21
PERKERASAN JALAN SEMARANG-BAWEN Disusun oleh: 1. Achmad Wildan D A 2. Akbar Pitara Nagara 3. M. Fahmi Furqon 4. Rianto Dwi R 5. Rizky Febryan M P

Contoh Makalah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Edu

Citation preview

PERKERASAN JALAN SEMARANG-BAWEN

Disusun oleh:1. Achmad Wildan D A2. Akbar Pitara Nagara3. M. Fahmi Furqon4. Rianto Dwi R5. Rizky Febryan M P

TAHUN AJARAN2014/2015

1. PENDAHULUANJalan merupakan prasarana yang sangat menunjang bagi kebutuhan hidup masyarakat, kerusakan jalan dapat berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi terutama sarana transportasi darat. Dampak pada konstruksi jalan yaitu perubahan bentuk lapisan permukaan jalan berupa lubang (potholes), bergelombang (rutting), retak-retak, dan pelepasan butiran (ravelling) serta gerusan tepi yang menyebabkan kinerja jalan menjadi menurun. Komperhensivitas perencanaan prasarana jalan di suatu wilayah mulai dari tahapan prasurvey, perencanaan dan perancangan teknis, pelaksanaan pembangunan fisiknya hingga pemeliharaan harus integral dan tidak terpisahkan sesuai kebutuhan saat ini dan prediksi umur pelayanannya di masa mendatang agar tetap terjaga ketahanan fungsionalnya.Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi dimana diharapkan selama masa pelayanan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Maka dari itu sudah kewajiban kita untuk mengetahui mulai dari penyebab kerusakan dan cara pemeliharaan jalan tersebut. Agar tercipta jalan yang aman,nyaman dan memberikan manfaat yang signifikan bagi kesinambungan dan keberlangsungan hidup masyarakat luas dan menjadi salah satu faktor menjadikannya peningkatan kehidupan masyarakat dari beberapa aspek-aspek kehidupan. Jika kita kaji secara teori dan realita yang sudah berjalan selama ini, dalam pembangunan jalan ada banyak hal yang harus diperhatikan lebih mendetail dan teliti baik itu dari perencanaanjalan itu sendiri maupun pelaksanaan tentunya. Kita sebagai pengguna jalan pastinya menginginkan jalan yang kita pakai itu aman, nyaman, dan bersih. Maka dari itu kerusakan yang terjadi dijalan tersebut harus ditanggulangi dan diperbaiki dengan sungguh-sungguh.Dalam penulisan kali ini penulis merumuskan tiga permasalahan penting, yaitu bagaimanakah alternatif penanganan dan pemeliharaan kerusakan jalan yang terjadi pada perkerasan jalan?Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan perkerasan jalan di jalan Semarang-Bawen.

