120
i DAMPAK KELANGKAAN PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DI DESA SIRU KECAMATAN LEMBOR KABUPATEN MANGGARAI BARAT PUTRA KAHIR 105961105416 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

DAMPAK KELANGKAAN PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP …

  • Upload
    others

  • View
    25

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

i

DAMPAK KELANGKAAN PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP

PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

DI DESA SIRU KECAMATAN LEMBOR

KABUPATEN MANGGARAI BARAT

PUTRA KAHIR

105961105416

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

ii

DAMPAK KELANGKAAN PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP

PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

DI DESA SIRU KECAMATAN LEMBOR

KABUPATEN MANGGARAI BARAT.

PUTRA KAHIR

105961105416

SKRIPSI

Sebagai salah Satu Syarat untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pertanian

Strata satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

iii

iv

v

MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Dampak Kelangkaan

Pupuk Bersubsidi Terhadap Produksi dan Pendapatan Petani Padi Sawah di

Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat” adalah benar

merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi apapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan teks dan

dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, Agustus 2021

Putra Kahir

105961105416

vi

ABSTRAK

Putra Kahir. 105961105416. Dampak Kelangkaan Pupuk Bersubsidi Terhadap

Produksi dan Pendapatan Petani Padi Sawah di Desa Siru Kecamatan Lembor

Kabupaten Manggarai Barat. Dibimbing Oleh RATNAWATI TAHIR dan

KHAERIYAH DARWIS

Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor penyebab kelangkaan pupuk

bersubsidi dan dampaknya terhadap produksi dan pendapatan petani padi sawah.

Populasi dalam penelitian keseluruahan subjek atau objek yang menjadi

sasaran dalam penelitian ini sebanyak 340 orang petani. Penentuan sampel

dilakukan secara simple random sampling dengan menggunakan rumus slovin

sehingga sampel yang yang diambil sebesar 39 orang petani padi sawah Analisis

data yang digunakan analisis data deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak kelangkaan pupuk

bersubsidi terdapat perbedaan produksi dan pendapatan antara tiga kelompok

petani responden. Produksi padi sawah tertinggi adalah petani pengguna pupuk

bersubsidi yakni sebesar 43.152 ton/ha dengan rata-rata 2.271 ton/ha (GKP)

28.833 ton/ha dengan rata-rata 1.518 (Beras), dan yang paling terendah adalah

petani padi sawah pengguna dua jenis pupuk yaitu bersubsidi dengan nonsubsidi

yakni 18.769 ton/ha dengan rata-rata 2.346 (GKP) 12.188 ton/ha dengan rata-rata

1.524 (Beras). Sedangkan rata-rata pendapatan tertinggi di proleh petani yang

hanya menggunakan jenis pupuk bersubsidi yakni sebesar Rp 3.692.806/ha (GKP)

sebesar Rp 6.110.491/ha (Beras), dan rata-rata pendapatan terendah diperoleh

petani pengguna dua jenis pupuk yaitu pupuk bersubsidi dengan nonsubsidi yakni

sebesar Rp 1.964.071/ha (GKP) sebesar Rp 3.853.446/ha (Beras).

Solusi yang diperoleh petani mengantisipasi terjadinya kelangkaan pupuk

bersubsidi belum teratasi. Sehingga sampai pada tahun 2020 pemerintah Desa

Siru Manggarai Barat melakukan terobosan untuk bekerjasama dengan pihak yang

mampu memberikan pinjaman modal bagi petani. Hal itu dilakukan karena ketika

terjadi kelangkaan pupuk bersubsidi, masyarakat dapat beralih ke penggunaan

pupuk non subsidi.

Kata Kunci: Kelangkaan Pupuk Bersubsidi, Produksi, Pendapatan, Padi.

vii

ABSTRACT

Son of Kahir. 105961105416. The Impact of Scarcity of Subsidized Fertilizer on

Production and Income of Rice Farmers in Siru Village, Lembor District, West

Manggarai Regency. Supervised by RATNAWATI TAHIR and KHAERIYAH

DARWIS.

This study aims to determine the factors causing the scarcity of subsidized

fertilizers and their impact on the production and income of lowland rice farmers.

The population in the study of all subjects or objects that were targeted in

this study were 340 farmers. Determination of the sample was done by simple

random sampling using the slovin formula so that the sample taken was 39 rice

farmers. The data analysis used was descriptive data analysis.

The results show that the impact of the scarcity of subsidized fertilizers is

that there are differences in production and income between the three groups of

respondent farmers. The highest lowland rice production is farmers using

subsidized fertilizers, which is 43,152 tons/ha with an average of 2,271 tons/ha

(GKP) 28,833 tons/ha with an average of 1,518 (Rice), and the lowest is lowland

rice farmers using two types of rice. fertilizer, namely subsidized and non-

subsidized, namely 18,769 tons/ha with an average of 2,346 (GKP) 12,188 tons/ha

with an average of 1,524 (Rice). Meanwhile, the highest average income is

obtained by farmers who only use subsidized fertilizers, which is Rp.

3,692,806/ha (GKP) of Rp. 6,110,491/ha (Rice), and the lowest average income is

obtained by farmers who use two types of fertilizers, namely subsidized and non-

subsidized fertilizer, which is Rp. 1,964,071/ha (GKP) of Rp. 3,853,446/ha

(Rice).

The solution obtained by farmers to anticipate the scarcity of subsidized

fertilizer has not been resolved. So that until 2020 the West Manggarai Siru

Village government made a breakthrough to cooperate with parties who were

able to provide capital loans for farmers. This is done because when there is a

shortage of subsidized fertilizers, people can switch to using non-subsidized

fertilizers.

Keywords: Scarcity of Subsidized Fertilizer, Production, Income, Rice.

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah swt atas segala

limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis.

begitupula shalawat dan salam kepada Nabiullah Muhammad saw serta kepada

para keluarga, sahabat, dan pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Dampak Kelangkaan Pupuk Bersubsidi Terhadap Produksi

dan Pendapatan Petani Padi Sawah di Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten

Manggarai Barat”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa bantuan dan dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

dan melalui tulisan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Ibu Prof. Dr. Ir. Hj. Ratnawati Tahir, M.Si., selaku pembimbing utama, dan Ibu

Khaeryah Darwis, S.P., M.Si., selaku pembimbing pendamping, yang

senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak, Dr. Ir. Muh. Arifin Fatatah, M.Si selaku penguji 1 dan Ibu, Asriyanti

Syarif, S.P., M.Si selaku pembimbing 2, yang senantiasa memberikan waktu

dan kesempatan dalam menguji penulis.

3. Ibu Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

ix

5. Kedua orang tua ayahanda Rahman dan Ibunda Siti Fatima serta keluarga

tercinta yang senantiasa memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Seluruh Dosen Prgram Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmunya kepada penulis

selama proses perkuliahan.

7. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama proses penyelesaian

proposal penelitian.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat

serta sumbangsi kepada semua pihak yang membutuhkan. Semoga Allah swt

senantiasa meridhoinya. Aamiin.

Makassar, Agustus 2021

Putra Kahir

105961105416

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 27

2. Alur pendistribusian Puouk Bersubsidi .......................................................... 48

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Luas Panen dan Produksi Padi sawah di Kabupaten Manggarai Barat 2014–

2018 ............................................................................................................ 2

2. Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi ..................................... 8

3. Perbandingan penelitian ini dengan penelitian terdahulu .......................... 22

4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Siru Kecamatan

Lembor Kabupaten Manggarai Barat ......................................................... 38

5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia di Desa Siru Kecematan Lembor

Kabupaten Manggarai Barat ...................................................................... 39

6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Siru Kecamatan Lembor

Kabupaten Manggarai Barat ...................................................................... 40

7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Siru Kecamatan

Lembor Kabupaten Manggarai Barat ......................................................... 41

8. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Siru

Kecamatan Lembor Manggarai Barat ........................................................ 43

9. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Siru

Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat ...................................... 44

10. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Siru

Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat ...................................... 45

11. Distribusi Responden Berdasarkan Luas Lahan di Desa Siru Kecamatan

Lembor Kabupaten Manggarai Barat ......................................................... 46

12. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Berusaha tani di Desa Siru

Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat. ..................................... 47

13. Rata-Rata Produksi Usaha tani Padi Sawah Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi

dan Nonsubsidi, Pupuk nonsubsidi, dan Pupuk Bersubsidi di Desa Siru

Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat. ..................................... 58

xii

14. Perbandingan Rata-Rata Harga Beli Pupuk Bersubsidi Dengan Pupuk

Nonsubsidi Petani di Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai

Barat. ......................................................................................................... 60

15. Rata-Rata penerimaan, Biaya Produksi, dan pendapatan Usaha tani Padi

Sawah Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi, Pupuk nonsubsidi,

dan Pupuk Bersubsidi di Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai

Barat ........................................................................................................... 61

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Kuesioner Penelitian Petani Responden di Desa Siru Kecamatan Lembor

Kabupaten Manggarai Barat ................................................................................... 75

2. Identitas Petani Responden di Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai

Barat ....................................................................................................................... 81

3. Biaya Pembelian Pupuk Petani Pengguna Pupuk Nonsubsidi di Desa Siru Kecamatan

Lembor Kabupaten Manggarai Barat ...................................................................... 82

4. Biaya Pembelian Pupuk Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi di Desa

Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat ........................................... 82

5. Biaya Pembelian Pupuk Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi di Desa Siru Kecamatan

Lembor Kabupaten Manggarai Barat ...................................................................... 83

6. Biaya Pestisida Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi di Desa Siru

Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat ................................................... 84

7. Biaya Pestisida Petani Pengguna Pupuk Nonsubsidi di Desa Siru Kecamatan

Lembor Kabupaten Manggarai Barat ...................................................................... 86

8. Biaya Pestisida Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi di Desa Siru Kecamatan

Lembor Kabupaten Manggarai Barat ...................................................................... 87

9. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi di Desa

Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat ........................................... 88

10. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi di Desa

Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat ........................................... 88

11. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk Nonsubsidi di Desa Siru Kecamatan

Lembor Kabupaten Manggarai Barat ...................................................................... 89

12. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi di Desa Siru Kecamatan

Lembor Kabupaten Manggarai Barat ...................................................................... 90

13. Biaya Benih Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi di Desa Siru

Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat ................................................... 92

xiv

14. Biaya Benih Petani Pengguna Pupuk Nonsubsidi di Desa Siru Kecamatan Lembor

Kabupaten Manggarai Barat ................................................................................... 92

15. Biaya Benih Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi di Desa Siru Kecamatan Lembor

Kabupaten Manggarai Barat ................................................................................... 92

16. Total Produksi dan harga Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi di Desa Siru

Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat ................................................... 93

17. Total Produksi dan harga Pengguna Pupuk Nonsubsidi di Desa Siru Kecamatan

Lembor Kabupaten Manggarai Barat ..................................................................... 93

18. Total Produksi dan harga Pengguna Pupuk Bersubsidi di Desa Siru Kecamatan

Lembor Kabupaten Manggarai Barat ..................................................................... 94

19. Total Biaya Produksi Petani pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi di Desa

Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat ........................................... 94

20. Total Biaya Produksi Petani pengguna Pupuk Nonsubsidi di Desa Siru Kecamatan

Lembor Kabupaten Manggarai Barat ..................................................................... 95

21. Total Biaya Produksi Petani pengguna Pupuk Bersubsidi di Desa Siru Kecamatan

Lembor Kabupaten Manggarai Barat ..................................................................... 95

22. Total Peneriman, Total Biaya Produksi, dan Pendapatan Petani Pengguna Pupuk

Bersubsidi dan Nonsubsidi di Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai

Barat ....................................................................................................................... 96

23. Total Peneriman, Total Biaya Produksi, dan Pendapatan Petani Pengguna Pupuk

Nonsubsidi di Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat ............ 96

24. Total Peneriman, Total Biaya Produksi, dan Pendapatan Petani Pengguna Pupuk

Bersubsidi di Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat ............. 97

25. Dokumentasi Penelitian ......................................................................................... 98

26. Surat Izin Penelitian ...................................................................................... 103

27. Surat Keterangan telah melakukan Penelitian ............................................... 106

28. Turnitin .......................................................................................................... 107

xv

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii

KOMISI PENGUJI .......................................................................................... iv

HALAM PERNYATAAN ............................................................................... v

ABSTRAK ....................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii

DAFTAR ISI .................................................................................................... xii

1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 5

1.4 Kegunaan Penelitian .............................................................................. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6

2.1 Pupuk Bersubsidi dan Nonsusbsidi ....................................................... . 6

2.2. Kelangkaan Pupuk Bersubsidi ............................................................. 13

2.3Produksi ………………………………………………………………. 14

2.4Faktor Produksi ...................................................................................... 15

2.5 Biaya Produksi ..................................................................................... 18

2.6 Pendapatan............................................................................................. 19

2.7 Usaha tani Padi Sawah ......................................................................... 21

2.8 Penelitian Terdahulu yang Relevan ....................................................... 22

2.9 Kerangka Pikir ....................................................................................... 25

xvi

III.METODE PENELITIAN ............................................................................ 31

3.1 Waktu Dan Lokasi Penelitian ................................................................ 31

3.2 Teknik Penentuan Sampel ................................................................... 31

3.3 Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 32

3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 33

3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 34

3.6 Defenisi Operasional ............................................................................ 35

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...................................... 37

4.1. Letak Geografis .................................................................................... 37

4.2. Kindisi Demografis .............................................................................. 38

4.3. Kondisi Pertanian ................................................................................. 41

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 43

5.1. Hasil Penelitian..................................................................................... 43

5.2. Penyebab Kelangkaan Pupuk Bersubsidi ............................................. 50

5.4. Dampak kelangkaan Pupuk Bersubsidi terhadap Produksi .................. 54

5.5. Dampak kelangkaan Pupuk Bersubsidi Terhadap pendapatan ............. 59

VI. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 65

6.1. Kesimpulan ........................................................................................... 65

6.2. Saran ..................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 67

LAMPIRAN ..................................................................................................... 70

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 105

1

I. PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Sektor pertanian masih menjadi sektor andalan penyediaan pangan

dalam jumlah yang cukup besar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya di

Indonesia. Pertanian berperan penting dalam mendukung keberlangsungan

hidup suatu negara. Selain itu, pertanian sebagai aspek penting dalam

mendukung ketersediaan pangan di suatu negara (Muchlisin, 2016).

Saat ini sektor pertanian dihadapkan pada permasalahan pemenuhan

kebutuhan pangan dan kesejahteraan petani. masalah pemenuhan kebutuhan

pangan bagi seluruh penduduk setiap saat di suatu wilayah menjadi sasaran

utama kebijakan pangan bagi pemerintahan suatu negara. Indonesia sebagai

negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang

sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya, sehingga

masalah ketahanan pangan menjadi isu sentral dalam pembangunan dan

menjadi fokus dalam pembangunan pertanian. Oleh karena itu, untuk

memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat menuntut petani untuk

selalu berproduksi.

Salah satu komuditi tanaman pangan yang memiliki peran dalam

meningkatkan ketahanan pangan adalah tanaman padi sawah. Padi di

Indonesia selain menjadi salah satu makanan pokok, padi juga sebagai

sumber pendapatan masyarakat karena sebagian besar penduduk di Indonesia

bekerja sebagai petani, namun masih banyak permasalahan yang terdapat di

dalamnya (Purnamaningsih, 2006).

2

Dalam melakukan kegiatan usaha tani tentunya di perlukan pemberian

pupuk. Pupuk bersubsidi merupakan salah satu input penting dalam

meningkatkan produksi tanaman pangan khususnya padi sawah, sehingga

keberadaan dan pemanfaatannya memiliki posisi yang strategis.Program

pemberian pupuk bersubsidi menjadi program prioritas pemerintah yang

bertujuan untuk meringankan beban petani agar ketika mereka memerlukan

pupuk untuk tanaman pangannya, tersedia dengan harga yang terjangkau

(Sularno. Dkk. 2016).

Di Kabupaten Manggarai Barat, sektor pertanian merupakan sektor

yang utama dimana tanaman pangan masih banyak ditanami oleh masyarakat.

Salah satu tanaman pangan yang diproduksi di Manggarai Barat adalah padi

sawah.

Perkembangan luas panen dan produksi padi sawah sejak tahun 2015 -

2019 di Kabupaten Manggarai Barat dapat dilihat pada tabel berikut:

Table 1. Luas Panen dan Produksi Padi sawah di Kabupaten Manggarai

Barat 2015–2019

Tahun Luas Panen (Hektar) Produksi (Ton)

1 2 3

2015 32 564,00 176 194,00

2016 33 797,00 195 533,00

2017 36 477,70 216 945,56

2018 48 038,90 280 083,40

2019 43 937,10 260 793,50 Sumber : Statistik Pertania Kabupaten Manggarai Barat 2020.

Selama kurun waktu 2015-2018 luas panen padi sawah cenderung

mengalami peningkatan dan terjadi penurunan pada tahun 2019 yang disertai

naik turunnya produksi.

3

Produksi padi sawah di Kabupaten Manggarai Barat tahun 2018

sebesar 260 793,50 ton.Terjadi penurunan sebesar 19 289,90 ton (6,89

persen) jika dibandingkan dengan tahun 2019.Kecamatan Lembor memiliki

kontribusi sekitar (72 097,82 ton) 25,28 persen. (Statistik Pertanian

Kabupaten Manggarai Barat, 2020).

Desa Siru merupakan salah Desa penghasilan padi sawah di

Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat dan sebagian besar

penduduknya bekerja sebagai petani. Akan tetapi hasil produksi padi sawah

dari 2015 ke tahun-tahun berikutnya justru mengalami penurunan Produksi.

Penurunan pruduksi padi sawah yang dihasilkan tentunya disebabkan oleh

berbagai faktor, seperti kelangkaan pupuk bersubsidi sehingga petani tidak

dapat memaksimalkan pemupukan pada tanaman padi.

Konsistenya hasil produksi padi yang dicapai bukan hal mudah akan

tetapi, dibutuhkan berbagai faktor pendukung agar dapat berhasil. Salah satu

peran pemerintah adalah memberikan subsidi pada sektor pertanian guna

untuk mengurangi beban masyarakat dengan membayar sebagian harga yang

seharusnya dibayar oleh masyarakat atau kelompok masyarakat tertentu agar

ketika mereka memerlukan pupuk untuk tanaman padinya, tersedia dengan

harga yang terjangkau.

Pemerintah terus mendorong penggunaan pupuk yang efisien melalui

berbagai kebijakan. Namun demikian, berbagai kebijakan tersebut belum

mampu menjamin ketersediaan pupuk yang memadai dengan Harga Eceran

Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan. Secara realitas masih sering terjadi

4

berbagai masalah diantaranya kelangkaan pasokan pupuk bersubsidi di

lapangan.

Kondisi petani selama adanya kelangkaan pupuk bersubsidi sangat

berbeda dengan sebelumnya. Saat ini petani sangat sulit untuk mendapatkan

pupuk bersubsidi, ketika petani membutuhkan pupuk harus membeli pupuk

nonsubsidi yang dijual di toko dengan harga mahal, sehingga biaya yang di

keluarkan petani bertambah dan berdampak terhadap kurangnya pendapatan

petani.Oleh karena itu, penulis tetarik untuk melakukan penelitian tentang

“Dampak Kelangkaan Pupuk Bersubsidi Terhadap Produksi dan

Pendapatan Padi sawah di Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten

Manggarai Barat”.

1. 2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini yaitu:

1. Apa yang menyebabkan terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi pada

petani padi sawah?.

2. Bagaimana dampak kelangkaan pupuk bersubsidi terhadap produksi

usaha tani padi sawah?.

3. Bagaimana dampak kelangkaan pupuk bersubsidi terhadap pendapatan

usaha tani padi sawah?.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

5

1. Untuk mengkaji penyebab kelangkaan pupuk bersubsidi pada petani

padi sawah.

2. Mengkaji dampak kelangkaan pupuk bersubsidi terhadap produksi

usaha tani padi sawah.

3. Mengkaji dampak kelangkaan pupuk bersubsidi terhadap pendapatan

usaha tani padi sawah.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai

berikut:

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan keilmuan dalam bidang pertanian

khususnya kelangkaan pupuk bersubsidi dan dampaknya bagi petani

padi, serta sebagai bahan referensi, untuk melengkapi penelitian lebih

lanjut yang masih ingin mencari permasalahan yang berkaitan dengan

penelitian ini.

2. Bagi pemerintah

Penelitian ini diharapkan agar Pemerintah dapat meningkatkan

pembinaan dan sosialisasi intensif kepada petani terkait kelangkaan

pupuk bersubsidi.

