18
DAMPAK YANG DIRASAKAN SENDIRI PADA PELATIHAN BERBASIS SIMULASI DALAM MANAJEMEN KEADAAN DARURAT OBSTETRIK PADA KEHIDUPAN NYATA Tujuan: Untuk mengevaluasi dampak yang dirasakan sendiri pada peserta yang menghadiri kursus pelatihan berbasis simulasi pada pengelolaan darurat obstetri di kehidupan nyata. Desain penelitian: Sebuah studi tindak lanjut prospektif dilakukan. Perawat kebidanan dan dokter kandungan (n=54) dari sebuah rumah sakit perawatan tersier universitas berpartisipasi dalam kursus pelatihan berbasis simulasi untuk pengelolaan empat keadaan darurat obstetrik. Satu tahun setelah sesi terakhir, peserta diminta untuk mengisi kuesioner untuk mengevaluasi dampak yang dirasakan sendiri sejauh pengetahuan mereka, keterampilan teknis, dan keterampilan kerja sama tim dalam situasi kehidupan nyata yang dialami. Skala yang digunakan adalah lima poin Likert. Uji 2 dengan satu derajat kebebasan atau uji eksak Fisher digunakan untuk membandingkan kelompok peserta. T-test untuk sampel independen digunakan untuk membandingkan nilai rata-rata antara kelompok. Hasil: Sebanyak 46 tenaga kesehatan profesional menjawab kuesioner: 27 dokter kandungan dan 19 perawat kebidanan. Dari jumlah tersebut, 87 % dianggap perbaikan (skor 4 atau 5) dalam pengetahuan dan keterampilan mereka dalam menangani kedaruratan obstetrik di kehidupan nyata. Perawat kebidanan mengungkapkan peningkatan secara signifikan lebih tinggi

Dampak Yang Dirasakan Sendiri Pada Pelatihan Berbasis Simulasi Dalam Manajemen Keadaan Darurat Obstetrik Pada Kehidupan Nyata

Embed Size (px)

DESCRIPTION

obsgyn

Citation preview

Page 1: Dampak Yang Dirasakan Sendiri Pada Pelatihan Berbasis Simulasi Dalam Manajemen Keadaan Darurat Obstetrik Pada Kehidupan Nyata

DAMPAK YANG DIRASAKAN SENDIRI PADA PELATIHAN BERBASIS

SIMULASI DALAM MANAJEMEN KEADAAN DARURAT OBSTETRIK PADA

KEHIDUPAN NYATA

Tujuan: Untuk mengevaluasi dampak yang dirasakan sendiri pada peserta yang menghadiri

kursus pelatihan berbasis simulasi pada pengelolaan darurat obstetri di kehidupan nyata.

Desain penelitian: Sebuah studi tindak lanjut prospektif dilakukan. Perawat kebidanan dan

dokter kandungan (n=54) dari sebuah rumah sakit perawatan tersier universitas berpartisipasi

dalam kursus pelatihan berbasis simulasi untuk pengelolaan empat keadaan darurat obstetrik.

Satu tahun setelah sesi terakhir, peserta diminta untuk mengisi kuesioner untuk mengevaluasi

dampak yang dirasakan sendiri sejauh pengetahuan mereka, keterampilan teknis, dan

keterampilan kerja sama tim dalam situasi kehidupan nyata yang dialami. Skala yang

digunakan adalah lima poin Likert. Uji 2 dengan satu derajat kebebasan atau uji eksak Fisher

digunakan untuk membandingkan kelompok peserta. T-test untuk sampel independen

digunakan untuk membandingkan nilai rata-rata antara kelompok.

