34
DAMPAK PSIKOLOGIS MENGIKUTI RITUAL ADAT (ONEN) PADA INDIVIDU YANG MEMELUK AGAMA KRISTEN PROTESTAN DI DESA LASI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN OLEH DEVRI MARIA MAGDALENA NUBAN 802011049 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

DAMPAK PSIKOLOGIS MENGIKUTI RITUAL ADAT (ONEN) PADA

INDIVIDU YANG MEMELUK AGAMA KRISTEN PROTESTAN DI

DESA LASI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

OLEH

DEVRI MARIA MAGDALENA NUBAN

802011049

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran
Page 3: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran
Page 4: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran
Page 5: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran
Page 6: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran
Page 7: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

DAMPAK PSIKOLOGIS MENGIKUTI RITUAL ADAT (ONEN) PADA INDIVIDU

YANG MEMELUK AGAMA KRISTEN PROTESTAN DI DESA LASI KABUPATEN

TIMOR TENGAH SELATAN

Devri Maria Magdalena nuban

Chr. HariSoetjiningsih

Program StudiPsikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 8: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

i

Abstrak

Ritual onen adalah ritual memanjatkankan doa untuk keberhasilan seluruh rumpun keluarga

umumnya dilaksanakan di desa Lasi, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Propinsi Nusa Tenggara

Timur, namun pada beberapa orang yang menjalankan ritual ini menimbulkan konflik dalam diri

karena adanya perbedaan persepsi antara individu yang mana ritual ini dianggap bertentangan

dengan nilai agama yang dianaut selama ini. Dalam penelitian ini masalah yang dirumuskan adalah

bagaimana dampak psikologis pada individu yang menganut agama Kristen Protestan ketika

mengikuti ritual onen neu hit fatu makana “fatu lopo”. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui

dampak psikologis dan cara mengatasi konflik pada individu yang memeluk agama Kristen Protestan

ketika mengikuti ritual onen neu hit fatu makana “fatu lopo”. Metode kualitatif digunakan dalam

penelitian dengan tiga orang dewasa sebagai narasumber. Hasil penelitian yang didapat

menunjukkan dampak psikologis yang dialami oleh individu yang menganut agama Kristen Protetas

ketika megikuti ritual onen yaitu cemas, stres dan emosi negatif (takut, gelisah, sedih), dan cara

mengatasi dampak tersebut yaitu dengan penguatan diri, penegendalian diri dan koping.

Kata Kunci: Ritual onen neu hit fatu makana “fatu lopo”, dampak psikologis, konflik dalam

diri.

Page 9: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

ii

Abstract

Onen neu hit fatu makana “fatu lopo” ritual is a ritual prayer for the success of the whole family and

generally carried out in the village of Lasi, Timor Tengah Selatan Regency, East Nusa Tenggara

Province, but in some people who carry out this ritual have a conflict of interest because of the

differences in perception between individuals, where this ritual is considered contrary to their

religious value. The problem in this research is how the psychological impact on the individuals who

made up of Protestants when following the ritual onen neu hit Fatu makana "Fatu lopo". The

purposes of this study are determining the psychological impact and how to resolve conflicts on

individual Protestants which following the ritual onen neu hit Fatu makana "Fatu lopo". A qualitative

method is the methode that used in the study with three adults as a resource. Research results

obtained demonstrated the psychological impact experienced by individuals who embrace

Christianity Protetas when megikuti ritual onen that anxiety, stress and negative emotions (fear,

anxiety, sadness), and how to override these impacts is by strengthening themselves, control

themselves and coping.

Keywords: Rirual onen, Psychological impact, Self conflict

Page 10: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

1

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan, konflik tidak bisa dihindari karena konflik adalah salah satu

esensi dari kehidupan dan perkembangan manusia yang mempunyai karateristik yang

beragam. Konflik terjadi dalam sistem sosial seperti negara, organisasi, perusahan,

keluarga bahkan dalam diri seseorang. Konflik dalam diri individu disebut juga

konflik internal, terjadi karena adanya pertentangan dalam diri yang muncul secara

bersamaan ketika keinginan dan kenyataan bertolak belakang (Wijono, 2010). Konflik

dalam diri memiliki dampak besar pada kondisi seseorang baik secara biologis

maupun secara psikologis.

Konflik mengakibatkan ketidakselarasan antara pikiran dan perilaku, dan hal

inilah yang dialami oleh individu yang harus mengikuti aturan dalam masyarakat yang

dianggap bertentangan dengan apa yang dipahami. Dalam menjalankan ritual adat ada

beberapa praktek adat dan dianggap bertentangan dengan nilai agama, namun ritual-

ritual ini telah menjadi tradisi yang tidak bisa ditingggalkan. Pertentangan yang

dialami berdampak pada kondisi psikologis seseorang sehingga membuat

ketidaknyamanan ketika mengikuti suatu ritual adat.

Ritual adat yang masih dilakukan adalah ritual “Onen Neu Hit Fatu

MakanaFatu Lopo” (berdoa di batu yang bernama fatu lopo) yang dilakukan di Desa

Lasi, Kecamatan Kuanfatu Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Propinsi Nusa

TenggaraTimur (NTT). Ritual ini dilakukan oleh masyarakat yang tinggal Desa Lasi

dan masyarakat kota yang berasal dari Desa Lasi.

Ritual onen adalah ritual yang dilakukan jika ada keluarga yang mau

memanjatkan doa untuk keberhasilan seluruh rumpun keluarga, namun pada

umumnya untuk menjalankan ritual onen ini dilaksanakan oleh masyarakat di Desa

Lasi yang sebagian besar terdiri dari marga Nuban, Benu, Tabun, Lopo, Lai dan

Page 11: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

2

Nabuasa sedangkan keluarga yang lain menjadi tamu dalam acara doa syukur yang

dilakukan setelah ritual ini berjalan.

