47
1 A. Judul Pengaruh Suhu Pengarangan Terhadap Kualitas Briket Bungkil Biji Kapuk (Ceiba pentandra) B. Bidang Kajian Kimia Fisika C. Latar Belakang Masalah Sumber energi fosil semakin lama akan semakin langka dan akan meresahkan kehidupan manusia apabila energi fosil seperti minyak bumi dan batu bara telah habis, sehingga penggunaan energi alternatif menjadi hal yang tepat untuk menghemat energi fosil dan menjaga agar tidak cepat punah. Masalah ini membutuhkan solusi yang tepat dan diharapkan bahan yang digunakan mudah didapatkan, salah satu caranya adalah dengan Pemanfaatan bungkil biji kapuk yang diubah menjadi briket. Kementrian BUMN mengatakan bahwa “data produksi tanaman kapuk tahun 2012 mencapai 1,4 ton dengan luas area 4,5 ha”. Adanya tanaman kapuk yang berlimpah memungkinkan limbah yang dihasilkan juga semakin banyak, dengan memanfaatkan limbah tersebut sebagai briket maka akan menambah nilai ekonomis bungkil biji kapuk.

Contoh Proposal Metpen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

proposal metpen

Citation preview

  • 1

    A. Judul

    Pengaruh Suhu Pengarangan Terhadap Kualitas Briket

    Bungkil Biji Kapuk (Ceiba pentandra)

    B. Bidang Kajian

    Kimia Fisika

    C. Latar Belakang Masalah

    Sumber energi fosil semakin lama akan semakin

    langka dan akan meresahkan kehidupan manusia apabila

    energi fosil seperti minyak bumi dan batu bara telah

    habis, sehingga penggunaan energi alternatif menjadi hal

    yang tepat untuk menghemat energi fosil dan menjaga

    agar tidak cepat punah. Masalah ini membutuhkan solusi

    yang tepat dan diharapkan bahan yang digunakan mudah

    didapatkan, salah satu caranya adalah dengan

    Pemanfaatan bungkil biji kapuk yang diubah menjadi

    briket. Kementrian BUMN mengatakan bahwa data

    produksi tanaman kapuk tahun 2012 mencapai 1,4 ton

    dengan luas area 4,5 ha. Adanya tanaman kapuk yang

    berlimpah memungkinkan limbah yang dihasilkan juga

    semakin banyak, dengan memanfaatkan limbah tersebut

    sebagai briket maka akan menambah nilai ekonomis

    bungkil biji kapuk.

  • 2

    Menurut Kurniawan dan Marsono (2008), Briket

    adalah bahan bakar padat yang dapat digunakan sebagai

    sumber energi alternatif dan mempunyai bentuk tertentu.

    Beberapa bahan yang berpotensi sebagai bahan dasar

    pembuatan briket seperti, bungkil biji jarak pagar, sekam

    padi, serbuk gergaji, tempurung kelapa, tongkol jagung.

    Bahan ini diubah menjadi arang, selanjutnya dihaluskan

    dicampurkan dengan perekat dengan perbandingan yang

    telah ditetapkan melalui proses pencetakan terbentuk

    menjadi briket.

    Arang merupakan bahan padat yang berpori dan

    merupakan hasil dari proses karbonisasi bahan yang

    mengandung karbon dengan menghilangkan kandungan

    air dan komponen minyak atsiri dari tumbuhan. Prinsip

    proses karbonisasi adalah pembakaran biomassa tanpa

    adanya oksigen, sehingga yang terlepas hanya bagian

    yang menguap saja, sedangkan karbonnya tetap tinggal

    di dalamnya. Suhu karbonisasi sangat berpengaruh

    terhadap arang yang dihasilkan, sehingga penentuan suhu

    yang tepat akan menentukan kualitas arang (Pari dan

    Hartoyo, 1983).

  • 3

    Bungkil biji kapuk merupakan biomassa hasil

    samping dari proses pengepresan biji kapuk yang hanya

    dimanfaatkan sebagai makanan ternak dan pupuk.

    Apabila diperhatikan bungkil biji kapuk seperti halnya

    bungkil biji jarak, memiliki komponen atau senyawa yang

    sama sehingga juga berpotensi sebagai sumber energi.

    Adapun senyawa dan komposisi biji jarak menurut Tanri

    Alim (2013) adalah air 12,11%, protein 18%, minyak

    2,5%, total karbohidrat 13%, serat 12,5% dan abu 5,80%.

    Sedangkan senyawa dan komposisi biji kapuk adalah air

    13 %, protein 29%, minyak 6%, total karbohidrat 20%,

    serat 20% dan abu 6% (Fashihatul Aini, 2012). Syarat

    utama bahan briket adalah mengandung karbon, jika

    dilihat dari komposisi kedua bahan tersebut bahan yang

    mengandung karbon terdapat pada protein, minyak,

    karbohidrat dan serat, dimana jumlah prosentase yang

    dimiliki biji kapuk lebih tinggi dibandingkan dengan biji

    jarak sehingga hal ini memungkinkan bahwa bungkil biji

    kapuk juga memiliki potensi yang sama seperti bungkil

    biji jarak yaitu mampu dimanfaatkan sebagai sumber

    energi alternatif briket.

  • 4

    Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas

    briket adalah suhu karbonisasi yang berpengaruh terhadap

    nilai kalornya selain kadar abu dan kadar air. Semakin

    tinggi suhu maka proses karbonisasi bahan menjadi arang

    akan semakin cepat pula. Nilai suhu berbanding lurus

    dengan nilai kalor dimana ketika suhu dinaikkan, maka

    nilai kalor yang dihasilkan semakin tinggi, namun

    demikian ketika suhu terlalu tinggi maka akan

    mengakibatkan bahan mengabu oleh karena itu suhu perlu

    untuk diperhatikan dalam proses pengarangan.

