contoh pkm ITB

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kursi lipat serba guna untuk korban bencana alam

Citation preview

  • PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

    JUDUL PROGRAM

    KURSI IRIT SERBAGUNA UNTUK KORBAN BENCANA

    BIDANG KEGIATAN

    Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT)

    Diusulkan oleh :

    Suci Sansita Susanto Teknik Mesin 2009 13109063

    Ikhyan Dwi Kurniawan Teknik Mesin 2009 13109081

    M. Ikhsan Irfansyah Teknik Mesin 2009 13109093

    Institut Teknologi Bandung

    Bandung

    2011

  • ii

    HALAMAN PENGESAHAN

    1. Judul Kegiatan : Kursi Irit Serbaguna Untuk Korban Bencana di Indonesia

    2. Bidang Kegiatan : PKM-GT

    3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Suci Sansita Susanto b. NIM : 13109063 c. Jurusan : Teknik Mesin d. Universitas/Institut/Politeknik : Institut Teknologi Bandung e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. PalasariV/14 Ujung Berung

    Bandung/ 085624782265

    f. Alamat email : [email protected]

    4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 3 Orang

    5. Dosen Pendamping

    a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Eng. Sandro Mihradi b. NIP : 132327351 c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Mars Dirgahayu no 8 RT 01 RW

    10 Awiligar, Bandung 40191 / 085880547386

    Bandung, 24 Februari 2011

    Menyetujui

    Ketua Program Studi Teknik Mesin Ketua Pelaksana Kegiatan

    ITB

    (Dr. Sigit Yuwono,MME) ( Suci Sansita Susanto )

    NIP. 130808001 NIM. 13109063

    Ketua Lembaga Kemahasiswaan DosenPendamping

    (Brian Yuliarto,Ph D) (Dr. Sandro Mihradi)

    NIP. 197507272006041005 NIP. 132327351

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan

    rahmat-Nya penyusunan karya tulis untuk Program Kreativitas Mahasiswa

    Gagasan Tertulis (PKM-GT) yang berjudul Kursi Irit Serbaguna Untuk Korban Bencana di Indonesia dapat terselesaikan. PKM-GT ini merupakan

    wahana bagi para mahasiswa untuk menyalurkan ide-ide kreatif yang dimiliki

    untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada di masyarakat.

    Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis masih memiliki banyak

    keterbatasan kemampuan dan pengetahuan tentang berbagai hal, namun demikian

    penulis juga banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh

    karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

    1. Bapak Sandro Mihradi selaku dosen pembimbing penulis dalam penyusunan karya tulis ini.

    2. Ibu Anniar Samanhudi selaku dosen Tata Tulis Karya Ilmiah yang telah memberikan bantuan dan saran dalam penyusunan karya tulis ini.

    3. Teman-teman Himpunan Mahasiswa Mesin ITB atas bantuan saran dan referensinya.

    4. Seluruh pihak yang terlibat scara langsung maupun tidak langsung.

    Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kriteria sempurna.

    Oleh karena itu, penulis meminta maaf bila ada yang salah dalam penyusunan

    karya tulis ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi

    penulis sendiri maupun bagi para pembaca.

    Bandung, 24 Februari 2011

    Penulis

  • iv

    DAFTAR ISI

    HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii

    DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. iv

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... iv

    RINGKASAN ............................................................................................................. 1

    PENDAHULUAN ...................................................................................................... 2

    GAGASAN ................................................................................................................ 3

    KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 6

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 7

    RIWAYAT HIDUP PENULIS .................................................................................... 8

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 ................................................................................................................. 3

    Gambar 2 ................................................................................................................. 3

    Gambar 3 ................................................................................................................. 4

    Gambar 4 ................................................................................................................. 4

    Gambar 5 ................................................................................................................. 5

    Gambar 6 ................................................................................................................. 6

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 ................................................................................................................. 5

    Tabel 2 ................................................................................................................. 6

    Tabel 3 ................................................................................................................. 6

    Tabel 4 ................................................................................................................. 7

  • 1

    RINGKASAN

    Salah satu masalah yang selama ini sering dialami oleh para pengungsi

    korban bencana di tempat pengungsian adalah kurang atau bahkan tidak

    tersedianya fasilitas seperti kasur, meja, dan kursi. Hal tersebut mengakibatkan

    para pengungsi harus tidur di lantai dengan hanya beralaskan terpal. Hal ini selain

    menimbulkan ketidaknyaman juga membuat para pengungsi lebih mudah

    terjangkit penyakit. Selain itu, para pengungsi yang masih duduk di bangku

    sekolah tidak dapat melanjutkan kegiatan belajar-mengajar karena tidak adanya

    kursi, meja, dan lain-lain. Jika tempat kegiatan belajar mengajar tersebut , di tanah

    yang kotor, dapat memicu para pengungsi untuk terserang penyakit.