Dalam melaksanakan ritual ini memunyai cara khusus yang dimulai dengan

berdoa di rumah para tua adat. Kemudian dilanjutkan dengan ziarah ke kuburan, saat

itu keluarga yang mengadakan acara syukuran akan membersihkan kuburan, menabur

bunga di kuburan dan memanjatkan doa di kubur para tetua adat atau leluhur keluarga.

Kemudian dilanjutkan dengan doa di batu, biasanya sebelum berdoa, tua adat (atoin

amaf) atau sesepuh akan bercerita tentang asal-usul dari fatu lopo.

Tatacara doa di batu yang pertama kali dilakukan yaitu beribadah menurut

kepercayaan agama Kristiani, setelah itu sembelih ternak berupa kambing atau babi

sebagai tanda ucapan syukur atas berkat yang sudah diterima keluarga dan masyarakat

di Desa Lasi. Ritual terakhir yang dilakukan yaitu makan bersama sebagai tanda

berbagi berkat dalam keluarga dan masyarakat desa. Ada beberapa warga desa yang

memiliki perbedaan persepsi bahwa ritual ini dianggap bertentangan dengan nilai

agama yang dianut selama ini.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi awal dengan Bapak Jakobus (50

tahun) pada Desember 2014, yang merupakan warga asli Desa Lasi mengatakan ritual

onen neu hit fatu makana „fatu lopo‟ sangat penting bagi semua warga karena, Desa

Lasi adalah tanah perjuangan untuk masyarakat di desa hingga masyarakat bisa

tinggal dan menetap. Sedangkan batu fatu lopo adalah tempat dimana orang yang

menemukan Desa Lasi tinggal hingga mati, jadi fatu lopo itu mempunyai makna

tersendiri dan merupakan tempat istimewa bagi masyarakat. Hal ini dilakukan karena

masyarakat rindu ingin melihat Tuhan yang mereka percaya menyatakan kasihnya.

Page 12: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

3

Beliau juga menyatakan masyarakat di Desa Lasi percaya bahwa batu

perlindungan (fatu lopo) dapat memberikan berkat bagi setiap orang yang

mengunjungi kemudian memanjatkan doa di tempat tersebut. Jika para warga desa

tidak melakukan doa di batu perlindungan (fatu lopo) maka akan terjadi kekeringan

dan banyak ternak milik warga yang mati. Hal itu bisa terjadi karena para usif (tuan

tanah) marah terhadap warga desa.

Menurut beliau, bahkan untuk keberhasilan hidup para warga Desa Lasi baik di

dunia pendidikan dan dunia kerjapun biasanya sebelum melakukan sesuatu harus

berdoa di atas batu fatu lopo. Kemudian disaat berhasil atau sukses, maka harus

kembali ke (fatu lopo) dan kembali berdoa dan mengucapkan syukur. Jika hal tersebut

tidak dilakukan maka kesialan akan selalu menghampiri, tidak hanya kesialan bisa

juga sakit kronis yang berefek buruk sehingga akan mengingatkan kembali untuk

mengucap syukur di batu fatu lopo.

Warga Desa Lasi telah menganut agama mereka masing-masing dimulai dari

agama Kristen Protestan, Kristen Katolik dan Advent. Agama mengajarkan umatnya

agar mengungkapkan perasaan dan isi hatinya kepada Tuhan Yang Mahakuasa

termaksud dalam kesehatan dan keselamatan (Hendrosucipto, 2012). Namun disisi

lain masyarakat harus mengikuti ritual adat yang percaya kepada leluhur atau tuan

tanah (uis pah). Masyarakat Desa Lasi percaya bahwa sangat penting ritual untuk

mengenang para leluhur (Dhavamony dalam Taum, 2008).

Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan di atas maka peneliti tertarik

untuk meneliti lebih lanjut tentang dampak psikologis individuyang memeluk agama

Kristen Protestan (individu yang taat pada agama) saat mengikuti ritual adat Onen

Neu Hit Fatu Makana “Fatu Lopo” yang ada di Desa Lasi Kecamatan Kuanfatu,

Page 13: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

4

Kabupaten Timor Tengah Selatan, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Peneliti akan

melihat bagaimana dampak psikologis pada individu dan cara mengatasi konflik yang

dialami oleh individu ketika mengikuti ritual adat onen.

1.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana dampak psikologis yang dialami oleh individu yang memeluk

agama kristen protestan ketika mengikuti ritual adat “Onen Neu Hit Fatu

Makana “Fatu Lopo”?

2. Cara mengatasi dampak psikologis yang dialami oleh individu yang memeluk

agama kristen protestan ketika mengikuti ritual adat Onen Neu Hit Fatu Makana

“Fatu Lopo”?

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana dampak psikologis yang dialami oleh individu

yang memeluk agama Kristen Protestan ketika mengikuti ritual adat Onen Neu

Hit Fatu Makana “Fatu Lopo”.

2. Untuk mengetahui cara yang digunakan untuk mengatasi dampak psikologis

yang dialami oleh individu yang memeluk agama Kristen Protestan ketika

mengikuti ritual adat Onen Neu Hit Fatu Makana “Fatu Lopo”.

1.3. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini penting untuk diteliti karena setiap kegiatan ritual yang

diadakan melibatkan agama dan kebudayaan berdampak pada kondisi psikologis

seseorang, sehingga membuat peneliti semakin tertarik untuk meneliti guna

Page 14: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

5

menambah kepustakaan ilmiah yang dapat memberikan sumbangsih pada ilmu-

ilmu psikologi lainya khususnya dalam ilmu psikologi yaitu psikologi sosial,

psikologi agama dan psikologi lintas budaya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapakan bisa menambahkan wawasan peneliti mengenai

dampak psikologis yang dialami individu dalam mengikuti ritual adat.

b. Bagi Fakultas Psikologi

Menambah wawasan bagi para mahasiswa Fakultas Psikologi sebagai

informasi tentang ritual adat dan pengaruhnya pada kondisi psikologis

seseorang.

c. Bagi Partisipan

Diharapkan penelitian ini dapat mendeskripisikan bagiamana dampak

psikologis ketika mengikuti ritualonen.

d. Bagi Pemerintahan Kota Soe

Diharapkan penelitian ini dapat berguna agar pemerintah lebih memperhatikan

tradisi yang ada di NTT khususnya di Soe agar di publikasikan kepada media

bagaimana keadaan di desa-desa, yang masih dijaga dan dipegang erat oleh

masyarakat di NTT.