    Hasil Ressi Muharyani, (2012) suhu karbonisasi

    optimal untuk Jerami Padi adalah 500oC selama 15 menit

    dan batu bara adalah 550oC selama 45 menit

    menghasilkan nilai kalor sebesar 5117,86 kal/g. Puji,

    (2011) kondisi optimal proses pada briket sekam padi,

    yaitu suhu 390 dan waktu 90 menit menghasilkan kalor

    sebesar 5609,453 kal/g, selain itu, pada penelitian tentang

    briket bungkil biji jarak didapatkan nilai kalor rata-rata

    sebesar 4339 kal/g menggunakan suhu 300 dan waktu

    90 menit (Ari, 2008). Wahyusi, (2012) mengatakan

    bahwa nilai kalor tertinggi yang dihasilkan oleh briket

  • 5

    arang kulit kacang tanah pada suhu 250 adalah 6536,98

    kal/g.

    Dengan adanya permasalahan tersebut, maka

    perlu adanya sebuah penelitian tentang Pengaruh Suhu

    Pengarangan Terhadap Kualitas Briket Bungkil Biji

    Kapuk (Ceiba pentandra).

    D. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diuraikan

    rumusan masalah sebagai berikut :

    1. Bagaimana pengaruh suhu terhadap kadar air briket

    bungkil biji kapuk?

    2. Bagaimana pengaruh suhu terhadap kadar abu briket

    bungkil biji kapuk?

    3. Bagaimana pengaruh suhu terhadap nilai kalor briket

    bungkil biji kapuk?

    E. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan

    penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :

    1. Mengetahui pengaruh suhu terhadap kadar air briket

    bungkil biji kapuk.

    2. Mengetahui pengaruh suhu terhadap kadar abu briket

    bungkil biji kapuk.

  • 6

    3. Mengetahui pengaruh suhu terhadap nilai kalor briket

    bungkil biji kapuk.

    F. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat :

    Untuk menambah wawasan serta informasi

    mengenai potensi dan kualitas briket bungkil biji kapuk

    G. Definisi Operasional, Asumsi dan Pembatasan

    Masalah

    a. Definisi Operasional

    a. Bungkil biji kapuk adalah bungkil yang di ambil dari

    hasil pengepresan biji kapuk randu ( ceiba pentandra )

    yang diambil dari Pandaan kabupaten Pasuruan

    b. Briket biji kapuk adalah bahan bakar padat yang dibuat

    dengan bahan dasar bungkil biji kapuk randu dengan

    campuran perekat kanji.

    c. Perekat yang digunakan berasal dari tepung kanji

    d. Kalorimeter adalah instrumen yang digunakan untuk

    mengukur nilai kalor pada briket bungkil biji kapuk.

    b. Asumsi

    Kerapatan partikel dari briket akan berpengaruh

    terhadap kualitias briket.

  • 7

    c. Pembatasan Masalah

    Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan

    penelitian ini dibatasi pada permasalahan pembuatan

    briket menggunakan bahan dasar bungkil biji kapuk randu

    ( ceiba pentandra ) yang diambil dari hasil pengepresan

    biji kapuk di Pandaan kabupaten Pasuruan , dan

    dilanjutkan untuk mengetahui kualitas dari briket dengan

    melakukan uji kadar air, uji kadar abu serta uji nilai kalor.

    H. Kajian Pustaka

    1. Teori teori yang Mendukung

    a. Bungkil biji kapuk

    Pohon kapuk (Ceiba petandra) merupakan salah satu

    komoditi perkebunan yang penting dalam pembangunan

    sub sektor perkebunan, antara lain untuk memenuhi

    kebutuhan domestik, maupun sebagai komoditas ekspor

    penghasil devisa negara. Pohon ini tumbuh hingga

    setinggi 60-70 m dan memiliki batang pohon yang cukup

    besar hingga mencapai diameter 3 m. Pohon ini banyak

    ditanam di Asia, terutama di pulau Jawa, Indonesia, di

    Malaysia, Filipina dan Amerika Selatan (wira, 2008).

  • 8

    Biji kapuk jika dilakukan pengepresan dapat

    menghasilkan minyak yang dapat dimanfaatkan sebagai

    bahan baku biodiesel, bahan sabun dan lain

    sebagainya.Bungkil biji kapuk mengandung 13% air, 6%

    abu, 20% serat kasar, 6% minyak, 29% protein, dan 20%

    karbohidrat. Adapun bentuk bungkil biji kapuk dapat

    dilihat pada gambar di bawah ini :

    Gambar 1. Bungkil biji kapuk

    (www.google.com )

  • 9

    b. Briket

    Briket merupakan salah astu sumber energy alternatif

    yang dapat digunakan untuk menggantikan sebagian dari

    kegunaan sumber energi fosil. Briket merupakan bahan

    bakar yang berwujud padat dan berasal dari sisa-sisa

    bahan organik. Bahan baku pembuatan arang biobriket

    pada umumnya berasal dari, tempurung kelapa, serbuk

    gergaji, dan bungkil sisa pengepresan biji-bijian

    (Budiman, 2010).

    Briket merupakan salah satu bahan bakar alternatif

    yang bisa dikembangkan, karena selain dari tahapan

    proses pembuatannya yang mudah dilakukan,

    ketersediaan bahan bakunya yang berlimpah dan juga

    mudah didapatkan. Untuk mengetahui kualitas yang baik

    pada bahan bakar briket yang dihasilkan dapat dilihat dari

    hasil pengujian kimia meliputi kadar air, kadar abu dan

    nilai kalor.

    Briket merupakan bahan bakar padat yang dapat

    digunakan sebagai sumber energi alternatif yang

    mempunyai bentuk tertentu. Proses pembriketan adalah

    proses pengolahan yang mengalami perlakuan

    penumbukan, pengarangan, pencampuran bahan baku

  • 10

    dengan perekat, pencetakan dengan sistem hidrolik dan

    pengeringan pada kondisi tertentu, sehingga diperoleh

    briket yang mempunyai bentuk, ukuran fisik, dan sifat

    kimia tertentu. (Aisyah, 2012). Adapun bentuk fisik

    briket adalah sebagai berikut.

