Upload
koyossssssssssssssss
View
41
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Wahyu Hidayat
TUGASMATAKULIAH PENDIDIKAN MATEMATIKA KELAS RENDAH
“Karakteristik Anak Sekolah Dasar dan Teori-teori Pembelajaran Matematika”
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MATARAM2012
di Susun Oleh:
Wahyu Hidayat -
Tarmizi Ihksan -
A. KARAKTERISTIK ANAK SEKOLAH DASAR
Berkaitan dengan atmosfir di sekolah, ada sejumlah karakteristik yang dapat
diidentifikasi pada siswa SD berdasarkan kelas-kelas yang terdapat di SD.
1. Karakteristik pada Masa Kelas Rendah SD (Kelas 1,2, dan 3)
a. Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah
b. Suka memuji diri sendiri
c. Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu, hal itu dianggapnya
tidak penting
d. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain dalam hal yang
menguntungkan dirinya
e. Suka meremehkan orang lain
2. Karakteristik pada Masa Kelas Tinggi SD (Kelas 4,5, dan 6).
a. Perhatianya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari
b. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis
c. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus
d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai
prestasi belajarnya di sekolah.
Menurut Jean Piagiet, usia siswa SD (7-12 tahun) ada pada stadium
operasional konkrit. Oleh karena itu guru harus mampu merancang
pembelajaran yang dapat membangkitkan siswa, misalnya penggalan waktu
belajar tidak terlalu panjang, peristiwa belajar harus bervariasi, dan yang
tidak kalah pentingnya sajian harus dibuat menarik bagi siswa. Hal ini
dilakukan karena perhatian anak pada tingkat usia tersebut masih mudah
beralih, artinya dalam jangka waktu tertentu perhatian anak dapat tertarik
kepada banyak hal, tetapi waktu tertentu pula perhatian anak berpindah-
pindah.
Sifat lain bahwa perhatian anak sering berfokus pada lingkungan
terdekat. Kedekatan ini dapat bersifat langsung maupun tidak langsung.
Bersifat langsung, misalnya dalam melihat pesawat terbang akan lebih
tertarik pada bentuk dan warnanya dari pada fungsinya, artinya dalam
memahami suatu konsep anak-anak lebih tertarik pada ujud benda
konkritnya. Begitu juga pengalaman yang termediasipun akan membawa
anak kepada perhatian, misalnya bahan bacaan atau ceritera, sajian TV
dapat mendekatkan anak pada dunia yang lebih luas.
B. TEORI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Dalam pembelajaran matematika.guru perlu memahami teori-teori
belajar yang nantinya itulah yang dijadikan pedoman dalam membuat suatu
metode pembelajaran. Ada beberapa teori-teori pembelajaran matematika
menurut para ahli :
1. Teori Belajar Menurut Van Hiele
Teori ini menyatakan bahwa :“Tiga unsur utama dalam pengajaran
geometri, yaitu waktu, materi pengajaran dan metode pengajaran yang
diterapkan, jika secara terpadu akan dapat meningkatkan kemapuan
berfikir siswa kepada tingkatan berfikir yang lebih tinggi.”
Van Hiele menyatakan bahwa terdapat 5 tahap belajar siswa dalam
belajar geometri, yaitu :
a. Tahap Pengenalan
Pada tahap ini siswa mulai belajar mengenal suatu bangun
geometri secara keseluruhan namun belum mampu mengetahui
adanya sifat-sifat dari bangun geometri yang dilihatnya.
b. Tahap Analisis
Pada tahap ini siswa sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki
bangun geometri yang diamatinya.
c. Tahap Pengurutan
Pada tahap ini siswa sudah mengenal dan memahami sifat-sifat
suatu bangun geometri serta sudah dapat mengurutkan bangun-
bangun geometri yang satu sama yang lainnya saling
berhubungan.
d. Tahap Deduksi
Pada tahap ini siswa telah mampu menarik kesimpulan secara
deduktif, yaitu menarik kesimpulan yang bersifat umum dan
menuju ke hal yang bersifat khusus serta dapat mengambil
kesimpulan.
e. Tahap Akurasi
Pada tahap ini siswa mulai menyadari pentingnya ketepatan
prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Tahap
berfikir ini merupakan tahap berfikir yang paling tinggi, rumit, dan
kompleks, karena di luar jangkauan usia anak-anak SD sampai
tingakat SMP.
