Upload
adrie-gak-yakin
View
21
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ho
Citation preview
DAFTAR ISIDAFTAR ISI................................................................................................................................ i
HPDC (HIGH PRESSURE DIE CASTING)........................................................................................1
1.1 SEJARAH PERKEMBANGAN HPDC..................................................................................................11.2 KONVENSIONAL HPDC................................................................................................................21. 3 KONSTRUKSI CETAKAN (DIE CONSTRUCTION)..................................................................................31.4 PROSES PADA HPDC..................................................................................................................5
1.4.1 Proses Hot Chamber......................................................................................................51.4.2 Proses Cold Chamber.....................................................................................................6
1.5 SISTEM INJEKSI LOGAM CAIR........................................................................................................71.6 DIE COATING............................................................................................................................81.7 FLUIDITAS LOGAM CAIR PADA HPDC.............................................................................................91.8 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN HPDC..........................................................................................101.9 PERMASALAHAN PADA KONVENSIONAL DIE CASTING......................................................................111.10 STRATEGI MEMPERBAIKI KEMAMPUAN DIE CASTING....................................................................141.11 PROSES HIGH INTEGRITY DIE CASTING.......................................................................................141.12 PERBANDINGAN DIE CASTING DENGAN PROSES LAINNYA................................................................15
REFERENSI.............................................................................................................................. 16
BIBLIOGRAPHI........................................................................................................................ 17
HPDC (High Pressure Die Casting)
1.1 Sejarah perkembangan HPDCProses pengecoran merupakan metoda tertua dalam
pembuatan produk logam. Pada awalnya proses pengecoran
(masih digunakan hingga sekarang), cetakan atau pembentuk
dipecahkan atau dirusak setelah pembekuan agar produk
dapat dikeluarkan dari cetakan. Penggunaan cetakan
permanen yang dapat memproduksi jumlah yang tidak
terbatas tanpa merusak cetakan merupakan salah satu
alternatif pemecahan.
Pada abad pertengahan para pengrajin menggunakan
cetakan besi untuk memproduksi perkakas (gambar 1).
(a) (b)Gambar 1(a) Komponen dari hasil pengecoran dilapisi zinc dan dipolish (b) Conector
housing, komponen dengan keakurasian tinggi
Informasi tentang revolusi dibidang pengecoran terjadi
pada saat Johannes Gutenberg mengembangkan sebuah
metoda untuk membuat tipe penggerak dengan produksi
massal dengan cetakan logam permanen. Teknik ini terus
mengalami perkembangan. Pada akhir abad 19, proses
pengecoran dikembangkan dengan cara menginjeksikan
logam kedalam cetakan (metal dies) dengan menggunakan
tekanan. Perkembangan ini mencapai puncaknya ketika
Ottmar Mergantler membuat mesin linotype.
H. H. Doehler diberikan penghargaan untuk mesin
produksi die casting (Doehler, 1910) yang memproduksi
komponen logam dengan volume tinggi, ditunjukkan pada
gambar 1, data diagram dengan paten 973,483 (gambar 1).
Pada awalnya hanya paduan Zinc yang digunakan pada die
casting, namun permintaan akan logam lain memicu
pengembangan material die dan variasi proses. Tahun 1915,
Aluminium digunakan pada die casting dengan jumlah
banyak. Pengembangan berlanjut selama berabad-abad
membawa peningkatan kemampuan proses dan integritas
komponen die casting.
Gambar 2Gambar 2 Paten diagram filed Dohler untuk mesin die casting
1.2 Konvensional HPDCKonvensional die cast secara tradisional hanya
digunakan untuk memproduksi komponen-komponen kecil
namun dari penelitian sebelumnya membuktikan teknik ini
juga digunakan untuk memproduksi komponen-komponen
besar seperti kerangka pintu mobil atau housing transmisi.
Konvensional die cast juga dapat digunakan untuk berbagai
sistem paduan dengan titik lebur rendah termasuk
aluminium, zinc, magnesium, timah hitam, dan perunggu
(Fredriksson dan Akerlind, 2006). Pada prinsipnya HPDC
adalah mendorong logam cair pada shot tube ke dalam
cetakan dengan tekanan, tekanan ini dapat mencapai 100
MPa. Pada tabel 1 ditunjukkan tekanan yang digunakan untuk
beberapa jenis part (Brown, 1999).
