28
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Tuberkulosis (TB) Kami menyadari bahwa makalah ini belum maksimal dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharap masukan, kritikan dan saran para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, semoga amal baik semua pihak diterima oleh Allah dan mendapatkan balasan darinya dengan pahala yang setimpal dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan juga bagi pembaca sekalian.Amin. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. surabaya, Oktober 2013 Definisi TBC paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkin paru-paru dan disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (Somantri,2009). Sementara itu, Junaidi (2010) menyebutkan tuberkulosis (TB) sebagai suatu infeksi akibat Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru dengan gejala yang sangat bervariasi.

Contoh Makalah TB

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ksjfijsghuyfmnjh

Citation preview

Page 1: Contoh Makalah TB

KATA PENGANTAR

                                                                                                 Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Tuberkulosis (TB)                                 Kami menyadari bahwa makalah ini belum maksimal dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharap masukan, kritikan dan saran para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya, semoga amal baik semua pihak diterima oleh Allah dan mendapatkan balasan darinya dengan pahala yang setimpal dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan juga bagi pembaca sekalian.Amin.

                            Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

                                                                                               surabaya,  Oktober 2013

        DefinisiTBC paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkin paru-paru dan disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (Somantri,2009).Sementara itu, Junaidi (2010) menyebutkan tuberkulosis (TB) sebagai suatu infeksi akibat Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru dengan gejala yang sangat bervariasi.Irman Somantri,Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan pasa sistem Pernapasan (Jakarta: Salemba Medika, 2009)Iskandar Junaidi, Penyakit Paru dan Saluran Napas (Jakarta: Buana Ilmu Populer,2010)

Page 2: Contoh Makalah TB

                                                             BAB I                                                                     PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangTuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.

Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksiMycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di dunia. Setiap tahun terdapat 9 juta kasus baru dan kasus kematian hampir mencapai 2 juta manusia. Di semua negara telah terdapat penyakit ini, tetapi yang terbanyak di Afrika sebesar 30%, Asia sebesar 55%, dan untuk China dan India secara tersendiri sebesar 35% dari semua kasus tuberkulosis.(Universitas Sumatera Utara)

Laporan WHO (global reports 2010), menyatakan bahwa pada tahun 2009 angka kejadian TB di seluruh dunia sebesar 9,4 juta (antara 8,9 juta hingga 9,9 juta jiwa) dan meningkat terus secara perlahan pada setiap tahunnya dan menurun lambat seiring didapati peningkatan per kapita. Prevalensi kasus TB di seluruh dunia sebesar 14 juta (berkisar 12 juta sampai 16 juta). Jumlah penderita TB di Indonesia mengalami penurunan, dari peringkat ke tiga menjadi peringkat ke lima di dunia, namun hal ini dikarenakan jumlah penderita TB di Afrika Selatan dan Nigeria melebihi dari jumlah penderita TB di Indonesia. Estimasi prevalensi TB di Indonesia pada semua kasus adalah sebesar 660.000 dan estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61.000 kematian per tahun. Selain itu, kasus resistensi merupakan tantangan baru dalam program penanggulangan TB. Pencegahan meningkatnya kasus TB yang resistensi obat menjadi prioritas penting. (Universitas Sumatera Utara)

Laporan WHO tahun 2007 menyatakan persentase resistensi primer di seluruh dunia telah terjadi poliresistensi 17,0%, monoresistensi terdapat 10,3%, dan Tuberculosis - Multidrug Resistant (TB-MDR) sebesar 2,9 %. Sedangkan di Indonesia resistensi primer jenis MDR terjadi sebesar 2%. Kontak penularan M. tuberculosis yang telah mengalami resistensi obat akan menciptakan kasus baru penderita TB yang resistensi primer, pada akhirnya mengarah pada kasus multi-drug resistance (MDR). Ketika dilaporkan adanya beberapa kasus resistensi obat TB di beberapa wilayah di dunia hingga tahun 1990-an, masalah resistensi ini belum dipandang sebagai masalah yang utama. Penyebaran TB-MDR telah meningkat oleh karena lemahnya program pengendalian TB, kurangnya sumber dana

Page 3: Contoh Makalah TB

dan isolasi yang tidak adekuat, tindakan pemakaian ventilasi dan keterlambatan dalam menegakkan diagnosis suatu TB-MDR. (Universitas Sumatera Utara)Rao dan kawan-kawan di Karachi-Pakistan pada tahun 2008, melakukan penelitian resistensi primer pada penderita tuberkulosis paru kasus baru. Didapatkan dengan hasil pola resisten sebagai berikut: resistensi terhadap Streptomisin sebanyak 13 orang (26%), Isoniazid 8 orang (16%), Etambutol 8 orang (16%), Rifampisin 4 orang (8%) dan Pirazinamid 1 (0,2%). Sedangkan di Indonesia TB-MDR telah diperoleh sebanyak 2 orang (0,4%) pasien. Angka resistensi/TB-MDR paru dipengaruhi oleh kinerja program penanggulangan TBC parudi kabupaten setempat/kota setempat terutama ketepatan diagnosis mikroskopik untuk menetapkan kasus dengan BTA (+), dan penanganan kasus termasuk peran Pengawas Menelan Obat (PMO) yang dapat berpengaruh pada tingkat kepatuhan penderita untuk minum obat. Faktor lain yang mempengaruhiangka resistensi/ MDR adalah ketersediaan OAT yang cukup dan berkualitas ataupun adanya OAT yang digunakan untuk terapi selain TBC. (Universitas Sumatera Utara)Semakin jelas bahwa kasus resistensi merupakan masalah besar dalam pengobatan pada masa sekarang ini. WHO memperkirakan terdapat 50 juta orang di dunia yang telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis yang telah resisten terhadap OAT dan dijumpai 273.000 (3,1%) dari 8,7 juta TB kasus baru pada tahun 2000. Berdasarkan wilayah administratif di Indonesia, Provinsi Jawa Timur menempati urutan ke 8 angka temuan kasus TBC paru terbesar tahun 2007, meskipun belum mencapai target yang ditetapkan. Sebaran angka temuan kasus tersebut yaitu DKI Jakarta(88,14%), Sulawesi Utara (81,36%), Banten (74,62%), Jawa Barat (67,57%), Sumatra Utara (65,48%), Gorontalo (62,15%), Bali (61,39%), Jawa Timur (59,83%), DI Yokyakarta (53,23%), Sumatra Barat (51,36%) (Depkes RI, 2007). (Universitas Sumatera Utara)

1.2 Rumusan MasalahAdapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :¢    Apa penyakit TB Paru itu ?¢    Bagaimana Etiologi penyakit TB Paru ?¢    Bagaimana cara Penularan TB Paru ?¢    Apa gejala-gejala seseorang menderita TB Paru ?¢    Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan TB Paru ?¢    Bagaimana cara pengobatan kepada penderita TB Paru ?

