47
PROPOSAL PENELITIAN I. JUDUL PENELITIAN EFEKTIVITAS PERAWATAN LUKA DENGAN TEKNIK TERTUTUP DAN TEKNIK TERBUKA TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANGAN LILY RUMKIT TK II PELAMONIA MAKASSAR II. RUANG LINGKUP KEPERAWATAN ANAK III. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses dimana seorang ibu melahirkan bayinya. Pada saat bayi baru lahir terjadi proses adaptasi dengan dunia luar yang jauh berbeda dengan keadaan dalam rahim sehingga terjadi perubahan. Akibat perubahan lingkungan dari uterus ke luar uterus, maka bayi baru lahir menerima rangsangan yang bersifat kimiawi, mekanis dan termis. Hasil dari rangsangan ini membuat bayi akan 1

Contoh Penelitian Komparatif

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kj

Citation preview

Page 1: Contoh Penelitian Komparatif

PROPOSAL PENELITIAN

I. JUDUL PENELITIAN

EFEKTIVITAS PERAWATAN LUKA DENGAN TEKNIK TERTUTUP

DAN TEKNIK TERBUKA TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA TALI

PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANGAN LILY RUMKIT TK II

PELAMONIA MAKASSAR

II. RUANG LINGKUP

KEPERAWATAN ANAK

III. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

 Persalinan adalah proses dimana seorang ibu melahirkan bayinya.

Pada saat bayi baru lahir terjadi proses adaptasi dengan dunia luar yang jauh

berbeda dengan keadaan dalam rahim sehingga terjadi perubahan. Akibat

perubahan lingkungan dari uterus ke luar uterus, maka bayi baru lahir

menerima rangsangan yang bersifat kimiawi, mekanis dan termis. Hasil dari

rangsangan ini membuat bayi akan mengalami perubahan metabolisme,

pernafasan, sirkulasi dan lain-lain. Disamping itu bayi dituntut melakukan

metabolisme dan melaksanakan segala sistem tubuhnya sendiri seperti

bernafas, mencerna, eliminasi dan lain – lain yang semula tergantung pada

ibunya (Wiknjosastro H, 2012).

Periode lain adalah terjadinya infeksi terutama pada tali pusat yang

merupakan luka basah dan dapat menjadi pintu masuknya kuman tetanus yang

1

Page 2: Contoh Penelitian Komparatif

sangat sering menjadi penyebab kematian bayi baru lahir. Sebelum terjadi

penutupan anatomik yang sempurna pembuluh darah tali pusat merupakan

tempat masuknya kuman yang paling baik, sehingga bayi mudah menderita

infeksi. Untuk itu perlu dilakukan perawatan tali pusat (Markum A.H, 2005).

Perawatan tali pusat dapat menggunakan tehnik tertutup atau dengan

menggunakan tehnik terbuka. Sampai saat ini di rumah sakit banyak yang

menggunakan tehnik perawatan tertutup yaitu membersihkan tali pusat dengan

alkohol 70 %, luka dikompres kasa alkohol 70 % kemudian ditutup dengan

kassa steril (Cristine, 2003). Dan mulai tahun 2002, sejak adanya pelatihan

APN  mulai dikembangkan tehnik perawatan terbuka dengan membersihkan

tali pusat sampai kering kemudian pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan

terbuka agar terkena udara dan tutup dengan sehelai kassa steril. Kejadian di

lapangan dengan tehnik tersebut proses penyembuhan dan lepasnya tali pusat

berbeda-beda, pelepasan biasanya terjadi dalam 2 minggu pertama dengan

rentang 2 sampai 45 hari (Cuningham, 2005). Namum sampai saat ini belum

ketahui teknik yang paling efektif terhadap penyembuhan luka tali pusat.

 Perawatan tali pusat yang kurang baik dan salah dapat mempengaruhi

lamanya proses pengeringan dan lamanya waktu lepas serta dapat

menyebabkan infeksi  sehingga hal ini tidak efektif terhadap penyembuhan

tali pusat (Cuningham, 2005). Tanda lain yang perlu diwaspadai pada tali

pusat akibat perawatan yang kurang baik adalah adanya tanda kemerahan,

bengkak, keluar cairan, bau busuk dan berdarah. Di Ruangan Lily Rumkit TK

II Pelamonia Makassar bayi baru lahir baik melalui persalinan fisiologis

2

Page 3: Contoh Penelitian Komparatif

ataupun yang pathologis untuk perawatan luka tali pusatnya ada yang

menggunakan  tehnik tertutup mengacu pada protap  yang ada yaitu dengan

kompres basah kasssa alkohol 70%, sedangkan sebagian lagi ada yang 

menggunakan tehnik terbuka tanpa memberikan sesuatu apapun pada tampuk

tali pusat dan  kemudian dibiarkan terbuka tanpa tutup (mengacu pada Buku

acuan Asuhan Persalinan Normal, Depkes, 2008).

 Walaupun belum ditemukan kejadian infeksi tali pusat selama dirawat

di rumah sakit, sampai saat ini dilaporkan rata – rata penyembuhan luka tali

pusat terjadi beberapa hari setelah perawatan dirumah dengan rentang waktu

yang bervariatif. Rata – rata tenaga keperawatan yang bertugas di Perinatologi

belum mengetahui tingkat efektifitas dari kedua perawatan yang dilakukan

pada tali pusat bayi baru lahir . Dan sampai saat ini belum ada penelitian

tentang perawatan ini. Menurut, Cunningham dalam penelitiannya di Inggris

(2005) menyatakan tali pusat mengering lebih cepat dan lepas lebih awal

kalau terbuka, dan karena itu pembalutan tak dianjurkan.

