115
DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH SUSUN JATINEGARA BARAT Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Disusun Oleh: Nurul Istiqomah NIM. 11140840000050 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M

DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

  • Upload
    others

  • View
    33

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI

SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH SUSUN

JATINEGARA BARAT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:

Nurul Istiqomah

NIM. 11140840000050

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M

Page 2: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL

DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH SUSUN JATINEGARA

BARAT

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Nurul Istiqomah

NIM. 11140840000050

Di bawah Bimbingan:

Dosen Pembimbing

Pheni Chalid, SF., MA., Ph.D

NIP. 19560505 200012 1001

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M

Page 3: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa, 10 April 2018 telah dilaksanakan Ujian Komprehensif atas

nama mahasiswi:

1. Nama : Nurul Istiqomah

2. NIM : 11140840000050

3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Dampak Relokasi Permukiman Terhadap Kondisi Sosial

dan Ekonomi Masyarakat di Rumah Susun Jatinegara Barat

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiwi tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk

melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 April 2018

1.

Arief Fitrijanto, M.Si

NIP. 19711118 200501 1 003

2.

Drs. Jackie Nurdjaman Rachman, MPS

NIP.

Page 4: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari Selasa, 29 Januari 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama

2. NM

3. Jurusan

4. Judul Skripsi

: Nurul Istiqomah

: 11140840000050

: Ekonomi Pembangunan

: Dampak Relokasi Permukiman Terhadap Kondisi

Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Rumah Susun

Jatinegara Barat

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang

bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa

tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 29 Januari 2019

1. Arief Fitrijanto, M.Si

NIP. 19711118 200501 1 003

2. Drs. Pheni Chalid, S.F., M.A., PhD

NIP. 19560505 200012 1 001

3. Dr. Lukman, M.Si

NIP. 19570617 198503 1 002

Page 5: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurul Istiqomah

NIM : 11140840000050

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan

dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas

karya ini.

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap

dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, Januari 2019

Yang menyatakan

(Nurul Istiqomah)

Page 6: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Nurul Istiqomah

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 2 Juli 1995

Alamat : Jl. Jagakarsa No. 37, RT 02 / RW

07. Jagakarsa. Jakarta Selatan

Telepon : 081807159259

Email : [email protected]

II. LATAR BELAKANG KELUARGA

Ayah : H. Abdullah

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 13 Desember 1972

Ibu : Fathiati

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 4 Juli 1974

III. PENDIDIKAN

1. TK Islam Al-Athfal II 2000-2001

2. SDN 04 Petukangan Selatan 2001-2007

3. SMPN 110 Jakarta 2007-2010

4. SMAN 3 Jakarta 2010-2013

5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014-2018

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

1. 2015 Anggota Divisi Internal & Eksternal HMJ Ekonomi

Pembangunan

2. 2016 Sekretaris Koordinator Divisi Kemahasiswaan HMJ

Ekonomi Pembangunan

3. 2017 Kepala Bidang III HMJ Ekonomi Pembangunan

Page 7: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

vi

ABSTRACT

The purpose of this study is to find out the impacts of relocation toward

economic and social conditions of the people in Rumah Susun Jatinegara Barat.

This study applies to 50 randomly selected samples. Through the Paired Samples

Test method, it is found that there are differences average household income in

Rumah Susun Jatinegara Barat at Rp.642,800.00. The household income tenants

before relocated is greater than after being relocated. Meanwhile, there is a

difference average household expenditure in Rumah Susun Jatinegara Barat at Rp.

1,027,660.00. The average household expenditure before relocation is smaller than

after being relocated. Then, social interaction among tenant members in Rumah

Susun Jatinegara Barat is more individualistic than before relocation.

Keywords: Resettlements, family income, family expenses, social interactions,

paired samples test

Page 8: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

vii

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan

pasca relokasi pada kondisi ekonomi dan sosial masyarakat di Rumah Susun

Jatinegara Barat. Penelitian ini menggunakan 50 sampel yang dipilih secara acak.

Melalui metode Paired Samples Test, ditemukan bahwa terdapat perbedaan rata-

rata pendapatan keluarga di Rumah Susun Jatinegara Barat sebesar Rp.642.800,00

di mana rata-rata pendapatan keluarga sebelum direlokasi lebih besar dibandingkan

setelah direlokasi. Kemudian, terdapat perbedaan rata-rata pengeluaran keluarga di

Rumah Susun Jatinegara Barat sebesar Rp.1.027.660,00 di mana rata-rata

pengeluaran keluarga sebelum direlokasi lebih kecil dibandingan setelah direlokasi.

Sementara itu, pada kondisi sosial masyarakat di Rumah Susun Jatinegara Barat

ditemukan perbedaan pada interaksi sosial antar warga, yang mana setelah

direlokasi masyarakat menjadi individual dibandingkan sebelum direlokasi.

Kata kunci: Relokasi permukiman, pendapatan keluarga, pengeluaran

keluarga, interaksi sosial, paired samples test

Page 9: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan

rahmat dan karuniaNya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan

kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke

zaman terang benderang. Penelitian yang berjudul Dampak Relokasi Permukiman

Terhadap Kondisi Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Rumah Susun Jatinegara

Barat ini ditujukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini juga tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa adanya

keterlibatan orang lain. Maka dari itu, pada kesempatan kali ini, penulis ingin

menyampaikan terima kasih atas semua bentuk bantuan, dukungan hingga

semangat dan doa yang telah diberikan selama proses studi penulis di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta berlangsung. Secara khusus, penulis ingin berterima kasih

kepada:

1. Keluarga tercinta, Ayah Doel dan Mama Tia yang selalu memberikan doa

serta dukungan baik moril maupun materi kepada penulis. Kemudian, adik-

adik tersayang yaitu Wiyah dan Kiki yang setia menjadi teman penghibur

ketika penulis merasa penat mengerjakan skripsi ini.

2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas kesempatan yang diberikan

kepada penulis untuk mengenyam pendidikan di kampus tercinta ini.

3. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si dan Bapak Sofyan Rizal, M.Si selaku Ketua

Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta atas peran aktifnya menjaga atmosfer akademik di

Jurusan Ekonomi Pembangunan yang membuat perjalanan studi penulis

dapat berjalan dengan lancar.

4. Bapak Drs. Pheni Chalid, S.F., M.A., Ph.D selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan bimbingan, motivasi, serta arahan kepada penulis dengan

sabar dan bijaksana sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Page 10: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

ix

Terima kasih atas waktu yang telah bapak luangkan dan ilmu yang telah

bapak berikan. Semoga Bapak selalu diberikan kesehatan dan keberkahan

oleh Allah SWT.

5. Seluruh Tenaga Pengajar di Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah

memberikan banyak ilmu pengetahuan kepada penulis. Semoga ilmu yang

telah diberikan menjadi manfaat bagi penulis dan pihak lain di kemudian

hari.

6. Seluruh pegawai di Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membantu

penulis dalam hal administrasi sehingga mendapat kelancaran dalam

menyelesaikan studi ini.

7. Tante Titis, Om Yulian, Nicho, Dicho, dan Calista yang telah memberikan

motivasi dan doa agar penulis dapat segera menyelesaikan skripsi ini.

8. Remaja Masjid, Mala dan Malik, atas semua kebaikan kalian selama masa

perkuliahan. Terima kasih karena selalu ada baik dalam keadaan senang

maupun sedih. Semoga kalian selalu diberikan keberkahan oleh Allah SWT.

9. Para SPG Griya Hijau 2, Nadya, Tina, Alida, Mincul, dan Rizka yang telah

merelakan kamarnya untuk dijadikan posko penampungan penulis ketika

tidak ada dosen selama masa perkuliahan.

10. Teman-teman seperjuangan skripsi, Tiara, Anis, Tina, Effa, Yusup, dan Ka

Rival. Terima kasih karena selalu memberi motivasi bahwa penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

11. Seluruh teman-teman Jurusan Ekonomi Pembangunan angkatan 2014,

terlebih untuk teman-teman konsentrasi Otonomi dan Keuangan Daerah

yang telah menjadi teman seperjuangan, teman berbagi inspirasi dan canda

tawa selama masa perkuliahan.

12. Para Master EP, Ka Didi, Tanu, dan Dwi atas segala bantuan untuk penulis

selama mengerjakan skripsi ini. Terima kasih karena selalu rela untuk

diganggu dengan pertanyaan-pertanyaan receh dari penulis.

13. Calon ahli gizi gagal, Zashika dan Ratna atas dukungan dan doa yang

diberikan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

14. Teman-teman wacanaers, Syahra, Nuna, Maya, dan Nabila yang selalu

memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

Page 11: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

x

15. Keluarga cendana, Yeshi, Riky, Caesar, Dimas, Riska, dan Ayu yang tiada

henti memberikan dukungan kepada penulis untuk segera menyelesaikan

skripsi ini.

16. Seluruh rekan kerja selama penulis menjadi anggota HMJ Ekonomi

Pembangunan Periode 2015-2016, 2016-2017, dan 2017-2018 atas

pengalaman yang berharga dalam berorganisasi.

17. Seluruh responden penelitian di Rusun Jatinegara Barat yang telah

meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan penulis dan seluruh

pengelola Rusun Jatinegara Barat yang telah membantu penulis selama

proses penelitian.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih memiliki

kekurangan akibat terbatasnya pengalaman dan sumber daya penulis. Oleh karena

itu, penulis mengapresiasi segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari

pembaca untuk kesempurnaan penelitian ini. Penulis juga memohon maaf apabila

terdapat kesalahan penulisan yang menyinggung pihak tertentu. Pada akhirnya,

penulis berharap penelitian ini dapat berguna bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Jakarta, Januari 2019

Nurul Istiqomah

Page 12: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................................iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... v

ABSTRACT ........................................................................................................................vi

ABSTRAK ........................................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... viii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xiv

DAFTAR DIAGRAM ...................................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 8

D. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 9

A. Landasan Teori ..................................................................................................... 9

1. Perumahan dan Permukiman .......................................................................... 9

2. Permukiman Kumuh ...................................................................................... 12

3. Relokasi Permukiman..................................................................................... 16

4. Rumah Susun .................................................................................................. 19

5. Kondisi Sosial .................................................................................................. 21

6. Kondisi Ekonomi ............................................................................................. 26

7. Strategi Koping Ekonomi ............................................................................... 31

B. Penelitian Sebelumnya ........................................................................................ 32

C. Kerangka Berpikir .............................................................................................. 35

D. Hipotesis Penelitian ............................................................................................. 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 37

A. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................. 37

Page 13: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

xii

B. Metode Penentuan Sampel ................................................................................. 37

C. Metode Pengumpulan Data ................................................................................ 38

1. Data Primer ..................................................................................................... 38

2. Data Sekunder ................................................................................................. 39

D. Metode Pengolahan dan Analisis Data .............................................................. 39

1. Analisis Kondisi Ekonomi Masyarakat Sebelum Dan Setelah Relokasi .... 39

2. Identifikasi Strategi Koping Ekonomi Yang Dilakukan Masyarakat Untuk

Mengatasi Kondisi Ekonomi Setelah Relokasi ..................................................... 41

3. Analisis Kondisi Sosial Masyarakat Sebelum Dan Setelah Relokasi ......... 41

E. Operasional Variabel Penelitian ........................................................................ 42

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................................. 43

A. Gambaran Umum Rumah Susun Jatinegara Barat ........................................ 43

1. Kependudukan ................................................................................................ 44

2. Sarana dan Prasarana .................................................................................... 45

3. Kegiatan ........................................................................................................... 46

B. Deskripsi Responden .......................................................................................... 48

1. Responden Berdasarkan Usia ........................................................................ 48

2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....................................................... 48

3. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan.............................................. 49

4. Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ........................... 50

5. Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan .................................................... 51

C. Analisis dan Pembahasan ................................................................................... 52

1. Hasil Uji Normalitas ....................................................................................... 52

2. Dampak Relokasi Terhadap Kondisi Ekonomi ............................................ 53

3. Strategi Koping Ekonomi ............................................................................... 59

4. Dampak Relokasi Terhadap Kondisi Sosial ................................................. 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 70

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 70

B. Saran .................................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 72

LAMPIRAN..................................................................................................................... 76

Page 14: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rumah Susun Sewa di DKI Jakarta Tahun 2015......................... 3

Tabel 4.1 Penduduk Rumah Susun Jatinegara Barat berdasarkan Jenis

Kelamin........................................................................................ 44

Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana di Rumah Susun Jatinegara Barat............. 45

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Tingkat Pendapatan Keluarga..................... 52

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Tingkat Pengeluaran Keluarga................... 52

Tabel 4.5 Paired Samples Test Pendapatan Keluarga.................................. 53

Tabel 4.6 Paired Samples Test Pengeluaran Keluarga................................. 56

Page 15: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Rumah Susun Jatinegara Barat................................................ 43

Gambar 4.2 Suasana Koridor di Lantai Hunian Rumah Susun Jatinegara

Barat.........................................................................................

66

Page 16: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

xv

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Penduduk Rumah Susun Jatinegara Barat berdasarkan

Tingkat Pendidikan............................................................. 44

Diagram 4.2 Responden Berdasarkan Usia............................................. 48

Diagram 4.3 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.............................. 49

Diagram 4.4 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan...................... 49

Diagram 4.5 Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga..... 50

Diagram 4.6 Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan............................ 51

Diagram 4.7 Tingkat Pendapatan Keluarga Sebelum dan Setelah

Relokasi.............................................................................. 54

Diagram 4.8 Tingkat Pengeluaran Keluarga Sebelum dan Setelah

Relokasi.............................................................................. 57

Diagram 4.9 Rata-rata Pengeluaran Keluarga Sebelum dan Setelah

Relokasi.............................................................................. 57

Diagram 4.10 Persentase Strategi Koping Mengurangi Pengeluaran

Pangan................................................................................ 60

Diagram 4.11 Persentase Strategi Koping Mengurangi Pengeluaran

Bidang Kesehatan............................................................... 61

Diagram 4.12 Persentase Strategi Koping Mengurangi Pengeluaran

Bidang Pendidikan.............................................................. 62

Diagram 4.13 Persentase Strategi Koping Mengurangi Pengeluaran Non

Pangan Lainnya................................................................... 63

Diagram 4.14 Persentase Strategi Koping Meningkatkan Pendapatan...... 64

Diagram 4.15 Persentase Perubahan Interaksi Sosial Asosiatif................. 65

Diagram 4.16 Persentase Perubahan Konflik di Masyarakat..................... 68

Page 17: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian............................................................. 77

Lampiran 2 Informasi Umum Responden................................................ 85

Lampiran 3 Pekerjaan Utama Kepala Keluarga Responden.................... 87

Lampiran 4 Pendapatan Keluarga............................................................ 89

Lampiran 5 Pengeluaran Keluarga........................................................... 91

Lampiran 6 Persentase Strategi Koping Ekonomi.................................... 93

Lampiran 7 Hasil Uji Normalitas............................................................. 94

Lampiran 8 Hasil Paired Samples Test Pendapatan Keluarga................. 95

Lampiran 9 Hasil Paired Samples Test Pengeluaran Keluarga................ 96

Lampiran 10 Kondisi Tempat Penelitian.................................................... 97

Page 18: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan di wilayah perkotaan yang lebih pesat dibandingkan di

wilayah pedesaan menjadi daya tarik bagi penduduk non perkotaan untuk

bermigrasi ke kota. Sebagaimana pendapat Sujarto (2002) bahwa pertumbuhan

penduduk di perkotaan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pertambahan

penduduk secara alami dan pertambahan penduduk melalui urbanisasi. Sejalan

dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan sarana dan prasarana

perkotaan juga bertambah, satu diantaranya adalah kebutuhan perumahan. Hal

tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Adam dalam

Nasution (2002:3) bahwa permasalahan yang akan ditimbulkan dari hyper

urbanisasi ialah mencari rumah sebagai tempat tinggal.

Rumah merupakan kebutuhan dasar yang bersifat material dimana

memiliki fungsi baik sebagai fungsi fisik maupun fungsi non fisik. Fungsi fisik

dari sebuah rumah ialah melindungi orang-orang yang ada di dalamnya dari

ancaman atau gangguan yang berasal dari luar rumah seperti panas, hujan, dan

angin serta gangguan keamanan. Sedangkan, fungsi non fisik dari sebuah rumah

ialah sebagai tempat yang memberikan rasa nyaman, damai, dan tentram;

menjamin kelangsungan hidup atau reproduksi, serta pengembangan pola relasi

sosial atau sosialisasi.

Walaupun merupakan satu dari kebutuhan dasar, pemenuhan kebutuhan

perumahan di perkotaan masih terbatas dan sulit untuk dipenuhi, terutama untuk

masyarakat berpenghasilan rendah. Meningkatnya kebutuhan akan perumahan

menyebabkan adanya kompetisi dalam mendapatkan lahan yang berakibat pada

tingginya harga tanah. Ketersediaan lahan yang terbatas di wilayah perkotaan

disebabkan karena selain untuk pembangunan tempat tinggal, lahan yang

tersedia digunakan untuk pembangunan perkantoran, pusat perdagangan, dan

fasilitas publik. Semakin tingginya harga tanah yang tidak diimbangi dengan

daya beli masyarakat, maka telah mendorong masyarakat berpenghasilan

Page 19: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

2

rendah untuk membangun permukiman baru di daerah-daerah yang bukan

peruntukkannya, seperti di tepian sungai dan rel kereta api. Dengan demikian,

berkembanglah kawasan permukiman ilegal, yang kemudian ditambah dengan

merosotnya kondisi hunian dan pada akhirnya menjadi kawasan permukiman

kumuh.

Permukiman kumuh menurut Komarudin (1997:83) adalah lingkungan

permukiman dengan kepadatan penduduk melebihi 500 orang per Ha, memiliki

kondisi sosial dan ekonomi yang rendah, jumlah rumah yang sangat padat dan

ukurannya di bawah standar, prasarana lingkungan hampir tidak ada atau tidak

memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan, dibangun di atas tanah negara atau

tanah milik orang lain, dan di luar peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Indonesia melalui RPJMN 2015-2019 menargetkan kota tanpa kawasan

kumuh di tahun 2019. Target tersebut sejalan dengan target SDGs ke 11, yaitu

mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di

permukiman kumuh pada tahun 2020. Dalam rangka mewujudkan target

tersebut, pemerintah perlu bekerja sama dengan instansi terkait dan pemerintah

daerah untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Salah satu daerah yang memperhatikan isu permukiman kumuh adalah

Provinsi DKI Jakarta. Sebagaimana tercantum dalam RPJMD DKI Jakarta

2013-2017, pemerintah DKI Jakarta menetapkan salah satu isu startegis yaitu

peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman kota melalui

program penataan kampung dan lingkungan kumuh.

Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota negara Indonesia tidak terlepas

dari permasalahan permukiman kumuh. Menurut BPS (2013) dalam Evaluasi

Rukun Warga (RW) Kumuh DKI Jakarta, terdapat 223 RW kumuh di DKI

Jakarta dengan sebesar 16,18% status tanah tempat mereka tinggal adalah tanah

negara. Satu kasus permukiman kumuh di DKI Jakarta adalah terletak di

sepanjang tepian Sungai Ciliwung. Sungai Ciliwung yang memiliki fungsi

drainase bagi Kota Bogor, Depok, dan Jakarta telah mengalami perubahan

fungsi akibat munculnya permukiman kumuh pada tepian sungai dan kondisi

tersebut mengganggu fungsi sungai sebagai area resapan air. Akibatnya, saat

musim penghujan tiba, sungai tidak dapat menahan laju dan debit air yang

Page 20: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

3

sangat besar sehingga menyebabkan air sungai meluap ke permukaan dan

mengakibatkan banjir.

Dalam hal menyikapi permasalahan banjir yang juga terkait dengan

permukiman ilegal, Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta menempuh

kebijakan melalui Perda No. 1 Tahun 2012 tentang Rencana Detil Tata Ruang

(RDTR) bahwa kawasan permukiman yang berada di bantaran sungai, waduk,

dan situ serta yang mengganggu sistem tata air harus ditata dan/atau direlokasi.

Relokasi merupakan pilihan alternatif yang diberikan pemerintah kepada

masyarakat untuk menata kembali dan melanjutkan kehidupannya di tempat

yang baru dimana sebelumnya mereka tinggal di permukiman kumuh, status

lahan yang ilegal dan bermukim di lingkungan yang rawan akan bencana

(Yudhohusodo dalam Musthofa, 2011:3). Penduduk yang berada di kawasan

ilegal dan kumuh tersebut akan dipindahkan ke rumah susun sewa yang telah

disediakan oleh Pemda DKI Jakarta yang bekerjasama dengan Dinas Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat. Rumah susun sewa (Rusunawa) dinilai sebagai

salah satu strategi penataan permukiman kumuh perkotaan yang dapat

membantu mengatasi permukiman kumuh dengan menjamin kepastian dan

keamanan tinggal bagi masyarakat yang semula menghuni kawasan ilegal.