2. PEKERJAAN JALAN2.1 Profil PekerjaanJalan tol Tembalang-Gedawang merupakan bagian dari pembangunan jalan tol Semarang-Solo seksi I. Profil proyek ini adalah sebagai berikut. a. Sta 0+000 3+525 61 b. Panjang jalan: 3,525 m c. Waktu pelaksanaan: 390 hari d. Waktu pemeliharaan: 1095 harie. Tanggal kontrak: 13 Mei 2009 f. Nilai kontrak: Rp 411.660.639.000,00 (Terbilang: Empat ratus sebelas milyar enam ratus enam puluh juta enam ratus tiga puluh sembilan ribu rupiah) g. Pemilik proyek: PT Trans Marga Jawa Tengahh. Kontraktor pelaksana: PT Adhi Karya (Persero), Tbk i. Kepala proyek: Ir. Dwi Hari Purwantoj. Konsultan supervisi: PT Tata Guna Patria-PT.Virama Karya (Persero), Jo k. Konsultan perencana: PT Virama Karya (Persero) l. Subkontraktor utama: 1.Hanil Baja (pengadaan besi beton).2.PT Varia Usaha Mandiri (pengadaan readymix concrete). 3.PT Adhimix Precast Indonesia (pengadaan PCI girder).Lingkup pekerjaan ini berada pada sta. 0+000 sampai dengan sta. 3+525. Sta. 0+000 terletak di daerah Tembalang berupa struktur simpang susun, sementara sta. 3+525 terletak pada daerah Gedawang dengan bagian akhir berupa jembatan Gedawang. Oleh karena trase eksisting berbukit-bukit, untuk mencapai elevasi desain diperlukan pekerjaan tanah dengan volume 796.351,14 m yang meliputi pekerjaan galian timbunan, pekerjaan gali-buang, dan pekerjaan timbunan yang material timbunannya didatangkan dari hasil galian ruas Gedawang-Penggaron. Secara garis besar pekerjaan struktur pada proyek pembangunan jalan tol Semarang-Bawen Seksi I ruas Tembalang-Gedawang ini meliputi hal-hal sebagai berikut.a. Perkerasan jalan beton (Rigid Pavement) 4 lajur 2 lajur sepanjang 3.525 m.b. Tiga buah jembatan utama, yaitu;1. Banyumanik 1 (pondasi bore pile 80 titik, 4 bentang 40.6 m, tinggi pilar tertinggi 28m),2. Banyumanik 2 (pondasi bore pile 185 titik, 9 bentang 40.6 m, tinggi pilar tertinggi 54m), dan3. Gedawang (pondasi bore pile 286 titik, 11 bentang 40.6 m, tinggi pilar tertinggi 29.5m.c. Enam buah box culvert, yaitu;1. Ramp 2 Tembalang (traffic),2. Sta. 0+077 Klenteng Sari (traffic),3. Sta. 0+702 Tirto Agung (traffic),4. Sta. 0+910 Gerbang Tol (traffic dan drainase), dan5. Sta. 0+954 Jalan desa Gedawang (traffic) - Sta. 1+700 (drainase).d. Empat buah overpass, yaitu;1. overpass Mulawarman,2. simpang Susun Tembalang,3. pelebaran jembatan ngesrep,4. pedestarian Bridge Sta. 0+527.e. Fasilitas Tol dan Plaza TolPerhatian khusus pada pelaksanaan proyek ini adalah pekerjaan 3 jembatan utama di mana lahan memiliki kontur berbukit-bukit, sementara struktur jembatan memiliki pilar yang tinggi (mencapai 54 m) yang di dalam pelaksanaannya memerlukan sumber daya yang khusus yakni bekisting pilar dengan sistem jump form dan slip form, sistem pendukung untuk bekisting pier head, serta girder launching unit untuk pekerjaan erection girder. Kondisi geografis dan hidrologis kota Semarang dengan curah hujan yang cukup tinggi serta kondisi pembebasan tanah yang belum sepenuhnya selesai merupakan tantangan yang harus disikapi dengan perencanaan dan pelaksanaan yang matang agar proyek dapat diselesaikan dengan tepat waktu, mutu, dan biaya.

3. PERKERASAN JALAN3.1 Definisi Perkerasan jalanPerkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batuan pecah, batu belah ataupun bahan lainnya. Bahan ikat yang dipakai adalah aspal, semen ataupun tanah liat (http://id.wikipedia.org/wiki/Perkerasan_jalan). Apapun jenis perkerasan lalu lintas, harus dapat memfasilitasi sejumlah pergerakan lalu lintas, misalnya berupa jasa angkutan lalu lintas, jasa angkutan manusia, atau jasa angkutan barang seperti pada gambar 1, dan seluruh komoditas yang diizinkan untuk berlalu lalang disitu. Dengan beragamjenis kendaraan beserta angkutan barangnya akan memberikan variasi beban ringan, sedang, sampai berat. Jenis kendaraan penumpang akan memberikan pula sejumlah variasi. Hal itu harus didukung oleh perkerasan jalan, daya dukung perkerasan jalan raya ini akan menentukan kelas jalan yang bersangkutan, misalnya jalan kelas satu akan menerima beban besar dibanding jalan kelas dua.Gambar 1(Sumber:httpbinamarga.pasuruankab.go.idmodnewsimagesnormal44d58a6fbdcf9f47f06a7f19717a929f.jpg)