1.3 TujuanTujuan Umum :

 Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :"    Untuk mengetahui penyakit TB Paru"    Untuk mengetahui Etiologi penyakit TB Paru"    Untuk mengetahui cara Penularan TB Paru"    Untuk mengetahui gejala-gejala TB Paru

Page 4: Contoh Makalah TB

"    Untuk mengetahui cara penanggulangan/pencegahan TB Paru"    Untuk mengetahui cara pengobatan kepada pendderita TB Paru

                                                             

                                                              BAB II                                                          PEMBAHASAN

2.1 Etiologi

1.PenyebabTuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis tipe humanus, sejenis kuman berbentuk batang dengan panjang 1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm. Struktur kuman ini terjadi atas lipid (lemak) yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam, serta dari gangguan berbagai kimia dan fisik. Kuman ini juga tahan berada di udara kering dan keadaan dingin (misalnya di dalam lemari es) karena sifatnya yang dormant, yaitu dapat bangkit kembali dan menjadi lebih aktif. Selain itu, kuman ini juga bersifat aerob.Tuberkulosis paru merupakan infeksi pada saluran pernapasan yang vital. Basil Mycobacterium masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (dreplet infection) sampai alveoli dan terjadilah onfeksi primer (Gbon). Kemudian, dikelenjar getah bening terjadilah primer kompleks yang disebut tuberculosis primer. Dalam sebagian besar kasus, Bagian yang terinfeksi ini dapat mengalami penyembuhan. Peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil Mycobacterium pada usia 1-3 tahun. Sedangkan, post primer tuberculosis (reinfection) adalah peradangan yang terjadi pada jaringan paru yang disebabkan oleh penularan ulang.2.2 Tanda dan Gejalaa. Sistemik : malaise. Anoreksia, berat badan menurun, dan keluar keringat malam.b. Akut : demam tinggi, seperti flu dan menggigil.c. Milier : demam akut, sesak napas, dan sianosis (kulit kuning).d. Respiratorik : batuk lama lebih dari dua minggu, sputum yang mukoid atau mukopurulen, nyeri dada, batuk darah dan gejala lain. Bila ada tanda-tanda penyebaran ke organ lain, seperti pleura, akan terjadi nyeri pleura, sesak napas ataupun gejala meningeal (nyeri kepala, kaku duduk dan lain sebagainya)2.3 Klasifikasi TBC ParuTuberkulosis pada manusia dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu tuberkulosis primer dan tuberkulosis sekunder.

Page 5: Contoh Makalah TB

1. Tuberkulosis primerTuberkulosis adalah infeksi bakteri TB Dari penderita yang belum mempunyai reaksi spesifik terhadap bakteri TB. Bila bakteri TB terhirup dari udara melalui saluran pernapasan dan mencapai alveoli atau bagian terminal saluran pernapasan, maka bakteri akan ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag yang berada di alveoli. Jika pada proses ini bakteri ditangkap oleh makrofag yang lemah, maka bakteri akan berkembang biak dalam tubuh makrofag yang lemah itu dan menghancurkan makrofag. Dari proses ini, dihasilkan bahan kemotaksis yang menarik monisit (makrofag) dari aliran darah dan membentuk tuberkel. Sebelum mengahncurkan bakteri, makrofag harus diaktifkan terlebih dahulu oleh limfokin yang dihasilkan oleh limfosit T.Tidak semua makrofag pada granula TB mempunyai fungsi yang sama. Ada makrofag yang berfungsi pembunuh, mencerna bakteri, dan merangsang limfosit. Beberapa makrofag menghasilkan protease elastase, kolagenase, serta faktor penstimulasi koloni untuk merangsang produksi monosit dan granulosit pada sumsum tulang. Bakteri TB menyebar ke saluran pernapasan melalui getah bening regional (hilus).dan membentuk epitiolit granuloma. Granuloma mengalami nekrosis sentral sebagai akibat dari timbulnya hipersensitifitas selular (delayed hipersensitifity) terhadap bakteri TB. Hal ini terjadi sekitar 2-4 minggu dan akan terlihat pada tes tuberkulin. Hipersensitifitas selular sebagai akumulasi lokal dari lifosit dan makrofag.Baktei TB yang berada dalam alveoli akan membentuk fokus lokal (fokus ghon), sedangkan fokus inisial bersama-sama dengan limfa denopati bertempat di hilus (kompleks primer ranks) dan disebut juga TB primer. Fokus primer paru biasanya bersifat unilateral dengan subpleura terletak di atas atau bawah sifura interlobaris, atau di bagian basal dari lobus inferior. Bakteri ini menyebar lebih lanjut melalui saluran limfe atau aliran darah, dan tersangkut pada berbagai organ. Jadi, TB primer merupakan infeksi yang bersifat sistematis.2. Tuberkulosis SekunderTelah terjadi resolusi dari infeksi primer; sejumlah kecil bakteri TB masih dapat hidup dalam keadaan dorman di jaringan parut. Sebanyak 90% di antaranya tidak mengalami kekambuhan. Reaktifasi penyakit TB (TB pascaprimer/TB sekunder) terjadi bila daya tahan tubuh menurun, pecandu alkhohol akut, silikosis, dan pada penderita diabetes melitus serta AIDS.Bebeda dengan TB primer, pada TB sekunder kelenjar limfe regional dan organ lainnya jarang terkena, lesi lebih terbatas, dan terlokalisir. Reaksi imunologis terjadi dengan adanya pembentukan granuloma, mirip dengan yang terjadi pada TB primer. Tetapi, nekrosis jaringan lebih mencolok dan menghasilkan lesi kaseosa (perkejuan) yang luas dan disebut tuberkulema. Plotease yang dikeluarkan oleh makrofag aktif akan menyebabkab pelunakan bahan kaseosar. Secara umum, dapat dikatakan bahwa terbentuknya kafisatas dan manifestasi lainnya dari TB sekunder adalah akibat dari reaksi nekrotik yang dikenal sebagai hipersensitivitas.TB paru pascaprimer dapat disebabkan oleh infeksi lanjutan dari sumber eksogen, terutrama pada usia tua dengan riwayat masa muda pernah terinfeksi bakteri TB. Biasanya, hal ini terjadi pada daerah artikel atau sekmen postarior lobus superior, 10-20 mm  dari pleura dan segmen apikel lobus interior. Hal ini mungkin disebabkan kadar oksigen yang tinggi, sehingga menguntungkan untuk pertumbuhan penyakit TB.