Pusat Pengembangan  Keperawatan Carolus penuliskan dalam

makalah  Pelatihan Managemen Asuhan Kebidanan, bahwa perawatan tali

pusat dengan tehnik terbuka lebih baik karena tali pusat yang tidak tertutup

akan mengering dan puput lebih cepat dengan komplikasi yang sedikit.

Manfaat lain dari perawatan terbuka tentu akan lebih sedikit bahan dan alat

habis pakai yang akan digunakan perawat  yang bertugas, sehingga  akan

menekan biaya yang dikeluarkan rumah sakit. Sedang perawatan tali pusat

tehnik tertutup didasarkan pada kajian literatur yang menyatakan bahwa

3

Page 4: Contoh Penelitian Komparatif

dengan tehnik tertutup akan mencegah terjadinya kontaminasi dengan dunia

luar dan melindungi luka tali pusat dari gesekan, walaupun secara ekonomi

akan lebih banyak bahan dan alat yang diperlukan.

  Adanya berbagai tehnik perawatan tali pusat dan beragamnya alat

dan bahan habis pakai yang digunakan khususnya di Ruangan Lily Rumkit

TK II Pelamonia Makassar dan belum diketahuinya tingkat efektifitas

perawatan tali pusat yang dilakukan terhadap proses penyembuhan, peneliti

mencoba melakukan penelitian tentang  “Efektivitas Perawatan Luka dengan

Teknik Tertutup dan Teknik Terbuka Terhadap Penyembuhan Luka Tali Pusat

Pada Bayi Baru Lahir di Ruangan Lily Rumkit TK II Pelamonia Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah penelitian

ini adalah: Bagaimanakah efektivitas perawatan luka dengan teknik tertutup

dan teknik terbuka terhadap penyembuhan luka tali pusat pada bayi baru lahir

di Ruangan Lily Rumkit TK II Pelamonia Makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi efektivitas perawatan luka dengan teknik tertutup

dan teknik terbuka terhadap penyembuhan luka tali pusat pada bayi baru

lahir di Ruangan Lily Rumkit TK II Pelamonia Makassar.

2. Tujuan Khusus

4

Page 5: Contoh Penelitian Komparatif

a. Mengidentifikasi efektivitas perawatan luka dengan teknik tertutup

terhadap penyembuhan luka tali pusat pada bayi baru lahir di Ruangan

Lily Rumkit TK II Pelamonia Makassar

b. Mengidentifikasi efektivitas perawatan luka dengan teknik terbuka

terhadap penyembuhan luka tali pusat pada bayi baru lahir di Ruangan

Lily Rumkit TK II Pelamonia Makassar

c. Mengidentifikasi perbedaan efektivitas perawatan luka dengan teknik

tertutup dan teknik terbuka terhadap penyembuhan luka tali pusat

pada bayi baru lahir di Ruangan Lily Rumkit TK II Pelamonia

Makassar

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

menjadi sumbangsih dalam perkembangan ilmu keperawatan khususnya

tentang efektivitas perawatan luka dengan teknik tertutup dan teknik

terbuka terhadap penyembuhan luka tali pusat pada bayi baru lahir dan

merupakan salah satu bahan bacaan maupun bahan kajian bagi peneliti

selanjutnya.

2. Manfaat Institusi

Hasil penelitian ini dapat memberi gambaran atau informasi bagi

instansi rumah sakit tentang efektivitas perawatan luka dengan teknik

tertutup dan teknik terbuka terhadap penyembuhan luka tali pusat pada

bayi baru lahir.

5

Page 6: Contoh Penelitian Komparatif

3. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi

peneliti tentang efektivitas perawatan luka dengan teknik tertutup dan

teknik terbuka terhadap penyembuhan luka tali pusat pada bayi baru lahir

dan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di program

S1 keperawatan.

6

Page 7: Contoh Penelitian Komparatif

IV. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Tali Pusat

1. Definisi

Tali pusat dalam istilah medisnya disebut dengan umbilical cord.

Merupakan saluran kehidupan bagi janin selama ia di dalam kandungan.

Sebab semasa dalam rahim, tali pusat inilah yang menyalurkan oksigen

dan makanan dari plasenta ke janin yang berada di dalamnya. Begitu janin

dilahirkan, ia tidak lagi membutuhkan oksigen dari ibunya, karena bayi

mungil ini sudah dapat bernapas sendiri melalui hidungnya. Karena sudah

tak diperlukan lagi maka saluran ini harus dipotong dan dijepit atau diikat

(Wibowo, 2008).

2. Fisiologi tali pusat

Diameter tali pusat antara 1-2,5 cm, dengan rentang panjang antara

30- 100 cm, rata-rata 55 cm, terdiri atas alantoin yang rudimenter, sisa-sisa

omfalo mesenterikus, dilapisi membrana mukus yang tipis, selebihnya

terisi oleh zat seperti agar-agar sebagai jaringan penghubung mukoid yang

disebut whartor. Setelah tali pusat lahir akan segera berhenti berdenyut,

pembuluh darah tali pusat akan menyempit tetapi belum obliterasi. Kerena

itu tali pusat harus segera dipotong dan diikat kuat-kuat supaya pembuluh

darah tersebut oklusi serta tidak perdarahan (Christine, 2005).

