35
BAB I PENDAHULUAN Hemoptisis atau batuk darah merupakan salah satu keadaan kegawatan dalam bidang kedokteran yang harus mendapatkan pertolongan segera. Kejadian ini merupakan peristiwa yang sering dijumpai dalam praktek sehari- hari di dalam maupun di luar rumah sakit yang menjadi salah satu penyebab penderita datang berobat, oleh karena merupakan tanda penyakit yang dideritanya berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. 1 Pada umumnnya, pasien dengan batuk darah telah mempunyai penyakit yang mendasari dengan gejala lain sebelumnya, seperti batuk atau sesak. Tetapi gejala ini tidak sampai mendorong pasien untuk datang berobat. Hingga muncul gejala batuk darah, yangmerupakan keadaan yang menakutkan bagi pasien dan keluarga, hingga akan mendorongpasien untuk datang berobat. 1,2 Batuk darah merupakan salah satu gejala yang paling penting pada penyakit paru.Oleh karena batuk darah mempunyai potensi untuk terjadi kegawatan akibat perdarahan yangterjadi, bila tidak segera ditangani secara tepat dan intensif, batuk darah yang masif akanmenyebabkan angka kematian yang tinggi. 1

Css Batuk Darah

  • Upload
    tuizky

  • View
    91

  • Download
    8

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Css Batuk Darah

BAB I

PENDAHULUAN

Hemoptisis atau batuk darah merupakan salah satu keadaan kegawatan

dalam bidang kedokteran yang harus mendapatkan pertolongan segera. Kejadian

ini merupakan peristiwa yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari di dalam

maupun di luar rumah sakit yang menjadi salah satu penyebab penderita datang

berobat, oleh karena merupakan tanda penyakit yang dideritanya berbahaya dan

dapat menyebabkan kematian. 1

Pada  umumnnya,  pasien  dengan  batuk  darah  telah  mempunyai

penyakit  yang mendasari dengan gejala lain sebelumnya, seperti batuk

atau sesak. Tetapi gejala ini tidak  sampai mendorong pasien untuk

datang berobat. Hingga muncul gejala batuk darah, yangmerupakan

keadaan yang menakutkan bagi pasien dan keluarga, hingga akan

mendorongpasien untuk datang berobat. 1,2

Batuk darah merupakan salah satu gejala yang paling penting

pada penyakit paru.Oleh karena batuk darah mempunyai potensi untuk terjadi

kegawatan akibat perdarahan yangterjadi, bila tidak segera ditangani secara

tepat dan intensif, batuk darah yang masif akanmenyebabkan angka

kematian yang tinggi. 1

Angka kejadian hemoptisis di klinik paru berkisar antara 10 sampai 15

persen dan untuk negara dengan angka kejadian tuberkulosis yang tinggi

merupakan penyebab terjadinya hemoptisis masif sebesar 20 persen. Sedangkan

yang disebabkan oleh bronkiektasis sebesar 45 persen dan pada tumor sebesar 10

persen. 1

Komplikasi yang sering terjadi adalah asfiksia, kehilangan darah yang

banyak dalam waktu singkat dan penyebaran penyakit ke jaringan paru yang

sehat. Batuk darah sendiri terkadang sulit didiagnosis, salah satu faktor

penyebabnya adalahakibat ketakutan pasien mengenai gejala ini hingga terkadang

Page 2: Css Batuk Darah

pasien akan menahan batuknya,hal ini akan memperburuk keadaan karena akan

timbul penyulit. Oleh sebab itu pengertian yang seksama mengenai hemoptisis

diharapkan mampu memberikan penatalaksanaan yang optimal pada penderita. 1-3

Page 3: Css Batuk Darah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Hemoptisis

2.1.2 Anatomi vaskularisasi paru

Gambar 2.1 Skema sirkulasi bronchial dan anastomase sirkulasi bronchial

dengan sirkulasi pulmonal

Bronkus, jaringan ikat paru dan pleura visceralis menerima darah dari arteri

bronchial yang merupakan cabang dari aorta descendens. Vena bronchiales (yang

berhubungan dengan vena pulmonales) mengalirkan darahnya kevena azigos dan

vena hemiazigos3,4.

Alveoli menerima darah terdeoksigenasi dari cabang-cabang terminal arterie

pulmonalis.darah yang teroksigenasi meninggalkan kapiler-kapiler alveoli masuk

kecabang-cabang venae pulmonalis yang mengikuti jaringan ikat septa

intersegmentalis keradix pulmonalis3,4.

