98
DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS PERKAWINAN DAN ANAK (Studi Analisis Penetapan Nomor 0244/Pdt.P/2012/PA.JS) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh : RIDWANSYAH MAULANA NIM : 109044100046 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1435 H/2014 M

DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

  • Upload
    buithu

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS

PERKAWINAN DAN ANAK (Studi Analisis Penetapan Nomor

0244/Pdt.P/2012/PA.JS)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

RIDWANSYAH MAULANA

NIM : 109044100046

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1435 H/2014 M

Page 2: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

I}AMPAK PENOLAKAI\I ITSBAT NIKAH TERIIADAP STATUS

PERKAWINAN DAI\[ ANAK (Shdi Analisis Penetapan Nomor

4244{PdLPn 10?PAJS)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Eukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarianr Syariah (S.Sy)

Oleh:

Ritlwanryat Mflulane

NrM. r090441fim46

KONSENTRASI PERADILAN AGAMAPROGRAM STUDI HT]I(UM KELUARGA ISLAM

FAKT'LTAS SYARIAII DAN HT]KTIM

TTNrVERSIITAS ISLAM NEGERI

SYARIT'HIDAYATT}LLAN

JAKARTA1434II20r3 M

ii

Bawah l

$NIP. 195E1 n8r994031001

vtf ,-wu,

Page 3: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul "Dampak Penolakan ltsbat Nikah Terhadap Status Perkawinan

dan Anak (Studi Analisis Penetapan Nomor 0244tPdt.Pl20l2tPA.JS)" telah diajukan

dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Hukum Keluarga

Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 3 Januari 2014.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program

Strata Satu (S-l) pada Program Studi Hukum Keluarga Islam.

Jakarta, 3 Januari2}l4

Mengesahka

Dekan,

NIP. 19550505198203 1012

PANITIA UJIAN MT]NAQASYAH

1. Ketua

2. Sekretaris

3. Pembimbing

4. Penguji I

5. Penguji II

Drs. H. A. Basiq Djalil. SH. M.A..

NIP. 19500306197603 100 I

Hj. Rosdiana. M.A.

NIP. I 96906102003 122001

Dr. H. Supriyadi Ahmad. M.A.

NIP. 19581 128199403 1001

Dr. Moh. Ali Wafa. S.Ae. M.Ag-

NIP. 1 9730 4242002121007

Hi. Hotnidah Nasution. M.A..

NIP. I r97 10630t997 032002

lll

Page 4: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

LEMBAR PER}TYATAAI\I

Dengan ini saya menyatakan batrwa:

1. Skripsi ini merupalcan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

mtu persyaratan mempercleh gelar sfata I di Universitas Islam Negeri (trII\$

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universias Islam Negeri Gm\D Syarif

Hidayahrllah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bulcan hasil lcrya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri CIn\$ Syarif Hidayatullatr

Jakarta.

Jakart4 03 Januari 2014

tv

Page 5: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

v

ABSTRAK

Ridwansyah Maulana. NIM : 109044100046. DAMPAK PENOLAKAN

ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS PERKAWINAN DAN ANAK (Studi

Analisis Penetapan Nomor 0244/Pdt.P/2012/PA.JS). Program Studi Hukum

Keluarga, Konsentrasi Peradilan Agama, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1434 H/2013 M. ix + 75 halaman 12

halaman lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan hakim dalam memutus suatu

perkara, khususnya tentang itsbat nikah dan dampak penolakan itsbat nikah terhadap

perkawinan dan anak. Karena masih sedikit sekali pengetahuan masyarakat mengenai

pentingnya melakukan nikah tidak dicatatkan oleh pegawai pencatat nikah dan

tercatat di KUA.

Metode yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan Penelitian

kepustakaan (library research) dari buku fikih dan hukum-hukum positif serta

wawancara dengan hakim yang memutus sebagai pendukung penelitian.

Kesimpulan penelitian ini adalah perkawinan atau pernikahan tidak sah

apabila syarat dan rukun nikahnya tidak terpenuhi. Salah satunya yaitu saksi. Saksi

menjadi peranan penting dalam perkawinan. Karena orang yang menyaksikan

memberitahu tentang apa yang disaksikan dan dilihatnya. Pernikahan sah apabila

disaksikan oleh dua orang saksi, dua orang laki-laki maupun satu orang laki-laki dan

dua orang perempuan.

Adapun dampak penolakan istbat nikah yaitu: dampak yang akan datang dapat

menimbulkan mudharrat oleh pihak yang telah mengajukan itsbat nikah di

Pengadilan, antara lain: 1. Tidak ada kepastian hukum 2. Tidak bisa dilindungi dari

adanya upaya-upaya negatif dari pihak-pihak yang bertanggung jawab

3. Menimbulkan mudharrat terhadap isteri dan /atau anak yang dilahirkan terkait

dengan hak-hak mereka seperti nafkah dan hak waris apabila ada perselisihan di

kemudian hari 4. Akibatnya dirasakan pada hak-hak sipil keperdataan anak yang lahir

dari pasangan suami isteri.

Kata kunci : Penolakan Itsbat Nikah, Perkawinan, dan Anak.

Pembimbing : Dr. H. Supriyadi Ahmad, M.A.

Daftar pustaka : 1995-2013

Page 6: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

vi

KATA PENGANTAR

al-Hamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu

wa ta’ala yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan kepada penulis, sehingga

berkat pertolongan-Nya dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis

haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabat dan umat-Nya.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada ayahanda Melih H.M. dan Ibunda

Karnamah yang tidak pernah berhenti memberikan motivasi, bimbingan, kasih sayang

dan doa. Semoga Allah subhanahu wa ta'ala melimpahkan rahmat dan kasih sayang

kepada mereka.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam meraih gelar Sarjana

Syari’ah (S.Sy) pada Konsentrasi Peradilan Agama, Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini,

penulis tidak akan dapat menyelesaikanya jika tanpa dukungan, bantuan dan saran

dari berbagai pihak, terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis

sampaikan dengan tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai

motivator penulis selama ini.

Page 7: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

vii

2. Bapak Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA., Ketua Program Studi Hukum

Keluarga dan Ibu Hj. Rosdiana, MA., Sekretaris Program Studi Hukum

Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Supriyadi Ahmad, M.A., Dosen pembimbing skripsi yang

tidak pernah lelah membimbing, mengarahkan dan memotivasi dalam

penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Sri Hidayati, M.Ag sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang

mengarahkan penulis sejak awal masuk perkuliahan.

5. Ibu yanti, terima kasih atas bantuan administrasi pengurusan skripsi dari

awal hingga akhir.

6. Dosen-dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah membimbing penulis dari awal masuk hingga bisa

menyelesaikan skripsi ini dan Staf-staf/Karyawan yang membantu proses

administrasi penulis.

7. Seluruh staff Pengadilan Agama Jakarta Selatan, khususnya Bapak

Fahrurozi, S.H. Panitera Muda Hukum dan Ibu Dra. Hj. Athiroh Muchtar,

S.H., M.H.

8. Pegawai Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memberikan kemudahan

dalam mengumpulkan referensi kepada penulis.

9. Kakanda Agus Rahmadi selalu memberikan motivasi dan dukungan dalam

berbagai hal sehingga penulis bersemangat. Dan sepupu Arben tak lupa.

Page 8: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

viii

10. Seluruh keluarga Besar Alumni Pondok Pesantren Mumtaz Ibadurrahman

yang selalu memberikan support dan motivasi yang penulis tidak sebutkan

namanya satu persatu.

11. Yuni Herliawati Lubis, terima kasih atas support dan doanya.

12. Keluarga Besar Alm Bapak. H. Mahmud dan Keluarga Besar Bapak

Batong Bo’o selalu memberikan dorongan semangat yang tak terhingga,

dari materi maupun doa.

13. Teman-teman Keluarga Besar Peradilan Agama angkatan 2009 kelas A

dan B yang menjadi teman seperjuangan. Khusus kepada Mufti,

Syaefudin, Helmi, Rouf, Ihsan, Mamduh, Iyas, Fauzan, Yusuf, Kosim,

Eni, Fajar, Jefri, Rudini, Fahmi, Fikri, Awal, Reza, Najwa, Dewi, Farhan,

Icha, Lia, Marjuki dan Sarah. Terima kasih atas pinjaman buku dan

motivasinya. Kenangan indah yang tidak akan terlupakan bersama kalian

selamanya.

Tidak ada yang dapat penulis berikan atas balas jasa dan dukungannya, hanya

doa semoga Allah SWT. memberikan ganjaran yang berlipat ganda kepada semua

pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Ciputat, 03 Januari 2014

Ridwansyah Maulana

Page 9: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 6

D. Review Studi Terdahulu ............................................................................ 8

E. Metodologi Penelitian ................................................................. 10

F. Sistematika Penulisan ................................................................. 13

BAB II PERKAWINAN MENURUT FIKIH DAN HUKUM POSITIF

A. Perkawinan Menurut Fiqih ..................................................................... 15

B. Perkawinan Menurut Hukum Positif ………...……………………… 17

Page 10: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

x

C. Syarat dan Rukun Nikah Menurut Fikih dan Hukum Positif ..... 22

D. Saksi Dalam Perkawinan ............................................................ 38

BAB III PERNIKAHAN SIRRI (DI BAWAH TANGAN) DAN ITSBAT

NIKAH

A. Nikah Sirri ……….…………………………...................................... 48

B. Itsbat Nikah dan Landasan Hukumnya ....................................... 52

C. Fatwa MUI Tentang Nikah di Bawah Tangan ............................ 59

BAB IV ANALISIS PENETAPAN Nomor 0244/Pdt.P/2012/PA.JS

A. Deskripsi Putusan Perkara ........................................................... 63

B. Kebijakan Hakim Dalam Memutus Perkara ................................ 65

C. Analisis Penulis ……………………………..……………………………………68

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………….…………..…..…….. 71

B. Saran ………………………………...……………………………………… 72

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 74

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................... 77

Page 11: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan menurut Hukum Islam sebagaimana ditegaskan dalam KHI

(Kompilasi Hukum Islam) sama artinya dengan pernikahan, yaitu akad yang

sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah SWT dan

melaksanakannya sebagai ibadah.1

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 1 ayat

(1) dinyatakan bahwa: “Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga

yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.2

Dalam pasal 2 ayat 1 ini, kita tahu bahwa sebuah perkawinan adalah sah

apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya

itu. Ini berarti bahwa jika suatu perkawinan telah memenuhi syarat dan rukun

nikah atau ijab kabul telah dilaksanakan (bagi umat Islam) maka perkawinan

tersebut adalah sah terutama di mata agama dan kepercayaan masyarakat. Tetapi

sahnya perkawinan ini di mata agama dan kepercayaan masyarakat perlu disahkan

lagi oleh negara, yang dalam hal ini ketentuannya terdapat pada Pasal 2 ayat 2

1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum

Islam, Bandung: Citra Umbara, 2007. h. 282.

2 Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Pasal 1.

Page 12: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

2

Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang di

dalamnya terdapat tentang pencatatan perkawinan.3

Untuk mencapai ikatan lahir batin yang kuat seperti yang dimaksud di

atas, Undang-Undang Perkawinan pasal 2 ayat (2) telah menentukan keharusan

adanya pencatatan pada tiap-tiap perkawinan, pencatatan perkawinan bertujuan

untuk menjamin ketertiban dan kepastian hukum. Pasal tersebut berbunyi: “Tiap-

tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.4

Pencatatan perkawinan merupakan suatu upaya yang diatur melalui

perundang-undangan, untuk melindungi martabat dan kesucian perkawinan, dan

lebih khusus lagi perempuan dalam kehidupan rumah tangga. Melalui pencatatan

perkawinan yang dibuktikan dengan akta nikah, yang masing-masing suami dan

istri, atau salah satunya tidak bertanggung jawab, maka yang lain dapat

melakukan upaya hukum guna mempertahankan atau memperoleh hak masing-

masing. Karena dengan akta tersebut, suami dan istri memiliki bukti otentik atas

perbuatan hukum yang telah mereka lakukan.5

Persoalan muncul ketika perkawinan yang dilakukan oleh mereka tidak

dicatatkan sehingga tidak medapatkan akta nikah. Di dalam Undang-Undang No.

1 Tahun 1974 Pasal 2 ayat (2) sudah ditegaskan bahwa, “Tiap-tiap perkawinan

3 “Analisis Yuridis Status Hukum Istri yang menikah di Bawah Tangan

Berdasarkan Ketentuan Yang Berlaku Tentang Perkawinan”, artikel ini diakses pada 23

Maret 2013 dari https://intanghina.wordpress.com/2008/05/27/analisis-yuridis-status-hukum-

istri-yang-menikah-di-bawah-tangan-berdasarkan-ketentuan-yang-berlaku-tentang-perkawinan.

4 Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Pasal: 2.

5 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995)

Cet Ke-1, h. 108.

Page 13: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

3

dicatat menurut peeraturan perundang-undangan yang berlaku”.6 Ayat 2 Pasal (2)

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 di atas dipertegas lagi dalam Kompilasi

Hukum Pasal 5 ayat (1), “Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat

Islam setiap perkawinan harus dicatat”. Yang mana teknik pelaksanaannya

dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 6 yaitu, (1) Untuk memenuhi

ketentuan dalam pasal 5, setiap perkawinan harus dilangsungkan di hadapan dan

di bawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah (2) Perkawinan yang dilakukan

diluar pengawasan pegawai pencatat nikah tidak mempunyai kekuatan hukum.7

Bagaimanapun juga pencatatan perkawinan itu sangat besar maslahahnya

bagi umat manusia, lebih-lebih di era globalisasi sperti sekarang ini. Adapun

oknum-oknum yang tidak mencatat perkawinannya karena mungkin perkawinan

yang dilakukan bermasalah, misalnya melaksanakan nikah mut’ah, kawin sirri,

atau melakukan poligami liar dan sebagainya, pasangan tersebut tidak mempunyai

akta perkawinan yang sah, untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

perkawinan yang sudah dilakukan yang lebih dikenal dengan istilah itsbat nikah.8

Melalui pencatatan perkawinan yang dibuktikan dengan akta nikah, yang

masing-masing suami istri mempunyai salinannya. Namun dalam prakteknya, tak

dapat dipungkiri bahwa sampai sekarang masih sering terjadi perkawinan yang

6 Depatemen Agama, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, Serta Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta:

2004), h. 14.

7 Ibid, h. 129.

8 Yayan Sofyan, “Itsbat Nikah Bagi Perkawinan Yang Tidak Dicatat Setelah

Diberlakukan UU. No. 1 Tahun 1974 Di Pengadilan Agama Jakarta Selatan”, Ahkam IV,

no. 8 (2002): h. 70.

Page 14: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

4

dilakukan secara “Ilegal” yang sering juga disebut dengan nikah sirri “perkawinan

di bawah tangan” karena tidak di catat secara resmi oleh pegawai pencatat nikah.9

Itsbat nikah adalah penetapan nikah yang tidak terdaftar di Pengadilan

Agama setempat. Apabila suatu kehidupan suami istri berlangsung tanpa akta

nikah karena adanya suatu sebab, Kompilasi Hukum Islam membuka kesempatan

kepada mereka untuk mengajukan permohonan itsbath nikah (penetapan nikah)

kepada Pengadilan Agama sehingga yang bersangkutan mempunyai kekuatan

hukum dalam ikatan perkawinannya. Pasal 7 ayat (2) mengungkapkan sebagai

berikut:

Ayat (2). Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akta nikah, dapat

diajukan itsbat nikahnya ke Pengadilan Agama.

Melihat penjelasan di atas, kita memahami bahwa Pengadilan Agama

mempunyai sebuah wewenang dalam menangani “itsbat nikah” pernikahan di

bawah tangan. Masalah yang muncul kemudian adalah bagaimana dan kenapa

itsbat nikah yang di tolak oleh Pengadilan Agama yang disebabkan saksinya 1

(satu) orang laki-laki dan selebihnya perempuan, dan hakim meragui akan lafadz

ijab kabul yang telah dilaksanakan akadnya itu oleh amil. Terkait dengan hal

tersebut, bagaimana kedudukan beberapa anak kandung yang disebabkan

ditolaknya itsbat nikah tersebut.

Kendati belum ditopang oleh penelitian resmi, fakta dilapangan banyaknya

pasangan suami istri yang baru menyadari akan pentingnya pencatatan

9 Yayan Sofyan, “Itsbat Nikah Bagi Perkawinan, h. 69.

Page 15: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

5

perkawinan ketika dihadapkan oleh problematika hukum misalnya, ketika terjadi

perceraian, pihak perempuan tidak dapat menuntut pembagian harta bersama, hak

waris, perwalian anak, akta kelahiran anak, dan lain sebagainya. Dengan demikian

eksistensi itsbat nikah sangat perlu pada setiap warga negara yang tidak

didaftarkan dan dicatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA) setempat karena

ketidaksadaran masyarakat akan hal itu.

Dengan demikian dengan dampak negatif dari maraknya pernikahan di

bawah tangan, terutama pihak pasangan suami istri dan anaknya, termasuk di

antaranya tentang penolakan permohonan itsbat nikah yang diajukan ke

Pengadilan Agama, maka penulis tertarik untuk mengangkat dalam sebuah

penelitian dengan judul “DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH

TERHADAP STATUS PERKAWINAN DAN ANAK (Study Analisis

Penetapan Nomor 0244/Pdt.P/2012/PA.JS)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan ini, penulis mengemukakan masalah pernikahan di

bawah tangan (tidak tercatat) dan praktek pelaksanaan itsbat nikah seperti diatur

dalam peraturan perundang-undangan menurut konteks hukum Islam dan hukum

positif. Mengingat luasnya pembahasan mengenai hal itu, maka penulis

membatasi pembahasan pada praktek itsbat nikah dari pernikahan di bawah

tangan dengan menganalisa putusan dan kebijakan hakim dalam memutus perkara

yang ditetapkan oleh Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor

Page 16: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

6

0244/Pdt.P/2012/PA.JS tentang penetapan itsbat nikah yang tidak dapat diterima

oleh Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

2. Perumusan Masalah

Dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 7 ayat (2) dan (3) yang menjelaskan

kesempatan peluang bagi pelaku nikah di bawah tangan untuk mengisbathkan

nikahnya di Pengadilan Agama untuk dicatatkan dan mendapatkan akta nikah.