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi

Peraturan presiden Nomor 15 Tahun 2011 tentang Perubahan atas

Peraturan Presiden Nomor 77 tahun 2005 tentang Penetapan Pupuk Bersubsidi

Sebgai Barang dalam Pengawasan. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor

15/M-DAG/PER/4/2013 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi

Untuk Sektor Pertanian. Pupuk bersubsidi merupakan barang dalam

pengawasan yang diprogramkan oleh pemerintah yang dalam pengadaan dan

penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan petani di

sektor pertanian.Sedangkan Pupuk non subsidi adalah dalam pengadaan dan

penyalurannya tidak mendapat subsidi dari pemerintah atau di luar program

pemerintah (Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik

Indonesia Nomor: 70/MPP/Kep/2/2003).

2.1.1 Penyaluran Pupuk Bersubsidi

Sudjono (2011) mengartikan sistem distribusi sebagai rangkaian mata

rantai yang menjembatani antara produsen dengan konsumen dalam rangka

pelaksanaan menyalurkan produk atau jasa agar sampai ke tangan konsumen

secara efisien dan mudah dijangkau. Pengadaan dan penyaluran pupuk

bersubsidi dilaksanakan sesuai Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 15/M-

DAG/Per/2015 tentang Pengadaan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk

Sektor Pertanian. Pelaksana Subsidi Pupuk ditugaskan pada PT Pupuk

Indonesia (Persero) yang bertugas untuk melaksanakan pengadaan dan

7

penyaluran pupuk bersubsidi di wilayah kerja tanggung jawab masing-

masing.

Pengaturan pembagian wilayah pengadaan dan penyaluran pupuk

bersubsidi antar produsen dilakukan oleh PT. Pupuk Indonesia (Persero)

sesuai dengan kemampuan produksi, dengan tujuan agar dapat lebih efisien,

efektif dan fleksibel. Pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi pada lini III

dilakukan melalui produsen kepada distributor resmi yang telah ditunjuk di

wilayah kerjanya. Selanjutnya pada penyalur lini IV dilakukan oleh

distributor kemudian menyalurkan kepada Pengecer resmi yang ditunjuk di

wilayah kerjanya. Untuk petani/kelompok tani, penyaluran pupuk bersubsidi

dilakukan oleh pengecer resmi yang telah ditunjuk di wilayah kerjanya.

Sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pertanian tentang Alokasi

dan HET Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian, penyaluran pupuk

bersubsidi dilakukan dengan sistem tertutup melalui Rencana Definitif

Kebutuhan Kelompok (RDKK) dengan Harga Eceran Tertinggi (HET).

2.2.3 Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi

Efektivitas penggunaan pupuk bersubsidi diarahkan pada penerapan

pemupukan berimbang sesuai rekomendasi spesifik lokasi atau standar teknis

penggunaan pupuk bersubsidi yang dianjurkan. Dalam penerapan pemupukan

berimbang, perlu didukung dengan aksesibilitas dalam memperoleh pupuk

dengan harga yang terjangkau. Guna menjamin ketersediaan pupuk dengan

Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan, maka pada tahun 2018

melalui Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2017 tentang Anggaran Pendapatan

8

dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2018 yang ditindaklanjuti dengan

Peraturan Presiden Nomor 107 tahun 2017 tentang Rincian Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2018, telah diamanatkan

Program Pengelolaan Subsidi Pupuk. Sebagai tindak lanjut terhadap kebijakan

tersebut, Pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor

47/Permentan/SR.310/12/2017tentang Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi

Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2018. Penyalur di

Lini IV (pengecer resmi) yang ditunjuk wajib menjual pupuk bersubsidi

kepada petani/kelompok tani berdasarkan RDKK sesuai Peraturan Menteri

Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk

Sektor Pertanian, dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) sebagaimana diatur

dalam Peraturan Menteri Pertanian tentang Kebutuhan dan Harga Eceran

Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian yang

berlaku.Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi yang ditetapkan

dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 47/Permentan/SR.310/12/2017,

sebagai berikut:

Tabel 2. Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi

No JENIS PUPUK HARGA

Rp/Kg Rp/ZAK

1. UREA 1.800 @ 90.000 (50) Kg

2. SP 36 2.000 @ 100.000(50) Kg

3. ZA 1.400 @ 70.000 (50) Kg

4. NPK 2.300 @ 115.000 (50) Kg

5. ORGANIK 500 @ 20.000 (40) Kg

Sumber. Kementrian Pertanian 2020

9

Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi tersebut berlaku

untuk pembelian oleh petani, petambak dan/atau kelompoktani di Lini IV

(pengecer resmi) secara tunai dalam kemasan 50 Kg untuk pupuk Urea, SP36,

ZA dan NPK serta dalam kemasan 40 Kg untuk pupukorganik.

2.2.4 Pola Disrtibusi Pupuk Bersubsidi

Pola disrtibusi pupuk bersubsidi merupakan suatu kegiatan

penyaluran pupuk oleh perusahaan kepada petani sebagai konsumen

(pemakai pupuk) yang telah disubsidikan pemerintah. Sampai saat ini PT.

Pupuk Sriwijaya yang bertanggungjawab sebagai suatu perusahan utama

dari seluh perusahan BMUN pupuk di Indonesia dalam melakukan

pendistribusian dan penjualan pupuk. Pola distribusi pupuk yang diawali

dari lini I (Pabrik-Pelabuhan) ke lini II (Pelabuhan-Penyimpan Provensi),

danke lini III ke lini IV (Kecamatan) dilakukan oleh para penyalur, dan

penjualan kepada petani di lakukan oleh para pengecer resmi atau yang

bertanggungjawab pada suatu wilaya di lini IV (Santosa, 2008). Kurangnya

pengawasan pemerintah proses pendistribusian pupuk membuka

kemungkinan adanya penimbunan pupuk oleh para pengecer yang akan

menyebabkan terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi.

2.2.5 Pengunaan Pupuk Dalam Produksi Padi

Pupuk bersubsidi merupakan salah satu sarana input atau sarana

produksi yang diberikan ke dalam tanah sebagai salah satu penentu dalam

peningkatan produksi guna untuk menggantikan unsur hara dari dalam tanah,

baik pupuk organik maupun pupuk anorganik. Pupuk organik merupakan

10

jenis pupuk alami seperti pupuk kandang, pupuk Organik Cair (POC),

kompos dan sebagainya. Adapun fungsinya adalah untuk menggemburkan

lapisan tanah, meningkatkan populasi makhluk yang teramat kecil dalam

tanah, mempertinggi daya serap dan daya simpan air, dan meningkatkan

kesuburan tanah.

Pupuk anorganik merupakan jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik

dengan proses fisik, kimia, dan biologis. Jenis pupuk anorganik ini diantarnya

pupuk Urea, ZA SP-36, dan NPK (Rohmayani N, 2016). Sesuai dengan

peraturan Menteri Perdagangan RI Tahun 2009 mengenai pengadaan dan

penyalurannya pupuk bersubsidi bahwa jenis pupuk yang disubsidikan oleh

pemerintah adalah pupuk anorganik yang di produksikan lansung oleh

produsen tanah air, yaitu pupuk Urea, SP-36, NPK, ZA dan dan pupuk

organik. Ririn (2017) menjelaskan terdapat beberapa manfaat penggunaan

pupuk berdasarkan jenisnya, yaitu :

1. Pupuk Urea mengandung kadar nitrogen yang tinggi yang bermanfaat

dalam proses fotosintesis tanaman, mempercepat pertumbuhan anakan,

dan cabang tanaman.

2. Pupuk SP-36 mengandung Pohosfat yang bermanfaat dalam memacu

pertumbuhan perakaran dan pembungaan pada tanaman, selain itu

memperkuat batang tanaman.

3. Pupuk ZA di dalamnya mengandung Nitrogen (N) dan sulfur (S) yang

bekerja dalam meningkatkan jumlah anakan pada tanaman padi, dan

menjadikan tanaman lebih sehat.

11

4. Pupuk NPK dilamnya mengandung unsur Nitrogen (N) Phospat (P) dan

Kalium (K) yang dapat membantu proses fotosintesis pada tanaman,

mencegah kerdil.

5. Pupuk Organik terdiri dari beberapa jenis kandungan didalamnya yaitu

sisa-sisa dedaunan tanaman, sisa kotoran pada hewan, yang masing-

masingnya dapat membantu tanaman dalam proses pembusukan dalam

proses pembusukan oleh mikroorganisme yang terdapat didalamnya.

Dalam membantu meningkatkan produksi padi salah satunya adalah

dengan cara pemberian pupuk. Pemberian pupuk yang efektif dan efesien

haruslah didasarkan pada konsep 5 tepat pemupukan yaitu, tepat dosis, tepat

jenis, tepat waktu, tepat cara, dan tepat bentuk (Agus et al, 2018). Adapun

anjuran pemakaian pupuk bersubsidi pada tanaman berdasarkan 5 tepat

yaitu:

1. Tepat Dosis

Ketepatan dosis merupakan pemakaian pupuk pada tingkat petani

yang disesusuaikan dan dibandingkan dengan rekomendasi pupuk.

Ketepatan penentuan dosis anjuran pemakaian atau rekomendasi pupuk

yang dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan cara

analisis daun dan tanah. Analisis daun dan tanah ini diukur untuk

mengetahui produktivitas dan kandungan unsur hara yang tersedia pada

lahan sehingga penggunaan pupuknya dapat disesuaikan dengan lahan serta

dapat mencapai produksi yang maksimal dengan sejumlah pupuk yang

tepat.

12

2. Tepat Jenis

Tepat jenis ini merupakan jenis pupuk yang diaplikasikan oleh

petani harus sesuai dengan yang direkomendasikan. Untuk menentukan

penetapan dalam jenis pupuk biasanya harus mempertimbangkan

keseimbangan hara yang terkandung dimana biasanya setiap jenis pupuk

memiliki kandungan unsur hara utama yang berbeda-beda dan tingkat

responsif yang berbeda pula. Adapun jenis pupuk yang

direkomendasikan merupakan jenis pupuk bersubsidi yang sudah terdapat

label pengawasan dan terdiri dari pupuk anorganik dan organik.

3. Tepat Waktu

Penentuan waktu pemupukan ditentukan oleh iklim, sifat fisik,

tanah yang membutukan pupuk, serta adanya sifat sinergis dan antagonis

antar unsur hara yang dimaksud dengan ketepatan waktu dalam

pemupukan yaitu, pengaplikasian pupuk harus sesuai dengan jadwal

tanam dan pemupukan yang telah ditetapkan, dengan tujuan untuk dapat

memaksimalkan fungsi dari masing-masing pupuk terhadap lahan.

Sejatinya pengaplikasian pupuk yang optimal berada pada fase 7-10

HST, 21 HST, dan 42 HST. Tidak efektifnya pemupukan apabila

pengaplikasianya dilakukan pada saat fase generatif, karena pada fase

tersebut tanaman tidak akan mampu lagi untuk menyerap pupuk dengan

maksimal. Sehingga ketepatan waktu dalam pemupukan menjadi hal

yang sangat penting untuk mencapai keefektifan dalam pemupukan.

13

4. Tepat Cara

Salah satu cara pengaplikasian pupuk yang tepat adalah harus

sesuai dengan yang direkomendasikan. Pengaplikasian yang umum

dilakukan dalam tanaman padi saat ini masih dilakukan dengan

pengaplikasian secara manual. Berdasarkan rekomendasi pemupukan

yang tepat yaitu dengan cara dengan ditebar ataupun ditugal. Selain itu

pemupukan yang baik harus diaplikasikan di sekitar tajuk tanaman,

karena dengan ditebar pada bagian tajuk tanman maka penyerapan pupuk

oleh perakaran tanaman bisa terserap dengan maksimal.

5. Tepat Bentuk

Tepat bentuk merupakan pupuk yang digunakan sesuai dengan

bentuknya dimana terdapat 2 bentuk fisik dari pupuk, yaitu pupuk

berbentuk cair dan pupuk berbentuk padat atau butiran. Spesifikasi lahan

menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan bentuk fisik pupuk yang

digunakan, dimana untuk lahan padi pada dataran tinggi sebaiknya

menggunakan pupuk cair, dan untuk dataran rendah sebaiknya

menggunakan pupuk berbentuk padat seperti butiran.

2.2 Kelangkaan Pupuk Bersubsidi

Kelangkaan pupuk bersubsidi adalah sebuah kondisi dimana para

petani sebagai pemanfaat pupuk bersubsidi sulit dalam mendapatkan pupuk

bersubsidi baik dari segi jumlah maupun waktunya. Pupuk bersubsidi ini

merupakan barang yang selalu dalam pengawasan dan biasanya disalurkan ke

kios resmi pupuk atau melalui kelompok tani yang terdapat pada setiap

14

wilayah atau desa. Meskipun demikian pupuk bersubsidi harganya lebih

terjangkau sehingga dengan adanya pupuk bersubsidi ini petani lebih

terbantu dari aspek pembiayaan, dan jika ketersediaan pupuk bersubsidi ini

terbatas maka akan menjadi masalah bagi petani (Rohmayani, 2016).

Ketersediaan pupuk di sektor pertanian sudah dianggarkan oleh pemerintah

sesuai dengan kebutuhan petani, namun yang terjadi kebutuhan pupuk setiap

tahunnya terus mengalami peningkatan, sementara produksinya terbatas

sehingga hal ini menyebabkan kelangkaan pupuk. kelangkaan sebenarnya

tidak terjadi di kalangan petani, namun adanya keterlambatan pendistribusian

pupuk ke petani. Keterlambatan yang terjadi karena pasokan pupuk subsidi

dari pemerintah tidak tepat waktu dalam pengiriman. Dengan demikian

Keterlambatan pupuk bersubsidi secara tidak langsung akan berpengaruh

pada pola tanam, karena keterlambatan pupuk akan menunda penanaman

padi yang seharusnya di tanam pada saat musim tanam menundanya

penanaman padi akan berpengaruh pada musim yang seharusnya menanam

tapi tidak menanam dan akan berdampak pada hasil produksi dan pendapatan

petani (Muchlisin, 2016).

2.3 Produksi

Produksi merupakan suatu kegiatan memproses input (faktor

Produksi) menjadi output. Produksi dalam arti lain sebagai hasil dari suatu

proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan

(Input). Dengan demikian, kegiatan produksi adalah menggabungkan

berbagai input untuk menghasilkan output (Agung, 2008).

15

Pujianti (2019) mengartikan Produksi sebagai penggunaan atau

pemanfaatan sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi

lainnya yang sama sekali berbeda. Dalam ekonomi kegiatan tersebut disebut

fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output

yang dapat dihasilkan dari sejumlah input yang dipakai dengan menggunakan

teknologi tertentu.

2.4 Faktor Produksi

Faktor produksi merupakan semua jenis input produksi yang

digunakan untuk menghasilkan output. Faktor-faktor prodoksi dapat

dibedakan menjadi empat golongan, yaitu lahan, modal, tenaga kerja, dan

keahlian yang dimiliki manusia. Dalam berusaha tani khususnya padi sawah

faktor-faktor produksinya meliputi luas lahan, pupuk, pestisida, dan tenaga

kerja serta faktor-faktor lainya.

Menurut Sukirno dalam Muin, (2017) secara umum faktor produksi

dapat di jelaskan sebagai berikut: faktor produksi adalah benda-benda yang

disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan

untuk memproduksi barang dan jasa. Pada umumnya, keberlangsungan

proses produksi karena adanya Faktor-faktor produksi yang tersedia, yaitu

tanah (lahan), modal, dan tenaga kerja. Faktor produksi yang tersedia dalam

perekonomian adalah sebagai berikut :

1. Pupuk

Pupuk merupakan bahan atau zat makanan yang diberikan atau

ditambahkan pada tanaman untuk menggantikan unsur yang habis terisap

16

tanaman dengan maksud agar tanaman tersebut dapat bertumbuh dengan

baik. Pupuk yang diperlukan tanaman untuk menambah unsur hara dalam

tanah ada beberapa macam. Pupuk dapat digolongkan menjadi dua yaitu

pupuk alam dan pupuk buatan (Muin,2017).

Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan

produksi yang tinggi, diperlukan unsur hara atau makanan yang cukup.

Seperti pemberian pupuk untuk dapat meningkatkan produksi karena

pupuk merupakan sarana produksi yang sangat penting. Pupuk dapat

berupa bahan organik dan maupun bahan anorganik. Selain untuk

ketahanan tanaman pupuk juga sangat berpengaruh terhadap

meningkatnya jumlah produksi panen padi.

3 Lahan

Faktor prodoksi seperti tanah (lahan) kedudukan begitu penting

dalam pertanian di Indonesia. Tanah sebagai salah satu faktor produksi

yang merupakan pabrik dari hasil-hasil pertanian yaitu, tempat dimana

produksi terjadi dan darimana hasil produksi dihasilkan. Maka dapat

dikatakan luas lahan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi

pertanian. Luas lahan dengan produksi padi memiliki hubungan yang

positif karena semakin luas lahan maka akan menyebabkan produksi padi

semakin meningkat dan semakin sempit luas lahan maka produksi padi

akan mengalami penurunan (Satriagasa, 2019).

Afandi, (2011) menerangkan perubahan lahan sawah dapat

mempengaruhi terhadap produksi padi dan produksi beras, selain

17

dipengaruhi oleh produktivitas pertanian. Pengaruh ini terlihat apabila

lahan sawah mengalami perubahan maka akan terjadi perubahan pada

produksi padi, namun ada pula luas lahan sawah berkurang justru

produksi padi meningkat dan luas lahan bertambah untuk produksi padi

justru menurun ini terjadi karena adanya pengaruh dari produktivitas

pertanian seperti intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi.

Berkurangnya tanah atau lahan pertanian di Indonesia di pengaruhi

oleh keputusan petani dalam alih fungsi lahan pertanian menjadi

permukiman. Yang jadi permasalahannya saat ini dalam proses alih

lahan tersebut, harga yang diterima petani belum sepenuhnya

mencerminkan nilai sebenarnya dari lahan, sehingga kalau terus

dibiarkan dikhwatirkan kedepannya tetap seperti itu, dikarenakan lahan

sawah merupakan lahan paling sesuai sebagai media tanam guna menjaga

kestabilan pangan sehingga perlu dipertahankan agar tidak terjadi

perubahan fungsi lahan sawah ke fungsi lahan lainnya. Berkaitan

dengan kecendrungan alih fungsi lahan tersebut, diharapkan kepada

pemerintah agar perketat dalam berbagai peraturan untuk mencegahnya

alih fungsi lahan dan mampu melindungi lahan sawah (Subagiyo dkk,

(2020).

4 Pestisida

Pestisida dibidang pertanian merupakan teknologi modern yang

yang digunakan untuk membasmi hama-hama tanaman. Sasarannya

bermacam-macam, seperti serangga, walangsangit, gulma, tikus,

18

mamalia, atau mikroba yang dianggap mengganggu. Penggunaan

pestisida memungkinkan petani untuk meningkatkan produksi tanaman

pertaniannya dan bahkan mampu melindungi petani dari kerugian paska

panen (Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2014).

Haryono dalam Ahusilawane (2020) menerangkan bahwa dalam

pengelolaan hama dan penyakit tumbuhan sering kali petani harus

memakai bahan-bahan kimia (pestisida kimia). Pestisida yang

disemprotkan dapat juga bereaksi dengan senyawa lain menjadi senyawa

yang lebih kompleks dan tidak mudah terdeteksi. Jika senyawa baru

tersebut menjadi senyawa yang lebih racun, maka akan menjadi potensi

bahaya bagi lingkungan termasuk bagi manusia.

5 Tenaga Kerja

Selain tanah, pupuk, dan pestisida tenaga kerja juga merupakan

faktor produksi yang mempunyai peranan dalam melakukan proses

produksi. Dalam suatu kegiatan usaha tani tenaga kerja yang bekerja

berasal dari keluarga petani itu sendiri seperti ayah sebagai kepala

keluarga, istri, dan anak-anak petani. Tenaga kerja yang berasal dari

keluarga petani ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi

pertanian secara keseluruhan yang tidak perlu lagi di

upah(Roswati,2016).

2.5 Biaya Prodoksi

Sukirno, (2006) menjelaskan Biaya produksi merupakan semua

dana yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membiayai aktivitas produksi

19

dan bahan-bahan yang akan digunakan untuk diproses dan menjadikannya

barang yang bermanfaat oleh perusahan tersebut.

