Upload
truongnhan
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROBLEMATIKA PEMILIHAN METODE PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) SERTA PEMECAHANNYA
(Studi di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang)
SKRIPSI
OLEH IKA OKTAVIANI LUSIANA
NIM 105811480781
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
DESEMBER 2009
PROBLEMATIKA PEMILIHAN METODE PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) SERTA PEMECAHANNYA
(Studi di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang)
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Oleh
Ika Oktaviani Lusiana NIM 105811480781
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
Desember 2009
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi oleh Ika Oktaviani Lusiana ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji Malang, 23 Desember 2009 Pembimbing I Drs. H. Suparlan, M.Si. NIP 19470501 197803 1 001 Malang, 23 Desember 2009 Pembimbing II Dra. Arbaiyah Prantiasih, M.Si. NIP 19520618 198003 2 001
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN Skripsi oleh Ika Oktaviani Lusiana ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 29 Desember 2009 Dewan Penguji Drs. Margono, M.Pd, M.Si, Ketua NIP 19610518 198701 1 001 Drs. H. Suparlan, M.Si, Anggota NIP 19470501 197803 1 001 Dra. Arbaiyah Prantiasih, M.Si, Anggota NIP 19520618 198003 2 001 Mengetahui, Mengesahkan, Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Dekan Fakultas Ilmu Sosial Drs. Kt. Diara Astawa, SH. M.Si. Prof. Dr. Hariyono, M.Pd. NIP 19540522 198203 1 005 NIP 19631227 198802 1 001
i
ABSTRAK
Lusiana, Ika Oktaviani. 2009. Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) serta Pemecahannya (Studi di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang). Skripsi, Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Drs. H. Suparlan, M.Si, (2) Dra. Arbaiyah Prantiasih, M.Si.
Kata Kunci: Problematika, Guru, Metode Pembelajaran PKn
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, metode pembelajaran memegang peran penting. Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Setiap guru harus mampu menguasai metode-metode yang ada dan dapat memilih metode yang tepat agar bisa mencapai tujuan belajar. Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelemahan-kelemahan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Guru, tidak menguasai materi dan cara penyampaian; (2) Siswa, tidak mempunyai kemampuan, kesiapan dan kondisi yang baik; (3) Sarana dan prasarana untuk belajar mengajar kurang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), mengetahui problematika yang dihadapi guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam memilih metode pembelajaran di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang, mengetahui upaya guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam mengatasi problematika pemilihan metode pembelajaran di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang. Informan terdiri dari guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dengan cara: reduksi data, penyajian data dan kesimpulan atau verifikasi data. Untuk menjamin keabsahan data maka dilakukan: ketekunan pengamatan dan triangulasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) meliputi: (a) aspek pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge), (b) aspek keterampilan kewarganegaraan (civics skills), (c) aspek nilai-nilai kewarganegaraan (civics values). Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning = CTL), pendekatan konsep dan pendekatan individual; (2) setiap guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang mempunyai problematika masing-masing dalam memilih metode pembelajaran antara lain: (a) guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SMA Negeri 1 Lawang problem yang dihadapi adalah minat dan motivasi belajar siswa yang rendah, kurang kesesuaian antara jumlah materi yang diajarkan dan alokasi waktu; (b) guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SMK Merdeka Lawang problem yang dihadapi adalah Input nilai UAN (Ujian Akhir Nasional) yang rendah dan masalah di luar akademik yaitu siswa yang terhambat karena faktor ekonomi orang tua yang tidak
ii
mendukung. Selain itu, kurangnya sarana dan prasarana pendukung pembelajaran. (3) Guru di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang telah melakukan upaya dalam mengatasi problematika yang sedang dihadapi, antara lain: (a) melakukan pengamatan secara langsung di kelas; (b) memilah-milah materi yang akan diajarkan, lebih kreatif dalam mencari sumber pembelajaran lain yang relevan dan berkonsultasi dengan sesama teman di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP); (c) memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber pelajaran, menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan menerapkan pembelajaran PAKEM; (d) guru dan pihak sekolah bekerja sama dengan pihak-pihak terkait berusaha memenuhi sarana dan prasarana sekolah.
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti dapat memberi saran bagi guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya sebagai seorang tenaga pengajar yang profesional. Salah satunya adalah melalui pemilihan metode pembelajaran yang tepat agar nantinya dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam atas petunjuk dan
hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) serta Pemecahannya (Studi di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka
Lawang )” ini dengan baik.
Skripsi ini merupakan salah satu bentuk tugas akhir bagi masing-masing
Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) untuk memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan program sarjana. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan
penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari peran berbagai pihak, oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hariyono, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.
2. Bapak Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd., yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian.
3. Bapak Drs. Kt. Diara Astawa, SH. M.Si., selaku ketua Jurusan Hukum dan
Kewarganegaraan Universitas Negeri Malang yang telah memberikan ijin
untuk melakukan penelitian.
4. Bapak Drs. H. Suparlan, M.Si., selaku dosen Pembimbing I sekaligus sebagai
dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan pengarahan, bimbingan
dan motivasi penulis hingga skripsi ini selesai.
5. Ibu Dra. Arbaiyah Prantiasih, M.Si., selaku dosen Pembimbing II yang telah
sabar membimbing dan memberi pengarahan penulis hingga skripsi ini selesai.
iv
6. Bapak Drs. Margono, M.Pd. M.Si., selaku peguji yang yang memberikan
arahan dan bimbingan dalam memperbaiki skripsi ini.
7. Bapak Drs. Suwandi, M.M., selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Malang yang telah memberikan ijin penelitian di SMA Negeri 1 Lawang dan
SMK Merdeka Lawang.
8. Bapak Kepala sekolah SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang
yang telah memberikan ijin penelitian di sekolah yang bersangkutan.
9. Bapak dan Ibu Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 1 Lawang
dan SMK Merdeka Lawang atas kerjasamanya dari awal penelitian hingga
akhir.
10. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu setia dan menyayangi disisi penulis,
dengan segala doa, perhatian dan motivasinya yang tercurahkan setiap saat
demi keberhasilan ananda. De’x Juwita dan de’x Habiel yang selalu
menghadirkan keceriaan dan kegembiraan.
11. Keluarga, sahabat (Mb’Novi) dan teman-teman (Daim, Ayub) Bojonegoro
yang turut memberikan semangat dan dukungan dalam penyelesaian skripsi
ini.
12. Teman-teman PPKn 2005 khususnya Off A, sahabat penulis (Farid, Santi,
Santi Ayu dan Maya) atas segala bantuan, semangat dan dukungannya dalam
menyusun skripsi ini.
13. Teman-teman kos Jl. Jombang 2 No. 8 (terutama De’x Chuzie dan Mb’Dina)
yang selalu memberikan motivasi, semangat dan doanya dalam penyusunan
skripsi ini. Keluarga kedua yang penuh dengan suka cita dan canda tawa.
v
14. Teman-teman PPL SMA Islam Malang dan KKN Desa Purwoasri semester
Gasal 2008/2009 yang penuh dengan kekeluargaan, terima kasih untuk
kerjasama serta dukungannya.
15. Semua pihak terkait yang secara langsung maupun tidak langsung telah
membantu proses terselesaikannya skripsi ini.
Atas bantuan yang telah diberikan, penulis hanya dapat berdoa semoga
amal baik tersebut dapat diterima di sisi Allah SWT amien. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, akhirnya dengan segala kekurangan
dan kelebihannya, penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi siapa
saja yang membutuhkan. Tak lupa kritik dan saran dari pembaca, penulis
harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Malang, Desember 2009
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5 D. Manfaat Hasil Penelitian .................................................................. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 6 B. Pemilihan Metode Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn .................................................................... 26 C. Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ................................................................... 29 D. Hakikat dan Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitan ........................................................ 39 B. Kehadiran Peneliti ............................................................................ 40 C. Lokasi Penelitian dan Subyek Penelitian ......................................... 40 D. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 40 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 42 F. Instrumen Penelitian ......................................................................... 44 G. Prosedur Penelitian ........................................................................... 45 H. Teknik Analisis Data ........................................................................ 47 I. Pengecekan Keabsahan .................................................................... 49
BAB IV PAPARAN DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data .................................................................................... 50 B. Temuan Penelitian ............................................................................ 68
vii
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 72 B. Problematika yang Dihadapi Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam Memilih Metode Pembelajaran di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang ....................... 77 C. Upaya Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam Mengatasi Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang ....................... 80
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 85 B. Saran ................................................................................................. 88
DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................ 89
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................................... 91
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 92
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 103
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Meta Matriks Situs Tertata ................................................. 48
2. Matriks Problem dan Upaya Mengatasi Pemilihan Metode
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ............ 67
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 : Foto Dokumentasi ........................................... 93
Lampiran 2 : Format Konsultasi Penyusunan Skripsi ........... 94
Lampiran 3 : Pedoman Wawancara ....................................... 96
Lampiran 4 : Permohonan Surat Izin Penelitian dari Peneliti 98
Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian dari UM dan
Kepala Diknas Kabupaten Malang .................. 99
Lampiran 6 : Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ....... 101
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan penting bagi setiap bangsa, lebih-lebih bangsa yang sedang
membangun. Melalui pendidikan sumber daya manusia dapat ditingkatkan
kualitasnya menjadi tenaga pembangunan yang profesional, dan dapat
menyumbangkan pikirannya sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Sejalan
dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), maka dunia
pendidikan harus ditingkatkan secara kualitas maupun kuantitas. Peningkatan
kualitas pendidikan berkaitan erat dengan hasil belajar siswa. Bahkan dapat
dikatakan kualitas pendidikan akan tercermin pada hasil belajar siswa. Dengan
demikian usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada hakikatnya
merupakan usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Aspek yang pertama kali perlu diperhatikan dalam usaha meningkatkan
hasil belajar siswa adalah kualitas proses belajar mengajar yang secara
operasional berlangsung di dalam kelas. Proses belajar mengajar merupakan
kegiatan yang paling utama dalam keseluruhan proses mengajar di sekolah,
karena melalui proses belajar mengajar inilah tujuan pengajaran akan tercapai.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional perlu adanya perbaikan-
perbaikan dan pengembangan dalam segala aspek pendidikan yang menuju ke
arah peningkatan mutu pendidikan. Dari segi guru misalnya, sebagai salah satu
2
pelaksana, tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada
siswa di sekolah secara praktis banyak berpengaruh terhadap terwujudnya
pencapaian mutu pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Pendidikan Dasar dan Menengah,
dalam pelaksanaan proses pembelajaran terdapat beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi diantaranya dalam kegiatan inti seorang guru harus menggunakan
metode yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran yang
meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang bertujuan untuk memperluas
wawasan dan menumbuhkan kesadaran warga negara, sikap serta perilaku cinta
tanah air, yang bersendikan pada kebudayaan bangsa, wawasan nusantara dan
ketahanan nasional. Dengan demikian, Pendidikan kewarganegaraan (PKn) pada
dasarnya didesain untuk mengembangkan warga negara yang cerdas dan baik
untuk seluruh jalur dan jenjang pendidikan untuk menciptakan generasi baru
dengan status kewarganegaraan yang jelas.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
sebagai salah satu mata pelajaran dalam penyajiannya dapat menggunakan
beberapa metode pembelajaran. Dalam rangka mencapai tujuan itu peran metode
dalam proses belajar pembelajaran sangat menentukan. Metode mempunyai andil
yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan
dapat dimiliki siswa, akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu
metode yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat
3
dicapai dengan penggunaan metode yang tepat, sesuai dengan standar
keberhasilan yang terpatri di dalam suatu tujuan.
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk
mencapai tujuan yang diharapkan (Djamarah, 2006:74). Metode yang dapat
digunakan dalam penyajian Pendidikaan Kewarganegaraan (PKn) antara lain
ceramah, tanya jawab, diskusi, resitasi, problem solving, role playing, dan
sosiodrama.
Masalah pokok dalam proses belajar saat ini adalah rendahnya prestasi
siswa karena sistem penyampaian pelajaran oleh guru bersifat ceramah, dan
diakhiri dengan ujian. Siswa lebih banyak bertindak sebagai pendengar setia,
tetapi tidak menyerap sampai tuntas apa yang disajikan guru. Metode
pembelajaran akan lebih meningkatkan motivasi belajar di kelas sehingga metode
menjadi sangat penting.
Guru berperan sebagai inovator atau kreator di depan kelas. Setiap guru
harus mampu menguasai metode-metode yang ada dan dapat memilih metode
yang tepat agar bisa mencapai tujuan belajar. Masing-masing metode mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Namun kelemahan ini sebaiknya ditekan semaksimal
mungkin untuk memperlancar proses belajar mengajar. Kelemahan-kelemahan ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Guru, tidak menguasai
materi dan cara penyampaian, (2) Siswa, tidak mempunyai kemampuan, kesiapan
dan kondisi yang baik, (3) Sarana dan prasarana untuk belajar mengajar kurang.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut maka perlu diketahui
problematika yang dihadapi guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam
4
memilih metode pembelajaran sehingga dapat ditentukan langkah pembinaan pada
guru, sesuai dengan kebutuhan guru dalam rangka menigkatkan kualitas guru, dan
sesuai dengan kebutuhan guru dalam upaya meningkatkan kerja dalam
membimbing aktivitas siswa.
Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti masalah yang
berjudul “Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) serta Pemecahannya (Studi di SMA Negeri 1 Lawang
dan SMK Merdeka Lawang)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah karakteristik mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn)?
2. Bagaimanakah problematika yang dihadapi guru Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) dalam memilih metode pembelajaran di SMA Negeri
1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang?
3. Bagaimanakah upaya guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam
mengatasi problematika pemilihan metode pembelajaran di SMA Negeri 1
Lawang dan SMK Merdeka Lawang?
5
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Mendeskripsikan karakteristik mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn).
2. Mendeskripsikan problematika yang dihadapi guru Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) dalam memilih metode pembelajaran.
3. Mendeskripsikan upaya guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam
mengatasi problematika pemilihan metode pembelajaran.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini daharapkan akan bermanfaat bagi beberapa pihak
terkait berikut.
1. Bagi Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian perkuliahan, terutama yang
berkaitan dengan masalah pembelajaran. Bagi mahasiswa PPKn dapat
dijadikan kepustakaan untuk penelitian yang sejenis.
2. Bagi Peneliti
Sebagai wahana untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, berfikir
kritis, dan sistematis dalam menganalisis persoalan pendidikan.
3. Bagi Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Sebagai pertimbangan dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan
pemilihan metode pembelajaran berdasarkan kurikulum KTSP.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Pembelajaran dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Guru hendaknya memiliki pembendaharaan kemampuan
mengenai metode dan teknik pembelajaran agar kegiatan mengajar dapat berdaya
guna dan berhasil guna, efektif dan efisien, demokratis serta manusiawi.
Metode pembelajaran dapat dibagi menjadi dua, yaitu metode
pembelajaran teori dan metode pembelajaran praktikum. Menurut Al Hakim
“metode pembelajaran teori mengarah pada penguasaan teoritik sebelum metode
itu diberlakukan, misalnya ceramah, tanya jawab, resitasi, diskusi, problem
solving dan sosiodrama”. Menurut Al Hakim “metode pembelajaran praktikum
melibatkan aspek pengetahuan sikap dan keterampilan sekaligus, sebab siswa
tidak hanya dikonsentrasikan pada operasi intelektual (pikiran) semata akan tetapi
juga keterampilan dan pelaksanaannya”.
Metode yang dapat diterapkan pada pengajaran Pendidikan Kewarganegar
aan (PKn), antara lain:
1. Metode Ceramah (Lecture)
Metode ceramah yang berasal dari kata Lecture, memiliki arti dosen atau
metode dosen, yang berbentuk penjelasan konsep, prinsip, dan fakta secara lisan.
7
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan
informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada
umumnya mengikuti pelajaran secara pasif. Meski metode ini lebih menuntut
keaktifan guru daripada siswa, tetapi metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan
begitu saja dalam kegiatan pembelajaran (Djamarah, 2006:97).
Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangannya sebagai
berikut:
a. Kelebihan Metode Ceramah
• Guru mudah menguasai kelas.
• Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
• Dapat diikuti siswa dalam jumlah besar.
• Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
• Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
b. Kekurangan Metode Ceramah
• Membuat siswa pasif.
• Siswa yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan siswa
yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
• Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
• Bila terlalu lama membosankan.
• Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada
ceramahnya, ini sukar sekali.
Persiapan menggunakan metode ceramah
Sebelum mengajar guru perlu mempersiapkan diri bagi penggunaan
metode ceramah. Hal-hal yang harus dipersiapkan antara lain:
8
Guru benar-benar telah menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan.
Guru hendaknya dapat menyampaikan bahan dengan sistematika yang dapat
diikuti siswa.
Guru hendaknya dapat menguasai bahasa pengantar dengan baik.
Guru-guru hendaknya dapat menyusun kata-kata yang akan diucapkannya
dalam kalimat-kalimat yang sederhana.
Guru hendaknya dapat berbicara dalam lafal kata atau ucapan kata yang tepat.
Guru hendaknya dapat menyesuaikan tingkat bahasa yang dipergunakan
dengan taraf kecerdasan siswa.
Guru hendaknya dapat mengukur dinamika suara dan mengatur tempo suara
misalnya cepat atau lambat berbicara.
Guru hendaknya dalam menampilkan diri di depan kelas cukup menarik,
misalnya mimik yang ramah dan menarik dengan sikap dan gaya yang tidak
dibuat-buat.