    Gambar 2. Briket Arang

    Sumber: (www.google.com )

    Beberapa parameter kualitas briket yang akan

    mempengaruhi pemanfaatannya Antara lain:

    1. Kandungan air

    Kadar air briket adalah perbandingan berat air yang

    terkandung dalam briket dengan briket kering setelah

    mengalami proses pengovenan. Adapun peralatan yang

  • 11

    digunakan dalam pengujian kadar air Antara lain : oven,

    cawan kedap udara, timbangan dan desikator. Kadar air

    briket sangat berpengaruh terhadap nilai kalor atau nilai

    panas yang akan dihasilkan. Hal ini dikarenakan panas

    yang dimiliki oleh briket digunakan terlebih dulu untuk

    me ngeluarkan air yang ada, sebelum kemudian

    menghasilkan panas yang dapat digunakan sebagai panas

    pembakaran.Kandungan air yang tinggi pada briket akan

    menyulitkan penyalaan sehingga briket sulit terbakar.

    Biobriket memiliki kadar air maksimal menurut Standar

    Industri Nasional untuk ekspor tidak boleh lebih dari 8%.

    (Kurniawan dan Marsono, 2008: 42 dalam Sw, Titin)

    2. Kandungan abu

    Apabila briket dibakar secara sempurna zat yang

    tinggal ini disebut abu. Abu briket memiliki kandungan

    yang bermacam - macam zat mineral seperti silika,

    lempung, kalsium serta magnesium. Kadar abu yang ada

    pada briket akan menimbulkan pengotoran Briket dengan

    kandungan abu yang tinggi sangat tidak menguntungkan

    karena akan membentuk kerak. ( Hendra, 2007 ).

  • 12

    3. Nilai kalor

    Salah satu sifat yang sangat penting dari suatu bahan

    bakar adalah nilai kalor. Penentuan nilai kalor suatu

    bahan bakar dapat dilakukan dengan pengujian maupun

    dengan perkiraan berdasarkan komposisi dasar bahan

    bakar tersebut.

    ( Wahyudi, 2006 ). Makin tinggi nilai kalori briket makin

    bagus kualitas briket tersebut karena efisiensi

    pembakarannya tinggi.

    c. Syarat Pembuatan Briket

    1. Bahan

    Secara umum, syarat utama bahan dasar untuk

    membuat arang ialah semua bahan yang mengandung

    karbon, baik berasal dari tumbuhan, maupun barang

    tambang.

    Briket dapat dibuat dari bermacam macam

    bahan baku

    seperti, sekam padi, ampas jarak pagar, serbuk

    gergaji,tempurung kelapa. Faktor jenis bahan baku sangat

    mempengaruhi besarnya nilai kalor bakar briket arang

    yang akan dihasilkan. Kadar karbon terikat yang tinggi

  • 13

    akan menyebabkan tingginya nilai kalor. Semakin besar

    kadar karbon briket maka semakin tinggi pula nilai kalor

    pada briket. ( Winarni, 2003 )

    2. Perekat

    Sifat alamiah serbuk arang cenderung saling

    memisah antara satu dengan yang lainnya, dengan adanya

    kenyataan yang seperti itu perlu adanya bahan lain yang

    memiliki kemampuan untuk mengikat serbuk-serbuk

    arang. Perekat akan berfungsi merekatkan butir-butir

    arang agar dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan.

    Perekat adalah suatu zat atau bahan yang

    memiliki kemampuan untuk merekatkan dua benda agar

    tidak mudah hancur. Dengan adanya penggunaan atau

    pemakaian bahan perekat, maka ikatan antar partikel

    serbuk arang akan semakin kuat, butir butiran arang

    akan saling mengikat yang menyebabkan air terikat dalam

    pori-pori arang. Penggunaan bahan perekat dimaksudkan

    untuk menarik air dan membentuk tekstur yang padat atau

    mengikat dua substrat yang direkatkan. Adanya perekat

    susunan partikel akan semakin baik, tekstur akan lebih

    baik. Adanya penambahan kadar perekat yang sesuai

  • 14

    pada pembuatan briket akan meningkatkan nilai kalor

    briket.

    Terdapat dua macam perekat yang biasa

    digunakan dalam pembuatan briket, yaitu perekat yang

    berasap (tar, molase, dan pitch), dan perekat yang tidak

    berasap (pati dan dekstrin tepung beras). Kadar perekat

    dalam briket tidak boleh terlalu tinggi karena dapat

    mengakibatkan penurunan mutu briket arang yang sering

    menimbulkan banyak asap. Kadar perekat yang

    digunakan umumnya tidak lebih dari 5%. (Triono, 2006)

    Sifat perekat tapioka jika dicampur dengan air

    panas akan menjadi liat. Lem kanji memiliki karakteristik

    viskositas rekat tinggi, kejernihan tinggi dan stabilitas

    pembekuan tinggi. Lem kanji merupakan perekat nabati

    yang terpenting dimana dapat dibuat dengan cara yang

    paling sederhana yaitu dengan mendidihkan tepung kanji

    dengan air. (Anonim, 2013).

  • 15

    d. Tahapan Pembuatan Briket

    Proses karbonisasi, atau pengarangan adalah proses

    mengubah bahan baku asal menjadi karbon berwarna

    hitam melalui pembakaran dalam ruang tertutup dengan

    udara yang terbatas, atau seminimal mungkin.