Sedangkan Pengadilan tidak dapat menerima itsbat nikah pelaku.

Agar lebih terperinci perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana alasan Hakim tidak menerima Itsbat Nikah Yang Diajukan

Dengan perkara Nomor 0244/Pdt.P/2012/PA.JS?

b. Bagaimana status Perkawinan dan Anak setelah dan sebelum

dilaksanakannya itsbat nikah dan tidak diterimanya itsbat tersebut oleh

Pengadilan Agama Jakarta Selatan?

c. Bagaimana Kedudukan Saksi Dalam Perkawinan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

a. Pertimbangan apa saja yang diambil oleh hakim Pengadilan Agama

Jakarta Selatan dalam memberikan putusan atas penolakan itsbat nikah,

khususnya dalam masalah tersebut.

b. Untuk mengetahui status Perkawinan dan Anak setelah dan sebelum

dilaksanakannya itsbat nikah dan ditolaknya itsbat tersebut oleh

Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

Page 17: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

7

c. Untuk mengetahui kedudukan saksi dalam perkawinan dalam amar

putusan hakim.

2. Manfaat Penelitian

Untuk memberikan hasil penelitian yang bergunam serta diharapkan

mampu menjadi dasar secara keseluruhan untuk dijadikan pedoman bagi

pelaksanaan secara teoritis maupun praktis, maka penelitian ini sekiranya

dapat bermanfaat diantaranya :

a. Untuk memberikan wawasan dan pemahaman kepada masyarakat luas

mengenai perkawinan yang tidak dicatatkan oleh PPN (Pegawai Pencatat

Nikah) dan kaitannya dalam konsep itsbat nikah dalam perkawinan.

b. Dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap kemajuan

perkembangan ilmu yang menyangkut pemahaman urgensi pernikahan

yang tidak dicatatkan bagi calon pengantin.

c. Untuk memberikan kontribusi yang positif terhadap pembaca dan para

mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum sebagai bagian dari peningkatan

kualitas intelektual atau pengetahuan (sains).

d. Untuk memberikan masukan tambahan serta menambah cakrawala

wawasan bagi mahasiswa atau kaum akademisi yang akan bergerak

sebagai praktisi hukum kelak.

e. Untuk menjadi bahan pertimbangan bagi siapa saja khususnya pembaca

yang berkepentingan dengan penanganan pernikahan sirri.

f. Untuk dijadikan pedoman atau referensi dalam hal-hal yang berhubungan

dengan prosedur Itsbat Nikah dari pernikahan sirri.

Page 18: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

8

D. Review Studi Terdahulu

Pembahasan dalam penelitian ini penulis melakukan tela’ah studi terdahulu

pada hasil penelitian yang pembahasannya menyerupai dengan pembahasan yang

akan di angkat oleh penulis yaitu:

No. IDENTITAS JUDUL PEMBEDA

1. Indro

Wibowo/20704410042

5/Peradilan

Agama/Syariah dan

Hukum/2011 M

Itsbat Nikah Dalam

Perkawinan (Analisis

Yuridis Penetapan

Nomor :

083/Pdt.P/2010/PA. JS

Indro Wibowo hanya

membahas kebijakan hakim

memberikan penetapan itsbat

nikah dan alasan yang

menyebabkan itsbat nikah yang

dilakukan oleh M. Nasir bin

Marmin dan Dahliana binti

Matsanih mengajukan itsbat

nikah, dan pertimbangan

hakim. Sedangkan Penulis

membahas dan mengkaji

putusan (penetapan) itsbat

nikah yang ditolak dengan

alasan kesaksian dan shigot

lafaz kurang memenuhi syarat.

Perkawinan yang

dilangsungkan sebelum lahir

UU. No. 1 Tahun 1974.

2. Rifqy

Yatunnisa/106043101

316/Perbandingan

Madzhab

Fiqih/Syariah dan

Praktek Itsbat Nikah

Pernikahan Sirri

(Analisis Putusan

Hakim Peradilan

Agama Jakarta Selatan

Rifqi Yatunnisa hanya

membahas menganalisis

perbandingan putusan perkara

setelah tahun 1974, dan

menganalisis akan kurang

Page 19: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

9

Hukum/2010 M Nomor

10/Pdt.P/2007/PA.JS

dengan Nomor

040/Pdt.P/2008/PA.JS)

tepatnya pertimbangan hakim

dalam menerima itsbat nikah

setelah tahun 1974. Sedangkan

Penulis membahas dan

mengkaji putusan (penetapan)

itsbat nikah yang ditolak

dengan alasan kesaksian dan

shigot lafaz kurang memenuhi

syarat. Perkawinan yang

dilangsungkan sebelum lahir

UU. No. 1 Tahun 1974.

3. Ria

Amaliyah/1050442014

63/Administrasi

Keperdataan

Islam/Syariah dan

Hukuam/2009 M

Dampak Penolakan

Itsbat Nikah Terhadap

Hak Perempuan

Ria Amaliyah hanya

membahas tentang studi

analisis perkara Nomor

46/Pdt.P/2008/PA.Tgrs yakni

pemohon perempuan di

poligami ingin di itsbatkan

pernikahannya ke Pengadilan

Agama Tigaraksa akan tetapi

di tolak. Sedangkan Penulis

membahas dan mengkaji

putusan (penetapan) itsbat

nikah yang ditolak dengan

alasan kesaksian dan shigot

lafaz kurang memenuhi syarat.

Perkawinan yang

dilangsungkan sebelum lahir

UU. No. 1 Tahun 1974.

Page 20: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

10

E. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan untuk

membuat karya ilmiah yang baik dan bermanfaat, Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini, adalah

Penelitian Kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan

mengkaji, menganalisa serta merumuskan buku-buku, literatur dan yang lainnya

yang ada relevansinya dengan judul skripsi ini.

Sedangkan pendekatan yang dilakukan dalam penyusunan skripsi ini antara

lain:

a. Pendekatan normatif, yaitu analisis data didekati dari norma-norma

hukum, maksudnya mengalisa dalil dan metode penetapan hukum yang

digunakan dalam al-Quran, hadits Nabi dan Fiqih.

b. Pendekatan kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis.

2. Data Penelitian

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Page 21: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

11

Penelitian kepustakaan merupakan metode penelitian yang dimaksudkan

untuk mendapatkan dasar teori dalam memecahkan suatu masalah yang timbul

dengan menggunakan bahan-bahan :

1) Bahan Primer

Merupakan bahan utama yang dijadikan pedoman dalam penelitian yang

terdiri dari :

a) Kitab-kitab Fiqih

b) Buku-buku Fiqih

c) Buku kaidah Fiqih

d) Kitab KHI

e) Peraturan Perundang-Undangan

2) Bahan Sekunder

Bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenai kajian terkait, yang

terdiri dari :

a) Buku-buku

b) Artikel Ilmiah

c) Arsip-arsip terkait yang mendukung

d) Publikasi dari Lembaga terkait.

Page 22: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

12

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan :

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan, yaitu pengumpulam data dengan mencari konsepsi-

konsepsi, teori-teori, pendapat atau penemuan yang berhubungan erat dengan

pokok permasalahan. Kepustakaan berupa Kitab atau buku Fiqih, Karya ilmiah

para sarjana, laporan lemabaga dan sumber-sumber lainnya.

b. Wawancara (Intervew)

wawancara atau interview merupakan tanya jawab secara lisan dimana dua

orang atau lebih berhadapan secara langsung. Dalam proses interview ada dua

pihak yang menempati kedudukan yang berbeda. satu pihak berfungsi sebagai

pencari informasi atau interviewer sedangkan pihak lain berfungsi sebagai

pemberi informasi atau informan (Responden).10

Wawancara dilakukan penulis dengan salah satu Penetapan Pengadilan

Agama Jakarta Selatan/ Nomor 0244/Pdt.P/2012/PA.JS kepada hakim.

4. Metode Analisis

Metode yang digunakan dalam menganalisa data adalah dengan

menggunakan metode analisis kualitatif. Analisis kualitatif adalah suatu cara

penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis. Dari semua data yang

10

Soemitro Romy H, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta:Ghalia Indonesia,

1990), h. 71.

Page 23: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

13

terkumpul yang selanjutnya akan diolah untuk menjawab dari rumusan masalah

yang ada.

5. Teknik Penulisan

Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis berpedoman pada

prinsip-prinsip yang telah diatur dan dibukukan dalam buku pedoman penulisan

skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2012.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian agar menjadi lebih terarah, penulis melakukan sistematika

punulisan ke dalam lima bab, masing-masing terdiri dari sub-bab menganai

penelitian terkait. Sistematika yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :

Untuk Sistematika dalam penulisan ini, penulis membagi pembahasan menjadi

empat bab, dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bagian.

Adapun sistematika ini diuraikan sebagai berikut:

BAB I adalah Pendahuluan, dalam bab ini yang memuat tentang latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, review studi terdahulu, metodologi penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II membahas tentang Tinjauan Umum Tentang Perkawinan menurut

Hukum Islam dan Hukum Positif, dalam bab ini membahas Pernikahan Menurut

Page 24: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

14

Hukum Islam dan Hukum Positif, Syarat dan Rukun Nikah Dalam Fikih dan

Hukum Positif, Saksi dalam Perkawinan.

BAB III membahasa tentang Teori Umum Pernikahan Sirri, Itsbat Nikah,

dalam bab ini membahas Pengertian pernikahan sirri dan itsbat nikah yang

meliputi pasal-pasal terkait dan landasan hukumnya.

BAB IV membahas Deskripsi Putusan Perkara, Nomor

0244/Pdt.P/2012/PA.JS, kebijakan hakim dalam memutus perkara, Analisis

Penulis.

BAB V adalah Penutup, dalam bab ini merupakan penutup kajian ini, dalam

bab ini penulis akan menyimpulkan berkaitan dengan pembahasan yang penulis

lakukan sekaligus menjawab rumusan masalah yang penulis gunakan dalam bab.

Uraian terakhir adalah saran yang dapat dilakukan untuk kegiatan lebih lanjut

berkaitan dengan apa yang telah penulis kaji.

Page 25: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

15

BAB II

PERKAWINAN MENURUT FIKIH DAN HUKUM POSITIF

A. Perkawinan Menurut Fikih

1. Pengertian Perkawinan

Nikah, menurut bahasa: al-jam‟u dan al-dhamu yang artinya kumpul.

Makna nikah (Zawaj) bisa diartikan dengan aqdu al-tazwij yang artinya akad

nikah. Juga bisa diartikan (wath‟u al-zaujah) bermakna menyetubuhi istri.

Definisi yang hampir sama dengan di atas juga dikemukakan oleh Rahmat Hakim,

bahwa kata nikah berasal dari bahasa Arab “nikahun” yang merupakan masdar

atau asal kata dari kata kerja (fi‟il madhi) “nakaha”, sinonimnya “tazawwaja”

kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai perkawinan. Kata nikah

sering juga dipergunakan sebab telah masuk dalam bahasa Indonesia.1

Beberapa penulis juga terkadang menyebut pernikahan dengan kata

perkawinan. Dalam bahasa Indonesia, “perkawinan” berasal dari kata “kawin”,

yang menurut bahasa, artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis;

melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh”2 Istilah “kawin” digunakan secara

umum, untuk tumbuhan, hewan, dan manusia, dan menunjukkan proses generatif

secara alami. Berbeda dengan itu, nikah hanya digunakan pada manusia karena

mengandung keabsahan secara hukum nasional, adat istiadat, dan terutama

1H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani. Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap.

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 7.

2Anonimous, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1994), h. 456.

Page 26: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

16

menurut agama. Makna nikah adalah akad atau ikatan, karena dalam suatu proses

pernikahan terdapat ijab (pernyataan penyerahan dari pihak perempuan) dan

Kabul (pernyataan penerimaan dari pihak lelaki). Selain itu, nikah bisa juga

diartikan sebagai bersetubuh.3

Adapun menurut syarak: nikah adalah akad serah terima antara laki-laki

dan perempuan dengan tujuan untuk saling memuaskan satu sama lainnya dan

untuk membentuk sebuah bahtera rumah tangga yang sakinah serta masyarakat

yang sejahtera. Para ahli fikih berkata, zawwaj atau nikah adalah akad yang secara

keseluruhan di dalamnya mengandung kata; inkah atau tazwij. Hal ini sesuai

dengan ungkapan yang ditulis oleh Zakiyah Darajat dan kawan-kawan yang

memberikan definisi perkawinan sebagai berikut:

ج انى كاح بهفظ طئ إباحتخضمه عمذ انخض أ ىا ماأ مع

“Akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan kelamin

dengan lafaz nikah atau tazwij atau yang semakna keduanya”.

Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Bab I Pasal 1 disebutkan

bahwa: “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan

demikian, pernikahan adalah suatu akad yang secara keseluruhan aspeknya

3H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani. Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap.

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 7.

Page 27: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

17

dikandung dalam kata nikah atau tazwij dan merupakan ucapan seremonial yang

sakral.4

B. Perkawinan Menurut Hukum Positif

1. Arti perkawinan

Menurut Paul Scholten, Perkawinan adalah suatu hubungan hukum antara

seorang pria dan seorang wanita untuk hidup bersama dengan kekal yang diakui

oleh negara.

Terdapat perbedaan konsepsi perkawinan antara BW dan UU Perkawinan.

BW mennganut konsepsi perkawinan perdata, artinya menurut BW suatu

perkawinan itu adalah sah bila telah dilangsungkan berdasarkan ketentuan

undang-undang dan telah memenuhi syarat-syarat yang digariskan oleh undang-

undang. Hal sedemikian sesuai dengan perumusan pasal 26 BW yang berbunyi

“Undang-undang memandang soal perkawinan hanya dalam hubungan-hubungan

perdata”.5

Sedangkan konsepsi perkawinan menurut UU Pekawinan pada pokoknya

adalah:

(1) Ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai

suami isteri

4 Ibid., h. 8.

5 Kama Rusdiana dan Jaenal Arifin. Perbandingan Hukum Perdata. (Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2007), h. 4.

Page 28: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

18

(2) Dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Syarat Perkawinan Menurut Hukum Perdata

Syarat Perkawinan ialah segala hal mengenai perkawinan yang harus

dipenuhi berdasarkan peraturan perundang-undangan sebelum pernikahan

dilangsungkan.

Persyaratan Perkawinan menurut BW dibedakan menjadi dua yaitu: (a)

syarat internal dan (b) syarat eksternal.6

a. Syarat Internal

Syarat intern merupakan syarat terhadap para pihak terutama mengenai

kehendak, wewenang dan persetujuan orang lain yang diperlukan oleh para

pihak untuk mengadakan perkawinan.

Syarat intern ini dapat dibedakan lagi menjadi syarat internal mutlak dan

syarat internal relative yaitu:

1) Syarat Internal Mutlak

Syarat internal mutlak berisikan syarat-syarat yang harus dipenuhi para

pihak untuk dapat melangsungkan perkawinan. Bila syarat-syarat ini tidak

terpenuhi maka perkawinan tidak dapat dilakukan7. Syarat internal mutlak terdiri

dari:

a) Asas monogami mutlak (Pasal 27 BW);

6 Ibid., h. 7.

7 Ibid., h. 7.

Page 29: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

19

b) Persetujuan kedua belah pihak (Pasal 28 BW);

c) Mencapai batas umur tertentu, untuk laki-laki berumur 18 tahun sedang

wanita berumur 15 tahun (Pasal 29 BW);

d) Lewat masa tunggu bagi wanita yang ingin menikah lagi, yaitu 300 hari

(Pasal 34 BW);

e) Memperoleh izin kawin (Pasal 35 BW).

2) Syarat Internal Relatif

Syarat ini berarti bahwa dalam suatu keadaan tertentu mereka dapat

melangsungkan perkawinan. Syarat internal relatif ini berisikan larangan-larangan

perkawinan,8 yaitu:

a) Larangan perkawinan karena adanya hubungan kekeluargaan, karena

hubungan darah dan hubungan perkawinan (Pasal 30 BW);

b) Larangan perkawinan karena salah satu pihak dijatuhi hukuman oleh hakin

karena terbukti melakukan zina (Pasal 32 BW);

c) Larangan perkawinan karena adanya perkawinan terdahulu (Pasal 33 BW).

b. Syarat Eksternal

Syarat eksternal adalah syarat-syarat dan formalitas yang harus

dipenuhi oleh para pihak baik sebelum maupun pada waktu mereka

melangsungkan perkawinan, misalnya pendaftaran ke kantor Catatan Sipil (KCS).

Persyaratan perkawinan menurut UU Perkawinan terdiri dari syarat

materiil dan syarat formiil. Syarat materiil adalah syarat-syarat yang ada dan

melekat pada diri pihak-pihak yang melangsungkan perkawinan, disebut juga

8 Ibid., h. 7-8.

Page 30: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

20

sebagai “syarat subyektif”. Syarat formiil ialah tata cara atau prosedur

melangsungkan perkawinan menurut agama dan undang-undang, disebut juga

sebagai “syarat obyektif”, adapun syarat materiil dan formiil yaitu:9

a. Syarat Materiil

UU Perkawinan dan peraturan pelaksanaannya telah menentukan syarat-

syarat perkawinan sebagai berikut10

:

1) Asas monogami relatif11

(Pasal 3 Ayat (1) UU Perkawinan);

2) Persetujuan bebas kedua belah pihak (Pasal 6 UU Perkawinan);

3) Mencapai batas umur, untuk laki-laki 19 tahun dan gadis 16 tahun (Pasal 7

ayat (1) UU Perkawinan);

4) Lewat masa iddah (Pasal 11 ayat (1) UU Perkawinan);

Masa iddah ini diatur perincian pada pasal 39 PP No. 9 Tahun 1975, yaitu:

a) 130 hari, apabila perkawinan putus karena kematian;

b) 90 hari atau 3 X Quru‟, apabila perkawinan putus karena perceraian;

c) Sampai bayi dilahirkan, apabila perkawinan putus karena perceraian dan

isteri dalam keadaan hamil.

