21
DAKRIOSISTITIS AKUT I. PENDAHULUAN Sistem lakrimasi mencakup struktur-struktur yang terlibat dalam produksi dan drainase air mata. Glandula lakrimal terbentuk dari ektodermal yang banyak terdapat di bagian anterior supero-lateral orbita. Bagian ini bercabang dan mempunyai kanal membentuk duktus alveoli. Glandula lakrimal ini sangat kecil dan tidak berfungsi sempurna hingga 6 minggu setelah kelahiran. Ini menjelaskan mengapa pada bayi baru lahir tidak memproduksi air mata walaupun menangis. (1,2) Pada penghujung minggu kelima dari kehamilan, jalur nasolakrimalis membentuk alur yang terletak diantara nasal dan bagian penonjolan maxilla. Pada bagian dasar dari alur, duktus nasolakrimalis ini terbentuk dari bagian ektoderm linear yang tebal. Terdapat bagian solid yang terpisah dari bagian ektoderm dan terbentuk dalam mesenkim. Bagian ini berkanalisasi membentuk duktus nasolakrimalis dan sakkus nasolakrimal pada bagian ujung kranialnya. (1) Kelainan sistem lakrimal sering terjadi dan dapat menimbulkan gejala kronis dengan morbiditas bermakna.

dakriosistitis akut

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dakriosistitis

Citation preview

Page 1: dakriosistitis akut

DAKRIOSISTITIS AKUT

I. PENDAHULUAN

Sistem lakrimasi mencakup struktur-struktur yang terlibat dalam produksi dan

drainase air mata. Glandula lakrimal terbentuk dari ektodermal yang banyak terdapat

di bagian anterior supero-lateral orbita. Bagian ini bercabang dan mempunyai kanal

membentuk duktus alveoli. Glandula lakrimal ini sangat kecil dan tidak berfungsi

sempurna hingga 6 minggu setelah kelahiran. Ini menjelaskan mengapa pada bayi baru

lahir tidak memproduksi air mata walaupun menangis.(1,2)

Pada penghujung minggu kelima dari kehamilan, jalur nasolakrimalis

membentuk alur yang terletak diantara nasal dan bagian penonjolan maxilla. Pada

bagian dasar dari alur, duktus nasolakrimalis ini terbentuk dari bagian ektoderm linear

yang tebal. Terdapat bagian solid yang terpisah dari bagian ektoderm dan terbentuk

dalam mesenkim. Bagian ini berkanalisasi membentuk duktus nasolakrimalis dan

sakkus nasolakrimal pada bagian ujung kranialnya.(1)

Kelainan sistem lakrimal sering terjadi dan dapat menimbulkan gejala kronis

dengan morbiditas bermakna. Kelenjar lakrimal normalnya menghasilkan sekitar 1,2µl

air mata per menit. Sebagian hilang melalui evaporasi. Sisanya dialirkan melalui

sistem nasolakrimal. Bila produksi air mata melebihi kapasitas sistem drainase, air

mata yang berlebih akan mengalir ke pipi. Ini dapat disebabkan oleh:

- Iritasi permukaan mata, misalnya karena benda asing pada kornea, infeksi, atau

blefaritis.

- Oklusi pada bagian manapun di sistem drainase

Keluhan yang sering ditemukan pada penderita dengan kelainan sistem lakrimal ialah

mata kering, lakrimasi dan epifora.(2,3)

Lakrimasi ialah kelebihan produksi air mata yang disebabkan oleh rangsangan

kelenjar lakrimal. Mata kering disebabkan oleh kurangnya produksi air mata. Keadaan

Page 2: dakriosistitis akut

ini dapat disebabkan oleh sikatris yang terdapar pada konjungtiva, oleh karena

trakoma, trauma kimia, erythema multiforme yang menyumbat kelenjar lakrimal dan

sindrom Sjorgen. Epifora ialah keadaan dimana terjadi gangguan sistem ekskresi air

mata. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kelainan posisi pungtum lakrimal, jaringan

sikatriks pada pungtum, paresis atau paralisis otot orbikularis okuli yang

menyebabkan berkurangnya efek penghisapan dari kanalikuli lakrimal, benda asing

dalam kanalikuli, obstruksi duktus nasolakrimal dan sakus lakrimal.(4) Dakriosistitis

merupakan peradangan sakus lakrimal. Biasanya peradangan ini dimulai oleh

terdapatnya obstruksi duktus nasolakrimalis. Obstruksi ini pada anakanak biasanya

akibat tidak terbukanya membran nasolakrimal sedang pada orang dewasa akibat

tertekan salurannya.(5)

II. ANATOMI SISTEM LAKRIMAL

Gbr.1 Anatomi Sistem Lacrimal Mata kanan tampak depan(6)

7

Page 3: dakriosistitis akut

Sistem lakrimal terdiri atas dua jaringan utama yaitu sistem sekresi lakrimal atau

kelenjar lakrimal dan sistem ekskresi lakrimal.