Tabel 1.1

Rumah Susun Sewa di DKI Jakarta Tahun 2015

Kota Administratif Blok Total Jumlah Unit

Jakarta Selatan 6 440

Jakarta Utara 62 6.320

Jakarta Barat 17 blok + 3 tower 2.009

Jakarta Pusat 6 540

Jakarta Timur 57 blok + 2 tower 5.318

Sumber: Paparan Penanganan Kawasan Kumuh DKI Jakarta, 2016

Pada tahun 2015, tercatat terdapat 57 blok dan 2 tower rumah susun di

wilayah Jakarta Timur (Tabel 1.1). Jumlah tersebut merupakan jumlah blok

terbanyak di DKI Jakarta. Wilayah administratif Jakarta Timur memiliki luas

area sebesar 188,03 Km2. Kota Jakarta Timur didesain untuk menjadi daerah

pengembangan yang diperuntukkan sebagai permukiman penduduk dan

Page 21: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

4

berbagai aktifitas ekonomi, terutama dalam bidang industri pengolahan dan

pariwisata (BPS, 2007). Oleh karena itu, wilayah ini dijadikan sebagai lokasi

pembangunan rumah susun dalam rangka menangani kawasan permukiman

kumuh. Rumah susun yang dibangun diperuntukkan untuk masyarakat

berpenghasilan rendah dan diutamakan untuk dihuni terlebih dahulu oleh

masyarakat yang direlokasi dari permukiman kumuh.

Salah satu rumah susun yang terletak di wilayah Jakarta Timur adalah

Rumah Susun Jatinegara Barat, tepatnya di Jalan Jatinegara Barat, Kelurahan

Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Kota Adminitrasi Jakarta Timur.

Rumah Susun Jatinegara Barat dibangun pada 31 Desember 2013 di atas lahan

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat dan memiliki dua tower dengan 16 lantai, dimana Tower A

memiliki 266 unit hunian dan Tower B memiliki 252 unit hunian.

Rumah Susun Jatinegara Barat disiapkan untuk menampung masyarakat

yang direlokasi dari kawasan Kampung Pulo. Kampung Pulo merupakan salah

satu permukiman yang terletak di tepian Sungai Ciliwung, tepatnya di

Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Kampung

Pulo memiliki luas wilayah sekitar 8 Ha dengan jumlah penduduk pada tahun

2010 sebanyak 10.022 jiwa (Data Kelurahan Kampung Melayu). Kawasan

permukiman tersebut berdekatan dengan pusat kegiatan sekunder di bidang

perdagangan dan jasa DKI Jakarta yaitu Pasar Jatinegara dan Terminal Bus

Kampung Melayu. Meskipun berada pada lokasi yang strategis, kawasan

Kampung Pulo memiliki permasalahan-permasalahan seperti kondisi prasarana,

sarana, dan utilitas umum yang buruk dan menjadi kawasan yang terkena banjir

dikala musim penghujan tiba akibat luapan dari Sungai Ciliwung (Pangkerego

dan Denny, 2013:18).

Program relokasi kawasan Kampung Pulo dilakukan pada tahun 2015

dengan memindahkan sebanyak 518 Kepala Keluarga ke permukiman baru,

yaitu Rumah Susun Jatinegara Barat. Melalui program relokasi permukiman

diharapkan dapat memberikan perubahan yang lebih baik dari kondisi sebelum

direlokasi kepada masyarakat yang menjadi sasaran program tersebut. Sehingga

Page 22: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

5

pemerintah merasa perlu untuk melakukan perubahan yang lebih baik meliputi

kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang mana dapat menciptakan

lingkungan permukiman yang berkelanjutan.

Sebelum melakukan penelitian yang lebih mendalam, peneliti

melakukan preliminary research atau studi pendahuluan untuk mengetahui

permasalahan-permasalahan yang terjadi pasca relokasi tersebut dengan

melakukan wawancara kepada 3 orang warga Rumah Susun Jatinegara Barat.

Menurut penuturan seorang warga Rusunawa Jatinegara Barat, Ibu Dewi

(Wawancara Pribadi, 23 Januari 2018), dimana pasca dirinya beserta keluarga

direlokasi, kondisi ekonomi keluarga dinilai mengalami perubahan yaitu

adanya peningkatan pengeluaran selain untuk mencukupi kehidupan

keluarganya, Ia harus membayar sewa unit hunian, air PDAM, dan listrik. Hal

serupa juga dikatakan oleh Bapak Iwan (Wawancara Pribadi, 23 Januari 2018),

dimana Ia mengatakan bahwa pendapatannya setelah direlokasi mengalami

penurunan sebagai akibat warungnya yang terkena gusur.

Adanya perubahan dalam kondisi ekonomi keluarga pasca relokasi

dapat menimbulkan tekanan dalam kehidupan keluarga. Hal tersebut sejalan

dengan pendapat Feil (2012:10) bahwa tekanan ekonomi dapat ditimbulkan

karena kehilangan rumah, kehilangan pekerjaan, atau terjadi perubahan besar

dalam status finansial keluarga. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Elder

et al. (1992:13) terdapat tiga pengukuran mengenai tekanan ekonomi, yaitu

tingkat pendapatan, perubahan pendapatan yang merugikan, dan status

pekerjaan yang tidak stabil. Feil (2012) menyatakan bahwa dalam menghadapi

tekanan ekonomi maka perlu dilakukan strategi koping. Strategi koping

merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh individu dalam menghadapi

kesenjangan antara tekanan situasi dengan sumber daya yang mereka miliki.

Pada umumnya, keluarga melakukan strategi koping untuk menghadapi tekanan

ekonomi melalui dua macam strategi, yaitu peningkatan pendapatan dan/atau

penghematan atau pengurangan pengeluaran (Puspitawati, 1998:1). Oleh

karena itu, masyarakat Rumah Susun Sewa Sederhana (Rusunawa) Jatinegara

Page 23: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

6

Barat perlu melakukan strategi koping untuk mengatasi perubahan kondisi

ekonomi yang terjadi setelah direlokasi.

Selain kondisi ekonomi, kondisi sosial masyarakat yang menjadi

sasaran program relokasi juga mengalami perubahan. Hal ini dikarenakan

penempatan unit hunian untuk setiap warga dilakukan dengan cara pengundian

atau pengambilan nomor secara acak. Oleh karena itu, masyarakat diharuskan

untuk beradapatasi kembali dengan lingkungan atau tetangga sekitar unit

hunian. Menurut pengakuan seorang warga Rusunawa Jatinegara Barat, Ibu

Etty (Wawancara Pribadi, 23 Januari 2018), dirinya kini merasa hanya cukup

seperlunya saja untuk keluar rumah dikarenakan tetangga kanan-kiri unit

huniannya bukanlah tetangga yang telah Ia kenal seperti sebelumnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Dampak Relokasi Permukiman Terhadap Kondisi

Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Rumah Susun Jatinegara Barat”.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang sering terjadi di wilayah kota-kota besar adalah

munculnya permukiman kumuh. Permukiman kumuh tersebut muncul

disebabkan karena adanya ketidakseimbangan antara pertumbuhan penduduk

dengan kebutuhan permukiman, yaitu jumlah penduduk yang terus bertambah

sedangkan luas wilayah tetap. Permukiman kumuh biasanya dihuni oleh

masyarakat kelas bawah karena mereka tidak mampu untuk membeli rumah

yang layak untuk dijadikan sebagai tempat tinggal sehingga mereka memilih

untuk mendirikan rumah di kawasan-kawasan yang bukan merupakan

peruntukannya sebagai tempat tinggal, seperti di pinggir rel kereta api dan

bantaran sungai. Satu diantara kota-kota besar yang memiliki masalah terkait

permukiman kumuh ialah Kota Jakarta. Berdasarkan hasil Evaluasi Rukun

Warga (RW) Kumuh di DKI Jakarta, pada tahun 2013 terdapat 264 RW yang

memiliki status sebagai wilayah kumuh yang tersebar di enam wilayah

Kabupaten dan Kota di DKI Jakarta.

Kawasan Kampung Pulo, Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan

Jatinegara merupakan kawasan permukiman kumuh yang terletak di bantaran

Sungai Ciliwung. Berkembangnya permukiman kumuh di bantaran Sungai

Page 24: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

7

Ciliwung telah mengurangi daerah resapan air dan mempersempit badan sungai

sehingga sungai tidak dapat menahan laju debit air ketika musim penghujan tiba

dan mengakibatkan bencana banjir sehingga masyarakat yang tinggal di

permukiman tersebut mengalami kerugian.

Upaya yang dilakukan pemerintah daerah DKI Jakarta dalam mengatasi

banjir ialah dengan melakukan normalisasi sungai agar fungsi sungai kembali

seperti semula. Relokasi permukiman penduduk merupakan solusi yang diambil

pemerintah daerah selain untuk mengembalikan fungsi sungai juga untuk

memberikan kesempatan kepada warga yang tinggal di permukiman kumuh

tersebut untuk memiliki permukiman yang lebih layak. Namun setelah program

relokasi berjalan, masyarakat mengalami perubahan dalam kehidupan sehari-

hari baik dari kondisi sosial maupun kondisi ekonomi seperti perubahan pada

interaksi sosial antar warga, tingkat pendapatan keluarga, serta tingkat

pengeluaran keluarga.

Adanya perubahan pada kondisi ekonomi yang dilihat dari aspek tingkat

pendapatan dan tingkat pengeluaran menyebabkan setiap keluarga di Rusunawa

Jatinegara Barat untuk melakukan sebuah upaya nyata untuk mengatasi

perubahan kondisi tersebut dengan melakukan strategi koping ekonomi agar

dapat bertahan hidup.

Adapun strategi koping ekonomi yang dapat dilakukan sebuah keluarga

terdiri dari dua strategi, yaitu dengan meningkatkan pendapatan keluarga

dan/atau melakukan penghematan atau mengurangi pengeluaran keluarga.

Dampak setelah relokasi permukiman tersebut selanjutnya dapat ditelusuri

melalui beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana dampak relokasi permukiman Kampung Pulo terhadap

tingkat pendapatan dan tingkat pengeluaran keluarga di Rumah Susun

Jatinegara Barat?

2. Bagaimana strategi koping ekonomi yang dilakukan keluarga dalam

mengatasi perubahan tingkat pendapatan dan pengeluaran di Rumah

Susun Jatinegara Barat?

3. Bagaimana dampak relokasi permukiman Kampung Pulo terhadap

interaksi sosial antar warga di Rumah Susun Jatinegara Barat?

Page 25: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

8

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka

tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini, antara lain:

1. Menganalisis dampak sebelum dan setelah relokasi permukiman dari

Kampung Pulo ke Rumah Susun Jatinegara Barat terhadap tingkat

pendapatan dan tingkat pengeluaran keluarga di Rumah Susun

Jatinegara Barat.

2. Menganalisis strategi koping ekonomi keluarga yang dilakukan setelah

relokasi permukiman dari Kampung Pulo ke Rumah Susun Jatinegara

Barat.

3. Menganalisis dampak sebelum dan setelah relokasi permukiman dari

Kampung Pulo ke Rumah Susun Jatinegara Barat terhadap interaksi

sosial masyarakat di Rumah Susun Jatinegara Barat.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan penjabaran latar belakang dan rumusan masalah, maka

penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Menjadi masukan bagi pemerintah daerah dalam merumuskan

kebijakan relokasi dan penataan permukiman kumuh selanjutnya.

2. Sebagai bahan masukan atau referensi bagi penelitian-penelitian

selanjutnya pada bidang yang sama dengan penelitian ini.

3. Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan untuk

kalangan akademik maupun publik mengenai relokasi permukiman.

Page 26: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Perumahan dan Permukiman

Berdasarkan UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Permukiman, perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari

permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan

prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah

yang layak huni. Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia yang

memiliki arti, fungsi, dan peranan penting dalam eksistensi kehidupannya.

Selain sebagai tempat manusia melangsungkan kehidupannya, rumah juga

berfungsi sebagai tempat manusia melangsungkan proses sosialisasi dengan

diperkenalkan pada norma dan adat kebiasaan yang berlaku dalam suatu

masyarakat (Sarwono dalam Budiharjo, 1983:145). Lersch (2012:48)

menyatakan bahwa rumah memiliki arti lebih dari sekadar atap dan

pembatas, karena rumah menyediakan rasa aman, tempat reproduksi,

tempat pemenuhan kebutuhan privasi individu dan mengekspresikan diri.

Menurut Turner (1976:151) terdapat tiga fungsi yang terkandung dalam

rumah, yaitu:

1) Rumah sebagai penunjang identitas keluarga (identity), yang mana

hal ini diwujudkan dalam kualitas hunian atau perlindungan yang

diberikan oleh rumah. Hal ini dikarenakan kebutuhan rumah sebagai

tempat tinggal bertujuan agar penghuni dapat memiliki tempat untuk

melindungi penghuni dan keluarganya dari iklim setempat.

2) Rumah sebagai penunjang kesempatan (opportunity) keluarga untuk

berkembang dalam kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi atau

berfungsi sebagai pengemban keluarga. Fungsi ini diwujudkan

dalam pemilihan lokasi rumah tersebut didirikan yang mana menjadi

penentu sebagai akses dalam pemenuhan kebutuhan sosial dan

kemudahan ke tempat kerja untuk memperoleh pendapatan.

Page 27: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

10

3) Rumah sebagai penunjang rasa aman, yaitu terjaminnya keadaan

keluarga di masa depan setelah mendapatkan rumah. Jaminan

keamanan atas lingkungan perumahan yang ditempati serta jaminan

berupa kepemilikan rumah dan lahan.

Masyarakat Indonesia khususnya masyarakat berpendapatan rendah

dengan karakter extended family dan cenderung menyimpan banyak barang,

rumah bukan merupakan produk akhir, melainkan proses membangun yang

berkelanjutan yang dilakukan tahap demi tahap. Sebagian besar dari

masyarakat berpendapatan rendah tersebut juga menganggap rumah sebagai

tempat bekerja dan peluang usaha yang dapat menambah pendapatan

mereka (Budiharjo, 1983:199-206), yang mana mereka membuka usaha

warung, bengkel, tempat jahit, dan lain-lain yang mewujudkan pola

campuran dalam fungsi rumah. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh

Johan Silas (1993) bahwa selain sebagai tempat untuk menyelenggarakan

kehidupan, menjamin kelangsungan kehidupan sosial, memberi

ketenangan, kesenangan, dan kenyamanan bagi penghuninya, rumah juga

menjadi sarana berusaha di mana penghuni dapat meningkatkan

pendapatannya demi keberlangsungan hidup keluarga.

Perumahan dan permukiman merupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahkan. Berdasarkan Pasal 1 angka 5 UU No. 1 Tahun 2011,

permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup yang terdiri lebih

dari satu satuan perumahan yang memiliki prasarana, sarana, dan utilitas

umum, serta memiliki penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan

atau kawasan pedesaan. Menurut Suraatmadja (1988:191) permukiman

merupakan bagian dari permukaan bumi yang dihuni oleh masyarakat dan

meliputi segala prasarana dan sarana penunjang kehidupannya yang

menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan. Adapun

konsep permukiman menurut Soedarsono adalah sebagai berikut:

a) Permukiman merupakan kawasan perumahan yang lengkap dengan

sarana umum dan fasilitas sosial di mana mengandung keterpaduan,

kepentingan, dan kesadaran serta pemanfaatan sebagai lingkungan

kehidupan.

Page 28: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

11

b) Permukiman memberikan ruang gerak, sumber tenaga, dan pelayanan

bagi peningkatan mutu kehidupan suatu kecerdasan warga penghuninya

yang berfungsi sebagai ajang kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi.

c) Permukiman merupakan penataan kawasan yang dibuat oleh manusia

dengan tujuan untuk bertahan hidup, membuat rasa aman dan bahagia,

dan mengandung kesempatan untuk pembangunan manusia seutuhnya.

Permukiman memiliki arti yang lebih luas daripada perumahan

karena permukiman bukan hanya berbentuk fisik, melainkan sebuah

perpaduan antar elemen-elemen dasar yang saling berkaitan (Doxiadis

dalam Kuswartojo, 1997:21). Adapun elemen-elemen dari permukiman

tersebut, antara lain:

a) Nature (alam), yang dapat dimanfaatkan untuk membuat bangunan yang

dapat difungsikan secara maksimal.

b) Man (manusia), merupakan pemeran utama dari adanya sebuah

pemukiman atau perumahan karena rumah merupakan kebutuhan dasar

manusia.

c) Society (masyarakat), adalah sekelompok orang di suatu lokasi yang

membentuk komunitas tertentu. Hal ini dikarenakan dalam menjalani

sebuah kehidupan, tidak hanya terdapat kehidupan pribadi, tetapi juga

kehidupan atau hubungan sosial antar masyarakat.

d) Shells (rumah), sebagai bangunan yang digunakan oleh manusia untuk

berlindung dan menetap dalam rangka menyelenggarakan hidupnya.

e) Networks (jaringan), berupa sarana dan prasarana yang mendukung

fungsi permukiman, seperti jalan, pengadaan air bersih, jaringan listrik,

drainase, dan lainnya.

Menurut Sinulingga dalam Umajah (2002:77) permukiman yang

baik, yaitu:

1) Lokasinya sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh kegiatan

lain, seperti pabrik, yang mana umumnya dapat memberikan

dampak pada pencemaran udara atau pencemaran lingkungan lain.

Page 29: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

12

2) Terdapat akses terhadap pusat-pusat pelayanan, seperti pelayanan

kesehatan, pendidikan, dan perdagangan yang dapat dicapai melalui

tersedianya jalan dan sarana transportasi di permukiman tersebut.

3) Terdapat fasilitasi drainase yang mampu mengalirkan air hujan

sehingga tidak akan menimbulkan genangan air walaupun dalam

kondisi hujan lebat.

4) Terdapat fasilitas penyediaan air bersih berupa saluran distribusi

yang disalurkan ke masing-masing rumah.

5) Terdapat fasilitas pembuangan air kotor yang dapat dibuang dengan

sistem individual seperti tangki septik dan lapangan rembesan

ataupun tangki septik komunal.

6) Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah

secara teratur agar lingkungan permukiman tetap nyaman

7) Terdapat fasilitas umum, seperti taman bermain untuk anak-anak,

lapangan, tempat ibadah, pendidikan, dan kesehatan yang

disesuaikan dengan skala besarnya permukiman.

8) Terdapat fasilitas jaringan listrik dan telepon.

2. Permukiman Kumuh

a. Pengertian Permukiman Kumuh

Permukiman kumuh berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 adalah

permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan,

tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana

dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Kumuh memiliki pengertian

tidak beraturan, tidak terawat, dan kotor. Wilayah kawasan kumuh menurut

Bank Dunia (1999) (dalam www.kotaku.pu.go.id, diakses 23 Juli 2018)

merupakan bagian yang terabaikan dalam pembangunan perkotaan, yang

mana ditunjukkan dengan kondisi sosial demografi seperti kepadatan

penduduk yang tinggi, kondisi lingkungan yang tidak layak huni dan tidak

memenuhi syarat, serta minimnya fasilitas untuk pendidikan, kesehatan, dan

sarana prasarana sosial budaya.

Page 30: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

13

Menurut ILO (2008) dalam Suharto (2009:69), kawasan kumuh

merupakan tempat tinggal yang kumuh, yang mana dihuni oleh penduduk

dengan pendapatan rendah dan tidak menentu, serta lingkungan yang tidak

sehat bahkan membahayakan hidup penghuninya dari ancaman penyakit

maupun bencana.

Lingkungan permukiman kumuh oleh Komarudin (1997:83)

didefinisikan sebagai lingkungan permukiman dengan kepadatan penduduk

melebihi 500 orang per Ha, memiliki kondisi sosial dan ekonomi yang

rendah, jumlah rumah yang sangat padat dan ukurannya di bawah standar,

prasarana lingkungan hampir tidak ada atau tidak memenuhi persyaratan

teknis dan kesehatan, dibangun di atas tanah negara atau tanah milik orang

lain, dan di luar peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Silas (1990) dalam tulisannya Surabaya, Pembangunan

dan Kehadiran dan Pemukiman Kumuh menyatakan bahwa permukiman

kumuh adalah kawasan yang terbentuk karena adanya keterbatasan suatu

kota dalam menampung perkembangan kota sehingga muncul kompetisi

dalam menggunakan lahan di perkotaan. Sedangkan kawasan permukiman

dengan kepadatan yang tinggi merupakan embrio dari permukiman kumuh.

Permukiman tersebut selalu menempati lahan yang berada dekat dengan

pasar kerja informal, terdapat sistem angkutan yang memadai, dan dapat

dimanfaatkan secara mudah walau tidak selalu murah. Menurut Silas dalam

Titisari (1999:8) menjelaskan bahwa kriteria untuk menentukan

permukiman kumuh, antara lain: 1) Berada di lokasi yang tidak legal; 2)

Keadaan fisik yang sub standar; 3) Pendapatan penguninya rendah; 4) Tidak

dapat dilayani berbagai fasilitas kota; dan 5) Tidak diinginkan kehadirannya

oleh publik (kecuali yang berkepentingan).

Menurut Yudohusodo dalam Ridlo (2001:22), kriteria permukiman

kumuh dilihat dari karakteristik fisik, yaitu: 1) Bentuk hunian tidak

berstruktur, 2) Bentuk hunian tidak berpola dengan letak rumah dan jalan-

jalannya tidak beraturan, 3) Tidak tersedia fasilitas umum, dan 4) Tidak

tersedia fasilitas, sarana dan prasarana permukiman dengan baik, misalnya

tidak terdapat saluran air, sarana air bersih, dan jalan yang buruk.