Sirkulasi bronkial :

nutrisi pada paru dan saluran napas

tekanan pembuluh darah sistemik

cenderung terjadi perdarahan lebih hebat

Sirkulasi pulmonar

mengatur pertukaran gas

tekanan rendah

Page 4: Css Batuk Darah

2.1.3Definisi

Hemoptisis (batuk darah) adalah pengeluaran darah atau darah bercampur

dengan sputum dari saluran nafas. Dahulu hemoptisis sering disebut sebagai

hemoptisis masif bila darah yang dibatukkan antara 100-1000 ml dalam 24 jam,

sering diambil batasan 600 ml. Saat ini istilah hemoptisis massif sudah tidak lagi

digunakan, saat ini istilah yang sering digunakan alah hemoptisis life threatening,

yang didefinisikan sebagai1,2,5,7,8 :

hemoptisis > 100 ml per 24 jam

menyebabkan gangguan pertukaran gas/obstruksi saluran nafas

menyebabkan instabilitas hemodinamik (emergency)

Berdasarkan perkiraan jumlah darah yang dibatukkan, hemoptisis

diklasifikasikan sebagai berikut1,5,8 :

1. Bercak (Streaking) : <15-20 ml/24 jam

Yang sering terjadi darah bercampur dengan sutum. Umumnya pada

bronkitis.

2. Hemoptisis: 20-600 ml/24 jam

Hal ini berarti perdarahan pada pembuluh darh yang lebih besar. Biasanya

pada kanker paru, pneumonia, TB, atau emboli paru.

3. Hemoptisis massif : >600 ml/24 jam

Biasanya pada kanker paru, kavitas pada TB, atau bronkiektasis.

Page 5: Css Batuk Darah

4. Pseudohemoptisis

Merupakan batuk darah dari struktur saluran napas bagian atas (di atas

laring) atau dari saluran cerna atas atau hal ini dapat berupa perdarahan

buatan (factitious).

2.2 Ciri-Ciri

Tabel 2.1 Perbedaan Hemoptisis dan hematemesis

Ciri-ciri Hemoptisis Hematemesis

Riwayat

Pemeriksaan

sputum

Laboratorium

mual dan muntah (-)

didahului dengan perasaan

ingin batuk

Penyakit paru (+)

Kemungkinan asfiksia

Berbusa

Warna merah terang

PH basa

Gabungan makrofag &

neutrofil

Mual dan muntah (+)

Penyakit Liver, Gaster

Jarang asfiksia

Jarang berbusa

Merah tua, coklat, ampas

kopi

PH asam

Bercampur partikel

makanan

2.3 Etiologi

Hampir 90% kasus hemoptisis, perdarahan berasal dari arteri bronkial, yang

berasal dari aorta dan arteri interkostal, 5 % kasus lainnya berasal dari arteri

pulmonal dan sisanya berasal dari arteri –arteri kolateral5,6.

Penyebab paling umum dari perdarahan saluran nafas pada cabang

trakeobronkial dapat diakibatkan oleh proses inflamasi (bronchitis akut atau

kronis, bronkiektasis) atau oleh neoplasma (karsinoma bronkogenik, metastase

karsinoma endobronkial, tumor karsinoid bronchial). Sumber yang terlokalisasi,

seperti pada infeksi (pneumonia, abses paru, tuberculosis), atau dari proses difus

Page 6: Css Batuk Darah

yang mempengaruhi seluruh parenkim paru (seperti pada koagulopati atau pada

proses autoimun seperti pada sindrom goodpasture’s5,6.

Tabel 2.2 Penyebab tersering hemoptisis berdasarkan lokasi

Sumber perdarahan selain

traktus respiratorius

inferior

Berasal dari parenkim

paru

Berasal dari vascular

primer

perdarahan saluran nafas

atas

perdarahan

gastrointestinal

trakeobronkial

neoplasma (karsinoma

bronkogenik, metastase

endobronkial, karsinoma

bronkial)

bronchitis akut/kronis

bronkiolitiasis

Airway trauma

benda asing

Abses paru

pneumonia

TB

Mycettoma (fungus

ball)

Syndrom goodpasture

Idiopatik Pulmonal

Hemosiderosis

Wegener’s

Granulomatosis

Lupus pneumonitis

Long contusion

Malformasi

arteriovenosa

emboli paru

peningkatan tekanan

vena (stenosis mitral)

rupture arteri pulmonary

endometriosis pulmonal

sistemik koagulopati

atau penggunaan

antikoagulopati atau

agen trombolitik

Tabel 2.3 Penyebab tersering hemoptisis berdasarkan etiologi

Berdasarkan etiologi

Neoplastik (20%)

Karsinoma Bronkogenik

Adenoma Bronkial

Metastasis Pulmonal

Infeksi (60%)

