23
OBAT ANTI PSIKOTIK Pengertian psikotropik menurut WHO adalah obat yang bekerja pada atau mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau pengalaman. Psikofarmakologi berkembang dengan pesat sejak ditemukannya alkaloid Rauwolfia dan klorpromazin yang ternyata efektif untuk mengobati kelainan psikiatrik. Berbeda dengan pengobatan antibiotik, pengobatan dengan psikotropik bersifat simtomatik dan lebih didasarkan pada pengetahuan empirik. Berdasarkan penggunaan klinik, psikotropik dibagi menjadi 4 golongan, yaitu : 1. Anti psikosis 2. Anti ansietas 3. Anti depresan 4. Psikotogenik Neuroleptik bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronis. Ciri terpenting obat neuroleptik ialah : Berefek anti psikosis, yaitu berguna untuk mengatasi agresivitas, hiper aktivitas dan labilitas emosional pada pasien psikosis. Dosis besar tidak menyebabkan koma yang dalam ataupun anesthesia. Dapat menimbulkan gejala ekstra piramidal yang reversible atau ireversibel. 1

Css Antipsikotik Final

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Css Antipsikotik Final

OBAT ANTI PSIKOTIK

Pengertian psikotropik menurut WHO adalah obat yang bekerja pada atau

mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau pengalaman. Psikofarmakologi berkembang

dengan pesat sejak ditemukannya alkaloid Rauwolfia dan klorpromazin yang ternyata

efektif untuk mengobati kelainan psikiatrik. Berbeda dengan pengobatan antibiotik,

pengobatan dengan psikotropik bersifat simtomatik dan lebih didasarkan pada

pengetahuan empirik.

Berdasarkan penggunaan klinik, psikotropik dibagi menjadi 4 golongan, yaitu :

1. Anti psikosis

2. Anti ansietas

3. Anti depresan

4. Psikotogenik

Neuroleptik bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronis. Ciri terpenting

obat neuroleptik ialah :

Berefek anti psikosis, yaitu berguna untuk mengatasi agresivitas, hiper

aktivitas dan labilitas emosional pada pasien psikosis.

Dosis besar tidak menyebabkan koma yang dalam ataupun anesthesia.

Dapat menimbulkan gejala ekstra piramidal yang reversible atau

ireversibel.

Tidak ada kecenderungan untuk menimbulkan ketergantungan psikis atau

fisik.

Obat-obat neuroleptika juga disebut tranquilizer mayor, obat anti psikotik atau

obat anti skizofren, karena terutama digunakan dalam pengobatan skizofrenia tetapi juga

efektif untuk psikotik lain, seperti keadaan maniak atau delirium. Obat-obat anti psikotik

ini terbagi atas dua golongan besar, yaitu :

I. Obat anti psikotik tipikal

1. Phenothiazine

Rantai aliphatic : CHLORPROMAZINE

1

Page 2: Css Antipsikotik Final

LEVOMEPROMAZINE

Rantai piperazine : PERPHENAZINE

TRIFLUOPERAZINE

FLUPHENAZINE

Rantai piperidine : THIORIDAZINE

2. Butyrophenone : HALOPERIDOL

3. diphenyl-butyl-piperidine : PIMOZIDE

II. obat anti psikotik atipikal

1. Benzamide : SULPIRIDE

2. Dibenzodiazepine CLOZAPINE

OLANZAPINE

QUETIAPINE

3. Benzisoxazole : RISPERIDON

Obat-obat neuroleptika tipikal (tradisional) adalah inhibitor kompetitif pada

berbagai reseptor, tetapi efek anti psikotiknya mencerminkan penghambatan kompetitif

dari reseptor dopamin. Obat-obat ini berbeda dalam potensinya tetapi tidak ada satu

obatpun yang secara klinik lebih efektif dari yang lain. Sedangkan obat-obat neuroleptika

atipikal yang lebih baru, disamping berafinitas terhadap ‘Dopamine D2 Receptors’ juga

terhadap ‘Serotonin 5 HT2 Receptors’.