Tabel 1 Pedoman angka untuk pengecoran bertekananTabel 2
1. 3 Konstruksi Cetakan (Die Construction)Cetakan atau perkakas die casting dibuat dari paduan
tool steel terdiri dari dua bagian, fixed die half atau cover
half, dan ejector die half, untuk mengeluarkan benda cor.
Pada cetakan modern mempunyai penggerak luncur, inti atau
potongan-potongan untuk membuat lubang, ulir dan bentuk
lain yang diinginkan dalam pengecoran. Lubang saluran
turun pada fixed die half merupakan tempat lewatnya logam
cair sebelum memasuki cetakan dan mengisi rongga cetakan.
Ejector half biasanya terdiri dari saluran dan pintu masuk
(inlet) yang mengalirkan logam cair ke rongga cetakan. Pin
pengunci berfungsi untuk mengamankan kedua bagian,
membantu dalam mengeluarkan benda cor, dan membuka
cairan pendingin dan pelumas.
Saat cetakan ditutup, kedua bagian cetakan dikunci dan
disatukan dengan tekanan mesin hidrolik. Permukaan dimana
ejector dan fixed half disatukan disebut "die parting line."
Total luas permukaan area proyeksi benda cor diukur pada
die parting line, dan tekanan yang dibutuhkan mesin untuk
menginjeksi logam ke rongga cetakan menentukan besar
gaya cekam mesin.
Pada HPDC terdapat empat jenis die (NADCA, 2004):
1. Single cavity untuk produksi satu komponen (gambar
3a)
2. Multiple cavity untuk produksi sejumlah komponen yang
identik (gambar 3b)
3. Unit die untuk produksi komponen dengan bentuk yang
berbeda pada satu waktu (gambar 3c)
Gambar 3Gambar 3 a. Single cavity, b. Multiple cavity, c. Unit die
4. Die kombinasi untuk menghasilkan beberapa part yang
berbeda untuk sebuah rakitan (gambar 4)
Gambar 4Gambar 4 Combination dieUntuk lebih jelasnya pada lampiran 1-5 ditunjukkan berbagai
jenis mesin yang digunakan pada proses HDPC (NADCA,
2004).
1.4 Proses pada HPDCKonvensional die casting mempunyai dua proses dasar:
proses hot chamber dan proses cold chamber.
1.4.1 Proses Hot ChamberGambar 5 menunjukkan skema mesin pengecoran hot
chamber.
Gambar 5 Skema mesin pengecoran Hot chamber
Mesin hot chamber dapat beroperasi dengan cepat
dengan waktu siklus bervariasi dari kurang dari satu detik
(untuk berat komponen kurang dari beberapa gram) hingga
30 detik (untuk komponen dengan berat beberapa kilogram).
Gambar 6 Skema siklus operasi hot chamberSiklus dasar pengoperasian seperti berikut (gambar 6):
(i) cetakan ditutup dan saluran gooseneck diisi dengan logam
cair, biasanya proses pengisian berkisar antara 5 hingga 40
msec; (ii) plunger mendorong logam cair melalui saluran
gooseneck dan nozzle; (iii) cetakan dibuka dan inti
dimundurkan; logam cor tinggal pada ejector die; plunger
kembali keposisi semula, menarik logam cair kembali melalui
nozzle dan gooseneck; (iv) pin ejector mendorong benda cor
keluar dari ejector die. Plunger membuka lubang inlet, logam
cair mengisi silinder gooseneck. Hot chamber die casting
biasanya digunakan untuk logam dengan temperatur cair
yang rendah dan logam yang tidak bereaksi membentuk
paduan dengan logam die (baja) seperti timah hitam, timah
putih dan zinc (eFunda, 1999). Logam dengan temperatur
leleh tinggi seperti paduan aluminium menyebabkan
degradasi secara cepat pada sistem injeksi logam. Mesin hot
chamber ini gambaran lengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 2.
1.4.2 Proses Cold ChamberMesin cold chamber die casting (lampiran 1) khusus
digunakan untuk komponen die cast yang menggunakan
perunggu dan paduan aluminium.
Gambar 7 Skema mesin pengecoran cold chamberGambar 7 menunjukkan sebuah ilustrasi mesin cold
chamber, sistem injeksi logam hanya dalam waktu singkat
bersentuhan dengan logam cair. Logam cair dituang dengan
menggunakan ladel (sendok) ke shot sleeve untuk setiap
siklusnya. Saluran die dan ujung piston disemprot dengan
dengan oli atau pendingin agar terlindungi. Perlakuan ini
memperpanjang umur bahan die dan mengurangi adhesi pada
pembekuan komponen.