Hasil: Sebanyak 46 tenaga kesehatan profesional menjawab kuesioner: 27 dokter kandungan

dan 19 perawat kebidanan. Dari jumlah tersebut, 87 % dianggap perbaikan (skor 4 atau 5)

dalam pengetahuan dan keterampilan mereka dalam menangani kedaruratan obstetrik di

kehidupan nyata. Perawat kebidanan mengungkapkan peningkatan secara signifikan lebih

tinggi daripada dokter kandungan dalam kemampuan mereka untuk mendiagnosa atau

menyadari keadaan darurat obstetrik (p = 0,002), perbaikan kemampuan teknik (p = 0,024) ,

dan kemampuan mereka untuk menangani masalah tim kerja (p=0,005). Peserta yang telah

berpengalaman dalam situasi kehidupan nyata dari keempat skenario simulasi menilai

dampak pelatihan secara signifikan lebih tinggi daripada yang lain (p=0,049), dan

melaporkan peningkatan yang lebih baik dalam pengetahuan tentang pedoman pengelolaan

(p=0,006).

Kesimpulan: Tenaga kesehatan profesional yang berpartisipasi dalam kursus pelatihan

berbasis simulasi kedaruratan obstetri merasakan peningkatan substansial dalam pengetahuan

dan keterampilan mereka ketika mengalami keadaan darurat dalam kehidupan nyata.

Page 2: Dampak Yang Dirasakan Sendiri Pada Pelatihan Berbasis Simulasi Dalam Manajemen Keadaan Darurat Obstetrik Pada Kehidupan Nyata

Perbaikan tampaknya sangat relevan untuk perawat kebidanan dan bagi mereka yang

menyaksikan semua keadaan darurat obstetri yang telah dilatih.

1. Pendahuluan

Program pelatihan berbasis simulasi terstruktur dalam keadaan darurat obstetri

dikembangkan dan diimplementasikan pada tahun 1990-an. “Advanced Life Support in

Obstetrics'' (juga) diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1991, untuk meningkatkan

keterampilan darurat untuk klinisi yang menyediakan pelayanan bersalin berisiko rendah

dan/atau layanan bersalin dengan intervensi rendah [1]. Ini termasuk standar kuliah dengan

manajemen protokol, dan sesi hands-on dengan manekin custom-design. Di Inggris, kursus

“Managing Obstetric Emergencies and Trauma (MOET)'' diperkenalkan pada tahun 1998 ,

untuk mengajarkan keterampilan lanjut untuk dokter kandungan dan anestesi [2] . Baru-baru

ini, kursus ''Practical Obstetric Multi-Proffesional Training (PROMPT)'' dikembangkan pada

Inggris , sebagai paket pelatihan untuk dokter kandungan, bidan dan dokter anestesi, yang

memungkinkan pelaksanaan kursus di unit bersalin individu [3].

Tim multidisiplin pelatihan berbasis simulasi dalam kedaruratan kandungan

diperkenalkan di Portugal pada tahun 2006, pada Biomedis Simulasi Centre dari Porto

Medical School. Kurikulum nasional untuk kursus ini kini telah dikembangkan dengan

dukungan dari College of Obstetrics and Gynecology, Society of Obstetrics and Maternal-

Fetal Medicine dan Association of Obstetric Nurses, dan saat ini sedang digunakan di semua

pusat simulasi di negara. Argumen yang mendukung pelaksanaan program tersebut adalah

kebutuhan untuk memperoleh dan mempertahankan keterampilan manajemen dalam darurat

obstetri, karena kelangkaan peristiwa ini, dan dilema etika/hukum yang terkait dengan

pengelolaan seperti situasi oleh pemula.

The United States Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations

[4], the United Kingdom Maternity Clinical Negligence Scheme for Trusts [5,6], dan The

European Resuscitation Council [7] semua menyarankan pelatihan reguler darurat obstetri,

berdasarkan kesenjangan yang saat ini ditemukan pada manajemen situasi ini.