Masa iddah ini dihitung berdasarkan sejak jatuhnya putusan perkawinan

yang telah in kracht van gewijsde untuk perkawinan yang putus karena

9Kama Rusdiana dan Jaenal Arifin. Perbandingan Hukum Perdata. Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2007.

10 Ibid., h. 8.

11 Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, Himpunan Peraturan

Perundang-undangan dalam Lingkungan Peradilan Agama, (Jakarta, al-Hikmah, 2001), h. 132

Page 31: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

21

perceraian. Untuk yang putus karena kematian, dihitung sejak tanggal

kematian.12

d) Tidak terhalang oleh larangan perkawinan.

Pasal 8 UU Perkawinan mengatur tentang larangan perkawinan bagi dua yang:

1) Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah ataupun ke atas;

2) Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara

saudara, antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang

dengan saudara neneknya;

3) Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri menantu dan ibu/bapak tiri;

4) Berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara susuan

dan bibi/paman susuan;

5) Berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenakan dari

isteri, dalam hal seorang suami beristeri lebih dari seorang;

6) Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang

berlaku, dilarang kawin.

b. Syarat Formiil

Syarat formiil sama halnya dengan syarat eksternal perkawinan menurut

BW, yaitu syarat-syarat dan formalitas yang harus dipenuhi oleh para pihak baik

sebelum maupun pada waktu mereka melangsungkan perkawinan.13

12

Ibid., h. 9.

13 Kama Rusdiana dan Jaenal Arifin. Perbandingan Hukum Perdata. (Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2007), h. 9.

Page 32: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

22

Pasal 3 dan 4 PP No. 9 Tahun 1975 mengatur bahwa setiap orang yang

akan melangsungkan perkawinan memberitahukan kehendaknya itu kepada

pegawai pencatat di tempat perkawinan akan dilangsungkan, sekurang-kurangnya

10 hari kerja sebelum perkawinan dilangsungkan (Pasal 3). Pemberitahuan ini

dilakukan secara tertulis atau lisan oleh calon mempelai, atau oleh orang tua, atau

wakilnya (Pasal 4).14

Bagi yang beragama Islam pencatatan dilakukan di Kantor Urusan Agama

(KUA) dan bagi yang beragama non Islam pencatatan dilakukan di Kantor

Catatan Sipil (KCS).

C. Syarat dan Rukun Nikah

1. Menurut Fikih

Di dalam memahami jumlah rukun nikah, ada perbedaan pendapat di

antara para ulama.

Menurut jumhur ulama, rukun nikah itu ada empat, yaitu (1) sighah (ijab

dan qabul), (2) calon isteri, (3) calon suami dan (4) wali. Ini berbeda dengan

Hanafiyah, yang mengatakan bahwa rukun nikah itu hanya ada dua yaitu ijab dan

qabul, tidak ada yang lain.15

Namun al-Jaziri mengatakan bahwa, sebenarnya menurut Malikiyah rukun

nikah itu ada lima yaitu (1) wali, (2) mahar (harus ada tetapi tidak harus

14

Ibid., h. 9.

15Asrorun Ni‟am Sholeh. Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga. (Jakarta:

eLSAS, 2008), h. 13.

Page 33: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

23

disebutkan pada saat akad), (3) suami, (4) isteri (suami dan isteri ini disyaratkan

bebas dari halangan menikah seperti masih dalam masa iddah atau sedang ihram)

dan (5) sighah.16

Sedangkan Syafi‟iyah juga mengatakan rukun nikah ada lima namun

sedikit berbeda dengan Malikiyah, yaitu (1) suami, (2) isteri, (3) wali, (4) dua

saksi dan (5) sighah.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ulama sepakat

mengatakan bahwa ijab dan qabul adalah rukun nikah. Sementara, selain pada dua

hal tersebut, mereka berbeda pendapat. Jumhur ulama mengatakan, rukun nikah

selain ijab dan qabul adalah suami, isteri, dan wali. Sedangkan Syafi‟iyah

berpendirian, selain keduanya rukun nikah yang lain adalah suami, isteri, wali,

dan dua saksi. Adapun menurut Malikiyah, selain ijab dan qabul yang termasuk

rukun nikah adalah suami, isteri, wali, dan mahar.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang rukun nikah, baik yang disepakati

maupun yang tidak disepakati, maka berikut ini akan dijelaskan satu persatu.

a. Wali

Mengenai keabsahan nikah tanpa wali, ada dua pendapat di kalangan

ulama.

Pendapat pertama oleh jumhur ulama, bahwa suatu pernikahan tidak sah

tanpa keberadaan wali. Ini berdasarkan nash al-Qur‟an dan hadits.

16

Abd Al-Rahman al-Jaziri, selanjutnya disebut al-Jaziri, al-Fiqh „Ala Madzahib al-

Arba‟ah (Beirut: Dar al-Fikr, 1996) jilid 4, h. 14.

Page 34: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

24

Adapun nash al-Qur‟an disebutkan dalam Surah al-Baqarah [2]: 232 berikut ini:

“Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan

bakal suaminya”.17

Ayat di atas menunjukkan peran dan fungsi seorang wali, jika tidak maka

wewenang “menghalangi” dalam ayat di atas tidak punya arti apa-apa bagi

seorang wali.

Juga berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Musa al-Asy‟ari.:

إالو كاحال ن ب

“Bahwa sebuah pernikahan tidak sah kecuali dengan wali.” (HR. Abu Daud).

Maksud dari hadis di atas adalah sebuah pernikahan tidak sah jika wali

tidak ada, karena seorang wanita tidak punya kapasitas unutuk menikahkan

dirinya tanpa adanya seorang wali atau mewakilkannya kepada orang lain jika

wali berhalangan untuk menikahkannya, dan jika ia lakukan hal itu maka

nikahnya tidak sah. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.:

شأة أما ش وكحج ام اإرن بغ ن ا م فى كاح )دادأبساي)باط

“Bahwa wanita siapa saja yang menikah tanpa seizing walinya maka

nikahnya tidak sah.” (HR. Abu Daud).

Pendapat kedua dikemukakan oleh Hanafiyah, bahwa wanita berakal yang

sudah baligh, baik gadis atau janda, dapat menikahkan dirinya dan anak

perempuannya, dan boleh mewakilkannya kepada orang lain. Karena wali dalam

17

Kawin lagi dengan bekas suami atau dengan laki-laki yang lain

Page 35: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

25

hal ini tidak wajib melainkan sunnah saja. Pendapat ini dinisbatkan kepada Abu

Hanifah dan Abu Yusuf.

Dalil pendapat ini adalah Surah al-Baqarah [2]: 230 berikut:

“Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang kedua), maka

perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga Dia kawin dengan suami yang

lain.”

Dan Surah al-Baqarah [2]: 232 berikut:

“Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, Maka

janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal

suaminya.”

Menurut Hanafiyah, khitab (sasaran pembicaraan) dala ayat di atas adalah

para suami dan bukan para wali sebagaimana pendapat jumhur. Selanjutnya

disebutkan dalam Surah al-Baqarah [2]: 234 berikut:

“Kemudian apabila telah habis 'iddahnya, Maka tiada dosa bagimu (para wali)

membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka18

menurut yang patut.”

Ayat ini sangat jelas menunjukkan kebolehan wanita menikahkan dirinya

karena Allah meminta membiarkan mereka berbuat yang patut untuk diri mereka.

Selanjutnya Hanafiyah juga berargumen dengan hadis yang diriwayatkan

oleh Abdullah bin Abbas ra.:

18

Berhias, atau bepergian, atau menerima pinangan.

Page 36: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

26

اأحكانثب ه بىفس ام ن ش انبك خأمش اح س إرو ا ح ك (.مسهمساي)س

“Seorang janda lebih berhak menikahkan dirinya daripada walinya. Dan

seorang gadis diminta persetujuannya, jika diam berarti ia telah setuju”. (HR.

Muslim).

Hadis di atas lebih mempertajam eksistensi seorang wali dalam suatu

pernikahan dan memperjelas lemahnya posisi wanita dalam masalah ini.

Selanjutnya Wahbah Zuhaili mengomentari hadis di atas. Zuhaili

mengatakan bahwa, berdasarkan hadis tersebut seorang wanita tidak berhak

menikahkan dirinya maupun orang lain, tidak punya peran dan sangkut paut

dalam proses ijab dan qabul, tidak boleh menikahkan dirinya seizin maupun tidak

seizin walinya, dan tidak boleh menikahkan orang lain baik kapasitasnya sebagai

seorang wali maupun wakil wali.

b. Sighah (Ijab dan Qabul)

Adapun bentuk ijab dan qabul adalah apabila seorang wali nikah

mengatakan, “Saya nikahkan engkau” atau “Saya kawinkan engkau”. Lalu si

calon suami menjawab, “Saya terima nikahnya”. Atau, si calon suami

mengatakan terlebih dahulu sebelum wali, “Saya menikahinya atau

mengawininya”, lalu wali menjawab, “Saya nikahkan atau saya kawinkan engkau

dengannya”. Maka dengan pernyataan itu nikah sudah dianggap sah.

Mengenai masalah ini, Abu Hanifah berpendapat bahwa seandainya

seorang suami mengatakan sebelum wali dalam sighah, “Saya menikahi putri

anda”, lalu wali menjawab, “Saya telah menikahkan kamu dengannya”, maka

Page 37: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

27

akadnya sah secara hukum, tetapi tidak dibolehkan karena mendahulukan sighah

qabul daripada ijab karena seharusnya ijab didahulukan dari qabul.

Dalam hubungannya dengan lafaz nikah yang diucapkan saat akad,

setidaknya ada tiga hal yang hendak dikemukakan yaitu pertama, lafaz yang

disepakati penggunaannya dan disepakati tidak digunakan. Kedua perbedaan

pendapat para ulama mengenai keabsahan akad yang diucapkan tidak

menggunakan lafaz nikah dan zawaj, dan ketiga hukum menggunakan lafaz

mengandung makna nikah tapi bukan dalam bahasa Arab.

1) Lafaz yang disepakati digunakan dan yang disepakati tidak digunakan.

Para ulama sepakat mengenai sahnya suatu akad yang dilakukan dengan

menggunakan lafaz nikah dan lafaz zawaj berdasarkan nash al-Qur‟an.

Adapun lafaz nikah, dijelaskan dalam Surah an-Nisa‟ [4]: 22 berikut:

“Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu,

terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu Amat

keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh)”.

Dan lafaz zawaj, seperti yang disebutkan dalam Surah al-Ahzab [33]: 37

berikut:

Page 38: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

28

“Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap Istrinya

(menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia19

supaya tidak ada

keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak

angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan

keperluannya daripada isterinya20

. dan adalah ketetapan Allah itu pasti

terjadi”.

Kedua ayat di atas memberi keterangan yang jelas tentang penggunaan

lafaz nikah dan lafaz zawaj.

Sedangkan lafaz-lafaz yang disepakati oleh ulama tentang ketidakabsahan

akad nikah jika menggunakannya adalah lafaz yang tidak mengandung maksud

kepemilikan atau hanya mengandung unsure kepemilikan yang bersifat sementara,

seperti al-ibahah (membolehkan), al-i‟arah (meminjamkan), al-ijarah

(menyewakan), al-mut‟ah (menikmati), al-wasiyah (mewasiatkan), al-rahn

(menggadai), al-wadi‟ah (menitip) dan lain-lain.

2) Akad Selain Lafaz Nikah

Dalam menggunakan lafaz selain nikah dan zawaj pada saat ijab dan

qabul, terdapat perbedaan di antara para ulama yang terbagi ke dalam dua

pendapat.

19

Maksudnya: setelah habis idahnya.

20 Yang dimaksud dengan orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya ialah

Zaid bin Haritsah. Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dengan memberi taufik masuk

Islam. Nabi Muhammadpun telah memberi nikmat kepadanya dengan memerdekakan kaumnya

dan mengangkatnya menjadi anak. ayat ini memberikan pengertian bahwa orang boleh mengawini

bekas isteri anak angkatnya.

Page 39: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

29

Pendapat pertama oleh ulama Hanafiyah dan Malikiyah, bahwa lafaz ijab

dan qabul selain dua lafaz di atas (nikah dan zawaj) yang mengandung arti

kepemilikan akan sesuatu adalah sah, seperti lafaz hibah (pemberian), at-tamlik

(memiliki), al-sadaqah (bersedekah), al-tiyyah (pemberian), dan lain-lain. Tetapi

dengan syarat niat nikah atau diketahui maksudnya oleh para saksi.

Alasan-alasan yang dikemukakan pendapat ini adalah:

a) Terdapat penggunaan kata hibah dalam al-Qur‟an Surah al-Ahzab [33]: 50

berikut:

“Dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi

mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang

mukmin.”

b) Penggunaan lafaz tamlik sebagaimana sabda Rasulullah Saw. yang

diriwayatkan oleh Sahl bin Sa‟ad ra. :

ل ل ل س للا صهىانش سهمعه م ه ك نم ن شج ماالم م شا مذ خالذ :م مهك

همعكبما أن م (.نبخاسيساي)انمش

“Sabda Rasulullah Saw. kepada seorang laki-laki yang tidak mempunyai harta

untuk dijadikan mahar, lalu Nabi berkata kepadanya: “Aku telah memilikkan

(menikahkan) kamu dengannya, dengan apa yang kamu hafal dari ayat al-

Qur‟an.” (HR. Bukhari).21

21

Shahih al-Bukhari, Kitab al-Nikah, Bab Tazwij al-Mu‟sir, hadis no. 5087.

Page 40: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

30

c) Suatu lafaz dapat digunakan dengan tujuan majaz22

karena bentuk majaz

tidak terbatas penggunaannya dalam lafaz-lafaz bahasa saja tetapi berlaku

juga dalam lafaz-lafaz syar‟i.

d) Sighah adalah setiap perkataan yang mengandung saling rela dan

menerima dari calon suami, wali atau yang mewakili keduanya seperti

perkataan, “Saya menikahkan”, “Memberikan (hibah)”, Mensedekahkan”,

dan lain-lain sambil menyebutkan mahar.

Pendapat kedua, oleh ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah, yang mengatakan

bahwa akad tidak sah apabila diucapkan selain lafaz nikah dan zawaj karena

keduanya telah disebutkan dalam al-Qur‟an. Karena itu, seharusnya cukup hanya

menggunakan keduanya tanpa membolehkan menggunakan lafaz yang lain.

Alasan pendapat ini adalah:

a) Penggunaan dua lafaz ini (nikah dan zawaj) terdapat dalam al-Qur‟an yang

telah disebutkan sebelumnya.

b) Berdasarkan sabda Nabi Saw. yang diriwayatkan Jabir bin „Abdillah ra. :

اللا م انىساء فىإحم هفإوك ههخ م للا بأماوت أخزح م خح اس ج ه للا ب كه مت ف ش

(.ماجابهأبدادساي)“Bertakwalah kepada Allah dalam urusan wanita, karena sesungguhnya

kalian mengambil mereka sebagai amanah Allah, dan halal bagimu

menggauli mereka karena kalimat Allah”. (HR. Abu Dawud dan Ibnu

Majah).23

22

Lafaz Majaz adalah lafaz yang penggunaannya untuk menunjukkan makna lain yang

benar berdasarkan qarinah (alasan) selain makna awal (dasar) yang dimaksudkan dari lafaz

tersebut. (Muhit al-Muhit, h. 136).

23 Sunan Abu Dawud, Kitab al-Manasik, Bab Sifatu Hajjati an-Nabi, hadis no. 1905, jilid

2, h. 455; dan Sunan Ibnu Majah, Kitab al-Manasik, Bab Hajjatu Rasulillah, hadis no. 3074, jilid

2, h. 1022.

Page 41: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

31

Yang dimaksud “kalimat Allah” dalam hadis di atas adalah kalimat yang

terdapat dalam kitab-Nya, dan tidak ada kalimat tentang sighah dalam kitab-Nya

selain kedua lafaz di atas.24

c) Menggunakan qiyas tidak dibolehkan dalam masalah ini karena nikah

termasuk ibadah. Maka tidak sah sighah kecuali kedua lafaz di atas.

d) Disebutkan dalam Surah al-Ahzab [33]: 50 berikut:

“Dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi

mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang

mukmin.”

Penggunaan lafaz hibah dalam ayat ini sangat jelas bahwa penggunannya

hanya khusus terhadap Nabi dan tidak berlaku untuk yang lain. Sedangkan hadis:

الذ خ همعكب مامهك أن م (.عهمخفك)انمش

“Aku memilikkan (menikahkan) kamu dengannya, dengan apa yang kamu

hafal dari ayat al-Qur‟an.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Menurut riwayat yang sahih hadis di atas menggunakan kata “qad

ankahtuka”, “Aku menikahkanmu dengannya”.

Pendapat yang rajih dalam masalah ini adalah pendapat yang mengatakan

tentang kebolehan menggunakan lafaz selain lafaz nikah dan zawaj dalam akad,

mengingat:

24

Asrorun Ni‟am Sholeh. Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga. Jakarta:

eLSAS, 2008.

Page 42: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

32

a. Klaim dari pendapat kedua bahwa hanya ada dua lafaz yang dikemukakan

oleh al-Qur‟an, yaitu lafaz nikah dan zawaj, tidak dapat diterima

sepenuhnya karena nash ayat maupun hadis yang dijadikan dalil oleh

pendapat kedua adalah bantahan atas klaim tersebut.

b. Khususiyah (pengkhususan) penggunaan kata hibah terhadap Nabi Saw.

dalam ayat di atas adalah tidak tepat karena khususiyah yang dimaksud

adalah kebolehan Nabi menikah tanpa mahar bukan penggunaan kata

hibah. Ini sebagaimana dikemukakan oleh al-Qurtubi25

, “Perlakuan khusus

terhadap Nabi di sini adalah seandainya wanita itu meminta mahar

sebelum bercampur (berhubungan badan) maka tidaklah dapat dipenuhi,

karena meminta mahar sebelum berhubungan hanya berlaku di antara kita

bukan kepada Nabi Saw.”26

Di sinilah letak kekhususan itu.27

c. Kemudian di dalam menggunakan kata selain lafaz nikah disyaratkan niat

untuk mengetahui kepastian akad yang dilakukan agar para saksi

mengetahui maksudnya. Karena ibrah yang menjadi pijakan dalam

melakukan akad itu adalah diketahuinya maksud pernyataan bukan karena

berdasarkan lafaz-lafaznya.

