80

CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE
Page 2: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

Bul. Tek & Info Pertanian Vol. 18 No. 2 Hal. 78-152 DenpasarAgustus 2020

ISSN: 1693 - 1262

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIANISSN: 1693 - 1262

Penanggung JawabKepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali

Dewan RedaksiDr. Ir. Ida Bagus Gede Suryawan, M.Si (Hama Penyakit)Dr. Drh. I Made Rai Yasa, M.Si (Sistem Usaha Pertanian)

Dr.I Gusti Komang Dana Arsana,SP.M.Si (Budidaya Pertanian)I Ketut Mahaputra, SP.MP (Sosial Ekonomi Pertanian)

Ir. Ida Ayu Parwati, MP (Sistem Usaha Pertanian)Drh. Nyoman Suyasa, M.Si (Sistem Usaha Pertanian)

Ir. Wayan Trisnawati, MP (Teknologi Pangan dan Pascapanen)I Nyoman Adijaya, SP.MP (Budidaya Pertanian)

Mitra BestariProf. Ir.M Sudiana Mahendra, MAppSc, Ph.D (Ilmu Lingkungan)

Prof.Ir.I Made S. Utama, M.S,Ph.D (Teknologi Pascapanen Hortikultura)Prof. (Riset) Dr. I Wayan Rusastra, M.S (Agroekonomi dan Kebijakan Pertanian)

Dr. Ir. Rubiyo, M.Si (Pemuliaan dan Genetika Tanaman)

Redaksi PelaksanaM.A Widyaningsih, SP

Annela Retna Kumala Sari, MP.drh, Berlian Natalia, M.Si

Alamat RedaksiBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) - Bali

Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Denpasar, Bali 80222PO.BOX 3480

Telepon/ Fax: (+62361) 720498email: [email protected]

website: http://www.bali.litbang.deptan.go.id

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian memuat pemikiran ilmiah, hasil – hasil kelitbangan,atau tinjuan kepustakaan bidang pertanian secara luas yang belum pernah diterbitkan pada

media apapun, yang terbit tiga kali dalam satu tahun setiap bulan April, Agustus, dan Desember

Page 3: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN

Volume 18 Nomor 2 Agustus 2020

ISSN : 1693 - 1262

TABLE OF CONCENT

ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARIDI LOKASI PENGEMBANGAN KAWASAN PADI DI BALI

Sagung Ayu Nyoman Aryawati, I Made Sukarja dan Wayan Sunanjaya .......................... 78-83

DAYA DUKUNG HIJAUAN PAKAN UNTUK TERNAK KAMBING DI LOKASI TTPDESA SANDA, KECAMATAN PUPUAN, KABUPATEN TABANAN

Ni Luh Gede Budiari dan I Putu Agus Kertawirawan ........................................................ 84-90

INOVASI PEMANFAATAN LAHAN KERING MASAM BERBASIS SISTEM USAHAPERTANIAN INOVATIF UNTUK MENDUKUNG KETERSEDIAAN PANGAN

Yennita Sihombing ............................................................................................................ 91-98

INTRODUKSI INOVASI TEKNOLOGI PERSEMAIAN BAWANG MERAH ASAL BIJIAndi Nirma Wahyuni, Saidah, dan Heni SP Rahayu ...................................................... 99-106

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS DAN GALUR JAGUNGBADAN LITBANG PERTANIAN DI KABUPATEN KARANGASEM

I Nyoman Adijaya .......................................................................................................... 107-112

PEMBERDAYAAN KELOMPOK PENANGKAR DALAM PRODUKSI BENIHSUMBER PADI MELALUI UNIT PENGELOLA BENIH SUMBER (UPBS) BPTP BALI

Ni Putu Sutami dan I.B.K. Suastika .............................................................................. 113-121

PENGARUH PEMBERIAN LARUTAN MOLASIS YANG MENGANDUNG BEBERAPA JENISAGEN DEFAUNASI (MOLADEF) TERHADAP PRODUKSI FESES SAPI BALI

Anak Agung Ngurah Badung Sarmuda Dinata, I Wayan Sudarmadan I Putu Agus Kertawirawan ...................................................................................... 122-127

PERAN TEMU TEKNIS INOVASI PERTANIANTERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PESERTA

I Wayan Alit Artha Wiguna, I Gusti Made Widianta,Ni Ketut Sudarmini, Agung Prijanto .............................................................................. 128-138

POTENSI JERAMI PADI BERBAGAI VARIETAS UNTUK MENDUKUNG KEBUTUHANHIJAUAN PAKAN SAPI BALI DI KABUPATEN TABANAN

Yusti Pujiawati, I Nengah Dwijana, dan Sagung Ayu Nyoman Aryawati ....................... 139-143

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP PAKET TEKNOLOGI INTRODUKSI KAKAOPADA KAWASAN PERKEBUNAN NASIONAL DI SULAWESI BARAT

Ketut Indrayana, Syamsuddin, dan Hesti Rahasia ....................................................... 144-152

Page 4: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

78 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) INPARI DI LOKASIPENGEMBANGAN KAWASAN PADI DI BALI

Sagung Ayu Nyoman Aryawati1, I Made Sukarja2 dan Wayan Sunanjaya3

1,2,3)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) BaliJl. By Pass Ngurah Rai Denpasar Bali

E-mail : [email protected]

Submitted date: 28 Mei 2020 Approved date : 29 Juni 2020

ABSTRACT

Adaptation of Some New Superior Variety (VUB) Inpari Area DevelopmentAssistance in Rice in Bali

Assistance in the development of rice areas is an effort to empower farmers on a regional scale, towardsincreasing the adoption of technological innovations, one of which is a new superior variety (VUB). The adaptationstudy of several Inpari VUB has been carried out in one subak in the district which is a rice-producing center,Subak Jaka, Kukuh Village, Marga District, Tabanan Regency, Bali in MT. 2016. The purpose of this study is todetermine the adaptability of growth and production of several Inpari VUB that have been released by thegovernment. This study used a randomized block design (RBD) with three treatments replicated three times.The treatments were Inpari 16, Inpari 30 and Ciherang, which each was covering 1 hectare. Parameters measuredwere plant height, number of tillers, number of filled and empty grains per panicle, weight of 1000 grains andproductivity per hectare. The analysis showed that the treatment of the varieties had no significant different onall plant parameters observed except the number of empty grains.The results of dry milled grain per hectareproduced by VUB Inpari 16 amounted to 7.88 tons, Inpari 30 which was 7.17 tons, and Ciherang 6.65 tonsGKG / Ha. Inpari 16 and Inpari 30 varieties can adapt and can be used to rotate varieties to replace Ciherangvarieties.

Keywords: Adaptation, VUB and regional assistance.

ABSTRAK

Pendampingan pengembangan kawasan padi merupakan upaya pemberdayaan petani dalam skalakawasan ke arah peningkatan adopsi inovasi teknologi, salah satunya adalah varietas unggul baru (VUB).Kajian adaptasi beberapa VUB Inpari telah dilaksanakan di salah satu subak di kabupaten yang merupakansentra penghasil beras, Subak Jaka, Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Bali pada MT.2016. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui daya adaptasi pertumbuhan dan produksi beberapaVUB Inpari yang telah dilepas oleh pemerintah. Kajian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)dengan tiga perlakuan diulang tiga kali. Sebagai perlakuan adalah Inpari 16, Inpari 30 dan Ciherang masing-masing seluas 1 hektar. Parameter tanaman yang diukur adalah tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah gabahisi dan hampa per malai, bobot 1000 butir dan produktivitas per hektar. Hasil analisis menunjukkan perlakuanvarietas yang dikaji berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter tanaman yang diamati kecuali jumlahgabah hampa. Hasil gabah kering giling per hektar dihasilkan oleh VUB Inpari 16 sebesar 7,88 ton, Inpari 30yaitu 7,17 ton, dan Ciherang 6,65 ton GKG/Ha. Varietas Inpari 16 dan Inpari 30 dapat beradaptasi dan bisadipergunakan untuk pergiliran varietas menggantikan varietas Ciherang.

Kata kunci: Adaptasi, VUB dan pendampingan kawasan.

Page 5: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

79

PENDAHULUAN

Padi merupakan komoditas yang sangatpenting karena saat ini beras menjadi makananpokok bagi lebih dari 90% rakyat di Indonesia(Wardana, 2012). Kebutuhan terhadap beras diBali dari tahun ke tahun cenderung terusmeningkat seiring dengan meningkatnya jumlahpenduduk baik untuk konsumsi, industri bahanmakanan maupun untuk keperluan upacaraagama. Peningkatan jumlah konsumsi tidakseimbang dengan peningkatan jumlah produksiyang dihasilkan secara nasional. Kebutuhankonsumsi beras masyarakat Bali setiap tahunsekitar 451.327 ton atau rata-rata 115,3 kg perkapita per tahun (BKP,2018Produksi padi pada2014 mencapai 857.944 ton gabah kering giling(GKG) dengan luas panen 142.697 ha, menurun24.148 ton atau 2,74 persen dibandingkandengan tahun sebelumnya dan produksi paditahun 2015 tercatat 853.899 ton GKG denganluas panen 137.475 ha, menurun 4,234 ton atau0,49 persen dibanding tahun sebelumnya (BPSProvinsi Bali, 2016).

Produktivitas padi di Provinsi Bali pada tahun2019 rata-rata 6,08 t/ha GKG (BPS Provinsi Bali2019), lebih tinggi dibandingkan denganproduktivitas nasional padi 5,11 t/ha GKG(Bardono 2020). Beberapa permasalahan yangberkaitan dengan usahatani padi sawah antaralain: (a) kepemilikan lahan yang relatif kecil, (b)terjadinya alih fungsi lahan sawah untukpenggunaan lainnya, (c) keterbatasan debit airirigasi di beberapa wilayah terutama pada musimkemarau yang disebabkan oleh persaingandalam penggunaan air irigasi, (d) keterbatasantenaga kerja terutama pada saat panen raya, (e)keterbatasan modal usahatani dan (f) tingkatserangan hama dan penyakit tanaman yangcenderung tinggi dan beragam antar wilayah danantar musim tanam, seperti wereng cokelat,penggerek batang, tikus, dan tungro (Suharyantoet al., 2015). Permasalahan tersebut berpe-ngaruh terhadap penerapan teknologi Penge-lolaan Tanaman Terpadu (PTT) rendah sehinggaperlu ditingkatkan melalui pendampingan.Pendampingan pengembangan kawasan padimerupakan upaya pemberdayaan petani dalamskala kawasan ke arah peningkatan adopsi ino-vasi teknologi usahatani padi sesuai target yangditentukan. Berkenaan dengan kondisi tersebutpendampingan oleh peneliti dan penyuluhmenjadi krusial untuk mengatasi permasalahandan peluang yang ada (Balitbangtan, 2016).

Sejalan dengan hal tersebut, upayapeningkatan produksi padi difokuskan padakawasan tanaman pangan melaluipendampingan Pengelolaan Tanaman Terpadu(PTT). PTT adalah suatu pendekatan inovatifdalam upaya meningkatkan produktivitas danefisiensi usahatani serta sebagai suatupendekatan pembangunan tanaman pangankhususnya dalam mendorong peningkatanproduksi padi (Badan Litbang, 2014).

Di Provinsi Bali, lebih dari 95% kawasansentra produksi padi ditanami varietas Ciherang(BPSB 2013). Penggunaan varietas padi sawahmengalami pergeseran dari sebelumnya IR64yang merupakan varietas dominan, kemudianpetani beralih menggunakan varietas Ciherang,Cigeulis, Cibogo, Mekongga, dan Inpari. Hal inikarena IR64 telah mengalami penurunan dayahasil dan rentan terhadap hama dan penyakit(Suharyanto et al., 2015). Penggunaan varietassecara terus menerus dari musim ke musimdalam satu hamparan berdampak negatif padaproduktivitas padi. Untuk memperoleh varietasalternatif pengganti varietas Ciherang perlu diujibeberapa VUB padi sawah berpotensi hasil tinggidengan rasa nasi enak di sentra-sentra produksipadi di Bali, diantaranya di Kabupaten Tabanan

Salah satu komponen teknologi dalam PTTadalah varietas unggul baru. Selain berdaya hasiltinggi, varietas unggul baru memilikipertumbuhan yang lebih seragam sehinggadapat dipanen serempak, mutu hasil lebih baik,tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa 18,0-22,7%, dan disukai oleh umumnya petani(Mejaya et al., 2014).

Badan Litbang Pertanian telah melepas lebihdari 200 varietas padi sejak tahun 1930an.Varietas yang dilepas mempunyai karakteristikyang beragam, baik yang mempunyai umurgenjah, produktivitas tinggi, tahan terhadap hamadan penyakit tertentu, dan karakter unggullainnya. VUB Inpari 16 potensi hasil 7,6 ton/ha,tekstur nasi pulen, tahan Hawar Daun Bakteripatotipe III dan blas ras 033. Inpari 30 CiherangSub 1 mempunyai keunggulan tahan terhadaprendaman air, umur genjah hanya 111 harisetelah semai dengan potensi hasil 9,6 ton/ha.Tekstur nasi pulen yang disukai sebagian besarmasyarakat (Bardono,2020).

VUB padi yang mendominasi dan belumtergantikan sampai saat ini yakni varietasCiherang dan IR64. Kedua varietas ini semakinrentan terhadap serangan hama dan penyakitsehingga sangat diperlukan varietas pengganti

Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru (VUB) Inpari di Lokasi PengembanganKawasan Padi di Bali | Sagung Ayu Nyoman Aryawati, dkk.

Page 6: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

80 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

yang lebih toleran dan berdaya hasil tinggi. VUByang mendekati diantaranya Inpari 16 dan Inpari30. Untuk mengenalkan VUB Inpari tersebutperlu dilakukan pengujian untuk melihatadaptasinya. Tujuan dari kajian ini adalah untukmengetahui daya adaptasi dari varietas unggulbaru (VUB) Inpari 16, Inpari 30 dan Ciherang disubak sentra produksi padi di KabupatenTabanan, Bali.

METODOLOGI

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam kajian iniadalah pupuk anorganik dan pupuk organik,seperti pupuk urea, phonska, pupuk kandangsapi dan bahan lainnya. Selain itu digunakanvarietas unggul baru (VUB) Inpari 16 dan Inpari30 yang diperoleh dari Balai Besar PenelitianPadi (BB Padi). Sedangkan alat yang digunakanadalah alat untuk bercocok tanam, meteran,timbangan dan alat-alat yang lainnya.

Rancangan Percobaan

Kajian ini menggunakan Rancangan AcakKelompok (RAK) dengan tiga perlakuan diulangtiga kali. Sebagai perlakuan adalah : (1) varietasunggul baru (VUB) Inpari 16, (2) VUB Inpari 30dan (3) VUB Ciherang. Luas petak yangdigunakan disesuaikan dengan luas petak alamipetani, dimana petani kooperator (27 orang) totalluasan 3 hektar.

Lokasi dan Waktu Kajian

Kajian dilakukan di lahan sawah di SubakJaka, Desa Kukuh, Kecamatan Marga,Kabupaten Tabanan, Bali pada MT. 2016. Subak

Jaka merupakan salah satu sentra penghasil padidi Kabupaten Tabanan, kabupaten lumbungpangan di Bali, merupakan lahan sawah dataranrendah karena terletak < 400 m dpl.

Pendekatan

Kajian ini, menggunakan pendekatan PTT(Pengelolaan Tanaman Terpadu). Adapunkomponen PTT yang digunakan dalam kegiatanini diantaranya tertera pada Tabel 1.

Pengumpulan dan Analisis Data

Parameter tanaman padi yang diamati: tinggitanaman, jumlah anakan produktif, jumlah gabahisi dan hampa per malai dan hasil gabah keringpanen (GKP) per hektar. Data yang dikumpulkandianalisis secara sidik ragam. Uji rata-ratapengaruh perlakuan dilakukan dengan uji DMRTpada taraf 5 % (Gomez dan Gomez, 1984)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis statistik terhadap tinggitanaman, jumlah anakan produktif (malai) danjumlah gabah isi per malai disajikan pada Tabel2. Hasil analisis statistik terhadap tinggi tanamanmenunjukkan pengaruh berbeda nyata. Tinggitanaman tertinggi dihasilkan oleh VUB Inpari 30dan berbeda nyata bila dibandingkan denganperlakuan lain. Sedangkan tinggi tanamanterendah dihasilkan oleh VUB Inpari 16. Tinggitanaman pada saat panen yang diamatibervariasi antar VUB yang dibudidayakan.Beberapa ahli dibidang budidaya padi berbedapendapat mengenai pengaruh tinggi tanamanterhadap produktivitas padi. Tinggi tanamanmerupakan faktor genetik dari tanaman itu sendiridan keragaman tanaman akibat faktorlingkungannya (Suryanugraha et al., 2017).

Tabel 1. Teknologi budidaya padi model PTT yang digunakan di lapangan.

Perlakuan Komponen Teknologi PTT

Varietas Varietas unggul baru (VUB)Tanam bibit 15 HSS.Jumlah bibit/lubang 1-3 bibit untuk tanam pindahDosis pupuk anjuran Rekomendasi Katam (150 kg urea ha-1 dan 200 kg Phonska ha-1) dan 2,0 ton

pupuk organik ha-1.Pengendalian hama/penyakit Prinsip PHTPengairan Pengairan berselang

Page 7: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

81

Selain faktor sifat genetik, tinggi tanaman jugadipengaruhi kondisi lingkungan dimana tanamantersebut tumbuh (Sujitno et al., 2011). Tanamanyang tinggi sangat mudah rebah sehingga dapatmenurunkan hasil gabah (Sutaryo danSudaryono 2012). Hasil kajian Suwijana et al.(2013) terhadap beberapa VUB Inpari (Inpari 7,14, 15) menunjukkan semakin tinggi tanamanpadi, maka produksi tanaman juga semakinmeningkat. Hal yang sama dikemukakan olehDuwijana et al. (2013) yang mendapatkankomponen pertumbuhan dari beberapa VUBInpari (7, 14, 15) yang dikaji di Subak TibuBeleng, Jembrana, Bali menunjukkan data yangbervariasi juga. Hasil analisis statistik terhadapvariabel jumlah anakan dan jumlah gabah isi permalai, menunjukkan pengaruh yang tidak nyata,seperti terlihat pada Tabel 2.

Hasil analisis statistik terhadap jumlah gabahhampa per malai, bobot 1000 butir danproduktivitas padi disajikan pada Tabel 3. PadaTabel 3 terlihat perlakuan berpengaruh nyataterhadap jumlah gabah hampa per malai. Jumlahgabah hampa per malai terbanyak dihasilkanoleh VUB Inpari 16 dan tidak berbeda nyatadengan Inpari 30. Jumlah gabah hampa terendahdihasilkan oleh VUB Ciherang. Sedangkanterhadap bobot 1000 butir tidak berbeda nyata,

begitu pula dengan produktivitas. Produktivitasvarietas Inpari 16 dan Inpari 30 tidak jauhberbeda dibandingkan dengan varietasCiherang. Dengan demikian varietas Inpari 16dan Inpari 30 dapat beradaptasi dan bisadipergunakan untuk pergiliran varietasmenggantikan varietas Ciherang.

Di Provinsi Bali, lebih dari 95,0 % kawasansentra produksi padi telah ditanami VUB dan limavarietas diantaranya lebih dominanpengembangannya dengan luas tanam 94,30 %dari total luas sawah di Bali (BPSB, 2013). Darilima VUB tersebut VUB Ciherang menggeserdominasi VUB IR 64 yang telah ditanam petanisecara luas pada 5-10 tahun terakhir.Penggunaan varietas secara terus menerus darimusim ke musim dalam satu hamparan akanberdampak negatif yaitu produktivitas padicenderung menurun. Oleh karena itu, perludilakukan pergiliran varietas dengan penggunaanvarietas unggul lainnya.

Varietas Inpari 16 dan Inpari 30 telahberkembang dan beradaptasi sampai saat ini dibeberapa subak di Bali. Berdasarkan kegiatanSL Mandiri Benih, sebaran varietas Inpari 16sejumlah 12.850 kg yaitu di Kabupaten Jembrana(di Subak Tibubeleng, Jagaraga, Pecelengan,Pohsanten, Tegal Wangi, Pangkung Buluh),

Tabel 2. Keragaan tinggi tanaman dan jumlah anakan beberapa VUB Inpari di lahan sawah di Bali MT. 2016

Varietas Tinggi tanaman (cm) Jumlah Anakan Jumlah gabah isi(batang/rumpun) per malai

Inpari 16 106,33 a 13,53 a 123,67 aInpari 30 117,80 b 15,53 a 133,20 aCiherang 107,47 a 13,40 a 126,20 aKK (%) 4,07 9,79 10,66

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyatapada taraf uji BNT 5 %.

Tabel 3. Keragaan jumlah gabah hampa per malai dan produksi beberapa VUB Inpari di lahan sawah di BaliMT. 2016.

Varietas Jumlah gabah hampa per malai Bobot gabah 1000 butir Produktivitas (ton GKG/ha)

Inpari 16 17,13 b 26,97 a 7,88 aInpari 30 15,63 b 26,97 a 7,17 aCiherang 12,13 a 24,57 a 6,65 aKK (%) 7,91 5,78 13,35

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyatapada taraf uji BNT 5 %.

Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru (VUB) Inpari di Lokasi PengembanganKawasan Padi di Bali | Sagung Ayu Nyoman Aryawati, dkk.

Page 8: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

82 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

Koptan Sri Ananta Buwana, dan UD. BismaPerkasa. Sebaran varietas Inpari 30 sejumlah2.000 kg di Kabupaten Buleleng (di SubakBabakan, Sambangan, Kresek, Cengana,Muara, Lebah Mantung, Gede Swakarsa) danUD Swandewi. Produktivitas rata-rata Inpari 16sebesar 7,2 ton/ha dan Inpari 30 sebesar 8,3 tonGKP/ha (Sugiarta et al., 2019).

Berdasarkan deskripsi padi, asal seleksi darivarietas Inpari 16 adalah Ciherang/Cisadane/Ciherang dan Inpari 30 adalah Ciherang/IR64Sub1/Ciherang. Kedua varietas tersebutmerupakan keturunan varietas Ciherang dengantekstur nasi pulen, sama seperti tekstur nasivarietas Ciherang (Sasmita et al., 2019). Dengandemikian varietas tersebut bisa dipergunakansebagai pergiliran varietas, untuk memutusserangan hama penyakit.

KESIMPULAN

Perlakuan yang dicoba tidak berbeda nyataterhadap seluruh parameter tanaman yangdiamati, kecuali jumlah gabah hampa per malai.VUB Inpari 16 dan Inpari 30 produktivitasnyatidak berbeda nyata dengan VUB Ciherang,sehingga kedua varietas tersebut dapatdisimpulkan mampu beradaptasi di lokasi kajiandan bisa dipergunakan untuk pergiliran varietas.VUB Inpari 16 dan 30 berkembang sampai saatini di beberapa Subak di Bali denganproduktivitas rata-rata Inpari 16 sebesar 7,2 t/hadan Inpari 30 sebesar 8,3t/ha.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepadatim kegiatan Pendampingan PengembanganKawasan Komoditas Padi Tahun Anggaran 2016,petani kooperator dan semua pihak yangmemberikan kontribusinya pada pelaksanaankegiatan.

KONTRIBUSI PENULIS

Penulis pertama atas nama Sagung AyuNyoman Aryawati dalam artikel ilmiah inimerupakan kontributor utama dan penulisberikutnya adalah kontributor anggota dalampelaksanaan penelitian dan penulisan.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.2014. Panduan Pendampingan PengelolaanTanaman Terpadu. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian. KementerianPertanian.

Balai Penelitian Pengembangan Pertanian. 2016.Petunjuk Pendampingan PengembanganKawasan Padi, Jagung dan Kedelai. BalaiPenelitian Pengembangan Pertanian.Kementerian Pertanian.

Bardono, S. 2020. Inpari 30 Ciherang Sub 1tahan rendaman air hingga 15 hari. InovasiPertanian. Technology_Indonesia.com. 21Januari 2020.

Bardono, S. 2020. BPS Rilis Data produksi padi2019 metode kerangka sampel area.Jakarta.Technology_Indonesia.com. 6Februari 2020.

BKP, 2018. Statistik Ketahanan Pangan. BadanKetahanan Pangan Kementerian Pertanian2019. http://bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/uploaded-files/STATKP18_pagenumber.pdf

BPS Provinsi Bali, 2016. Luas panen, rata-rataproduksi padi sawah dan padi ladang di Bali2011-2015. https://bali.bps.go.id/dynamictable/2016/07/25/56/luas-panen-rata-rata-produksi-dan-produksi-padi-sawah-dan-padi- ladang-di-bal i-2011-2015.html[BPSB] Balai Pengawas SertifikasiBenih. 2013. Laporan inventarisasipenyebaran varietas. BPSB Bali. DinasPertanian Tanaman Pangan Provinsi, Bali,ID.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali.2016. Produktivitas Padi Bali CapaiPeringkat Tiga Nasional. Antara News Bali.Berita Terkini Bali.

Duwijana, IN., SAN. Aryawati dan IB. Aribawa.2013. Tampilan beberapa varietas unggulbaru (VUB) Inpari di Subak Tibu Beleng,Mendoyo, Jembrana Bali. Buletin Teknologidan Informasi Pertanian. Vol. 11 (34) 2013.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.Badan Litbang Pertanian. KementerianPertanian. Hlm : 55-61.

Page 9: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

83

Gomez and Gomez. 1984. Statistical Proceduresfor Agricultural Research. Second Edition.An International Rice Research Instute Book.A Wiley Interscience Publ. John Wiley andSons. New York, USA.

Mejaya, M.J., Satoto, P. Sasmita, Y. Baliadi, A.Guswara, dan Suharna. 2014. Deskripsivarietas unggul baru padi. Badan Penelitiandan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Sasmita, P., Satoto, Rahmini, N. Agustiani, D. D.Handoko, Suprihanto, A. Guswara danSuharna. 2019. Deskripsi Varietas UnggulBaru Padi. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian. KementerianPertanian, Jakarta,

Sugiarta, P., K.K. Sukraeni, M. Budiartana, danM. Sukarja. 2019. Laporan Akhir Tahun SLDesa Mandiri Benih. Balai PengkajianTeknologi Pertanian Bali. Balai BesarPengkajian dan Pengembangan TeknologiPertanian, Badan Penelitian danPengembangan Pertanian, KementerianPertanian.

Sujitno, E., T. Fahmi, dan S. Teddy. 2011. Kajianadaptasi beberapa varietas unggul padigogo pada lahan kering dataran rendah di

Kabupaten Garut. Jurnal Pengkajian danPengembangan Teknologi Pertanian 14(1):6-69.

Suryanugraha, W.A., Supriyanta, Kristamtini.2017. Keragaan Sepuluh Kultivar Padi Lokal(Oryza sativa L.) Daerah IstimewaYogyakarta. Vegetalika 6 : 55-70.

Sutaryo, B., T. Sudaryono. 2012. Tanggapsejumlah genotip padi terhadap tiga tingkatkepadatan tanaman. Jurnal Ilmiah Pertanian.14(1): 45-53

Suwijana, I Made., IB. Aribawa dan SAN.Aryawati. 2013. Display beberapa varietasunggul baru Inpari di Subak Kusamba, DesaKusamba, Kecamatan Dawan, KlungkungBali. Buletin Teknologi dan InformasiPertanian. Vol. 11 (32) 2013. BalaiPengkajian Teknologi Pertanian Bali. BadanLitbang Pertanian. Kementerian Pertanian.Hlm : 6-11.

Wardana, P., E. Y. Purwani, Suhartini, A. T.Rakhmi, Z. Mardiah, S.D. Ardiyanti, Jumali,dan Lasmini . 2012. Almanak Padi Indone-sia. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi,Badan Penelitian dan Pengembangan Per-tanian, Kementerian Pertania. Hlm : 1-80.

Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru (VUB) Inpari di Lokasi PengembanganKawasan Padi di Bali | Sagung Ayu Nyoman Aryawati, dkk.

Page 10: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

84 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

DAYA DUKUNG HIJAUAN PAKAN UNTUK TERNAK KAMBING DI LOKASI TTPDESA SANDA, KECAMATAN PUPUAN, KABUPATEN TABANAN

Ni Luh Gede Budiari1 dan I Putu Agus Kertawirawan2

1,2)Balai PengkajianTeknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Bali, 80222

E-mail :[email protected]

Submitted date : 9 Juni 2020 Approved date : 29 Juni 2020

ABSTRACT

The Carrying Capacity of Forage Feed for Goat Livestock at Agricultural Technology Parkin Sanda Village, Pupuan District, Tabanan Regency

The purpose of this study was to study the carrying capacity of land for the provision of animal feed (HPT)and the carrying capacity of livestock in the location of agricultural technology parks (TTP).The study wasconducted at the TTP location in Sanda Village, Pupuan District, Tabanan Regency from February to October2018. The calculation of the carrying capacity of HPT can be done by calculating the production of odot grass,cetaria and indigofera at 8 months.Observations were made on the number of clumps, total number of clumps,average weight / clumps, wet production, total production / year and cattle capacity. Calculations using theformula: Land carrying capacity = Land area / plant population X crop production. Livestock Capacity = numberof production / year: consumption / cycle. The data collected was analyzed descriptively to determine theproduction of the observed variables and the capacity of livestock. The results showed that the production ofodot, setaria and indigofera grass at the age of 8 months of cutting was 13,546 kg / year, 5,911 kg / year and4,243 kg / year, could accommodate 25.08 goats.

Keywords: Carrying capacity, forage, goat livestock

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui daya dukung lahan untuk penyediaan hpt dan daya dampungternak kambing yang ada di lokasi TTP. Penelitian dilaksanakan di Lokasi TTP Desa Sanda, Kecamatan Pupuan,Kabupaten Tabanan dari bulan Pebruari sampai Oktober 2018. Penghitungan daya dukung HPT dapat dilakukandengan menghitung produksi rumput odot, rumput setaria dan indigofera dilakukan pada umur tanaman 8bulan. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah rumpun, total jumlah rumpun, rata-rata berat/rumpun,produksibasah, Total produksi/tahun dan dayatampungternak. Perhitungan dengan menggunakan rumus: Dayadukung lahan = Luas lahan/ populasi tanaman X produksi tanaman. DayaTampungTernak = jumlah produksi/tahun :konsumsi/siklus. Data yang dikumpulkan dianalisis deskriptif untuk mengetahui produksi dari variabelyang diamati dan daya tampung ternak. Hasil penelitian menunjukan produksi rumput odot, setaria dan indigoferapada umur pemotongan 8 bulan masing-masing sebanyak 13.546 kg/tahun, 5.911 kg/tahun dan 4.243 kg/tahun, dapat menampung ternak kambing sebanyak 25,08 ekor.

Kata kunci :Daya dukung, hijauan, ternak kambing

PENDAHULUAN

Produktivitas ternak kambing sangattergantung dari kualitas dan kuantitas pakan yangdiberikan. Semakin baik kualitas pakan yangdiberikan maka pertumbuhannya semakin

bagus. Tanaman pakan merupakan salah satupendukung peningkatan produktivitas ternak,oleh karena itu ketersediaan dan kualitasnyaharus tetap terjaga agar dapat memenuhikebutuhan ternak.Namun kenyataan dilapanganpeternak jarang yang memperhatikan kualitas

Page 11: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

85

dan kuantitas pakan yang diberikan keternaknya.Hal ini disebabkan karena selama ini budidayaternak kambing yang dilakukan oleh peternakhanya sebagai sambilan saja. Sebagian besarternak kambing dipelihara secara tradisionaldengan pakan seadanya sehingga tidak mampumemberikan pertumbuhan yang maksimal.Rumput yang diberikan selama ini mempunyaikualitas yang jelek dengan palatabilitas yangrendah. Usaha untuk menanam dan membu-didayakan hijauan pakan ternak jarang dilakukanoleh peternak. As -Syakure t al . (2011)melaporkan produktivitas ternak akan terjagaapabila pakan yang diberikan kualitas dankuantitasnya stabil. Lebih lanjut dijelaskan bahwatanaman pakan merupakan salah satupendukung peningkatan produktivitas ternak,oleh karena itu ketersediaan dan kualitasnyaharus tetap terjaga agar dapat memenuhikebutuhan ternak.

Kondisi ini tidak sesuai dengan kondisidilapangan dimana ketersediaan pakanterhalang dengan keterbatasan lahan untukpengembangannya. Lahan, tanaman dan ternakkambing merupakan satu kesatuan organis yangerat hubungannya serta memiliki ketergantunganyang tinggi satu dengan lainnya. Ketigakomponen tersebut merupakan sistem segitigayang harus berfungsi secara sinergis untukberproduksi secara optimal. Terlebih jikaproduktivitas diharapkan berjalan secara lestaridan berkelanjutan (Soedjana, 2007).Yusdja danIlham, (2006) menyatakan penurunan produksipakan akan mempengaruhi daya dukung ternakuntuk menyediakan pakan, bahkan menye-babkan penurunan populasi karena petanimerasakan kesulitan untuk mengembangkanternak, padahal keberlanjutan pogrampengembangan ternak pada suatu wilayah,ditentukan oleh ketersediaan pakan. Oleh karenaupaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkanproduktivitas ternak kambing dengan systemintegrasi antara ternak kambing dengan tanamanpertanian ataupun perkebunan.

Taman Teknologi Pertanian (TTP) meru-pakan lokasi percontohan teknologi pertanianyang salah satunya adalah percontohanbudidaya ternak kambing yang terintegrasidengan tanaman kopi. Sistem integrasi tanamanternak dalam usaha pengembangan ternakkambing saling keterpaduan dengan tanaman,dalam konsep tersebut sudah mengedepankan

keseimbangan pemanfaatan limbah dari masing-masing komoditi untuk dimanfaatkan secaraoptimal. Konsep ini dapat dilakukan denganpemanfaatan lahan seoptimal mungkin untuktanaman pakan, pemanfaatan limbah pertanianatau perkebunan sebagai pakan danmemanfaatan teknologi pengolahan pakan.Pakan asal limbah memiliki kandungan seratkasar yang tinggi dengan nilai nutrisi yang rendaholeh karena itu perlu inovasi yang dapatmengolah bahan pakan lokal yangketersediaannya banyak, kandungan gizinyacukup tinggi dan belum dimanfaatkan secaraoptimal.

Proses awal dalam usaha untuk memba-ngun pertanian terintegrasi di lokasi ini dibu-tuhkan perencanaan yang matang untukmenghitung ketersediaan lahan untuk pengem-bangan HPT, budidaya kopi dan areal kandangternak kambing. Kegagalan pengembanganpopulasi ternak pada suatu wilayah biasanyaakibat dari kurang memperhitungkan dayadukung pakan yang tersedia. Padahal pakanmerupakan input terbesar pada sistempeternakan (Hidayatet al., 2006)

Oleh karena itu untuk pengembangan ternakkambing di lokasi TTP dibutuhkan perhitunganpenyediaan pakan secara berkelanjutan dengancara menghitung potensi penyediaan hijauanpakan untuk ternak kambing, agar diketahuiberapa ekor idealnya ternak kambing bisadikembangkan.Tujuan penelitian ini untukmengetahui daya dukung lahan untukpenyediaan hpt dan daya tampung ternakkambing yang ada di lokasi TTP.

METODOLOGI

Lokasi dan waktu

Kajian dilaksanakan di Lokasi TTP DesaSanda, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanandari bulan Pebruari sampai Oktober 2018.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam kajian ini bibitrumput odot, rumput setaria, Indigofera, pupukorganik dan NPK. Alat-alat yang dipergunakantimbangan digital, meteran, tali dan sabit.