Tuberkulosis

Infeksi Jamur, khususnya Aspergilloma

Pneumonia

Page 7: Css Batuk Darah

Abses paru

Kista Hidatid

Pulmonary

Bronkiektasis

Kistik fibrosis

Vasculer (5-10%)

Mitral stenosis

Aneurisme aorta

dll

Penyakit sistemik (5-10%)

Wegener’s granulomatosa

Goodpasture’s sindrom

SLE

Koagulopati

DIC

Trombositopenia

Heamophilia

Dll

2.4 Patogenesis

Arteri bronchial merupakan sumber darah utama bagi saluran nafas (mulai

dari bronkus utama hingga bronkiolus terminalis), pleura, jaringan kelnjar getah

bening intrapulmonary, serta persarafan daerah hilus. Arteri pulmonaris yang

membawa darah dari vena sistemik, memperdarahi jaringan parenkim paru

termasuk bronkiolus respiratorius. Setiap proses yang terjadi pada paru akan

mengakibatkan hipervaskularisasi dari cabang-cabang arteri bronkialis yang

berperanan untuk memberikan nutrisi pada jaringan paru bila terjadi kegagalan

arteri pulmonalis dalam melaksanakan fungsinya untuk pertukaran gas. secara

umum bila perdarahn berasal dari lesi endobronkial, maka perdarahan dari

sirkulasi bronkialis, sedangkan bila lesi diparenkim paru maka perdarahan

Page 8: Css Batuk Darah

disirkulasi pulmonal. Pada keadaan kronik dimana terjadi perdarahan berulang,

sering terjadi peningkatan vaskularisasi dilokasi yang terlibat5.

1. Tuberkulosis

Erosi arteri pulmonalbila ruptureperdarahan dari sirkulasi arteri

(aneurismer Rasmussen)

Nekrosis percabangan arteri/vena (lesi parenkim akut)

Kavitas dengan lesi fibrouleratif parenkim paru tonjolan aneurisme

arteri kerongga kavitasmudah berdarah (lesi kronis)

lesi post TB membentuk bronkolit atau predisposisi terjadinya suatu

mycetoma intrakavitas perdarahan arteri bronchial5

batuk yang dikeluarkan penderita mungkin berupa garis atau bercak-

bercak darah, gumpalan-gumpalan darah atau darah segar dalam

jumlah sangat banyak (profus). Batuk darah jarang merupakan tanda

permulaan dari penyakit TB atai initial symptom karena batuk darah

merupakan tanda telah terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari

pembuluh darah pada dinding kavitas. Oleh karena itu, proses Tb

harus cukup lanjut untuk dapat menimbulkan batuk dengan

ekspektorasi. Batuk darah masif terjadi bila ada robekan dari

aneurisma rasmussen pada dinding kavitas atau ada perdarahan yang

berasal dari bronkiektasis atau ulserasi trakeo-bronkial.kematian

sering disebabkan oleh penyumbatan saluran pernafasan oleh bekuan

darah. 1

2. Bronkitis

Sekresi mucus dan peradangan menyebabkan penyempitan atau obstruksi

jalan nafas (bronkus)Iritasi dinding bronkusArteri bronchial

hipertofiHemoptisis7,8

3. Karsinoma bronkogenik

Nekrosis tumor

Hipervaskularisasi tumor

Invasi tumor kepembuluh darah besar5

Page 9: Css Batuk Darah

4. Bronkiektasis

Iritasi atau infeksi dari jaringan granulasi yang menggantikan dinding

bronkus normalarteri bronchial berliku-liku dan hipertrofipeningkatan

tekanan darah sistemikperdarahan massif5

5. Stenosis mitral dan gagal jantung

Pelebaran pembuluh darah yang beranastomase antara arteri bronkialis dan

pulmonalis (varises)hipertensi vena pulmonalispecah varises dari vena

bronkialis disubmukosa bronkus besar5

6. Emboli paru

Infark jaringan paru

Aliran darah berlebihan pada anastomase bronkopulmonalpada

sebelah distal dari tempat sumbatan5.

7. Penyakit autoimun

Kelainan membran alveolokapiler, akibat adanya reaksi antibodi terhadap

membran, sehingga terjadi perdarahan difus intrapulmonal yang berasal dari

pecahnya kapiler seperti padaGoodpasture’s syndrome.

8. Cedera dada

Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami

transudasi ke dalam alveoli dan keadaan ini akan memacu terjadinya batuk

darah.

