42
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aspek pengelolaan yang penting untuk proses perneliharaan dan penyembuhan penyakit adalah nutrisi pasien. Tubuh manusia membutuhkan makanan untuk hidup dan aktivitas. Zat kirnia yang menyusun makanan manusia dalam jumlah besar adalah karbohidrat, lemak, dan protein, dikenal dengan istilah makronutrien. Makronutrien dibutuhkan tubuh untuk memenuhi kebutuhan energi dan pembentukan serta perbaikan struktur tubuh hingga dapat berfungsi semestinya. Kebutuhan energi tubuh dapat dibagi menjadi kebutuhan untuk memenuhi metabolisme basal, aktivitas dan specific dvnamic effect. 1 Kebutuhan nutrisi untuk orang sakit sering lebih besar, karena pada saat sakit terdapat peningkatan hormon stres yang memerlukan tambahan energi, rnisalnya pada keadaan infeksi atau keadaan yang memerlukan penguturun makanan secara khusus. Di lain pihak, banyak kendala dalam memenuhi kebutuhan nutrisi karena pasien tidak mau makan (selera makan kurang) atau tidak mampu rnakan akibat penyakitnya. 1 Pada keadaan-keadaan tersebut, untuk dapat memenuhi kebutuhan nutrisi, pasien harus tetap mendapat makanan baik secara nutrisi enteral (NE) yaitu melalui 1

CONTOH REFERAT STASE ANASTES

  • Upload
    onyotz

  • View
    166

  • Download
    5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

REFERAT ANASTESI

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu aspek pengelolaan yang penting untuk proses perneliharaan

dan penyembuhan penyakit adalah nutrisi pasien. Tubuh manusia membutuhkan

makanan untuk hidup dan aktivitas. Zat kirnia yang menyusun makanan manusia

dalam jumlah besar adalah karbohidrat, lemak, dan protein, dikenal dengan istilah

makronutrien. Makronutrien dibutuhkan tubuh untuk memenuhi kebutuhan energi

dan pembentukan serta perbaikan struktur tubuh hingga dapat berfungsi

semestinya. Kebutuhan energi tubuh dapat dibagi menjadi kebutuhan untuk

memenuhi metabolisme basal, aktivitas dan specific dvnamic effect.1

Kebutuhan nutrisi untuk orang sakit sering lebih besar, karena pada

saat sakit terdapat peningkatan hormon stres yang memerlukan tambahan energi,

rnisalnya pada keadaan infeksi atau keadaan yang memerlukan penguturun

makanan secara khusus. Di lain pihak, banyak kendala dalam memenuhi

kebutuhan nutrisi karena pasien tidak mau makan (selera makan kurang) atau

tidak mampu rnakan akibat penyakitnya.1

Pada keadaan-keadaan tersebut, untuk dapat memenuhi kebutuhan

nutrisi, pasien harus tetap mendapat makanan baik secara nutrisi enteral (NE)

yaitu melalui selang nasogastrik atau secara nutrisi parenteral (NPE). Walaupun

manfaat klinik yang didapat baik rnelalui NPE maupun NE boleh dikatakan

setara, tetapi mengingat teknik NE kurang invasive dan lebih murah. maka bila

masih memungkinkan teknik yang dipilih adalah NE. Tetapi dalam kondisi

tertentu, dimana teknik NE tidak memungkinkan, NPE menjadi pilihan.1

Pemberian nutrisi dengan cara parenteral tidak dapat menggantikan

fungsi alamiah usus, karena hanya merupakan jalan pintas sementara sampai usus

dapat berfungsi normal kembali. Disadari bahwa harga NPE relatifmahal, tetapi

jika digunakan dengan benar pada pasien yang tepat, pada akhimya akan dapat

dihemat banyak biaya yang semestinya keluar untuk obat-obatan dan waktu

tinggal di rurnah sakit.1

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi nutrisi parenteral

Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang

diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan.

Para peneliti sebelumnya menggunakan istilah hiperalimentasi sebagai pengganti

pemberian makanan melalui intravena, dan akhirnya diganti dengan istilah yang

lebih tepat yaitu Nutrisi Parenteral Total, namun demikian secara umum dipakai

istilah Nutrisi Parenteral untuk menggambarkan suatu pemberian makanan

melalui pembuluh darah1,5.

Terapi nutrisi parenteral ialah semua upaya pemberian zat nutrien

melalui infus. Tujuan NPE tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan energi basal

dan pemeliharaan kerja organ, tetapi juga menarnbah konsurnsi nutrisi untuk

kondisi tertentu, sepefti keadaan stres (sakit berat, trauma), untuk perkembangan

dan pertumbuhan1,6. Dengan pengertian tersebut, maka terapi nutrisi parenteral

dapat dibagi rnenjadi 2 kategori. yaitu1,6,7:

a. Terapi nutrisi parenteral parsial (suportif atau suplemen), diberikan bila:

- Dalam waktu 5-7 hari pasien diharapkan rnampu tnenerima nutrisi

enteral kembali.

- Masih ada nutrisi enteral yang dapat diterima pasien.

- NPE parsial ini diberikan dengan indikasi relatif.

b. Terapi nutrisi parenteral total, diberikan jika batasan jumlah kalori ataupun

batasan waktu tidak terpenuhi. NPE total ini diberikan atas indikasi

absolut.

2

2.2. Indikasi

Pada terapi NPE, yang perlu ditentukan terlebih dahulu ialah apakah

memang ada indikasi atau tidak. Secara umum, NPE diindikasikan pada pasien

yang mengalami kesulitan mencukupi kebutuhan nutrisi untuk waktu tertentu.