TINJAUAN PUSTAKA

Konflik yang Dialami Individu

A. Pengertian Konflik

Page 15: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

6

Konflik terjadi secara bersamaan dua atau lebih impuls atau motif yang

antagonistis (Chaplin, 2007). Menurut Thomas (dalam Leever, Hulst, Branjlen,

Roondeburga dan Pols, 2010) konflik adalah proses yang dimulai ketika satu pihak

merasakan bahwa pihak lain telah memengaruhi atau akan dipengaruhi secara

negatif tentang sesuatu yang ia peduli. Sedangkan menurut Pickering, Hutaruk dan

Masri (2006), konflik dalam diri adalah gangguan emosi yang terjadi karena

harapan dan tuntutan yang dihadapi tidak dapat dicapai.

Dari beberapa pengertian di atas, disimpulkan bahwa konflik dalam diri

seseorang terjadi karena adanya pertentangan antara nilai yang dipahami dan nilai

dalam masyarakat yang harusdilakukan.

B. Jenis-jenis Konflik Dalam Diri

Liliweri (2005) mengungkapkan bahwa konflik dalam diri merupakan tipe

konflik yang sederhana karena masih ada pada taraf emosi dan muncul dari

perasaan. Ada empat tipe konflik sederhana yaitu:

a. Konflik personal versus diri sendiri adalah konflik yang terjadi karena apa

yang dipikirkan dan diharapkan tidak sesuai harapan.

b. Koflik personal versus personal adalah konflik antara personal yang

bersumber dari perbedaan karakter masing-masing personal.

c. Konflik personal versus masyarakat adalah konflik yang terjadi antara

individu dan masyarakat yang bersumber dari perbedaan keyakinan suatu

kelompok atau perbedaan keyakinan masyarakat atau perbedaan hukum.

d. Konflik personal versus alam adalah konflik yang terjadi antara

keberadaan personal dan tekanan alam.

Page 16: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

7

C. Sumber Konflik Dalam Diri/Internal

Konflik dapat timbul karena berbagai faktor, menurut Wijono (2010) ada tiga

penyebab munculnya konflik yaitu:

1. Adanya pertentangan dari berbagai perasaan

Pertentangan yang dialami individu yaitu antara perasaan senang, frustasi, gagal

dan berhasil, berharap dan putus asa. Perasaan seperti ini muncul karena adanya

kepentingan atau kekuatan yang bergerak ke arah tertentu dalam waktu yang

bersamaan.

2. Adanya dua gagasan atau lebih yang berupa tantangan

Dalam hal ini gerakan hati (impuls) sering berlawanan dan terjadi ketegangan

emosi akibat munculnya perasaan tidak menyenangkan yang mempengaruhi

individu secara kognitif dan akan berpengaruh pada perilaku individu.

3. Adanya perbedaan antara peran dan tindakan

Dalam hal ini perjuangan antara keinginan dan pertentangan yang ada dalam

diri individu membawa efek negatif sehingga menyebabkan pertentangan secara

psikis.

D. Dampak Dari Konflik Dalam Diri

Freud (dalam Wiarawan 2010) mengatakan bahwa konflik dalam diri seseorang

dapat menyebabkan kecemasan dan kegelisahan.Kemudian menurut Winardi

(2010) emosi dan stres mempunyai hubungan erat dengan terjadinya konflik.

Page 17: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

8

Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Menurut kamus lengkap psikologi kecemasan atau kegelisahan adalah

perasaan yang berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa

mendatang tanpa sebab (Chaplin, 2004). Menurut Freud kecemasan terjadi

ketika ego tidak bisa mengimbangi ide dan superego yang merupakan energi

psiskis dalam diri seseorang (Wirawan, 2010). Sedangkan menurut Calhoun

& Acocella (dalam Nadia & Zulkaida, 2009) kecemasan berupa perasaan

ketakutan (baik secara realistis ataupun tidak) yang disertai dengan

peningkatan reaksi jiwa seseorang.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan

bahwa kecemasan merupakan dorongan dari dalam diri seseorang karena

adanya pemicu atau stimulus dalam menghadapi sesuatu yang meyebabkan

rasa takut, gelisah dan rasa kurang percaya diri. Dengan katalain kecemasan

dalam diri individu dipicu oleh kejadian yang ada dilingkungan sekitar.

2. Aspek-aspek kecemasan

Ada tiga kelompok aspek-aspek kecemasan yang berupa reaksi

(Calhoun & Acocella dalam Puspitasari 2013) yaitu:

a. Reaksi emosional adalah komponen kecemasan yang berkaitan dengan

persepsi individu terhadap pengaruh psikologis dari kecemasan. Dalam

reaksi emosional ini individu akan merasakan keprihatinan,

ketegangan, sedih, mencela diri sendiri atau orang lain.

Page 18: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

9

b. Reaksi kognitif adalah ketakutan dan kekhawatiran yang berpengaruh

pada kemampuan berpikir, sehingga menganggu dalam memecahkan

masalah dan tuntutan di lingkungan sekitar.

c. Reaksi fisiologis adalah reaksi dari tubuh seseorang terhadap sumber

ketakutan dan kekhawatiran. Reaksi ini berhubungan dengan sistem

saraf sehingga saat individu merasa cemas maka detak jantung akan

berdebar dengan sangat keras, nafas bergerak lebih cepat dan tekanan

darah meningkat.