Sistem sekresi lakrimalis

Bagian utama dari glandula lakrimal sebenarnya merupakan glandula eksokrin

yang terletak pada kuadran superolateral dari orbita dan fossa glandula lakrimal.

Pembentukan embriologi levator aponeurosis glandula lakrimalis dibagi yakni bagian

anterior pada orbita dan lobus palpebra. Bagian superior transversus ligamentum

menembus pada dua lobus ini dengan sedikit serat dan juga memproyeksi ke lateral

tuberkel orbita.

Pada 8 dari 12 duktus lakrimalis mayor yang kosong di bagian superior ratarata

5mm terletak di atas lateral tarsal setelah bagian posterior dari aponeurosis melalui

otot muller dan seterusnya melalui konjungtiva. Duktus dari bagian orbital juga akan

bergabung dengan duktus pada bagian lobus palpebra. Karena itu, membuang atau

kerusakan pada bagian porsi palpebra dari glandula akan menyebabkan penurunan

sekresi dari keseluruhan glandula tersebut. Ini penyebab mengapa pada biopsi

glandula lakrimal dilakukan pada bagian lobus orbital.

Iritasi pada bagian okular mengaktifkan produksi air mata dari glandula

lakrimal. Refleks pengeluaran air mata ini dikendalikan oleh nervus trigeminus untuk

sensorik. Bagian efferen lebih komplit. Serat parasimpatetik berasal dari nukleus

salivatorius superior yang berasal dari pons, keluar dari batang otak melalui nervus

fasialis. Serat lakrimalis ini kemudian meninggalkan N.VII ini sebagai nervus petrosal

superficial yang lebih besar dan keluar ke ganglion sphenopalatina. Dari sana, semua

yang diatas masuk ke glandula lakrimal melalui cabang superior dari nervus

zygomaticus melalui anastomose diantara nervus zygomaticotemporal dan nervus

lakrimalis. Namun bagaimana karakteristik kerja dari sistem nervus simpatetik untuk

penghasilan air mata masih belum diketahui. Glandula eksokrin aksessorius dari

Krause dan wolfring terletak di bagian dalam dari forniks superior dan di atas tarsal

superior. (1)

8

Page 4: dakriosistitis akut

Sistem ekskresi lakrimalis

Merupakan bagian dari sistem drainase lakrimal melalui puncta yang terletak

medial dari bagian atas dan bawah kelopak mata. Bagian bawah puncta terletak lebih

lateral dibanding puncta atas. Secara normal, puncta agak inversi. Setiap punctum

dikelilingi oleh ampulla.

Setiap punctum mengarah ke kanalikuli. Kanalikuli merupakan struktur

nonkeratinasi, epitel squamous non mucin. Berjalan 2mm vertikal dan berputar 90o dan

berjalan 8-10mm medial berhubungan dengan sakus lakrimalis. Pada 90% pasien,

kanalikuli ini berkombinasi membentuk kanalikuli tunggal sebelum masuk ke bagian

dinding lateral dari sakus lakrimalis.

Valva Rosenmuller dideskripsikan sebagai struktur yang mencegah refluks air

mata dari sakus kembali ke kanalikuli. Terdapat beberapa studi yang menyatakan

bahwa kanalukuli membelok dari posterior ke bagian anterior di belakang dari tendo

kantus medial sebelum memasuki sakus lakrimal. Belokan ini pada konjungtiva

berperan untuk memblokir refluks.