25

Al-Qurtubi adalah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar bin Faraj al-Ansari, al-

Khazraji, al-Andalusi, terkenal dengan sebutan al-Qurtubi. Beliau dikenal ahli dalam bidang tafsir

dan termasuk salah satu pengikut mazhab Maliki, wafat di Mesir pada bulan Syawal 671 H/1273

M. (Mu‟jam al-Muallifin, Jilid 8 h. 239).

26 Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar al-Qurtubi, selanjutnya disebut al-Qurtubi, al-

Jami‟ li Ahkam al-Qur‟an (Beirut: Dar Ihya‟ al-Turats al-Arabi, tt.) jilid 14, h. 210.

27Asrorun Ni‟am Sholeh. Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga. Jakarta:

eLSAS, 2008.

Page 43: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

33

3) Akad Dengan Lafaz Selain Bahasa Arab

Lafaz selain bahasa Arab akan berlangsung karena ada dua kemungkinan:

Pertama, lafaz diucapkan oleh orang yang tidak mengetahui bahasa Arab.

Mengenai keabsahan akad ini tidak ada perbedaan di antara para ulama. Mereka

sepakat tentang keabsahan dengan syarat setiap yang terlibat dalam proses akad,

seperti calon suami, wali maupun para saksi, mengetahui dan memahami maksud

dari lafaz tersebut.

Kedua, kemungkinan lafaz itu timbul dari orang tidak cakap dalam

berbahasa Arab. Mengenai hal ini jumhur ulama memandang sah kecuali dalam

sebuah riwayat Imam Ahmad dalam salah satu pendapatnya, memandang hal

tersebut tidak sah.

c. Dua Saksi

Para ulama sepakat bahwa keberadaan dua saksi adalah salah satu syarat

sah nikah berdasarkan nash hadis.28

Ini sebagaimana hadis Rasulullah Saw. yang diriwayatkan oleh „Aisyah

ra.:

د إالو كاحال ب ش

“Tidak sah pernikahan kecuali ada saksi.” (HR. ad-Daruqutni).29

28

Lihat al-Kasani, jilid 2, h. 376. Al-Khatib,Mugni al-Muhtaj ila Ma‟rifah Ma‟ani Alfadz

al-Minhaj, jilid 3, h. 144.

29 Lihat, Sunan al-Daruqutni, jilid 3, h. 225 hadis no. 11, 21 dan 22.

Page 44: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

34

Selanjutnya hadis riwayat „Aisyah ra. :

إالو كاحال ذي بن شا ل ماعذ ه كان ش عهىو كاح م رن كغ م ف فإن باط

ا هطان حشاجش فانس ن المه ن (.انخشمزيساي)ن

“Nikah tidak sah kecuali ada dua orang saksi dan apabila pernikahan diadakan

tanpa dua orang saksi maka pernikahan itu batil, dan apabila mereka berselisih

maka penguasa menjadi wali bagi orang yang tidak punta wali.” (HR. at-

Tirmidzi)30

Berdasarkan hadis Nabi di atas, keberadaan saksi dalam pernikahan adalah

merupakan sesuatu yang pasti dan telah disepakati oleh para ulama.

d. Calon Suami dan Isteri

Salah satu unsur penting dalam keabsahan nikah adalah pasangan calon

suami isteri. Namun untuk mengetahui layak atau tidak mereka melangsungkan

pernikahan, dapat diketahui melalui criteria berikut ini:

1) Calon suami diharuskan memiliki kriteria berikut ini:

a) Keahlian bertindak. Artinya calon suami tersebut harus mampu melakukan

sendiri akad itu, baik terhadap dirinya maupun terhadap lain. Dan

disyaratkan sudah mumayyiz. Tetapi jika belum mumayyiz atau umurnya

belum cukup tujuh tahun atau dia tidak punya akal maka akad tidak dapat

dilakukan karena tidak terpenuhinya tujuan dan maksud dari akad ini

sebagaimana ditetapkan oleh syara‟.31

b) Dapat mendengar perkataan. Maksudnya setiap dari keduanya dapat

mendengar perkataan satu sama lain atau yang serupa dengan itu, seperti

30

Sunan at-Turmudzi, jilid 4, h. 58. Hadis no. 1103.

31 Zuhaili, jilid 9, h. 6534.

Page 45: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

35

menulis perihal akad jika si wanita tidak di tempat. Ini supaya dapat

dipahami maksudnya, yaitu melangsungkan akad atas dasar persetujuan

masing-masing dari keduanya.32

2) Adapun calon isteri disyaratkan memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Benar-benar seorang wanita artinya diketahui dengan jelas jenis

kelaminnya.karena pernikahan tidak sah terhadap orang yang tidak

diketahui apakah ia laki-laki atau perempuan.

b) Statusnya diketahui dengan pasti bahwa ia bukan wanita yang haram

dinikahi. Ini meliputi anak perempuan, saudari perempuan, bibi dari pihak

bapak maupun ibu, perempuan yang masih berstatus isteri orang lain,

perempuan yang sedang menjalani masa iddah, wanita muslimah tapi

dinikahi oleh non muslim - karena pernikahan dengan kondisi seperti ini

tidak sah.33

2. Menurut Hukum Positif

Bagi suatu Negara dan Bangsa seperti Indonesia adalah mutlak adanya

Undang-undang Perkawinan Nasional yang sekaligus menampung prinsip-prinsip

dan memberikan landasan hukum perkawinan yang selama ini menjadi pegangan

dan telah berlaku bagi berbagai golongan dalam masyarakat kita.

32

Ibid, h. 6535.

33 Ibid, h. 6535.

Page 46: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

36

Dewasa ini berlaku berbagai Hukum Perkawinan bagi berbagai golongan

warga negara dan berbagai daerah seperti berikut:34

a. Bagi orang-orang Indonesia asli yang beragama Islam berlaku Hukum

Agama yang telah diresepeier dalam Hukum Adat (pasal 134 ayat (2) I.S).

b. Bagi orang-orang Indonesia lainnya berlaku Hukum Adat.

c. Bagi orang Indonesia yang beragama Kristen berlaku Huwelijke

Ordonantie Cristen Indonesia (S. 1933 No. 74).

d. Bagi orang Timur Asing Cina dan warga negara Indonesia kturunan Cina

berlaku ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Perdata dengan sedikit

perubahan.

e. Bagi orang-orang Timur Asing lainnya dan warga negara Indonesia

Keturunan Timur Asing lainnya tersebut berlaku Hukum Adat mereka.

f. Bagi orang-orang Eropa dan warga negara Indonesia keturunan Eropa dan

yang disamakan dengan mereka berlaku Kitab Undang-undang Hukum

Perdata.

g. Sejak 1 Oktober 1975 berlaku efektif untuk semua golongan Undang-

undang Nomor 1 Tahun 1974 beserta peraturan pelaksanaannya.

Syarat-syarat sahnya perkawinan menurut Undang-undang Perkawinan

Nomor 1 Tahun 1974, harus:35

34

M. Idris Ramulyo. Tinjauan Beberapa Pasal Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

Dari Segi Perkawinan Islam. Ed. Rev. Jakarta: Ind. Hill-Co, 1990, h. 54.

35M. Idris Ramulyo. Tinjauan Beberapa Pasal Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

Dari Segi Perkawinan Islam. Ed. Rev. Jakarta: Ind. Hill-Co, 1990, h. 57.

Page 47: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

37

1) Didasarkan kepada persetujuan bebas antara calon suami dan calon istri,

berarti tidak ada paksaan di dalam perkawinan.

2) Pada dasarnya perkawinan itu adalah satu istri bagi suami dan sebaliknya

hanya satu suami bagi satu istri, kecuali mendapat dispensasi oleh

Pengadilan Agama dengan syarat-syaratnya yang berat untuk boleh beristri

lebih dari satu dan harus ada izin dari istri pertama, adanya kepastian dari

pihak suami bahwa mampu menjamin keperluan-keperluan hidup istri-istri

dan anak-anak serta jaminan bahwa suami akan berlaku adil, terhadap

istri-istri dan anak-anak mereka.

3) Pria harus telah berumur 19 (sembilan belas) tahun dan wanita 16 (enam

belas) tahun.

4) Harus mendapat izin masing-masing dari kedua orang tua mereka, kecuali

dalam hal-hal tertentu dan calon pengantin telah berusia 21 (dua puluh

satu) tahun atau lebih, atau mendapat dispensasi dari Pengadilan Agama

apabila umur para calon kurang dari 19 dan 16 tahun.

5) Tidak termasuk larangan-larangan perkawinan antara 2 (dua) orang yang:

a) Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah ataupun ke

atas.

b) Berhubungan darah dalam garis keturunan ke samping yaitu antara

saudara, antara saudara dengan saudara orang tua dan antara seorang

dengan seorang neneknya.

c) Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dengan

Ibu/Bapak tiri.

Page 48: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

38

d) Berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan dan bibi/paman susuan.

e) Berhubungan saudara dengan istri (ipar) atau sebagai bibi atau

keponakan dari istri, dalam hal seorang suami beristri, lebih dari

seorang.

f) Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang

berlaku dilarang kawin.

6) Seorang yang masih terikat tali perkawinan dengan orang lain, kecuali

dispensasi oleh Pengadilan.

7) Seorang yang telah cerai untuk kedua kalinya, maka di antara mereka tidak

boleh dilangsungkan perkawinan lagi, sepanjang hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaan itu dari yang bersangkutan tidak menentukan

lain.

8) Seorang wanita yang perkawinannya terputus untuk kawin lagi telah

lampau tenggang waktu tunggu.

9) Perkawinan harus dilangsungkan menurut tata cara perkawinan yang

diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Peraturan

Menteri Agama No. 3 Tahun 1975 tentang Pencatatan Nikah Talak dan

Rujuk.

D. Saksi Dalam Perkawinan Menurut Fikih

1. Definisi Kesaksian

Kesaksian berasal dari kata asy-syahadah, diambil dari kata al-

musyahadah berarti melihat langsung dengan mata, karena orang yang

menyaksikan memberitahu tentang apa yang disaksikan dan dilihatnya.

Page 49: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

39

Maksudnya adalah pemberitahuan tentang apa yang diketahuinya dengan lafal;

aku menyaksikan, atau; aku telah menyaksikan. Ada yang mengatakan bahwa

kesaksian diambil dari makna kata al-„ilam dalam firman Allah swt., “Allah

menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan Melainkan Dia.” („Ali „Imran [3]: 18)

Maksudnya, mengetahui. Saksi adalah orang yang membawa kesaksian dan

melaksanakannya, karena dia menyaksikan apa yang tidak diketahui oleh orang

lain.36

Salam Madkur mengartikan kesaksian sebagai berikut:

حك إلثباث انشادة بهفظ انحكم مجهس فى إخباسصذق عهىانشادةعباسةعه

انغش

“Kesaksian adalah istilah pemberitahuan seseorang yang benar di depan

Pengadilan dengan ucapan kesaksian untuk menetapkan hak orang lain.”37

Ibnul Hammam mengemukakan sebagai berikut:

إخباسصذقإلثباثحكبهفظانشادةفىمجهسانمضاء

“Pemberitahuan yang benar untuk menetapkan suatu hak dengan ucapan

kesaksian di depan sidang pengadilan.”38

2. Tidak Ada Kesaksian Kecuali dengan Pengetahuan

Tidak boleh seseorang bersaksi kecuali dengan pengetahuan. Pengetahuan

didapatkan melalui penglihatan, pendengaran, atau pengetahuan umum terkait apa

yang tidak dapat diketahui pada umumnya tanpa pengetahuan tersebut.

36

Al-Sayyid Sabiq. Fikih Sunnah 5. Tahkik dan Takhrij: Muhammad Nasiruddin Al-

Albani. (Jakarta : Cakrawala Publishing, 2009), h. 459.

37 Abdullah bin Nuh dan Oemar Bakri, Kamus Arab-Indonesia-Inggris (Jakarta: Mutiara,

tt), h. 155.

38Abdurrahman Umar, Kedudukan Saksi dalam Peradilan Menurut Hukum

Islam,(Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1996), h. 40.

Page 50: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

40

Pengetahuan umum yaitu kemasyhuran yang membuahkan dugaan kuat atau

pengetahuan. Kesaksian boleh dilakukan dengan pengetahuan umum menurut

Madzhab Syafi‟I dalam hal nasab, kelahiran, kematian, pemerdekaan budak,

kekerabatan, perwalian, wakaf, pengasingan, pernikahan dan hal-hal terkait,

penilaian terhadap integritas dan kapabilitas, wasiat, usia dewasa, kondisi mental

yang tidak normal, dan kepemilikan. Abu Hanifah berkata, “Dibolehkan dalam

lima hal; pernikahan, percampuran suami istri, nasab, kematian, dan jabatan

kehakiman.” Ahmad berkata, “Dan sebagian penganut Madzhab Syafi‟I

menyatakan sah dalam tujuh hal; pernikahan, nasab kematian, pemerdekaan

budak, kekerabatan, wakaf, dan kepemilikan mutlak.”39

3. Hukum Saksi Dalam Pernikahan

Jumhur ulama sepakat bahwa pernikahan tidak sah tanpa ada kejelasan di

dalam pernikahan itu sendiri. Pernikahan akan sah apabila dihadiri oleh para saksi

ketika akad nikah dilangsungkan, meskipun kabar tentang pernikahan itu telah

disampaikan melalui sarana yang lain.40

39

Al-Sayyid Sabiq. Fikih Sunnah 5. Tahkik dan Takhrij: Muhammad Nasiruddin Al-

Albani. (Jakarta : Cakrawala Publishing, 2009), h. 460.

40 Imam Malik dan para pengikutnya berpendapat bahwa kesaksian bukanlah sesuatu

yang diwajibkan di dalam pernikahan. Pernikahan hanya cukup untuk disebarkan dan diumumkan.

Mereka mendasarkan pendapat mereka dari praktik jual beli. Di dalam praktik jual beli, kesaksian

tidak termasuk kewajiban yang harus dipenuhi di dalam pelaksanaan praktik itu. Adapun kesaksian

di dalam pernikahan yang notabene tidak pernah disinggung secara langsung, lebih leluasa untuk

tidak dijadikan sebagai salah satu hal pokok yang harus dipenuhi karena inti dari kesaksian adalah

pemberitahuan dan pemberitaan sehingga hal itu dapat menyelamatkan keturunan dari

ketidakjelasan nasab.

Dalam beberapa keadaan, kesaksian boleh dilakukan setelah akad, apabila para saksi

hadir setelah akad selesai kemudian memberikan kesaksian atas pernikahan (sebelum kedua

mempelai melakukan hubungan suami-isteri), maka pernikahan itu tetap sah. Tetapi, apabila

kesaksian diberikan setelah pasangan suami-isteri itu melakukan hubungan suami-isteri, maka

keduanya harus dipisahkan.

Page 51: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

41

Apabila di dalam suatu pernikahan ada saksi yang menghadiri dan

menyaksikan pernikahan itu, tapi pihak yang menikah meminta mereka untuk

merahasiakan dan tidak menyebarkan pernikahan itu, maka pernikahan yang

dilakukan adalah tetap sah secara hukum. Hal itu berdasarkan dalil-dalil berikut

ini.

a. Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda,

ش بىت انبغ بغ هأوفس ه .ا:انالح ى ىك ح “Pelacur adalah perempuan-perempuan yang menikahkan diri mereka sendiri

tanpa ada saksi.”41

b. Aisyah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda,

ل عذ ذي شا ن .الو كاحإالب“Pernikahan itu tidak sah, kecuali dengan kehadiran seorang wali dan dua

orang saksi yang adil.”42

Kesaksian merupakan syarat sah pernikahan. Apabila hal itu tidak

terpenuhi, maka pernikahan menjadi tidak sah.

c. Abu Zubair al-Makki meriwayatkan bahwa Umar bin Khathab r.a. menerima

pengaduan tentang pernikahan yang hanya disaksikan oleh seorang laki-laki

dan seorang perempuan. Dia berkata, “Ini adalah pernikahan siri dan aku tidak

41

Diriwayatkan oleh Tirmidzi di dalam Sunan Tirmidzi, Kitab an-Nikah, Bab Ma Ja‟a

La Nikaha illa bi-Bayyinah, jilid III, hlm. 403, hadis nomor 1107. Abu Isa meriwayatkan bahwa

Yusuf bin Hamad berkata, “Abdul A‟la menjadikan hadis ini sebagai hadis marfu‟ di dalam kitab

tafsir dan menjadikannya sebagai hadis mauquf di dalam kitab talak.” Menurut Abu Isa, hadis ini

tidak terjaga sehingga tidak diketahui siapa yang menjadikannya marfu‟, kecuali hadis yang

diriwayatkan oleh Abdul A‟la dari Sa‟id dari Qatadah secara mauquf.

42 Diriwayatkan oleh Daruquthni di dalam Sunan Daruquthni, Kitab an-Nikah,jilid III, h.

225-226, hadits nomor 22.

Page 52: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

42

memperbolehkannya. Andai aku hadir ketika itu, tentu aku akan merajam para

pelakunya.”43

Menurut Tirmidzi, hal ini diterapkan dengan baik oleh para ulama dari

kalangan para sahabat Nabi saw. dan dilanjutkan oleh para tabi‟in dan ulama yang

datang setelah mereka.

Mereka mengatakan, “Suatu pernikahan tidak sah, kecuali dihadiri oleh

para saksi.”44

Belum ada pihak yang membantah pendapat di atas, kecuali salah satu

golongan dari ulama muta‟akhirin.45

d. Kesaksian berhubungan dengan hak pihak lain yang tidak turut melaksanakan

akad, yaitu anak-anak. Karena itu keasksian disyaratkan di dalam sebuah

pernikahan agar kelak sang Ayah (suami) tidak mengingkari keberadaan

keturunannya sehingga anak-anak tidak kehilangan nasab mereka.