Pembuluh darah umbilikalis tertanam dalam subtansi gelatinosa

yang dikenal dengan nama jeli Wharton. Jeli ini melindungi pembuluh

darah arteri umbilikalis dan vena umbilikalis terhadap kompresi (tekanan)

7

Page 8: Contoh Penelitian Komparatif

dan membantu pencegahan penekukan tali pusat. Jeli Wharton akan

mengembang jika terkena udara. Kekuatan aliran darah (± 400 ml per

menit) lewat tali pusat membantu mempertahankan tali pusat dalam posisi

relatif lurus dan mencegah terbelitnya tali pusat tersebut ketika janin

bergerak-gerak. (Sodikin, 2009).

Tali pusat dikelilingi oleh jeli wharton yang sebagian besar terdiri

atas air. Permukaan tali pusat berwana putih kusam, lembab, dan tertutup

amnion. Jeli wharton ini merupakan substansi tebal, sebagai bantalan fisik,

mencegah tertekuknya tali pusat dan gangguan pembuluh darah. Arteri

umbilikalis membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen dan

vena umbilikalis membawa darah yang banyak mengandung oksigen.

Darah dari janin mengalir melalui arteri umbilikalis ke plasenta,

selanjutnya karbondioksida dan sisa metabolisme dibuang. Vena tali pusat

membawa oksigen dan makanan ke janin. Arteri umbilikalis mempunyai

kontraksi yang kuat sedangkan vena umbilikalis kemampuan kontraktilnya

lebih kecil, sehingga setelah lahir vena umbilikalis tetap mempunyai

lumen yang cukup besar (Wibowo, 2008).

Tempat lekat tali pusat pada plasenta normalnya adalah sedikit

diluar titik tengah (insetion paracentral), lebih keluar sedikit mendekati

tepi plasenta (insertion lateral), tepat pada tepi plasenta (insertion

marginal). Tempat- tempat lekat tersebut tidak mempunyai arti klinis atau

tanda adanya kelainan, tapi pada kehamilan kembar atau ganda tempat

lekat tali pusat biasanya adalah insertion velamentosa yaitu tempat lekat

8

Page 9: Contoh Penelitian Komparatif

tali pusat barada pada selaput janin. Pada insertion velamentosa tali pusat

dihubungkan dengan plasenta oleh pembuluh-pembuluh darah yang

berjalan dalam selaput janin. Bila pembuluh darah tersebut berjalan

didaerah ostium uteri internum disebut dengan istilah vasa previa. Gejala

yang akan terlihat adalah perdarahan segera setelah ketuban pecah

(Sodikin, 2009).

Abnormalitas tali pusat memiliki korelasi yang tinggi dengan

anomali janin. Tali pusat pendek adalah tali pusat yang memiliki panjang

rata-rata (50 cm-55 cm). Tali pusat yang pendek, meskipun tidak lazim,

dapat merupakan faktor penyebab kegagalan janin untuk turun. Keadaan

ini bahkan dapat menyebabkan abrupsio plasenta, hernia umbilikalis,

gawat janin, ruptur tali pusat, distosia bahu, atau kombinasi hal-hal

tersebut. Tali pusat dengan panjang yang berlebihan lebih umum

ditemukan daripada tali pusat yang lebih pendek. Keadaan ini tidak

memiliki makna tertentu, akan tetapi tali pusat berukuran panjang

memiliki makna klinis jika tali pusat tersebut menggulung melilit tubuh

atau leher bayi sehingga menyebabkan tali pusat berukuran pendek. Tali

pusat juga dapat menggulung sehingga membentuk simpul atau

mengalami prolaps di depan bagian presentasi (Helen Varney, 2007).

B. Tinjauan Tentang Pemotongan, pengikatan/ penjepitan tali pusat

Pada manajemen aktif persalinan kala tiga, tali pusat segera dijepit dan

dipotong setelah persalinan. Ini dilakukan untuk memungkinkan untuk

intervensi manajemen aktif yang lain. Pada manajemen menunggu, penjepitan

9

Page 10: Contoh Penelitian Komparatif

tali pusat biasanya dilakukan setelah tali pusat berhenti berdenyut. (Sodikin,

2009). Memotong tali pusat dengan menggunakan klem DTT, lakukan

penjepitan tali pusat dengan klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut

(pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari

kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu (agar darah tidak terpancar pada

saat pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm

dari tempat jepitan pertama pada sisi atau mengarah ke ibu. Pegang tali pusat

di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil

melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara kedua klem

tersebut dengan menggunakan gunting disinfeksi tingkat tinggi atau steril

(Depkes, 2008).

Selama dalam kandungan, bayi manerima makanannya melalui tali

pusat. Tali pusat terdiri dari pembuluh darah arteri dan satu pembuluh darah

balik atau vena. Darah yang kaya nutrisi dan oksigen masuk ke pembuluh

darah bayi melalui pembuluh darah vena plasenta melalui kedua pembuluh

darah arteri. Dengan demikian, tali pusat merupakan saluran kehidupan janin

selama 9 bulan. Setelah lahir, saluran ini tidak lagi diperlukan. Untuk itu ia

akan dipotong dan diikat atau dijepit dengan alat khusus (Bobak, 2004).

Pengobatan dan pengikatan tali pusat menyebabkan pemisahan fisik

terakhir antara ibu dengan bayi. Waktu pemotongan tali pusat tergantung dari

pengalaman seorang ahli kebidanan. Pemotongan sampai denyut nadi tali

pusat terhenti dapat dilakukan pada bayi normal, sedangkan pada bayi gawat

pemotongan tali pusat secepat mungkin agar dapat dilakukan resusitasi

10

Page 11: Contoh Penelitian Komparatif

sebaik-baiknya. Setelah tali pusat dipotong dilakukan pengikatan tali pusat

dengan beberapa cara seperti dibawah ini (Depkes, 2008):

1. Alat penjepit plastik yang kusus dibuat untuk tali pusat dan dapat dibuang

kemudian (disposible), dipasang 1 cm dibawah alat penjepit yang sudah

dipasang lebih dahulu. Alat penjepit plastik ini tetap memberi takanan

pada tali pusat walaupun selei wharton (wharton jelly) mengkerut dan

kemudian dibuang bersama lepasnya tali pusat.