Obat neuroleptika bukan untuk pengobatan kuratif dan tidak menghilangkan

gangguan pemikiran yang fundamental, tetapi sering memungkinkan pasien psikotik

berfungsi dalam lingkungan yang suportif.

Farmakokinetik

Obat-obat anti psikotik dapat diserap pada pemberian peroral, dan dapat

memasuki sistem saraf pusat dan jaringan tubuh yang lain karena obat anti psikotik

adalah lipid-soluble. Kebanyakan obat-obatan antipsikotik bisa diserap tapi tidak

seluruhnya. Obat-obatan ini juga mengalami first-pass metabolism yang signifikan. Oleh

karena itu, dosis oral chlorpromazine and thioridazine mempunyai availability sistemik

25 – 35%. Haloperidol dimetabolisme lebih sedikit, dengan availability sistemik rata-rata

2

Page 3: Css Antipsikotik Final

65%. Kebanyakan obat antipsikotik bergabung secara intensif dengan protein plasma (92

– 99%) sewaktu distribusi dalam dalam darah. Volume distribusi obat-obatan ini juga

besar, biasanya lebih dari 7L/kg.

Obat-obatan ini memerlukan metabolisme oleh hati sebelum eliminasi dan

mempunyai waktu paruh yang lama dalam plasma sehingga memungkinkan once-daily

dosing. Walaupun setengah metabolit tetap aktif, seperti 7-hydroxychloropromazine dan

reduced haloperidol, metabolit dianggap tidak penting dalam efek kerja obat tersebut.

Terdapat satu pengecualian, yaitu mesoridazine, yang merupakan metabolit utama

thioridazin, lebih poten dari senyawa induk dan merupakan kontributor utama efek obat

tersebut. Sediaan dalam bentuk parenteral untuk beberapa agen, seperti fluphenazine,

thioridazine dan haloperidol, bisa dipakai untuk terapi inisial yang cepat.

Sangat sedikit obat-obatan psikotik yang diekskresi tanpa perubahan. Obat-obatan

tersebut hampir dimetabolisme seluruhnya ke substansi yang lebih polar. Waktu paruh

eliminasi (ditentukan oleh clearance metabolic) bervariasi, bisa dari 10 sampai 24 jam.

Mekanisme kerja

Secara umum, terdapat beberapa hipotesis tentang cara kerja antipsikotik, yang

dapat digolongkan berdasarkan jalur reseptor dopamin atau reseptor non-dopamine.

Hipotesis dopamin untuk penyakit psikotik mengatakan bahwa kelainan tersebut

disebabkan oleh peningkatan berlebihan yang relatif dalam aktifitas fungsional

neurotransmiter dopamin dalam traktus tertentu dalam otak. Hipotesis ini berlandaskan

observasi berikut:

Banyak obat-obatan antipsikotik menghambat reseptor dopamin otak

(terutamanya reseptor D2).

Obat-obatan dopamin agonis (seperti amphetamine, levodopa) memperberat

skizofren.

Telah ditemukan peningkatan densitas reseptor dopamin dalam region tertentu di

otak penderita skizofren yang tidak diobati. Pada pasien sindroma Tourette, tic

klinis lebih jelas jika jumlah reseptor D2 kaudatus meningkat.

Hipotesis dopamin untuk penyakit skizofren tidak sepenuhnya memuaskan karena obat-

obatan antipsikotik hanya sebagian yang efektif pada kebanyakan pasien dan obat-obatan

3

Page 4: Css Antipsikotik Final

tertentu yang efektif mempunyai afinitas yang jauh lebih tinggi untuk reseptor-reseptor

selain reseptor D2.