1. Total Cost (TC)

Semua biaya produksi yang dikeluarkan dalam aktivitas produksi

dinamakan biaya total. Biaya produksi total atau total biaya didapat dari

menjumlahkan biaya tetap total (total fixed cost) dan biaya variable total

(total Variabel Cost). Dengan demikian biaya total dapat dihitung dengan

mengunakan rumus sebagai berikut:

TC = TFC + TVC

Keterangan :

TC = biaya produksi

TFC = biaya tetap

TVC = biaya variable

2.6 Pendapatan Usahatani

Pendapatan usaha tani merupakan suatu indikator untuk mengukur

keberhasilan dan kesejahteraan masyarakat dari berbagai kombinasi faktor

produksi yang digunakan dalam satu priode kegiatan berusa taninya,

sehingga dapat mencerminkan kemajuan ekonomi masyarakat. Pendapatan

tersebut akan digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

rumah tangganya (Tito dalam Afika, 2019). Dengan kata lain pendapatan

usaha tani secara lebih fokus merupakan selisih antara penerimaan dengan

biaya total yang dikeluarkan melalui pengurangan antara jumlah penerimaan

20

dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan total merupakan penjumlahan

dari seluruh pendapatan yang diperoleh dari hasil usaha tani yang dilakukan.

Penerimaan dalam usaha tani merupakan total pemasukkan yang

diterima oleh masyarakat atau petani dari kegiatan produksi yang telah

dilakukan dan sudah menghasilkan uang yang belum dikurangi oleh biaya-

biaya yang dikeluarkan selama melakukan proses produksi (Husni et al,

2014). Menurut Rahim dalam, Mira, (2019) menjelaskan bahwa penerimaan

usaha tani adalah hasil perkalian antara produksi yang di proleh dengan

harga jual produksi dan dinilai dengan uang untuk mengetahui berapa hasil

yang diperoleh. Dan hasil tersebut belum bisa dikatakan hasil bersih (Netto)

dan hasil akhir dari kegiatan usaha tani, karena hasil tersebut harus di

kurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk biaya usaha tani seperti

bibi, pupuk, pestisida, biaya pengolahan lahan, upah menanam, upah

membersihkan rumput, dan biaya panen. Setelah semua biaya tersebut

dikurangi barulah para petani memperoleh yang disebut dengan pendapatan

usaha tani. Pernyataan ini secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

TR = Y.Py

Dimana :

TR = total revenue

Y = total ouput

Py = harga output

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total

yang dikeluarkan. Pendapatan usaha tani dihitung dengan mengurangkan

21

penerimaan dengan biaya usaha tani (soekartawi dalam Barokah dkk, 2014).

Hubungan antara pendapatan, penerimaan dan biaya dapat dihitung dengan

rumus:

Pd = TR – TC

Keterangan :

Pd = pendapatan usahatani

TR = total penerimaan

TC = total biaya.

2. Total Fixet Cost (TFC)

Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh (input)

faktor produksi yang tidak dapat diubah jumlahnya dinamakan biaya

tetap total. Biaya yang jumlahnya tidak berubah ketika kuantitas output

berubah seperti penyusutan peralatan usaha tani.

3. Total Variabel Cost (TVC)

Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor

produksi yang dapat diubah jumlahnya. Biaya yang jumlahnya berubah

ketika kuantitas output yang diproduksi berubah yang dinamakan biaya

variabel.

2.7 Usahatani Padi Sawah

Usaha tani padi sawah merupakan kegiatan mengelolah faktor-faktor

produksi seperti tanah (lahan), teknologi, pupuk, bibit, pestisida, dan tenaga

kerja dengan efektif dan efesien untuk menghasilkan produksi yang tinggi

sehingga pendapatan usaha taninya meningkat, karena padi yang dihasilkan

22

menjadi kebutuhan pokok bagi petani dan keluarganya setelah melalui

proses penggilingan yaitu beras (Jamil, 2020).

Menurut Kariyasa dalam Handayani dkk., (2018) usaha tani padi

sawah merupakan salah satu sumber pendapatan dan kesempatan kerja bagi

masyarakat pedesaan. oleh karena itu, kegiatan usaha tani yang dilakukan

oleh para petani tidak hanya meningkatkan produksi tetapi bagaimana

menaikkan pendapatan melalui pemanfaatan penggunaan faktor produksi,

karena sering terjadi penambahan faktor produksi tidak memberikan

pendapatan yang diharapkan oleh petani. Berdasarkan syarat tumbuh

tanaman padi sawah maka walaupun sarana produksi dapat dipenuhi tanpa

adanya ketersediaan air maka tanaman padi sawah tidak dapat tumbuh dan

berproduksi dengan optimal. Budidaya padi sawah sangat membutuhkan

ketersediaan air yang berasal dari jaringan irigasi teknis maupun tadah

hujan.

2.8 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu ini merupakan acuan sebagai bahan perbandingan.

Selain itu, untuk menjauhi dugaan adanya kesamaan dengan penelitian ini.

Maka dalam tinjauan pustaka ini perlu mencantumkan penelitian terdahulu

dalam bentuk tabel dibawah ini.

Tabel 3. Perbandingan penelitian ini dengan penelitian terdahulu No Nama, Tahun,

dan Judul

Metode

Penelitian

Tujuan Penelitian Hasil Penelitian

1. Nugrohodkk,

(2018).

Distribusi

Pupuk

Bersubsidi Di

Analisis tren

digunakan untuk

menentukan

ketersediaan dan

kebutuhan

TujuanPenelitian

ini untuk

mengetahui

ketersediaan dan

kebutuhan,

Hasil penelitian

menunjukkan ketersediaan

dan kebutuhan pupuk di

Kabupaten Bantul bersifat

fluktuatif dengan

23

Kabupaten

Bantul Provinsi

Daerah

Istimewa

Yogyakarta

pupuk.

Efektivitas

distribusi pupuk

ditentukan

dengan analisis

enam tepat

distribusi pupuk

sedangkan

efisiensi diukur

dengan

menggunakan

marjin

pemasaran.

mengevaluasi

pelaksanaan dan

merumuskan

saran dalam

pengembangan

distribusi pupuk

di Kabupaten

Bantul Provinsi

Daerah Istimewa

Yogyakarta.

kecenderungan beberapa

bulan terjadi kelangkaan

stok pupuk. Distribusi pupuk

secara keseluruhan cukup

efektif dan efisien namun

terkadang masih belum tepat

jumlah dan tepat harga serta

alurnya tidak sesuai

ketentuan resmi yang

ditetapkan pemerintah

2. Tanjung,

(2018).“Kajian

Ketersediaan

Pupuk

Bersubsidi dan

Harga Pupuk

Terhadap

Produksi Padi

Sawah di

Kabupaten

Batubara”

Analisis regresi

linier berganda

adalah

hubungan secara

linear antara dua

variabel

independen

yaitu

ketersediaan

pupuk

bersubsidi (X1),

dan harga pupuk

murah (X2)

dengan variabel

dependen yaitu

produksi padi

(Y).

Tujuan utama

penelitian ini

adalah untuk

mengetahui

pengaruh

ketersediaan

pupuk bersubsidi

dan harga pupuk

bersubsidi sesuai

Harga Eceran

Tertinggi (HET)

terhadap produksi

padi sawah di

Kabupaten Batu

Bara.

hasil penelitian diketahui

bahwa ketersediaan dan

harga pupuk bersubsidi

secara simultan dan parsial

berpengaruh signifikan

terhadap produksi padi

sawah di Kabupaten

Batubara.

3. Kaustar,

(2020). Analisis

Kelangkaan

Pupuk

Bersubsidi dan

Pengaruhnya

Terhadap

Produktivitas

Padi (Oryza

Sativa) di

Kecamatan

Montasik

Kabupaten

Aceh Besar

Metode yang

digunakan pada

penelitian ini

adalah jenis

metode

kualitatif dan

metode

kuantitatif yaitu

metode analisis

deskriptif dan

metode analisis

fungsi produksi

cobbdouglass.

tujuan penelitian

ini adalah untuk

mengetahui

dampak

kelangkaan pupuk

subsidi yang

terjadi di

Kecamatan

Montasik,

mengidentifikasi

faktor-faktor yang

mempengaruhi

kelangkaan pupuk

bersubsidi

diKecamatan

Montasik, dan

menganalisis

tingkat pengaruh

penggunaan

pupuk subsidi

yang mengalami

kelangkaan

terhadap

produktivitas padi

petani di

Hasil dari penelitian ini

menunjukkan dampak

kelangkaan pupuk subsidi

yang terjadi di Kecamatan

Montasik menyebabkan

tidak tepatnya jumlah pupuk

subsidi yang tersedia, tidak

tepatnya penggunaan jenis

pupuk subsidi SP-36 dan ZA

yang digunakan oleh petani,

dan tidak tepatnya waktu

dalam pendisitribusian

pupuk subsidi. Selain itu

faktor-faktor yang

mempengaruhi kelangkaan

pupuk subsidi di Kecamatan

Montasik adalah realisasi

pupuk lebih rendah dari

usulan RDKK oleh petani,

dosis pemakaian pupuk yang

tidak sesuai anjura oleh

petani, pola distribusi tidak

berjalan sesuai dengan

ketetapan yang ditetapkan,

kemampuan pengelolaan

24

Kecamatan

Montasik

Kabupaten Aceh

Besar.

perencanaan kebutuhan

pupuk yang masih rendah

oleh kelompok tani, dan

tidak tepatnya harga

pembelian pupuk yang dibeli

petani sesuai HET yang

berlaku

4. Rizal Zulmi

(2011).

Pengaruh Luas

Lahan, Tenaga

Kerja,

Penggunaan

Benih Dan

Pupuk

Terhadap

Produksi Padi

Di Jawa

Tengah Tahun

1994-2008

Alat analisis

yang digunakan

adalah regresi

berganda

dengan metode

OLS (Ordinary

Least Square).

Penelitian ini

bertujuan untuk

mengetahui

pengaruh luas

lahan, tenaga

kerja, benih, serta

pupuk terhadap

produksi padi di

Jawa Tengah.

Hasil analisis menunjukkan

bahwa variable luas lahan,

tenaga kerja dan pupuk

memberikan pengaruh

positif dan signifikan pada

taraf kepercayaan 5%

terhadap produksi padi.

5. Motik Indrasari

(2008).

Dampak

Kelangkaan

Pupuk Urea

Bersubsidi

Terhadap Sikap

Petani dan

Produktivitas

Usahatani,

Alat analisis

yang Analisis

Rangk spearman

dan analisis

wilkcoxon

Penelitian ini

bertujuan yaitu

1. untuk

mengetahui

dampak

kelangkaan

pupuk

terhadap sikap

petani dalam

penggunaan

pupuk urea.

2. faktor yang

berkorelasi

dengan sikap

perbedaan

produktivitas

sebelum dan

sesudah

kelangkaan

pupuk

bersubsidi.

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sikap

petani pada usahatani padi

tidak mengurangi

penggunaan pupuk urea

walaupun adanya

kelangkaan pupuk.

Penelitian terdahulu merupakan suatu refrensi dasar dari hasil

penelitian yang telah dilakukan dan kemudian dibandingkan dengan

penelitian yang akan dilaksanakan.

Dari kelima Penelitian terdahulu diatas menunjukkan bahwa,

distribusi pupuk bersubsidi secara keseluruhan cukup efektif namun

25

terkadang pupuk bersubsidi masih belum tepat jumlah dan tepat harga, dan

juga pola pendistribusian pupuk bersubsidi tidak berjalan sesuai dengan

ketetapan yang ditetapkan. Ketersediaan dan harga pupuk bersubsidi

berpengaruh signifikan terhadap produksi padi sawah. Selain itu pupuk

bersubsidi juga memberikan pengaruh positif terhadap produksi padi. Dengan

adanya kelangkaan pupuk bersubsidi yang terjadi menyebabkan tidak

tepatnya penggunaan jenis pupuk SP-36 dan ZA oleh petani. Hasil lain

menunjukan bahwa dengan adanya kelangkaan pupuk bersubsidi petani tidak

mengurangi penggunaan pupuk Urea pada usaha tani padi.

2.9 Kerangka Pikir

Atas dasar program pemerintah melalui surat Keputusan Menperidag

No. 70/MPP/Kep/2/2003 tanggal 11 Ferbruari 2003, tentang pengadaan dan

Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian. Dalam program

tersebut pupuk bersubsidi hanya diperuntukkan bagi usaha pertanian yang

meliputi petani tanaman pangan, peternakan dan perkebunan rakyat.

Setiap program pemerintah tidak terlepas dari kendala dan masalah,

terutama penyimpangan-penyimpangan dalam proses pencapaiannya,

termasuk pupuk bersubsidi. Sehingga perlu dilakukannya kordinasi dengan

berbagai pihak terkait seperti, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota sebagai

kordinator yang bertanggungjawab dalam pengusulan pupuk bersubsidi dan

mengatur alokasi pupuk bersubsidi pada masing-masing kecamatan untuk

semua subsektor. Selanjutnya distributor menyalurkan kepada pengecer dan

kelompok tani yang telah ditunjuk wilayah kerjanya. Penyaluran pupuk

26

bersubsidi kepada petani akan dilakukan oleh pengecer resmi di masing-

masing kecamatan yang menjadi tanggungjawabnya.

Salah satu masalah yang terdapat dalam pupuk bersubsidi adalah

kelangkaan. Hal-hal yang terdapat dalam kelangkaan pupuk bersubsidi adalah

ketersediaannya terbatas dan harga tinggi. Walaupun pada kenyataanya tidak

terjadi, namun perlu untuk diantisipasi agar penyaluran pupuk besubsidi di

lapangan dapat berjalan lancar dan efektif.

Kegiatan usaha tani padi sawah petani seringkali diperhadapkan

dengan masalah kelangkaan pupuk bersubsidi. Hal tersebut disebabkan oleh

terbatasanya sarana produksi seperti pupuk bersubsidi dan harga

tinggi.Kelangkaan pupuk bersubsidi ini akan berdampak terhadap penurunan

produksi dan rendahnya pendapatan petani padi sawah, sehingga

mengakibatkan kerugian.

27

Gambae 1. Kerangka Pemikiran

Program Pupuk Bersubsidi

Pemerintah

Kelangkaan Pupuk

Bersubsidi

Ketersedian

Terbatas

Dinas Pertanian

Distributor Pupuk Bersubsidi

Penerimaan dan

Pendapatan

Harga

Tinggi

Usaha tani

Padi Sawah

28

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember sampai dengan

Januari 2021. Lokasi penelitian yaitu di Desa Siru Kecamatan Lembor

Kabupaten Manggarai Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara

sengaja dengan pertimbangan bahwa Desa Siru merupakan Sentra produksi

Padi yang mengalami kelangkaan pupuk bersubsidi.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Teknik penetuaan sampel dalam penelitian ini adalah dilakukan

secra acak (simple random sampling) tanpa memperhatikan strata yang ada

dalam populasi itu.

Populasi adalah keseluruahan subjek atau objek yang menjadi

sasaran dalam penelitian ini. Populasi yang diteliti pada penelitian ini adalah

petani padi sawah di Desa Siru sebanyak 340 orang petani. Sedangkan

sampel adalah perwakilan dari populasi yang akan diteliti.

Untuk menetukan banyaknya sampel yang akan diteliti

menggunakan rumus slovin seperti berikut:

n

Keterangan :

N = jumlah anggota dalam populasi

n = jumlah sampel

e = nilai kritis (batas ketelitian)

29

n

n = 39 orang

Dari perhitungan dengan menggunakan rumus slovin diatas maka,

yang menjadikan sampel penelitian ini adalah sebesar 39 orang petani padi

sawah di Desa siru Kecematan Lembor Kabupaten Manggarai Barat.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskriptif

dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah

suatu bentuk penelitian untuk mendeskripsikan permasalahan yang terdapat

pada objek penelitian yang berkaitan dengan kelangkaan pupuk bersubsidi.

Sedangkan sumber data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data

sekundar dan primer:

1. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang telah dikumpul oleh

lembaga pengumpul data. Data tersebut biasanya diperoleh dari

perpustakaan, laporan penelitian terdahulu, kantor desa, literatur-

literatur yang berkaitan, dan data dipublikasi oleh instansi-instansi

yang terkait dengan penelitian ini seperti, Dinas Pertanian Tanaman

Pangan dan Holtikultura Kabupaten Manggarai Barat, dan Balai

Penyuluhan Pertanian Kecamatan Lembor, Badan Pusat Statistik (BPS),

dan instansi lainnya dan data ini dapat berupa data keadaan geografis,

Luas Lahan, produksi padi, dan lainnya.

30

2. Data Primer

Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung oleh

peneliti di lapangan dengan cara observasi langsung terhadap objek

yang diteliti dan melakukan wawancara kepada petani atau

responden penelitian.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

1. Observasi

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek

yang diteliti di Desa Siru kecamatan Lembor kabupaten Manggarai

Barat.

2. Wawancara

Wawancara merupakan rangkaian proses pengumpulan yang

dilakukan secara lisan antara pewawancara dengan respondenya

menggunakan pedoman kuesioner untuk mendapatkan informasi yang

lebih luas terkait objek yang diteliti.

3. Kuesioner

Kuesioner merupakan alat atau instrument yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data yang berisi catatan dalam bentuk

pertanyaan untuk ditanyakan kepada responden.

4. Dokumentasi

31

Dokumentasi yaitu pengambilan data dengan menggunakan

dokumen berbentuk gambar atau dokumentasi sebagai bukti bahwa telah

dilaksanakan penelitian dan apa yang ditulis sesuai dengan kejadian di

lokasi penelitian.

3.4 Teknik Analisis Data

Berdasarkan Rumusan masalah yang ada, teknik analisis data yang

digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif.

Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan alat analisis antara lain sebagai

berikut:

1. Analisis penyebab terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi

Untuk menjawab penyebab terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi

digunakan analisis deskriptif berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid

PSP Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Barat.

2. Analisis dampak kelangkaan pupuk bersubsidi terhadap produksi

Untuk menjawab dampak kelangkaan pupuk bersubsidi terhadap

produksi menggunakan analisis deskripitif untuk menjelaskan

damapaknya terhadap produksi petani padi sawah.

3. Analisi dampak kelangkaan pupuk bersubsidi terhadap pendapatan

Untuk menganalisis dampak kelangkaan pupuk bersubsidi terhadap

pendapatan usaha tani padi maka, dilakukan analisis kuantitatif dengan

perhitungan sebagai berikut:

a. Total Biaya (TC) diperoleh dengan menggunakan rumus

TC = TFC + TVC

32

Keterangan :

TC = biaya produksi

TFC = biaya tetap

TVC = biaya variabel

b. Penerimaan usaha tani padi diperoleh dengan menggunakan rumus

TR = Y.Py

Dimana :

TR = total revenue

Y = total output

Py = harga output

C. Pendapatan usaha tani padi diperoleh dengan menggunakan rumus

Pd = TR – TC

Keterangan :

Pd = pendapatan usaha tani

TR = total penerimaan

TC = total biaya.

3.5 Definisi Operasional

Untuk memperjelas maksud dan tujuan dari penelitian ini agar

lebih terfokus maka peneliti memberikan definisi operasional terhadap

judul penelitian yang akan di laksanakan oleh peneliti. Adapun definisi

operasional tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pupuk Bersubsidi adalah jenis pupuk diperoleh dari pengecer resmi dan

kelompok tani dengan harga terjangkau atas dasar program pemerintah.

33

2. Dinas Pertanian yang dimaksud adalah yang menyelenggarakan urusan

prasarana dan sarana pertanian tanaman pangan kabupaten/kota.

3. Distributor pupuk bersubsidi adalah yang bertanggungjawab dalam

menyalurkan pupuk bersubsidi kepada pengecer (penyalur di Lini IV)

yang telah ditunjuk di wilayah kerjanya.

4. Kelangkaan pupuk bersubsidi adalah tidak tersedianya pupuk bersubsidi

ketika dibutuhkan (tidak mampu memenuhi kebutuhan petani).

5. Penggunaan pupuk bersubsidi dalam produksi padi adalah tingkat

terhadap penggunaan pupuk bersubsidi sesuai dosis anjuran pemupukan

pada usaha tani padi yaitu, Urea, SP-36, ZA, NPK, Organik.

6. Harga tinggi yang dimaksud adalah melebihi harga yang telah ditetapkan

sesuai Harga Enceran Tertinggi (HET).

7. Sedangkan harga merupakan harga beli Pupuk bersubsidi pada tingkat

petani.

8. Usaha tani padi sawah merupakan kegiatan petani dalam mengelola

lahanya menjadi lahan produktif.

9. Produksi merupakan kegiatan memanfaatkan lahan pertanian dengan

mengkombinasi semua input untuk mendapatkan output seperti padi dan

beras.