Page 6: Contoh Makalah TB

Lesi sekunder berkaitan dengan kerusakan paru yang disebabkan oleh produksi sitokin yang berlebihan. Kavitas kemudian diliputi oleh jaringan fibrotik yang tebal dan berisi pembuluh darah pulmonl. Kavitas yang kronis diliputi oleh jaringan fibrotik yang tebal. Masalah lainnya pada kavitas kronis adalah kolonisasi jamur, seperti aspergilus yang menumbuhkan micotema (Isa,2001).2.4 Komplikasi1. Komplikasi Dini            a. pleuritis,

b. efusi pleura,c. empiema,d. laringitis, dane. TB usus.

2. Komplikasi Lanjut            a. obstruksi jalan napas,            b. kor pulmonale,            c. amiloidosis,            d. karsinoma paru, dan            e. sindrom gagal napas.2.5 Penatalaksanaan MedisZain (2001) membagi penatalaksaan tuberkulosis paru menjadi tiga bagian, yaitu pencegahan, pengobatan, dan penemuan penderita.1. Pencegahan tuberkulosis parua. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan penderita TB paru BTA positif.b. Mars chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok populasi tertentu, misalnya karyawan rumah sakit atau puskemas atau balai pengobatan, penghuni rumag tahanan dan siswi-siswi pesantren.c. Vaksinasi BCG, reaksi positif terjadi jika setelah mendapat vaksinasi BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah penyuntikan..d. Kemoprokfilasis, yaitu dengan menggunakan INH 5 mg/kg BB selama 6-12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit.e. Komunikas, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun rumah sakit oleh petugas pemerintah atau petugas LSM.2. Pengobatan tuberkulosis paru Tujuan pengibatan pada penderita TB paru, selain untuk mengobati, juga untuk mencegah kematian, kekambuhan, resistensi kuman terhadap OAT, serta memutuskan mata rantai penularan.3. Penemuan penderitaa. Penatalaksaan terapi: asupan nutrisi adekuat/ mencukupi.b. Kemoterapi, yang mencakup pemberian:1) Isoniazid (INH) sebagai bakterisidial terhadap basil yang tumbuh aktif. Obat ini              diberikanselama 18-24 bulan dan dengan dosis 10-20 mg/kg berat badan/hari melalui oral.

Page 7: Contoh Makalah TB

2) Kombinasi antar NH, rifampicin, dan pyrazinamid yang diberikan selama 6 bulan.3) Obat tambahan, antara lain Strepmomycin (diberikan intramuskuler)dan Etham     burol4) Terapi kortikosteroid diberikan bersamaan dengan obat anti-TB untuk mengurangi respons peradangan, misalnya pada meningitis.c.Pembedahan dilakukan jika kemoterapi tidak berhasil. Tindakan ini dilakukan mengangkat jaringan paru yang rusak.d. Pencegahan dilakukan dengan menghindari kontak langsung denga orang yang terinfeksi   basil TB serta mempertahankan asupan nutrisi yang memadai. Pemberian imunisasi BCG juga diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap inveksi basil TB virulen.

2.6 PatofisiologiPort desentri kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi terjadi melalui udara (air bone), yaitu melalui inhalasi dropplite yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang terinfeksi.Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan diinhalasi biasanya terdiri atas satu sampai tiga gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung bertahan disaluran hidung dan cabang besar bronkus, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, kuman akan mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak memfagosit bakteri ditempat ini, namun tidak membunuh organisme tersebut.Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu, sehingga membentuk sel tuberkel epiteloit yang dikelilingi oleh fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam.2.7 Asuhan Keperawatan TBC Paru (Pengkajian: Anamnesis)1. Keluhan UtamaTuberkulosis sering dijuluki the great imitator, yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain, yang juga memberikan gejala umum serupa (seperti lemah dan demam). Pada sejumlah pasien, gejala yang timbul tidak jelas bahkan kadang-kadang tanpa gejala (asimptomatik), sehingga sering diabaikan. Keluhan yang sering menyebabkan Paien TB paru meminta pertolongan dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu keluhan respiratoris dan keluhan sistematis.a. Keluhan respiratoris1) BatukKeluhan batuk timbul paling awal dan merupakan ganguan yang paling sering dikeluhkan. Perawat harus menanyakan apakah keluhan batuk bersifat nonproduktif,produktif, ataukah sputum bercampur darah.2) Batuk darahKeluhan batuk darah pada pasien TB paru selalu menjadi alasan utama untuk meminta pertolongan kesehatan. Hal ini disebabkan rasa takut pasien pada darah yang keluar pada