2.5 Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya dikenal berbagai macam batuk darah :

1. Batuk darah idiopatik atau esensial dimana penyebabnya tidak diketahui

Angka kejadian batuk darah idiopatik sekitar 15% tergantung fasilitas

penegakan diagnosis. Pria terdapat dua kali lebih banyak daripada wanita,

berumur sekitar 30 tahun, biasanya perdarahan dapat berhenti sendiri

sehingga prognosis baik. Teori perdarahan ini adalah sebagai berikut :

a. Adanya ulserasi mukosa yang tidak dapat dicapai oleh bronkoskopi.

b. Bronkiektasis yang tidak dapat ditemukan.

Page 10: Css Batuk Darah

c. Infark paru yang minimal.

d. Menstruasi vikariensis.

e. Hipertensi pulmonal.

2. Batuk darah sekunder, yang penyebabnya dapat di pastikan

a. Pada prinsipnya berasal dari :

b. Saluran napas

i. Yang sering ialah tuberkulosis, bronkiektasis, tumor paru,

pneumonia dan abses paru.

ii. Menurut Bannet, 82 – 86% batuk darah disebabkan oleh

tuberkulosis paru, karsinoma paru dan bronkiektasis.

iii. Yang jarang dijumpai adalah penyakit jamur (aspergilosis),

silikosis, penyakit oleh karena cacing.

c. Sistem kardiovaskuler

i. Yang sering adalah stenosis mitral, hipertensi.

ii. Yang jarang adalah kegagalan jantung, infark paru,

aneurisma aorta.

d. Lain-lain

i. Disebabkan oleh benda asing, ruda paksa, penyakit darah

seperti hemofilia, hemosiderosis, sindrom Goodpasture,

eritematosus lupus sistemik, diatesis hemoragik dan

pengobatan dengan obat-obat antikoagulan1,5,7

Berdasarkan jumlah darah yang dikeluarkan maka hemoptisis dapat dibagi

atas :

1. Hemoptisis massif

Bila darah yang dikeluarkan adalah 100-160 cc dalam 24 jam.

2. Kriteria yang digunakan di rumah sakit Persahabatan Jakarta :

Bila perdarahan lebih dari 600 cc / 24 jam

Bila perdarahan kurang dari 600 cc dan lebih dari 250 cc / 24

jam, akan tetapi Hb kurang dari 10 g%.

Page 11: Css Batuk Darah

Bila perdarahan lebih dari 600 cc / 24 jam dan Hb kurang dari

10 g%, tetapi dalam pengamatan 48 jam ternyata darah tidak

berhenti. 

Kesulitan dalam menegakkan diagnosis ini adalah karena pada

hemoptoe selain terjadi vasokonstriksi perifer, juga terjadi

mobilisasi dari depot darah, sehingga kadar Hb tidak selalu

memberikan gambaran besarnya perdarahan yang terjadi.

Kriteria dari jumlah darah yang dikeluarkan selama hemoptoe

juga mempunyai kelemahan oleh karena :

o Jumlah darah yang dikeluarkan bercampur dengan

sputum dan kadang-kadang dengan cairan lambung,

sehinga sukar untuk menentukan jumlah darah yang

hilang sesungguhnya.

o Sebagian dari darah tertelan dan dikeluarkan bersama-

sama dengan tinja, sehingga tidak ikut terhitung

o Sebagian dari darah masuk ke paru-paru akibat aspirasi.

1,6,7

Oleh karena itu suatu nilai kegawatan dari hemoptisis ditentukan oleh :

Apakah terjadi tanda-tanda hipotensi yang mengarah pada renjatan

hipovolemik (hypovolemik shock).

Apakah terjadi obstruksi total maupun parsial dari bronkus yang dapat

dinilai dengan adanya iskemik miokardium, baik berupa gangguan aritmia,

gangguan mekanik pada jantung, maupun aliran darah serebral. Dalam hal

kedua ini dilakukan pemantauan terhadap gas darah, disamping

menentukan fungsi-fungsi vital. Oleh karena itu suatu tingkat kegawatan

hemoptoe dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu bentuk akut berupa

asfiksia, sedangkan bentuk yang lain berupa renjatan hipovolemik.

Bila terjadi hemoptisis, maka harus dilakukan penilaian terhadap:

Warna darah untuk membedakannya dengan hematemesis.

Page 12: Css Batuk Darah

Lamanya perdarahan.

Terjadinya mengi (wheezing) untuk menilai besarnya obstruksi.

Keadaan umum pasien, tekanan darah, nadi, respirasi dan tingkat

kesadaran.

Klasifikasi menurut Pusel  :

+ : batuk dengan perdarahan yang hanya dalam bentuk garis-garis dalam

sputum

++ : batuk dengan perdarahan 1 – 30 ml

+++ : batuk dengan perdarahan 30 – 150 ml

++++ : batuk dengan perdarahan > 150 ml

Positif satu dan dua dikatakan masih ringan, positif tiga hemoptisis

sedang, positif empat termasuk di dalam kriteria hemoptisis masif.