Page 31: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

14

Tumbuhnya permukiman kumuh di perkotaan disebabkan oleh

beberapa faktor. Komarudin (1997:84) menyatakan bahwa urbanisasi dan

migrasi yang dilakukan oleh masyarakat berpenghasilan rendah merupakan

penyebab utama permukiman kumuh meningkat. Selain itu, kesulitan dalam

memperoleh pekerjaan, ketidakmampuan untuk mencicil atau menyewa

rumah, pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang kurang tegas,

program perbaikan lingkungan yang hanya dinikmati oleh para pemilik

rumah, dan rendahnya sikap disiplin masyarakat turut mendorong

berkembangnya jumlah permukiman kumuh.

b. Mengatasi Permukiman Kumuh

Cheema dalam Nova (2010) menyatakan bahwa dalam

pembangunan kota, pemerintah di negara-negara berkembang memiliki tiga

tipe kebijakan untuk mengatasi permasalahan kemiskinan di kota, yaitu: (1)

Menggusur perkampungan kumuh dan rumah-rumah liar yang ada; (2)

Mengurangi jumlah daerah kampung miskin dengan memindahkan mereka

dan menempatkan kembali di daerah baru; dan (3) Melegalisasi kampung

kumuh dengan merenovasi struktur yang ada dan memberikan bantuan

dalam perbaikan lingkungan perumahan mereka.

Dalam mengatasi permukimah kumuh, perlu dilakukan peremajaan

permukiman kumuh (Komarudin, 1997:91). Peremajaan permukiman

kumuh memiliki arti sebagai pembongkaran sebagian atas seluruh

permukiman kumuh yang sebagian besar atau seluruhnya berada di atas

tanah negara dan kemudian di tempat yang sama dibangun prasarana dan

fasilitas lingkungan rumah susun serta bangunan-bangunan lain sesuai

dengan rencana tata ruang kota yang bersangkutan. Lingkungan kumuh

yang diremajakan terdiri dari lingkungan yang berada pada lokasi strategis

yang mendukung fungsi kota, kurang strategis tetapi memiliki potensi

secara komersil, kurang strategis tetapi cocok untuk daerah permukiman, di

daerah perdagangan, dan di daerah berbahaya seperti rawan banjir, jaringan

listrik tegangan tinggi, dan rel kereta api (Komarudin, 1997:96).

Pelaksanaan peremajaan permukiman kumuh menurut Inpres No.5 Tahun

Page 32: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

15

1990 tentang Peremajaan Lingkungan Permukiman Kumuh di Atas Tanah

Negara (dalam Komarudin, 1997:92) memiliki tujuan, antara lain:

1) Meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan, harkat, derajat,

dan martabat masyarakat penghuni permukiman yang sehat dan teratur.

2) Mewujudkan kawasan kota yang ditata secara lebih baik sesuai dengan

fungsinya sebagaimana ditetapkan dalam rencana tata ruang kota yang

bersangkutan.

3) Mendorong penggunaan tanah yang lebih efisien dengan pembangunan

rumah susun, meningkatkan tertib bangunan, memudahkan penyediaan

prasarana dan fasilitas lingkungan permukiman yang diperlukan, serta

mengurangi kesenjangan kesejahteraan penghuni dari berbagai

kawasan di daerah perkotaan.

Menurut Nugroho Sukmanto dalam Komarudin (1997:97) terdapat

empat pola dalam peremajaan permukiman kumuh, yaitu relokasi

(resettlement), pembebasan tanah, konsolidasi tanah (penataan kembali),

dan partisipasi masyarakat setempat dengan sistem bank tanah (land

banking). Sementara itu, menurut Komarudin (1997:98) sebagai upaya

pemecahan masalah lingkungan kumuh, terdapat beberapa upaya alternatif

yang dapat dilakukan, yaitu:

1) Program perbaikan kampung, seperti MHT dan IUDP di Jakarta;

2) Relokasi dan penataan lingkungan kumuh dengan membangun rumah

susun sederhana yang disewakan kepada penghuni lama;

3) Penataan lingkungan kumuh dengan memasukkan Perumnas, yaitu

penghuni lama menyewa dengan biaya rumah sebesar operating cost

saja;

4) Pembangunan rumah susun sederhana, yaitu penghuni lama diberikan

ganti rugi sejumlah uang yang cukup untuk membayar uang muka KPR;

5) Pembebasan tanah dan melibatkan peran serta pihak swasta, yaitu

pembangunan lingkungan kumuh menjadi kawasan permukiman,

pertokoan, perkantoran, dan perdagangan; dan

6) Konsolidasi tanah perkotaan.

Page 33: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

16

3. Relokasi Permukiman

a. Pengertian Relokasi

Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk turut serta

berpartisipasi dalam menghapus kawasan kumuh, seperti yang tertera pada

target ke 11 MDGs, yaitu mencapai perbaikan yang berarti untuk

meningkatkan kehidupan sedikitnya 100 juta masyarakat miskin yang hidup

di permukiman kumuh hingga tahun 2020. Dalam rangka mencapai target

tersebut, Ditjen Cipta Karya merancang tiga pola penanganan permukiman

kumuh, yaitu 1) pemugaran, 2) peremajaan, dan 3) pemukiman kembali atau

relokasi.

Relokasi merupakan proses pemindahan yang dilakukan terhadap

penduduk dari suatu lokasi permukiman yang tidak sesuai dengan

peruntukannya ke lokasi lain yang telah disiapkan yang sesuai dengan

rencana pembangunan kota (Ridlo, 2001:95). Kemudian, Yudohusodo

(dalam Umbara, 2003:51) menyatakan bahwa relokasi permukiman

dilakukan terhadap permukiman yang berada pada lokasi bukan

peruntukkan sebagai perumahan atau lokasi permukiman yang berada pada

wilayah rawan bencana. Relokasi adalah proses pemindahan suatu tempat

dari sebuah lokasi ke lokasi yang lain, biasanya jarak dari lokasi sebelumnya

dengan lokasi baru cukup jauh dan dapat memengaruhi hal-hal yang ada di

dalamnya.

Menurut Bawole (2015:121) relokasi sebagai proses memindahkan

atau memukimkan kembali masyarakat ke daerah permukiman yang baru,

tidak hanya menyediakan fasilitas rumah untuk tempat tinggal beserta

fasilitas infrastrukturnya saja, melainkan juga memindahkan kehidupan

masyarakatnya baik secara individu, keluarga, ataupun kelompok ke sebuah

lingkungan yang baru. Oleh karena itu, aspek ekonomi, sosial dan budaya,

serta kualitas lingkungan harus turut serta dipindahkan bersama-sama

dengan mereka. Selain itu, aspek ekonomi dan sosial juga merupakan aspek

yang tidak dapat terpisahkan karena pada dasarnya kedua aspek tersebut

memiliki hubungan yang saling terkait satu sama lain, di mana tidak ada

kegiatan ekonomi yang tidak berpengaruh terhadap keadaan sosial. Begitu

Page 34: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

17

pun sebaliknya, setiap kegiatan sosial akan berdampak atau setidaknya

menggunakan logika ekonomi dalam memperhitungkannya (Chalid,

2009:36-37).

b. Dampak Relokasi

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh World Bank melalui

artikel “Involuntary Resettlement” tahun 1990, program relokasi yang

dilakukan oleh beberapa negara berkembang seperti India, Thailand, dan

Filipina lebih banyak memberikan dampak negatif. Hal ini dikarenakan

program relokasi yang dilakukan bukan hanya memberikan kerugian secara

materil di lokasi yang lama, tetapi juga menimbulkan kesulitan-kesulitan

lain bagi masyarakat yang menjadi sasaran program relokasi di lokasi yang

baru.

Asian Development Bank (Nopember, 1995) mengemukakan

dampak yang dapat ditimbulkan dari relokasi permukiman, yaitu struktur

dan sistem masyarakat, hubungan sosial dan pelayanan sosial pada

lingkungan permukiman yang sudah terbentuk menjadi berubah atau

terganggu; Adanya sumber-sumber produktif, pendapatan, dan mata

pencaharian yang hilang; Menurunnya kultur budaya dan gotong-royong

yang sudah terbentuk sebelumnya; serta terjadi eksploitasi ekosistem,

kesulitan hidup, ketegangan sosial dan kemiskinan sejalan dengan

hilangnya sumbernya kehidupan dan pendapatan masyarakat.

World Bank (2001) juga melihat terdapat beberapa dampak yang

mungkin dapat timbul setelah relokasi permukiman, yaitu hilangnya mata

pencaharian dan kekayaan masyarakat, rusaknya jaringan sosial masyarakat

yang sudah terbentuk, hilangnya organisasi masyarakat, serta efek

kumulatif dari 3 poin di atas adalah rusaknya sistem sosial dan ekonomi

masyarakat setempat.

Hasil yang diharapkan dari relokasi permukiman adalah kondisi

kehidupan masyarakat yang menjadi sasaran relokasi permukiman menjadi

lebih baik dari sebelumnya (De Wet dalam Musthofa, 2011:20). Adapun

kondisi yang lebih baik yang dimaksud dilihat dari aspek tingkat

pendapatan, keberagaman lapangan pekerjaan, status dan jaminan di lokasi

Page 35: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

18

permukiman yang baru, serta akses terhadap pelayanan infrastruktur dasar

menjadi lebih mudah.

Dalam pelaksanan program relokasi permukiman tidak hanya terjadi

proses pemindahan masyarakat dari suatu lokasi ke lokasi yang lain, namun

juga perilaku dan identitas-identitas mereka. Menurut Finsterbusch dalam

Musthofa (2011:21), suatu kebijakan yang diterapkan akan menyebabkan

masyarakat yang menjadi sasaran kebijakan tersebut merasakan dampak-

dampak baik secara ekonomi, lingkungan, transportasi, sosial, dan

psikologi.

Berdasarkan uraian mengenai dampak dari program relokasi

permukiman, Jha (2010) menjelaskan bahwa sebelum melakukan relokasi

permukiman perlu diperhatikan prinsip-prinsip relokasi untuk menjamin

keberlangsungan kehidupan masyarakat yang direlokasi tersebut sehingga

dapat melanjutkan kehidupan di tempat tinggal baru dengan lebih nyaman,

antara lain:

1) Perencanaan program relokasi yang efektif adalah yang dapat

membantu membangun permukiman dan melihat secara positif;

2) Relokasi bukanlah suatu pilihan yang harus dilakukan karena resiko

dapat dikurangi dengan mengurangi jumlah penduduk pada suatu

permukiman daripada memindahkan seluruh permukiman;

3) Relokasi bukan sekadar merumahkan kembali manusia, tetapi juga

menghidupkan dan membangun kembali masyarakat, lingkungan, dan

modal sosial;

4) Lebih baik menciptakan insentif yang mendorong manusia untuk

direlokasi daripada memaksa mereka untuk direlokasi;

5) Relokasi seharusnya mengambil tempat sedekat mungkin dengan lokasi

asal mereka;

6) Mayarakat di lokasi yang akan ditempati juga merupakan satu

kelompok yang akan merasakan dampak dari program relokasi dan

mereka juga harus dilibatkan dalam perencanaan.

Page 36: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

19

4. Rumah Susun

Dalam memenuhi perumahan yang layak bagi rakyat, terutama

untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah sebagaimana yang tertera

dalam UU No. 20 Tahun 2011, pemerintah Indonesia mendirikan rumah

susun. Menurut UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman, yang dimaksud dengan rumah susun adalah bangunan gedung

bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam

bagian-bagian yang distrukturkan secraa fungsional, baik dalam arah

horizontal maupun vertikal, dan merupakan satuan-satuan yang masing-

masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat

hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah

bersama.

Sasaran rumah susun tertulis satu diantaranya untuk masyarakat

yang terkena proyek pembangunan atau masyarakat yang berada di kawasan

kumuh yang menjadi sasaran untuk direlokasi. Sebagaimana tercantum

pada buku Rusunawa, Komitmen Bersama Penanganan Permukiman

Kumuh oleh Kementerian PU pada Tahun 2012, rumah susun sebagai

hunian vertikal merupakan satu solusi dalam menata permukiman kumuh

dan liar untuk menjamin kepastian dan keamana tempat tinggal bagi

masyarakat yang semula menghuni kawasan ilegal.

Menurut Zulviton (2010) rumah susun merupakan kumpulan rumah

yang dihuni oleh sejumlah orang. Perpindahan ke rumah susun bukan saja

memindahkan susunan rumah ke arah vertikal, namun memindahkan

seluruh elemen yang ada di permukiman termasuk lingkungan dan

kehidupan sosial sekitarnya. Rumah susun adalah perumahan dengan

bentuk berbeda yang memiliki dasar-dasar yang sama dalam pembentukan

perumahan, karena rumah susun berfungsi sebagai tempat tinggal, maka

rumah susun perlu mengakomodir aktivitas, kebutuhan, dan perilaku

penghuninya.

John FC Turner dalam bukunya Housing by People (1976)

mengatakan bahwa dalam merancang rumah susun, secara prinsip berbeda

dengan merancang bangunan lain. Hal tersebut dikarenakan dalam

Page 37: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

20

merancang rumah susun harus perhatikan bagaimana rumah susun tersebut

dapat memberi dampak positif bagi penghuninya. Kemudian, dalam proses

perancangan, sebaiknya calon penghuni diberi kesempatan untuk terlibat

dalam proses pengambilan keputusan sehingga hasil yang dicapai dapat

sesuai dengan maksud dan tujuannya, serta bermanfaat bagi masyarakat.

Selain itu, keputusan yang diambil dengan melibatkan partisipasti

masyarakat akan memberikan hasil yang lebih baik daripada keputusan

yang diambil tanpa melibatkan masyarakat.

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2011, rumah susun berdasarkan

tujuan dan syarat pembangunannya dibedakan menjadi empat jenis, antara

lain:

1) Rumah susun umum, dibangun untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi

masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), di mana pembangunan dan

pengelolaan di bawah tanggung jawab pemerintah;

2) Rumah susun khusus, dibangun untuk memenuhi kebutuhan khusus;

3) Rumah susun negara, rumah susun jenis ini dimiliki negara dan

berfungsi sebagai tempat tinggal, sarana pembinaan keluarga, serta

penunjang pelaksanaan tugas pejabat atau pegawai negeri;

4) Rumah susun komersial, dibangun untuk memperoleh keuntungan, di

mana pembangunannya dapat dilakukan oleh setiap orang, tetapi

pengelolaan di bawah tanggung jawab badan hukum tertentu.

Rumah susun sebagai kumpulan rumah juga harus mengakomodasi

layanan dan fasilitas yang diperlukan dalam kehidupan berumah tangga dan

bertetangga. Hal tersebut mencakup ruang terbuka, ruang berkumpul,

fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, tempat ibadah, tempat berbelanja,

dan lain-lain. Menurut Towers (2005:61-62), kualitas ruang komunal dan

ruang terbuka menjadi esensial dalam sebuah rumah susun. Hal ini

dikarenakan para penghuni harus berbagi akses umum, yang mana akses

tersebut harus aman dan dapat dijaga bersama. Selain itu, rumah susun juga

perlu mempertimbangkan hubungan lokasinya dengan jaringan transportasi

umum.

Page 38: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

21

Rumah susun sebagai hasil dari perubahan pola permukiman yang

menyebar secara horisontal menjadi menumpuk ke atas (vertikal) akan

memberikan konsekuensi tertentu, seperti menjadi terbatasnya ruang gerak,

berubahnya pola komunikasi, dan adanya peraturan yang mengikat di

bawah pengelola rumah susun. Ruang gerak yang menjadi terbatas

menyebabkan penghuni cenderung membatasi komunikasinya dengan

tetangga terdekat saja, misal dengan tetangga di satu lantau karena

hubungan antar lantai lain menjadi lebih sulit. Masyarakat yang terbiasa

tinggal di permukiman liar dengan kebebasannya akan mengalami

perbedaan dengan ruang yang sudah diatur (Sarwono., et al dalam

Budiharjo, 1978).

5. Kondisi Sosial

Dalam kehidupan bermasyakarat, setiap manusia mengalami

perubahan sosial. Perubahan-perubahan tersebut dapat berupa perubahan

dalam nilai-nilai sosial, norma sosial, pola perilaku organisasi, lapisan-

lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, serta interaksi sosial.

Menurut MacIver dalam Soekanto (2012:262), perubahan-

perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial

atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial.

Kemudian, menurut Gillin dan Gillin, perubahan sosial merupakan sebuah

variasi dari cara-cara manusia dalam menjalani kehidupan bermasyarakat

yang terjadi karena adanya perubahan dalam kondisi geografis, kebudayaan

materiil, komposisi penduduk, ideologi, dan adanya penemuan-penemuan

dalam masyarakat.

Perubahan-perubahan yang terjadi bukan hanya dapat diartikan

sebagai sebuah kemajuan, namun juga dapat berarti sebuah kemunduran

dari bidang-bidang tertentu. Perubahan sosial bukanlah sebuah proses yang

terjadi dengan sendirinya. Pada umumnya, perubahan sosial terjadi karena

keinginan manusia untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan

sekitar ataupun disebabkan oleh faktor ekologis (Susanto 188). Selain itu,

perubahan sosial di masyarakat dapat disebabkan karena adanya sesuatu

Page 39: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

22

yang dianggap sudah tidak lagi memuaskan atau dapat dikatakan terdapat

faktor baru yang lebih memuaskan masyarakat.

Perubahan sosial dapat dipengaruhi baik dari dalam masyarakat itu

sendiri maupun dari luar. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

perubahan sosial di masyarakat, antara lain: bertambah atau berkurangnya

jumlah penduduk, adanya penemuan-penemuan baru, terjadi pertentang

dalam masyarakat, terjadinya pemberontakan atau revolusi, peperangan,

adanya pengaruh kebudayaan dari masyarakat lain.

Menurut Himes dan Moore (dalam Martono, 2011:5), perubahan

sosial dapat dilihat dari beberapa dimensi, yaitu:

1) Dimensi Struktural

Perubahan sosial dilihat dari dimensi struktural mengacu pada

bentuk struktur masyarakat yang terkait dengan perubahan dalam

peranan, munculnya peranan baru, perubahan struktur kelas sosial, dan

perubahan dalam lembaga sosial. Struktur masyarakat dibentuk oleh

dua unsur yaitu status dan peranan.

2) Dimensi Kultural

Kultur dapat diartikan sebagai budaya. Perubahan kultural yang

terjadi pada relokasi terkait juga dengan perubahan struktural.

Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat senantiasa

mempengaruhi nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku dalam

kelompok masyarakat. Perubahan sosial dalam dimensi kultural adalah

perubahan yang terjadi pada nilai-nilai yaitu suatu konsep abstrak

mengenai keyakinan, pemikiran pandangan dan juga perilaku

masyarakat.

Mengacu pada perubahan budaya dalam masyarakat, perubahan

tersebut meliputi:

a. Inovasi kebudayaan, merupakan komponen internal yang

memunculkan perubahan sosial dalam suatu masyarakat.

b. Disufi, merupakan komponen eksternal yang mampu menggerakan

terjadinya perubahan sosial.

Page 40: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

23

c. Integrasi, merupakan wujud perubahan budaya yang “relatif lebih

halus”.

3) Dimensi Interaksional

Interaksi sosial merupakan hal utama dari sebuah kehidupan

sosial karena tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan tercipta

kehidupan bersama (Kimball Young dan Raymond W. Mack dalam

Soekanto, 2012:54). Kehidupan sosial akan terjadi ketika antarindividu

atau antarkelompok melakukan kerja sama dan saling berbicara untuk

mencapai tujuan bersama, melakukan persaingan, pertikaian, dan lain

sebagainya.

Menurut Gillin dan Gillin dalam Soekanto (2012:55) interaksi

sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis dimana

melibatkan hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-

kelompok manusia, maupun antara orang-perorangan dengan

kelompok manusia.

Menurut Bonner dalam Razak (2008:57) interaksi sosial adalah

hubungan yang terjadi antara dua orang atau lebih sehingga tindakan

yang dilakukan oleh satu individu dapat memengaruhi, mengubah, atau

memperbaiki tindakan individu yang lain, begitupun sebaliknya.

Menurut George Herbert Mead dalam Narwoko (2007:20)

berpendapat bahwa agar interaksi sosial bisa berjalan dengan teratur

dan agar anggota masyarakat dapat berfungsi secara normal, maka yang

diperlukan bukan hanya kemampuan untuk bertindak sesuai dengan

konteks sosialnya, tetapi juga memerlukan kemampuan untuk menilai

secara objektif perilaku kita sendiri dari sudut pandang orang lain.

Secara teoritits, terdapat dua syarat dalam terjadinya interaksi

sosial, yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi (Narwoko, 2007:10).

Kontak sosial merupakan tahap pertama terjadinya hubungan sosial,

kemudian komunikasi merupakan proses penyampaian informasi yang

menunjukkan dimulainya interaksi sosial tersebut.

Page 41: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

24

Berdasarkan definisi interaksi sosial di atas, dapat disimpulkan

bahwa interaksi sosial merupakan proses sosial yang terkait dengan

hubungan timbal balik antar individu, antar kelompok, maupun

individu dengan kelompok guna menciptakan aktifitas-aktifitas sosial

dalam suatu masyarakat.

Menurut Gillin dan Gillin (dalam Soekanto, 2007) interaksi

sosial dikategorikan menjadi dua bentuk, yaitu asositif dan disosiatif.