Page 8: Contoh Makalah TB

jalan napas. Perawat harus menanyakan seberapa banyak darah yang keluar (apakah hanya berupa blood streak / berupa garis atau bercak-bercak darah)3) Sesak napasKeluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah meluas atau karena ada hal-hal lain yang memperberat kondisi paru-paru pasien.4) Nyeri DadaNyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan. Gejala ini timbul apabila sistem saraf pleura terkena TB.b. Keluhan Sistematis1) DemamKeluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau malam hari pada penderita TB ini mirip dengan gejala demam influenza. Gejalanya hilang timbul dan semakin lama semakin panjang serangannya, sementara masa bebas serangan semakin pendek.2) Keluhan Sistematis LainKeluhan yang biasa timbul ialah keringat dimalam hari, anoreksia, penuruna berat badan, dan tidak enak badan (malaise). Timbulnya keluhan biasanya bersifat gradual atau muncul secara bertahap dalam beberapa minggu ata bulan. Akan tetapi, penampilan akut dengan batuk, panas, dan sesak napas (walaupun jarang) dapat juga timbul menyerupai gejala pnemunomia.2. Riwayat Penyakit SekarangPengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Ajukan pertanyaan yang sifatnya ringkas , sehingga jawaban yang diberikan pasien hanya kata “ya” atau “tidak”, atau cukup dengan anggukan atau gelengan kepala. Apabila keluhan utama adalh batuk, maka perawat harus menanyakan sudah berapa lama keluhan batuk muncul (onset). Pada pasien dengan pneumonia, keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah meminum obat batuk yang biasa dijual dipasaran.Batuk pada TB yang paling sering dikeluhkan, mula-mula nonproduktif (tanpa dahak), kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah terjadi kerusakan jaringan. Batuk akan timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkus, dimana terjadi iritasi bronkus. Akibat adanya peradangan pada bronkus, batuk akan menjadi produktif (berdahak), yang berguna untuk membuang produk ekskresi peradangan dengan sputum (dahak) yang bersifat mukoid atau purulen.Pasien TB paru juga sering menderita batuk darah. Adanya batuk darah ini sering menimbulkan kecemasan pada diri pasien, karena batuk darah sering dianggap sebagai suatu tanda dari beratnya penyakit yang diidapnya. Kondisi seperti ini seharusnya tidak terjadi jika perawat memberikan pelayanan keperawatan yang baik kepada pasien dengan memberi penjelasan tentang kondisi yang terjadi pada dirinya.Jika keluhan utama atau yang menjadi alasan pasien meminta pertolongan kesehatan adalah sesak napas, maka perawat perlu mengarahkan atau menegaskan pertanyaan untuk membedakan antara sesak napas yang disebabkan oleh gangguan sistem pernapasan dan sistem kardiovaskular. Sesak napas yang disebabkan oleh TB paru biasanya disertai gejala-gejala berat. Hal ini bisa disebabkan tingkat kerusakan parenkim paru yang sudah meluas atau karena ada hal-hal yang menyertainya, seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia, dan lain-lain. Untuk memudahkan perawat dalam mengkaji keluhan sesak napas, maka napas ini dapat dibedakan lagi sesuai tingkat klasifikasi sesak.

Page 9: Contoh Makalah TB

3.Riwayat Penyakit DahuluPengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah menderita TB paru, waktu kecil pernah mengalami keluhan batuk dalam waktu lama, tuberkulosis dari organ lain, pembesaran getah bening, dan penyakit lain yang dapat memperberat TB paru (seperti diabetes mellitus). Tanyakan pula mengenai obat-obat yang biasa diminum pasien dimasa lalu yang masih relevan. Obat-obat ini meliputi obat OAT dan antitisif. Catat adanya efek samping yang mungkin timbul dimasa lalu.Tanyakan pula sekiranya ada alergi obat serta reaksi alergi yang timbul. Sering kali, pasien mengacaukan antara suatu jenis alergi dengan efek samping obat. Kaji lebih dalam tenyang seberapa jauh penurunan berat badan (BB) pasien dalam 6 bulan terakhir. Penurunan berat badan pasien dengan TB paru berhubungan erat dengan proses penyembuhan penyakit serta adanya anoreksia dan mual yang sering disebabkan karena meminum OAT.4. Riwayat Penyakit KeluargaSecara patologi, TB paru tidak diturunkan tetapi, perawat perlu menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi penularan didalam rumah.2.8 Dasar Pengkajian Pasiendata pengkajian pasien tergantung pada tahap dan derajat yang terkena.

1.    Aktivitas/istirahata.    Gejala :

1)      Kelelahan umum dan kelemahan.2)      Nafas pendek saat bekerja atau beraktivitas.3)      Kesulitan tidur pada malam hari atau demam malam4)      Setiap hari menggigil dan berkeringat,serta5)      Mimpi buruk.

b.  Tanda1)  Takikardia, takipnea atau dispnea pada saat beraktivitas, dan2)  Kelelahan otot, nyeri,dan sesak (tahap lanjut).

2. Integritas Egoa. Gejala:

1)  Adanya/faktor stres lama,2)  Masalah keuangan dan rumah tangga,3)  Perasaan tak berdaya/tak ada harapan, serta

4) Biasa terjadi di bangsa Amerika Asli atau imigran dari Amerika tengah,Asia Tenggara, dan suku Indian.b.Tanda:

1)  Menyangkal (khususnya dalam tahap dini) dan2)  Kecemasan berlebihan, ketakutan, serta mudah marah

3. Makanan/Cairana. Gejala:

1)  Kehilangan nafsu makan,2)  Tak dapat mencerna makanan, dan3)  terjadi penurunan berat badan.

b. Tanda:

Page 10: Contoh Makalah TB

1)  turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik,serta2)  kehilangan otot atau otot mengecil karena hilangnya lemak subkutan

4. Nyeri/Kenyamanana. Gejala: nyeri dada meningkat karena batuk berulang.b. Tanda:

1)  Berhati-hati saat menyentuh atau menggerakan area yang sakit2)  Perilaku distraksi (terganggu), seperti sering gelisah

5. Pernafasana. Gejala

1)  Batuk (produktif/tak produktif) dan2)  Napas pendek

b. Tanda:1)  Peningkatan frekuensi pernapasan.2)  Fibrosis parenkin paru dan pleuran yang meluas3)  Pasien menunjukan pola pernapasan yang tak simetris (efusi pleura)4)  Perfusi pekak dan penurunan fremitus (getaran dalam paru)5)  Penebalan pleura6)  Bunyi napas yang menurun

7) Aspek paru selama inspirasi cepat;namun setelah batuk biasanya pendek (krekels potstusik)8) Karateristik spuntum (yang berwarna hijau/purulen dan mukoid, kadang kuning dan disertai

dengan bercak darah)9)   Deviasi trakeal (penyebab bronkogenik)10)  Tak perhatian, menunjukan sikap mudah tersinggung yang jelas11)   Perubahan mental (tahap lanjut)

6. Keamanana. Gejala : Adanya kondisi tekanan pada sistem imon (contohnya AIDS, kanker, tes HIV yang hasilnya

positif)b. Tanda : demam rendah atau sakit panas akut.