Emosi Negatif

1. Pengertian Emosi

Emosi adalah keadaan yang terangsang dari organisme, mencakup

perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam dan menyebabkan

perubahan perilaku (Chaplin, 2004). Menurut Shirae dan Levy (2012), emosi

atau perasaan adalah respon evaluatif yang biasanya mencakup kombinasi

kebangkitan psikologis, pengalaman subjektif (positif, negatif, dan

ambivalien) dan ekspresi behavioral. Sedangkan menurut King (2010), emosi

adalah perasaan atau afeksi yang dapat melibatkan rangsangan fisiologis

pengalaman sadar dan ekspresi perilaku. Menurut Winardi (2010), emosi

adalah perasaan subjektif yang kompleks sebagai reaksi kognitif dan

fisiologis atas suatu pengalaman yang mempengaruhi sikap dan perilaku

seseorang.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

emosi adalahperasaan kompleks yang berupa rasa senang, tidak senang atau

Page 19: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

10

netral.Perasaan yang diekspresikan seseorang menyebabkan perubahan

perilaku dan pikiran baik secara positif maupun secara negatif.

2. Aspek-aspek dari emosi

Aspek dari emosi menurut Wade dan Travis (2008) yaitu fisiologis

yang menunjukan bahwa setiap individu telah memiliki emosi primer

semenjak manusia dilahirkan, aspek tersebut yaitu:

a. Emosi kerja, adalah ekspresi dari emosi yang sebenarnya tidak dirasakan

oleh seseorang, sering kali disebakan oleh tuntutan pekerjaan.

b. Emosi primer, adalah emosi yang berlaku secara umum dan memiliki

dasar biologis yang pada umunya seperti adanya rasa takut, marah,

sedih, senang, terkejut, jijik dan tidak suka. Emosi-emosi ini memiliki

pola fisiologis yang berbeda-beda.

c. Emosi sekuder, adalah emosi yang berkembang sejalan dengan

pertambaan kedewasaan kognitif seseorang dan berbeda-beda untuk tiap

individu dan kebudayaan.

Stres

1. Pengertian Stres

Stres adalah respon atau reaksi psikologis dan fisik orang terhadap

stressor atau situasi umum yang tidak menyenangkan (Wirawan, 2010). Dalam

kamus psikologi stres adalah suatu keadaan dimana seseorang tertekan secara

fisik maupun secara psikologis (Chaplin, 2004).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa stres adalah

keadaan tertekan dalam situasi yang tidak menyenangkan berdampak pada

keadaan fisik maupun psikologis seseorang.

Page 20: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

11

2. Aspek-aspek Stres

Dalam stres ada dua spek yang ditekankan yaitu aspek bologis dan aspek

psikologis seperti yang diungkapkan oleh Sarafino (dalam Sari, 2005).

a. Aspek biologis, terkait dengan reaksi tubuh yang terancam karena reaksi

fisiologis yang terjadi dalam tubuh seseorang. Gejala yang muncul adalah

jantung berdetak kencang, sesak napas, sakit kepala, kedinginan, susah

buang air kecil dan susah tidur.

b. Aspek psikologis, terkait dengan perubahan-perubahan psikologis seperti

kognitif, emosi dan perilaku sosial. Pada kondisi kognitif gejela yang

terlihat yaitu sulit berpikir, sulit berkonsentrasi, pelupa dan suka menunda

sesuatu. Pada kondisi emosi, gejala yang muncul adalah takut, cemas,

sedih dan sensitif. Sedangkan pada perilaku sosial gejala yang muncul

yaitu menarik diri dan merasa rendah diri.

E. Cara mengatasi Konflik Dalam Diri

Menurut Wijono (2010) ada tiga cara mengatasi konflik yang terjadi dalam

diri seseorang yaitu pengenalan diri atau usaha untuk untuk mengetahui kekuatan

dan kelemahan seseorang yang tersembunyi (laten) yang mana seseorang dapat

mengenal kekuatannya dengan emosi positif yang dimiliki. Untuk dapat

meningkatkan kekuatan secara produktif maka seseorang akan mengatasi konflik

dalam diri yang dihadapi dengan meningkatkan kepercayaan diri. Yang kedua yaitu

dengan pengendalian diri atau bagaimana seseorang dapat mengontrol emosi

negatif diubahnya menjadi emosi positif. Cara yang ketiga yaitu memilih berbagai

alternatif yatu dengan cara mendekat-mendekat, mendekat menghindar dan

Page 21: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

12

mengindar-menghindar. Kemudian cara yang terakhir mengatasi konflik akaibat

stres yaitu dengan koping (Wade & Travis, 2010).

Koping atau upaya mengelola keadaan dan mendorong usaha untuk

menyelesaikan permasalahan kehidupan seseorang kemudian mencari cara untuk

menyesuaikan atau mengurangi stres (King, 2010).

Ada dua bentuk koping yaitu koping yang berfokus pada masalah

(problem-focused coping) merupakan strategi kognitif yang membuat seseorang

mengatasi masalah tersebut secara langsung. Kemudian koping yang berfokus pada

emosi (emotion-focused coping) merupakan respon emosi dari stres tapi tidak

memusatkan perhatiannya pada penyebab stres (King, 2010).

F. Ritual Adat Onen

Ritual merupakan ungkapan bersifat logis yang memperlihatkan tatanan

atas simbol dan objek. Simbol-simbol tersebut memperlihatkan perilaku dan

perasaan dari individu yang mengikat diri pada adat, sedangkan pengobjekan

penting dalam kebersamaan kelompok keagamaan hal ini di ungkapkan oleh

Dhavamony (dalam Taum, 2004).

Ritual adat Onen Neu Hit Fatu Makana “Fatu Lopo” (bahasa dawan)

mempunyai arti “onen” atau berdoa “Neu Hit Fatu Makana” di batu yang bernama

“Fatu Lopo” atau batu perlindungan. Onen adalah bahasa daerah yang digunakan

oleh masyarakat suku dawan yang berarti doa atau berkomunikasi dengan Tuhan.