    1. Karbonisasi

    Prinsip proses karbonisasi adalah pembakaran

    biomassa, tanpa adanya oksigen, sehingga yang terlepas

    hanya bagian volatile matter, sedangkan karbonnya tetap

    tinggal di dalamnya. Temperatur karbonisasi akan sangat

    berpengaruh terhadap arang yang dihasilkan, sehingga

    penentuan temperatur yang tepat akan menentukan

    kualitas arang (Pari dan Hartoyo, 1983)

    Menurut Stevens dan Verhe (2004), pembakaran

    biomassa akan mengubah bahan anorganik menjadi abu.

    Selama pembakaran, oksigen berkombinasi dengan

    karbon membentuk karbondioksida, air dan energi panas.

    Selama tahap pertama proses pembakaran, kandungan air

    diuapkan untuk mengeringkan bahan, dan kemudian

    bahan volatil dikeluarkan dan terbakar. Selanjutnya,

    biomassa padat diubah menjadi volatil dan arang padat.

  • 16

    2. Penggilingan Arang

    Penggilingan ini dilakukan untuk memperkecil

    ukuran dari serbuk arang,dimana ukuran serbuk ini

    berpengaruh terhadap kerapatan briket arang. Semakin

    halus serbuk, maka kerapatan yang dimiliki juga semakin

    tinggi. Semakin halus partikel akan semakin baik

    terhadap briket yang dihasilkan. Untuk menghasilkan

    briket yang baik, ukuran pertikelnya harus homogen.

    Ukuran partikel yang terlalu besar akan mempersulit

    proses perekatan, sehingga mengurangi ketahanan tekan

    briket yang dihasilkan. Sebaiknya, partikel mempunyai

    ukuran 40-60 mesh (Mikrova, 1985)

    3. Pencampuran Serbuk dengan Perekat

    Sifat ilmiah bubuk arang cenderung saling memisah.

    Dengan bantuan bahan perekat atau lem, butir-butir

    arang dapat disatukan dan dibentuk sesuai dengan

    kebutuhan. Namun, permasalahannya terletak pada jenis

    bahan perekat yang akan dipilih. Penentuan bahan perekat

    yang digunakan sangat berpengaruh terhadap kualitas

    briket ketika dibakar dan dinyalakan.

  • 17

    Ari (2008) membagi cara mengerasnya perekat ke

    dalam lima cara, yaitu :

    a. Kehilangan air, seperti perekat tapioka

    b. Kehilangan air yang diikuti oleh reaksi kimia, seperti

    perekat kasein dan kedelai

    c. Pendinginan sehingga terbentuknya gelatin yang diikuti

    oleh kehilangan air, seperti perekat-perekat hewan

    d. Pemanasan hingga suhu tertentu, seperti perekat dari

    darah

    e. Reaksi kimia pada suhu kamar, atau suhu tinggi, seperti

    perekat-perekat sintetis.

    4. Pencetakan Briket

    Tujuan pencetakan adalah untuk terjadinya interaksi

    antara bahan perekat dengan yang direkatkan. Setelah

    keduanya bercampur dan adanya tekanan, maka perekat

    yang masih cair akan mengalir ke segala arah permukaan

    bahan. Saat aliran terjadi perekat akan berpindah dari

    permukaan yang diberi perekat ke permukaan yang masih

    belum terkena oleh perekat. Tekanan juga berfungsi

    untuk menyebarkan perekat ke dalam celah-celah dan ke

    seluruh permukaan arang, tekanan yang besar akan

  • 18

    mengakibatkan ikatan antara molekul-molekul arang akan

    semakin kuat dikarenakan jarak ikatan antara atom

    atom penyusun arang akan semakin pendek.

    Pada umumnya, semakin tinggi tekanan, maka briket

    yang dihasilkan akan memiliki kerapatan dan keretakan

    yang tinggi. Besarnya tekanan pengempaan akan

    berpengaruh terhadap kerapatan dan porositas briket

    arang yang dihasilkan. Briket yang terlalu padat akan sulit

    terbakar, sedangkan briket yang kurang padat dapat

    mengakibatkan terurainya briket pada saat pembakaran,

    sehingga menimbulkan kesan tidak bersih, meskipun laju

    pembakarannya cepat (Kamaruddin dan Irwanto, 1989

    dalam Ari 2008).

    Pencetakan arang bertujuan untuk memperoleh

    bentuk yang seragam dan memudahkan dalam

    pengemasan, serta penggunaannya. Pencetakan briket

    akan memperbaiki penampilan dan mengangkat nilai

    jualnya. Oleh karena itu, bentuk ketahanan briket yang

    diinginkan tergantung dari alat pencetak yang digunakan.

    Ada berbagai macam alat pencetak yang dapat dipilih,

    mulai dari yang paling ringan hingga super berat,

    tergantung tujuan penggunaanya. Setiap cetakan

  • 19

    menghendaki kekerasan, atau kekuatan pengempaan

    sampai nilai tertentu sesuai yang diinginkan.

    5. Pengeringan

    Briket yang dihasilkan setelah proses pencetakan

    masih mengandung air yang cukup tinggi sekitar 50%,

    oleh karena itu perlu dilakukan proses pengeringan untuk

    mengurangi kadar airnya serta mengeraskankan tekstur

    briket. Pengringan dapat dilakukan dengan berbagai

    macam alat pengering, seperti oven atau pengeringan

    secara alami dengan memanfaatkan sinar matahari.

    Suhu dan waktu pengeringan tergantung pada kadar

    air yang ada pada briket. Suhu pengeringan yang umum

    dilakukan adalah 60oC selama 24 jam dengan

    menggunakan oven.(Triono, 2006) Pada penelitian

    Achmad (1991) dalam Ari (2008) menunjukkan lama

    penjemuran briket yang optimum adalah tiga hari.

    6. Kualitas Briket

    Kualitas briket pada umumnya ditentukan

    berdasarkan beberapa parameter antara lain ditentukan

    oleh kadar air, kadar abu, dan nilai kalor. Sedangkan

  • 20

    standart kualitas briket secara baku telah ditetapkan

    dalam SNI No. 1/6235/2000.