Sebagian ulama berpendapat bahwa pernikahan tanpa kehadiran para saksi

dianggap sebagai pernikahan yang sah secara hukum. Di antara ulama yang

berpendapat seperti itu adalah ulama dari Mazhab Syi‟ah. Selain itu,

Abdurrahman bin Mahdi, Yazid bin Harun, Ibnu Mundzir, dan Dawud juga

menganut pendapat yang sama. Pernikahan seperti ini telah dipraktikkan oleh

43

Diriwayatkan oleh Malik di dalam Muwatha‟ Malik, Kitab an-Nikah, Bab Jami Ma La

Yajuzu min an-Nikah, jilid II, h. 535, hadits nomor 26. Hadis ini dan dua hadis sebelumnya

termasuk hadits dhaif, tapi masing-masing hadis itu saling menguatkan antara satu dan yang lain.

44 Diriwayatkan oleh Tirmidzi di dalam Sunan Tirmidzi, Kitab an-Nikah, Bab Ma Ja‟a La

Nikaha illa bi-Bayyinah, jilid III, h. 403, hadits nomor 1104.

45 Al-Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah (Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2010, Cet. II), h. 273.

Page 53: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

43

Ibnu Umar dan Ibnu Zubair. Begitu pula, diriwayatkan bahwa Hasan bin Ali

menikah tanpa kehadiran saksi. Kemudian, ia mengumumkan pernikahan itu.46

Ibnu Mundzir mengatakan, “Tidak ada hadits yang menetapkan syarat

kehadiran dua orang saksi di dalam pernikahan.”

Yazid bin Harun berkata, “Allah Swt. memerintahkan umat-Nya untuk

menghadirkan saksi di dalam praktik jual beli dan tidak memerintahkan untuk

menghadirkan saksi di dalam pernikahan. Para ulama rasionalis mensyaratkan

kesaksian di dalam pernikahan dan tidak mensyaratkannya di dalam jual beli.”

Ketika sebuah akad pernikahan terlaksana, tapi kemudian dirahasiakan,

dan para saksi diminta untuk menyembunyikannya, maka akad itu tetap sah,

meskipun dianggap makruh karena melanggar perintah diumumkannya suatu

pernikahan. Ini merupakan pendapat Syafi‟i, Abu Hanifah, dan Ibnu Mundzir.

Sementara itu, ulama yang menganggap bahwa pernikahan itu sebagai pernikahan

yang makruh adalah Umar, Urwah, Sya‟bi, dan Nafi‟. Menurut Imam Malik,

pernikahan itu harus difasakh (dibatalkan).47

Ibnu Wahab meriwayatkan dari Malik tentang seorang laki-laki yang

menikahi perempuan dengan dihadiri oleh dua orang saksi laki-laki. Kemudian

kedua mempelai meminta para saksi untuk merahasiakan pernikahan mereka.

Imam Malik berkata, “Keduanya harus dipisahkan dengan talak satu dan mereka

tidak boleh melakukan hubungan suami-isteri. Apabila keduanya telah melakukan

hubungan itu, maka sang istri berhak secara penuh atas mahar yang diterimanya

dan kedua orang saksi itu tidak dipersalahkan atau dihukum.”

46

Ibid., h. 273.

47 Ibid., h. 273.

Page 54: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

44

Apabila kita melihat Undang-Undang Ahwal Syakhshiyyah Syria (Pasal

12) mengambil pendapat Mazhab Hanafi dalam masalah persaksian. Di dalamnya

tercantum bahwa, “ Dalam sahnya akad nikah disyaratkan kehadiran dua orang

saksi lelaki, atau seorang lelaki dan dua orang perempuan, yang beragama Islam,

berakal, baligh serta mampu mendengar ucapan ijab dan qabul sekaligus

memahaminya.”48

4. Syarat-syarat Saksi

Untuk diterima kesaksian menjadi saksi, seorang saksi harus memenuhi

beberapa syarat. Dibawah ini penulis kemukakan syarat-syarat saksi:49

a. Islam

Islam adalah syarat untuk dapat diterima kesaksian saksi. Dalam hal

ini, Imam Taqiyuddin mengutarakan: “Maka saksi tidak dapat diterima dan

orang kafir zalim atau kafir harabi, baik kesaksiannya terhadap muslim

maupun terhadap kafir, Imam Rofi‟I berhujjah dengan sabda Saw.:

عهى ل ذ ع نفإو م ه م س ان م إال م ه أ ه د ش عهىغ ه د م أ انشادة الح مبم

)سايانشصاق(. م ش عهىغ أو فس م

“Tidak dapat diterima kesaksian pemeluk suatu agama terhadap yang bukan

pemeluk agama mereka, kecuali orang-orang Islam karena mereka itu adalah

orang-orang yang adil baik terhadap dirinya maupun terhadap orang lain.”

(HR. Abdur Rozzaq).50

48

Wahbah Az-Zuhaili. Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 9, (Jakarta: Darul Fikir, 2011), h.

79.

49 H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani. Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap.

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 111.

50 Imam Taqiyuddin, Op. Cit., h. 275.

Page 55: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

45

b. Balig

Balig adalah syarat untuk dapat diterimanya saksi, dalam Sabda Nabi

Saw.:

ثت :الثه عم انمهعف :س مهس هعىللا هصانىب ه اعى عللا ض ستشائ عه ع

م خ حخىس انىائ م ب عه حخىك ش انصغ عه مم ع خىحن ى ج انمه عشظ ك ف أ

)سايأحمذاألسبعتإالانخشمزي(

“Dari Aisyah r.a., Nabi Saw., bersabda: “Bebas dari tindakan hukum terhadap tiga

orang, yaitu: orang tidur sampai ia bangun, anak-anak sampai ia dewasa, dan

orang gila sampai ia berakal atau sadar”. (HR. Ahmad dan Imam yang empat

kecuali Tirmidzi).51

Khusus dalam perbuatan yang melukai bagian badan ataupun pembunuhan

di antara sesame anak-anak, menurut Imam Malik yang dikutip oleh

Abdurrahman Umar (1986: 48-49) kesaksian anak-anak dapat diterima dengan

syarat anak-anak itu tidak berlainan pendapat dan memang tidak ada orang

dewasa yang turut bersama-sama mereka ketika peristiwa itu terjadi.52

c. Berakal

Orang gila tidak dapat dijadikan saksi. Hadis yang diriwayatkan oleh

Aisyah di atas menunjukkan hal tersebut.

d. Adil

Persyaratan adil ini termaktub dalam firman Allah Swt. dalam surat Al-

Thalaq ayat 2 yang artinya:

51

Al-Shan‟ani, Op. Cit., h. 180-181, Abdurrahman Umar, Op. Cit., h. 48.

52 H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani. Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap.

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 112.

Page 56: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

46

“ … dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu …”

Pengertian adil, menurut Syafi‟i, adalah orang yang selalu berbuat shalih,

tidak pernah melakukan perbuatan dosa besar dan kecil yang berkaitan dengan

hak-hak orang (seperti mencuri sepotong roti) dan perbuatan sehari-harinya tidak

terlepas dari sifat muru‟ah (adat-adat kesopanan) semisal menghindari makan-

makan di tengah jalan, buang air di jalanan, dan sebagainya.53

Bagi Hanafi, orang yang menjadi saksi untuk kelangsungan akad nikah

tidak disyaratkan orang yang adil. Bahkan keberadaan saksi, menurut ulama dari

kalangan zhahir, tidak diperlukan atau bukan termasuk rukun nikah, yang

dibutuhkan hanya keberadaan wali dari pihak perempuan.54

e. Ingatannya Baik

Kesaksian orang yang kemampuan daya ingatnya sudah tidak normal,

pelupa, dan sering tersalah, jelaslah tidak dapat diterima kesaksiannya. Kesaksian

orang yang demikian ini diragukan kebenarannya, sebab akan banyak sekali yang

memengaruhi ketelitiannya, baik dalam mengingat maupun dalam menggunakan

kesaksiannya. Oleh karena itu, kesaksiannya tidak dapat diterima.

f. Bersih dari Tuduhan

53

Mohammad Asmawi, Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan. (Yogyakarta:

Darussalam, 2004), h. 55.

54 Ibid., h. 57.

Page 57: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

47

Persyaratan bersih dari tuduhan ini berdasarkan kepada hadis Nabi

Muhammad Saw., yang artinya sebagai berikut:

“Dari „Abdullah bin Umar r.a. ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda: “Tidak

diperbolehkan kesaksian yang khianat laki-laki dan perempuan, orang yang

mempunyai permusuhan terhadap sudaranya dan tidak diperbolehkan kesaksian

pembantu rumah tangga terhadap tuannya.” (HR. Abu Dawud).

Dalam hal kesaksian, seorang yang mempunyai rasa benci dan

permusuhan tidak diperbolehkan menjadi saksi atas perkara lawannya, sebab

perasaan benci itu dapat memengaruhi secara negatif terhadap dirinya dalam

memberikan kesaksian. Demikian pendapat jumhur ulama, kecuali Imam Abu

Hanifah.55

55

H.M.A Tihami dan Sohari. Sahrani Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap.

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 114.

Page 58: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

48

BAB III

PERNIKAHAN SIRRI (DI BAWAH TANGAN) DAN ITSBAT NIKAH

DALAM PERKAWINAN

A. Nikah Sirri

Nikah sirri secara bahasa berarti menikah secara sembunyi-sembunyi atau

secara rahasia. Kata sirri dalam bahasa Arab berasal dari kata sirrun-asrar yang

berarti rahasia.1 Menurut arti terminologis nikah sirri setidaknya mempunyai dua

pengertian, yaitu:

1. Pengertian yang terdapat dalam kitab-kitab fikih, sebagaimana yang ditulis

oleh Syaikh Mahmud Syaltut, ada dua bentuk nikah sirri, yaitu:

a. Akad pernikahan yang dilakukan tanpa saksi, tanpa publikasi dan tanpa

pencatatan. Para ahli fikih bersepakat melarang nikah sirri semacam ini.

b. Akad pernikahan yang dihadiri oleh para saksi, tapi mereka diharuskan

untuk merahasiakan pernikahan tersebut. Para ahli fikih berbeda pendapat

mengenai sahnya nikah sirri sepperti ini, sebagian ulama seperti Hanafiyah

dan Syafi‟iyah berpendapat bahwa pesan agar saksi merahasiakan

terjadinya pernikahan tidak berpengaruh terhadap sahnya akad nikah sebab

adanya saksi telah menjadikan nikah tersebut tidak sirri lagi (menjadi

nikah „alaniyah). Sebagian ulama yang lain seperti Imam Malik dan ulama

yang sependapat dengannya, berpendapat bahwa adanya pesan untuk

merahasiakan pernikahan telah mencabut kesaksian dari ruh dan tujuan

1 Mahmud Yunus, Kamus Arab – Indonesia. Jakarta: PT. Hidakarya Agung

Page 59: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

49

disyariatkannya, yaitu publikasi (i‟lan) oleh karena itu maka pernikahan

tersebut tidak sah. Sedangkan menurut Hanabilah hukum nikah sirri

semacam ini adalah makruh.2

2. Pengertian nikah sirri yang berkembang di kalangan umat Islam Indonesia

pada umumnya, yaitu pernikahan yang dilaksanakan dengan memenuhi

syarat dan rukun pernikahan yang terdapat dalam syariat Islam, tetapi

tanpa melalui Pegawai Pencatat Nikah (PPN) sehingga pernikahan tersebut

tidak dicatat dalam Akta Perkawinan menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku.3

Perkawinan sirri atau perkawinan di bawah tangan ialah perkawinan yang

dilaksankan dengan tidak memenuhi syarat dan prosedur peraturan perundangan.

Terdapat perbedaan pendapat tentang sah tidaknya perkawinan di bawah tangan,

dikarenakan adanya perbedaan penafsiran terhadap ketentuan Pasal 2 Ayat 2 UU

No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Yang jelas ketentuan Pasal 2 Ayat 2 yang

mengharuskan pencatatan perkawinan terpisah dengan ketentuan Pasal 2 Ayat 1

yang mengatur tentang sahnya perkawinan yang harus dilakukan menurut hukum

agama dan kepercayaannya.4

2 Muhammad Sahnun bin Said al-Tanukhi, al-Mudawwanah al-Kubra (Beirut: Dar al-

Sadr, 1322 H), III:192-194. Khoiruddin Nasution, Status Wanita Di Asia Tenggara Studi Terhadap

Perundang-Undangan Perkawinan Muslim Kontemporer Di Indonesia dan Malaysia (Jakarta:

INIS, 2002), hlm. 143. Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh (Beirut: Dar al-Fikr,

1984), VII :71.

3Kamal Muchtar. “Nikah Sirri di Indonesia”, dalam al-Jami‟ah Jurnal Ilmu

Pengetahuan Agama Islam No.56, Yogyakarta, IAIN Sunan Kalijaga, 1994, h. 14.

4 Abd. Shomad, Hukum Islam (Pennormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia).

Jakarta: Kencana, 2010. H. 309.

Page 60: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

50

Menurut hukum Islam, perkawinan di bawah tangan atau sirri adalah sah,

asalkan telah terpenuhi syarat dan rukun perkawinan. Namun dari aspek peraturan

perundangan perkawinan model ini belum lengkap dikarenakan belum dicatatkan.

Pencatatan perkawinan hanya merupakan perbuatan administratif yang tidak

berpengaruh pada sah tidaknya perkawinan.5

Yang biasanya bisa menjadi korban akibat adanya perkawinan model ini,

yang biasanya muncul jika ada masalah, bentrokan dan suatu kepentingan, dalam

bentuk pengingkaran terjadinya perkawinan di bawah tangan yang dilakukan dan

tak jarang pula anak yang dilahirkan dalam perkawinan itu juga tidak diakui.

Terkadang muncul permasalahan juga dalam hal pembagian waris.6

Pasal 42 dan 43 UUP mengatur bahwa anak sah ialah anak yang dilahirkan

dalam perkawinan yang sah, sedangkan anak yang dilahirkan dari perkawinan

yang tidak sah hanya mempunyai hubungan hukum dengan ibunya. Karena

menurut hukum Islam, perkawinan sirri itu sah, maka anak yang dilahirkan dari

perkawinan itu adalah sah. Problema akan muncul berkaitan dengan masalah

administratif berkenaan dengan surat kelahirannya.7

a. Persepektif Fikih Konvensional

5 Abd. Shomad, Hukum Islam (Pennormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia).

Jakarta: Kencana, 2010. H. 309.

6 Ibid., h. 309.

7 Ibid., h. 310.

Page 61: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

51

Dalam perjalanan hukum Islam, Nikah Sirri bukanlah masalah yang baru,

karena di dalam kitab al-Muwatha karya Imam Malik telah termaktub, bahwa

istilah nikah sirri berasal dari perkataan Umar Ibnu al-Khathab r.a.:

ه اب سبز. أن عمز بزجم ف وكاح نم شد عه إال رجم اخبزوا مهك. ع

وكاح انسز ال وجشي ن كىت تقدمت ف نزجمت.امزأة: ذا

Artinya: “Bahwasanya Umar dihadapkan kepadanya seorang laki-laki yang

menikah tanpa ada saksi, kecuali seorang laki-laki dan seorang perempuan. Lalu

Umar berkata: Ini nikah sirri, Aku tidak membolehkannya, seandainya kamu

melakukannya pasti aku rajam.”

Pengertian nikah sirri dalam perspektif Umar tersebut adalah bahwa syarat

jumlah saksi belum terpenuhi, kalau jumlah saksi belum lengkap meskipun sudah

ada yang datang, maka nikah semacam ini memakai kriteria Umar dapat

dipandang sebagai nikah sirri.8

Dilihat dari keterangan nikah sirri tersebut dapat ditarik suatu pengertian

bahwa nikah sirri itu bersangkut-paut dengan kedudukan saksi dan syarat-syarat

pada saksi itu sendiri.

Imam Abu Hanifah dan Syafi‟i sependapat bahwa nikah sirri (rahasia)

tidak boleh.9 Kemudian mereka berselisih pendapat apabila terdapat dua orang

saksi dan keduanya diamanati untuk merahasiakan pernikahan, apakah hal ini

dianggap nikah sirri atau tidak?.

8http://www.badilag.net/data/ARTIKEL/ARTIKEL NASAB ANAK DI LUAR

PERKAWINAN.pdf, (diakses pada tanggal 7 Oktober 2013).

9 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Penerjemah M.A Abdurrahman dan A. Haris

Abdullah, (Semarang: CV. As-Syifa‟, 1990), Cet. Ke-1., h. 383.

Page 62: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

52

Imam Abu Hanifah dan Syafi‟i berpendapat bahwa hal itu bukan nikah

sirri. Tetapi Imam Malik berpendapat bahwa yang demikian itu adalah nikah sirri.

Perebedaan pendapat ini disebabkan, apakah kedudukan saksi dalam

perkawinan merupakan hukum syara‟, ataukah dengan saksi itu dimaksudkan

untuk menutup jalan perselisihan dan pengingkaran?

Bagi fuqaha yang berpendapat bahwa saksi merupakan hukum syara‟,

maka mereka mengatakan bahwa saksi menjadi salah satu syarat sahnya

pernikahan. Sedangkan bagi fuqaha yang berpendapat bahwa kedudukan saksi

adalah untuk menguatkan pernikahan, maka mereka menganggap saksi sebagai

syarat kelengkapan.

B. Itsbat Nikah dan Landasan Hukumnya

1. Pengertian Itsbat Nikah

Itsbat Nikah merupakan gabungan dari dua kalimat, yakni itsbat dan

nikah, yang kata masdarnya terambil dari asal kata إثباتا –ثبت –أثبت yang

mempunyai makna penetapan atau pembuktian. Sedangkan kata nikah adalah

ikatan lahir bathin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri

dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dalam dua kalimat di atas dapat digabungkan bahwa itsbat nikah adalah

penetapan oleh Pengadilan atas ikatan atau akad yang membolehkan terjadinya

hubungan suami isteri. Sebagaimana yang dirumuskan dalam Kamus Besar

Page 63: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

53

Bahasa Indonesia, itsbat nikah ialah penetapan tentang kebenaran (keabsahan)

nikah.