Daya Dukung Hijauan Pakan Untuk Ternak Kambing di Lokasi TTP Desa Sanda,Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan | Ni Luh Gede Budiari, dkk.

Page 12: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

86 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

Pengumpulan Variabel

Penghitungan daya dukung HPT dapatdilakukan dengan menghitung produksi rumputodot, rumput setaria dan indigofera dilakukanpada umur tanaman 8 bulan. Pengamatandilakukan terhadap jumlah rumpun, total jumlahrumpun, rata-rata berat/rumpun, produksi basah,Total produksi/tahun dan daya tampung ternak.Daya dukung lahan = Luas lahan/ populasitanamanX produksi tanamanDayaTampungTernak = jumlah produksi/tahun :konsumsi/siklus

Analisis data

Data yang dikumpulkan dianalisis deskriptifuntuk mengetahui produksi dari variabel yangdiamati dan daya tampung ternak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Ketersediaan Pakan

Ketersediaan hijauan makanan ternaksangat tergantung pada ketersediaan lahan.Daerah Sanda, Kecamatan Pupuan, KabupatenTabanan lokasi TTP memiliki lahan dengan luas(6 Ha) dapat mendukung ketersediaan hijauanpakan. Ketersediaan pakan ini berasal dari Jenisrumput lapang, gulma dibawah tanaman kopi,dapdap, gamal dan limbah kulit kopi. Penyediaanpakan baik dari segi kualitas, kuantitas maupunkesinambungan ketersediaannya merupakanfaktor utama dalam upaya peningkatanproduktifitas ternak. Ketersediaan hijauan pakanternak berfluktuatif sepanjang tahun. Padamusim hujan produksi hijauan akan banyakbahkan sampai kelebihan sedangkan padamusim kemarau ketersediaan dan kualitas nutrisirumput alam juga akan makin menurun, hal iniakan berpengaruh langsung terhadapproduktivitas ternak yang kekurangan pakan.

Damryet al. (2008) menyatakan bahwarumput alam tidak mampu memenuhi kebutuhannutrien ternak, dan ternak yang sedang dalamperiode pertumbuhan akan memperlihatkantingkat pertambahan bobot badan yang rendah.Karakteristik yang dimiliki rumput alamdiantaranya tumbuh dengan sendirinya, sertarendah produksinya. Pada musim kemarau, nilai

nutrisi rumput alam mengalami penurunan.Kandungan nutrisi dalam rumput alam yaitu21,60% bahan kering, 10,20% protein, 52%energi, kalsium 0,37%, fosfor 0,23%, dan 76%air (Rukmana, 2005).Hal ini merupakan kendalapada peningkatan produktifitas ternak.Disamping itu adanya persaingan dalampenyediaan pakan dengan kebutuhanpenyediaan pangan seiring denganmeningkatnya kebutuhan masyarakat akanruang, menyebabkan semakin berkurangnyaketersediaan lahan pertanian karena dikonversimenjadi ruang untuk pengembangan pemukimandan berbagai kebutuhan hidup manusia lainnya(Umela dan Nurfitriyanti, 2016).

Suarna et al (2015 ) menyatakan upayayang diperlukan untuk meningkatkan dayadukung hijauan pakan untuk pengembanganternak adalah melalui pengadaan dan perbaikanvegetasi hutan dan pemanfaatan lahanperkebunan yang ditumpangsarikan dengantanaman pakan. Tanaman yang tumbuhsebagian besar di bawah lahan perkebunandapat dimanfaatkan sebagai sumber hijauanpakan tetapi produktivitasnya masih rendah.Rumput yang tumbuh dan diberikan keternakdapat sebagai rumput potong ataupun gembala.Rumput gembala sebaiknya tumbuh rendah,vertikal atau merambat, tahan injakan, dantumbuh cepat (Purbajanti, 2012). Strategipenyediaan hijauan pakan memerlukanpendekatan/dukungan seperti berikut: 1.Meningkatkan jumlah, jenis, dan efektivitas,berbagai kebun bibit; 2. Melibatkan berbagaipemangku kepentingan; 3. Meningkatkanefektivitas pemanfaatan sumberdaya untukpengembahan tumbuhan pakan; 4. Menerapkanprinsip-prinsip bioteknologi lingkungan dalam,dan pembudidayaan dan pengolahan HMT.Berdasarkan sumber pengadaannya pakanternak dapat berasal dari: budidaya tanamanhijauan pakan ternak, padang penggembalaanumum (native pasture), lahan tanamanperkebunan, limbah pertanian dan limbahagroindustri.

Upaya untuk meningkatkan ketersediaanpakan di lokasi TTP dilakukan denganmembudidayakan hijauan pakan unggul sepertirumput odot, rumput setia, indigofera, turi dangamal. Disamping itu pemanfaatan potensibiomasa pakan alternatif yang bersumber daritanaman pangan sangat besar baik dalam jumlahmaupun keragaman jenisnya. Potensi lain

Page 13: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

87

berasal dari sektor tanaman perkebunan,terutama kopi dan kakao. Sebagian besar bahanpakan tersebut termasuk kelompok pakanberserat tinggi (roughage) dan memilikiketerbatasan fisik maupun kimiawi, apabiladijadikan pakan konsentrat. Ginting (2009)menyatakan bahan pakan asal limbah memilikikehambaan yang tinggi, defisiensi serta ketidakseimbangan kandungan nutrien esensial seringmenyebabkan bahan-bahan tersebut kurangdisukai ternak ataupun sulit dicerna yangmengakibatkan rendahnya konsumsi pakan danasupan nutrisi.Oleh karena itu dibutuhkanteknologi pengolahan pakan untuk meningkatkangizi biomasa tersebut. Salah satu teknologi yangdapat digunakan adalah fermentasi pakan.

Limbah kulit kopi selama belumdimanfaatkan secara optimal. Kulit kopi hanyadibiarkan begitu saja sebagai sampah dansebagian kecil dipergunakan sebagai pupuktanaman. Secara fisik, potensi kulit kopi cukupbesar yaitu kulit biji kopi sebanyak 6% dan dagingbuah kopi 42% dari berat glondongan kering(Zaenuddin et al., 1995). Dalam prosespengolahan kopi basah akan menghasilkan 65%biji kopi dan 35% kulit kopi. Dari angka tersebutdi Bali diprediksi akan tersedia 2.959 ton kulitkopi segar. Untuk meningkatkan nilai gizi kulitkopi dilakukan dengan fermentasi menggunakanfermentor aspergillus niger. Bidura (2008)menyatakan bahwa limbah yang difermentasikandungan protein dan energinya meningkatsedangkan kandungan serat kasarnya menurun.Lebih lanjut Budiari (2009) menyatakan bahwakulit kopi yang difermentasi dengan Aspergillusniger meningkatkan kandungan proteinnya dari9,94 % menjadi 17,81%, dan kandungan seratkasar menurun dari 18,74% menjadi 13,05%.

Penggunaan kulit kopi sebagai pakan ternakkambing telah dilakukan oleh Guntoro et al.(2003) melaporkan bahwa pemberian kulit kopi

sebanyak 100 – 200 g/ekor/hari dibandingkanpemanfaatan pakan tradisional pada kambingperanakan etawa rata-rata meningkatkanpertumbuhan dari 68,15 g/ekor/hari menjadi99,25 – 100,10 g/ekor/hari. Guntoro (2008) jugamelaporkan pemberian dedak kulit kopiterfermentasi sebanyak 11% dari total ransumpada ayam buras Bali produksi telurnya rata-rata35 – 40 %, sedangkan ayam buras Bali denganpakan konvensional produksi telurnya rata-rata25%.

Disamping itu, untuk antisipasi kekuranganpakan di musim kemarau, telah dilakukanpengolahan pakan dengan membuat silase darirumput dan gulma yang produksinya berlebihpada saat musim hujan. Silase yang dibuat dapatdijadikan stok pakan pada saat musim kemarau.Disamping itu pembuatan silase sangatbermanfaat untuk mempertahankan gizi daritanaman, dimana kelebihan hijauan dapatdipanen dan dijadikan silase. Hasil analisisproksimat yang dilakukan diperoleh silase darirumpu todot, rumput setia, rumput lapang dangulma memiliki kandungan protein yang cukuptinggi dan dapat dijadikan pakan ternak kambing(Tabel 1).

Daya Dukung Lahan Terhadap PenyediaanPakan

Daya dukung wilayah dapat didefinisikansebagai kemampuan wilayah berdasarkansumberdaya yang tersedia untuk memungkinkansejumlah makhluk dapat hidup secara wajar danterpenuhi segala kebutuhan pokok hidupnya(Umela dan Nurfitriyanti, 2016). Lebih lanjutdijelaskan daya dukung wilayah dapat diartikansebagai kemampuan suatu wilayah untuk dapatmenampung dan menahan tekanan/kerusakanakibat aktivitas manusia dalam memenuhikebutuhan hidupnya dengan tetap menjaga

Tabel 1. Kandungan gizi dari silase

Hasil analisis proksimat (%)Jenis Sample

K. Air Bk PK LK SK K. Abu BETN TDN

Odot 13,78 86,22 13,7 4,21 19,33 22,49 40,27 56,05Setaria 12,99 87,01 14,38 4,23 21,2 13,34 46,85 61,41R. Lapang 9,12 90,88 9,88 2,76 30,43 13,13 43,81 51,14Gulma 7,01 92,99 12,59 2,01 24,32 14,53 46,54 55,23

Keterangan : Hasil analisis proksimat dari Laboratorium Nutrisi dan MakananTernak, Loka Sapi Potong, Grati

Daya Dukung Hijauan Pakan Untuk Ternak Kambing di Lokasi TTP Desa Sanda,Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan | Ni Luh Gede Budiari, dkk.

Page 14: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

88 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

keseimbangan ekosistemnya. DirektoratJenderal Peternakan, (1985) menyatakan dayadukung suatu wilayah yang diperuntukkan bagipengembangan ternak adalah kemampuanwilayah untuk menampung sejumlah populasiternak secara optimal. Pemanfaatan lahandidasarkan pada : (1) lahan sebagai sumberpakan ternak, (2) semua jenis lahan cocoksebagai sumber pakan, (3) pemanfaatan lahanuntuk peternakan diartikan sebagai usahapenyerasian antara peruntukkan lahan dengansistem pertanian, dan (4) hubungan antara lahandan ternak bersifat dinamis.

Daya dukung “Stocking rate” juga dapatdidefinisikan :kemampuan lahan untukmenyediakan hijauan untuk pakan ternak selamasatu musim (Musim hujan atau musimkering).Ketersediaan lahan sangatmempengaruhi komposisi dan kualitas pakanyang diberikan kepada ternak. Pengembanganternak kambing yang berbasis lahan (land base)penggunaan pakan hijauan dapat mencapai 100persen. Sebaliknya yang tidak berbasis lahan(non land base) penggunaan pakan konsentratcenderung meningkat. Bahkan pemberian pakan(ransum) yang padat gizi, volume pemberianpakan dapat dikurangi hingga 40 persen dankonsumsi normalnya tanpa mengurangikebutuhan normal (Sutardi, 2003).

Ketersediaan lahan yang luas di lokasi TTPsangat mendukung penyediaan pakan ternakkambing, baik yang dilakukan denganmembudidayakan ataupun ketersediaan rumputlapang dan limbah perkebunan. Seekor ternakmembutuhkan makanan sesuai dengan beratbadannya. Secara umum seekor kambingmembutuhkan makanan dalam bentuk bahankering sebanyak 3% dari berat badannya dan15% dalam bentuk segar atau basah. Jumlahmakanan yang akan diberikan harus bersisa 10 –15%, jumlah ini menunjukan pemberian makanansudah berlebihan (ad libitum).Ternak kambingyang berat badannya 35 kg membutuhkan pakanhijauan segar/ekor/hari adalah 15% dari beratbadannya yaitu 5,25 kg. Kebutuhan pakanhijauan setiap bulan untuk satu ekor kambingpenggemukan adalah 5,25kg x 30 hari = 157,5kg/bulan atau 945 kg/ 6 bulan hijauan.

Produksi rumput odot, rumput setaria, danindigofera dalam setahun masing-masingsebanyak13.546 kg/tahun, 5.911 kg/tahun dan4.243 kg/tahun (tabel 2). Apabila ransum yangdiberikan pada ternak kambing terdiri dari 30%

rumput odot + 30% rumput setaria + 40%indigofera, maka kebutuhan masing-masinghijauan per 6 bulan untuk ternak kambingsebanyak 283,5 kg (R. Odot), 283,5 kg (R.Setaria) dan 378 kg (Indigofera).Kebutuhanpakan per tahun sebanyak 1.890 kg.Santosa(2017) menyatakan jumlah daya dukung pakanber-gantung terhadap jumlah hasil produksipertanian tanaman pangan dan luas arealperkebunan. Semakin tinggi jumlah hasilproduksi dan luas areal pertanian, semakin tinggipula daya dukung pakan mendukung populasiternak kambing.

Daya Tampung Ternak

Daya Tampung “Carryng capacity” adalahkemampuan menampung ternak dalam satutahun yang mencakup musim hujan dan kering.Perhitungan tentang kapasitas tampung suatulahan terhadap jumlah ternak yang dapatdipelihara adalah berdasarkan pada produksihijauan pakan yang tersedia. Dalam perhitunganini digunakan norma SatuanTernak (ST) yaituukuran yang digunakan untuk menghubungkanbobot badan ternak dengan jumlah pakan yangdikonsumsi (Delima et al. 2015). Hardjosubrotodan Astuti, (1993) menyatakan bahwa diIndonesia, satu ST setara dengan seekor sapidewasa dengan bobot badan 300 kg yangberumur 2,5 tahun. Lebih lanjut Subdit PakanHijauan (2013) menyatakan standar kebutuhanhijauan pakan berdasarkan Satuan Ternakadalah : Ternak dewasa (1 ST) memerlukanhijauan pakan sebanyak 30 kg/ekor/hari , Ternakmuda (0,50 ST) memerlukan hijauan pakansebanyak 15 –17,5 kg/ekor/hari, dan Anak ternak(0,25 ST) memerlukan hijauan pakan sebanyak7,5-9 kg/ekor/hari. Standar kebutuhan tersebutdigunakan untuk memprediksi kebutuhan luaslahan dalam upaya mencukupi kebutuhanhijauan pakan. Sedangkan untuk mengukurkebutuhan hijauan pakan didasarkan padakemampuan ternak mengkonsumsi hijauan.

Hasil kajian memperoleh produksi rumputodot, setaria dan indigofera pada umur 8 bulanmasing-masing sebanyak 13.546 kg, 5.911 kgdan 4.243 kg (Tabel 2). Produksi ini akan terusbertambah seiring dengan meningkatnya umurtanaman. Berdasarkan ketersediaan pakan daritiga jenis rumput yang dibudidayakan di lokasiTTP, maka jumlah ternak kambing yang dapatdipelihara dapat dihitung berdasarkan produksi

Page 15: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

89

rumput dan jumlah pakan yang dibutuhkanselama satu siklus pemeliharaan. Dari hasilperhitungan : Total produksi pakan/tahun : (bagi)jumlah pakan per siklus = (23.700 kg : 945 kg=25,08 ekor). Ini berarti untuk lokasi TTP DesaSanda dalam setahun dapat menanpung ternakkambing sebanyak 25 ekor, setara dengan 3,5ekor ternak sapi (1 ST ternak sapi = 7 ekor ternakkambing). Penambahan populasi ternak kambingmasih mungkin dilakukan di lokasi TTP denganmengoptimalkan pemanfaatan limbahperkebunan dan pembuatan pakan awetan silasedari gulma yang tumbuh dibawah pohon kopi.

KESIMPULAN

Produksi rumput odot, setaria dan indigoferapada umur pemotongan 8 bulan masing – masingsebanyak 13.546 kg/tahun, 5.911 kg/tahun dan4.243 kg/tahun,dapat menampung ternakkambing sebanyak 25,08 ekor. Produksi ini akanmeningkat seiring meningkatnya umur tanamansehingga jumlah ternak yang bisa ditampung jugasemakin banyak.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepadaBapak Kepala Balai BPTP Bali atas dana yangtelah diberikan untuk pelaksanaan penelitian ini,dan seluruh tim ternak TTP Bali, yang tidak bisadisebutkan namanya satu per satu atasbantuannya dalam pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

As- Syakur. A.R., I.W.Suarna, I.W.Rusna, danI.N.Dibia. (2011). Pemetaan KesesuaianIklim Tanaman Pakan Serta KerentanannyaTerhadap Perubahan Iklim Dengan SistemInformasi Geografi (SIG) di Propinsi Bali.Pastura. Journal Of Tropical ForageScience. Jurnal Ilmu Tumbuhan PakanTropik. Himpunan Ilmuwan TumbuhanPakan Indonesia (HITPI). Vol 1 Agustus2011. Hal 9-13.

Bidura, I.G.N.G., T. G. O. Susila, dan I. B. G.Partama. 2008. Limbah, Pakan TernakAlternatif dan Aplikasi Teknologi. UdayanaUniversity Press, Unud., Denpasar

Budiari, N.L.G. 2009. Potensi dan PemanfaatanPohon Dadem sebagai Pakan Ternak Sapipada Musim Kemarau. Bulletin Teknologidan Informasi Pertanian. Edisi 22,Desember,2009. Balai Pengkajian TeknologiPertanian Bali : 10-12.

Damry., Marsetyo., S. P. Quigley., dan D. P. Poppi.2008. Strategi untuk MeningkatkanPertumbuhan Sapi Bali (Bos sondaicus)Muda yang Disapih pada Peternak Kecil dikabupaten Donggala, Provinsi Sulawesitengah. Animal Production Vol. 10 No. 3 :135- 139

Delima, M., Karim, A., &Yunus, M. (2015). Kajianpotensi produksi hijauan pakan pada lahaneksisting dan potensial untuk meningkatkanpopulasi ternak ruminansia di kabupatenAceh Besar. Jurnal Agripet, 15(1), 33-40.

Tabel 2. Potensi penyediaan hijauan pakan ternak kambing di lokasi TTP Desa Sanda, Kec. Pupuan, Kab.Tabanan tahun 2018

Jenis Hijauan Luas Luas Jlh Total Rata- Jlh Produksi Produksi/ Jlhlahan ubinan rumpun berat rata rumpun (basah) tahun Kambing(m2) basah berat/r (kg) dipelihara

(kg) umpun (ekor)

Rumput Odot 200 6,25 25 70,55 2,82 800 2.258 13.546 Rumput Setaria 100 6,25 49 61,57 1,26 784 985 5.911 Indigofera 200 6,25 25 22,1 0,88 800 707 4.243

Total 3.950 23.700 25

Sumber : Data primer

Daya Dukung Hijauan Pakan Untuk Ternak Kambing di Lokasi TTP Desa Sanda,Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan | Ni Luh Gede Budiari, dkk.

Page 16: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

90 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

Direktorat Jenderal Peternakan dengan PUSDIPSL, IPB. 1985. Pedoman dan PemanfaatanLahan untuk Peternakan. Kerjasama antaraDirektorat Penyebaran dan PengembanganPeternakan, Direktorat Jenderal Peternakandengan PUSDI PSL, IPB. Bogor.

Guntoro, S. 2008. Membuat Pakan Ternak dariLimbah Perkebunan. PT. AgromediaPustaka, Jakarta. 76p.

Guntoro, S., dan I.M.R. Yasa. 2003. PemanfaatanKopi Terfermentasi Untuk PenggemukanPeranakan Ettawah (PE) Muda. Prosiding.Seminar Nasional Revitalisasi TeknologiKreatif Dalam mendukung Agribisnis danOtonomi Daerah. Pusat Penelitian danPengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.Badan penelitian dan PengembanganPertanian. Departemen Pertanian. Hal.379-382

Ginting, S.P. 2009. Prospek Penggunaan PakanKomplit Pada Kambing: Tinjauan Manfaatdan Aspek Bentuk Fisik Pakan Serta ResponTernak. Wartazoa Vol 19. No 2 : 64 -75

Hardjosubroto, W. dan J. M. Astuti. 1993. BakePintar Peternakan. PT GramediaWidiasarana Indonesia. Jakarta.

Hidayat, H. 2015. Pengelolaan Hutan Lestari :Partisipasi, Kolaborasi, dan Konflik. YayasanPustaka Obor Indonesia. Jakarta.

Purbajanti, E. D. 2012. Rumput dan Legum.Graha Ilmu. Yogyakarta

Rukmana, R. 2005. Budi Daya Rumput Unggul.Kanisius. Yogyakarta

Santoso, A. B., & Nurfaizin, N. (2017). ProyeksiDaya Dukung Pakan dan Populasi Sapi diProvinsi Maluku. Agriekonomika, 6(1), 1-11.

Soedjana, Tj. D. 2007. Sistem usahataniterintegrasi tanaman-ternak sebagairespons petani terhadap faktor risiko. JurnalLitbang Pertanian, 26(2): 82-87.

Suarna, I. W., Duarsa, M. A. P., Mariani, N. P.,Sumardani, L. G., & Lindawati, S. A. (2015).Daya Dukung Hijauan Pakan DalamKonservasi Sapi Putih Taro. Bumi LestariJournal of Environment, 16(1).

Sutardi, T. 2003. Penggunaan LimbahPerkebunan Sebagai Pakan Ruminansia.Makalah disampaikan pada kunjungan kePTPN VII Bandar Lampung.

Subdit PH (Pakan Hijauan). 2013. Pedomanpelaksanaan optimalisasi sumber bibit/benihHPT di kelompok tahun 2014. DirektoratJenderal Peternakan Dan Kesehatan HewanKementerian Pertanian.

Umela, S., & Bulontio, N. (2016). Daya dukungjerami jagung sebagai pakan ternak sapipotong. Jurnal Technopreneur (JTech), 4(1),64-72.

Yusdja Y dan N. Ilham. 2006. Arah KebijakanPembangunan Peternakan Rakyat. AnalisisKebijakan Pertanian 2 (2) : 183 – 203.

Zainuddin, D., I.P. Kompiang dan H. Hamid. 1995.Pemanfaatan Kopi dalam Ransum Ayam.Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian APBN T.A.94/95. Balai Penelitian Ternak Ciawi – Bogor.

Page 17: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

91

INOVASI PEMANFAATAN LAHAN KERING MASAM BERBASIS SISTEM USAHAPERTANIAN INOVATIF UNTUK MENDUKUNG KETERSEDIAAN PANGAN

Yennita Sihombing

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianJl. Tentara Pelajar No. 10, Bogor, 16114E-mail: [email protected]

Submitted date : 5 Mei 2020 Approved date : 30 Juni 2020

ABSTRACT

Innovation of Acid Dried Land Utilization Based on InovativeFarming System to Support Food Availability

There is still wide chance to fullfill sustainable national food requirement (security and soverignty) derivedfrom annual crops, estate plantation, and husbandry though it faces potency of sub-optimal land of dry acid anddry climate that has lower fertility than optimal land. Acid dry land is basicallybecome alternatives of our effortsto increase food commodity productions and has several constraints so that it requires extra effort to be convertedinto productive cultivation land for crops and livestocks. The purpose of this paper was to identify types of dryland agricultural technology innovations based on innovative agricultural business systems in support of foodavailability. The assessment was conducted using secondary data analyzed qualitatively by using the ResearchDesk Method.The effective and local spesific technologies include mapping of land capability and suitability,comodity zonation, analysis of farm bussines, optimalization of land utilization, agrotechnology apllication,integrated farming sytem, providing of farm production input, improvement of infrastructure, training assistanceempowerment, development of technology, control of agricultural land conversion, and institution arrangement.

Keywords: Acid dry land,innovative agricultural business system, technology innovation

ABSTRAK

Upaya berkelanjutan untuk pemenuhan kebutuhan pangan nasional (ketahanan dan kedaulatan pangan)yang bersumber dari tanaman setahun, perkebunan, dan peternakan masih terbuka luas, walaupun dihadapkanpada potensi lahan yang sub-optimal kering masam dan iklim kering bukan lahan optimal.Lahan kering masampada dasarnya merupakan alternatif upaya meningkatkan produksi komoditi pangandimana lahan-lahan yangsecara alami mempunyai satu atau lebih kendala sehingga butuh upaya ekstra agar dapat dijadikan lahanbudidaya yang produktif untuk tanaman dan ternak.Tujuan penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis inovasi teknologi pertanian lahan kering berbasis sistem usaha pertanian inovatif dalam mendukungketersediaan pangan. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang dianalisis secara kualitatifdengan menggunakan Metoda Desk Research.Teknologi tepat guna dan spesifik lokasi meliputi pemetaankemampuan dan kesesuaian lahan, pewilayahan komoditas, analisis usahatani, optimalisasi pemanfaatan lahan,aplikasi agroteknologi, pertanian terpadu, penyediaan input produksi pertanian, perbaikan infrastruktur, pelatihanpendampingan pemberdayaan, pengembangan teknologi, pengendalian konversi lahan pertanian, dan penataankelembagaan

Kata kunci: Lahan kering masam, sistem usaha pertanian inovatif, inovasi teknologi

PENDAHULUAN

Lahan sawah irigasi subur yang beralihfungsi untuk kepentingan non pertanian sangatmeningkat jumlahnya pada saat ini, yang

disebabkan pertumbuhan jumlah penduduk yangterus bertambah. Hal ini memberikan dampakpengembangan potensi lahan kering yang harussecepatnya dilakukan untuk budidaya tanamanpangan (padi, jagung, dan kedelai), untuk

Inovasi Pemanfaatan Lahan Kering Masam Berbasis Sistem Usaha Pertanian InovatifUntuk Mendukung Ketersediaan Pangan | Yennita Sihombing

Page 18: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

92 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

mendorong pencapaian program upaya khususdalam memenuhi kebutuhan pangan di masadepan. Lahan pertanian subur sudah sangatterbatas dan lahan yang tersisa sebagaicadangan masa depan sebagian besar adalahlahan suboptimal dengan segalaketerbatasannya.Lahan suboptimal yang palingluas ialah lahankering yaitu 122,1 juta ha yangterdiri atas lahan kering masam 108,8 juta ha danlahan kering iklim kering 13,3 jutaha (Mulyani danSarwani 2013).

Beberapa hasil penelitian menunjukkanbahwa inovasi teknologi yang telahdiintroduksikan kepada masyarakat petani,beberapa diantaranya tidak diadopsi lebih lanjutoleh petani, misalnya pada pengendalian hamaterpadu (Nilasari et al. 2016) disebabkan olehtingkat kerumitan dan kurang menguntungkanhasil dari inovasi teknologi tersebut.Untukmembangun dan mengembangkan usahapertanian berkelanjutan berbasis inovasi dalamrangka meningkatkan pendapatan dankesejahteraan petani, perlu menggunakanpendekatan baru yang mengakomodasikankeberhasilan implementasi model terdahulu danmemperbaiki kelemahan-kelemahannya. Tujuanpenulisan ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis inovasi teknologi pertanian lahan keringberbasis sistem usaha pertanian inovatif dalammendukung ketersediaan pangan.

METODOLOGI

Bahan literatur yang digunakan dalampenulisan makalah ini adalah beberapa referensiyang berasal dari hasil penelitian, kajian, danulasan dari beberapa tulisan yang kemudiandirangkum menjadi suatu karya tulisan ilmiah.Pengkajian dilakukan dengan menggunakanMetoda Desk Research, data yang digunakanadalah data sekunder yang berasal dari berbagai

sumber yaitu; Badan Penelitian dan Pengem-bangan Kementerian Pertanian dan berbagailiteratur yang mendukung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi dan Permasalahan Lahan KeringMasam

Potensi lahan kering untuk pengembanganpertanian di Indonesia sangat besar. Data BadanLitbang Pertanian diperkirakan mencapai 76 jutahektar (ha). Luasan tersebut berada di dataranrendah-tinggi dengan iklim basah dan kering.Wilayah yang cukup luas potensi lahan keringberada di NTT dan NTB.Sekitar 70,41 juta hektar(58%) dari 122,05 juta hektar lahan sub-optimalsesuai untuk pengembangan pertanian (Tabel 1).Hal ini senada dengan Hasbi (2014) yangmenyebutkan bahwa secara keseluruhan potensiluas lahan sub optimal sebesar 156,5 juta ha,yang terdiri atas 123,1 juta ha berupa lahankering dan 33,4 juta ha berupa lahan basar(rawa).

Lahan kering masam berpotensi sangatbesar mendukung pembangunan pertanian diIndonesia khususnya dalam upaya mencapaikemandirian pangan. Lahan kering masam diIndonesia seluas 107,4 juta ha (Balitbangtan2014) dan 48% dari total luas lahan keringmasam terletak pada kemiringan lahan <15%sehingga relatif sesuai untuk pertanian tanamanpangan. Dalam mengoptimalisasi pemanfaatanlahan kering masam untuk kegiatan usahatani,khususnya tanaman pangan diperlukanpemahaman mengenai karakter tanah-tanahmasam sehingga teknologi yang direkomen-dasikan sesuai dan dapat meningkatkanproduktivitas lahan (Irawan, et al. 2015).

Tabel 1. Luas lahan kering sub optimal yang potensial untuk pengembangan pertanian (hektar)

Lahan suboptimal Luas lahan suboptimal Potensi untuk pertanian

Lahan kering masam 108.775.830 62.647.199Lahan kering iklim kering 13.272.094 7.762.543

Total 122.047.924 70.409.742

Sumber : Mulyani dan Syarwani (2013)

Page 19: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

93

Potensi Lahan Kering Masam

Tanaman pangan lahan kering diarahkanpada lahan dengan bentuk wilayah datarbergelombang (lereng < 15) dan mempunyaidrainase baik. Namun pada kenyataannya,banyak lahan datar bergelombang digunakanuntuk tanaman tahunan/perkebunan, dansehingga tanaman pangan (tegalan) tersisihkandanbanyak diusahakan di lahan berbukit hinggabergunung (Sukarman et al. 2012).

Dari total luas 148 juta ha, lahan kering yangsesuai untuk budi daya pertanian hanya sekitar76,22 juta ha (52%), sebagian besar terdapat didataran rendah (70,71 jutaha atau 93%) dansisanya di dataran tinggi.Di wilayah dataranrendah, lahan datar bergelombang (lereng <

15%) yang sesuaiuntuk pertanian tanamanpangan mencakup23,26 juta ha. Lahan denganlereng15"30% lebih sesuai untuk tanamantahunan (47,45 juta ha). Di dataran tinggi, lahanyang sesuai untuk tanaman panganhanya sekitar2,07 juta ha, dan untuk tanaman tahunan 3,44juta ha (Abdurachman et al. 2008).

Luas lahan kering masam di Indonesiasekitar 108,8 juta hektar atau sekitar 69,4% daritotal lahan kering di Indonesia. Lahan keringmasam dengan jenis tanah ultisols dan oxisolsmerupakan areal terluas di Indonesia, yangtingkat kesuburannya rendah sehinggadibutuhkan inovasi teknologi untuk dapatmeningkatkan produktivitasnya (BBSDLP, 2012).

Produktivitas tanaman pangan pertanian,perkebunan, dan peternakan di lahan suboptimal

Tabel 2. Luas tanah masam berdasarkan ordo dan kemiringan lahan per pulau

Ordo tanah Kemiringan lahan (%)Pulau

Ultisols Inceptisols Oxisols Entisols Spodosols <15 >15

Kalimantan 20,09 10,97 4,68 1,45 2,06 20,95 18,29Sumatera 9,39 13,41 5,93 0,59 0,02 16,59 12,76Sulawesi 4,25 4,41 0,66 0,21 0 0,96 8,57Jawa 1,17 2,13 0,27 0,24 0 1,6 2,21Papua 5,75 7,88 2,41 1,22 0 8,44 8,82Maluku 1,24 2,05 0,19 0,05 0 0,74 2,8Bali+Nusa Tenggara 0,03 0,04 0 0,04 0 0,04 0, 06

Total 41,92 40,89 14,14 3,8 2,08 49,32 53,51

Sumber: Irawan, et al. 2015

Tabel 3. Lahan potensial untuk pertanian lahan kering iklim basah dan lahan kering iklim kering per Pulau/Kepulauan di Indonesia.

Luas lahan kering (x1000ha)Pulau/Kepulauan

Iklim basah Iklim kering Jumlah

Sumatera 7.747 - 7.747Jawa 1.078 886 1.964Kalimantan 8.953 8.953 8.953Sulawesi 572 219 791Bali 108 - 108Nusa Tenggara - 1.122 1.122Maluku 218 - 218Papua 4.185 - 4.185

Jumlah 22.861 2.227 25.088

Sumber: Sukarman dan Suharta (2010)

Inovasi Pemanfaatan Lahan Kering Masam Berbasis Sistem Usaha Pertanian InovatifUntuk Mendukung Ketersediaan Pangan | Yennita Sihombing

Page 20: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

94 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

kering masam dan iklim kering dapat ditingkatkanapabila dikelola secara berkelanjutanmemanfaatkan teknologi tepat guna hasil-hasilpenelitian, melalui rekayasa fisik, kimia, biologiserta pemanenan air sesuai karakteristiktanahnya (Lakitan dan Gofar, 2013).

Permasalahan Lahan Kering Masam

Lahan kering masam dicirikan olehkarakternya yang kurang subur, mengandung Altinggi sehingga dapat meracuni tanaman danmengganggu penyerapan hara,miskin haraterutama N, P, K, Ca, dan Mg, miskin bahanorganik, dan miskin mikroba tanah (Subandi2012). Variasi iklim dan curah hujan yang relatiftinggi di sebagian besar wilayah Indonesiamengakibatkan sebagian besar tanah di lahankering bereaksi masam (pH 4,6-5,5) dan miskinunsur hara, yang umumnya terbentuk dari tanahmineral. Dalam pemanfataan lahan keringmasam, masalah yang dihadapi ialah perubahaniklim yang antara lain diindikasikan oleh curahhujan yang semakin tidak menentu, perubahanpola hujan dengan periode hujan lebih singkattetapi dengan intensitas yang lebih tinggi,sebaliknya curah hujan di musim kemarausemakin rendah dengan durasi yang lebihpanjang (Kartiwa et al.2010).

Pada saat musim hujan air berlebih, namunpada saat musim kemarau sebagian besar lahankering masam menjadi bera/bero karenaketersediaan air berkurang. Oleh karena itupeningkatan indeks pertanaman pada lahankering masam harus dilakukan dengan merubahparadigma yang biasanya berlaku pada lahankering pada umumnya, yaitu hanyamenggantungkan kebutuhan air untuk tanamanterhadap curah hujan (Rochayati dan Dariah2012). Rendahnya produksi juga disebabkanlahan tidak dikelola secara tepat sehingga mudahterdegradasi, sedangkan upaya konservasimembutuhkan biaya tinggi yang sulit dipenuhi

oleh individu maupun masyarakat berkemam-puan terbatas (Suradisastra 2013).

Solusi Lahan Kering Masam

Solusi dukungan irigasi mampu mendis-tribusikan air tersebut secara efisien bagitanaman budidaya, penanaman komoditas yangsesuai akan sangat membantu. Penanamansayuran di lahan kering dengan sistem irigasiyang tepat akan menghasilkan produk dengankualitas yang tinggi (Sobir, 2013).

