17
Contoh Proposal PKMM Balas A. Judul program Pelatihan Teknik Kultur Spirulina platensis Skala Semi Massal dan Potensinya sebagai Pakan Alami Ikan di Desa Beji Purwokerto. B. Latar belakang masalah Kabupaten Banyumas dikenal sebagai penghasil ikan Gurame terbesar dengan sentra pembesaran di Sumpiuh, Kemranjen, dan Tambak. Penghasil benih Gurame berada di Beji dan Singasari. Benih gurami dari kedua desa itu sudah mendapat sertifikat pada tahun 2005 dan 2006. Kelompok Petani Ikan di Desa tersebut mendapat sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi Dirjen Perikanan Budi daya dengan nomor 001/BBATS-AGS/Sys/III/200. Pembenihan ikan gurami (osphronemus goramy) untuk jenis produksi telur sampai P2. Desa Beji ditargetkan sebagai desa mina pada 2007 dan saat ini masih dalam penataan. Masyarakat di Desa Beji hampir separuh warganya bermata pencaharian sebagai peternak ikan dan yang tercatat sebagai anggota Koperasi Giat Makaryo sebanyak 70 peternak ikan, setiap anggota menaungi langsung 10 peternak. Masing-masing anggota memproduksi benih Tawes, Melem, Mujahir, Nila, Emas, dan Lele Dumbo. Akan tetapi ikan yang banyak di kembangkan di Desa Beji adalah jenis Gurame.

Contoh proposal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Contoh proposal

Contoh Proposal PKMM

Balas

A. Judul program

Pelatihan Teknik Kultur Spirulina platensis Skala Semi Massal dan Potensinya sebagai Pakan Alami Ikan di Desa Beji Purwokerto.

B. Latar belakang masalah

Kabupaten Banyumas dikenal sebagai penghasil ikan Gurame terbesar dengan sentra

pembesaran di Sumpiuh, Kemranjen, dan Tambak. Penghasil benih Gurame berada di

Beji dan Singasari. Benih gurami dari kedua desa itu sudah mendapat sertifikat pada

tahun 2005 dan 2006. Kelompok Petani Ikan di Desa tersebut mendapat sertifikat dari

Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi Dirjen Perikanan

Budi daya dengan nomor 001/BBATS-AGS/Sys/III/200. Pembenihan ikan gurami

(osphronemus goramy) untuk jenis produksi telur sampai P2.

Desa Beji ditargetkan sebagai desa mina pada 2007 dan saat ini masih dalam

penataan. Masyarakat di Desa Beji hampir separuh warganya bermata pencaharian

sebagai peternak ikan dan yang tercatat sebagai anggota Koperasi Giat Makaryo

sebanyak 70 peternak ikan, setiap anggota menaungi langsung 10 peternak. Masing-

masing anggota memproduksi benih Tawes, Melem, Mujahir, Nila, Emas, dan Lele

Dumbo. Akan tetapi ikan yang banyak di kembangkan di Desa Beji adalah jenis Gurame.

Budidaya Gurame di Desa Beji dimulai dari tahap pemilihan induk. Induk yang

digunakan sudah mencapai umur 3 tahun. Gurame dipilih untuk dipijahkan dengan

perbandingan jumlah antara induk jantan dan betina biasa 1 : 1 – 14. Dengan harapan

induk jantan paling sedikit bisa mengawini dua ekor induk betina dalam satu tarikan.

Setelah Gurame mengeluarkan telur, diambil dipindahkan pada tempat penetasan. Telur

akan menetas dalam tempo 30 sampai 36 jam. Selama 5 hari benih-benih belum

membutuhkan makanan tambahan, karena masih mengisap kuning telur (yolk sack).

Setelah lewat masa itu benih membutuhkan makanan yang harus disuplai dari luar.

Page 2: Contoh proposal

Suplai makanan terdiri dari pakan buatan dan pakan alami. Pakan alami larva ikan di

Desa Beji masih mengandalkan pakan yang dibeli dari pembudidaya pakan alami yang

berada jauh dari lokasi peternakan. Pakan alami larva ikan yang sering digunakan adalah

Cacing Tubifex. Tubifex diperoleh dengan harga Rp 5.000 per 200 ml. Pengeluaran

terbesar dalam pembenihan ikan adalah untuk pengadaan pakan alami yang sangat

dibutuhkan pada saat proses perkembangan larva.