2. Pita dari bahan nilon yang sangat kuat dan yang disimpan dalam bungkus

plastik steril diikatkan rangkap pada tali pusat seerat-eratnya sehingga

tidak mudah lepas dan terus menekan tali pusat, walaupun selai wharton

sudah kering. Pita ini dibuang bersamaan dengan lepasnya tali pusat.

3. Benang diikat kuat dengan ikatan rangkap pada tali pusat. Pengikatan

dengan benang katun steril ini tidak menjamin penekanan yang terus

menerus pada tali pusat. Walaupun pada permulaannya ikatan sudah baik

tetapi karena tali pusat mengkerut, ikatan menjadi longgar dan

memungkinkan dilakukan observasi yang berulang-ulang pada

waktu-waktu tertentu selama 48 jam. Perdarahan tidak mungkin terjadi

pada pemakaian alat penjepit plastik dan pita dari nilon oleh karena

terjadi penekanan yang terus menerus pada tali pusat.

C. Mekanisme Lepasnya Tali Pusat

Ketika neonatus pertama kali tiba di ruang perawatan, sekitar 5 cm tali

pusat biasanya masih terdapat pada abdomen dengan beberapa tipe

penjepitan. Setelah beberapa hari tali pusat mengkerut dan menghitam.

11

Page 12: Contoh Penelitian Komparatif

Kemudian setelah beberapa hari atau minggu tali pusat akan lepas dengan

sendirinya, meninggalkan area kecil yang bergranulasi, dan biasanya

menghilang. Jaringan parut yang kecil dan kontraktur disebut umbilikalis.

(Sodikin, 2009).

Tali pusat dijadikan tempat koloni bakteri yang berasal dari

lingkungan sekitar. Pada bayi yang ditrawat di rumah sakit bakteri S aureus

adalah bakteri yang sering dijumpai yang berasal dari sentuhan perawat bayi

yang tidak steril. Pengetahuan tentang faktor yang menyebabkan terjadinya

kolonisasi bakteri pada tali pusat sampai saat ini belum diketahui pasti.

Selain S aerus, bakteri E colli dan B streptococci juga sering dijumpai

berkoloni pada tali pusat.

Pemisahan yang terjadi antara pusat dan tali pusat dapat disebabkan

oleh keringnya tali pusat atau diakibatkan oleh terjadinya inflamasi karena

terjadi infeksi bakteri. Pada proses pemisahan secara normal jaringan yang

tertinggal sangat sedikit, sedangkan pemisahan yang diakibatkan oleh infeksi

masih menyisakan jaringan dalam jumlah banyak yang disertai dengan

timbulnya abdomen pada kulit. Setelah bayi lahir tali pusat dipotong, secara

mendadak tali pusat tidak mendapat aliran darah, akan menjadi kering.

Pengeringan dan pelepasan tali pusat dipermudah karena terpapar udara.

Hilangnya air dari jeli wharton menyebabkan mumifikasi tali pusat segera

setelah bayi lahir. Dalam 24 jam warna putih tali pusat menghilang dan

berubah menjadi kuning kecoklatan dan mengering atau kehitaman kering

dan kaku (ganggren kering). Jaringan tali pusat yang mengalami devitalisasi

12

Page 13: Contoh Penelitian Komparatif

merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman-kuman, terutama

bila tali pusat dalam keadaan lembab dan perawatannya tidak bersih (Wijaya

R, 2006).

Sisa potongan tali pusat menjadi sebab utama terjadinya infeksi pada

bayi baru lahir. Kondisi ini dapat dicegah dengan membiarkan tali pusat

tetap kering dan bersih. Pemisahan yang terjadi diantara pusat dan tali

pusat disebabkan oleh keringnya tali pusat atau diakibatkan oleh terjadinya

inflamasi karena terjadi infeksi bakteri. Pada proses pemisahan secara

nominal jaringan dalam jumlah banyak yang disertai dengan timbulnya

abdomen pada kulit (Wijaya R, 2006).

Sebelum luka sembuh merupakan jalan masuk untuk infeksi, yang

dapat dengan cepat menyebabkan sepsis. Pengenalan dan pengobatan secara

dini infeksi tali pusat sangat penting untuk mencegah sepsis. Jika tali pusat

bengkak, mengeluarkan nanah, atau berbau busuk, tapi kemerahan dan

pembengkakan terbatas pada daerah < 1 cm disekitar pangkal tali pusat

disebut sebagai infeksi tali pusat lokal atau terbatas. Jika kulit disekitar tali

pusat merah dan mengeras atau bayi mengalami distensi abdomen disebut

infeksi tali pusat berat atau meluas (Helen, 2007).

Lama penyembuhan tali pusat dikatakan cepat jika kurang dari 5

hari,normal jika antara 5 sampai dengan 7 hari, dan lambat jika lebih dari 7

hari. Lepasnya tali pusat selain dipengaruhi oleh perawatan tali pusat dengan

menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih juga dipengaruhi kepatuhan

ibu untuk membersihkan tali pusat setiap hari. Kebersihan saat merawat tali

13

Page 14: Contoh Penelitian Komparatif

pusat dan frekuensi mengganti popok setiap kali popok kotor dan basah

(Helen, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya pelepasan tali pusat

(Solihin, 2009):

1. Cara perawatan Tali pusat, penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang

dibersihkan dengan air, sabun dan di tutup dengan kassa steril cenderung

lebih cepat puput (lepas) daripada tali pusat yang dibersihkan dengan

alcohol.