10. Pendapatan usaha tani padi sawah merupakan penerimaan yang di

terima oleh setiap petani dalam satu kali berusaha tani dikurangi dengan

total biaya produksi yang dinyatakan

dalam satuan rupiah (Rp)

34

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak Geografis

Desa Siru merupakan salah satu dari 13 desa yang ada di Kecamatan

Lembor Kabupaten Manggarai Barat. Secara geografis Desa Siru memiliki luas

wilayah sebesar 25,49 km2

dengan jumlah jiwa sebanyak 2.073 jiwa terdiri 1.040

jiwa laki - laki 1.033 jiwa perempuan. Desa Siru memiliki 6 Dusun, terletak

disebelah utara kota Kecamatan, jarak tempuh Desa Siru dari pusat pemerintah

Desa yaitu, jarak ke ibu kota kecamatan 4,8 km dan lama jarak tempuh ¼ jam.

Sedangkan dari ibu kota Kabupaten + 58 km, dan jarak tempuh 2/5 jam. Dengan

batas administrasi adalah sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Golo Ronggot Kecamatan Welak

b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Poco Rutang Kecamatan Lembor

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Lurah Tangge Kecamatan Lembor

d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Wae wako Kecamatan Lembor.

Kondisi umum iklim yang ada di Desa Siru yaitu dengan curah hujannya

pertahun 280 0C. Sedangkan ketinggiannya + 3000 meter dari permukaan laut

(dpl) dengan suhu udara 20-40 0C. Adapun jumlah curah hujan 3-4 bulan.

Sedangkan jenis warna tanah yang ada di Desa Siru adalah

merah/kuning/hitam/abu-abu dan tekstur tanahnya adalah Lampungan/ Pasir/

Debuan.

35

4.2. Kondisi Demografis

Kondisi demografis di Desa Siru berdasarkan keadaan penduduk di bagi

berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk berdasarkan usia, jumlah penduduk

berdasarkan pendidikan, jumlah penduduk berdasarkan jenis pekerjaan, jumlah

penduduk berdasarkan agama sebagai berikut:

4.2.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk di lokasi penelitian adalah 2.230 jiwa berasal dari

494 KK. Adapun jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin terdiri dari

1.040 jiwa laki-laki dan 1.033 jiwa perempuan. Untuk lebih jelasnya

gambaran tentang penduduk di Desa Siru menurut jenis kelaminnya maka

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Siru Kecamatan

Lembor Kabupaten Manggarai Barat.

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Laki – Laki 1040 50,16

2. Perempuan 1033 49,83

Total 2.073 99,99

Sumber: Data Skunder 2020

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari total penduduk Desa Siru

lebih didominasi oleh penduduk jenis kelamin laki-laki adalah sebesar 1.040

jiwa dengan persentasi 50,16 % sedangkan yang jenis kelamin perempan

adalah 1.033 jiwa dengan persentasi 49,83 %.

4.2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia.

Gambaran umum tentang keadaan penduduk berdasarkan usia di lokasi

penelitian dapat dilihat pada Tabel berikut:

36

Tabel 5.Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia di Desa Siru Kecamatan

Lembor Kabupaten Manggarai Barat.

No Usia (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. 0 – 4 138 6,65

2. 5 – 9 208 10,03

3. 10 – 14 206 9,93

4. 15 – 19 288 13,89

5. 20 – 24 275 12,26

6. 25 – 29 186 8,97

7. 30 – 34 129 6,22

8. 35 – 39 144 6,94

9. 40 – 44 117 5,64

10. 45 – 49 103 4,96

11. 50 – 54 87 4,19

12. 55 – 59 83 4,00

13. 60 + 109 5,25

Total 2.073 98,93

Sumber: Data Skunder 2020

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk paling banyak

adalah berada pada kelompok umur 15-19 tahun adalah sebanyak 288 orang

dengan persentasi 13,89%. Pada interval ini memiliki kelompok umur yang

produktif yaitu dimana seorang memiliki fisik yang lebih kuat sehingga dapat

menghasilkan barang dan jasa yang lebih efektif jika dibandingkan dengan

orang yang sudah produktif. Sedangkan jumlah penduduk yang umurnya

sudah tidak produktif berada pada umur 60+ tahun sebanyak 109 orang

dengan persentasi 98,93%.

4.2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Penduduk Desa Siru memiliki tingkat pendidikan yang serasi yakni

mulai dari SD, SMP, SMA, dan Sarjana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

37

Tabel 6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Siru

Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat.

No Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Belum Tamat SD 461 22,23

2. SD 718 34,63

3. SMP 301 14,52

4. SMA 391 18,86

5. ≥ D1 202 9,74

Total 2.073 99,98

Sumber: Data Skunder 2020

Tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa

Siru paling besar berada tingkat pendidikan SD sebesar 718 orang dengan

persentasi 34,63 %. Belum tamat SD sebanyak 461 dengan persentase 22,23

%, Sekolah Menegah Atas (SMP) yaiyu 301 orang dengan persentasi 14,52

%, kemudian Sekolah Menengah Pertama (SMA) sebanyak 391 orang dengan

persentasi 18,86 %. Sedangkan kecil adalah Sarjana ( ≥D1 ) sebanyak 202

dengan persentase 9,98 %.

4.2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Jumlah penduduk Desa Siru berdasarkan pekerjaan dapat

dikelompokkan berdasarkan pekerjaannya masing-masing. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

38

Tabel 7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Siru

Kecematan Lembor Kabupaten Manggarai Barat.

No Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Belum Kerja 215 10,37

2. IRT 178 8,58

3. Pelajar 782 37,72

4. Pensiunan 1 0,04

5. PNS 30 1,44

6. Buru 5 0,24

7. Petani 697 33,62

8. Sewasta 84 4,05

9. Kariawan Honorer 22 1,06

10. Guru 56 1,25

11. Pengusaha 1 0,04

12. Sopir 2 0,09

13. TNI/POLRI - -

Total 2.073 98,5

Sumber: Data Skunder 2020

Tabel diatas Menunjukkan bahwa penduduk Desa Siru sebagian besar

pekerjaannya sebagai petani yaitu sebesar 697 orang dengan persentasi 33,62

% dan paling sedikit adalah pekerjaannya sebagai pengusaha yaitu 1 orang

dengan persentasi 0,09 %.

3.3. Kondisi Pertanian

Kondisi pertanian di Desa Siru dapat menjadi indikator bahwa, Desa Siru

mampu mencukupi kebutuhan pangan pokok penduduk. Lahan sawah fungsional

yang ada di Desa Siru seluas 1388, 78 (Ha) yang terdiri dari Sawah irigasi seluas

13,78,78 (Ha) yang di tanami komuditas padi saja 3 kali panen dalam setahun.

Sedangakan sawah tada hujan seluas 10 (Ha) hanya ditanami komuditas padi satu

kali dalam setahun. Luas areal panen tanaman pangan tersebut menggambarkan

potensi yang dimilikinya, serta kemampuan untuk menghasilkan makanan pokok

penduduk yang ada didalamnya.

39

Komuditas padi merupakan prioritas utama dibudidayakan oleh penduduk

di Desa Siru, karena komuditas ini merupakan komuditas tanaman yang paling

cocok untuk ditanam sesuai dengan kondisi lahan yang ada di Desa Siru dan

kebiasaan penduduk, serta kebutuhan penduduk terhadap komuditas padi sebagai

kebutuhan ekonomi.

Kemampuan tersebut tentunya didukung tersedianya lahan usaha tani yang

potensial, sumber daya manusia yang memadai, serta dukungan teknologi

sehingga dapat mengelolah lahan usaha tani secara optimal.

40

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Identitas Responden

Identitas responden yang dimaksud disini adalah profil objek yang

memberikan keterangan dan data yang akurat terkait permasalahan yang akan

diteliti. Adapun identitas responden meliputi umur, tingkat pendidikan,

tanggungan keluarga, pengalaman berusaha tani, dan luas lahan.

1. Umur Petani Reponden

Keaktifan dan kemampuan berfikir kreatif dalam bekerja merupakan

faktor yang dipengaruhi oleh umur. Petani yang masih termasuk dalam

kategori umur produktif secara fisik masih mampu bekerja jika dibandingkan

dengan yang sudah tidak produktif. Oleh sebab itu, indikator untuk menilai

tingkat produktivitas petani dalam mengelolah usaha taninya adalah umur.

Adapun tabel distribusi berdasarkan kelompok umur petani responden

sebagai berikut:

Tabel 9. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Desa

Siru Kecamatan Lembor Manggarai Barat.

No Umur Petani (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 25 – 32 4 10

2 33 - 40 12 31

3 41 – 48 13 33

4 49 – 56 4 10

5 57 – 64 4 10

6 65 – 73 2 5

Jumlah 39 100

Sumber: Data Primer setelah Diolah, 2021

41

Berdasarkan tabel di atas dapat kita dapat ketahui, responden

terbanyak berada pada golongan umur produktif yang berada pada kisaran

kelompok umur 41-48 tahun dengan jumlah 13 orang atau 33 %. Hal ini

menunjukan bahwa pengalaman yang dimilikinya dalam berusahatani padi

sawah sudah cukup lama sehingga dapat memperkirakan jumlah dosis pupuk

yang akan digunakan sesui dengan rekomendasi.

2. Tingkat Pendidikan Responden

Pendidikan dapat menghantarkan kepada sesuatu hal yang ingin

dicapai oleh setiap orang, begitu pula dalam kegiatan berusaha tani. Petani

dalam mengelolah usaha taninya pendidikan turut mempengaruhi

didalamnya, misalnya dalam hal kreatif berusaha tani dan mengadopsi

teknologi baru. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah dalam

merespon sesuatu hal yang baru begitupun sebaliknya.

Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Siru

Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat.

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Tidak Tamat SD 8 21

2 SD 7 18

3 SMP 9 23

4 SMA 11 28

5 SARJANA 4 10

Jumlah 39 100

Sumber: Data Primer setelah Diolah, 2021

Tabel di atas menunjukan bahwa, responden yang mendominasi

adalah tingkat pendidikanya SMA yakni 11 orang dengan persentase 28%.

Dengan demikian, responden tersebut akan lebih kreatif dalam berpikir

terkait cara untuk mendapatkan pupuk bersubsidi juga dalam mengelolah

42

usahata usahataniya sehingga dapat memproleh hasil produksi padi sawah

lebih dari yang tingkat pendidkanya terbilang rendah.

3. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah anggota dalam keluarga berpengaruh terhadap produksi

usaha tani padi jika dimanfaatkan sebagai tenaga kerja dalam keluarga.

Banyaknya anggota dalam keluarga dapat memperkecil penggunaan tenaga

kerja luar yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha tani padi sehingga dapat

mengurangi biaya produksi yang dikeluarkan. Untuk mengetahui lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di

Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat.

No Tanggungan Keluarga Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 1 2 5

2 2 1 3

3 3 3 8

4 4 3 8

5 5 23 59

6 6 7 18

Jumlah 39 100

Sumber : Data Primer setelah Diolah, 2021

Hasil olahan data primer pada tabel 11 diatas menunjukkan bahwa

jumlah tanggungan keluarga tertinggi yaitu 5 orang sebanyak 23 responden

dengan persentase 59%. Dengan demikian, banyaknya jumlah tanggungan

keluarga dapat meminimalisir penggunaan waktu kerja yang terpakai dalam

kegiatan usaha taninya.

4. Luas Lahan Responden

Lahan merupakan areal untuk dilakukanya kegiatan usaha tani petani

padi dalam hal ini adalah sawah. Luas lahan dapat dihitung menurut satuan

43

hectare (ha). Adapun luas lahan petani padi sawah di Desa Siru berstatus

lahan milik sendiri yang turun temurun di kelolah sebagai sumber mata

pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup petani. Untuk mengetahui

lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Luas Lahan di Desa Siru

Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat.

No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0,25 - 0,35 17 44

2 0,36 - 0,46 0 0

3 0,47 - 0,57 11 28

4 0,58 - 0,68 0 0

5 0,69 - 0,79 4 10

6 0,80 - 1 7 18

Jumlah 39 100

Sumber : Data Primer setelah Diolah, 2021

Tabel luas lahan diatas didominasi oleh responden yang memiliki

lahan garap kurang dari satu hektare sehingga tidak membutuhkan pupuk

bersubsidi dengan jumlah yang banyak namun, ketersediaan pupuk bersubsidi

terbatas maka petani merasakan kelangkaan pupuk bersubsidi karna tidak

mampu memenuhi kebutuhan pupuk untuk kegiatan usahatani padi sawah.

5. Pengalaman Berusaha tani Responden

Selain beberapa karakteristik responden yang sudah disajikan

sebelumnya, karakteristik yang satu ini juga merupakan faktor yang berperan

penting terhadap pengelolaan usaha tani, yakni pengalaman berusaha tani.

Petani yang cukup lama berprofesi sebagai petani padi tentunya memiliki

banyak pengalaman yang diperoleh, baik itu yang berkaitan dengan

pengelolaan usaha taninya maupun dalam penerapan teknologi baru.

44

Tabel 13. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Berusaha tani di

Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat.

No Pengalaman Berusaha tani Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 5 – 12 8 21

2 13 – 20 19 49

3 21 – 28 3 8

4 29 – 36 8 21

5 37 – 44 0 0

6 45 – 52 1 3

Jumlah 39 100

Sumber: Data Primer setelah Diolah, 2021

Tabel 8 menunjukkan hubungan anatara pengalaman berusahatani

responden yang diukur berdasar lama tidakyan pengalaman dalam

mengelolah usahatani padi sawah. Responden yang mendominasi memiliki

pengalaman berusahatani lebih darai 10 tahun. Responden tersebut sudah

memiliki pengalaman yang cukup dalam mengelolah usahatani padi

sawahnya dan sudah cukup aktif dalam organisasi kelompoktani sehingga

cepat dalam memproleh informasi terkait pengunaan pupuk sesuai

rekomendasi.

4.2. Syarat Untuk Mendapatkan Pupuk Bersubsidi

Salah satu tujuan kebijakan pemberian pupuk bersubsidi adalah untuk

meringankan beban petani dalam penyediaan dan penggunaan pupuk

bersubsidi untuk usaha taniya sehingga dapat meningkatkan produksi

komuditas tanaman pangan guna mendukung ketahanan pangan.

Alur distribusi pupuk bersubsidi telah ditetapkan melalui Peraturan

Menteri Perdagangan Repoblik Indonesia No.15/M-DAG/PER/4/2013 tentang

Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian. Dimana

agar pupuk bersubsidi yang diperoleh petani dapat memenuhi prinsip enam

45

tepat (tepat tempat, tepat jumlah, tepat jenis, tepat waktu, tepat mutu, dan tepat

harga) serta efektifitasnya dalam sistem pendistribusian pupuk bersubsidi

sebagai berikut:

Gambar 2. Alur pendistribusian Puouk Bersubsidi.

Adapun mekanisme penebusan pupuk bersubsidi di Desa Siru

Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat, dimulai dari musyawarah

antara ketua kelompok dengan anggota kelompok tani untuk disusunnya

RDKK dua bulan sebelum musim tanam tiba. Rencana Devinitif Kebutuhan

Kelompok (RDKK) merupakan kebutuhan riil pupuk bersubsidi yang akan

diusul dan digunakan dari masing-masing anggota kelompok tani dengan

menetapkan jumlah pupuk, jenis pupuk, jenis komuditas yang akan ditanami,

dan waktu pupuk bersubsidi tersebut akan dibutuhkan.

Lini II/Gudang Kabupaten

Distributor

Penecer/Lini IV

PT. Petrokimia Gresik Gresik-

Indonesia

Lini II/Gudang Produsen

Petani/Kelompok Tani

46

Rencana Devinitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) berfungsi sebagai

pesanan pupuk bersubsidi petani/kelompok tani yang disetujui oleh kepala

desa, PPL, serta ketua kelompok tani kepada pengecer resmi yang

bertanggungjawab disuatu wilayah atau lini IV. Pengecer resmi akan merekap

RDKK dari petani/kelompok tani, kemudian di serahkan ke distributor.

Selanjutnya distributor menyerahkan RDKK ke PT. Petrokimia Gresik

Gresik-Indonesia utuk di proses. Dibagian penjualan, RDKK ini dikoreksi

mengenai jumlah pupuk, jenis pupuk, jenis komuditas yang akan ditanami,

dan waktu pupuk bersubsidi tersebut akan dibutuhkan. Dalam mengorksi

perusahan berlandaskan data yang di proleh dari Dinas Pertanian Kabupaten

Manggarai barat.

Sedangkan untuk memproleh pupuk bersubsidi yang di perlukan,

maka distributor mengirimkan surat permintaan pupuk bersubsidi yan berisi

jumlah pupuk yang diminta dari masing-masing pengecer. Kemudian pupuk

diangkut ke kois-kios pengecer yeng memerlukan dan ketua kelompok tani

mengambil pupuk di kios pengecr berdasarkan jumlah yang dibutuhkan

petani.

mengecek kelengkapan Rencana Devinitif Kebutuhan Kelompok

(RDKK) dan dilakukan penandatanganan oleh ketua kelompok tani yang

diketahui oleh kepala Desa setempat disetujui oleh Kepala cabang (KCD) atau

Pertanian Penyuluh Lapangan (PPL) dan ketika semuanya sudah

ditandatanagani maka, segera dikirimkan ke pengecer resmi sebagai pesanan

pupuk bersubsidi.

47

4.3. Penyebab Kelangkaan Pupuk Bersubsidi

Pada peraturan pemerintah pupuk bersubsidi dan padi dalam berusaha

tani terdapat hubungan yang sangat erat, hubungan tersebut merupakan

hubungan fungsional antara input dan output. Meskipun dalan hubungan

tersebut masih terdapat berbagai faktor input (faktor produksi) lainya seperti

tenaga kerja, pestisida, lahan, dan berbagai faktor produksi lainya.

Hampir di setiap daerah di Indonesia masih banyak petani dijumpai

dengan permasalahan kelangkaan pupuk bersubsidi. Kelangkaan pupuk

bersubsidi sudah menjadi permasalahan yang sangat serius, yang banyak

dikeluhkan oleh masyarakat dalam kegiatan usaha taninya seperti yang

terjadi di lokasi penelitian pada bulan januari bertepatan musim tanam satu

(MT 1), petani mengalami kelangkaan pupuk bersubsidi. Bukan tidak

mungkin, dari permasalahan kelangkaan pupuk bersubsidi tersebut ada

berbagai faktor penyebab yang terdapat didalamnya yaitu:

1. Usulan Pupuk Bersubsidi Sesuai e-RDKK Lebih Tinggi dari Realisasi

Pupuk bersubsidi yang diusulkan tidak sebanding dengan alokasi

atau realisasi pupuk yang ditetapkan pemerintah sehingga tidak dapat

mencukupi kebutuhan pupuk petani.

Berikut keterangan hasil wawancara dengan salah satu petani padi

sawah bapak (Y H) di Desa Siru Kabupaten Manggarai Barat:

“Saya dan beberapa teman petani disini selalu tidak mendapatkan

pupuk yang cukup untuk setiap musim tanam masalah serupa juga

dialami oleh petani desa seberang kami hanya dengar informasi yang

beredar bahwa faktornya karena kekurangan alokasi pupuk dari pusat

sementara itu kami merasa terancam akan akibat dari kelangkaan

pupuk ini seperti gagal panen untuk itu kami berharap sekali agar

48

pemerintah memperhatikan dan mencari solusi dari permasalahan ini” (hasil wawancara dengan bapak YH pada tanggal 18 Januari

2021)

Berdasarkan keterangan salah satu petani tersebut menunjukkan

bahwa terdapat persoalan serius yang mereka hadapi yaitu kelangkaan pupuk

bersubsidi. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pupuk merupakan

kebutuhan yang sangat vital (kemanfaatan) bagi pertanian, sehingga

kelangkaan pupuk dapat berdampak buruk bagi pertanian masyarakat. Untuk

mengetahui lebih lanjut terkait respon pemerintah daerah, penulis

melakukanan wawancara dengan bapak (A R) yang merupakan Kabid PSP

Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan Manggarai Barat beliau

menuturkan hal berikut.

“kan begini ini barang, pemerintah menetapkan secara nasional

disesuikan dengan APBN disiapkan oleh pemerintah pusat untuk

subsidi pupuk, tahun 2020 manggarai Barat jatah pupuknya hanya

7.813 ton. Semantara kebutuhan pupuk Manggarai barat berdasarkan

luas lahan yang diinput oleh Dinas Pertanian melalui aplikasi e-RDKK

dia harus mendapatkan kalau dikonversikan seharusnya mendapat 20.666 ton untuk tahun 2020”. (Wawancara Bapak AR pada tanggal 20

Januari 2021).

Berdasrkan penuturan Kabid PSP tersebut dapat di simpulan bahwa,

upaya pemerintah dalam memajukan pertanian daerah dimana salah satu

fokusnya adalah memastikan akan kebutuhan faktor produksi seperti

kebutuhan pupuk bersubsidi petani tetap terjaga. Akan tetapi, APBN yang

siapkan oleh pemerintah pusat hanya dapat menyalurkan 7.813 ton sementara

usulan kebutuhan pupuk bersubsidi seharusnya 20.666 tonuntuk Manggarai

49

Barat, sehingga antar usulan dengan relisasinya selisihnya sangat jauh yaitu

mencapai 12.853 ton.

