13
BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 PENDAHULUAN Invasi ini sering terjadi pada anak-anak terutama yang sering berjalan tanpa alas kaki atau yang sering berhubungan dengan tanah atau pasir. Demikian pula para petani atau tentara yang sering mengalami hal yang sama. 6,8 Penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis atau subtropis yang hagat dan lembab, misalnya Afrika, Amerika Selatan dan Barat, di Indonesia pun banyak dijumpai. 8 1.2 DEFINISI Istilah ini digukana pada kelainan kulit yang merupakan peradangan berbentuk linier atau berkelok-kelok, menimbul atau progresif, disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang berasal dari anjing dan kucing. 1,2,7 1.3 ETIOLOGI Penyebab utama adalah larva yang berasal dari cacing tambang binatang anjing dan kucing, yaitu Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum. 1,2,3,6,7,8 Di Asia Timur umumnya disebabkan oleh gnanostoma babi dan kucing. Pada beberapa kasus ditemukan Echinococcus, Strongyloides sterconalis, dermatobia maxiales, dan Lucillia Caesar. Selain itu dapat pula disebabkan oleh larva beberapa jenis lalat, misalnya Castrophillus dan cattle fly. Biasanya larva ini merupakan stadium ketiga siklus hidupnya. Nematode hidup pada hospes, ovum terdapat pada kotoran binatang dan karena

creeping eruption

Embed Size (px)

Citation preview

BAB ITINJAUAN PUSTAKA

1.1 PENDAHULUANInvasi ini sering terjadi pada anak-anak terutama yang sering berjalan tanpa

alas kaki atau yang sering berhubungan dengan tanah atau pasir. Demikian pula

para petani atau tentara yang sering mengalami hal yang sama.6,8

Penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis atau subtropis yang hagat dan

lembab, misalnya Afrika, Amerika Selatan dan Barat, di Indonesia pun banyak

dijumpai.8

1.2 DEFINISIIstilah ini digukana pada kelainan kulit yang merupakan peradangan

berbentuk linier atau berkelok-kelok, menimbul atau progresif, disebabkan oleh

invasi larva cacing tambang yang berasal dari anjing dan kucing.1,2,7

1.3 ETIOLOGIPenyebab utama adalah larva yang berasal dari cacing tambang binatang

anjing dan kucing, yaitu Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum.1,2,3,6,7,8

Di Asia Timur umumnya disebabkan oleh gnanostoma babi dan kucing. Pada

beberapa kasus ditemukan Echinococcus, Strongyloides sterconalis, dermatobia

maxiales, dan Lucillia Caesar. Selain itu dapat pula disebabkan oleh larva beberapa

jenis lalat, misalnya Castrophillus dan cattle fly. Biasanya larva ini merupakan

stadium ketiga siklus hidupnya. Nematode hidup pada hospes, ovum terdapat pada

kotoran binatang dan karena kelembaban berubah menjadi larva yang mampu

melakukan penetrasi ke dalam kulit. Larva ini tingal di kulit, berjalan-jalan tanpa

tujuan sepanjang dermoepidermal, setelah beberapa jam atau hari akan tibul gejala

di kulit.8

1.4 SIKLUS HIDUPPenyebab utama Cutaneous Larva Migrans di Indonesia adalah larva cacing

tambang kucing dan anjing. Siklus hidup cacing tambang ini berawal dari telur-telur

cacing yang menetas di tanah yang lembab, hangat, dan teduh untuk menjadi larva.

Kemudian larva filariform menembus kulit hospes definitive yaitu kucing dan anjing.

Lalu terjadi siklus hidup yang normal menjadi cacing dewasa dan hidup di usus

hewan tersebut. Larva filariform dapat menembus kulit manusia dengan bantuan

enzim proteolitik yang dimilikinya namun tidak dapat menembus hingga ke dermis

karena tidak mempunyai enzim kolagenase, akibatnya larva akan mengembara

diantara dermis dan epidermis sehingga tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya

secara normal dan larva akhirnya mati.1

Gambar 1.1 Siklus hidup larva

1.5 PATOFISIOLOGITelur cacing tambang tersebut dalam lingkungan yang lembab dan hangat

misalnya pantai, telur tersebut akan berubah menjadi larva yang infeksius sehingga

mampu mengadakan penetrasi pada kulit yang kontak langsung dengan tanah.