Untuk semua proses pengecoran mempunyai siklus
produksi yang sama, pada gambar 8 ditunjukkan ilustrasi
model siklus menggunakan proses die casting cold chamber.
Siklus operasi sebagai berikut: (a) Cetakan ditutup dan logam
cair dituang pada cold chamber cylinder; (b) kemudian
dengan cepat plunger mendorong logam cair; (c) ke dalam
cetakan dengan tekanan tinggi; (d) tekanan tinggi
dipertahankan selama proses pembekuan; (e) setelah
pembekuan selesai, cetakan dibuka, plunger mendorong
terak beku keluar silinder (f), jika terdapat inti, inti
dimundurkan, pin ejector mendorong komponen keluar dan
plunger kembali ke posisi awal. Proses ini sangat berguna
untuk logam dengan temperatur cair tinggi seperti aluminium
dan tembaga (dan paduannya).
Gambar 8. Siklus pengecoran untuk cold chamber die casting
1.5 Sistem Injeksi Logam CairPada proses HPDC terdapat dua jenis sistem injeksi yaitu
(Campbell, 1991):
1.Horizontal Injection
Sistem injeksi ini terdiri dari tiga tahapan utama: i)
piston dengan akselarasi terkontrol mendorong logam
cair dari shot sleeve; ii) pengisian rongga cetakan
dengan cepat; iii) penahanan dengan tekanan tinggi
2.Vertical injection
Sistem ini pertama kali didesain oleh Joseph Polak,
seorang insinyur berkebangsaan Ceko pada tahun 1920.
Desain yang lebih modern menggunakan vakum untuk
mengisi shot sleeve (gambar 9), desain ini memiliki
beberapa kelebihan yaitu kualitas logam cair yang lebih
baik pada pengisian shot sleeve dan pengontrolan yang
lebih baik pada pengisian logam cair pada rongga
cetakan. Namun sistem ini juga memiliki kekurangan
yaitu biaya perawatan lebih mahal.
Gambar 9. Skema sistem injeksi a) horizontal injection; b) vertical injection
1.6 Die CoatingRefraktory die coatings tidak digunakan pada pengecoran
bertekanan karena perpindahan panas yang tinggi
dibutuhkan untuk mendinginkan logam cor dengan cepat
dan memenuhi waktu siklus pengecoran dengan cepat.
Namun cetakan harus disemprot diselang waktu pengisian
dengan lubricant. Pada siklus cetakan dengan temperatur
tinggi (250-300ºC) dan dengan interval injeksi logam cair
pada tekanan tinggi, logam cair akan merusak dan
mengelas cetakan baja. Lubricant diperlukan untuk
melindungi cetakan dari kerusakan metalurgi dan erosi,
dan juga melumasi saluran, inti, dan ejector pin untuk
mecegah kerusakan. Pelapisan juga harus memiliki fungsi
sebagai pendingin, pada pressure die casting terdapat dua
jenis lubricant (Brown, 1999):
1.Lubricant untuk mekanis
Lubricant berbahan dasar air dan minyak dalam bentuk
graphit dan non graphit. Lubricant padat diinjeksikan
pada cold chamber dengan Power Lube PL300
penggunaan biasanya 0.5-2.5 gram dan bergantung
terhadap ukuran piston dan berat logam cor.
2.Lubricant untuk permukaan cetakan.
Ada banyak produk kimia yang dapat digunakan untuk
pelumasan permukaan cetakan seperti:
Aluminium SL-7562 untuk medium dan heavy duty
aluminum casting
SL-7577 untuk heavy duty aluminum casting
1.7 Fluiditas logam cair pada HPDCFluiditas adalah maksimum jarak yang ditempuh logam cair
pada cetakan standar (Campbell, 1991). Sumber lain (Han
dan Xu, 2005) mendefinisikan bahwa fluiditas adalah
pengukuran secara empiri seberapa jauh jarak aliran logam
cair yang mengalir pada saluran tertentu sebelum terhenti
akibat pembekuan.
Gambar 10. Grafik hubungan Fluidity length dan solidus temperatur (Han dan Xu, 2005)
Peneltian Han dan Xu, 2005, menggunakan dua metoda
dalam mengukur fluiditas pada HPDC yaitu dengan Ragone
Test dan Die Casting Conditions, hasilnya panjang fluiditas
berkurang seiring bertambahnya temperatur solidus paduan
(gambar 10), hal ini merupakan suatu hal yang unik pada
HPDC karena tekanan tinggi digunakan untuk menginjeksi
logam cair ke dalam rongga cetakan, logam cair dapat
mengalir pada fraksi solid tinggi dibandingkan pada kondisi
die casting normal.