Menurut Hanzo Klim (2012:http://climcivil.blogspot.com/2012/10/makalah-kerusakan-perkerasan-jalan.html) dilihat dari mutu perkerasan jalan sudah jelas berbeda. Persyaratan umum dari suatu jalan adalah dapatnya menyediakan lapisan permukaan yang selalu rata dan kuat, serta menjamin keamanan yang tinggi untuk masa hidup yang cukup lama, dan yang memerlukan pemeliharaan yang sekecil-kecilnya dalam berbagai cuaca. Tingkatan sampai di mana kita akan memenuhi persyaratan tersebut tergantung dari imbangan antara tingkat kebutuhan lalu lintas, keadaan tanah serta iklim yang bersangkutan. Sebagaimana telah dipahami, bahwa yang dimaksud dengan perkerasan adalah lapisan atas dari badan jalan yang dibuat dari bahan-bahan khusus yang bersifat baik atau konstruktif dari badanjalannya sendiri.3.2 Jenis-jenis Perkerasan JalanPerkerasan jalan dibagi menjadi beberapa jenis, jenis-jenis perkerasan jalan (Gambar 3) tersebut adalah sebagai berikut.

a. Konstruksi Perkerasan Jalan LenturNorma Puspita (2009:https://civilengineerunsri08.wordpress.com/2009/03/17/jenis-jenis-perkerasan-jalan/) menyebutkan bahwa konstruksi perkerasan jalan lentur adalah perkerasan yang menggunakan bahan ikat aspal yang sifatnya lentur terutama pada saat panas. Aspal dan agregat ditebar dijalan pada suhu tinggi (sekitar 100 0C). Perkerasan lentur menyebarkan beban lalu lintas ketanah dasar yang dipadatkan melalui beberapa lapisan sebagai berikut, yaitu;1. Lapisan permukaan,2. lapisan Pondasi atas,3. lapisan pondasi bawah,4. lapisan tanah dasar.b. Konstruksi Perkerasan Jalan KakuKonstruksi perkerasan jalan kaku adalah perkerasan yang menggunakan bahan ikat aspal yang sifatnya kaku. Perkerasan kaku berupa plat beton (gambar 2) dengan atau tanpa tulangan diatas tanah dasar dengan atau tanpa pondasi bawah.

Gambar 2(sumber: https://dwikusumadpu.files.wordpress.com/2013/06/08062013001.jpg?w=714)

Beban lalu lintas yang diterima oleh jalan akan diteruskan keatas plat beton. Perkerasan kaku bisa dikelompokkan menjadi beberapa jenis berikut.1. perkerasan kaku semen yang terbuat dari beton semen baik yang bertulang ataupun tanpa tulangan;2. perkerasan kaku komposit yang terbuat dari komposit sehingga lebih kuat dari perkerasan semen, sehingga baik untuk digunakan pada landasan pesawat udara di bandara. (Norma Puspita:2009)

c. Material Perkerasan JalanRadi Wijaya (http://desaignercivil.blogspot.com/2009/08/material-dan-pelaksanaan-perkerasan.html) mengemukakan sebelum pekerjaan perkerasan jalan dilaksanakan, dibutuhkan persiapan baik itu persiapan material dasar, maupun persiapan lapangan tempat perkerasan itu dilaksanakan. Berikut adalah hal dan material yang harus dipersiapkan.1. Tanah Dasar (Sub Grade)Tanah dasar ialah jalur tanah bagian dari jalan tanah yang terletak dibawah pengerasan jalan seperti pada gambar 3. Kekuatan dan keawetan pengerasan jalan itu sangat tergantung pada sifat- sifat dan daya dukung tanah dasar. Oleh karena itu, pada perencanaan pembuatan jalan baru harus diadakan pemeriksaan tanah yang teliti ditempat- tempat yang akan dijadikan tanah dasar yang berfungsi untuk mendukung pengerasan jalan. Lebih utama kalau diambil beberapa contoh tanah dari tanah dasar itu dan dikirimkan ke laboratorium penyelidikan tanah untuk diselidiki.