    Keterbatasan fasilitas di tempat pengungsian ini sebenarnya dapat diatasi

    dengan mewujudkan suatu gagasan, yaitu dengan menggunakan kursi irit

    serbaguna yang dapat digunakan untuk duduk, makan, belajar, dan beristirahat

    dengan nyaman. Hal pertama yang kami lakukan dalam membuat gagasan ini

    adalah dengan merumuskan masalah yang sering terjadi di tempat-tempat

    pengungsian korban bencana. Selanjutnya, dilakukan pengumpulan data melalui

    studi pustaka pada buku-buku mengenai materi terkait dan melakukan pencarian

    data di internet. Permasalahan tersebut dirumuskan dan didiskusikan juga dengan

    dosen pembimbing sehingga tergagas sebuah ide yaitu kursi irit serbaguna yang

    dalam proses perancangannya melalui proses iterasi. Akhirnya, terpilih satu desain

    yang diharapkan dapat mengatasi masalah terkait.

    Teori dasar yang dikembangkan untuk merancang kursi irit serbaguna ini

    adalah ilmu-ilmu teori perancangan, pembuat menghitung beban-beban apa saja

    yang dialami kursi tersebut, selanjutnya dibuat kostruksi, ukuran, dan pemilihan

    material yang didasari oleh faktor keselamatannya. Penentuan desain dan ukuran

    dilakukan dengan mengaplikasikan teori kesetimbangan dengan =

    sedangkan pemilihan material dilihat dari tabel kekuatan material standard

    internasional seperti ASTM (American Standard for Testing of Materials) dan JIS

    (Japan Industrial Standard) [1].

    Bila ditelaah lebih lanjut kursi ini dapat mengatasi masalah keterbatasan

    fasilitas secara cepat dan tepat. Kemampuan kursi ini selain bisa diubah dan

    digunakan sebagai kasur, dapat dikembalikan menjadi kursi dengan mudah dan

    cepat. Dengan demikian, pengungsi tidak perlu tidur atau belajar di lantai lagi.

    Konstruksi kursi yang sederhana, ringkas, dan tidak terlalu berat juga membuat

    kursi ini mudah dipindahtempatkan sehingga pemakaiannya bisa berulang-ulang.

    Kursi ini juga hemat tempat dan biaya, selain itu alat ini tidak menggunakan

    sistem elektrik yang berarti hemat energi.

  • 2

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Beberapa tahun terakhir ini, Indonesia sering ditimpa berbagai macam

    bencana alam, seperti banjir, gunung meletus, gempa bumi, tanah longsor,

    tsunami, dan bencana alam lainnya. Seluruh kejadian tersebut mengakibatkan

    banyak penduduk yang berada di sekitar lokasi bencana terpaksa mengungsi.

    Mereka mengungsi karena tempat tinggal mereka terkena bencana atau tempat

    tinggal mereka berada di lokasi yang berbahaya sehingga mereka terpaksa

    mengungsi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

    Korban-korban bencana tersebut jumlahnya tidak sedikit sehingga

    biasanya mereka diungsikan oleh pemerintah setempat ke tempat-tempat yang

    luas yang memadai untuk menampung banyak orang. Tempat-tempat yang

    biasanya umum digunakan sebagai lokasi pengungsian adalah tempat indoor

    bangunan sekolah, aula desa, atau lapangan bulutangkis. Selain itu, terdapat pula

    tempat outdoor seperti lapangan sepakbola yang dijadikan sebagai lokasi

    pengungsian dengan mendirikan tenda-tenda berbagai ukuran untuk dijadikan

    tempat istirahat dan kegiatan lainnya.