2. Kelembaban tali pusat, tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan

apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat

puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi.

3. Kondisi sanitasi lingkungan sekitar neonatus, Spora C. tetani yang masuk

melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak

memenuhi syarat kebersihan.

4. Timbulnya infeksi pada tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang

tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat

dengan bambu/gunting yang tidak steril, atau setelah dipotong tali pusat

dibubuhi abu, tanah, minyak daun-daunan, kopi dan sebagainya.

D. Tinjauan Tentang Perawatan Tali Pusat

Menurut kamus Bahasa indonesia, perawatan adalah proses perbuatan,

cara merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan. Tali pusat atau umbilikal

court adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan.

Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10

14

Page 15: Contoh Penelitian Komparatif

hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen kejanin. Tetapi begitu lahir, saluran

ini sudah tidak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau

dijepit. Jadi, perawatan tali pusat adalah perbuatan merawat atau memelihara

pada tali pusat bayi setalah tali pusat dipotong sampai sebelum puput

(Barbara, 2012).

Tujuan perawatan tali pusat untuk menjaga agar tali pusat tetap kering

dan bersih, mencegah infeksi pada bayi baru lahir, membiarkan tali pusat

terkena udara agar cepat kering dan lepas. Cara persalinan yang tidak steril

dan cara perawatan tali pusat dengan pemberian ramuan tradisional

meningkatkan terjadinya tetanus pada bayi baru lahir (Wijaya R, 2006).

Perawatan tali pusat secara intensif diperkenalkan pada tahun 1950-an

sampai dengan tahun 1960-an dimana pada saat itu angka infeksi pada proses

kebidanan sangat tinggi. Akan tetapi pada beberapa Negara berkembang

masih sering dijumpai terjadinya infeksi tali pusat walaupun antiseptic jenis

baru telah diperkenalkan. Selain infeksi, pendarahan pada tali pusat juga

dapat berakibat fatal. Akan tetapi pendarahan dapat dicegah dengan

melakukan penjepitan tali pusat dengan kuat dan pencegahan infeksi.

Peralatan yang digunakan dalam pemotongan tali pusat juga sangat

berpengaruh dalam timbulnya penyulit pada tali pusat. Saat dipotong tali

pusat terlepas dari suplai darah dari ibu. Tali pusat yang menempel pada

pusat bayi lama kelamaan akan kering dan terlepas. Pengeringan dan

pemisahan tali pusat sangat dipengaruhi oleh aliran udara yang mengenainya.

Jaringan pada sisa tali pusat dapat dijadikan tempat koloni oleh bakteri

15

Page 16: Contoh Penelitian Komparatif

terutama jika dibiarkan lembab dan kotor. Sisa potongan tali pusat menjadi

sebab utama terjadinya infeksi pada bayi baru lahir. Kondisi ini dapat dicegah

dengan membiarkan tali pusat kering dan bersih. Infeksi tali pusat pada

dasarnya dapat dicegah dengan melakukan perawatan tali pusat yang baik

dan benar, yaitu dengan prinsip perawatan kering dan bersih. Pemakaian

antimikrobial topikal pada perawatan tali pusat dapat mempengeruhi waktu

pelepasan tali pusat, yaitu merusak flora normal sekitar tali pusat sehingga

memperlambat pelepasan tali pusat. (Wijaya R, 2006).

Perawatan tali pusat sebenarnya sederhana, yang penting pastikan tali

pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering. Selalu mencuci tangan

dengan air bersih dan sabun sebelum membersihkan tali pusat. Selama ini

standar perawatan tali pusat yang diajarkan oleh tenaga medis kepada orang

tua baru adalah membersihkan atau membasuh tali pusat dengan alkohol.

Selama tali pusat belum puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara

celupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat. Alasannya untuk

menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang harus dibersihkan adalah

pangkal tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini, harus

sedikit mengangkat (bukan menarik tali pusat). Sisa air menempel pada tali

pusat dapat dikeringkan dengan kain kassa steril atau kapas, setelah itu

keringkan tali pusat (Permatasari, 2009).

Perawatan praktis lainnya yang mungkin dapat mengurangi timbulnya

risiko terjadinya infeksi tali pusat adalah dengan cara rawat gabung dan

kontak langsung kulit bayi dan ibunya mulai lahir, agar bayi mendapatkan

16

Page 17: Contoh Penelitian Komparatif

pertumbuhan flora normal dari ibunya yang sifatnya non patogen. Pemberian

air susu ibu yang dini dan sering akan memberikan antibodi kepada bayi

untuk melawan infeksi. Pemberian antiseptik pada tali pusat mungkin tidak

diperlukan, karena resiko terjadinya kontaminasi adalah kecil, yang penting

dijaga kebersihannya. Berbeda dengan bayi yang dirawat di rumah sakit.

Menggunakan antiseptik mungkin diperlukan untuk mengurangi terjadinya

infeksi pada tali pusat (Wijaya R, 2006).

Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal tali pusat,

bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini, harus sedikit mengangkat

(bukan menarik) tali pusat. Sisa air yang menempel pada tali pusat dapat

dikeringkan dengan menggunakan kain kasa steril atau kapas. Setelah itu

kering anginkan tali pusat. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali

dalam sehari. Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun,

karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya

tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup,

tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali pusat dengan kain kasa

steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan

leluasa. Bila akan menggunakan popok sekali pakai, pilihlah yang memang

khusus untuk bayi baru lahir (yang ada lekukan di bagian depan). Dan

jangan mengenakan celana atau jump-suit. Sampai tali pusatnya puput,

kenakan saja popok dan baju atasan. Bila akan menggunakan popok kain,

jangan masukkan baju atasannya ke dalam popok. Intinya adalah

17

Page 18: Contoh Penelitian Komparatif

membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat mengering dan lepas

(Paisal, 2008).