Dukungan untuk membantu terlaksananyasolusi tersebut yaitu: ketersediaan infrastrukturyang baik dan kelembagaan yang kuat. Faktorinfrastruktur terkait dengan produksi langsungseperti pengelolaan tata air, irigasi, maupunpenanganan pasca panen,sarana pendukungseperti jalan akses utama dan jalan usaha tani,serta sarana produksi.Pengembangankelembagaan tani yang kuat sangat membantupetani dalam akses pemasaran produk danakses ke permodalan (Muazam et al., 2017)

Inovasi Teknologi Lahan Kering MasamBerbasis SUP Inovatif

Pemanfaatan lahan kering masam perludidukung dengan teknologi pengelolaan sumberdaya lahan seperti benih unggul toleran lahanmasam, pemupukan berimbang,serta konservasitanah dan air untuk lahan berlereng (Hafif et al.2014). Penyusunan rancang bangun SUPInovatif dilakukan dengan pendekatan : (1)berbasis pengembangan kawasan (terintegrasi,holistik dan spasial) pada agroekosistem lahankering, (2) mencakup wilayah administratif desa,(3) berorientasi SUP inovatif dengan skala usahaagribisnis, dan (4) pemberdayaan dan partisipasiaktif petani.

Adapun strategi umum dalam merancangbangun SUP Inovatif adalah (1) Menerapkanteknologi inovatif tepat guna secara partisipatif,

Tabel 4. Luas lahan kering suboptimal yang potensial untuk pengembangan pertanian (hektar)

Lahan sub optimal Luas lahan sub optimal Potensi untuk pertanian

Lahan kering masam 108.775.830 62.647.199Lahan kering iklim kering 13.272.094 7.762.543

Total 122.047.924 70.409.742

Sumber : Mulyani dan Syarwani (2013)

Page 21: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

95

(2) Membangun percontohan pembangunanpertanian LSO berbasis teknologi inovatif yangmengintegrasikan sistem inovasi dankelembagaan dengan sistem agribisnis, (3),Mendorong proses difusi dan replikasi modelsistem usaha pertanian inovatif melalui eksposedan demonstrasi lapang, sistem informasi,advokasi dan fasilitasi/pendampingan, dan (4)Mengembangkan agroindustri pedesaanberdasarkan karakteristik wilayah LSO dankondisi sosial ekonomi setempat. Beberapainovasi teknologi berbasis SUP inovatif yangtelah diterapkan untuk pemanfaatan lahan keringmasam diantaranya:

Konservasi Tanah

Teknik konservasi tanah spesifik lahankering masam merupakan salah satu inovasiteknologi yang terus dikembangkan. P lahankering pada umumnya, erosi merupakanpenyebab utama degradasi pada lahan keringmasam (Kurnia et al. 2010). Sinukaban, (2013)menyatakan bahwa sistem pertanian konservasimerupakan sistem terbaik untuk diterapkansehingga pembangunan lahan kering bisaberkelanjutan. Ciri-ciri dari sistem pertaniankonservasi yaitu: (a) produktivitas tanah cukuptinggi, (b) pendapatan petani cukup tinggi, (c)teknologi yang diterapkan sesuai dengankemampuan dan diterima petani, sehinggateknologi tersebut dapat dikembangkan secaramandiri, (d) komoditas yang diusahakan sesuaidengan kondisi biofisik lahan, selera petani, dankebutuhan pasar, (e) erosi rendah atau lebih kecildari pada tolerable soil loss sehinggaproduktivitas lahan bisa dipertahankan bahkanditingkatkan, dan (f) penguasaan lahan dapatmenjamin keamanan investasi jangka panjang.

Irigasi Mikro

Irigasi mikro adalah salah satu inovasi yangbisa dilakukan. Teknologi ini adalah suatu istilahbagi sistem irigasi yang mengaplikasikan airhanya di sekitar zona penakaran tanaman. Irigasimikro ini meliputi irigasi tetes (drip irrigation),microspray, dan mini-sprinkler. BBP MekanisasiPertanian telah melakukan pengembangansistem irigasi mikro. Pengembangan sistemirigasi tetes atau drip diterapkan untuk budidayacabai dan jagung manis. Sistem irigasi sprinkler

diterapkan pada tanaman kacang tanah.MenurutYanto (2014), debit air rata-rata tetesan yangmemanfaatkan tekanan gravitasi sebesar 0,78L/jam pada setiap titik irigasi. Hasil ujipenggunaan irigasi mikro dapat dikatakan dalamkatagori baik.

Pengelolaan Bahan Organik

Pengembangan inovasi teknologi pengelo-laan bahan organik pada lahan kering masamsudah banyak dilakukan, akan tetapi tingkatadopsi oleh petani masih belum optimal.Penggunaan pupuk organik selain ditujukanuntuk memperbaiki kualitas tanah juga ditujukanuntuk meningkatkan efisiensi penggunaan airdan pupuk anorganik (Dariah 2013). Sumberbahan organik masih banyak yang tidaktermanfaatkan, sedangkan petani sering merasakekurangan sumber bahan organik. Oleh karenaitu inovasi teknologi pengelolaan lahan yangbersifat nir l imbah (zero waste) mulaidikembangkan untuk berbagai bentukagroekosistem, termasuk pada lahan keringmasam (Rochayati dan Dariah 2012).

Ekstensifikasi Lahan Pertanian

Ekstensifikasi lahan pertanian memilikipeluang yang tinggi apabila dilakukan pada lahankering masam, dibandingkan pada lahansuboptimal lainnya. Luas lahan kering masammencapai 57% dari luas total Indonesia atau 74%dari total lahan kering Indonesia. Berdasarkanhasil tumpang tepat luas lahan kering yangpotensial tersedia untuk pengembanganpertanian pada lahan APL (Areal PenggunaanLain) sekitar 5,97 juta ha, HPK (Hutan ProduksiKonversi) seluas 7,09 juta ha (Balitbangtan2014). Sebagian besar lahan yang potensialtersedia tersebut merupakan lahan keringmasam yang sebarannya paling banyak terdapatdi Pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua,sehingga lahan kering masam yang tersediadapat dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhanlahan (Irawan et al. 2015).

Biosilika

Biosilika merupakan pemanfaatan darisekam padi untuk bahan bakar dan energi panasdari pembakaran tersebut digunakan untuk me-

Inovasi Pemanfaatan Lahan Kering Masam Berbasis Sistem Usaha Pertanian InovatifUntuk Mendukung Ketersediaan Pangan | Yennita Sihombing

Page 22: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

96 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

ngeringkan gabah, dan abu sekam hasil pemba-karan digunakan sebagai bahan produksinya.Biosilika sangat dibutuhkan untuk jenis tanamanGraminiae seperti padi, walaupun silika hanyaunsur mikro bagi tanaman. Padi yang diberi silikaakan menjadi lebih kuat, tidak mudah rebah, sertalebih tahan terhadap serangan hama penyakitdan dampak kekeringan. Biosilika merupakansalah satu unsur hara yang sangat perludiberikan ke tanaman agar potensi produktivitaspadi dapat tercapai.

Largo Super

Inovasi pertanaman padi largo super(Larikan Gogo Super) menerapkan sistem tanamlarikan jajar legowo 2:1 dan telah berhasilmeningkatkan produktivitas padi di lahan keringsecara nyata. Pertanaman sistem ini merupakanprovitas padi gogo dapat mencapai produksi 7,9ton/ha dengan varietas Inpago 8 5.00 t/ha, Inpago9 6.14 t/ha, Inpago 10 7.93 t/ha, dan Inpago 117.10 t/ha. Capaian ini meningkat hampir 3 tondibandingkan rata-rata di tingkat petani yanghasilnya sekitar 4 ton/ha.Teknologi largo superini dapat terus dikembangkan di seluruh lahankering di Indonesia yang potensinya masihsangat besar, sehingga pertanian padi di lahankering yang tangguh berbasis inovasi teknologidapat terwujud untuk mewujudkan cita-citaIndonesia sebagai lumbung pangan dunia 2045.

Pengembangan Kawasan PertanianBerkelanjutan

Kegiatan yang terkait dengan pengem-bangan kawasan pertanian yang berkelanjutanmencakup : (1) membangun dan mengem-bangkan sistem usaha pertanian inovatifberkelanjutan berbasis pengembangankawasan, (2) melibatkan secara terintegrasi dansinergistik UK/UPT lingkup Balitbangtan, (3)sinkron terhadap program pemda dan melibatkankelembagaan/lembaga terkait lingkup pemdasecara lebih dominan termasuk sharing sumberdaya secara kolaboratif, (4) dapat meningkatkanefisiensi penggunaan sumber daya, dan (5)memposisikan capacity building penyuluhlapangan dan kelompok tani sebagai salah satucore business dalam pengembangan sistemusaha pertanian berkelanjutan.

Implikasi Kebijakan

Berdasarkan proyeksi produksi bahanpangan dan kapasitas produksinya, untukmemenuhi kebutuhan bahan pangan sampaitahun 2050, sebagian besar menghendakiadanya perluasan areal baru, terutama untukmendorong swasembada komoditas panganselain padi dan jagung yang sudah lebih duluswasembada (Mulyani dan Hidayat, 2010).

Untuk menghindari konversi lahan daripertanian produktif ke non pertanian dan konversilahan dari lahan tanaman pangan ke non pangan(perkebunan), maka penerapan Undang -undang No. 41 Tahun 2009, tentangPerlindungan Lahan Pertanian Tanaman PanganBerkelanjutan (Lembaran Negara Tahun 2009Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor5068) perlu segera diimplementasikan dilapangan.

KESIMPULAN

Lahan kering masam merupakan lahansuboptimal yang lebih potensial untukpengembangan sektor pertanian, dibandingkanlahan gambut dan pasang surut. Tingkatkesuburan tanah lahan kering masam yangtergolong rendah diperlukan inovasi teknologi,dengan tujuan untuk mengurangi terbatasnyalahan pertanian dan mengoptimalkanproduktivitasnya sehingga pembangunanpertanian pada lahan kering masam dapatberkelanjutan. Teknologi tepat guna dan spesifiklokasi meliputi penyediaan input produksipertanian, perbaikan infrastruktur, pelatihanpendampingan pemberdayaan, pengembanganteknologi, pengendalian konversi lahanpertanian, dan penataan kelembagaan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, A., A. Dariah, dan A. Mulyani.2008. Strategi dan teknologi pengelolaanlahan kering mendukung pengadaanpangan nasional. Jurnal Litbang Pertanian.27(2): 43-49.

Balitbangtan. 2014. Sumberdaya lahan pertanianIndonesia: luas, penyebaran, dan potensi

Page 23: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

97

ketersediaan. Badan Litbang Pertanian.Kementerian Pertanian. Jakarta.

BBSDLP. 2012. Lahan sub optimal: potensi,peluang, dan permasalahannya untukmendukung program ketahanan pangan.Disampaikan dalam Seminar Lahan SubOptimal, Palembang, Maret 2012.Kementerian Ristek dan Teknologi.

Dariah, A. 2013. Sistem pertanian efisien karbonsebagai bentuk adaptasi dan mitigasi sektorpertanian terhadap perubahan iklim dalamPolitik Pembangunan Pertanianmenghadapi perubahan iklim. BadanLitbang Pertanian. Kementerian Pertanian.

Erlina, M.D., Manadiyanto, dan Mursidin. 2010.Strategi akselerasi diseminasi teknologiperikanan mendukung kebijakan programketahanan pangan. Balai Besar Riset SosialEkonomi Kelautan dan Perikanan, BadanPenelitian dan Pengembangan, Kelautandan Perikanan, Kementerian Kelautan danPerikanan (Laporan).

Fatchiya, A.,S. Amanah, Y. I. Kusumastuti. 2016.Penerapan inovasi teknologi pertanian danhubungannya dengan ketahanan panganrumah tangga petani. Jurnal Penyuluhan.12(2): 191-197.

Hafif, B., B. Prastowo, dan B.R. Prawiradiputra.2014. Pengembangan perkebunan kopiberbasis inovasi di lahan kering masam.Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian.7(4) : 199-206.

Haryono. 2013. Strategi kebijakan kementrianpertanian dalam optimalisasi lahansuboptimal mendukung ketahanan pangannasional. Prosiding Seminar Nasional LahanSuboptimal “Intensifikasi Pengelolaan LahanSuboptimal dalam Rangka MendukungKemandirian Pangan Nasional”, Palembang20-21 September 2013. Unsri Press. Hlm 1-4.

Haryono. 2014. Kebijakan KementerianPertanian dalam Mengembangkan SistemPembangunan Pertanian yang Inklusif untukMemajukan Petani Lahan Sub Optimal.Prosiding Seminar Nasional LahanSuboptimal 2014. Palembang (Indonesia):ISBN 979-587-529-9 1. Hlm. 1-4

Hasbi. 2014. Potensi, kendala dan solusi dalampengembangan lahan suboptimal untukmendukung kedaulatan pangan nasional.Prosiding Seminar Nasional LahanSuboptimal 2014. Palembang (Indonesia).ISBN 979-587-529-9 U6-1. Hlm. 39-45.

Irawan, A. Dariah dan A. Rachman. 2015.Pengembangan dan diseminasi inovasiteknologi pertanian mendukung optimalisasipengelolaan lahan kering masam. JurnalSumberdaya Lahan. 9 (1) : 37-50.

Kartiwa, B., K. Sudarman, dan Sawiyo. 2010.Teknologi pengelolaanair di lahan keringberiklim kering. Laporan Penelitian.BalaiPenelitian Agroklimat dan Hidrologi,Bogor.

Kartiwa, B. dan A. Dariah. 2012. Teknologipengelolaan air lahan kering dalam prospekpertanian lahan kering dalam mendukungketahanan pangan. Badan LitbangPertanian. Kementerian Pertanian.Hlm 103-122.

Kurnia, U., N. Sutrisno, dan I. Sungkawa. 2010.Perkembangan lahan kritis dalam membalikkecenderungan degradasi sumber dayalahan dan air. Badan Litbang Pertanian.Kementerian Pertanian.Hlm 144-160.

Lakitan, B. dan N. Gofar. 2013. Kebijakan inovasiteknologi untuk pengelolaan lahansuboptimal berkelanjutan. ProsidingSeminar Nasional Lahan Sub Optimal“Intensifikasi Pengelolaan Lahan Suboptimaldalam Rangka Mendukung KemandirianPangan Nasional”, Palembang 20-21September 2013. Unsri Press. hlm. 5-14.

Muazam, A., N. Nugroho dan S. Handoko. 2017.Potensi ekonomi, permasalahan dan upayaoptimalisasi lahan kering daerah sulawesiselatan menuju swasembada pangan.Prosiding Seminar Nasional LahanSuboptimal 2017, Palembang 19-20 Oktober2017. Hlm.156 - 163.

Mulyani, A. dan A. Hidayat. 2010. Kapasitasproduksi bahan pangan lahan kering.Analisis sumberdaya lahan menujuketahanan pangan berkelanjutan. BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian,Kementerian Pertanian. Hlm. 53 - 70.

Inovasi Pemanfaatan Lahan Kering Masam Berbasis Sistem Usaha Pertanian InovatifUntuk Mendukung Ketersediaan Pangan | Yennita Sihombing

Page 24: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

98 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

Mulyani, A. dan M. Sarwani. 2013. Karakteristikdan potensi lahan suboptimal untukpengembangan pertanian di Indonesia.Jurnal Sumberdaya Lahan. 2: 47-56.

Mulyani, A. D. Nursyamsi, dan I. Las. 2014.Percepatan pengembangan pertanian lahankering iklim kering di Nusa Tenggara.Pengembangan Inovasi Pertanian. 7(4) :187-198.

Murtilaksono, K. dan S. Anwar. 2014. Potensi,kendala, dan strategi pemanfaatan lahankering dan kering masam untuk pertanian(padi, jagung, kedele), peternakan, danperkebunan dengan menggunakanteknologi tepat gunadan spesifik lokasi.Prosiding Seminar Nasional LahanSuboptimal Tahun 2014 “PengembanganTeknologi Pertanian yang Inklusif untukMemajukan Petani Lahan Suboptimal”,Palembang 26-27 September 2014. UnsriPress. hlm. 17-28.

Nilasari, Fatchiya A, Tjitropranoto, P. 2016.Tingkat penerapan pengendalian hamaterpadu (PHT) sayuran di Kenagarian KotoTinggi, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.Jurnal Penyuluhan 12(1).

Rochayati, S. dan A. Dariah. 2012. Pengem-bangan lahan kering masam: peluang,tantangan, dan strategi serta teknologipengelolaan. Dalam Prospek PertanianLahan Kering dalam Mendukung KetahananPangan. Badan Litbang Pertanian.Kementerian Pertanian.Hlm. 187-206.

Sinukaban, N. 2013. Potensi dan strategipemanfaatan lahan kering dan keringmasam untuk pembangunan pertanianberkelanjutan. Prosiding Seminar NasionalLahan Suboptimal “Intensifikasi PengelolaanLahan Suboptimal dalam Rangka Mendu-kung Kemandirian Pangan Nasional”.Palembang, 20- 21 September 2013.Hlm 15-22.

Sobir. 2013. Optimalisasi lahan sub optimal bagipenguatan ketahanan pangan Indonesia.Prosiding Seminar Nasional LahanSuboptimal “Intensifikasi Pengelolaan LahanSuboptimal dalam Rangka MendukungKemandirian Pangan Nasional”. Palembang,20- 21 September 2013.Hlm. 23-27.

Subandi. 2012. Pengelolaan hara untuk produksioptimal kedelai pada lahan kering masam.Dalam Sumarno, T.D. Soedjana, danK.Suradisastra. Membumikan Iptek Pertanian.IAARD Press,Jakarta.

Sukarman dan N. Suharta. 2010. Kebutuhanlahan kering untuk kecukupanproduksipangan tahun 2010 - 2050. DalamAnalisis Sumberdaya Lahan MenujuKetahanan Pangan Berkelanjutan. BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian,Kementerian Pertanian. Hlm. 111 - 124.

Sukarman, IGM. Subiksa, dan S. Ritung. 2012.Identifikasi lahan kering potensial untukpengembangan tanaman pangan. ProspekPertanian Lahan Kering dalam MendukungKetahanan Pangan. Kementerian Pertanian.Hlm. 316-328.

Suradisastra, K. 2013. Pengembangan lahankering masa depan tekno sosial. Makalahdipresentasikan pada FGD KonsorsiumPenelitian dan Pengembangan SistemPertanian Terpadu di Lahan Sub Optimal(Lahan Kering Masam dan Lahan KeringIklim Kering) Berbasis Inovasi Teknologi,Jakarta, 13 September 2013.

Wahyuningrum, R.D., S.S. Hariadi, Sulasmi, danGunawan. 2014. Efektivitas mediakomunikasi dalam diseminasi inovasi ayamkub untuk mendukung kedaulatan pangan.Laporan Akhir. Balai Pengkajian TeknologiPertanian Yogyakarta.

Yanto, H, A. Tusi, dan S. Triyono. 2014. Aplikasisistem irigasi tetes pada tanaman kembangkol (brassica oleracea var. Botrytis l. Subvar.Cauliflora dc) dalam greenhouse. JurnalTeknik Pertanian Lampung.3(2): 141-154.

Page 25: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

99

INTRODUKSI INOVASI TEKNOLOGI PERSEMAIAN BAWANG MERAH ASAL BIJI

Andi Nirma Wahyuni1, Saidah2, dan Heni SP Rahayu3

1,2,3)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi TengahJalan Lasoso No.62 Sigi Biromaru Sulawesi Tengah 94364

Telepon (0451) 482546. Faximili (0451) 482549Website : sulteng.litbang.pertanian.go.id, e-mail : [email protected]

E-mail :[email protected]

Submitted date : 5 Mei 2020 Approved date : 6 Juli 2020

ABSTRACT

Introduction of Shallot Cultivation Technology Innovationby Using True Seed of Shallot

Shallot is one of many vegetable commodities that developed in Central Sulawesi. In conducting cultivation,the farmers still using conventional cultivation method with tubers. The used of tuber as seed is prone toaccumulation of seed-borne pathogens that can affect plant growth and indirectly will affect the productivity ofshallots. One effort to improve the efficiency of shallot cultivation is to use true seed of shallot (TSS) technologywhich is supported by its nursery technology, but it has not been developed. The application of new technologyat the farm level is influenced by several factors, such as technical, social, and economic factor. In the cultivationof TSS, there are stages of nursery. The seedlings of TSS can be done by planting seeds on special nurseriesthat have been prepared, planting seeds directly in cultivated land, nurseries for the production of mini bulbs,and soil block. Assessment Institute of Agricultural Technology of Central Sulawesi provides technologyassistance for TSS to farmers by using two nursery techniques. This paper describes seedling technologies ofTSS in accordance to the opportunities of developing nursery techniques for TSS cultivation in Central Sulawesi.

Keywords: True seed of shallot, nursery technique, Central Sulawesi

ABSTRAK

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dikembangkan di Sulawesi Tengah.Petani masih menerapkan teknik budidaya konvensional menggunakan umbi. Penggunaan benih umbi rawanterhadap akumulasi patogen tular benih yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan secara tidaklangsung akan berpengaruh terhadap produktivitas bawang merah. Salah satu upaya meningkatkan efisiensibudidaya bawang merah adalah dengan menggunakan benih dari biji.Saat ini sudah ada teknologi produksibenih biji bawang merah (TSS), yang didukung dengan teknologi persemaiannya, tetapi penggunaan biji dalambudidaya bawang merah belum banyak berkembang.Penerapan teknologi baru di tingkat petani dipengaruhioleh beberapa faktor, baik teknis, sosial dan ekonomi.Pada budidaya bawang merah asal biji, dilakukan tahapanpersemaian lebih dahulu. Persemaian budidaya bawang merah dengan biji dapat dilakukan dengan caramenyemaikan biji pada lahan persemaian khusus yang telah dipersiapkan, tanam benih langsung di lahanbudidaya, persemaian untuk produksi umbi mini, dan soil block. BPTP Sulawesi Tengah memberikanpendampingan teknologi budidaya bawang merah asal biji kepada petani bawang merah dengan menggunakandua teknik persemaian.Dalam tulisan ini ditampilkan bagaimana peluang pengembangan teknik persemaianuntuk pengembangan budidaya bawang merah asal biji di Sulawesi Tengah.

Kata kunci: Bawang merah asal biji, teknik persemaian, Sulawesi Tengah

Introduksi Inovasi Teknologi Persemaian Bawang Merah Asal Biji| Andi Nirma Wahyuni, dkk.

Page 26: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

100 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

PENDAHULUAN

Upaya pemerintah dalam rangkapengembangan produksi dan produktivitasbawang merah telah dilakukan melalui beberapaprogram, salah satunya adalah pengembanganbudidaya bawang merah asal biji.Penggunaanbiji menjadi satu alternatif dalam budidayabawang merah agar produktivitas dan kualitasbawang merah yang dihasilkan dapat lebihterjamin. Keunggulan lain dari budidaya bawangmerah dengan biji adalah benih lebih murah dankemudahan dalam penyediaan benih, baik darisegi ketersediaan benih saat dibutuhkan,penyimpanan benih, dan distribusi benih(Pangestuti & Sulistyaningsih, 2011) serta secaraekonomi lebih menguntungkan (Basuki, 2009).Kebutuhan benih biji per satuan luas jauh lebihsedikit daripada benih umbi untuk satuan luasyang sama. Adapun kelemahan dari budidayabawang merah melalui biji adalah waktu yangdigunakan dalam budidaya lebih lama dibandingdengan penggunaan benih umbi. Waktu panendalam budidaya bawang merah dengan umbiadalah 50-55 hari setelah tanam, sementarapada budidaya bawang merah melalui bijimembutuhkan waktu yang lebih lama yaitu 60hari setelah pindah tanam dengan lama waktupersemaian yaitu 5-6 minggu (Sopha, 2010).

Teknik budidaya bawang merah denganbenih umbi berbeda dengan budidaya bawangmerah dengan benih biji.Pada budidaya scarakonvensional, umbi ditanam langsung di lahan,sedangkan pada budidaya menggunakan benihdari biji perlu persemaian terlebih dahulu.Olehkarena itu perlu dikembangkan teknikpersemaian yang sesuai untuk menghasilkanbibit atau umbi yang berkualitas. Apabilapersemaian tidak dilakukan dengan tepat makabibit yang dihasilkan pun juga kurang optimal,yang akan berpengaruh pada pertumbuhantanaman bawang merah pada fase selanjutnyadan pada akhirnya akan berpengaruh padaproduktivitas bawang merah.

Penggunaan biji bawang merah sebagaibahan tanam pada budidaya bawang merahbelum sepenuhnya diadaptasi oleh petani.Begitupula dengan teknik budidayanya, termasuk padateknik persemaian.Untuk itu, tujuan kajian iniadalah untuk menganalisis daya adaptasi teknikpersemaian bawang merah asal biji untukmenghasilkan bibit bawang merah ber-kualitas.

Bibit/benih bawang merah yang berkualitasdiharapkan mampu meningkatkan produktivitasbawang merah.

METODOLOGI

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari Bulan Junisampai dengan Bulan Juli 2018.Lokasi penelitiandilaksanakan di lahan petani Desa Kotarindau,Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, ProvinsiSulawesi Tengah.

Bahan dan ALat

Bahan yang digunakanantara lain benihbawang merah asal biji varietas Trisula, pupukorganik, arang sekam, dan kapur dolomit,sedangkan peralatanyang digunakan yaitucangkul, alat semai soil block, dan kayu wadahsoil block.

Rancangan Penelitian

Penelitian menggunakan metode ProbabilitySampling dengan 10 kali ulangan pada tiapperlakuan teknik persemaian yaitu teknikpersemaian pada lahan persemaian dan soilblock. Sampel yang digunakan sebanyak 10tanaman pada setiap ulangan, sehingga terdapat200 sampel pengamatan.

Pelaksanaan Penelitian

Tahapan pelaksanaan penelitian yaitupersiapan tanam (pengolahan lahan,pengaplikasian pupuk organik dan pupuk dasar,pembuatan media semai soil block), penanamanbenih bawang merah asal biji, pemasangannaungan, pengendalian hama dan penyakit,perawatan, serta pengumpulan dan analisis data.

Pengumpulan dan Analisis Data

Analisis data menggunakan tabulasi hasilrata-rata dari komponen pertumbuhan yangmencakup tinggi tanaman dan jumlah daun padapertumbuhan bibit bawang merah.

Page 27: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

101

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi dan Keunggulan Inovasi TeknologiPersemaian Bawang Merah Asal Biji

Sopha et al. (2015) mengemukakan ada 4cara tanam benih biji bawang merah, yakni bijidisemaikan pada lahan persemaian khusus yangtelah dipersiapkan, tanam biji langsung di lahanbudidaya, persemaian untuk produksi umbi mini,dan soil block. Teknik persemaian pada lahanpersemaian khusus adalah teknik persemaianyang dilakukan dengan cara menyemaikan bijibawang merah terlebih dahulu pada lahan yangdiperuntukkan khusus untuk persemaian. Hal inibertujuan untuk memperoleh bibit yang siaptanam dengan kuantitas dan kualitas yang baik.

Teknik persemaian pada lahan khususpersemaian adalah teknik persemaian yanglahan persemaiannya terpisah dengan lahanbudidaya, sehingga diperlukan tahapan pindahtanam, yaitu memindahkan benih daripersemaian khusus ke lahan tanam.Kelebihandari teknik persemaian tersebut adalah mampumengurangi penggunaan benih.Hal inidikarenakan terdapat tahapan pindah tanamyang memberi peluang untuk menanam semuabibit yang dihasilkan ke lahan budidaya tanpaada bibit yang terbuang apabila pertumbuhanbibit tidak optimal. Hasil penelitian yang dilakukanoleh Van den Brink dan Basuki (2009)menunjukkan bahwa cara penyemaian TSS dibedengan memberikan tingkat efisiensi yanglebih rendah dibanding dengan teknikpersemaian di baki persemaian. Kelebihan laindari teknik tersebut adalah dapat dilakukantahapan seleksi pada saat pindah tanam apabilabibit yang dihasilkan tidak optimal, sehingga bibityang digunakan hanya yang berkualitas baik.Persemaian khusus untuk benih biji memilikikelemahan rentan terhadap kerusakan fisik bibit,yaitu putusnya akar bibit serta stress padatanaman (Louk & Raharjo, 2017).Hal tersebutdisebabkan karena adanya tahapan pindahtanam yang mengharuskan bibit dicabut darilahan persemaian untuk kemudian dilakukanpemindahan tanaman pada lahan budidaya.Padasaat bibit dicabut, akar bibit rentan mengalamikerusakan.Tingginya tingkat kerusakan akartergantung pada kerapatan benih yang disemai.Menurut hasil penelitian yang dilakukan olehPrasetyo et al. (2016), semakin rapat jarak tanam

yang digunakan saat persemaian, makapersentase putusnya akar juga akan semakintinggi. Tingginya tingkat kerapatan tanaman akanmenyebabkan akar bibit berhimpitan danmenumpuk, sehingga akan meningkatkanpersentase akar yang putus (Prasetyo et al.,2016). Kelemahan lain, dari teknik persemaianini adalah adanya biaya tambahan tenaga kerjayang digunakan untuk persemaian dan pindahtanam.

Teknik budidaya dengan benih biji juga dapatdilakukan dengan cara menanam langsung benihbiji di lahan atau biasa disebut dengan istilahtanam benih langsung atau disingkat ‘tabela’.Pada sistem penanaman bawang merah tabela,benih biji ditanam langsung di lahan budidaya,sehingga benih biji tidak perlu dipindahkanlagi.Teknik penamanan bawang merah denganmelakukan penanaman benih langsung di lahanbudidaya (sistem tabela) memiliki kelebihan, yaitudapat menghindari kerusakan bibit danmengurangi biaya tambahan tenaga kerja untukmemindahkan tanaman.Namun demikian, tekniktabela ini berisiko menurunkan kualitaspertumbuhan benih biji bawang merah karenabenih yang digunakan berukuran kecil, sehinggaapabila penaburan benih dilakukan saat hujanlebat dapat mengganggu pertanaman (Roslianiet al., 2005).Selain itu, pertumbuhan gulmamerupakan kendala dalam sistem tanam benihlangsung, karena gulma dapat tumbuhbersamaan dengan benih, sehingga perluperhatian khusus untuk mengendalikannya(Marpaung et al., 2013).Teknik persemaiantersebut juga membutuhkan jumlah benih yanglebih banyak dibanding teknik persemaianlainnya. Menurut Sopha et al. (2015), kebutuhanbenih TSS untuk ditanam langsung dilahan yaitusekitar 6-8 g/m2.

Teknik persemaian dengan menghasilkanumbi mini adalah salah satu teknik persemaianbawang merah asal biji yang dapat menghasilkanpertumbuhan tanaman yang optimal denganmasa pertumbuhan yang relatif lebih pendekserta produksi umbi yang lebih tinggi (Rahim etal., 1992).Menurut Sumarni dan Rosliani (2010),umbi mini dapat dihasilkan dengan perlakuankhusus, yakni kerapatan tanaman dan perlakuandosis pupuk yang diberikan saat persemaian.

Teknik persemaian dengan menghasilkanbahan tanam berupa umbi mini memilikikeunggulan dalam hal kondisi tanaman danproduktivitas bawang merah yang akan

Introduksi Inovasi Teknologi Persemaian Bawang Merah Asal Biji| Andi Nirma Wahyuni, dkk.

Page 28: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

102 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

didapatkan. Menurut Darma et al. (2015),penggunaan umbi mini sebagai bahan tanamcenderung bebas dari patogen penyakit dan virusyang biasanya terbawa pada umbi bawangmerah konvensional, sehingga tanaman danumbi yang dihasilkan relatif lebih sehat.Kelemahan dari teknik persemaian ini adalahwaktu persemaian yang terbilang cukup lamadibandingkan dengan pembibitan biasa(seedling).Waktu yang dibutuhkan untukproduksi umbi mini adalah 85-90 hari, sementarapembibitan biasa (seedling) memerlukan waktu5-6 minggu (Sopha, 2010). Faktor lain yangmembedakan teknik ini dengan teknik seedlingadalah pada kerapatan benih saat melakukanpersemaian. Pada produksi umbi mini, digunakantingkat kerapatan tanaman yang tinggi. Menuruthasil penelitian Brewster (1994), produksi umbimini pada bawang bombay didapatkan padakerapatan tanaman yang tinggi yaitu antara 1000-2000 tanaman/m2. Pada produksi umbi minibawang merah belum diketahui kerapatan yangoptimum. Hasil penelitian yang dilakukan olehSumarni et al. (2005) menunjukkan bahwadengan menggunakan tingkat kerapatantanaman 400 tanaman/m2 masih belummemberikan hasil umbi mini yang optimal yaknihanya menghasilkan umbi terkecil berukuran 3-5 g/umbi. Sementara menurut Roslianiet al.(2002), umbi mini dapat dihasilkan dengankerapatan 3 g benih/m2. Oleh karena itu, perludikembangkan penyempurnaan teknologi untukproduksi umbi mini yang optimal melaluiperlakuan kerapatan dan unsur hara.

Teknik persemaian soil block adalah teknikpersemaian yang menggunakan media semaiberupa blok yang terdiri dari campuran mediatanam. Sama halnya dengan teknik semai padalahan persemaian khusus, soil block jugamemerlukan tahapan pindah tanam. Namun,teknik soil block ini mampu mengurangi tingkatstress pada tanaman (Simanjuntak et al., 2000).Hal tersebut disebabkan karena media tanamtelah berbentuk blok tanah yang dapat langsungditanam di lahan budi daya, sehingga saat pindahtanam bibit tidak perlu dicabut dari media semai.Tidak adanya pencabutan bibit ini menyebabkantidak adanya akar yang terputus saat pindahtanam.Kelebihan lain dari teknik persemaian soilblock ini adalah hemat media tanam, hemat airuntuk penyiraman, ramah lingkungan,pengangkutan bibit lebih mudah, tingkat, danpembuatan media semai lebih mudah dibanding

dengan polybag. Kelemahan dari teknik per-semaian ini adalah masih perlu dicari komposisimedia yang tepat dan tekanan/pressing saatmencetak soil block agar diperoleh media semaiyang baik (Simanjuntak et al., 2000).

Keragaan Inovasi Teknologi PersemaianBawang Merah Asal Biji

Penggunaan bawang merah asal biji masihbelum umum digunakan oleh petani.Saat ini,BPTP Sulawesi Tengah telah melakukanpendampingan ke petani bawang merahmengenai teknik budidaya menggunakan benihbiji.Kegiatan pendampingan tersebut bertujuanuntuk mengintroduksikan teknik budidayabawang merah dengan benih biji.Pada teknikbudidaya tersebut terdapat tahapan persemaian.Teknik persemaian yang digunakan padakegiatan pendampingan yang dilakukan BPTPSulawesi Tengah kepada petani bawang merahdi Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, adalahteknik persemaian pada lahan persemaian dansoil block yang akan menghasilkan bibit yangtelah siap pindah tanam ke lahan budidaya. Carapenyemaian biji dengan soil block sudah banyakditerapkan secara massal untuk komoditassayuran seperti cabai dan juga komoditaskehutanan. Penggunaan soil block padapersemaian bawang merah juga menunjukkanpertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daunbawang merah yang lebih baik dibandingkandengan persemaian di lahan.

Berdasarkan hasil pengamatan yangdilakukan pada umur semai 2 MST dan 4 MST,tinggi tanaman dan jumlah daun yangmemberikan hasil tertinggi yaitu pada teknikpersemaian dengan menggunakan teknikpersemaian pada media soil block (Gambar 1dan 2). Hal tersebut disebabkan oleh kondisilingkungan yang terkontrol dan komposisi mediasemai yang mendukung keberhasilan bibit yangdiperoleh. Menurut Kung’u et al. (2008),komposisi media semai berpengaruh terhadapkualitas fisik, kimia dan biologi media yangdigunakan untuk perkembangan bibit yangoptimal. Berdasarkan hasil penelitian Suita et al.(2017), komposisi bahan penyusun pada mediasoil block memberikan pengaruh pada tinggi,diameter, indeks kekokohan bibit, berat keringakar, serta memberikan pertumbuhan yang lebihbaik jika dibandingkan dengan pertumbuhan bibitdalam polybag.