Jadi, salah satu yang menyebabkan tingkat realisasi pupuk subsidi

rendah adalah karena adanya pengurangan jatah pupuk subsidi. Pengurangan

jatah pupuk subsidi oleh pemerintah itu disebabkan oleh berkurangnya

anggaran untuk pupuk bersubsidi pada tahun 2020. Permasalahan selanjutnya

yang menyebabkan usulan pupuk subsidi jauh lebih tinggi dari realisasi

pupuk bersubsidi di lapangan.

2. Pola Distribusi Pupuk

Pendistribusian pupuk bersubsidi menjadi salah satu penyebab

kelangkaan pupuk bersubsidi dikarenakan keefektifannya sangat diperhatikan.

Dalam pelaksanaan di lapangan kelompok tani maupun kios pengecer belum

melaksanakan pendistrbusian pupuk dengan efektif dikarenakan pembelian

pupuk subsidi yang dilakukan petani tidak pada kios resmi yang sudah

ditetapkan wilayah kerjanya. Berdasarkan ketentuan alur penyaluran pupuk

subsidi seharusnya para petani membeli pupuk subsidi pada masing-masing

kelompok taninya atau pada kios resmi (Lini IV) sesuai wilayah kerjanya.

Dilanjutkan wawancara dengan ibu Tika bagian Admin Distributor

Pupuk Manggarai Barat:

“Kami sebagai dristributor pupuk hanya bisa menyalurkan pupuk

sampai ke pengecer yang sudah ditunjuk wilayah kerjanya sesuai

dengan SK Dinas Pertanian bila ada kebutuhan dari petani. Untuk

selanjutya merupakan tanggungjawab penngecer hingga sampai ke petani.” (Hasil Wawancara ibu T pada tanggal 20 Januari 2021).

50

Dari keterangan distributor tersebut bahwa penyebab kelangkaan

pupuk juga bersumber dari ketidakefektifan dilapangan, banyak kios pengecer

belum melaksanakan pendistribusian pupuk dengan efektif dikarenakan

banyak masyarakat atau petani membeli pupuk tidak pada kios resmi yang

sudah ditetapkan.

Kemudian hasil wawancara dengan bapak (Y S) selaku petani padi di

Desa Siru Kabupaten Manggarai Barat yang menyatakan bahwa:

“Kami berharap besar agar kebutuhan pupuk petani ditangani oleh

kelompok tani akan tetapi kebutuhan pupuk petani tidak ditangani

oleh kelompok tani karena pengurus kelompok tani tidak bekerja

secara optimal yang membuat petani sulit mendapatkan pupuk

bersubsidi begitupun juga kios pengecer resmi kemudian jangkaun

juga menjadi alasan petani mengapa harus membeli di pengecer lainnya” (wawancara bapak YS pada tanggal 22 Januari 2021).

Keterangan petani diatas dapat menggambarkan bahwa banyaknya

petani yang masih membeli pupuk pada kios pengecer lainnya dikarenakan

jarak antara tempat tinggal petani dengan kios resmi yang tergolong jauh

sehingga membutuhkan biaya dan tenaga yang lebih jika membeli di kios

resmi, selain itu terlambatnya ketersediaan pupuk subsidi di kios resmi

menyebabkan petani lebih memilih membeli pada kios pengecer lainnya

untuk memenuhi kebutuhan pupuk pada tanaman padinya. Tentunya jika para

petani membeli pupuk subsidi tidak pada kelompok taninya masing-masing

atau tidak pada kios resmi sesuai wilayah kerjanya hal ini akan berdampak

pada berkurangnya ketersediaan pupuk pada masing-masing kios pengecer

lainnya.

51

Penyebab kelangkaan pupuk bersubsidi dapat disimpulkan bahwa,

kebijakan pupuk bersubsidi di Kabupaten Manggarai Barat belum efektif

karena, masih banyak ditemukan petani membeli pupuk bersubsidi tidak

pada pengecer resmi. Selain itu petugas kelompok tani tidak menjalankan

tugasnya dengan baik sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pupuk

bersubsidi petani.

5.4. Dampak Kelangkaan Pupuk Bersubsidi terhadap Produksi

Pupuk bersubsidi merupakan sarana produksi yang mempunyai

peranan sangat penting dalam meningkatkan hasil dan kualiatas produksi padi

sawah. Keberadaan pupuk bersubsidi sangat membantu petani dalam kegiatan

usaha tani padi sawah karena, selain harganya terjangkau barangnya mudah

didapat.

Kelangkaan pupuk bersubsidi yang terjadi kepada petani padi sawah

bukan merupakan masalah yang hanya sekali terjadi di Desa Siru tetapi sudah

sering terjadi bahkan di daerah lain . Kondisi ini yang pada akhirnya tentu

akan berdampak terhadap produksi padi sawah petani karena dalam

melakukan pemupukan harus selalu memperhatikan 5 tepat yaitu,tepat dosis,

tepat waktu, tepat jenis, tepat cara, dan tepat bentuk, dimana dalam

penggunaan pupuk bersubsidi hal tersebut yang harus memperhatikan untuk

mencapai keefektifan dalam distribusi pupuk bersubsidi. Adapun ketepatan

dalam pemupukan adalah sebagai berikut:

52

1. Tepat Dosis

Ketepatan dosis penggunaan pupuk merupakan hal yang diperhatikan

petani dalam melakukan pada tanaman padi sawah. Ketepatan dosis tersebut

dapat dilakukan oleh petani jika pupuknya tersedia, begitupun sebaliknya.

Seperti ungkapan yang dituturkan oleh informan berikut.

“Tepatnya dosis penggunaan pupuk bersubsidi sebenarnya

tergantung ketersediaanya, sebab semua para petani disini selalunya

mengandalkan pupuk bersubsidi jika pupuknya tersedia di pengecer

juga kelompok tani. Akan tetapi, dengan adanya kelangkaan pupuk

bersubsidi ini kualitas dan kauntitas padi yang kami hasilkan menurun karna tidak mendapatkan pemupukan yang berimbang”. (

wawancara Bapak AJ pada tanggal 23 januari 2021).

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa, selain kualitas dan kuantitas padi

yang hasilkan oleh petani. Faktor yang dapat menentukan terjadi peningkatan

produksi yang dihasilkan oleh para petani adalah ketersediaan pupuk

bersubsidi ditingkat pengecer dan kelompok tani, atau sesuai dengan

wawancara yang dilakukan oleh peneliti bersama bapak AJ mengatakan

bahwa, adanya penurunan produksi padi yang dihasilkan karena tidak

mendapatkan pemupukan yang berimbang disebabkan oleh terbatasnya

ketersediaan pupuk bersubsidi. Oleh karena itu dari penggunaan dosis pupuk

yang mengalami tidak adanya ketepatan, maka akan berdampak terhadap

penurunan produksi. Hal itu menjadi kendala bagi petani padi sawah dalam

meraih keuntungan yang banyak.

2. Tepat jenis Pupuk

Kesesuaian penggunaan jenis pupuk tertentu terhadap lahan

merupakan aspek yang perlu diperhatikan dalam pemupukan. Kebiasaan

53

penggunaan jenis pupuk dapat disesuaikan dengan kebutuhan lahan. Seperti

halnya yang terjadi Desa Siru, dari lima jenis pupuk bersubsidi, mayoritas

petaninya masih terdapat ketidaktepatan penggunaan jenis pupuk bersubsidi

dari pemerintah. Seperti ungkapan yang diberikan petani informan berikut.

“Kalau berbicara jenis pupuk yang kami gunakan, sebenarnya kami

tidak menggunakan semua lima jenis pupuk bersubsidi dari

pemerintah. Akan tetapi, jika pupuk bersubsidi tersedia pada tingkat

pengecer dan kelompok tani maka petani mengandalkan seluruhnya

menggunakan pupuk bersubsidi, khusus pupuk SP-36, ZA, dan

Organik jarang sekali kami gunakan. Karena kami sudah terbiasa

menggunakan dua jenis pupuk saja yaitu, pupuk Urea dan pupuk NPK

Ponska dan jika kedua jenis pupuk bersubsidi tidak tersedia maka

kami memebeli jenis pupuk nonsubsidi yang di jual di toko”. (wawancara dengan Bapak R pada tanggal 23 Januari 2021).

Hasil dari wawancara yang dilakukan dengan Bapak R peneliti

menyimpulkan bahwa, dari kelima jenis pupuk bersubsidi untuk jenis pupuk

SP-36, pupuk ZA, dan Pupuk Organik dari pemerintah. Hampir semua petani

tidak menggunakannya dan untuk pupuk Urea dan NPK Ponska hampir

semua petani menggunakannya. Akan tetapi mengalami ketidaktepatan dalam

penggunaannya, Hal ini dikarenakan ketersediaannya terbatas pada tingkat

petani sehingga para petani terpaksa membeli pupuk nonsubsidi yang tersedia

di toko dengan harga yang mahal sehingga tidak sesusi dengan rekomendasi

ketetapan penggunaan jenis pupuk.

3. Tepat Waktu Pemberian Pupuk

Ketepatan waktu pemupukan dalam budidaya tanaman padi

merupakan hal yang dapat membantu percepatan dalam pertumbuhan

tanaman padi. Ketidaktepatan penyaluran pupuk pada tingkat petani

54

menyebabkan terlambatnya pemupukan padi oleh petani. Seperti jawaban

yang diberikan oleh informan berikut.

“Penebusan pupuk yang kami lakukan selama ini baik pada pengecer

maupun pada kelompok tani adalah dengan cara membayar duluan

(DO) sehingga kami mengalami keterlambatan pemupukan samapai

lebih dari dua minggu, dikarenakan lambatnya pendistribusian pupuk sampai ketingkat petani” (Wawancara dengan bapak S pada tanggal

25 januari 2020).

Pernyataan dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan

Bapak S menunjukkan bahwa, hampir semua petani di Desa Siru mengalami

keterlambatan dalam pemupukan atau dalam kategori masih tidak tepatnya

pemakaian pupuk oleh petani, hal ini dikarenakan keterlambatan proses

penyaluran pupuk sampai ke tangan petani. Selain itu penyaluran pupuk

bersubsidi ke petani harus menunggu karena mekanisme penebusannya yang

belum efektif.

4. Tepat Cara Pemberian Pupuk pada Tanam Padi

Cara pemupukan yang baik dan benar adalah dengan cara memberikan

sejumlah pupuk sesuai kebutuhan unsur hara pada tanah dengan menaburnya

kedalam tanah. Seperti ungkapan yang disampaikan informan berikut.

“Kalau masalah cara pemupukan, kami masih menggunakan

kebiasaan kami dalam melakukan pemupukan atau dengan cara

penebaran lansung, yang umumnya dilakukan oleh para petani disini”. (Wawancara dengan bapak A pada Tanggal 26 Januari 2021)

Berdasarkan penyampaian di atas peneliti menyimpulkan bahwa,

semua petani melakukan pengaplikasian pemupukan yang dilakukan sudah

sangat tepat dan sesuai dengan ajuran pemakaian. Meskipun adanya

55

kelangkaan pupuk yang terjadi tidak merubah tata cara pengaplikasian pupuk

yang dilakukan petani.

5. Tepat bentuk

Dari keseluruhan pupuk yang digunakan oleh petani semuanya sudah

sesuai dengan rekomendasi berdasarkan bentuknya. Maka, kelangkaan pupuk

bersubsidi yang terjadi tidak merubah pemakaian pupuk oleh petani.

Sehingga secara keseluruhan semuanya sudah sesuai dengan yang ditetapkan.

Tanam padi sawah dapat berproduksi dengan baik jika input (faktor

Produksi) memenuhi syarat begitupun sebaliknya. Adapun dampak

kelangkaan pupuk bersubsidi yang terjadi kepada petani padi sawah di Desa

Siru terhadap produksi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 14. Rata-Rata Produksi Usaha tani Padi Sawah Petani Pengguna Pupuk

Bersubsidi dan Nonsubsidi, Pupuk nonsubsidi, dan Pupuk Bersubsidi di

Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat.

Uraian

Petani Pengguna Pupuk

Bersubsidi dan

Nonsubsidi

Petani Pengguna

Pupuk Nonsubsidi

Petani Pengguna

Pupuk Bersubsidi

Produksi

Rata-Rata

GKP

(Kg/Ha)

Beras

(Kg/Ha)

GKP

(Kg/Ha)

Beras

(Kg/Ha)

GKP

(Kg/Ha)

Beras

(Kg/Ha)

18.769 12.188 23.236 14.962 43.152 28.833

N N N N N N

2.346 1.524 1.939 1.247 2.271 1.518

Sumber: Data Primer diolah, 2021

Berdasarkan tabel di atas diketahui perbandingan analisis produksi

usahatani padi sawah antara petani pengguna pupuk (bersubsidi dan

nonsubsidi), pengguna pupuk (nonsubsidi), dengan pengguna pupuk

(bersubsidi) di Desa Siru. Dapat dilihat bahwa rata-rata produksi padi sawah

petani dalam satu kali musim tanam produksi yang lebih besar diperoleh oleh

56

petani yang menggunakan dua jenis pupuk(bersubsidi dan nonsubsidi)

dibandingkan dengan petani pengguna pupuk nonsubsidi dan bersubsidi.

Dengan demikian kelangkaan pupuk bersubsidi di Desa Siru berdampak

pada terjadinya perbedaan produksi antara tiga kelompok petani responden.

Dimana jumlah produksi usaha tani padi sawah petani pengguna dua jenis

pupuk (pupuk bersubsidi dan nonsubsidi)18.769 ton/ha dengan rata-rata 2.346

ton/ha (GKP)12.188 ton/ha dengan rata-rata 1.524 (Beras), produksi petani

padi sawah pengguna pupuk (nonsubsidi) 23.236 ton/ha dengan rata-rata 1.939

(GKP) 14.962 ton/ha dengan rata-rata 1.247 (Beras), sedangkan produksi

petani pengguna pupuk (bersubsidi) 43.152 ton/ha dengan rata-rata 2.271

ton/ha (GKP) 28.833 ton/ha dengan rata-rata 1.518 ton/ha (beras).Kenyataan di

lapangan petani cenderung menggunakan dua jenis pupuk dalam pemupukan

padi (nonsubsidi dan bersubsidi) mengingat pupuk bersubsidi ketersediaannya

terbatas. Sehingga pertumbuhan padi petani kurang maksimal. Akibatnya

produksi padi petani pengguna dua jenis pupuk tersebut juga dibawah petani

pengguna pupuk bersubsidi.

5.5. Dampak Kelangkaan Pupuk Bersubsidi terhadap Pendapatan

Pupuk bersubsidi dikenal dengan salah satu input (Faktor Produksi)

yang memiliki peranan yang sangat penting dalam proses produksi khususnya

padi sawah.

Salah satu tujuan program pupuk bersubsidi dari pemerintah adalah

utuk membayar sebagain harga beli pupuk petani, sehingga dapat dijangkau

oleh petani.Namun pada kenyataanya keberadaan pupuk bersubsidi tidak

57

dapat memenuhi kebutuhan pupuk petani. Akibatnya petani membeli pupuk

yang bukan berasal dari program pemerintah atau pupuk nonsubsidi dengan

harga yang lebih tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 15. Perbandingan Rata-Rata Harga Beli Pupuk Bersubsidi Dengan Pupuk

Nonsubsidi Petanidi Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten

Manggarai Barat.

Jenis Pupuk

Harga Beli Pupuk

Bersubsidi petani (Rp/Kg)

Harga Beli Pupuk

Nonsubsidii petani

(Rp/Kg)

NPK 2.500 3.000

Urea 1.900 -

Sumber : data Primer Diolah 2021

Tabel diatas menunjukkan bahwa harga beli pupuk NPK petani

sebesar 2.500 per kilogram (kg) sedangkan pupuk nonsubsidi sebesar Rp

3.000 per kilogram (kg), adapun harga pupuk urea bersubsidi 1.900 per

kilogram (kg). Sehingga selisihnya samapai 500-1000 per kilogram (kg).

Selanjutnya peneliti melakukan analisis perbandingan biaya,

penerimaan dan pendapatan usahaha tani padi sawah petani yang

menggunakan pupuk bersubsidi dan nonsubsidi, penggunaan pupuk

nonsubsidi, dengan penggunaan pupuk bersubsidi. Hasil Rata-Rata biaya,

penerimaan, dan pendapatan usaha tani padi sawah yang menggunakan pupuk

bersubsidi dan nonsubsidi, penggunaan pupuk nonsubsidi, dengan

penggunaan pupuk bersubsidi di lokasi penelitian disajikan pada tabel

dibawah ini.

58

Tabel 16. Rata-Rata penerimaan, Biaya Produksi, dan pendapatan Usaha tani Padi

Sawah Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi, Pupuk

nonsubsidi, dan Pupuk Bersubsidi di Desa Siru Kecamatan Lembor

Kabupaten Manggarai Barat.

Uraian

Petani Pengguna

Pupuk Bersubsidi

dan Nonsubsidi

Petani Pupuk

Non subsidi

Petani Pengguna

Pupuk Subsidi

1.Luas lahan 1 1 1

2.Penerima Rata-Rata

(Rp)

a .GKP (Rp/Kg)

b. Beras (Rp/Kg)

- Produksi Rata-Rata

a .GKP (Kg/Ha)

b. Beras (Kg/ha)

- Harga

a .GKP (Kh/Ha)

b. Beras (Kg/ha)

11.730.625

13.711.500

2.346

1.524

5.000

9.000

9.690.000

11.221.500

1.939

1.247

5.000

9.000

11.355.810

13.657.737

2.271

1.518

5.000

9.000

3. Total Biaya Produksi

- Biaya variabel

a.Biaya Pupuk

b.Biaya Pestisida

c.Biaya Tenaga kerja

d.Biaya Benih

- Biaya Tetap

a. Biaya penyusutan

b. Sewa Lahan

9.766.554

.164756

591.250

821.291

5.467.840

284.375

2.601.798

1.701.798

300.000

7.465.125

5.697.094

175.000

664.594

8.561.538

220.000

1.466.364

1.466.364

0

7.925.878

6.234.235

475.000

726.334

4.775.269

257.368

1.691.643.

1.691.643

0

4. Pendapatan Rata-Rata

a. GKP (Rp)

b. Beras (Rp)

1.964.071

3.853.446

3.756.375

2.323.375

3.692.806

6.110.491

Sumber : data Primer Diolah 2021

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa perbandingan analisis usaha

tani padi sawah antara petani pengguna pupuk bersubsidi dan nonsubsidi di

desa Siru. Dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan dalam satu kali musim

tanam petani diperoleh dengan luas lahan rata-rata 1 hektare (ha), bahwa

pendapatan petani pengguna pupuk bersubsidi lebih besar dibanding dengan

59

petani pengguna pupuk nonsubsidi. Dimana pendapatan yang di peroleh petani

yang menggunakan pupuk bersubsidi adalah sebesar Rp 3.692.806 (GKP)

sebesar Rp 6.110.491 (Beras), petani pengguna pupuk nonsubsidi sebesar Rp

3.756. 375 (GKP) sebesar Rp 2.323.375 (Beras), sedangkan petani pengguna

pupuk bersubsidi dan nonsubsidi sebesar Rp 1.964.071 (GKP) sebesar Rp

3.853.446 (Beras). Terjadi perbedaan pendapatan antara 3 kelompok petani di

Desa Siru.

Hal ini disebabkan keberadaan pupuk bersubsdi dapat membantu petani

dalam meningkatakan pendapatan usaha taninya. Karena petani desa Siru

dengan keterbatasan modal lebih cenderung memilih menggunakan pupuk

bersubsidi dengan harga yang masih bisa dijangkau meskipun pupuk bersubsidi

dalam pendistribusian mengalami keterlambatan. Selain itu perbandingan biaya

yang dikeluarkan petani pengguna pupuk bersubsidi dan nonsubsidi, pupuk

nonsubsidi, dengan pupuk bersubsidi lebih kecil dibanding pengguna pupuk

nonsubsidi yaitu Rp 9.766.554, 7.465.125, dan 7,925.878 terjadi selisih biaya

pupuk sebesar RP 1.840.676.

Seperti diketahui harga beli pupuk nonsubsidi lebih mahal dibandingkan

pupuk bersubsidi.. Kenyataan di lapangan petani pengguna pupuk nonsubsidi

dalam pemberiannya pada tanaman dengan dosis rendah mengingat harganya

mahal. Seperti yang disampaikan oleh bapak M bawasanya.