Prinsip perawatan tali pusat yang direkomendasikan WHO adalah

berdasarkan prinsip aseptik,sedangkan prinsip perawatan tali pusat menurut

WHO (1998 dalam Depkes, 2008) dibedakan menjadi dua yaitu perawatan

tradisional dan perawatan tali pusat secara medis.

1. Perawatan tradisional

Lebih kuranng 2/3 proses persalinan di negara berkembang terjadi

diluar fasilitas kesehatan dan hanya 1/2 ibu-ibu tersebut melahirkan

bayi ditolong oleh dukun terlatih. Disamping itu banyak cara-cara

tradisional untuk merawat tali pusat yang diyakini oleh masyarakat

setempat secara turun temurun, misalnya dengan mengoleskan ASI

(Kenya), mengoleskan minyak ghee (India) dan mengikat perut

(Amerika Latin, Asia). Cara perawatan tradisional tersebut sebagian

merugikan namun ada juga yang tidak merugikan bagi kesehatan.

2. Perawatan tali pusat secara medik

a. Di berbagai institusi kesehatan tersedia banyak peralatan untuk

mangikat tali pusat, tetapi belum ada penelitian untuk menguji

efektifitasnya. Tali pengikat dari plastik merupakan salah satu

pilihan yang cukup efektif untuk mengikat tali pusat disamping

mudah digunakan, tatapi harganya cukup mahal dan kadang-kadang

tidak selalu tersedia.

18

Page 19: Contoh Penelitian Komparatif

b. Alat pemotong tali pusat harus tajam dan steril seperti silet atau

gunting. Penggunaan instrumen yang tumpul dapat menimbulkan

perdarahan akibat trauma yang cukup luas.

c. Panjang tali pusat yang disisakan sehabis dipotong dianjurkan 2-3

cm. Beberpa penelitian menganjurkan sisa panjang tali pusat 3-4 cm

dari dinding abdomen untuk mencegah terikatnya sebagian gud

yang masuk ke umbilikus walaupun kasusnya jarang. Bila putung

tali pusat terlalu panjang dikawatirkan sulit menjaga kebersihan

disamping mudah terkena feses dan air kencing bayi.

d. Sesudah diikat dan dipotong putung tali pusat tidak ditutup agar

terpapar udara untuk mempercepat proses pengeringan dan mecegah

kelembaban.

e. Penggunaan alkohol, powder atau antimikroba untuk perawatan tali

pusat masih sering dikerjakan di berbagai negara walaupun belum

terbukti efektifitasnya.

f. Bahaya lain yang ditakutkan ialah infeksi. Untuk menghindari

infeksi tali pusat yang dapat menyebabkan sepsis, menginitis, dan

lain-lain maka ditempat pemotongan dan pangkal tali pusat serta 2,5

cm disekitar pusat diberi obat antiseptik. Selanjutnya tali pusat

dirawat dalam keadaan steril/bersih dan kering.

Perawatan tali pusat dengan kassa steril menurut Saifudin (2012) :

1. Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena

udara dan ditutupi dengan kain bersih (kassa steril) secara longgar.

19

Page 20: Contoh Penelitian Komparatif

2. Lipat popok dibawah sisa tali pusat.

3. Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja cuci dengan sabun dan air

bersih lalu keringkan.

Perawatan tali pusat dilakukan secara bersih tidak menganjurkan

untuk mengoleskan bahan atau ramuan apapun pada puntung tali pusat.

Perawatan tali pusat yang dilakukan secara rutin manggunakan air dan

dikeringkan menggunakn air bersih ini, tidak menyebabkan

peningkatan infeksi serta merupakan salah satu cara yang paling efektif

untuk perawatan tali pusat (Depkes, 2008) .

Perawatan tali pusat dengan menggunakan kassa alkohol 70%

1. Cuci tangan bersih-bersih dengan sabun.

2. Ambil kapas bulat atau kapas bertangkai yang telah dibubuhi alkohol

70%, lalu bersihkan sisa tali pusar, terutama bagian pangkalnya (yang

menempel pada perut).

3. Lakukanlah dengan hati-hati, apalagi bila pusar bayi masih berwarna

merah.

4. Gunakan jepitan khusus dari plastik untuk 'memegang' ujung tali

pusarnya, agar lebih mudah dalam membersihkan dan melilitkan

perbannya.

5. Rendam perban/kasa steril dalam alkohol 70%, lalu bungkus sisa tali

pusar. Usahakan agar seluruh permukaan hingga ke pangkalnya tertutup

perban.

6. Lilitkan perban/kassa sedemikian rupa agar bungkusan tidak terlepas.

20

Page 21: Contoh Penelitian Komparatif

7. Pastikan tidak terlalu ketat, agar bayi tidak kesakitan..

Perawatan tali pusat menurut asuhan persalinan normal (Depkes, 2008) :

1. Jangan membungkus putung tali pusat atau perut bayi atau mengoleskan

cairan atau bahan apapun ke putung tali pusat.

2. Mengoleskan alkohol atau betadin (terutama jika pemotongan tali pusat

tidak terjamin DTT atau steril) masih diperkenankan tetapi tidak

dikompreskan karena menyebabkan basah/lembab.