Pakan alami sangat dibutuhkan oleh benih ikan untuk melangsungkan hidupnya.

Fungsi utama pakan adalah untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Pakan yang

dimakan oleh ikan pertama-tama digunakan untuk kelangsungan/ mempertahankan

hidupnya dan kelebihannya akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Selama ini jenis

pakan yang banyak digunakan di Desa Beji adalah pakan buatan. Sebagai pakan benih

ikan, jenis pakan buatan mempunyai banyak kekurangan dibandingkan pakan alami.

Komponen penyusun pakan alami lebih lengkap, sehingga ikan cenderung lebih

menyukai pakan alami. Selain itu tidak membahayakan pemangsa.

Kebutuhan pakan alami ini semakin sulit terpenuhi, karena peternak ikan belum

memahami teknik kultur pakan alami. Oleh karena itu baru beberapa pengusaha yang

menanamkan modalnya secara khusus dalam produksi pakan ikan alami. Berbeda dengan

pakan buatan yang lebih praktis dan mudah pengerjaannya, sehingga banyak

pembudidaya ikan menggunakannya meskipun sebenarnya kurang baik atau sering

membahayakan untuk pembenihan larva udang maupun ikan. Kelemahan pakan buatan

adalah kurang menarik pemangsa karena lama-lama tidak mengambang/ melayang di air.

Disamping itu apabila tidak habis dapat membahayakan ikan dan udang peliharaan, serta

perairan menjadi tercemar.

Spirulina merupakan mikroalga yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami benih

ikan. Alga ini mempunyai kandungan gizi yang tinggi, yaitu protein yang bisa mencapai

70 % dari berat keringnya sehingga dapat menjadi alternatif bagi makanan kesehatan.

Dalam dunia perikanan, mikroalga ini telah banyak dijual dalam bentuk tepung dan

produk-produk makanan olahan. Tepung seperti ini sudah diproduksi secara komersial di

California, Israel, Jepang, Taiwan dan juga Mexico.

Page 3: Contoh proposal

Kultur pakan alami Spirulina dapat dilakukan oleh para petani dengan mudah dan

tidak memerlukan lahan yang luas. Pengembangan pakan alami mempunyai beberapa

keuntungan, diantaranya karena mikroalga mudah dikultur, ukuran sesuai mulut larva/

ikan pemangsa, pergerakan mampu memberikan rangsangan bagi pemangsa untuk

memakannya, mampu berkembang biak dengan cepat dalam waktu relatif singkat

sehingga ketersediaannya dapat terjamin sepanjang waktu.

Spirulina merupakan mikroalga hijau kebiruan, sel berkoloni dan membentuk filamen

terpilin yang menyerupai spiral/ helig. Alga ini mengandungan berbagai zat gizi seperti

protein dapat mencapai 72 %, lipid 8%, karbohidrat 16%,vitamin B1, B2, B6, B12, C,

niasin, β karotin dan kandungan asam amino yang cukup seimbang. Spirulina juga

mengandung salah satu asam lemak esensial yaitu asam γ-linoleat (GLA), yang

merupakan asam lemak majemuk.

Spirulina menyediakan semua asam amino yang diperlukan tubuh dan dalam bentuk

tersebut 5 kali lebih mudah untuk dicerna dibanding dengan protein kedelai. Spirulina

mengandung 8 asam amino essensial dan 10 asam amino non essensial.

Spirulina mengandung lipopolisakarida sebesar 1,5% bobot keringnya, kandungan

lipopolisakarida inilah yang menjadikan Spirulina digunakan sebagai immunostimulan

yang potensial dalam meningkatkan respon kekebalan tubuh pada ikan. Dinding

Spirulina kaya akan muco-protein meningkatkan lapisan mukus pada kulit ikan yang

menyebabkan sirip ikan lebih sehat, meningkatkan resistensi/ peradangan kulit terhadap

serangan penyakit.