Tanpa bantuan nutrisi, tubuh memenuhi kebutuhan energi basal rata-rata 25

kkal/kgBB/hari. Jika cadangan habis, kebutuhan glukosa selanjutnya proteolisis

125- 150 g,4rari. Puasa lebih dari 24 jarn menghabiskan glukosa darah (20 g),

cadangan glikogen di hati (70 g) dan otot (400 g) Sedangkan cadangan energi

lainnya, lemak (12.000 g), dan protein (6000 g) habis dalam waktu kira-kira 60

hari1,8. Keadaan-keadaan yang memerlukan NPE adalah sebagai berikut1,2:

a. Pasien tidak dapat makan (obstruksi saluran pencernaan seperti striktur atau

keganasan esofagus atau gangguan absorbsi makanan)

b. Pasien tidak boleh makan (seperti fistula intestinal dan pankreatitis)

c. Pasien tidak mau makan (seperli akibat pemberian kemoterapi)

Meskipun terdapat ketiga hal tersebut, NPE tidak langsung diberikan

pada keadaan1,2:

a. Pasien 24 jam pascabedah yang masih dalam Ebb phase, masa di mana kadar

hormon stres masih tinggi. Sel-sel resisten terhadap insulin dan kadar gula

darah meningkat. Pada fase ini cukup diberikan cairan elektrolit dan dekstrosa

5%. Jika keadaan sudah tenang yaitu demam, nyeri, renjatan, dan gagal napas

sudah dapat diatasi, krisis metabolisme sudah lewat, rnaka NPE dapat

diberikan dengan lancer dan bermanfaat. Makin berat kondisi pasien, semakin

lambat dosis NPE total (dosis penuh) dapat dimulai. Sebelum keadaan tenang

(flow phase) tercapai, NPE total hanya menambah stres bagi tubuh pasien. Fase

3

tenang ini ditandai dengan menurunnya kadar kortisol, katekolamin, dan

glukagon.

b. Pasien gagal napas (PO2 <80 dan PCO2 >50) kecuali dengan respirator. Pada

pemberian NPE penuh, metabolisme karbohidrat akan meningkatkan produksi

CO2 dan berakibat memperberat gagal napasnya.

c. Pasien renjatan dengan kekurangan cairan ekstraselular

d. Pasien penyakit terinal, dengan perlimbangan cost-benefit

2.3. Cara Pemberian

Sebelum memulai NPE, tahapan yang perlu dilakukan ialah1:

1). Identifikasi status gizi.

2). menentukan problem nutrisi.

3). menghubungkan tujuan NPE dengan penyakit primemya.

4). menghitung kebutuhan nutrien per hari.

5). menyusun kebutuhan nutrien dengan preparat cairan yang tersedia.

6). menentukan cara pemasangan infuse.

1. ldentifikasi Status Gizi

Identifikasi status gizi harus dilakukan sebelum memulai terapi NPE.

Dengan mengetahui status gizi pasien, lebih-cukup atau kurang, dapat diputuskan

saat mulai dan komposisi nutrisi yang akan diberikan. Pada pasien dengan gizi

cukup, NPE baru dimulai pada hari ketiga, setelah fase Ebb dilewati. Bila gizi

pasien kurang, NPE bisa dimulai lebih awal yaitu setelah 24-48 jam1.

2. Menentukan Masalah Nutrisi

Pada tahap ini ditentukan sif-at dukungan NPE yang akan diberikan,

apakah untuk suportif (parsial) dan berapa lama, atau NPE total Keputusan ini

bergantung pada kondisi pasien1:

a. apakah bisa menerirna makanan per oral penuh, sebagian atau sama sekali

tidak bisa/tidak diperbolehkan,

b. berapa lama kondisi tersebut diperkirakan akan berlangsung.

3. Menghubungkan Tuiuan Nutrisi Parenteral dengan Penyakit Primer

4

Keadaan-keadaan seperti status gizi, proses katabolisme dan penyakit

pasien mernpengaruhi tujuan, saat mulai, dosis, jenis dan susunan nutrisi yang

akan digunakan. Pasien dengan masalah khusus (gizi kurang, diabetes melitus,

gangguan ginjal dan hati), maka NPE dapat diberikan lebih dini, yaitu setelah 24-

48 jam.3,8 Juga, jenis penyakit, seperti gangguan hati atau ginjal rnisalnya, akan

menentukan pilihan jenis formula maupun dosis yang akan dipakai.l,8 Beberapa

pertimbangan NPE pada pasien dengan gangguan khusus, seperli tersebut di

bawah ini1:

a. Gangguan Hati.

Pasien dengan gangguan hati akut atau kronik mengalami penumnan

kadar asam amino rantai cabang (AARC) dan peningkatan asam amino aromatik

(AAA) di plasrna dan otak. Laporan penelitian rnenyebutkan bahwa nutrisi

parenteral dengan formula tinggi AARC dan rendah AAA memberikan imbangan

nitrogen yang lebih baik, mengurangi risiko ensefalopati dan rremperbaiki angka

kelangsungan hidup pasien1.

Peradangan hati akut dengan sebab apapun, akan didahului stadium

preikterik yang ditandai dengan rasa mual yang sangat, nafsu makan menurun dan

nyeri daerah epigastriurn, sehingga memerlukan nutrisi parenteral. Pada saat awal

di mana pasien menampakkan tanda-tanda dehidrasi, sebaiknya diberikan infus

kristaloid, selanjutnya diberikan infuse dekstrose 5-10%. Bila perlu dapat diselingi

dengan cairbn infus yang mengandung asam amino esensial yang cukup1.

Pada gangguan hati kronik, seperti sirosis hati, umumnya nutrisi

parenteral baru diberikan bila disertai komplikasi, misalnya asites masif,

hematemesis melena, ensefalopati, dan formula cairan yang diberikan disesuaikan

dengan masalah klinik yang dihadapi. Pada ensefalopati hepatik misalnya,

langkah pertama yang penting ialah pemberian dekstrosa l0% atau maltosa 10%

sebagai sumber kalori, koreksi gangguan keseimbangan elektrolit, dan langkah

berikutnya ialah pemberian cairan kaya AARC. Tujuan pemberian AARC ialah

mencegah rnasuknya AAA ke dalam jaringan otak, di samping untuk menurunkan

katabolisme protein dan mengurangi konsentrasi amonia darah1.

b. Gangguan Ginjal.

5

Pada pasien gagal ginjal, kekurangan air (dehidrasi) dan kekurangan

garam adalah 2 kelainan yang sering ditemukan. Kelainan ini bersifat reversibel

dan apabila koreksi tidak segera dilaksanakan, akan merupakan tahap pertama dari

rangkaian kelainan yang akan menurunkan faal ginjal. Di samping itu, pada pasien

gagal ginjal terdapat gangguan ekskresi nitrogen, sehingga pengurangan masukan

protein akan memperbaiki keadaan. Yang harus diperhatikan ialah bagaimana

caranya memberikan kalori yang cukup dengan diet rendah protein tanpa

membuat pasien mengalami mainutrisi kalori-protein. Pemberian nutrisi

parenteral yang mengandung asam amino esensial dan glukosa pada gagal ginjal

akut memberikan angka kelangsungan hidup lebih baik dibanding glukosa saja1.

c. Diabetes Melitus.