2.6Diagnosis

Hal utama yang penting adalah memastikan apakah darah benar- benar

bukan dari muntahan dan tidak berlangsung saat perdarahan hidung. Hemoptisis

sering mudah dilacak dari riwayat. Dapat ditemukan bahwa pada hematemesis

darah berwarna kecoklatan atau kehitaman dan sifatnya asam. Darah dari

epistaksis dapat tertelan kembali melalui faring dan terbatukkan yang disadari

penderita serta adanya darah yang memancar dari hidung. 

Untuk menegakkan diagnosis, seperti halnya pada penyakit lain perlu

dilakukan urutan-urutan dari anamnesis yang teliti hingga pemeriksaan fisik

maupun penunjang sehingga penanganannya dapat disesuaikan1,2.

1) Anamnesis

Untuk mendapatkan riwayat penyakit yang lengkap sebaiknya diusahakan

untuk mendapatkan data-data1 :

1. volume dan frekuensi batuk darah menentukan kegawatannya dan dapat

mengarahkan ke suatu penyebab spesifik.

Page 13: Css Batuk Darah

2. Sumber paling umum berupa nasofaring (mimisan), darah menetes ke

faring, mengiritasi laring dan dibatukkan.

3. Riwayat penyakit sebelumnya yang dapat mempengaruhi peradarahan

saluran napas

4. Gejala lainnya yang berhubungan

a. Demam dan batuk produktif infeksi

b. Timbul tiba-tiba karena sesak dan nyeri dada emboli paru

atau infark miokard diserta gagal jantung kongestif

c. Kehilangan berat badan yang signifikan kanker paru atau

infeksi kronik seperti TB atau bronkiektasis.

Untuk membedakan antara batuk darah dengan muntah darah dapat

digunakan petunjuk sebagai berikut  :

Keadaan Hemoptoe Hematemesis

1. Prodromal Rasa tidak enak di

tenggorokan, ingin

batuk

Mual, stomach distress

2. Onset Darah dibatukkan, dapat

disertai batuk

Darah dimuntahkan

dapat disertai batuk

3. Penampilan

darah

Berbuih Tidak berbuih

4. Warna Merah segar Merah tua

5. Isi Lekosit,

mikroorganisme,

makrofag, hemosiderin

Sisa makanan

6. Reaksi Alkalis (pH tinggi) Asam (pH rendah)

7. Riwayat Penyakit

Dahulu

Menderita kelainan paru Gangguan lambung,

kelainan hepar

8. Anemi Kadang-kadang Selalu

9. Tinja Warna tinja normal

Guaiac test (-)

Tinja bisa berwarna

hitam, Guaiac test (-)

Page 14: Css Batuk Darah

Untuk mendapatkan riwayat penyakit yang lengkap sebaiknya diusahakan

untuk mendapatkan data-data :

- Jumlah dan warna darah

- Lamanya perdarahan

- Batuknya produktif atau tidak

- Batuk terjadi sebelum atau sesudah perdarahan

- Sakit dada, substernal atau pleuritik

- Hubungannya perdarahan dengan : istirahat, gerakan fisik, posisi

badan dan batuk

- Wheezing

- Riwayat penyakit paru atau jantung terdahulu. 

- Perdarahan di tempat lain serempak dengan batuk darah

- Perokok berat dan telah berlangsung lama

- Sakit pada tungkai atau adanya pembengkakan serta sakit dada

- Hematuria yang disertai dengan batuk darah.

2). Pemeriksaan Fisik

a. Tanda vital (hipotensi dan takikardi tanda bahaya hemoptisis

masif

b. Pemeriksaan nasofaring mencari sumber perdarahan dan

memastikan saluran napas masih paten

c. Pemeriksaan jantung untuk mengevaluasi kemungkinan adanya

hipertensi paru akut (peninggian komponen paru suara jantung

kedua), kegagalan ventrikel kiri akut (adanya summation gallop)

d. Pemeriksaan dinding dan rongga dada

Trauma dinding dada memar parenkim paru atau laserasi

bronkial

Ronki setempat, berkurangnya suara napas dan perkusi

redup/pekak menunjukkan adanya konsolidasi

Pleural friction rub pada area di atas infark paru.

Ronki difus, kardiomegali dan nyaring menunjukkan adanya

kemungkinan edema paru kardiogenik.