Terletak pada anterior medial orbital, sakus lakrimalis terletak dalam cekungan

tulang yang dibatasi oleh lakrimal anterior dan posterior, dimana tendo kantus medial

melekat. Pada tendo kantus medial merupakan struktur kompleks berkomposisi krura

anterior dan posterior. Dari medial ke lamina papyracea merupakan bagian tengah dari

meatus hidung, kadang juga terdapat sel ethmiod. Bagian kubah dari sakus memanjang

beberapa mm di atas tendo kantus medial. Pada bagian superior, sakus ini dilapisi

dengan jaringan fibrosa. Ini menjelaskan mengapa pada kebanyakan kasus, distensi

sakus lakrimalis memanjang dari inferior ke tendo kantus medial. Pada bagian lateral,

sakus lakrimal ini bersambung pula dengan duktus nasolakrimalis.

Duktus nasolakrimalis berukuran 12mm atau lebih panjang. Berjalan melalui

tulang dalam kanalis nasolakrimalis yang melengkung inferior dan sedikit lateral dan

posterior. Duktus nasolakrimalis ini membuka ke dalam hidung melalui ostium, yang

9

Page 5: dakriosistitis akut

biasanya sebagian dilapisi oleh lipatan mukosa (valva hasner). Kegagalan

pembentukan ostium ini pada kebanyakan kasus adalah disebabkan oleh obstruksi

duktus nasolakrimalis kongenital.(1)

Topografi sistem lakrimal

Suplai darah dari sakus lakrimalis berasal dari cabang palpebra superior dan

inferior dari arteri oftalmica. arteri angularis, arteri infraorbitalis cabang dari arteri

sphenopalatina dan mengalir ke vena angularis, vena infraorbitalis dan vena-vena di

hidung. Saluran getah bening masuk ke dalam glandula submandibular dan glandula

cervical dalam. Persarafan berasal dari cabang nervus infratrochlearis dari nervus

nasociliaris dan antero-superior nervus alveolar.(7)

III. FISIOLOGI SISTEM LAKRIMAL

Sistem lakrimal terdiri atas dua jaringan utama yaitu sistem sekresi lakrimal

atau kelenjar lakrimal dan sistem ekskresi lakrimal. Komponen sekresi terdiri atas

kelenjar yang menghasilkan berbagai unsur pembentuk cairan air mata. Duktus

nasolakrimalis merupakan unsur ekskresi sistem ini yang mencurahkan sekret ke

dalam hidung. Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar air mata utama yang

terletak di fossa lakrimalis di kuadran temporal atas orbita. Kelenjar yang berbentuk

kenari ini dibagi oleh kornu lateral aponeurosis levator menjadi lobus orbita yang

lebih besar dan lobus palpebra yang lebih kecil, masing-masing dengan sistem saluran

pembuangannya tersendiri ke dalam forniks temporal superior. Lobus palpebra

kadang-kadang dapat dilihat dengan membalikkan palpebra superior. Sekresi dari

kelenjar lakrimal utama dipicu oleh emosi atau iritasi fisik dan menyebabkan air mata

mengalir berlimpah melewati tepian palpebra. Persarafan kelenjar utama datang dari

nucleus lakrimalis pons melalui nervus intermedius dan menempuh jalur rumit dari

cabang maxillaris nervus trigeminus.(2,5)

Kelenjar lakrimal tambahan, meskipun hanya sepersepuluh dari massa utama

mempunyai peran penting. Kelenjar Krause dan Wolfring identik dengan kelenjar

10

Page 6: dakriosistitis akut

utama namun tidak memiliki sistem saluran. Kelenjar-kelenjar ini terletak di dalam

konjungtiva, terutama di fornix superior. Sel goblet uniseluler, yang juga tersebar di

konjungtiva menghasilkan glikoprotein dalam bentuk musin.

Sistem ekskresi terdiri atas puncta, kanalis, sakus lakrimalis dan duktus

nasolakrimalis. Setiap berkedip, palpebra menutup menyebarkan air mata secara

merata di atas kornea dan menyalurkan kedalam system ekskresi pada aspek medial

palpebra. Dalam keadaan normal, air mata dihasilkan dengan kecepatan sesuai dengan

jumlah yang diuapkan dan itulah sebabnya hanya sedikit yang sampai ke sistem

ekskresi. Bila memenuhi sakus konjungtiva, air mata akan memasuki puncta sebagian

karena sedotan kapiler. (2)

Gbr.2 Gerakan mengedip yang menyebarkan air mata(6)