2. Teori Belajar Menurut William Brownell
Teori ini menyatakan bahwa :“Belajar matematika merupakan belajar
bermakna, dalam arti setiap konsep yang dipelajari harus benar-benar
dimengerti sebelum sampai pada latihan atau hafalan.”
Brownell mengemukakan tentang Teori Makna (Meaning Theory)
sebagai pengganti Teori Latihan Hafal/Ulangan (Drill Theory).
Intisari dari teori Drill adalah :
a. Matematika untuk tujuan pembelajaran dianalisis sebagai
kumpulan fakta yang berdiri sendiri dan tidak saling berkaitan.
b. Anak diharuskan menguasai unsur-unsur yang banyak sekali
tanpa diperhatikan pengertiannya.
c. Anak mempelajari unsur-unsur dalam bentuk seperti yang akan
digunakan nanti dalam kesempatan lain.
d. Anak akan mencapai tujuan ini secara efektif dan efisien dengan
melalui pengulangan.
Brownell mengemukakan ada 3 keberatan utama berkenaan dengan
teori Drill dalam pengajaran matematika, yaitu :
1. Teori drill memberikan tugas yang harus dipelajari siswa yang
hampir tidak mungkin dicapai.
2. Keberatan yang lainnya berkaitan dengan reaksi yang dihasilkan
oleh drill.
3. Tidak memadai dalam pengajaran aritmatika, karena tidak
menyediakan kegiatan untuk berfikir secara kuantitatif.
Sedangkan intisari dari teori makna adalah :
1. Anak harus melihat makna dari apa yang dipelajarinya.
2. Teori drill dipakai setelah konsep, prisip, dan proses telah
dipahami oleh siswa.
3. Mengembangkan kemampuan berfikir dalam situasi kuantitatif.
4. Program aritmatika membahas tentang pentingnya dan makna
dari bilangan.
3. Teori Belajar Menurut Jerome S. Brunner
Teori ini menyatakan bahwa :“Belajar matematika akan lebih berhasil
jika proses pengajaran di arahkan kepada konsep-konsep dan stuktur
yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan dan dengan
menggunakan alat peraga serta diperlukannya keaktifan siswa
tersebut.”
Brunner mengemukakan bahwa dalam proses belajar siswa melewati 3
tahap yaitu :
a. Tahap Enaktif
Dalam tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam
memanipulasi objek.Yaitu dengan menggunakan benda-benda
yang konkrit atau peritiwa yang biasa terjadi.
Contoh: Budi mempunyai 2 pinsil, kemudian ibunya
memberikannya lagi 3 pinsil.
Berapa banyak pinsil Budi sekarang ?
b. Tahap Ikonik
Dalam tahap ini kegiatan dilakukan siswa berhubungan dengan
mental, di mana siswa mengubah, menandai, dan menyimpan
peristiwa atau benda dalam bentuk bayangan mental.Misalnya
dengan membayangkan dalam pikirannya tentang benda atau
peristiwa yang dialaminya, walaupun benda tersebut tidak ada
dihadapannya lagi atau dengan menggunakan gambar.
Contoh : !! + !!! = …
c. Tahap Simbolik
Dalam tahap ini anak dapat mengutarakan bayangan mental
tersebut dalam bentuk simpul dan bahasa.Anak tidak terikat lagi
dengan objek-objek pada tahap sebelumnya dan sudah mampu
menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap objek real.
Contoh: 2 pinsil + 3 pinsil = …pinsil
Berdasarkan hasil pengamatannya, Brunner merumuskan 5
teorema dalam pembelajaran matematika, yaitu :
Teorema Penyusunan
Menerangkan bahwa cara yang terbaik memulai belajar suatu
konsep matematika, dalil, defenisi, dan semacamnya adalah
dengan cara menyusun penyajiannya. Misalnya dalam
mempelajari penjumlahan bilangan positif dan negatif siswa
mencoba sendiri dengan menggunakan garis bilangan.