Ritual ini bertujuan yaitu untuk mengenang jasa-jasa orangtua atau leluhur untuk

peringatan bagi anak-anak sebagai generasi penerus, sebagai sejarah berdirinya

desa tersebut (Desa Lasi), dan juga untuk mensyukuri berbagai berkat usaha dari

seluruh keluarga dan masyarakat di Desa Lasi.

Page 22: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

13

Ada beberapa tata acara khusus yang dilakukan ketika menjalankan ritual

onen. Pertama untuk pakaian yang harus digunakan ketika ritual berjalan adalah

pakaian adat, pada laki-laki harus menggunakan selimut dan pilu (pakaian adat

daerah TTS). Sedangkan pada perempuan harus menggunakan sarung dan

selendang. Kedua untuk barang atau alat yang digunakan adalah okomama untuk

sirih pinang dan kapur sirih, oktuke untuk uang, niru untuk makanan, dan serebung

untuk air. Ketiga untuk tata acara ritual dimulai, keluarga yang mengadakan ritual

harus meminta ijin pada anmone atau anak pertama dari pemilik batu yang

dipercaya sebagai penjaga pintu. Cara meminta ijin yaitu tiga orang anak laki-laki

dari keluarga harus memberikan simbol pada penjaga pintu di dua titik faut

makana “fatu lopo” dengan cara memberikan uang yang ditaruh di oktuke. Titik

pertama yaitu di gerbang fatu lopo dan di titik kedua yaitu diatas batufatu lopo.

Kemudian yang terpenting tiga orang anak laki-laki yang bertugas untuk meminta

ijin harus dari turunan pertama, kedua dan ketiga dari leluhur penemu fatu lopo.

Setelah melakukan tiga tata acara khusus tersebut barulah dimulai dengan

percakapan diatas batu dari penjaga pintu berupa natoni atau penuturan untuk

mengungkapkan rasa terimakasih mereka pada keluarga yang mengadakan ritual.

Dalam natoni ada yang bertugas sebagai penutur dan nahaen atau pelengkap.

Kata-kata yang diucapkan ketika natoni adalah sebagai berikut:

Atonis : Lasi mana pinat neon aklahat onhe ma usi kaut matua ma ama kaut

ne ma ena kau (masalah yang mulia hari yang menyala seperti

bertuhankubertuan dan bapak dan ibuku).

Na he‟en : Ma ena kau (dan ibuku)

Atonis : Neo kibit in uis nam palentam ne in usin (untukpenasehat punya raja

perintah punya raja)

Na he‟en : In usin (punya raja)

Page 23: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

14

Atonis : Onta et ouk tem ma ta foi‟ok ne tem (seperti beranjak datang dan

melangkah akan datang)

Na he‟en : Tem (datang)

Atonis : Tako kibit in unam palenta ne in un(dari penasehat punya pohon

perintah punya pohon)

Na he‟en : In un(punya pohon)

Atonis : Tem nako SoEm nat Hu‟em na um o ne one (dari soe datang

untukberdoa)

Na he‟en : Hem onen (hendak berdoa)

Atonis : Onat bol temam mat poi ne tem (seperti muncul datang dan keluar)

Na he‟en : Tem (datang)

Atonis : Neo ho kolo ho manu ho pa‟ ma ne nama (untuk engkau burug

engkau ayam engkau bagian dari alam)

Na he‟en : Nama‟ (bagian)

Atonis : Alat tua kenum uis kenu tua kenum het noinam ma palen ne nani

(adat kepunyaan mereka raja kepunyaan mereka supaya melatih lagi)

Na he‟en : Nani (lagi)

Atonis : Es Kap manulat nanebta lek-lekom nasaun ta nelek-leok (itu alas

punggung kuda lembut merendahkan baik-baik menurunkan baik-

baik)

Na he‟en : Lek- leok (baik-baik)

Atonis : Ona fleu besi na poitna lek lekom nakfili ne lek-leok (seperi tali besi

dikeluarkan baik-baik digantung baik-baik)

Na he‟en : Lek –leok (baik-baik)

Atonis : Neu kfili ma aiti ai poni kponi ne ma aiti (digantung tertinggi atau

tergantung di tempat tertinggi)

Na he‟en : Ma aiti (tertinggi)

Atonis : He namau man top man kibit in uis namin tuan at palenta in uis

namne in tuan (supaya mengijinakan dan diterima bimbing perintah

dari raja)

Na he‟en : In tuan (punya raja)

Atonis : Neo hatas in bal nam paot ne In balan (untuk penantian punya

tempat menanti yang punya tempat)

Na he‟en : In balan (punya tempat)

Page 24: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

15

Atonis : Es haimi uiskit onle iyam mituat ne on I (seperti kami beraja seperti

ini bertuan seperti ini)

Na he‟en : On i (seperti ini)

Atonis : Yo mana pinat neon ne aklahat(hai yang mulia hari yang baik)

Na he‟en : Aklahat (yang menyala)

Tata acara selanjutnya yaitu pengucapan syukur dengan sembelih ternak

yang disiapkan oleh keluarga. Cara khusus dari sembelih ternak yaitu darah dari

ternak tersebut harus ditumpahkan. Kemudian barulah dimulai dengan ibadah

menggunakan tata acara ibadah agama Kristen Protestan yang seperti pada

umumnya yaitu puji-pujian, pembacaan Firman, memberikan persembahan,

doasyafa’at dan doa penutup.

Setelah ibadah maka anak perempuan dari keluarga harus memberikan sirih

dan pinang sebagai tanda bahwa makanan pengucapan syukur sudah dihidangkan.