    Tempat-tempat pengungsian tentunya sangat tidak nyaman bagi para

    pengungsi karena mereka beristirahat hanya beralaskan tikar atau kasur yang

    seadanya. Kondisi ini juga membuat para pelajar yang terpaksa ikut mengungsi

    tidak dapat belajar dengan baik karena mereka tidak memiliki meja dan kursi

    untuk belajar. Keadaan pengungsi yang serba tidak berkecukupan dan kesulitan

    membuat mereka tidak mampu membeli kursi dan meja yang layak untuk

    memenuhi kebutuhan para pelajar yang menjadi korban bencana. Pemerintah

    setempat juga biasanya tidak memfokuskan pada hal tersebut sehingga kegiatan

    belajar para pelajar tidak terfasilitasi dengan baik. Untuk itu, sebuah alat yang

    sederhana mungkin bisa menjadi solusi untuk masalah tersebut.

    Tindakan yang cepat dapat membantu mengurangi jumlah korban bencana

    alam yang terkena penyakit atau proses belajar tertunda. Sampai saat ini,gagasan

    untuk penanggulangan ini masih minim sehingga penulis tertarik untuk

    memberikan gagasan kursi irit serbaguna untuk penanggulangan bencana alam.Hal ini sangat menarik karena penulis merasa masih sedikit yang memberikan bantuan untuk penanganan pengungsi. Gagasan ini bisa

    dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat menemukan yang lebih efisien dan

    efektif.

    Tujuan penulisan

    a. Memberikan solusi cepat dalam penanganan korban bencana terutama siswa yang masih dalam KBM.

    b. Mencegah pengungsi terjangkit penyakit yang ditimbulkan akibat tidur di lantai.

    c. Memberikan solusi barang serbaguna irit kepada pihak yang berwenang dalam penanganan korban bencana.

  • 3

    GAGASAN

    Kebutuhan pengungsi yang terkadang sering terlewatkan adalah kebutuhan

    fasilitas, misalnya kebutuhan akan kasur. Hasil survei yang dilakukan terhadap

    korban , mereka harus tidur di lantai yang dingin atau hanya beralaskan terpal

    biasa sehingga semakin mengancam kesehatan para pengungsi. Kursi dan meja

    juga menjadi fasilitas yang dibutuhkan oleh pengungsi, khususnya bagi para

    pengungsi yang masih duduk di bangku sekolah. Apabila kebutuhan mereka akan

    kursi dan meja dapat terpenuhi, tentu kegiatan belajar mengajar mereka dapat

    terpenuhi tanpa harus duduk di lantai yang dapat membuat mereka lelah karena

    harus menunduk dalam waktu yang relatif lama. Sebagai contoh kondisi

    pengungsian korban bencana Gunung Merapi. Sebagian besar pengungsi di

    seluruh tempat pengungsian tidur hanya beralaskan tikar dan terpal saja dan

    banyak yang terjangkit penyakit seperti demam, diare, muntaber [2]. Para pelajar

    yang terpaksa ikut mengungsi tidak dapat belajar di pengungsian karena

    terbatasnya tempat dan tidak ada fasilitas yang menunjang kegiatan belajar.

    Contoh lain adalah kondisi pengungsian korban bencana banjir di Wasior.

    Pascabencana, kondisi pengungsi korban banjir di Lapangan Kodim Manokwari,

    Papua Barat, mulai memprihatinkan [3]. Dengan beralaskan terpal dan tikar,

    mereka tidur di tenda-tenda pengungsian yang diisi puluhan pengungsi

    lainnya.Ribuan pengungsi yang ada di Manokwari, Papua mengisi penuh tenda-

    tenda yang telah disediakan pemerintah setempat. Sebuah tenda dihuni sekitar 30

    orang dan mereka hanya tidur beralaskan tikar atau terpal. Para remaja dan anak-

    anak yang bersekolah tidak dapat mengikuti kegiatan di sekolah karena harus

    membantu keluarga mareka di pengungsian. Selain itu, mereka juga tidak dapat

    belajar mandiri karena memang tidak disediakan fasilitas yang menunjang

    kegiatan belajar, seperti meja dan kursi serta lampu penerangan.