Dengan menutup mata, bagian khusus orbikularis pra-tarsal yang mengelilingi

ampula mengencang untuk mencegahnya keluar. Bersamaan waktu, palpebra ditarik

kearah Krista lakrimalis posterior dan traksi fascia mengelilingi sakus lakrimalis

berakibat memendeknya kanalikulus dan menimbulkan tekanan negative di dalam

sakus. Kerja pompa dinamik ini menarik air mata ke dalam sakus yang kemudian

berjalan melalui duktus nasolakrimalis karena pengaruh gaya berat dan elastisitas

jaringan ke dalam meatus inferior hidung.(2)

IV. INSIDEN DAN PREVALENSI Infeksi dari sakkus lakrimalis adalah penyakit umum yang biasanya terdapat pada

bayi atau wanita pasca menopause. Peradangan dan infeksi dari sakus lakrimal paling

11

Page 7: dakriosistitis akut

sering terjadi pada dua kelompok umur, yaitu anak-anak dan dewasa 40 tahun ke atas.

Frekuensi penderita lebih banyak ditemukan pada usia 50-60 tahun. Dakriosistitis

jarang terdapat pada golongan usia pertengahan kecuali sesudah trauma. Pada anak-

anak khususnya yang baru lahir paling sering terjadi kongenital dakriosistitis. Pada

dakriosistitis infantile, tempat stenosis biasanya pada valvula hasner. Tiadanya

kanalisasi adalah kejadian umum (4-7% dari neonatus), namun biasanya duktus itu

membuka secara spontan dalam bulan pertama. Hasil studi juga menunjukkan bahwa

angka 70-83% kasus didapatkan pada wanita. (2,6,8)

V. PATOGENESIS

Dakriosistitis merupakan peradangan sakus lakrimal. Biasanya peradangan ini

dimulai oleh terdapatnya obstruksi duktus nasolakrimalis. Obstruksi ini pada anakanak

biasanya akibat tidak terbukanya membran nasolakrimalis. Sistem nasolakrimalis

berkembang sebagai tabung solid yang kemudian mengalami kanalisasi dan menjadi

paten tepat sebelum cukup bulan. Jika kanalikuli mengalami obstruksi, sebagian

kumpulan air mata yang tidak mengalir dalam sakus dapat terinfeksi dan berakumulasi

sebagai mukokel atau menyebabkan dakriosistitis. Obstruksi sistem drainase

merupakan predisposisi infeksi sakus lakrimalis. Pasien datang dengan pembengkakan

nyeri pada medial orbita, yang merupakan sakus yang membesar dan terinfeksi.(3)

VI. ETIOLOGI

Penyebab dakriosostitis pada umumnya adalah stenosis sakus lakrimalis. Pada bayi,

infeksi menahun menyertai obstruksi duktus nasolakrimalis, namun dakriosistitis akut

jarang terjadi. Dakriosistitis akut pada anak-anak seringkali adalah akibat infeksi

Haemophilus influenzae. Dakriosistitis akut pada orang dewasa biasanya disebabkan

Staphylococcus aureus atau kadang-kadang Streptococcus β hemolyticus. Agen infeksi

dapat ditemukan secara mikroskopik dengan memulas hapus konjungtiva yang

diambil setelah memeras sakus lakrimalis. (2,6)

12

Page 8: dakriosistitis akut

VII. GEJALA KLINIS

Gejala utama dakriosistitis adalah berair mata dan belekan (bertahi mata).

Peradangan berupa pembengkakan, merah dan nyeri, biasanya disertai dengan

pembengkakan kelenjar pre-aurikuler, submandibular serta demam ringan.

Kadangkadang kelopak mata dan daerah sisi hidung membengkak. Gejala

dakriosistitis akut ialah epifora dan regurgitasi pada penekanan daerah sakus lakrimal.

Pada stadium lanjut dapat dapat terjadi komplikasi berupa fistula. Apabila terdapat

erosi kornea misalnya karena trauma, maka erosi akan berkembang menjadi ulkus

kornea. (2)

Gbr.3 Pembesaran sakus lakrimal mata kanan pada dakriosistitis akut(9)

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan adalah:

Dakriosistografi, cara ini relatif mahal dan memerlukan keterampilan ahli

radiologiuntuk mendapatkan foto yang baik.