Pada orang normal, NPE biasanya diberikan pada hari ketiga. Sedang

pada pasien DM, karena umumnya mudah jatuh dalam keadaan hipokalorik, maka

NPE pada pasien DM dimulai lebih dini. Syarat NPE pada DM ialah setelah kadar

glukosa darah kurang dari 250 mg/dl. Bila kadar glukosa darah masih di atas

angka tersebut dan harus segera mulai NPE, untuk menurunkan kadar glukosa

dapat dilakukan regulasi cepat dengan insulin1.

4. Menghitung Kebutuhan Nutrien Per hari

Dalam menghitung kebutuhan nutrien, di samping kebutuhan untuk

keadaan sehat, juga perlu diperhitungkan kondisi penyakit yang mendasarinya.

Kalori adalah unsur yang mutlak harus diberikan cukup. Sumber kalori yang

utama dan harus selalu ada adalah glukosa. Otak dan eritrosit mutlak memerlukan

glukosa ini setiap saat. Jika tidak tersedia cukup, tubuh melakukan

glukoneogenesis dari substrat lain. Selain karbohidrat, sumber kalori yang lain

ialah lipid. Untuk keperluan regenerasi sel, sintesis enzim dan protein diperlukan

sumber protein, yaitu asam amino. Komponen nutrisi penting lainnya ialah

vitamin yang larut lemak dan larut air, elektrolit, trace element. Albumin, insulin,

dan obat-obatan lain mungkin diperlukan sesuai kondisi tertentu1,8.

a. Cairan.

6

Pemenuhan kebutuhan cairan dipengaruhi oleh adanya penyakit yang

mendasarinya, seperti gagaljantung, gangguan respirasi, ginjal dan hati.

Kebutuhan cairan pasien dewasa pada umumnya berkisar l-2,2 ml/kkal atau 20-50

ml/KgBB/hari, atau rata-rata 35 ml/kgBB. Bila terdapat kehilangan cairan yang

abnormal, seperti diare atau muntah, cairan perlu ditambahkan sejumlah yang

hilang tersebut. Bila terdapat demam, cairan ditambah sebanyak 150

ml/peningkatan l°C.(l) Dalam hal hilangnya cairan lambung, berarti juga

hilangnya kornponen mineral/elektrolit, maka perlu diperhitungkan dalam

menentukan formula NPE1,9.

b. Kalori.

Kebutuhan kalori secara sederhana dapat diperkirakan dari berat

badan. Untuk rnenghitung Resting Metabolic Expenditure (RME), rumus yang

biasa digunakan ialah rumus Harris-Benedict1,3,8:

Pria: RME (kkal/hari) : 66,5+l 3,8xBB(kg)+5xTB(cm)-6,8xUmur(th)

Perempuan:RME (kkal/hari) : 655+9,6xBB(kg)+1,8xTB(cm)-4,7xUmur(th)

Di samping kebutuhan basal tersebut, tambahan kalori diperhitungkan

bila menghadapi stres atau aktivitas, sebagai berikut1: .

- 1,2 x RME, untuk kondisi tanpa stres .

- 1,5 x RME, untuk kondisi stres sedang sepefii trauma dan operasi

- 2,0 x RME, untuk kondisi stres berat seperti sepsis dan luka bakar

>40% permukaan tubuh

Dalam pemberian NPE, tambahan kalori yang diperlukan untuk

aktivitas (Energy Expenditure Of Activity/EEA) tidak perlu lagi, karena dalarn

RME kebutuhan untuk spesifik dinamik action sudah diperhitungkan. Untuk

kepentingan praktis, mengingat rumus Haris Benedict rumit Howard Lyn

menyederhanakan perhitungan menjadi1:

- 25 kkal/kgBB, untuk kondisi tanpa stres .

- l0 kkal kgBB. unruk stres ringan .

- 35 kkallkgBB, untuk stres sedang .

7

- 40 kkal/kgBB, untuk stres berat

Program nutrisi parenteral parsial untuk jangka pendek dapat

diberikan melalui vena perifer, karena sebagian besar larutannya bersifat isotonis

(osmolaritas <800 mOsm/kgBB). Vena perifer dapat menerima osmolaritas cairan

sampai maksimal 900 mOsm. Makin tinggi osmolaritas (makin hipertonis) makin

mudah terjadi kerusakan dinding vena perifer seperti tromboflebitis atau

tromboemboli. Sedangkan NPE total yang diprogram untuk jangka panjang, harus

diberikan melalui vena sentral karena larutannya bersifat hipertonis dengan

osmolaritas >900 mOsm. Melalui vena sentral, aliran darah menjadi lebih cepat

sehingga tidak sampai merusak dinding vena1,3.

Pemberian nutrisi hanya efektif untuk pengobatan gangguan nutrisi

bukan untuk penyebab penyakitnya. Status nutrisi basal dan berat ringannya

penyakit memegang peranan penting dalam menentukan kapan dimulainya

pemberian nutrisi parenteral. Sebagai contoh pada orang-orang dengan malnutrisi

yang nyata lebih membutuhkan penanganan dini dibandingkan dengan orang-

orang yang menderita kelaparan tanpa komplikasi. Pasien-pasien dengan

kehilangan zat nutrisi yang jelas seperti pada luka dan fistula juga sangat rentan

terhadap defisit zat nutrisi sehingga membutuhkan nutrisi parenteral lebih awal

dibandingkan dengan pasien-pasien yang kebutuhan nutrisinya normal.

Secara umum, pasien-pasien dewasa yang stabil harus mendapatkan dukungan

nutrisi 7 sampai dengan 14 hari setelah tidak mendapatkan nutrisi yang adekuat

sedangkan pada pasien-pasien kritis, pemberian dukungan nutrisi harus dilakukan

dalam kurun waktu 5 sampai dengan 10 hari5,6.

Nutrisi Parenteral pada pasien anak-anak diberikan lebih awal

dibandingkan dengan pasien-pasien dewasa, biasanya 1 hari setelah lahir pada

neonatus dan bayi dengan berat badan lahir yang rendah, dan antara 5 sampai 7

hari bagi anak-anak yang lebih dewasa yang tidak dapat mencukupi kebutuhan

nutrisinya hanya melalui oral maupun enteral5,7.