Page 29: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

103

Komposisi media yang digunakan sangatmempengaruhi pertumbuhan bibit bawangmerah karena terkait ketersediaan unsur harayang digunakan untuk memenuhi kebutuhanunsur hara tanaman.Pertumbuhan bibit eratkaitannya dengan kemampuan atau dayakecambah benih. Daya kecambah benih sangatbergantung pada kualitas benih yang digunakanserta kemampuan genetik yang dimiliki olehvarietas yang digunakan sehingga denganperpaduan antara varietas yang digunakandengan kondisi lingkungan eksternal yangmendukung akan mempengaruhi pertumbuhantanaman yang optimal.

Salah satu kandungan media soil block yangberpengaruh terhadap kualitas media tanamadalah keberadaan bahan organik. MenurutHardjowigeno (2010), bahan organik dapatmemperbaiki struktur tanah, sumber unsur hara

N, P, K, serta unsur hara mikro, menambahkemampuan tanah untuk meyimpan air,menahan unsur hara, dan sumber energi bagimikroorganisme. Penambahan bahan organikpada media tanam dapat memperbaiki kondisifisik dan kimia media tanam tersebut, sehinggasecara tidak langsung pertumbuhan tanamandapat optimal (Erlan, 2005).Selain itu, tingkatkerapatan tanaman juga mempengaruhipertumbuhan semai. Kerapatan tanaman yangtinggi akan menyebabkan persaingan antartanaman untuk memenuhi kebutuhan cahaya, air,dan unsur hara akan semakin meningkat danakan mempengaruhi proses fotosintesissehingga pertumbuhan tanaman tidak optimal.Menurut Sumarni dan Rosliani (2010), perludilakukan pengaturan jarak tanam untukmemberikan kondisi tumbuh yang optimalsehingga pertumbuhan dan perkembangantanaman dapat maksimal. Penelitian mengenaiteknik persemaian benih bawang merah asal bijiuntuk produksi bibit (seedling) dan umbi minibawang merah telah dilakukan oleh Sopha, etal. (2015) yang menunjukkan bahwa persentaseumbi mini yang dihasilkan dengan perlakuanmedia tanam dan teknik persemaian dengan caradisebar dan digarit di lahan persemaianmemberikan hasil yang lebih rendah dibandingdengan produksi seedling, sehingga persemaianbawang merah dengan teknik seedling lebihefisien.

Teknik Persemaian Bawang Merah yangBerpotensi Dikembangkan Oleh Petani

Dengan memperhatikan kelebihan dankelemahan dari cara persemaian yang ada,teknik persemaian bawang merah yangberpotensi dikembangkan oleh petani adalahteknik persemaian pada lahan khususpersemaian (seedling) dan penggunaan soilblock. Hal tersebut disebabkan oleh tingkatefisiensi benih biji, kualitas bibit, dan resiko teknikpersemaian yang digunakan. Ada beberapafaktor yang menentukan keputusan petani dalampengadopsi suatu teknologi, antara lainkerumitan teknik persemaian, kondisi lahan,benih yang digunakan, dan karakteristik petani.Menurut Indraningsih (2011), faktor-faktor yangmempengaruhi petani dalam mengadopsiteknologi adalah manfaat teknologi yangdiadopsi, kesesuaian teknologi terhadap petani,tingkat kerumitan teknologi, cara dan kebiasaan

Gambar 1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman (cm)bawang merah asal biji

Gambar 2. Grafik pertumbuhan jumlah daun (helai)bawang merah asal biji

Introduksi Inovasi Teknologi Persemaian Bawang Merah Asal Biji| Andi Nirma Wahyuni, dkk.

Page 30: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

104 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

usahatani dan persepsi petani terkait denganteknologi yang diperkenalkan.

Pada teknik persemaian seedling dan soilblock, benih yang digunakan tidak sebanyak saatmenggunakan teknik persemaian tanamlangsung di lahan dan kualitas bibit yangdihasilkan pun baik. Menurut Sumarni danRosliani (2010), teknik persemaian benih bijibawang merah menghasilkan bibit yang lebihkuat dan lebih tegar dibandingkan dengan tanpapersemaian.Kualitas bibit yang digunakan saatpindah tanam pun baik karena bibit yangdigunakan dapat diseleksi terlebih dahulu.Risikoyang diperoleh dari teknik persemaian seedlingtergolong rendah.Hal ini disebabkan faktoreksternal dari lingkungan yang mempengaruhipertumbuhan tanaman dapat diminimalisir.

Pada tingkat petani penangkar benihbawang merah TSS, teknik persemaian yangberpotensi untuk dikembangkan adalah teknikpersemaian soil block dan umbi mini. Selainmampu memberikan kualitas bibit dan benih umbiyang baik, pengembangan teknik persemaianTSS di tingkat penangkar ini mampu mengatasiketersediaan benih bermutu untuk parapetani.Ketersediaan benih bermutu ditingkatpenangkar, baik dari segi kualitas dan kuantitas,dapat memudahkan petani dalam pemenuhankebutuhan benih bermutu untuk meningkatkanproduktivitas bawang merah. Para petaniumumnya sulit untuk mengadopsi teknologi baruapabila teknologi tersebut merubah carabudidaya yang biasa digunakan oleh petani.Menurut Indraningsih (2011), salah satu faktoryang mempengaruhi tingkat adopsi petaniterhadap teknologi baru yang diperkenalkanadalah teknologi tersebut mengubah cara dankebiasaan usahatani yang umumnya dilakukanoleh petani. Berdasarkan hal tersebut, denganpengembangan teknik persemaian bawangmerah TSS untuk penyediaan benih bermutu,tidak membuat petani yang sulit mengadopsiteknologi baru perlu mengubah teknik budidayayang digunakannya selama ini.

KESIMPULAN

Penggunaan benih biji bawang merahmenjadi salah satu alternatif untuk menghasilkanumbi bermutu.Pada teknik budidaya ini, terdapattahapan persemaian.Dari hasil kajian, teknologipersemaian bawang merah asal biji berpeluang

untuk dikembangkan di Sulawesi Tengah.Teknikpersemaian bawang merah asal biji yang sesuaiuntuk dikembangkan pada tingkat petani adalahseedling dan soil block, sementara pada tingkatpetani penangkar adalah produksi umbi mini dansoil block.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kami sampaikankepada Dr. Ir. Muchamad Yusron, M.Phil dan Ir.Rachmat Hendayana, MS yang telah membim-bing dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

KONTRIBUTOR ARTIKEL

Penulis pertama, kedua, dan ketiga dalamartikel ilmiah ini merupakan kontributor utamadalam pelaksanaan kegiatan penelitian danpenulisan artikel ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Basuki, R.S. 2009. Analisis kelayakan Teknis danEkonomis Teknologi Budidaya BawangMerah dengan Biji Botani dan Benih UmbiTradisional. Jurnal Hortikultura19(2):214:227.

BPS Sulawesi Tengah.2018. Luas Panen,Produksi, dan Hasil per hektar TanamanSayuran Menurut Kabupaten/Kota dan JenisSayuran di Provinsi Sulawesi Tengah 2016.http://www.sulteng.bps.go.id

Brewster, J.L. 1994. Onion and other vegetableAlliums, Cab. International Cambrige 93-11.

Budiono, D. P. 2004. Mulitiplikasi In Vitro TunasBawang Merah (Allium ascalonicum L.) padaBerbagai Taraf Konsentrasi Air Kelapa.Jurnal Agronomi 8(2).

Darma, W. A., Susila, A. S., dan Dinarti, D. 2015.Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah AsalUmbi TSS Varietas Tuk Tuk pada Ukurandan Jarak Tanam yang Berbeda.JurnalAgrovigor 2(8).

Erlan. 2005. Pengaruh Berbagai Media TerhadapPertumbuhan Bibit Mahkota Dewa (Phaleriamacrocarpha (Scheff.) Boerl.)di Polibag.Jurnal Akta Agrosia 7(2):72-75.

Page 31: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

105

Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Edisi Baru.Akademika Pressindo. Jakarta.

Hermanto, C. 1996. Pola Sebaran danPenyebaran Penyakit Layu (Fusariumoxysporum sp. melonis) pada TanamanMelon. Prosiding Simposium HortikulturaNasional Malang, 8-9 Nopember 1994,Malang.

Indraningsih, K.S. 2011. Pengaruh PenyuluhanTerhadap Keputusan Petani Dalam AdopsiInovasi Teknologi Usahatani Terpadu. JurnalAgro Ekonomi, Vol. 29, No. 1, Mei 2011 : 1-24.

Kung’u, J.B., Kihara, J., Mugendi, D.N., &Jaenicke, H. (2008).Effect of Small-ScaleFarmers’ Tree Nursery Growing Medium onAgroforestry Tree Seedlings’ Quality in Mt.Kenya Region. Scientific Research andEssays 3(8):359–364.

Louk, M. dan Raharjo, K. T. P. 2017.PengaruhPemangkasan Akar dan Waktu PenyapihanTerhadap Pertumbuhan Bibit TanamanKemiri (Aleurites moluccana, Willd) AsalStum.Jurnal Pertanian Konservasi LahanKering 2(11).

Mardiyanto, T. C., Pangestuti, R., Prayudi, B., danEndrasari, R. 2017. Persepsi Petaniterhadap Inovasi Produksi Umbi MiniBAwang Merah Asal Biji (True Seed ofShallot/TSS) Ramah Lingkungan diKabupaten Grobogan. Jurnal Ilmu-ilmuPertanian 24(1):41-53.

Marpaung, I. S., Parto, Y., dan Sodikin, E. 2013.Evaluasi Kerapatan Tanam dan MetodePengendalian Gulma pada Budi daya PadiTanam Benih Langsung di Lahan SawahPasang Surut. Jurnal Lahan Suboptimal1(2):93-99.

Pangestuti, R. dan Sulistyaningsih, E. 2011.Potensi Penggunaan True Seed Shallot(TSS) Sebagai Sumber Benih BawangMerah di Indonesia. Prosiding SemilokaNasional, 14 Juli 2011, Semarang.

Prasetyo, J. Djoyowasito, G., Smaradhana, L. T.,Purnomo, D., dan Sutan, S. M. 2016. Penga-ruh Kepadatan Benih pada Media Perse-maian terhadap Performansi Rice Trans-planter Tipe Crown Indo Jarwo IHT 20-40.Jurnal Teknologi Pertanian 3(17):155-164.

Rahim, M.A., M.A. Hakim, A. Begum, dan M.S.Islam. 1992. Scope for Increasing the TotalYield and Fulfing the Demand for OnionDuring the Period of Shortage in BangladeshThrough the Bulb to Bulb (Set) Method ofProduction. Onion Newsletter for the Tropics.4:4-6.

Rosliani, R., Sumarni, N., dan Suwandi. 2002,‘Pengaruh kerapatan tanaman, naungan,dan mulsa terhadap pertumbuhan danproduksi umbi bawang merah mini asal biji’,Jurnal Hortikultura 1(12):28-34.

Rosliani, R., Suwandi, dan N. Sumarni. 2005.Pengaruh waktu tanam dan zat pengaturtumbuh Mepiquat klorida terhadappembungaan dan pembijian bawang merah(TSS).Jurnal Hortikultura 15(3):192-198.

Simanjuntak, B. H., Suprihati, Kuswanto, H. 2000.Penentuan Komposisi Bahan untuk MediaSemai Tercetak (Soil Block). Prosiding.Seminar Nasional Pengembangan TeknologiHortikultura Memasuki Indonesia Baru, 15Maret 2000, Salatiga.

Sopha, G. A. 2010. Iptek Hortikultura: TeknikPersemaian True Shallots Seed (TSS). BalaiPenelitian Tanaman Sayuran. KementerianPertanian.

Sopha, G. A., Sumarni, N., Setiawati, W., danSuwandi. 2015. Teknik Penyemaian BenihTrue Shallot Seed untuk Produksi Bibit danUmbi Mini Bawang Merah. JurnalHortikultura 4(25): 318-330.

Suita, E., Sudrajat, D. J., dan Kurniaty, R.2017.Pertumbuhan Bibit Kaliandra padaBeberapa Komposisi Media Semai Cetak diPersemaian dan Lapangan. JurnalPenelitian Hutan Tanaman 14(1):73-83.

Sumarni, N, Sumiati, E, & Suwandi 2005,‘Pengaruh kerapatan tanaman dan aplikasizat pengatur tumbuh terhadap produksi umbibibit bawang merah asal biji kultivar Bima’,Jurnal Hortikultura 2(15):208-14.

Sumarni, N. dan Rosliani, R. 2010 PengaruhNaungan Plastik Transparan, KerapatanTanaman, dan Dosis N terhadap ProduksiUmbi Bibit Asal Biji Bawang Merah. JurnalHortikultura 20(1):52-59.

Van Den Brink, L. dan Basuki, R. S. 2009.Improvement of Shallot Supply Chains:

Introduksi Inovasi Teknologi Persemaian Bawang Merah Asal Biji| Andi Nirma Wahyuni, dkk.

Page 32: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

106 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

HORTIN II Co Innovation Programme.Lelystad, The Netherlands, Lembang,Indonesia, December 2010.

Wiyatiningsih, S., Wibowo, A., dan Triwahyu E.P. 2009.Keparahan Penyakit Moler padaEnam Kultivar Bawang Merah karena Infeksi

Fusarium oxysporium f. sp. cepae di Tigadaerah Sentra Produksi.Prosiding SeminarNasional Akselerasi PengembanganTeknologi Pertanian dalam MendukungRevitasisasi Pertanian, 2 Desember 2009,Surabaya.

Page 33: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

107

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS DAN GALURJAGUNG BADAN LITBANG PERTANIAN DI KABUPATEN KARANGASEM

I Nyoman Adijaya

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah Rai Pesanggaran Denpasar

E-mail: [email protected]

ABSTRACT

The Growth Performance and Yield of Maize Varieties and Lines BalitbangtanProduction in Karangasem Regency

The Agency for Agricultural Research and Development through the Cereals Research Institute hasproduced a variety of corn varieties and strains that can be used as alternatives to be developed, but todetermine the yield and adaptation needs to be done adaptation test and multilocation test. Adaptation test oneight varieties and stain of corn of the Agricultural Research and Development Agency was carried out in UjungSukasada Village, Karangasem District, Karangasem Regency from June to September 2019. The study wasdesigned using a Randomized Block Design (RCBD) with 8 varieties and strain of corn treatments and 4replication. The varieties and strains tested were: Black corn, Bima 20, JH 27 M, Agritan HJ 21, Nasa 29 F1,Pulut URI, JH 45 M, and Nasa 29. Data on growth components, yield components and crop yields were analyzedby variance, if the treatment has significant effect (P <0.05) followed by a 5% LSD test, while to find out thefeasibility of the farming carried out an analysis of the B/C ratio. The results of the analysis of the growthcomponents, yield components and results showed the treatment of varieties and strains significantly affectedall parameters observed except for the parameters of the number of planted leaves. Two strain, JH 27 M andAgritan HK 21, have the best adaptability by producing the highest dry grain yield of 6.50 t / ha and 6.10 t / ha,higher than the varieties that have been released such as Nasa 29, Bima 20 and Pulut URI. The results of theanalysis showed that two strain, JH 27 M and Agritan HJ 21, were able to provide the highest farm profit,namely Rp 9,160,000 / ha and Rp 7,560,000 / ha with a B / C ratio of 0.54 and 0 respectively. 45.

Keywords: Growth performance, variety, strain, corn

ABSTRAK

Badan Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian Tanaman Serealia telah banyak menghasilkan varietas-maupun dan galur jagung yang dapat dijadikan alternatif untuk dikembangkan, namun untuk mengetahui dayahasil dan adaptasinya perlu dilakukan uji adaptasi maupun uji multilokasi. Uji adaptasi terhadap delapan varietasdan galur jagung Badan Litbang Pertanian dilakukan di Desa Ujung Sukasada, Kecamatan Karangasem,Kabupaten Karangasem dari bulan Juni sampai September 2019. Kajian dirancang dengan menggunakanRancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 8 perlakuan varietas dan galur jagung diulang sebanyak 4 kali.Varietas dan galur yang diuji yaitu: Jagung hitam, Bima 20, JH 27 M, Agritan HJ 21, Nasa 29 F1, Pulut URI, JH45 M, dan Nasa 29. Data komponen pertumbuhan, komponen hasil dan hasil tanaman dianalisis sidik ragam,apabila perlakuan berpengaruh nyata (P< 0,05) dilanjutkan dengan uji BNT 5%, sedangkan untuk mengetahuikelayakan usahatani yang dilakukan dilakukan analisis B/C ratio. Hasil anslisis terhadap komponenpertumbuhan, komponen hasil dan hasil menunjukkan perlakuan varietas dan galur berpengaruh nyata terhadapsemua parameter yang diamati kecuali terhadap parameter jumlah daun pertanaman. Dua galur yaitu JH 27 Mdan Agritan HJ 21 memiliki daya adaptasi terbaik dengan memberikan hasil biji pipilan kering tertinggi yaitu6,50 t/ha dan 6,10 t/ha, lebih tinggi dibandingkan varietas yang sudah dilepas seperti Nasa 29, Bima 20 danPulut URI. Hasil analisis menunjukkan dua galur yaitu JH 27 M dan Agritan HJ 21 mampu memberikankeuntungan usahatani tertinggi yaitu Rp 9.160.000,-/ha dan Rp 7.560.000,-/ha dengan B/C ratio masing-masing0,54 dan 0,45.

Kata kunci: Keragaan pertumbuhan, varietas, galur, jagung

Keragaan Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas dan Galur Jagung Badan LitbangPertanian di Kabupaten Karangasem | I Nyoman Adijaya

Page 34: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

108 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

PENDAHULUAN

Kebutuhan jagung nasional senantiasamengalami peningkatan. Krisnamurthi (2010)menyatakan berkembangnya industri pakanternak menyebabkan kebutuhan jagungsenantiasa mengalami peningkatan. Dilaporkanawalnya (tahun 1973) produksi industri pakanternak hanya 34.050 ton per tahun pakanunggas, pada tahun 1994 telah berkembangmenjadi 5.681.989 ton per tahun. Hal serupajuga disampaikan Panikkai et al. (2017) yangmenyatakan kebutuhan jagung nasional terusmengalami peningkatan. Tahun 2010 dilaporkankebutuhan jagung sebesar 28.273.501 tonmeningkat menjadi 35.713.001 ton tahun 2015,sedangkan produksi nasional tahun 2010 hanya18.327.636 ton dan 21.621.435 ton tahun 2015.Kushartanti et al. (2019) peningkatan permintaanjagung tersebut untuk memenuhi kebutuhannasional baik untuk industri pangan, pakan, dankebutuhan industri lainnya. Kondisi itumenunjukkan bahwa kebutuhan jagung nasionalmasih belum bisa dipenuhi secara mandiri danmenunjukkan betapa besarnya potensi pasardalam negeri untuk komoditas jagung.

Di Provinsi Bali luas tanam jagungsenantiasa mengalami penurunan. Distan-pangan Prov. Bali (2020) mencatat tahun 2014luas tanam jagung seluas 19.355 ha sedangkantahun 2018 hanya seluas 16.952 hektar,sedangkan peroduktivitas jagung mengalamipeningkatan dari 24,34 kw/ha menjadi 36,97 kw/ha, namun produktivitas ini masih jauh lebihrendah dari rata-rata produktivitas jagungnasional. Dirjen Hortikultura (2018) menyatakansecara nasional produktivitas jagung tahun 2018sudah mencapai 52,41 kw/ha.

Kabupaten Karangasem merupakan salahsatu sentra produksi jagung di Bali. BPS (2015)mendata luas panen jagung di KabupatenKarangasem terluas kedua di Bali dengan luas6.601 hektar lebih rendah dibandingkanKabupaten Buleleng dengan luas 6.603 ha.Lebih lanjut BPS (2017) menyatakan dari segiproduktivitas, produktivitas jagung di KabupatenKarangasem memiliki produktivitas terendah diBali dengan rata-rata 17,62 kw/ha, jauh lebihrendah dibandingkan produktivitas jagung di Bali.Rendahnya produktivitas jagung tersebut selaindisebabkan oleh faktor lingkungan seperti kurang

suburnya lahan, curah hujan yang cenderungrendah, juga disebabkan oleh teknis usahataniyang belum optimal seperti masih dominannyapemakaian varietas lokal.

Panikkai et al. (2017) menyusun skenariopeningkatan produksi jagung di Indonesiadengan simulasi 80% dapat dilakukan melaluipenggunaan varietas berpotensi hasi tinggiseperti varietas hibrida. Disisi lain Badan LitbangPertanian melalui Balai Penelitian TanamanSerealia telah banyak menghasilkan varietas-maupun dan galur jagung yang dapat dijadikanalternatif untuk dikembangkan, namun untukmengetahui daya hasil dan adaptasinya perludilakukan uji adaptasi maupun uji multilokasi.Berdasarkan hal tersebutlah pengujian 8 varietasdan galur harapan Badan Litbang Pertanian inidilakukan.

METODOLOGI

Rancangan dan Pelaksanaan

Uji adaptasi terhadap delapan varietas dangalur Badan Litbang Pertanian dilakukan di DesaUjung Sukasada, Kecamatan Karangasem,Kabupaten Karangasem dari bulan Juni sampaiSeptember 2019. Kajian dirancang denganmenggunakan Rancangan Acak Kelompok(RAK) dengan 8 perlakuan varietas dan galurjagung diulang sebanyak 4 kali. Varietas dangalur yang diuji yaitu: Jagung hitam, Bima 20,JH 27 M, Agritan HJ 21, Nasa 29 F1, Pulut URI,JH 45 M, dan Nasa 29. Teknis budidaya sepertiTabel 1.

Parameter yang diamati adalah parameterpertumbuhan seperti tinggi tanaman, jumlahdaun dan berat basah (B.B.) berangkasan,komponen hasil seperti jumlah tongkol pertanaman, berat tongkol dengan kelobot pertanaman, berat tongkol tanpa kelobot pertanaman berat biji pipilan kering per tanaman.Pengukuran berat berangkasan sertaproduktivitas tanaman per hektar dihitung denganmelakukan ubinan. Luas ubinan yaitu 2,25 m x2,40 m (5,40 m2). Untuk menghitung beratberangkasan serta produktivitas tanaman perhektar dengan formula:

Page 35: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

109

Analisis Data

Data komponen pertumbuhan, komponenhasil dan hasil tanaman dianalisis sidik ragam,apabila perlakuan berpengaruh nyata (P< 0,05)dilanjutkan dengan uji BNT 5% (Gomez danGomez, 1995) sedangkan untuk mengetahuikelayakan usahatani yang dilakukan dilakukananalisis B/C ratio. Secara matematis, pendapatankeuntungan usahatani dihitung dengan formulasisebagai berikut:

I = P.Q – TC

Keterangan :I = Pendapatan./keuntunganP = Harga produksi per unitQ = Jumlah produksiTC = Jumlah biaya produksi (tunai)

Selanjutnya, untuk mengetahui tingkatkelayakan usahatani tersebut dilakukan melaluianalisis benefit cost ratio (B/C ratio). Apabila B/C ratio > 0, maka usahatani tersebut layak untukdiusahakan, sebaliknya jika B/C ratio < 0, makausahatani tersebut tidak layak untukdilaksanakan (Soekartawi, 1992).

HASIL PEMBAHASAN

Keragaan Agronomis

Hasil analisis statistika menunjukkan bahwasemua parameter yang diamati baik terhadapkomponen pertumbuhan, komponen hasil dandan hasil, perlakuan varietas dan galurmenunjukkan berpengaruh nyata (P<0,05)kecuali terhadap parameter jumlah daun pertanaman (Tabel 1 dan 2). Melihat komponenpertumbuhan yang tercermin dari beratberangkasan yang dihasilkan JH 27 Mmenghasilkan berat berangkasan per tanamandan per hektar tertinggi tidak berbeda nyatadengan varietas dan galur lainnya kecuali denganPulut URI.

Masing-masing varietas dan galur yang diujimemiliki karakteristik yang berbeda. Hal initerlihat dari penampilan tanaman, walaupuntinggi tanamannya tinggi seperti halnya Pulut URInamun belum tentu diikuti oleh beratberangkasan yang tinggi, bahkan jagung hitamdengan tinggi terendah memberikan beratberangkasan yang lebih tinggi. Hal ini sejalandengan pendapat Hinz et al. (1977 dalam Azrai,

Tabel 1. Teknis budidaya uji adaptasi beberapa varietas dan galur harapan jagung Balitbangtan di Karangasemtahun 2019

Uraian Keterangan

Varietas/galur Sesuai perlakuanBudidaya

- Pengolahan tanah Olah tanah sempurna- Tanam Jarak tanam 75 cm x 40 cm, 2 tanaman/lubang- Pemupukan Pupuk organik 5 t/ha diberikan pada saat pengolahan tanah

Pupuk Urea 300 kg/ha, dan NPK 400 kg/haPemberian pupuk anorganik diberikan umur tanaman 21 hst dan 35 hst

dengan cara tugal masing-masing ½ dosis- Penyiangan dan pembumbunan Penyiangan secara mekanis dengan menggunakan cangkul- Pengairan Sistem leb- Pengendalian OPT Pengendalian hama penyakit secara terpadu sesuai dengan konsep PTT

Panen Panen tua /masak fisiologis

  

Keragaan Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas dan Galur Jagung Badan LitbangPertanian di Kabupaten Karangasem | I Nyoman Adijaya

Page 36: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

110 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

2004) yang menyatakan bahwa suatu genotipeakan memberikan tanggapan yang berbeda padalingkungan yang berbeda dan genotipe yangberbeda akan memberikan tanggapan yangberbeda meskipun tanaman di lingkungan yangsama.

Hasil analisis terhadap komponen hasil danhasil tanaman juga menunjukkan keragaan padavarietas dan galur yang diuji. JH 27 Mmemberikan komponen hasil dan hasil tertinggidengan rata-rata berat biji pipilan kering pertanaman dan per hektar masing-masing 121,50g dan 6,50 t. Hasil ini nyata lebih tinggidibandingkan dengan varietas yang sudahdilepas seperti Nasa 29 dan Bima 20 denganproduktivitas 5,50 t/ha dan 5,20 t/ha. Hasil kajianAdijaya et al. (2018) mendapatkan varietas Nasa

29 dan Bima 20 yang ditanam di lahan sawahKecamatan Gerokgak, Kabupaten Bulelengmenghasilkan rata-rata 8,11 t/ha dan 8,98 t/ha,sedangkan yang ditanam di lahan tegalanmampu menghasilkan rata-rata 7,53 t/ha dan8,20 t/ha, jauh lebih tinggi dibandingkan hasilkajian ini. Kenyataan tersebut sejalan denganpendapat yang dikemukakan oleh Kearsey danPooni (1996) bahwa penampilan suatu karakterdari materi pemuliaan yang diseleksi ditentukanoleh tingkat kepekaannya terhadap lingkungandan pada kebanyakan seleksi memberikanpenampilan yang tinggi pada lingkungan yangbaik, dan sebaliknya pada lingkungan yang jelekmemperlihatkan penampilan yang kurang baik.

Menurut Sumarno (1984 dalam, Azrai, 2004)tidak semua varietas unggul introduksi dapat

Tabel 2. Rata-rata komponen pertumbuhan beberapa varietas dan galur jagung Balitbangtan di KabupatenKarangasem Tahun 2019

Varietas Tinggi Jumlah daun per Berat basah Berat basahtanaman (cm) tanaman (helai) berangkasan /tan (g) berangkasan/ha (t)

Jagung hitam 210,00 b 12,90 a 317,80 ab 16,95 abBima 20 226,00 ab 13,40 a 295,60 ab 15,76 abJH 27 M 230,00 ab 14,20 a 374,50 a 19,90 aAgritan HJ 21 229,00 ab 13,60 a 345,20 a 18,40 aNasa 29 F1 230,00 ab 14,00 a 289,50 ab 15,44 abPulut URI 228,00 ab 12,40 a 165,00 b 8,85 bJH 45 M 259,00 a 14,20 a 342,10 a 18,24 aNasa 29 230,00 ab 14,00 a 317,80 ab 16,90 ab

Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata(P>0,05) pada uji BNT 5%.

Tabel 3. Rata-rata komponen hasil dan hasil beberapa varietas dan galur jagung Balitbangtan di KabupatenKarangasem Tahun 2019

Varietas B. tongkol B. tongkol Berat biji pipilan Berat bijidengan kelobot/tan (g) tanpa kelobot/tan (g) kering/tan (g) pipilan kering/ha (t)

Jagung hitam 190,00 bc 165,00 bc 102,50 cd 5,47 cdBima 20 180,00 c 150,00 c 97,20 d 5,18 dJH 27 M 225,00 a 200,00 a 121,50 a 6,50 aAgritan HJ 21 210,00 ab 165,00 bc 113,40 ab 6,10 abNasa 29 F1 175,00 c 155,00 c 94,50 d 5,05 dPulut URI 100,00 d 75,00 d 54,00 e 2,88 eJH 45 M 205,00 b 180,00 b 110,70 bc 5,90 bcNasa 29 190,00 bc 170,00 bc 102,60 cd 5,50 cd

Keterangan:- B = Berat- Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata (P>0,05)

pada uji BNT 5%.

Page 37: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

111

beradaptasi baik di Indonesia, namun beberapadi antaranya memperlihatkan daya hasil yangtinggi pada beberapa daerah. Halloran et al.(1979) menambahkan mekanisme fisiologistanaman pada kondisi lingkungan yang barubiasanya bervariasi sehingga kebutuhan genuntuk dapat mengekspresikan penampilan yangbaik pada lingkungan baru tersebut biasanyajuga berbeda.

Mengacu pada hasil biji pipilan kering perhektar yang dihasilkan dua galur yaitu JH 27 Mdan Agritan HK 21 memiliki daya adaptasi terbaikdengan memberikan hasil biji pipilan keringtertinggi yaitu 6,50 t/ha dan 6,10 t/ha. Hal inisesuai dengan pernyataan Sutresna et al. (2016)yang menyatakan masing-masing genotipebersifat spesifik terhadap (lingkungan tumbuh)baik bersifat makro maupun mikro, oleh karenaitu pemilihan genotipe sangat penting dalamkeberhasilan budidaya. Tinggi rendahnya pro-duktivitas sangat dipengaruhi oleh cocok tidak-nya genotipe yang digunakan dengan kondisipenanaman. Lebih lanjut Harjadi (1979) menya-takan kemampuan menghasilkan tanamansangat dipengaruhi oleh kemampuan adaptasitanaman terhadap lingkungannya. Semakinbaikinteraksi antara genetik tanaman denganlingkungan tumbuhnya, maka akan diikuti olehpeningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman.

Analisis Usahatani

Hasil analisis usahatani yang dilakukanterhadap 8 varietas dan galur yang diujimenunjukkan semua varietas dan galur yang diujikecuali varietas Pulut URI menguntungkan,

dengan asumsi semua biaya produksidiperhitungkan. Biaya produksi mencakup biayainput produksi seperti pemakaian tenaga kerjadan sarana produksi. Dilihat dari B/C ratiousahatani semua varietas dan galur yang diujikecuali varietas Pulut URI layak untuk dilakukandengan R/C ratio >1 atau B/C > 0.

JH 27 M dan Agritan HJ 21 memberikankeuntungan dan B/C tertinggi yaitu Rp9.160.000,- dan Rp 7.560.000,- dengan B/C 0,54dan 0,45. Analisis usahatani terhadap varietasPulut URI menunjukkan usahatani yangdilakukan mengalami kerugian sebesar Rp510.000,-/hektar dengan B/C ratio -0,04. Antara(2012) menyatakan semakin tinggi B/C ratiomenunjukkan usahatani yang dilakukan semakinefisien, karena dengan pengeluaran yang samaakan dihasilkan keuntungan yang semakin tinggi.

Keuntungan dan kerugian usahatani yangdilakukan sangat dipengaruhi oleh penggunaaninput dan besarnya penerimaan usahatani.Nugroho (2015) menyatakan efisiensi teknissuatu usahatani yang dilakukan, ditunjukkandengan adanya pengeluaran minimum denganoutput yang sama atau meningkat. Namun padaanalisis yang dilakukan terhadap kedelapanvarietas dan galur jagung yang diuji pada kajianini hal tersebut belum bisa tercapai karenapeningkatan penerimaan masih diikuti olehpeningkatan pengeluaran input usahatani.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dua galur yaitu JH 27 M dan Agritan HK 21memiliki daya adaptasi terbaik dengan

Tabel 4. Analisis usahatani beberapa varietas dan galur jagung Balitbangtan di Kabupaten Karangasem Tahun2019

UraianVarietas

Tenaga Sarana Jumlah Peneri- Keuntungan B/Ckerja (Rp) produksi (Rp) biaya (Rp) maan (Rp) (Rp) ratio

Jagung hitam 12.160.000 4.680.000 16.840.000 21.880.000 5.040.000 0,30Bima 20 12.160.000 4.680.000 16.840.000 20.720.000 3.880.000 0,23JH 27 M 12.160.000 4.680.000 16.840.000 26.000.000 9.160.000 0,54Agritan HJ 21 12.160.000 4.680.000 16.840.000 24.400.000 7.560.000 0,45Nasa 29 F1 12.160.000 4.680.000 16.840.000 20.200.000 3.360.000 0,20Pulut URI 11.360.000 2.110.000 13.470.000 12.960.000 - 510.000 -0,04JH 45 M 12.160.000 4.680.000 16.840.000 23.600.000 6.760.000 0,40Nasa 29 12.160.000 4.680.000 16.840.000 22.000.000 5.160.000 0,31

Keterangan: Data primer diolah

Keragaan Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas dan Galur Jagung Badan LitbangPertanian di Kabupaten Karangasem | I Nyoman Adijaya

Page 38: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

112 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

memberikan hasil biji pipilan kering tertinggi yaitu6,50 t/ha dan 6,10 t/ha, lebih tinggi dibandingkanvarietas yang sudah dilepas seperti Nasa 29,Bima 20 dan Pulut URI. Kemampuanmenghasilkan dari varietas dan galur yang diujiditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan.Semakin tinggi interaksi kedua faktor tersebutakan diikuti oleh peningkatan hasil tanaman

Hasil analisis menunjukkan dua galur yaituJH 27 M dan Agritan HK 21 mampu memberikankeuntungan usahatani tertinggi yaitu Rp9.160.000,-/ha dan Rp 7.560.000,-/ha dengan B/C ratio masing-masing 0,54 dan 0,45.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih penulis ucapkan kepadaKepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng danjajarannya yang telah membantu dalampelaksanaan kegiatan serta kepada Bapak MadeSugianyar dan Nyoman Sutresna yang telahmembantu dalam pelaksanaan kegiatan sertapengumpulan data.

DAFTAR PUSTAKA

Adijaya, N., W. Sunanjaya, N.K.K.Sukraeni, J.Rinaldi, E.N. Jati, P.S. Elizabenth, M.Sukadana, M. Astika, N. Duwijana, N.K.A.T.Yanti, M. Swijana, dan W. Swijarta. 2018.Demplot Komoditas Strategis Kemtan di 3Kabupaten-Kota di Bali. Laporan AkhirTahun. Balai Pengkajian TeknologiPertanian Bali. 50 hal.

Antara, M. 2012. Analisis Produksi danKomparatif antara Usahatani Jagung Hibridadengan Non hibrida di Kecamatan PaloloKabupaten Sigi. Agroland 17(1):56-62.