Berikut ini merupakan rincian dari masing-masing bentuk interaksi

sosial:

a. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif

1) Kerja sama

Kerja sama merupakan suatu usaha bersama antara orang

perorangan atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan

bersama. Dalam kegiatan kerja sama, individu memberikan

stimulus kepada individu lain kemudian individu lain tersebut

memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterimanya ataupun

sebaliknya. Kerja sama ini dapat dilihat dari turut sertanya

individu dalam kegiatan kelompok. Bentuk-bentuk kerjasama

adalah kerukunan (gotong royong), barganing (perjanjian

mengenai pertukaran barang atau jasa), kooptasi (proses

penerimaan unsur-unsur baru untuk menghindari terjadinya

kegoncangan pada suatu organisasi), koalisi (kombinasi dua

orang atau lebih yang memiliki tujuan yang sama), join venture

(kerja sama dalam pengusahaan proyek tertentu).

2) Akomodasi

Akomodasi merupakan proses sosial yang menunjuk pada

upaya-upaya yang dilakukan manusia untuk meredakan

pertentangan atau untuk mencapai suatu keseimbangan. Dengan

adanya akomodasi, individu atau kelompok dapat melakukan

penyesuaian dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya.

Akomodasi bertujuan untuk mengurangi suatu pertentangan dan

Page 42: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

25

memungkinkan terciptanya kerja sama antara kelompok-

kelompok sosial.

3) Asimilasi

Asimilasi ditandai dengan adanya usaha-usaha untuk

mengurangi perbedaan-perbedaan yang ada, baik antar individu

maupun antar kelompok guna menmperoleh tujuan bersama.

Dalam asimilasi, individu tidak lagi memikirkan kepentingan

dirinya sendiri, melainkan kepentingan kelompok atau bersama.

Bentuk asimilasi ditandai dengan adanya pengembangan sikap

yang sama dengan kelompok untuk mencapai suatu tujuan.

b. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif

1) Persaingan

Persaingan merupakan bentuk proses sosial yang dilakukan

oleh individu atau kelompok untuk mendapatkan keuntungan

atau kemenangan dengan cara kompetitif tanpa menggunakan

kekerasan maupun ancaman kepada pihak lawannya.

2) Kontroversi

Kontroversi adalah bentuk proses sosial antara persaingan

dan konflik. Kontroversi ditandai dengan sikap tidak senang

terhadap orang lain atau suatu kelompok, baik secara sembunyi-

sembunyi maupun terang-terangan.

3) Konflik

Konflik merupakan suatu proses sosial antar individu atau

antar kelompok yang berusaha untuk memenuhi tujuannya

dengan cara menentang pihak lawan yang disertai dengan

ancaman dan kekerasann. Konflik terjadi akibat adanya

perbedaan pendirian dan kepentingan sehingga menimbulkan

jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara

mereka yang bertikai tersebut.

Page 43: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

26

6. Kondisi Ekonomi

Ekonomi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia dengan

memanfaatkan sumber daya produksi yang langka untuk menghasilkan

barang dan jasa serta mendistribusikannya untuk selanjutnya dikonsumsi

oleh sekelompok orang atau masyarakat. Menurut George Soul dalam

Lipsey (1991:9) ekonomi merupakan ilmu pengetahuan sosial yang

mempelajari bagaimana manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya dalam rangka mencapai kemakmuran dan kesejahteraan.

Ilmu ekonomi juga dikatakan sebagai ilmu sosial karena objek

penelitian dalam ilmu ekonomi adalah perilaku manusia yang dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ilmu ekonomi merupakan ilmu yang

luas karena mempelajari sisem ekonomi dari unit terkecil (mikro) hingga

yang terbesar (makro). Satu unit terkecil dari sistem ekonomi ialah ekonomi

keluarga yang mana membahas bagaimana suatu keluarga menghadapi

sumber daya yang langka untuk memuaskan kebutuhan keluarga tersebut

akan barang dan jasa (Shinta, 2015:1).

Menurut Hendrayati (2015:166), ekonomi keluarga merupakan

suatu hal yang terkait dengan pendapatan pribadi maupun kelompok dan

upaya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dalam keluarga sesuai dengan

prinsip ekonomi. Abraham H. Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan

manusia terdiri dari lima tingkatan, yaitu:

1) Tingkat 5: aktualisasi atau realisasi diri dengan indikator psikologis

berupa keinginan mengembangkan diri secara optimal melalui usaha

sendiri, kreatifitas, dan ekspresi;

2) Tingkat 4: rasa hormat dengan indikator psikologis berupa

menerima keberhasilan diri, kompetensi, keyakinan, rasa diterima

orang lain, apresiasi, rekognisi, dan dignitas atau martabat;

3) Tingkat 3: rasa disertakan, rasa cinta dan aktifitas sosial dengan

indikator psikologis berupa rasa bahagia berkumpul dan berserikat,

perasaan diterima dalam kelompok, rasa bersahabat, dan afeksi;

4) Tingkat 2: rasa aman dengan indikator psikologis berupa terhindar

dari bahaya dan bebas dari rasa takut atau terancam; dan

Page 44: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

27

5) Tingkat 1: fisik atau biologis dengan indikator lapar, haus, seks, rasa

enak, tidur, dan istirahat.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan, setiap keluarga akan

melakukan kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi yang dilakukan tersebut

terdiri dari beberapa indikator (Soehandono dalam Ragil, 2015: 32), yaitu:

1) jumlah anggota keluarga yang bekerja,

2) status pekerjaan dari yang paling menunjang,

3) jenis pekerjaan dari yang paling menunjang,

4) yang memiliki penghasilan terbesar yang dapat mencukupi

kebutuhan sehari-hari,

5) kepemilikan aset,

6) jumlah penghasilan per bulan,

7) ketergantungan terhadap pemberian atau kiriman,

8) mengalami kesulitan makan apabila anggota keluarga yang

menunjang kehidupan sehari-hari tidak bekerja selama seminggu,

9) bersedia apabila ada pekerjaan sementara dengan upah Rp5000,- per

hari,

10) jumlah anggota keluarga laki-laki usia >15 tahun yang mencari

pekerjaan,

11) jumlah anggota keluarga perempuan usia >15 tahun yang mencari

pekerjaan,

12) pernah ada usaha bangkrut sejak terjadinya krisis ekonomi.

Melly G. Tan dalam Herawati (2015:16) menjelaskan bahwa

kedudukan sosial ekonomi seseorang atau sebuah keluarga mencakup tiga

faktor, yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Kemudian, menurut

Abdulsyani (1994) kedudukan sosial ekonomi individu dalam masyarakat

dapat dilihat dari jenis aktifitas ekonomi yang dilakukan, pendapatan,

pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi.

Selain itu, menurut UNDP, status ekonomi dapat juga diukur dari

sisi konsumsi, yaitu dengan menghitung seberapa besar pengeluaran yang

dilakukan seseorang atau sebuhah keluarga untuk memenuhi kebutuhan

Page 45: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

28

sandang, pangan, papan, serta kebutuhan lainnya dalam waktu atau periode

tertentu. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan variabel

pendapatan keluarga dan pengeluaran keluarga untuk melihat kondisi

ekonomi keluarga sebelum dan setelah direlokasi.

a. Tingkat Pendapatan

Setiap orang yang bekerja memiliki tujuan untuk memperoleh

pendapatan. Menurut Suparyanto (2014) pendapatan merupakan

sejumlah penerimaan oleh para anggota masyarakat untuk jangka waktu

tertentu sebagai bentuk balas jasa atas faktor-faktor produksi yang telah

mereka sumbangkan dalam proses produk nasional. Bentuk dari balas

jasa tersebut dapat berupa upah, bunga, sewa, dan laba tergantung pada

faktor produksi apa yang terlibat dalam proses produksi tersebut

(Sudremi, 2007:133).

Menurut Zaidin (2010) dalam Suparyanto (2014), keluarga

adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena adanya

pernikahan, hubungan darah, dan adopsi dalam suatu rumah tangga,

yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam rangka menciptakan dan

mempertahankan suatu budaya.

Secara umum, sebuah keluarga terdiri dari seorang kepala

keluarga dan beberapa orang anggotanya. Seorang kepala keluarga

merupakan individu yang paling bertanggungjawab terhadap rumah

tangga tersebut dan menjadi penentu utama pendapatan keluarga.

Sedangkan, anggota keluarga adalah mereka yang hidup dalam satu

atap, baik menjadi tanggungan kepala keluarga yang bersangkutan

maupun turut berperan dalam memperoleh pendapatan keluarga

(Darmawan, 2002:8-9).

Menurut Subandi (2001, dalam Gunarsih., dkk, 2013)

pendapatan keluarga merupakan pendapatan yang diperoleh dari seluruh

anggota keluarga yang bekerja, baik di sektor pertanian maupun non

pertanian. Pendapatan keluarga tersebut akan digunakan untuk

memenuhi kebutuhan bersama maupun perorangan dalam keluarga.

Page 46: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

29

Menurut Oktama (2013:17) pendapatan dibedakan menjadi tiga jenis,

yaitu:

1) Pendapatan pokok, Jenis pendapatan ini dihasilkan dari pekerjaan

utama yang bersifat rutin. Pendapatan ini biasanya diterima setiap

bulan, ada pula yang tidak diterima setiap bulan tergantung pada

jenis pekerjaannya.

2) Pendapatan sampingan, Pendapatan sampingan merupakan

pendapatan yang diperolah dari pekerjaan diluar pekerjaan utama.

Sehingga tidak semua orang mempunyai pendapatan jenis ini.

3) Pendapatan lain-lain, Pendapatan jenis terkahir ini didapatkan dari

hasil pemberian orang lain, baik berupa barang maupun dalam

bentuk uang.

Menurut Soekartawi (2002:132), pendapatan yang diterima oleh

seseorang akan mempengaruhi dirinya dalam mengonsumsi barang dan

jasa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Mahyu (2014:9) yang

menyatakan bahwa tingkat pendapatan akan mempengaruhi tingkat

konsumsi, yaitu pengeluaran konsumsi akan meningkat seiring dengan

meningkatnya pendapatan, dan begitu pun sebaliknya. Tinggi rendahnya

pengeluaran seseorang atau sebuah keluarga bergantung pada

kemampuannya dalam mengelola pendapatan yang dimiliki.

Pendapatan sebuah keluarga menurut Badan Pusat Statistik

diukur melalui pendapatan yang diperoleh dari tiap anggota keluarga

yang bekerja yang terdiri dari:

a. Pendapatan dari upah atau gaji yang diterima oleh seluruh anggota

keluarga yang bekerja dan merupakan imbalan bagi pekerjaan yang

telah dilakukan untuk suatu perusahaan, majikan, dan instansi

tertentu.

b. Pendapatan dari usaha seluruh anggota keluarga yang berupa

pendapatan kotor.

c. Pendapatan lainnya yaitu pendapatan diluar gaji atau upah yang

bersumber dari usaha lain seperti penerimaan sewa rumah milik

Page 47: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

30

sendiri, bunga, dividen, royalti, paten, sewa/kontrak lahan, rumah,

gedung, bangunan dan peralatan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan menurut

Sukmayani (2008:117), yaitu lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja

yang tersedia, keahlian, motivasi, keuletan kerja, dan jumlah modal yang

digunakan.

b. Tingkat Pengeluaran

Pengeluaran keluarga atau disebut juga dengan konsumsi

merupakan sebuah bentuk pemenuhan kebutuhan, baik untuk kebutuhan

pangan maupun non pangan. Menurut Mankiw (2013) konsumsi

memiliki arti sebagai pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah tangga.

Maksud dari barang tersebut mencakup pembelanjaan rumah tangga

atau keluarga untuk barang yang bertahan lama, seperti perlengkapan

rumah tangga dan barang yang tidak bertahan lama, seperti makanan.

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2001), arti dari konsumsi

yaitu pengeluaran yang dilakukan untuk memenuhi pembelian barang-

barang dan jasa akhir guna untuk mendapatkan kepuasan ataupun

memenuhi kebutuhannya. Konsumsi terbagi menjadi dua macam, yang

pertama konsumsi rutin dan yang kedua konsumsi sementara. Konsumsi

rutin mempunyi arti sebagai pengeluaran yang dilakukan untuk

pembelian barang dan jasa secara terus menerus yang dikeluarkan

selama bertahun-tahun. Sedangkan arti konsumsi sementara yaitu setiap

tambahan yang sifatnya tidak terduga terhadap konsumsi rutin.

Berdasarkan pengertian pengeluaran di atas, pengeluaran

merupakan materi yang dikeluarkan setiap bulan untuk memenuhi

kebutuhan hidup manusia, baik untuk pangan maupun non pangan.

Pengeluaran pengan meliputi tindakan konsumsi terhadap bahan pangan

kelompok padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur, susu, sayuran,

kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, bahan minuman,

bumbu-bumbuan, makanan dan minuman jadi. Sedangkan bahan non

panan meliputi biaya untuk perumahan, pendidikan, kesehatan, bahan

Page 48: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

31

bakar, penerangan dan air, barang dan jasa, pakaian, pajak dan asuransi,

keperluan pesta, olahraga, dan rekreasi.

Menurut BPS, pada kondisi keadaan pendapatan yang terbatas,

pemenuhan kebutuhan pangan akan menjadi prioritas utama, sehingga

pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat sebagian

besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan. Namun,

ketika terjadi peningkatan pendapatan, maka akan terjadi pergeseran

pengeluaran yaitu penurunan porsi pendapatan yang akan dibelanjakan

untuk pangan dan peningkatan porsi pendapatan yang akan dibelanjakan

untuk non pangan.

7. Strategi Koping Ekonomi

Koping menurut Folkman, Lazarus, Dunkel-Schetter, Delongis dan

Gruen (1986: 993) merupakan sebuah upaya atau tindakan yang dilakukan

oleh seseorang dalam mengelola sebuah tuntutan baik tuntutan eksternal

maupun internal yang mana secara spesifik dapat dinilai sebagai hal yang

membebani atau melebihi sumber daya yang dimiliki oleh seseorang

tersebut.

Menurut Sunarti (2013:1), strategi koping merupakan upaya yang

dilakukan oleh sebuah keluarga dalam menghadapi situasi tekanan dengan

mengoptimalkan sumber daya yang mereka miliki agar dapat memenuhi

kebutuhan keluarganya.

Berdasarkan definisi koping di atas, dapat disimpulkan bahwa

strategi koping adalah suatu upaya yang dilakukan baik oleh seorang

individu ataupun sebuah keluarga dalam melakukan adaptasi atau

penyesuaian kesenjangan antara tuntutan situasi atau tekanan dengan

sumber daya atau kemampuan yang mereka miliki untuk mengurangi

maupun menghilangkan tuntutan situasi atau tekanan tersebut.

McCubin et al (1987) mengembangkan model adaptasi keluarga

dalam menghadapi tekanan, yaitu dalam sebuah proses koping, keluarga

mengalokasikan sumber daya dan kemampuan semua anggota keluarga

untuk memenuhi berbagai tuntutan yang mereka hadapi. Sementara itu,

menurut Puspitawati (2003:26) strategi koping yang dapat dilakukan oleh

Page 49: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

32

keluarga untuk mengatasi masalah ekonomi dikategorikan menjadi dua

jenis, yaitu:

a. Generating additional income, adalah strategi yang dilakukan untuk

meningkatkan ketersediaan sumber daya keuangan keluarga dengan

cara anggota keluarga melakukan pekerjaan tambahan (pekerjaan

kedua), bekerja dengan tambahan waktu yang lebih lama, atau

terdapat tambahan anggota keluarga yang bekerja.

b. Cutting back expenses, adalah strategi yang dilakukan untuk

merespon ketersediaan sumber daya yang lebih rendah melalui

perubahan pola pengeluaran, seperti mengurangi pengeluaran

terhadap kebutuhan sehari-hari, pendidikan, pemeliharaan

kesehatan, perabotan rumah tangga, menunda liburan, sumbangan

sosial, membeli barang bakas, dan lain sebagainya.

B. Penelitian Sebelumnya

1. Demi Hasfinul Nasution (2002)

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan dari kebijakan relokasi

dan penataan kawasan permukiman liar di Kota Batam terhadap penduduk

yang menjadi sasaran kebijakan tersebut. Selain itu, penelitian tersebut juga

bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong timbulnya

permukiman liar di Kota Batam. Teknik analisis yang digunakan dalam

penelitian tersebut adalah analisis deskriptif; analisis tabulasi silang;

analisis tingkat kesejahteraan yang meliputi nilai Good Service Ratio,

indeks diversitas konsumsi, dan pendapatan; analisis entropy sebaran

permukiman liar; serta analisis motivasi dan preferensi pilihan lokasi tempat

tinggal dengan menggunakan Quantifikasi Hayashi II.

Penelitian tersebut menghasilkan temuan bahwa variabel

pendapatan, jenis pekerjaan, jumlah tanggungan dalam keluarga, tingkat

pendidikan, dan status kepemilikan lahan menjadi faktor yang mendorong

seseorang untuk tinggal di permukiman liar. Kemudian pemerintah Kota

Batam mengatasi persoalan tersebut melalui kebijakan relokasi yang mana

telah memperbaiki kehidupan masyarakat yang menjadi sasaran baik dari

Page 50: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

33

kondisi ekonomi maupun sosial. Pada kondisi sosial terjadi peningkatan

tingkat keamanan, peningkatan kualitas hubungan sosial dan tingkat

partisipasi sosial di lingkungan baru, dan telah menstimulir perubahan

perilaku masyarakat dalam hal penanganan sampah. Kemudian pada

kondisi ekonomi melalui nilai GSR terlihat bahwa nilai GSR pada

permukiman relokasi lebih rendah dari permukiman liar sehingga ini

mengindikasikan terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

2. Andy Rizal Umbara (2003)

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor

yang menyebabkan gagalnya program relokasi permukiman kumuh nelayan

ke rumah susun Kedaung, Kelurahan Sukamaju, Bandar Lampung. Dalam

penelitian tersebut dijelaskan bahwa dalam mengatasi permasalahan

permukiman kumuh di permukiman nelayan, Pemerintah Bandar Lampung

mengambil kebijakan relokasi permukiman ke rumah susun Kedaung agar

masyarakat yang menjadi sasaran dapat memiliki kehidupan yang lebih

layak. Namun, kebijakan tersebut gagal dikarenakan terdapat lima faktor

yang mempengaruhi, antara lain: 1) faktor fisik lingkungan yaitu jarak

rumah dengan jaringan ekonomi nelayan cukup jauh, 2) faktor ekonomi

yaitu kondisi ekonomi yang menurun karena adanya peningkatan

pengeluaran rumah tangga, 3) faktor sosial yaitu rusaknya jaringan sosial

akibat komunitas nelayan yang terpecah, 4) faktor budaya dimana adanya

kesulitan dalam melakukan adaptasi budaya dari budaya hunian kampung

pantai ke hunian rumah susun, dan 5) faktor hukum yaitu adanya ketidak-

konsistenan pemerintah daerah dalam menetapkan lokasi TPI dan lemahnya

penegakan hukum terhadap masyarakat yang kembali ke permukiman

semula.

3. Zaini Musthofa (2011)

Penelitian yang dilakukan berkaitan dengan program relokasi

permukiman di Kelurahan Pucangsawit, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta.

Penelitian tersebut mencoba untuk mengevaluasi pelaksanaan program

relokasi permukiman di Kelurahan Pucangsawit, Kecamatan Jebres, Kota

Surakarta dan untuk mengetahui bagaimana perubahan yang terjadi

Page 51: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

34

terhadap sasaran dari program relokasi tersebut yang dilihat dari aspek fisik,

sosial, dan ekonomi. Penelitian ini dilakukan dengan metode analisis

deskriptif dimana hasil dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa program

relokasi yang dilakukan di Kelurahan Pucangsawit sudah berhasil dalam

mencapai tujuan yang ditetapkan. Program relokasi tersebut juga

memberikan dampak yang positif dari aspek fisik dan sosial, sedangkan dari

aspek ekonomi dampak yang ditimbulkan adalah negatif. Meskipun

demikian, respon masyarakat terhadap pelaksanaan program relokasi adalah

puas karena dapat memberikan manfaat kepada mereka.

4. Ibnu Mustaqim (2015)

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menganalisis perubahan

sosial ekonomi yang dialami oleh masyarakat sekitar Pelabuhan Muara

Angke sebagai hasil dari rencana reklamasi Pantai Utara Jakarta. Penelitian

tersebut merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan bahwa

terdapat perubahan dalam pendapatan rumah tangga yang menurun pada

kelompok masyarakat pedagang dan pengolah kerang serta non perikanan.

selain itu terdapat kenaikan pada pengeluaran rumah tangga pada kelompok

masyarakat pedagang dan pengolah ikan serta nelayan.

5. Tri Wulandari Henny Astuti (2015)

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi tekanan

ekonomi, strategi koping, dan kesejahteraan keluarga petani di daerah rawan

banjir, serta menganalisis faktor-faktor yang memengaruhinya. Penelitian

tersebut dilakukan di Desa Kemujan dan Desa Tegalsari, Kecamatan

Adimulyo, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah dengan menggunakan uji

beda t, uji beda Mann Whitney, dan uji regresi linier berganda.

Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan pada persepsi tekanan ekonomi dan tingkat kesejahteraan

keluarga petani di Desa Kemujan dan Desa Tegalsari. Sedangkan pada

intensitas strategi koping yang dilakukan keluarga petani di Desa Kemujan

dan Desa Tegalsari tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Page 52: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

35

C. Kerangka Berpikir

Terbatasnya lahan untuk permukiman di Provinsi DKI Jakarta

Terganggungnya fungsi sungai dan menimbulkan bencana banjir

Normalisasi Sungai Ciliwung untuk memperbaiki fungsi sungai

Munculnya permukiman kumuh dan liar di bantaran Sungai Ciliwung

Merelokasi permukiman penduduk Kampung Pulo yang berada di bantaran

Sungai Ciliwung

Kondisi ekonomi

masyarakat

Kampung Pulo

sebelum dan setelah

relokasi

Strategi koping

ekonomi yang

dilakukan

masyarakat untuk

mengatasi kondisi

ekonomi setelah

relokasi

Kondisi sosial

masyarakat

Kampung Pulo

sebelum dan setelah

relokasi

Analisis Pendapatan

dan Pengeluaran

Keluarga dengan

Paired Sample t Test

Analisis Deskriptif Analisis Deskriptif

Kesimpulan

Page 53: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

36

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan sementara yang masih dapat dibuktikan

kebenarannya (Sugiyono, 2009:64). Berikut merupakan hipotesis dalam

penelitian ini, antara lain:

H1:

H0:

Diduga terdapat perbedaan pada tingkat pendapatan dan tingkat

pengeluaran keluarga di Rumah Susun Jatinegara Barat sebagai akibat

dari relokasi permukiman Kampung Pulo.

Diduga tidak terdapat perbedaan pada tingkat pendapatan dan tingkat

pengeluaran keluarga di Rumah Susun Jatinegara Barat sebagai akibat

dari relokasi permukiman Kampung Pulo.

H1:

H0:

Diduga keluarga di Rumah Susun Jatinegara Barat melakukan strategi

koping ekonomi yaitu dengan mengurangi pengeluaran dan

meningkatkan pendapatan keluarga dalam menghadapi perubahan

ekonomi keluarga pasca relokasi permukiman Kampung Pulo.

Diduga keluarga di Rumah Susun Jatinegara Barat tidak melakukan

strategi koping ekonomi yaitu dengan mengurangi pengeluaran dan

meningkatkan pendapatan keluarga dalam menghadapi perubahan

ekonomi keluarga pasca relokasi permukiman Kampung Pulo.

H1:

H0:

Diduga terdapat perubahan pada interaksi sosial antar warga di Rumah

Susun Jatinegara Barat sebagai akibat dari relokasi permukiman

Kampung Pulo.

Diduga tidak terdapat perubahan pada interaksi sosial antar warga di

Rumah Susun Jatinegara Barat sebagai akibat dari relokasi permukiman

Kampung Pulo.

Page 54: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya ruang lingkup sebagai

batasan-batasan penelitian. Ruang lingkup penelitian diperlukan untuk menjaga

agar penelitian tidak keluar atau bias dari tujuan yang hendak dicapai. Dalam

ruang lingkup penelitian dibutuhkan penekanan pada aspek lokasi, waktu, dan

variabel-variabel yang akan dibahas.

Pada penelitian ini, peneliti telah membatasi ruang lingkup penelitian.

Pada aspek lokasi, penelitian akan dilakukan di lingkungan Rumah Susun

Jatinegara Barat. Pada aspek waktu, penelitian akan berlangsung dalam jangka

waktu dua bulan, terhitung sejak Juni-Juli 2018. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui dampak relokasi permukiman terhadap kondisi sosial dan ekonomi

masyarakat di Rumah Susun Jatinegara Barat.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi menunjuk pada keseluruhan jumlah dari objek yang akan

diteliti. Menurut Sanusi (2011:87) populasi merupakan kumpulan elemen yang

menunjukan ciri-ciri tertentu yang dapat digunakan untuk membuat

kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah warga Rumah Susun

Jatinegara Barat yang mengalami relokasi permukiman dari wilayah Kampung

Pulo, yaitu sebanyak 518 Kepala Keluarga.

Apabila suatu populasi sangat besar dan tidak memungkinkan seorang

peneliti untuk mempelajari semua populasi, maka diperlukan sampel untuk

mewakili populasi tersebut. Menurut Sugiyono (2007:56) sampel merupakan

bagian dari jumlah dan karakteristik yang merepresentatifkan populasi. Dalam

menentukan sampel yang akan digunakan, peneliti harus melakukan sampling,

yaitu proses untuk memilih sejumlah elemen dari populasi yang akan digunakan

untuk penelitian. Metode yang digunakan dalam penentuan jumlah sampel

penelitian ini adalah sampling aksidental. Sampling aksidental merupakan

teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, jika

Page 55: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

38

dipandang orang yang kebetulan ditemui tersebut cocok sebagai sumber data

(Sugiyono, 2001:60).

Sampel yang digunakan dalam sebuah penelitian sebaiknya adalah

sampel yang representatif atau dapat mewakili populasinya. Menurut teori

Roscoe dalam buku Research Methods For Business (dalam Sugiyono,

2010:74) bahwa ukuran suatu sampel yang layak digunakan dalam sebuah

penelitian minimal adalah 30 sampai 500. Populasi di lingkungan Rumah Susun

Jatinegara Barat sebanyak 518 Kepala Keluarga. Adanya keterbatasan tenaga

dan biaya yang dimiliki peneliti, maka peneliti menetapkan jumlah sampel yang

akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 sampel.

C. Metode Pengumpulan Data

Data dalam sebuah penelitian memiliki peran sebagai alat untuk

membuktikan hipotesis yang telah dibuat agar tujuan dalam penelitian tersebut

dapat tercapai. Seorang peneliti harus dapat mengetahui jenis data apa yang

dibutuhkan dan bagaimana cara untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, serta

mengolah data yang telah diperoleh tersebut. Metode pengumpulan data yang

digunakan menjadi aspek yang berperan dalam hal kelancaran dan keberhasilan

suatu penelitian.

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari

masyarakat baik melalui teknik kuesioner, wawancara, atau pun observasi

yang masih memerlukan analisa lebih lanjut. Adapun data primer yang

digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui teknik sebagai berikut:

a. Observasi

Menurut Sugiyono (2012:145) observasi merupakan teknik

pengumpulan data yang memiliki ciri spesifik berkenaan dengan

perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan responden yang

diamati tidak terlalu besar. Observasi pada penelitian ini dilakukan pada

bulan Juni-Juli 2018 di lingkungan Rumah Susun Jatinegara Barat.

b. Kuesioner

Menurut Sugiyono (2011:199) kuesioner adalah teknik

pengumpulan data dengan memberikan responden seperangkat

Page 56: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

39

pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk dijawab. Pada penelitian ini

digunakan kuesioner dengan daftar pertanyaan yang telah disusun

berupa pertanyaan terkait dengan informasi pribadi responden, kondisi

sosial responden sebelum dan setelah direlokasi, kondisi ekonomi

responden sebelum dan setelah direlokasi, serta strategi koping ekonomi

yang dilakukan oleh keluarga responden dalam mengatasi perubahan

kondisi ekonomi setelah direlokasi. Kuesioner tersebut kemudian

disebar kepada responden melalui teknik wawancara dengan tujuan

mempermudah pengisian dan penjelasan dari pertanyaan-pertanyaan

yang peneliti ajukan.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data primer yang diolah dan disajikan

oleh pihak lain (Umar, 2010:36). Data sekunder pada penelitian ini berasal

dari studi pustaka seperti buku, artikel dan skripsi. Selain itu juga terdapat

data yang berasal dari media elektronik berupa junal digital, berita, dan

informasi dari situs-situs internet yang terkait dengan penelitian.

D. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data merupakan sebuah proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data ke dalam bentuk pola, kategori, dan satuan uraian dasar

sehingga ditemukan tema yang dapat dirumuskan menjadi hipotesis kerja

seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2004:280-281).

Metode analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara

manual dan menggunakan bantuan program Microsoft Excel dan SPSS versi 22.

1. Analisis Kondisi Ekonomi Masyarakat Sebelum Dan Setelah

Relokasi

Menganalisis kondisi ekonomi masyarakat di Rumah Susun

Jatinegara Barat dilakukan dengan uji beda rata-rata (Paired t Test).

Paired t test digunakan untuk menguji apakah terdapat perbedaan pada

kondisi ekonomi masyarakat antara sebelum dan setelah direlokasi.

Kondisi ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat

pendapatan dan tingkat pengeluaran keluarga. Pendapatan keluarga

Page 57: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

40

diperoleh dari besarnya penerimaan yang diperoleh baik kepala keluarga

maupun anggota keluarga yang bekerja. Sedangkan pengeluaran

keluarga diperoleh dari besarnya biaya yang dikeluarkan oleh keluarga

untuk memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan.

Adapun tahapan yang dilakukan untuk menganalisis kondisi

ekonomi masyarakat di Rumah Susun Jatinegara Barat sebelum dan

setelah relokasi, adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui

apakah data dalam penelitian terdistribusi normal atau tidak

sehingga langkah yang akan dilakukan selanjutnya tidak

menyimpang dari kebenaran dan dapat dipertanggungjawabkan

(Sudjana, 1996:291). Pengambilan keputusan uji normalitas adalah

sebagai berikut:

1) Jika nilai Sig < 0,05 maka H1 bahwa data berdistribusi normal

ditolak.

2) Jika nilai Sig > 0,05 maka H1 diterima, bahwa data berdistribusi

normal.

b. Paired t Test

Paired sample t test digunakan untuk menguji apakah terdapat

perbedaan nilai rata-rata antara dua kelompok data yang

berpasangan. Berpasangan atau berhubungan yang dimaksud ialah

satu sampel mendapatkan dua buah perlakuan berbeda dari dimensi

waktu (Siregar, 2015: 152). Hipotesis dari paired sample t test dalam

penelitian ini, yaitu:

Page 58: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

41

1) H1 : Ada perbedaan tingkat pendapatan masyarakat Rumah

Susun Jatinegara Barat sebelum dan setelah direlokasi dari

Kampung Pulo.

H0 : Tidak ada perbedaan tingkat pendapatan masyarakat

Rumah Susun Jatinegara Barat sebelum dan setelah direlokasi

dari Kampung Pulo.

2) H1 : Ada perbedaan tingkat pengeluaran masyarakat Rumah

Susun Jatinegara Barat sebelum dan setelah direlokasi dari

Kampung Pulo.

H0 : Tidak ada perbedaan tingkat pengeluaran masyarakat

Rumah Susun Jatinegara Barat sebelum dan setelah direlokasi

dari Kampung Pulo.

2. Identifikasi Strategi Koping Ekonomi Yang Dilakukan Masyarakat

Untuk Mengatasi Kondisi Ekonomi Setelah Relokasi

Dalam menjawab rumusan masalah nomor 2, penelitian ini

menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif merupakan metode

yang digunakan untuk meneliti sekelompok manusia, kondisi, objek,

pemikiran, atau peristiwa yang terjadi (Nazir, 2005). Analisis deskriptif

dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai upaya atau strategi

koping ekonomi yang dilakukan masyarakat dalam mengatasi

perubahan kondisi ekonomi setelah direlokasi dari Kampung Pulo ke

Rumah Susun Jatinegara Barat.

3. Analisis Kondisi Sosial Masyarakat Sebelum Dan Setelah Relokasi

Menganalisis kondisi sosial masyarakat dilakukan dengan

analisis deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan untuk memberikan

gambaran perbandingan kondisi sosial masyarakat sebelum dan setelah

direlokasi dari Kampung Pulo ke Rumah Susun Jatinegara Barat. Pada

penelitian ini, kondisi sosial masyarakat diteliti melalui dimensi

interaksional atau interaksi sosial antar masyarakat.

Page 59: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

42

E. Operasional Variabel Penelitian

Setiap variabel yang digunakan dalam penelitian perlu didefinisikan

secara operasional berdasarkan kepada karakteristik yang diamati dengan

tujuan mempermudah peneliti dalam melakukan observasi secara cermat

terhadap objek penelitian. Berikut operasional variabel yang digunakan oleh

peneliti dalam penelitian ini, antara lain:

1. Tingkat Pendapatan Keluarga

Pendapatan merupakan semua penerimaan seseorang sebagai balas jasa

seseorang tersebut dalam proses produksi dalam bentuk berupa upah,

bunga, sewa, dan laba tergantung pada faktor produksi apa yang terlibat

dalam proses produksi. Pendapatan keluarga pada penelitian ini diukur

melalui jumlah pendapatan yang diperoleh dari setiap anggota keluarga

yang bekerja, baik sebelum direlokasi maupun setelah direlokasi.

2. Tingkat Pengeluaran Keluarga

Pengeluaran merupakan materi yang dikeluarkan oleh keluarga setiap

bulannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pengeluaran keluarga

pada penelitian ini diukur melalui jumlah pengeluaran pangan dan non

pangan, baik sebelum direlokasi maupun setelah direlokasi.

3. Strategi Koping Ekonomi

Strategi koping merupakan upaya yang dilakukan oleh sebuah keluarga

dalam menghadapi situasi tekanan dengan mengoptimalkan sumber

daya yang dimiliki agar dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Pada

penelitian ini strategi koping diukur melalui dua dimensi, yaitu

meningkatkan pendapatan keluarga dan mengurangi pengeluran

keluarga.

4. Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan proses sosial yang berkaitan dengan

hubungan timbal balik antar individu, antar kelompok, ataupun individu

dengan kelompok yang menjadi syarat utama terciptanya aktifitas-

aktifitas sosial dalam suatu masyarakat.

Page 60: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

43

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Rumah Susun Jatinegara Barat

Rumah Susun Jatinegara Barat terletak di Kelurahan Kampung Melayu,

Kecamatan Jatinegara, Kota Adminitrasi Jakarta Timur. Rumah Susun

Jatinegara Barat dibangun pada 31 Desember 2013 di atas lahan Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat.

Luas area Rumah Susun Jatinegara Barat sebesar 7.460 m2 dengan

berdiri dua tower, yaitu Tower A dan Tower B yang mana masing-masing

terdiri dari 16 lantai. Lantai 1 dan 2 digunakan sebagai fasilitas sosial dan

ekonomi, sedangkan lantai hunian dimulai dari lantai 3 sampai dengan lantai 16

yang masing-masing terdiri dari 16-19 unit. Jumlah unit yang terdapat di Rumah

Susun Jatinegara Barat sebanyak 518 unit dengan luas unit sebesar 30 m2.

Gambar 4.1

Rumah Susun Jatinegara Barat

Sumber: Dokumentasi pribadi, 2018

Page 61: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

44

1. Kependudukan

a. Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data demografi Rumah Susun Jatinegara Barat pada

April 2018, jumlah penduduk di Rumah Susun Jatinegara Barat

sebanyak 2.200 jiwa. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat

dilihat pada berikut:

Tabel 4.1

Penduduk Rumah Susun Jatinegara Barat

berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (jiwa)

Laki-laki 1.147

Perempuan 1.053

Total 2.200

Sumber: Data Demografi Warga Rumah Susun Jatinegara Barat

Pada Tabel 4.1 dapat diketahi bahwa penduduk di Rumah Susun

Jatinegara Barat terdiri dari 1.147 jiwa Laki-laki dengan persentase

sebesar 52% dan 1.053 jiwa Perempuan dengan persentase sebesar 48%.

b. Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Data kependudukan warga Rumah Susun Jatinegara Barat

berdasarkan tingkat pendidikan terakhir dapat dilihat pada diagram

berikut:

Sumber: Data Demografi Warga Rumah Susun Jatinegara Barat

354281

344 322

721

59

Tidak /Belum

Sekolah

Belum TamatSD

Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Akademi / PT

0100200300400500600700800

Diagram 4.1

Penduduk Rumah Susun Jatinegara Barat Berdasarkan Tingkat

Pendidikan

Page 62: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

45

Berdasarkan Diagram 4.1 diketahui bahwa penduduk Rumah

Susun Jatinegara Barat paling banyak merupakan penduduk dengan

pendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak 721 orang. Kemudian,

penduduk yang tidak ataupun belum sekolah sebanyak 354 orang.

Penduduk dengan pendidikan terakhir SD yaitu sebanyak 344 orang dan

penduduk dengan pendidikan terakhir SMP yaitu sebanyak 322 orang.

Sementara itu, penduduk dengan tingkat pendidikan tertinggi, yaitu

Akademi/PT merupakan yang paling rendah jumlahnya sebanyak 59

orang.

Dengan demikian, tingkat pendidikan penduduk Rumah Susun

Jatinegara Barat secara umum tergolong sedang, karena penduduk

dengan pendidikan terakhir SMA merupakan yang paling banyak.

Sementara, penduduk dengan pendidikan terakhir tingkat Akademi/PT

merupakan yang paling sedikit.

2. Sarana dan Prasarana

Rumah Susun Jatinegara Barat memiliki dua tower dengan total unit

hunian sebanyak 518 unit, yaitu 266 unit pada Tower A dan 252 unit pada

Tower B. Luas setiap unit hunian adalah 30 m2 dengan dilengkapi dua

kamar tidur, satu kamar mandi, ruang tamu yang terhubung dengan dapur,

balkon yang digunakan untuk menjemur pakaian, exhaust fan untuk

menyaring udara panas dalam setiap hunian, dan grease trape untuk

menyaring kotoran dari wastafel dalam setiap unit hunian.

Selain fasilitas yang terdapat di masing-masing unit hunian, Rumah

Susun Jatinegara Barat memiliki fasilitas sarana dan prasarana umum yang

cukup lengkap yang dapat dinikmati para penghuninya. Rincian sarana dan

prasarana yang terdapat di Rumah Susun Jatinegara Barat dapat dilihat pada

Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2

Sarana dan Prasarana di Rumah Susun Jatinegara Barat

Fasilitas

Pemadam

Kebakaran

- Hydrant;

- APAR;

- Deep weell

Page 63: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

46

Penerangan - Unit Hunian dan Fasos Fasum: PLN

- Halaman Rusun: Dinas Perindustrian dan

Energi

- Genset : Emergency Apabila Aliran Listrik dari

PLN Padam

Fasilitas

Kesehatan

- Poliklinik Gigi;

- Poliklinik Umum;

- Posyandu;

- Posbindu

Fasilitas

Umum

- Sarana PAUD,

- Poliklinik Gigi dan Umum

- Perpustakaan,

- Ruang Posyandu,

- Koperasi

- Ruang PKK,

- Taman,

- Masjid,

- Sarana parkir kendaraan roda dua (motor),

- Sarana tempat berjualan di halaman dan lantai 2

Sumber: Profil Rusunawa Jatinegara Barat, 2018

3. Kegiatan

Berbagai kegiatan dilaksanakan baik oleh pengelola Rumah Susun

Jatinegara Barat maupun oleh perangkat warga RT dan RW setempat guna

meningkatkan rasa kekeluargaan antar warga Rumah Susun Jatinegara

Barat. Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan di Rumah Susun

Jatinegara Barat, antara lain:

• BAKSOS (Pembagian Sembako, Pelayanan Kesehatan Gratis);

• Kegiatan Pelayanan (Perubahan KK,KTP Rusun, Pembuatan Rek.

Bank DKI, Pembuatan BPJS, Imunisasi, Digitalisasi Arsip);

• Sosialisasi (Penyuluhan Kesehatan, Penyuluhan Narkoba,

Penanggulangan HIV AIDS);

• Kegiatan Pelatihan (Damkar, Komputer);

Page 64: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

47

• Kegiatan Bimbingan Belajar (Bimbel oleh Pelajar SMA 8 Jakarta;

• Kegiatan Warga (Kerja Bakti, Senam Aerobik)

• Kegiatan Pemberdayaan / Pelatihan yang sudah dan akan

dilaksanakan:

o Pelatihan Service Motor

o Pelatihan Bogasari

o Pelatihan Tata Boga

o Pelatihan Daur ulang barang bekas dari BKOW

o Membuat kue basah dan kering

o Hidroponik

• Home industri ( Wiraswasta )

• Membuat bantal dan Kasur

• Produksi kue untuk pemasok kue subuh ke Pasar Senen

• Usaha dagang

o Toko kelontongan / Sembako difasilitasi di lantai 2

o Makanan dan minuman difasilitasi di Halaman Rusun

• Pembinaan Usaha dan Bantuan Modal

o Bank DKI memberikan modal dengan bunga rendah untuk

pedagang

o Dinas Sosial memberikan bantuan modal kepada kelompok usaha

bersama (KUBE)

• Kegiatan Pembinaan anak – anak Rusun :

o Komunitas Belajar Cerdas Ceria

o Bimbingan belajar matematika

o Bimbingan Mengaji

o Bimbingan Belajar Bahasa Inggris

o Latihan Menari Tradisional

o Pencak Silat

o Sepak Bola

Page 65: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

48

B. Deskripsi Responden

Responden dalam penelitian ini adalah warga Rusun Jatinegara Barat

yang menjadi target kebijakan relokasi permukiman dari Kampung Pulo.

Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 50 orang. Berikut ini adalah

deskripsi terkait dengan usia responden, jenis kelamin responden, tingkat

pendidikan responden, jumlah tanggungan keluarga responden, dan jenis

pekerjaan utama responden.

1. Responden Berdasarkan Usia

Jawaban responden mengenai usia adalah jawaban terbuka yang

diisi sesuai dengan usia responden. Jawaban tersebut kemudian dibagi

dalam beberapa kategori untuk mempermudah deskripsi. Hasilnya dapat

dilihat sebagai berikut:

Diagram 4.2

Responden Berdasarkan Usia

Sumber: Data primer diolah, 2018

Berdasarkan diagram 4.2 menunjukkan bahwa kelompok usia 41-50

tahun mendominasi persentase responden dalam penelitian ini dengan

persentase sebesar 32% atau berjumlah 16 orang. Kemudian diikuti oleh

kelompok usia 51-60 tahun sebesar 26% atau berjumlah 13 orang.