    Gambar 1. Kondisi pengungsian Gambar 2. Kondisi pengungsian

    Merapi [4] Wasior [5]

    Solusi yang pernah ditawarkan oleh pemerintah atau pihak pengelola

    pengungsian adalah dengan menyediakan matras dan alas duduk terpal, yang bisa

    kita lihat pada tempat pengungsian pada umumnya. Namun, solusi tersebut

    dianggap masih belum menyelesaikan masalah karena jumlahnya yang sangat

    terbatas. Alas tidur berupa matras juga dianggap belum bisa mnyelesaikan

    kebutuhan pengungsi akan tempat tidur yang layak. Lantai yang lembab dan

    dingin tidak dapat teratasi dengan hanya sebuah matras atau alas duduk terpal

    biasa.

    Gagasan yang kami tawarkan untuk menangani kebutuhan akan fasilitas

    untuk korban bencana adalah kursi lipat irit serbaguna. Keunggulan kursi lipat ini

  • 4

    adalah kursi ini dapat diubah menjadi kasur kemudian kembali menjadi kursi

    bermeja dengan sangat mudah dan praktis. Konstruksi kursi yang sederhana,

    ringkas, dan tidak terlalu berat juga membuat kursi ini mudah dipindahtempatkan,

    sehingga pemakaiannya bisa berulang-ulang. Kursi ini juga hemat tempat karena

    tidak menghabiskan lebih dari luas area sebesar 2 m2. Selain itu kursi ini tidak

    menggunakan sistem elektrik yang berarti hemat energi.

    Kursi ini dirancang dengan meperhatikan Design, Requirements, and

    Objectives, yaitu:

    a. Alat dapat digunakan untuk duduk dengan faktor keamanan > 1,5. b. Alat dapat digunakan untuk tidur dengan faktor keamanan > 1,5. c. Alat dilengkapi dengan meja belajar yang mampu menahan berat

    sebesar 30 kg dengan faktor keamanan > 1,3.

    d. Alat mampu menahan beban untuk satu orang dengan berat maksimal 150 kg.

    e. Alat memiliki penyangga tangan.

    Gambar 3. Posisi tidur

    Gambar 4. Posisi duduk

    Kaki-kaki

    lipat Batang penahan

    kaki

    Alas Kepala

    Alas kaki

    Kaki

    utama

    Alas duduk

    Penyangga

    tangan

    Meja

    Alas Punggung

  • 5

    Gambar 5. Mekanisme batang penahan

    Pada rancangan yang dipilih, ketika posisi duduk alas punggung ditahan

    oleh batang penahan di kanan dan kiri yang dikaitkan pada pengait yang

    terhubung dengan alas duduk. Mekanisme batang penahan ini pun digunakan pada

    sambungan antara alas kaki dan alas duduk ketika posisi tidur. Pada kaki-kaki

    yang digunakan sebagai penopang yang digunakan pada posisi tidur pun

    digunakan sistem batang penahan untuk menahan gaya pada arah tarnsversal kaki-

    kaki sehingga kaki-kaki akan kokoh pada posisinya. Pemasangan dan penglepasan

    kaki-kaki ini dilakukan secara manual oleh pengguna tanpa bantuan mekanisme

    otomatis namun tetap praktis untuk dilakukan.

    Kursi lipat serbaguna ini dapat diaplikasikan untuk para pengungsi di

    pengungsian yang membutuhkan meja sakaligus kasur dengan mudah, praktis,

    dan irit. Mudah karena konstruksi kursi yang sederhana sehingga user friendly

    jadi para pengungsi dapat menggunakan kursi ini sebagai tempat tidur atau

    kebalikannya tanpa mengalami kesulitan. Praktis karena dapat dilipat sehingga

    mudah dipindahtempatkan dan diberikan kepada pengungsi tanpa membutuhkan

    waktu yang lama selain itu tidak memerlukan tempat yang luas untuk

    penyimpanannya . Irit karena dengan adanya kursi lipat sederhana ini, pengungsi

    tidak lagi memerlukan kursi atau kasur terpisah yang justru akan lebih memakan

    tempat dan biaya. Bahkan berdasarkan survey, biaya produksi kursi lipat

    serbaguna ini lebih kecil dibandingkan biaya kursi dan kasur dengan ukuran yang

    hampir sama dengan rincia sebagai berikut.