“Wajar saja kalau pendapatan yang kami dapatkan berkurang jika

dibandingkan dengan biaya yang kami keluarkan karena, dalam

pemupukan kami juga berkurang. Kami hanya melakukan pemupukan

dua kali selama satu kali musim panen itupun untuk mencukupinya

kami membeli pupuk nonsubsidi yang harga Rp.150.00/karung,

padahal dulu waktuntunya tidak ada kelangkaan pupuk kami

60

melakukan pemupukan tiga kali dalam satukali musim tanam dan hasilnyapun memuaskan” (wawancara dengan bapak M pada Tanggal

5 februari 20221).

Dapat dari hasil wawancara dengan bapak M mendapatkan

kesimpulan bahwa, faktor yang dapat menyebabkan kurangnya pendapatan

adalah kelangkaan pupuk bersubsidi dan biaya pupuk nonsubsidi yang sangat

mahal. Sehingga pada saat memulai usaha tani padi, para petani harus

mempersiapkan modal yang banyak untuk memenuhi kebutuhan pupuk.

Berdasarkan pernyataan tersebut, kelangkaan pupuk bersubsidi di

lokasi penelitian merupakan ancaman bagi petani. Hal itu karena berdampak

pada turunnya keuntungan atau pendapatan yang akan diperoleh petani.

Ketika terjadi kelangkaan pupuk bersubsidi, maka para petani akan beralih

pada pupuk non subsidi yang sangat mahal, sehingga para petani akan

memperoleh modal yang cukup banyak untuk biaya pupuk. Adapun jumlah

produksi penggunaan pupuk bersubsidi di lokasi penelitian yaitu sebesar

4.000 kg/satu kali musim tanam dengan rata-rata 211 kg/petani dalam satu

kali musim tanam. Sedangkan jumlah produksi penggunaan pupuk non

subsidi sebesar 1.250 kg dalam satu kali musim tanam dengan rata-rata 62,5

kg/satu kali tanam per tahun.

Sejauh ini solusi yang diperoleh petani untuk mengantisipasi

terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi belum teratasi. Selain itu, pemerintah

masih terus melakukan terobosan untuk menanggulangi permasalahan

tersebut. Sehingga sampai pada tahun 2020 pemerintah desa Siru Manggarai

Barat melakukan kerjasama dengan pihak Bank Nasional Indonesai (BNI),

61

Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan dan Kamar Dagang

Industri (KADIN) untuk bersama-sama membangun lembaga Kredit Usaha

Rakyat (KUR) sebagai lembaga yang memberikan pinjaman modal bagi

petani. Usaha tersebut merupakan solusi alternatif yang dianggap mampu

mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh petani. Solusi tersebut memang

tidak langsung mengatasi terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi. Namun

secara tidak langsung dapat memberikan bantuan modal berupa pinjaman

bagi petani agar memiliki modal yang cukup. Hal itu dilakukan karena ketika

terjadi kelangkaan pupuk bersubsidi, masyarakat dapat beralih ke penggunaan

pupuk nonsubsidi. Disamping itu, pemerintah juga selalu berusaha untuk

melakukan kordinasi dengan petugas yang berwenang seperti penyuluh

pertanian agar melukakan pengalokasian kembali sejumlah pupuk bersubsidi

(Relokasi) untuk menutupi kekurangan yang terjadi pada tingkat petani .

62

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hail penelitian dan hasil olahan data, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut.

1. Penyebab kelangkaan pupuk bersubsidi yang terjadi disebabkan karena

terjadinya ketidaksesuaian antara permintaan/usulan terhadap pupuk

bersubsidi dengan realisasi yang dilakukan oleh pihak pemerintah.

Dimana usulan tersebut lebih besar yaitu 20.666 ton sedangkan realisasi

hanya sebesar 7.813 ton dan selisihnya mecapai 12.853 ton. Penyebab lain

adalah keterlambatan pendistribusian pupuk bersubsidi hingga ke tangan

petani.

2. Terjadi perbedaan produksi antara tiga kelompok petani. Dimana produksi

usaha tani padi sawah petani pengguna pupuk (bersubsidi) lebih tinggi

dibandingkan pentani pengguna pupuk (bersubsidid dengan nonsubsidi),

dan pupuk (bersubsidi). Hal itu menunjukkan bahwa jumlah produksi

usaha tani padi sawah yang diperoleh petani pengguna pupuk (bersubsidi)

lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pupuk (bersubsidi dengan

nonsubsidi), dan nonsubsidi.

3. Kelangkaan pupuk bersubsidi menyebabkan terjadinya perbedaan

pendapatan antara petani pengguna pupuk (bersubsidi dan nonsubsidi),

pengguna pupuk (nonsubsidi), dan pengguna pupuk (bersubsidi). Petani

63

pengguna pupuk bersubsidi pendapatanya lebih besar jika dilihat dari

pendapatan rata-rata petani padi sawah.

6.1. Saran.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka peneliti sarankan.

1. Bagi Petani

a. Kepada kelompok tani jangan berhenti melakukan sosialisasi kepada

anggotanya dan mampu memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi agar

anggotanya lebih sejahatra.

b. Bagi petani agar meningkatkan ketrampilan dalam memproleh

informasi yang diberikan oleh pengurus guna meningkatkan produksi

yang akan berimplikasi pada pendapatan.

2. Bagi Pemerintah

a. Pemerintah tetap menjaga sistem pengawasan yang sudah diterapkan

demi keamanan dalam pendistribusian pupuk bersubsidi.

b. Pemerintah disarankan agar terus berusaha memperhatikan dan

mendukung petani padi sawah dalam hal kebijakan pupuk bersubsidi.

melalui penyaluran pupuk bersubsidi tepat pada sasaranya yaitu

petani.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya agar lebih mempersiapkan diri dalam

melakukan penelitian sehingga karya yang dikerjakan menarik untuk

dibaca.

64

DAFTAR PUSTAKA

Agus, D. N., Abi. P. S., Erlinda. A., Yahya. S., dan Julia. I. K. 2018. Distribusi

Pupuk Bersubsidi di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa

Yogkayakarta. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian. Vol. 2(1) : 70 – 82.

Fakultas Pertanian, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Aryanto., & Nizar, R., 2013. Dampak Subsidi Pupuk Terhadap Efisiensi

Usahatani padi di Provinsi Riau. Prosiding Seminar Nasional “Peranan

Teknologi dan Kelembagaan Pertanian dalam Mewujudkan Pembangunan

Pertanian yang Tangguh dan Berkelanjutan”, November 2013. Pekanbaru.

Ardiyanto, W., & Santosa, P. B. (2013). Kajian Pupuk Bersubsidi di Pekalongan

(Studi Kasus di Kecamatan Kesesi) (Doctoral dissertation, Fakultas

Ekonomika dan Bisnis).

Afandi. N. M. 2011. Analisis Kebijakan Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap

Ketahanan Pangan Di Jawa Barat. Jurnal Ilmu Administrasi + Volume

VIII + No. 2 + Agustus 2011.

Agung, I Gusti Ngurah, N. Haidy A. Pasay, Sugiharso. 2008. Teori Ekonomi

Mikro (Suatu Analisis Produksi dan Terapan). Jakarta: Rajawali Pers.

Barokah, U., W. Rahayu dan M.T. Sundari. 2014. Analisis Biaya dan Pendapatan

Usahatani Padi di Kabupaten Karanganyar. Jurnal Agric Volume 26, No. 1

dan No. 2, Juli-Desember 2014. Halaman 12-19.

Darwis, V dan Supriyati. 2014. Subsidi Pupuk : Kebijakan, Pelaksanaan dan

Optimalisasi Pemanfaatannya. Analisis Kebijakan Pertanian. 11(1): 45-60.

Evitaria. Eka, 2019. Studi Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK Pupuk

Bersubsidi di Desa Ganesha Mukti (Studi Kasus Desa Ganesha Mukti

Kecamatan Muara Sugihan Kabupaten Banyuasin). Skripsi. Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang Palembang.

Husni, Abdul Kholik Hidayah, dan Maskan AF, 2014. Analisis Finasial Usahtani

Cabai Rawit (Capsium Frutetescens L) Desa Puwajaya Kecamatan Loa

Jana. Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 1, Maret 2014.

Jamil, M. dan Bustami. 2020. Perbedaan Pendapatan Usahatani Padi Sawah

(Oryza sativa, L) Sistem Pengairan Mesin Pompanisasi Diesel Dengan

Listrik: Jurnal Penelitian Agrisamudra Vol. 7 No 1, Juni 2020.

Kautsar, M. R., Sofyan, S., & Makmur, T. (2020). Analisis Kelangkaan Pupuk

Bersubsidi dan Pengaruhnya Terhadap Produktivitas Padi (Oryza sativa) di

65

Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Pertanian, 5(1), 97-107.

Mira. 2019. Efesiensi Produksi dan Pendapatan Usaha tani Kakao Teknik

Sambung Samping. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas

Muhammadiya Makassar.

Muin, Muhyina. 2017. Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Hasil Produksi Merica

di Desa Era Baru Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai. Jurnal

Economix.Volume 5 Nomor 1 Juni 2017.

Muhlisin. 2016. Pengaruh Kelangkaan Pupuk Subsidi Terhadap Produktivitas dan

Pendapatan Usaha tani Padi di Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo

Jawa Timur. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Yogyakarta.

Marisa, Suhaila. (2011). Analisis Efektifitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan

Pengaruhnya Terhadap Produksi Padi: (Studi Kasus Kabupaten Bogor).

Pujian. E. 2019. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Dalam Perspektif

Ekonomi Islam (Studi pada Usaha Tani Kopi di Muara Jaya II, Kecamatan

Kebun Tebu, Lampung Barat). Skrips. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam,

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Pemuncak. R. 2017. Peran Penggunaan Pupuk Pada Kinerja Produksi Tanaman

Pangan Indonesia.

Purnamaningsih, R. 2016. Induksi kalus dan optimasi regenerasi empat varietas

padi melalui kultur in vitro. Jurnal AgroBiogen, 2(2), 74-80.

Rahmy R. Tatuhey. R. R., Pattiselanno. E. A., dan Sahusilawane. M. A. 2020.

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Petani Terhadap Penggunaan Pestisida

Kimia di Kota Ambon. Jurnal Agribisnis Kepulauan. Volume 8 No. 1

Februari 2020.

Roswati Abas, 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha tani

Padi Sawah Di Kelurahan Mekar Sari Di Kecamatan Tongauna

Kabupaten Konawe. Skripsi. Universitas Haluuoleo Kendari. Kendari.

Rohmayani, N. 2016. Perilaku Petani Dalam Menghadapi Kelangkaan Pupuk

Bersubsidi di Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo Provinsi Jawa

Timur. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Subagiyo. A., Prayitno. G., dan , Kusriyanto. L. R. 2020. Alih Fungsi Lahan

Pertanian ke Non Pertanian di Kota Batu Indonesia. Jurnal Kajian,

66

Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 8, No. 2, September

2020, hal. 135-150.

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Syahyuti. 2007. Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani

(GAPOKTAN) Sebagai Kelembagaan Ekonomi Di Perdesaan. Jurnal

Analisis Kebijakan Pertanian (Maret) : 15-35.

Sandi. O. P,2018. Peran Kilang Padi Bangun Jaya Dalam Usahatani Padi Sawah

(Oryza Sativa L.) (Studi Kasus: Petani Padi Sawah Di Desa Sei Beras

Sekata Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang).Skripsi. Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Medan.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian (Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung:

Alfabeta..

Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Santosa, P. B. 2008. Artikel : Kelangkaan Pupuk dan Alternatif Pemecahannya.

http://jurnalpangan.com/index.php/pangan/article/view/268.Diakses

tanggal: 17 November 2018.

Sukirno Sadono, Teori Pegantar Mikro Ekonomi, Jakarta:Raja Grafindo Persada,

2006.

Sularno, B. Irwan dan N.Handayani. Analisis Pelaksanaan Kebijakan Dan

Distribusi Pupuk Bersubsidi Di Kabupaten Karawang Jawa Barat.Jurnal

Agrosains dan Teknologi, Vol. 1 No. 2 Desember 2016.

Tanjung. A. N. Y., Lubis. Y., dan Lubis. S. 2020. Kajian Ketersediaan Pupuk

Bersubsidi dan Harga Pupuk Terhadap Produksi Padi Sawah di

Kabupaten Batubara.Jurnal Ilmiah Magister Agribisnis, 2(2) 2020: 208-

216.

Wayan. W.,& Made. A. D. S. 2019. Analisis Efisiensi Faktor Produksi Usaha tani

Cabai Merah Di Desa Buahan, Kecamatan Payangan, Kabupaten

Gianyar. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, Vol. 8.

No.

Wula, M. W., Pratidina. D., & Susanto.E. W. 2016. Analisis Pendapatan dan

Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Peternakan Sapi Perah (Studi

Kasus Pada KUD Karangpolo Desa Bocek Kabupaten Malang). Jurnal.

Universitas Kanjuruhan Malang.

67

L

A

M

P

I

R

A

N

68

KUESIONER PENELITIAN

No. Responden :

Hari/Tanggal :

Kepada Yth.

Bapak/Ibu Responden

Dengan Hormat. Saya selaku peneliti memohon dengan hormat kesediaan

bapak/ibu untuk menjadi responden pada penelitian yang berjudul “Dampak

Kelangkaan Pupuk Bersubsidi Terhadap Produksi dan Pendapatan Usaha

tani Padi di Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat "

untuk melengkapi data yang saya butuhkan dalam menyusun tugas akhir. Akhir

kata, atas kesediaan bapak/ibu saya ucapkan banyak terima kasih.

Nama : Putra Kahir

Nim : 105961105416

Program Studi : AGRIBISNIS

Judul Penelitian : Damapak Kelangkaan Pupuk Bersubsidi Terhadap

Produksi dan Pendapatan Usaha tani Padi di Desa

Siru.

A. Identitas Responden

1. Nama :

2. Pengalaman Berusahatani

3. Alamat :

4. Status : Kawin.Belum Kawin

5. Umur :

6. Jenis Kelamin : Laki-laki. Perempuan

7. Pendidikan : Tidak Tamat SD.SD

SMP. SMA Sarjana

8. Jumlah Anggota Keluarga :

9. Pengalaman Berusaha tani :

69

B. Data Penelitian

1. Biaya Produksi

a) Status Kepemilikan Lahan (Panen Pertama)

No Bentuk

Lahan

Luas lahan Luas (Ha) Harga (Rp)

Milik Sewa Garap

Sawah

Jumlah

b) Biaya Tetap - Penyusutan Alat

No Jenis

Alat Jumlah Unit

Nilai Lama

(Rp)

Nilai

Sekarang

(Rp)

Lama

Pemakaian

(Tahun)

1.

2.

2.

3.

4.

5.

6.

Jumlah

c) Biaya Variabel

Penggunaan Pupuk Bersubsidi

Jenis Pupuk Volume Harga Satun Total (Rp)

Penggunaan Pupuk Non Subsidi

Jenis Pupuk Volume Harga Satun Total (Rp)

70

Penggunaan Pestisida

Jenis Pestisida Volume/Botol/bungkus Harga satuan Total

Jumlah

Penggunaan Benih

No Varietas Volume (Kg) Harga/Kg Total Harga (Rp)

1.

Jumlah

Sewa Alat

Jenis alat Luas lahan Sewa/ha Total/ha

Tenaga Kerja yang Digunakan

Jenis

Kegiatan

Dalam

Keluarga

(HOK)

Luar

Keluarga

(HOK)

Hari

kerja

Upah

(Rp)/orang Total

P W A P W A L W A

HOK = Hari Kerja X Jumlah Tenaga Kerja X Upah/Hari

71

2. Biaya Penerimaan

Usaha Petani Padi

No Musim

Tanam

Jumlah Hasil

Produksi

(Kg/ton)

Jumlah yang

Jual (Rp/Kg)

Harga Jual

(Rp/Kg)

Total

GKP GKP GKG GKP GKG GKP GKG

1.

C. Pertanyaan kepada petani di Desa Siru untuk mengetahui dampak

kelangkaan pupuk bersubsidi terhadap Produksi dan Pendapatan Usaha

tani Padi.

1) Apakah bapak/ibu mengetahui penyebab terjadinya kelangkaan pupuk

bersubsidi?

Jawaban :

_________________________________________________________

2) Keterlambatan penyaluran pupuk bersubsidi oleh pemerintah hingga

sampai kepada Bapak/ibu samapai berapa lamanya?

Jawaban :

3) Bagaimana ketersedian pupuk non-subsidi saat bapak/ibu membelinya?

Jawaban :

a. Tersedia

b. Tidak selaluh tersedia

c. Tidak tersedia

Jawaban :

______________________________________________________

4) Kesulitan dalam mendapatkan pupuk bersubsidi yang bapak/ibu alami

terjadi pada Musim Tanam (MT) berapa?

a) Musim Tanam (MT. I)

b) Musim Tanam (MT. II)

Jawaban :

72

5) Bagaimana cara bapak/ibu dalam menenuhi ketersedian pupuk bersubsidi?

a. Menebus setiap bulan

b. Menebus ketika diperlukan

Jawaban :

______________________________________________________

6) Apakah Bapak/Ibu bergabung dalam kelompok tani. Jika bergabung apa

alasanya Bapak/Ibu bergabung dalam kelompok tani tersebut ?

Jawaban :

____________________________________________________________

7) Apakah bapak/ibu ada melaksanakan perencanaan penanaman khususnya

perencanaaan kebutuhan pupuk bersubsidi bersama bersama kelompok tani?,

jika ada bagaimana bentuk perencanaanya?

Jawaban :

____________________________________________________

8) Apakah pengurus kelompok tani dalam mereka rencana usulan kebutuhan

pupuk bersubsidi sering melibatkan Bapak/Ibu selaku anggota kelompok tani?

Jawaban :

____________________________________________________________

1) Ketika alokasi pupuk bersubsidi tidak seimbang. Bagaimana cara

bapak/ibu untuk memenuhi kekurangan tersebut?

a) Membeli Pupuk non-subsidi

b) Menunggu pupuk subsidi tersedia kembali

Jawaban :

_________________________________________________________

9) Berapa kali melakukan pemupukan pupuk bersubsidi dalam satu kali

musim tanam?

Jawaban : ______ hari

73

10) Apakah bapak/ibu mengandalkan pemupukan seluruhnya menggunakan

pupuk bersubsidi?

Jawaban :

____________________________________________________________

11) Bagaimana cara bapak/ibu mendapatkan pupuk bersubsidi?

a) Melalui kelompok tani.

b) Melalui kios pengecer

Jawaban :

________________________________________________________

12) Bagaimana mekanisme penebusan pupuk bersubsidi yang bapak ibu

lakukan?

Jawaban :

13) Menurut bapak/ibu pihak mana yang mampu menyalahgunakan pupuk

bersubsidi?

a) Petani

b) Kios Pengecer

c) Distributor Pupuk

Jawaban :

______________________________________________________

14) Bagaimana cara bapak/ibu mendapatkan pupuk -pupuk bersubsidi?

c) Melalui kelompoktani.

d) Melalui kios pengecer

Jawaban :

________________________________________________________

15) Bagaimana kondisi produksi dan pendapatan yang bapak/ibu terima

selama adanya kelangkaan pupuk bersubsidi?

Jawaban :

_________________________________________________________

74

D. Pertanyaan dengan pihak Dinas Tanaman Pangan dan Holtikutura

Kabupaten Manggarai Barat untuk mengetahui faktor penyebab

terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi.

1) Apa yang menjadi faktor penyebab hingga terjadinya kelangkaan

pupuk bersubsidi di Manggarai Barat?Bapak/ibu terima selama adanya

kelangkaan pupuk bersubsidi?

Jawaban :

2) Bagaimana mekanisme usulan pupuk bersubsidi yang Bapak/ibu

lakukan?

Jawaban :

_________________________________________________________

3) Bagaimana konsep Bapak/ibu untuk mengatasi kelangkaan pupuk

bersubsidi?

Jawaban :

_________________________________________________________

4) Bagaimana sistem pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi oleh

bapak/ibu agar pupuk bersubsidi sampai ke tingkat petani?

Jawaban :

_________________________________________________________

E. Pertanyaan dengan pihak Distributor Pupuk bersubsidi Kabupaten

Manggarai Barat untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya

kelangkaan pupuk bersubsidi.

1) Bagaimana pola pendistribusian pupuk bersubsidi yang bapak/ibu

terapkan hingga pupuk bersubsidi ini tepat sasarannya?

Jawaban :

_________________________________________________________

2) Apa yang menyebabkan terlambat penyaluran pupuk bersubsidi hingga

sampai ke tingkat petani?

Jawaban :

_________________________________________________________

75

3) Bagaimana sistem pengawasan yang Bapak/ibu lakukan agar

penyaluran pupuk bersubsidi berjalan dengan baik hingga sampai ke

tingkat petani? Jawaban :

_________________________________________________________

4) Bagaimana sistem pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi oleh

bapak/ibu agar pupuk bersubsidi sampai ke tingkat petani?