Kemudian makanan yang dihidangkan harus dimakan dan disisakan tapi tidak

boleh dibawa pulang, karena jika ada yang membawa makanan tersebut akan

menimbulkan kutuk dari leluhur (didiapat dari hasil wawancara dengan tua adat

bapak O.N 74 tahun). Tata acara ritual selanjutnya pembakaran lilin dari anak

cucu, dan tata acara terakhir yaitu tabur bunga di fatu lopo, inilah gambaran dari

tata acara dari ritual onen.

METODE PENELITIAN

i. Jenis Penelitian

Penelitian ini mengunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenalogi

(Sugiyono, 2005). Dimana peneliti melihat fenomena budaya yang ada ditengah

masyarakat dan mendeskripsikan dampak psikologis berupa koflik dalam diri yang

Page 25: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

16

dialami individu saat mengikuti ritual adat onen in fatu makana di Desa Lasi,

Kecamatan Amanuban Tengah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).

ii. Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik pengambilan sampel

secara purposive sampling yang menggunakan pengambilan sampel atau partisipan

dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,2010).

Kriteria Partisipan

- Partisipan penelitian berjumlah 3 orang dewasa yang berusia 51, 54 dan 64

tahun.

- Partisipan penelitian merupakan orang asli atau masyarakat pribumi di

Desa Lasi.

- Partisipan harus individu yang selalu menjalankan praktek agama mayoritas

di Desa Lasi dan taat pada agama.

- Partisipan harus pernah mengikuti ritual adat onen.

- Pertisipan harus beragama Kristen Protestan.

- Berdasarkan wawancara awal partisipan harus mengalami konflik dalam

diri.

iii. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan metode-metode yang dapat membantu

mengumpulkan informasi secara detail yaitu:

Page 26: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

17

a. Metode pengamatan/observasi

Observasi dalam penelitian ini dilakukan ketika berjalanya ritual onen dan

pada saat wawancara. Peneliti mengamati bagaimana perilaku partisipan ketika

mengikuti ritual onen dan perilaku partisipan ketika wawancara.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan lebih dulu menggunakan pendekatan adat yaitu

peneliti lebih dulu datang kerumah partisipan dan meminta kesediaan,

persetujuan waktu dan tempat wawancara. Setelah mendapat persetujuan dan

kesedian dari partisipan barulah wawancara dilaksanakan.

c. Dokumentasi

Dalam penelitian alat yang digunakanadalahkamera dan hanphone untuk

merekam ketika wawancara berlangsung dan merekam beberapa video ketika

ritual berlangsung.

iv. Analisis Data

Aktifitas dalam analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh.

Aktivitas dalam analisa data yaitu data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification(Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2012).

a. Reduction data (reduksi data) yaitu data dipeoleh dirangkum, difokuskan pada

hal penting yang diteliti, dan melihat faktor lain yang diangap penting

(Sugiyono, 2012).

b. Display data (penyajian data) yaitu penyajian data penelitian dengan teks yang

bersifat naratif (Sugiyono, 2012).

Page 27: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

18

c. Conclusion Drawing/verification yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi

yang akan didapatkan dari hasil penelitian berupa deskripsi atau gambaran suatu

obyek sehingga data berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori

(Sugiyono, 2012).

v. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan

triangulasi sumber. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber. Triangulasi sumber pengecekan data yang

telah diperoleh, data yang telah dideskripsiskan dan dikategorisasikan. Setelah data

dikumpulkan maka akan dianalisa oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu

kesimpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah tiga orang masyarakat pribumi Desa

lasi yang berusia 51, 54 dan 64 tahun dengan tingkat pendidikan SMA. Ketiga

partisipan tidak hanya dikenal sebagai tokoh adat tetapi juga mempunyai kedudukan

sebagai penanggungjawab gereja. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada 29

April 2015, diketahui bahwa para partisipan sudah dua hingga tiga kali mengikuti

ritual onen yang dilakukan. Keikutsertaan para partisipan juga karena ada paksaan

yang mana menurut P1 jika tidak mengikuti ritual maka akan menghadapai banyak

tantangan dalam hidupnya dan akan mejadi hambatan untuk mencapai keinginan

dari P1 sendiri. Sedangkan P2 saat mengukuti ritual merupakan dorongan keinginan

dari dalam dirinya, namun ada ketakutan dan kegelisahan yang dialami oleh P2.

Ketakuan yang P2 rasakan terkait pada struktur ritual yang dilakukan berbeda

Page 28: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

19

dengan ritual yang yang dilakukan oleh para leluhur. Sedangkan pada P3 dalam

mengukuti ritual P3 mengalamai konflik yaitu kecemasan, yang mana menurut P3

ritual onen ini bertentangan dengan ajaran agama yang dianut selama ini.

Konflik dalam diri individu sering terjadi karena individu mengalami

pertentangan dalam dirinya, dan pada saat itu individu menjadi sangat tertekan

(Wijono, 2010).Pertentangan tersebut menjadi konflik yang membuat individu

merasa tidak aman.

Tabel 1.1 Karakteristik Partisipan penelitian

Inisial Partisipan Usia (Tahun) Pendidikan Pekerjaan

D. N 51 SMA Petani

Y. N 54 SMA Petani

M. L 64 SMA Petani

PEMBAHASAN

Perilaku yang terlihat saat seseorang dalam keadaan tertekan (konflik dalam

diri) maka akan terlihat dari reaksi individu dan sangat berpengaruh pada interaksi atau

pola komunikasi seseorang yang menunjukan ketidaksenangan, keadaan takut, cepat

marah saat individu tersebut dihadapakan pada keadaan yang tidak menyenangkan

(Wirawan, 2010). Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan

peneliti menemukan bahwa ketika para partisipan mengalami konflik maka berdampak

pada kondisi psikologis, sehingga dapat dilihat dari perilaku para partisipan seperti

tegang, takut, mudah marah dan stres.