1.8 Kelebihan dan kekurangan HPDC Konvensional die casting merupakan proses yang efisien
dan ekonomis dengan penggunaan yang optimal produknya
dapat menggantikan komponen sejenis yang diproduksi
dengan berbagai proses manufaktur. Penggabungan cetakan
menjadi satu mengurangi biaya dan upah buruh. Proses ini
akan menguntungkan jika jumlah komponen yang dicor
melebihi 5000 hingga 10000. Umur cetakan HPDC bervariasi
dari 8000 kali pengecoran untuk perunggu dan 800.000 kali
pengecoran untuk paduan zinc. Berikut keuntungan dan
kerugian metoda ini (Jorstad, 2003):
Tabel 2 Kelebihan dan kekurangan proses HPDC
Keuntungan Kekurangan
Proses sangat cepat,
Dapat membuat komponen
sangat tipis dan rumit
Tingkat presisi tinggi
dibandingkan dengan
proses konvensional
Hanya memerlukan sedikit
pengerjaan untuk finishing
Part inset dapat digunakan
pada awal proses contoh
bearing dan baut
Biaya bengkel sangat
mahal karena penggunaan
tekanan tinggi dan thermal
fatigue tinggi
Proses pengisian sangat
cepat mengakibatkan
aliran turbulen yang dapat
menyerap gas dalam
jumlah besar
Komponen dengan
menggunakan inti biasanya
sangat sulit untuk dicor.
Hanya dapat mengecor
logam dengan titik lebur
rendah.
1.9 Permasalahan pada Konvensional Die CastingPada pasar global saat banyak produk yang dihasilkan
dari die casting konvensional. Namun teknik ini mempunyai
keterbatasan untuk penggunaan dalam skala yang lebih besar
yaitu adanya kecenderungan mengalami cacat porositas.
Porositas membatasi penggunaan proses die casting
konvensional untuk menghasilkan komponen. Pressure vessel
harus bebas dari kebocoran. Hal ini hampir tidak dapat
dipenuhi pada proses ini, lebih lanjut pendeteksian porositas
sangat sulit.
Porositas disebabkan oleh dua sumber: penyusutan
selama pembekuan dan gas yang terjebak. Pada umumnya
paduan memiliki densitas yang lebih tinggi pada keadaan
padat dibanding pada keadaan cair sehingga terbentuk
shrinkage porosity pada pembekuan. Pengisian saluran yang
mengakibatkan aliran turbulen menjebak gas-gas dan
membentuk porositas. Parameter lain yang dapat
menyebabkan porositas adalah temperatur furnace,
temperatur die, kecepatan plunger, dan kenaikan tekanan
(Tsoukolas dkk, 2004).
Penelitian lain menyebutkan adanya pengaruh tebal
dinding cetakan terhadap pembentukan porositas dimana
persentasenya berkurang dengan bertambahnya ketebalan
dinding. Berikut grafik hubungan ketebalan dinding dan
persentase porositas dari beberapa bahan (AZ91, AM50,
MR1153M) (Aghion dkk, 2007):
Gambar 11. Grafik hubungan tebal dinding cetakan dan persentase porositas
Pada dinding tipis, logam cair mengalami aliran turbulensi
tinggi menambah porositas yang disebabkan gas dan
penyusutan
Porositas mempengaruhi sifat-sifat mekanis komponen
die cast, cacat ini menyebabkan konsentrasi tegangan dan
mengawali retak. Banyak penelitan dilakukan untuk
mempelajari variasi porositas dengan berbagai kondisi
operasi (Lindsey dan Wallace, 1972), (Vinarcik dan Mobley,
1992). Beberapa metoda telah dikembangkan untuk
memperhitungkan porositas pada komponen die cast (Gordon
dkk, 1991), total porositas yang ada pada komponen
ditentukan dengan persamaan:
%P=(penyusutan pembekuan)+(kontribusi gas)...........(1)
yang kemudian didefinisikan:
%P=βV∗¿V c
+(φ TρL(273K )P )¿¿¿
............................................(2)
Dimana:
%P = persen porositas (%)
β = faktor penyusutan pembekuan (%)
V* = volume cairan dalam saluran yang tidak mensuplai
logam cair selama pembekuan (cm3)
Vc = volume saluran pengecoran (cm3)
T = Suhu gas selama pembekuan (atm)
P = Tekanan yang digunakan pada saat pembekuan (atm)
Φ = fraksi gas yang tidak menyebabkan porositas
penyusutan pembekuan
ρ = Densitas logam cair pada temperatur cair (gr/cm3)
ν = jumlah gas yang terkandung dalam logam cor pada
temperatur standard dan kondisi tekanan (273K pada
1 atm) (cm3/100gr paduan)
ν* = Batas kelarutan gas dalam padat pada temperatur
solidus dengan temperatur standar dan kondisi
tekanan (cm3/100gr paduan)
Bagian pertama dari persamaan diatas adalah
hubungan porositas selama penyusutan pembekuan. Bagian
kedua pada persamaan 2 menggambarkan porositas gas yang
terjebak. Total gas yang terkandung pada logam cor termasuk
gas dari jebakan fisik, gas dari dekomposisi lubrikan dan gas
yang larut dari paduan. Hubungan ini dapat digambarkan
secara matematis,
ν = νEntrained + νLube + νSoluble gas .........................................(3)
Masing-masing kontribusi gas pada persamaan 3 dibuat
dalam cm3 pada temperatur standar dan kondisi tekanan per
100gr paduan.