Teorema Notasi
Menerangkan bahwa dalam pengajaran suatu konsep,
penggunaan notasi-notasi matematika harus diberikan secara
bertahap, dari yang sederhana ke yang lebih kompleks.
Teorema Pengkontrasan dan Keanekaragaman
Menerangkan bahwa pengontrasan dan keanekaragaman sangat
penting dalam melakukan pengubahan konsep matematika dari
yang konkrit ke yang lebih abstrak.Dalam hal ini diperlukan
banyak contoh.Contoh yang diberikan harus sesuai dengan
rumusan yang diberikan.Misalnya menjelaskan persegi panjang,
disertai juga kemungkinan jajaran genjang dan segi empat lainnya
selain persegi panjnag.Dengan demikian siswa dapat
membedakan apakah segi empat yang diberikan padanya
termasuk persegi panjang atau tidak.
Teorema Pengaitan
Menerangkan bahwa dalam matematika terdapat hubungan yang
berkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lain. Di mana
materi yang satu merupakan prasyarat yang harus diketahui untuk
mempelajari materi yang lain.
4. Teori Belajar Menurut Prof. Robert M. Gagne
Teori ini menyatakan bahwa “Dalam pembelajaran matematika di SD
diperlukan objek belajar matematika dan tipe-tipe belajar.”
a. Objek Belajar Matematika
Menurut Gagne bahwa dalam belajar matematika dua objek yaitu
objek langsung dan objek tidak langsung.Objek tidak langsung
mencangkup kemampuan menyelidik, memecahkan masalah,
disiplin diri, bersikap positif, dan tahu bagaimana semestinya
belajar.
Objek-objek langsung pembelajaran matematika terdiri atas :
1. Fakta-fakta matematika
2. Ketrampilan-ketrampilan matematika
3. Konsep-konsep matematika
4. Prinsip-prinsip matematika
Objek-objek tak langsung pembelajaran matematika adalah :
1. Kemampuan berfikir logis
2. Kemampuan memecahkan masalah
3. Sikap positif terhadap matematika
4. Ketekunan
5. Ketelitian
b. Tipe-Tipe Belajar
Telah dibedakan ke dalam 8 tipe belajar yang terurut
kesukarannya dari yang sederhana sampai kepada yang
kompleks. Urutan ke 8 tipe belajar itu adalah :
1. Belajar isyarat (signal learning), yaitu belajar sesuatu yang
tidak disengaja.
2. Belajar stimulus respon (stimulus responses learning), yaitu
belajar sesuatu dengan sengaja dan responnya adalah
jasmani.
3. Rangkaian gerak (motor learning), yaitu belajar dalam bentuk
perbuatan jasmaniah terurut dari dua kegiatan atau lebih
stimulus respon.
4. Rangkaian verbal , yaitu berupa perbuatan lisan terurut dari
dua kegiatan atau lebih stimulus respon.
5. Belajar membedakan , yaitu belajar memisahkan rangkaian
yang bervariasi. Ada dua macam belajar membedakan, yaitu
a. Membedakan tunggal, yaitu berupa pengertian siswa
terhadap suatu lambang.
b. Membedakan jamak, yaitu membedakan beberapa
lambang tertentu.
6. Belajar konsep ( concept learning), yaitu belajar atau melihat
sifat bersama dari suatu benda atau peristiwa.
7. Belajar aturan (rule learning), yaitu memberikan respon
terhadap semua stimulus dengan segala macam perbuatan.