Gambar 3(Sumber: http://www.eurobitume.eu/imagebrowser/view/image/541/_original)2. Agregat (Sub Base Course dan Base Course)Agregat biasanya di peroleh dari alam, namun ada pula yang buatan. Agregat dari gunung atau bukit sering ditemui yang masih berbentuk batu gunung sehingga diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai agregat konstruksi perkerasan jalan. Agregat ini harus melalui proses pemecahan terlebih dahulu supaya diperoleh bentuk partikel bersudut diusahakan berbentuk kubus, permukaan partikel kasar sehingga mempunyai gesekan yang baik, dan gradasi sesuai yang diinginkan seperti pada gambar 4.Gambar 4(Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-DFIdRI5JY5Q/UliEGeWGruI/AAAAAAAAAEM/zrlwVqwm_RQ/s1600/6452542_orig)

Proses pemecahan agregat sebaiknya menggunakan mesin pemecah batu (Crusher stone) sehingga ukuran partikel yang dihasilkan dapat terkontrol sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan.3. Aspal (Surface Course)Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperature ruang berbentuk padat sampai agak padat, jika dipanaskan sampai suatu temperature tertentu aspal dapat menjadi lunak atau cair sehingga dapat membungkus partikel agregat pada waktu pembuatan aspal beton atau dapat masuk kedalam pori-pori yang ada pada penyemprotan atau penyiraman pada kekerasan macadam ataupun peleburan. Jika temperature mulai turun aspal akan mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya (sifat termoplastis). Aspal yang digunakan pada konsturksi perkersan jalan berfungsi sebagai bahan pengikat, memberi ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan antara aspal itu sendiri juga sebagai bahan pengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada dari agregat itu sendiri.

3.3 Pemeriharaan Perkerasan JalanSetelah proses perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan konstruksi perkerasan selesai, tahap selanjutnya adalah berbagai upaya yang harus didijalankan untuk mempertahan kan tingkatan layanan jalan bagi para penggunanya. Tingkat layanan tersebut dapat diartikan sebagai jaminan atas waktu perjalanan, faktor keselamatan dan unsurterkait dengan kenyamanan selama melakukan perjalanan. Program pemeliharaan jalan didefinisikan sebagai tindakan yang diambil untuk mempertahankan semua elemen jalan dalam kondisi aman dan dapat dipergunakan. Terminologi mengenai kondisi tergantung kepada manfaat jalan, jumlah arus lalu lintas (volume lalu lintas), dan pertimbangan lain seperti teknis, sosial dan politis.Pemeliharaan (maintanance) dapat berupa langkah darurat, remidial ( tindakan rutin ), dan tindakan preventif. Hal tersebut tidak termasuk peningkatan atau peningkatan kekuatan elemen jalan, namun tetap masih dapat dilakukan sebagai pemeliharaan apabila tindakan yang dilakukan akan memberi manfaat jangka panjang bagi jalan tersebut.Pemeliharan jalan harus dibuat dengan baik melalui proses perencanaan, pengelolaan, perncangan dan pelaksanaan, melalui sistem manajemen dan prosedur yang tepat. Pemeliharaan tepat waktu terbbukti (Massey & Pool, 2003) merupakan tindakan efektif biaya (cost effective) dengan melaksanakan secara reguler. Penglaman mengatakan bahwa pemeliharaan tepat waktu datap memperpanjang umur konsruksi jalan antara 5 sampai 10 tahun (OECD, 1990). Sebaliknya pemeliharaan yang tidak tepat waktu dapat mengakibatkan kecelakan lalu lintas akibat kondisi jalan yang tidak menguntungkan.Disadari bahwa untuk melakukan perbaikan secara konsisten dan menerus harus didukung data yang akurat untuk setiap segmen jalan dan disertai dengan dana yang memadai. Dana tahunan untuk program pemeliharan seringkalli didasarkan atas kecenderungan tahunan dan didasarkan atas pengalaman tahun sebelumnya. Akan tetapi untuk pemeliharaan preventif dibutuhkan sistem yang menunjang dengan menggunakan manajemen pemeliharaan dan komprehensif ditunjang dengan data yang selalu diperbaharui.

Tujuan dari program pemeliharaan jalan antara lain adalah ;a. Perbaikan terhadap kerusakan fungsional konstruksi perkerasan,b. Memperpanjang umur fungsi dan struktur jalan,c. Mempertahankan faktor keamanan jalan,d. Menjaga jalan tetap pada kondisi baik, tindakan ini merupakan tindakan preventif untuk memperpanjang masa layan jalan