Perhitungan persentase porositas juga dilakukan oleh
Tsoukolas dkk, 2004 dengan metode pendekatan Taguchi dan
percobaan berikut persentase kontribusi masing-masing
parameter (temperatur furnace, temperatur die, kecepatan
plunger, dan kenaikan tekanan) terhadap porositas logam
cor:
Tabel 3 Persentase kontribusi variabel terhadap porositasTabel 3
Sebagai tambahan struktur mikro pada die casting
konvensional tidak dapat memenuhi syarat mekanis yang
dibutuhkan untuk beberapa aplikasi. Perlakuan panas yang
dapat mengubah struktur mikro tidak dimungkinkan karena
kerusakan terjadi selama proses thermal. Oleh karena
keterbatasan ini para insinyur beralih ke proses lain seperti
investment casting, forging, injection moulding, dan
perakitan untuk memenuhi persyaratan mekanis walau proses
ini lebih mahal dibanding konvensional die casting, pada
biaya material dan waktu proses.
1.10 Strategi Memperbaiki Kemampuan Die CastingBeberapa usaha telah dibuktikan dalam memperluas
kemampuan conventional die casting dengan waktu siklus
singkat, kestabilan ukuran dan beberapa keuntungan lainnya.
Ada tiga strategi yang dapat memperbaiki kemampuan proses
die casting:
1. Mengurangi atau menghilangkan pengaruh gas-gas yang
terjebak.
2. Mengurangi atau menghilangkan penyusutan pembekuan.
3. Mengubah struktur mikro logam.
Strategi satu dan dua mempengaruhi terhadap jumlah
porositas seperti pada persamaan 1. Strategi ketiga mengacu
pada sifat mekanis dengan memodifikasi struktur dasar
komponen logam cor. Komposisi kimia paduan berpengaruh
terhadap morfologi, dan hubungan porositas pada logam cor
(Lee dan Gokhale, 2006)
1.11 Proses High Integrity Die Casting Proses die casting dengan integritas tinggi yang telah
berhasil dikembangkan dan digunakan untuk produksi
komersil dengan skala besar adalah vacuum die casting,
squeeze casting dan semi-solid metalworking (Jorstad, 2003).
Vacuum die casting menggunakan pengontrol vakum
untuk mengekstrak gas-gas dari saluran cetakan dan sistem
saluran turun selama proses injeksi. Proses ini meminimalkan
jumlah νentrained dan νLube seperti pada persamaan 3.
Squeeze casting dicirikan dengan penggunaan daerah
pengisian yang luas. Pada proses vacuum die casting
dirancang untuk meminimalkan jumlah νentrained dan νLube
dengan mekanisme yang berbeda. Pengisian secara planar
membuat gas-gas lepas dari cetakan melalui ventilasi yang
tetap terbuka selama injeksi logam cair. Daerah pengisian
yang luas membuat tekanan dapat dipertahankan selama
pembekuan, mengurangi besaran V* seperti pada persamaan
2. Porositas akibat gas yang terjebak dan penyusutan selama
pembekuan dapat berkurang dengan squeeze casting.