Diharapkan bahwa pelatihan berbasis simulasi meningkatkan pengelolaan situasi

dalam kehidupan nyata, yang mengarah ke penurunan kejadian hasil tindakan obstetri yang

merugikan . Aspek terakhir ini telah dibuktikan dalam beberapa studi observasional dengan

kontrol sejarah [8-10], meskipun beberapa bias yang mungkin mempengaruhi desain

penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi transferability, dengan menilai

Page 3: Dampak Yang Dirasakan Sendiri Pada Pelatihan Berbasis Simulasi Dalam Manajemen Keadaan Darurat Obstetrik Pada Kehidupan Nyata

dampak yang dirasakan sendiri dari pelatihan berbasis simulasi, dengan menilai pengetahuan,

keterampilan teknis, dan keterampilan kerja sama tim yang dialami dalam kehidupan nyata.

2. Bahan dan Metode

Penelitian dilakukan di bangsal perawatan tersier rumah sakit universitas, dengan

rata-rata sekitar 2.800 kelahiran per tahun. Semua dokter spesialis kebidanan dan perawat

obstetri bekerja di bangsal yang telah berpartisipasi setidaknya satu tahun sebelumnya dalam

pelatihan berbasis simulasi pada kedaruratan obstetri berpartisipasi pada penelitian ini

Sebanyak 16 program dijalankan antara bulan April 2006 dan Desember 2007, dengan

partisipasi dari 15 spesialis, 15 residen Obstetri dan Ginekologi, dan 27 perawat kebidanan.

Gambar 1 menampilkan flowchart populasi (Gambar 1). Instruktur kursus (tiga spesialis dan

dua perawat kebidanan), dan staf yang telah pindah ke fasilitas kesehatan lainnya (dua

residen dan satu perawat kebidanan) tidak diikutkan untuk mengisi kuesioner. Delapan

peserta kursus (satu spesialis dan tujuh perawat kebidanan) tidak menyelesaikan kuesioner.

Pelatihan berbasis simulasi dijalankan di salah satu bangsal persalinan suite. Setiap

kursus berlangsung 4 jam dan menampilkan empat skenario pelatihan : hipoksia akut janin,

distosia bahu, perdarahan post-partum, dan eklampsia . Sebuah full body delivery simulator

(NoelleTM, Gaumard Inc, Miami, USA) digunakan dalam tiga skenario dan aktor pasien

pada kasus keempat. Setelah 10 menit pengantar untuk menjelaskan tujuan pelatihan dan

kursus metodologi , peserta dibagi menjadi dua tim dari satu atau dua dokter kandungan dan

satu atau dua perawat kebidanan. Satu tim ditugaskan untuk mengelola skenario. Tim lainnya

mengisi checklist evaluasi penampilan tim yang lain. Evaluasi dikembangkan berdasarkan

pedoman manajemen lokal dan pengetahuan, keterampilan teknis dan masalah-masalah yang

terkait kerjasama tim, seperti komunikasi, pembagian tugas, berbagi dukungan tim, dan

rencana. Presentasi 10 - menit dari pedoman manajemen mengikuti resolusi pertama

skenario, setelah skenario diulang sebagai tim berubah peran mereka. Tim bergantian pada

setiap setelah resolusi skenario dan fasilitator hadir setiap saat untuk membantu peserta jika

skenario ini tidak berjalan dengan baik. Sebuah sesi tanya jawab singkat diikuti resolusi

kedua skenario, dan tim mereka membahas performa mereka berdasarkan laporan checklist.

Kuesioner penelitian adalah anonim dan termasuk pertanyaan tentang usia peserta

pelatihan, jenis kelamin, profesi dan tahun pengalaman. Kuesioner ini juga menanyakan

apakah mereka telah menyaksikan satu atau lebih dari keadaan darurat obstetrik dilatih

selama setelah satu tahun mengikuti kursus pelatihan terakhir, dan apakah mereka telah

Page 4: Dampak Yang Dirasakan Sendiri Pada Pelatihan Berbasis Simulasi Dalam Manajemen Keadaan Darurat Obstetrik Pada Kehidupan Nyata

menyaksikan darurat obstetri lainnya (tercantum dalam Tabel 2). Hal ini diikuti dengan

sepuluh pertanyaan terkait dengan kinerja yang dirasakan sendiri dalam situasi kehidupan

nyata dan, sebagai hasilnya, kegunaan pelatihan (tercantum pada Tabel 3 dan 4). Semua

pertanyaan tersebut dinilai dengan menggunakan 5 –point Skala Likert (1-sangat tidak setuju,

2-tidak setuju, 3-tidak ada pendapat, 4-setuju , 5-sangat setuju). Komentar teks bebas

tambahan dan saran diterima.