7. Iteraksi SosialGejala : perasaan isolasi atau penolakan karena penyakit menular. Perubaha   pola biasa dalam

kapsitas fisik untuk melaksanakan peran.8. penyuluhan/pembelajarana. Gejala :

1) Riwayat keluarga TB2) ketidak mampuan umum/status kesehatan buruk3) gagal untuk menyembuhkan TB seara total, TB sering kambuh.4) tidak mengikuti terapi pengobatan dengan baik.

b. pertimbangan :DRG menunjukkan bahwaa rata rata lama pasien dirawat di rumah sakit sekitar 6,6 hari.c. rencana pemulangan

Page 11: Contoh Makalah TB

pasien dengan TB paru dalam terapi obat dan bantuan perawtan diri serta pemeliharaan rumah2.9 Jenis Pemeriksaan Fisik1. Keadaan Umum dan Tand-tanda VitalKeadaan umum pasien TB paru dapat dilihat secara selintas dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu dinilai secara umum tentang kesadaran pasien yang terdiri atas compos menitis, apatis, samnolen, sopor, soporokoma, atau koma. Seorang perawat perlu mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang konsep anatomin fisiologi umum, sehingga dengan cepat menilai keadaan umum, kesadaran, dan pengukuran GCS bila kesadaran pasien menurun. Hal tersebut penting dilakukan karena komdisi vital ini mensyaratkan kecepatan dan ketepatan penilaian.Biasanya, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dari pasien TB paru menunjukkann adanya peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat apabila disertai sesak napas, denyut nadi biasanya juga meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frejuensi pernapasan, serta tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit (seperti hipertensi).2. Pengkajian Psiko-Sosio-SpirtualPengkajian psikologis pasien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, da perilaku pasien. Perawat mengumpulkan data hasil pemeriksaan pasien tentang kapasitas fisik dan intelektualnya saat ini. Data ini penting untuk menentukan tingkat perlu tidaknya pengkajian psiko-sosio-spiritual yang saksama. Pada kondisi klinis, pasien dengan TB paru sering mengalami kecemasan bertingkat sesuai dengan keluhan yang dialaminya.Perawat juga perlu menanyakan kondisi pemukiman tempat pasien bermukim. Hal ini penting, mengingat TB paru sangat rentan dialami oleh mereka yang tinggal di permukiman padat dan kumuh. Perlu diketahui bahwa populasi bakteri TB paru lebih mudah hidup dan brkembang biak ditempat kumuh dengan ventilasi yang buruk dan pencahayaan sinar matahari yang kurang.TB paru merupakan penyakit yang pada umumnya menyerang masyarakat miskin. Hal ini karena golongan masyarakat cenderung tidak sanggup meningkatan daya tahan tubuh non spesifik dan keterbatasan dalam mengkonsumsi makanan bergizi. Selain itu, juga karena ketidak sanggupan mereka untuk membeli obat. Ini semua masih diperparah lagi dengan faktor kemiskinan yang membuat setiap individe diharuskan bekerja secara fisik, sehingga mempersulit proses penyembuhan penyakitnya.Pasien TB paru kebanyakan berpendidikan rendah, akibatnya mereka tidak menyadari bahwa penyembuhan penyakit dan menjaga kesehatan merupakan hal yang penting. Pendidikan yang rendah sering menyebabkan seseorang tidak dapat meningkatkan kemampuannya untuk mencapai taraf hidup yang baik. Padahal, taraf hidup yang baik amat dibutuhkan untuk penjagaan kesehatan secara umum dan dalam menghadapi infeksi.WOCBakteri Mycrobacterium Tuberculosis

     Paru-paru

Page 12: Contoh Makalah TB

Alveolus mengalami peradangan

    TBC

B 1

B2B 3

B 4

B 5

B 6

Mecanisme tubuh berusaha mengeluarkan benda asing tersebutbatukMK: Ketidakefektifan bersihan jalan nafasTerdapat benda asing (mucus) 

Page 13: Contoh Makalah TB

L. Diagnosis Keperawatan1. ketidak efektifan kebersihan jalan napas, berhubunagan dengan sekresi mukus yang kental,

hemoptitis, kelemahan fisik, upaya batuk buruk dan edema trakheal/faringeal.2. ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru

sekunder terhadappenumpukan cairan dalam rongga pleura.3. resiko tinggi gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan jaringan efektif

paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar-kapiler, dan edema bronchial.4. perubahan nutrisi; kurangnya asupan nutrisi dari kebutuhan ideal tubuh yang berhubungan

dengan keletihan, anoreksia, despnea, dan peningkatan mitabolisme tubuh.5. kecemsan, berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan

(ketidakmampuan untuk bernapas) dan prognosis penyakit yang belum jelas.6. kurang informasi dan pengetaahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan, berhubungan

dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksaan perawatan dirumah.7. infeksi dan reiko tingi penyebaran atau aktivasi ulang kuman TB, berhubungan dengan kerusakan jaringan/infeksi tambahan.

G. Pemeriksaan Diagnosis1. Pemeriksaan Rontgen ToraksPada hasil pemeriksaan rontgen toraks, sering didapatkan adanya suatu lesi sebelum ditemukan gejala subjektif awal. Sebelum pemeriksaan fisik, dokter juga menemukan suatu kelainan pada paru. Pemeriksaan rontgen toraks ini sangat berguna untuk mengevaluasi hasil pengobatan, di mana hal ini bergantung pada tipe keterlibatan dan kerentanan bakteri tuberkel terhadap OAI (apakah sama baiknya dengan respons pasien?). Penyembuhan total sering kali terjadi di beberapa area dan ini adalah observasi yang dapat muncul pada sebuah proses penyembuhan yang lengkap.2. Pemeriksaan CT-scanPemeriksaan CT-scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB inaktif/stabil yang ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik ireguler, pita parenkimal, klasifikasi nodul dan adenopati, perubahan kelengkungan berkas bronkhovaskular, bronkhiektaksis, serta emfisema perisikatrisial. Pemeriksaan CT-scan sangant bermanfaat untuk mendeteksi adanya pembentukan kavitas dan lebih dapat diandalkan daripada pemeriksaan rontgen toraks biasa.3. Radiologis TB Paru MilierTB Milier akut diikuti oleh invasi pembuluh darah secara masif/menyeluruh seta mengakibatkan penyakit akut yang berat dan sering disertai akibat fatal sebelum penggunaan OAT. Hasil pemeriksaan rontgen toraks bergantung pada ukuran dan jumlah tuberkel milier. Pada beberapa pasien TB milier, tidak ada lesi yang terlihat pada hasil rontgen toraks, tetapi

Page 14: Contoh Makalah TB

ada beberapa kasus dimana bentuk milier klasik berkembang seiring dengn perjalanan penyakitnya.4. Pemeriksaan LaboratoriumDiagnosis terbaik dari penyakit TB diperoleh dengan pemeriksaan mikrobiologi melaui isolasi bakteri. Untuk membedakan spesies Mycrobacterium yang satu dengan yang lainnya harus dilihat sifat koloni, waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai media, perbedaan kepekaan terhadap OAT, dan percobaan, serta perbedaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis antigen Mycrobacterium.Bahan untuk pemeriksaan isolasi Mycrobacterium TB adalah septum pasien, urine, dan cairan kumbah lambung. Selain itu, ada juga bahan-bahan lain yang dapat digunakan, yaitu cairan serebrospinal (sum-sum tulang belakang), cairan pleura, jaringan tubuh, fases, dan swab tenggorokan. Pemeriksaan darah yang menunjang diagnosis TB paru, walaupun kurang sensitif, adalah pemeriksaan laju endap darah (LED). Adanya pemeriksaan LED biasanya disebabkan peningkatan immunoglobulin, terutama IgG dan IgA (Loman, 2001)