8. Pemecahan masalah (problem solving), yaitu masalah bagi
siswa bila sesuatu itu baru dikenalnya tetapi siswa telah
memiliki prasyarat hanya siswa belum tahu proses
algoritmanya.
c. Taksonomi Gagne
Menurut Gagne tingkah laku manusia sangat bervariasi dan
berbeda dihasilkan dari belajar. Kita dapat mengklasifikasikan
tingkah laku sedemikian rupa sehingga dapat diambil implikasinya
yang bermanfaat dalam proses belajar.Gagne mengemukakan
bahwa ketrampilan-ketrampilan yang dapat diamati sebagai hasil-
hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan atau disebut juga
kapabilitas.
d. Lima Macam Hasil Belajar Gagne
Gagne mengemukakan 5 macam hasil belajar atau kapabilitas tiga
bersifat kognitif, satu bersifat afektif dan satu bersifat
psikomotor.Hasil belajar menjadi lima kategori kapabilitas sebagai
berikut :
1. Informasi verbal
Kapabilitas informasi verbal merupakan kemampuan untuk
mengkomunikasikan secara lisan pengetahuannya tentang
fakta-fakta.
2. Ketrampilan Intelektual
Kapabilitas ketrampilan intelektual merupakan kemampuan
untuk dapat membedakan, menguasai konsep aturan, dan
memecahkan masalah. Kapabilitas Ketrampilan Intelektual
oleh Gagne dikelompokkan dalam 8 tipe belajar yaitu :
a. Belajar Isyarat
b. Belajar stimulus Respon
c. Belajar Rangkaian Gerak
d. Belajar Rangkaian Verbal
e. Belajar membedakan
f. Belajar Pembentukan konsep
g. Belajar Pembentukan Aturan
h. Belajar Memecahkan Masalah
3. Strategi Kognitif
Kapabilitas Strategi Kognitif adalah Kemampuan untuk
mengkoordinasikan serta mengembangkan proses berfikir
dengan cara merekam, membuat analisis dan sintesis.
4. Sikap
Kapabilitas Sikap adalah kecenderungan untuk merespon
secara tepat terhadap stimulus atas dasar penilaian terhadap
stimulus tersebut.
5. Ketrampilan motorik
Untuk dapat mengetahui seseorang memiliki kapabilitas
ketrampilan motorik dapat dilihat dari segi kecepatan,
ketepatan, dan kelancaran gerakan otot-otot serta anggota
badan yang diperlihatkan orang tersebut.
e. Fase-fase kegiatan Belajar menurut Gagne
Robert M.Gagne adalah seorang ahli psikologi yang banyak
melakukan penelitian diantaranya fase-fase kegiatan belajar yang
dibagi dalam empat fase yaitu :
a. Fase Aprehensi
b. Fase Akuisisi
c. Fase Penyimpanan
d. Fase Pemanggilan
5. Teori Belajar Menurut Jean Peaget
Teori ini menyatakan bahwa “Jika kita akan memberikan pelajaran
tentang sesuatu kepada anak didik, maka kita harus memperhatikan
tingkat perkembangan berfikir anak tersebut.”
Dengan teori belajar yang disebut Teori Perkembangan Mental Anak
(Mental atau Intelektual dan Kognitif) atau ada pula yang menyebutnya
Teori Tingkat Perkembangan Berfikir Anak telah membagi tahapan
kemampuan berfikir anak menjadi empat tahapan yaitu :
a. Tahap Sensori Motorik (sejak lahir sampai dengan 2 tahun)
Bagi anak yang berada pada tahap ini,pengalaman diperoleh
melalui perbuatan fisik(gerakan anggota tubuh)dan
sensori(koordinasi alat indra).
b. Tahap Pra Operasinal (2 tahunsampaidengan7 tahun)Ini merupakan tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi
konkrit.Operasi konkrit adalahberupa tindakan- tindakan kognitif
seperti mengklasifikasikan sekelompok objek,menata letak benda
berdasarkan urutan tertentu,dan membilang
c. Tahap Operasional Konkrit(7 tahunsampaidengan11 tahun)Umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami konsep
kekekalan, kemampuan mengklasifikasi, mampu memandang
suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objektif, dan
mampu berfikir reversible.
d. Tahap Operasional Formal (11 tahundanseterusnya)Tahap ini merupakantahap akhir dari perkembangan kognitif
secara kualitas.Anak pada tahap ini sudah mampu malakukan
penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak.Anak
mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan objek atau
peristiwanya langsung, dengan hanya menggunakan simbol-
simbol, ide-ide, abstraksi dan generalisasi.