            Pemberian nutrisi parenteral umumnya dimulai pada hari ke III pasca-

bedah/trauma. Jika keadaan membutuhkan koreksi nutrisi cepat, maka pemberian

paling cepat 24 jam pasca-trauma/bedah. Jika keadaan ragu-ragu dapat dilakukan

8

pemeriksaan kadar gula. Jika kadar gula darah < 200 mg/dl. pada penderita non

diabetik, nutrisi parenteral dapat dimulai8,10.

Penghentian nutrisi parentral harus dilakukan dengan cara bertahap

untuk mencegah terjadinya rebound hipoglkemia. Cara yang dianjurkan adalah

melangkah mundur menuju regimen hari pertama. Sementrara nutrisi enteral

dinaikkan kandungan subtratnya. Sesudah tercapai nutrisi enteral yang adekuat

(2/3 dari jumlah kebutuhan energi total) nutrisi enteral baru dapat

dihentikan3,7,10,11.

Nutrisi parenteral dapat diberikan dengan aman jika megikuti

pedoman diatas. Karena tubuh penderita perlu waktu adapatasi terhadap

perubahan mekanisme baru maka selama penyesuaian tersebut jangan memberi

beban yang berlebihan: “ Start Slow, Go Slow, Observe Carefully, Treat

Immediately” 1,3,11.

2.4. Akses Nutrisi Parenteral

9

Nutrisi parenteral diberikan melalui pembuluh vena, yang secara

umum dibagi menjadi dua jalur, yaitu melalui vena sentral (Central Vein

Nutrition / CPN) dan vena perifer (Peripheral Parenteral Nutrition / PPN). PPN

memiliki resiko komplikasi lebih jarang dan biaya lebih murah. Sedangkan pada

pemberian melalui jalur sentral (central line), nutrisi parenteral dimasukkan mulai

vena subklavian menuju vena cava superior melalui operasi. Pertimbangan

pemilihan jalur pemberiannya adalah5,9:

1. Vena perifer9,13

a. Asupan enteral terputus dan diharapkan dapat dilanjutkan kembali dalam

5-7 hari.

b. Sebagai tambahan pada nutrisi enteral atau pada fase transisional hingga

nutrisi enteral dapat memenuhi kebutuhan.

c. Malnutrisi ringan hingga sedang, ketetntuan intervensi untuk mencegah

deplesi

d. Keadaan metabolic normal atau sedikit meningkat.

e. Tidak ada kegagalan organ yang memerlukan restriksi cairan

f. Osmolalitas cairan yang dapat diberikan < 900 mOsm.

Kondisi yang menjadi kontraindikasi pemasangan vena perifer

yaitu9,11:

a. Penderita hiperkatabolisme seperti luka bakar dan trauma berat

b. penderita dengan kebutuhan cairan substansial tertentu, misalnya pada

pasien fistula enterokutaneus dengan output tinggi

c. penderita yang telah memakai akses vena sentral untuk tujuan lain dimana

nutrisi parenteral dapat menggunakan kateter yang telah ada

d. akses vena perifer tidak dapat dilakukan

e. pasien yang membutuhkan nutrisi parenteral jangka lama (>1 bulan).

Vena perifer yang dipilih sebaiknya pada lengan, oleh karena

pemberian melalui vena tungkai bawah resiko flebitis dan trombosis vena dalam

lebih besar10.

10

Terdapat jalur khusus perifer yang dimasukkan melalui vena median

basilika atau vena sefalis dan berujung di vena subklavian. Jalur ini dapat

digunakan sebagai regimen CPN dengan keamanan menyamai PPN. Jalur ini

disebut Peripherally Inserted Central Catheters (PICC). Jalur PICC dapat

digunakan untuk berbagai suplai makanan dan dapat diaplikasikan pada bagian

manapun yang memungkinkan9,11.

2. Vena sentral9.12

a. Tidak dapat mentoleransi asupan enteral> 7 hari

b. Keadaan metabolic sedang atau sangat singkat.

c. Malnutrisi sedang hingga berat dan tidak dapat diatasi dengan nutrisi

enteral.

d. Gagal jantung, ginjal, hati, atau kondisi lain yang memerlukan restriksi

cairan

e. Akses vena perifer terbatas.

f. Memiliki akses vena sentral

g. Osmolalitas cairan dapat > 900 mOsm

Kondisi yang menjadi kontarindikasi pemasangan vena sentral yaitu9:

a. Riwatar trombosis pada vena sentral

b. telah mengalami komplikasi akibat kateterisasi vena sentral.

c. Secara teknis, kanulasi pada vena sentral diperkirakan sulit atau

berbahaya.

Berbagai teknik insersi vena sentral mengalami perkembangan seperti

metode kanulasi subclavia melalui supraclavicula, vena subclavia, vena jugularis

interna dan eksterna, vena basilica, vena femoralis dan kateterisasi atrium

kanan9,10,11.

11

2.5. Sumber Nutrisi

Dua sumber utama kalori adalah karbohidrat dan lemak. Tetapi bila

kebutuhan NPE hanya dipenuhi oleh karbohidrat, ada beberapa hal yang harus

diperhatikan, terutama bila cairan dekstrosenya bersifat hipertonis, yaitu1:

a. Thrombosis

b. meningkatkan kebutuhan insulin

c. bahaya hipoglikemia bila infus dekstrose hipertonis dihentikan

mendadak.

d. meningkatkan BMR.

e. meningkatkan produksi CO2

Untuk mengatasi keadaan ini, setengah sumber kalori nonprotein

dapat digantikan dengan emulsi lemak karena produksi CO2 akan ditekan. Jangan

menggunakan protein sebagai sumber energi. karena protein penting untuk

regenerasi sel dan sintesis protein viseral seperti enzim, albumin, imunoglobulin1.

1. Karbohidrat

a. Glukosa.

Glukosa adalah karbohidrat pilihan untuk nutrisi parenteral, karena

glukosa merupakan substrat paling fisiologis, secara natural ada dalam darah,

banyak persediaan, murah, dapat diberikan dalam berbagai konsentrasi, dengan

nilai kalori 4 kkal/g. Untuk dapat memberikan pengaruh maksimum terhadap

keseimbangan nitrogen, minimal diperlukan 100-150g glukosa. Kebutuhan

tersebut juga digunakan untuk memenuhi energi yang diperlukan oleh susunan

saraf pusat dan perifer, eritrosit, leukosit, fibroblas yang aktif dan fagosit tertentu

12

yang menggunakan glukosa sebagai satu-satunya sumber energi. Untuk

menghindari hiperglikemi yang tiba-tiba, peningkatan konsentrasi glukosa,

rnisalnya dari 5% menuju 20% harus berlahap, (starslow; go slow). Kecepatan

infus yang dianjurkan ialah 6-7 mg/kgBB/menit. Beban glukosa akan merangsang

pankreas mengeluarkan insulin1.