Sementara itu, kelompok usia dengan persentase terendah berada pada

kelompok usia > 60 tahun.

2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapat hasil

deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut:

12%

22%

32%

26%

8%

21-30 Tahun

31-40 Tahun

41-50 Tahun

51-60 Tahun

>60 Tahun

Page 66: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

49

Diagram 4.3

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: Data primer diolah, 2018

Pada Diagram 4.3 terlihat bahwa responden dalam penelitian ini

didominasi oleh responden perempuan dengan persentase sebesar 60% atau

sebanyak 30 orang. Sedangkan responden laki-laki memiliki persentase

sebesar 40% atau berjumlah 20 orang.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa responden perempuan lebih

banyak melakukan aktifitas di rumah, baik sebagai ibu rumah tangga

maupun sebagai pelaku usaha (pedagang).

3. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan

terakhir yang ditempuh oleh responden. Adapun hasil persebaran tingkat

pendidikan responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Diagram 4.4

Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sumber: Data primer diolah, 2018

Perempuan60%

Laki-laki40%

Tidak Tamat SD

12%

SD24%

SMP36%

SMA26%

S12%

Page 67: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

50

Berdasarkan Diagram 4.4 terlihat bahwa mayoritas pendidikan

terakhir yang dimiliki oleh responden adalah SMP dengan persentase

sebesar 36% atau sebanyak 18 orang. Posisi kedua ditempati oleh responden

dengan pendidikan akhir tingkat SMA dengan persentase sebesar 26% atau

berjumlah 13 orang. Kemudian diikuti oleh responden dengan pendidikan

terakhir SD yang memiliki persentase sebesar 24% atau sebanyak 12 orang

dan responden yang tidak tamat SD dengan persentase 12% atau berjumlah

6 orang. Sementara responden dengan pendidikan terakhir S1 adalah yang

paling kecil, yaitu 2% dari total responden yang ada atau hanya sebanyak 1

orang.

4. Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga adalah semua orang yang menjadi

anggota keluarga dan menjadi tanggungan orang tua. Semakin banyak

jumlah tanggungan keluarga, maka semakin besar beban keluarga tersebut,

dan begitu pula sebaliknya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,

deskripsi mengenai jumlah tanggungan keluarga terlihat pada diagram

berikut ini:

Diagram 4.5

Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga

Sumber: Data primer diolah, 2018

Jumlah tanggungan keluarga dalam penelitian ini didominasi oleh

responden dengan tanggungan keluarga sejumlah 3-4 orang, yaitu sebesar

50% atau sebanyak 25 orang responden. Kemudian, terdapat 44% atau

sebanyak 22 orang responden dengan tanggungan keluarga sejumlah 1-2

44%

50%

6%

1-2 orang

3-4 orang

>4 orang

Page 68: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

51

orang. Sementara itu, responden dengan tanggungan keluarga > 4 orang

hanya 6% atau sejumlah 3 orang responden.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa keluarga di Rumah Susun

Jatinegara Barat tergolong dalam keluarga yang cukup besar, di mana lebih

didominasi oleh responden dengan tanggungan keluarga yang jumlahnya

cukup banyak.

5. Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Kota Jakarta sebagai kota metropolitan dengan segala kegiatan

ekonomi yang berkembang dengan pesat dipenuhi oleh masyarakat dengan

berbagai jenis pekerjaan. Dalam penelitian ini, terdapat beberapa jenis

pekerjaan yang dimiliki oleh penghuni Rusun Jatinegara Barat seperti yang

terlihat dalam diagram di bawah ini:

Diagram 4.6

Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Sumber: Data primer diolah, 2018

Pada Diagram 4.6 terlihat bahwa persentase tertinggi jenis pekerjaan

responden di Rumah Susun Jatinegara Barat adalah pedagang dengan

persentase sebesar 50% dari total responden atau sejumlah 25 orang.

Kemudian, responden dengan pekerjaan sebagai buruh memiliki persentase

sebesar 16% atau sejumlah 8 orang responden. Persentase untuk jenis

pekerjaan sebagai karyawan memiliki persentase sebesar 14% atau

sejumlah 7 orang. Sementara itu, responden pada kategori jenis pekerjaan

50%

16%

14%

20%

Pedagang

Buruh

Karyawan

Lainnya

Page 69: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

52

lainnya yang tercatat dalam penelitian ini, yaitu sebagai penjahit, jasa pijit,

jasa service barang elektronik, sopir, dan pekerja rumah tangga memiliki

persentase sebesar 20%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa warga Rusun

Jatinegara Barat didominasi oleh warga dengan jenis pekerjaan pada sektor

informal.

C. Analisis dan Pembahasan

1. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang

digunakan berdistribusi normal atau tidak. Hal ini perlu dilakukan karena

untuk melanjutkan pengolahan data menggunakan Uji Paired t Test

diperlukan data yang berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan melalui

program SPSS 20 dengan hasil sebagai berikut:

a. Hasil Uji Normalitas Tingkat Pendapatan Keluarga

Tabel 4.3

Hasil Uji Normalitas Tingkat Pendapatan Keluarga

Tingkat Pendapatan Keluarga Sig.

Sebelum Relokasi 0.200

Setelah Relokasi 0.086

Sumber: Data primer diolah, 2018

Berdasarkan output uji normalitas untuk tingkat pendapatan

keluarga pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai Sig. pada tingkat

pendapatan sebelum relokasi adalah sebesar 0.200 dan tingkat

pendapatan setelah relokasi adalah sebesar 0.086. Nilai Sig. tersebut

lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi

normal.

b. Tingkat Pengeluaran

Tabel 4.4

Hasil Uji Normalitas Tingkat Pengeluaran Keluarga

Tingkat Pengeluaran Keluarga Sig.

Sebelum Relokasi 0.200

Setelah Relokasi 0.200

Sumber: Data primer diolah, 2018

Page 70: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

53

Berdasarkan hasil uji normalitas tingkat pengeluaran keluarga

pada Tabel 4.4, didapatkan bahwa nilai Sig. pada tingkat pengeluaran

sebelum relokasi dan setelah relokasi adalah masing-masing sebesar

0.200. Nilai Sig. tersebut lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan

bahwa data berdistribusi normal.

2. Dampak Relokasi Terhadap Kondisi Ekonomi

Kondisi ekonomi masyarakat yang direlokasi merupakan satu

indikator yang dapat menjelaskan bagaimana perubahan taraf hidup mereka

setelah direlokasi. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tingkat

pendapatan dan tingkat pengeluaran keluarga untuk melihat dampak

ekonomi yang ditimbulkan dari kebijakan relokasi Kampung Pulo. Berikut

merupakan uraian mengenai dampak yang terjadi pada kondisi ekonomi

masyarakat Rumah Susun Jatinegara Barat:

a. Dampak Relokasi Terhadap Tingkat Pendapatan Keluarga

Tingkat pendapatan keluarga pada penelitian ini merupakan

pendapatan yang dihasilkan oleh anggota keluarga yang bekerja. Dalam

menguji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan Paired Sample t

Test untuk mengetahui terdapat perbedaan atau tidak terdapat perbedaan

antara pendapatan keluarga ketika sebelum direlokasi dan setelah

direlokasi. Adapun hasil olah data yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.5

Hasil Paired Sample t Test Pendapatan Keluarga

Jenis Nilai (Rp/bulan)

Rata-rata pendapatan keluarga sebelum relokasi 3.981.000

Rata-rata pendapatan keluarga setelah relokasi 3.338.200

Selisih 642.800

Nilai t hitung = 2,933

Sig. = 0,005

Sumber: Data primer diolah, 2018

Page 71: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

54

Berdasarkan output pada Tabel 4.5 diketahui bahwa nilai t

hitung sebesar 2,933 dengan nilai signifikansi ≤ 0,05, maka H1 diterima

yaitu terdapat perbedaan pendapatan masyarakat Rusun Jatinegara Barat

sebelum dan setelah direlokasi dari Kampung Pulo. Perbedaan tersebut

menunjukkan adanya perubahan yaitu berupa penurunan pendapatan

keluarga.

Sebelum direlokasi, rata-rata pendapatan keluarga responden

adalah sebesar Rp.3.981.000/bulan. Kemudian, setelah direlokasi

mengalami penurunan pendapatan dengan persentase sekitar 16,15%

atau sebesar Rp.642.800/bulan dan menjadi sebesar

Rp.3.338.200/bulan. Penurunan pendapatan keluarga tersebut terjadi

akibat hilangnya lapangan pekerjaan maupun beralihnya pekerjaan

kepala keluarga dan anggota keluarga yang bekerja setelah pindah ke

Rumah Susun Jatinegara Barat. Adapun perbandingan tingkat

pendapatan keluarga sebelum direlokasi dan setelah direlokasi disajikan

dalam diagram sebagai berikut:

Sumber: Data primer diolah, 2018

Berdasarkan diagram 4.7 dapat dilihat bahwa terjadi perubahan

pendapatan keluarga setelah direlokasi. Pada tingkat pendapatan <

Rp.1.500.000 per bulan baik sebelum relokasi maupun setelah relokasi

tidak terdapat perubahan, yaitu masing-masing terdapat 2 orang

2

15 14

19

2

1922

7

0

5

10

15

20

25

< Rp.1.500.000 Rp.1.500.000 -Rp.3.000.000

Rp.3.000.000 -Rp.4.500.000

> Rp.4.500.000

Diagram 4.7

Tingkat Pendapatan Keluarga Sebelum dan Setelah

Relokasi

Sebelum Relokasi Setelah Relokasi

Page 72: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

55

responden. Kemudian, pada tingkat pendapatan Rp.1.500.000-

Rp.3.000.000 per bulan terdapat 15 orang responden ketika sebelum

relokasi dan meningkat menjadi 19 orang responden setelah relokasi.

Pada tingkat pendapatan Rp.3.000.000-Rp.4.500.000 per bulan terdapat

14 orang responden ketika sebelum relokasi dan 22 orang responden

setelah direlokasi. Sementara itu, pada tingkat pendapatan >

Rp.4.500.000 per bulan, sebelum relokasi terdapat 19 orang responden

dan setelah relokasi menurun menjadi sejumlah 7 orang responden.

Penduduk Kampung Pulo sebelum direlokasi mayoritas

menjadikan rumah mereka sebagai sarana untuk memperoleh

pendapatan, seperti membuka usaha warung sembako, warung kopi,

warung makan, tempat jahit, sercive barang rusak dan sewa rumah

kontrakan. Setelah direlokasi ke Rumah Susun Jatinegara Barat,

aktivitas ekonomi yang sebelumnya dilakukan di rumah, saat ini

menjadi terbatas. Pengelola rumah susun membuat peraturan mengenai

larangan membuka usaha di unit. Oleh sebab itu, telah disediakan

fasilitas tempat untuk berjualan di area yang telah ditentukan, yaitu

lantai 2 dan area halaman rumah susun yang terletak di sebelah masjid.

Meskipun demikian, solusi yang diberikan tersebut belum

menjawab permasalahan ekonomi masyarakat yang

bermatapencaharian sebagai pedagang. Masyarakat yang berjualan kini

dikenakan biaya sewa tempat sehingga menambah beban biaya mereka.

Selain itu, terbatasnya tempat yang tersedia untuk berjualan dan jenis

usaha yang dilakukan hampir sejenis sehingga menimbulkan banyaknya

pesaing dan mengurangi kesempatan mereka untuk berjualan. Pada

akhirnya, beberapa penduduk memutuskan untuk tetap membuka usaha

di unit hunian mereka meskipun kondisi lingkungan di setiap lantai lebih

sepi dibandingkan di area berjualan yang telah disediakan.

b. Dampak Relokasi Terhadap Tingkat Pengeluaran Keluarga

Pengeluaran keluarga merupakan biaya yang dikeluarkan untuk

memenuhi kebutuhan keluarganya dimana pengeluaran tersebut terdiri

Page 73: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

56

dari pengeluaran untuk kebutuhan pangan dan kebutuhan non pangan.

Peneliti menggunakan Paired Sample t Test untuk mengetahui terdapat

perbedaan atau tidak terdapat perbedaan antara pengeluaran keluarga

ketika sebelum direlokasi dan setelah direlokasi. Adapun hasil olah data

yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6

Hasil Paired Sample t Test Pengeluaran Keluarga

Jenis Nilai (Rp/bulan)

Rata-rata pengeluaran keluarga sebelum relokasi 2.076.690,00

Rata-rata pengeluaran keluarga setelah relokasi 3.104.350,00

Selisih 1.027.660,00

Nilai t hitung = -18,759

Sig. = 0,000

Sumber: Data primer diolah, 2018

Berdasarkan output pada Tabel 4.6 diketahui bahwa nilai t

hitung sebesar -18.759 dengan nilai signifikansi < 0.05 yaitu sebesar

0.000, maka H1 diterima yaitu adanya perbedaan pengeluaran

masyarakat Rusun Jatinegara Barat sebelum dan setelah direlokasi dari

Kampung Pulo. Perbedaan tersebut menunjukkan adanya perubahan

berupa peningkatan pada pengeluaran keluarga. Sebelum direlokasi,

rata-rata pengeluaran keluarga sebesar Rp.2.076.690/bulan dan setelah

direlokasi mengalami peningkatan dengan persentase sekitar 49,50%

atau sebesar Rp.1.027.660/bulan dan menjadi sebesar

Rp.3.104.350/bulan. Adapun perbandingan tingkat pengeluaran

keluarga sebelum direlokasi dan setelah direlokasi disajikan dalam

diagram sebagai berikut:

Page 74: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

57

Diagram 4.8

Tingkat Pengeluaran Keluarga Sebelum dan Setelah Relokasi

Sumber: Data primer diolah, 2018

Berdasarkan Diagram 4.8 dapat dilihat bahwa terjadi perubahan

pada pengeluaran keluarga setelah direlokasi. Sebelum direlokasi ke

Rusun Jatinegara Barat, pengeluaran keluarga paling banyak berada

pada rentang Rp.1.500.000-Rp.3.000.000 per bulan dengan jumlah

responden sebanyak 33 orang. Sedangkan, setelah direlokasi sebanyak

27 orang responden memiliki pengeluaran keluarga pada rentang

Rp.3.000.000-Rp.4.500.000 per bulan. Selain itu, terdapat 2 orang

responden yang memiliki pengeluaran keluarga > Rp.4.500.000 per

bulan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengeluaran keluarga

mengalami peningkatan setelah direlokasi.

Diagram 4.9

Rata-rata Pengeluaran Keluarga Sebelum dan Setelah Relokasi

Sumber: Data primer diolah, 2018

11

33

6

00

21

27

2

0

10

20

30

40

< Rp.1.500.000 Rp.1.500.000 -Rp.3.000.000

Rp.3.000.000 -Rp.4.500.000

> Rp.4.500.000

Sebelum Relokasi Setelah Relokasi

1758730

317960

2272600

831750

0

500000

1000000

1500000

2000000

2500000

Pangan Non Pangan

Sebelum Relokasi Setelah Relokasi

Page 75: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

58

Pada Diagram 4.9 di atas dapat diketahui bahwa setelah relokasi

terjadi peningkatan rata-rata pengeluaran keluarga, baik untuk

kebutuhan pangan maupun non pangan. Peningkatan pengeluaran

keluarga tersebut secara signifikan disebabkan oleh meningkatnya

pengeluaran keluarga untuk kebutuhan non pangan, yaitu sebesar

Rp.513.790 per bulan. Sebelum direlokasi, rata-rata pengeluaran

keluarga untuk kebutuhan non pangan sebesar Rp.317.960 per bulan dan

meningkat menjadi Rp.831.750 per bulan setelah direlokasi.

Peningkatan tersebut disebabkan oleh adanya tambahan biaya yang

harus dibayarkan untuk kebutuhan perumahan. Pasca relokasi, warga

Rumah Susun Jatinegara Barat harus membayar sewa unit rumah susun

setiap bulan sebesar Rp.300.000. Selain itu, biaya untuk air PDAM dan

listrik rumah tangga yang sesuai dengan pemakaian masing-masing

keluarga juga menjadi penyebab meningkatnya pengeluaran keluarga

tersebut.

Berdasarkan hasil pemaparan di atas, relokasi permukiman dari

Kampung Pulo ke Rumah Susun Jatinegara Barat menimbulkan dampak

pada kondisi ekonomi keluarga, yaitu terjadinya penurunan pendapatan

keluarga dan peningkatan pengeluaran keluarga. Hasil penelitian ini

sesuai dengan pernyataan oleh Asian Development Bank (1995) bahwa

dampak yang dapat ditimbulkan dari relokasi permukiman salah satunya

adalah terdapat sumber-sumber produktif, pendapatan, dan mata

pencaharian yang hilang hingga menimbulkan kesulitan hidup

masyarakat yang direlokasi.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Andy Rizal Umbara (2003), Zaini Musthofa (2011), dan Ibnu Mustaqim

(2015) yang menemukan bahwa relokasi permukiman memberikan

dampak berupada penurunan pada kondisi ekonomi masyarakat yang

direlokasi. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan

masukan untuk penelitian di masa mendatang maupun menjadi bahan

evaluasi untuk pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Berdasarkan

Page 76: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

59

program pemerintah daerah yang bersinergi dengan tujuan

pembangunan berkelanjutan dari pemerintah pusat, salah satunya yaitu

menjadikan kota dan permukiman yang inklusif, aman, dan

berkelanjutan.

3. Strategi Koping Ekonomi

Pasca relokasi permukiman penduduk dari kawasan Kampung Pulo

ke Rumah Susun Jatinegara Barat, warga merasakan perubahan pada

kondisi keuangan keluarga mereka. Bertambahnya beban ekonomi keluarga

menyebabkan masing-masing keluarga tersebut perlu melakukan strategi

penyesuaian untuk menghadapi tekanan atau tuntutan pengeluaran dengan

sumber daya keuangan yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Strategi tersebut biasa disebut dengan strategi koping ekonomi. Strategi

koping ekonomi pada penelitian ini diukur melalui dua dimensi, yaitu

mengurangi pengeluaran dan meningkatkan pendapatan.

a. Mengurangi Pengeluaran

Strategi koping dengan mengurangi pengeluaran merupakan

upaya yang dilakukan keluarga dengan merespon ketersediaan

sumberdaya yang dimiliki menjadi lebih rendah melalui perubahan pola

pengeluaran (Pupitawati dalam Kabbaro, 2014:25). Strategi mengurangi

pengeluaran dibedakan menjadi mengurangi pengeluaran pangan dan

mengurangi pengeluaran non pangan.

1. Mengurangi Pengeluaran Pangan

Pangan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia yang

harus dicukupi kebutuhannya setiap hari. Kebutuhan pangan setiap

keluarga bervariasi atau tidak sama satu dengan lainnya. Ketika

sebuah keluarga mengalami krisis atau tekanan ekonomi, satu

strategi yang dapat dipilih adalah dengan mengurangi pengeluaran

pangan. Namun, terdapat batasan di mana pengeluaran untuk pangan

tidak dapat dikurangi lagi, baik jumlah maupun jenisnya.

Page 77: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

60

Sumber: Data primer diolah, 2018

Pada strategi koping ekonomi dengan mengurangi

pengeluaran pangan seperti yang terlihat pada Diagram 4.10,

persentase tertinggi strategi koping yang dilakukan keluarga

responden adalah menyimpan makanan yang tidak habis untuk

dikonsumsi esok hari, yaitu sebesar 68% atau sejumlah 34 orang

responden. Responden biasanya menyimpan makanan yang tidak

habis untuk dikonsumsi pada keesokan harinya jika makanan

tersebut masih layak untuk dikonsumsi, sehingga untuk sarapan di

pagi hari mereka cukup mengonsumsi makanan tersebut sebelum

melakukan aktifitas di luar rumah. Sedangkan strategi pengeluaran

untuk pangan yang paling rendah dilakukan oleh responden adalah

mengurangi uang jajan anak yaitu sebesar 10% atau sejumlah 5

orang responden.

2. Mengurangi Pengeluaran Non Pangan

Selanjutnya, strategi koping ekonomi dengan mengurangi

pengeluaran untuk non pangan dikategorikan menjadi beberapa

bidang, yaitu: bidang kesehatan, bidang pendidikan, dan lainnya.

68

10

56

22

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Menyimpan makanan

yang tidak habis

untuk dikonsumsi

esok hari

Mengurangi uang

jajan anak

Mengganti lauk

dengan lauk lain yang

lebih murah

Mengurangi

pembelian kebutuhan

pangan

Diagram 4.10

Persentase Strategi Koping Mengurangi

Pengeluaran Pangan

Page 78: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

61

Diagram 4.11

Persentase Strategi Koping Mengurangi Pengeluaran

Bidang Kesehatan

Sumber: Data primer diolah, 2018

Berdasarkan persentase strategi koping dengan mengurangi

pengeluaran non pangan di bidang kesehatan pada Diagram 4.11,

mendaftarkan diri dan anggota keluarga sebagai anggota BPJS

merupakan strategi yang dilakukan oleh seluruh responden yaitu

sebesar 100%. Dengan menjadi anggota BPJS ketika terdapat

anggota keluarga responden yang sakit, mereka dapat mengakses

fasilitas kesehatan untuk berobat tanpa mengeluarkan biaya. Hal

tersebut juga didukung dengan rendahnya responden yang memilih

untuk menunda pengobatan anggota keluarga yang sakit, yaitu

sebesar 36% atau sejumlah 18 orang responden.