Sondase horizontal, uji penting dilakukan hanya pada arah horizontal. Hasil

pengujian akan membedakan letak sumbatan pada daerah pra-sakus atau pasca

sakus.(10)

13

Page 9: dakriosistitis akut

IX. DIAGNOSIS BANDING

• Selulitis orbita

• Sinusitis ethmoidal

• Sinusitis frontalis(5)

X. PENATALAKSANAAN

Pengobatan dakriosistitis adalah dengan melakukan pengurutan daerah sakus

sehingga nanah bersih dari dalam kantung dan kemudian diberi antibiotik local dan

sistemik. Bila terlihat fluktuasi dengan abses pada sakus lakrimal maka dilakukan

insisi. Bila kantung lakrimal telah tenang dan bersih maka dilakukan pemasokan

pelebaran duktus nasolakrimalis. Bila sakus tetap meradang dengan adanya obsruksi

duktus nasolakrimal maka dilakukan tindakan pembedahan dakriosistorinostomi atau

operasi toti.

Pengobatan dakriosistitis pada anak (neonates) adalah dengan melakukan pengurutan

kantong air mata kearah pangkal hidung. Dapat diberikan antibiotik atau tetes mata,

sulfonamide 4-5 kali sehari. Bila perlu dapat dilakukan probing ulangan. Pengobatan

dakriosititis akut dewasa adalah dengan kompres hangat pada daerah sakus yang

terkena dalam frekuensi yang cukup sering. Antibiotik yang sesuai, baik sistemik

maupun lokal. Bila terjadi abses dapat dilakukan insisi dan drainase.(5)

XI. PROGNOSIS

Pengobatan dakriosistitis dengan antibiotik biasanya dapat memberikan kesembuhan

pada infeksi akut. Jika stenosis menetap lebih dari 6 bulan maka diindikasikan

pelebaran duktus dengan probe. Satu kali tindakan efektif pada 75% kasus. (11)

14

Page 10: dakriosistitis akut

BAB 3. KESIMPULAN

Dakriosistitis adalah suatu infeksi pada kantong air mata (sakus lakrimalis).

Dakriosistitis terbagi atas akut dan kronik. Bentuk spesial dari inflamasi pada saccus

lacrimalis adalah dakriosistitis kongenital, dimana patofisiologinya terkait erat dengan

embryogenesis sistem eksresi lakrimal. Pada orang dewasa, perempuan lebih sering

terkena dakriosistitis. Umumnya dakriosistitis mengenai umur lebih dari 40 tahun, dan

tertinggi pada usia 60-70 tahun.

Pada dakriosistitis kongenital, kanalisasi yang tidak lengkap dari duktus

nasolakrimalis memiliki peran yang penting dari pathogenesis yang terjadi. Obstruksi

dari bagian bawah duktus nasolakrimalis seringkali ditemukan pada orang dewasa

yang terkena dakriosistitis. Bakteri aerob dan anaerob bisa didapatkan pada kultur dari

anak-anak dan orang dewasa dengan dakriosistitis.

Infeksi menyebabkan nyeri di daerah sekitar kantong air mata yang tampak

merah dan membengkak. Mata menjadi merah dan berair serta mengeluarkan nanah.

Selain itu, penderita juga mengalami demam. Jika infeksi yang ringan atau berulang

berlangsung lama maka sebagian besar gejala mungkin menghilang hanya

pembengkakan ringan yang menetap.

Dakriosistitis akut biasanya berespons terhadap antibiotika sistemik yang

memadai, dan bentuk kronis sering dapat dipertahankan dengan tetesan antibiotika.

Kompres dengan menggunakan desinfektan juga berpengaruh positif terhadap

gangguan klinis. Meskipun begitu, menghilangkan obstruksi adalah penyembuhan

satu-satunya.

15

Page 11: dakriosistitis akut

DAFTAR PUSTAKA

1. Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Structure and Function of the External Eye and

Cornea. In: Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Development, Anatomy and

Physiologi of the Lacrimal Secretory and Drainage System. Singapore:

American Academy of Ophthalmology; 2007. p.259-264

2. Vaughan Daniel. Oftalmologi umum (General Ophthalmology). Widya Medika.

Jakarta. 2000

3. James Bruce. Oftalmologi. Penerbit Erlangga. Jakarta. 2006

4. Ilyas Sidarta,Prof. Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa

kedokteran, edisi ke-2. Sagung Seto. Jakarta.2002

5. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-3. Fakultas kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta.2005