M. Perencanaan dan Intervensi1. diagnosis 1Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan denga sekresi mukus yang kental, hemoptitis, kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema trakheal/faringeala. Tujuan kebersiahan jalan napas kembali efektif

b. Kreteria Hasilan

1) Pasien dapaata melakukan batuk efektif

2) Pernasan pasien normal tanpa menggunakan alat bantu napas. Bunyi napas normal, Rh -/-, dan pergerakan pernapas normal.

c. Intervensi

1) Kaji fungsi pernapasan (bunyi napas , kecepatran, irama, kedalaman, dan penggunaann otot bantu napas).

Rasionalisassi : penurunan bunyi napas menunjukan atelectasis, ronkhi menunjukan akumulasi secret dan tidak efektifnya pengeluaran sekresi, yang selanjutnya dapat menimbulkan penggunaan otot bantu napas dan peningkatan kerja pernapassan

2) Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi, catat krakter, volume sputum, dan adanya hemoptysis.

Rasionalisasi : pengeluaran dahak akan sulit bila secret sangat kental ( efek infeksi dan hidrasi yang tidak memadai). Sputum berdarah bila ada kerusakan (kavitasi) paru atau luka bronchial dan memerlukan intervensi lebih lanjut.

3) Berikan posisi fowler/ semifowler tinggi (yakni posisi  tidur dengan punggung bersandar di bantal atau seperti tidur-duduk) dan bantu pasien untuk bernapas dalam dan batuk efektif.

Rasionalisasi : posisi powler memaksimalkan  ekspansi paru dan menurunkan upaya napas. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret kejalan napas besar untuk dikeluarkan.

Page 15: Contoh Makalah TB

4) Pertahankan asupan cairan sedikitnya 2.500 ml/hari, kecuali tidak d indikasikan.

Rasionalisasi : hidrasi yang memadai dapat membantu mengencerkan sekret  dan mengefektifkan pembersihan jalanya napas.

5)  Bersihkan sekret dari mulut dan trachea, bila perlu lakukan  pengisapan (suction).

Rassionalisasi : mencegah obstruksi dan aspirasi. Penghisapan diperlukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.

6)  Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi  OAT.

Rasionalisasi : pengobata tuberkolosis terbagi jadi dua fase, yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang di gunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan jenis obat utama yang digunakan sesuai rekomendasi WHO adalah Rifamsipin, INH, Pirazinamid, strptomisin, dan Etambutol.

7)  Agen Motolitik.

Rasionalisasi : agen mokolitik menurunkan kekentalan dan kelengketan sekret paru, sehingga memudahkan pembersihan.

8)  Bronkodilator.

Rasionalisasi : bronkodilator meningkatkan diameter percabangan trakeobronkhial, sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.

9)  kortiokosteroid

Rasionalisasi : kortiosteroid berguna untuk  memperluas keterlibatan pada hipoksemia dan bila reaksi inflamasi mengancam kehidupan.

2.  Diagnosis 2       Ketidak efektifan pola pernapsan yang berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru

sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.a.  Tujuan : pola napas kembali efektif.b.  kreteria hasil :

1)  pasien mampu melakukan batuk efektif.2)  Irama, frekuensi, dan kedalaman pernapasan berada pada batasan norma. Pada pemeriksaan

rontgen dada, tidak ditemukan adanya akumlasi cairan, dan bunyi napas terdengar jelas.c.  Intervensi1). Identifikasi faktor enyebab.

Rasionalisasi: dengan mengidentifikasi penyebab, kita dapat menentukan jenis defusi pleura, sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat.

2)  Kaji fungsi pernapasan, catat kecepatan pernapasan, dispnea, sianosis, dan perubahan tanda vitalRasionalisasi : distres pernapasan dan perubahan tanda vital dapat terjadi sebagaiakibat stres fisiologis dan nyeri. Bisa juga menunjukkan terjadiya shock akibat hipoksia

3)  Berikan posisi fowler/semifowwler (tidur bersandar) tinggi dan miring pada posisi yang sakit dan bantu pasien untuk latihan napas dalam dan batuk efektif.

Page 16: Contoh Makalah TB

Rasionalisasi : posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya napas. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkattan gerakan sekret pada jalan napas besar untuk kemudian di keluarkan.

4) Auskultasi bunyi napas.Rasionalisasi : bunyi napas dapat menurun, bahkan tidak ada, pada area kolaps yang meliputi satu lobus, segmen paru, atau eluruh area paru (unilateral).

5)  Kaji pengembangan dada dan posisi trakea.Raionalisasi : ekspansi paru menurun pada area kolaps. Deviasi trakea kearah sisi yang  sehat pada tension.

6)  Kolaborasi untuk tindakan thorakosintetis atu kalu perlu WSD ( water seal drainage).Rasionalisasi : bertujuan sebagai evakuasi cairn atu udara dan memudahkan ekspansi paru secara maksimal.

7)  Bila di pasang WSD, periksa pengontrol pengisap dan jumlah isapan yang benar.Rasionalisasi : mempertahankan tekanan negatif intrapleura, sehingga dapat meningkatkan ekspansi aru optium.

8)  Periksa batas ciran pada botol pengisap dan ertahankan pada batas yang di tentukan.Rasionalisasi : air dalam botol penampung berfungsi sebagai segat yang mencegah udara atmosfer masuk dalam pleura.

9)  Observasi gelembung udara dalam botol penampung.Rasionalisasi : gelembung udara selama eksparasi menjukkan keluarnya udara dari pleura sesuai dengan yang diharapkan. Jumlah gelembung biasanya menurun seiring dengan bertambahnya ekspansi paru. Tidak adanya gelembung udara dapat menunjukkan bahwa ekspansi paru sudah optimal atau tersumbatnya selang drainase.