3. Lipat popok dibawah putung tali pusat

4. Jika putung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT/steril

dan sabun kemudian segera keringkan secara seksama dengan

menggunakan kain bersih.

5. Segera mencari bantuan jika pusat menjadi merah, bernanah/berdarah,

atau berbau

Tali pusat dijadikan tempat koloni bakteri yang berasal dari

lingkungan sekitar. Pada bayi yang dirawat di rumah sakit bakteri S aureus

adalah bakteri yang sering dijumpai yang berasal dari sentuhan perawat

bayi yang tidak steril. Pengetahuan tentang faktor yang menyebabkan

terjadinya kolonisasi bakteri pada tali pusat sampai saat ini belum diketahui

pasti. Selain S aerus, bakteri E colli dan B streptococci juga sering dijumpai

berkoloni pada tali pusat. Pemisahan yang terjadi antara pusat dan tali pusat

dapat disebabkan oleh keringnya tali pusat atau diakibatkan oleh terjadinya

inflamasi karena terjadi infeksi bakteri. Pada proses pemisahan secara

normal jaringan yang tertinggal sangat sedikit, sedangkan pemisahan yang

21

Page 22: Contoh Penelitian Komparatif

diakibatkan oleh infeksi masih menyisakan jaringan dalam jumlah banyak

yang disertai dengan timbulnya abdomen pada kulit. Tetanus neonatorum

sebagai salah satu penyebab kematian, sebenarnya dapat dengan mudah

dihindari dengan perawatan tali pusat yang baik, dan pengetahuan yang

memadai tentang cara merawat tali pusat (Sodikin, 2009).

22

Page 23: Contoh Penelitian Komparatif

V. KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Berdasarkan uraian pada tinjauan kepustakaan, maka peneliti

mencoba memaparkan variabel dalam penelitian ini, yaitu:

1. Perawatan tali pusat

Tujuan perawatan tali pusat untuk menjaga agar tali pusat tetap kering dan

bersih, mencegah infeksi pada bayi baru lahir, membiarkan tali pusat

terkena udara agar cepat kering dan lepas.

a. Teknik tertutup

Perawatan teknik tertutup dimaksudkan untuk mencegah pemaparan

mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi yang

dapat memperlambat pelepasan tali pusat.

b. Teknik terbuka

Perawatan teknik terbuka dimaksudkan agar terkena udara supaya

cepat kering dan mempercepat pelepasan tali pusat.

2. Penyembuhan tali pusat

Setelah bayi lahir tali pusat dipotong, secara mendadak tali pusat tidak

mendapat aliran darah, akan menjadi kering. Pengeringan dan pelepasan

tali pusat dipermudah karena terpapar udara. Hilangnya air dari jeli

wharton menyebabkan mumifikasi tali pusat segera setelah bayi lahir.

B. Kerangka Konsep

Secara rinci dasar pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat pada

bagan berikut ini:

23

Page 24: Contoh Penelitian Komparatif

Perawatan Luka:Teknik TerbukaTeknik Tertutup

Penyembuan Luka Tali Pusat

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

C. Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan efektivitas perawatan luka dengan teknik tertutup dan teknik

terbuka terhadap penyembuhan luka tali pusat pada bayi baru lahir di Ruangan

Lily Rumkit TK II Pelamonia Makassar.

D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Perawatan tali pusat

a. Teknik tertutup

Perawatan tali pusat teknik tertutup dalam penelitian ini adalah

perawatan tali pusat dengan menggunakan kapas alkonol dan tali

pusat dibungkus dengan menggunakan kasa steril setelah

dimandikan pada pagi dan sore hari yang dilakukan oleh petugas

ruangan

b. Teknik terbuka

Perawatan tali pusat teknik terbuka dalam penelitian ini adalah

perawatan tali pusat dengan menggunakan kapas alkohol 70% dan

tali pusat dibiarkan terbuka dan tidak dibungkus kasa setelah

24

Page 25: Contoh Penelitian Komparatif

dimandikan pada pagi dan sore hari yang dilakukan oleh petugas

ruangan

2. Penyembuhan luka tali pusat

Penyembuhan luka tali pusat dalam penelitian ini adalah lama waktu

yang dibutuhkan dalam perawatan tali pusat sampai tali pusatnya terlepas

dengan rata-rata waktu pelepasan pada hari ke-5 sampai hari ke-7.

25

Page 26: Contoh Penelitian Komparatif

VI. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan melihat

perbandingan penyembuhan luka tali pusat dengan teknik terbuka dan teknik

tertutup yang dilakukan oleh petugas ruangan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini akan dilakukan di Ruangan Lily Rumkit TK II Pelamonia

Makassar.

2. Waktu

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari 2014.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Semua bayi yang lahir hidup di Ruangan Lily Rumkit TK II

Pelamonia Makassar rata-rata kelahiran 30 bayi/bulan.

2. Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling yaitu penentuan sampel dengan mengambil sampel

berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan kriteria peneliti dengan

jumlah responden 30 bayi yang terdiri atas 15 responden yang dirawat

dengan teknik terbuka dan 15 bayi yang dirawat dengan teknik tertutup.

a. Kriteria Inklusi :

1) Bayi baru lahir sehat dan normal.

26

Page 27: Contoh Penelitian Komparatif

2) Orang tua bayi baru lahir yang bersedia menjadi responden.

3) Bayi baru lahir di yang memiliki berat badan lahir 2500-4000

gram.

b. Kriteria Eksklusi :

1) Bayi baru lahir yang meninggal.

2) Bayi baru lahir di yang memiliki berat badan lahir kurang dari

2500 gram.