Guru hedaknya dapat menimbulkan kesan pada siswa bahwa guru sendiri
sangat berminat pada bahan pelajaran yang sedang diceramahkan.
Guru hendaknya dapat menyesuaikan bahan yang disampaikan sesuai dengan
tingkat kemampuan perhatian atau minat siswa.
Guru hendaknya dapat menyiapkan beberapa pertanyaan untuk mengecek
apakah bahan pelajaran telah dipahami atau dikuasai oleh siswa.
Guru perlu membuat rangkuman tentang bahan yang telah diajarkan.
Sehubungan dengan persiapan menggunakan metode ceramah, maka
Nasution (dalam Prantiasih, 1986:80) mengemukakan tentang garis-garis besar
menggunakan metode ceramah yaitu:
9
a. Menyiapkan bahan apersepsi, yang berguna untuk menarik perhatian dan minat siswa.
b. Menyiapkan bahan, terutama tentang pokok-pokok atau permasalahan yang penting.
c. Mengabstraksi, membandingkan atau mengecek apakah siswa telah mengerti.
d. Menggeneralisasi, menyimpulkan hal-hal yang telah dikemukakan.
e. Mengaplikasi kemungkinan penggunaan dalam kehidupan siswa ...”.
Berdasarkan sifat dan hakikat pelaksanaan proses metode ceramah, maka
pada pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat digunakan untuk
mengembangkan strategi pembinaan sikap konsep dengan tujuan mencapai
kognisi dan afeksi materi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang menjadi
kompetensi dasar. Akan tetapi hanya dengan menggunakan metode ceramah
sudah barang tentu aspek dan potensi siswa yang dapat dikembangkan juga tidak
akan mencapai titik optimal. Dengan demikian tujuan kognitif dan afektif yang
dapat dicapai dengan penerapan metode ceramah hanya pada tingkat yang rendah.
Oleh sebab itu untuk lebih mengadaptasikan ketingkat yang lebih tinggi, maka
dirasa perlu melakukan kombinasi atau variasi dengan metode yang lain, misalnya
metode tanya jawab, diskusi ataukah cara penugasan (Prantiasih, 1986:81).
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula
dari siswa kepada guru (Djamarah, 2006:94). Metode tanya jawab adalah metode
yang tertua dan banyak digunakan dalam proses pendidikan, baik di lingkungan
keluarga, masyarakat maupun sekolah.
Metode tanya jawab memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai
berikut:
10
a. Kelebihan Metode Tanya Jawab
• Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun
ketika itu siswa sedang ribut.
• Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir,
termasuk daya ingatan.
• Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab
dan mengemukakan pendapat.
b. Kekurangan Metode Tanya Jawab
• Siswa merasa takut, apalagi guru kurang dapat mendorong siswa untuk
berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang, melainkan
akrab.
• Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir
dan mudah dipahami siswa.
• Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat
menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.
• Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk
memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.
Langkah-langkah dalam mempersiapkan metode tanya jawab:
Mengingat alasan dan tujuan digunakannya metode tanya jawab pada
kegiatan belajar mengajar, maka di dalam penggunaan metode tanya jawab agar
dapat berhasil dengan baik dirasa ada beberapa hal yang dipersiapkan oleh guru,
yaitu:
11
Guru harus benar-benar menguasai bahan pelajaran termasuk semua jawaban
yang mungkin dapat menjadi pegangan siswa atas pertanyaan yang
diajukannya.
Guru perlu mempersiapkan semua pertanyaan yang akan diajukan dengan
cermat.
Dalam menyusun pertanyaan guru perlu memikirkan bahwa pertanyaan yang
diajukan dapat membangkitkan minat belajar siswa.
Dalam menyusun pertanyaan guru perlu memikirkan bahwa pertanyaan yang
diajukan merangsang siswa untuk berfikir dan memusatkan perhatian pada
satu pokok perhatian.
Dalam menyusun pertanyaan guru perlu memikirkan bahwa pertanyaan yang
diajukan membantu siswa supaya mengetahui bagian-bagian mana yang
dipandang perlu diketahui atau diingat siswa.
Kata-kata yang digunakan guru untuk menyusun pertanyaan harus jelas,
sehingga mudah dipahami oleh siswa.
Pertanyaan yang disusun guru harus memiliki yaitu tujuan tertentu,
maksudnya apakah guru mengharapkan suatu reproduksi dari pengetahuan
yang telah dimiliki ataukah ingin menguji kemampuan berfikir siswa.
Pertanyaan yang disusun perlu disesuaikan dengan taraf kecerdasan serta
pengalaman siswa.
Tujuan metode tanya jawab adalah berperan untuk mengaktifkan dan
meningkatkan keikutsertaan siswa pada proses belajar mengajar. Guru harus
mampu mengungkapkan ketidakmengertian atau kebingungan siswa terhadap
12
materi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang telah disampaikan guru
(Prantiasih, 1986:83).
Menurut Prantiasih (1986:83-84) ditinjau dari teknik dan strateginya, maka
pertanyaan yang diajukan oleh guru kepada siswa haruslah memenuhi persyaratan
antara lain:
• Pertanyaan yang berkenaan dengan kompetensi dasar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) harus merata dan seimbang dengan mencakup aspek-aspeknya.
• Potensi harus dikembangkan. • Tingkat-tingkat tujuan yang perlu dicapai. • Ada kesempatan yang secara teoritis harus sama untuk tiap
individu.
Untuk mencapai keberhasilan penerapan metode tanya jawab secara wajar,
maka persyaratan tersebut perlu diperhatikan dan menjadi pedoman pada
penyusunan maupun pelaksanaannya, sehingga memungkinkan metode tanya
jawab pada pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat berfungsi
secara wajar.
3. Metode Diskusi (Discussion Method)
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa dihadapkan
kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat
problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama (Djamarah, 2006:87).
Metode diskusi ada kelebihan dan kekurangannya, diantaranya adalah:
a. Kelebihan Metode Diskusi
• Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan,
prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
• Memperluas wawasan.
13
• Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain
sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap
toleransi.
• Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam
memecahkan suatu masalah.
b. Kekurangan Metode Diskusi
• Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu
yang panjang.
• Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
• Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
• Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin
menonjolkan diri.
Terdapat bermacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam
proses pembelajaran, antara lain:
1) Diskusi Kelas
Diskusi kelas atau disebut diskusi kelompok adalah proses pemecahan
masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi.
Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah: pertama, guru
membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya siapa yang akan
menjadi moderator, siapa yang menjadi penulis. Kedua, sumber masalah
(guru, siswa, atau ahli tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus
dipecahkan selama 10-15 menit. Ketiga, siswa diberi kesempatan untuk
menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada moderator. Keempat,
14
sumber masalah memberi tanggapan, dan kelima, moderator menyimpulkan
hasil (Sanjaya, 2008:157).
2) Diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-
kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. Pelaksanaannya
dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian
masalah tersebut dibagi-bagi ke dalam submasalah yang harus dipecahkan
oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua
kelompok menyajikan hasil diskusinya (Sanjaya, 2008:157).
3) Simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan
dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Simposium
dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Setelah para
penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka
simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus
yang telah ditentukan sebelumnya (Sanjaya, 2008:157).
4) Diskusi panel
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh
beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang dihadapkan
audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi
panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya sekedar
peninjau para panelis yang sedang melakukan diskusi. Oleh sebab itu, agar
diskusi panel efektif perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan
15
metode penugasan. Siswa disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan dalam
diskusi (Sanjaya, 157-158).
Langkah-langkah menggunakan metode diskusi:
Mengemukakan masalah yang akan didiskusikan. Suatu masalah hendaknya
dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang memungkinkan dapat merangsang
anak berfikir dan macam-macam jawaban.
Mengemukakan beberapa alasan mengapa masalah ini perlu didiskusikan.
Memberi kesempatan kepada anak-anak untuk mengemukakan pendapatnya
atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan terhadap pendapat orang lain atau
terhadap persoalan yang dikemukakan guru.
Menyiapkan perbedaan pendapat.
Pelaksanaan metode diskusi dalam pengajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) bermaksud untuk mencapai tujuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik yang bertaraf lebih tinggi. Guru harus tetap berorientasi kepada
siswa sebagai sentral proses belajar mengajar. Guru Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) bertugas mengawasi dan memberikan pengarahan sesuai
dengan fungsinya sebagai pembimbing dan motivator. Guru dengan penerapan
metode diskusinya mengembangkan kemampuan siswa untuk mampu
bermusyawarah yang merupakan kemampuan praktis dalam kehidupan sehari-
hari.
4. Metode Tugas atau Resitasi (Recitation Method)
Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru
memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
Metode tugas resitasi mempunyai kelebihan dan kekurangan, antara lain:
16
a. Kelebihan Metode Resitasi
• Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual
ataupun kelompok.
• Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru.
• Dapat membina tanggung jawab disiplin siswa.
• Dapat mengembangkan kreativitas siswa.
b. Kekurangan Metode Resitasi
• Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas ataukah
orang lain.
• Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan
dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan
anggota yang lainnya tidak berpartisipasi dengan baik.
• Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
• Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat
menimbulkan kebosanan siswa.
Langkah-langkah dalam penerapan metode tugas, yaitu:
Dalam memberikan tugas, guru perlu mempertimbangkan apakah tugas itu
akan dikerjakan oleh seseorang siswa atau sekelompok siswa.
Dalam memberikan tugas, guru perlu mempertimbangkan minat, kemampuan
dan taraf kecerdasan siswa.
Tugas-tugas yang akan diberikan kepada siswa selalu dibicarakan agar siswa
yang akan melaksanakannya menyadari maksud dan tujuannya.
17
Tugas yang akan dikerjakan siswa harus jelas batas-batas tugasnya. Dengan
demikian siswa tidak akan lagi ragu-ragu di dalam mengerjakan tugasnya,
sebab siswa mengetahui batas-batas tugas yang harus dikerjakannya.
Tugas yang akan dikerjakan dan diberikan harus berhubungan erat dengan
bahan-bahan pelajaran yang sedang dibahas atau akan dibahas.
Tugas yang diberikan hendaknya dapat memperkaya pengalaman siswa baik
di sekolah, di rumah atau di masyarakat.
Tugas yang diberikan hendaknya mendorong siswa untuk belajar.
Menetapkan batas waktu penyelesaian tugas yang disesuaikan dengan
kesanggupan/kemampuan individu.
Apabila metode tugas diterapkan pada pengajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn), bentuk-bentuk tugas yang diberikan kepada siswa dapat
digolongkan dua bagian, yaitu tugas individual dan tugas kelompok. Tugas
individual lebih ditekankan kepada pembinaan kognitif, afektif, dan psikomotorik
siswa secara individual. Sedangkan tugas kelompok bertujuan memupuk
kemampuan bergotong-royong, toleransi kelompok, kesadaran dan pentingnya
bekerja sama (Prantiasih, 1986:90).
5. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method)
Metode pemecahan masalah yaitu cara penyajian bahan pelajaran dengan
menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis
dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.
Metode problem solving mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai
berikut:
18
a. Kelebihan Metode Problem Solving
• Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih
relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
• Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat
membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara
terampil.
• Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa
secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa
banyak melibatkan mental dengan menyoroti permasalahan dari
berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan.
b. Kekurangan Metode Problem Solving
• Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan
kesulitan siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan
pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan
dan keterampilan guru.
• Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering
memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil
waktu pelajaran lain.
• Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan
menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir
memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-
kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan
tersendiri bagi siswa.
19
Langkah-langkah metode problem solving
Masalah yang diajukan hendaknya setingkat dengan kematangan atau
pengalaman siswa. Apabila mungkin masalah tersebut merupakan masalah
yang populer atau masalah yang dibahas itu benar-benar masalah yang nyata
ada. Hal ini dapat menimbulkan minat siswa dan merangsang untuk berfikir
siswa.
Masalah yang dikemukakan harus sesuai dengan tujuan pelajaran dan program
sekolah.
Masalah yang dihadapkan pada siswa harus dinyatakan dengan jelas.
Masalah yang dikemukakan harus mencakup bahan-bahan pelajaran tertentu.
Masalah yang dikemukakan harus sesuai dengan waktu yang disediakan untuk
membahas masalah tersebut.
Di dalam menggunakan metode masalah, guru perlu melaksanakan
prosedur yang harus ditempuh dalam melaksanakan metode tersebut. Apabila
dijelaskan gambaran untuk melaksanakan metode masalah adalah sebagai berikut:
1) Penyadaran masalah
Pada awalnya guru berusaha agar siswa sadar akan adanya suatu masalah.
Penyadaran ini penting karena belum tentu masalah itu disadari oleh siswa,
sehingga kadang-kadang belum ada minat dan keinginan untuk mempelajari
maupun memecahkan masalah tersebut.
2) Analisis masalah
Apabila setiap siswa sudah sadar akan adanya masalah, maka mereka diajak
untuk mengungkapkan, antara lain: (a) aspek-aspek masalah, (b) latar
20
belakang masalah, (c) sebab, (d) pelaku, dan (e) ruang serta waktu sekitar
masalah.
3) Perumusan masalah
Apabila masalah sudah dianalisis, siswa pada umumnya mulai mendapat
gambaran yang lebih menyeluruh dan lebih terpadu tentang suatu masalah.
Karenanya siswa kadang-kadang dapat merumuskan dengan singkat apa
sebenarnya masalahnya.
4) Pemecahan masalah
Sesudah masalah dianalisis dan dirumuskan, maka siswa dirangsang untuk
mencari pemecahan yang sebaik-baiknya. Dalam kerjasama dan komunikasi
yang lancar siswa diminta untuk mengemukakan pendapatnya tentang
pemecahan yang dimungkinkan untuk dilakukan. Setiap cara pemecahan yang
diajukan harus disertai alasan-alasan, maka dapat dipilih pemecahan yang
paling baik.
5) Perumusan pemecahan masalah
Sesudah alternatif pemecahan dipilih, siswa diajak untuk merumuskan secara
singkat cara pemecahan yang dipilih itu. Perumusan ini berguna sebagai
rangkuman apa yang telah ditelaah dan sekaligus sebagai ungkapan yang
tepat, tegas dan padat.
6) Pelaksanaan alternatif yang dipilih
Pada kegiatan ini bisa terjadi siswa mencari pemecahan masalah hanya secara
teoritis, oleh sebab itu guru perlu mengusahakan agar pemecahan teoritis
dikaji kebenarannya dalam kenyataan hidup.
21
Apabila metode masalah diterapkan pada pengajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn), maka dapat membentuk sikap, pengetahuan dan
ketrampilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar (Prantiasih, 1986:96). Metode
masalah memiliki tekanan yang khas di dalam kedudukan siswa di tempat pusat
pendidikan dengan cara menggiatkan aktivitas berfikir di bawah bimbingan siswa.
6. Metode Bermain Peran (Role Playing)
Metode bermain peran adalah suatu metode mengajar di mana guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan memainkan
peran tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (sosial)
(Prantiasih, 1986:96).
Metode bermain peran mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai
berikut:
a. Kelebihan Metode Bermain Peran
• Bermain peran dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
• Bermain peran dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena
melalui bermain peran siswa diberi kesempatan untuk memainkan
peran-peran yang sesuai dengan topik yang disimulasikan.
• Memperkaya pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan
dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
• Bermain peran dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses
pembelajaran.
• Bermain peran dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam
menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan
keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
22
b. Kekurangan Metode Bermain Peran
• Jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan tidak akan
melaksanakan dengan sungguh-sungguh.
• Bermain peran mungkin tidak akan berjalan dengan baik jika suasana
kelas tidak mendukung.
• Bermain peran tidak selamanya menuju pada arah yang diharapkan
seseorang yang memainkannya. Bahkan juga mungkin akan
berlawanan dengan apa yang diharapkannya.
• Siswa sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran secara
baik khususnya jika mereka tidak diarahkan atau tidak ditugasi dengan
baik. Siswa perlu mengenal dengan baik apa yang akan diperankannya.
• Bermain memakan waktu yang banyak.
• Agar berjalan dengan baik sebuah metode bermain peran, diperlukan
kelompok yang sensitif, imajinatif, terbuka, saling mengenal sehingga
dapat bekerja sama dengan baik.
Langkah-langkah menggunakan metode bermain peran:
Menentukan judul dan garis besar lakon yang akan diperankan.
Memberikan penjelasan garis besar lakon yang akan diperankan.
Memilih kelompok siswa yang akan memerankan lakon. Hal ini dapat
dilakukan dengan penawaran secara sukarela atau menunjuk siapa saja, sebab
semua siswa harus belajar dan harus melakukannya.
Mengatur situasi tempat bersama-sama dengan siswa yang akan memainkan
lakon.
23
Meminta kepada siswa yang tidak ikut berperan untuk mendengarkan dengan
mengikuti dengan teliti semua pembicaraan, tindakan-tindakan dan keputusan-
keputusan yang dilakukan oleh para pemeran. Siswa-siswa yang bertugas
sebagai penonton diminta untuk ikut menghayati lakon yang sedang
dimainkan sehingga dapat mengikuti peran yang sedang dimainkan. Jadi
mereka ikut mengidentifikasi diri dengan para pelaku. Hal ini diperlukan agar
dalam diskusi dapat mengemukakan pendapat sendiri mengenai bagaimana
menurut pendapatnya suatu tindakan atau keputusan harus dilakukan.