Evaluasi formal protokol penelitian oleh lembaga Komite Etik dinilai tidak

diperlukan, karena tidak ada data pasien teridientifikasi yang dievaluasi dan kuesioner

dijawab secara anonim dan sukarela.

2.1. Analisis statistik

Statistical Package for Social Sciences (v.15 SPSS Inc, Chicago, USA) digunakan untuk

analisis statistik. Konsistensi internal dari kuesioner dievaluasi dengan menggunakan

koefisien alpha Cronbach. Uji binomial diterapkan untuk memeriksa apakah tanggapan

Page 5: Dampak Yang Dirasakan Sendiri Pada Pelatihan Berbasis Simulasi Dalam Manajemen Keadaan Darurat Obstetrik Pada Kehidupan Nyata

secara signifikan berbeda dari nilai netral (Likert skor 3). Karena sebagian besar jawaban

(87,6 %) terletak di antara “setuju” atau “benar-benar setuju” (skor Likert dari 4 atau 5) skala

Likert disederhanakan menjadi dua tingkat: ''setuju'' (skor Likert=5) atau ”sisanya” (Likert

skor ≤ 4) . Uji 2 dengan satu derajat kebebasan digunakan untuk membandingkan persentase

jawaban “setuju” (Likert skor=5) antara kelompok: perawat obstetri dibandingkan dokter

kandungan dan peserta yang telah menyaksikan keempat kasus pelatihan pada kehidupan

nyaa dibandingkan dengan yang lain. Jika asumsi uji tidak dapat dipenuhi, uji Fisher

digunakan. Berdasarkan sifat sumatif, skala Likert berubah menjadi skor penilaian tungga;

secara keseluruhan, mulai dari 10 sampai 50, untuk melakukan analisis global. Kolmogorov-

Smirnov digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa skor keseluruhan rating variabel yang

terdistribusi normal, dan akibatnya parametrik t -test untuk sampel independen dipilih untuk

membandingkan nilai rata-rata antara kelompok-kelompok. Signifikansi tes ditetapkan pada p

< 0,05. Ukuran efek Cohen [11,12] dihitung untuk melengkapi statistik inferensial.

3. Hasil

Sebanyak 57 tenaga kesehatan profesional menghadiri pelatihan kedaruratan obstetri

(15 spesialis, 15 residen dan 27 perawat kebidanan), sesuai dengan 74 % dari staf bangsal

persalinan (tidak termasuk lima yang terlibat dalam pelatihan). Dua residen dan satu perawat

kebidanan telah pindah ke fasilitas kesehatan lainnya. Empat puluh enam peserta pelatihan

(85 %) menjawab kuesioner (14 spesialis, 13 residen dan 19 perawat kebidanan). Analisis

karakteristik utama dari responden kuesioner versus semua peserta kursus masih bekerja di

bangsal tenaga kerja ditampilkan pada Tabel 1, dan menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara kedua kelompok .

Jumlah dan persentase responden kuesioner yang menyaksikan keadaan darurat

kehidupan nyata, ditampilkan pada Tabel 2. Rata-rata telah menyaksikan 6,3 situasi darurat

obstetrik (291 laporan kedaruratan/46 responden). Pengalaman yang mirip dengan keadaan

darurat obstetri dilaporkan oleh perawat kebidanan (123/19=6,5), semua dokter kandungan

(168/27= 6.2), spesialis (90/14=6.4) , dan residen (78/ 13 = 6.0).