    Adapun standart kualitas briket secara baku

    tercantum pada tabel 3.

    Tabel 1. Mutu Briket Berdasarkan SNI No. 1/6235/2000

    Parameter

    Standar Mutu Briket

    Arang Kayu (SNI

    No. 1/6235/2000)

    Kadar Air

    (%) 8

    Kadar Abu

    (%) 8

    Kadar

    Karbon (%) 77

    Nilai Kalor

    (kal/g) 5000

    Sumber: Sumber: Badan standarisasi nasional.2000

    7. Kalorimeter Bom Bom kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk

    mengukur jumlah kalor yang dibebaskan pada

    pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih) suatu

    senyawa, bahan makanan dan bahan bakar. Sejumlah

    sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang

    tercelup dalam medium penyerap kalor dan sampel akan

    terbakar oleh api listrik dari kawat logam yang terpasang

    dalam tabung. Kalorimeter bom merupakan kalorimeter

  • 21

    yang khusus digunakan untuk menentukan kalor dari

    reaksi-reaksi pembakaran (Anonim, 2012). Syachry

    (1985) mengatakan bahwa Kalorimeter bom adalah

    suatu alat yang digunakan untuk menentukan panas yang

    dibebaskan oleh suatu bahan bakar dan oksigen pada

    volume tetap. Bomb kalorimeter yang digunakan harus

    dipastikan dalam keadaan bersih dan kering. (Padang,

    2008)

    Kalorimeter bom bekerja dengan prinsip adiabatic,

    yang berarti tidak ada kalor yang masuk ataupun keluar

    dari sistem, sehingga kondisinya ideal. Kalorimeter bom

    pada tahap awal pengukuran nilai kalor adalah siapkan 2

    liter air, kemudian dimasukkan ke dalam oven bucket.

    Sampel ditimbang 1 gram dari bahan bakar yang diuji dan

    dimasukkan ke dalam combustion campsule, pasang

    kawat sepanjang 10 cm sehinngga mengenai bahan bakar

    yang diuji tanpa mengenai permukaan besi combustion

    capsule dengan menggunakan bantuan bomb head

    support stand, dimasukkan 1 gram bahan bakar yang diuji

    dalam combustion capsule tadi bersama dengan kawat ke

    dalam oxygen bomb. Hubungkan semua peralatan

    calorimeter bom dengan listrik. Isi oxygen bomb pada

  • 22

    tekanan 30-35 atm menggunakan bantuan auto charger.

    Setelah selesai masukkan oxygen bomb oval bucket yang

    telah terisi air, kemudian masukkan oval bucket ke dalam

    adiabatic calorimeter, lalu ditutup. Pindahkan posisi

    switch ke posisi on. Kemudian disamakan suhu dari air di

    oval bucket dengan suhu water jacket dengan

    menggunakan switch hod/cold. Setelah sama, catat suhu

    yang terjadi. Kemudian bakar bahan yang akan diuji.

    Beberapa saat kemudian, catat kembali suhu yang terjadi

    pada air (catat temperatur maksimum yang tercapai).

    Kemudian alat dimatikan dan bomb dikeluakan, diukur

    panjang kawat yang tersisa pada bomb head support

    stand. Setelah itu hitung selisih temperatur diair pada

    kondisi awal dengan kondisi setelah terjadi pembakaran.

    Selisih tersebut dikalikan dengan standard benzoid

    dengan tabung warna hijau, setelah itu hitung sisa kawat

    yang terbakar. (Tirono, M, dan Sabit, Ali, 2011)

    Nilai kalor bahan bakar adalah suatu besaran

    menunjukkan nilai energi kalor yang dihasilkan dari suatu

    proses pembakaran setiap satuan massa bahan bakar.

    Bahan bakar yang banyak digunakan adalah umumnya

    berbentuk senyawa hidrokarbon

  • 23

    Beberapa nilai kalor dari bahan bakar disajikan pada

    tabel di bawah ini:

    Tabel 4. Nilai kalor rata-rata dari beberapa jenis bahan

    bakar

    Bahan

    bakar

    Nilai kalor

    (kal/g)

    Kayu (kering

    mutlak)

    4491,2

    Batu bara

    muda (lignit)

    1887,3

    Batubara 6999,5

    Minyak bumi

    (mentah)

    10081,2

    Bahan bakar

    minyak

    10224,6

    Gas alam 9722,9

    Sumber : makalah Yudanto dan Kusumaningrum

  • 24

    Gambar 3. Kalorimeter

    Sumber : (www.google.com)

  • 25

    2. Kerangka konseptual dan Hipotesis Penelitian

    Gambar 3. Kerangka konseptual

    Bungkil biji kapuk

    Arang bungkil biji

    kapuk

    Briket biji kapuk

    Perekat

    Uji kadar abu Uji nilai kalor

    karbonisasi

    ditambahkan

    Uji kadar air

    Perbandingan

    Kadar air sesuai

    SNI No.

    1/6235/2000)

    Perbandingan

    Nilai kalor

    sesuai SNI No.

    1/6235/2000) Perbandingan

    Kadar abu SNI No.