    Tabel 1. Harga prediksi kursi

    Bahan Material Harga satuan (Rp) Harga (Rp)

    Material pelat Baja karbon AISI 1025 15.000/kg 345.000

    Material pipa AK STEEL 210 60.000/m 120.000

    Material meja Beech wood 20.000/m 20.000

    Sekrup Panjang 3 cm 150/buah 3.000

    Busa Busa 100 x 200 cm 6000/m 36.000

    Total 518.000

  • 6

    Gambar 6. Rangka kursi

    Tabel 2. Harga barang yang dapat diganti per satuan

    Jenis Barang Material Hargasatuan

    (Rp)

    Harga (Rp)

    Kasur Single Busa 70 x 190 cm 350.000 350.000

    Kursi belajar Kayu 60.000 60.000

    Meja sekolah Kayu 125.000 125.000

    Rangka kasur AK STEEL 200.000 200.000

    Total 735.000

    Sumber : Survey di Pasar Baru dan Pasar Balubur Kota Bandung

    Tabel 3. Harga Barang Sejenis

    Jenis Barang Merk Harga (Rp)

    Folding Bed Series Jani 1.299.000

    Relax Sofa Ohio 1.299.000

    Sumber : Survey di toko meubel sekitar Kota Bandung

    Pelat

    datar

    Batang

    penahan

    utama

    pipa

  • 7

    Tabel 4. Spesifikasi alat

    Bahasan Spesifikasi

    Maksimal massa manusia yang bisa

    ditopang

    150 kg

    Maksimal massa benda yang bisa ditopang

    meja

    20 kg

    Dimensi maksimal (posisi tidur) 0,9 m x 2,15 m

    Material pelat Baja karbon AISI 1025

    Material pipa AK STEEL 210

    Material meja Beech wood

    Faktor keamanan kursi (sampai

    berdeformasi plastis)

    1,83 (terkecil: pelat alas duduk)

    Faktor keamanan meja (sampai patah) 1,32 (bagian tumpuan)

    Pemerintah, dalam hal ini pemerintah setempat daerah bencana,

    departemen sosial, menteri koordinator kesejahteraan rakyat, serta lembaga sosial

    masyarakat dapat turut serta dalam pemroduksian dan pendsitribusian kursi ini

    agar dapat langsung diberikan ke pengungsian-pengungsian. Departeman sosial

    dan menteri koordinator kesejahteraan rakyat dapat menyediakan dana kepada

    suatu perusahaan meubel untuk memproduksi kursi lipat serbaguna ini. Selain itu,

    pemerintah daerah dan lembaga sosial masyarakat dapat juga membantu dana dan

    menditribusikan kursi ini ke pengungsian yang membutuhkan. Selain itu,

    pemerintah juga dapat menyimpan kursi ini setelah dipinjami ke suatu tempat

    pengungsian agar kemudian dapat digunakan kembali untuk daerah pengungsian

    yang lain dengan cepat dan tanggap.

    Langkah-langkah yang bisa dilakukan agar pemroduksian gagasan dapat

    terwujud adalah membuat gambar teknik agar kursi dapat diproduksi sehingga

    terbentuk prototype .Penulis menawarkan prototype tersebut ke pihak yang

    berwenang untuk pengadaan kursi ini. Pengadaan kursi ini diharapkan dapat

    menangani masalah bencana alam dengan tanggap.Setelah adanya kerjasama

    dengan pihak yang berwenang, gambar teknik yang sudah jadi diproduksi dengan

    mendatangi produsen yang mau bekerjasama. Adanya penelitian lebih lanjut

    untuk evaluasi akan membuat proses produksi kursi ini bisa lebih baik dan

    berkelanjutan.

  • 8

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kekurangan fasilitas seperti kasur, kursi dan meja di lokasi pengungsian

    yang sempit menjadi salah satu masalah yang harus diatasi secepat mungkin

    karena apabila hal ini tidak diselesaikan dengan cepat, dikhawatirkan akan

    menimbulkan efek domino. Contohnya, saat di lokasi pengungsian tidak tersedia

    kasur, para pengungsi harus tidur di lantai hanya beralaskan terpal. Jika hal

    tersebut berkepanjangan akan memacu para pengungsi terjangkit penyakit. Hal ini

    juga akan terjadi pada pengungsi yang masih bersekolah karena mereka duduk di

    lantai yang kotor atau bahkan becek. Akibatnya, proses belajar-mengajar menjadi

    terganggu.