Larva tersebut akan hidup dalam tanah dalam beberapa minggu. Penularan terjadi

karena individu berkontak dengan tanah lembab yang terkontaminasi kotoran anjing,

kucing, sapi yang telah mengandung larva cacing tersebut. Larva dapat menembus

kulit dengan bantuan enzim proteolitik dan bergerak dalam epidermis antara stratum

germinativum dan stratum korneum, kebanyakan larva ini tidak bias menjalani

perkembangan yang lebih lanjut atau menginvasi jaringan yang lebih dalam dan

akan mati setelah beberapa hari sampai dengan beberapa bulan. Penetrasi sering

terjadi pada tangan, kaki, dan bokong diawali dengan timbulnya papul kemudian

diikuti lesi mirip terowongan berwarna merah muda dengan lebar sekitar 2-4mm

dengan bentuk khas berupa pola linear atau berkelok-kelok disertai rasa gatal dan

panas.1

1.6 GEJALA KLINISMasa inkubasi dalam beberapa hari (1-6 hari).8 Masuknya larva ke kulit

biasanya disertai rasa gatal dan panas. Mula-mula akan timbul papul, kemudian

diikuti bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linier atau berkelok-kelok, menimbul

dengan diameter 2-3 mm, dan berwarna kemerahan. Adanya lesi papul eritematosa

menunjukkan bahwa larva tersebut telah berada di kulit selama beberapa jam atau

hari.5,8

Perkembangan selanjutnya papul merah ini menjalar seperti benang

berkelok-kelok, polisiklik, serpiginosa, menimbul dan membentuk terowongan

(burrow), mencapai panjang beberapa sentimeter.4 Rasa gatal biasanya hebat pada

malam hari.2

Tempat preileksi adalah tungkai, plantar, tangan, anus, bokong dan paha,

juga di bagian tubuh mana saja yang sering kontak dengan tempat larva berada.8

Gambar 1.2 Regio thorakalis anterior, terdapat garis linier berkelok-kelok

1.7 DIAGONSIS Diagnosis creeping eruption berdasarkan gambaran klinis dan

epidemiologinya. Berdasarkan bentuk khas, yakni terdapatnya kelainan seperti

benang yang lurus atau berkelok-kelok, menimbul, dan terdapat papul atau vesikel di

atasnya. Berdasarkan gambaran histologinya ditemukan larva nematode dalam

kanal folikular, stratum korneum, ddan dermis bersamaan dengan infiltrate inflamasi

eosinophil. Pada biopsy ditemukan nematode larva pada dermis.8

1.8 DIAGNOSIS BANDINGDengan melihat adanya terowongan harus dibedakan dengan scabies, pada

scabies terowongan berbentuk tidak akan sepanjang seperti pada penyakit ini. Ila

melihat bentuk yang polisiklik sering dikacaukan dengan dermatofitosis. Pada

permulaan lesi berupa papul, karena itu sering diduga insect bite. Bila invasi larva

yang multiple timbul serentak, papul-papul lesi dini sering menyerupai herpes zoster

stadium permulaan.1,2,7

1.9 PENGOBATANAntihelminthes berspektrum luas, misalnya tiabendazol (mintezol) ternyata

efektif. Dosisnya 50mg/kgBB/ hari, sehari 2 kali, diberikan berturut-turut selama 2

hari. Dosis maksimum 3 gram sehari, jika belum sembuh dapat diulangi setelah

beberapa hari. Efek sampingnya mual, pusing, dan untah. Demikian pula

pengobatan dengan suspensi obat tersebut secara oklusi selama 24-48 jam.3,5,6,8

Obat lain adalah albendazol, dosis sehari 400 mg sebagai dosis tunggal,

diberikan 3 hari berturut-turut. Thiabendazole topical tersedia dalam bentuk 10%

suspensi atau 15% cream diguanakan 4 kali per hari dapat meredakan gatal dalam

waktu 3 hari.4,6,8 Cara terapi adalah menggunakan CO2 snow (dry ice) dengan

penekanan selama 45 detik sampai 1 menit, dua hari berturu-turut. Cara beku

dengan menyemprotkan chlor ethil sepanjang lesi. Cara tersebut diatas agak sulit,

karena kita tidak mengetahui secara pasti dimana larva berada, dan bila terlalu lama

dapat merusak jaringan disekitarnya.1,2,7

BAB 2

TINJAUAN KASUS

2.1IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny. N

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 26 tahun

Alamat : Jl. Taruna Gg. Masjid I RT III No 9

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum menikah

Pendidikan Terakhir : S1

Pekerjaan : Swasta

Suku Bangsa : Jawa

Tanggal Pemeriksaan : 21 Mei 2012

2.2 ANAMNESIS

1. Keluhan Utama:

Gatal dipaha kanan

2. Keluhan penyerta:

Panas dan keluar cairan

3. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSU Haji Surabaya dengan

keluhan gatal pada paha kanan sejak 1 minggu yang lalu. Pasien sering

menggaruk, karena gatal dirasakan terus menerus (sepanjang hari). Pada saat

digaruk keluar cairan jernih, tidak ada darah. Awalnya hanya berbentuk 1

benjolan berwarna merah seperti digigit nyamuk. Lalu bertambah banyak dan

semakin melebar sejak 3 hari terakhir. Pada daerah sekitar dirasakan panas dan

kemerahan tetapi tidak nyeri. Pasien tidak memiliki hewan peliharaan di rumah.