Page 15: Css Batuk Darah

e. Laboratorium

Pemeriksaan darah tepi lengkap

Peningkatan Hb dan Ht kehilangan darah yang

akut

Leukosit meningkat infeksi

Trombositopenia koagulopati

Trombositosis kanker paru

CT dan BT; PT dan APTT jika dicurigai adanya koagulopati

atau pasien menerima warfarain/heparin

Analisa gas darah arterial harus diukur jika pasien sesak yang

jelas dan sianosis.

Pemeriksaan dahak

f. Imaging

Radiografi dada massa paru, kavitas atau infiltrate yang

mungkin menjadi sumber perdarahan.

Foto toraks dalam posisi AP dan lateral hendaklah dibuat pada

setiap penderita hemoptisis masif. Gambaran opasitas dapat

menunjukkan tempat perdarahannya

Arteriografi bronchial selektif

g. Bronkoskopi

Sebaiknya dilakukan sebelum perdarahan berhenti, karena dengan

demikian sumber perdarahan dapat diketahui. 5,7

Adapun indikasi bronkoskopi pada batuk darah adalah :

1. Bila radiologik tidak didapatkan kelainan

2. Batuk darah yang berulang – ulang

3. Batuk darah masif : sebagai tindakan terapeutik 

Tindakan bronkoskopi merupakan sarana untuk menentukan

diagnosis, lokasi perdarahan, maupun persiapan operasi, namun waktu

Page 16: Css Batuk Darah

yang tepat untuk melakukannya merupakan pendapat yang masih

kontroversial, mengingat bahwa selama masa perdarahan,

bronkoskopi akan menimbulkan batuk yang lebih impulsif, sehingga

dapat memperhebat perdarahan disamping memperburuk fungsi

pernapasan. Lavase dengan bronkoskop fiberoptic dapat menilai

bronkoskopi merupakan hal yang mutlak untuk menentukan lokasi

perdarahan.

Dalam mencari sumber perdarahan pada lobus superior,

bronkoskop serat optik jauh lebih unggul, sedangkan bronkoskop

metal sangat bermanfaat dalam membersihkan jalan napas dari bekuan

darah serta mengambil benda asing, disamping itu dapat melakukan

penamponan dengan balon khusus di tempat terjadinya perdarahan. 5,7

2.7 Tatalaksana

Prinsip penatalaksanaan hemoptisis2,5 :

1. Menjaga jalan nafas dan stabilisasi

a. Menenangkan dan mengistirahatkan penderita

b. Menjaga jalan napas tetap terbuka

c. Resusitasi cairan dan bila perlu transfusi)

d. Obat sedasi ringan

e. suplementasi oksigen

f. Instruksi cara membatukkan darah dengan benar

g. Penderita dengan keadaan umum berat dan refleks batuk kurang

adekuat, maka posisi penderita Tredelenberg mencegah aspirasi

darah ke sisi yang sehat

h. Pipa endotrakeal berdiameter besar

i. Bronkoskopi serat optik lentur untuk evaluasi, melokalisir

perdarahan dan tindakan pengisapan (suctioning).

2. Lokalisasi sumber dan penyebab

a. Pemeriksaan radiologi (foto toraks, payar paru, angiografi)

b. Bronkoskopi (BSOL maupun bronkoskop kaku)

Page 17: Css Batuk Darah

3. pemberian terapi spesifik

Bronkoskopi terapeutik

a. Bilas bronkus dengan larutan garam fisiologis dingin (iced saline

lavage)

b. Pemberian obat topikal

c. Tamponade endobronkial

d. Fotokoagulasi laser (Nd-YAG Laser)

Terapi non-bronkoskopik

a. Pemberian terapi medikamentosa

b. Vasopresin intravena

c. Asam traneksamat (antifibrinolitik)

d. Kortikosteroid sistemik pd autoimun

e. Gonadotropin releasing hormon agonist (GnRH) atau danazol

hemoptisis katamenial

f. antituberkulosis, antijamur ataupun antibiotik

ALGORITME Hemoptisis Non Masif

Page 18: Css Batuk Darah

Gambar 2.2 Algoritme Hemoptisi Non Masif

Kebanyakan kasus hemoptisis biasanya akut, ringan yang paling sering

disebabkan oleh bronchitis. Pasien dengan resiko kematian rendah dengan

pemeriksaan foto thorak normal dapat diterapi dengan pengawasan dan pemberian

antibiotic bila secara klinis ada indikasi.Jika hemoptisis persisten dan tetap tidak

diketahui penyebabnya perlu dipikirkan untuk dikonsultasikan keahli

pulmonologi.3

ALGORITME Hemoptisis Masif

Page 19: Css Batuk Darah

Gambar 2.3 Algoritme hemoptisis masif

Tatalaksana hemoptisis massif membutuhkan pendekatan yang lebih agresif,

pasien-pasien ini membutuhkan perawatan yang lebih intensif. Proses diagnosis

dan terapi berjalan simultan. Mempertahankan jalan nafas adalah hal terpenting

mengingat penyebab kematian utama pada kasus-kasus adalah asfiksia, bukan

karena kehabisan darah5.