Manfaat lain dari mikroalga Spirulina adalah sebagai pakan zooplankton/ larva udang

atau ikan dan hewan-hewan kecil lainnya. Di Jepang Spirulina diberikan pada ikan mas

koki dan ikan hias lainnya untuk meningkatkan kualitas warna ikan hias tersebut. Hingga

saat ini di Indonesia belum terdapat pembudidayaan spirulina skala massal yang

dilakukan oleh peternak ikan untuk kepentingan pakan alami. Menurut Prof Nyoman

Kabinwa, periset spirulina, perairan Indonesia meliputi perairan tawar, payau, dan laut

berpotensial untuk pengembangan ganggang hijau biru.

Page 4: Contoh proposal

Mikroalga bersel silindris dengan dinding selnya yang tipis ini memiliki potensi

pengembangan yang lebih besar dibandingkan dengan tumbuhan tingkat tinggi.

Mikroalga Spirulina dapat mudah dikembangkan dengan lebih cepat dan praktis.

Pengembangan dilakukan menurut dimensi volume, berbeda dengan tumbuhan tingkat

tinggi yang saat ini masih dikembangkan dalam dimensi luas. Pemanfaatan luas lahan

yang sama, dapat memberikan efisiensi yang lebih besar bagi pembudidayaan mikroalga.

Selain itu dengan daur hidupnya yang pendek mikroalga Spirulina mampu berkembang

biak dalam waktu yang singkat, dapat dipanen sekitar 3-7 hari setelah inokulasi.

Sedangkan tumbuhan tingkat tinggi, misalnya padi paling cepat membutuhkan waktu

sekitar 100 hari untuk dapat dipanen.

C. Perumusan Masalah

1. Peternak ikan masih mengabaikan penggunaan pakan benih ikan yang bermutu

pada tahap pemeliharaan larva, sehingga pertumbuhan larva kurang optimum,

hasil yang rendah sebagai akibat mortalitas yang tinggi

2. Peternak ikan belum mempunyai keterampilan mengenai teknik kultur pakan

alami.

3. Spirulina merupakan pakan alami yang mempunyai kandungan gizi lengkap

yang dibutuhkan ikan

D. Tujuan dan Manfaat

Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah

1. Memberikan Pengetahuan dasar terhadap peternak ikan mengenai pentingnya

pakan alami berkualitas dalam proses pembenihan ikan, sehingga dapat

menekan tingkat mortalitas dalam fase larva ikan.

2. Memberikan keterampilan mengenai teknik kultur pakan alami skala semi massal,

sehingga peternak ikan mampu untuk memproduksi pakan alami sendiri secara

berkesinambungan.

Page 5: Contoh proposal

3. Memberikan pejelasan mengenai keunggulan Spirulina sebagai pakan alami benih

ikan.

E. Luaran yang Diharapkan

1. Peternak ikan mendapatkan pengetahuan mengenai pentingnya pakan alami

terhadap keberlangsungan hidup larva ikan

2. Peternak ikan mendapatkan keterampilan mengenai teknik kultur Spirulina skala

semi massal serta mampu menghasilkan pakan alami untuk kepentingan

pribadi ataupun dijual kepeternak lain.

3. Tersedianya pakan alami Spirulina secara berkesinambungan dan memenuhi

kebutuhan baik kualitas maupun kuantitas.

F. Kegunaan Program

Permasalahan para peternak ikan di Desa Beji adalah tingginya tingkat mortalitas

ikan pada fase larva disebabkan tidak sesuainya pakan yang diberikan dengan sifat

morfologis dan fisiologis dari larva ikan. Kurangnya keanekaragaman nutrisi yang

terdapat pada pakan yang selama ini digunakan untuk menopang kelangsungan hidupnya

pada saat adaptasi.

Melalui program pengabdian masyarakat para peternak ikan diharapkan memahami

dan mampu untuk memproduksi pakan alami yang kaya akan nutrisi dan sekaligus

berguna sebagai suplemen immunostimulan yang sangat diperlukan oleh ikan pada fase

larva yang rentan terkena penyakit. Dengan keterampilan teknik kultur, peternak ikan

dapat memproduksi pakan alami untuk kepentingan sendiri ataupun dijadikan lapangan

pekerjaan baru sebagai produsen pakan alami yang bisa dijual ke para peternak ikan lain.

