur alkaloid tersier dan

kuaterner (gambar 6) (pada alkaloid kuaterner terdapat N+) menyebabkan alkaloid

kuaterner bersifat lebih elektronegatif dibandingkan alkaloid tersier sehingga

alkaloid kuaterner bersifat lebih polar dibandingkan alkaloid tersier.

N..

N+

alkaloid tersier alkaloid kuaterner

Gambar 6. Struktur gugus amin pada alkaloid tersier dan kuaterner

Page 73: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

55

J. Uji Potensi Antibakteri Senyawa Aktif dari Fraksi Aktif Terhadap

Staphylococcus aureus Dengan Metode Bioautografi Kontak

Metode bioautografi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk

mendeteksi aktivitas antibakteri kromatogram hasil pemisahan pada KLT (Zweig

dan Whitaker, 1971). Dengan metode ini dapat diketahui identitas senyawa yang

memiliki potensi antibakteri yang sebelumnya telah ditentukan berdasar nilai Rf

dan berdasar reaksi warna yang terjadi. Metode ini dapat menentukan fraksi yang

diuji aktif atau tidak. Sebelum diinokulasikan pada media agar, fase diam yang

telah dikembangkan, dihilangkan fase geraknya terlebih dahulu dengan diangin-

anginkan selama 24 jam agar fase gerak benar-benar telah hilang sehingga pada

waktu penginokulasian tidak terdapat zona hambat yang disebabkan oleh fase

gerak. Hal ini dapat menyebabkan hasil penelitian kurang optimum karena zona

hambat yang terbentuk bukan murni karena zat aktif, tetapi juga disebabkan oleh

fase gerak yang tertinggal. Setelah benar-benar kering, kromatogram

diinokulasikan pada permukaan media agar NA dalam petri yang telah

diinokulasikan bakteri S.aureus. Petri yang digunakan adalah petri yang

berdiameter 14 cm karena jika digunakan petri yang berukuran kecil, plat KLT

tidak dapat ditempelkan ke dalam petri karena ukuran petri yang terlalu kecil. Plat

KLT yang digunakan adalah plat alumunium p.a silika gel G 254 karena lebih

ringan daripada lempeng kaca sehingga tidak merusak media agar NA. Akan

didapatkan zona jernih pada media agar NA di sekitar bercak jika senyawa dapat

berdifusi ke dalam lapisan tersebut dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri,

sedangkan lapisan yang ditumbuhi bakteri akan berwarna buram. Hasil penelitian

Page 74: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

56

menunjukkan hasil negatif. Fraksi kloroform-etanol-asam asetat (90:5:5) dari

ekstrak etanol-asam asetat kulit batang kemiri tidak berpotensi sebagai antibakteri

terhadap S.aureus.

Tabel V. Hasil Uji Potensi Antibakteri Fraksi Aktif (fraksi V) Terhadap Staphylococcus aureus dengan Metode Bioautografi Kontak

NAMA SENYAWA ZONA HAMBAT Kontrol positif (piridin) Pada nilai Rf 0,47

Alkaloid kuaterner - Alkaloid tersier -

Page 75: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Fraksi I [kloroform : etanol (95:5)] tidak mempunyai potensi antibakteri

terhadap Staphylococcus aureus, fraksi kloroform : etanol : asam asetat

(90:8:2), dan fraksi kloroform : etanol : asam asetat (90:5:5) dari ekstrak

etanol-asam asetat kulit batang kemiri mempunyai potensi antibakteri terhadap

Staphylococcus aureus.

2. Fraksi kloroform-etanol-asam asetat (90:5:5) adalah fraksi aktif dari ekstrak

etanol-asam asetat kulit batang kemiri (Aleurites moluccana L. Willd) yang

berperan sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus.

3. Senyawa yang terdapat dalam fraksi kloroform-etanol-asam asetat (90:5:5)

antibakteri Staphylococcus aureus kemungkinan adalah alkaloid indol.

4. Senyawa golongan alkaloid yang terdapat dalam fraksi kloroform-etanol-asam

asetat (90:5:5) tidak berpotensi sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus dengan uji secara bioautografi kontak.

B. SARAN

1. Perlu dilakukan ekstraksi kulit batang kemiri menggunakan metode ekstraksi

atau fraksinasi yang lain.