Responden menyaksikan rata-rata 2,6 (120/46) dari empat kasus kedaruratan yang

ada pada pelatihan, dengan pengalaman yang sama yang dilaporkan oleh perawat kebidanan

(49/19=2.6), semua dokter kandungan (71/ 27 = 2,6), spesialis (39/ 14 = 2.8), dan residen

(32/13 = 2,5).

Page 6: Dampak Yang Dirasakan Sendiri Pada Pelatihan Berbasis Simulasi Dalam Manajemen Keadaan Darurat Obstetrik Pada Kehidupan Nyata

Koefisien alpha Cronbach untuk hasil kuesioner adalah 0,866, menunjukkan

konsistensi internal yang baik, sebagai nilai yang lebih tinggi dari 0,70 dianggap dapat

diterima untuk tujuan penelitian ini [13]. 87,6 % responden menilai semua pertanyaan

sebagai “setuju” atau “benar-benar setuju” (Likert skor 4 dan 5). Skor untuk masing-masing

item kuesioner ditunjukkan pada Tabel 3. Tidak ada perbedaan signifikan secara statistik

dalam nilai keseluruhan antara perawat kebidanan dengan lebih dari lima tahun pengalaman

dan lain-lain (p=0,679) atau antara spesialis dan residen (p=0,574). Perawat kebidanan diberi

peringkat maksimum. Peringkat lebih sering daripada dokter kandungan, tapi secara

keseluruhan tidak berbeda secara statistik (p=0,053) . Perbedaan mencapai signifikansi

statistik dalam pertanyaan dua (p=0,002), tiga (p=0,024) dan empat (p=0,005), di mana

perawat kebidanan menyatakan peningkatan lebih tinggi daripada dokter kandungan dalam

kemampuan mereka untuk mendiagnosa atau menyadari situasi darurat , dalam keterampilan

teknis dan kemampuan mereka untuk menangani masalah-masalah terkait kerjasama tim.

Responden yang menyaksikan keempat dari situasi yang telah dilatih (empat spesialis,

salah seorang residen, dan tiga perawat kebidanan) mendapatkann peringkat maksimum lebih

sering daripada yang lain (p = 0,049), dan juga melaporkan peningkatan yang lebih besar

dalam pengetahuan tentang pedoman pengelolaan p = 0,006). Hasil ini ditampilkan secara

detail pada Tabel 4.

Page 7: Dampak Yang Dirasakan Sendiri Pada Pelatihan Berbasis Simulasi Dalam Manajemen Keadaan Darurat Obstetrik Pada Kehidupan Nyata

Cohen d untuk nilai perbedaan keseluruhan antara perawat kebidanan dan dokter

kandungan adalah 0,5, dan untuk responden yang telah menyaksikan keempat kedaruratan

yang telah dilatih dibandingkan orang lain adalah 0,8, menunjukkan bahwa kelompok-

kelompok yang berbeda untuk kedua perbandingan.

Mengenai manfaat yang dirasakan dari pelatihan, 80,4% dari semua responden

memberi nilai maksimum (84 % dari perawat kebidanan dan 78 % dari dokter kandungan).

Dua puluh empat (52,2 %) tenaga kesehatan memberikan komentar tambahan atau saran.

Saran yang paling sering adalah bahwa pelatihan harus diulang secara teratur dan/atau dengan

skenario lain (87,5 %).

4. Komentar

Tenaga kesehatan yang telah berpartisipasi dalam pelatihan berbasis simulasi dalam

keadaan darurat obstetri telah merasakan peningkatan substansial dalam pengetahuan dan

keterampilan mereka ketika menyaksikan keadaan darurat dalam kehidupan nyata . Perbaikan

tampaknya sangat relevan untuk perawat obstetri dan bagi mereka yang menyaksikan semua

keadaan darurat obstetri yang telah dilatih. Utilitas dari kursus mendapatkan rating maksimal

oleh sebagian besar peserta.