Pada keadaan produksi insulin menurun, seperli pada sepsis, infus

glukosa yang berlebihan atau kecepatan infus lebih dari yang dianjurkan berakibat

meningkatnya konsumsi oksigen, produksi dan konsumsi energi akibat

lipogenesis, yang akan memperburuk keadaan. Bila terjadi hiperglikemia, untuk

selanjutnya lebih baik mengurangi kecepatan infus glukosa dibanding dengan

pemberian insulin. Jika larutan glukosa diselingi cairan lain, besar kemungkinan

kadar glukosa darah berfluktuasi karena oyers/loor insulin dari waktu ke waktu.

Agar fluktuasi seminimal mungkin, larutan karbohidrat dibagi rata sepanjang 24

jam1.

b. Fruktosa.

Fruktosa merupakan sumber kalori yang potensial karena tidak

memerlukan insulin untuk masuk ke dalam sel, lebih sedikit iritasi vena,

dimetabolisasi lebih cepat di hati dan mempunyai efek hemat nitrogen lebih baik.

Tetapi kebanyakanjaringan tidak menggunakan fiuktosa secara langsung.

Perubahan menjadi glukosa terutama terjadi dalam hati, dan jaringan hanya dapat

menggunakan glukosa sebagai sumber energi.

Kerugian lain penggunaan fruktosa ialah bila infus terlalu cepat atau

berlebihan dapat menyebabkan asidosis laktat, hipoposfatemia, penurunan

nukleotida adenin hati, peningkatan bilirubin dan asam urat. Gula Alkohol

(sorbitol dan xylitol). Jenis karbohidrat ini juga tidak memerlukan insulin untuk

menembus dinding sel. Keduanya tidak dapat digunakan langsung sebelum diubah

menjadi glukosa di hati. Mengingat adanya risiko asidosis laktat, peningkatan

asam urat darah dan dieresis osmotik, gula alkohol ini tidak mempunyai

keunggulan dibanding glukosa1,3.

13

Untuk mendapatkan efek positif, xylitol diberikan dalam kemasan

kombinasi dengan glukosa dan fruktosa (GFX:Glukosa-Fruktosa-Xylitol) dengan

perbandingan 4:2:1 yang dianggap ideal secara metabolik1.

c. Maltosa

Maltosa memiliki beberapa keuntungan sebagai karbohidrat altematif,

terutama pada pasien DM, karena:

- mengandung 2 molekul glukosa tidak memerlukan insulin saat

menembus dinding sel

- Isotonis, sehingga dapat diberikan melalui vena perifer, dan dapat

dicampur dengan cairan lain yang hipertonis (untuk menurunkan

osmolaritas)

Meskipun tidak memerlukan insulin untuk masuk sel, tetapi proses

intraselular mutlak masih memerlukannya. Pemberian dosis yang aman dan

eltsien adalah 1,5 g/kgBB4rari. Infus yang berlebihan menyebabkan pemborosan

melalui urin, bisa sampai ekskresi melebihi 25% dari maltose yang diinfuskan1,8.

2. Lemak

Selain karbohidrat, lemak juga berfungsi sebagai sumber energi

dengan nilai 9 kkal/g, lebih tinggl nilai energinya perunit volume dibanding

karbohidrat. Hati merupakan organ terpenting dalam metabolisme lemak karena

hati dapat menggunakan asam lemak sebagai sumber energi, sekaligrs mensintesis

asam lemak untuk penyimpanan energi. Lemak penting lultuk integritas dinding

sel, sintesis prostaglandin dan sebagai pelarut vitamin yang larut lemak. Nutrisi

parenteral dengan kemasan bebas lemak untuk jangka lama menyebabkan

defisiensi asam lemak esensial yang terlihat sebagai alopesia, dermatitis,

perlemakan hati dan gangguan flmgsi imunitas. Berbagai penelitian menunjukkan

bahwa pemberian emulsi lemak sebesar 30-40% dari kalori total merupakan

jumlah yang optimal. Untuk mencegah defisiensi asam lemak esensial, perlu

diberikan asam lemak esensial sebanyak 4-8% dari kalori total sehari. Emulsi

lemak 10% dan 20% tidak hipertonis, dapat diberikan melalui vena perifer.

14

Kecepatan infus emulsi lemak tidak melebihi 0,5 g/kgBB/1am, sesuai dengan

batas maksimal kemampuan ambilan lemak1,3,8.

Tiap 500 mL diberikan dalam waktu 6-8 jam, dapat diteteskan

bersama karbohidrat dan asam amino. Sebagai sumberkalori, lemakperlu

dikombinasi dengan kalori karbohidrat dalam perbandingan 1 : l. Misalnya untuk

1200 kkal, diberikan 150 g glukosa dan 70 g 1emak.5,8 Keuntungan kombinasi

sumber kalori ini adalah dihindarkannya penyulit hiperosmolar dan hiperglikemia.

Mengingat harga emulsi lemak mahal untuk digunakan secara rutin, emulsi cukup

diberikan sekali tiap minggu1,7.

3. Protein

Asam amino yang menyusun protein hampir seluruhnya tergolong

asam amino-a. Asam amino yang tidak disintesis tubuh disebut asam amino

esensial. Asam amino diperlukan untuk regenerasi sel, pembentukan enzim dan

sintesis protein somatik dan viseral, hormon peptida (insulin dan glukagon).

Pemberiannya harus dilindungi kalori agar asam amino tersebut tidak dibakar

menjadi energi (glukoneogenesis). Jangan memberikan asam amino bila

kebutuhan energi dasar belum dipenuhi1,12.

Untuk melindungi tiap gram nitrogen diperlukan 80-150 kkal

karbohidrat (25 kkal per gram asam amino). Kalori yang berasal dari asam amino

tidak ikut diperhitungkan sebagai sumber protein untuk kalori. Kebutuhan

nitrogen berkisar 0,2 g/kgBB/hari, setara dengan protein 1,25 g/kgBB/hari, atau

1,5 glkgBB,trari asam amino. Kebutuhan ini akan berkurang pada keadaan

gangguan fungsi ginjal dan hati dan meningkat pada keadaan katabolik1.