Mengatur diskusi setelah suatu lakon selesai diperankan.
Mengulang kembali suatu bagian dari lakon jika menurut kesimpulan diskusi
harus dimainkan dengan cara atau gaya yang lain baik itu yang terlihat dalam
tingkah lakunya maupun kata-kata yang diucapkan.
Topik yang dapat diangkat untuk role playing memainkan peran sebagai
juru kampanye suatu partai atau gambaran keadaan yang mungkin muncul pada
abad teknologi informasi (Sanjaya, 2008:161).
7. Metode Sosiodrama
Yang disebut sosiodrama ialah suatu cara untuk mendramatisasi tingkah
laku di dalam hubungan sosial. Sehingga metode sosiodrama adalah cara
mengungkapkan kehidupan dan hubungan sosial secara keseluruhannya pada
kelompok siswa, atau suatu drama tanpa naskah yang akan dimainkan oleh
sekelompok orang.
Metode sosiodrama mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan,
sebagai berikut:
24
a. Kelebihan Metode Sosiodrama
• Siswa melatih dirinya untuk memahami, dan mengingat isi bahan yang
akan didramakan. Sebagai pemain harus memahami, mengahayati isi
cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus
diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan
tahan lama.
• Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main
drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai
dengan waktu yang tersedia.
• Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan
akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. Jika seni
drama mereka dibina dengan baik kemungkinan besar mereka akan
menjadi pemain yang baik kelak.
• Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan
sebaik-baiknya.
• Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung
jawab dengan sesamanya.
• Bahasa lisan siswa dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah
dipahami orang lain.
b. Kekurangan Metode Sosiodrama
• Sebagian anak yang tidak ikut bermain drama mereka jadi kurang
kreatif.
25
• Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka
pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan
pertunjukan.
• Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit
menjadi kurang bebas.
• Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang
kadang-kadang bertepuk tangan.
Langkah-langkah menggunakan metode sosiodrama
Dalam menggunakan metode sosiodrama ada tiga langkah utama, yaitu:
1) Persiapan
Persiapan sosiodrama terdiri dari menentukan pokok atau masalah sosial yang
akan disosiodramakan, mempersiapkan anak-anak sebagai penonton dan
mempersiapkan pemain peran.
2) Pelaksanaan
Para pelaku yang telah dipersiapkan selam 2 atau 3 menit lebih dahulu,
kemudian dipersilahkan untuk mendramatisasikan menurut pendapat dan
kreasi mereka dan diharapkan perbuatan mereka adalah spontan, karena itu
peranan guru dalam pelaksanaan sosiodrama adalah mengawasi dan mencari
kebebasan kepada pelaku dan mengawasi ketertiban kelas.
3) Tindak lanjut
Sosiodrama sebagai metode mengajar tidak berakhir pada pelaksanaan
dramatisasi, melainkan hendaknya ada kelanjutan baik berupa tanya jawab,
diskusi, kritik maupun analisis perbedaan. Selanjutnya, apabila para pelaku
26
yang mendapat kritik, hendaknya diberi kesempatan untuk menyampaikan
maksudnya.
Apabila metode sosiodrama dilaksanakan pada pengajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) yang direncanakan secara baik, maka akan dapat
menanamkan pengertian peranan orang lain pada kehidupan bermasyarakat,
menanamkan kemampuan bertanggung jawab dalam bekerja sama dengan orang
lain, juga dapat belajar mengambil keputusan dalam hubungan kerja kelompok.
Dengan demikian, kognisi dan psikomotor siswa dapat ditingkatkan secara
keseluruhan.
B. Pemilihan Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Metode yang dipergunakan oleh guru biasanya berkesesuaian dengan
perumusan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan karena
metode yang dipilih dapat menunjang pencapaian tujuan pengajaran. Jarang sekali
terlihat guru merumuskan tujuan hanya dengan satu rumusan, tetapi pasti guru
merumuskan lebih dari satu tujuan. Karenanya, guru pun selalu mengunakan
metode lebih dari satu. Pemakaian metode yang satu digunakan untuk mencapai
tujuan yang satu, sementara penggunaan metode yang lain, juga digunakan untuk
mencapai tujuan yang lain sesuai dengan kehendak tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan.
Djamarah (2006:75) mengatakan bahwa dalam pemilihan dan penentuan
metode dalam kegiatan belajar mengajar perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1. Nilai strategis metode Bahan pelajaran yang guru berikan akan kurang memberikan dorongan (motivasi) kepada anak didik bila penyampaiannya menggunakan strategi yang kurang tepat. Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan metode justru akan
27
mempersulit bagi guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Efektivitas penggunaan metode Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya kerena penggunaan metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas serta situasi kelas. Karena itu, efektivitas penggunaan metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran.
3. Pentingya pemilihan metode Kegagalan guru mencapai tujuan pengajaran akan terjadi jika pemilihan dan penentuan metode tidak dilakukan dengan pengenalan terhadap karakteristik dari masing-masing metode pelajaran. Karena itu, yang terbaik guru lakukan adalah mengetahui kelebihan dan kelemahan dari beberapa metode pengajaran.
4. Faktor-faktor yang mempengarui pemilihan metode yang meliputi anak didik, tujuan, situasi, fasilitas, dan guru.
Perbedaan individual siswa pada aspek, biologis, intelektual, dan
psikologis mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang mana sebaiknya
guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam sikon yang
relatif lama demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara
operasional. Tujuan pembelajaran, situasi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
yang diciptakan oleh guru, lengkap tidaknya fasilitas belajar dan kepribadian, latar
belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru juga ikut mempengaruhi
dalam pemilihan dan penentuan metode mengajar.
Jadi, metode mengajar yang digunakan oleh seorang guru dalam setiap kali
tatap muka di kelas bukanlah asal pakai, melainkan harus mempertimbangkan
keempat hal di atas. Apabila guru merumuskan tujuan lebih dari satu, guru pun
sebaiknya menggunakan metode yang lebih dari satu.
Selain itu, ada tiga prinsip yang perlu dikembangkan dalam upaya
menetapkan metode pembelajaran. Ketiga prinsip tersebut adalah (1) tidak satu
28
metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan dalam semua kondisi, (2)
metode (strategi) pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda
dan konsisten pada hasil pembelajaran, dan (3) kondisi pembelajaran bisa
memiliki pengaruh yang konsisten pada hasil pengajaran.
Seorang guru harus mengetahui secara tepat dan secara sadar mengapa ia
memilih metode/teknik/strategi mengajar tersebut. Menurut Sistrunk dan Maxson,
Wesley dan Wronski (dalam Wahab, 2008:85-86) mengemukakan ciri-ciri metode
yang baik adalah:
1. Teliti, cermat, tepat dan tulus hati (sungguh-sungguh), dengan melibatkan kejujuran guru dan siswa.
2. Harus artistik, dalam arti guru benar-benar dapat merasakan hal mana yang relevan dan yang tidak, juga tidak sama dengan kebenaran. Melalui metode itu guru menafsirkan dan mengsintesa.
3. Harus bersifat pribadi, yaitu sesuatu yang telah mempribadi pada diri guru, tidak bersifat formalisme atau sesuatu yang rutin belaka, sebab yang penting adalah aktualita melalui pengalaman.
4. menghubungkan dirinya dengan pengalaman yang telah dimiliki siswa.
Memilih dan menggunakan metode mengajar adalah merupakan kiat guru
berdasarkan pengetahuan metodologisnya serta pengalaman mengajarnya. Oleh
sebab itu pada akhirnya tentu yang terbaik adalah mengkombinasikan berbagai
metode dan teknik mengajar disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan dan keadaan
siswa serta karakteristik materi pelajaran yang akan disampaikan. Asumsi-asumsi
yang di kemukakan di atas sebagai dasar pertimbangan memilih metode mengajar
tentunya merupakan saran dan pendapat sebab metode mengajar yang terbaik
adalah metode yang paling dikuasai guru.
29
C. Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn)
Problematika berasal dari kata “problem” yang menurut kamus Bahasa
Indonesia artinya soal atau masalah. Problematika juga diartikan sebagai segala
sesuatu yang menimbulkan adanya kesenjangan antara keinginan dan kenyataan.
Jadi problematika guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam memilih
metode pembelajaran adalah segala permasalahan yang dihadapi guru Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) dalam memilih metode pembelajaran untuk
melaksanakan tugasnya sebagai pengajar. Problematika tersebut perlu diketahui
agar mendapatkan alternatif pemecahannya sehingga penyelenggaraan pendidikan
dapat sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Dalam mengajar pada umumnya terjadi berbagai masalah-masalah yang
perlu diperhatikan. Secara khusus hal itu berlaku pula bagi pengajar mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), oleh karena guru studi Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) senantiasa berhadapan dengan siswa di kelas dalam
proses belajar-mengajarnya.
Mengajar adalah membantu seseorang untuk mempelajari sesuatu. Secara
formal mengajar adalah membantu seseorang memperoleh/mengubah beberapa
perilaku, yaitu beberapa keterampilan, sikap, pengetahuan, cita-cita dan apresiasi
(menghargai). Mengajar bukan hanya sekedar menyajikan informasi ataupun
gagasan seperti yang telah banyak dilakukan dalam pengajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) sampai dewasa ini. Di dalamnya tercakup pula
diantaranya membimbing siswa untuk belajar melalui kegiatan-kegiatan
pemeriksaan (probing), menemukan (discovering), menganalisis (analyzing), dan
30
menguji (examining) yang disebut berfikir reflektif (reflective thinking) sebagai
sesuatu yang penting dalam membangun sikap dan nilai-nilai yang lebih langsung
dalam tugas-tugas pengembangan keterampilan.
Masalah pokok dalam metode paedogogis adalah memilih atau membuat
keputusan. Walaupun guru hanya akan melaksanakan pelajaran yang sederhana
sekalipun ia harus memilih: (1) tujuan pengajaran, (2) strategi untuk mencapai
tujuan tersebut dan di dalam memetakan strategi maka yang diseleksi keduanya
yaitu: isi dan metode dan pendekatan umum, (3) memilih taktik-taktik khusus
yang dapat digunakan dalam melaksanakan strategi, (4) memilih materi dan alat-
alat pengajaran, (5) memilih prosedur yang dapat digunakan untuk menilai
keberhasilan mengajar dan mengembangkan lebih lanjut (Wahab, 2008:28-29).
Mengajar juga adalah mengambil keputusan dan pembuatan keputusan
yang tepat memerlukan diagnosis yang baik. Tanpa diagnosa yang baik guru
cenderung mengajar apa saja dengan cara yang sama terhadap semua siswa, dan
sebagai akibatnya pengajaran menjadi membosankan, menimbulkan frustasi dan
ketidakberhasilan.
Diagnosis dalam mengajar dipersulit oleh beberapa faktor antara lain
adalah (1) tujuan yang dicari, (2) siswa yang akan diajar, (3) materi yang akan
diajarkan (termasuk kekhasan mata pelajaran yang diajarkan), (4) teknologi dan
alat yang tersedia, (5) sifat dan dinamika kelompok yang diajar, (6) filsafat
mengajar yang dianut, (7) lingkungan sekolah, (8) lingkungan yang mengelilingi
sekolah dan, (9) aspek guru sendiri: keterampilan, pengetahuan, sikap, prasangka,
dan kepribadian.
31
Mata pelajaran yang akan diajarkan, akan menentukan secara luas tentang
strategi dan teknik yang akan digunakan. Beberapa mata pelajaran yang harus
diingat, beberapa digunakan, dan beberapa lagi dihargai. Oleh sebab itu tidak ada
taktik dan strategi yang sama, yang dapat memberikan hasil sama terhadap mata
pelajaran yang berbeda atau dengan kata lain, tidak ada metode yang tepat bagi
semua mata pelajaran.
Problematika dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
ialah penggunaan metode pembelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran
secara tepat, yang memenuhi muatan tatanan nilai, agar dapat diinternalisasikan
pada diri siswa serta mengimplementasikan hakikat pendidikan nilai dalam
kehidupan sehari-hari belum memenuhi harapan yang diinginkan. Metode
pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) terkesan sangat kaku, kurang
fleksibel, kurang demokratis, dan guru cenderung lebih dominan one way method.
D. Hakikat dan Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn)
1. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
Sebagaimana lazimnya suatu bidang studi yang diajarkan di sekolah materi
keilmuan bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) mencakup dimensi
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills) dan nilai (values). Ide pokok
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ingin membentuk warga negara yang ideal,
yakni warga negara yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
sesuai dengan konsep dan prinsip-prinsip Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
Pada gilirannya warga negara yang baik tersebut diharapkan dapat membantu
terwujudnya masyarakat yang demokratis konstitusional.
32
Menurut Untari (2005:3) secara garis besar bidang studi Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) terdiri dari beberapa dimensi berikut.
a. Dimensi pengetahuan (civics Knowledge) mencakup bidang politik, hukum dan moral. artinya dari segi materi, pembelajaran bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) meliputi pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintahan dan non pemerintahan, identitas nasional, pemerintahan berdasarkan hukum (rule of law) dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, sejarah nasional, hak dan kewajiban serta tanggung jawab warga negara, hak asasi manusia, hak sipil dan hak politik.
b. Dimensi keterampilan kewarganegaraan (civic skills) meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya: berperan serta secara aktif mewujudkan masyarakat madani, keterampilan mempengaruhi dan memonitoring jalannya pemerintahan dan proses pengambilan keputusan politik, keterampilan memecahkan masalah-masalah sosial, keterampilan mengadakan koalisi, kerja sama, mengelola konflik, keterampilan hidup dan sebagainya.
c. Dimensi nilai-nilai kewarganegaraan (civic values) mencakup percaya diri, komitmen, penguasaan, atas nilai religius, norma dan moral luhur nilai keadilan, demokratis, toleransi, kebebasan individu, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul, perlindungan terhadap minoritas.
Dengan demikian pembelajaran bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) merupakan bidang studi kajian interdisipliner, artinya materinya dapat
dijabarkan dari antara lain: (1) Hukum, adalah norma masyarakat yang disusun
dan dijalankan oleh masyarakat itu untuk menjaga ketertiban hidup bersama; (2)
Sejarah, mempelajari peristiwa penting dan unik menyangkut kepentingan
masyarakat pada masa lalu; (3) Ekonomi, pemahaman umum yang digunakan
untuk mengartikan ilmu ekonomi adalah mempelajari tentang memproduksi,
mendistribusi dan mengkonsumsi barang keperluan hidup manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya; (4) Filsafat Moral atau etika, adalah salah satu
aspek filsafat yang disebut aksiologi di samping dua aspek lainnya, yaitu ontologi
33
dan epistemologi. Aspek ontologi membahas tentang keberadaan manusia, aspek
epistemologi cara mencapai kebenaran berdasarkan kemampuan berfikir manusia
dan aspek aksiologi merupakan cara penerapan hal yang baik bagi hidup manusia;
(5) Psikologi, Sosiologi dan Antropologi, untuk memahami hak dan kewajiban
warga negara dalam proses politik dapat dipahami dari tingkah lakunya. Ada tiga
jenis disiplin ilmu yang sama-sama membahas tingkah laku ini yaitu psikologi,
khususnya psikologi sosial, sosiologi dan antropologi. Ketiga ilmu ini disebut
behavioral sciences atau ilmu tingkah laku. Konsep utama yang dibahas oleh ilmu
tingkah laku adalah kepribadian, interaksi kelompok dan kebudayaan (Cahyoto,
1994:20-23).
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah untuk memberikan
kompetensi sebagai berikut: (1) berpikir kritis, (2) berpartisipasi secara bermutu
dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (3) berkembang secara positif dan
demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter masyarakat
Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain, dan (4)
berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam pencaturan dunia secara langsung
dengan memanfaatkan teknologi dan komunikasi (Depdiknas, 2003).
2. Pendekatan Pembelajaran Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn).
Dalam kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi, tujuan
yang harus dicapai oleh siswa dirumuskan dalam bentuk kompetensi. Dalam
konteks pengembangan kurikulum, kompetensi adalah perpaduan dari
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan
34
berfikir dan bertindak (Sanjaya, 2008:70). Seseorang yang mempunyai
kompetensi dalam bidang tertentu bukan hanya mengetahui, tetapi juga dapat
memahami dan menghayati bidang tersebut yang tercermin dalam pola perilaku
sehari-hari.
Dalam kurikulum, kompetensi sebagai tujuan pembelajaran itu
dideskripsikan secara eksplisit, sehingga dijadikan standar dalam pencapaian
tujuan kurikulum. Baik guru maupun siswa perlu memahami kompetensi yang
harus dicapai dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Pemahaman ini
diperlukan untuk memudahkan dalam merancang strategi dan indikator
keberhasilannya.