Kriteria yang dipergunakan untuk program pemeliharaan dikelompikkan menjadi:a. Aksi cepat (immesiate response) harus dilaksanakan segera dengan hitungan jam, bila kerusakan jalan dapat megakibatkan gangguan nyata pada arus lalu lintas dan harus segera ditangani seperti longsor; hilang, rusak atau tidak berfungsinya rambu lalu lintas; lubang pada perkerasan/lupur di badan jalan akibat longsor,b. Aksi segera (intermmediate response) dilaksanakan segera dalam hitungan hari atau minggu, bila kerusakan berat terjadi yang mengakibatkan penuruna tingkat keselamatan pengguna jalan seperti kerusakan beratkonstruksi perkerasan; beberapa diantaranya yang msuk kelompok ini adalah perbaikan untuk pagar pengaman atau perbaikan pagar pembatas yang tidak sesuai fungsinya, permukaan jalan yang sudah turun resistan kesatnya (skid resistance). Komponen tersebut keberadaanya adalah untuk menjamin keselamatan pengguna, sehingga ketidak berfungsiaanya atau hilangnya komponen tersebut harus segera ditanganic. Aksi tunda (delayed response) dilaksanakan dalam hitungan bulan, tindakan remedial dilakukan untuk komponen jalan yang tidak berpengaruh langsung pada layanan jalan seperti pemeliharan saluran drainase; pemeliharaan daerah hijau jalan seperti rumput dan tanaman hias; penembakan retak, pelaksanaanya harus dipertimbangkan sesuai dengan kondisi dan manfaat dari masing- masing komponen tersebutt, seperti pembersihan saluran air dilaksanakan sebelum musim hujan datang,d. Pemeliharaan preventif kegiatannya perlu direncanakan, diprogramkan, dan dilaksanakan secara terus menerus

3.4 Kerusakan Perkerasan Jalana. Kategori Evaluasi Kinerja perkerasan merupakan fungsi dari kemampuan relatifnya untuk melayani jumlah arus lalu lintas suatu periode masa tertentu sesuai dengan umur rencana. Diperlukan suatu saat tertentu sehingga dapat dipergunakan antara lain program pemeliharaan dan perbaikan. Pengukuran menggunakan sistem obyektif yang dapat digunakan untuk menguantifikasi kondisi perkerasan dan kinerja. Sistem ini digunakan untuk membatu daalam menetapkan beberapa jenis keputusan atau jenis perlakuan yang akan dilakukan (Hicks and Mahoney,1981) dalam upaya mempertahankan tingkat layanan yang diharapkan. Keputusan atau penetapan yang diambil adalah sebagaimana diuraikan berikut.1. Menetapkan prioritas pemeliharaan. Jenis dan kondisi data seperti kekerasan permukaan, kerusakan permukaan, dan lendutan digunakan untuk menetukan dan menetapkan program kegiatan atau segmen jalan yang sangat memerlukan tindakan pemeliharaan dan peningkatan. Setelah seluruh jenis dan kondisi diperoleh dan dapat diidentifikasi, berdasarkan temuan tersebut dapat ditetapkan segmen-segmen jalan yang rusak dan di evaluasi lebih lanjut untuk mempertimbangkan dan memilih strategi perbaikan yang diperlukan dan tepat sasaran.2. Meemperhitungkan strategi pemeliharaan dan perbaikan. Data dari survei kerusakan perkerasan digunakan melakukan kegiatan fisik berbasis program tahunan, seperti strategi yang tepat untuk dilaksanakan sebagai bagian perbaikan (penambalan, pelapisan ulan atau pendaur ulang) dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi perkerasan yang dihadapi.3. Perkiraan kinerja perkerasan. Data yang diperoleh seperti kekasaran permukaan, kekesatan permukaan, kerusakan permukaan, atau kombinasi peringkat berdasarkan prakiraan untuk masa depan mendatang yang dapat digunakan dalam kaitan dengan mempermudah atau membantu dalam penyiapan dan alokasi dana yang dibutuhkan, atau dapat juga digunakan untuk memperkirakan kondisi jaringan jalan untuk sesuai dengan alokasi dana tertentu yang tersedia.b. Kekasaran permukaanKekerasan permukaan (pavement roughness) (www.asphaltwa.com/wapa.web) adalah bentuk permukaan perkerasan yang tidak rata yang akan sangat mempengaruhi kualitas pengendaraa. Kekasaran pada jalan tidak hanya mengurangi kualitas pengendaraan namun juga terhadap biaya perjalanan karena terjadi penurunan kecepatan.IRI (international roughness index) digunakan sebagai angka untuk menyatakan kualitas kekasaran. Angka IRI diperoleh dari jumlah akumulasi suspensi dengan mengunakan kendaraan uji yang berjalan pad satu jarak tertentu, nilainya diukur berdasarkan suspensi diukur dengan inci atau mm sepanjang jarak tertentu (mil atau kilometer). Contoh hasil uji dapat dilihat pada gambar 5.Gambar 5 : Skala nilai IRI Roughness Scale (Sayers et al., 1986)