Lima reseptor dopamin yang berbeda telah ditemukan, yaitu D1 – D5. Setiap satu

reseptor dopamin adalah berpasangan dengan protein G dan mempunyai tujuh domain

transmembran. Reseptor D2, ditemukan dalam kaudatus-putamen, nukleus accumbens,

kortek serebral dan hipotalamus, berpasangan secara negatif kepada adenyl cyclase. Efek

terapi relatif untuk kebanyakan obat-obatan antipsikotik lama mempunyai korelasi

dengan afinitas mereka terhadap reseptor D2. Akan tetapi, terdapat korelasi dengan

hambatan reseptor D2 dan disfungsi ekstrapiramidal.

Beberapa antipsikotik yang lebih baru mempunyai afinitas yang lebih tinggi

terhadap reseptor-reseptor selain reseptor D2. Contohnya, tindakan menghambat alfa-

adrenoseptor mempunyai korelasi baik dengan efek antipsikotik kebanyakan obat baru

ini. Inhibisi reseptor serotonin (S) juga merupakan cara kerja obat-obatan antipsikotik

baru ini. Clozapin, satu obat yang mempunyai tindakan menghambat reseptor D1, D4, 5-

HT2, muskarinik dan alfa-adrenergik yang signifikan, mempunyai afinitas yang rendah

terhadap reseptor D2. Kebanyakan obat-obatan atipikal yang baru (seperti olanzapin,

quetiapin, resperidon dan serindole) mempunyai afinitas yang tinggi terhadap reseptor 5-

HT2A, walaupun obat-obat tersebut juga bisa berinteraksi dengan reseptor D2 atau reseptor

lainnya. Kebanyakan obat atipikal ini menyebabkan disfungsi ekstrapiramidal yang

kurang kalau dibandingkan dengan obat-obatan standar.

Efek kerja

Penghambatan reseptor dopamin adalah efek utama yang berhubungan dengan

keuntungan terapi obat-obatan antipsikotik lama. Traktus dopaminergik dalam otak

termasuk mesocortical-mesolimbic pathway (yang meregulasi mood dan mentation),

traktus nigrostrial (fungsi ekstrapiramidal), tuberinfundibular pathways (mengatur

pelepasan prolaktin) dan zona pencetus chemoreseptor (yang mengatur proses muntah).

Penghambatan reseptor dopamin mesocortical-mesolimbic diduga menghasilkan efek-

efek antipsikotik. Tindakan penghambatan yang serupa pada zona pencetus

chemoreseptor membawa kepada sifat anti-muntah yang berguna pada obat-obatan

antipsikotik tertentu. Efek-efek samping dari penghambatan reseptor-reseptor di traktus-

4

Page 5: Css Antipsikotik Final

traktus dopaminergik yang lain adalah seperti disfungsi ekstrapiramidal dan

hiperprolaktinemia. Tindakan-tindakan penghambatan relatif pada reseptor oleh obat-

obatan antipsikotik terdapat pada tabel berikut.

Tindakan penghambatan relatif pada reseptor oleh obat-obatan neuroleptik

Obat D2 D4 Alfa1 5-HT2 M H1

Kebanyakan phenothiazine dan thioxanthene

++ - ++ + + +

Thiordazine ++ - ++ + +++ +Haloperidol +++ - + - - -Clozapin - ++ ++ ++ ++ +Molindone ++ - + - + +Olazapin + - + ++ + +Quetiapin + - + ++ + +Risperidon ++ - + ++ + +Sertindole ++ - + +++ - -

INDIKASI PENGGUNAAN

Gejala sasaran antipsikosis (target syndrome) : SINDROM PSIKOSIS, yaitu :

- Hendaya berat dalam kemampuan daya menilai realitas (reality testing ability),

bermanifestasi dalam gejala : kesadaran diri (awareness) yang terganggu, daya

nilai norma sosial (judgement) terganggu, dan insight terganggu.

- Hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental, bermanifestasi dalam gejala :

gangguan asosiasi pikiran (inkoherensi), isi pikiran yang tidak wajar (waham),

gangguan persepsi (halusinasi), gangguan perasaan (tidak sesuai dengan situasi),

dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali (disorganized).

- Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala :

tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.

Sindroma psikosis dapat terjadi pada :

- Sindrom psikosis fungsional : Skizofrenia, psikosis paranoid, psikosis afektif,

psikosis reaktif singkat, dll.

- Sindrom psikosis organik : delirium, dementia, intoksikasi alkohol, dll.

5

Page 6: Css Antipsikotik Final

Penggunaan obat antipsikosis

Pengobatan skizofrenia

Antipsikosis merupakan satu-satunya pengobatan efektif untuk skizofrenia. Tetapi

tidak semua pasien responsif dan normalisasi tingkah laku yang komplit jarang dicapai.

Antipsikosis tradisional (tipikal) paling efektif dalam pengobatan gejala skizofrenia yang

positif (delusi, halusinasi, dan gangguan pemikiran). Obat-obat baru dengan aktifitas

penghambat serotonin (atipikal) efektif untuk pasien-pasien yang resisten dengan obat

tradisional, terutama pengobatan dengan gejala negatif dari skizofrenia (menarik diri,

emosi buntu, kemunduran dalam komunikasi dengan orang lain).

Klorpromazin (CPZ) berefek antipsikosis dan bersifat sedasi. Indikasi utama

fenotiazin adalah skizofrenia, dengan gangguan psikosis. Gejala psikosis yang

dipengaruhi oleh fenotiazin dan antipsikosis lain adalah ketegangan, hiperaktivitas,

combativeness, hostality, halusinasi, delusi akut, susah tidur, anoreksia, perhatian diri

yang buruk, negativisme dan kadang-kadang mengatasi sifat menarik diri. Sedangkan

pengaruh fenotiazin kurang terhadap insight, judgement, daya ingat dan orientasi.

Butirofenon diantaranya adalah haloperidol berguna untuk menenangkan keadaan

mania penderita psikosis yang karena hal tertentu tidak dapat diberi fenotiazin, dan

skizofrenia. Butirofenon merupakan obat pilihan untuk mengobati sindrom Gilles de la

Tourette, suatu kelainan neurologik yang ditandai dengan kejang otot hebat, menyeringai

(grimacing) dan explosive utterances of foul expletives (koprolalia, mengeluarkan kata-

kata jorok).

Dibenzodiazepin bersifat atipikal, diantaranya klozapin efektif untuk mengontrol

gejala-gejala psikosis dan skizofrenia baik yang positif (iritabilitas) maupun yang negatif

(social disinterest, incompetence, dan personal neatness).

Pemberian antipsikosis sangat memudahkan perawatan pasien. Walaupun

antipsikosis sangat bermanfaat untuk mengatasi gejala psikosis akut, namun penggunaan

antipsikosis saja tidak cukup untuk merawat pasien psikotik. Perawatan, perlindungan

dan dukungan mental-spiritual terhadap pasien sangatlah penting.

6

Page 7: Css Antipsikotik Final

Pencegahan mual dan muntah yang hebat

Antipsikosis (umumnya proklorperazin) berguna untuk pengobatan mual akibat

obat. Semua antipsikosis kecuali mesoridazin, molindon, tioridazin, dan klozapin

mempunyai efek antiemetik.

Domperidon diindikasikan untuk mengatasi mual dan muntah, efek obat ini secara

klinis sangat mirip metoklopramid, yaitu mencegah refluks esofagus berdasarkan efek

peningkatan tonus sfingter bagian bawah.

Penggunaan lain

Antipsikosis dapat digunakan sebagai tranquilizer untuk mengatur tingkah laku

yang agitatif dan disruptif. CPZ merupakan obat terpilih untuk pengobatan cegukan yang

menetap yang berlangsung berhari-hari dan sangat mengganggu. Prometazin digunakan

untuk pengobatan pruritus karena sifat-sifat antihistaminnya.