Tujuan dalam kurikulum bersifat kompleks, artinya kurikulum berdasarkan
kompetensi bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
kecakapan, nilai, sikap, dan minat siswa agar mereka dapat melakukan sesuatu
dalam kemahiran disertai rasa tanggung jawab (Sanjaya, 2008:71). Dengan
demikian, tujuan yang ingin dicapai tidak hanya sekedar pemahaman dan materi
pelajaran, akan tetapi bagaimana pemahaman dan penguasaan materi itu dapat
mempengaruhi cara bertindak dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Berbagai pendekatan pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam
pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sesuai dengan
karakteristiknya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah
sebagai berikut:
a. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
35
Menurut Organ dan Gros (dalam Untari, 2005:4) istilah konsep diartikan sebagai
bangunan lambang yang menyatakan beberapa gambaran umum mengenai objek
atau peristiwa. Konsep merupakan klasifikasi atau kategori sebagai alat untuk
berfikir tentang lingkungan dan memecahkan permasalahan. Jorolimek (dalam
Untari, 2005:4) menjelaskan bahwa konsep dapat berarti: (1) gagasan (ide) yang
dinyatakan dalam bentuk kata, istilah atau ungkapan, (2) pengelompokan yang
abstrak dan (3) pemikiran pengertian yang didasarkan atas persepsi dari
kenyataan. Sementara M. Margon (dalam Untari, 2005:4) menyatakan konsep
dapat berarti: pertama arti denotasi (penunjuk) artinya mengandung pengertian
umum yang dipahami oleh semua orang, misalnya Negara, Pemilu, DPR, dan
sebagainya. Kedua, arti konotatif (tambahan) yang melibatkan penilaian, persepsi,
atau perasaan seseorang sehingga sering berakibat kesalahpahaman, misalnya
koalisi, garis keras, masa transisional, keadilan.
Konsep dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) banyak
yang berupa kata abstrak sebagai hasil perasaan, pemikiran dan tindakan antara
lain demokrasi, partai politik, sistem politik, hak asasi manusia, konflik dan
sebagainya.
b. Pendekatan Terpadu (integrated approach)
Pendekatan terpadu banyak memberikan pengalaman yang besar bagi para
guru dan siswa. Mereka memperoleh sepasang ‘lensa baru’ yang memuat
meningkatnya gairah pengajaran dan membantu mereka dalam melakukan kontrol
belajar secara baik.
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pendidikan yang
mempersiapkan siswa untuk belajar seumur hidup. Hal tersebut memberikan
36
keyakinan yang kuat bagi terdorongnya integrasi kurikulum bahwa sekolah harus
memandang pendidikan sebagai suatu proses membangun kesanggupan yang
diperlukan untuk hidup. Konsekuensinya, belajar dan mengajar harus dipandang
secara holistik (menyeluruh), ditampilkan dengan cara merefleksi dunia nyata, dan
dikemas secara interaktif (dialog mendalam).
c. Pendekatan lingkungan yang semakin meluas (expanding community
concepts)
Pendekatan yang memandang bahwa pembelajaran yang menarik harus
diawali dari lingkungan paling dekat dengan kehidupan anak. Misalnya, dari
lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara sampai
internasional (global).
Lingkungan keluarga memberikan pengetahuan dan pengalaman paling
pertama bagi siswa. Sebab, hampir dipastikan bahwa setiap anak dilahirkan dalam
keluarga, dibesarkan pertama dalam lingkungan keluarga dan menerima
pendidikan pertama kali juga dari lingkungan keluarga. Selain itu, hampir setiap
anak dan orang dewasa banyak menggunakan waktunya untuk bergaul, dan
menyelenggarakan pendidikan dalam keluarga. Secara demikian, keluarga
menjadi ‘kata kunci’ bagi pengembangan pembelajaran. Sebab tidak ada satu
siswa yang tidak kenal dengan keluarganya, kecuali dalam hal-hal sangat terbatas
dan bersifat kasuistis (kasus).
d. Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning = CTL)
Pembelajaran kontekstual, adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
dalam kehidupan sehari-hari.
37
Proses belajar dan pembelajaran kontekstual, dibangun dalam sebuah pemikiran,
sebagai berikut.
• Belajar tidak hanya sekedar menghafal.
• Anak belajar dari mengalami.
• Pengetahuan yang dimiliki seseorang terorganisasi dan mencerminkan
pemahaman yang mendalam tentang suatu tema belajar.
• Pengetahuan tidak dapat dipisahkan dengan fakta.
• Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi sesuatu.
• Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah dan menemukan sesuatu
yang berguna bagi dirinya.
e. Pendekatan nilai moral
Pendekatan nilai moral dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) mengutamakan perbaikan perilaku yang benar, terpuji, bermanfaat dan
menyejahterakan hidup, sehingga orang akan berusaha untuk meyakini, mematuhi
dan berusaha melestarikannya Cahyoto (dalam Untari, 2005:6).
Empat jenis pendekatan nilai moral dalam Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn): (1) pendekatan penanaman nilai-nilai digunakan dengan tujuan
menanamkan nilai-nilai tertentu dalam diri siswa untuk mengubah nilai-nilai yang
ada sesuai dengan yang dikehendaki guru. Metode yang digunakan antara lain
keteladanan, dorongan untuk berbuat baik, mencerca perbuatan buruk, yang
dikemas dalam bentuk nasehat/ceramah dikombinasikan dengan bermain peran.
(2) pendekatan kejelasan (klarifikasi) nilai-nilai bertujuan menggugah kesadaran
dan mengenali benar nilai-nilai hidup dalam masyarakat. Dalam pendekatan ini
siswa diberi kesempatan berpikir kritis untuk memantapkan pola perasaan, nilai-
38
nilai dan perilaku yang baku dalam masyarakat. (3) pendekatan penalaran moral,
pendekatan ini mempunyai tujuan membahas dan mengembangkan pola penalaran
siswa terhadap masalah moral yang lebih rumit. Metode yang digunakan antara
lain diskusi kelompok yang membahas dilema moral. (4) pendekatan analisis
nilai-nilai, pendekatan ini bertujuan membantu siswa untuk menggunakan
pemikiran logis dan penelitian ilmiah bagi pemahaman nilai-nilai hidup, sehingga
dapat menghadapi tantangan masalah nilai-nilai (Untari, 2005:6).
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang
bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian
secara holistik serta dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah (Moleong, 2006:6).
Penelitian ini memenuhi karakteristik penelitian kualitatif (Moleong,
2006:8) yaitu, (1) penelitian pada latar alamiah, (2) manusia sebagai instrumen,
(3) menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau
penelaahan dokumen, (4) analisis data secara induktif, (5) lebih mementingkan
proses daripada hasil, (6) desain yang bersifat sementara, (7) adanya batas yang
ditentukan oleh fokus.
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Peneliti berusaha mendapatkan informasi selengkap mungkin mengenai
problematika yang dihadapai guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam
memilih metode pembelajaran serta pemecahannya di SMA Negeri 1 Lawang dan
SMK Merdeka Lawang.
40
B. Kehadiran Peneliti
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit (Moleong,
2006:168). Dalam penelitian ini peneliti bertindak perencana, pelaksana
pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan juga sebagai pelapor hasil
penelitian. Peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian dari awal sampai
akhir penelitian.
C. Lokasi Penelitian dan Subyek Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka
Lawang. Penulis memilih kedua lembaga ini karena lembaga pendidikan ini
dianggap layak untuk di teliti. Subyek penelitian adalah Guru Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) dan siswa di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka
Lawang.
D. Jenis dan Sumber Data
Data dalam hal ini adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan
bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil
pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan.
1. Jenis data
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli
yang memuat informasi data tersebut. Jadi data yang dimaksud adalah data
yang diperoleh dari hasil observasi maupun wawancara.
41
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang bukan sumber
asli dan memuat informasi serta dapat melengkapi data primer. Untuk data
sekunder peneliti memanfaatkan literatur yang berhubungan dengan
penelitian ini.
2. Sumber data
Arikunto (2006:129) menyatakan sumber data adalah subyek dari mana
data diperoleh. Jadi sumber data menunjukkan asal informasi. Adapun data
dari penelitian ini diperoleh dari:
a. Orang
Orang adalah informan yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi ia harus mempunyai banyak
pengalaman tentang latar penelitian dan berkewajiban secara sukarela menjadi
anggota tim peneliti walaupun hanya bersifat informal (Moleong, 2006:132).
Dalam hal ini seseorang informan bersedia membantu peneliti mencari dan
memberikan data-data yang diperlukan tanpa adanya paksaan.
Kegunaan informan bagi peneliti adalah agar dalam waktu yang relatif
singkat banyak informasi yang terjaring kerena informan dimanfaatkan untuk
berbicara, bertukar pikiran atau membandingkan suatu kejadian yang
ditemukan dari subjek lainnya (Moleong, 2006:132).
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah (1) Guru
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yaitu Bapak Purba, Bapak Subagio,
Bapak Budi dan Bapak Prasetya, (2) siswa. Dalam penelitian ini siswa yang
menjadi informan dipilih berdasarkan pertimbangan guru. Adapun siswa yang
42
menjadi sumber data yaitu Indra Galuh, Aisyah, Lukman, Fauziatul,
Anggraeni, Aziz, Dina dan Kristiantoro.
b. Peristiwa
Peristiwa adalah kejadian yang ada kaitannya dengan problematika
pemilihan metode pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) serta
pemecahannya di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu (Moleong, 2006:186).
Wawancara dilakukan peneliti dengan melakukan studi pendahuluan untuk
menggali informasi tentang kondisi lapangan. Wawancara yang digunakan
adalah wawancara terstruktur dimana peneliti menggunakan pedoman
wawancara yang telah disusun secara sistematis.
Dalam teknik wawancara ini dilakukan dengan memberikan sejumlah
pertanyaan kepada informan (dalam hal ini guru Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) dan siswa), melalui pedoman wawancara dalam hal ini berkaitan
dengan problematika guru dalam memilih metode pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). Informasi yang ingin diperoleh dalam wawancara ini
adalah mengenai karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), metode
43
pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, problematika
guru dalam memilih metode pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) serta upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi problematika
tersebut.
Wawancara dilakukan dengan: (1) Guru Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) yaitu Bapak Purba, Bapak Subagio, Bapak Budi dan Bapak Prasetya,
(2) siswa. Dalam penelitian ini siswa yang menjadi informan dipilih
berdasarkan pertimbangan guru. Adapun siswa yang menjadi sumber data
yaitu Indra Galuh, Aisyah, Lukman, Fauziatul, Anggraeni, Aziz, Dina dan
Kristiantoro.
2. Observasi
Menurut Arikunto (2006:222) metode observasi adalah suatu usaha sadar
untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur
yang terstandar. Pengamatan yang memungkinkan melihat dan mengamati
sendiri dan kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang
terjadi pada keadaan sebenarnya.
Observasi merupakan alat penting untuk megumpulkan data dimana
peneliti dapat melakukan pengamatan langsung di lapangan pada saat
penelitian. Teknik observasi ini digunakan karena memiliki beberapa manfaat
seperti yang dikemukakan oleh Guba dan Lincoln (dalam Moleong, 2006:174-
175) yaitu (1) didasarkan atas pengalaman secara langsung, (2)
memungkinkan melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku
dan kejadian yang sebagaimana terjadi pada kejadian sebenarnya, (3)
memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan
44
dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung di
peroleh dari data, (4) memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-
situasi yang rumit, (5) pengamat menjadi alat yang sangat bermanfaat dalam
kasus-kasus tertentu.
Dalam penelitian ini observasi dilakukan dengan cara peneliti mengamati
segala aktivitas guru dan siswa di dalam kelas pada saat pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) berlangsung, metode yang digunakan guru pada saat
mengajar. Dalam hal ini peneliti mengadakan observasi pada kelas yang
berbeda di setiap sekolahnya, mengikuti jam mengajar guru yang menjadi
informan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa foto selama
proses penelitian. Alasan peneliti menggunakan teknik dokumentasi adalah
hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih dapat di percaya.
Data yang berhasil dihimpun oleh peneliti antara lain data tentang profil
sekolah, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk memperoleh
atau mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau
mencapai tujuan penelitian Moleong (2006:168). Dalam penelitian kualitatif
instrumen utamanya adalah manusia, dimana manusia sangat berperan dalam
keseluruhan proses penelitian termasuk dalam pengumpulan data, bahkan peneliti
sendirilah instrumennya. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen peneliti
sendiri dengan bantuan beberapa alat yaitu kamera, pedoman wawancara.
45
G. Prosedur Penelitian
Tahap-tahap penelitian merupakan langkah-langkah yang ditempuh dalam
penelitian adapun prosedur penelitian yang dilakukan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan yaitu tahap yang dilakukan sebelum penelitian. Langkah-
langkah yang ditempuh adalah:
a. Penelitian awal
Penelitian ini merupakan suatu kegiatan yang berupa suatu proses dimana
peneliti menetapkan lokasi untuk lapangan penelitian yang dalam hal ini
adalah SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang sebagai tempat
penelitian .
b. Melakukan kajian pustaka
Berangkat dari latar belakang masalah konsep atau hal-hal tersebut,
peneliti kemudian mengadakan kajian pustaka guna memperoleh teori-
teori yang mendukung topik penelitian yang dilakukan.
c. Menyusun rancangan penelitian
Tahap ini dilakukan setelah melakukan studi pendahuluan. Menyusun
rancangan penelitian. Pembuatan rancangan penelitian disusun dan
diarahkan oleh dosen pembimbing skripsi. Rancangan penelitian
merupakan pedoman untuk melakukan penelitian.
d. Perijinan
Sehubungan dengan penelitian ini dilaksanakan di luar kampus dan
menyangkut instasi Pemerintahan, maka pelaksanaan penelitian
46
memerlukan perijinan dari instansi yang terkait. Adapun proses perijinan
dimulai dari:
1. Universitas Negeri Malang sebagai lembaga pendidikan dimana
peneliti menuntut ilmu.
2. Dinas pendidikan kabupaten Malang.
3. SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang.
e. Menilai keadaan lapangan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk lebih mengetahui lingkungan tempat
dilakukan penelitian tahap orientasi ini dilakukan untuk memperoleh
gambaran secara umum tentang lokasi penelitian sehingga peneliti bisa
menilai keadaan situasi dan konteksnya serta memahami dan menghayati
apa yang ada dalam keadaan yang dijadikan sasaran penelitian.
f. Persiapan mengumpulkan data
Pada tahap ini peneliti terlebih dahulu mempersiapkan pokok-pokok
permasalahan yang akan digunakan sebagai bahan penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti hadir di lokasi penelitian untuk melakukan
penyusunan data yang terkait dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
Kegiatan yang dilakukan antara lain:
a. Pengumpulan data
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data yang kaitannya dengan tempat
penelitian. Prosedur yang dilakukan adalah wawancara dengan informan,
observasi langsung dilokasi penelitian dan kemudian menelaah dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan objek penelitian.
47
b. Mengidentifikasi data
Data yang terkumpul dari wawancara, observasi, dan dokumentasi
kemudian diadakan analisis data dengan menggunakan teknik analisis
multikasus.
3. Tahap Pelaporan
Tahap pelaporan yaitu tahap-tahap yang dilakukan setelah penelitian
dilaksanakan berupa penyusunan hasil penelitian dalam laporan penelitian
skripsi.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menata dan menelaah secara sistematis
semua data yang diperoleh. Menurut Miles dan Huberman (1992:16) menyatakan
bahwa langkah-langkah dalam menganalisis data penelitian kualitatif , yaitu
reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi hasil.
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian
dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian
dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Dimulai dari wawancara, observasi,
mengedit, mengklasifikasi, mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta
menyimpulkan data.
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui
seleksi, pemfokusan dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang
bermakna. Dalam reduksi data, data yang diperoleh dari observasi, wawancara
dan dokumentasi tersebut disederhanakan dengan menonjolkan hal yang
pokok berkaitan dengan fokus penelitian.
48
2. Display Data
Data yang telah terkumpul dikelompokkan berdasarkan jawaban suatu
pertanyaan untuk selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap masing-masing
pertanyaan. Data yang telah terkelompokkan dianalisis secara deskriptif.
Display data berfungsi untuk mendapatkan gambaran keseluruhan atau
bagian-bagian tertentu dari penelitian.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Data yang telah dianalisis kemudian diambil kesimpulan. Penarikan
kesimpulan adalah proses pengambilan inti sari dari sajian data yang telah
diorganisasi dalam bentuk pernyataan kalimat singkat dan padat tetapi
mengandung pengertian yang mewakili keseluruhan. Penarikan kesimpulan
didasarkan pada temuan penelitian yang diikuti pemaknaan sehingga diperoleh
kesimpulan akhir.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis
multikasus. Menurut Louis dan Herriot (dalam Miles dan Huberman, 1992:279)
menyatakan bahwa penelitian multikasus menggunakan rancangan situs ganda,
kasus ganda, sering dengan metode ganda. Cara penyajian data dalam penelitian
ini dalam bentuk kata-kata dan matriks tertata, seperti pada gambar 3.1 berikut:
Situs 1 Situs 2
Problem
Upaya
Gambar 3.1 Meta Matriks Situs Tertata (Miles dan Huberman, 1992:297)
49
I. Pengecekan Keabsahan
Pengecekan keabsahan data ini dilakukan untuk memperoleh keabsahan
data. Dalam penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai pelaksana instrumen.
pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik:
1. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2006:330).Teknik triangulasi
yang digunakan yaitu triangulasi sumber.
Patton (dalam Moleong, 2006:330) menjelaskan bahwa triangulasi dengan
sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti melakukan dengan cara
membandingkan data yang diperoleh dari observasi dengan data yang
diperoleh dari hasil wawancara.
2. Ketekunan/Keajegan Pengamatan
Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan
berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan dan tentatif
(Moleong, 2006:329). Peneliti melakukan pengamatan secara rinci, teliti dan
secermat mungkin terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan
problematika guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam memilih
metode pembelajaran. Kedudukan peneliti sebagai instrumen pengumpul data
sangat memerlukan ketekunan dalam melakukan pengamatan sejak awal
sampai penelitian berakhir.