G. Gambaran Umum Masyarakat Sasaran

Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat akan dilaksanakan di Desa

Beji Kabupaten Purwokerto, yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai

Page 6: Contoh proposal

peternak ikan. Desa Beji merupakan desa pemasok ikan Gurame terbesar di Banyumas.

Di Desa Beji terdapat Koperasi Giat Makaryo yang menaungi bidang ternak ikan.

Koperasi Giat Makaryo pada saat ini tercatat ada 70 anggota kelompok, tiap kelompok

terdiri dari 10 petani dengan jumlah kolam sekitar 2.100 buah.

Pelaksanaan Program Kreatifitas Mahasiswa, akan mengundang 3 orang dari

perangkat Desa sebagai wakil dan pemantau dari pihak pemerintahan dan melibatkan 10

peternak ikan yang merupakan kelompok anggota Koperasi Giat Makaryo dengan

pertimbangan untuk kelancaran dan kesejahteraan usaha peternakan ikan di Desa Beji

dan demi keberlangsungan kegiatan Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdiaan

Masyarakat ini. Jarak antara kampus Biologi dengan Desa Beji sekitar 15 km.

H. Metode Pelaksanan Program

Metode yang akan digunakan dalam Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian

masyarakat adalah dengan alih teknologi yaitu transfer ilmu sekaligus memberikan

pelatihan mengetahui cara produksi Spirulina skala semi massal kepada para peternak

ikan di Desa Beji, selain itu juga akan dilaksanakan praktek cara teknik kultur, teknik

perangkaian dan penggunaan alat-alat kultur serta proses-proses dalam berlangsungnya

kultur.

Kultur Spirulina dibagi menjadi tiga tahap, yaitu isolasi atau pembuatan stok murni

diruang alga. Dalam program ini stok murni diperoleh dari Balai Besar Budidaya Air

Payau Jepara. Sedangkan perbanyakan kultur Spirulina skala laboratriun dilakukan di

Laboratorium Biologi Akuatik, Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman. Dan

kultur skala semi massal dan massal dilakukan oleh para peternak ikan di Desa Beji.

Kultur dilakukan secara bertahap dimulai dari kultur skala laboratorium volume 500-

1000 ml dengan pemberian bibit Spirulina sebanyak 1/3 dari air media. Setelah bibit

(inokulan) dimasukkan ke dalam botol kultur yang berisi air media, diberi aerasi (udara)

agar Spirulina dapat berkembang dengan cepat. Suhu ruangan diusahakan stabil sekitar

230C-240C. Sebagai sumber cahaya untuk berlangsungnya fotosintesis digunakan lampu

TL-40 watt dengan intenitas cahaya 3.000-4.500 lux. Penggantian air media dilakukan 4-

Page 7: Contoh proposal

5 hari sekali. Yaitu dimana Spirulina sedang dalam masa pertumbuhan, ditandai secara

visual dengan warna air yang sesuai dengan pigmentasi sel Spirulina yang dikultur.

Kultur skala laboratorium dilakukan secara bertahap hingga volume 2-5 Liter.

Program pengabdian masyarakat dimulai dari kultur skala semi massal mulai dari

volume 20 liter hingga 100 liter. wadah I terbuat dari ember berukuran 25 liter dan wadah

II terbuat dari bak plastik berukuran 120 liter. Air yang digunakan untuk kultur harus

disterilisasi dulu dengan cara air yang akan digunakan disaring sebelumnya dengan

screen, laku ditambahkan chlorin 60 mg/ L selama minimal 1 jam dan dinetralisir dengan

larutan Na-Thiosulfat 20 mg/ L untuk menghilangkan sisa-sisa chlorin dalam air hingga

bau chlorin hilang.

Air steril dimasukan pada wadah I, kemudian di masukan inokulum sekitar 1 / 20

bagian dari total volume atau untuk 20 liter air datambahkan sekitar 4 liter Spirulina.