SEDIAAN ANTIPSIKOSIS dan DOSIS ANJURANNo Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran1 Chlorpromazine LARGACTIL

PROMACTILMEPROSETILETHIBERNAL

Tab. 25 mg, 100 mg

Amp.25 mg/ml

150-600 mg/h

2 Haloperidol SERENACE

HALDOLGOVOTILLODOMERHALDOL DECA-NOAS

Tab. 0,5 mg, 1,5&5 mgLiq. 2 mg/mlAmp. 5 mg/mlTab. 0,5 mg, 2 mgTab. 2 mg, 5 mgTab. 2 mg, 5 mgAmp. 50 mg/ml

5-15 mg/h

50 mg / 2-4 minggu

3 Perphenazine TRILAFON Tab. 2 mg, 4&8 mg 12-24 mg/h4 Fluphenazine

Fluphenazine-decanoate

ANATENSOLMODECATE

Tab. 2,5 mg, 5 mgVial 25 mg/ml

10-15 mg/h25 mg / 2-4 minggu

5 Levomepromazine NOZINAN Tab.25 mgAmp. 25 mg/ml

25-50 mg/h

6 Trifluoperazine STELAZINE Tab. 1 mg, 5 mg 10-15 mg/h7 Thioridazine MELLERIL Tab. 50 mg, 100 mg 150-600 mg/h8 Sulpiride DOGMATIL –

FORTE Tab. 200 mgAmp. 50 mg/ml

300-600 mg/h

9 Pimozide ORAP FORTE Tab. 4 mg 2-4 mg/h10 Risperidone RISPERDAL Tab. 1,2,3 mg Tab 2-6 mg/h

7

Page 8: Css Antipsikotik Final

NERIPROSNOPRENIAPERSIDAL-2RIZODAL

Tab. 1,2,3 mgTab. 1,2,3 mgTab. 2 mgTab. 1,2,3 mg

11 Clozapine CLOZARIL Tab. 25 mg, 100 mg 25-100 mg/h12 Quetiapine SEROQUEL Tab. 25 mg, 100 mg,

200 mg50-400 mg/h

13 Olanzapine ZYPREXA Tab. 5 mg, 10 mg 10-20 mg/h

PENGATURAN DOSIS

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :

- Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2 – 4 minggu

Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2 – 6 jam

- Waktu paruh : 12 – 24 jam (pemberian obat 1-2 x perhari)

- Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek samping

(dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu kualitas

hidup pasien.

Pengobatan dimulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran

dinaikkan setiap 2 – 3 hari

sampai mencapai dosis efektif (mulai timbul peredaan Sindrom Psikosis)

dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan

dosis optimal

dipertahankan sekitar 8 – 12 minggu (stabilisasi)

diturunkan setiap 2 minggu

dosis maintenance

dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1- 2 hari/minggu)

tappering off (dosis diturunkan tiap 2 – 4 minggu)

STOP

8

Page 9: Css Antipsikotik Final

LAMA PEMBERIAN

Untuk pasien dengan serangan Sindrom Psikosis yang ”multi episode”, terapi

pemeliharaan (maintenance) diberikan paling sedikit selama 5 tahun. Pemberian yang

cukup lama ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5 – 5 kali.

Efek antipsikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah

dosis terakhir masih mempunyai efek klinis. Sehingga tidak langsung menimbulkan

kekambuhan setelah obat dihentikan, biasanya satu bulan kemudian baru gejala Sindrom

Psikosis kambuh kembali. Hal tersebut disebabkan metabolisme dan ekskresi obat sangat

lambat, metabolit-metabolit masih mempunyai keaktifan antipsikosis.

Pada umumnya pemberian antipsikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan

sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali. Untuk ”Psikosis

Reaktif Singkat” penurunan obat secara bertahap setelah hilangnya gejala dalam kurun

waktu 2 minggu – 2 bulan.

Antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun diberikan

dalam jangka waktu lama, sehingga potensi ketergantungan obat kecil sekali. Pada

penghentian yang mendadak dapat timbul gejala ”Cholinergic Rebound”, yaitu :

gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusing, gemetar, dll. Keadaan ini akan mereda

dengan pemberian ”anticholinergic agent” (injeksi Sulfas Atropin 0,25 mg (IM), tablet

Trihexyphenidyl 3 x 2 mg/h).

Oleh karena itu, pada penggunaan bersama antipsikosis + antiparkinson, bila

sudah tiba waktu penghentian obat, antipsikosis dihentikan lebih dahulu, kemudian baru

menyusul obat antiparkinson yang dihentikan.

Pada penggunaan parenteral, antipsikosis ”long-acting” (Fluphenazine Decanoate

25 mg/ml atau Haloperidol Decanoas 50 mg/ml, IM, untuk 2 – 4 minggu) sangat berguna

untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak efektif

terhadap medikasi oral.

Sebaiknya sebelum penggunaan parenteral diberikan per oral dahulu beberapa

minggu untuk melihat apakah terdapat efek hipersensitivitas.

Dosis mulai dengan ½ ml setiap 2 minggu pada bulan pertama, kemudian baru

ditingkatkan menjadi 1 ml setiap bulan.

9

Page 10: Css Antipsikotik Final

Pemberian antipsikosis ”long-acting” hanya untuk terapi stabilisasi dan

pemeliharaan (maintenance therapy) terhadap kasus Skizofrenia. 15-25% kasus

menunjukkan toleransi yang baik terhadap efek samping ekstrapiramidal.

PEMILIHAN SEDIAAN

Pemilihan antipsikosis dapat didasarkan atas struktur kimia serta efek farmakologi

yang menyertai. Mengingat perbedaan antargolongan antipsikosis lebih nyata daripada

perbedaan masing-masing obat dalam golongannya, maka cukup dipilih salah satu obat

dari satu golongan saja. Pedoman terbaik dalam memilih obat secara individual ialah

riwayat respon pasien terhadap obat.

Kecenderungan pengobatan saat ini ialah meninggalkan antipsikosis berpotensi

rendah misalnya CPZ dan tioridazin, kearah penggunaan obat berpotensi tinggi, misalnya

tiotiksen, haloperidol dan flufenazin.

Pedoman pemilihan antipsikosis adalah sebagai berikut :

1. Bila resiko tidak diketahui atau tidak ada komplikasi yang tidak diketahui

sebelumnya, maka pilihan jatuh pada fenotiazin berpotensi tinggi.

2. Bila kepatuhan penderita menggunakan obat tidak terjamin, maka pilihan jatuh

pada flufenazin oral dan kemudian tiap 2 minggu diberikan suntikan flufenazin

enantat atau dekanoat.

3. Bila penderita mempunyai riwayat penyakit kardiovaskular atau stroke, sehingga

hipotensi merupakan hal yang membahayakan, maka pilihan jatuh pada fenotiazin

piperazin, atau haloperidol.

4. Bila karena alasan usia atau faktor penyakit, terdapat resiko efek samping

ekstrapiramidal yang nyata, maka pilihan jatuh pada tioridazin.

5. Tioridazin tidak boleh digunakan apabila terdapat gangguan ejakulasi.

6. Bila efek sedasi berat perlu dihindari, maka pilihan jatuh pada haloperidol atau

fenotiazin piperazin.

7. Bila penderita memiliki kelainan hepar atau cenderung menderita ikterus,

haloperidol merupakan obat yang paling aman pada stadium awal pengobatan.

10

Page 11: Css Antipsikotik Final

Apabila antipsikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis yang

sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan antipsikosis lain

(sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan dosis ekuivalennya, dimana profil

efek samping belum tentu sama.

Apabila dalam riwayat penggunaan antipsikosis sebelumnya, jenis antipsikosis

tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek sampingnya, dapat

dipilih kembali untuk pemakaian sekarang.