50
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan mengenai paparan data penelitian yang mencakup
beberapa hal, yaitu: (1) Gambaran umum SMA Negeri 1 Lawang dan SMK
Merdeka Lawang; (2) Bagaimanakah karakteristik mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn); (3) Bagaimanakah problematika yang dihadapi guru
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam memilih metode pembelajaran di
SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang; (4) Bagaimanakah upaya
guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam mengatasi problematika
pemilihan metode pembelajaran di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka
Lawang. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti telah memperoleh
dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan rumusan masalah yang ada dalam
penelitian ini.
A. Paparan Data
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Kota Lawang adalah sebuah kota kecamatan kecil di dekat Malang, Jawa
Timur. Kota Lawang dikenal sebagai kota peristirahatan sejak zaman penjajahan
Belanda. Karena itu tidak mengherankan bila sampai saat ini masih banyak
ditemui bangunan kuno bergaya Belanda di kota tersebut, termasuk stasiun kereta
api yang merupakan salah satu persinggahan kereta api jalur Selatan dari Surabaya
ke Malang. Secara geografis Lawang terletak di pegunungan dan dikelilingi
51
Gunung Arjuna dan Gunung Semeru, serta diapit oleh Kota Singosari dan Kota
Pandaan.
Sebelum peneliti membahas tentang permasalahan yang sebenarnya
terlebih dahulu perlu diketahui secara jelas mengenai gambaran SMA Negeri 1
Lawang dan SMK Merdeka Lawang secara umum.
a. SMA Negeri 1 Lawang
SMA Negeri 1 Lawang berdiri pada tahun 1967, menempati gedung
Baperki di jalan Madukoro (sekarang SMK Kosgoro Lawang). Pada tahun 1975
dibangunkan gedung SMPP (Sekolah Menengah Persiapan Pembangunan) Negeri
Malang di Lawang (sekarang SMA Negeri I Lawang).
SMA Negeri 1 Lawang (SMANELA) adalah salah satu SMA Negeri di
Kabupaten Malang yang merupakan Sekolah Kategori Mandiri (SKM) atau
Sekolah Standart Nasional yang mempunyai 31 rombongan belajar, salah satu
kelas adalah merupakan kelas yang siswanya mempunyai kecerdasan istimewa
yang mengikuti program percepatan belajar/akselerasi yang direncanakan dapat
menyelesaikan studinya dalam jangka waktu 2 tahun (dalam satu kelas 20 siswa).
SMAN 1 Lawang yang bernuansa Green and Clean terletak di Jl. Pramuka
152 Lawang dengan nomor telepon (0341) 426265. Sekolah ini berada di desa
Kalirejo kecamatan Lawang, ujung utara dari kabupaten Malang. Menempati
lahan seluas +12.000 m2 ini didukung 86 guru (PN & GTT) dan 28 karyawan.
Jumlah siswa pada januari 2009 tercatat 1128 yang terdiri dari 346 siswa laki-laki
dan 782 siswa perempuan.
SMA Negeri 1 Lawang memiliki beberapa sarana yang cukup lengkap
antara lain sarana olah raga, 30 ruang kelas reguler, 1 ruang kelas akselerasi,
52
laboratorium IPA dan IPS, lab komputer, internet, aula, masjid, perpustakaan,
kantin, hot spot area, berbagai kelengkapan sarana tersebut sangat menunjang
prestasi siswa di bidang akademis maupun non akademis.
Visi SMA Negeri 1 Lawang adalah menghasilkan siswa SMA Negeri 1
Lawang yang beriman dan bertaqwa, cerdas, terampil, berbudi pekerti luhur yang
mampu bersaing untuk meraih prestasi. Sedangakan Misi SMA Negeri 1 Lawang
antara lain; mewujudkan pengembangan perangkat kurikulum yang lengkap,
mutakhir dan berorientasi ke depan, mewujudkan proses pembelajaran yang
optimal, mewujudkan pendidikan yang menghasilkan lulusan cerdas dan memiliki
keunggulan kompetitif, mewujudkan sumber daya manusia dan tenaga
kependidikan yang memiliki kemampuan dan kemauan kerja yang tinggi,
mewujudkan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dan berbasis
lingkungan, mewujudkan manajemen sekolah yang mantap dan profesional,
mewujudkan penggalangan biaya pendidikan yang memadai dan mewujudkan
standar penilaian prestasi akademik dan non akademik.
b. SMK Merdeka Lawang
SMK Merdeka Lawang berdiri tahun 2007 untuk menyongsong era
globalisasi. Berdiri di atas tanah seluas 4.000 m2 dengan letak yang strategis (100
meter dari utara pasar Lawang) dan lingkungan yang masih asri dan alami (di atas
perbukitan) sangat menunjang untuk kegiatan belajar.
SMK Merdeka Lawang teletak di Jl. Dr. Soetomo No.23 Lawang dengan
nomor telepon (0341) 6251950. Sekolah ini berada di desa Turirejo kecamatan
Lawang. Jumlah siswa pada Januari 2009 tercatat sebanyak 70 siswa terdiri dari
51 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Sedangkan jumlah guru dan karyawan
53
sebanyak 19 orang. Sarana dan prasarana yang ada di SMK Merdeka Lawang
antara lain: ruang kelas, lab komputer/multimedia, ruang praktek otomotif,
seperangkat alat siaran radio dan WC. Di SMK Merdeka Lawang pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dilaksanakan 2 jam mata pelajaran per
minggu baik kelas X maupun kelas XI.
Visi SMK Merdeka Lawang adalah membentuk peserta didik beriman dan
berakhlak mulia, berfikir kritis, berprestasi, menguasai IPTEK, mampu bersaing
di dunia kerja. Sedangkan Misi SMK Merdeka Lawang antara lain; membentuk
peserta didik yang mampu bersaing, berkarya dan mandiri, membentuk peserta
didik yang memiliki kemampuan menguasai IPTEK, membentuk peserta didik
berprestasi di bidang keahliannya, membentuk peserta didik mampu menerapkan
ilmunya.
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa SMK Merdeka Lawang
merupakan sekolah yang tergolong baru dan walaupun belum mencapai prestasi
yang begitu berarti namun lembaga ini sadar dan mengetahui kekurangan di
samping ada kelebihannya maka hal ini memacu diri pihak-pihak terkait sehingga
SMK Merdeka Lawang terus berbenah diri dengan harapan dapat memenuhi
kehendak masyarakat.
2. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Karakteristik pelaksanaan pembelajaran secara umum pada setiap mata
pelajaran di dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) atau yang
disebut kurikulum 2006 adalah pembelajaran yang mengacu kepada pembelajaran
inovatif, menyenangkan, banyak kreasi yang subyeknya adalah siswa, sedangkan
guru berperan sebagai fasilitator. Pelaksanaan pembelajaran banyak berorientasi
54
pada kepentingan siswa yang lebih mengarah kepada individual. Guru disini
bukan satu-satunya orang yang lebih pandai tapi sebagai fasilitator.
Karakteristik pembelajaran secara khusus pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn), berdasarkan hasil wawancara dengan guru Pendidikan
Kewarganegaraan di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang,
hasilnya sebagai berikut:
a. Pengetahuan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan pendidikan yang
diberikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dalam upaya
menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan
kewajiban dalam bela negara demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa
dan negara.
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Prasetya ( 23 tahun, Guru PKn SMK
Merdeka Lawang), bahwa;
Pendidikan Kewarganegaraan itu suatu pendidikan yang diberikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dalam upaya menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Maka, dalam hal ini Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memberikan/mengajarkan nilai-nilai cinta tanah air kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara, nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup, kerelaan berkorban untuk masyarakat, bangsa, bernegara, kemampuan awal bela negara (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Seperti juga yang diungkapkan oleh Bapak Purba (45 tahun, Guru PKn
SMA Negeri 1 Lawang), bahwa;
Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yaitu Pendidikan yang mengajarkan agar siswa mengetahui hak dan kewajiban warga negara Indonesia khususnya, menghayati dan mengamalkan Pancasila dan UUD’45 dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai warga negara maupun
55
masyarakat, menanamkan nilai-nilai moral dan membentengi siswa dalam rangka menghadapi era globalisasi (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Piket). Sependapat dengan pemaparan dari Bapak Purba di atas, Bapak Budi (47
tahun, Guru PKn SMK Merdeka Lawang), dalam kaitannya dengan karakteristik
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menyatakan:
Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah pendidikan yang lebih fokus pada pelaksanaan hak dan kewajiban warga negara. Mempelajari, meghayati dan mengamalkan kelima Sila Pancasila (Wawancara, 18 Juni 2009, di Ruang Guru).
Berkenaan dengan pengetahuan Kewarganegaraan, dalam hal ini siswa
harus mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajiban sebagai warga negara,
falsafah negara, ilmu hukum, nasionalisme, patriotisme, perjuangan nasional.
Pengetahuan ini harus dimiliki oleh siswa.
b. Keterampilan Kewarganegaraan
Berkenaan dengan keterampilan Kewarganegaraan, siswa diharapkan dapat
berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk dalam
mengontrol pemerintah, berpartisipasi dalam pemilu.
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Subagio ( 50 tahun, Guru PKn SMA
Negeri 1 Lawang), bahwa;
Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yaitu berkenaan dengan keterampilan yang dalam hal ini berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk dalam mengontrol pemerintah, misalnya berpartisipasi dalam pemilu (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Selama peneliti melakukan penelitian diketahui guru pendidikan
Kewarganegaraan menerapkan metode simulasi dengan melakukan simulasi
pemilu. Dalam simulasi tersebut siswa dikondisikan sesuai dengan tugas masing-
masing ada yang berperan sebagai petugas, pengawas dan pemilih lengkap dengan
56
perlengkapan yang digunakan, seperti kotak pemungutan suara dan kartu suara.
Kelas dikosongkan dan di dalamnya hanya terdapat siswa yang bertugas sebagai
petugas pemilu, siswa yang lain melakukan antrian mencoblos di luar kelas.
Waktu simulasi dilaksanakan hingga perhitungan suara. Akhir dari kegiatan
tersebut diharapkan siswa mampu berpartisipasi dalam pemilu dan mampu
mengatasi persoalan yang telah dikondisikan. Dalam pelaksanaan simulasi tentang
pemilu yang dilakukan guru tampak bahwa guru mengaplikasian karakteristik
pelaksanaan pembelajaran yang berupa keterampilan Kewarganegaraan.
c. Nilai-nilai Kewarganegaraan
Berkenaan dengan nilai-nilai Kewarganegaraan sebagai pendidikan yang
menekankan nilai-nilai kejujuran, percaya diri, kebersamaan, tolong menolong.
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Subagio ( 50 tahun, Guru PKn SMA
Negeri 1 Lawang), bahwa;
Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yaitu berkenaan dengan nilai-nilai yang mana nilai kewarganegaraan sebagai pendidikan menanamkan nilai-nilai kejujuran, percaya diri, kebersamaan dan tolong-menolong (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Selama peneliti melaksanakan penelitian di SMA Negeri 1 Lawang dan
SMK Merdeka Lawang diketahui bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran, selain
guru menyajikan informasi pengetahuan kepada siswa melalui metode ceramah.
Guru juga menyisipkan nilai-nilai dalam pembelajarannya yang tampak dari
penerapan metode diskusi yang mana terkandung nilai-nilai tolong-menolong.
Tujuan pembelajaran sebagai pedoman sekaligus sebagai sasaran yang
akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dan penjelasan proses
belajar mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya indikator pengajaran.
57
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Budi (47 tahun, Guru PKn SMK
Merdeka Lawang), bahwa;
Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan indikator pengajaran. Proses perumusan indikator pengajaran dirumuskan mengacu pada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang ada dalam kurikulum nasional yang disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing (Wawancara, 18 Juni 2009, di Ruang Guru). Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Purba (45 tahun, Guru PKn SMA
Negeri 1 Lawang), bahwa;
Tujuan pembelajaran tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang didasarkan pada silabus, sesuai dengan jenjang kelas masing-masing (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Piket).
Memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan
efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara guru memandang suatu
persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang guru gunakan dalam
memecahkan kasus, akan mempengaruhi hasilnya.
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Budi (47 tahun, Guru PKn SMK
Merdeka Lawang), bahwa;
Dalam memilih pendekatan belajar mengajar yang penting adalah tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Saya dalam proses belajar mengajar menerapkan PAKEM, dalam PAKEM pendekatan-pendekatan pembelajaran secara otomatis masuk didalamnya seperti pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning = CTL) dan yang tidak bisa ditinggalkan pendekatan konsep (Wawancara, 18 Juni 2009, di Ruang Guru). Sependapat dengan pemaparan dari Bapak Budi di atas, Bapak Subagio (50
tahun, Guru PKn SMA Negeri 1 Lawang) dalam kaitannya dengan pendekatan
yang digunakan menyatakan;
Pendekatan yang saya gunakan dalam proses belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas adalah pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning = CTL) dimana siswa diajar dengan
58
situasi dunia nyata siswa dalam kehidupan sehari-hari (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Pendapat lain diungkapkan oleh Bapak Purba (45 tahun, Guru PKn SMA
Negeri 1 Lawang), bahwa;
Saya menggunakan pendekatan individual terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar di kelas. Menurut saya pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Piket).
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat disimpulkan
bahwa setiap guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SMA Negeri 1 Lawang
dan SMK Merdeka Lawang masing-masing mempunyai pendapat yang hampir
sama tentang karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
3. Problematika yang Dihadapi Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
dalam Memilih Metode Pembelajaran di SMA Negeri 1 Lawang dan
SMK Merdeka Lawang
a. Problematika yang Dihadapi Guru Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) dalam Memilih Metode Pembelajaran di SMA Negeri 1
Lawang
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru untuk
menyampaikan materi pelajaran dalam mencapai tujuan (kompetensi)
pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran juga dapat menentukan sukses
tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, perencanaan metode
pembelajaran harus dilakukan sebaik mungkin.
Dalam menggunakan metode pembelajaran disesuaikan dengan
kompetensi dasar yang akan diajarkan dan kondisi siswanya. Sebagaimana yang
59
diungkapkan oleh Bapak Subagio (50 tahun, Guru PKn SMA Negeri 1 Lawang),
bahwa;
Selain metode ceramah yang tidak bisa ditinggalkan. Saya berusaha untuk menggunakan berbagai metode pembelajaran. Dalam menggunakan metode pembelajaran disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan diajarkan dan kondisi siswanya (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Sependapat dengan pemaparan Bapak Subagio di atas, Bapak Purba (45
tahun, Guru PKn SMA Negeri 1 Lawang), dalam kaitanya dengan pemilihan
metode pembelajaran menyatakan;
Dalam kegiatan pembelajaran di kelas saya lebih sering menggunakan metode ceramah karena pada dasarnya materi yang saya ajarkan bersifat pokok saja, untuk yang lainnya siswa diminta membaca sendiri materi pelajaran secara lebih rinci (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Piket). Penerapan metode pembelajaran tersebut dipertegas oleh Aisyah, selaku
siswi kelas XII Sos 5 (ilmu sosial) yang menyatakan bahwa:
Dalam menyampaikan materi pelajaran Pak Purba lebih banyak menggunakan metode ceramah, diselingi tanya jawab. Pak Purbo juga memberikan kesempatan kepada kami untuk bertanya apabila tidak mengerti tentang materi pelajaran yang telah diajarkan (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Piket).
Penerapan metode pembelajaran masih terdapat beberapa kendala yang
menghambat pelaksanaan di kelas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak
Purba (45 tahun, Guru SMA Negeri 1 Lawang), bahwa;
Penerapan metode pembelajaran masih mengalami kendala dalam hal motivasi dan minat belajar siswa rendah. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tidak di Ujian Akhir Nasional (UAN) kan, jadi motivasi belajar siswa kurang. Siswa terkesan menganggap mudah pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Piket). Materi yang diajarkan dan waktu yang disediakan untuk mata pelajaran
berpengaruh pada penerapan metode yang digunakan ketika guru mengajar.
60
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Subagio (50 tahun, Guru PKn SMA
Negeri 1 Lawang), bahwa;
Jumlah materi yang banyak sedangkan alokasi waktu sedikit membuat guru mengalami kesulitan atau kendala dalam menentukan alokasi waktu. Berkembangnya proses belajar mengajar, kadang memakan waktu yang lama sehingga alokasi waktu tidak sesuai dengan yang direncanakan (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru).
b. Problematika yang Dihadapi Guru Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) dalam Memilih Metode Pembelajaran di SMK Merdeka
Lawang
Kemampuan guru dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai merupakan pertimbangan penting dalam proses
pembelajaran. Pemilihan metode yang kurang tepat bukan menambah informasi
yang diberikan, tetapi justru akan menambah kekaburan informasi yang diperoleh.
Oleh sebab itu, pemilihan metode pembelajaran perlu dilakukan secara lebih
cermat dan tepat sasaran. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
metode adalah karakteristik siswa, mengingat setiap siswa sebagai individu
memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Budi (47 tahun, Guru PKn
SMK Merdeka Lawang), dalam kaitannya dengan pemilihan metode
pembelajaran menyatakan:
Yang paling penting dalam pemilihan metode pembelajaran adalah dengan memperhatikan karakter siswa yang saya ajar pada saat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) berlangsung di kelas tertentu (Wawancara, 18 Juni 2009, di Ruang Guru).