2. Perlu dilakukan penelitian mengenai senyawa lain yang terkandung dalam

fraksi V dari ekstrak etanol asam asetat serbuk kulit batang kemiri yang

berpotensi sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus.

57

Page 76: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

58

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1986a, Sediaan Galenik, 8-9, 5-12, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1986b, Medicinal Herb Index In Indoesia, 115, PT. EISAI, Indonesia.

Anonim, 1993, Dasar-dasar Pemeriksaan Mikrobiologi, 27, 110-114, Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta.

Anonim, 1995, Materia Medika Indonesia, Jilid IV, 10, 14, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2006, Piperin, a Phytochemical Potentiator of Ciprofloxacin against

Staphylococcus aureus, http://aac.asm.org/cgi/content/full/50/2/810. Diakses pada 27 September 2006.

Anonim, 2006, Antimicrobial Activity Studies on some Piperidine and Pyrolidine

Substituted Halogenobenzene Derivates, http://www.ingentaconnect.com/ content/tandf/genz/2006/00000021/00000002/art00012?crawber=true. Diakses pada 21 September 2006.

Arief, A., 1996, Tanaman Obat Pilihan, Cetakan I, 129-130, Yayasan Sidowayah,

Jakarta. Brunetom, J., 1994, Pharmacognosy Phytochemistry Medicinal Plants, 2nded,

791, Lavoiser Publishing inc, New York. Choma, I., 2005, The Use of Thin-Layer Chromatography with Direct

Bioautography for Antimicrobial Analysis, http//www.lcgceurope.com /lcgceurope/ articel/ articel Detail. Diakses pada 19 Septembar 2005.

Cordell, Geoffrey, A., 1981, Introduction to Alkaloids; A Biogenetic Approach, 8,

11, 17-18, University of Illionois, United State of America. Duke, J. A., 1999, Dr. Duke’s Phytochemical and Ethnobotanical Databases,

Taxon: Aleurites moluccana (L.) Willd, http://www.ars-grin.gov/cgi-bin/duke/ethnobot.pl, Diakses pada 03 Mei 2006.

Gritter, R. J., 1991, Pengantar Kromatografi, 9-10, 17-18, 160, 163, 165, 169,

Penerbit ITB, Bandung. Houghton, P., J., Raman, A., 1998, Laboratory Handbook for The Fractionation

of Natural Extract, 74-84, 1st ed, Thomson Publishing, london.

Page 77: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

59

Hutapea, J. R., dkk, 1993, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, 23, Depertemen Kesehatan RI Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta.

Jawets, E., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A., 1996, Mikrobiologi Untuk Profesi

Kesehatan (Review Medical Mikrobiology), diterjemahkan oleh H. Tonang, , Editor Bonang, Edisi XVI, 239, Kedokteran EGC, Jakarta.

Jawets, E., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A., 1996, Medical Mikrobiology,

diterjemahkan oleh Edi Nugroho, Edisi XX, 214, Kedokteran EGC, Jakarta.

Kardono, I., Areanti, N., Dewiyanti, I., dan Basuki, T., 2003, Selected Medical

Plant Monographic dan Description, 56-63, PT Gramedia Indonesia Jakarta.

Melinda, 2005, Potensi Antibakteri Fraksi Etil Asetat dan Fraksi Etanol Kulit

Batang Kemiri (Aleurites moluccana L. Willd) Terhadap Staphylococcus aureus, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Mulja, M., dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, 225-227, Airlangga

Univercity Press, Surabaya. Mursyidi, A., 1990, Analisis Metabolit Sekunder, cetakan pertama, 63-71, Pusat

Antar Universitas Bioteknologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Roberts, Margaret, F., and Wink, Michael, 1998, Alkaloid: Biochemistry, Ecology,

and Medicinal Applications, 87-105, 416, 421-423, Plenum Press, New York.

Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Kimia Tumbuhan Tinggi, diterjemahkan

oleh Kosasih Padmawinata, 281, 284, Penerbit ITB, Bandung.

Samuelsson, G., 1999, Drugs of Natural Origin, Edisi IV, 15, Apotekarsocieteten, Sweden.

Sastrohamidjojo, H., 1985, Kromatografi, Edisi II, Cetakan I, 1, 34-35, Liberty, Yogyakarta.