10) Setelah WSD dilepas, tutup sisi tabung dengan kasa steril dan observasi tanda yang dapat menunjukkan berulangnya pneumutoraks, seperti napas pendek dan keluhan nyeri.Rasionalisasi : deteksi dini terjadinya komplikasi adalah hal yang sangat penting, seperti menandai berulangnya pneumotoraks.3. Diagnosis 3

       Resiko tinggi ganguan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurun an jaringan efektif paru, atelektasis, kerusakan membran alviolar-kapiler, dan idema bronchial.

a.  Tujuan : gangguan pertukarn gas tidak terjadib.  Kriteria Hasil :

1) Pasien melaporkan adanya penurunan dipsnea.2) Pasien menunjukkan tidak ada gejala distes pernapasan3) Menunjkkan perbaikan ventilasi dan kadar oksigen jaringan adekuat

dengan gas darah arteri dalam rentan normal.c.   Intervensi1) Kaji dispnea, takipnea, bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan, ekspansi toraks, dan

kelemahan.Rasionalisasi : TB mengakibatkan efek luas pada paru dari bagian kecil bronkhopneumonia sampai implamasi difus yang luas, nekrosis, efusi pleura, dan fibrosis yang juga luas. Efeknya pada pernapasan bervariasi dari gejala ringan, dispnea berat, sampai distres pernapasan.

Page 17: Contoh Makalah TB

2)  Evaluasi perubahan tingkat kesadaaran, catat sianosis dan perubahan warna   kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.Rasionalisasi : akumolasi sekret dan berkurangnya jaringan paru yang sehat dapat mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan tubuh.

3)  Tunjukkan dan dukung pernapasan bibir selama ekspirasi, khususnya untuk pasien dengan fibrosi dan kerusakan parenkim paru.Rasionalisasi : membuat tahanan melawan udara luar untuk mencegah kolaps atau enyempitan jalan napas, sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan mengurangi napas pendek.

4)  Tingkatkan tirah baring, batasi aktivitas, dan batu kebutuhan peraawatan diri sehari hari sesuai keadaan pasien.Rasionalisasi : menurunkan konsumsi oksigen selama perioden penurunan pernapasan, selain dapat menurunkan beranya gejala.

5)  Kolaborasi tirah baring, batasi aktivitas, dan batu kebutuhan peraawatan diri sehari hari sesuai keadaan pasien.Rasionalisasi : menurunkan konsumsi oksigen selama periode penurunan pernapasan dan dapat menurunkan beratnya gejala.6)  Kolaborasi permeriksaan AGD.Rasionalisasi : penurunan kadar O2(PO2) dan atau saturasi peningkatan PCO2  menunjukkan kebutuhan untuk intervensi atau perubahan program terapi.7)  Pemberian oksigen sesuai kebutuhan tambahan.Rasionalisasi : terapi oksigen dapat mengoreksi hipoksemia yang terjadi akakibat peurunan ventilasi atau menurunnya penurunan alveolar paru.8)  Kortikosteroid.Rasionalisasi : kortiosteroid berguna dengan keterlibatan luas pada hipoksemia dan bila reaksi inflamasi mengancam kehidupan.

4. Diagnosis 4Perubahan nutrisi, yakni asupan zat gizi yang kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan keletihan, anoreksia, dispnea, dan peningkatan metabolisme tubuh.     a. Tujuan : asupan (intake)nutrisi pasien terpenuhi.

b. Kriteria Hasil : 1) Pasien dapat mempertahankan status gizinya yang semula kurang menjadi memadai.

 2) Pernyataan motivasi kita untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.c. Intervensi1)  Kaji status nutrisi pasien, turgor kulit, berat badan, derajat penurunan berat badan, integrasi

mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual atau muntah, dan diare.Rasionalisasi : memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan interensi yang tepat.

2)  Fasilitasi pasien untuk memperoleh diet biasa yang disukai pasien (sesuai indikasi).Rasionalisasi : memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki asupan gizi.

3)  Pantauan dan output makanan dan timbangan berat badan secara priodik (sekali seminggu)Rasionalisasi : berguna untuk mengukur keefektifan asupan gizi dan dukungan cairan.

Page 18: Contoh Makalah TB

4)  Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan, seta sebelum dan sesudah intervensi atau pemeriksaan per oral.Rasionalisasi : menurunkan rasa tak enak karena sisa makanan, sisa spuntum, atau obat pada pengobatan sistem pernapasan yang dapat merangsang pusat muntah.5)  Fasilitas pemberian diet TKTP, berikan dalam porsi kecil tapi sering.Rasionalisasi : memaksimalkan intake nutrisi tanpa kelelahan dan energi besar, serta menurunkan iritasi saluran cerna.

6)  Kolaborasi dengan ahli giza untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat.Rasionnalisasi : merencanakan  diet dengan kandungan gizi yang cukup untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori, sehubungan dengan status hipermetabolik pasien.

7)  Kolaborasi untuk pemerikasaan laboratorium, khususnya BUN (blood urea nitrogen), protein serum dan albumin.Rasionalisasi : menilai kemajuan terapi diet dan membantu perencanaan intervensi selanjutnya.8)  Kolaborasi untuk pemberian moltivitamin.Rasionalisasi : moltivitamin bertujuan untuk memenuhi kebutuhan vitamin yang tinggi sekunder dari peningkatan aju metabolisme umum.

5. Diagnosis 5Kecemasan yang berhubungan dengan adanya ancaman yang dibayangkan (ketidak mampuan untuk bernapas) dan prognosi penyakit yang belum jelas.

a.  Tujuanpasien mampu memahami dan menerima keadaannya, sehingga tidak muncul kecemasan yang berlebihan.

b.  Kreteria HasilPasien terlihat mampu bernapa secara normal dan mampu beradaptasi dengan keadannya. Respon non verbal pasien tampak lebih rileks dan santai.

c.  Interensi1)  Bantu dalam mengidentifikasi sumber coping yang ada.Rasionalisasi : pemanfaatan sumber coping yang ada secara konstruktif, sangat bermanfaat dalam mengatasi stres.2)  Ajarkan teknik relaksasi

Rasionalisasi : mengurangi ketegangan otot dan kecemasan3)  Pertahankan hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien.Rasionalisasi : hubungan saling ercaya membantu memperlancar proses terapiotik.4)  Kaji faktor yang menyebabkan timbulnya rasa cemas.Rasionalisasi : tindakan secara tepat diperlukan dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi  pasien dan membangun kepercayaan dalam mengurangi kecemasan.5)  Bantu pasien mengenali dan mengakui rasa cemasnya.Rasionalisasi : rasa cemas merupakan efek dari emosi, sehingga apabila sudah teridentifikasi dengan baik, perasaan yag mengganggu dapat diketahu.