Di dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan pasal 64

berbunyi: untuk perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan

perkawinan yang terjadi sebelum Undang-Undang ini berlaku yang dijalankan

menurut peraturan-peraturan lama adalah sah.10

Pada dasarnya Syari‟at Islam tidak mewajibkan adanya pencatatan pada

setiap terjadinya akad pernikahan, namun dilihat dari segi manfaatnya, pencatatan

nikah amat sangat diperlukan, karena pencatatan nikah dapat dijadikan sebagai

alat bukti yang otentik agar seseorang mendapat kepastian hukum. Hal ini sejalan

dengan ajaran Islam sebagaimana Firman Allah Swt., yang termaktub dalam

Surah al-Baqarah ayat 282, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila

kamu bermu‟amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah

kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu

menuliskannya dengan benar...”.11

Sebagai warga yang berkeyakinan kepada Agama Islam dan warga negara

yang baik, taat kepada aturan pemerintah merupakan suatu kewajiban, selama

aturan tersebut tidak melanggar Syari‟at, maka dengan adanya pasal 5 dan 6

10

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum

Islam, Bandung: Citra Umbara, 2007.

11 Surah al-Baqarah ayat 282, Juz I.

Page 64: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

54

dalam KHI, setiap akad pernikahan haruslah dicatat menurut aturan dan prosedur

yang telah ditetapkan oleh Undang-undang.12

2. Itsbat Nikah Menurut Fikih

Dalam hal ini Syekh Jaad al-Haq Ali Jaad al-Haq membagi ketentuan yang

mengatur pernikahan kepada dua kategori13

:

a. Peraturan Syar‟i, yaitu peraturan yang menentukan sah atau tidaknya

sebuah pernikahan, peraturan ini adalah peraturan yang ditetapkan oleh

Syari‟at Islam seperti yang telah dirumuskan oleh para pakarnya dalam

buku-buku fikih dari berbagai mazhab, yang pada intinya adalah

kemestian adanya ijab dan kabul dari masing-masing dua orang yang

berakad (wali dan calon suami) yang diucapkan pada majlis yang sama,

dengan menggunakan lafal yang menunjukkan telah terjadinya ijab dan

kabul yang diucapkan masing-masing dari dua orang yang mempunyai

kecakapan untuk melakukan akad menurut hukum syara‟, serta dihadiri

oleh dua orang saksi yang telah balig, berakal lagi beragama Islam dimana

dua orang saksi itu disyaratkan mendengarkan sendiri secara langsung

lafal ijab dan kabul tersebut. Dua orang saksi hendaklah mengerti betul

12

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum

Islam, Bandung: Citra Umbara, 2007.

13http://www.badilag.net/data/ARTIKEL/ARTIKEL NASAB ANAK DI LUAR

PERKAWINAN.pdf, (diakses pada tanggal 7 Oktober 2013).

Page 65: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

55

tentang isi ijab dan kabul itu, serta syarat-syarat lainnya seperti yang telah

di bentangkan dalam kajian fikih.14

Oleh ulama besar ini, ketentuan-ketentuan tersebut dianggap sebagai

unsur-unsur pembentuk bagi akad nikah, apabila unsur-unsur pembentuknya

seperti diatur dalam syariat Islam itu telah secara sempurna dapat dipenuhi, maka

menurutnya akad nikah itu secara syara‟ telah dianggap sah, sehingga halal

bergaul sebagaimana layaknya suami-isteri itu sudah dianggap sebagai anak sah.15

b. Peraturan yang bersifat Tawsiqy, yaitu peraturan tambahan yang

bermaksud agar pernikahan di kalangan umat Islam tidak liar, tetapi

tercatat dengan memakai surat akta nikah secara resmi yang dikeluarkan

oleh pihak yang berwenang secara administratif, ada peraturan yang

mengharuskan agar suatu pernikahan dicatat menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Kegunaannya agar sebuah lembaga

perkawinan yang mempunyai tempat yang sangat penting dan strategi

dalam masyarakat Islam, bisa dilindungi dari adanya upaya-upaya negatif

dari pihak-pihak yang bertanggung jawab. Misalnya, sebagai antisipasi

dari adanya pengingkaran adanya akad nikah oleh seorang suami di

belakang hari, yang meskipun pada dasarnya dapat dilindungi lagi dengan

adanya pencatatan resmi di lembaga yang berwenang itu. Namun

demikian, menurut fatwa Syekh Jaad al-Haq Ali al-Haq, tanpa memenuhi

14

M. Zein Satria Efendi, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, (Jakarta:

Kencana, 2004), Cet. Ke-2, h. 33.

15http://www.badilag.net/data/ARTIKEL/ARTIKEL NASAB ANAK DI LUAR

PERKAWINAN.pdf, (diakses pada tanggal 7 Oktober 2013).

Page 66: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

56

peraturan perundang-undangan itu. Secara syar‟i nikahnya sudah dianggap

sah, apabila melengkapi segala syarat dan rukunnya seperti diatur dalam

syariat Islam.16

Lebih jelas lagi, dalam buku al-fiqh al-islami wa adillatuhu oleh Wahbah

az-Zuhaili secara tegas ia membagi syarat nikah menjadi syarat syar‟i dan syarat

tawsiqy. Syarat syar‟i, maksudnya suatu syarat di mana keabsahan suatu ibadah

atau akad tergantung kepadanya. Sedangkan syarat tawsiqy adalah sesuatu yang

dirumuskan untuk dijadikan sebagai bukti kebenaran terjadinya suatu tindakan

sebagai antisipasi adanya ketidakjelasan di kemudian hari.17

3. Landasan Hukum Itsbat Nikah

Adapun yang menjadi landasan atau dasar hukum dari itsbat nikah

terdapat dalam Bab XIII pasal 64 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan yaitu untuk perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan

perkawinan yang terjadi sebelum Undang-Undang ini berlaku yang dijalankan

menurut peraturan-peraturan lama adalah sah.18

Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Buku 1 pasal 7, yang

terkandung dalam pasal 64 Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 tentang

16

M. Zein Satria Efendi, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, (Jakarta:

Kencana, 2004), Cet. Ke-2, h. 34.

17 Ibid., h. 35.

18http://www.badilag.net/data/ARTIKEL/ARTIKEL NASAB ANAK DI LUAR

PERKAWINAN.pdf, (diakses pada tanggal 7 Oktober 2013).

Page 67: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

57

perkawinan tersebut dikualifikasikan sebagai upaya hukum yang disebut dengan

“Itsbat Nikah”.

Seperti yang dijelaskan dalam Pasal 7 Kompilasi Hukum Islam yang

menyatakan dan menetapkan sebagai berikut:19

a. Perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan Akta Nikah yang dibuat oleh

Pegawai Pencatat Nikah.

b. Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan Akta Nikah, dapat

diajukan itsbat nikahnya ke Pengadilan Agama.

c. Itsbat nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas mengenai

hal-hal yang berkenaan dengan:

1) Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian Perceraian

2) Hilangnya Akta Nikah

3) Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat

perkawinan

4) Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-Undang

No. 1 Tahun 1974, dan

5) Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak memiliki halangan

perkawinan menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974.

d. Yang berhak mengajukan permohonan Itsbat Nikah ialah pihak suami

istri, anak-anak mereka, wali nikah dan pihak yang berkepentingan dengan

perkawinan itu.

19

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum

Islam, Bandung: Citra Umbara, 2007.

Page 68: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

58

Dalam pasal 5 dan 6 Kompilasi Hukum Islam20

mengenai pencatatan

perkawinan mengungkapkan beberapa garis hukum sebagai berikut:

Pasal 5;

1) Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam, setiap

perkawinan harus dicatat.

2) Pencatatan perkawinan tersebut pada ayat (1), dilakukan oleh Pegawai

Pencatat Nikah sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang No. 22

tahun 1946 (Tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk), jo. Undang-

Undang No. 32 tahun 1954 (Tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk).

Pasal 6;21

1) Untuk memenuhi ketentuan pasal 5, setiap perkawinan harus

dilangsungkan di hadapan dan di bawah pengawasan Pegawai Pencatat

Nikah.

2) Perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah

tidak mempunyai kekuatan hukum.

Apabila ada salah satu dari kelima alasan di atas yang dipergunakan, dapat

segera mengajukan permohonan itsbat nikah ke Pengadilan Agama, sebaliknya

akan sulit bila tidak memenuhi salah satu alasan yang telah ditetapkan. Tetapi

untuk pernikahan di bawah tangan, hanya dimungkinkan itsbat nikah dengan

20

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum

Islam, Bandung: Citra Umbara, 2007.

21Ibid.,

Page 69: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

59

alasan dalam rangka penyelesaian perceraian. Sedangkan pengajuan itsbat nikah

dengan alasan lain (bukan dalam rangka perceraian) hanya dimungkinkan jika

sebelumnya sudah memiliki akta nikah dari Pejabat yang berwenang.22

Dalam permohonan itsbat tersebut, sebaiknya status anak dimohonkan

pula sebagai anak dalam perkawinan sehingga kelak anak dikemudian hari dapat

dikatakan secara hukum sebagai anak kandung.

Setelah ada penetapan itsbat nikah dari Pengadilan Agama, dapat

mengajukan permohonan pencatatan kelahiran anak kepada Kantor Pencatatan

Sipil di wilayahnya. Kelak berdasarkan penetapan itsbat tersebut, Kantor

Pencatatan Sipil akan menerbitkan Akta Kelahiran istimewa.

C. Fatwa MUI Tentang Nikah di Bawah Tangan

Nikah di bawah tangan yang dimaksud dalam fatwa ini adalah pernikahan

yang terpenuhi semua rukun dan syarat yang ditetapkan dalam fikih atau hukum

Islam. Namun, nikah ini tanpa pencatatan resmi di instansi berwenang

sebagaimana diatur dalam perundang-undangan.23

22

http://Islamiccenterfordemocracyandhumanrightsempowermwntt.net/2010/15/pentingny

a itsbat-nikah.html. (diakses pada tanggal 27 Agustus 2013).

23 Asrorun Ni‟am Sholeh. Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga. (Jakarta:

eLSAS, 2008), h. 147. Wawancara dengan KH. Ma‟ruf Amin, Ketua Majelis Ulama Indonesia

yang membidangi masalah fatwa keagamaan, sekaligus mantan Ketua Komisi Fatwa MUI,

dilakukan pada 2 Februari 2008 di Kantor Majelis Ulama Indonesia, Masjid Istiqlal Jakarta.

Penyebutan dengan istilah Nikah di Bawah Tangan untuk membedakan dengan nikah sirri yang

mempunyai konotasi lain. Kalau nikah sirri, dalam pengertian nikah yang dilakukan hanya berdua

saja, tidak memakai syarat dan rukun nikah lainnya, bisa dipastikan pernikahan semacam ini tidak

sah.

Page 70: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

60

Terkait dengan masalah haram jika ada kemudharatan, Ma‟ruf Amin

menegaskan bahwa hukum nikah yang awalnya sah karena memenuhi syarat dan

rukun nikah, menjadi haram karena ada yang menjadi korban. Dengan demikian,

“Haramnya itu datangnya belakangan. Pernikahannya sendiri tidak batal, tapi

menjadi berdosa karena ada orang yang ditelantarkan, sehingga ia berdosa karena

mengorbankan isteri atau anak. Sah tapi haram kalau sampai terjadi korban. Inilah

uniknya.

Dalam menyikapi masalah pernikahan di bawah tangan, Ijtima Ulama

Komisi Fatwa se-Indonesia sepakat bahwa pernikahan harus dicatatkan secara

resmi pada instansi berwenang, sebagai langkah preventif untuk menolak dampak

negatif/mudlarah (saddan li adz-dzari‟ah).24

Disamping pertimbangan sadd adz-dzari‟ah, pelarangan nikah di bawah

tangan didasarkan pada keharusan adanya ketaatan terhadap pemimpin negara

(ulil amri), sebagaimana firman Allah Swt.:

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil

amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu,

Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu

lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. an-Nisa „ [4]: 59)

24

Asrorun Ni‟am Sholeh. Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga. (Jakarta:

eLSAS, 2008), h. 148.

Page 71: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

61

Di tilik dari aspek keteladanan Nabi Saw., nikah di bawah tangan jelas

bertentangan dengan petunjuk dan praktek pernikahan yang dilakukan Nabi dan

sahabatnya. Dalam beberapa hadis diterangkan tentang adanya tuntunan untuk

mempublikasikan pelaksanaan pernikahan, melalui resepsi walimah, sebagaimana

sabda Nabi Saw. ketika mengetahui bahwa salah satu sahabatnya, Abdurrahman

ibn „Auf menikah:

بشاة )راي انبخاري مسهم( ن نم سهم أ ل هللا صهى هللا عه قال رس

“Selenggarakanlah walimah meski hanya dengan menyembelih satu ekor

kambing”. (HR. al-Bukhari Muslim)25

Pada riwayat lain, Rasulullah Saw. memerintahkan untuk

mempublikasikan pernikahan dan membolehkan memainkan alat musik pukul

dalam rangka resepsi pernikahan tersebut. Sabdanya:

ب اضزبا عه اندف )راي انحاكم أحمد انتزمذي(أعهىا انىكاح

“Umumkanlah pernikahan, lakukanlah pernikahan dimasjid dan pukullah duff

(sejenis alat music pukul)”. (HR. al-Hakim, Ahmad dan at-Tirmidzi)26

Perintah melakukan publikasi pernikahan dimaksudkan agar orang lain

mengetahui sebuah pernikahan, untuk memperjelas status, serta agar tidak

memungkinkan terjadinya penyimpangan.

Secara yuridis, sistem hukum Indonesia tidak mengenal istilah “kawin

bawah tangan” dan semacamnya dan tidak mengatur secara khusus dalam sebuah

25

Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari (Beirut: Dar Ibn Katsir, 1407 – 1987), cetakan ketiga,

juz 5, h. 1979, hadis nomor 4858.

26 Ibn Hajar al-Atsqalani, Fath al-Bari (Beirut: Dar al-Ma‟rifah, 1379), juz 9, h. 226. Pada

hadis ini, Ibn Hajar menjelaskan bahwa tambahan perintah memukul duff merupakan riwayat

Imam at-Turmudzi dan Ibn Majah dari „Aisyah, namun dianggap sebagai riwayat yang dla‟if,

sementara perintah publikasi pernikahan mempunyai derajat shahih.

Page 72: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

62

peraturan. Namun, secara sosiologis, istilah ini diberikan bagi perkawinan yang

tidak dicatatkan dan dianggap dilakukan tanpa memenuhi ketentuan undang-

undang yang berlaku, khususnya tentang pencatatan perkawinan yang diatur

dalam UU Perkawinan pasal 2 ayat 2.

Dampak negatif lain akibat nikah bawah tangan dirasakan pada hak-hak

sipil dan keperdataan anak yang lahir dari pasangan suami-isteri (pelaku nikah di

bawah tangan). Terhadap anak, tidak sahnya perkawinan bawah tangan menurut

hukum negara memiliki dampak negatif bagi status anak yang dilahirkan di mata

hukum, yakni status anak yang dilahirkan dianggap sebagai anak tidak sah.

Konsekuensinya, anak hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan

keluarga ibu. Artinya, si anak tidak mempunyai hubungan hukum terhadap

ayahnya.27

Di dalam akte kelahirannyapun statusnya dianggap sebagai anak luar

nikah, sehingga hanya dicantumkan nama ibu yang melahirkannya. Keterangan

berupa status sebagai anak luar nikah dan tidak tercantumnya nama si ayah akan

berdampak sangat mendalam secara sosial dan psikologis bagi si anak dan ibunya.

Dari sisi penggunaan dalil sad adz-dzari‟ah dalam penetapan fatwa nikah

di bawah tangan, Ijtima‟ Ulama menggunakannya secara eksplisit, menggunakan

pendekatan manhaji serta corak ijtihadi intiqa‟i.28

27

Sebagaimana ketentuan dalam pasal 42 dan pasal 43 UU Nomor 2 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, serta pasal 100 Kompilasi Hukum Islam (KHI).

28Asrorun Ni‟am Sholeh. Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga. (Jakarta:

eLSAS, 2008), h. 149.

Page 73: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

63

BAB IV

ANALISIS PENETAPAN Nomor 0244/Pdt.P/2012/PA.JS

A. Deskripsi Penetapan Perkara

1. Alasan Pemohon I dan Pemohon II memohon isbath nikah yang telah

melangsungkan akad nikah di Desa Karanganyar, Kecamatan Kedung

Banteng, Kabupaten Slawi dengan wali ayah kandung Pemohon II yang

bernama (pulan) tidak dicatatkan karena tidak mempunyai biaya;

2. Bahwa pada saat perkawinan dilangsungkan Pemohon II berada di kamar

sehingga tidak dapat menerangkan prosesi perkawinan;

3. Pemohon I menerangkan ia menikahi Pemohon II menjalani prosesi

sebagaimana orang lain melaksanakan perkawinan, yaitu Pemohon I

berjabatan tangan dengan ayah kandung Pemohon II lalu dinikahkan;

4. Bahwa yang hadir pada saat pelaksanaan akad nikah Pemohon I dan

Pemohon II. Ialah Pemohon I, ayah kandung Pemohon II (pulan) dan

Ustadz serta dua saudara perempuan Pemohon II yang bernama (pulan) 1

dan (pulan) 2 dan tidak ada yang lainnya lagi;

Tentang Hukumnya: bahwa Para Pemohon mohon agar perkawinan yang

telah dilangsungkan pada tanggal 10 Juli 1997 agar diisbathkan, karena tidak

tercatat dengan alasan tidak memiliki biaya;

Bahwa untuk mengetahui sah atau tidaknya sebuah perkawinan, maka

harus dilihat dari tata cara pelaksanaan perkawinan sudah sesuai dengan agama

yang bersangkutan atau tidak sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 ayat (2)

Page 74: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

64

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan :

“Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya itu”.;

Bahwa oleh karena Pemohon I dan Pemohon II beragama Islam, maka

Majelis Hakim harus meneliti tentang pelaksanaan akad nikah tersebut sesuai

ketentuan agam yang dianut keduanya, sebagaimana ketentuan Pasal 14

Kompilasi Hukum Islam (KHI), “Untuk melaksanakan perkawinan harus ada: a.

Calon Suami b. Calon Istrei c. Wali Nikah d. Dua Orang Saksi dan e. Ijab dan

Kabul”.