Jadi, agar pelajaran matematika di SD dapat dimengerti oleh para
siswa dengan baik, maka seyogianya mengajarkan sesuatu
bahasan harus diberikan kepada siswa yang sudah siap untuk
dapat menerimanya.
Tahapan perkembangan intelektual atau berfikir siswa di SD dalam
Pembelajran Matematika yaitu :
a. Kekekalan Bilangan (Banyak)
Bila anak telah memahami kekekalan bilangan, amak ia akan
mengerti bahwa banyaknya benda-benda itu akan tetap walaupun
letaknya berbeda-beda. Konsep kekekalan bilangan umumnya
dicapai oleh siswa usia 6 sampai 7 tahun.
b. Kekekalan Materi (Zat)
Anak baru bisa memahami yang sama atau berbeda itu dari satu
sudut pandang yang tampak olehnya. Belum bisa melihat
perbedaan atau persamaan dari dua karakteristik atau lebih.
Hukum kekekalan materi umumnya dicapai oleh siswa usia 7
sampai 8 tahun.
c. Kekekalan panjang
Konsep kekekalan panjang umumnya dicapai oleh siswa usia 8
sampai 9 tahun.
d. Kekekalan luas
Hukum kekekalan luas umumnya dicapai oleh siswa usia 8
sampai 9 tahun.
e. Kekekalan berat
Hukum kekekalan berat umumnya dicapai oleh siswa usia 9
sampai 10 tahun.
f. Kekekalan isi
Usia sekitar 14-15 tahun atau 11-14 tahun anak sudah memiliki
hukum kekekalan isi.
g. Tingkat pemahaman
Tingkat pemahaman di usia SD masih mengalami kesulitan
merumuskan defenisi dengan kata-katanya sendiri. Mereka belum
dapat membuktikan dalil secara baik.
6. Teori Belajar Menurut Van Eugen
Teori ini menyatakan bahwa “Tujuan pengajaran aritmatika adalah
untuk membantu anak memahami suatu simbol yang mewakili suatu
himpunan, kejadian, dam serentetan kegiatan yang diberi simbol itu
harus langsung dialami oleh anak.”
Van Eugen (1949), seorang penganut teori makna mengatakan bahwa
dalam situasi yang bermakna selalu terdapat 3 unsur, yaitu :
a. Ada suatu kejadian (event), benda (object), atau tindakan (action).
b. Adanya simbol (lambang/notasi/gambar) yang digunakan sebagai
penyataan yang mewakili unsur pertama di atas.
c. Adanya individu yang menafsirkan simbol-simbol yang mengacu
kepada unsur pertama di atas.
Van Eugen membedakan makna (meaning) dan mengerti
(understanding),.Mengerti mengacu pada sesuatu yang dimiliki oleh
individu.Individu yang mengerti telah memiliki hubungan sebab akibat,
implikasi logis dan sebaris pemikiran yang mengandungkan dua atau
lebih pernyataan secata logis makna adalah sesuatu yang dibaca dari
sebuah simbol oleh seorang anak. Dengan kata lain anak menyadari
bahwa simbol adalah sesuatu pengganti suatu objek.
7. Teori Belajar Menurut Edward L. Thondike
Teori belajar ini menyatakan bahwa “Pada hakekatnya belajar
merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon
dan belajar lebih berhasil bila respon siswa terhadap suatu stimulus
segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan.
Teori belajar stimulus-respon yang dikemukakan oleh Thorndike
disebut juga dengan koneksionisme. Teori ini menyatakan bahwa pada
hakikatnya belajar merupakan proses pembentukkan hubungan antara
stimulus dan respon.
8. Teori Belajar Menurut Zoltan P. Dienes
Teori ini menyatakan bahwa “Tiap-tiap konsep atau prinsip dalam
matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkrit akan dapat
dipahami dengan baik dan benda atau objek dalam bentuk pemainan
akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran
matematika.”