c. Kerusakan permukaanKerusakan permukaan (surface distress) didefnisikan (www.asphaltwa.com/wapa.web) sebagai indikator dari menurunnya atau buruknya kinerja konstruksi perkerasan dan dapat merupakan tanda awal kerusakan. Kerusakan permukaan merupakan indikasi dari kinerja buruk atau kurang baik, atau sebagai tanda awal kerusakan, atau jenis ketidaknyamanan pengguna jalan.d. Tahanan gesekTahanan gesek (skid resistance) adalah gaya yang terjadi saat roda kendaraan terhindar dari kejadian selip di sepanjang permukaan perkerasan. Besaran ini penting untuk mengevaluasi perkerasan karena tahanan kekerasan yang kurang baik berakibat terhadap peningkatan kecelakaan akibat selip.e. LendutanBesaran dan bentuk lendutan perkerasan merupakan fungsi dari volume dan jenis arus lalu lintas traffic, struktur perkerasan dan temperaturr udara dan perkerasan. Sehingga, lendutan permukaan ditambah dengan bentuk lengkung lendutannya (deflection basin) dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengukur kekuatan perkerasan. Pengukuran kelendutan dapat dilakukan dengan beberapa titik selain dari titik awal pembebanan dapat diukur pula beberapa titik sejarak tertentu dari pusat pembebanan. Beberapa diantara alat yang dapat digunakan adalah Benkelman Beam mengukur dengan beban bergerak atau Dynaflect. Peralatan yang lebih kompleks dan sering digunakan adalah jenis FDW (falling wight deflectometer). Alat ini digandengkan dengan kendaraan dan dilengkapi dengan beban serta sensorpengukuran kecepatan, kaki kakinya diletakan pada titik yang akan diukur. Ujung kaki harus menyentuh permukaan jalan sebelum pembebanan dilakukan melalui bentuk implus dan seluruh respon diukur melalui kaki-kaki alat uji (gambar 6)

Gambar 6 : Mekanisme pembebanan implus FWD (muka) dan Sensors (belakang) (www.asphaltwa.com/wapa.web)3.5 Problem PemeliharaanKerusakan yang memerlukan pekerjaan pemeliharaan dapat digolongkan dalam 3 kategori sebagai berikut.a. Kerusakan akibat pekerjaan awal1. kelemahan pengawasan,2. kelemahan desain,3. mutu material kurang baik.b. Kerusakan akibat pemakaian dan waktu1. keausan permukaan, cuaca (retak-retak) dan abrasi lalu lintas,2. pemasangan utilitas (listrik, kabel telepon)3. road marking, mata kucing, dll,4. kerapuhan joint.c. Kerusakan akibat penyebab khusus1. kecelakaan lalu lintas,2. lubang-lubang,3. longsoran.

4. PENUTUPAN4.1 Kesimpulan1. Berbagai skenario tingkat pertumbuhan akan membuat besaran program untuk pemeliharaan yang berbeda.2. Nilai kondisi fungsional dan struktural mempunyai peluang yang sama dalam penentuan program pemeliharaan.3. Penundaan program pemeliharaan akan mengakibatkan biaya dan nilai kondisi yang akan terus menurun yang di akibatkan bertambah panjangnya segmen yang rusak.4. Program pemeliharaan berkata lebih baik dibandingkan metoda pemeliharaan lainnya dalam suatu metoda yang membatas besaran biaya pemeliharaan selama lima tahun.4.2 SaranDari hasil kesimpulan dapat disisipkan suatu saran bahwa penundaan program pemeliharaan jalan akan menimbulkan besarnya biaya dan nilai kondisi jalan yang akan terus meningkat akibat bertambah panjangnya segmen jalan yang rusak.