Page 29: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

20

Dampak Konflik Dalam Diri Individu Saat Mengikuti Ritual Onen

Winardi (dalam Wijono, 2010) mengatakan saat individu mengalami konflik

yang membuatnya merasa tidak aman, maka ia akan mengalami cemas, emosi yang

negatif serta stres. Dalam penelitian ini ketiga partisipan yang merupakan tokoh adat

harus mengikuti setiap acara adat yang dilangsungkan. Namun dalam mengikuti ritual

adat onen tersebut partisipan mengalami konflik dalam diri yang mana keikutsertaan

mereka dalam ritual tersebut karena keterpaksaan. Dampak dari konflik yang dialami

oleh ketiga partisipan berpengaruh pada kodisi psikologis yang menyebabkan cemas,

gelisah, takut dan adanya perasaan tidak suka.

Kecemasan memiliki reaksi seperti reaksi emosional, reaksi kognitif dan

reaksi fisiologis. Reaksi emosional yang timbul pada ketiga partisipan dapat dilihat

pada P1 dan P3, yang mana dari hasil wawancara P1 dan P3 mengikuti ritual onen

karena keterpaksaan menyebabkan saat mengikuti ritual pada P1 dan P3 merasa tegang.

Berikut ini pernyataan dari partisipan yang menunjukan adanya reaksi emosional:

P1 “Ia, memang saat ritual onen itu dilakukan kita banyak (banyak orang yang

mengikuti ritual) tapi saya sendiri merasa tegang”

P3 “Au kha um tau mas onle nas unu (untuk rasa takut tidak ada tapi tegang

juga)”

Reaksi kognitif terjadi pada ketiga partisipan dari hasil wawancara dan

observasi ditunjukan dari perilaku mereka ketika perasaan yang mereka rasa tidak bisa

diungkapkan, membuat para partisipan semakin tertekan sehingga menunjukkan

perilaku seperti melirik kerah kanan dan kiri mereka secara berulangkali, tidak

menyanyi saat semua orang yang mengikuti ritual melakukan pujian dan beberapa kali

meninggalkan tempat ritual.

Berikut ini pernyataan dari partisipan yang menunjukan adanya reaksi kognitif:

Page 30: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

21

P1 “Memang kita artinya dalam melaksanakan ritual itu memang merasa terganggu

tapi kita tidak bisa ungkapkan”.

P2 “Tentu kita sudah tidak fokus karena kita tidak tau mekanisme dan aturan kita

mau berdoa dia punya cara kermana? Persiapan seperti apa Terus ungkapan doa

itu seperti apa”.

P3 “saya tidak memikirkan apa yang akan terjadi pada anak, cucu atau keluarga yang

lain ang tidak mengikuti ritual ini. siapa yang tau dia harus mengikuti ritual ini

kalau tidak maka itu akan menjadi masalah dalam kehidupan mereka sendiri-

sendiri”.

Sedangkan reaksi fisiologis yang dirasakan oleh ketiga partisipan dari hasil

wawancara diketahui bahwa saat mengikuti ritual onen detak jantung P1, P2 dan P3

berdetak lebih cepat dari biasanya.

Berikut pernyataan dari para partisipan yang menunujukan adanya reaksi fisisologis:

P1 : “ia memang lebih cepat dari pada biasanya”

P2 : “ia tentu karena kita ada rasa takut dan ada konflik jadi tentu detak jantung

berdebar lebih cepat dari pada biasanya karena ada rasa takut jadi detak

beda dari hari biasanya”.

P3 : “berdetak tapi lebih cepat”

Emosi pada ketiga partisipan mempunyai emosi negatif ketika mengikuti

ritual onen tersebut. Dalam emosi ada tiga aspek dari emosi yang dikaji oleh peneliti

yaitu emosi kerja, emosi primer dan emosi sekunder. Dari hasil wawancaradan

observasi peneliti menemukan bahwa pada P1, P2 dan P3 reaksi emosi yang sering

terjadi adalah reaksi emosi primer atau emosi yang berlaku secara umum dan memiliki

dasar biologis seperti rasa marah, sedih, senang terkejut, dan ketidaksukaan akan

sesuatu. Pada P2 terjadi reaksi emosi kerja namun lebih sering yang terjadi adalah

Page 31: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

22

reaksi emosi primer.Sedangkan pada P3 reaksi emosi yang sering terjadi atau muncul

yaitu reaksi emosi primer.

Stres juga dialami oleh P1 dan P2 ketika mengikuti ritual onen, dari hasil

wawancara dan observasi didapati karena rasa ketika sukaan dan karena rasa

ketidaknyamanan ketika mengikuti ritual menyebabkan P1 dan P2 tidak berkomunikasi

tetapi tetap mengikuti ritual hingga akhir. Hal ini didukung dari hasil triangulasi sumber

yang dinyatakan istri dari P1 dan anak dari P2.

Cara Mengatasi Konflik Dalam Diri Ketika Mengikuti Ritual

Saat individu dalam keadaan tertekan maka ia akan menggunakan kebiasaan

untuk menghindari masalah yang ia hadapi (Wijino, 2010). Hal inilah yang dilakukan

oleh P1, P2 dan P3 untuk mengatasi dampak psikologis dalam diri yang dialami oleh

ketiga partisipan. Dari hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa P1

menggunakan cara penguasaan diri yang mana P1 sadar betul apa yang dialami. Jika P1

langsung menghindari ritual tersebut maka akan menimbulkan ketidaknyamanan antara

dirinya dengan masyarakat, oleh karena itu walaupun dalam keadaan ketidaknyamanan

yang dialami P1 tetap mengikuti ritual hingga selesai.

Pada P2 menggunakan penguatan diri yang mana dari penguatan diri maka

individu tetap percaya diri mengatasi stressor yang dialami. Tidak hanya menggunakan

penguatan diri P2 juga menggunakan pengendalaian diri. Ketika mengikuti ritual

walaupun bukan karena keterpaksaan namun P2 mengalami ketidaknyamanan, karena

menurut P2 riual yang dijalankan bertentangan dengan keinginan leluhur sehingga P2

tetap mengikuti ritual dengan cara tetap percaya diri dan lebih mengendalikan emosi

negatif dalam dirinya.