Penanganan

Pada umumnya hemoptoe ringan tidak diperlukan perawatan khusus dan

biasanya berhenti sendiri. Yang perlu mendapat perhatian yaitu hemoptisis yang

masif.

Tujuan pokok terapi ialah :

1. Mencegah tersumbatnya saluran napas oleh darah yang beku

2. Mencegah kemungkinan penyebaran infeksi

3. Menghentikan perdarahan

Page 20: Css Batuk Darah

Sasaran-sasaran terapi yang utama adalah memberikan suport

kardiopulmaner dan mengendalikan perdarahan sambil mencegah asfiksia yang

merupakan penyebab utama kematian pada para pasien dengan hemoptisis masif. 

Masalah utama dalam hemoptoe adalah terjadinya pembekuan dalam

saluran napas yang menyebabkan asfiksi. Bila terjadi afsiksi, tingkat kegawatan

hemoptoe paling tinggi dan menyebabkan kegagalan organ yang multipel.

Hemoptoe dalam jumlah kecil dengan refleks batuk yang buruk dapat

menyebabkan kematian. Dalam jumlah banyak dapat menimbukan renjatan

hipovolemik. 

Pada prinsipnya, terapi yang dapat dilakukan adalah :

- Terapi konservatif 

- Terapi definitif atau pembedahan. 7,8

1. Terapi konservatif

Pasien harus dalam keadaan posisi istirahat, yakni posisi miring (lateral

decubitus).  Kepala lebih rendah dan miring ke sisi yang sakit untuk

mencegah aspirasi darah ke paru yang sehat.

Melakukan suction dengan kateter setiap terjadi perdarahan.

Batuk secara perlahan – lahan untuk mengeluarkan darah di dalam

saluran saluran napas untuk mencegah bahaya sufokasi.

Dada dikompres dengan es – kap, hal ini biasanya menenangkan

penderita.

Pemberian obat – obat penghenti perdarahan (obat – obat hemostasis),

misalnya vit. K, ion kalsium, trombin dan karbazokrom.

Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder.

Pemberian cairan atau darah sesuai dengan banyaknya perdarahan

yang terjadi.

Pemberian oksigen

Tindakan selanjutnya bila mungkin :

Menentukan asal perdarahan dengan bronkoskopi

Page 21: Css Batuk Darah

Menentukan penyebab dan mengobatinya, misal aspirasi darah dengan

bronkoskopi dan pemberian adrenalin pada sumber perdarahan.

2. Terapi pembedahan

Reseksi bedah segera pada tempat perdarahan merupakan pilihan.

Tindakan operasi ini dilakukan atas pertimbangan :

a. Terjadinya hemoptisis masif yang mengancam kehidupan pasien.

b. Pengalaman berbagai penyelidik menunjukkan bahwa angka

kematian pada perdarahan yang masif menurun dari 70% menjadi

18% dengan tindakan operasi.

c. Etiologi dapat dihilangkan sehingga faktor penyebab terjadinya

hemoptoe yang berulang dapat dicegah.

Busron (1978) menggunakan pula indikasi pembedahan sebagai berikut :

1. Apabila pasien mengalami batuk darah lebih dari 600 cc / 24 jam dan

dalam pengamatannya perdarahan tidak berhenti.

2. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam dan

tetapi lebih dari 250 cc / 24 jam jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%,

sedangkan batuk darahnya masih terus berlangsung.

3. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam

dantetapi lebih dari 250 cc / 24 jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%,

tetapi selama pengamatan 48 jam yang disertai dengan perawatan

konservatif batuk darah tersebut tidak berhenti.

Sebelum pembedahan dilakukan, sedapat mungkin diperiksa faal paru dan

dipastikan asal perdarahannya, sedang jenis pembedahan berkisar dari

segmentektomi, lobektomi dan pneumonektomi dengan atau tanpa torakoplasti.

Penting juga dilakukan usaha-usaha untuk menghentikan perdarahan. Metode

yang mungkin digunakan adalah :

- Dengan memberikan cairan es garam yang dilakukan dengan bronkoskopi

serat lentur dengan posisi pada lokasi bronkus yang berdarah. Masukkan

larutan NaCl fisiologis pada suhu 4°C sebanyak 50 cc, diberikan selama

30-60 detik. Cairan ini kemudian dihisap dengan suction.

Page 22: Css Batuk Darah

- Dengan menggunakan kateter balon yang panjangnya 20 cm penampang

8,5 mm.