Inokulum dipupuk Menggunakan media CFTR (2) yakni berasal dari komposisi NPK

(17:17:17 atau 15:15:15) 1.000 mg, TSP 100 mg, MgSO4 50 mg. NaHCO3 4000 mg.

Pencahayaan hanya mengandalkan cahaya matahari pada siang hari. Pada keadaan

tertentu dimana cahaya matahari kurang memadai, dapat menggunakan lampu TL atau

lampu sorot. Aerasi dijaga jangan sampai mati, karena hal itu akan menghambat

pertumbuhan Spirulina dan dapat menyebabkan kematian.

I. Jadwal Pelaksanaan

J. Nama dan Biodata Ketua serta Anggota Kelompok

1. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama

lengkap :

Sani

Iskandar

Keterangan Waktu ( bulan)

1 2 3 4 5 6

Persiapan alat dan bahan X

Kultur skala laboratorium X

Pemberi materi danpraktek kultur

X

Pemantauan kultur X X

Penyusunan laporan X

Page 8: Contoh proposal

b. NIM : B1J005056

c. Fakultas : Biologi

d. Perguruan Tinggi : Universitas Jenderal Soedirman

e. Waktu untuk kegiatan : 7 jam/minggu

2. Anggota Pelaksana I

a. Nama lengkap : Dendy Permana

b. NIM : B1J002164

c. Fakultas : Biologi

d. Perguruan Tinggi : Universitas Jenderal Soedirman

e. Waktu untuk kegiatan : 7 jam/minggu

Anggota pelaksana II

a. Nama lengkap : Dimas Rakatama

b. NIM : B1J004046

c. Fakultas : Biologi

d. Perguruan Tinggi : Universitas Jenderal Soedirman

e. Waktu untuk kegiatan : 7 jam/minggu

Anggota pelaksana III

c. Nama lengkap : Dwi Antari Sulistyorini

d. NIM : B1J005084

c. Fakultas : Biologi

Page 9: Contoh proposal

d. Perguruan Tinggi : Universitas Jenderal Soedirman

e. Waktu untuk kegiatan : 7 jam/minggu

Anggota pelaksana IV

e. Nama lengkap : Rizky kelana

f. NIM : B1J005066

c. Fakultas : Biologi

d. Perguruan Tinggi : Universitas Jenderal Soedirman

e. Waktu untuk kegiatan : 7 jam/minggu

K. Nama dan Biodata Dosen Pendamping

1. Nama Lengkap : Dra. Dwi Sunu Widyartini, MSi.

2. NIP : 131855813

3. Golongan dan Pangkat : IIId \Penata Tk. I

3. Jabatan Fungsional : Lektor

4. Jabatan Struktural : Staf Pengajar Fakultas Biologi UNSOED

5. Fakultas : Biologi

6. Perguruan Tinggi : Universitas Jenderal Soedirman

7. Bidang Keahlian : Algologi

8. Waktu untuk kegiatan : 4 jam/minggu

L. Anggaran Kegiatan

Page 10: Contoh proposal

No Spesifikasi Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp)

Harga total (Rp)

1. Bahan Habis PakaiBiakan Spirulina 3 Liter 50.000 150.000Pupuk CTFR (2) 12 Botol @ ¼ Liter 12.500 150.000Chlorin 12 Bungkus @ ¼ Kg 7.500 90.000Na Tiosulfat 12 Bungkus @ ¼ Kg 4.000 48.000

2 Peralatan Penunjang PkmBotol Kultur 10 buah 3000 30.000Botol Pupuk 12 buah 10.000 120.000Aerator 13 buah 50.000 650.000Selang 60 meter 1.000 60.000Batu Aerasi 50 buah 1000 50.000Sambungan T 25 buah 500 12.500Rak Kultur 1 buah 100.000 100.000Lampu TL 20 Watt 12 buah 50.000 600.000Pipet Tetes 12 buah 1.500 18.000Takaran Air 2 Liter 12 buah 25.000 300.000Screen 12 buah 30.000 360.000Infus Aerator 50 buah 750 37.500Kabel+Piting+Terminal 12 set 22.500 270.000Ember 25 Liter 22 buah 35.000 770.000Bak 100 Liter 12 buah 100.000 1.200.000