Kebutuhan protein pada keadaan katabolik bisa sampai

1,5g/kgBB/hari untuk menginduksi keseimbangan nitrogen positif dan

membangun kembali massa tubuh yang normal3.

Kebutuhan asam amino pada keadaan sepsis lebih tinggi lagi 2-3

g/kgBB/hari. Jika pasien sepsis tidak mendapat kalori eksogen, akan teradi

destruksi jaringan otot 750-1000 gram sehari. Namun pemberian protein yang

dianjurkan cukup l-1,5 g/kgBB/hari. Proteolisis akan mengganggu dan menghabat

sintesis protein viseral waktu paruh pendek, terutama enzim-enzim di hati1.

15

4. Elektrolit

Elektrolit merupakan komponen esensial pada NPE. Kebutuhan

elektrolit pada NPE bervariasi tergantung keadaan klinik. Umumnya kebutuhan

dasar elektrolit per kgBB/hari pada dewasa adalah1,15,16,17:

a. natrium (Na) 1,0-2,0 mmol atau 100-200 mEq/hari

b. kalium (K) 0,7-1 mmol atau 50-100 mEq/hari

c. kalsium (Ca) 0,1 mmol atau 7,5-10 mEq/hari

d. magnesium(Mg) 0,1 mmol ataul}-l2mEq/hari.

e. fosfor (P) 0,4 mmol atau72-16 mEq/hari

Kalium merupakan elektrolit esensial untuk sintesis protein.

Kebutuhan K biasanya lebih banyakpada awal-awal NPE(Total), diduga karena

disimpan dalam hati dan masuk ke dalam sel. Kebutuhan K meningkat pada saat

terjadi masukan glukosa17.

Kalsium diperlukan pada NPE jangka lama, di mana biasanya terdapat

kehilangan Ca endogen akibat imobilisasi. Kalsium juga diperlukan lebih banyak

pada pankeatitis. Fosfor diperlukan untuk metabolisme tulang, sintesis jaringan

dan fosforilasi AIP. Hipopospatemia dapat te{adi segera pada kemasan NPE tanpa

P. Akibat yang berbahaya ialah menurunnya kadar eritrosit yang berakibat

berkurangnya suplai 02 kejaringan, otot menjadi lemah dan berpengaruh pada

respirasi1,16.

Magnesium penting dalam anabolisme dan pada sistem enzim,

khususnya enzim yang berkaitan dengan aktivitas metabolik di otak dan hati.

Kebutuhan meningkat pada keadaan diare, poliuria, pancreatitis dan keadaan

hiperkatabolik. Kehilangan Mg paling banyak melalui cairan gastrointestinal1,17.

5. Vitamin

Vitamin diperlukan untuk penggunaan komponen-komponen nutrisi.

Defisiensi vitamin yang sering dilaporkan pada NPE Total 1-2 minggu sampai 3

bulan ialah defisiensi asam folat dengan gambaranpansitopenia, defisiensi tiamin

dengan gambaran ensefalopati, defisiensi vitamin K dengan gambaran

hipoprotrombinemi. Kebutuhan vitamin yang diberikan melalui intravena lebih

besar dibanding melalui oral, diduga akibat ekskresi melalui ginjal yang lebih

16

besar. Sedangkan kelebihan vitamin A dan D dapat menyebabkan berturut-turut

dermatitis eksfoliativa dan hiperkalsemia1,16.

Kebutuhan vitamin yang direkomendasikan1:

a. VitaminAmg(IU) 1 (3300)

b. VitaminDug5 (200) IU

c. MtaminEug0U) l0 (10)

d. VitaminC 100mg

e. Asam Folat 400 ug

f. Riboflavin 3,6 mg

g. Piridoksin 4 mg

h. Asam Pantotenat 15 mg

i. Nikotinamid40 mg

j. Tiamin 3 mg

k. Sianokobalamin5 ug

l. Biotin 60 ug

6. Trace Element

Seng (Zn) merupakan unsur esensial dari berbagai enzim. Defisiensi

Zn menyebabkan dermatitis dan penyembuhan luka lambat yang dapat terjadi

dalam beberapa minggu. Defisiensi ini dapat dicegah dengan pemberian 3mg Zn

perhari, dan ada diare perlu tambahan 12 mg per hari setiap 1 liter cairan yang

keluar.l,2,1 Besi (Fe) penting untuk sintesis hemoglobin (Hb) sedang cadangan

dalam tubuh sedikit. Tembaga (Cu) diperlukan untuk maturasi eritrosit dan

metabolisme lipid. Mangan (Mg) penting untuk metabolisme Kalsium,{Fosfor,

proses reproduksi dan pertumbuhan. Kobalt (Co) merupakan unsur penting

vitaminB-121.

Trace element yang direkomendasikan (mcg/hari) 1:

a. Seng 2500-6000

b. Tembaga 500-1500

c. Iodine 130-910

d. Mangan 150-800

17

e. Florid 950

f. Kromium 10-15

g. Selenium 200

h. Molibdenum 20

Setelah berhasil menentukan kebutuhan nutrien per-hari, kita dapat

memilih kemasan infus yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Nutrisi parenteral

komersial yang dapat dipakai antara lain1:

a. mengandung kalori karbohidrat saja,

Dekstrose 5%; Dekstrose 10%; Dekstrose 40%

b. mengandung karbohidrat dan elektrolit

Triparen 1; Triparen 2;.KA-EN 1B; KA-EN 3A/B .

c. mengandung asam amino

Aminovel 600; Aminofusin 1000; Pan Amin G

d. mengandung lemak

Intralipid l0%; Intralipid 20%

Seperti telah dijelaskan diatas bahwa karbohidrat diperlukan sebagai

sumber kalori. Dalam pemenuhan kalori adalah suatu keharusan dan multak ada

dekstrose, sehingga mengurangi proses glukoneogenesis. Sebagai sumber kalori

lain adalah emulsi lemak. Jika akan diberikan emulsi lemak sebaiknya terbagi

sama banyak dalam hal jumlah kalori. Misalnya dibutuhkan jumlah kalori 1200

maka perhitungannya sebagai berikut3:

            600 kcal           = glukosa 150 gram

            600 kcal           = fat 70 gram

Kombinasi ini menghindari keadaan hiperosmolar dan hiperglikemia.

Pemberian emulsi lemak harus hati-hati dan sebaiknya diberikan seminggu sekali.