100

36

82

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Mendaftarkan diri dananggota keluarga sebagai

anggota BPJS

Menunda pengobatananggota keluarga yang

sakit

Memilih tempat berobatgratis

Page 79: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

62

Diagram 4.12

Persentase Strategi Koping Mengurangi Pengeluaran

Bidang Pendidikan

Sumber: Data primer diolah, 2018

Selanjutnya, strategi koping dengan mengurangi pengeluaran

untuk non pangan di bidang pendidikan yang paling banyak

dilakukan oleh responden berdasarkan Diagram 4.12 adalah anak

tidak mengikuti bimbingan belajar, yaitu sebesar 84% atau sejumlah

42 responden. Sementara itu, tidak ada satu pun responden yang

melakukan strategi koping dengan membeli perlengkapan sekolah

bekas untuk anak-anaknya maupun memberhentikan anaknya

sekolah. Hal ini karena anak-anak yang bersekolah di wilayah DKI

Jakarta telah mendapatkan bantuan pendidikan dari Pemda DKI

Jakarta berupa Kartu Jakarta Pintar.

64

84

0 00

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Anak yangbersekolah

terdaftar sebagaipenerima KJP

Anak tidakmengikuti

bimbingan belajar

Membeliperlengkapansekolah bekas

(seragam/sepatu)

Anak berhentisekolah

Page 80: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

63

Diagram 4.13

Persentase Strategi Koping Mengurangi Pengeluaran

Non Pangan Lainnya

Sumber: Data primer diolah, 2018

Strategi koping dengan mengurangi pengeluaran keluarga pada

bidang lainnya (Diagram 4.13) yang paling banyak dilakukan oleh

responden adalah mengurangi pembelian perabot rumah tangga

yaitu sebesar 96% atau sejumlah 48 orang responden. Responden

kini telah terhindar dari bencana banjir yang dapat menyebabkan

rusak bahkan hilangnya barang-barang rumah tangga mereka.

Sehingga mereka dapat lebih berhemat dengan mengurangi

pembelian barang-barang rumah tangga tersebut. Sedangkan strategi

koping terendah yang dilakukan oleh keluarga responden adalah

mengurangi penggunaan pulsa/paket data yaitu terdapat sebesar

52% atau sejumlah 26 orang responden. Pada masa kini kebutuhan

akan pulsa atau paket data sulit untuk dikurangi karena kebutuhan

untuk berkomunikasi dengan keluarga maupun kerabat lain dan

untuk mengakses segala informasi yang dibutuhkan.

b. Meningkatkan Pendapatan

Dimensi strategi koping ekonomi selanjutnya adalah dengan

meningkatkan pendapatan. Strategi tersebut adalah upaya yang

dilakukan oleh keluarga untuk meningkatkan ketersediaan sumberdaya

5652

82

96

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Mengurangipenggunaan listrik

Mengurangipenggunaan

pulsa/paket data

Mengurangipembelian

kebutuhan pribadi

Mengurangipembelian perabot

rumah tangga

Page 81: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

64

keuangan atau upaya dalam pemenuhan kebutuhan oleh anggota

keluarga (Puspitawati dalam Kabbaro, 2012:27). Adanya peningkatan

jumlah pengeluaran keluarga yang tidak diimbangi dengan peningkatan

pendapatan menyebabkan kondisi ekonomi penghuni Rumah Susun

Jatinegara Barat menjadi lebih buruk. Pengeluaran yang tidak dapat

ditunda pembayarannya mendorong penghuni untuk berupaya

memperoleh pendapatan di luar pendapatan utama keluarga. Upaya

yang dilakukan penghuni rumah susun jatinegara barat dalam

meningkatkan pendapatan keluarga dapat dilihat sebagaimana pada

diagram berikut:

Diagram 4.14

Persentase Strategi Koping Meningkatkan Pendapatan

Sumber: Data primer diolah, 2018

Berdasarkan Diagram 4.14 dapat dilihat bahwa sebesar 18% atau

sejumlah 9 orang responden memiliki anggota keluarga yang bekerja

selain kepala keluarga untuk meningkatkan pendapatan. Kemudian,

sebesar 2% atau hanya 1 orang kepala keluarga responden memiliki

pekerjaan sampingan untuk menambah pendapatan keluarga mereka.

Pekerjaan sampingan tersebut yaitu menekuni sebagai pedagang kopi

keliling ketika sore hari.

Sementara itu, tidak ada satu pun kepala keluarga responden

yang melakukan strategi koping dengan menambah jam kerja dari

pekerjaan utama. Hal tersebut dikarenakan pekerjaan kepala keluarga

9

01

0123456789

10

Terdapat anggotakeluarga selain KepalaKeluarga yang bekerja

untuk menambahpendapatan keluarga

Kepala Keluargamenambah jam kerjadari pekerjaan utama

Kepala Keluargamemiliki pekerjaansampingan untuk

menambahpendapatan keluarga

Page 82: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

65

responden dimulai dari pagi hari hingga sore hari sehingga tidak dapat

melakukan pekerjaan lain selain pekerjaan utama.

4. Dampak Relokasi Terhadap Kondisi Sosial

Relokasi permukiman Kampung Pulo sebagai akibat dari kebijakan

normalisasi daerah aliran sungai Ciliwung telah memberikan perubahan

sosial kepada masyarakat yang menjadi target kebijakan tersebut.

Perubahan sosial pada penelitian ini dilihat melalui dimensi interaksional,

dimana peneliti ingin mengetahui bagaimana interaksi antar warga Rumah

Susun Jatinegara Barat pasca direlokasi dari kawasan Kampung Pulo.

Interaksi sosial dibedakan menjadi dua jenis, yaitu asosiatif dan

disosiatif. Interaksi asosiatif pada penelitian ini dapat dilihat dari bagaimana

kerjasama antar warga di Rumah Susun Jatinegara Barat. Ketika di relokasi

dari Kampung Pulo ke Rumah Susun Jatinegara Barat, penempatan unit-

unit untuk para warga tersebut menggunakan metode pengocokan. Hal ini

menyebabkan lingkungan sosial yang sudah terbentuk ketika di Kampung

Pulo menjadi berubah ketika direlokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat.

Warga tidak mengenal tetangga-tetangga baru mereka meskipun berasal

dari satu kawasan permukiman yang sama.

Diagram 4.15

Persentase Perubahan Interaksi Sosial Asosiatif

Sumber: Data primer diolah, 2018

98 100 92

68

16

50 48

72

0

20

40

60

80

100

Mengenaltetangga dalam

lingkup 1 RT

Menyempatkandiri berbincang

dengan tetangga

Membantutetangga ketika

mengadakanacara atau

memerlukanbantuan

Aktif dalamkegiatan yangdilakukan dilingkungan

tempat tinggal

Sebelum Relokasi Setelah Relokasi

Page 83: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

66

Berdasarkan Diagram 4.15 dapat dilihat bahwa setelah direlokasi,

dari 50 orang responden, diketahui hanya sebesar 16% atau sebanyak 8

orang responden yang mengenal warga lain dalam lingkup 1 RT. Sedangkan

sisanya atau sebanyak 42 responden hanya mengenal tetangga yang tinggal

pada 1 lantai yang sama dengan mereka. Hal ini diindikasikan karena lama

tinggal penghuni di rumah susun baru menginjak usia 3 tahun sehingga

mereka belum banyak mengenal tetangga sekitar.

Gambar 4.2

Suasana Koridor di Lantai Hunian Rumah Susun Jatinegara Barat

Sumber: Dokumen Pribadi, 2018

Terlepas dari kegiatan yang dimiliki oleh masing-masing warga,

sebesar 100% responden selalu menyempatkan diri untuk mengobrol atau

berbincang dengan tetangga ketika mereka masih tinggal di Kampung Pulo.

Pada siang hingga sore hari, warga khususnya ibu-ibu biasa berkumpul di

satu rumah warga untuk mengobrol, saling bercerita hingga makan bersama.

Interaksi ketika di Kampung Pulo terasa lebih mudah karena hanya cukup

membuka pintu rumah, mereka dapat dengan mudah berbincang dengan

tetangga. Berbeda dengan setelah direlokasi, responden yang

menyempatkan diri untuk mengobrol atau berbincang dengan tetangga

hanya sebesar 50% atau sejumlah 25 orang responden. Hal ini disebabkan

oleh banyaknya warga yang lebih menutup diri setelah direlokasi

sebagaimana yang terlihat pada gambar 4.2. Warga di Rumah Susun

Jatinegara Barat lebih sering menutup pintu ketika sudah berada di dalam

unit. Selain itu, naik-turun lift menjadi kendala bagi warga Rumah Susun

Jatinegara Barat untuk melakukan interaksi dengan warga lainnya yang

berbeda lantai.

Page 84: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

67

Selain interaksi sehari-hari yang cukup intensif, sebelum direlokasi

ke Rumah Susun Jatinegara Barat, sebesar 92% atau sejumlah 46 orang

responden menyatakan bahwa mereka turut membantu tetangga mereka

yang akan mengadakan sebuah acara atau membutuhkan bantuan. Namun,

setelah di relokasi hanya sebesar 48% atau sejumlah 24 orang responden

yang menyatakan bahwa mereka masih turut serta membantu tetangga

mereka. Hal ini karena lingkungan sosial yang lebih individual, kurang

mengenal baik tetangga sekitar sehingga merasa segan untuk saling

membantu maupun meminta bantuan.

Adanya perubahan pada interaksi sosial antar warga di lingkungan

Rumah Susun Jatinegara Barat mendorong pihak pengelola rusun beserta

perangkat masyarakat di lingkungan tersebut untuk mengadakan kegiatan-

kegiatan yang dapat mengeratkan hubungan dan interaksi antar warga. Hal

tersebut terbukti dari adanya peningkatan responden yang aktif mengikuti

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan Rumah Susun

Jatinegara Barat, yaitu ketika sebelum direlokasi sebesar 68% atau sejumlah

34 orang dan setelah direlokasi menjadi sebesar 72% atau sejumlah 36

orang. Sebelum direlokasi kegiatan-kegiatan yang diadakan di Kampung

Pulo antara lain kerja bakti, arisan, pengajian ibu-ibu, pengajian bapak-

bapak, dan posyandu. Kegiatan kerja bakti merupakan kegiatan yang rutin

dilakukan di Kampung Pulo dan umumnya responden pada penelitian ini

aktif mengikuti kegiatan tersebut. Hal ini dikarenakan lokasi tempat tinggal

yang berada di bantaran sungai sehingga warga merasa perlu untuk

melakukan kerja bakti secara rutin, terutama pasca rumah-rumah mereka

terkena banjir. Sedangkan setelah direlokasi, kegiatan yang diadakan lebih

bervariasi daripada di Kampung Pulo. Kegiatan yang paling banyak

diminati oleh warga Rusunawa Jatinegara Barat yaitu senam sehat yang

diadakan setiap hari Jumat pagi. Pada umumnya, senam ini diikuti oleh ibu-

ibu. Kemudian, untuk pengajian bapak-bapak biasa dilakukan di masjid

yang terdapat di kompleks Rusunawa Jatinegara Barat. Sedangkan

pengajian untuk ibu-ibu, biasa dilaksanakan pada Kamis malam di ruang

terbuka yang berada di depan lift setiap lantai. Selanjutnya, kegiatan kerja

Page 85: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

68

bakti di Rusunawa Jatinegara Barat dijadwalkan setiap satu kali dalam

sebulan dari Kelurahan dan setiap satu kali dalam seminggu dari pihak RT.

Namun, kegiatan kerja bakti tersebut kurang efektif karena terdapat petugas

kebersihan yang telah dibayar setiap bulan oleh warga Rusunawa Jatinegara

Barat.

Meskipun kegiatan-kegiatan yang dilakukan di lingkungan

Rusunawa Jatinegara Barat cenderung bersifat untuk mendekatkan antar

warga. Namun, hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa tidak

terjadi konflik di antara mereka.

Diagram 4.16

Persentase Perubahan Konflik di Masyarakat

Sumber: Data primer diolah, 2018

Pada Diagram 4.16 terlihat bahwa sebesar 30% atau sejumlah 15

orang responden menyatakan bahwa mereka pernah mengalami perselisihan

dengan tetangga saat mereka tinggal di Kampung Pulo. Sedangkan, pasca

relokasi lebih sedikit masyarakat yang terlibat konflik atau perselisihan

dengan tetangga mereka, yaitu sebesar 4% atau sejumlah 2 orang responden.

Perselisihan yang terjadi baik ketika di Kampung Pulo maupun di Rumah

Susun Jatinegara Barat dominan disebabkan karena pertengkaran anak-anak

yang menyeret orang tua mereka ikut berselisih paham. Selain itu,

perselisihan juga terjadi karena adanya persaingan ekonomi keluarga.

Berdasarkan perselisihan yang terjadi, responden memilih untuk

menyelesaikan konflik dengan cara kekeluargaan hingga tidak terjadi

kesalahpahaman lagi di antara mereka.

30

4

0

5

10

15

20

25

30

Terlibat konflik dengan tetangga

Sebelum Relokasi Setelah Relokasi

Page 86: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

69

Berdasarkan hasil pemaparan di atas, relokasi permukiman dari

Kampung Pulo ke Rumah Susun Jatinegara Barat menimbulkan dampak

pada kondisi sosial masyarakat, yaitu masyarakat cenderung lebih bersifat

individual ketika setelah direlokasi. Hal ini dikarenakan desain rumah susun

yang berbentuk vertikal membatasi ruang interaksi antar warga. Hasil

penelitian ini sesuai dengan pernyataan oleh World Bank (1995) bahwa

dampak yang dapat ditimbulkan dari relokasi permukiman salah satunya

adalah rusaknya jaringan sosial masyarakat yang sudah terbentuk.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Andy Rizal Umbara pada tahun 2003 yang menemukan bahwa rusaknya

jaringan sosial yang sudah terbentuk pada permukiman lama dan

masyarakat gagal melakukan adaptasi dengan lingkungan permukiman

yang baru. Hasil pada penelitian ini juga terdapat perubahan interkasi sosial

di masyarakat setelah direlokasi karena proses penempatan unit hunian

dilakukan dengan metode pengundian sehingga mereka terpencar dengan

tetangga-tetangga mereka di permukiman sebelumnya. Selain itu, setelah

direlokasi masyarakat dibebankan dengan biaya sewa unit huninan sehingga

lebih banyak masyarakat yang melakukan kegiatan ekonomi di luar unit

untuk memperoleh pendapatan keluarga dan hal tersebut menyebabkan

berkurangnya interaksi antar masyarakat.

Page 87: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

70

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Susun Jatinegara

Barat dengan judul “Dampak Relokasi Permukiman Terhadap Kondisi Sosial

dan Ekonomi Masyarakat di Rumah Susun Jatinegara Barat” dapat

disimpulkan bahwa:

1. Terdapat perbedaan rata-rata pendapatan dan rata-rata pengeluaran

masyarakat Rumah Susun Jatinegara Barat sebelum dan setelah

direlokasi. Pasca relokasi permukiman, terjadi penurunan pendapatan

sekitar 16,15% per bulan. Kemudian, terjadi peningkatan pengeluaran

sekitar 49,50% per bulan. Dengan demikian, relokasi permukiman dari

Kampung Pulo ke Rumah Susun Jatinegara Barat berdampak pada

kondisi ekonomi masyarakat dengan menghilangkan beberapa sumber

pendapatan, namun pengeluaran tetap seperti biaya listrik, air, dan sewa

unit menjadi meningkat dan tidak dapat ditunda. Sebagai

konsekuensinya, kehidupan masyarakat yang direlokasi menjadi

terhimpit dan sulit.

2. Sejalan dengan kesimpulan pada poin 1, maka dalam menghadapi

perubahan kondisi ekonomi keluarga pasca relokasi, masyarakat di

Rumah Susun Jatinegara Barat melakukan strategi koping ekonomi

melalui upaya melibatkan beberapa anggota keluarga untuk bekerja dan

mengurangi pengeluaran kebutuhan sekunder dan tersier.

3. Terdapat perbedaan pada interaksi sosial antar masyarakat di Rumah

Susun Jatinegara Barat sebelum dan setelah direlokasi, yaitu masyarakat

cenderung lebih bersifat individual di Rumah Susun Jatinegara Barat.

Interaksi sosial masyarakat ketika di Kampung Pulo masih lebih baik

daripada kondisi saat ini di Rumah Susun Jatinegara Barat. Hal tersebut

terjadi karena desain Rumah Susun Jatinegara Barat yang vertikal tidak

memungkinkan menjadi ruang terbuka untuk melakukan interaksi

sosial.

Page 88: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

71

B. Saran

Sehubungan dengan penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka

terdapat beberapa saran yang dapat peneliti berikan, antara lain:

1. Pengelola rumah susun agar dapat memberikan program pelatihan

keterampilan kepada penghuni rumah susun yang didesain hingga mereka

memperoleh pekerjaan sehingga dapat meningkatkan pendapatan penghuni

rumah susun

2. Penghuni rumah susun dalam menyikapi peningkatan pengeluaran keluarga

sebaiknya merancang keuangan keluarga dengan mengurangi kegiatan-

kegiatan yang membutuhkan biaya.

3. Pengelola rumah susun dan tokoh masyarakat di rumah susun agar

mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan frekuensi

pertemuan antar warga sehingga terjadi interaksi yang lebih leluasa.

Page 89: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

72

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Tri Wulandari Henny. 2015. Kajian Tekanan Ekonomi, Strategi Koping,

Dan Kesejahteraan Keluarga Petani di Daerah Rawan Banjir. Thesis.

Institut Pertanian Bogor. Bogor. Jawa Barat.

Bawole, Paulus, 2015. Program Relokasi Permukiman Berbasis Masyarakat Untuk

Korban Bencana Alam Letusan Gunung Merapi Tahun 2010. Jurnal Tesa

Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Kristen Duta Wacana,

Vol. 13, Nomor 2, Desember 2015.

BPS. 2013. Evaluasi Rukun Warga (RW) Kumuh DKI Jakarta 2013.

Budiharjo, Eko. 1983. Sejumlah Masalah Permukiman Kota. Bandung: Penerbit

Alumni.

Chalid, Pheni. 2009. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Center for Social Economic

Studies (CSES) Press.

Feil JK. 2012. Coping with economic stressors: religious and non-religious

strategies for managing psychological distress [Thesis]. Submitted in Partial

Fulfillment of the Requirements for Masters of Arts in

Industrial/Organizational Psychology Minnesota State University Mankato.

Minnesota.

Folkman, S., Lazarus, R.S., Dunkel-Schetter, C., Delongis A. & Gruen, R.J. 1986.

Dynamic of a Stressful Encounter: Cognitive Appraisal, Coping, and

Encounter Outcomes. Journal of Personality and Social Psychology 50 (5).

Hendrayati, Neni. 2015. Ekonomi Keluarga dan Implementasi Pada Program Wajib

Belajar Sembilan Tahun di Desa Kajenengan Kecamatan Bojong Kabupaten

Tegal. Jurnal Pendidikan Ekonomi Dinamika Pendidikan. Vol. 10.

http://kotaku.pu.go.id/view/3798/penanganan-permukiman-kumuh-perkotaan-

berbasis-partisipasi-masyarakat, diakses 23 Juli 2018.

Involuntary Resettlement, Asian Development Bank, Manila, November 1995.

Involuntary Resettlement, The World Bank Operational Manual (BP 4.12),

Desember 2001.

Involuntary Resettlement, The World Bank Operational Manual (OD 4.30), June

1990.

Page 90: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

73

Kabbaro, Hurriyyatun. 2014. Modal Sosial, Strategi Koping Ekonomi, dan

Kesejahteraan Objektif Keluarga dengan Perempuan Sebagai Kepala

Keluarga. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Komarudin. 1997. Menelusuri Pembangunan Perumahan dan Permukiman.

Jakarta: Yayasan Realestat Indonesia – PT. Rakasindo.

Kuswartojo, tjuk dan Suparti A. Salim. 1997. Perumahan dan Permukiman yang

Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen dan Kebudayaan.

Lersch, Philipp M. 2012. Residential Relocation and Their Life Consequences. Life

Course Research. Tilburg: Springer VS.

Martono, Nanang. 2014. Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern,

Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta: Rajawali Pers.

Mustaqim, Ibnu. 2015. Dampak Reklamasi Pantai Utara Jakarta Terhadap

Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat (Tinjauan Sosiologis Masyarakat di

Sekitaran Pelabuhan Muara Angke, Kelurahan Pluit, Jakarta Utara).

Skripsi. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif Hidayatullah.

Jakarta.

Musthofa, Zaini. 2011. Evaluasi Pelaksanaan Program Relokasi Permukiman

Kumuh (Studi Kasus: Program Relokasi Permukiman di Kelurahan

Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta). Skripsi. Fakultas Teknik.

Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Nasution, Demi Hasfinul. 2002. Dampak Sosial dan Ekonomi Kebijakan Relokasi

dan Penataan Pemukiman Liar di Wilayah Perkotaan (Studi Kasus Kota

Batam). Thesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Jawa Barat.

Oktama, Reddy Zaki. 2013. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi terhadap Tingkat

Pendidikan Anak Keluarga Nelayan di Kelurahan Sugihwaras Kecamatan

Pemalang Kabupaten Pemalang Tahun 2013. Skripsi. Semarang: Universitas

Negeri Semarang.