    Kursi irit serbaguna yang kami gagaskan mampu mengatasi permasalahan

    fasilitas di pengungsian. Kursi irit serbaguna ini selain berfungsi menjadi kursi

    juga bisa menjadi tempat tidur dan meja belajar dengan praktis. Dengan faktor

    keselamatan > 1.5, kursi ini dapat menjamin keamanan penggunanya. Kursi ini

    juga hemat tempat karena tidak menghabiskan lebih dari luas area sebesar 2 m2.

    Selain itu, kursi ini tidak menggunakan sistem elektrik yang berarti hemat energi.

    Berdasarkan tabel harga, kursi irit serbaguna ini terbukti lebih hemat biaya

    dibandingkan harus membeli meja, kursi dan tempat tidur secara terpisah. Jika

    dibandingkan dengan harga barang sejenis, yakni folding bed atau relax sofa,

    kursi lipat ini juga jauh lebih hemat harganya. Perbedaan harga ini dapat

    menghemat biaya pemerintah dalam penanganan korban bencana alam di

    Indonesia.

    Penulis dapat mengirimkan rancangan ini kepada pihak-pihak yang

    berwenang, yakni pemerintah atau lembaga sosial masyarakat yang nantinya

    pihak-pihak tersebut dapat bekerja sama dengan perusahaan atau toko meubel

    dalam memproduksi kursi irit serbaguna. Nantinya, kursi ini dapat didistribusikan

    langsung kepada korban bencana alam sehingga kesulitan para korban bencana

    alam tersebut dapat diatasi dengan cepat.

  • 9

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] Hibbeler, R. C. 2008. Mechanics of Material 7th

    Edition.. Singapore:

    Pearson Education South Asia Pte Ltd.

    [1] Norton, Robert L. 2006. Machine Design 3rd

    Edition. New Jersey:

    Pearson Education Internatonal.

    [2]

    http://www.berita.liputan6.com/daerah/201010/302866/Kondisi.Pengungs

    i.Merapi.Memprihatinkan ( diakses tanggal 22 Februari 2011)

    [3]

    http://www.berita.liputan6.com/liputanpilihan/201010/300555/Kondisi_K

    orban_Wasior_Memprihatinkan ( diakses tanggal 23Februari 2011)

    [3]

    http://www.metrotvnews.com/read/newsvideo/2010/10/23/115575/Ratusan

    -Pengungsi-Wasior-Terserang-ISPA-dan-Malaria ( diakses tanggal 23

    Februari 2011)

    [4] http://www.republika.co.id/berita/breaking-

    news/nusantara/10/10/31/143593-pengungsi-merapi-mulai-jenuh

    [5]

    http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa_lainnya/2010/12/17/brk,2010121

    7-299658,id.html ( diakses tanggal 22 Februari 2011)

  • 10

    RIWAYAT HIDUP PENULIS

    1. Nama : Suci Sansita Susanto Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 27 Januari 1991

    Riwayat Pendidikan : SD PN Sabang Bandung

    SMP Negeri 5 Bandung

    SMA Negeri 3 Bandung

    Teknik Mesin ITB 2009

    Karya Ilmiah : Dampak Internet Terhadap Pelajar SMA di

    Kota Bandung

    Penghargaan Ilmiah : -

    2. Nama : Ikhyan Dwi Kurniawan Tempat dan Tanggal Lahir : Purbalingga, 15 Juni 1991

    Riwayat Pendidikan : SDN 4 Selakambang, Purbalingga

    SMP Negeri 2 Pengadegan

    SMA Negeri 1 Purbalingga

    Teknik Mesin ITB 2009

    Karya Ilmiah : Pengolahan Umbi Suweg Untuk Bahan

    Pangan

    Penghargaan Ilmiah : -

    3. Nama : Muhammad Ikhsan Irfansyah Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 11 Desember 1991

    Riwayat Pendidikan : SDN Pengadilan 5 Bogor

    SMP Negeri 5 Bogor

    SMA Negeri 1 Bogor

    Teknik Mesin ITB 2009

    Karya Ilmiah : Pengaruh IQ dan EQ Dalam Kehidupan

    Mahasiswa

    Penghargaan Ilmiah : -