Bahwa dalam pernikahan Pemohon I dan Pemohon II rukun nikah huruf a,

b dan c sudah terpenuhi, huruf d tidak terpenuhi, karena saksi laki-laki hanya satu

orang dan lainnya perempuan, sedangkan huruf e (ijab Kabul) belum jelas;

Bahwa Majelis Hakim mengambil pendapat ulama fiqih dari kitab Fathul

Muin IV halaman 253, yang diambil sebagai pendapat Majelis Hakim:

وف الدعىي بنكاح عل إمرأة ذكر صحته وصحته وشروطه

Artinya: “Di dalam dakwa telah nikah kepada perempuan harus menerangkan

shahnya nikah dan syarat-syaratnya.”

Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, terbukti bahwa

pernikahan Pemohon I dan Pemohon II belum memenuhi syarat sebagaimana

dimaksud menurut hukum Islam, dan dengan demikian permohonan Para

Pemohon harus dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Onvankelijk verklaart);

Page 75: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

65

Bahwa berdasarkan penetapan sela tanggal 22 Januari 2013, Para Pemohon

dibebaskan dari membayar biaya perkara;

Hakim Menetapkan:

1. Menyatakan permohonan Para Pemohon tidak dapat diterima (Niet

Onvakelijk Verklaart);

2. Membebaskan Para Pemohon dari membayar biaya perkara.

Demikian penetapan ini dijatuhkan pada hari Selasa tanggal 05 Maret

2013 Miladiyah bertepatan dengan tanggal 24 Rabiul Akhir 1434 Hijriyyah, oleh

Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

B. Kebijakan Hakim Dalam Menetapkan Perkara

Dalam pasal 2 ayat 1, bahwa sebuah perkawinan adalah sah apabila

dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Ini

berarti bahwa jika suatu perkawinan telah memenuhi syarat dan rukun nikah atau

ijab Kabul telah dilaksanakan (bagi umat Islam) maka perkawinan tersebut adalah

sah terutama di mata agama dan kepercayaan masyarakat. Khusus bagi orang

Islam pelaksanaannya di KUA dan Khusus bagi non Islam di Catatan Sipil

Negara. Dan bagi orang Islam dicatatkan oleh KUA pencatatan perkawinannya,

sedangkan orang non Islam dicatatkan oleh Catatan Sipil Pusat, sebagaimana

Page 76: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

66

pencatatan diatur dalam Undang-Undang Perkawinan pasal 2 ayat 2: “ Tiap-tiap

perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.”1

Kompilasi Hukum Islam membuka kesempatan kepada mereka untuk

mengajukan permohonan itsbath nikah (Penetapan nikah). Pasal 7 ayat (2) dan (3)

mengungkapkan sebagai berikut:

Ayat (2), “Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akta nikah, dapat

diajukan itsbat nikahnya ke Pengadilan Agama.”

Lalu kemudian dibatasi dengan ayat (3), “Itsbat nikah yang dapat diajukan

ke Pengadilan Agama terbatas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan:2

1. Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian;

2. Hilangnya Akta Nikah;

3. Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan;

4. Adanya perkawinan yang berlaku sebelum berlakunya Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974;

5. Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan

perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.

Selanjutnya beliau mengatakan dalam rukun dan syarat perkawinan harus

terpenuhi semua dan disebutkan dalam: Pasal 14 Kompilasi Hukum Islam yaitu:

1 Wawancara dengan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Agama Jakarta Selatan bernama

Dra. Hj. Athiroh Muchtar, S.H., M.H. pada tanggal 18 September 2013.

2 Ibid., Wawancara.

Page 77: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

67

Untuk melaksanakan perkawinan harus ada : 1. Calon Suami 2. Calon Isteri

3. Wali nikah 4. Dua orang saksi dan 5. Ijab dan Kabul.

Kemudian dalam Perkara Nomor 0244/Pdt.P/2012/PA. JS tentang

permohonan itsbat nikah, bahwa terbukti pernikahan Pemohon I dan Pemohon II

belum memenuhi syarat, karena huruf d tidak terpenuhi, karena saksi laki-laki

hanya satu orang dan lainnya perempuan, sedangkan huruf e (ijab Kabul) belum

jelas.

Beliau berpedoman kepada Kitab Fiqih Qolyubi:

ف النكاح والطلق ال تقبل شهادة النساء ف الحدود وال 3

Artinya: “Tidak dapat diterima kesaksian perempuan di dalam masalah jinayah

dan juga di dalam perkawinan dan talak.”

Kesaksian perempuan itu tidak dapat diterima di dalam masalah jinayah

(pidana) dan begitu juga dalam masalah perkawinan dan talak tidak diperbolehkan

wanita menjadi saksi, saksi itu harus laki-laki, kecuali dalam hal transaksi jual beli

atau mua’amalah diperbolehkan wanita menjadi saksi. Dan perempuan tidak bisa

menjadi saksi dalam ijab Kabul suatu pernikahan, hanya laki-laki yang harus

menjadi saksi. Begitu juga lafaz ijab Kabul yang belum jelas dalam akad nikah

yang masih diragui oleh hakim.4

Sehingga permohonan Para Pemohon tidak dapat diterima (Niet

Onvankelijk Verklaart). Dengan alasan satu orang saksi laki-laki dan dua orang

perempuan itu tidak boleh menjadi saksi, dan harus laki-laki semua saksinya.

3 Wawancara dengan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Agama Jakarta Selatan bernama

Dra. Hj. Athiroh Muchtar, S.H., M.H. pada tanggal 18 September 2013.

4 Ibid., Wawancara.

Page 78: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

68

C. Analisis Penulis

Permohonan Itsbat Nikah dengan nomor 0244/Pdt.P/2012/PA.JS. apabila

kita kaji dengan seksama, terdapat suatu yang kurang pas dalam penetapan

perkara tersebut. Karena memang rukun dan syarat perkawinan telah diatur dalam

Kompilasi Hukum Islam pada pasal 14 yang berbunyi:

Untuk melaksanakan perkawinan harus ada : 1. Calon Suami 2. Calon Isteri

3. Wali nikah 4. Dua orang saksi dan 5. Ijab dan Kabul.

Para Pemohon untuk mengajukan istbath nikah karena memang mereka

ingin nikahnya tercatatkan di KUA, pernikahan mereka belum tercatatkan karena

memang mereka tidak mempunyai akan biaya untuk itu. Pemohon I umur 56

tahun, beragama Islam, Pekerjaan Karyawan Swasta, tempat tinggal di Jl. Harun

RT. 13 RW. 01 Kelurahan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, dan Pemohon II

umur 36 tahun, beragama Islam, pekerjaan ibu rumahtangga, tempat tinggal di Jl.

Harun RT. 13 RW. 01 Kelurahan Kebayoran Lama Selatan, Kecamatan

Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Mereka telah dikaruniai 3 (tiga) orang anak:

a. Anak I, lahir pada tanggal 30 September 1998;

b. Anak II, lahir pada tanggal 12 September 1999;

c. Anak III, lahir pada tanggal 22 September 2003

Apabila kita melihat seperti itu memang sungguh memprihatinkan, karena

mereka mempunyai 3 (tiga) orang anak yang belum mempunyai akta kelahiran

yang sah menurut hukum. Karena Pemohon I dan Pemohon II nikahnya belum

dicatatkan dan belum mempunyai akte nikah yang sah, sehingga akte lahir anak

pun belum dibuat. Oleh karena itu, Pemohon I dan Pemohon II mengajukan itsbat

Page 79: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

69

nikahnya ke Pengadilan Agama Jakarta Selatan berharap untuk dapat disahkan,

sehingga nanti akan mempunyai akte nikah yang sah, dan apabila sudah disahkan

oleh Pengadilan maka anak merekapun akan mudah dalam mengurus akta

lahirnya.

Di dalam salinan penetapan perkara No. 0244/Pdt.P/2012/PA.JS. terdapat

Posita dan Petita (Petitum) yang telah diberikan keterangan oleh Para Pemohon

dengan yang sebenar-benarnya. Hakimpun seharusnya lebih analisis dan cermat,

dalam hal membandingkan hukum-hukum fikih yang ada dan lebih kaya akan

literatur-literatur kitab-kitab fikih klasik dan kontemporer terutama kitab fikih

ulama-ulama Mutaqaddimin dan kitab fikih ulama-ulama Muta’akhirin, sehingga

dikomulasikan kebijakan yang akan tercipta dari berbagai ilmu-ilmu fikih,

khususnya untuk Hakim Pengadilan Agama.

Hakim tidak dapat menerima itsbat nikah Para Pemohon, karena beralasan

pada pasal 14 mengenai rukun dan syarat perkawinan belum memenuhi syarat

sahnya. Sehingga beliau berbeda haluan yang diinginkan Para Pemohon, itulah

hasil ijtihad Majelis Hakim.

Adapun yang menjadi titik tolak yang menyebabkan tidak diterimanya

itsbat nikah Para Pemohon yakni karena kesaksian yang kurang memenuhi syarat

dan ijab dan kabul kurang jelas di mata hakim.

Majelis Hakim mengacu kepada kitab Qolyubi: “Tidak dapat diterima

kesaksian perempuan di dalam masalah jinayah dan juga di dalam perkawinan dan

talak.”

Page 80: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

70

Penulis tidak setuju dengan Majelis Hakim menetapkan tidak dapat

diterima isbath nikah dengan alasan syarat dan rukun nikah belum terpenuhi, yaitu

satu saksi laki-laki dan selebihnya perempuan (dua perempuan), apabila kita

melihat Undang-Undang Ahwal Syakhshiyyah Syria (Pasal 12) mengambil

pendapat Mazhab Hanafi dalam masalah persaksian, “Dalam sahnya akad nikah

disyaratkan kehadiran dua orang saksi lelaki, atau seorang lelaki dan dua orang

perempuan. Majelis Hakim harus lebih bijaksana dalam menetapkan perkara dan

tidak bertitik tolak pada satu mazhab sekaligus melihat maslahahnya.

Dalam suatu pernikahan di bawah tangan tidak diisbathkan lagi oleh

Pengadilan akan menimbulkan dampak negatif, dan mendatangkan kemadharatan

di masa yang akan datang kelak. Karena apabila perkawinan sudah dicatatkan

kelak akan mempunyai kekuatan hukum, dan para pihak terlindungi, baik pihak

isteri maupun anak, sehingga akan memperoleh hak-haknya di kemudian hari.

Perkawinan yang sudah dicatat oleh pegawai pencatat nikah, maka perkawinannya

diakui oleh negara.

Page 81: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

71

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Itsbat nikah adalah penetapan oleh Pengadilan atas ikatan atau akad yang

membolehkan terjadinya hubungan suami isteri.

Perkawinan di bawah tangan seringkali menimbulkan mudharrat terhadap

istri dan/atau anak yang dilahirkan dan tidak mempunyai kekuatan hukum, dan

lain sebagainya. Secara sosial, pasangan suami isteri pelaku nikah bawah tangan

cenderung sulit bersosialisasi karena biasanya dianggap sebagai isteri simpanan

atau isteri tidak sah.

Adapun alasan hakim tidak menerima Itsbat Nikah para pemohon yaitu

karena kesaksian yang kurang memenuhi syarat dan Ijab Kabul kurang jelas di

mata hakim. Majelis Hakim mengacu kepada Kitab Qolyubi, isinya adalah

sebagai berikut: “Tidak dapat diterima kesaksian perempuan di dalam masalah

jinayah dan juga di dalam perkawinan dan talak”.

Sehingga di kemudian hari apabila Majelis Hakim tidak menerima

permohonan itsbat nikah para pemohon, maka akan menimbulkan dampak negatif

(mudlarah) terhadap isteri dan atau anak yang dilahirkannya terkait dengan hak-

hak mereka seperti nafkah, hak waris dan lain sebagainya. Tuntutan pemenuhan

hak-hak tersebut manakala terjadi sengketa akan sulit dipenuhi akibat tidak

adanya bukti catatan resmi perkawinan yang sah.

Page 82: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

72

Dalam suatu perkawinan dengan kehadiran saksi adalah sangatlah penting.

Penulis tidak setuju akan kebijakan Majelis Hakim yang tidak menerima

permohonan Itsbat Nikah dengan alasan 1 saksi Pria dan 2 Saksi perempuan tidak

sah nikahnya. Dijelaskan dalam kitab fikih Hanafiyah pernikahan yang dihadiri 1

saksi laki-laki dan 2 saksi perempuan itu sah. Oleh karena itu kesaksian harus

disyaratkan di dalam sebuah pernikahan agar kelak sang Ayah (suami) tidak

mengingkari keberadaan keturunannya sehingga anak-anak tidak kehilangan

nasab mereka.

B. Saran

1. Para Pemohon Itsbath Nikah sebenarnya masih bisa untuk mengajukan

permohonan itsbath nikah kembali, dalam wawancara penulis hakim

memberikan keterangan, bahwasanya itsbat nikah yang tidak dapat diterima

itu dapat diajukan kembali permohonannya, karena permohonannya tidak

dapat diterima (Niet Onvankelijk Verklaard/N.O) yaitu permohonan

mengandung cacat “error in persona” dalam bentuk plurium litis consortium

dalam arti permohonan yang diajukan tidak lengkap dan kurang pihak yang

ditarik sebagai keterangan dalam persidangan, dan para pemohon dapat

mengajukan banding, akan tetapi para pemohon tidak mengajukan banding.

2. Masyarakat sekiranya jangan melakukan praktik nikah di bawah tangan,

karena dampak negatifnya sangat besar bagi yang melakukannya. Dan tidak

mempunyai kekuatan hukum, khsususnya bagi kaum hawa jangan mudah

terayu oleh pria yang mengajak nikah bawah tangan.

Page 83: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

73

3. Untuk instansi yang berwenang dalam masalah hal perkawinan, sekiranya

sama-sama untuk memberi peringatan kepada masyarakat untuk tidak

melakukan nikah bawah tangan karena sebagai langkah preventif untuk

menolak dampak negatif/mudharrat.

Page 84: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

74

DAFTAR PUSTAKA

Amin Suma, Muhammad. Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada 2004.

A.Rasyid, H. Raihan, Hukum Acara Peradilan Agama, Cet-14, Jakarta: Sinar

Grafika, 2010.

Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Abdullah bin Nuh dan Oemar Bakri, Kamus Arab-Indonesia-Inggris, Jakarta:

Mutiara, tt.

Az-Zuhaili, Prof. Dr. Wahbah, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 9, Jakarta: Darul

Fikir, 2011.

Asmawi, Mohammad, Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan. Yogyakarta:

Darussalam, 2004.

Departemen Agama, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, Serta Kompilasi Hukum

Islam, (Jakarta: 2004).

Djalil, H. A. Basiq, Ilmu Ushul Fiqih 1 dan 2. Jakarta: Kencana, 2010.

Hosen, KH. Ibrahim. Fiqh: Perbandingan Masalah Pernikahan. Jakarta: Pustaka

Firdaus, 2003.

Instruksi Presiden R.I. Nomor 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam Di

Indonesia. Departemen Agama R.I. Direktorat Jenderal Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam Tahun 1997/1998.

Kuzari, Achmad, Nikah Sebagai Perikatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1995.

Lubis, Sulaikin, Hukum Acara Peradilan Agama di Indonesia, Cet-3, Jakarta:

Kencana, 2008.

M. Zein, H. Satria Effendi. Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer:

Analisis Yurisprudensi Dengan Pendekatan Ushuliyah. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2010.

Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Ramulyo, M. Idris. Tinjauan Beberapa Pasal Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 Dari Segi Perkawinan Islam. Ed. Rev. Jakarta: Ind. Hill-Co, 1990.

Page 85: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

75

Rusdiana, Kama dan Arifin, Jaenal. Perbandingan Hukum Perdata. Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2007.

Ramulyo, Mohd. Idris, Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara

Peradilan Agama, dan Zakat Menurut Hukum Islam. Jakarta: Sinar Grafika,

2006.

Shahih Muslim, Kitab an-Nikah, Bab 9. Dar – ihya‟ al-kutub al-arabiyyah, 1336

H/1918 M.

Sofyan,Yayan “Itsbat Nikah Bagi Perkawinan Yang Tidak Dicatat Setelah

Diberlakukan UU. No. 1 Tahun 1974 Di Pengadilan Agama Jakarta

Selatan”, Ahkam IV, no. 8 (2002).

Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah 5. Tahkik dan Takhrij: Muhammad Nasiruddin Al-

Albani. Jakarta : Cakrawala Publishing, 2009.

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh

Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan. Jakarta: Kencana, 2009.

Syakiri, Muhammad Fu’ad. Perkawinan Terlarang: al-misyar (kawin perjalanan),

al-„urfi (kawin bawah tangan), as-sirri (kawin rahasia), mut‟ah. Jakarta:

CV. Cendikia Sentra Muslim, 2002.

Sholeh, Asrorun Ni’am. Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga.

Jakarta: eLSAS, 2008.

Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Antara Fiqh

Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan. Jakarta: Kencana, 2009.

Shomad, Abd, Hukum Islam (Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum

Indonesia). Jakarta: Kencana, 2010.

Tihami , H.M.A dan Sahrani, Sohari. Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah

Lengkap. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum

Islam, Bandung: Citra Umbara, 2007.

Umar, Abdurrahman, Kedudukan Saksi dalam Peradilan Menurut Hukum

Islam,Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1996.

https://intanghina.wordpress.com/2008/05/27/analisis-yuridis-status-hukum-istri-

yang-menikah-di-bawah-tangan-berdasarkan-ketentuan-yang-berlaku-

tentang-perkawinan.

Page 86: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

76

http://www.badilag.net/data/ARTIKEL/ARTIKEL NASAB ANAK DI LUAR

PERKAWINAN.pdf, (diakses pada tanggal 7 Oktober 2013).

Page 87: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

::'. ?i

Ftrffi**ii..eH &&eeE* J,ffi*T* StrtAT&H,JL HffiscncR.M. N6, t ft&unan, PasmMi*ggru, Jakarbfulaten

rep (021| 78M0(If3, Fax. (t21) 78ffigf43 Jakarta 12550

uebsib : uiww.p+iakarhsdatar.go.id +mail : kefua@paiakarHseta&n.go.id.