    1/6235/2000)

    Pengeringan adalah

    proses pelepasan

    sebagian air suatu

    bahan. Tingginya

    kadar air pada bahan

    bakar mengakibatkan

    sulit terbakar

    Nilai kalor bahan bakar

    adalah besarnya panas

    yang diperoleh dari

    pembakaran suatu jumlah

    tertentu bahan bakar

    dengan menggunakan

    bom kalorimeter

    Adanya komponen

    yamg tersisa pada

    saat pengabuan inilah

    yang dikatakan kadar

    abu. Semakin

    tingginya kadar abu

    pada briket akan

    merugikan karena

    akan membentuk

    kerak

  • 26

    I. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini termasuk penelitian eksperimen

    2. Sasaran Penelitian atau Populasi dan Sampel

    Populasi : bungkil biji kapuk

    Sampel : bagian dari bungkil biji kapuk

    3. Rancangan Penelitian

    Rancangan penelitian ini The Postest Only Control

    Group Design. Rancangan tersebut dapat digambarkan

    sebagai berikut :

    Gambar 4. Rancagan penelitian

    Keterangan :

    R = Bungkil biji kapuk

    O3

    O2

    O1 P1

    P2

    P3

    R

  • 27

    P1, P2, P3 = suhu 2500C ,3000C dan 3500C

    O1, O2, O3 = nilai kalor kadar abu dan kadar air

    dari briket

    4. Variabel Penelitian

    a. Variabel bebas : suhu

    b. Variabel terikat : nilai kalor, kadar air dan kadar abu

    c. Variabel kontrol : waktu, perekat, ukuran partikel

    5. Tempat dan Waktu Penelitian

    a. Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisika

    Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya

    b. Waktu Penelitian

    Penelitian dimulai pada bulan Juni - Juli 2014

    6. Alat dan Bahan yang digunakan

    a. Alat

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

    cetakan briket, eksikator, neraca analitik, shaking screen

    (ayakan) 60 mesh, tanur, kalorimeter bom , alu, lumpang,

  • 28

    cawan porselen, cawan krush, spatula, kaca arloji, gelas

    kimia, kaca alroji, gelas ukur, piknometer dan kompor

    listrik

    b. Bahan

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    bungkil biji kapuk, tepung tapioka, akuades

    7. Prosedur Penelitian

    a. Pengolahan bahan

    Bahan diambil dari hasil sisa pengepresan biji kapuk di

    daerah Pandaan kabupaten Pasuruan

    b. Pembuatan Perekat

    Tepung tapioka (tepung kanji) ditimbang sebanyak 30

    gram lalu dicampur dengan air sebanyak 100 mL dan air

    mendidih sebanyak 400 ml sehingga terbentuk lem kanji

    yang siap digunakan (Hanania, 2013)

    c. Pembuatan Briket

    a. Pengarangan

    Proses pengarangan pada penelitian ini menggunakan

    tanur merupakan alat pemanas seperti oven dengan suhu

    antara 0oC -1000oC. Sedangkan langkah-langkah yang

  • 29

    dilakukan pada proses pengarangan adalah sebagai

    berikut. Tahap pertama, bungkil biji kapuk dimasukkan

    cawan, kemudian ditanur dengan variasi suhu 250oC,

    300oC, 350oC. Sampel yang dipanaskan diulangi

    sebanyak 3 kali, dan waktu pemanasan diberikan selama

    1 jam. Kemudian, bahan ditumbuk menjadi bentuk serbuk

    dan diayak.

    b. Pencampuran bungkil biji kapuk dengan perekat

    Arang dari ampas biji kapuk yang sudah jadi, kemudian

    dicampurkan dengan perekat yang sudah disiapkan.

    c. Pencetakan

    Adonan dimasukkan kedalam alat cetakan, kemudian

    dikempa hidrolik manual.

    d. Pengeringan

    Pengeringan dilakukan dengan menjemur dibawah sinar

    matahari secara langsung selama 2 hari (Tirono, M, dan

    Sabit, Ali, 2011)

    e. Penentuan Kadar Air

    Penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan 1

    gram briket dalam oven bersuhu 105oC selama 3 jam,

  • 30

    kemudian didinginkan dalam eksikator sampai diperoleh

    berat konstan. Perhitungan kadar air :

    %100xms

    mkmb

    Keterangan:

    mb = berat cawan dan sampel sebelum dioven(g)

    mk = berat cawan dan sampel setelah dioven (g)

    ms = berat cawan dan sampel sebelum dioven berat

    cawan(g) ( Sudarmadji,1997 ).

    f. Penentuan Kadar Abu

    Penentuan kadar abu briket dilakukan dengan

    menggunakan cawan krus. Tahapan yang dilakukan

    adalah 1 gram briket dimasukkan ke dalam cawan yang

    telah diketahui beratnya, sampel tersebut dipanaskan

    dalam tanur dimulai pada suhu rendah, kemudian

    dinaikkan sampai 300oC sampai 600oC selama 3 jam,

    didinginkan selama 10 menit dalam desikator kemudian

    dilakukan penimbangan. Ulangi pemanasan sampai

    diperoleh berat konstan.

    Perhitungan kadar abu:

    Keterangan:

    B = berat cawan dan tutup cawan (g)

  • 31

    A = berat cawan, tutup cawan dan sampel (g)

    D = berat cawan, tutup cawan dan residu (g)

    C = berat sampel = (A-B)

    F = berat residu = (D-B)

    ( sudarmadji.1997 )

    g. Penentuan Nilai Kalor

    Sampel ditimbang 1 gram dari bahan bakar yang diuji dan

    dimasukkan ke dalam combustion campsule, pasang

    kawat sepanjang 10 cm sehinngga mengnenai bahan

    bakar yang diuji tanpa mengenai permukaan besi

    combustion capsule dengan menggunakan bantuan bomb

    head support stand, dimasukkan 1 gram bahan bakar yang

    diuji dalam combustion capsule tadi bersama dengan

    kawat kedalam oxygen bomb. Hubungkan semua

    peralatan bomb calorimeter dengan listrik. Isi oxygen

    bomb dengan oksigen, pada tekanan 30-35 atm

    menggunakan bantuan auto charger. Setelah selesai

    masukkan oxygen bomb oval bucket yang telah terisi air,

    kemudian masukkan oval bucket ke dalam adiabatic

    calorimeter, lalu ditutup. Pindahkan posisi switch ke

    posisi on. Kemudian disamakan suhu dari air di oval

  • 32

    bucket dengan suhu water jacket dengan menggunakan

    switch hod/cold. Setelah sama, catat suhu yang terjadi.