76

Lampiran 1.Identitas Responden (Nama Responden, Umur Responden, Pendidikan

responden, Tanggungan Keluarga, Pengalaman berusaha tani, Luas Lahan,

dan Sumber Pupuk).

Nama

Responden

Umur

Resp[onden

Pendidikan

Rsponden

Tanggungan

Keluarga

(Orang)

Pengalaman

Berusahatani

Luas

lahan

(Ha)

Sumber Pupuk

Musdi 38 Tahun SD 5 Orang 18 Tahun 0.5 Bersubsidi + Nonsubsidi

Kamarudin Tato 57 Tahun SMA 4 Orang 30 Tahun 0.5 Nonsubsidi

Burhanudin 46 tahun SMP 5 Orang 20 Tahun 0.25 Bersubsidi

Ahmad serimin 38 Tahun Tidak Tamat SD 5 Orang 15 Tahun 0.75 Bersubsidi + Nonsubsidi

Rusmin 34 Tahun Tidak Tamat SD 5 Orang 15 Tahun 0.25 Bersubsidi

Mansur 31 Tahun SD 1 Orang 5 Tahun 0.25 Bersubsidi + Nonsubsidi

Rahman 45 Tahun SMP 6 Orang 20 Tahun 0.5 Nonsubsidi

Ibrahim 41 Tahun SD 5 Orang 20 Tahun 1 Bersubsidi

Yusuf Hamju 44 Tahun SMA 5 Orang 20 Tahun 0.5 Bersubsidi

Dodi 25 Tahun SMA 1 Orang 8 Tahun 0.25 Bersubsidi

Rudi Hartono 37 Tahun SMA 5 Orang 10 Tahun 0.25 Bersubsidi + Nonsubsidi

Sehaba 54 Tahun Tidak Tamat SD 6 Orang 32 Tahun 0.5 Bersubsidi

Haja 56 Tahun Tidak Tamat SD 2 orang 35 Tahun 0.5 Bersubsidi

Tahir 48 Tahun Tidak Tamat SD 5 0rang 20 Tahun 1 Bersubsidi + Nonsubsidi

Ahmad Ambe 73 Tahun Tidak Tamat SD 7 Orang 50 Tahun 1 Bersubsidi + Nonsubsidi

Armudin 44 Tahun SMA 4 Orang 20 Tahun 1 Bersubsidi

Milu 53 Tahun SMA 5 Orang 25 Tahun 1 Nonsubsidi

Jumaidin 42 Tahun SMA 5 Orang 18 Tahun 1 Bersubsidi

H.Min Sehari 68 Tahun SMP 3 Orang 30 Tahun 0.5 Nonsubsidi

Suhardi 37 Tahun SMA 5 Orang 17 Tahun 0.5 Bersubsidi

Senudi 42 Tahun Tidak Tamat SD 5 Orang 21 Tahun 0.25 Bersubsidi + Nonsubsidi

Abir Aswara 43 Tahun SMP 5 Orang 20 Tahun 0.25 Bersubsidi + Nonsubsidi

Rasid 31 Tahun Tidak Tamat SD 5 Orang 10 Tahun 0.25 Nonsubsidi

Ujianto 64 Tahun SD 6 Orang 30 Tahun 0.75 Nonsubsidi

Ahmad Neho 60 Tahun SD 5 Orang 32 Tahun 0.5 Bersubsidi

Ruslan Arsad 39 Tahun SMP 5 Orang 18 Tahun 0.5 Bersubsidi

Ahmad Surdi 37 Tahun Sarjanah 5 Orang 15 Tahun 1 Bersubsidi

Abdullah 35 Tahun Sarjanah 4 orang 10 Tahun 0.25 Nonsubsidi

Harmin Nadun 35 Tahun Sarjanah 3 Orang 10 Tahun 0.25 Bersubsidi

Muslim 46 Tahun SMA 5 Orang 20 Tahun 0.5 Bersubsidi

Amiludin 41 Tahun Tidak Tamat SD 5 Orang 23 Tahun 0.25 Nonsubsidi

Sehidun 45 Tahun SD 6 Orang 20 Tahun 0.25 Bersubsidi

Serudin 48 Tahun SMP 5 Orang 23 Tahun 0.25 Nonsubsidi

Usman 28 Tahun Sarjanah 3 Oatrang 5 Tahun 0.25 Bersubsidi

Yusuf Sanusi 47 Tahun SMP 5 Orang 20 Tahun 0.5 Nonsubsidi

Ahmad Juri 39 Tahun SMA 5 Orang 15 Tahun 0.5 Nonsubsidi

Sidin Ahmad 51 Tahun SMA 7 Orang 32 Tahun 0.25 Nonsubsidi

Umar jabi 59 Tahun SMP 6 Orang 35 Tahun 0.75 Nonsubsidi

Sidin 35 Tahun SD 5 Orang 12 Tahun 0.25 Bersubsidi

77

Lampiran 2. Biaya Pembelian Pupuk Petani Pupuk Pengguna Nonsubsidi

No Luas Lahan (Ha) PUPUK NONSUBSIDI Total

NPK (KG) RP 3.000

9. 0.25 50 150.000 150.000

10. 0.75 50 150.000 150.000

11. 0.25 50 150.000 150.000

12. 0.25 50 150.000 150.000

13. 0.25 50 150.000 150.000

14. 0.5 50 150.000 150.000

15. 0.5 50 150.000 150.000

16. 0.5 50 150.000 150.000

17. 0.5 50 150.000 150.000

18. 0.25 50 150.000 150.000

19. 0.75 100 300.000 300.000

20. 1 100 300.000 300.000

Jumlah 2.100.000

Rata-rata 175.000

Lampiran 3. Biaya Pembelian Pupuk Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi

No

Luas

Lahan

(Ha)

PUPUK BERSUBSIDI PUPUK

NONSUBSIDI TOTAL

NPK

(KG) RP 2.500 UREA(KG)

NPK

(KG) RP 3.000

1. 0.5 100 125.000 100 100 300.000 520.000

2. 0.75 150 250.000 100 100 300.000 740.000

3. 0.25 50 125.000 50 50 150.000 370.000

4. 0.25 50 125.000 50 50 150.000 370.000

5. 1 250 625.000 150 50 150.000 1.060.000

6. 1 100 250.000 200 100 300.000 930.000

7. 0.25 50 125.000 50 50 150.000 370.000

8. 0.25 50 125.000 50 50 150.000 370.000

Jumlah 4.730.000

Rata-Rata 591.250

78

Lampiran 4. Biaya Pembelian Pupuk Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi

No Luas Lahan

(Ha)

PUPUK BERSUBSIDI

TOTAL NPK

(KG)

RP

250.00 UREA (KG)

21. 0.25 50 125.000 50 220.000

22. 0.5 100 250.000 100 440.000

23. 1 200 500.000 200 880.000

24. 1 200 500.000 200 880.000

25. 0.25 50 125.000 50 220.000

26. 1 250 625.000 150 910.000

27. 0.5 100 250.000 100 440.000

28. 0.5 100 250.000 100 440.000

29. 0.25 50 125.000 50 220.000

30. 0.25 50 125.000 50 220.000

31. 0.25 50 125.000 50 220.000

32. 0.5 150 375.000 50 470.000

33. 0.25 50 125.000 50 220.000

34. 1 250 675.000 150 960.000

35. 0.5 150 375.000 50 470.000

36. 0.5 150 375.000 150 660.000

37. 0.5 150 375.000 50 470.000

38. 0.5 150 375.000 50 470.000

39. 0.25 50 125.000 50 220.000

Jumlah 9.030.000

Rata-Rata 475.263

79

Lampiran 5. Biaya Pestisida Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi

No Benih (Kg) Sidolaris (Rp) Lili (Rp) Tigol (Rp) Virtako (Rp)

1. 20 100.000 0 60.000 90.000

2. 15 0 240 0 0

3. 5 0 0 0 40.000

4. 5 50.000 80.000 0 40.000

5. 25 0 240.000 0 120.000

6. 0 240.000 0 120.000 0

7. 15 0 240.000 0 0

8. 5 0 0 0 40.000

Jumlah

Rata-Rata

Lampiran 5. Biaya Pestisida Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi

Filia

(Rp)

Sidamitrin

(Rp)

Stonis

(Rp)

Supremo

(Rp)

Nomino

(Rp)

Nugras

(Rp)

Serindi

(Rp)

Karina

(180)

Dangke

(Rp)

Score

(Rp)

120.000 0 0 0 0 90.000 60.000 0 0 0

0 80.000 0 130.000 0 135.000 90.000 150.000 270.000 0

80.000 0 0 65.000 0 45.000 30.000 0 90.000 0

0 80.000 0 0 0 45.000 30.000 0 90.000 0

0 160.000 0 100.000 0 135.000 90.000 0 270.000 165.000

80.000 0 100.000 0 135.000 90.000 0 270.000 165.000 0

0 80.000 0 100.000 0 135.000 90.000 150.000 270.000 0

0 0 0 65.000 0 45.000 30.000 150.000 90.000 85.000

Lampiran 5. Biaya Pestisida Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi

Sidabas

(Rp) Sidatan (0) Amistartop (Rp) Topsin (Rp) Pinalti (Rp) Total (Rp)

0 0 0 0 0 520.020

0 0 0 0 0 855.255

0 0 0 0 0 350.005

0 25.000 0 0 0 440.005

0 100.000 0 0 0 1.380.025

100.000 0 0 0 0 1.300.000

0 0 0 0 0 1.065.015

0 0 85.000 30.000 40.000 660.005

6.570.330

821.291

80

Lampiran 6. Biaya Pestisida Petani Pengguna Pupuk Nonsubsidi

No Benih

(Kg) Plenum ( Rp) Sidolaris (Rp) Lili (Rp) Tigol (Rp) Virtako (Rp)

9. 5 0 50.000 0 0 40.000

10. 20 0 0 0 0 100.000

11. 5 0 100.000 0 0 120.000

12. 5 0 0 0 20.000 40.000

13. 5 0 0 0 20.00 40.000

14. 10 0 50.000 60.000 0 230.000

15. 10 0 50.000 0 0 80.000

16. 10 110.00 50.000 0 40.000 60.000

17. 15 10.000 100.000 0 0 230.000

18. 5 0 0 0 20.000 40.000

19. 20 0 0 0 0 120.000

20. 20 0 100.000 0 0 230.000

Jumlah

Rata-Rata

Lampiran 6. Biaya Pestisida Petani Pengguna Pupuk Nonsubsidi

Filia (Rp) Stonis (Rp) Supremo

(Rp)

Nomino

(Rp)

Nugras

(Rp) Serindi (Rp)

Dangke

(Rp) Score (Rp)

0 0 0 0 45.000 30.000 90.000 85.000

0 0 110.000 0 45.000 60.000 270.000 85.000

80.000 0 65.000 0 45.000 30.000 90.000 0

0 0 65.000 90.000 0 0 90.000 0

65.000 0 50.000 0 45.000 30.000 90.000 0

30.000 60.000 0 0 45.000 30.000 120.000 0

80.000 0 0 0 45.000 30.000 90.000 55.000

80.000 0 0 0 90.000 90.000 0 0

60.000 0 0 0 90.000 60.000 90.000 0

50.000 60.000 65.000 0 45.000 30.000 90.000 0

130.000 0 110.000 0 135.000 90.000 135.000 110.000

120.000 0 0 0 60.000 90.000 160.000 165.000

81

Lampiran 6. Biaya Pestisida Petani Pengguna Pupuk Nonsubsidi

Sidabas

(Rp)

Sidatan

(0)

Amistartop

(Rp) Topsin (Rp)

Pinalti

(Rp)

Crolit

(Rp)

Darmabas

(Rp) Total (Rp)

0 0 0 30.000 0 45.000 0 415.005

0 0 85.000 60.000 0 0 0 815.020

0 0 85.000 0 40.000 0 50.000 705.005

0 0 85.000 0 40.000 0 50.000 480.005

0 0 85.000 30.000 0 0 50.000 485.005

0 0 0 30.000 80.000 90.000 0 825.010

45.000 0 0 0 0 0 0 475.010

0 0 0 0 0 0 0 410.010

0 0 85.000 0 0 0 0 725.015

0 0 85.000 30.000 0 0 0 515.005

0 0 170.000 100.000 0 0 0 1.100.020

0 100.000 0 0 0 0 0 1.025.020

7.975.130

664.594

Lampiran 7. Biaya Pestisida Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi

No Benih (Kg) Sidolaris (Rp) Lili (Rp) Tigol (Rp) Virtako (Rp)

21. 5 0 0 0 40.000

22. 10 0 80.000 0 80.000

23. 25 100.000 0 0 120.000

24. 25 100.000 0 0 120.000

25. 5 0 0 0 60.000

26. 20 100.000 0 80.000

27. 10 50.000 0 0 80.000

28. 10 50.000 0 0 80.000

29. 5 0 0 20.000 115.000

30. 10 50.000 0 0 100.000

31. 5 0 0 20.000 40.000

32. 10 50.000 0 0 100.000

33. 5 0 40.000 0 115.000

34. 25 100.000 0 0 120.000

35 10 0 120.000 0 80.000

36. 15 0 0 0 160.000

37. 10 50.000 80.000 0 40.000

38. 10 0 80.000 0 60.000

39. 10 0 80.000 0 40.000

Jumlah

Rata-Rata

82

Lampiran 7. Biaya Pestisida Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi Filia (Rp) Sidamitrin

(Rp)

Stonis

(Rp)

Supremo

(Rp)

Nomino

(Rp)

Nugras (Rp) Serindi (Rp) Dangke

(Rp)

Score

(Rp)

0 0 0 65.000 0 45.000 30.000 90.000 0

80.000 0 0 65.000 0 30.000 45.000 90.000 55.000

80.000 0 0 0 0 60.000 90.000 135.000 440.000

80.000 0 0 0 0 90.000 60.000 135.000 440.000

120.000 35.000 60.000 65.000 0 45.000 30.000 0 0

120.000 0 0 0 0 120.000 180.000 135.000 165.000

80.000 0 0 0 0 45.000 60.000 90.000 110.000

80.000 0 0 0 0 30.000 45.000 90.000 55.000

0 0 0 65.000 90.000 0 30.000 90.000 0

80.000 0 0 0 0 45.000 30.000 90.000 85.000

0 0 0 50.000 0 45.000 30.000 90.000 0

80.000 0 0 0 0 45.000 30.000 90.000 85.000

40.000 0 0 100.000 0 155.000 90.000 90.000 0

80.000 0 0 0 0 60.000 90.000 135.000 220.000

80.000 80.000 0 100.000 0 135.000 90.000 135.000 0

120.000 0 0 110 0 60.000 90.000 135.000 440.000

0 80.000 0 0 0 90.000 60.000 90.000 0

0 80.000 0 65.000 0 45.000 30.000 135.000 0

80.000 0 0 65.000 0 45.000 30.000 90.000 0

Lampiran 7. Biaya Pestisida Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi Sidabas

(Rp)

Sidatan

(0)

Amistartop

(Rp)

Topsin

(Rp)

Pinalti

(Rp)

Crolit

(Rp)

Darmabas

(Rp)

Total (Rp)

0 0 0 0 0 0 0 270.005

90.000 0 85.000 100.000 0 90.000 0 270.005

90.000 0 0 0 0 0 0 270.005

0 100.000 0 0 0 0 0 270.005

0 0 0 0 0 0 0 270.005

135.000 0 0 0 0 0 0 270.005

90.000 0 0 0 0 0 0 270.005

90.000 0 0 100.000 0 90.000 0 270.005

0 0 85.000 60.000 0 0 50.000 270.005

0 0 0 0 80.000 0 50.000 270.005

0 0 85.000 30.000 0 0 50.000 270.005

0 0 0 0 80.000 0 50.000 270.005

50.000 0 85.000 0 0 0 0 270.005

90.000 100.000 170.000 0 0 0 0 270.005

0 0 0 0 0 0 0 270.005

0 100.000 0 0 0 0 0 270.005

0 50.000 0 0 0 0 0 270.005

0 50.000 0 0 0 0 0 270.005

0 0 0 0 0 0 0 270.005

5.130.095

270.005

83

Lampiran 8. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi

No.

Penyemprotan

Pematang (Rp)

Perbaikan Pematang

(Rp)

Penyemprotan hama

(Rp)

Membuat Persemaian

(Rp)

L L L L

1. 160.000 800.000 160.000 160.000

2. 160.000 400.000 160.000 320.000

3. 80.000 240.000 240.000 80.000

4. 80.000 320.000 160.000 80.000

5. 160.000 960.000 320.000 320.000

6. 160.000 960.000 640.000 240.000

7. 80.000 680.000 160.000 320.000

8. 80.000 240.000 160.000 80.000

Jumlah

Rata-Rata

Lampiran 8. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi

Penyiangan (Rp) Pengolahan/Pembajakan

(Rp) Mencabut Bibit (Rp) Penanman (Rp)

L P A L L P A P A

160.000 480.000 100.000 640.000 0 120.000 100.000 420.000 50.000

160.000 480.000 0 640.000 0 240.000 0 600.000 0

0 180.000 0 320.000 0 120.000 0 240.000 0

80.000 180.000 0 320.000 80.00 60.000 0 240.000 0

0 1.120.000 0 640.000 160.000 360.000 100.000 960.000 0

0 840.000 0 640.000 0 360.000 0 720.000 0

160.000 120.000 100.000 6.400.000 160.000 120.000 0 300.000 0

240.000 120.000 0 32.000 80.000 60.000 0 240.000 0

Lampiran 8. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi

Mengatur Pengairan (Rp) Panen (Rp) Pemupukan (Rp) Jumlah Biaya

Tenaga Kerja (Rp) L P A L P A L P

240.000 180.000 150000 640.000 600.000 50.000 320000 0 5.530.000

320.000 180.000 0 960.000 720.000 0 160000 120.000 5.620.000

240.000 0 0 320 400 0 240000 0 1.980.720

240.000 180.000 0 320.000 300.000 0 160000 0 2.720.000

480.000 240.000 0 1. 120,000 960.000 1.000.000 350000 0 8.130.000

320.000 240.000 0 960.000 840.000 0 350000 0 7.270.000

240.000 180.000 0 480.000 360.000 0 160.000 0 9.860.000

240.000 160.000 0 320.000 420.000 0 160000 0 2.632.000

43.742.720

5.467.840

84

Lampiran 9. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk Nonsubsidi

No.

Penyemprotan

Pematang (Rp) Perbaikan Pematang (Rp)

Penyemprotan hama

(Rp)

Membuat

Persemaian (Rp)

L L A L L

1. 80.000 240.000 0 160.000 80.000

2. 160.000 800.000 0 480.000 160.000

3. 80.000 320.000 0 80.000 80.000

4. 80.000 240.000 0 160.000 80.000

5. 80.000 320.00 0 320.000 160.000

6. 80.000 480.000 0 240.000 80.000

7. 80.000 480.000 0 160.000 160.000

8. 80.000 480.000 150.000 80.000 80.000

9. 80.000 480.000 0 240.000 80.000

10. 800.000 320.000 100.000 320.000 160.000

11. 160.000 800.000 0 480.000 160.000

12. 160.000 1.120.000 0 480.000 160.000

Jumlah

Rata-Rata

Lampiran 9. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk Nonsubsidi

Penyiangan (Rp) Pengolahan/Pembajakan

(Rp) Mencabut Bibit (Rp) Penanman (Rp)

L P A L L P A P A

0 320.000 0 160.000 0 120.000 0 240.000 0

80.000 480.000 50.000 480.000 160.000 120.000 100.000 720.000 50.000

0 240.000 0 320.000 0 120.000 0 240.000 0

240.000 180.000 0 160.000 80.000 60.000 0 240.000 0

160.000 120.000 0 320.000 0 120.000 0 240.000 0

0 240.000 0 320.000 80.000 60.000 0 300.000 0

160.000 300.000 50.000 480.000 160.000 120.000 100.000 360.000 0

80.000 180.000 50.000 320.000 0 120.000 100.000 420.000 50.000

0 360.000 0 320.000 0 180.000 0 420.000 0

160.000 120.000 0 480.000 0 120.00 0 240.000 0

600.000 0 0 640.000 0 360.000 0 720.000 0

0 720.000 0 640.000 0 360.000 0 960.000 0

85

Lampiran 9. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk Nonsubsidi Mengatur Pengairan

(Rp) Panen (Rp) Pemupukan (Rp)

Jumlah Biaya

Tenaga Kerja

(Rp) L P L P A L P

240.000 160.000 480.000 360.000 0 160000 0 2.800.000

3.200.000 0 420.000 800.000 50.000 160000 120.000 8.590.000

160.000 0 400.000 300.000 0 180000 0 2.520.000

240.000 0 400.000 300.000 0 160000 0 2.620.000

320.000 0 480.000 360.000 0 160000 0 2.840.000

680.000 0 480.000 360.000 0 160000 0 3.560.000

240.000 180.000 960.000 720.000 0 160000 120.000 4.990.000

160.000 0 640.000 600.000 1.000.000 160000 0 4.750.000

480.000 0 640.000 360.000 0 160000 0 3.800.000

480.000 0 640.000 360.000 0 160000 0 4.340.000

320.000 0 1.120.000 960.000 0 640000 0 6.960.000

400.000 0 2.880.000 0 0 320.000 0 7.880.000

55.650.000

4.637.500

Lampiran 10. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk bersubsidi

No.