Azrai. 2004. Penampilan Varietas Jagung UnggulBaru Bermutu Protein Tinggi di Jawa danBali. Buletin Plasma Nutfah 10(2):49-55.

BPS. 2015. Bali Dalam Angka. Badan PusatStatistik Provinsi Bali.

BPS. 2017. Bali Dalam Angka. Badan PusatStatistik Provinsi Bali.

Dirjen Hortikultura. 2018. Luas Lahan danProduktivitas Tanaman Jagung Indonesia(1993-2018). Direktoral JenderalHortikultura. Kementerian Pertanian.

Distan pangan Prov. Bali. 2020. Luas Tanam,Luas Panen, Produktivitas dan ProduksiJagung 2014-2018. Dinas Pertanian danKetahanan Pangan Provinsi Bali.

Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 1995. ProsedurStatistik Untuk Penelitian. (Syamsudin, E.,Baharsyah, J.S., Pentj.). Jakarta: UniversitasIndonesia Press. 698 hal.

Halloran, G.M. 1979. Breeding self pollinatedcrops. In Knight, R. (Ed.). A Course Manualin Plant Breeding. AAUCS. Brisbane

Harjadi S.S.1979. Pengantar Agronomi. Jakarta:Gramedia.

Kearsey, M.J. and H.S. Pooni. 1996. Thegenetical analysis of quantitative traits. PlantGenetic Group School of Biology ScincesThe University of Birmingham, UK. Capmanand Hall.

Krisnamurthi, B. 2010. Manfaat Jagung danPeran Produk Bioteknologi Serealia dalamMenghadapi Krisis Pangan, Pakan danEnergi di Indonesia. Prosiding PekanSerealia Nasional, 1-9.

Kushartanti, E., D. Prasetianti, dan S. C. B.Setyaningrum. 2019. Persepsi danPreferensi Petani terhadap ProduktivitasJagung Hibrida Balitbangtan di KabupatenKendal.

Nugroho, B. A. 2015. Analisis fungsi Produksi danEfisiensi Jagung di kecamatan PateanKabupeten Kendal. Jurnal Ekonomi danKebijakan, 8(2):163-177.

Panikkai, S., R. Nurmalina, S. Mulatsih, dan H.Purwati. 2017. Analisis Ketersediaan JagungNasional Menuju Swasembada denganPendekatan Model Dinamik. InformatikaPertanian, 26(1): 41 – 48.

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. UI-Press.Universitas Indonesia.

Sutresna, I. W., I. G. P. M. Aryana, dan I. G. E. P.Gunartha. 2016. Evaluasi genotipe jagung(Zea mays L.) unggul pada lingkungantumbuh dengan perbaikan teknologibudidaya. Prosiding Semnas HasilPenelitian.

Page 39: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

113

PEMBERDAYAAN KELOMPOK PENANGKAR DALAM PRODUKSI BENIHSUMBER PADI MELALUI UNIT PENGELOLA BENIH SUMBER (UPBS) BPTP BALI

Ni Putu Sutami1 dan I.B.K. Suastika2

1,2)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) BaliJl. By Pass Ngurah Rai Pesanggaran, Denpasar Bali

Telp.(0361) 720498, Fax. (0361) 720498E-mail:[email protected]

Submitted date: 28 Mei 2020 Approved date : 29 Juni 2020

ABSTRACT

Breeder Group Empowerment in Rice Seed Breeding Production through SourceSeed Production Unit of BPTP Bali

Certified seeds from new high yielding varieties (VUB) are needed by farmers because of the potential toincrease agricultural productivity. The need for the availability of improved seed certified in Bali with rice plantingarea of 151 thousand hectares as many as 3,800 to 4,000 tons per year. Through the activities of seed productionresources in a sustainable manner, to resolve problems of scarcity of availability of improved seed qualitywhich always occur each year in Bali at planting time in terms of both quality and quantity. This activity aims to:(1) Generate a source of rice seed (FS, SS) as much as 16.0 tons of support the availability and requirementsof seed for the user, 2) Support efforts to provide quality seed to farmers / users more quickly and accuratelyas well as sustainable. The seeds developed through this activity include VUB besides Cigeulis BS/FS, CiherangFS/SS, IR 64 SS are Inpari 24 Gabusan FS, Inpari 32 HDB FS, Solute FS Element, Situbagendit FS, CibogoBS/SS, Bondoyudo BS/SS, Inpari 30 Ciherang Sub-1 BS/SS, and Inpari 43 Agrarian GRS BS/SS. Data in theform of seed production are tabulated and analyzed descriptively. Candidates for dry rice seeds (CBKS) obtainedfrom a harvest area of 29.5 hectares totaling 136,434 kg and were declared to have passed the 83.753 kgcandidate seed test. Of the prospective seeds of 83.753 kg with the details of 8,850 kg owned by UPBS BPTPBali and the remaining 74,903 kg of seeds belong to the cooperation partners (subak / farmer groups). Thedetails of seeds belonging to UPBS BPTP Bali include 60 kg Cigeulis FS, 3,030 kg Cigeulis SS, 150 kg CiherangES, 2,220 kg Ciherang SS, 300 kg IR 64 ES, ‘120 kg Inpari 32 HDB SS, 150 kg Solutan Unsrat SS, 210 kgSitubagendit SS, 240 kg Towuti SS, 120 kg Inpari 24 Gabusan FS, 150 kg Inpari 24 Gabusan SS, 240 kg Inpari30 Ciherang Sub-1 FS, 60 kg Inpari 30 Sub-1 SS, 300 kg Inpari 30 Ciherang Sub-1 ES, 120 kg Inpari 32 HDBSS, 150 kg Bondoyudo FS, 300 kg Bondoyudo ES, 150 kg Cibogo FS, 600 kg kg Cibogo ES, 90 kg Inpari 43Agrarian GSR FS, 300 kg Inpari 43 Agritan GSR ES,

Keywords: Seed production, rice

ABSTRAK

Benih bersertifikat dari varietas unggul baru (VUB) padi diperlukan petani karena potensial untukmeningkatkan produktivitas usaha tani. Kebutuhan akan ketersediaan benih unggul padi bersertifikat di Balidengan luas tanam sekitar 151 ribu hektar sebanyak 3.800 - 4.000 ton per tahun. Melalui kegiatan produksibenih sumber secara berkelanjutan diharapkan dapat memecahkan permasalahan kelangkaan ketersediaanbenih unggul bermutu yang selalu terjadi setiap tahunnya di Bali pada saat tanam baik dari segi kualitasmaupun kuantitas. Kegiatan ini bertujuan untuk : (1) menghasilkan benih sumber padi (FS, SS) mendukungketersediaan dan kebutuhan benih bagi pengguna. 2) mendukung upaya penyediaan benih bermutu bagipetani/pengguna lainnya secara cepat dan tepat serta berkelanjutan. Kegiatan dilaksanakan di lahan sawahmilik petani bekerjasama dengan kelompok penangkar. Benih yang dikembangkan melalui kegiatan ini meliputiVUB selain Cigeulis BS/FS, Ciherang FS/SS, IR 64 SS adalah Inpari 24 Gabusan FS, Inpari 32 HDB FS,Solutan Unsrat FS, Situbagendit FS, Cibogo BS/SS, Bondoyudo BS/SS, Inpari 30 Ciherang Sub-1 BS/SS, danInpari 43 Agritan GRS BS/SS Data berupa produksi benih ditabulasi dan dianalisis secara deskriptip. Calon

Pemberdayaan Kelompok Penangkar Dalam Produksi Benih Sumber Padi Melalui UnitPengelola Benih Sumber (UPBS) BPTP Bali | Ni Putu Sutami, dkk.

Page 40: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

114 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

PENDAHULUAN

Padi merupakan komoditas strategis yangdapat mempengaruhi ketahanan pangan diIndonesia dan berdampak terhadap kondisisosial ekonomi, budaya dan politik nasional.Keberhasilan peningkatan produksi padi tidakterlepas dari ketersediaan dan adopsi teknologi.Salah satu inovasi teknologi yang palingberpengaruh terhadap usahatani adalahpenggunaan benih bermutu. Penggunaan benihbermutu yang diikuti aplikasi teknologi budidayasecara tepat berpengaruh dalam peningkatanproduktivitas, produksi dan mutu hasil produk(Sadjad dkk, 1975). Sumbangan peningkatanproduktivitas benih bermutu terhadap produksipadi nasional cukup besar, sekitar 56 persen(Hasanuddin, 2005).

Peranan penangkar/kelompok penangkarbenih dalam penyediaan benih dengan varietasunggul sangat penting, namun kendalanya petaniatau penangkar memiliki keterbatasan luas arealproduksi, sumber daya manusia, prasarana dansarana serta modal. Ketersediaan benihberkualitas yang diperlukan petani merupakanhal yang strategis yang perlu dicermati olehpemangku kepentingan termasuk pengambilkebijakan guna mendukung keberhasilanbudidaya tanaman. Oleh karena itu sistemperbenihan perlu direvitalisasi sesuai dengandinamika dan perkembangan tuntutan konsumen(Hidayat, 2006; Departemen Pertanian, 2006).

Keberhasilan penyediaan benih menurutAdri (2010) tidak terlepas dari empat subsistemperbenihan yaitu : 1) penelitian, pemuliaan danpelepasan varietas, 2) produksi dan distribusi,3) pengawasan mutu dan sertifikasi benih dan4) sarana prasarana penunjang berupakelembagaan dan infrastruktur. Subsistempenelitian sebagian besar dihasilkan oleh BadanLitbang Pertanian melalui Balai Besar (BB) Padi.

UPBS BPTP ikut berperan dalam subsistemproduksi dan distribusi benih padi melaluikerjasamanya dengan para penangkar. Melaluipengawasan yang ketat diharapkan benih yangdihasilkan berkualitas (Guei et al, 2011).Subsistem sarana prasarana dan permodalanuntuk petani penangkar masih terbatas.

Melalui kegiatan produksi benih sebar padiyang dilakukan BPTP Bali, diharapkan dapatmembantu penyediaan benih bermutu yangselama ini baru dipenuhi sekitar 43,55% darijumlah kebutuhan benih yang mencapai 3.800ton per tahun (BPSBTPH, 2017). Mengingatperanan penangkar di tingkat daerah menjadisangat penting, maka kedepan penumbuhanatau penguatan kelembagaan kelompok tanipenangkar diharapkan bermunculan. Salah satuinovasi teknologi melalui penggunaan varietasunggul padi yang berdaya hasil tinggi telahdikembangkan dalam upaya mewujudkanharapan tersebut (Darman dan Maesti, 2007).Kebutuhan benih padi sawah para petani ataupenangkar di Provinsi Bali sebagian besardipenuhi dari benih pokok (SS) atau benihberlabel ungu karena petani beranggapan bahwakualitas benih lebih bagus daripada benih sebar(ES) padahal hasil penelitian Wahyuni et al.,2013 menunjukkan bahwa kelas benih padi yanglebih tinggi tidak selalu menunjukkan mutu danproduktivitas yang lebih baik dibanding kelasbenih yang lebih rendah dari varietas yang sama.Ketidakseimbangan antara ketersediaan benihdengan kebutuhan benih pada setiap musimtanam menjadi permasalahan yang terus bergulir.Melalui kegiatan ini diharapkan dapat membantumemecahkan masalah kelangkaan benihbermutu yang terjadi selama ini di Bali baik darisegi kualitas maupun kuantitas. Disamping ituprogram ini diharapkan dapat mendukungpercepatan penyebaran dan pengembanganvarietas-varietas unggul baru di daerah.

benih kering sawah (CBKS) yang diperoleh dari luas panen 29,5 hektar sebanyak 136.434 kg dan dinyatakanlulus uji 83.753 kg calon benih. Dari calon benih sebanyak 83.753 kg dengan rincian 8.850 kg milik UPBSBPTP Bali dan sisanya sebanyak 74.903 kg benih menjadi milik mitra kerjasama (subak/kelompok tani). Adapunrincian benih milik UPBS BPTP Bali meliputi 60 kg Cigeulis BD, 3.030 kg Cigeulis BP, 150 kg Ciherang BR,2.220 kg Ciherang BP, 300 kg IR 64 BR, ‘120 kg Inpari 32 HDB BP, 150 kg Solutan Unsrat BP, 210 kgSitubagendit BP, 240 kg Towuti BP, 120 kg Inpari 24 Gabusan BD, 150 kg Inpari 24 Gabusan BP, 150 kg Inpari30 Ciherang Sub-1 BD, 60 kg Inpari 30 Ciherang Sub-1 BP. 300 kg Inpari 30 Ciherang Sub-1 BR, 120 kg Inpari32 HDB BP, 150 kg Bondoyudo BD, 300 kg Bondoyudo BR, 150 kg Cibogo BD, 600 kg Cibogo BR, 90 kg Inpari43 Agritan GSR BD, 300 kg Inpari 43 Agritan GSR BR,

Kata Kunci: Produksi benih, padi

Page 41: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

115

METODOLOGI

Kajian dilaksanakan di lahan sawah milikpetani bekerjasama dengan kelompokpenangkar antara lain : (1) kelompok penangkarKUAT Subak Guama yang berlokasi di DesaSelanbawak, Kecamatan Marga, KabupatenTabanan; (2) Subak Dlod Sema yang berlokasidi Desa Sading, Kecamatan Mengwi, KabupatenBadung; (3) Subak Kumpul yang berlokasi diDesa Bone, Kecamatan Blahbatuh, KabupatenGianyar; (4) Kelompok tani Sari Gopala yangberlokasi di Desa Tukadmungga, KecamatanBuleleng, Kabupaten Buleleng; (5) kelompok taniSari Galih Tunggal Dewi yang berlokasi di DesaSambangan, Kecamatan Buleleng, KabupatenBuleleng (6) Subak Pecelengan yang berlokasidi desa Mendoyo Kangin, kecamatan Mendoyo,kabupaten Jembrana. Kegiatan dilaksanakanselama setahun dari bulan Januari sampaiDesember 2018 dengan luasan 29,5 hektar.

Perlakuan terdiri atas VUB selain CigeulisBS/FS, Ciherang FS/SS, IR 64 SS ada Inpari 24Gabusan FS, Inpari 32 HDB FS, Solutan UnsratFS, Situbagendit FS, Cibogo BS/SS, BondoyudoBS/SS, Inpari 30 Ciherang Sub-1 BS/SS, danInpari 43 Agritan GRS BS/SS (Tabel 1).Pengkajian yang dilaksanakan di lahan sawahmilik petani seluas sekitar 29,5 ha dengan caratanam legowo 2:1 dengan jarak tanam 50 cm x25 cm x 12,5 cm. Luas petak per varietasdisesuaikan dengan luas petakan lahan di petani.Pupuk yang digunakan adalah 200 kg/ha ureadan 200 kg/ha phonska diberikan 3 kali yaitu 1/3dari 200 kg/ha pada umur 7-10 HST, 1/3 padaumur 20-21 HST, dan 1/3 pada umur tanaman35-40 HST (hari setelah tanam).

Dalam pelaksanaannya dilakukan beker-jasama antar instansi terkait di daerah, sertapartisipasi aktif dari anggota kelompok tani(subak), untuk mengembangkan danmenerapkan model kajian ini mengacu padapetunjuk teknis unit pengelolaan benih sumberBadan litbang pertanian 2013. Produksi benih,distribusi, dan stok benih kemudian ditabulasidan dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Realisasi Tanam

Realisasi luas tanam kegiatan produksibenih sumber yang dilaksanakan bekerjasamadengan kelompok penangkar di beberapakabupaten/kota di Provinsi Bali disajikan padaTabel 2. Pada tabel terlihat luas tanam untukkegiatan produksi benih sumber di setiap lokasipenangkaran berbeda, hal ini sangat tergantungdari kemampuan penangkar untuk menyediakanlahan dan petani pelaksana yang benar-benarmengerti dan mau melaksanakan kegiatanpenangkaran. Semakin luas lahan yangdigunakan untuk menghasilkan benih makasemakin besar modal yang dibutuhkan untukmembeli calon benih dan sebaliknya akan terjadi.

Produksi Benih

Benih padi yang dikembangkan di lokasipenangkaran masih didominasi oleh VUBCiherang dan Cigeulis. Hal ini dilakukan olehpenangkar karena kedua varietas ini yang palingmudah dipasarkan. Gambaran seperti inimenunjukkan bahwa kedua jenis varietastersebut masih disukai petani sehingga masihsulit digantikan dengan varietas unggul barulainnya.

Produksi benih yang diperoleh dari usahapenangkaran benih padi Tahun 2018 dapat dilihatpada Tabel 3. Jumlah calon benih kering sawah(CBKS) yang diproses menjadi calon benihsebanyak 136.434 kg dan dinyatakan lulus ujisementara baru 83.753 ton. Dari hasil panen 29.5ha, benih yang dihasilkan UPBS BPTP Balisebanyak 8.850 kg dari kelas BD, BP sampai BRdan sisanya 74.903 kg milik mitra/penangkar.Hasil produksi benih milik UPBS BPTP Baliterdistribusi atau terjual langsung ke penangkardi lokasi demplot.

Tabel 1. VUB yang digunakan dalam pengkajiantahun 2018.

Varietas Kelas benih

Cigeulis BS/FSCiherang FS/SSIR 64 SSInpari 24 Gabusan FSInpari 32 HDB FSSolutan Usrat FSSitubagendit FSCibogo BS/SSBondoyudo BS/SSInpari 30 Ciherang Sub-1 BS/SSInpari 43 Agritan GRS BS/SS

Pemberdayaan Kelompok Penangkar Dalam Produksi Benih Sumber Padi Melalui UnitPengelola Benih Sumber (UPBS) BPTP Bali | Ni Putu Sutami, dkk.

Page 42: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

116 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

Tabel 2. Realisasi tanam kegiatan produksi benih sumber padi di Bali T.A. 2018.

Penangkar Varietas yang Kelas Luas Waktuditanam benih tanam (Ha)

Tebar Tanam

Subak Kumpul, desa,Bone,Kec. Blahbatuh,Kab. Gianyar Cigeulis BD 1,5

Cigeulis BB 2,0 25 Januari 2 Februari

Jumlah 3,5

Penangkar Sri Galih Inpari24 Gabusan BD 0,5 25 Januari 15 PebruariTunggal Dewi, desa Cigeulis BD 0,3 25 Januari 15 PebruariSambangan, Kec. Suka- Ciherang BD 0,7 25 Januari 15 Pebruarisada Kab. Buleleng CiherangIR 64 BPBP 0,51,0 25 Januari 15 Pebruari

1 Mei 21 Mei

Jumlah 3,0

Penangkar Sari Gopala, Cigeulis BD 0,5 7 Mei 27 MeiDesa Tukamungga, Inpari 32 HDB BD 0,4 8 Mei 25 MeiKec. Buleleng,Kab. Buleleng Ciherang BD 0,9 8 Mei 25 Mei

Solutan Unsrat BD 0,5 8 Mei 25 Mei

Jumlah 2,3

Subak Pecelengan, desa Situbagendit BD 0,7 27 Pebruari 13 MaretMendoyo Kangin, Kec.Mendoyo, Kab. Jembrana

Jumlah 0,7

Subak Dlod Sema, desa Cigeulis BD 0,8 6 Juni 21 JuniSading, Kec. Mengwi, Ciherang BD 0,8 5 Juni 20 JuniKab. Badung Towuti BD 0,8 6 Juni 21 Juni

Inpari 24 Gabusan BS 0,4 8 Juni 23 JuniInpari 30 BS 0,2 8 Juni 20 JuniCiherang Sub-1

Jumlah 3,0

Subak Guama, desa Bondoyodo BS 0,5 8 Mei 25 MeiSelanbawak, Kec. Marga, Bondoyudo BP 1,0 21Mei 7 JuniKab. Tabanan Inpari 30 BS 0,5 10 Mei 27 Mei

Ciherang Sub-1Inpari 30 BP 1,0 17 Mei 1 JuniCiherang Sub-1Cibogo BS 0,5 8 Mei 25 MeiCibogo BP 2,0 17-19 Mei 4-7JuniCiherang BD 2,0 17-20 Mei 3-7JuniCiherang BD 3,0 19-22 Mei 2-3 JuniInpari 43 Agritan GSR BS 0,3 13 Mei 28 MeiInpari 43 Agritan GSR BP 1,0 15 Mei 1 JuniCigeulis BD 3,0 13-15 Mei 1-4 JuniCigeulis BD 2,0 15-18 Mei 4-7 JuniCigeulis BS 0,2 16 Mei 2 Juni

Jumlah 17,0

Total 29,5

Page 43: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

117

Di beberapa provinsi banyak petani yangmenggunakan benih pokok (BP) berlabel ungukarena menganggap bahwa kelas benih yanglebih tinggi akan menghasilkan gabah yang lebihbanyak. Padahal sertifikasi benih dirancanguntuk mengendalikan keaslian dan kemurnianvarietas, sehingga potensi genetik dapattercermin di pertanaman. Wahyuni et al. (2013)melaporkan bahwa mutu benih dari kelas benihyang lebih tinggi tidak selalu lebih baikdibandingkan dengan kelas benih di bawahnya.Sertifikasi benih dirancang untuk memper-

tahankan kemurnian genetik bukan untukmeningkatkan produktivitas (Wahyuni et al. 2013;Mulsanti et al. 2014).

Distribusi Benih

Sampai pada bulan Desember benih yangtersalur di Subak Kumpul, Gianyar sekitar 9 tondari 13.5 ton yang dihasilkan. Di SubakPecelengan, Jembrana sudah terdistribusisecara langsung ke lembaga pemerintah (BPTPuntuk kegiatan KATAM dan BPTPH) sebanyak

Tabel 3. Produksi benih sebar padi pada lokasi penangkaran di Provinsi Bali, 2018.

KepemilikanPenangkar Varietas yang diproduksi Produksi (kg)

UPBS BPTP Mitra

Subak Kumpul, Gianyar Cigeulis BP 13.500 1.050 12.450Penangkar Sri Galih Tunggal Inpari 24 Gabusan BP 1.460 150 1.310Dewi, Buleleng Cigeulis BP 950 90 860

Ciherang BP 1.670 210 1.460Ciherang BR 1.250 150 1.100IR 64 BR 1.100 300 800

Jumlah 6.430 900 5.5.30

Kelompok Sari Gopala, Cigeulis BP 1.657 150 1.507Buleleng Inpari 32 HDB BP 1.508 120 1.388

Ciherang BP 4.609 270 4.339Solutan Unsrat BP 2.448 150 2.2.98

Jumlah 10.222 690 9.532

Subak Pecelengan, Situbagendit BP 950 210 740JembranaSubak Guama, Tabanan Bondoyudo BD 2.250 150 2.100

Bondoyudo BR 1.051 300 751Inpari 30 Ciherang Sub-1 BD 1.596 150 1.446Inpari 30 Ciherang Sub-1 BR 953 300 653Cibogo BD 2.462 150 2.312Cibogo BR 3.387 600 2.787Ciherang BP 7.076 1.500 5.576Inpari 43 Agritan GSR BD 1.620 90 1.530Inpari 43 Agritan GSR BR 4.070 300 3.770Cigeulis BP 12.113 1.500 10.613Cigeulis BD 1.723 60 1.663

Jumlah 38.331 5.100 33.231

Subak Dlod Sema,Badung Cigeulis BP 4.800 240 4.560Ciherang BP 1.600 240 1.360Towuti BP 4.230 240 3.990Inpari 24 Gabusan BD 2.560 120 2.440Inpari 30 Ciherang Sub-1 BP 1.130 60 1.070

Jumlah 14.320 900 13.420

Total 83.753 8.850 74.903

Pemberdayaan Kelompok Penangkar Dalam Produksi Benih Sumber Padi Melalui UnitPengelola Benih Sumber (UPBS) BPTP Bali | Ni Putu Sutami, dkk.

Page 44: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

118 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

480 kg ke subak lain sekitar 60 kg dan sisanyasebanyak 410 kg akan digunakan di subaksendiri pada musim tanam bulan Februari 2019.Untuk di Penangkar Sri Galih masih tersisa benihInpari 24 sekitar 300 kg. Untuk di Penangkar SariGopala benih yang dihasilkan sudah terdistribusidan sisanya terutama Inpari 32 HDB dan SolutanUnsrat rencana akan digunakan sendiri denganluasan tanam 8.0 ha sehingga penyediaan benihdiperkirakan akan menghabiskan sekitar 240 kg,dengan asumsi penggunaan benih 30 kg/ha.

Untuk di Subak Guama distribusi benih yangmasih tersisa adalah varietas Bondoyudo sekitar1.1 ton dan Cibogo sekitar 3.0 ton dan Cigeulissekitar 4.0 ton. Benih yang paling cepat terjualadalah Inpari 43 dan Inpari 30 karena rasa nasipulen dan produksi bagus. Untuk distribusi benihpadi di Subak Dlod Sema Varietas masih adastok benih Varietas Towuti sekitar 3.4 ton danInpari 24 sekitar 1.5 ton. Berikut daftar distribusibenih di provinsi Bali Tahun 2018 dapat dilihatpada Tabel 4.

Tanaman pangan termasuk padi merupakantanaman semusim yang relatif sensitif terhadapcekaman, terutama cekaman (kelebihan dankekurangan) air. Peningkatan suhu mengaki-batkan terjadinya peningkatan laju transpirasiyang menurunkan produktivitas tanaman pangan(Las, 2007), meningkatkan komsumsi air,

mempercepat pematangan buah/biji,menurunkan mutu hasil dan berkembangnyaberbagai hama penyakit (OPT). Peng et al.(2004) melaporkan bahwa setiap kenaikan suhuminimum 1oC akan menurunkan hasil tanamanpadi sebesar 10%. Sementara itu, Matthews etal. (1997) melaporkan bahwa kenaikan suhu 1oCakan menurunkan produksi 5-7%. Penurunantersebut disebabkan berkurangnya pembentukansink, lebih pendeknya periode pertumbuhan danmeningkatnya respirasi (Matthews dan Wassman2003).

Secara teknis, kerentanan sangatberhubungan dengan sistem penggunaan lahandan sifat tanah, pola tanam, teknologipengelolaan tanah, air dan tanaman, sertavarietas tanaman (Las et al. 2008). Tiga faktorutama yang terkait dengan perubahan iklimglobal, yang berdampak terhadap sektorpertanian adalah (1) perubahan pola hujan, (2)meningkatnya kejadian iklim ekstrim (banjir dankekeringan), (3) peningkatan suhu udara, dan (4)peningkatan muka laut (Las dan Surmaini, 2011).

Dalam kegiatan ini dilakukan dengan polakemitraan yang menguntungkan kedua pihakyaitu BPTP Bali, kelompok tani sebagai produsengabah calon benih, dan kelompok penangkarsebagai mitra yang melaksanakan prosesing danpemasaran serta proses promosi benih.

Tabel 4. Distribusi/penyaluran benih kegiatan produksi benih sumber padi di Bali T.A. 2018.

Benih Masuk (kg) Benih Keluar (kg) StokVarietas Kelas Jumlah PT. SHS/ Peme- Penang- Kelompok Kios/ (kg)

Benih Pertan rintah kar tani pedagang

Cigeulis BP 33.020 6.000 480 3.362 14.863 - 8.315Inpari 24 Gabusan BP 4.020 1.050 1.170 1.800Situbagendit BP 950 480 470 0Ciherang BP 14.955 7.000 1.300 5.000 655 1.000 0Towuti BP 4.230 810 3.420Inpari 30 Ciherang Sub-1 BD 1.596 - - - 1.566 - 30Inpari 30 Ciherang Sub-1 BP 1.130 - - - 1.130 - 0Inpari 30 Ciherang Sub-1 BR 953 - - - 953 - 0Inpari 43 Agritan GSR BD 1.620 - 170 1.450 - 0Inpari 43 Agritan GSR BR 4.070 - 80 - 2.250 1.735 0IR 64 BR 1.100 - - - 1.100 - 0Bondoyudo BD 2.250 - 20 - 1.130 - 1.100Bondoyudo BR 1.051 - - - 800 251 0Cibogo BD 2.462 962 - 1.500 - - 0Cibogo BR 3.387 - - - 387 - 3.000

Jumlah 76.794 13.962 2.360 10.032 28.619 4.156 17.665

Persentase(%) 18,18 3,07 13,06 37,26 5,41 23,0

Page 45: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

119

Kemitraan juga akan menjamin padi yangdiproduksi oleh petani menjadi benih dan tidakmenjadi komsumsi.

KESIMPULAN

Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) BPTPBali dapat menghasilkan benih (BD,BP,BR)varietas unggul baru bersertifikat dilakukan be-kerjasama dengan pemberdayaan kelembaga-an penangkar benih padi yang ada di Bali seba-gai penyedian lahan dengan sistem bagi hasilpada awal kegiatan dimana UPBS BPTP Balimendapatkan 300 kg benih per hektar. Pemba-gian atau kesepakatan ini belum berimbang danmemang masih berpihak kepada penangkar, halini dimaksudkan supaya benih yang dihasilkanterdistribusi lebih cepat ke pengguna melaluikegiatan promosi atau diseminasi.

Produksi benih (BD,BP,BR) yangdikembangkan lebih banyak/luas adalah VUBlama seperti Cigeulis, Ciherang yang banyakpeminat dan mudah menjual, rasa nasinya pulenserta produksi tinggi dan beberapa VUB sepertiIR64, Situbagendit, Towuti, Bondoyudo, Cibogo,Solutan Unsrat serta sedikit coba-cobamengembangkan VUB seperti Inpari 24Gabusan, Inpari 30 Ciherang Sub-1, Inpari 32HDB, dan Inpari 43 Agritan GSR.

Kegiatan produksi benih sumber (BD,BP,BR)menghasilkan benih sekitar 83.753 kg, dimanaberdasarkan perjanjian UPBS BPTP Balimemperoleh sebanyak 8.850 kg (10.56%) danmitra sebanyak 74.903 kg. (89.44%) didasarkanatas perjanjian bagi hasil pada saat awalkegiatan.

Kegiatan produksi benih sumber (BD,BP,BR)padi yang dilakukan bekerjasama dengan kelem-bagaan penangkar benih padi menghasilkanproduksi benih 83,753 ton dengan rincian 8,850ton milik UPBS BPTP dan milik mitra (penangkar)sebanyak 74,903 ton. Semua produksi benihmilik UPBS BPTP Bali dijual kepada penangkardengan harga Rp 7.500/kg.

KONTRIBUSI PENULIS

Penulis 1 dan 2 merupakan kontributorutama dalam pelaksanaan penelitian danpenulisan artikel ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adri, Kuntoro Boga. 2010. Pengkajian SistemPenyediaan (>90%) Kebutuhan BenihUnggul Bermutu (Padi, Jagung, Kedelai)yang Lebih Murah (>20%) secaraBerkelanjutan untuk Mendukung ProgramStrategis Peningkatan Produksi Padi(>10%), Jagung (>20%), dan Kedelai(>20%) di Wilayah Jawa Timur. LaporanAkhir. BPTP Jawa Timur. Malang.

Badan Litbang Pertanian, 2003. Pedoman UmumPengelolaan Benih Sumber Tanaman.Badan Penelitian dan PengembanganPertanian. Departemen Pertanian.

Badan Litbang Pertanian, 2013. Petunjuk teknisunit pengelolaan benih sumber LingkupBalai Besar Pengkajian dan PengembanganTeknologi Pertanian. Badan LitbangPertanian. Kementerian Pertanian.

Badan Litbang Pertanian, 2014. Petunjuk TeknisLapang Pengelolaan Tanaman Terpadu(PTT) Padi Sawah Irigasi. Badan LitbangPertanian . Kementerian Pertanian. 46 hal

BPSBTPH Provinsi Bali, 2017. RealisasiSertifikasi Benih Padi Non Hibrida Tahun2017. BPSBTPH Bali. Denpasar.

BPTP Bali. 2010. Laporan Akhir demplotperbenihan VUB padi sawah memenuhi±80% kebutuhan benih unggul secaraberkelanjutan. Balai Besar Pengkajian danPengembangan Teknologi Pertanian. BadanLitbang Pertanian.

BPTP Bali 2011. Laporan Akhir demplotperbenihan padi mendukung SL-PTT diKabupaten Tabanan. Balai Besar Pengkajiandan Pengembangan Teknologi Pertanian.Badan Litbang Pertanian.

BPTP Bali 2012. Laporan akhir penyediaan danperbanyakan benih unggul mendukung SL-PTT di Bali. Balai Besar Pengkajian danPengembangan Teknologi Pertanian. BadanLitbang Pertanian.

BPTP Bali 2013. Laporan akhir penyediaan danperbanyakan benih unggul mendukung SL-PTT di Bali. Balai Besar Pengkajian danPengembangan Teknologi Pertanian. BadanLitbang Pertanian.

Pemberdayaan Kelompok Penangkar Dalam Produksi Benih Sumber Padi Melalui UnitPengelola Benih Sumber (UPBS) BPTP Bali | Ni Putu Sutami, dkk.

Page 46: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

120 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

BPTP Bali. 2013a. Laporan Akhir Mappingpotensi BBU dan BBI dalam penyediaanbenih berkualitas di Provinsi Bali. BPTP Bali.Denpasar.

BPTP Bali 2014. Laporan akhir penyediaan danperbanyakan benih unggul mendukung PTTpadi di Bali. Balai Besar Pengkajian danPengembangan Teknologi Pertanian. BadanLitbang Pertanian.

BPTP Bali, 2016. Laporan Akhir Produksi benihSumber Padi di Bali. Balai Besar Pengkajiandan Pengembangan Teknologi Pertanian.Badan Litbang Pertanian.

Departemen Pertanian, 2006. Arah dan StrategiSistem Perbenihan Tanaman Nasional.

Darman M. Arsyad dan Maesti M., 2007.Pemberdayaan kelompok tani sebagaipenangkar benih padi dan palawija.Prosiding Lokakarya Regional AkselerasiDiseminasi Inovasi Teknologi PertanianMendukung Pembangunan berawal dariDesa. Balai Besar Pengkajian danPengembangan Teknologi Pertanian Bogor.

Distan Provinsi Bali 2017. Laporan Rencanatanam dan target produksi produksi tanamanpangan.

Hidayat J.R. 2006. Konsepsi revitalisasi sistemperbenihan tanaman. Iptek TanamanPangan. Vol 1(2) 163-181.

Hasanuddin, A. 2005. Peranan proses sosialisasiterhadap adopsi varietas unggul padi tipebaru dan pengelolaannya. LokakaryaPemuliaan Partisipatif dan PengembanganVarietas Unggul Tipe Baru (VUTB),Sukamandi.

Kamaruddin, N.St.2011. “Membangun jejaringagribisnis perbenihan padi dan palawijaberbasis gapoktan”. Buletin No. 5 Tahun2011. [internet]. [Diunduh 25 Juni 2013].Tersedia pada http://sulsel.l itbang.deptan.go.id

Las, I. 2007. Menyiasati fenomena anomali iklimbagian pemantapan produksi padi nasionalpada era revolusi hijau lestari. Jurnal Biotek-LIPI. Naskah Orasi Pengukuhan ProfesorRiset, 6 Agustus 2004.

Las, I., dan E. Surmaini, 2011. Variabilitas iklimdan perubahan iklim dalam sistem produksi

pertanian nasional: dampak dan tantangan.Prosiding Seminar Ilmiah Penelitian PadiNasional 2010. Variabilitas dan Perubahaniklim: Pengaruhnya terhadap KemandirianPangan Nasional. Buku 1. Editor: B.Suprihatno, A.A. Dradjat, Satoto, Baehaki,dan Sudir. BB Padi. hal. 11-22.