    Kemudian bakar bahan yang akan diuji. Beberapa saat

    kemudian, catat kembali suhu yang terjadi pada air (catat

    temperatur maksimum yang tercapai). Kemudian alat

    dimatikan dan bomb dikeluakan, diukur panjang kawat

    yang tersisa pada bomb head support stand. Setelah itu

    hitung selisih temperatur diair pada kondisi awal dengan

    kondisi setelah terjadi pembakaran. Selisih tersebut

    dikalikan dengan standard benzoid dengan tabung warna

    hijau, setelah itu hitung sisa kawat yang terbakar (Tirono,

    M, dan Sabit, Ali, 2011).

  • 33

    8. Kerangka Operasional penelitian

    1. Tahap pengarangan

    a. Pengarangan suhu 2500C

    80 g bungkil biji

    kapuk

    Arang bungkil

    biji kapuk

    Dimasukkan cawan porselin

    Ditanur pada suhu 2500C selama 1 jam

    Diambil hasilnya

  • 34

    b. Pengarangan suhu 3000C

    80 g bungkil biji

    kapuk

    Arang bungkil

    biji kapuk

    Dimasukkan cawan porselin

    Ditanur pada suhu 3000C selama 1 jam

    Diambil hasilnya

  • 35

    c. Pengarangan suhu 350 0C

    80 g bungkil biji

    kapuk

    Arang bungkil

    biji kapuk

    Dimasukkan cawan porselin

    Ditanur pada suhu 3500C selama 1 jam

    Diambil hasilnya

  • 36

    2. Tahap pembuatan perekat

    Campuran tapioka dan air

    30 g tapioka 100 ml air

    Dicampurkan

    Dimasukkan ke dalam 400 ml air mendidih

    Diaduk hingga mengental

    Perekat

  • 37

    3. Tahap pembuatan briket

    Arang

    Ditumbuk hingga halus

    Diayak

    Partikel dengan

    ukuran 40 mesh

    Diaduk hingga rata

    Dicetak sesuai keinginan

    Briket

  • 38

    4. Tahap pengeringan

    Briket basah

    Briket kering

    Dikeringkan dibawah sinar

    matahari selama 2

    hari

  • 39

    5. Tahap uji kadar air

    1 g briket

    Dimasukkan cawan krush

    Dioven dengan suhu 1050C selama 3 jam

    Didinginkan di desikator 5 menit

    Ditimbang

    Dioven lagi 30 menit

    Didinginkan 5 menit

    Ditimbang

    Diulangi hingga didapatkan berat konstan

    Hasil

    Keterangan :

    hasil = kadar air briket

  • 40

    6. Kadar abu

    1 g briket kering

    Hasil

    Dimasukkan cawan krush

    Ditanur pada suhu 6000C selama 3 jam

    Didinginkan di desikator

    Ditimbang

    Keterangan

    Hasil = kadar abu briket

    BBbriket

  • 41

    7. Penentuan nilai kalor

    Gambar 5. Kerangka Operasional Penelitian

    9. Teknik Analisis Data

    Teknik analisis data dari hasil penelitian ini deskriptif

    kuantitatif. Data yang diperoleh dari penelitian adalah

    kadar air, kadar abu dan nilai kalor akan dibandingkan

    dengan standart mutu kualitas briket yang telah

    ditentukan berdasarkan pada SNI No. 1/6235/2000.

    1 gram briket

    Hasil

    - ditumbuk

    - diukur dengan bomd kalorimeter

    - Keterangan

    Hasil = nilai kalor briket

  • 42

    J. Jadwal Penelitian

    No Kegiatan

    Bulan

    Feb-

    april Mei Jun Jul

    Agus

    1.

    Bimbingan dan

    menyusun

    proposal skripsi

    2. Ujian proposal

    skripsi

    3. Revisi proposal

    skripsi

    4. Persiapan alat

    dan bahan

    5.

    Tahap penelitian

    - Pengarangan

    - Pembuatan

  • 43

    perekat

    - Pembuatan

    briket

    - uji kadar air,

    kadar abu

    - uji nilai kalor

    6.

    Penyusunan

    draft proposal

    skripsi

    7. Ujian skripsi

    8. Revisi skripsi

    K. Daftar Pustaka

    Aini, Fashihatul. 2012. Hubungan Antara Waktu Penyimpanan

    dan Nilai Viskositas Biodiesel Minyak Biji Kapuk (Ceiba

    pentandra). Skripsi yang tidak dipublikasikan. Surabaya :

    Universitas Negeri Surabaya

    Triwahyuni,Ari.2008.Pemanfaatan Bungkil Biji Jarak Pagar

    (Jatropha curcas L) sebagai Bahan Bakar Biomassa

    (Briket) Menggunakan Perekat Tapioka dan

  • 44

    Gaplek.Skripsi yang dipublikasikan.Fakultas Teknologi

    Industri Pertanian.Institut Pertanian Bogor

    Aisyah. 2012. Pengertian Briket.

    http://ummuworld.blogspot.com/2013/08/pengertian-

    briket.html. Diakses pada tanggal 8 februari 2013.

    Anonym.2013.Manfaat Tapioka dalam Proses Pembuatan Kertas.

    http://mageta1989.blogspot.com/2013/12/manfaat-

    tapioka-dalam-proses-pembuatan.html. Diakses pada

    tanggal 25 maret 2014

    Anonim. 2012. Sekam Padi Sebagai Sumber Alternatif bagi

    Rumah Tangga Petani.

    http://.blogspot.com/2012/sekam.html. Diakses pada

    tanggal 25 oktober 2013.

    Badan Standarisasi Nasional.2000.Standar Mutu Briket (SNI-

    6235-2000): Jakarta

    Budiman, Senadi, Sukrido dan Harliana, Arli.2010. Pembuatan

    Biobriket dari Campuran Bungkil Biji Jarak Pagar

    (Jatropha curcas L.) dengan Sekam sebagai Bahan Bakar

    Alternatif.Seminar rekayasa kimia dan proses.ISSN

    1411-4216. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik.