3) Orang tuanya menolak berpartisipasi dalam penelitian

D. Pengumpulan Data

Data yang dikumpul adalah data primer dengan mengambil data

langsung dari responden dengan menggunakan lembar observasi yang telah

dibuat sendiri oleh peneliti yang berisi waktu lepas tali pusat pusat (dalam

hari) dengan menggunakan teknik terbuka dan menggunakan teknik tertutup

yang dililitkan pada tali pusat bayi setelah mandi pagi dan sore hari.

E. Pengolahan Data

Data yang diperoleh kemudian diolah, sedangkan penyajian datanya

dilakukan dalam bentuk table distribusi frekuensi dengan presentasi dan

pengolahan tabel. Sebelum data diolah secara sistematik terlebih dahulu

dinyatakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Seleksi

Hal ini bertujuan untuk mengklasifikasi data yang telah masuk

menurut kategori.

27

Page 28: Contoh Penelitian Komparatif

2. Editing

Merupakan langkah pemeriksaan ulang atau pengecekan jumlah dan

kelengkapan pengisian lembar observasi, apakah setiap pertanyaan sudah

dijawab dengan tepat. Artinya setelah lembar observasi diisi kemudian

dikumpulkan dalam bentuk data, dilakukan pengecekan dengan memeriksa

kelengkapan data, kesinambungan dan keseragaman data.

3. Koding

Setelah data masuk, setiap jawaban dikonversi atau disederhanakan

ke dalam angka-angka atau symbol-simbol tertentu sehingga memudahkan

dalam pengolahan data selanjutnya.

4. Tabulasi

Pengelompokan data ke dalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang

dimiliki, kemudian data dianalisa secara statistik.

F. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase

dari tiap variabel yang diteliti.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariate dilakukan untuk melihat perbedaan efektivitas

perawatan luka dengan teknik tertutup dan teknik terbuka terhadap

penyembuhan luka tali pusat pada bayi baru lahir di Ruangan Lily Rumkit

28

Page 29: Contoh Penelitian Komparatif

TK II Pelamonia Makassar dengan menggunakan uji statistik Independen

sample T- Test dengan menggunakan komputer program SPSS. Analisa

data dilakukan dengan bantuan komputer dengan nilai batas kemaknaan α

= 0,05 yang artinya. Artinya bila hasil uji statistik menunjukkan p< 0,05

maka Ha diterima sehingga ada perbedaan yang bermakna antara variabel

independen yang diteliti dengan variabel dependen. Sedangkan bila nilai

p> 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima sehingga tidak ada perbedaan

yang bermakna antar variabel independen yang diteliti dengan variabel

dependen.

Adapun rumus Independent sample T Test sebagai berikut (Sugiyono,

2008):

Keterangan :

Xa = rata-rata kelompok a

Xb = rata-rata kelompok b

Sp = Standar Deviasi gabungan

Sa = Standar deviasi kelompok a

Sb = Standar deviasi kelompok b

na = banyaknya sampel di kelompok a

nb = banyaknya sampel di kelompok b

29

Page 30: Contoh Penelitian Komparatif

G. Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat adanya

rekomendasi dari institusinya atas pihak lain dengan mengajukan permohonan

izin kepada institusi / lembaga tempat penelitian dan dalam pelaksanaan

penelitian tetap memperhatikan masalah etik meliputi :

1. Informed Consent

Lembar persetujuan yang diberikan pada responden yang akan

diteliti yang memenuhi kriteria inklusi.

2. Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.

3. Confidentiality

Kerahasiasan informasi dari responden dijamin, peneliti hanya

melaporkan data tertentu sebagai hasil penelitian.

30

Page 31: Contoh Penelitian Komparatif

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, L & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas (Edisi 4). Jakarta: EGC.

Ganong,William F. (2007). Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Ed.20. EGC. Jakarta

Hidayat, A. A, (2007), Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Salemba Medika: Jakarta.

Sugiyono, 2008, Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung

Supriyanik F dan Handayani S. (2012) Perbedaan Perawatan Tali Pusat Dengan Menggunakan ASI Dan Dengan Kassa Kering Terhadap Lama Pelepasan Tali Pusat Bayi Baru Lahir Di BPS Endang Purwati Yogyakarta, jurnal kesehatan sodara ilmu, Volume 03, Nomor 02, Juli 2012

Chamberlain, G., 2012, ABC Asuhan Persalinan, Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC.

Cunningham, F. G. (2005) Obstrerti Williams alih bahasa: Huriawati Hartono. Jakarta. EGC

Markum, A. H. (2005). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FK UI

Wiknjosastro, H. (2012) Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Christine. H. (2005). Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC.

Wibowo. N., Saifuddin B. A. (2008) Plasenta, Tali Pusat, Selaput Janin dan Cairan Amnion. Kuliah Obstetri Ginekologi. Jakarta : FKUI.

Helen, Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta : EGC

Depkes RI (2008). Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR, Jakarta. 

Sodikin, 2009, Perawatan Tali Pusat, EGC: Jakarta

Permatasari, D. (2009) Perbedaan Lama Pelepasan Tali Pusat antara Perawatan Tertutup dengan yang dibiarkan Terbuka. Jakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Disertasi.

31

Page 32: Contoh Penelitian Komparatif

Paisal. 2008. Perawatan tali pusat. http://ereasoft.files.wordpress.com. Diakses 22 Januari 2014

Wijaya, R. 2006. Perbedaan Lama Pelepasan Tali Pusat Pada BBLR yang Dirawat Menggunakan Air Steril dibanding dengan alkohol 70%. Yogyakarta, RSUP Dr. Sardjito. Disertasi.

32