Lebih baik jika dilakukan pemeriksaan fungsi hepar secara teratur3. 

Contoh:

18

Hari I  : (masa stabilisasi) cukup diberikan kristaloid (RL atau Ringer Asetat)

Hari II : Triofusin 500 sebanyak 1500 cc + intrafusin 3,5% 500 cc maka:

                        Cairan            : 2000 cc

                        Asam amino   : 17,5 gram

                        Energi             : 870 kcal

                        Na+                  : 30,8 mEq

                        K+                   : 15 mEq

                        Osmolaritas    : 745 mOsm

Data ini menunjukan kekurangan natrium dan kalium. Untuk itu dapat

ditambahkan Kcl 15-20 cc (15-20 mEq) atau sesuai data laboratorium, sedangkan

natrium dapat ditambahkan NaCl 3% 200 cc yang mengandung 105 mEq Na+.

NaCl 3%=513 mEq Na+/L.

Hari III : Triofusin 500 sebanyak 1500 cc + intrafusin 3,5% 1000 cc +

Ivelip    10% 100 cc.

Contoh ini dapat dimodifikasi dengan mudah sesuai kebutuhan. Perlu

diingat larutan yang mengandung dektrose harus diberikan terus-menerus. Dengan

demikian dapat dipergunakan stop-cock sehingga cairan lain yang daat diberikan

selang seling. Ketrampilan kita dalam pemberian nutrisi ini perlu disertai dengan

komposisi berbagai jenis cairan yang ada dipasaran termasuk osmolaritasnya3.

2.6. Jenis-Jenis Nutrisi Parenteral

1. ASERING3

Indikasi:

Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut,

demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat,

trauma.

Komposisi:

Setiap liter asering mengandung:

19

Na 130 mEq

K 4 mEq

Cl 109 mEq

Ca 3 mEq

Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan:

1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang

mengalami gangguan hati

2. Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik

dibanding RL pada neonatus

3. Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada

anestesi dengan isofluran

4. Mempunyai efek vasodilator

5. Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000

ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil

risiko memperburuk edema serebral

2. KA-EN 1B3

Indikasi:

1. Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada

kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)

2. < 24 jam pasca operasi

3. Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan

sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak

4. Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100

ml/jam

20

3. KA-EN 3A & KA-EN 3B3

Indikasi:

1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan

elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada

keadaan asupan oral terbatas

2. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

3. Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A

4. Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

4. KA-EN MG33

Indikasi :

1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit

dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada

keadaan asupan oral terbatas

2. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

3. Mensuplai kalium 20 mEq/L

4. Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L

5. KA-EN 4A3

Indikasi :

1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak

2. Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan

berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal

3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi (per 1000 ml):

Na 30 mEq/L

K 0 mEq/L

Cl 20 mEq/L

Laktat 10 mEq/L

21

Glukosa 40 gr/L

6. KA-EN 4B3

Indikasi:

1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun

2. Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko

hipokalemia

3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi:

Na 30 mEq/L

K 8 mEq/L

Cl 28 mEq/L

Laktat 10 mEq/L

Glukosa 37,5 gr/L

7. Otsu-NS3

Indikasi:

1. Untuk resusitasi

2. Kehilangan Na > Cl, misal diare

3. Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum,

insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)

8. Otsu-RL3

Indikasi:

1. Resusitasi

2. Suplai ion bikarbonat

3. Asidosis metabolic

9. MARTOS-103

Indikasi:

22

1. Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik

2. Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi

berat, stres berat dan defisiensi protein

3. Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam

4. Mengandung 400 kcal/L

10. AMIPAREN3

Indikasi:

1. Stres metabolik berat

2. Luka bakar

3. Infeksi berat

4. Kwasiokor

5. Pasca operasi

6. Total Parenteral Nutrition

7. Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

11. AMINOVEL-6003

Indikasi:

1. Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI

2. Penderita GI yang dipuasakan

3. Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca

operasi)

4. Stres metabolik sedang

5. Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

12. PAN-AMIN G3

Indikasi:

1. Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan

23

2. Nitrisi dini pasca operasi

3. Tifoid

2.7. Monitoring

Kemajuan dan kemunduran keadaan umum penderita dipantau setiap

harinya, termasuk keseimbangan cairan dan elektrolitnya. Pemberian terapi

intravena menghadapkan pasien dengan berbagai risiko komplikasi lokal atau

sistemik.  Komplikasi lokal seperti flebitis, infiltrasi dan penyumbatan kanula

terjadi lebih sering daripada komplikasi sistemik yang mencakup hiperglikemia,

septikemia, kelebihan beban sirkulasi dan emboli. Oleh karena itu, monitoring

merupakan komponen penting dalam pemberian nutrisi parenteral7,13,14.

1. PEMANTAUAN LOKASI PERIFER

Parameter yang harus dipantau meliputi: wadah cairan, selang infus,

laju pemberian, alat infus elektronik (jika digunakan), dressing, dan tempat

insersi. Frekuensi pemantauan vena perifer tergantung pada terapi yang

diresepkan, kondisi dan usia pasien. Tempat pemasangan infus harus dipantau

setiap 1 sampai 2 jam. Pasien, anak, geriatri dan kritis memerlukan penilaian lebih

sering3.

a. Wadah Larutan Infus

Penilaian sistemik berawal dari wadah cairan dan berlanjut ke selang

infus sampai ke alat akses pembuluh darah dan tempat insersi. Jenis larutan dan

obat yang ditambahkan dicocokkan dengan instruksi dokter dan informasi yang

tercetak pada label wadah.  Wadah harus diberi label tanggal dan jam infus

dipasang. Banyak cara bisa digunakan untuk memberi label jam infus digantung 

dan laju infus. Stiker tidak boleh ditempel menutupi informasi yang tercetak pada

wadah. Wadah tidak boleh diberi label dengan menulis dengan pena atau spidol,

24

karena tinta bisa menembus plastik dan bocor ke larutan intravena. Selanjutnya

perhatikan sisa larutan dalam wadah. Perawat menentukan berapa banyak cairan

seharusnya tinggal dalam wadah berdasarkan laju pemberian yang diinstruksikan

dan waktu yang ditunjukkan.  Kita harus menyadari bahwa infus set dari berbagai

pabrik memiliki jumlah tetesan berbeda setiap ml (bisa 15 atau 20 tetes per ml).