Page 32: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

23

Sedangkan pada P3 walapun kegelisahan, ketakutan dan rasa tidak senang

ketika mengikuti ritual namun P3 tetap mengikuti ritual hingga selesai. P3 berusaha

untuk menyampingkan rasa cemas dan takut yang dihadapi atau dengan kata lain P3

menggunakan cara pengendalian diri dengan cara menunjukan emosi positif ketika

mengikuti ritual agar tidak menimbulkan sesuatu yang aneh ketika ritual berjalan.

KESIMPULAN

Ada aturan yang harus ditaati dalam kehidupan bermasyarakat namun terkadang

aturan tersebut menimbulkan pertentangan, karena adanya perbedaan nilai yang

dimiliki oleh individu dan nilai yang ada dalam masyarakat hal ini disebut konflik

dalam diri. Konflik dalam diri berpengaruh pada kondisi psikologis seseorang sehingga

dapat menyebabkan kecemasan, emosi yang negatif dan stres.

Konflik dalam diri yang diangkat dalam penelitian ini yaitu ketika partisipan

mengikuti ritual onen (doa) di Desa Lasi Kabupaten Timor Tengah Selatan. Ritual onen

adalah ritual pengucapan syukur yang dilakukan di suatu tempat yang bernama fatu

lopo (batu perlindungan). Ritual ini mempunyai tata acara khusus, seperti meminta ijin

memasuki daerah fatu lopo, tabur bunga di makam leluhur, natoni (pantun berbalas-

balsan), pemotongan hewan yang darahnya harus ditumpakan di atas fatu lopo, dan

makanan yang dibawa tidak boleh dibawa pulang.

Akan tetapi ketidaknyamanan yang terjadi harus diatasi agar tidak menimbulkan

konflik yang lebih besar lagi. Dalam penelitian ini ada tiga cara yang digunakan para

partisipan untuk mengatasi konflik dalam diri, dan juga untuk mengurangi dampak

psikologis yang dialami. Pertama mengontrol emosi yang negatif dan berusaha

menunjukkan emosi yang positif. Kedua meningkatkan kekuatan dalam diri seseorang

Page 33: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

24

atau dengan menunjukkan kepercayaan diri. Cara yang terakhir memilih alternatif

untuk menghadapi konflik yang dihadapi yaitu dengan koping.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang dampak psikologis mengikuti ritual adat (onen)

pada individu yang memeluk agama Kristen Protestan di Desa Lasi Kabupaten Timor

Tengah Selatan (TTS) maka ditemukan saran sebagi berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya

- Diharapkan agar mengkaji lebih mendalam mengenai gambaran

konflik dalam diri yang dialami oleh individu ketika mengikuti

suatu ritual adat.

- Lakukan wawancara pada anak atau istri dari partisipan untuk

memastikan partisipan benar-benar mengalami konflik

- Cari partisipan dari agama yang lain atau pada agama yang

melarangadanya ritual yang bertujuan menyembah pada leluhur.

2. Bagi para pembaca hasil penelitian ini mengkaji bagaimana dampak psikologis dan

bagaimana cara yang dilakukan untuk mengatasi dampak psikologis pada individu

yang taat pada agama ketika mengikuti ritual adat.

Page 34: Dampak Psikologis Mengikuti Ritual Adat (Onen) pada Individu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9487/2/T1_802011049_Full... · itu keluarga yang mengadakan acara syukuran

25

DAFTAR PUSTAKA

Chaplin, J, P. (2007). Kamus Lengkap Psikologi, Edisi 1. Jakarta: Raja Grasindo Persada.

Djaelani, A, R. (2013). Teknik Pegumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif. Jurnal Vol

XX. Tidak diterbitkan IKIP Veteran Semarang.

https://www.google.co.id/url.ejournal.ikipveteran.articl.download.

Hendropuspito, D. (2012). Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius.

King, L, A. Psikologi Umum, Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika

Liliweri, A, M, S. (2005). Prasangka dan konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat

Llintas Kultural. Yogyakarta: LKIS.

Leever, A, M. Hulst, M,V, D. Brensjen, A, J. & Boendemake, P. M (ED). (2010). Conflict

and Conflict Management In The Collaboration Between Nurses and Pysicians.

University of Groningen, the Netherlands. Journal of Interprofessional Care.

Moleong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Nabuasa, Y. (2013). Makna Budaya Topa Ma Ta Auba Pada Masyarakat Desa Lasi

Kecamatan Kuanfatu Kabupaten Timor Tengah Selatan. Skripsi. Kupang:

Universitas PGRI NTT.

Ramaiah, S. (2003). Kecemasan, Bagaimana Mengatasi Penyebanya. Jakarta: Pustaka

Populer Obor.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alafabeta.

Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Pickering, P. (Ed). (2000). How To Manage conflict. Jakarta: Esensi.

https://books.google.co.id/books.idHowToManageconflict

Puspitasari, R, T. (2013). Adversity Quotient Dengan Kecemasan Mengerjakan Skirpsi

Pada Mahasiswa. Jurnal Online Psikologi Unieristas Muhamadiya Malang. Vol.

01.2. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jop/article/view/1637/1733

Poewandari, E, K. (2005). Pendekatan Kualtatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia,

Pengantar. Jakarta: Perfecta.

Usfinit, Alexander Un. (2003). Salah Satu Masyarakat di Timor dengan Struktur Adat

Yang Penuh. Yogyakarta: Kanisius.

Wade, C & Tarvis, C. (2008). Psikologi, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Wijono, S. (2010). Psikologi Industri dan Organisasi: Dalam Suatu Bidang Gerak

Psikologi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana.

Wirawan. (2010). Konflik dan Manajemen Konflik. Jakarta: Selemba Humanika.