6. Lang Gerhard. Ophtalmology, A Pocket Textbook atlas, second edition. Stuttgart,

New York.2006

7. Pitts R Crick, Tee P Khaw. A Textbook of Clicical Ophthalmology, 3rd edition.

World Scientifis Publishing. Singapore;2003.p.27-29

8. Gilliland Grand. Dacryocystitis. Available from: URL:

HYPERLINK http://www.emedicine.com

9. StLukesEye. Dacrycystitis. St.Luke’s Cataract & Laser Institute. Available From:

www.StLukesEye.com

10. Sastrosatomo Hadisudjono. Penanganan gangguan system ekskresi lakrimal.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.1993

11. Robert Altha. Dacryocystitis. Available from: www.HealthAtoz.com

16

Page 12: dakriosistitis akut

DAFTAR PUSTAKA

1. AAO. 2007. Orbit, Eyelid, and Lacrimal System. Singapore:American Academy of

Ophtalmology.

2. Anonim. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF. Ilmu Penyakit Mata Ed.III.

Surabaya: Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo.

3. Bahar, Ardiansyah. 2009. Dakriosistitis. [serial online]. http://arbaa-

fivone.blogspot.com/2009/03/dakrisistitis.html. [17 November 2010].

4. Barathi, Ramakrishnan, Maneksha, Shivakumar, Nithya dan Mittal. 2007. Comparative Bacteriology of Acute and Chronic Dacryocystitis. [serial online]. http://www.eye.com/. [7 November 2010].

5. Ellis, Harold. 2006. Clinical Anatomy, A Revision and Applied Anatomy for Clinical Students Eleventh Edition. Massachusetts, USA : Blackwell Publishing, Inc .

6. Gilliland, G.D. 2009. Dacryocystitis. [serial online]. http://www.emedicine.com/. [7

November 2010].

7. Ilyas, Sidharta. 2006. Dasar-Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata Edisi

Kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

17

Page 13: dakriosistitis akut

8. Ilyas, Sidharta. 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

9. Kaneshiro, N.K. 2010. Blocked Tear Duct. [serial online].

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001016.htm. [24 November 2010]

10. Kassir, Kari. 2007. Dacryocystitis. [serial online].

http://www.doctorofusc.com/condition/document/237309.htm. [24 November 2010]

11. Leitman, M.W. 2007. Manual for Eye Examination and Diagnosis Seventh Edition. Massachusetts, USA : Blackwell Publishing, Inc .

12. Mamoun, Tarek. 2009. Chronic Dacryocystitis. [serial online]. http://

eyescure.com/Default.aspx?ID=84. [20 November 2010]

13. Mamoun, Tarek. 2009. Congenital Dacryocystitis. [serial online].

http://eyescure.com/Default.aspx?ID=83. [20 November 2010].

14. Mamoun, Tarek. 2009. Acute Dacryocystitis. [serial online].

http://eyescure.com/Default.aspx?ID=85. [20 November 2010].

15. O'Brien, Terrence P. 2009. Dacryocystitis. [serial online].

http://www.mdguidelines.com/dacryocystitis.htm. [13 November 2010]

18

Page 14: dakriosistitis akut

16. Sanders, Laura. ____. Cosmetic Facial and Eye Plastic Surgery Evaluation. [serial

online]. http://drlaurasanders.com/topics/102-Evaluation/. [11 November 2010]

17. Sowka, J.W., Gurwood, A.S., dan Kabat, A.G. 2010. Review of Optometry, The

Handbook of Occular Disease Management Twelfth Edition. [serial online].

http://www.revoptom.com/. [9 November 2010]

18. Yohai, Robert. ____. Cosmetic and Reconstructive of The Eyelids, Orbits, and Tear

Ducts. [serial online]. http://www.dryohai.com/102-Evaluation.htm. [10 November 2010]

19. Yuliani, Putri. 2009. Pendekatan Sederhana dan Evolusional Untuk Merekanalisasi

Obstruksi Duktus Nasolakrimalis. [serial online].

http://www.scribd.com/doc/37289785/Journal-Reading-Rekanalisasi-Obstruksi-Sistem-

Lakrimalis#. [15 November 2010]

20. Zulvikar. 2009. Dakriosistitis. [serial online]. http://zulvikar.web.id/dakriosistitis/. [2

November 2010]

19