2.8 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari hemoptoe, yaitu

ditentukan oleh tiga faktor :

1. Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam saluran

pernapasan.

2. Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptoe dapat

menimbulkan renjatan hipovolemik dan anemia.

3. Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa makanan ke

dalam jaringan paru yang sehat bersama inspirasi. 1,5-7

2.9 Prognosis

Tergantung banyaknya perdarahan dan etiologi. Hemoptisis dengan jumlah

perdarahan lebih dari 1000 ml per 24 jam, dengan adanya suatu malignansi

menunjukkan angka mortalitas 80%3. Pada hemoptoe idiopatik prognosisnya baik

kecuali bila penderita mengalami hemoptoe yang rekuren. Sedangkan pada

hemoptoe sekunder ada beberapa faktor yang menentukan prognosis :

1) Tingkatan hemoptoe : hemoptoe yang terjadi pertama kali mempunyai

prognosis yang lebih baik.

2) Macam penyakit dasar yang menyebabkan hemoptoe.

3) Cepatnya kita bertindak, misalnya bronkoskopi yang segera dilakukan

untuk menghisap darah yang beku di bronkus dapat menyelamatkan

penderita. 1,4,7

Page 23: Css Batuk Darah

BAB IIIKESIMPULAN

1. Hemoptoe merupakan salah satu gejala pada penyakit paru saluran

pernapasan dan atau kardiovaskuler yang disebabkan oleh berbagai macam

etiologi.

2. Pecahnya aneurisma dari Rasmmusen’s pada dinding kavitas paru disertai

fibrosis perivaskuler merupakan penyebab utama hemoptoe yang masif.

3. Sampai saat ini klasifikasi hemoptisis masih didasarkan pada penyebab dan

banyaknya darah yang keluar bersama batuk.

4. Sebagian besar hemoptisis sekunder disebabkan oleh tuberkulosis paru,

karsinoma dan bronkiektasis. Bila ditemukan pada usia relatif muda harus

dipikirkan pertama – tama tuberkulosis paru, lalu bronkiektasis, kemudian

stenosis mitral. Sedangkan hemoptoe pada usia lebih dari 40 tahun

kemungkinan urutannya adalah karsinoma bronkogenik, lalu tuberkulosis,

kemudian bronkiektasis.

5. Bronkoskopi pada saat ini merupakan cara pembantu diagnosis dan tindakan

terapeutik yang penting pada hemoptisis masif dan harus dikerjakan pada

waktu perdarahan masih berlangsung.

6. Komplikasi yang paling sering terjadi dari hemoptisis adalah terjadinya

asfiksia, renjatan hipovolemik dan bahaya aspirasi.

7. Pada prinsipnya penanganan hemoptoe ditujukan untuk memperbaiki kondisi

kardiopulmoner dan mencegah semua keadaan yang dapat menyebabkan

kematian. Penanganan tersebut dilakukan secara konservatif maupun dengan

operasi, tergantung indikasi serta berat ringannya hemoptisis yang terjadi.

8. Prognosis dari hemoptoe ditentukan oleh tingkatan hemoptoe, macam

penyakit dasar dan cepatnya tindakan yang dilakukan.

Page 24: Css Batuk Darah

DAFTAR PUSTAKA

1. Amin Z dan Bahar A. Tuberkulosis paru dalam Sudoyo AW, Setyohadi B,

Alwi I, Simadibrata M, Setiati S editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam

jilid II. Edisi ke-IV. Jakarta: Pusat penerbitan ilmu penyakit dalam FKUI;

2006. Hal 988-93.

2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis pedoman diagnosis dan

penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia; 2006.

3. Ward JPT, Ward J, Leach RM, Wiener CM. Tuberkulosis paru dalam

buku at a glance Sistem respirasi. Jakarta: Erlangga; 2008.hal.80-81.

4. Halim, H. Rongga toraks dan system pernapasan.Palembang: Bagian

penyakit dalam RSMH; 2001.hal :12-13

5. Snell, SS. Thorak dalam buku anatomi klinik. Jakarta: EGC; 2006.Hal :

94-95

6. Setyohadi B, Suryanto A, Arsana PM, Soeroto AY, Abdulloh M. Batuk

darah dalam buku EIMED PAPDI kegawat daruratan penyakit dalam.

Jakarta: Internal Publishing Pusat penerbitan Ilmu Penyakit Dalam;

2011.hal : 401-416

7. Perhimpunan dokter spesialis Indonesia. Hemoptisis dalam buku Panduan

pelayanan medik. Jakarta: Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis

Penyakit Dalam Indonesia; 2008.hal 79-81.