Stahl, E., 1969, Thin Layer Chromatography a Laboratory Handbook, 2nd Ed, 4–

17, 568, Springer-Verlag Berlin, New York. Wagman, G. H., and Weinstein, M. J., 1973, Chromatography of Antibiotics, Vol

26, 3-9, Elsivier Scientific Publishing Company, Amsterdam-London, New York.

Page 78: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

60

Zweig, G., and Whitaker, J. R., 1971, Paper Chromatography and Electrophoresis, 397-399, Academic Press, London.

Page 79: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

61

Page 80: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

62

Lampiran 2. Foto Tanaman Kemiri (Aleurites moluccana L. Willd)

Page 81: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

63

Lampiran 3. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Fraksi Hasil Pemisahan Kromatografi Kolom Terhadap Staphylococcus aureus Secara Difusi Sumuran

Keterangan :

Fraksi I : fraksi I [kloroform : etanol (95:5)]

Fraksi III : fraksi III [kloroform : etanol : asam asetat (90:8:2)]

Fraksi V : fraksi V [kloroform : etanol : asam asetat (90:5:5)]

Kontrol Kontaminasi : Kontrol Kerja

Kontrol (-) : kontrol negatif [pelarut (DMSO)]

Page 82: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

64

Lampiran 4. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Piridin sebagai Kontrol Positif Terhadap Staphylococcus aureus secara Difusi Sumuran

Keterangan :

Piridin : kontrol positif

KT : kontrol kerja

KP : kontrol pelarut (etanol p.a.)

Page 83: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

65

Lampiran 5. Foto Hasil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Piridin dengan Fase Gerak Kloroform : Etanol : Asam Asetat (60:20:20)

I II

Keterangan:

Fase diam = Silika Gel G 254 nm

I. Piridin sebagai pembanding alkaloid tersier dengan UV 254 nm

II. Piridin sebagai pembanding alkaloid kuaterner dengan UV 254 nm

Page 84: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

66

Lampiran 6. Foto Hasil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Alkaloid Tersier Dengan Fase Gerak Kloroform : Etanol : Asam Asetat (60:20:20)

I II Keterangan:

Fase diam = Silika Gel G 254 nm

Deteksi dengan :

I. UV 254 nm

II. Penyemprot CAS

Page 85: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

67

Lampiran 7. Foto Hasil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Alkaloid Kuaterner Dengan Fase Gerak Kloroform : Etanol : Asam Asetat (60:20:20)

I II Keterangan:

Fase diam = Silika Gel G 254 nm

Deteksi dengan :

I. UV 254 nm

II. Penyemprot CAS

Page 86: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

68

Lampiran 8. Hasil Uji Potensi antibakteri Alkaloid Tersier Fraksi V [Kloroform : Etanol : Asam Asetat (60:20:20)] Kulit Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi Kontak Terhadap Staphylococcus aureus

Page 87: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

69

Lampiran 9. Hasil Uji Potensi antibakteri Alkaloid Kuaterner Fraksi V [Kloroform : Etanol : Asam Asetat (60:20:20)] Kulit Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi Kontak Terhadap Staphylococcus aureus

Page 88: DAYA ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM- … Kulit Batang Kemiri ..... 27 6. Preparasi Sampel, Fase diam, dan Fase gerak Kromatografi Kolom ..... Batang Kemiri dengan Metode Bioautografi

70

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama lengkap Patricia Silih

Widhiandhisti. Lahir di Sleman, Yogyakarta pada

tanggal 23 April 1986, putri pertama dari dua

bersaudara pasangan Dionisius Sukarman dan

Athanasia Yulia Sumiyem. Penulis Skripsi berjudul

”POTENSI ANTIBAKTERI FRAKSI

KLOROFORM – ETANOL - ASAM ASETAT

DARI EKSTRAK ETANOL-ASAM ASETAT KULIT BATANG KEMIRI

(Aleurites moluccana L. Willd) TERHADAP Staphylococcus aureus” ini

pernah menempuh pendidikan di SD Kanisius Minggir (1991-1997), kemudian

melanjutkan di SMP Pangudi Luhur Kaliduren dan lulus pada tahun 2000. Setelah

itu melanjutkan ke SMU Pangudi Luhur St. Yoseph Yogyakarta, lulus pada tahun

2003. Penulis melanjutkan kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta pada tahun 2003.