Las, I., H. Syahbuddin, E. Surmaini dan A.M.Fagi, 2008. Iklim dan tanaman padi:tantangan dan peluang. Dalam: Buku Padi:Inovasi Teknologi dan Ketahanan Pangan.BB Padi.

Matthews, R.B., M.J. Kropff, T. Horie, and D.Bachelet. 1997. Simulating the impect ofclimate change on rice production in Asiaand evaluating oftion for adoption. Agric.Syst. 54: 399-425

Matthews, R.B. and Wassman. 2003. Modellingthe impact of climate change and methanereduction on rice production: A ReviewEuropian Journal of Agronomy 19: 573-598.

Mulsanti, I.W., Sri Wahyuni dan Hasil Sembiring,2014. Hasil Padi dari Empat Kelas BenihYang Berbeda. Penelitian PertanianTanaman Pangan VOL. 33 NO. 3 2014

Nugraha, U.S. 2004. Legalisasi, Kebijakan, danKelembagaan Pembangunan Perbenihan.Perkembangan Teknologi TRO. 26(1).RPKK. 2005. Revitalisasi Pertanian.

Nugraha, U.S., S. Wahyuni, M.Y. Samaullah, danA. Ruskandar. 2007. Perbenihan diIndonesia. Balai Besar Penelitian TanamanPadi (dalam proses pubilkasi)

Peng, S., J. Huang, J.E. Sheely, R.C. Laza, R.M.Visperas, X. Zhong, G.S. Centeno, G.S.Kush, and K.G. Cassman. 2004. Rice yieldsdecline with higher night temperature fromglobal warming. PANS 101:9971-9975.

Ruskandar A., Sri Wahyuni, Sri Hari Mulya, danTita Rustiati. 2008. Respon petani di pulaiJawa terhadap benih bersertifikat. ProsidingSeminar Apresiasi Hasil Penelitian PadiMenunjang P2BN. Buku 2. PenyuntingBambang Suprihatno, Aan A. Dradjat,Hendarsih Suharto, Husin M. Toha, AgusSetyono, Suprihatno, Agus S. Yahya. BalaiBesar Penelitian Tanaman Padi. BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian.Hal. 881-888.

Page 47: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

121

Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi diIndonesia. Jakarta (ID): Sastra Hudaya

Sadjad, S, 1975. Proses MetabolismaPerkecambahan Benih dalam Dasar-DasarTeknologi Benih. Institut Pertanian Bogor,Bogor.

Wahyuni, S., I.W. Mulsanti, dan Satoto. 2013.Produktivitas varietas padi dari kelas benihberbeda. IPTEK Tanaman Pangan 8(2):62-71.

Pemberdayaan Kelompok Penangkar Dalam Produksi Benih Sumber Padi Melalui UnitPengelola Benih Sumber (UPBS) BPTP Bali | Ni Putu Sutami, dkk.

Page 48: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

122 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

PENGARUH PEMBERIAN LARUTAN MOLASIS YANG MENGANDUNG BEBERAPA JENISAGEN DEFAUNASI (MOLADEF) TERHADAP PRODUKSI FESES SAPI BALI

Anak Agung Ngurah Badung Sarmuda Dinata1, I Wayan Sudarma2

dan I Putu Agus Kertawirawan3

1,2,3)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) BaliJl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Bali, 80222

E-mail : [email protected]

Submitted date : 9 Juni 2020 Approved date : 29 Juni 2020

ABSTRACT

The Effect of Supplementation Molasses Sollution Containing Several Typesof Defaunation Agents (Moladef) in Production of Bali Cattle Feces

The research was conducted to determine The Effect of Supplementation Molasses Sollution Containingseveral types of defaunation agents (Moladef) in Production of Bali Cattle Feces. Twenty Bali cattle with averagebody weight 307.56 ±52.46 kg were used in this research for six month. This research was arranged in acompletely random design with four treatment and five replication. Treatments were A: cattle fed napiergrass+polard 1.5 kg/head/day ; B: cattle fed napier grass+polard 1,5 kg/head/day+Hibiscuss tiliaceus moladef10 cc/head/day ; C: cattle fed napier grass+polard 1.5 kg/head/day+Hibiscuss rosasinensis moladef 10 cc/head/day and D: cattle fed napier grass+polard 1.5 kg/head/day+Aloe vera moladef 10 cc/head/day. Theparameters observeb were (1) feces fresh weight, (2) feces dry matter, (3) nutrition content, (4) percentagefeces from cattle weight and (5) percentage feces from fresh intake. The result indicated that there were nosignificant differences (P> 0.05) in the weight of fresh or dry feces in all treatments. In terms of nutrientscontent, Bali cattle which B treatment have the lowest crude fiber (CF) content of 380.69 g/head/day with thehighest content of nitrogen free extract (NFE) of 630.37 g/head/day. The lowest CF content in B treatmentshows that the supplementation of Hibiscuss tiliaceus moladef can improve the CF digestibility. It can beconcluded that supplementation molasses solution containing various types of defaunation agents did notaffect to production of fresh or dry feces, but only affects toCF and NFE content.

Keywords: Bali cattle, moladef, feces fresh weight, feces dry matter

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian larutan molasis yang mengandungbeberapa jenis agen defaunasi (moladef) terhadap produksi feses sapi Bali. Penelitian dilakukan selama 6bulan, menggunakan 20 ekor sapi Bali dengan rataan bobot badan awal 307,56 ±52,46 kg. Penelitianmenggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Adapun perlakuan adalah sebagaiberikut A: sapi diberi rumput gajah+polar 1,5 kg/ekor/hari ; B: sapi diberi rumput gajah+polar 1,5 kg/ekor/hari+10 cc moladef waru/ekor/hari;C: sapi diberi rumput gajah+polar 1,5 kg/ekor/hari+10 cc moladef kembangsepatu/ ekor/hari dan D: sapi diberi rumput gajah+polar 1,5 kg/ekor/hari+10 cc moladef lidah buaya/ ekor/hari.Parameter yang diamati adalah (1) berat feses basah, (2) berat feses kering (DM), (3) kandungan nutrisi yangterbuang dalam feses, (4) persentase terhadap bobot badan akhir dan (5) persentase terhadap konsumsipakan basah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05) pada beratfeses segar maupun kering pada semua perlakuan. Dari segi nutrisi yang terbuang melalui feses, sapi baliyang memperoleh perlakuan B memiliki kandungan serat kasar (SK) paling rendah yakni sebesar 380,69gram/ekor/hari dengan kandungan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) tertinggi yakni sebesar 630,37 gram/ekor/hari. Rendahnya kandungan SK pada perlakuan B menunjukkan bahwa pemberian moladef daun waru dapatmeningkatkan kecernaan SK. Dapat disimpulkan pemberian larutan molasis yang mengandung berbagai jenisagen defaunasi tidak berpengaruh terhadap produksi pada feses basah maupun kering, tetapi hanyaberpengaruh pada kandungan SKdan BETN yang terdapat didalamnya.

Kata kunci: Sapi Bali, moladef, berat feses basah, berat feses kering

Page 49: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

123

PENDAHULUAN

Usaha budidaya ternak sapi Bali padaumumnya masih bersifat tradisional dan bersifatsambilan.Kondisi ini menyebabkan produktivitasternak menjadi kurang optimal yang kemudianberdampak pada rendahnya perolehanpendapatan.Dalam upaya meningkatkanpendapatan petani ini, maka perlu dilakukanpengembangan integrasi antara tanamandengan peternakan (crop livestock system)(Dwiyanto et al., 2003). Penerapan model CLSdi Bali dilaporkan mampu menghematpengeluaran biaya pupuk sebesar 25,2% danmeningkatkan pendapatan petani sebesar 41,4%(Sudaratmaja et al., 2004).Selain itu, melaluisistem ini akan diperoleh tambahan pendapatanalternatif dari usaha pemanfaatan limbah ternaksebagai pupuk organik

Usaha pembuatan pupuk organik telahbanyak dilaporkan memberikan kontribusi yangtinggi terhadap pendapatan keluargapetani.Budiari et al. (2019) menyatakan bahwapengelolaan limbah ternak sapi penggemukan(feses dan urin) di Desa Antapan Kab.Tabanan,Provinsi Bali mampu memberikan tambahanpendapatan sebesar Rp. 2.291.040/ekor/tahun.Dilaporkan pula, usaha pupuk organikmemberikan kontribusi sebesar 51,8% terhadaptotal pendapatan kelompok tani ternakAmmassangang di Kab.Pinrang, Prov. SulawesiSelatan (Irvan et al., 2015).Dengan demikian,produksi limbah sapi perlu menjadi perhatiandalam mendukung usaha pembuatan pupukorganik.

Produksi limbah ternak ditentukan olehkondisi dan jenis ternak serta jumlah dan jenispakan hewan tersebut (Musnamar, 2003).Jumlah nutrisi yang terbuang dalam fesesdipengaruhi oleh kecernaan pakan pada saluranpencernaan. Proses pencernaan pada ternakruminansia lebih banyak ditentukan olehpencernaan fermentatif di dalam rumen.Pemberian larutan molasis yang mengandungbeberapa jenis agen defaunasi akanmempengaruhi kecernaan pakan dalam rumen.Pemberian agen defaunasi dapat menurunkanpopulasi protozoa dalam rumen, sehingga dalamwaktu yang bersamaan dapat meningkatkanpopulasi bakteri rumen terutama bakteri amilolitik(Kurihara et al., 1978).

Arora (1995) menyatakan bahwa kecernaanpakan meningkat bila populasi mikroba rumen

meningkat, terutama bakteri pencerna sellulosadan hemisellulosa. Meningkatnya kecernaaanakan menyebabkan laju alir pakan dalam saluranpencernaan berikutnya meningkat, lambungmenjadi cepat kosong sehingga konsumsiransum meningkat (Mclay et al., 2003). Kondisiini akan berpengaruh pada kuantitas dan kualitasfeses yang dihasilkan. Berdasarkan hal tersebut,maka perlu dilakukan penelitian untukmengetahui produksi feses sapi Bali yang diberilarutan molasis yang mengandung beberapajenis agen defaunasi.

METODOLOGI

Penelitian secara in vivo dilaksanakan di diKelompok Ternak Rare Angon Desa Gelgel,Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung.Penelitian dilakukan selama 6 bulan dengandidahului masa pra penelitian selama 1 minggu.Ternak sapi yang digunakan adalah sapi Balidengan rata-rata bobot badan awal 307,56±52,46kg, sebanyak 20 ekor.Sapi dipelihara padakandang koloni, dengan lantai disemen untukmempermudah dalam menjaga kebersihan.Kandang dilengkapi dengan tempat makan danair minum.

Rancangan yang digunakan adalahRancangan Acak Lengkap yang terdiri atas 4perlakuan dan 5 ulangan. Keempat perlakuanadalah sebagai berikut A: sapi diberi rumputgajah+polar 1,5 kg/ekor/hari ; B: sapi diberirumput gajah + polar 1,5 kg/ekor/hari+10 ccmoladef waru/ekor/hari ;C: sapi diberi rumputgajah+polar 1,5 kg/ekor/hari+10 cc moladefkembang sepatu/ekor/hari dan D: sapi diberirumput gajah+polar 1,5 kg/ekor/hari+10 ccmoladef lidah buaya/ekor/hari.Adapunkandungan nutrisi ransum perlakuan dapat dilihatpada Tabel 1.

Pemberian pakan hijauan dilaksanakan duakali sehari secara ad libitum yaitu : pagi hari pukul08.00 WITA dan sore hari pukul 16.00 WITA. Airminum disediakan dari sumber air setempat yangjumlahnya disesuaikan dengan kebutuhanternak. Air minum disediakan sebanyak 4 liter dandiberikan kembali bila air minum tersebut habis.Rumput gajah yang diberikan adalah yangberumur 40 hari sebanyak 10% dari bobotbadan.Sebelum diberikan, rumput gajahdipotong-potong dengan ukuran 5-10 cm. Untukpemberian polar, dilakukan pada pagi hari

Pengaruh Pemberian Larutan Molasis yang Mengandung Beberapa Jenis AgenDefaunasi (Moladef) terhadap Produksi ..... | AAN Badung Sarmuda Dinata, dkk.

Page 50: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

124 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

sebelum pemberian rumput gajah.Moladefdiberikan melalui air minum yang diberikan padawaktu yang bersamaan dengan pemberianpakan hijauan.

Untuk membuat moladef, terlebih dahulucairan molasis yang pekat perlu dilarutkan agarlebih encer yakni dengan penambahan air bersih.Untuk membuat larutan molasis, 700 ml airditambahkan 300 ml molasis kemudian diaduk-aduk sampai merata. Agen defaunasi yang akandicampurkan juga disediakan dalam bentuk cair.Bahan sebanyak 50 gram diblender dengandicampurkan air sebanyak 1 liter kemudiandisaring. Hasil saringan tersebut ditambahkanpada larutan molasis sebanyak 20% dari volumelarutan kemudian diaduk-aduk sampai merata.

Parameter yang diukur meliputi : (1) beratfesesbasah, (2) berat feses kering (DM), (3)kandungan nutrisi yang terbuang dalam feses,(4) persentase terhadap bobot badan akhir dan(5) persentase terhadap konsumsipakanbasah.Pengukuran jumlah pakan yangdiberi, pakan sisa, dan feses dilakukan denganmetode koleksi total (balance trial). Koleksi totaldilaksanakan 1 kali selama masa percobaanyaitu di akhir pemeliharaan dengan mengambilwaktu koleksi selama tujuh hari secara berturut-turut.Selama koleksi total, dilakukanpengambilan sampel sebanyak 10% dari totalproduksi harian. Sampel tersebut kemudiandikeringkan di bawah sinar matahari. Setelahsampel kering selanjutnya dikumpulkan dandikomposit kemudian diambil sub sampelberdasarkan perlakuan pada kelompoknyamasing-masing sebanyak 200 gram untuk

dianalisis di laboratorium. Penentuan bahankering (DM) dan nutrisi pada feses dilakukanberdasarkan metode Association of OfficialAnalitic Chemist (AOAC, 2005).Data yangdiperoleh dari hasil penelitian ini dianalisisdengan analisis varians (sidik ragam) dengantingkat kesalahan 1-5% dan apabila pengujianragam menunjukkan perbedaan yang nyata,maka pengujian diantara rataan dua perlakuandilakukan uji jarak berganda dari Duncan. Untukdata persentase potensi kuantitas feses dianalisasecara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sapi Bali yang diberi perlakuan B memilikirataan berat feses basah paling tinggi yaknisebesar 14.067 gram/ekor/hari (Tabel 2).Namunsebaliknya, sapi perlakuan B memiliki rataanberat feses kering terendah. Secara umum,semua perlakuan memiliki rataan berat fesesbasah maupun kering yang tidak berbeda nyata(P>0,05). Dari keseluruhan perlakuan, diperolehrataan feses sapi basah sebesar 13.721 gram/ekor/hari dan feses kering sebesar 1.784 gram/ekor/hari. Data ini lebih rendah dibandingkandengan berat feses sapi hasil penelitian Adijayadan Yasa (2012) yang memperoleh produksi rata-rata feses sapi basah sebesar 14,87 kg/ekor/hari.Kaharudin dan Mayang (2010) menyatakanseekor sapi penggemukan dengan peningkatanbobot 0,5 kg/hari dapat menghasilkan kotoransebesar 12,5 kg.

Tabel 1. Kandungan nutrisi ransum perlakuan

Ransum perlakuan Nutrien (%)

A B C D

Bahan kering 28,00 28,27 27,74 28,21Bahan organik 88,56 89,24 87,49 87,48Abu 11,44 10,76 12,51 12,52Protein kasar 13,38 13,78 13,53 13,40Lemak kasar 2,12 2,79 2,76 2,75Serat kasar 20,53 17,59 18,62 18,46Energi (K.cal/kg) 2.538 2.670 2.604 2.601BETN 17,19 16,70 15,96 15,96TDN 54,69 54,35 54,32 54,00

Page 51: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

125

Jumlah nutrisi yang dikonsumsi tidaksemuanya tercerna dengan baik dimana sisanyaterbuang melalui feses. Sapi yang memperolehperlakuan A memiliki kandungan serat kasartertinggi di dalam feses yakni sebesar 726,70gram/ekor/hari sangat nyata lebih tinggi (P<0,01)dibandingkan dengan perlakuan B. Sebaliknya,kandungan BETN dalam feses paling tinggiterdapat pada sapi yang memperoleh perlakuanB yang sangat nyata (P<0,01) lebih tinggidibandingkan perlakuan A. Hal ini menunjukkanbahwa sapi yang diberikan larutan moladefmemiliki kemampuan mencerna serat kasar yanglebih baik, sehingga jumlah SK yang terbuangmelalui feses menjadi lebih sedikit. Selain itu jugadisebabkan kandungan SK pada ransum sapiperlakuan A juga lebih tinggi.

Ternak ruminansia mampu mencerna danmemanfaatkan pakan berserat sebagai sumberenergi dan nutrisi karena memiliki retikulo-rumensebagai ekosistem tempat hidup mikrobaanaerob yang terdiri atas bakteri, jamur danprotozoa (Durand dan Osa, 2014; Punia et al.,2015). Bakteri dan jamur lebih banyak berperandalam membantu pencernaan pakan berupaserat kasar, sebaliknya protozoa berperan dalammengontrol populasi bakteri. Pemberianfeedadditifmoladefyang terdiri atas molasis yangmengandung agen defaunasi akan mengurangipopulasi protozoa. Salah satu zat bioaktif yangberfungsi sebagai agen defaunasi adalahsaponin yang dapat melisiskan sel-sel protozoa(Susanti dan Marhaeniyanto, 2014). Berku-rangnya populasi protozoa dapat meningkatkanpopulasi bakteri pada rumen (Goel et al., 2008 ;Santoso et al., 2007).

Secara umum konsumsi bahan kering pakanpada sapi yang memperoleh moladef lebih tinggi,dimana paling tinggi terdapat pada sapi yangdiberi perlakuan B (Tabel 3).Tingginya konsumsipakan pada perlakuan B disebabkan pemberianmoladef mampu meningkatkan kecernaanpakan. Meningkatnya kecernaaan akanmenyebabkan laju alir pakan dalam saluranpencernaan berikutnyameningkat, lambungmenjadi cepat kosong sehingga konsumsiransum meningkat (Mclay et al., 2003). Semakintingginya konsumsi pakan juga akanmempengaruhi semakin banyaknya feses yangterbuang. Hal ini sejalan dengan paling tingginyaproduksi feses basah pada sapi perlakuan B,tetapi tidak sejalan dengan produksi feseskering.Dalam hal ini, tingginya berat feses basahsapi yang diberi perlakuan B disebabkan masihdipengaruhi oleh kadar air dalam feses yang lebihtinggi dibandingkan feses sapi yang diberiperlakuan lainnya. Hal ini dapat dibuktikan padaberat feses keringnya ternyata paling rendahdiantara perlakuan lainnya.

Dari data pada tabel 3 diperoleh rataanpersentase berat feses basah dan keringterhadap bobot badan tertinggi pada sapi yangmemperoleh perlakuan D,masing-masingsebesar 4,19% dan 0,53% (Tabel 4). Rataankeseluruhan persentase berat feses basah sapiadalah 3,99% dari bobot badannya. Untukkeseluruhan rataan persentase berat keringfeses sapi adalah 0,48% dari bobot badannya.Menurut Yunus (1987), sapi rata-ratamemproduksi feses segar per hari sekitar 5,5%dari berat badannya.

Tabel 2. Produksi dan kandungan nutrisi feses sapi Bali yang diberi larutan molasis mengandung agen defaunasi

PerlakuanParameter (g/ekor/hari) Nilai P

A B C D

Produksi fesesBerat basah 13.775 a 14.067 a 13.353 a 13.653 a 0.9675Berat kering 1.764 a 1.737 a 1.817 a 1.818 a 0.9817Kandungan nutrisiBahan organik 1.316 a 1.289 a 1.319 a 1.339 a 0.9936Protein kasar 130,17 a 138,50 a 134,19 a 131,83 a 0.9682Lemak kasar 14,17 a 18,98 a 20,67 a 19,10 a 0.1902Serat kasar 726,70 b 380,69 a 545,79 ab 538,05 ab 0.0038**Energi (K.kal/kg) 6.110 a 5.854 a 6.015 a 6.027 a 0.9907BETN 331,33 a 630,37 b 493,80 ab 545,53 b 0.0015**TDN 521,300a 597,23 a 631,38 a 668,09 a 0.3381

Keterangan : Notasi yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan sangat berbeda nyata (P<0,01)

Pengaruh Pemberian Larutan Molasis yang Mengandung Beberapa Jenis AgenDefaunasi (Moladef) terhadap Produksi ..... | AAN Badung Sarmuda Dinata, dkk.

Page 52: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

126 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

Persentase feses basah sapi terhadapkonsumsi pakan basah tertinggi terdapat padasapi yang memperoleh perlakuan B.Namun,apabila dilihat dari persentase berat feseskeringnya sapi yang memperoleh perlakuan Bpaling rendah.Untuk rataan keseluruhandiperoleh persentase feses basah dan keringmasing-masing 40,33% dan 5,23% darikonsumsi pakan basah. Data ini selanjutnya bisadijadikan acuan untuk memprediksi produksifeses ternak berdasarkan atas bobot badanmaupun pakan segar yang diberikan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pemberian larutan molasis yangmengandung berbagai jenis agen defaunasi tidakberpengaruh terhadap produksi feses basahmaupun kering, tetapi hanya berpengaruh padakandungan SK dan BETN.Di masa mendatang,perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untukmengetahui produksi dan kandungan hara dalamlimbah urin sapi Bali yang diberi larutan molasisyang mengandung berbagai jenis agendefaunasi.

KONTRIBUSI PENULIS

Penulis 1 merupakan kontributor utamadalam pelaksanaan penelitian dan penulisanartikel ilmiah ini.Penulis 2 dan 3 merupakankontributor anggota yang membantu dalampelaksanaan penelitian dan penulisan artikelilmiah.

DAFTAR PUSTAKA

Adijaya, N dan Yasa, I. M. R. 2012. Hubungankonsumsi pakan dengan potensi limbahpada sapi bali untuk pupuk organik padatdan cair, Prosiding Seminar InovasiTeknologi Pertanian Spesifik LokasiMendukung Empat Sukses KementerianPertanian Di Provinsi Bengkulu. Bengkulu15 Desember 2012,hlm 169-174.

Association of Official Analytical Chemist(AOAC). 2005. Official Methods of Analysisof The Association of Analytical Chemists.17 th ed. AOAC,Washington, D.C.

Arora, S. P. 1995. Pencernaan Mikroba PadaRuminansia. Cetakan Kedua. Gajah MadaUniversity Press,Yogyakarta.

Tabel 3. Bobot badan dan konsumsi sapi Bali yang diberi larutan molasis mengandung agen defaunasi

PerlakuanParameter (kg)

A B C D

Bobot badan akhir 382,30±31,13 406,70±40,00 389,70±44,41 383,50±58,35Konsumsi berat basah 34,24±2,28 34,36±5,60 34,99±6,10 34,06±4,43Konsumsi bahan kering 9,59±0,64 9,71±1,58 9,70±1,69 9,61±1,25

Tabel 4. Persentase kuantitas feses sapi Bali yang diberi larutan molasis mengandung agen defaunasi terhadapbobot badan dan konsumsi pakan basah

PerlakuanPeubah (%)

A B C D

Persentase terhadap bobot badanBerat Basah 3,98±0,92 3,90±0,37 3,87±0,42 4,19±1,31Berat Kering (DM) 0,47±0,14 0,43±0,08 0,48±0,11 0,53±0,20Persentase terhadap konsumsi pakan basahBerat Basah 40,77±10,68 41,52±4,99 38,68±7,41 40,34±7,94Berat Kering (DM) 5,22±1,56 5,08±0,81 5,28±1,07 5,35±1,23

Page 53: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

127

Budiari, N. L. G., Adijaya, I. N dan Kertawirawan,I. P. 2019. Daya dukung limbah ternak sapipada siklus intergrasi tanaman ternak dilokasi model pertanian bioindustri desaantapan kecamatan baturiti, kabupatentabanan bali, Prosiding Seminar NasionalKesiapan Sumber Daya Pertanian danInovasi Spesifik Lokasi Memasuki EraIndustri 4.0. Semarang, 9 Oktober 2019, hlm142-149.

Durand, F. C and Ossa, F. 2014. The RumenMicrobiome : Composition, Abundance,Diversity, and New Investigative Tools. TheProfesional Animal Scientist, 30.

Diwyanto, K, D. Sitompul, I, Manti, I. W Mathius,Soentoro. 2003. Pengkajian pengembanganusaha sistem integrasi kelapa sawit-sapi,Prosiding Lokakarya Sistem IntegrasiKelapa Sawit-Sapi. Bengkulu, 9-10September 2003, hlm 11-22.

Goel, G., H. P. S. Makkar and K. Becker. 2008.Changes in microbial community structure,methanogenesis and rumen fermentation inresponse to saponin-rich fractions fromdifferent plant materials. JournalApplycationMicrobiology.105 hlm.770-777.

Irvan., Asnawi, A dan Rohani, S. 2015. Kontribusipendapatan usaha pupuk organik terhadaptotal pendapatan kelompok pada sistemintegrasi padi–ternak sapi potong. JIIP.2 (1)hlm.25-41.

Kaharudin dan Mayang, F.S. 2010.PetunjukPraktis Manajemen Umum Limbah TernakUntuk Kompos Dan Biogas. BalaiPengkajian Teknologi Pertanian NusaTenggara Barat, Mataram.

Kurihara, Y., Takechi, T and Shibata, F. 1978.Relationship between bacteria and ciliateprotozoa in the rumen of sheep fed onpurified diet. J. Agric. Sci, 90 hlm.373-381.

Mclay, P. S., A. E. Pereka., M. R. Weisbjerg., T.Hvelplund and J. Madsen. 2003. Digestionand passage kinetics in fiber in mature dairyheifers maintained on poor quality hay asaffected by the source and level of nitrogensupplementation. Animal Feed ScienceTechnology.109 hlm.19-33.

Musnamar, E.I. 2003. Pupuk Organik Padat,Pembuatan dan Aplikasi. Cetakan Pertama.Penebar Swadaya, Jakarta.

Punia, A. K., Singh, R., and Kamra, D. N.2015.Rumen Microbiology:From Evolution toRevolution. Springer, India.

Santoso, B., A. Kilmaskossu and P. Sambodo.2007. Effects of saponin from biophytumpetersianum klotzsch on ruminalfermentation, microbial protein synthesis andnitrogen util ization in goats. AnimalFeedScience Technology.137 hlm.58-68.

Sudaratmadja, I.G.A.K., N. Suyasa dan I.G.K.D.Arsana. 2004. Subak dalam perspektifsistem integrasi padi-ternak di bali. Pros.Lokakarya Sistem dan KelembagaanUsahatani TanamanTernak. Badan LitbangPertanian. Jakarta, hlm 1-12.

Susanti, S dan Marhaeniyanto, E. 2014.Kadarsaponin daun tanaman yang berpotensimenekan gas metana secara in-vitro.BuanaSains. 14 (1) hlm.29-38.

Yunus M. 1987. Teknik Membuat danMemanfaatkan Unit Bio-Gas. Gajah MadaUniversity Press, Yogyakarta.

Pengaruh Pemberian Larutan Molasis yang Mengandung Beberapa Jenis AgenDefaunasi (Moladef) terhadap Produksi ..... | AAN Badung Sarmuda Dinata, dkk.

Page 54: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

128 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

PERAN TEMU TEKNIS INOVASI PERTANIANTERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PESERTA

I Wayan Alit Artha Wiguna1, I Gusti Made Widianta2,Ni Ketut Sudarmini3, Agung Prijanto4

1,2,3,4)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) BaliJl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Bali, 80222

E-mail: [email protected]

Submitted date: 25 Juni 2020 Approved date: 13 Juli 2020

ABSTRACT

The Role of Agricultural Innovation Technical Meetings in Changesto Participants Knowledge and Attitudes

An agricultural innovation technical meeting on the making of Kisela 866, was held in Tabanan district inApril 2020, which was attended by 25 participants. The professional participants were agricultural extensionofficer, contract agriculture extension worker, self-help agriculture extension worker, private agriculture extensionworker, farmer group leaders, farmer group members and farmers who were not members of farmer groups.The topic discussed on the innovation technical meeting was the production of Kisela 866 as a biologicalpesticide. The purpose of the technical innovation of agricultural meeting was to increase the knowledge andattitude of the participants’ about the 866 Kisela technology, as a technology produced by Indonesia Agency forAgricultural Research and Development, Ministry of Agriculture Republic Indonesia. To find out the objectivesof the activity can be achieved or not, data ware collected by pre and post test method and analyzed bydescriptive analyze. The results of data analysis showed that the meeting of agricultural innovations held bythe Bali Institute of Agricultural Technology Assessment in 2020 in Tabanan district could change to a morepositive direction towards the knowledge of participants about the technology of Kisela 866. The changes wasas much as 24.0% of participants who stated they did not know and 76,0% claimed to know about Kisela 866technology during the pre-test reduced to 0.0% and participants who claimed know it became to 100.0%. Theagricultural innovation meeting was also able to change the attitude of participants who claimed to have neverused Kisela 866 by 76.0% and had used as many as 24.0% when the pre-test, changed to 28.0% when posttest. They would try it about 67.0% will be definitely use it after the post test. The agricultural innovationmeeting was also able to change the attitude of the participants in the more positively about the technology ofKisela 866 production. It was proven that each of them was 0.0%; 0.0%; 4.0%; 12.0% and 84.0% of participantsstated strongly disagree, disagree; mediocre, agree and strongly agree during the post test. Even before theinnovation meeting (pre-test), there were 4.0% of participants (strongly disagree); 12.0% (disagree); 24.0%(normal); 32.0% (agree) and 28.0% strongly agree.

Keywords: Innovation meeting, knowledge, attitude

ABSTRAK

Temu teknis inovasi pertanian tentang pembuatan Kisela 866, telah dilakukan di kabupaten Tabanan padabulan April 2020, yang diikuti oleh 25 orang peserta. Profesi peserta adalah penyuluh pertanian PNS, penyuluhpertanian kontrak, penyuluh pertain swadaya, penyuluh pertain swasta, ketua kelompoktani, anggotakelompoktani dan petani yang bukan sebagai anggota kelompoktani. Materi yang dibahas dalam temu teknisinovasi adalah pembuatan kisela 866 sebagai pestisida hayati. Tujuan temu teknis inovasi pertanian adalahuntuk meningkatkan pengetahuan sikap peserta tentang teknologi kisela 866, sebagai sebuah teknologi yangdihasilkan oleh Balitbangtan. Untuk mengetahui apakah tujuan kegiatan dapat dicapai atau tidak maka dilakukanpengumpulan data melalui pre dan post test, yang selanjutnya data dianalisis secara descriptive. Hasil analisisdata menunjukan bahwa temu inovasi pertanian yang diselenggarakan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Page 55: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

129

Bali tahun 2020 di kabupaten Tabanan dapat mengubah ke arah yang lebih positve terhadap pengetahuanpeserta tentang Teknologi Pembuatan Kisela 866. Perubahan tersebut sebanyak 24,0% peserta yangmenyatakan tidak tahu dan 76,0% mengaku tahu tentang teknologi Kisela 866 saat pre test berkurang hingga0,0% dan peserta yang mengaku tahu menjadi 100,0%. Temu inovasi pertanian juga mampu merubah sikappeserta yang mengaku tidak pernah menggunakan Kisela 866 sebanyak 76,0% dan pernah menggunakansebanyak 24,0% saat pre test berubah menjadi 28,0% akan mencobanya dan 67,0% menyatakan pasti akanmenggunakannya setelah post test. Temu inovasi pertanian juga mampu mengubah sikap peserta kaerahyang lebih positive tentang teknologi pembuatan Kisela 866. Terbukti bahwa masing-masing sebanyak 0,0%;0,0%; 4,0%; 12,0% dan 84,0% peserta menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju; biasa saja, setuju dansangat setuju saat post test. Padahal sebelum temu inovasi dilakukan (saat pre test), sebanyak 4,0% peserta(sangat tidak setuju); 12,0% (tidak setuju); 24,0% (biasa saja); 32,0% (setuju) dan 28,0% menyatakan sangatsetuju.

Kata Kunci: Temu inovasi, pengetahuan, sikap

PENDAHULUAN

Peran penyuluh pertanian dalam menyebar-luasan informasi teknologi pertanian adalahsangat penting dan strategis. Penyuluh pertanianyang tersebar mulai dari tingkat pusat hingga ketingkat perdesaan, sangat diperlukan dalampenyelenggaraan penyuluhan pertanian.Penyuluh pertanian sebagai pendamping petani,dalam pengembangan usaha pertanian yangdilakukan petani, harus memiliki kemampuan danpengetahuan yang baik tentang suatu teknologiinnovative yang akan didiseminasikan kepadapetani. Oleh karena itu pengetahuan danketerampilan penyuluh pertanian perlu terusditingkatkan agar mampu menjadi pendampingpetani yang professional. Terkait dengan haltersebut maka Temu Teknis Inovasi Pertanianperlu dilakukan. Temu teknis adalah adalah forumpertemuan antara peneliti, penyuluh pertanianBalitbangtan dengan penyuluh/petugas pertanianlapang dalam rangka mengkomunikasikan danmensosialisasikan program/kegiatan strategisKementerian Pertanian dan atau inovasipertanian hasil Balitbangtan yang prospektifditerapkan di lapang sesuai kebutuhan penggunasekaligus untuk menjaring umpan balik tentangteknologi yang diperlukan pengguna (Rukmini,2018 dan Putri, 2019). Terkait dengan haltersebut Balai Pengkajian Teknologi PertanianBali telah melakukan kegiatan Temu InovasiPertanian di Kabupaten Tabanan, tahun 2020.Apakah temu teknis inovasi pertanian tersebutmampu meningkatkan pengetahuan dan sikappeserta tentang teknologi yang dibahas, makatelah dilakukan evaluasi melalui kegiatan pre danpost test.

METODOLOGI

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data melalui survey pre danpost test, menggunakan daftar pertanyaan. Pretest bertujuan untuk mengetahui tingkatpengetahuan, sikap dan keterampilan pesertatentang teknologi yang akan didiskusikan delamkegiatan temu teknis inovasi. Sedangkan Posttest bertujuan untuk mengetahui tingkatpengetahuan, sikap dan keterampilan pesertatentang teknologi yang telah disiskusikansebelumnya.

Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk mengetahuiperubahan pengetahuanm sikap danketerampilan peserta yang telah mengikuti temuteknis inovasi tentang teknolgi yang telahdisiskusikan sebelumnya. Untuk mengetahuiperubahan pengetahuan, sikap dan keterampilanpeserta dilakukan dengan menggunakan skalaLikert’s. Pengetahuan peserta dibedakanmenjadi lima katagori, yaitu:1) Sangat rendah : nilai 00,00-20,002) Rendah : nilai >20,00-40,003) Sedang : nilai >40,00-60,004) Tinggi : nilai >60,00-80,005) Sangat tinggi : nilai >80,00-100,00

Sedangkan sikap peserta juga dibedakanmenjadi lima katagori yaitu:

Peran Temu Teknis Inovasi Pertanian terhadap Perubahan Pengetahuandan Sikap Peserta | I Wayan Alit Artha Wiguna, dkk.