Penyemprotan

Pematang (Rp) Perbaikan Pematang (Rp)

Penyemprotan hama

(Rp)

Membuat

Persemaian (Rp)

L L A L L A

21. 80.000 240.000 0 160.000 80.000 0

22. 80.000 800.000 0 320.000 160.000 0

23. 160.000 800.000 100.000 160.000 160.000 100.000

24. 160.000 800.000 0 640.000 240.000 0

25. 80.000 240.000 0 240.000 80.000 0

26. 160.000 960.000 1.500.000 640.000 160.000 0

27. 180.000 480.000 0 240.000 80.000 0

28. 80.000 800.000 0 320.000 160.000 0

29. 80.000 240.000 0 160.000 80.000 0

30. 800.000 320.000 0 160.000 80.000 0

31. 80.000 240.000 0 160.000 80.000 0

32. 80.000 640.000 200.000 320.000 160.000 0

33. 80.000 320.000 0 160.000 80.000 0

34. 160.000 800.000 0 640.000 160.000 0

35 80.000 640.000 0 160.000 160.000 0

36. 80.000 640.000 0 480.000 160.000 0

37. 80.000 640.000 0 120.000 160.000 0

38. 80.000 640.000 0 480.000 160.000 0

39. 80.000 240.000 0 240.000 80.000 0

Jumlah

Rata-Rata

86

Lampiran 10. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk bersubsidi

Penyiangan (Rp) Pengolahan/Pembajakan

(Rp) Mencabut Bibit (Rp) Penanman (Rp)

L P A L A L P A P A

80.000 160.000 0 320.000 0 0 120.000 0 240.000 0

160.000 480.000 100.000 320.000 0 0 120.000 100.000 240.000 50.000

0 660.000 0 160.000 100.000 0 180.000 0 660.000 0

0 720.000 0 640.000 0 80.000 360.000 0 720.000 0

160.000 120.000 0 320.000 0 0 60.000 50.000 180.000 0

480.000 360.000 1.500.000 640.000 0 160.000 120.000 100.000 720.000 0

240.000 180.000 0 320.000 0 0 120.000 0 360.000 0

160.000 120.000 100.000 320.000 0 0 120.000 100.000 240.000 100.000

0 180.000 0 320.000 0 80.000 60.000 0 240.000 0

240.000 180.000 0 480.000 0 0 120 0 320.000 0

0 240.000 0 320.000 0 0 120.000 0 240.000 0

240.000 180.000 150.000 480.000 0 160.000 120.000 0 420.000 0

0 240.000 0 320.000 0 0 60.000 0 240.000 0

0 960.000 0 480.000 0 0 360.000 0 900.000 0

0 360.000 0 160.000 0 0 240.000 0 660.000 0

0 600.000 0 640.000 0 0 240.000 0 660.000 0

0 640.000 0 480.000 0 80.000 120.000 0 360.000 0

320.000 120.000 200.000 480.000 0 0 120.000 200.000 240.000 100.000

0 240.000 0 160.000 0 80.000 60.000 0 240.000 0

Lampiran 10. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk bersubsidi

Mengatur Pengairan (Rp) Panen (Rp) Pemupukan (Rp) Jumlah Biaya Tenaga Kerja (Rp) L P A L P A L P

240.000 0 0 240.000 400.000 0 160000 0 2.520.000

320.000 240.000 0 640.000 960.000 0 320000 0 5.410.000

240.000 0 150000 1.760.000 0 0 320000 0 5.710.000

400.000 0 0 960.000 720.00 0 320.000 0 5.720.000

240.000 180.000 0 320.000 300.000 50.000 80000 0 2.700.000

320.000 240.000 0 1.440.000 1.080.000 150.000 240000 180.000 11.150.000

240.000 0 0 640.000 600.000 0 160000 120.000 3.960.000

320.000 240.000 0 640.000 960.000 100.000 160000 120.000 5.160.000

240.000 0 0 480.000 360.000 0 160000 0 2.680.000

240.000 0 0 400.000 360.000 0 240000 0 3.820.120

240.000 0 0 400.000 360.000 0 160000 0 2.640.000

480.000 0 150000 960.000 720.000 0 320000 0 5.780.000

240.000 0 0 400.000 300.000 0 160000 0 2.600.000

400.000 0 0 1.280.000 1. 600.000 0 480000 0 6.620.000

240.000 180.000 0 640.000 720.000 0 160000 120.000 4.520.000

320.000 0 0 1.120.000 1.280.000 0 80000 160.00 6.300.000

400.000 0 0 960.000 480.000 0 320000 0 4.840.000

480.000 180.000 0 960.000 360.000 0 320000 240.000 5.680.000

240.000 180.000 0 480.000 360.000 0 240000 0 2.920.000

90.730.120

4.775.269

87

Lampiran 11. Biaya Benih Petani Pengguna Pupuk bersubsidi dan Nonsubsidi

NO Penggunaan Benih (Kg) Biaya Benih (Rp)

1. 20 500.000

2. 15 330.000

3. 5 110.000

4. 5 110.000

5. 25 550.000

6. 0 440.000

7. 15 110.000

8. 5 125.000

Jumlah 2.275.000

Rata-Rata 284.375

Lampiran 12. Biaya Benih Petani Pengguna Pupuk Nonsubsidi

NO Penggunaan Benih (Kg) Biaya Benih (Rp)

9. 5 110.000

10. 20 440.000

11. 5 110.000

12. 5 125.000

13. 5 110.000

14. 10 110.000

15. 10 220.000

16. 10 200.000

17. 15 225.000

18. 5 110.000

19. 20 440.000

20. 20 440.000

Jumlah 2.640.000

Rata-Rata 220.000

Lampiran 13. Biaya Benih Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi

NO Penggunaan Benih (Kg) Biaya Benih (Rp)

21. 5 110.000

22. 10 220.000

23. 25 625.000

24. 25 550.000

25. 5 100.000

26. 20 320.000

27. 10 250.000

28. 10 220.000

29. 5 110.000

30. 10 110.000

31. 5 110.000

32. 10 220.000

33. 5 110.000

34. 25 625.000

35 10 220.000

36. 15 330.000

37. 10 220.000

38. 10 220.000

39. 10 220.000

Jumlah 4.890.000

Rata-Rata 257.368

88

Lampiran 14. Total Produksi dan harga Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi

No. Luas

lahan (Ha)

Pengguna Pupuk Bersubsidi dan

Nonsubsidi Total Penerimaan (Rp)

Produksi (Kg/Ha) Harga (Rp/Kg)

GKP Beras GKP Beras GKP Beras

1. 0.5 2.960 1.925 5.000 9.000 14.800.000 17.325.000

2. 0.75 3.280 2.273 5.000 9.000 16.400.000 20.457.000

3. 0.25 1.040 663 5.000 9.000 5.200.000 5.967.000

4. 0.25 810 530 5.000 9.000 4.050.000 4.770.000

5. 1 4.374 2.754 5.000 9.000 21.870.000 24.786.000

6. 1 4.455 2.860 5.000 9.000 22.275.000 25.740.000

7. 0.25 1.040 663 5.000 9.000 5.200.000 5.967.000

8. 0.25 810 520 5.000 9.000 4.050.000 4.680.000

Jumlah 18.769 12.188 93.845.000 109.692.000

Rata-rata 2.346 1.524 11.730.625 13.711.500

Lampiran 15. Total Produksi dan harga Pengguna Pupuk Nonsubsidi

No. Luas lahan

(Ha)

Pengguna Pupuk Bersubsidi dan

Nonsubsidi Total Penerimaan (Rp)

Produksi

(Kg/Ha) Harga (Rp/Kg)

GKP Beras GKP Beras GKP Beras

9 0.25 880 583 5.000 9.000 4.400.000 5.247.000

10. 0.75 3.402 2.100 5.000 9.000 17.010.000 18.900.000

11. 0.25 984 624 5.000 9.000 4.920.000 5.616.000

12. 0.25 984 624 5.000 9.000 4.920.000 5.616.000

13. 0.25 738 459 5.000 9.000 3.690.000 4.131.000

14. 0.5 1.700 1.100 5.000 9.000 8.500.000 9.900.000

15. 0.5 1.920 1.273 5.000 9.000 9.600.000 11.457.000

16. 0.5 1.920 1.222 5.000 9.000 9.600.000 10.998.000

17. 0.5 1.680 1.050 5.000 9.000 8.400.000 9.450.000

18. 0.25 820 520 5.000 9.000 4.100.000 4.680.000

19. 0.75 3.854 2.491 5.000 9.000 19.270.000 22.419.000

20. 1 4.374 2.916 5.000 9.000 21.870.000 26.244.000

Jumlah 23.256 14.962 116.280.000 134.658.000

Rata-Rata 1.938 1.247 9.690.000 11.221.500

89

Lampiran 16. Total Produksi dan harga Pengguna Pupuk Bersubsidi

No. Luas lahan

(Ha)

Pengguna Pupuk Bersubsidi dan

Nonsubsidi Total Penerimaan (Rp)

Produksi (Kg/Ha) Harga (Rp/Kg)

GKP Beras GKP Beras GKP Beras

21. 0.25 810 520 5.000 9.000 4.050.000 4.680.000

22. 0.5 2.460 1.050 5.000 9.000 12.300.000 9.450.000

23. 1 4.756 3.074 5.000 9.000 23.780.000 27.666.000

24. 1 5.412 3.498 5.000 9.000 27.060.000 31.482.000

25. 0.25 1.040 676 5.000 9.000 5.200.000 6.084.000

26. 1 3.840 2.496 5.000 9.000 19.200.000 22.464.000

27. 0.5 2.080 1.352 5.000 9.000 10.400.000 12.168.000

28. 0.5 2.000 1.924 5.000 9.000 10.000.000 17.316.000

29. 0.25 1 702 5.000 9.000 5.395 6.318.000

30. 0.25 984 612 5.000 9.000 4.920.000 5.508.000

31. 0.25 984 633 5.000 9.000 4.920.000 5.697.000

32. 0.5 2.460 1.620 5.000 9.000 12.300.000 14.580.000

33. 0.25 902 572 5.000 9.000 4.510.000 5.148.000

34. 1 4.920 3.120 5.000 9.000 24.600.000 28.080.000

35. 0.5 2.296 1.768 5.000 9.000 11.480.000 15.912.000

36. 0.5 3.520 2.200 5.000 9.000 17.600.000 19.800.000

37. 0.5 1.944 1.248 5.000 9.000 9.720.000 11.232.000

38. 0.5 1.863 1.196 5.000 9.000 9.315.000 10.764.000

39. 0.25 880 572 5.000 9.000 4.400.000 5.148.000

Jumlah 43.152 28.833 215.760.395 259.497.000

Rata-rata 2.271 1.518 11.355.810 13.657.737

Lampiran 17. Total Biaya Produksi Petani pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi

No. Total Biaya Tetap Total Biaya Variabel Total Biaya Produksi

1. 5.724.000 7.070.020 12.794.020

2. 5.705.841 7.545.255 13.251.096

3. 1.417.190 2.810.725 4.227.915

4. 826.333 3.640.005 4.466.338

5. 2.749.571 11.120.025 13.869.596

6. 2.755.841 9.940.000 12.695.841

7. 805.841 11.405.015 12.210.856

8. 829.762 3.787.005 4.616.767

Jumlah 20.814.381 57.318.050 78.132.431

Rata-Rata 2.601.798 7.164.756 9.766.554

90

Lampiran 18. Total Biaya Produksi Petani pengguna Pupuk Nonsubsidi No. Total Biaya Tetap Total Biaya Variabel Total Biaya Produksi

9. 721.000 3.695.005 4.416.005

10. 2.699.583 10.655.020 13.354.603

11. 823.714 3.705.005 4.528.719

12. 837.857 3.470.005 4.307.862

13. 834.286 3.680.005 4.514.291

14. 2.480.000 4.740.010 7.220.010

15. 1.474.000 6.150.010 7.624.010

16. 1.169.984 5.825.010 6.994.994

17. 826.857 5.215.015 6.041.872

18. 839.714 5.210.005 6.049.719

19. 2.123.286 9.335.020 11.458.306

20. 2.766.083 10.305.020 13.071.103

Jumlah 17.596.365 71.985.130 89.581.495

Rata-Rata 1.466.364 5.998.761 7.465.125

Lampiran 15. Total Biaya Produksi Petani pengguna Pupuk Bersubsidi No. Total Biaya Tetap Total Biaya Variabel Total Biaya Produksi

21. 809.000 3.120.005 3.929.005

22. 1.476.417 6.960.010 8.436.427

23. 2.774.583 8.330.025 11.104.608

24. 2.475.000 8.275.025 10.750.025

25. 826.000 3.435.005 4.261.005

26. 2.762.000 13.415.020 16.177.020

27. 2.179.000 5.255.010 7.434.010

28. 1.478.571 6.530.010 8.008.581

29. 829.429 3.615.010 4.444.439

30. 830.500 4.760.130 5.590.630

31. 834.286 3.410.005 4.244.291

32. 1.469.000 7.080.010 8.549.010

33. 839.952 3.695.005 4.534.957

34. 2.770.595 9.370.025 12.140.620

35. 1.474.226 6.030.010 7.504.236

36. 1.475.500 8.395.125 9.870.625

37. 1.478.095 6.070.010 7.548.105

38. 4.534.375 6.915.010 11.449.385

39. 824.690 3.790.010 4.614.700

Jumlah 32.141.220 118.450.460 150.591.680

Rata-Rata 1.691.643 6.234.235 7.925.878

91

Lampiran 16.Total Peneriman, Total Biaya Produksi, dan Pendapatan Petani Pengguna

Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi

No Penerimaan (TR) Total Biaya

Produksi (TC) Pendapatan (Pd= TR-TC)

GKP Beras GKP Beras

1. 14.800.000 17.325.000 12.794.020 2.005.980 4.530.980

2. 16.400.000 20.457.000 13.251.096 3.148.904 7.205.904

3. 5.200.000 5.967.000 4.227.915 972.085 1.739.085

4. 4.050.000 4.770.000 4.466.338 - 416.338 303.662

5. 21.870.000 24.786.000 13.869.596 8.000.404 10.916.404

6. 22.275.000 25.075.000 12.695.841 9.579.159 12.379.159

7. 5.200.000 5.900.000 12.210.856 - 7.010.856 - 6.310.856

8. 4.050.000 4.680.000 4.616.767 - 566.767 63.233

Jumlah 93.845.000 108.960.000 78.132.431 15.712.569 30.827.569

Rata- rata 11.730.625 13.620.000 9.766.554 1.964.071 3.853.446

Lampiran 17.Total Peneriman, Total Biaya Produksi, dan Pendapatan Petani Pengguna

Pupuk Nonsubsidi

No Penerimaan (TR) Total Biaya

Produksi (TC) Pendapatan (Pd= TR-TC)

GKP Beras GKP Beras

9. 4.400.000 5.247.000 4.416.005 - 16.005 830.995

10. 17.100.000 18.900.000 13.354.603 3.745.397 5.545.397

11. 4.920.000 5.616.000 4.528.719 391.281 1.087.281

12. 4.920.000 5.616.000 4.307.862 612.138 1.308.138

13. 3.690.000 4.131.000 4.514.291 - 824.291 - 383.291

14. 8.500.000 9.900.000 7.220.010 1.279.990 2.679.990

15. 9.600.000 11.457.000 7.624.010 1.975.990 3.832.990

16. 9.600.000 10.998.000 6.994.994 2.605.006 4.003.006

17. 8.400.000 9.450.000 6.041.872 2.358.128 3.408.128

18. 4.100.000 4.680.000 6.049.719 - 1.949.719 - 1.369.719

19. 19.270.000 22.419.000 11.458.306 7.811.694 10.960.694

20. 21.870.000 26.244.000 13.071.103 8.798.897 13.172.897

Jumlah 116.370.000 134.658.000 89.581.495 26.788.505 45.076.505

Rata-Rata 9.697.500 11.221.500 7.465.125 2.232.375 3.756.375

92

Lampiran 18.Total Peneriman, Total Biaya Produksi, dan Pendapatan Petani Pengguna

Pupuk Bersubsidi

No Penerimaan (TR) Total Biaya

Produksi (TC) Pendapatan (Pd= TR-TC)

GKP Beras GKP Beras

21. 4.050.000 4.680.000 3.929.005 120.995 750.995

22. 12.300.000 9.450.000 8.436.427 3.863.573 1.013.573

23. 23.780.000 27.660.000 11.104.608 12.675.392 16.555.392

24. 27.060.000 31.482.000 10.750.025 16.309.975 20.731.975

25. 5.200.000 6.084.000 4.261.005 938.995 1.822.995

26. 19.200.000 22.464.000 16.177.020 3.022.980 6.286.980

27. 10.400.000 12.168.000 7.434.010 2.965.990 4.733.990

28. 10.000.000 17.316.000 8.008.581 1.991.419 9.307.419

29. 5.000.000 6.318.000 4.444.439 555.561 1.873.561

30. 4.920.000 5.508.000 5.590.630 - 70.630 - 82.630

31. 4.920.000 5.697.000 4.244.291 675.709 1.452.709

32. 12.300.000 14.580.000 8.549.010 3.750.990 6.030.990

33. 4.510.000 5.148.000 4.534.957 - 24.957 613.043

34. 24.600.000 28.080.000 12.140.620 12.459.380 15.939.380

35. 11.480.000 15.912.000 7.504.236 3.975.764 8.407.764

36. 17.600.000 19.800.000 9.870.625 7.729.375 9.929.375

37. 9.720.000 11.232.000 7.548.105 2.171.895 3.683.895

38. 9.315.000 17.964.000 11.449.385 - 2.134.385 6.514.615

39. 4.400.000 5.148.000 4.614.700 - 214.700 533.300

Jumlah 220.755.000 266.691.000 150.591.680 70.163.320 116.099.320

Rata-Rata 11.618.684 14.036.368 7.925.878 3.692.806 6.110.491

93

Gambar 1. Wawancara dengan bapak Ibrahim

Gambar 2. Wawancara dengan bapak Ahmad Juri

94

Gambar 3. Wawancara dengan bapak Yusuf Sanusi

Gambar 4. Takarana Pupuk Urea dan NPK

95

Gambar 5. Wawancara dengan Bapak Rusmin

Gambar 6. Wawancara dengan Bapak Kabid PSP Dinas Pertanian Manggarai

Barat.

96

Gambar 7. Kios Pengecer Pupuk Bersubsidi

Gambar 7. Ibu Tika Admin Disributor Pupuk Bersubsidi Manggarai Barat.

97

Gambar 8. Wawancara Dengan Ibu Tika Admin Distributor Pupuk.

98

99

100

101

102

103

104

RIWAYAT HIDUP

Putra Kahir, dilahirkan di Tere Desa Siru, Kec. Lembor,

Kab. Manggarai Barat, Provinsi NTT pada tanggal 05 April

1998 yang merupakan anak pertama dari empat bersaudara,

buah hati dari pasangan yang berbahagia Bapak Rahman dan

Ibu Siti Fatima. Pendidikan formal dimulai dari MI Nurul Huda Siru tahun 2004

lulus tahun 2010. Melanjutkan pendidikan di MTs Jabal-Nur Watu Lendo dan

lulus tahun 2013. Penulis melanjutkan pendidikan selanujtnya di Madrasah Aliyah

Sewasta Jabal-Nur Watu Lendo lulus pada tahun 2016.

Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa pada

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Makassar melalui ujian Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah magang di Pabrik Kelapa

Sawit PT. Surya Raya Lestari 2 yang berlokasi di Kabupaten Mamuju Tengeh

Provinai Sulawesi Barat. Selain itu penulis juga pernah melaksanakan Kuliah

Kerja Provisi (KKP) di Desa Cakura Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan tahun

2019.

Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi

yang berjudul “Dampak Kelangkaan Pupuk Bersubsidi Terhadap Produksi dan

Pendapatan Petani Padi Sawah di Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten

Manggarai Barat’.