    Semarang: Universitas Diponegoro.

    Hanania, Vinancia Eka dan Mitarlis. 2013. Pemanfaatan Limbah

    Padat Proses Sintesis Furfural dengan Material Awal

    Ampas Tebu sebagai bahan Pembuatan Bahan Bakar

    Briket. Skripsi yang tidak dipublikasikan Surabaya :

    Universitas Negeri Surabaya.

  • 45

    Hendra.D. dan I.Winarni.2003. Sifat Fisis dan Kimia Briket

    Arang Campuran Limbah Kayu Gergajian dan Sebetan

    Kayu. Buletin Penelitian Hasil Hutan.Pusat Penelitian

    dan Pengembangan Hasil Hutan,Bogor.

    Hendra, Djeni. 2007. Pembuatan Briket Arang dari Campuran

    Kayu,Bambu,Sabut Kelapa dan Tempurung Kelapa

    sebagai Sumber Energi Alternatif. Jurnal Penelitian Hasil

    Hutan. No.Vol.1-20

    Hidayat, Rachmad. 2010. Pemanfaatan Minyak Biji Kapuk

    Randu (Ceiba Pentandra) dalam Pembuatan Biodiesel

    dengan Teknologi Gelombang Mikro.

    http://memedtpunyasesuatu.blogspot.com/2010/04/peman

    faatan-minyak-biji-kapuk.html. Diakses pada tanggal 3

    November 2013.

    Kurniawan, O. dan Marsono. 2008. Superkarbon Bahan Bakar

    Alternatif Pengganti Minyak Tanah dan Gas.Cetakan1.

    Jakarta: PT Penebar Swadaya.

    Maharyani R, Pratiwi D, Asip S. 2012. Pengaruh Suhu Serta

    Komposisi Campuran Arang Jerami Padi dan Batubara

    Subbtuminus Pada Pembuatan Briket Bioarang. Jurnal

    Teknik Kimia No.1,Vol.18. 47-53

    Mikrova,K. 1985. Pengaruh Pengempaann dan Jenis Perekat

    dalam Pembuatan Arang Briket Tempurung Kelapa Sawit

    (Elaeis quinensis jacq). Skripsi. Institut Pertanian Bogor

    Padang, Yesung Allo. 2008. Analisis Nilai Kalor Briket

    Bioarang Sampah Daun jurnal Vol,9 No, 2. 151-158

  • 46

    Pari, G., dan Hartoyo, 1983. Beberapa Sifat Fisis dan Kimia

    Briket Arang dari Limbah Arang Aktif. Puslitbang Hasil

    Hutan. Bogor.

    Puji,Feri Hartono dan Fathul Ilmi. 2011. Optimasi Kondisi

    Operasi Pirolisis Sekam Padi Untuk Menghasilkan Bahan

    Bakar Briket Bioarang sebagai Bahan Bakar Alternatif.

    Jurnal Teknik Kimia. Vol.2,No.2.51-55.

    Sudarmadji, Slamet dkk. 1997. Prosedur Analisa Untuk

    Bahan Makanan dan Pertanian.Edisi Keempat.

    Yogyakarta : Liberty Yogyakarta

    Stevens CV dan Verh RG. (editors). 2004. Renewable

    Bioresources: Scope and Modification for Non-Food

    Applications. John Willey & Sons, Ltd.West Sussex.

    England

    Sw, Titin. 2013. Karakteristik Briket.

    http://titinkita.blogspot.com/2013/03/karakteristik-

    briket_9029.html. Diakses pada tanggal 1 November

    2013.

    Syachry, T. H. 1985. Beberapa Sifat Kayu dan Limbah

    Pertanian Sebagai Sumber Daya Energi. Laporan BPHH

    No. 161. Bogor.

    Tanri, Alim. 2013. Biji dan Bungkil Biji Jarak Pagar.

    http://www.biologi-sel.com/2013/10/biji-dan-bungkil-biji-

    jarak-pagar.html. Diakses pada tanggal 7 februari 2014.

    Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia. 2012. Tinjauan

    Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan : Jakarta

  • 47

    Tirono, M dan Sabit, Ali. 2011. Efek Suhu pada Proses

    Pengarangan Terhadap Nilai Kalor Arang Tempurung

    Kelapa (Coconut Shell Charcoal). Jurnal Neutrino Vol.3,

    No.2.143-152.

    Triono,Agus. 2006. Karakteristik Briket Arang dari Campuran

    Serbuk Gergaji Kayu Afrika (Maesopsis Eminii Engl) dan

    Sengon (Paraserianthes Falcataria L.Nielsen) dengan

    Penambahan Tempurung Kelapa (Cocos nucifera L).

    Sripsi yang dipublikasikan. Departemen Hasil Hutan

    Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

    Yudanto A, dan Kusumaningrum K. Pembuatan Briket Bioarang

    Dari Arang Serbuk Gergaji Kayu Jati.Makalah

    Wahyudi. 2006. Penelitian Nilai Kalor Biomassa : Perbandingan

    Antara Hasil Pengujian dan Hasil Perhitungan. Jurnal

    Ilmiah semesta teknika. No.2, Vol.9,2006:208-220.

    Wahyusi KN, Dewati R, Ragilia PR, Kharisma T. 2012. Briket

    Arang Kulit Kacang Tanah dengan Proses Karbonisasi.

    Berkala Ilmiah Teknik Kimia. Vol.1, No.1.41-44

    Wira. 2008. Kapuk Randu (Ceiba pentandra). Banyuwangi .

    http://bptsitubondo.wordpress.com/2008/09/09/kapuk-

    randu-ceiba-pentandra-l. Diakses pada tanggal 3

    November 2013.