Jika anda berikan larutan infus dengan laju 20 tetes /menit menggunakan infus set

15 tetes/ml, maka ini sesuai dengan 80 ml per jam. Tampilan juga diperhatikan;

harus jernih dan bebas dari kekeruhan dan partikel. Larutan dalam botol kaca

membutuhkan infus set dengan ventilasi atau perlu jarum udara3,13,14.

b. Selang Infus

Selang yang tepat harus dipasang dengan wadah dan pompa infus.

Bila digunakan infus set biasa, ketinggian wadah sebaiknya antara 30 sampai 36

inci(76-100 cm) di atas pasien. Bila wadah ditinggikan, laju aliran akan

bertambah. Laju aliran juga bisa berubah dengan perubahan posisi pasien. Jika

tempat suntikan terletak di dekat daerah fleksi, setiap pasien menekuk lengan atau

pergelangan tangan, laju aliran berubah sehingga menyebabkan hantaran cairan

dan obat tidak tepat3.

Beberapa faktor lain bisa mengubah laju aliran, sebagai berikut3,7:

Viskositas cairan : darah, emulsi lemak, atau larutan koloid (misal albumin dan

dekstran). Mungkin perlu kanula lebih besar dan hindari vena kecil (misal vena

punggung tangan)

Temperatur larutan: larutan dingin bisa menginduksi spasme vena dan

memperlambat aliran

Infiltrasi, flebitis atau trombus

c. Dressing infus

Dressing dipantau untuk memastikan tetap kering, tertutup dan utuh.

Dressing yang utuh berarti pinggir-pinggirnya rapat ke kulit. Jika dressing lembab

atau integritasnya tidak baik maka harus segera diganti. Dewasa ini ada dressing

transparan dan memiliki keuntungan cepat mendeteksi tanda dini flebitis dan

infiltrasi3.

25

d. Tempat insersi

- Blanching

Blanching adalah keputihan mengkilat pada tempat insersi. Ini

merupakan petunjuk adanya infiltrasi, atau kebocoran cairan ke jaringan. Jika ada

kebocoran pada tempat insersi, pemasangan infus harus diulang. Pembahasan

terpisah mengenai infiltrasi  dan flebitis telah diunggah pada situs ini dan bisa

diakses3,10.

2. PEMANTAUAN KOMPLIKASI METABOLIK

Komplikasi metabolik terkait dengan nutrisi parenteral bisa serius,

tetapi bisa diminimalkan dengan pemantauan adekuat. Komplikasi metabolik akut

mencakup defisiensi elektrolit, khususnya kalium, magnesium, fosfor dan

kalsium. Defisiensi elektrolit ini lazim dijumpai namun bisa dicegah dengan

pemantauan adekuat terhadap kadar plasma. Begitupula halnya dengan defisiensi

trace element dan vitamin, khususnya tiamin3. 

Kelebihan glukosa bisa memperburuk hiperglikemia, yang diikuti

dengan prognosis buruk setelah operasi jantung, infark miokard dan stroke.

Hiperglikemia juga bisa mengganggu fungsi leukosit sehingga meningkatkan

angka infeksi nosokomial. Hipertriglieridemia bisa meningkatkan risiko steatosis

hepatis (perlemakan hati). Pemberian infus lipid selama kurun 4-8 jam bisa

mengakibatkan hipertensi pulmoner. Trigliserida serum harus diukur sebelum

memulai nutrisi parenteral dan sekali seminggu sesudahnya. Sebelum pemberian

nutrisi parenteral, pasien dengan gagal ginjal lebih rentan terhadap uremia dan

pada mereka dengan deplesi volume rentan terhadap asidosis metabolik3,12. 

2.8. Komplikasi

Dari berbagai komplikasi yang ada, dapat dikelompokkan menjadi 3,

yaitu:

a. Mekanik

Komplikasi mekanik yang sering terjadi ialah akibat pemasangan kateter

vena sentral, yaitu pneumototaks, hidrotoraks, tromboflebitis, dan emboli

26

udara. Oleh karena itu pemaqangan vena sentral harus dikerjakan oleh

dokter yang terampil untuk itu10,11.

b. Metabolik

Komplikasi metabolik yang terjadi antara lain gagal jantung akibat

kelebihan cairan, hiperglikemia, hipoglikemia, hiperosmolar

ketidakseimbangan elektrolit, defisiensi asam lemak esensial. Untuk

mengatasi masalah ini, terapi NPE harus dimulai dengan dosis rendah

(start low) dan dinaikkan secara perlahan (go slow), dengan pemantauan

yang ketat1,2,3.

c. Infeksi

lnfeksi melalui kateter pada NPE jarang terjadi pada 72 jam pertama. Bila

ada panas selama T2 jam pertama, harus dicari kemungkinan penyebab

dari sumber lain. Untuk memastikan adanya infeksi melalui kateter harus

dilakukan kultur mikroorganisme ujung kateter10,11.

27

BAB III

KESIMPULAN

1. Definisi nutrisi parenteral adalah semua upaya pemberian zat nutrient langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan

2. Indikasi nutrisi parenteral yaitu pasien yang mengalami kesulitan mencukupi kebutuhan nutrisi untuk waktu tertentu.

3. Cara pemberian nutrisi parenteral meliputi beberapa tahapan yang perlu dilakukan yaitu:

a. Identifikasi status gizi.

b. menentukan problem nutrisi.

c. menghubungkan tujuan NPE dengan penyakit primemya.

d. menghitung kebutuhan nutrien per hari.

e. menyusun kebutuhan nutrien dengan preparat cairan yang tersedia.

f. menentukan cara pemasangan infuse.

4. akses nutrisi parenteral diberikan melalui pembuluh vena, yang secara umum

dibagi menjadi dua jalur, yaitu melalui vena sentral (Central Vein Nutrition /

CPN) dan vena perifer (Peripheral Parenteral Nutrition / PPN).

5. Sumber nutrisi parenteral yaitu karbohidrat, lemak, protein, elektrolit, vitamin,

dan trace element.

6. jenis-jenis nutrisi parenteral yaitu asering, Ka-en 1b, Ka-en 3a & ka-en 3b, Ka-

en mg3, Ka-en 4a, Ka-en 4b, Otsu-ns, Otsu-rl, Martos-10, Amiparen,

Aminovel-600, dan Pan-amin g.

7. Monitoring nutrisi parenteral meliputi pemantauan lokasi perifer dan

pemantauan komplikasi metabolic.

28

8. Komplikasi nutrisi parenteral meliputi komplikasi mekanik, metabolik, dan

infeksi.

29