3. PerjalananTransfortasi - - 128.000

4. Biaya Alih TeknologiKonsumsi Peserta (3X) 15 orang 4.000 180.000Biaya Pemasaran - - 100.000Sewa Tempat - - 200.000Penggandaan Makalah 15 buah 5.000 75.000Adrimistrasi - - 30.000

5. Pembuatan ProposalPengetikan - - 20.000Penggandaan - - 80.000

6 Pembuatan LaporanDisket 2 buah 4.500 9.000Pengetikan - - 20.000Penggandaan - - 80.000

7 DokumentasiFilm + Cuci Cetak - - 50.000Jumlah Total 6.000.000

Page 11: Contoh proposal

M. Daftar Pustaka

Alfred, B. 1989. Budidaya Air. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Arlyza, Irma Shita. 2005. Isolasi Pigmen Biru Phycocyanin dari Mikroalga Spirulina palatensis. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 2005 No. 38 : 79-92.

Arlyza, Irma Shita. 2005. Phycocyanin dari Mikroalga Bernilai Ekonomis Tinggi sebagai Produk Industri. Jurnal Oseana, Volume XXX, No. 3, 2005 : 27-36.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 1990. Petunjuk Teknis Budidays Pakan Alami Iksn dan Udang. Departemen Pertanian. Jakarta.

Belay, Amha. 2002. The Potensial Application of Spirulina (Arthospira) as aNutritional and Therapeutic Supplement in Health Management. Jurnal of American Nutraceutical Association Vol. 5, No. 2, Spring 2002.

Direktorat Bina Pembenihan. 1998. Budidaya Mikroalga Skala Laboratorium dan Massal . Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta : 1-10.

Djajasewaka, H. 1990. Pakan Ikan (Makanan Ikan). CV. Yasaguna. Jakarta.

Durachman. 2001. Teknik Budidaya lkan Gurame. Sub Dinas Perikanan Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan.

Fogg, G. E. 1995. Algal Cultures and Phytoplankton Ecology. The University of Wisconsin Press, Madison, Wilwaukee and London.

Isnansetyo, A. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Mantau, Zulkifli. 2004. Pembenihan Ikan Mas yang Efektif dan Efisien Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004.

Nurhidayati, Tutik. 2005. Pengaruh Penambahan IAA terhadap Laju Pertumbuhan Populasi Spirulina sp dalam Media Zarrouk Modifikasi. Jurnal IPTEK, Vol. 8, No 3, September 2005.

Panji, Tri. 1996. Produksi asam γ–linolenat dari ganggang mikro Spirulina platensis menggunaka limbah lateks pekat. Jurnal Menara Perkebunan, 1996, 64 (1), 34-44

Panji, Tri dan Suharyanto. 2003. Produksi Spirulina platensis dan Potensinya sebagai Pakan Ikan. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Bogor, 9 september 2003.

Prihatman, K. 2000. Pakan Ikan. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Bappenas. Jakarta.

Page 12: Contoh proposal

Silitonga, P. !982. Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Tilapia nilotica). Tesis. Fakultas Perikanan Universitas Riau. Pekanbaru.

Simanjuntak, Sorta Basar Ida et all. 2003. Hispatologis Organ Limpa dan Ginjal Ikan Patin Jambal (Pangasius djambal Bleeker) Akibat Pemberian Spirulina dalam Pakan Seacara disontinyu. Jurnal Biosfera 20 (2) Mei 2003.

Soelchan, F. 1996. Biologi dari Chlorella. Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta. Buletin Perikanan Darat 9 (1) Juni 1996.

Suhartono. 2000. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Kelautan. Institut Teknologi Bogor.

Supriyantini, Endang et all. 2004. Studi Penggunaan Hormon Pertumbuhan (Indole Acetid Acid, Giberelin Acid dan Citokinin) dalam Kultur Spirulina sp. Julnal Biosfera.

Tarwiyah. 2001. Budidaya Ikan Gurame. Dinas Perikanan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Jakarta.