61
Hal yang perlu di perhatikan dalam pemilihan metode pembelajaran salah
satunya adalah media pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak
Prasetya (23 tahun, Guru PKn SMK Merdeka Lawang), bahwa;
Dalam memilih metode pembelajaran saya juga harus memperhatikan media apa yang akan saya gunakan untuk menerapkan metode pembelajaran yang saya pilih (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Fungsi guru pengajar dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai
fasilitator. Maksudnya adalah guru bertindak sebagai pihak yang membantu siswa
dalam memahami materi pelajaran bukan sebagai otoritas atau sumber utama
pembelajaran. Siswa dibiasakan untuk lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam
menggali dan memahami materi serta informasi dari guru. Seperti yang
diungkapkan oleh Bapak Prasetya (23 tahun, Guru SMK Merdeka Lawang),
bahwa;
Dalam kegiatan pembelajaran, guru selalu berupaya mengaktifkan siswa. Saya lebih sering menggunakan metode diskusi di samping metode ceramah. Jadi, guru hanya sebagai fasilitator saja. siswa dibiasakan lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam memahami materi pelajaran (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Penerapan metode pembelajaran tersebut dipertegas oleh Fauziatul, selaku
siswa kelas X Multimedia yang menyatakan bahwa:
Metode yang digunakan Pak Prasetya pada saat mengajar di kelas bermacam-macam salah satunya diskusi. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk berdiskusi mengenai tugas yang telah diberikan kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan di depan kelas secara bergantian (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Pendapat lain diungkapkan oleh Bapak Budi (47 tahun, Guru PKn SMK
Merdeka Lawang), bahwa;
Input nilai UAN (Ujian Akhir Nasional) yang rendah dan masalah di luar akademik yaitu siswa yang terhambat karena faktor ekonomi orang tua yang tidak mendukung sehingga tidak bisa membeli buku, akibatnya ketika
62
pelajaran berlangsung siswa tersebut tidak dapat mengikuti dengan serius (Wawancara, 18 Juni 2009, di Ruang Guru).
Sarana dan prasarana pembelajaran merupakan salah satu pendukung
dalam proses kegiatan belajar mengajar. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Bapak Prasetya (23 tahun, Guru SMK Merdeka Lawang), bahwa;
Sarana dan prasarana pendukung pembelajaran yang masih terbatas terutama buku-buku referensi yang dimiliki siswa dan perpustakaan serta media-media pendukung pembelajaran seperti CD yang ada hubungannya dengan Pendidikan Kewarganegaraan (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru).
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat disimpulkan
bahwa setiap guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SMA Negeri 1 Lawang
dan SMK Merdeka Lawang masing-masing mempunyai problematika dalam
memilih metode pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diantaranya:
(1) Problematika yang dihadapai oleh Bapak Purba selaku guru Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) SMA Negeri 1 Lawang adalah kurangnya minat dan
motivasi belajar siswa, (2) Problematika yang dihadapai Bapak Subagio yang juga
selaku guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMA Negeri 1 Lawang
mengalami kesulitan atau kendala dalam kurang kesesuaian antara jumlah materi
yang diajarkan dan alokasi waktu, (3) Problematika yang dihadapi oleh Bapak
Budi selaku guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SMK Merdeka Lawang
adalah Input nilai UAN (Ujian Akhir Nasional) yang rendah dan masalah di luar
akademik yaitu siswa yang terhambat karena faktor ekonomi orang tua yang tidak
mendukung, dan (4) Problematika yang dihadapi Bapak Prasetya yang juga selaku
guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMK Merdeka Lawang mengalami
kendala berkaitan dengan kurangnya sarana dan prasarana pendukung
pembelajaran.
63
4. Upaya Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam Mengatasi
Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran di SMA Negeri 1 Lawang
dan SMK Merdeka Lawang
a. Upaya Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam Mengatasi
Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran di SMA Negeri 1
Lawang
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru SMA Negeri 1 Lawang ada
beberapa upaya mengatasi Problematika pemilihan metode pembelajaran yang
dihadapi guru, sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Purba (45 tahun, Guru
PKn SMA Negeri 1 Lawang), bahwa;
Agar siswa mempunyai motivasi dan minat belajar guru melakukan pengamatan pada siswa secara langsung dalam proses pembelajaran di kelas baik sikap maupun perbuatan. Menggunakan pendekatan personal bicara dari hati ke hati menanyakan masalah yang dihadapi oleh siswa (Wawancara, 15 juni 2009, di Ruang Piket).
Pendapat lain juga diungkapkan oleh Bapak Subagio (50 tahun, Guru PKn
SMA Negeri 1 Lawang), bahwa;
Agar siswa aktif guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, mengadakan tanya jawab, memberikan siswa tugas individu dan kelompok. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung memberikan selingan istirahat beberapa menit ketika melihat siswa yang terlalu jenuh, menciptakan suasana belajar serius tapi santai (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Pemilihan suatu metode pembelajaran disesuaikan dengan materi yang
diajarkan melibatkan siswa secara aktif dan memudahkan penanaman konsep.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Subagio (50 tahun, Guru PKn SMA
Negeri 1 Lawang), bahwa;
Guru harus lebih kreatif dalam memanfaatkan sumber/bahan/alat pembelajaran yang tersedia di sekolah sehingga meskipun jumlah yang ada
64
di sekolah terbatas, guru masih tetap bisa memanfaatkannya untuk proses belajar mengajar (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru).
Pembuatan media pengajaran sendiri juga dilakukan oleh seorang guru
agar siswa lebih mudah mencerna atau memahami materi yang diajarkan. Hal
yang paling penting diperhatikan oleh guru dalam membuat media, yaitu
tersedianya sumber, latar, dan personalia. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak
Subagio (50 tahun, Guru SMA Negeri 1 Lawang), bahwa;
Saya dalam pembelajaran di kelas sering membuat media sendiri. Materi pelajaran ditulis di kertas manila yang berbentuk skema-skema/bagan semacam peta konsep (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Pendapat lain juga diungkapkan oleh Bapak Purba (45 tahun, Guru PKn
SMA Negeri 1 Lawang), bahwa;
Saya harus lebih banyak belajar. Terutama dalam memanfaatkan media pembelajaran yang ada di sekolah seperti LCD agar penerapan metode pembelajaran dapat diterapkan dengan baik ketika proses pembelajaran berlangsung (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Piket). Selain itu untuk mengatasi masalah pemilihan metode pembelajaran adalah
dengan cara diselesaikan di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP),
dibicarakan sesama teman dan konsultasi dengan guru yang berpengalaman.
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dan Kelompok Kerja Guru (KKG)
Merupakan dua organisasi atau wadah yang dapat menigkatkan profesionalisme
dan kinerja guru. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Subagio (50 tahun, Guru
SMA Negeri 1 Lawang), bahwa;
Ketika saya mengalami kesulitan dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran biasanya saya membicarakannya dengan sesama teman di MGMP (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru).
65
b. Upaya Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam Mengatasi
Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran di SMK Merdeka
Lawang
Tugas utama seorang guru adalah membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa
bila guru bertindak mengajar, maka diharapkan siswa berajar atau belajar. Guru
menyadari bahwa dalam tugas pembelajaran ternyata ada masalah-masalah belajar
yang dialami oleh siswa. Disini guru dituntut untuk lebih memahami kondisi
lingkungan siswa yang dapat menjadi sumber masalah belajar. Pemberian tugas di
luar jam pelajaran merupakan salah satu upaya untuk menagatasi masalah
pemilihan metode pembelajaran. Seperti juga yang disampaikan oleh Bapak
Prasetya (23 tahun, Guru SMK Merdeka Lawang), bahwa;
Selain harus lebih memahami kemampuan siswa, guru juga sering memberikan tugas pada siswa untuk mempelajari sendiri materi di luar jam pelajaran dan membahasnya di jam pelajaran jika siswa mengalami kesulitan (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Pemaparan Pak Prasetya di atas dipertegas oleh Kristiantoro, selaku siswa
kelas X Otomotif yang menyatakan bahwa:
Pada akhir jam pelajaran ketika proses pembelajaran hampir selesai Pak Prasetya memberi tugas mempelajari materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya. Selain itu, Pak Prasetya juga memberi tugas mencari artikel di internet, koran dan majalah yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Pengembangan bahan pembelajaran yang disesuaikan dengan strategi
pembelajaran dan cara penyajian berencana dalam pembelajaran merupakan
sesuatu yang penting dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Prasetya (23 tahun, Guru SMK
Merdeka Lawang), bahwa;
66
Guru harus dapat memilah-milah materi yang akan diajarkan. Materi mana yang penting yang membutuhkan alokasi waktu banyak dan materi mana yang kurang penting yang tidak membutuhkan waktu cadangan yang ada (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru). Seperti juga yang disampaikan oleh Bapak Budi (47 tahun, Guru SMK
Merdeka Lawang), bahwa;
Guru harus lebih kreatif dalam mencari sumber pembelajaran lain yang relevan, sehingga meskipun tidak ada buku paket dari pemerintah guru tetap bisa menentukan materi dan uraiannya yang sesuai dengan ketentuan (Wawancara, 18 Juni 2009, di Ruang Guru). Selain kesiapan dan kemampuan seorang guru, penerapan metode
pembelajaran harus didukung oleh sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Prasetya (23 tahun, Guru SMK
Merdeka Lawang), bahwa;
Sarana dan prasarana yang minim sehingga guru melakukan upaya untuk menyediakan sarana dan prasarana tersebut. Selain itu sekolah juga bekerja sama dengan komite sekolah dan dinas terkait untuk melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran seperti TV, OHP, ruang multimedia dan buku-buku pelajaran (Wawancara, 15 Juni 2009, di Ruang Guru).
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat disimpulkan
bahwa ada beberapa upaya yang dilakukan oleh guru Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang
berkaitan dengan problematika yang dihadapi di antaranya: (1) Upaya yang
dilakuakan Bapak Purba untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa dengan
cara mengamati siswa secara langsung ketika proses belajar pembelajaran di
kelas, (2) Upaya yang dilakukan Bapak Subagio untuk menyesuaikan antara
jumlah materi yang diajarkan dan alokasi waktu dengan cara lebih kreatif dalam
mencari sumber pembelajaran lain yang relevan, (3) Upaya yang dilakukan oleh
Bapak Budi mengenai Input nilai UAN (Ujian Akhir Nasional) yang rendah dan
67
masalah di luar akademik yaitu siswa yang terhambat karena faktor ekonomi
orang tua yang tidak mendukung dengan lebih kreatif dalam memanfaatkan
sumber/bahan/alat pembelajaran di lingkungan sekitar, dan (4) Upaya yang
dilakukan Bapak Prasetya berkaitan dengan minimnya sarana dan prasarana yakni
berusaha membuat media belajar sendiri. Selain itu, pihak sekolah juga berupaya
untuk melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran.
Berdasarkan paparan data tentang problematika yang dihadapi guru
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam memilih metode pembelajaran di
SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang serta upaya mengatasinya di
atas, untuk lebih jelasnya peneliti sajikan dalam bentuk matriks, seperti pada tabel
4.1 berikut:
Tabel 4.1 : Matriks Problem dan Upaya Mengatasi Pemilihan Metode
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
SMA Negeri 1 Lawang SMK Merdeka Lawang Problem 1. Kurangnya minat dan motivasi belajar
siswa. 2. Kurang kesesuaian antara jumlah
materi yang diajarkan dan alokasi waktu.
1. Input nilai UAN (Ujian Akhir Nasional) yang rendah dan masalah di luar akademik yaitu siswa yang terhambat karena faktor ekonomi orang tua yang tidak mendukung.
2. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung pembelajaran
Upaya 1. Melakukan pengamatan secara langsung di kelas, menggunakan pendekatan personal bicara dari hati ke hati menanyakan masalah yang dihadapi oleh siswa; selain itu guru dituntut lebih memahami kemampuan siswa diantaranya dengan memberi tugas di luar jam pelajaran.
2. Guru harus dapat memilah-milah materi yang akan diajarkan, materi mana yang penting dan membutuhkan alokasi waktu lebih dan materi mana yang kurang penting dan tidak membutuhkan waktu banyak; guru harus lebih kreatif dalam mencari sumber pembelajaran lain yang relevan.
1. Lebih memanfaatkan lingkungan sekitar dan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, tidak hanya sebatas ceramah tapi dikombinasikan dengan metode lainnya seperti metode tanya jawab dan penugasan.
2. Guru dan pihak sekolah bekerja sama dengan pihak-pihak terkait berusaha memenuhi sarana dan prasarana yang dibutuhkan demi kelancaran proses belajar mengajar dan membuat media sendiri.
68
B. Temuan Penelitian
1. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Berdasarkan paparan data tentang karakteristik Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) diketahui bahwa Karakteristik Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) meliputi: (1) Aspek pengetahuan Kewarganegaraan,
pendidikan yang lebih fokus pada hak dan kewajiban. Dalam hal ini siswa harus
mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajiban sebagai warga negara, Ideologi
negara, nilai-nilai cinta tanah air, patriotisme dan perjuangan nasional; (2) Aspek
keterampilan Kewarganegaraan, kesadaran berbangsa dan bernegara. Dalam hal
ini siswa diharapkan dapat berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, misalnya berpartisipasi dalam pemilu, (3) Aspek nilai-nilai
Kewarganegaraan, pendidikan yang menanamkan nilai-nilai kejujuran, percaya
diri, kebersamaan dan tolong-menolong. Selain itu, Pendidikan kewarganegaraan
(PKn) sebagai Pendidikan yang menekankan nilai-nilai moral yang diberikan
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dalam upaya
menumbuhkan jati diri dan moral bangsa.
Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn),
guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam menentukan tujuan pembelajaran
menyesuaiakan dengan indikator pembelajaran. Proses perumusan indikator
pembelajaran dirumuskan mengacu pada Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) yang ada dalam kurikulum nasional yang disesuaikan
dengan kondisi sekolah. Hal ini penting mengingat setiap sekolah pasti
mempunyai perbedaan. Tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
69
tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang didasarkan pada
silabus, sesuai dengan jenjang kelas masing-masing.
Pendekatan-pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) antara lain pendekatan kontekstual
(contextual teaching and learning = CTL) pendekatan konsep dan pendekatan
individual.
2. Problematika yang Dihadapi Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
dalam Memilih Metode Pembelajaran di SMA Negeri 1 Lawang dan
SMK Merdeka Lawang
Berdasarkan paparan data tentang problematika yang dihadapi guru
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam memilih metode pembelajaran di
SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang diketahui bahwa dalam
menyampaikan materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) metode
ceramah tidak bisa ditinggalkan karena materi yang diajarkan oleh guru bersifat
pokok saja, untuk yang lainnya siswa diminta membaca sendiri materi pelajaran
secara rinci. Selain itu, dalam mengaktifkan siswa guru juga menggunakan
berbagi metode pembelajaran di antaranya metode diskusi yang dikombinasikan
dengan metode ceramah, di sini guru hanya berperan sebagai fasilitator.
Berdasarkan Paparan data di atas juga diketahui bahwa dalam memilih
metode pembelajaran terbukti ada problematika yang dihadapi guru. Problematika
yang dihadapi guru dalam memilih metode pembelajaran adalah: (1) Minat dan
motivasi belajar siswa yang rendah, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang
tidak di ujikan dalam Ujian Akhir Nasional (UAN) membuat siswa kurang
termotivasi; (2) Input nilai UAN (Ujian Akhir Nasional) yang rendah dan masalah
70
di luar akademik yaitu siswa yang terhambat karena faktor ekonomi orang tua
yang tidak mendukung, setiap siswa pasti mempunyai ciri khas (karakteristik)
yang berbeda-beda dalam satu kelas; (3) Kurang kesesuaian antara jumlah materi
yang diajarkan dan alokasi waktu, berkembangnya proses belajar mengajar di
kelas terkadang alokasi waktunya tidak sesuai dengan yang direncanakan; (4)
Sarana dan prasarana pendukung pembelajaran masih terbatas dan penerapan
metode pembelajaran yang juga harus disesuaikan dengan media pembelajaran
yang digunakan membuat guru kesulitan memilih metode pembelajaran.
3. Upaya Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam Mengatasi
Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran di SMA Negeri 1 Lawang
dan SMK Merdeka Lawang
Berdasarkan paparan data tentang upaya guru pendidikan kewarganegaraan
(PKn) dalam mengatasi problematika pemilihan metode pembelajaran di SMA
Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang diketahui bahwa guru telah
melakukan upaya-upaya dalam mengatasi problematika yang sedang dihadapi.
Permasalahan yang dihadapi guru yang berkaitan dengan minat dan
motivasi belajar siswa yang rendah dapat diupayakan dengan melakukan
pengamatan secara langsung di kelas, menggunakan pendekatan personal bicara
dari hati ke hati menanyakan masalah yang dihadapi oleh siswa; selain itu guru
dituntut lebih memahami kemampuan siswa diantaranya dengan memberi tugas di
luar jam pelajaran. Sedangkan permasalahan yang berkaitan dengan Input nilai
UAN (Ujian Akhir Nasional) yang rendah dan masalah di luar akademik yaitu
siswa yang terhambat karena faktor ekonomi orang tua yang tidak mendukung
dapat diupayakan dengan lebih memanfaatkan lingkungan sekitar dan
71
menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, tidak hanya sebatas ceramah
tapi dikombinasikan dengan metode lainnya seperti metode tanya jawab dan
penugasan.