Page 8: Dampak Yang Dirasakan Sendiri Pada Pelatihan Berbasis Simulasi Dalam Manajemen Keadaan Darurat Obstetrik Pada Kehidupan Nyata

Kemungkinan keterbatasan penelitian ini termasuk ukuran sampel yang relatif kecil,

terutama sebagai konsekuensi dari pelatihan yang terbatas satu unit bersalin. Kebutuhan

untuk menjaga keanoniman kuesioner menyebabkan ketidakmungkinan melacak non-

responden dan dengan demikian meningkatkan tingkat respons. Ukuran sampel yang lebih

besar mungkin akan menyebabkan temuan dari perbedaan yang signifikan antara perawat

kebidanan dan dokter kandungan dalam persepsi mereka terhadap perbaikan secara

keseluruhan, seperti disarankan oleh pengukuran ukuran efek Cohen. Bisa juga menemukan

perbedaan yang berhubungan dengan tahun peserta dari pengalaman. Ada kecenderungan

nilai lebih rendah di sebagian besar pertanyaan yang berkaitan dengan keterampilan kerja

sama tim (pertanyaan 5-9) , dibandingkan mengenai keterampilan kognitif atau teknis

(pertanyaan 1-4), tapi ini gagal mencapai signifikansi statistik. Perawat kebidanan dan

responden yang menyaksikan keempat situasi yang telah dilatih juga cenderung melaporkan

peningkatan yang lebih tinggi dalam keterampilan kerja sama tim , namun lagi perbedaan

tidak bermakna secara statistik.

Pelatihan berlangsung selama periode 20 bulan, sehingga waktu berlalu antara

pengambilan kursus dan menanggapi kuesioner bervariasi antara 12 dan 32 bulan. Aspek ini

menciptakan beberapa heterogenisiatas dalam akumulasi pengalaman setelah kursus, tetapi

anonimitas kuesioner menghalangi suatu evaluasi efeknya.

Sifat sukarela tentu saja meningkatkan kemungkinan bias seleksi dengan peserta.

Memang, hampir semua dokter kandungan junior dan perawat kebidanan hadir, sementara

dokter kandungan senior yang merupakan mayoritas absen. Oleh karena itu, kesimpulan dari

penelitian ini tidak dapat dengan aman berlaku untuk kelompok yang terakhir.

Page 9: Dampak Yang Dirasakan Sendiri Pada Pelatihan Berbasis Simulasi Dalam Manajemen Keadaan Darurat Obstetrik Pada Kehidupan Nyata

Sementara evaluasi diri dari pengetahuan , keterampilan teknis dan keterampilan kerja

sama tim memiliki keterbatasan untuk menilai transferability ke dalam kehidupan nyata,

bentuk konsensual dan divalidasi lainnya kurang dan alternatif membayangkan berhubungan

dengan besar kesulitan praktis. Peningkatan yang signifikan peserta pelatihan dalam

kepercayaan diri setelah menghadiri kursus pelatihan berbasis simulasi pada kedaruratan

obstetri telah dilaporkan oleh orang lain, dan ini tampaknya dipertahankan pada 12 bulan [14]

atau bila diukur 9-15 bulan setelah pelatihan [15]. Pelatihan juga telah dikaitkan dengan

peningkatan pengetahuan kognitif [16], dan peningkatan keterampilan manajemen, dengan

retensi keterampilan ini pada 6 dan 12 bulan setelah pelatihan [17-20].

Kursus pelatihan kami diadakan dalam lingkungan kerja, tetapi dijadwalkan di luar

jam kerja normal untuk menghindari tumpang tindih kegiatan. Satu studi mengevaluasi

pelaksanaan kebidanan latihan di bangsal [21], melaporkan kesulitan dalam menjalankan,

seperti penyediaan layanan yang terpengaruh, dan ada masalah dalam mempertahankan

konsentrasi staf . Di sisi lain, pelatihan darurat kandungan di sebuah pusat simulasi memiliki

kaitan dengan manfaat yang lebih rendah dari pelatihan dalam bangsal kelahiran [16,22] .