Pengerjaan logam semi-solid adalah proses yang paling
rumit pada proses high integrity die casting. Selama proses
campuran setengah solid dan setengah liquid diinjeksi ke
dalam saluran cetakan. Pengisian secara planar
meminimalkan gas yang terjebak seperti pada proses squeeze
casting. Penyusutan selama pembekuan menjadi sangat
berkurang karena logam yang diinjeksi telah berbentuk
padat. Porositas pada proses ini sesuai dengan persamaan 1.
Dengan mengurangi porositas struktur mikro yang unik
dibentuk selama proses pengerjaan logam dengan sifat
mekanis lebih baik dibanding proses die casting biasa.
1.12 Perbandingan Die Casting dengan proses lainnyaDie casting vs. plastic molding - Die casting menghasilkan
komponen yang lebih kuat dengan toleransi yang hampir
sama dengan kestabilan dan umur pakai lebih lama.
Komponen dari pengecoran lebih tahan terhadap temperatur
ekstrem dan sifat listrik paling baik..
Die casting vs. sand casting - Die casting dapat memproduksi
komponen tipis, ukuran yang tepat dan permukaan yang
halus. Waktu produksi cepat dengan upah buruh per casting
lebih rendah. Biaya untuk finishing juga rendah.
Die casting vs. permanent mold – mempunyai kelebihan yang
sama dengan permanent moulding.
Die casting vs. forging - Die casting dapat membuat
komponen dengan bentuk kompleks, toleransi ketat, dinding
tipis dan biaya finishing rendah. Lubang dengan inti tidak
terdapat pada forging.
Die casting vs. stamping - Die casting dapat membuat
komponen dengan ketebalan yang bervariasi.
Die casting vs. screw machine products - Die casting dapat
membuat komponen dengan bentuk yang sulit atau hampir
tidak mungkin dari batangan logam dengan tanpa
penyetingan perkakas. Proses die casting lebih sedikit operasi
dan bahan yang terbuang.
Referensi1Aghion, E., Moscovitch, N. dan Arnon, A., 2007, “1The
Correlation Between Wall Thickness and Properties of
HPDC Magnesium Alloys”, 1Material Science and
Engineering, 1Elsevier, vol.10, pp. 341-346
Brown, J. R., 1999, “Fonseco Non-Ferrous Foundryman’s
Handbook”, Butterworh-Heinemann, Edisi 11
Campbell, J., 1991, “Casting”, Butterworh-Heinemann, pp. 74
Doehler, H., 1910, ”Art of and Apparatus for Casting Fluid
Metal”, United States Patent 973,473, United States
Patent and Trade Mark Office, Washington, D.C.
eFunda (Engineering Fundamentals) (1999) Die Casting.
Retrieved 15 November 2004. From
http://www.efunda.com/processes/metal_processing/
die_casting.cfm
Fredriksson, H., dan Akerlind, U., 2006, “Component
Casting”, Material Processing during Casting, John Wiley
& Sons, Ltd.
Lee, S. G. dan Gokhale, A. M., 2006, “Visualization of Three-
dimensional Pore Morphologies in a High-Pressure Die
Cast Mg-Al-RE Alloy”, Scripta Materialia, Elsevier, vol.
56, pp. 501-504
Lindsey, D., dan Wallace, J., 1972, “Effect of Vent Size and
Design, Lubricant Practice, Metal Degassing, Die
Texturing and Filling of Shot Sleeve on Die Casting
Soundness”, Proceedings 7th International Die Casting
Congress, pp. 1-15.
Han, Q., dan Xu, H., 2005, “Fluidity of Alloys Under High
Pressure Die Casting Condition”, Scripta Materialia,
Elsevier, vol. 53, pp.7-10.
Jorstad, L. J., 2003, “High Integrity Die casting Process
Variations”, International Conference on Structural
Aluminum CastingNov 2-4, Orlando FL
NADCA (North American Die Casting Association) (2004)
Retrieved 17 November. 2004. From
http://www.diecasting.org .
1Tsoukalas, V. D., Mavrommatis, St. A., Orfanoudakis, N. G.
dan Baldoukas, A. K., 2004, “1A Study of Porosity
Formation in Pressure Die Casting Using the Taguchi
Approach”, 1Proceeding of the Institution of Mechanical
Engineers, 1ProQuest, vol.218, pp. 77
Vinarcik, E., dan Mobley, C., 1992, “Decomposition and
Gasification Characteristics of Die Casting Plunger
Lubricants”, Report No.ERC/NSM-TB-91-04-C, The Ohio
State University Engineering Research Center for Net
Shape Manufacturing.
Bibliographi www.diecasting.org/faq about die casting.htm
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6