Pangkerego, Gabriel Efod Virant., dan Zulkaidi, Denny. Perancangan Kembali

Kawasan Perumahan Kampung Pulo Di Tepi Sungai Ciliwung Provinsi DKI

Jakarta. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPPK V3N1, 2014.

Page 91: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

74

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 1 Tahun 2012

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030.

Paparan Penanganan Kumuh DKI Jakarta 2016. Program Peningkatan Kualitas

Terhadap Perumahan dan Permukiman Kumuh.

Puspitawati, Herien. 2003. Poverty Level and Conflicts Over Money Within

Families. Media Gizi dan Keluarga, 27 (1): 23-35.

Reksoprayitno. 2004. Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi. Jakarta: Bina

Grafika.

Ridlo, Mohamad Agung. 2001. Kemiskinan di Perkotaan. Semarang: Unissula

Press.

Santoso, S., & Tjiptono, F. 2001. Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi dengan

SPSS. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Silas, Johan. 1990. Modul Peningkatan Kemampuan di Tingkat Lokal dan

Pembangunan SDM, Dalam Pelatihan Manajemen Lingkungan Perkotaan.

Surabaya: Lembaga Penelitian ITS Surabaya.

Silas, Johan. 1993. Perumahan: Hunian dan Fungsi Lebihnya. Pidato Pengukuhan

Guru Besar Arsitektur FTSP Surabaya.

Soekanto, Soejono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Soekartawi. 2002. Faktor-Faktor Produksi. Jakarta: Salemba Empat.

Suharto, Edi. 2009. Kemiskinan dan Perlindungan Sosial Di Indonesia. Bandung:

ALFABETA Bandung.

Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung:

PT Reflika Aditama.

Sukmayani, Ratna., et.al. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: PT Galaxy Puspa

Mega.

Sunarti, Euis. 2013. Work stability, Economic Pressure, and Family Welfare.

Department of Family and Consumer Sciences. Faculty of Human Ecology.

Bogor Agricultural University. Bogor. West Java Province. Indonesia.

Suryani dan Hendryadi. 2015. Metode Riset Kuantitaif, Teori dan Aplikasi Pada

Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta: Prenadamedia

Group.

Page 92: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

75

Titisari, Ema Yunita dan Farid Kurniawan. 1999. Kajian Permukiman Desa

Pinggiran Kota; Mengukur Tingkat Kekeumuhan Kampung. Surabaya: ITS

Surabaya.

Umajah, S. 2002. Kriteria Kawasan Kumuh. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Umbara, Andy Rizal. 2003. Kajian Relokasi Permukiman Kumuh Nelayan ke

Rumah Susun Kedaung Kelurahan Sukamaju, Bandar Lampung. Thesis.

Magister Teknik Pembangunan Kota. Universitas Diponegoro. Semarang.

UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Wesnawa, I Gede Astra. 2015. Geografi Permukiman. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Zulviton, Hendri., et al. 2010. Konsep Rusunawa untuk Urban Renewal bagi

Permukiman Kumuh. Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam

Pembangunan Kota.

Page 93: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

76

LAMPIRAN

Page 94: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

77

LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL

DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH SUSUN JATINEGARA

BARAT

No. Kuesioner :

Hari/Tanggal Observasi :

Lokasi :

Karakteristik Informan

Nama :

Usia : tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan

Pendidikan Terakhir :

Status Pernikahan Responden :

Jumlah tanggungan dalam keluarga : orang

Kondisi Ekonomi

1. Tingkat Pendapatan

No Uraian Pertanyaan Sebelum Relokasi Setelah Relokasi

1 Apakah pekerjaan

utama Kepala

Keluarga Anda?

□ Tidak bekerja

□ Pedagang

□ Buruh

□ Karyawan Swasta

□ PNS

□ Lainnya ....

□ Tidak bekerja

□ Pedagang

□ Buruh

□ Karyawan Swasta

□ PNS

□ Lainnya ....

Page 95: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

78

2 Berapa rata-rata

pendapatan Kepala

Keluarga Anda selama

satu bulan dari

pekerjaan utama

tersebut?

Rp

□ < Rp1.500.000

□ Rp1.500.000 -

Rp.3.000.000

□ Rp3.00.000 -

Rp.4.500.000

□ > Rp4.500.000

Rp

□ < Rp1.500.000

□ Rp1.500.000 -

Rp.3.000.000

□ Rp3.00.000 -

Rp.4.500.000

□ > Rp4.500.000

3 Apakah Kepala

Keluarga Anda

memiliki pekerjaan

sampingan atau usaha

lain selain pekerjaan

utama?

□ Ya (Sebutkan apa

pekerjaan sampingan

tersebut dan berapa

pendapatan yang

diperoleh)

□ Tidak

□ Ya (Sebutkan apa

pekerjaan sampingan

tersebut dan berapa

pendapatan yang

diperoleh)

□ Tidak

4 Apakah ada anggota

keluarga lain yang ikut

bekerja?

□ Ya (Sebutkan apa

pekerjaan yang dimiliki

dan berapa rata-rata

pendapatan yang

diperoleh)

□ Tidak

□ Ya (Sebutkan apa

pekerjaan yang dimiliki

dan berapa rata-rata

pendapatan yang

diperoleh)

□ Tidak

Page 96: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

79

No Uraian Pertanyaan Jawaban

5 Jika pekerjaan Kepala Keluarga

Anda saat ini berbeda dengan

sebelum direlokasi ke Rumah

Susun, apakah Kepala Keluarga

Anda merasa mudah untuk

mendapatkan pekerjaan baru

tersebut setelah direlokasi?

□ Ya (berikan alasan)

□ Tidak (berikan alasan)

6 Apakah terdapat

program/kegiatan

pemberdayaan ekonomi yang

diberikan oleh Pengelola

Rumah Susun?

□ Ya (sebutkan)

□ Tidak

7 Apakah Anda mengikuti

program/kegiatan

pemberdayaan ekonomi yang

diberikan oleh Pengelola

Rumah Susun?

□ Ya (jelaskan)

□ Tidak (berikan alasan)

Page 97: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

80

2. Tingkat Pengeluaran

No Uraian Pertanyaan Sebelum Relokasi Setelah Relokasi

1 Apakah penghasilan

yang keluarga Anda

terima cukup untuk

memenuhi

kebutuhan sehari-

hari keluarga?

□ Ya

□ Tidak

□ Ya

□ Tidak

2 Apakah keluarga

Anda menyisihkan

pendapatan untuk

menabung?

□ Ya

□ Tidak

□ Ya

□ Tidak

3 Berapakah

pengeluaran per

bulan untuk

keperluan pangan

keluarga Anda?

Rp.

□ < Rp.500.000

□ Rp.500.000-

Rp.1.500.000

□ Rp.1.500.000-

Rp.3.000.000

□ > Rp.3.000.000

Rp.

□ < Rp.500.000

□ Rp.500.000-

Rp.1.500.000

□ Rp.1.500.000-

Rp.3.000.000

□ > Rp.3.000.000

4 Berapakah

pengeluaran per

bulan untuk

keperluan non

pangan keluarga

Anda?

Rp.

□ < Rp.500.000

□ Rp.500.000-

Rp.1.500.000

□ Rp.1.500.000-

Rp.3.000.000

□ > Rp.3.000.000

Rp.

□ < Rp.500.000

□ Rp.500.000-

Rp.1.500.000

□ Rp.1.500.000-

Rp.3.000.000

□ > Rp.3.000.000

Page 98: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

81

Strategi Koping Ekonomi

1. Strategi Mengurangi Pengeluaran

a. Mengurangi Pengeluaran Pangan

No Strategi Koping Ya Tidak

1 Mengurangi pembelian kebutuhan pangan

2 Mengganti lauk dengan lauk lain yang lebih murah

3 Mengurangi frekuensi makan

4 Mengurangi uang jajan anak

5 Anggota keluarga membawa bekal untuk beraktifitas

(sekolah/bekerja)

6 Menyimpan makanan yang tidak habis untuk

dikonsumsi esok hari

b. Mengurangi Pengeluaran non Pangan

No Strategi Koping Ya Tidak

1 Mendaftarkan diri dan anggota keluarga sebagai

anggota BPJS Kesehatan

2 Menunda pengobatan anggota keluarga yang sakit

3 Memilih tempat berobat gratis

4 Anak yang bersekolah terdaftar sebagai penerima KJP

5 Anak tidak mengikuti bimbingan belajar

6 Membeli perlengkapan sekolah bekas (seragam/sepatu)

7 Anak berhenti sekolah

8 Mengurangi penggunaan air

9 Mengurangi penggunaan listrik

10 Mengurangi penggunaan pulsa/paket data

11 Mengurangi pembelian kebutuhan pribadi

12 Mengurangi pembelian perabot rumah tangga

Page 99: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

82

2. Strategi Menambah Pendapatan

No Strategi Koping Ya Tidak

1 Kepala keluarga memiliki pekerjaan sampingan untuk

menambah pendapatan keluarga

2 Kepala keluarga menambah jam kerja dari pekerjaan

utama

3 Terdapat anggota keluarga selain Kepala Keluarga yang

bekerja untuk menambah pendapatan keluarga

3. Strategi Lain (Ketika terdapat kebutuhan mendesak)

No Strategi Koping Ya Tidak

1 Berhutang

2 Menggadaikan barang yang dimiliki untuk memenuhi

kebutuhan

3 Menjual barang yang dimiliki untuk memenuhi

kebutuhan

Kondisi Sosial

No Uraian Pertanyaan Sebelum Relokasi Setelah Relokasi

1 Apakah Anda mengenal

semua warga yang

berada dalam lingkup 1

RT dengan Anda?

□ Ya

□ Tidak

□ Ya

□ Tidak

2 Apakah Anda selalu

terlibat dalam kegiatan-

kegiatan sosial di

lingkungan tempat Anda

tinggal?

□ Ya

□ Tidak (berikan

alasan)

□ Ya

□ Tidak (berikan

alasan)

Page 100: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

83

3 Anda terlibat dalam

kegiatan sosial seperti

apa?

□ Kerja bakti

□ Bakti Sosial

□ Pengajian Majelis

Taklim

□ PKK

□ Musyawarah warga

□ Lainnya ...

□ Kerja bakti

□ Bakti Sosial

□ Pengajian Majelis

Taklim

□ PKK

□ Musyawarah warga

□ Lainnya ...

4 Apakah Anda selalu

menyempatkan diri

untuk mengobrol dengan

tetangga?

□ Ya

□ Tidak (berikan

alasan)

□ Ya

□ Tidak (berikan

alasan)

5 Apakah Anda membantu

tetangga jika mereka

mengadakan acara?

□ Ya

□ Tidak (berikan

alasan)

□ Ya

□ Tidak (berikan

alasan)

6 Apakah Anda selalu

menyempatkan diri

untuk hadir dalam acara

yang diadakan tetangga

Anda?

□ Ya

□ Tidak (berikan

alasan)

□ Ya

□ Tidak (berikan

alasan)

7 Apakah Anda

mengetahui jika tetangga

Anda memiliki masalah?

□ Ya

□ Tidak (berikan

alasan)

□ Ya

□ Tidak (berikan

alasan)

Page 101: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

84

8 Apakah Anda pernah

terlibat konflik dengan

tetangga Anda?

□ Ya (Jelaskan

bagaimana

penyelesaian konflik

tersebut)

□ Tidak

□ Ya (Jelaskan

bagaimana

penyelesaian konflik

tersebut)

□ Tidak

Page 102: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

85

LAMPIRAN 2

INFORMASI UMUM RESPONDEN

No Usia Jenis

Kelamin

Pendidikan

Terakhir

Jumlah

Tanggungan

Keluarga

1 50 tahun Perempuan SMP/Sederajat 5

2 45 tahun Perempuan SD/Sederajat 3

3 28 tahun Perempuan SMA/Sederajat 2

4 50 tahun Perempuan Tidak Tamat SD 1

5 39 tahun Laki-laki SMP/Sederajat 3

6 30 tahun Laki-laki SMA/Sederajat 4

7 31 tahun Perempuan SMP/Sederajat 3

8 51 tahun Laki-laki SMP/Sederajat 3

9 63 tahun Perempuan SMP/Sederajat 2

10 52 tahun Perempuan SMP/Sederajat 3

11 59 tahun Laki-laki SD/Sederajat 1

12 38 tahun Perempuan SMP/Sederajat 4

13 47 tahun Laki-laki SD/Sederajat 2

14 33 tahun Laki-laki SMA/Sederajat 2

15 64 tahun Perempuan Tidak Tamat SD 2

16 57 tahun Perempuan Tidak Tamat SD 1

17 41 tahun Perempuan SMA/Sederajat 3

18 29 tahun Laki-laki SMA/Sederajat 4

19 58 tahun Perempuan Tidak Tamat SD 2

20 39 tahun Perempuan SMP/Sederajat 4

21 46 tahun Perempuan SD/Sederajat 3

22 55 tahun Laki-laki Akademi/Perguruan

Tinggi

1

23 58 tahun Perempuan SMA/Sederajat 2

24 34 tahun Perempuan SMP/Sederajat 3

Page 103: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

86

25 69 tahun Laki-laki Tidak Tamat SD 2

26 42 tahun Perempuan SD/Sederajat 5

27 25 tahun Laki-laki SMA/Sederajat 2

28 21 tahun Perempuan SMP/Sederajat 2

29 59 tahun Perempuan SD/Sederajat 2

30 42 tahun Laki-laki SMA/Sederajat 5

31 39 tahun Perempuan SMA/Sederajat 4

32 48 tahun Laki-laki SMP/Sederajat 4

33 41 tahun Perempuan SMP/Sederajat 4

34 33 tahun Perempuan SMA/Sederajat 3

35 35 tahun Perempuan SMA/Sederajat 4

36 44 tahun Perempuan SD/Sederajat 3

37 34 tahun Perempuan SMP/Sederajat 3

38 29 tahun Laki-laki SMP/Sederajat 4

39 53 tahun Perempuan SMP/Sederajat 2

40 45 tahun Perempuan SMP/Sederajat 3

41 42 tahun Perempuan SMA/Sederajat 2

42 49 tahun Laki-laki SMA/Sederajat 2

43 43 tahun Laki-laki SMP/Sederajat 2

44 48 tahun Perempuan SMP/Sederajat 2

45 58 tahun Laki-laki SD/Sederajat 3

46 54 tahun Laki-laki SD/Sederajat 3

47 36 tahun Perempuan SD/Sederajat 4

48 59 tahun Laki-laki SD/Sederajat 2

49 52 tahun Laki-laki SD/Sederajat 3

50 63 tahun Laki-laki Tidak Tamat SD 2

Page 104: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

87

LAMPIRAN 3

PEKERJAAN UTAMA KEPALA KELUARGA RESPONDEN

No Pedagang Buruh Karyawan Lainnya

1 √

2 √

3 √

4 √

5 √

6 √

7 √

8 √

9 √

10 √

11 √

12 √

13 √

14 √

15 √

16 √

17 √

18 √

19 √

20 √

21 √

22 √

23 √

24 √

25 √

26 √

27 √

Page 105: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

88

28 √

29 √

30 √

31 √

32 √

33 √

34 √

35 √

36 √

37 √

38 √

39 √

40 √

41 √

42 √

43 √

44 √

45 √

46 √

47 √

48 √

49 √

50 √

Page 106: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

89

LAMPIRAN 4

PENDAPATAN KELUARGA

Pendapatan Sebelum Relokasi Pendapatan Setelah Relokasi

4.125.000 4.975.000

4.050.000 2.650.000

5.250.000 3.950.000

3.300.000 2.550.000

4.900.000 3.000.000

4.950.000 4.050.000

1.500.000 2.250.000

2.400.000 3.275.000

1.000.000 800.000

5.700.000 4.800.000

6.800.000 2.850.000

3.000.000 2.600.000

3.600.000 3.160.000

3.150.000 2.400.000

2.550.000 2.875.000

6.675.000 4.200.000

6.550.000 6.325.000

5.550.000 3.750.000

2.375.000 1.400.000

5.250.000 5.000.000

4.850.000 2.400.000

7.500.000 7.700.000

2.500.000 3.700.000

1.000.000 1.500.000

5.550.000 4.050.000

3.750.000 3.750.000

3.000.000 2.625.000

2.950.000 2.525.000

Page 107: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

90

4.950.000 3.950.000

4.050.000 3.750.000

6.500.000 1.800.000

4.550.000 3.000.000

1.500.000 4.050.000

2.400.000 3.600.000

2.400.000 2.400.000

2.700.000 3.600.000

4.050.000 2.750.000

2.000.000 2.500.000

8.325.000 4.950.000

1.875.000 3.600.000

7.050.000 2.550.000

4.500.000 3.575.000

1.800.000 3.500.000

4.050.000 3.300.000

3.750.000 3.425.000

2.250.000 2.250.000

1.800.000 2.400.000

3.675.000 2.900.000

8.100.000 4.500.000

3.000.000 3.450.000

Page 108: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

91

LAMPIRAN 5

PENGELUARAN KELUARGA

Sebelum Relokasi Setelah Relokasi

3347000 3803000

2341000 2823000

1540000 2964000

1168500 1709500

3417500 4010500

2550500 4004000

2560500 4158500

2414000 3374000

863500 1815500

2758500 3162000

1332500 2089000

1850500 3305000

1976000 3080500

1917500 2827500

1329500 2337000

1380000 1968000

2348500 3104000

1940000 4258500

1890000 3161000

3133000 5011000

2052000 2895000

2566000 3466000

1649000 2599000

1950000 3532500

1159000 1777000

2450000 2904500

1791500 3002000

1483500 2576500

Page 109: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

92

1453000 2184000

1626000 3142000

2969000 4264500

3203000 3668500

2255000 3190000

1935000 3038000

2442000 3849000

2253000 3133000

2623000 3761500

3014000 4138000

1497000 2557000

2252500 3309000

1803000 2929000

1425000 2289000

2030000 3039000

1783000 3053500

3342000 4575500

1558000 2464000

2535500 3558000

1327000 2059500

1533000 2811500

1816000 2486000

Page 110: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

93

LAMPIRAN 6

PERSENTASE STRATEGI KOPING EKONOMI

Strategi Koping %

Dimensi Mengurangi Pengeluaran Pangan

- Mengurangi pembelian kebutuhan pangan

- Mengganti lauk dengan yang lebih murah

- Mengurangi uang jajan anak

- Menyimpan makanan yang tidak habis untuk dikonsumsi

esok hari

22,0

56,0

10,0

68,0

Dimensi Mengurangi Pengeluaran Non Pangan

- Seluruh anggota keluarga terdaftar sebagai anggota BPJS

Kesehatan

- Menunda pengobatan anggota keluarga yang sakit

- Memilih tempat berobat gratis

- Anak yang bersekolah terdaftar sebagai penerima KJP

- Anak tidak mengikuti bimbingan belajar

- Anak berhenti sekolah

- Membeli perlengkapan sekolah bekas (seragam/sepatu)

- Mengurangi penggunaan air

- Mengurangi penggunaan listrik

- Mengurangi penggunaan pulsa/paket data

- Mengurangi pembelian kebutuhan pribadi

- Mengurangi pembelian perabot rumah tangga

100,0

36,0

82,0

64,0

84,0

0

0

42,0

56,0

52,0

82,0

96,0

Dimensi Menambah Pendapatan

- Kepala keluarga memiliki pekerjaan sampingan untuk

menambah pendapatan keluarga

- Kepala keluarga menambah jam kerja dari pekerjaan utama

- Terdapat anggota keluarga selain Kepala Keluarga yang

bekerja untuk menambah pendapatan keluarga

2,0

0

18,0

Page 111: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

94

LAMPIRAN 7

HASIL UJI NORMALITAS

A. Pendapatan Keluarga

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pendapatan Sebelum

Relokasi

,099 50 ,200* ,960 50 ,088

Pendapatan Setelah

Relokasi

,117 50 ,086 ,934 50 ,008

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

B. Pengeluaran Keluarga

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pengeluaran Sebelum

Relokasi

,103 50 ,200* ,964 50 ,130

Pengeluaran Setelah

Relokasi

,095 50 ,200* ,983 50 ,699

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Page 112: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

95

LAMPIRAN 8

HASIL PAIRED SAMPLES TEST PENDAPATAN KELUARGA

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1

Pendapatan Sebelum Relokasi 3981000,00 50 1880950,151 266006,521

Pendapatan Setelah Relokasi 3338200,00 50 1200800,226 169818,797

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pendapatan Sebelum Relokasi &

Pendapatan Setelah Relokasi

50 ,571 ,000

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1

Pendapatan Sebelum

Relokasi - Pendapatan

Setelah Relokasi

642800,000 1549581,958 219143,982 202413,680 1083186,320 2,933 49 ,005

Page 113: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

96

LAMPIRAN 9

HASIL PAIRED SAMPLES TEST PENGELUARAN KELUARGA

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pengeluaran Sebelum 2076690,00 50 637208,868 90114,942

Pengeluaran Setelah 3104350,00 50 751578,246 106289,215

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pengeluaran Sebelum &

Pengeluaran Setelah

50 ,857 ,000

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Pengeluaran Sebelum -

Pengeluaran Setelah

-1027660,000 387366,862 54781,947 -1137748,444 -917571,556 -18,759 49 ,000

Page 114: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

97

LAMPIRAN 10

KONDISI TEMPAT PENELITIAN

Page 115: DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45257...DAMPAK RELOKASI PERMUKIMAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI RUMAH

98