EFEK SAMPING DAN PENANGANAN

1. KLORPROMAZIN DAN DERIVAT FENOTIAZIN

Efek samping

Batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat ini cukup aman. Efek samping

umumnya merupakan perluasan efek farmakodinamiknya. Gejala idiosinkrasi

mungkin timbul, berupa ikterus, dermatitis dan leukopenia. Reaksi ini disertai

eosinofilia dalam darah perifer.

Efek endokrin

CPZ menghambat ovulasi dan menstruasi, juga menghambat sekresi ACTH. Hal ini

dikaitkan dengan efeknya terhadap hipotalamus.

Semua fenotiazin, kecuali klozapin menimbulkan hiperprolaktinemia lewat

penghambatan efek sentral dopamin.

Kardiovaskular

Dapat menimbulkan hipotensi berdasarkan :

Refleks presor yang penting untuk mempertahankan tekanan darah yang

dihambat oleh CPZ.

Berefek bloker

Menimbulkan efek inotropik negatif pada jantung

Toleransi dapat timbul terhadap efek hipotensif CPZ

Neurologik

Dapat menimbulkan gejala ekstra piramidal seperti parkinsonisme pada dosis

berlebihan. Dikenal 6 gejala sindrom neuroleptik yang karakteristik pada obat ini,

empat diantaranya terjadi sewaktu obat diminum, yaitu distonia akut, akatisia,

11

Page 12: Css Antipsikotik Final

parkinsonisme dan sindroma neuroleptik malignant, sedangkan dua gejala lain timbul

setelah pengobatan berbulan-bulan sampai bertahun-tahun, berupa tremor perioral

dan diskinesia tardif.

2. BUTYROPHENONE

Efek samping dan intoksikasi

Menimbulkan reaksi ekstra pyramidal terutama pada pasien usia muda. Dapat terjadi

depresi akibat reversi keadaan mania atau sebagai efek samping. Leukopenia dan

agranulositosis ringan dapat terjadi. Haloperidol sebaiknya tidak diberikan pada

wanita hamil.

Susunan saraf pusat

Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang mengalami

eksitasi, menurunkan ambang rangsang konvulsif, menghambat system dopamin dan

hypothalamus, juga menghambat muntah yang ditimbulkan oleh apomorfin.

Sistem saraf otonom

Dapat menyebabkan pandangan kabur. Obat ini menghambataktifitas reseptor yang

disebabkan oleh amin simpatomimetik.

Sistem kardiovaskular dan respirasi

Menyebabkan hipotensi, takikardi, dan dapat menimbulkan potensiasi dengan obat

penghambat respirasi.

Efek endokrin

Menyebabkan galaktore

3. DIBENZODIAZEPIN

Efek samping dan intoksikasi

Agranulositosis merupakan efek samping utama pada pengobatan dengan klozapin.

Gejala ini timbul paling sering 6-18 minggu setelah pemberian obat, dengan resiko

1,2% pada penggunaan setelah 4 minggu. Penggunaan obat ini tidak boleh lebih dari

6 minggu kecuali bila terlihat ada perbaikan. Dapat pula terjadi hipertermia,

takikardia, sedasi, pusing kepala, hipersalivasi, kantuk, letargi, koma, disorientasi,

delirium, depresi pernapasan, aritmia dan kejang.