Page 56: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

130 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

1) Sangat tidak setuju : nilai 00,00-20,002) Tidak setuju : nilai >20,00-40,003) Biasa saja : nilai >40,00-60,004) Setuju : nilai >60,00-80,005) Sangat Setuju : nilai >80,00-100,00

Selanjutnya tingkat keterampilan pesertajuga dibedakan menjadi lima katagori yaitu:

1) Sangat tidak terampil : nilai 00,00-20,002) Tidak terampil : nilai >20,00-40,003) Biasa saja : nilai >40,00-60,004) Terampil : nilai >60,00-80,005) Sangat terampil : nilai >80,00-100,00

Sedangkan analisis data pengetahuan,sikap dan keterampilan dilakukan denganmenggunakan program Statistic Program forSocial Science (SPSS) versi 2.2. Setelahdilakuka verifikasi dan validasi data, maka datadapat diinputkan pada program SPSS 2.2.Kemudian dilakukan analisis sesua dengankebutuhan. Melalui analisis data tersebut akandiketahui jumlah peserta yang memilikipengetahuan, sikap dan keterampilan padasetiap katagori, baik saat pre test maupun saatpost test, sehingga tingkat perubahannya akandapat diketahui. Dengan mengetahui tingkatperubahan pengetahuan, sikap dan keterampilanpeserta maka dapat diketahui sejauh mana temuteknis inovasi pertanian yang dilakukan dapatdinyatakan berhasil atau tidak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Peserta

Jenis kelamin dan umur peserta

Jumlah peserta temu Teknis Inovasi dikabupaten Tabanan tahun 2020 adalah 25 orang,yang terdiri dari 3 orang (12,00%) wanita dan 22orang (92,00%) laki-laki. Dilihat dari distribusiumur, maka umur peserta laki-laki berkisar antara25 dan 68 tahun dengan rataan 48,64 tahun,sedangkan peserta wanita berkisar antara 24 dan35 tahun dengan rataan 30,33 tahun. Sehinggasecara umum rataan umur peserta adalah 46,44tahun dengan kisaran antara 24 dan 68 tahun(Gambar 1). Hasil analisis data tentang umurpeserta menunjukan bahwa peserta temu inovasi

pertanian di kabupaten Tabanan tahun 2020,dapat dinyatakan berada pada umur yangproduktif.

Sejalan dengan BPS dalam Maulana (2016)yang menyatakan bahwa kelompok usia produktifadalah mereka yang berada dalam rentang usia15 sampai dengan 64 tahun. Jabatan pesertatemu inovasi dibedakan menjadi tujuh kelompokyaitu: (1) Bukan sebagai anggota atau penguruskelompok (tidak masuk dalam kelompok), (2)Penyuluh PNS, (3) Penyuluh Kontrak, (4)Penyuluh Swadaya, (5) Penyuluh Swasta, (6)ketua kelompok tani dan (7) anggota kelompoktani. Selanjutnya umur peserta berdasarkanjabatan, juga dapat digolongkan sebagai usiaproductive, karena sebagian besar pesertaberumur kurang dari 64 tahun dan lebih dari 15tahun, yang ditunjukan dari median berkisarantara 37,5 dan 50,0 tahun.

Kondisi tersebut menunjukan bahwa, baikpeserta yang berasal atau dengan jabatanpenyuluh pertanian maupun sebagai petanimaupun sebagai anggota kelompok ataupengurus kelompok, semuanya adalahmasyarakat yang productive dalam menjalankanusaha, sehingga sangat berpeluang untukmenghasilkan produktivitas yang tinggi. Merekaadalah orang-orang yang memiliki karya, active,energik, pekerja keras, bisa bekerja dengancerdas, bersikap mandiri, tanpa meninggalkanspiritual, serta memiliki pandangan hidup danwawasan ke depan. Sejalan dengan BKKBN

Gambar 1. Umur peserta berdasarkan jenis kelamin

Page 57: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

131

dalam Maulana (2016) yang menyatakan bahwakelompok usia produktif itu, adalah pendudukyang usianya sudah sanggup menghasilkanproduk maupun jasa.

Mereka adalah kelompok penduduk yangkarena usia, kondisi ûsik dan jenis pekerjaannyadapat menghasilkan produk dan jasa untukmenjalani kehidupannya secara optimal. Lebihjauh juga disebutkan tentang ciri-ciri pendudukusia productive adalah mereka yang memilikikarya, aktif, energik dalam bekerja, pekerja ke-ras, kerja cerdas, bersikap mandiri, tidak menga-baikan spiritualitas dan religiusitas, memilikipandangan hidup dan wawasan ke depan.

Pendidikan peserta

Dilihat dari aspek pendidikan, sebagianbesar peserta berpendidikan Sekolah LanjutanTingkat Atas (SLTA) yang mencapai sebanyak60%, disusul dengan Pendidikan PerguruanTinggi sebanyak 32%, SLTP dan SD masing-masing 4% (Gambar 2). Hal tersebutmenggambarkan bahwa tingkat pendidikanpeserta temu inovasi pertanian di kabupatenTabanan tahun 2020, relative cukup tinggi,bahkan lebih dari 30% memiliki PendidikanPerguruan Tinggi. Kenyataan tersebutmemberikan peluang pada pengembanganusaha yang lebih, karena memiliki sumberdayamanusia yang berkualitas cukup baik bahkancukup berkualitas dilihat dari aspek pendidikan.

Sejalan dengan Maulana (2016) yangmenyatakan bahwa pemuda Indonesia harusdisiapkan untuk menjadi sumber daya manusiayang berkualitas, yang berarti terdidik denganbaik agar memiliki kecerdasan intelektualmaupun emosional, spiritual, moral dan perilaku.Mereka juga harus sehat, kuat, mampu bekerjadan menciptakan pekerjaan. Berjuang untukmemperoleh pendidikan secara optimal, baikpendidikan formal maupun non-formal.

Pengetahuan Peserta

Perubahan pengetahuan peserta tentang Kisela866.

Hasil analisis data menunjukan bahwa padasaat pre test, peserta temu inovasi pertanian dikabupaten Tabanan tahun 2020, yang bukananggota kelompok, penyuluh swasta dan ketuakelompok tani seluruhnya (100,0%) menyatakantahu tentang Kisela 866. Sedangkan yangbestatus anggota kelompok tani sebanyak 77,8%menyatakan tahu tentang Kisela 866, serta yangberstatus penyuluh PNS, penyuluh kontrak danpenyuluh swadaya, masing-masing hanya 50%yang menyatakan tahu tentang Kisela 866.Namun ketika test dilakukan setelah selesaimengikuti temu inovasi pertanian, maka seluruhpeserta (100%), apapun jabatan mereka, baikyang bukan anggota kelompok, penyuluh PNS,penyuluh kontrak, penyuluh swadaya, penyuluhSwasta, ketua kelompoktani, maupun anggotakelompok tani menyatakan tahu tentang Kisela866 (Tabel 1).

Kondisi tersebut menggambarkan bahwatemu inovasi pertanian di kabupaten Tabanantahun 2020, memiliki peran yang cukup baikdalam meningkatkan pengetahuan pesertatentang teknologi Kisela 866, sebagai sebuahteknologi pestidisida hayati hasil penelitianBalitbangtan. Peran temu inovasi pertaniandalam meningkatkan pengetahuan pesertatentang teknologi Kisela 866, juga ditunjukandalam Tabel 2. Dari Tabel 2 nampak dengan jelasbahwa sebelum dilakukan temu inovasi (saat pretest), katagori pengetahuan peserta sangatrendah sebanyak 16,0%; rendah (12,0%);sedang (20,0%); tinggi (8,0%) dan sangat tinggisebanyak 44,0%. Namun setelah dilakukan temuinovasi pertanian, melalui post test diketahuibahwa katagori pengetahuan peserta mengalamiperubahan, menjadi sangat rendah (0,0%),

Gambar 2. Tingkat pendidikan peserta temu inovasipertanian Kabupaten Tabanan tahun 2020

Peran Temu Teknis Inovasi Pertanian terhadap Perubahan Pengetahuandan Sikap Peserta | I Wayan Alit Artha Wiguna, dkk.

Page 58: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

132 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

rendah (4,0%), sedang (0,0%), tinggi (20,0%)dan sangat tinggi sebanyak 76,0%.

Ditunjau dari aspek jabatan peserta, makapenyuluh swadaya dan penyuluh swastaseluruhnya sejak awal telah memilikipengetahuan tentang teknologi Kisela 866dengan katagori yang sangat tinggi. Sedangkanpenyuluh kontrak sebagian besar memilikikatagori pengetahuan yang sangat rendan(50,0%) dan dengan katagori sedang jugasebesar 50,0%. Demikian pula halnya denganpenyuluh PNS, yang sebagian besar (50,0%)juga ada dalam katagori sangat rendah, sertamasing-masing sebesar 35,0% dengan katagoritinggi dan sangat tinggi. Hal yang cukup menarikditunjukan oleh peserta yang bukan anggotakelompok ternyata memiliki pengetahuan yangcukup baik tentang Kisela 866, yaitu sebanyak16,7% dengan katagori sedang dan 83,3%dengan katagori sangat tinggi. Peningkatanpengetahuan tentang teknologi Kisela 866, cukupbaik terjadi pada peserta yang memiliki jabatansebagai penyuluh PNS, penyuluh kontrak danpeserta yang bukan sebagai anggota kelompok.Hal tersebut terbukti bahwa seluruh peserta yangtidak masuk anggota kelompok ternyataseluruhnya (100,0%) memiliki pengetahuandengan katagori sangat tinggi. Demikian pulahalnya dengan penyuluh kontrak, seluruhnya(100,0%) memiliki pengetahuan tentangteknologi Kisela dengan katagori sangat tinggi(Tabel 2). Hasil analisis data yang digambarkandari ke dua Tabel tersebut menunjukan bahwatemu teknis inovasi pertanian, mampumeningkatkan pengetahuan peserta yangberperan penting dalam peningkatan kapasitasseseorang. Sejalan dengan Rukmini (2018) yangmenyatakan bahwa ada tiga tujuanpenyelenggaraan temu inovasi pertanian yaitu

untuk: peningkatan kapasitas peserta,mengidentifikasi teknologi yang dibutuhkan danteknologi yang perlu disempurnakan melaluiumpan balik.

Bahren Nurdin (2019) menyatakan bahwakapasitas adalah kemampuan individu danorganisasi atau unit-unit organisasi untukmelaksanakan tugas pokok dan fungsinya secaraefektif, efisien, dan berkelanjutan. Lebih jauh jugadisebutkan bahwa secara sederhana kapasitasitu dapat diartikan sebagai kemampuan individudan organisasi untuk mencapai kinerja secaraefektif dan efisien sesuai tugas dan fungsinya.Selanjutnya juga disebutkan bahwa salah satufactor yang harus ditingkatkan untukmeningkatkan kapasitas seseorang adalahpengetahuan, karena pengetahuan merupakanfactor penting bagi sesorang untuk mencapaikemampuan individu dalam melaksanakan tugasdan fungsinya dalam sutau organisasi. Sejalandengan Adi Sudiatmika (2014) yang menyatakanbahwa pengembangan kapasitas umumnyadilakukan dalam dua hal yaitu pengembangansumber daya manusia (human resourcesdevelopment) dan pengembangan organisasi(organizational development). Sedangkan tingkatpengembangan kapasitas menurut AdiSudiatmika (2014) ada pada tingkat personal dantingkat institusional.

Zaki Mubarak (2013) menyatakan bahwapeningkatan kapasitas individu lebih condongpada usaha untuk meningkatkan kemampuanindividu-individu masyarakat agar merekamampu memanfaatkan semua potensi dankemampuan yang ada pada dirinya untuk dapatdimanfaatkan demi kemajuan masyarakatsekitarnya. Upaya peningkatan kapasitas individuini meliputi usaha-usaha pembelajaran baik dariranah pengetahuan, sikap atau penyadaran kritis

Table 1. Pengetahuan peserta temu inovasi pertanian di kabupaten Tabanan tahun 2020

Tidak Tahu TahuJabatan

Pre Test Post Test Pre Test Post Test

Bukan anggota Kelompok 0,0% 0,0% 100,0% 100,0%Penyuluh PNS 50,0% 0,0% 50,0% 100,0%Penyuluh Kontrak 50,0% 0,0% 50,0% 100,0%Penyuluh Swadaya 50,0% 0,0% 50,0% 100,0%Penyuluh Swasta 0,0% 0,0% 100,0% 100,0%Ketua Kelompok Tani 0,0% 0,0% 100,0% 100,0%Anggota Kelompok Tani 22,2% 0,0% 77,8% 100,0%Rataan 24,0% 0,0% 76,0% 100,0%

Page 59: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

133

dan keterampilannya. Zaki Mubarak (2013) jugamenyatakan bahwa elemen dalam pengem-bangan kapasitas merupakan hal-hal yang harusdilaksanakan dalam mencapai kondisi kapasitasmasyarakat yang berkembang. SebelumnyaGarlick dalam McGinty (2003) yang disitir olehZaki Mubarak (2013) menyebutkan dua elemenutama dalam pengembangan kapasitas meliputipengetahuan dan keterampilan. Mengacu padahasil analisis data dan pendapat beberapa ahlitersebut, maka dapat dinyatakan bahwa temuteknis inovasi pertanian di kabupaten Tabanantahun 2020, sangat berpeluang untukmeningkatkan kapasitas peserta tentangteknologi Kisela 866.

Pengalaman Peserta dalam Aplikasi Kisela 866

Sekalipun peserta memiliki pengetahuanyang cukup baik tentang teknologi Kisela 866,namun tidak semua peserta memilikipengalaman dalam menggunakan ataumengaplikasikan Kisela 866 di tingkat lapangandalam melaksanakan budidaya pertanian. Haltersebut terbukti bahwa seluruh (100,0%)penyuluh PNS, penyuluh kontrak, penyuluhswadaya dan penyuluh swasta, yang mengikuti

temu inovasi pertanian di kabupaten Tabanantahun 2020, sama sekali tidak penahmenggunakan atau mengaplikasikan Kisela 866dalam system budidaya pertanian mereka.Berbeda dengan peserta yang berasal darianggota kelompok dan peserta yang tidak masukdalam anggota kelompok, ternyata beberapa diantaranya pernah mengaplikasikan Kisela 866.Sebanyak 33,3% peserta yang tidak menjadianggota kelompok dan 44,4% peserta yangmenjadi anggota kelompok pernahmenggunakan atau mengaplikan Kisela 866sebagai bio-pesetisida hayati dalam systemusahatani yang mereka miliki. Selanjutnyasetelah dilakukan temu inovasi pertanian, makasebanyak 16,7% peserta yang bukan menjadianggota kelompok menyatakan akan mencobamenggunakan dan sisanya 66,7% yangmenyatakan pasti akan menggunakannya dalamusahatani yang mereka miliki (Tabel 3). Selainitu untuk penyuluh PNS menyatakan akanmencoba dan pasti akan menggunakan masing-masing sebanyak 50,0%. Berbeda denganpenyuluh kontrak, penyuluh swasta dan ketuakelompok tani, yang seluruhnya (100,0%) yangmenyatakan pasti akan menggunakan Kisela 866dalam usahatani yang mereka kembangkan.

Tabel 2. Katagori pengetahuan peserta temu inovasi pertanian di Kabupaten Tabanan tahun 2020

Katagori pengetahuanJabatan

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Total

Pre Test

Bukan anggoat kelompok 0,0% 0,0% 16,7% 0,0% 83,3% 100,0%Penyuluh PNS 0,0% 50,0% 0,0% 25,0% 25,0% 100,0%Penyuluh Kontrak 50,0% 0,0% 50,0% 0,0% 0,0% 100,0%Penyuluh Swadaya 50,0% 0,0% 0,0% 0,0% 50,0% 100,0%Penyuluh Swasta 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0% 100,0%Ketua Kelompok Tani 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0% 100,0%Anggota Kelomopok Tani 22,2% 11,1% 33,3% 11,1% 22,2% 100,0%Rataan-Pre Test 16,0% 12,0% 20,0% 8,0% 44,0% 100,0%

Post Test

Bukan anggoat kelompok 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0% 100,0%Penyuluh PNS 0,0% 0,0% 0,0% 25,0% 75,0% 100,0%Penyuluh Kontrak 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0% 100,0%Penyuluh Swadaya 0,0% 0,0% 0,0% 50,0% 50,0% 100,0%Penyuluh Swasta 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0% 100,0%Ketua Kelompok Tani 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0% 100,0%Bukan anggoat kelompok 0,0% 11,1% 0,0% 33,3% 55,6% 100,0%Rataan-Post Test 0,0% 4,0% 0,0% 20,0% 76,0% 100,0%

Peran Temu Teknis Inovasi Pertanian terhadap Perubahan Pengetahuandan Sikap Peserta | I Wayan Alit Artha Wiguna, dkk.

Page 60: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

134 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

Selanjutnya untuk anggota kelompok tani,sebanyak 77,8% menyatakan akanmenggunakan Kisela 866 dalam usahataninyadan sebanyak 22,2% yang menyatakan akanmencobanya.

Kondisi tersebut menunjukan bahwa TemuInovasi Pertanian, mampu merubah sikappeserta untuk pemanfaatan Kisela 866 dalamsystem budidaya pertanian. Secara umum temuinovasi pertanian di kabupaten Tabanan tahun2020, mampu merubah sikap peserta tentangteknologi Kisela 866. Sebelum pelaksanaan temuinovasi, jumlah peserta yang tidak pernahmenggunakan Kisela 866 adalah sebanyak76,0% dan yang pernah menggunakan sebanyak24,0%. Namun setelah dilakukan temu inovasi,maka sebanyak 68,0% menyatakan pasti akanmenggunakan Kisela 866 dalam system usahani,serta sebanyak 28,0% menyatakan akanmencoba (Tabel 3).

Kondisi tersebut menunjukan bahwa temuinovasi pertanian di kabupaten Tabanan, tahun2020 telah mampu mempengaruhi pola pikirperserta, yang pada akhirnya mempengaruhikeputusan atau tindakan yang akan diambil

peserta yang mungkin berbeda antara satudengan yang lainnya. Selain itu temu inovasipertanian tentang pembuatan Kisela 866 dikabupaten Tabanan tahun 2020, juga mampumerubah sikap peserta tentang pemanfaatanKisela 866, dalam system usahatani yangmereka kembangkan. Hal tersebut terjadi karenaadanya informasi positive yang diterima pesertamelalui temu inovasi, terutama yang berkaitandengan teknik atau cara pembuatan Kisela 866,manfaat Kisela 866 dan beberapa keuntunganpenggunaan Kisela 866.

Sejalan dengan Mardikanto dan Sri Sutarni(1982), yang menyatakan bahwa penyuluhanpertanian yang terutama ditujukan kepada petanidan keluarganya dimaksudkan untuk mengubahperilaku petani agar mereka memiliki dan dapatmeningkatkan perilakunya mengenai sikap yanglebih progresif dan motivasi tindakan yang lebihrasional; pengetahuan yang luas dan mendalamtentang ilmu-ilmu pertanian dan ilmu-ilmu lainyang berkaitan keterampilan teknis berusahataniyang lebih baik. Di lain pihak (Zulfan & Tengku,2014), menyatakan bahwa pengetahuan tidakhanya didapat melalui pendidikan formal, khusus

Tabel 3. Pengalaman peserta temu inovasi pertanian di Kabupaten Tabanan tahun 2020

Pengalaman menggunakan KiselaJabatan

Tidak Pernah Pernah Akan Pasti akan Totalmencoba menggunakan

Pre Test

Bukan anggoat kelompok 66,7% 33,3% 0,0% 0,0% 100,0%Penyuluh PNS 100,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%Penyuluh Kontrak 100,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%Penyuluh Swadaya 100,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%Penyuluh Swasta 100,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%Ketua Kelompok Tani 100,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0%Bukan anggoat kelompok 55,6% 44,4% 0,0% 0,0% 100,0%Rataan-Pre Test 76,0% 24,0% 0,0% 0,0% 100,0%

Post Test

Bukan anggoat kelompok 0,0% 16,7% 16,7% 66,7% 100,0%Penyuluh PNS 0,0% 0,0% 50,0% 50,0% 100,0%Penyuluh Kontrak 0,0% 0,0% 0,0% 100,0% 100,0%Penyuluh Swadaya 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%Penyuluh Swasta 0,0% 0,0% 0,0% 100,0% 100,0%Ketua Kelompok Tani 0,0% 0,0% 0,0% 100,0% 100,0%Bukan anggoat kelompok 0,0% 0,0% 22,2% 77,8% 100,0%

Rataan-Post Test 0,0% 4,0% 28,0% 68,0% 100,0%

Page 61: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

135

untuk pengetahuan tentang pertanian juga dapatdiperoleh dari penyuluhan dan kursus.

Sejalan dengan (Rukmini, 2018; Putri, 2019;dan Wiguna, dkk., 2019) menyatakan bahwatemu teknis adalah salah satu bentuk diseminasipertanian dalam rangka mengkomunikasikandan mensosialisasikan program/kegiatanstrategis kementerian dan atau inovasi pertanianhasil Balitbangtan yang prospektif diterapkan dilapang sesuai kebutuhan pengguna. Sejalandengan Wiguna, dkk (2019) juga menyatakanbahwa tujuan utama kegiatan Temu TeknisInovasi Pertanian adalah meningkatkan penge-tahuan dan keterampilan penyuluh pertanian,tentang sebuah teknologi innovative yang dibu-tuhkan petani oleh pengguna, khususnya tekno-logi yang telah dihasilkan oleh Balitbangtan.Melalui temu teknis inovasi pertanian diharapkanteknologi tersebut lebih cepat sampai dan diman-faatkan oleh pengguna secara berkelanjutan.

Sikap Peserta Terhadap Teknologi Kisela 866

Tiffany (2017) menyatakan bahwa sikap atauyang dikenal sebagai attitude, merupakan halutama yang paling terlihat berbeda di setiapmasing-masing individu ataupun negara. Tidakjarang setiap negara memiliki ciri khas sikapnyamasing-masing. Sebagai Negara yangmengadopsi budaya timur, Indonesia dikenalsebagai Negara yang warganya memiliki sikapramah serta sopan dan juga santun. Beberapaahli mendefinisikan tentang sikap. Salah satu diantaranya adalah Sri Utami Rahayuningsih(2008) dalam Tiffany (2017) yang menyatakanbahwa sikap berorientasi pada respon, dimanasikap merupakan bentuk dari sebuah perasaanyakni perasaan yang mendukung atau memihak(favorable) maupun perasaan yang tidakmendukung pada sebuah objek (unfavorable). Selain itu juga disebutkan bahwa sikapberorientasi kepada kesiapan respon sepertisikap kesiapan untuk bereaksi pada suatu objekdengan menggunakan cara tertentu. Lebih lanjutjuga disebutkan bahwa sikap adalah konstelasiatau bagian komponen-komponen konitif, konatifataupun afektif yang saling bersinggungan danjuga berinteraksi untuk bisa saling merasakan,memahami serta memiliki perilaku yang bijakpada suatu objek di lingkungan. Hal ini mungkinyang dikatakan oleh orang awam yang mencobamenempatkan diri di posisi orang lain baik dalamkondisi yang baik ataupun buruk.

Ahli lain yang mendefinisikan tentang sikapadalah Jalaluddin Rakhmat (1992), yangmengacu pada Teori Cinta Stenberg juga dalamTiffany (2017), menyebutkan bahwa ada limapengertian tentang sikap, antara lain: (1) sikapadalah kecenderungan seseorang untuk bisabertindak, berpikir dan juga merasa bahwadirinya paling baik dalam menghadapi objek, idedan juga situasi ataupun nilai. Sikap bukanlahperilaku menurut Jalaluddin namunkecenderungan untuk perilaku denganmenggunakan metode tertentu saja terhadapobjek sikap. Objek sendiri bisa berbentuk apasaja yakni orang, tempat, gagasan, ataupunsituasi dalam kelompok; (2) sikap memiliki dayapenolong atau motivasi yang bisa dianggapsesuai ataupun tepat.

Sikap bukan hanya sekedar rekaman darikejadian yang sudah dilewati atau sudah berlalu.Tetapi, sikap bisa menentukan apakah orangharus berpihak pada suatu hal ataupun menjadiseseorang yang memiliki sisi minus atau plusdalam diri. Selain itu sikap menentukan apa yangdisukai, diharapkan, dan diinginkan, serta lebihsering mengesampingkan apa yang tidakdiinginkan, dan apa yang harus mereka hindariatau tidak disukai; (3) sikap cenderung lebihmenetap. Berbagai studi menunjukkan sikappolitik kelompok cenderung dipertahankan danjarang mengalami perubahan, karena itulah sikapjarang berubah; (4) sikap bisa dijadikan bahanevaluatif untuk seseorang, dimana sikap mungkinbisa menjadi hal tersebut bisa menyenangkanataupun tidak menyenangkan. Karena itulahsikap seringkali membuat seseorang menjadidefensif atau lebih terbuka; dan (5) sikapseringkali berasal dari pemikiran yang salahpaham dimana sikap tidak dibawa sejak lahirnamun sikap berasal dari lingkungan dan jugapengalaman seseorang, jadi bukan hanya darilahir atau dibawa berdasarkan genetic.

Sikap dipengaruhi oleh berbagai factor, baikfactor internal maupun factor eksternal. Calhoun& Acocella (1990) dalam Abugaza (2019)menyatakan bahwa factor sosial seringmembentuk sikap. Sebelumnya Azwar (1995)menyatakan bahwa factor sosial yang dimaksudyaitu pengalaman pribadi, kebudayaan, oranglain yang dianggap penting, media massa,institusi atau lembaga pendidikan agama, sertafaktor emosi dalam diri individu. Baron & Byrne(2004) dalam Abugaza (2019), menyatakanbahwa salah satu sumber penting yang jelas-

Peran Temu Teknis Inovasi Pertanian terhadap Perubahan Pengetahuandan Sikap Peserta | I Wayan Alit Artha Wiguna, dkk.

Page 62: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

136 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

jelas membentuk sikap adalah melalui prosesmengadopsi sikap tersebut dari orang lain yangdidapat melalui proses pembelajaran sosial(social learning). Lebih jauh disebutkan olehBaron & Byrne (2004) dalam Abugaza (2019),bahwa pembelajaran sosial merupakan suatuproses dimana kita mengadopsi informasi baru,tingkah laku atau sikap dari orang lain. Dengankata lain, banyak pandangan seseorang dibentuksaat yang bersangkutan berinteraksi denganorang lain atau hanya dengan mengobservasitingkah laku mereka.

Kegiatan temu teknis inovasi pertanian dapatdigolongkan sebagai sebuah kegiatanpenyuluhan pertanian, atau suatu prosespendidikan non formal, karena sebagian kegiatantersebut dilakukan dalam sebuah ruangan dansebagian lainnya di luar ruangan. Memilikipeserta didik yang jelas, namun sangat beragam,baik dari usia, pendidikan formal, maupunpengalaman kerja. Manis (2019) menyatakanbahwa pendidikan non formal merupakankegiatan belajar mengajar yang diadakan di luarsekolah untuk memenuhi kebutuhan pendidikanpeserta didik tertentu untuk mendapatkaninformasi, pengetahuan, latihan, dan bimbingan

sehingga mampu bermanfaat bagi keluarga,masyarakat, dan negara. Sasaran pendidikannon formal yaitu bagi warga masyarakat yangmemerlukan layanan pendidikan yang berfungsisebagai pengganti, penambah, dan/ataupelengkap pendidikan formal dalam rangkamendukung pendidikan sepanjang hayat.Pendidikan non formal sejalan dengan konseppenyelenggaraan penyuluhan pertanian. Sepertipernyataan Arif Zulkifli (2012) bahwa penyuluhanpertanian bagian dari sistem pembangunanpertanian yang merupakan system pendidikandi luar sekolah (pendidikan non formal) bagipetani beserta keluarganya dan anggotamasyarakat lainnya yang terlibat dalampembangunan pertanian. Penyuluh pertanianPNS, penyuluh pertanian THL-TB dan penyuluhpertanian swadaya merupakan sumber dayamanusia pertanian yang sangat penting dalamproses pembangunan pertanian, termasuk didalamnya proses penyelenggaraan penyuluhanpertanian.

Hasil analisis data menunjukan bahwakegiatan temu inovasi pertanian yang dilakukandi kabupaten Tabanan tahun 2020, tentangteknologi Kisela 866, telah mampu merubah

Tabel 4. Katagori sikap peserta temu inovasi pertanian di Kabupaten Tabanan tahun 2020

SikapJabatan

Sangat tidak setuju Tidak setuju Biasa saja Setuju Sangat setuju Total

Pre Test

Bukan anggota kelompok 0,0% 16,7% 0,0% 33,3% 50,0% 100,0%Penyuluh PNS 0,0% 0,0% 50,0% 50,0% 0,0% 100,0%Penyuluh Kontrak 0,0% 50,0% 0,0% 50,0% 0,0% 100,0%Penyuluh Swadaya 0,0% 0,0% 50,0% 50,0% 0,0% 100,0%Penyuluh Swasta 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0% 100,0%Ketua Kelompok Tani 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 0,0% 100,0%Bukan anggota kelompok 11,1% 11,1% 22,2% 22,2% 33,3% 100,0%Rataan-Pre Test 4,0% 12,0% 24,0% 32,0% 28,0% 100,0%

Post Test

Bukan anggota kelompok 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0% 100,0%Penyuluh PNS 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0% 100,0%Penyuluh Kontrak 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0% 100,0%Penyuluh Swadaya 0,0% 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%Penyuluh Swasta 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0% 100,0%Ketua Kelompok Tani 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 100,0% 100,0%Bukan anggota kelompok 0,0% 0,0% 11,1% 11,1% 77,8% 100,0%

Rataan-Post Test 0,0% 0,0% 4,0% 12,0% 84,0% 100,0%

Page 63: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

137

sikap peserta kearah yang lebih positive. Haltersebut ditunjukan dengan adanya perubahansikap peserta sebelum dilakukan temu inovasipertanian (pre test) sebanyak 4,0% sangat tidaksetuju; 12,0% tidak setuju; 24,0% biasa saja;32,0% setuju dan 28,0% sangat setuju tentangteknologi Kisela 866 berubah menjadi 4,0% biasasaja; 12,0% setuju dan 84,0% sangat setuju sertasama sekali tidak terdapat peserta yangmenyatakan sangat tidak setuju dan atau tidaksetuju (post test) dengan teknologi Kisela 866(Tabel 4). Kondisi tersebut menunjukan kegiatantemu inovasi pertanian memiliki peran yangcukup penting dalam merubah sikap peserta kearah yang positive tentang teknologi Kisela 866.

Hasil analisis data tentang sikap tersebutmerupakan cerminan dari 10 pertanyaan yangdiajukan dalam temu teknis inovasi pertanian dikabupaten Tabanan tahun 2020, terkait dengansikap peserta tentang teknologi Kisela 866, baiksaat pre test maupun saat post test, antara lain:(1) Kisela 866, merupakan salah satu jenispestisida nabati; (2) Kisela 866, dapat digunakanpada tanaman kakao, padi, cabai, bawangmerah, tomat dan lainnya; (3) Sebagai mediadalam pembuatan Kisela 866, selainmenggunakan air biasa, juga dapat dari airkelapa, limbah fermentasi biji kakao; (4) Adanyakandungan kipait, sereh dan lengkuas dalamKisela 866, maka Kisela 866 dapat berfungsisebagai pupuk organic, pengendali hama keong,serta berbagai jenis hama penyakit tanamanlainnya; (5) Kisela 866, merupakan salah satubio-pestisida yang dapat digunakan dalampengembangan pertanian organic; (6) Prosespembuatan Kisela 866 relative sangat mudah;(7) Produk Kisela 866 dapat dikembangkansebagai salah satu produk komersial olehkelembagaan petani; (8) Pemanfaatan Kisela866, akan dapat menekan biaya produksi dalamusahatani; (9) Kisela 866, juga dapat dgunakansebagai minuman ternak; dan (10) Kisela 866,juga dapat berfungsi sebagai pupuk organic danpengendali keong mas pada tanaman padi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Temu inovasi pertanian yang diselengga-rakan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Balitahun 2020 di kabupaten Tabanan dapatmengubah ke arah yang lebih positve terhadappengetahuan peserta tentang Teknologi

Pembuatan Kisela 866. Perubahan tersebutsebanyak 24,0% peserta yang menyatakan tidaktahu dan 76,0% mengaku tahu tentang teknologiKisela 866 saat pre test berkurang hingga 0,0%dan peserta yang mengaku tahu menjadi100,0%.

Temu inovasi pertanian juga mampumerubah sikap peserta yang mengaku tidakpernah menggunakan Kisela 866 sebanyak76,0% dan pernah menggunakan sebanyak24,0% saat pre test berubah menjadi 28,0% akanmencobanya dan 67,0% menyatakan pasti akanmenggunakannya setelah post test.

Temu inovasi pertanian di kabupatenTabanan yang diikuti oleh petani yang bukananggota kelompok, penyuluh PNS, penyuluhSwasta, pemyuluh Swadaya, Ketua kelompoktani dan anggota kelompok tani, mampumengubah sikap mereka kaerah yang lebihpositive tentang teknologi pembuatan Kisela 866.Terbukti bahwa masing-masing sebanyak 0,0%;0,0%; 4,0%; 12,0% dan 84,0% pesertamenyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju;biasa saja, setuju dan sangat setuju saat posttest. Padahal sebelum temu inovasi dilakukan(saat pre test) mereka sebanyak 4,0% (sangattidak setuju); 12,0% (tidak setuju); 24,0% (biasasaja); 32,0% (setuju) dan 28,0% menyatakansangat setuju.

Sebaiknya temu teknis inovasi pertaniansebagai salah satu bentuk diseminasi teknologipertanian dapat diselenggarakan secaraberkelanjutan, untuk semua penyuluh pertaniandi Bali. Penyelenggaraan temu teknis inovasipertanian, sebaiknya tidak hanya diseleng-garakan dalam kelas saja, dalam ceramah ataudiskusi, namun sebaiknya juga dilakukan di luarklas dalam praktek atau kunjungan teknologi.

DAFTAR PUSTAKA

Adi Sudiatmika I Wayan. 2014. MembangunKapasitas dan Karakter Pemimpin. https://panbelog.wordpress.com/2014/10/22/mem-bangun-kapasitas-dan-karakter-pemimpin/

Arif Zulkifli. 2012. Penyuluh Pertanian. https://bangazul.com/penyuluh-pertanian-1/

Abugaza. 2019. FAKTOR-FAKTOR YANGMEMPENGARUHI PEMBENTUKAN SIKAPMANUSIA. https://rinosafrizal.com/faktor-yang-mempengaruhi-pembentukan-sikap/

Peran Temu Teknis Inovasi Pertanian terhadap Perubahan Pengetahuandan Sikap Peserta | I Wayan Alit Artha Wiguna, dkk.