Pasien mengaku sebelum muncul benjolan tidak digigit serangga. Pasien sudah

mengoleskan minyak tawon tapi keluhan tidak berkurang. Tidak ditemukan

adanya luka seperti ini pada bagian tubuh lainnya.

4. Riwayat Penyakit Dahulu :

- Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya

- Riwayat DM disangkal

- Riwayat hipertensi disangkal, asma disangkal

- Alergi makanan laut dan obat-obatan disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga :

- Riwayat DM disangkal

- Riwayat hipertensi disangkal, asma disangkal

- Alergi makanan dan obat-obatan disangkal

- Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan seperti pasien

6. Riwayat Sosial :

- Pasien tinggal serumah dengan 5 orang. Memiliki kamar sendiri. Kamar sering

dibersihkan dan mengganti seprei, sarung bantal dan guling.

- Bekerja di kantor dalam ruangan ber AC

2.3 PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis :

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Status higienitas : Cukup

Kesan gizi : Cukup

Vital sign:

Tekanan Darah: tidak dilakukan pemeriksaan

Nadi : tidak dilakukan pemeriksaan

RR : tidak dilakukan pemeriksaan

Kepala : OD/OS : a/i/c: -/-/-

Leher : dalam batas normal

Thoraks : dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Ekstremitas atas : dalam batas normal

Ekstremitas bawah : dalam batas normal

Status Dermatologis :

Pada region femur anterior dextra ditemukan adanya makula eritematus,

hiperpigmentasi, berbatas tegas, dan diatasnya terdapat squama

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Lampu wood negatif

2.5 RESUME

♀, 26 tahun, datang dengan keluhan gatal pada paha sebelah kanan.

Awalnya hanya berbentuk 1 benjolan berwarna merah seperti digigit nyamuk. Lalu

bertambah banyak dan semakin melebar sejak 3 hari terakhir. Pada saat digaruk

keluar cairan jernih, tidak ada darah. Pada daerah sekitar dirasakan panas,

kemerahan teapi tidak nyeri. Status Dermatologis: Pada region femur anterior

dextra ditemukan adanya makula eritematus, hiperpigmentasi, berbatas tegas,

dan diatasnya terdapat squama

2.6 DIAGNOSIS

Creeping eruption

2.7DIAGNOSIS BANDING

-

2.8 PLANNING

Planning diagnosis: -

Planning terapi:

Kloretil spray

Albendazole 400 mg 3hari berturut turut

Planning edukasi:

- Memberikan penjelasan kepada penderita tentang penyakitnya.

- Menghindari faktor resiko dengan menggunakan alas kaki, tidak memelihara

binatang atau menjaga kebersihan binatang peliharaan.

- Menjelaskan kepada penderita untuk menaati aturan terapi dan kontrol bila

masih ada keluhan.

2.9 PROGNOSIS

Baik, selama terapi dilakukan dengan tuntas.

2.10 FOTO KASUS

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah B, 2009. Dermatologi Pengetahuan Dasar dan Kasus di Rumah

Sakit. Surabaya: Airlangga University Press. Hal: 141-144.

2. Aisah S, 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke-6. Jakarta: FK

Universitas Indonesia. Hal: 125-126.

3. Buxton P.K., 2003. ABC of Dermatology 4th Edition. London: BMJ Publishing

Group. Page: 107-108.

4. Gawkrodger D.J, 2002. Dermatology An Illustrated Colour Text 3rd Edition.

United State of America: Churchill Livingstone. Page: 57.

5. Hunter J, Savin J, & Dahl M, 2002. Clinical Dermatology 3rd Edition. United

States of America: Blackwell Production. Page: 232.

6. James W.D., Berger T.G, & Elston D.M. 2006. Andrew’s Diseases of the Skin

Clinical Dermatology, Tenth Edition. Canada: W.B Saunders Company. Page:

435-436.

7. Suyoso S, Ervianti E, Murtiastutik D, Agusni I, SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan

Kelamin FK Unair/RSU Dr. Soetomo, 2011. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin

Edisi 2, Surabaya: FK Unair/RSU Dr. Soetomo, hal: 57-58.

8. Wolf K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, 2008.

Fitzpatrick’s: Dermatology in General Medicine 7th Edition. United State of

America: The McGrow-Hill Company: p 2023-2025