Dalam konsepnya itu, Dienes membagi tahap-tahap belajar dalam 6
tahap, yaitu :
a. Permainan Bebas (Free Play)
Yaitu dengan melakukan aktifitas yang tidak berstruktur dan tidak
diarahkan.Di mana siswa mengadakan percobaan yang
mengotak-atik benda-benda konkrit dan abstrak dari unsur yang
sedang dipelajarinya itu.
b. Permainan yang Disertai Aturan (Games)
Siswa meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam
konsep tertentu.
c. Permainan Kesamaan Sifat (Searching for comunities)
Siswa diarahkan dalam kegiatan menemukan sifat-sifat kesamaan
dalam permainan yang sedang diikuti.
d. Representasi (Representasi)
Yaitu tahap pengambilan kesamaan sifat dari beberapa situasi
yang sejenis.Para siswa menentukan representasi dari konsep-
konsep tertentu yang bersifat abstrak.Dengan demikian telah
mengarah pada pengertian struktur matematika yang sifatnya
abtrak yang terdapat dalam konsep yang sedang dipelajari.
e. Simbolisasi (Symbolization)
Yaitu merumuskan representasi dari setiap konsep dengan
menggunakan simbol matematika.
f. Formalisasi (Formalization)
Dalam hal ini siswa dituntut untuk menurutkan sifat-sifat konsep
dan kemudian merumuskan sifat-sifat baru konsep tersebut.
9. Teori Belajar Ausubel
Teori ini terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya
pengulangan sebelum belajar dimulai dan bahan pelajaran akan lebih
mudah dipahami jika bahan itu dirasakan bermakna bagi siswa .
Ausubel membedakan antara belajar menemukan dan belajar
menerima.Dalam belajar menerima siswa hanya menerima dan tinggal
meghapalkan materi.Sedangkan pada belajar menemukan,siswa tidak
menerima pelajaran begitu saja,tetapi konsep ditemukan oleh
siswa.Belajar bermakna lebih dilakukan dengan metode penemuan
(discovery). Namun demikian, metode ceramah (ekspositori) bisa juga
menjadi belajar bermakna jika berlajarnya dikaitkan dengan
permasalahan kehidupan sehari-hari, tidak hanya sampai pada tahap
hapalan; bahan pelajaran harus cocok dengan kemampuan siswa dan
sesuai dengan struktur kognitif siswa.
10. Teori Belajar Skinner
Burhus Frederic Skinner menyatakan bahwa ganjaran atau penguatan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
belajar.Ganjaran merupakan respon yang sifatnya menggembirakan
dan merupakan tingkah laku yang sifatnya subjektif.Penguatan
merupakan sesuatu yang mengakibatkan meningkatnya kemungkinan
suatu respon dan lebih mengarah kepada hal-hal yang sifatnya dapat
diamati dan diukur.
Dalam teori Skinner dinyatakan bahwa penguatan terdiri atas
penguatan positif dan penguatan negatif.Contoh penguatan positif
diantaranya adalah pujian yang diberikan pada anak setelah berhasil
menyelesaikan tugas dan sikap guru yang bergembira pada saat anak
menjawab pertanyaan.Skiner menambahkan bahwa jika respon siswa
baik(menunjang efektivitas pencapaian tujuan)harus segera diberi
penguatan positif agar respon tersebut lebih baik lagi,atau minimalnya
perbuatan baik itu dipertahankan
11. Teori Belajar Baruda (Belajar dengan Meniru)
Baruda melihat juga adanya kelemahan dalam teori Skinner, yaitu
bahwa respon yang diberikan siswa yang kemudian diberi penguatan
tidaklah esensial, menurutnya yang eseinsial adalah bahwa seseorang
akan belajar dengan baik melalui peniruan, melalui apa yang dilihatnya
dari seseorng, tayangan, dll yang menjadi model untuk ditiru.
Pengertian meniru ini bukan berarti mencontek,tetapi meniru hal-hal
yang dilakukan oleh orang lain,terutama guru.