12

Page 13: Css Antipsikotik Final

EFEK SAMPING DAN EFEK ANTIEMETIK OBAT ANTIPSIKOSIS

OBAT ANTI PSIKOSIS EFEKEKSTRAPIRAMI

DAL

EFEKANTI

EMETIK

EFEKSEDATIF

EFEK HIPO

TENSIF

A. DERIVAT FENOTIAZIN1. Senyawa dimetilaminopropil :

KlorpromazinPromazinTriflupromazin

2. Senyawa piperidil :Mepazin

Tioridazin3. Senyawa piperazin :

AsetofenazinKarfenazinFlufenazinPerfenazinProklorperazinTrifluoperazin tiopropazat

B. NON-FENOTIAZINKlorprotiksen

C. BUTYROPHENONEHaloperidol

++++

+++

+++

+++++++++++++++++

++

+++

++++

+++

+++

+++++++++++++++++

++

+++

+++++

+++

+++++

++++++

++++

+++

+

+++++

+

++++

+++++++

++

+

EFEK SAMPING NEUROLOGIK OBAT NEUROLEPTIK

EFEK GAMBARANKLINIS

WAKTURESIKO

MAKSIMAL

MEKANISME PENGOBATAN

Distonia akut Spasme otot lidah, wajah, leher, punggung ; dapat menyerupai bangkitan ; bukan histeria

1-5 hari Belum diketahui

Dapat diberikan berbagai pengobatan, obat anti Parkinson bersifat diagnostik dan kuratif

Akatisia Ketidak-tenangan, motorik, bukan ansietas atau agitasi

5-60 hari Belum diketahui

Kurangi dosis atau ganti obat; obat anti Parkinson, benzodiazepin, atau propanolol

Parkinsonisme Bradikinesia, rigiditas, macam-macam tremor, wajah topeng, suffling gait

5-30 hari Antagonisme dengan

dopamin

Obat anti Parkinson menolong

13

Page 14: Css Antipsikotik Final

Sindroma malignan

Katatonik, stupor, demam, tekanan darah tidak stabil, mioglobinemia,; dapat fatal

Berminggu-minggu, dapat bertahan beberapa hari setelah obat dihentikan

Ada kontribusi antagonisme dengan dopamin

Hentikan neuroleptik segera; dantrolene atau bromokriptin dapat menolong; obat anti Parkinson lainnya tidak efektif

Tremor perioral (sindroma kelinci)

Tremor perioral (mungkin sejenis perkinsonisme yang dating terlambat) pengobatan

Setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun

Belum diketahui

Obat antiparkinson sering menolong

Diskinesia tardif Diskinesia mulut-wajah; koreoatetosis atau distonia meluas

Setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun (memburuk dengan penghentian)

Diduga : kelebihan efek dopamin

Sulit dicegah, pengobatan tidak memuaskan

Efek samping yang ireversibel seperti tardif diskinesia (gerakan berulang

involunter pada lidah, wajah, mulut/rahang dan anggota gerak dimana saat tidur gejala

menghilang) yang timbul akibat pemakaian jangka panjang dan tidak terkait dengan

besarnya dosis. Bila gejala tersebut timbul maka obat anti psikotik perlahan-lahan

dihentikan, bias dicoba pemberian Reserpine 2,5 mg/h (dopamine depleting agent).

Penggunaan L-dopa dapat memperburuk keadaan. Obat anti psikotik hampir tidak pernah

menimbulkan kematian sebagai akibat overdosis atau keinginan untuk bunuh diri.

14

Page 15: Css Antipsikotik Final

DAFTAR PUSTAKA

1. Ganiswarna SG, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi.

Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas

Kedokteran- Universitas Indonesia; 1995.

2. Kaplan HI, Sadock BJ. Kaplan and Saddock’s Synopsis of Psychiatry: Behavioral

Science/ Clinical Psychiatry. 8th ed. Maryland: William & Wilkins; 1998.

3. Katzung BG. Basic & Clinical Pharmacology. 8th ed. New York: McGraw-Hill;

2001.

4. Maslim R, Panduan Praktis Penggunaan Klini, Obat Psikotropik. Edisi 3. Jakarta:

2001.

5. Mycek MJ, Harvey RA, Champe PC. Lippincott’s Illustatrated Reviews:

Pharmacology. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins; 2000.

6. Ganiswarna SG, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi.

Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas

Kedokteran- Universitas Indonesia; 1995.

15