Selanjutnya permasalahan yang berkaitan dengan kurang kesesuaian antara
jumlah materi pelajaran dan alokasi waktu dapat diupayakan dengan cara guru
harus dapat memilah-milah materi yang akan diajarkan, materi mana yang penting
dan membutuhkan alokasi waktu lebih dan materi mana yang kurang penting dan
tidak membutuhkan waktu banyak; guru harus lebih kreatif dalam mencari sumber
pembelajaran lain yang relevan, misalnya dengan memanfaatkan perkembangan
teknologi yakni internet, koran dan majalah.
Permasalahan yang berkaitan dengan sarana dan prasarana yang minim
dapat diupayakan dengan cara guru dan pihak sekolah bekerja sama dengan pihak-
pihak terkait berusaha memenuhi sarana dan prasarana yang dibutuhkan demi
kelancaran proses belajar mengajar; membuat media sendiri, materi pelajaran
ditulis dikertas manila yang berbentuk skema-skema/bagan semacam peta konsep,
dan bagi guru yang belum bisa memanfaatkan sarana dan prasarana secara
maksimal harus lebih banyak belajar misalnya bagaimana cara seorang guru
mengoperasikan LCD sebagai media pembelajaran. Selain itu, kesulitan dalam
pemilihan metode pembelajaran dapat diupayakan melalui cara berkonsultasi
dengan sesama teman di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
72
BAB V
PEMBAHASAN
Setelah peneliti mengumpulkan dan memaparkan data hasil penelitian,
maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah membahas hasil penelitian
tersebut, sesuai dengan metode analisis dalam penelitian ini. Pada penelitian ini
peneliti akan membahas dan menganalisis hasil-hasil penelitian sesuai dengan
kerangka rumusan masalah.
A. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Berdasarkan temuan penelitian yang telah dipaparkan di atas diketahui
bahwa guru mempunyai pendapat yang hampir sama mengenai karakteristik
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Adapun karakteristik Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) meliputi:
1. Aspek Pengetahuan Kewarganegaraan
Aspek pengetahuan kewarganegaraan mencakup bidang politik, hukum
dan moral. Dalam penelitian ini pengetahuan kewarganegaraan telah diberikan
dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Pengetahuan kewarganegaraan
tersebut disampaikan oleh guru dalam pembelajaran salah satunya melalui
metode ceramah. Siswa diharapkan memiliki pengetahuan misalnya mengenai
hak dan kewajiban sebagai warga negara; kedudukan, fungsi dan peranan
Pancasila sebagai Ideologi Negara; sistem pemerintahan di berbagai negara,
khususnya di Indonesia.
73
2. Aspek Keterampilan Kewarganegaraan
Aspek keterampilan kewarganegaraan mencakup keterampilan-
keterampilan dalam berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam hal ini siswa diharapkan memiliki kesadaran untuk ikut berpartisipasi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti yang dicontohkan oleh
guru kewarganegaraan yaitu siswa berpartisipasi dalam pemilu. Salah satu
bukti untuk hal ini adalah umumya siswa sudah memiliki hak untuk memilih
dalam pemilihan umum. Siswa yang berkedudukan sebagai orang yang sedang
dalam proses belajar memperoleh kesempatan untuk berlatih dan menyiapkan
diri bagi kehidupannya pada waktu dewasa sebagai anggota masyarakat
sepenuhnya. Untuk memenuhi hal ini proses belajar ditekankan pada
kemampuan berpikir rasional melalui langkah berfikir yang benar dan
mengambil keputusan masalah yang paling tepat dalam memecahkan masalah.
3. Aspek Nilai-nilai Kewarganegaraan
Aspek nilai-nilai Kewarganegaraan mencakup percaya diri, komitmen,
toleransi, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berserikat dan
berkumpul, tolong-menolong. Keseluruhan dari nilai-nilai tersebut tercermin
dalam pelaksanaan pembelajaran Kewarganegaraan yang dilakukan oleh guru
misalnya pada penerapan metode diskusi kelompok dalam proses
pembelajaran. Nilai-nilai kewarganegaraan penting bagi siswa dalam masa
belajarnya sebagai warga negara muda dan anggota masyarakat yang akan
melangsungkan tradisi kehidupan masyarakat yang selaras dan seimbang, di
mana anggota masyarakat hidup saling membutuhkan dan saling tergantung
antara satu dengan yang lainnya.
74
Mata pelajaran kewarganegaraan dipandang sebagai mata pelajaran yang
memegang peranan penting dalam membentuk warga negara yang baik sesuai
dengan falsafah bangsa dan konstitusi Negara Republik Indonesia. Oleh karena
itu, karakteristik pembelajaran kewarganegaraan mencakup aspek pengetahuan,
aspek keterampilan dan aspek nilai-nilai kewarganegaraan.
Warga negara yang memahami dan menguasai pengetahuan
Kewarganegaraan (civic knowledge) dan keterampilan Kewarganegaraan (civic
skills) akan menjadi seseorang warga negara yang memiliki rasa percaya diri,
sedangkan warga negara yang telah memahami dan menguasai keterampilan
Kewarganegaraan serta nilai-nilai Kewarganegaraan (civics values) akan menjadi
seseorang warga negara yang memiliki komitmen kuat. Pada akhirnya, seseorang
warga negara yang menguasai ketiga aspek tersebut diharapkan akan
menjadikannya seorang warga negara yang berpengetahuan, terampil dan
berkepribadiaan serta membantu terwujudnya masyarakat yang demokratis dan
konstitusional.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) lebih menekankan aspek kurikulum
atau rencana pelajaran dengan mengutamakan cara pengembangan tingkah laku
sosial siswa untuk mencapai suatu hasil pendidikan berupa warga negara yang
baik. Aspek kurikulum di sini berarti pendidikan kewarganegaraan itu
mengandung karakteristik kurikulum umumnya, yaitu membantu pengembangan
potensi tingkah laku sosial yang dimiliki siswa dalam hidup masyarakat (Cahyoto,
1994:27).
75
Dari hasil temuan mengenai karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) di atas juga diketahui bahwa dalam penetapan tujuan pembelajaran guru
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK
Merdeka Lawang menyesuaikan dengan indikator pembelajaran. Proses
perumusan indikator pengajaran dirumuskan mengacu pada Standar Kompetensi
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang ada dalam kurikulum nasional yang
disesuaikan dengan kondisi sekolah. Hal ini penting mengingat setiap sekolah
pasti mempunyai perbedaan. Tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
didasarkan pada silabus, sesuai dengan jenjang kelas masing-masing.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Yamin (2008:147) bahwa penetapan
tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam memilih metode
yang akan digunakan di dalam menyajikan materi pelajaran. Tujuan pembelajaran
merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan
yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan
metode-metode pembelajaran.
Sebagaimana juga yang diungkapkan oleh Djamarah (2006:109) bahwa
tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam
kegiatan belajar mengajar. Kepastian dan penjelasan proses belajar mengajar
berpangkal tolak dari jelas tidaknya indikator pengajaran. Dari kedua pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan
pengajaran dan tujuan pembelajaran tersebut dapat terwujud salah satunya dengan
menggunakan metode-metode pembelajaran.
76
Untuk mencapai tujuan pembelajaran selain dengan menggunakan metode-
metode pembelajaran seorang guru juga perlu menggunakan pendekatan-
pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), pendekatan itu antara lain: pendekatan
konsep, pendekatan terpadu, pendekatan lingkungan yang semakin meluas,
pendekatan kontekstual dan pendekatan nilai moral.
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah pendekatan kontekstual (contextual
teaching and learning = CTL) pendekatan konsep dan pendekatan individual.
Dalam memilih pendekatan pembelajaran yang penting adalah tepat dan efektif
untuk mencapai sasaran. Selain beberapa pendekatan yang digunakan guru juga
menerapkan pembelajaran PAKEM.
PAKEM merupakan konsep pembelajaran yang lebih menitikberatkan
pada keaktifan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa apabila guru menerapkan pembelajaran
PAKEM maka pendekatan-pendekatan pembelajaran secara otomatis masuk di
dalamnya diantaranya: (1) pendekatan kontekstual (contextual teaching and
learning = CTL), dengan memanfaatkan lingkungan sekitar guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa; dan (2)
pendekatan konsep, yang sesuai dengan karakteristik Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) sehingga tidak bisa ditinggalkan oleh guru.
77
B. Problematika yang Dihadapi Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
dalam Memilih Metode Pembelajaran di SMA Negeri 1 Lawang dan
SMK Merdeka Lawang
Setiap guru senantiasa dihadapkan pada pertanyaan tentang metode-
metode apa yang akan digunakan untuk membantu siswa mempelajari konsep-
konsep atau membantu mereka mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan. Berkaitan dengan hal itu patut disadari oleh guru bahwa tidak ada satu
metode yang terbaik atau yang cocok untuk semua situasi/mata pelajaran, atau
tidak ada “magic solution” dalam mengajar (Wahab, 2008:85).
Berdasarkan temuan penelitian yang telah dipaparkan di atas diketahui
bahwa guru mengalami problematika dalam memilih metode pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Selain itu, dapat diketahui juga bahwa
penggunaan metode ceramah yang tidak bisa ditinggalkan oleh guru dalam
penyampaian materi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
Problematika yang dihadapi guru dalam memilih metode pembelajaran
adalah: (1) Minat dan motivasi belajar siswa yang rendah, (2) Input nilai UAN
(Ujian Akhir Nasional) yang rendah dan masalah di luar akademik yaitu siswa
yang terhambat karena faktor ekonomi orang tua yang tidak mendukung, (3)
Kurang kesesuaian antara jumlah materi yang diajarkan dan alokasi waktu, (4)
Sarana dan prasarana pendukung pembelajaran masih terbatas.
Guru di sekolah menghadapi banyak siswa dengan bermacam-macam
motivasi belajar. Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan
siswa. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin siswa memiliki kemauan untuk
belajar sehingga motivasi menjadi sangat penting dalam diri siswa.
78
Salah satu kendala yang dihadapi guru dalam pemilihan metode
pembelajaran adalah motivasi belajar siswa yang rendah. Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) yang tidak diujikan dalam Ujian Akhir Nasional (UAN)
membuat siswa kurang termotivasi dan menganggap mudah mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
Menurut Mulyasa (2008:58) bahwa motivasi merupakan salah satu faktor
yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena siswa akan belajar
dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Oleh karena itu,
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus mampu membangkitkan
motivasi belajar siswa sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Sebagaimana juga yang diungkapkan oleh Dimyati dan Mudjiono
(2006:43) bahwa motivasi mempuyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang
memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik
perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang
studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting
dalam kehidupannya.
Setiap siswa pasti mempunyai ciri khas (karakteristik) yang berbeda-beda
dalam satu kelas. Kendala lain yang dihadapi guru adalah Input nilai UAN (Ujian
Akhir Nasional) yang rendah dan masalah di luar akademik yaitu siswa yang
terhambat karena faktor ekonomi orang tua yang tidak mendukung. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh Wahab (2008:9) bahwa setiap siswa memiliki perbedaan
besar dalam kemampuan intelektualnya, keadaan sosial ekonomi, harapan-
harapannya, perkembangan emosional, kebutuhan, minat, motivasi dan lain-lain.
79
Selain motivasi, minat belajar dan Input nilai UAN (Ujian Akhir
Nasional) yang rendah. Guru juga mengalami kendala kurang kesesuaian antara
jumlah materi dan alokasi waktu. Berkembangnya proses belajar mengajar di
kelas terkadang alokasi waktunya tidak sesuai dengan yang direncanakan.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Yamin (2008:149) bahwa waktu
yang tersedia dalam pemberian materi yang pelajaran satu jam pelajaran 45 menit,
maka metode yang dipergunakan telah dirancang sebelumnya, termasuk di
dalamnya perangkat penunjang pembelajaran, perangkat pembelajaran itu dapat
dipergunakan oleh guru secara berulang-ulang, seperti; transparan, chart, vidio
dan filem.
Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran (e-learning) di
maksudkan untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran
(Mulyasa, 2008:107). Fasilitas pendidikan pada umumnya mencakup sumber
belajar, sarana dan prasarana penunjang lainnya, sehingga peningkatan fasilitas
pendidikan harus ditekankan pada peningkatan sumber-sumber belajar, baik
kuantitas maupun kualitasnya, sejalan dengan teknologi pendidikan dewasa ini.
Selaras dengan teori di atas, sarana dan prasarana pendukung pembelajaran
yang masih terbatas dan penerapan metode pembelajaran yang juga harus
disesuaikan dengan media pembelajaran yang digunakan membuat guru kesulitan
memilih metode pembelajaran.
Sebagaimana dipaparkan di atas dalam menyampaikan materi, guru
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK
Merdeka Lawang tidak bisa meninggalkan penggunaan metode ceramah karena
materi yang diajarkan bersifat pokok saja, untuk yang lainnya siswa diminta
80
membaca sendiri materi pelajaran secara rinci. Dalam mengaktifkan siswa guru
juga menggunakan berbagi metode pembelajaran di antaranya metode diskusi
yang dikombinasikan dengan metode ceramah, di sini guru berperan sebagai
fasilitator.
Menurut Mulyasa (2008:53) bahwa tugas guru tidak hanya menyampaikan
informasi kepada siswa, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas
memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada seluruh siswa, agar
mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenagkan, gembira, penuh
semangat, tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka.
Pelaksanaan pembelajaran kewarganegaraan mengacu kepada
pembelajaran inovatif, menyenagkan dengan menggunakan banyak kreasi yang
subyeknya adalah siswa sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator,
mediator dan motivator dalam pembelajaran.
C. Upaya Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam Mengatasi
Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran di SMA Negeri 1 Lawang
dan SMK Merdeka Lawang
Berdasarkan temuan penelitian yang telah dipaparkan di atas diketahui
bahwa guru telah melakukan upaya-upaya untuk mengatasi problematika yang
sedang dihadapi guru. Permasalahan yang berkaitan dengan minat dan motivasi
siswa yang rendah dapat diupayakan dengan melakukan pengamatan secara
langsung di kelas, menggunakan pendekatan personal (individual) bicara dari hati
ke hati menanyakan masalah yang dihadapi oleh siswa.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Djamarah (2006:55) bahwa
pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan
81
pengajaran. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan
pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja
melakukan pendekatan individual terhadap siswa di kelas. Persoalan kesulitan
belajar siswa lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan
individual.
Guru dituntut lebih memahami kemampuan siswa dalam memilih dan
menggunakan metode pelajaran. Meskipun setiap guru menggunakan metode
pembelajaran yang berbeda dalam menyampaikan materi pelajarannya di kelas,
namun terdapat keseragaman dalam tujuan penggunaan metode pembelajaran,
yaitu selalu berupaya untuk mengaktifkan dan melibatkan siswa selama proses
belajar mengajar berlangsung.
Di kelas ada sekelompok siswa. Mereka belajar dengan gaya yang
berbeda-beda. Perilaku mereka juga bermacam-macam. Cara mengungkapkan
pendapat, cara berpakaian, daya serap tingkat kecerdasan dan sebagainya, selalu
ada variasinya. Masing-masing siswa mempunyai karakteristik tersendiri yang
berbeda dari siswa satu dengan siswa lainnya.
Sebagaimana juga yang diungkapkan oleh Wahab (2008:8) materi guru
adalah benda hidup yang self active. Guru haruslah memahami sifat-sifat dan
karakteristik perkembangan siswa pada berbagai tingkatan agar guru dapat
mengoptimalkan minat dan motivasi siswa dalam tugas-tugas belajar siswa.
Perbedaan individu termasuk di dalamnya input nilai UAN (Ujian Akhir
Nasional) yang rendah diupayakan oleh guru dengan lebih memanfaatkan
lingkungan sekitar dalam menyampaikan materi pelajarannya. Selain itu, guru
juga menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, tidak hanya sebatas
82
ceramah tapi dikombinasikan dengan metode lainnya seperti metode tanya jawab
dan penugasan.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Djamarah (2006:158) bahwa
penggunaan metode mengajar yang bervariasi dapat menggairahkan belajar siswa.
Penggunaan metode yang bervariasi dapat juga menjembatani gaya-gaya belajar
siswa dalam menyerap bahan pelajaran. Umpan balik dari siswa akan bangkit
sejalan dengan penggunaan metode mengajar yang sesuai dengan kondisi
psikologis siswa. Maka adalah penting memahami kondisi psikologis siswa
sebelum menggunakan metode mengajar guna mendapatkan umpan balik optimal
dari setiap siswa.
Selanjutnya permasalahan yang berkaitan dengan kurang kesesuaian antara
jumlah materi pelajaran dan alokasi waktu dapat diupayakan dengan cara guru
harus dapat memilah-milah materi yang akan diajarkan, dalam hal ini yang
dilakukan guru adalah dengan mempertimbangkan materi mana yang penting dan
membutuhkan alokasi waktu lebih dan materi mana yang kurang penting dan
tidak membutuhkan waktu banyak.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mulyasa (2008:141) bahwa guru
yang memiliki kompetensi profesional harus mampu memilah dan memilih serta
mengelompokkan materi pembelajaran yang akan disampaikannya kepada siswa
sesuai dengan jenisnya. Tanpa kompetensi profesional dapat dipastikan guru akan
mengalami berbagai kesulitan dalam membentuk kompetensi siswa, bahkan akan
gagal dalam melaksanakan pembelajaran.