$TIR&T I€F"TEEAfEGAfiINomor \Al9 .A4t 8o'l!? /HK.G5/tXl?t)1 3

Wekit F*nitera Feng#*tm Agerna Jakaxt* '$elatan, Ms&E surdUniversitrs lslam Negeri (UIN) $yarif Hidayat*rllah Jakarta, NornorUn0tJF4/i{tf, W-frZJ3HffiJZO1 3, tanssal 3t Juli 2013, rnererangiran hahwa :

NamaNomcr FokokTempaUTerrggal laftirSernesterJunsasrlKorrmntrasiAlamat

: RsE*tfiAilS?All {**rlr Jl|e: 109O{41ffiG48: Jaftar&, 20 M#et tgffi: Vlll {ddryan): Ahlrmlu Slr*kh"iyy"h / Perdilan Agama: *{p. Atastua Rt. OO1/04 l(elumhan $ernar}an,

t{eearnatan }{elkHe.g, Jalsare Sarat

Bemar teldl rnehEanal**n $*anr$arrc*ra di Pee$*djlail,Agerna J*e Sdatan;&lam rang& pen.utlsan.striFci'Wa$,&mi*nilul :

,,DAffiFAK FET'IOLAI(AST ISTEAT ISKAH TERHAT}AP STATT'S PESU{AEfI$'AT{

DAI'T AI{AK {Sru$ ANAUSIS FUTUSATiIPERf(*RA,{ofifr oR o2t4rPdrcrff tzlPAJs"

Demikian surat keterargan ini agar depd dipergunakan sebagaimanamestinya.

.rakadA SCI Sepfernbs 2*ll3

Pa*itera,

HEfiYA6

Page 88: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

PERTANYAAN-PERTAI\-YAAII WAWA}iCARA UNTUK PERKARA NOMOR

a244tPdLPt2012tPA.JS

Pertanyaan dltujukan untuk Ibu Dra. Hj. Athiroh Muchtar, SH., M.H. yaitu:

Kenapa Ibu Hakim menolak Penetapan Istbat Nikah Pihak I dan tr dalam perkara

Nomor 02441P dt.P /2012/P A.JS dan apa kebijakannya?

Dalam Perkara Nomor A244lPdt.P/2012iPA.JS Syarat dan Rukun Nikah terutama

Huruf D (Para Saksi) itu menurut Ibu Tidak Terpenuhi, dan Huruf E (Ijab Qabulnya

belum jelas) Kenapa Ibu Hakim berpendapat seperti itu??

Selanjutnya alasan ibu apa bahwa pernikahan tersebut dalam Rukun dan Syaratnya

tidak sah? Sehingga apabila Rukun dan Syaratrya tidak sah berarti Nikahnya pun

tidak satr?

Sebelumnya saya minta maaf Ibu Flakim, saya sudah bertanya seperti demikia4 karena

saya wawancara dengan Ibu Hakim untuk menyelesaikan Skripsi yang saya sedang garap.

S.II, M.II)

t.

2.

3.

Page 89: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

A. Hasil Wawancara

Dalam pasal 2 ayat l, batrwa sebuah perkawinan adalah satr apabila

dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayumnya itu. Ini

berarti bahwa jika suatu perkawinan telah memenuhi syarat dan rukun nikah atau

ijab Kabul telah dilaksanalorr (bagi umat Islam) mala perkawinan tersebut adatah

sah terutarna di mata agama dan kepercayaan masyarakat. Khusus bagi orang

Islam pelalsanaannya di KUA dan Khusus bagi non Islam di Catatan Sipil

Negara Dan bagi oratrg Islam dicatatkan oleh KUA pencatatan perkawinannya,

sedangkan orang non Islam dicafatkan oleh Catatan Sipil Pusat, sebagaimana

pencatatan diatur dalam Undarrg-Undang Perkawinan pasat 2 ayat2: * Tiap.tiap

perkawinan dicatat menurut perattnan perundang-undangan yang berlaku." I

Kompilasi Hukum Islam membuka kesempatan kepada mereka unttrk

mengajukan permohonan itsbath niloh (Penetapan nikah). Pasal 7 ayat Q) dan (3)

mengungkapkan sebagai berikul

AyatQ),"'Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akta nikah, dapat

diajukan itsbat nikalrnya ke Pengadilan Agama."

LaIu kemudian dibatasi dengan ayat (3), *trtsbat niloh yang dapat diajukan

ke Pengadilan Agama terbatas mengenai hal-hat yang berkenaan dengan:2

1. Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian;

I Wawancara dengan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Agama Jalorta Selatan bernamaDra" qi. Athiroh Muchm, S.H., IvLtrL pada tanggal l8 Sept€mber 2013-

2 lbid.,Wawancara

Page 90: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

2. Hilangnya AktaNikah;

3. Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salatr satu syarat perkawinan;

4. Adanya perkawinan yang berlaktr sebelum berlakunya Undang-undang

Nomor I Talun 1974;

5. Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan

perkawinan menurut {Jndang-Undang Nomor I Tahun 1914.

Selaqiutrya beliau mengatakan dalam ruhm dan syarat perkawinan harus

terpenuhi semua dan disebutkan dalam: Pasal 14 Kompilasi Hukum Islam yaitu:

Untuk melaksanakan perkawinaa harus ada : 1. Calon Suami 2. Calon Isteri

3. Wali nikah 4. Dua orang sa}si dan 5. Ijab dan Kabul.

Kemudian dalam Perkara Nomor oz44tPdLplzor2lpL. JS tentang

itsbat nikall bahwa t€rbukti pemikahan Pemohon I dan Pemohon II

belum mememrhi syaraL karena huruf d tidak terpenuhi, kmena sal$i laki-laki

hanya satu orang dan lainnya perempuan, sedangkan huntr e (ijab Kabul) belum

jelas.

Beliau berpedoman kepada Kitab Fiqih Qolyubi:

Artinya *ndak dapat diterima *",*,;#;.fi?lf Hif,l#fisf,*danjuga di dalam perkawinan dan talak.,,

Kesaksian perempuan itu tidak dapat diterima di dalam masalatr jinayah

(pidana) dao begitu juga dalaur masalah perkawinan dan talak tidak diperbolehkan

wanita menjadi saksi, saksi itu harus laki-laki, kecuali dalam hal transaksi jual beli

3 Wawancara dengan Hakim Ketrra Majelis Pengadilan Agama Jakarta Selatan bernamaDra. Hj. Athimh Muchtar, S.H., M.H. pada tanggal lS S€ptemb€r 2013.

Page 91: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

atau muaoam&lah diperbolehkan wanita menjadi saksi. Dan perempuan tidak bisa

menjadi salsi dalam [iab Kabul ildu p€rnikaha& hanya laki-lald yang hanrs

menjadi saksi. B€gltu juga ta&z ijab lGbul yang betum jelas dalam akad nikqh

yang masih diragui olehhakim.a

Sehiogga pumohoaan Para Pemohon tidak dapat diterima (Nia

Onva*elijk V€*tatrt). Dengan alasan satu orang salci laki-laki dan dua orang

p€,r€mpum itu tidak boleh menjadi saksi, dan harus laki-laH semua mtcsinya

* Ibid,wawancara"

Page 92: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap
Page 93: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

SALINAN

PENETAPAN

Nomor xxx/Pdt.P/2012/PA JS.

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang memeriksa dan mengadili perkara

perdata pada tingkat pertama telah menjatuhkan penetan dalam perkara isbath nikah

yang diajukan oleh:

1 Pemohon I, umur 55 tahun, agama Islam, pekerjaan Karyawan Swasta, tempat

tinggal di Jl. Harun RT. 13 RW. 01 Kelurahan Kebayoran Lama Selatan,

Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, sebagai Pemohon I;

2 Pemohon II, umur 35 tahun, agama Islam, pekerjaan ibu rumahtangga, tempat

tinggal d di Jl. Harun RT. 13 RW. 01 Kelurahan Kebayoran Lama Selatan,

Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, sebagai Pemohon II;

Selanjutnya Pemohon I dan Pemohon II disebut Para Pemohon;

Pengadilan Agama tersebut;

Setelah membaca dan mempelajari berkas perkara;

Setelah mendengar Pemohon I dan Pemohon II;

TENTANG DUDUK PERKARANYA

Menimbang, bahwa Pemohon dengan surat permohonannya tertanggal 17

Desember 2012, yang didaftar pada Buku Register Perkara Pengadilan Agama Jakarta

Selatan dengan Nomor xxx/Pdt.P/2012/PA JS., telah mengajukan permohonan isbath

nikah dengan dalil-dalil sebagai berikut:

1. Bahwa PEMOHON I dan PEMOHON II telah melangsungkan pernikahan pada

tanggal 10 Juli 1997 di Desa Karanganyar Rt 05/03, Kecamatan Kedung Banteng,

Kabupaten Slawi, Jawa Tengah dengan wali Nikah bernama Bapak .....wali Nikah

PEMOHON II dengan mahar uang sebesar Rp. 10.000 dan disaksikan oleh saudara dan

kerabat dekat PEMOHON antara lain Bapak ....1 dan ibu ....2;

Hal. 1 dari 6 hal. Pen. No. 0244/Pdt.P/2012/PA JS.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 94: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2. Bahwa, pernikahan PEMOHON I dengan PEMOHON II tidak tercatat pada

Kantor Urusan Agama setempat;

3. Bahwa sewaktu akan menikah PEMOHON I berstatus perjaka dalam usia 41

tahun sementara PEMOHON II berstatus Perawan dalam usia 21 tahun;

4. Bahwa, setelah akad nikah hingga permohonan ini diajukan PEMOHON I dan

PEMOHON II tidak pernah mendapat atau mengurus akta nikah tersebut;

5. Bahwa dari perkawinan PEMOHON I dan PEMOHON II telah dikaruniai 3

(tiga) orang anak yang masing-masing bernama:

• ANAK I, lahir pada tanggal 30 september 1998;

• ANAK II, lahir pada tanggal 12 September 1999;

• ANAK III, Lahir pada tanggal 22 September 2003;

6. Bahwa PEMOHON I dan PEMOHON II sangat membutuhkan bukti pernikahan

tersebut untuk kepastian hukum PEMOHON I dan PEMOHON II;

7. Bahwa antara PEMOHON I dan PEMOHON II tidak ada hubungan mahram

maupun susuan dan sejak melangsungkan perkawinan sampai sekarang tidak pernah

bercerai maupun pindah agama (PEMOHON I dan PEMOHON II beragama Islam);

8. Bahwa oleh karena dalam perkawinan antara PEMOHON I dan PEMOHON II

telah melahirkan tiga orang anak yang masing-masing bernama:

• ANAK I, lahir pada tanggal 30 september 1998;

• ANAK II, lahir pada tanggal 12 September 1999;

• ANAK III, Lahir pada tanggal 22 September 2003;

9. Bahwa PENGGUGAT tidak memiliki kemampuan dalam membayar semua

biaya perkara yang timbul dalam persidangan ini dan mohon agar semua biaya yang

timbul dalam persidangan ini dibebankan kepada Negara;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 95: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Maka PEMOHON I dan PEMOHON II mohon agar anak-anak tersebut ditetapkan

secara hukum sebagai orang tua kandung yang sah dari ketiga anak PEMOHON I dan

PEMOHON II tersebut;

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PEMOHON I dan PEMOHON II mohon agar

Ketua Pengadilan Agama Jakarta Selatan berkenan memeriksa dan mengadili perkara

ini, selanjutnya menjatuhkan penetapan yang amarnya berbunyi sebagai berikut:

PRIMAIR :

1. Mengabulkan permohonan PARA PEMOHON tersebut;

2. Menetapkan menyatakan sah, pernikahan PEMOHON I dan PEMOHON II yang

dilangsungkan pada tanggal 10 Juli 1997 di Desa Karanganyar Rt 05/03, Kecamatan

Kedung Banteng, Kabupaten Slawi, Jawa Tengah, Kotamadya Jakarta Selatan;

3. Menetapkan PEMOHON I dan PEMOHON II secara hukum sebagai orang tua

kandung dari anak-anak yang bernama :

• ANAK I, lahir pada tanggal 30 september 1998;

• ANAK II, lahir pada tanggal 12 September 1999;

• ANAK III, Lahir pada tanggal 22 September 2003;

4. Tidak membebankan biaya perkara sesuai hukum;

SUBSIDAIR:

Atau apabila Pengadilan Agama Jakarta Selatan berpendapat lain mohon penetapan lain

yang seadil-adilnya.

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditentukan, Para Pemohon

telah hadir menghadap dipersidangan;

Menimbang, bahwa Para Pemohon di persidangan telah menambah keterangan

sebagai berikut:

1 Alasan Pemohon I dan Pemohon II memohon isbath nikah yang telah

melangsungkan akad nikah di Desa Karanganyar, Kecamatan Kedung Banteng,

Kabupaten Slawi dengan wali ayah kandung Pemohon II yang bernama .....tidak

dicatatkan karena tidak mempunyai biaya;

Hal. 3 dari 6 hal. Pen. No. 0244/Pdt.P/2012/PA JS.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 96: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2 Bahwa pada saat perkawinan dilangsungkan Pemohon II berada di kamar

sehingga tidak dapat menerangkan prosesi perkawinan;

3 Pemohon I menerangkan ia menikahi Pemohon II menjalani prosesi sebagaimana

orang lain melaksanakan perkawinan, yaitu Pemohon I berjabatan tangan dengan

ayah kandung Pemohon II lalu dinikahkan;

4 Bahwa yang hadir pada saat pelaksanaan akd nikah Pemohon I dan Pemohon II.

Ialah Pemohon I, ayah kandung Pemohon II (.....) dan Ustadz serta dua saudara

perempuan Pemohon II yang bernama-----1 dan -----2 dan tidak ada yang lainnya

lagi;

Menimbang, bahwa untuk mempersingkat penetapan ini, maka menunjuk berita

acara persidangan perkara ini;

TENTANG HUKUMNYA

Menimbang, bahwa MAKSUD DAN TUJUAN PERMOHONAN Para Pemohon,

adlaah sebagaimana tersebut dalam surat permohonannya;

Menimbang, bahwa Para Pemohon mohon agar perkawinan yang telah

dilangsungkan pada tanggal 10 Juli 1997 agar diisbathkan, karena tidak tercatat dengan

alasan tidak memiliki biaya;

Menimbang, bahwa untuk mengetahui sah atau tidaknya sebuah perkawinan, maka

harus dilihat dari tata cara pelaksanaan perkawinan sudah sesuai dengan agama yang

bersangkutan atau tidak sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebautkan “Perkawinan adalah sah,

apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu”;

Menimbang, bahwa oleh karena Pemohon I dan Pemohon II beragama Islam,

maka Majelis Hakim harus meneliti tentang pelaksanaan akad nikah tersebut sesuai

ketentuan agama yang dianut keduanya, sebagaimana ketentuan Pasal 14 Kompilasi

Hukum Islam (K.H.I.) “Untuk melaksanakan perkawinan harus ada: a. Calon suami, b.

Calon isteri, c. Wali nikah, d. Dua orang saksi dan e. Ijab dan Kabul”;

Menimbang, bahwa dalam pernikahan Pemohon I dan Pemohon II rukun nikah

huruf a, b dan c sudah terpenuhi, huruf d tidak terpenuhi, karena saksi laki-laki hanya

satu orang dan lainya perempuan, sedangkan huruf e (ijab kabul) belum jelas;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim mengambil pendapat ulama fiqih dari kitab

Fathul Muin IV halaman 253, yang diambil sebagai pendapat Majelis Hakim:

وشروطه � وصحته � ذكرصحته � �إمرأة على � بنكاح �الدعوى� وفى

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 97: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Artinya: “Di dalam dakwa telah nikah kepada perempuan haurs menerangkan shahnya

nikah dan syarat-syaratnya.”

Menimbang, bahwa, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, terbukti

bahwa pernikahan Pemohon I dan Pemohon II belum memenuhi syarat sebagaimana

dimaksud menurut hukum Islam, dan dengan demikian permohonan Para Pemohon

harus dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Onvankelijk verklaart);

Menimbang, bahwa berdasarkan penetapan sela tanggal 22 Januari 2013, Para

Pemohon dibebaskan dari membayar biaya perkara;

MENETAPKAN

1. Menyatakan permohonan Para Pemohon tidak dapat diterima (Niet Onvakelijk

Verklaart);

2. Membebaskan Para Pemohon dari membayar biaya perkara.

Demikian penetapan ini dijatuhkan pada hari Selasa tanggal 05 Maret 2013

Miladiyah bertepatan dengan tanggal 24 Rabiul Akhir 1434 Hijriyyah, oleh Hakim

Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang terdiri dari Dra. Hj. Athiroh Muchtar, S.H.,

M.H. sebagai Hakim Ketua Majelis serta Drs. H. Achmad Busyro, M.H. dan Dra. Hj.

Tuti Ulwiyah, S.H., M.H. sebagai hakim-hakim Anggota serta diucapkan oleh Ketua

Majelis pada hari itu juga dalam sidang terbuka untuk umum dengan dihadiri oleh para

hakim Anggota serta Harisman, S.H.I. Panitera Pengganti dan dihadiri oleh Para

Pemohon ;

Ketua Majelis

ttd

Dra. Hj. Athiroh Muchtar, S.H., M.H.

Hakim Anggota,

ttd

Drs. H. Achmad Busyro, M.H.

Hakim Anggota,

ttd

Dra. Hj. Tuti Ulwiyah, S.H., M.H.

Panitera Pengganti,ttd

Harisman, S.H.I.

Hal. 5 dari 6 hal. Pen. No. 0244/Pdt.P/2012/PA JS.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 98: DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP STATUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24956/1... · KATA PENGANTAR ... untuk itu memerlukan pengukuhan kembali terhadap

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Perincian Biaya Perkara :

1. Biaya Pendaftaran : Rp. 0,-

2. Biaya Administrasi : Rp. 0,-

3. Biaya Panggilan : Rp. 0,-

4. Redaksi : Rp. 0,-

5. Materai : Rp. 0,-

Jumlah Rp. 0,- (nihil).

DISALIN SESUAI DENGAN ASLINYA,PANITERA,

PENGADILAN AGAMA KELAS 1A JAKARTA SELATAN

AHMAD MAJID,S.H.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6