Perawat kebidanan melaporkan peningkatan lebih tinggi dari dokter kandungan dalam

kemampuan mereka untuk mendiagnosa atau menyadari keadaan darurat obstetri, serta

keterampilan teknis mereka dan kemampuan untuk menangani masalah-masalah terkait

kerjasama tim. Ada kemungkinan bahwa ada kesenjangan pengetahuan dalam kelompok ini ,

mungkin sebagai konsekuensi dari pelatihan sebelumnya dan/atau pengalaman dan sedikit

partisipasi dalam pengembangan pedoman manajemen . Hal ini juga mungkin bahwa

kelompok ini memiliki kecenderungan lebih besar untuk belajar dengan simulasi , dan

kesadaran yang lebih besar tentang pentingnya keterampilan kerja sama tim. Perawat

kebidanan sering di garis depan kandungan keadaan darurat, dan oleh karena itu mungkin

bahwa perbaikan tersebut akan diterjemahkan ke dalam manfaat bagi hasil pasien.

Peserta yang telah menyaksikan insiden kehidupan nyata dari keempat skenario

dilatih melaporkan peningkatan lebih tinggi secara keseluruhan keterampilan, dan

pengetahuan yang lebih baik tentang pedoman manajemen, daripada sisa responden . Temuan

ini menunjukkan penguatan kognitif dan peningkatan keterampilan secara keseluruhan, ketika

dihadapkan dengan situasi kehidupan nyata, sebagai konsekuensi dari pelatihan berbasis

simulasi .

Pengetahuan yang buruk, kurangnya keterampilan teknis dan tim tidak memadai

interaksi telah ditunjukkan untuk memainkan peran penting dalam efek samping merugikan

tindakan obstetrik [6,23], tetapi demonstrasi pada pelatihan berbasis simulasi dapat

Page 10: Dampak Yang Dirasakan Sendiri Pada Pelatihan Berbasis Simulasi Dalam Manajemen Keadaan Darurat Obstetrik Pada Kehidupan Nyata

mengubah keadaan ini menjadi tugas yang lebih kompleks. Hasil penelitian ini menunjukkan

pengalihan pengetahuan dan keterampilan untuk situasi kehidupan nyata, seperti yang

dirasakan oleh tenaga kesehatan sendiri. Penelitian retrospektif telah menunjukkan penurunan

yang signifikan dalam beberapa kejadian merugikan neonatal setelah pelatihan [8-10].

Namun, percobaan prospektif diperlukan untuk membangun secara tegas dampak kursus

pada hasil tindakan obstetri.

Ucapan Terima Kasih

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada staf pelatihan kursus kedaruratan

obstetri, Mariana Guimaraes (dokter kandungan), Maria Jose ' Lemos (perawat kebidanan)

dan Alexandra Amaral (perawat kebidanan), dan semua peserta yang secara sukarela

berpartisipasi dalam kursus dan mengisi kuesioner . Pendanaan dan konflik kepentingan :

Tidak ada pendanaan eksternal yang disediakan dan tidak ada konflik kepentingan untuk

dinyatakan.

Daftar Pustaka

1. Beasley JW, Damos JR, Roberts RG, Nesbitt TS. The advanced life support in

obstetrics course: a national program to enhance obstetric emergency skills and to

support maternity care practice. Arch Fam Med 1994;3:1037–41.

2. Johanson R, Cox C, O’Donnell E, Grady K, Howell C, Jones P. Managing obstetric

emergencies and trauma (MOET): structured skills training using models and reality-

based scenarios. Obstetrician Gynaecologist 1999;1(2):46–52.

3. Sibanda T, Crofts J, Barnfield S, et al. PROMPT education and development: saving

mothers’ and babies’ lives in resource poor settings. BJOG 2009;116(6):868–9.

4. JCAHO. Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations: preventing

infant death and injury during delivery. Sentinel Event Alert Issue #30; 2004.

5. Winn SH. Assessing and credentialing standards of care: the UK Clinical Negligence

Scheme for Trusts (CNST, Maternity). Best Pract Res Clin Obstet Gynaecol

2007;21(4):537–55.