12. Teori Belajar Polya
Pemecahan masalah merupakan aktivitas intelektual yang paling tinggi.
Pemecahan masalah harus didasarkan atas adanya kesesuaian
dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa, supaya tidak terjadi
stagnasi
Tahapan pemecahan masalah:
1. Memahami masalah2. membuat rencana/cara penyelesaian masalah3. menjalankan rencana/menyelesaikan masalahdan mericek atau
melihat kembali
13. Teori Belajar Pavlov
Pavlov mengemukakan konsep pembiasaan(conditioning). Dalam
kegiatan belajar, agar siswa belajar dengan baik maka harus
dibiasakan. Misalnya, agar siswa mengerjakan Pekerjaan Rumah
dengan baik, biasakanlah dengan memeriksanya, menjelaskannya,
atau member nilai terhadap hasil pekerjaannya.
14. Teori Belajar Gestalt
Gestalt menyatakan bahwa penguasaan akan diperoleh apabila ada
prasyaratndan latihan hafal atau drill yang diulang-ulang sehingga tidak
mengherankan jika ada topic-topik di tata secara urut seperti perkalian
bilangan cacah kurang dari sepuluh ( Rosseffendi,19993:115-116).
Tokoh aliran ini adalah John Dewey.Ia mengemukakan bahwa
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan oleh
guru harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Penyajian konsep harus lebih mengutamakan pengertianb. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar harus memperhatikan
kesiapan intelektual siswa.c. Mengatur suasana kelas agar siswa siap belajar.
15. Teori Belajar Clark Hull
Clark Hull mengemukaan konsep pokok teorinya yang sangat
dipengaruhi oleh teori evolusi.Menurutnya tingkah laku seseorang
berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup.
16. Teori Belajar Bloom dan Krathwohl
Teori Bloom dan Krathwohl mengemukakan tiga hal yang bisa dikuasai
oleh siswa, meliputi: ranah kognitif, ranah psikomotor dan ranah Afektif.
Tiga ranah itu tercakup dalam teori yang lebih dikenal sebagai
Taksonomi Bloom.
17. Teori Belajar Kolb
Kolb membagi tahapan belajar ke dalam empat tahapan, yaitu:
a. pengalaman konkretb. pengamatan aktif dan reflektifc. konseptualisasid. eksperimentasi aktif
18. Teori BelajarHabermas
Habermas berpendapat bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh
interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan sesama manusia.
Lebih lanjut ia mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga bagian, yaitu:
a. belajar teknis
b. belajar praktisc. belajar emansipatoris
19. Teori Belajar Pask dan Scott
Pask dan Scott juga membagi proses berpikir manjadi dua macam.
Pertama pendekatan serialis yang menyerupai pendekatan algoritmik
yang dikemukakan Landa. Jenis kedua adalah cara berpikir menyeluruh
yaitu berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke
gambaran lengkap sebuah sistem informasi.
20. Teori Belajar Landa
Menurut Landa ada dua proses berpikir. Pertama disebut proses
berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir linier, konvergen, lurus menuju
ke satu sasaran. Jenis kedua adalah cara berpikir heuristik, yakni cara
berpikir divergen menuju ke beberapa sasaran sekaligus.
21. John Belajar Dewey (CTL)
Teori ini menyatakan bahwa matematika itu harus mengkaitkan bahan
pelajaran dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa
menghubungkan yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari,
pengalaman sesungguhnya dan penerapannya / manfaatnya
Contoh strategi yang digunakan: authentic, inkuiri, praktek kerja,
pemecahan masalah
22. Teori Belajar Konstruktivisme
Dalam teori belajar konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan
sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika,
yaitu:
1. Siswa mengkonstruksi pengetahuan matematika dengan cara
mengintegrasikan ide yang mereka miliki,
2. Matematika menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti,3. Strategi siswa lebih bernilai,
4. Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling
bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, tytler
(1996: 20) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan
rancangan pembelajaran, sebagai berikut:
1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
gagasannya dengan bahasa sendiri,
2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang
pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif,
3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru,
4. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa,
5. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka,6. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.