6. Diagnosis 6

Page 19: Contoh Makalah TB

Kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai kondisi maupun aturan pengobatan, berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah.

a. Tujuan : pasien mmpu melaksanakan apa yang telah diinformasikan.b. Kriteria hasil.

Pasien terlihat mengalami penurunan potensi penularan penyakit, yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak pasien.

c. Intervensi1) Kaji kemampuan pasien untuk mengikuti pembelajaran (tingkat kecemasan, kelelahan umum,

engetahuan pasien sebelumnya, dan suasana yang tepat)Rasionalisasi : keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik, emosional, dan lingkungan kondusif.

2)  Jelaskan tentang dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan, dan alasan mengapa pengobatan TB berlangsung dalam waktu lama.Rasionalisasi : meniningkatkatkan partisipasi pasien dalam program pengobatan dan mencegah putus obat karena membaiknya kondisi fisik pasien sebelum jadwal terapi selesai.

3)  Ajarkan dan nilai kemamuan pasien untuk mengidentifikasi gejala atau tanda reaktifitas penyakit (hemoptisis, demam, nyeri dada, kesulitan bernapas, kehilangan pendengaran dan vertigo).Rasionalisasi : dapat menunjukkan pengaktifan ulang proses penyakit dan efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut.

4)  Tekankan pentingna mempertahankan asupan nutrisi yang mengandung protein dan kalori yang tinggi, serta asupan cairan yang cukup setiap hari.Rasionalisasi : diet TKTP (tinggi kalori dan tinggi protein) dan cairan yang adekuat memenuhi peningkatan kebutuhan metabolik tubuh. Pendidikan kesehatan tentang hal itu akan meningkatkan kemandirian  pasien dalam perawatan  penyakitnya.

7.  Diagnosis 7Infekai merupakan resiko tinggi (penyebaran/aktivasi ulang) yang berhubungan dengan

kerusakan jaringan/tambahan infeksi.a. Tujuan : infeksi karena jaringan/tambaham infeksi dapat teratasib. Kriteria Hasil

1) Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko penyebaran infeksi.2) Menunjukkan teknik atau melakukan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.c.  Intervensi1) Kajian patologi penyakit (aktif/fase tak aktif, yakni diseminasi infeksi melalui bronkus untuk

membatasi jaringan atau melalui aliran darah/sistem limfatik) dan potensi penyebaran infeksi melalui butiran-butiran (droplet) udara selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertawa, dan menyanyi.Rasionalisasi : membantu pasien menyadari/menerima perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulng/koplikasi. Pemahaman bagai mana penyakit itu disebarkan dan kesadaran mengenai transmisi, akan membantu pasien atau orang terdekat untuk mengambil langkah dalam mencegah infeksi ke orang lain.

2) Identifikasi orang lain yang beresiko, contoh anggota rumah, sahabat karib, atau teman.

Page 20: Contoh Makalah TB

Rasionalisasi : orang orang yang masuk dalam kelompok ini perlu mendapat program terapi obat untuk mencegah penyebaran atau terjadinya infeksi.

3) Anjuran pasien untuk menutup batuk/bersin dengan tisu. Minta mereka untuk menghindri meludah. Gunaka tisu sekali pakai dan ajarkan tatacar mencuci tangan yang tepat. Dorong pasien untuk mengulangi arahan tersebut untuk memastikan bahwa dia benar-benar mengerti.Rasionalisasi : perilaku-perilaku tersebut dilakukan untuk mencegah infeksi.

4) Kaji tindakan kontrol infeksi sementara dan contoh penggunaan masker atau isolasi pernapasan.Rasionalisasi : dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien dan membuang stigma sosial, sehubungan dengan penyakit menular.

5) Awasi suhu sesuai indikasiRaionalisasi : reaksi demam merupakan indiktor adanya infeksi lebih lanjut.

6) Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang kuman tuber kolosis, adanya tahanan/tekanan dari organ bawah paru-paru (alkoholisme, malnutrisi, atau bedah bypas intestinal), penggunaan obat penekan imun/kortikosteroid, adanya gejala diabetes mellitus dan kanker, serta konsumsi kalium.Rasionalisasi : pengetahuan tentang faktor-faktor ini dapat membantu pasien untuk mengubah pola hidup yang kurng sehat dan menghindari/menurunkan insiden eksaserbasi.

7) Tekanan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.Raionalisasi : periode singkat berakhir 2-3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi adanya rongga atau penyakit dan resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai tiga bulan.

8) Kaji pentingnya mengikuti kultur ulang secara periodik terhadap spuntum untuk lamanya terapi.Rasionalisasi : alat dalam pengawasan efek, begitu juga keefektifan obat serta respon pasien terhadap terapi.

9) Dorong pasien untuk memilih atau mencerna makanan seimbang. Berikan makanan kecil diantara makanan besar secara tepat.Rasionalisasi : adanya anoreksia atau malnutrisi sebelumnya merendahkan terhadap tahap proses infeksi dan mengganggu penyembuhan. Makanan kecil dapat meningkatkan pemasukan tersebut.

d. Kolaborasi1) Pemberian Pirainamida (PZA atau Aldinamide), paraamino salicic (PAS), silokserin

(seromicin), dan streptomycin (strisin).Rasionalisasi : obat sekunder tersebut diperlukan bila kuman infeksi resisten atau tidaktoleran terhadap obat primer.

2) Awasi pemerikasaan labratorium, contoh hasil usap spuntum.Rasionalisasi : pasien yang mengalami tiga usapan negatif (memerlukan 3-5 bulan), perlu menaati program konsumsi obat hingga gajal-gejala asimpromatik dipastikan tidak menyebar.

Page 21: Contoh Makalah TB

                                                      BAB III                                                           PENUTUP          

 3.1 Kesimpulan dan saran   Berdasarkan hasil pemeriksaan menyeluruh, yang meliputi anamnesis (yang juga mencakup tanda dan gejala serta riwayat penyakit), maka pasien didiagnosis menderita tuberkulosis jika telah menunjukkan gejala gejalanya. Pasien harus minum obat secara teratur dan melanjutkan terapi pengobatan hingga dinyatakan benar sembuh. Pasien harus sabar dan taat. Anggota keluarga harus memeriksakan dahaknya dan gar harus memperhatikan serta motifasi pasien tetap konsisten dalam menjalani pengobatan. 

Diposkan 18th January 2014 oleh KRISMAS EKA SAPUTRA