Selain apa yang telah dipaparkan di atas untuk mengatasi problematika
kurang kesesuaian antara jumlah materi pelajaran dan alokasi waktu upaya lain
83
yang dilakukan guru adalah dengan lebih kreatif dalam mencari sumber belajar
lain yang relevan, dalam penelitian ini guru memanfaatkan perkembangan
teknologi yakni internet dan lingkungan sekitar, untuk mencari bahan pelajaran
lain selain dari buku paket yang digunakan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Setyosari (2001:83) bahwa bahan pelajaran yang digunakan guru harus sesuai
dengan tujuan yang telah dirumuskan. Bahan itu mungkin melimpah ruah, tetapi
tidak cocok dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh sebab itu, maka perlu
diupayakan sumber-sumber (sumber belajar) yang relevan untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan.
Permasalahan yang berkaitan dengan sarana dan prasarana yang minim
dapat diupayakan dengan cara guru dan pihak sekolah bekerja sama dengan pihak-
pihak terkait berusaha memenuhi sarana dan prasarana yang dibutuhkan demi
kelancaran proses belajar mengajar; membuat media sendiri, materi pelajaran
ditulis di kertas manila yang berbentuk skema-skema/bagan semacam peta
konsep, dan bagi guru yang belum bisa memanfaatkan sarana dan prasarana
secara maksimal harus lebih banyak belajar misalnya bagaimana cara seorang
guru mengoperasikan LCD sebagai media pembelajaran.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Yamin (2008:173) bahwa media
adalah alat bantu dalam proses belajar mengajar. Media memegang peran yang
penting dalam pembelajaran, piranti yang memegang peranan tersendiri dalam
proses pembelajaran. Walaupun begitu, penggunaan media sebagai alat bantu
tidak bisa sembarangan menurut kehendak hati guru. Tetapi harus memperhatikan
dan mempertimbangkan tujuan dan metode yang digunakan.
84
Selain itu, kesulitan dalam pemilihan metode pembelajaran diupayakan
guru dengan cara berkonsultasi dengan sesama teman di Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP). Melalui MGMP diharapkan persoalan dapat diatasi termasuk
mencari alternatif pembelajaran yang tepat, menemukan variasi metode dan media
dalam pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mulyasa (2004:106)
bahwa dengan MGMP guru diharapkan persoalan dapat diatasi, termasuk
bagaimana mensiasati kompetensi yang diuraikan dalam kurikulum dan mencari
alternatif pembelajaran yang tepat serta menemukan berbagai variasi metode dan
variasi media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
85
BAB VI
PENUTUP
Bagian terakhir pada bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran-
saran.
A. Kesimpulan
Dari serangkaian hasil analisis untuk membahas permasalahan-
permasalahan yang berawal dari latar belakang penulisan penelitian ini, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) meliputi; Pertama, aspek
pengetahuan Kewarganegaraan dimana siswa harus mengetahui apa yang
menjadi hak dan kewajiban sebagai warga negara. Kedua, aspek keterampilan
Kewarganegaraan, dalam hal ini siswa diharapkan dapat berpartisipasi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketiga, adalah aspek nilai-nilai
Kewarganegaraan yang mana nilai kewarganegaraan sebagai pendidikan
menanamkan nilai-nilai kejujuran, percaya diri, kebersamaan dan tolong-
menolong. Pendidikan yang menekankan nilai-nilai moral yang diberikan
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dalam upaya
menumbuhkan jati diri dan moral bangsa. Dalam pelaksanaan pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), perumusan tujuan pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) disesuaikan dengan indikator. Proses
perumusan indikator pengajaran mengacu pada Standar Kompetensi (SK) dan
86
Kompetensi Dasar (KD) yang ada dalam kurikulum nasional yang disesuaikan
dengan kondisi sekolah. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan guru
dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah pendekatan
kontekstual (contextual teaching and learning = CTL) pendekatan konsep dan
pendekatan individual.
2. Problematika yang dihadapi guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam
memilih metode pembelajaran di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka
Lawang antara lain: (1) Minat dan motivasi belajar siswa yang rendah,
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang tidak di ujikan dalam Ujian Akhir
Nasional (UAN) membuat siswa kurang termotivasi; (2) Input nilai UAN
(Ujian Akhir Nasional) yang rendah dan masalah di luar akademik yaitu siswa
yang terhambat karena faktor ekonomi orang tua yang tidak mendukung,
setiap siswa pasti mempunyai ciri khas (karakteristik) yang berbeda-beda
dalam satu kelas; (3) Kurang kesesuaian antara jumlah materi yang diajarkan
dan alokasi waktu, berkembangnya proses belajar mengajar di kelas terkadang
alokasi waktunya tidak sesuai dengan yang direncanakan; (4) Sarana dan
prasarana pendukung pembelajaran masih terbatas dan penerapan metode
pembelajaran yang juga harus disesuaikan dengan media pembelajaran yang
digunakan membuat guru kesulitan memilih metode pembelajaran.
Problematika 2 dan 4 dihadapi oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
di SMK Merdeka Lawang. Problematika 1 dan 3 dihadapi oleh guru
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMA Negeri 1 Lawang.
87
3. Guru di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang telah melakukan
upaya dalam mengatasi problematika yang sedang dihadapi dalam memilih
metode pembelajaran, antara lain: (1) Permasalahan yang berkaitan dengan
minat dan motivasi belajar siswa yang rendah diupayakan dengan melakukan
pengamatan secara langsung di kelas, menggunakan pendekatan personal
menanyakan masalah yang dihadapi oleh siswa, selain itu guru dituntut lebih
memahami kemampuan siswa; (2) Permasalahan yang berkaitan dengan input
nilai UAN (Ujian Akhir Nasional) yang rendah diupayakan dengan lebih
memanfaatkan lingkungan sekitar dan menggunakan metode pembelajaran
yang bervariasi serta menerapkan pembelajaran PAKEM; (3) Selanjutnya
permasalahan yang berkaitan dengan kurang kesesuaian antara jumlah materi
pelajaran dan alokasi waktu diupayakan dengan cara guru harus dapat
memilah-milah materi yang akan diajarkan, materi mana yang penting dan
membutuhkan alokasi waktu lebih dan materi mana yang kurang penting dan
tidak membutuhkan waktu banyak, guru harus lebih kreatif dalam mencari
sumber pembelajaran lain yang relevan. Selain itu, juga diupayakan melalui
cara berkonsultasi dengan sesama teman di Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP); (4) Permasalahan yang berkaitan dengan sarana dan prasarana yang
minim diupayakan dengan cara guru dan pihak sekolah bekerja sama dengan
pihak-pihak terkait berusaha memenuhi sarana dan prasarana yang dibutuhkan
demi kelancaran proses belajar mengajar.
88
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka disarankan:
1. Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pustaka, menambah kajian
perkuliahan bagi pengembangan pengetahuan dalam bidang pendidikan.
Khususnya yang berkaitan dengan masalah pembelajaran. Selain itu,
penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian
sejenis dimasa yang akan datang.
2. Peneliti
Hasil penelitian ini dapat lebih meningkatkan kemampuan dan menambah
wawasan dalam menganalisis persoalan pembelajaran. Khususnya dalam
pemilihan dan penerapan metode pembelajaran yang baik dan tepat. Selain itu,
sebagai bahan pembanding teori yang didapatkan dibangku kuliah dengan
kenyataan di lapangan.
3. Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) perlu lebih meningkatkan
pengetahuan dan kemampuannya sebagai seorang tenaga pengajar yang
profesional. Perlunya kemandirian dari guru pengajar untuk dapat
menciptakan suasana kegiatan pembelajaran yang berkualitas, salah satunya
adalah melalui pemilihan metode pembelajaran yang tepat agar nantinya dapat
mencapai hasil belajar yang maksimal.
89
DAFTAR RUJUKAN
Al Hakim, dkk. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.
Malang: Universitas Negeri Malang. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Astuti, Yeni Widia. 2002. Hambatan-hambatan yang dihadapi Guru Biologi
dalam penerapan Metode Pembelajaran Biologi di SMU Negeri se-Kabupaten Madiun. Skripsi tidak diterbitkan. Program sarjana Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Malang.
Cahyoto. 1994. Ilmu Kewarganegaraan. Malang: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas.
Dimyanti & Moedjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Handayani, P. T. & Suryani, P. A. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya: Giri
Utama. Miles, Matthew A. & Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif.
Diterjemahkan oleh Rohidi, Tjetjep Rohendi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press)
Moleong, Lexy. J. 2006. Metodologi Penelitian. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2006. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 41 Tahun 2007
Tentang Standart Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. www.bsnp-indonesia.org. Diakses tanggal 15 September 2009.
Prantiasih, Arbaiyah. 1986. Metodik Pendidikan Moral Pancasila. Malang:
Pelaksana Kegiatan Penulisan Buku/Diktat Perkuliahan Sub Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi IKIP Malang.
90
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Setyosari, Punaji. 2001. Rancangan Pembelajaran Teori Dan Praktek. Malang:
Elang Mas. Universitas Negeri Malang. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Skripsi,
Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian. Edisi Keempat. Malang: Biro Administrasi Perencanaan, dan Sistem Informasi bekerjasama dengan Penerbit Universitas Negeri Malang.
Untari, Sri.2005. Buku Petunjuk Teknis Praktek Pengalaman Lapangan Bidang
Studi Pendidikan Kewarganegaraan. UPT Program Pengalaman Universitas Negeri Malang
Wahab, Abdul Aziz. 2008. Metode dan Model-model Mengajar Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alfabeta. Wahyuni, Ika Muji. 2007. Penerapan dan Problematika Guru dalam
Pembelajaran Matematika di SMP Negeri di Kediri kelas VII dan VII. Skripsi tidak diterbitkan. Program sarjana Matematika. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Malang.
Wiyono, Bambang Budi. 2007. Metodologi Penelitian (Pendekatan kualitatif,
Kuantitatif, dan Action Research). Malang: Rasindo. Wulandari, Yusi. 2006. Upaya Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di SMA Negeri 3 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Malang.
Yamin, Martinis. 2008. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.
91
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ika Oktaviani Lusiana
NIM : 105811480781
Jurusan/Program Studi : Hukum dan Kewarganegaraan/PPKn
Fakultas/Jenjang : Ilmu Sosial/S-1
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri; bukan merupakan pengambil-alihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya
sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiblakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Malang, 23 Desember 2009
Yang membuat pernyataan,
Ika Oktaviani Lusiana
NIM 105811480781
93
Lampiran 1
Foto Dokumentasi
Wawancara dengan Bapak Purba Wawancara dengan Bapak Prasetya Wawancara dengan siswa Wawancara dengan siswa
Proses pembelajaran di kelas
94
Lampiran 2
FORMAT KONSULTASI PENYUSUNAN SKRIPSI JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Semester Gasal 2009/2010 1. Nama Mahasiswa/NIM : Ika Oktaviani Lusiana/105811480781 2. Judul Skripsi : Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) serta Pemecahannya (Studi di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang)
3. Dosen Pembimbing : 1. Drs. H. Suparlan, M.Si. 2. Dra. Arbaiyah Prantiasih, M.Si. NO. TANGGAL MATERI/BAB SARAN PEMBIMBING PARAF1. 30-03-2009 Judul skripsi Judul ACC dan lanjutkan ke
layout/outline
2. 31-03-2009 Layout/outline Revisi 3. 08-04-2009 Layout/outline
proposal ACC dan lanjutkan proposal
4. 16-04-2009 Proposal Skripsi Revisi 5. 24-04-2009 Proposal Skripsi Revisi 6. 01-05-2009 Proposal Skripsi Revisi 7. 20-05-2009 Proposal Skripsi ACC 8. 07-08-2009 Skripsi (Bab IV) Revisi 9. 08-09-2009 Skripsi (Bab IV,V) Revisi 10. 06-10-2009 Skripsi (Bab IV,V) Revisi 11. 21-10-2009 Skripsi (Bab IV,V) ACC 12. 18-11-2009 Skripsi (Bab IV,
V,VI dan Abstrak) Revisi
13. 21-12-2009 Skripsi (Bab IV, V,VI dan Abstrak)
ACC
Malang, 23 Desember 2009 Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Drs. Kt. Diara Astawa, SH. M.Si. NIP 19540522 198203 1 005
95
FORMAT KONSULTASI PENYUSUNAN SKRIPSI JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Semester Gasal 2009/2010 1. Nama Mahasiswa/NIM : Ika Oktaviani Lusiana/105811480781 2. Judul Skripsi : Problematika Pemilihan Metode Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) serta Pemecahannya (Studi di SMA Negeri 1 Lawang dan SMK Merdeka Lawang)
3. Dosen Pembimbing : 1. Drs. H. Suparlan, M.Si. 2. Dra. Arbaiyah Prantiasih, M.Si. NO. TANGGAL MATERI/BAB SARAN PEMBIMBING PARAF1. 31-03-2009 Judul skripsi Judul ACC dan lanjutkan ke
layout/outline
2. 01-04-2009 Layout/outline ACC dan lanjutkan proposal
3. 20-04-2009 Proposal Skripsi Revisi 4. 23-04-2009 Proposal Skripsi Revisi 5. 04-05-2009 Proposal Skripsi Revisi 6. 18-05-2009 Proposal Skripsi Revisi 7. 22-05-2009 Proposal Skripsi ACC 8. 10-08-2009 Skripsi (Bab IV) Revisi 9. 18-08-2009 Skripsi (Bab IV) ACC 10. 10-09-2009 Skripsi (Bab IV,V) Revisi 11. 20-10-2009 Skripsi (Bab IV,V) Revisi 12. 26-10-2009 Skripsi (Bab IV,V) ACC 13. 10-11-2009 Skripsi (Bab IV,
V,VI) Revisi
14. 16-12-2009 Skripsi (Bab IV, V,VI dan Abstrak)
Revisi
15. 23-12-2009 Skripsi (Bab IV, V,VI dan Abstrak)
ACC
Malang, 23 Desember 2009 Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Drs. Kt. Diara Astawa, SH. M.Si. NIP 19540522 198203 1 005
96
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA
A. Untuk Guru
1. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang karakteristik Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn)?
2. Bagaimana proses perumusan kompetensi pembelajaran?
3. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
siswa?
4. Sebelum memulai pelajaran apa yang Bapak/Ibu lakukan?
5. Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), jenis pendekatan
apa yang Bapak/Ibu gunakan?
6. Bagaimana guru merencanakan materi pelajaran?
7. Bahan ajar apa yang Bapak/Ibu gunakan pada saat mengajar?
8. Apakah ada bahan ajar yang lain untuk memperdalam materi pelajaran?
9. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam mengembangkan materi
pelajaran yang diajarkan?
10. Metode apakah yang digunakan dalam penyampaian materi pelajaran dan
alasan penggunaan metode pembelajaran tersebut?
11. Apakah kesulitan yang Bapak/Ibu hadapi dalam memilih metode
pembelajaran?
12. Dari berbagai macam metode pembelajaran yang diterapkan, metode mana
yang menurut anda paling berhasil?
13. Dengan metode yang Bapak/Ibu gunakan, kesulitan apa yang Bapak/Ibu
alami?
14. Bagaimana upaya mengatasi kesulitan-kesulitan yang Bapak/Ibu hadapi dalam
memilih metode pembelajaran?
15. Media pembelajaran apa yang pernah Bapak/Ibu pakai?
16. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam merencanakan/menggunakan
media pembelajaran?
17. Bagaimana pelaksanaan evaluasi hasil belajar PKn?
97
18. Bagaimana proses belajar mengajar di kelas berlangsung?
19. Bagaimana cara Bapak/Ibu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan,
agar siswa tidak mudah jenuh?
20. Kegiatan apakah yang Bapak/Ibu lakukan sebagai tindak lanjut pembelajaran
PKn?
B. Untuk Siswa
1. Bagaimanakah cara anda mempelajari mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn)?
2. Apakah yang membuat anda merasa kesulitan dalam memahami pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)?
3. Metode apa yang digunakan oleh guru anda?
4. Apakah manfaat yang anda peroleh ketika guru menerapkan metode yang
digunakan di kelas?
5. Apakah anda mengalami kesulitan pada saat penerapan metode yang
digunakan guru di kelas?
6. Apa kesulitan anda saat penerapan metode di kelas?
7. Bagaimana upaya anda untuk mengatasi masalah tersebut?
8. Kegiatan apakah yang dilakukan oleh guru anda pada awal (pembukaan),
kegiatan inti dan penutup?
9. Apakah bentuk soal yang diberikan oleh guru anada dalam kegiatan evaluasi?
10. Bagaimana suasana belajar ketika kegiatan belajar mengajar dilakukan?
103
RIWAYAT HIDUP
Ika Oktaviani Lusiana dilahirkan di Bojonegoro, Jawa Timur pada tanggal 19 Oktober 1987, anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Sudjiatno dan Ibu Ju’anah. Pendidikan dasar dan menengah telah ditempuh di kampung halamannya di Bojonegoro. Tamat SD tahun 1999 di SD Samberan II, SMP tahun 2002 di SMP Negeri 1 Sumberrejo, dan pada tahun 2005 di SMA Negeri 1 Sumberrejo.
Kemudian ia melanjutkan Pendidikan Tinggi melalui seleksi SPMB di Universitas Negeri Malang (UM). Ia mengambil Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Program Studi PPKn yang diselesaikan pada tahun 2010. Semasa di Perguruan Tinggi ia pernah menerima Beasiswa Supersemar periode 2007, 2008 dan 2009.