6. Draycott T, Crofts J. Structured team training in obstetrics and its impact on outcome.

Fetal Maternal Med Rev 2006;17(3):229–37.

7. Soar J, Deakin CD, Nolan JP, et al. Resuscitation council guidelines for resuscitation:

cardiac arrest in special circumstances. Resuscitation 2005;67S1:S135–70.

Page 11: Dampak Yang Dirasakan Sendiri Pada Pelatihan Berbasis Simulasi Dalam Manajemen Keadaan Darurat Obstetrik Pada Kehidupan Nyata

8. Inglis SR, Feier N, Chetiyaar JB, et al. Effects of shoulder dystocia training on the

incidence of brachial plexus injury. Am J Obstet Gynecol 2011;204. x.ex–x.ex.

9. Draycott T, Sibanda T, Owen L, et al. Does training in obstetric emergencies improve

neonatal outcome? BJOG 2006;113:177–82.

10. Draycott T, Crofts JF, Ash JP, et al. Improving neonatal outcome through practical

shoulder dystocia training. Obstet Gynecol 2008;112:14–20.

11. Altman DG, editor. Practical statistics for medical research. Chapman & Hall/ CRC;

1991.

12. Maroco J. Ana´ lise Estatı´stica com utilizac¸a˜o do SPSS, [Statistical analysis using

SPSS] (in portuguese), 3rd ed., Lisboa: Sı´labo; 2007.

13. Hill MM, Hill A. Investigac¸a˜o por questiona´ rio, [Investigation by questionnaire]

(in portuguese), 2nd ed., Lisboa: Sı´labo; 2008.

14. Black RS, Brocklehurst P. A systematic review of training in acute obstetric

emergencies. BJOG 2003;110:837–41.

15. SØrensen JL, LØkkegaard E, Johansen M, Ringsted C, Kreiner S, McAleer S. The

implementation and evaluation of a mandatory multi-professional obstetric skills

training program. Acta Obstet Gynecol Scand 2009;88:1107–17.

16. Crofts J, Ellis D, Draycott T, Winter C, Hunt L, Akande V. Change in knowledge of

midwives and obstetricians following obstetric emergency training: a randomised

controlled trial of local hospital, simulation centre and teamwork training. BJOG

2007;114:1534–41.

17. Crofts JF, Bartlett C, Ellis D, Hunt LP, Fox R, Draycott TJ. Training for shoulder

dystocia: a trial of simulation using low-fidelity and high-fidelity mannequins. Obstet

Gynecol 2006;108(6):1477–85.

18. Crofts JF, Ellis D, James M, Hunt LP, Fox R, Draycott TJ. Pattern and degree of

forces applied during simulation of shoulder dystocia. Am J Obstet Gynecol

2007;197:156. e1–e6.

19. Crofts JF, Bartlett C, Ellis D, Hunt LP, Fox R, Draycott TJ. Management of shoulder

dystocia: skill retention 6 and 12 months after training. Obstet Gynecol

2007;110(5):1069–74.

20. Crofts J, Bartlett C, Ellis D, Fox R, Draycott T. Documentation of simulated shoulder

dystocia: accurate and complete? BJOG 2008;115:1303–8.

21. Anderson ER, Black R, Brocklehurst P. Acute obstetric emergency drill in England

and Wales: a survey of practice. BJOG 2005;112:372–5.

Page 12: Dampak Yang Dirasakan Sendiri Pada Pelatihan Berbasis Simulasi Dalam Manajemen Keadaan Darurat Obstetrik Pada Kehidupan Nyata

22. Ellis D, Crofts JF, Hunt LP, Read M, Fox R, James M. Hospital, simulation center,

and teamwork training for eclampsia management. Obstet Gynecol 2008;111:723–31.

23. Gardner R, Walzer TB, Simon R, Raemer DB. Obstetric simulation as a risk control

strategy. Course design and evaluation. Sim Healthcare 2008;3: 119–27.