Page 64: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

138 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

Azwar A, 1995. Pengantar Ilmu KesehatanLingkungan, PT. Mutiara sumber Widya,Jakarta

Bahren Nurdin. 2019. Membangun KapasitasDiri. https://imcnews.id/membangun-kapasitas-diri

Putri Nirwana S. 2019. Balitbangtan BPTP SumutGelar Temu Teknis Inovasi Pertanian

Rukmini. 2018. Temu Teknis Inovasi TeknologiPertanian Tingkatkan Kapasitas danInteraksi Stakeholder

Maulana. 2016. Kelompok Usia Produktif, KunciMajunya Indonesia. https://weareindostudents.blogspot.com/2016/04/kelompok-usia-produktif-kunci-majunya.html

Mardikanto, T. dan Sri Sutarni. 1982. PengantarPenyuluhan Pertanian. Hapsara,Surakarta

Manis. 2019. Pengertian Pendidikan Non Formal: Tujuan, Karakteristik, Manfaat, Satuan,Jenis dan Contohnya. https://www.pelajaran.co.id/2019/20/ pendidikan-non-formal.html

Tiffany. 2017. Delapan Pengertian SikapMenurut Para Ahli. https://dosenpsikologi.com/pengertian-sikap-menurut-para-ahli

Zaki Mubarak. 2013. Pengembangan Kapasitas,Pengembangan Masyarakat. https://dpmd.jatimprov.go.id/ component/ content/article/90-berita/555- pengembangankapasitas

Page 65: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

139

POTENSI JERAMI PADI BERBAGAI VARIETAS UNTUK MENDUKUNG KEBUTUHANHIJAUAN PAKAN SAPI BALI DI KABUPATEN TABANAN

Yusti Pujiawati1, I Nengah Dwijana 2, dan Sagung Ayu Nyoman Aryawati3

1,2,3)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) BaliJl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar - Selatan, Bali, 80222

E-mail: [email protected]

Submitted date : 23 Juni 2020 Approved date : 15 Juli 2020

ABSTRACT

Potential of Various Rice Straw for Supporting Forage Requirementof Bali Cattle in Tabanan Regency

Tabanan Regency is one of the locations for the development of new high-yielding rice varieties, namelyInpari 30 and Inpari 16. One of the advantages of these varieties is high grain production. High grain productionis also accompanied by high rice straw production. Rice straw has long been known as an alternative forageforage by farmers. Therefore it is necessary to evaluate the production and nutrition related to the productionof rice straw from various varieties of the carrying capacity of the fulfillment of forage. The rice varieties beingcompared were Inpari 30, Inpari 16 and Ciherang varieties. The three varieties of rice cultivation technologyuses an integrated crop management technology package. Inpari 30 variety is able to produce rice strawhigher than the other two varieties. Based on the production of Inpari 30 rice straw varieties are able to meetthe adequacy of dry matter and total digestible nutrients for 38 head of cattle, but have not been able to meetthe adequacy of crude protein. This condition also occurs in Inpari 16 and Ciherang varieties.

Keywords : Cattle, nutrient requirement, rice straw, rice varieties

ABSTRAK

Kabupaten Tabanan menjadi salah satu lokasi pengembangan varietas unggul baru padi yaitu Inpari 30dan Inpari 16. Salah satu keunggulan varietas tersebut yaitu produksi gabah yang tinggi. Produksi gabahyang tinggi juga disertai dengan produksi jerami padi yang tinggi.Jerami padi telah lama dikenal sebagaialternatif hijauan pakan oleh peternak.Oleh karena itu diperlukan evaluasi secara produksi dan nutrisi terkaitproduksi jerami padi dari berbagai varietas terhadap daya dukung pemenuhan hijauan pakan.Varietas padiyang dibandingkan yaitu varietas Inpari 30, Inpari 16 dan Ciherang.Teknologi budidaya padi ketiga varietastersebut menggunakan paket teknologi pengelolaan tanaman terpadu.Varietas Inpari 30 mampu menghasilkanjerami padi lebih tinggi dibandingkan 2 varietas lainnya. Berdasarkan produksi jerami padi varietas Inpari 30mampu memenuhi kecukupan bahan kering dan total digestible nutrient untuk 38 ekor sapi, akan tetapi belummampu memenuhi kecukupan protein kasar. Kondisi ini juga terjadi pada varietas Inpari 16 dan Ciherang.

Kata kunci : Jerami padi, kebutuhan nutrien, sapi, varietas padi

PENDAHULUAN

Populasi Sapi Bali di Kabupaten Tabananpada tahun 2017 mengalami penurunan sebesar11,08% dibandingkan tahun sebelumnya (BadanPusat Statistik, 2019a). Kabupaten Tabanan tidaktermasuk dalam sentra pengembangan Sapi Bali,meskipun demikian wilayah ini tetap memiliki

peranan penting karena menyimpan 8,91%populasi ternak sapi di Provinsi Bali. PopulasiSapi Bali di Kabupaten Tabanan masih memilikipotensi untuk ditingkatkan.Upaya untukmeningkatkan populasi ternak sapi sangatbergantung pada kemampuan wilayah dalammenyediakan hijauan pakan. Di lain sisi, luaslahan hijauan pakan mengalami penurunan

Potensi Jerami Padi Berbagai Varietas untuk Mendukung Kebutuhan Hijauan PakanSapi Bali di Kabupaten Tabanan | Yusti Pujiawati, dkk.

Page 66: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

140 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

akibat semakin intensif peningkatan usahatanaman pangan serta kebutuhan lahan untukpemukiman (Mariyono dan Krishna, 2009).Permasalahan penyediaan hijauan pakansemakin kompleks karena dipengaruhi olehmusim.Kondisi musim penghujan jumlah hijauanpakan melimpah, sedangkan pada musimkemarau peternak kesulitan dalam memenuhikebutuhan hijauan pakan sehingga berdampakpada penurunan produktivitas ternak.

Salah satu upaya yang banyak dikaji yaitumodel integrasi tanaman pangan denganternak.Pemanfaatan limbah tanaman pangansebagai hijauan pakan merupakan upaya untukmengatasi persaingan lahan antara usahapertanian, pemukiman dan peternakan, selain itusolusi untuk menyediakan hijauan sepanjangtahun. Jenis limbah pertanian yang bersumberdari tanaman pangan dan dapat dimanfaatkansebagai sumber hijuan pakan yaitu jerami padi,jerami jagung, jerami kedelai, jerami kacangtanah, pucuk ubi kayu dan jerami ubi jalar(Syamsu et al., 2003). Kabupaten Tabanandikenal sebagai lumbung padi di ProvinsiBali.Menurut data BPS (2019b) 28% atau 26.607ha luas panen padi Provinsi Bali berada diKabupaten Tabanan.Pengembangan kawasanpadi di wilayah ini juga semakin intensif denganpenyebaran beberapa varietas unggul baruseperti Inpari 16 dan Inpari 30.Peningkatan luaspanen padiakan selaras dengan jumlah jeramiyang dapat dimanfaatkan sebagai sumberhijauan pakan. Satu hektar tanaman padi mampumenghasilkan jerami padi segar sebanyak 11,89ton/ha/panen atau 6,73 ton/ha/panen jeramikering (Syamsu dan Abdullah, 2008).

Pemanfaatan jerami padi sebagai hijauanpakan sangat umum digunakan akan tetapimasih terkendala dengan kualitas nutrisi yangrendah.Jerami padi memiliki kandungan seratkasar yang tinggi dan protein kasar yangrendah.Biomassa serat kasar dari jerami padimengandung 41,3% selulosa, 20,4%

hemiselulosa dan 12,1% lignin (Crhisterra, 2017).Kandungan lignin yang tinggi mengakibatkandaya cerna jerami padi cukup rendah. Selain itu,kandungan protein jerami padi hanyaberadapada kisaran 3-5% (Yanuarto et al., 2017)sedangkan menurut Wanapat et al., (2013)protein jerami padi hanya 2-5% bahankering.Penggunaan jerami padi sebagai hijauanpakan perlu memperhitungkan kebutuhan nutrisiternak.Varietas unggul baru padi memiliki potensiuntuk meningkatkan produksi padi nasional yangjuga dilain sisi mampu mendukung penyediaanhijauan pakan melalui produksi jerami padi.Akantetapi produksi jerami padi yang dihasilkan olehberagam VUB perlu untuk dikaitkan dengankebutuhan nutrisi ternak sapi.Untuk itu diperlukanpengukuran daya dukung jerami padi denganvarietas berbeda terhadap kebutuhan nutrisi danpopulasi ternak sapi di Kabupaten Tabanan.

METODOLOGI

Penelitian ini dilakukan pada lahan sawahdi Subak Jaka, Desa Kukuh Kecamatan Marga,Kabupaten Tabanan pada musim tanam (MT)2016.Varietas unggul baru (VUB) padi yangdigunakan diantaranya Inpari 16, Inpari 30 danCiherang.Teknologi budidaya menggunakanpendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu(PTT).Adapun komponen teknologi PTT yangdiaplikasikan disajikan pada Tabel 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Jerami Padi Beberapa Varietas diKabupaten Tabanan

Perbandingan produksi jerami padi denganvarietas yang berbeda disajikan pada tabel 2.Inpari 30 menghasilkan produksi jerami paling

Tabel 1. Komponen teknologi budidaya padi model PTT

Parameter Komponen Teknologi

Varietas Varietas unggul baru (VUB) : Inpari 16, Inpari 30 dan CiherangTanam Bibit 15 HSSJumlah bibit/lubang 1-3 bibit untuk tanam pindahDosis pupuk anjuran Rekomendasi Katam (Urea 150 kg/ha dan Phonska 200 kg/ha)dan Pupuk Kandang Sapi 2,0 ton/haPengendalian hama/penyakit Prinsip PHTPengairan Pengairan berselang

Page 67: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

141

tinggi dibandingkan 2 varietas lainnya yaitusebesar 19,50 ton/ha. Hasil ini jauh lebih tinggidibandingkan Syamsu dan Abdullah (2008) yangmenyatakan produksi jerami padi segarmencapai 11,89 ton/ha. Hal ini juga berlaku untukvarietas Inpari 16 dan Ciherang yaitu secaraberurutan menghasilkan produksi jerami 18,84ton/ha dan 13,00 ton/ha. Teknologi PengelolaanTanaman Terpadu (PTT) yang diaplikasikanbukan saja mampu meningkatkan produktivitasgabah akan tetapi juga mampu meningkatkanproduksi jerami yang dapat dimanfaatkansebagai sumber hijauan bagi ternak.

Potensi produksi zat makanan dari tigavarietas yang berbeda dihitung berdasarkanproduksi jerami padi dan kandungan zatmakanan yang terkandung dalam jerami padi(%BK). Bahan kering yang dihasilkan dariberbagai varietas Inpari 16, Inpari 30 danCiherang secara berurutan yaitu 16,49 ; 17,06dan 11,37 ton/ha (Tabel 3), yang berarti mampumemenuhi kebutuhan hijauan per 4 bulan untuk25 ekor untuk varietas Ciherang, 37 ekor untukvarietas Inpari 16 dan 38 ekor untuk varietasInpari 30, apabila didasarkan pada rata-ratabobot badan sapi yang dipelihara 250 kg dankonsumsi jerami padi 1,5%BK/ekor/hari.

Menurut Kearl (1982) kebutuhan TDN untuksapi dengan bobot badan 250 kg danpertambahan bobot badan harian 0,5 kg/ekor/hari yaitu 3,2 kg/ekor/hari. Apabila dikaitkandengan produksi TDN dari masing-masingvarietas mampu memenuhi kecukupan TDN

selama 4 bulan. Varietas Inpari 30 mampumemenuhi kecukupan TDN untuk 38 ekor sapiyang mencapai kebutuhan sebesar 14,59 ton,begitu juga dengan varietas Inpari 16 mampumencukupi kebutuhan TDN untuk 37 ekor sapiyang mencapai kebutuhan 14,21 ton. Jerami padivarietas Ciherang juga mampu memenuhikecukupan TDN untuk 25 ekor sapi yangmencapai 9,6 ton. Kecukupan nutrisi ternak tidakdapat ditinjau dari salah satu komponen nutrient,untuk itu perlu juga ditinjau dari kecukupanprotein. Protein merupakan zat esensialpembentuk tubuh yang tidak dapat digantikanoleh komponen zat makanan lain, oleh karenaitu peranannya sering kali dijadikan dasar dalampenyusunan formulasi pakan.

Pemanfaatan jerami padi sebagai hijauanpakan perlu memperhitungkan faktor pembatasseperti kandungan serat kasar yang tinggi danprotein kasar yang rendah. Protein kasar yangterkandung dalam jerami padi yang dihasilkanoleh 3 varietas berkisar antara 1,20-1,80 ton/ha.Menurut Kearl (1982) kebutuhan protein kasaruntuk sapi dengan bobot badan 250 kg danpertambahan bobot badan harian 0,5 kg/ekor/hari memerlukan protein kasar 623 gr BK/ekor/hari.

Varietas Inpari 30 mampu memenuhikebutuhan BK dan TDN untuk 38 ekor sapidengan bobot badan 250 kg selama 4 bulan,akan tetapi untuk protein kasar masih belummampu terpenuhi oleh jerami padi karena hanyamenyumbang 1,20 ton/ha sedangkan kebutuhan

Tabel 2. Produksi jerami padi dengan varietas yang berbeda

Varietas Rata-rata produktivitas gabah (ton/ha) Rata-rata produksi Jerami (ton/ha)

Inpari 16 9,04 18,84Inpari 30 8,23 19,50Ciherang 7,62 13,00

Tabel 3. Kandungan zat makanan berdasarkan produksi jerami padi

Produksi zat makanan (ton/ha)Varietas

BK Abu PK LK SK Beta-N TDN

Inpari 16 16,49 1,25 1,74 0,46 6,07 7,06 14,71Inpari 30 17,06 1,29 1,80 0,48 6,28 7,30 15,22Ciherang 11,37 0,86 1,20 0,32 4,19 4,87 10,15

Sumber : data diolah, tahun 2020

Potensi Jerami Padi Berbagai Varietas untuk Mendukung Kebutuhan Hijauan PakanSapi Bali di Kabupaten Tabanan | Yusti Pujiawati, dkk.

Page 68: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

142 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

protein kasarnya 2,84 ton/ha. Pemberian jeramipadi sebagai pakan tunggal tanpa teknologi untukmeningkatkan kualitas nutrisi tidak disarankankarena dari aspek pemenuhan protein tidakakanmampu memenuhi kecukupan protein ternak.

Kandungan protein kasar jerami padiberkisar antara 3-5% (Yanuartono et al., 2017),sebagai pembanding kandungan PK untukrumput gajah mencapai 7,90% (Purbajanti et al.,2009). Faktor pembatas lain dari jerami padi yaitutingkat kecernaan yang rendah. Secara in-vitro,daya cerna jerami padi tanpa fermentasi hanya37,28-39,65% (Harfiah dan Mide, 2014). Olehkarena itu penggunaan jerami padi sebagaipengganti hijauan pakan perlu disertai denganperbaikan kualitas nutrisi salah satunyamenggunakan teknologi fermentasi (Yanuartonoet al., 2019).

Penggunaan jerami padi tanpa pengolahanbelum mampu memenuhi kebutuhan nutrisiternak sapi.Beberapa kajian telah banyakdilakukan untuk meningkatkan nilai nutrisi jeramipadi seperti fermentasi dengan menggunakanstarter ataupun amoniasi. Menurut Bata danRahayu (2017) pertambahan bobot badan harianuntuk Sapi Bali Flores dan Timur yang diberipakan jerami padi amoniasi yaitu 0,87 kg/ekor/hari dan 1,12 kg/ekor/hari. Sapi Bali yangdiberikan pakan jerami fermentasi sebanyak 40%dan konsentrat tepung kepala udang sebanyak2 kg mampu menghasilkan pertambahan bobotbadan harian sebesar 0,43 kg/ekor/hari (Ella etal., 2017).Secara umum, tiga varietas jerami padiyang berbeda mampu memenuhi kebutuhanbahan kering ternak, akan tetapi diperlukankajian lanjutan terutama terkait dengan dayacerna masing-masing varietas jerami padi.

KESIMPULAN

Varietas jerami padi yang berbeda yaituInpari 30, Inpari 16 dan Ciherang mampumemenuhi kecukupan konsumsi bahan keringdan total digestible nutrient untuk 38, 37 dan 25ekor sapi selama 4 bulan, akan tetapi pada aspekkecukupan protein belum mampu tercukupi.

DAFTAR PUSTAKA

Bata M., Rahayu S. 2017. Kinerja bangsa-bangsasapi lokal yang diberi jerami padi amoniasi

dan konsentrat.Prosiding Seminar TeknologiAgribisnis Peternakan (STAP) FakultasPeternakan Universitas JenderalSoedirman. Hotel Aston ImperiumPurwokerto 18 November 2017.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2019. Provinsi BaliDalam Angka 2019.Badan Pusat StatistikProvinsi Bali, Bali.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2019. Luas PanenPadi Kabupaten Tabanan. https://bali.bps.go.id/. (diakses pada 2 Juni 2020).

Crhisterra EKS. Nugrahini WH., Yunisa AP,Mulyana N, Suharyono. 2017. PengaruhPenambahan Aspergillus niger Iradiasi SinarGamma Dosis Rendah pada Jerami PadiFermentasi dan Evaluasi Kualitasnyasebagai Pakan Ternak Ruminansia SecaraIn Vitro. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop danRadiasi.A Scientific Journal for TheApplications of Isotopes and Radiation 13(2): 23-30.

Ella A, Pasambe D, Nurhayu A. 2017.Penggemukan Sapi Bali dengan subtitusijerami fermentasi dan konsentrat tepungkepala udang di Kabupaten PinrangSulawesi Selatan.Prosiding SeminarNasional Teknologi Peternakan danVeteriner 2017. Bogor 8-9 Agustus 2017.

Harfiah, Mide MZ. 2014. Kecernaan in-vitrojerami padi hasil perlakuan kombinasi alkali,fermentasi dengan mikroba selulolitik,l ignolitik dan asam laktat yangdisuplementasi dengan sulfur. JITP 3(3): 96-100.

Kearl LC.1982.Nutrient Requirements ofRuminants in Developing Countries.Disertasi.Doctor of Philosophy in AnimalScience.Utah State University, Logan Utah.

Mariyono, Krishna NH. 2009. Pemanfaatan danketerbatan hasil ikutan pertanian sertastrategis pemberian pakan berbasis limbahpertanian untuk sapi potong. Wartazoa19(1):31-42.

Purbajanti ED, Anwar S, Widyati S, Kusmiyati F.2009. Kandungan protein dan serat kasarrumput benggala (Panicum Maximum) danRumput Gajah (Pennisetum purpureum)pada cekaman stress kering. AnimalProduction 11(2): 109-115.

Page 69: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

143

Syamsu JA, Sofyan LA, Mudikdjo K, Sa’id EG.2003. Daya dukung limbah pertaniansebagai sumber pakan ternak ruminansia diIndonesia. Wartzoa 13(1): 31-37.

Syamsu JA, Abdullah A. 2008. Kajianketersediaan limbah tanaman pangansebagai pakan untuk pengembangan ternakruminansia di Kabupaten Bulukumba.BuletinIlmu Peternakan dan Perikanan. 12(1): 163-169.

Wanapat M, Kang S, Hankla N, Phesatcha K.2013. Effect of rice straw treatment on feed

intake, rumen fermentation and milkproduction in lactating dairy Cows.Afr.J.Agric. Res 8(17):1677-1687.

Yanuartono, Purnamaningsih H, Indarjulianto S,Nururrozi A. 2017. Potensi jerami sebagaipakan ternak ruminansia.J. Ilmu-IlmuPeternakan 27(1):40-62.

Yanuartono, Indarjulianto S, Purnamaningsih H,Nururrozi A. Raharjo S. 2019. Fermentasi:Metode untuk meningkatkan nilai nutrisijerami padi. Jurnal Sain PeternakanIndonesia 14(1): 49-60.

Potensi Jerami Padi Berbagai Varietas untuk Mendukung Kebutuhan Hijauan PakanSapi Bali di Kabupaten Tabanan | Yusti Pujiawati, dkk.

Page 70: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

144 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP PAKET TEKNOLOGI INTRODUKSI KAKAOPADA KAWASAN PERKEBUNAN NASIONAL DI SULAWESI BARAT

Ketut Indrayana1 , Syamsuddin2, dan Hesti Rahasia3

1, 2, 3)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi BaratJl. H. Abd. Pattana Endeng Mamuju

E-mail : [email protected]

Submitted date : 26 Mei 2020 Approved date : 23 Juni 2020

ABSTRACT

The Level Farmers’ Adoption on the Package of Cacao Introduction TechnologyNational Agricultural Regions in West Sulawesi

The development program of the national agricultural regions in West Sulawesi in the form of cocoa farmsis the national strategic program of the Ministry of Agriculture. The development of the cocoa farms regions isexpected to have an impact on the improvement of the cocoa farmers’ economy. Cocoa production around theregion is generally still low (0.5 t/ha). It is because cocoa plants are attacked by cocoa pod borers and vascularstreak dieback (VSD) symptoms. Development of cocoa plantations using clonal seeds can increase production.Increasing farmer adoption towards introduction technology for cocoa plants was endeavored by socializationin Mamuju and PolewaliMandar in 2015. The technology of cocoa development in West Sulawesi wasimplemented by introducing the package of cocoa cultivation technology, namely land sanitation, pruning,fertilization, pest and disease control, and improving the quality of cocoa beans through innovation of fermentationtechnology. In the mentoring region in Mamuju, cocoa farmers are able to apply cultivation introduction technologyof 56.40% with the productivity of 0.702 t/ha. Meanwhile, in PolewaliMandar, cocoa farmers are able to applycultivation introduction technology of 59.40% with the productivity of 0.706 t/ha. The technological innovationin improving the quality of cocoa beans in the cocoa development region in Mamuju is only 24%, while inPolewaliMandar it is 29%. The development of cultivation technology innovation has a positive impact or is inline with the productivity of cocoa beans in both development regions. Therefore, the productivity still has thepotential to be improved. Moreover, the use of similar technology is expected to be developed in wider regions,in which eventually, it will have an impact on the increase of farmers’ income and welfare.

Keywords: Assistance, introduced technology, cocoa, area, productivity.

ABSTRAK

Program pengembangan kawasan pertanian nasional di Propinsi Sulawesi Barat yang berupaperkebunanan kakao merupakan program strategis nasional Kementerian Pertanian. Pengembangan kawasanperkebunan kakao diharapkan berdampak terhadap peningkatan perekonomian petani kakao yang ada. Produksikakao di sekitar kawasan umumnya masih rendah (0,5t/ha), hal ini karena tanaman kakao terkena seranganhama PBK (penggerek buah kakao) dan busuk buah (VCD). Pengembangan perkebunan kakao yangmenggunakan bibit klonal dapat meningkatkan produksi. Peningkatan adopsi petani terhadap teknologi introduksitanaman kakao dilakukan dengan cara sosialisasi di Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Polewali Mandarselama tahun 2015. Teknologi pengembangan kakao di Sulawesi Barat dilakukan dengan mengitroduksi paketteknologi budidaya kakao beruapa sanitasi lahan, pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakitserta peningkatan mutu biji kakao melalui inovasi teknologi Fermentasi. Pada kawasan pendampingan diKabupaten Mamuju, petani kakao mampu menerapkan teknologi introduksi budidaya sebesar 56,40% denganproduktivitas sebesar 0,702 t/ha. Sedangkan di Polewali Mandar penerapan inovasi teknologi budidaya sebesar59,40% dengan produktivitas 0,706 t/ha. Inovasi teknologi peningkatan mutu biji kakao pada kawasanpengembangan kakao di Mamuju hanya sebesar 24%, sedangkan di Polewali Mandar sebesar 29%. Peningkataninovasi teknoologi budidaya berpengaruh positif atau berbanding lurus dengan produktivitas hasil biji kakao

Page 71: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

145

pada kedua kawasan pengembangan, sehingga peluang produktivitas masih berpotensi untuk ditingkatkan.Penerapan teknologi sperti ini diharapkan dapat dikembangkan pada kawasan yang lebih luas lagi. padaakhirnya akan berdampak terhadap peningkatan ekonomi atau pendapatan serta kesejahteraan petani.

Kata kunci : Pendampingan, teknologi introduksi, kakao, kawasan, produktivitas.

PENDAHULUAN

Pengembangan tanaman kakao banyakdihadapkan pada berbagai tanatangan dianta-ranya adalah perubahan ikilim, gejolak hargapangan global, bencana alam, peningkatanjumlah penduduk, aspek distribusi, dan lajuurbanisasi (Kementan, 2014). Di Sulawesi BaratSumbangan sektor pertanian terhadap pereko-nomian daerah mencapai 49,79%, hal ini menun-jukkan bahwa pertanian merupakan sektorstrategis di Provinsi Sulawesi Barat (BPS, 2013).Potensi sumberdaya untuk pengembangankawasan pertanian masih sangat besar, sepertisub sektor tanaman pangan dan hortikultura,perkebunan, dan peternakan. Pelaksanaanprogram strategis kementerian pertanian untukpengembangan kawasan pertanian nasional, diprovinsi Sulawesi Barat telah ditetapkan bebe-rapa kawasan pertanian untuk pengembangankomoditas unggulan nasional salah satunyaadalah komoditas kakao.

Produktivitas kakao di Sulawesi Baratsampai pada tahun 2011 baru mencapai 0,55 t/ha dengan luas kebun kakao 179.375 ha, jadijumlah produksi 98.024 t. Namun jikadibandingkan total produksi dengan total arealtanaman yang menghasilkan (TM) yaitu seluas85.592 ha, maka produktivitas telah mencapairata-rata 1,15 t/ha/tahun. Produktivitas kakao diSulawesi Barat dengan 1,15 t/ha/tahun telah lebihtinggi dibandingkan produktivitas kakao nasionalyang hanya 0,90 t/ha/tahun. Potensiproduktivitas klon kakao yang telah ada saat inidapat mencapai produktivitas >2 t/ha/tahun(Rubiyo,2011)Dari total luasan potensialsebesar 467.627 ha, pemanfaatan sampai saatini baru mencapai 175.860 ha atau sekitar37,61%. Hal tersebut menunjukkan bahwamasih terbuka peluang pengembangan luasanlahan kakao sebesar 291.767 ha atau 62,39%dari potensi lahan yang belum dimanfaatkan.Potensi lahan yang sesuai untuk pengembangankakao di Sulawesi Barat tersebar di kabupatenMajene, Mamasa, Mamuju, Mamuju Utara, danPolewali Mandar.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Kegiatan pendampingan pengembangankawasan perkebunan kakao di Sulawesi Barattahun 2015 dilaksanakan pada 2 kabupaten yangmerupakan sentra pengembangan kakao diSulawesi Barat, yaitu kabupaten Mamuju danPolewali Mandar. Waktu pelaksanaan mulaibulan Januari sampai dengan Desember 2015.Lokasi pendampingan berada pada 2 (dua)kabupaten sentra kakao yaitu di KabupatenMamuju yang difokuskan di kelompok tani“Wahyu” di Desa Toabo, kecamatan Papalang,sedangkan di Kabupaten Polewali Mandar yangdi fokuskan pada kelompok tani “Serumpun” diDesa Pulliwa, kecamatan Bulo.

Mengukur Peningkatan Produktivitas

Peningkatan produktivitas usahatani diukurdengan menghitung selisih produktivitas yangdicapai setelah dilakukan pendapingan dikurangidengan produktivitas sebelum pendampingan,dihitung dengan formula:

(Peningkatan produktivitas absolut)

atau

Dimana :Yo = Produktivitas sebelum pendampingan;Y1 = Produktivitas setelah pendampingan

Setelah pengukuran peningkatan produk-tivitas, dilanjutkan dengan pengukuran jumlahproduksi dengan formula :

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Paket Teknologi Introduksi Kakao pada KawasanPerkebunan Nasional di Sulawesi Barat | Ketut Indrayana, dkk.

Page 72: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

146 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

Q1

= Y1 * L

1

Q0

= Y0 * L

0s

Dimana :

Q0

= Produksi sebelum pendampinganQ

1= Produksi setelah pendampingan

Yo = Produktivitas sebelum pendampinganY

1= Produktivitas setelah pendampingan

Lo = Luas panen sebelum pendampinganL

1= Luas panensetelah pendampingan

Peningkatan produksi dapat dihitung denganrumus :

=

Mengukur Pendapatan Petani

Tingkat pendapatan petani diukur melaluipenelusuran data total penerimaan dan totalbiaya yang dikeluarkan dalam usahatani. Datatotal penerimaan (TR = total revenue) dibangunoleh komponen produktivitas, volume atau luasdan harga (sebelum dan sesudah) dari masing-masing jenis kegiatan, sedangkan data totalbiaya (TC = total cost) merupakan penjumlahanbiaya dari masing-masing jenis kegiatan.Selanjutnya perhatikan harga output (PQ) danharga input (Px) yang dipakai sebelum dansesudah pendampingan harus sama, yaitu PQ1dan PX1.

Formula sebagai berikut :TR

0 = “Q

01 * P

Q1i;

TC0 = “X

01 * P

X1i;

TI0

= “Q01

* PQ1i

- “X01

* PX1i

TR1 = “Q

1i * P

Q1i;

TC1 = “X

1i * P

X1i;

TI1

= “Q1i * P

Q1i - “X

1i * P

X1i

TI1 + TI

0;

[( TI1/ TI

0] x 100%

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendampingan Inovasi Teknologi

Pendampingan teknologi pada kawasanpengembangan kakao di Sulawesi Baratdipusatkan pada dua kabupaten yaitu dikabupaten Mamuju dan polewali Mandar.Masing-masing kabupaten dipilih sesuai hasilidentifikasi masing-masing 1 kelompok untukmenjadi demplot atau display teknologi kakao.Kelompok terpilih tani di Kabupaten Mamujuadalah kelompok tani Wahyu, sedangkan diPolewali mandar adalah kelompok taniSerumpun.Jumlah anggota kelompok tani Wahyuyang berlokasi di Desa Toabo kecamatanPapalang kabupaten Mamuju sebanyak 25 orangdengan total lahan kakao seluas 35,5 ha danrata-rata kepemilikan lahan kakao anggotaseluas 1,42 ha/orang_KK. Sedangkan kelompok

Tabel 1. Skor penilaian penerapan Inovasi teknologioleh anggota kelompok tani pada lokasipendampingan kawasan pengembangankakao di Sulawesi Barat tahun 2015.

Kategori Tingkat Penerapan InovasiTeknologiInovasi Budidaya dan pascapanen

Nilai Skoring Inovasi Budidaya

1 Tidak melakukan penerapan2 Penerapan sangat rendah3 Penerapan rendah4 Penerapan agak rendah5 Penerapan rendah6 Penerapan agak sedang7 Penerapan sedang8 Penerapan agak tinggi9 Penerapan tinggi

10 Penerapan sangat tinggi

Nilai Skoring Inovasi Mutu Biji

1 Tidak melakukan fermentasi2 Fermentasi sangat rendah3 Fermentasi rendah4 Fermentasi agak rendah5 Fermentasi rendah6 Fermentasi agak sedang7 Fermentasi sedang8 Fermentasi agak tinggi9 Fermentasi tinggi

10 Fermentasi sangat tinggi(sempurna)

Page 73: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

147

Tabel 2. Rata-rata persentase (%) tingkat penerapan Inovasi teknologi Budidaya kakao berdasarkan skor,indeks, bobot dan nilai oleh anggota kelompok tani Wahyu lokasi pendampingan kawasanpengembangan kakao di kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat tahun 2015.

No Luas Skoring nilai penerapan inovasi teknologi budidaya Total RerataPetani lahan Sanitasi lahan Pemangkasan Pemupukan Pengendalian nilai nilai

(ha) hama penyakit skoring(%) skoring(%) Bobot = 0.25 Bobot = 0.25 Bobot = 0.25 Bobot = 0.25

Skor % nilai skore % nilai skore % nilai skore % nilai

1 2 5 12,50 9 22,50 7 17,50 7 17,50 70,00 17,502 2 5 12,50 7 17,50 7 17,50 9 22,50 70,00 17,503 1 5 12,50 7 17,50 5 12,50 7 17,50 60,00 15,004 1 3 7,50 5 12,50 3 7,50 5 12,50 40,00 10,005 4 5 12,50 5 12,50 5 12,50 7 17,50 55,00 13,756 2 3 7,50 5 12,50 5 12,50 5 12,50 45,00 11,257 2 5 12,50 7 17,50 7 17,50 7 17,50 65,00 16,258 1,5 7 17,50 5 12,50 5 12,50 7 17,50 60,00 15,009 1 5 12,50 7 17,50 5 12,50 5 12,50 55,00 13,7510 2 5 12,50 9 22,50 7 17,50 7 17,50 70,00 17,5011 1 3 7,50 7 17,50 3 7,50 7 17,50 50,00 12,5012 1 5 12,50 5 12,50 5 12,50 7 17,50 55,00 13,7513 1 3 7,50 7 17,50 5 12,50 5 12,50 50,00 12,5014 1 3 7,50 5 12,50 5 12,50 7 17,50 50,00 12,5015 1 5 12,50 5 12,50 5 12,50 7 17,50 55,00 13,7516 2 5 12,50 7 17,50 3 7,50 5 12,50 50,00 12,5017 1 3 7,50 7 17,50 5 12,50 5 12,50 50,00 12,5018 1 5 12,50 9 22,50 7 17,50 7 17,50 70,00 17,5019 2 7 17,50 7 17,50 7 17,50 7 17,50 70,00 17,5020 1 3 7,50 7 17,50 5 12,50 5 12,50 50,00 12,5021 1 3 7,50 5 12,50 5 12,50 7 17,50 50,00 12,5022 1 3 7,50 5 12,50 5 12,50 5 12,50 45,00 11,2523 1 3 7,50 5 12,50 5 12,50 7 17,50 50,00 12,5024 1 5 12,50 7 17,50 5 12,50 7 17,50 60,00 15,0025 1 7 17,50 7 17,50 5 12,50 7 17,50 65,00 16,25

Total 35,5 111 277,5 161 402,5 131 327,5 161 402,5 1.410 352,50

Rerata 1,42 4,44 11,1 6,44 16,1 5,24 13,1 6,44 16,1 56,40 14,10

Keterangan: Skor = hasil pengamatan penerapan teknologi dipetani menurut kategori penilaianIndeks = hasil skor dibagi jumlah katergori penilaianBobot = 1 (satu) dibagi jumlah teknologi yang dinilai (4 teknologi=0.25) yang sama

pengarunnya terhadap produksi.Nilai = hasil Indeks x Nilai bobot%Nilai = hasil x 100

tani serumpun yang berlokasi di desa Pulliwakecamatan Bulo kabupaten Polewali mandarmemilki anggota sebanyak 25 orang pula dengantotal lahan seluas 34 ha dengan rata-ratakepemilikan lahan kakao seluas 1,36 ha/orang .

Dalam upaya untuk lebih mempercepatadopsi teknologi pada setiap anggota makadilakukan pertemuan rutin anggota kelompokdalam rangka melakukan atau introduksiteknologi pada usahatani kakao kelompok.

Pendampingan yang dilakukan oleh penelitibersama penyuluh dilaksanakan secara berkalauntuk lebih memotivasi petani anggota dalammengadopsi teknologi yang ada pada lahandemplot atau display. Inovasi teknologi yangditerapkan pada petani kakao serta penilaianskor penerapannya disajikan pada Tabel 1.

Rata-rata persentase (%) tingkat penerapanInovasi teknologi Budidaya kakao dan pascapanen anggota kelompok tani pada lokasi

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Paket Teknologi Introduksi Kakao pada KawasanPerkebunan Nasional di Sulawesi Barat | Ketut Indrayana, dkk.

Page 74: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

148 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

Tabel 3. Rata-rata persentase (%) tingkat penerapan Inovasi teknologi budidaya kakao oleh anggota kelompoktani Serumpun lokasi pendampingan kawasan pengembangan kakao di Kabupaten Polewali Mandar,Sulawesi Barat tahun 2015.

No Luas Skoring nilai penerapan inovasi teknologi budidaya Total RerataPetani lahan Sanitasi lahan Pemangkasan Pemupukan Pengendalian nilai nilai

(ha) hama penyakit skoring(%) skoring(%) Bobot = 0.25 Bobot = 0.25 Bobot = 0.25 Bobot = 0.25

Skor % nilai skore % nilai skore % nilai skore % nilai

1 2 7 17,50 9 22,50 7 17,50 7 17,50 75,00 18,752 1.5 5 12,50 7 17,50 5 12,50 9 22,50 65,00 16,253 2 5 12,50 7 17,50 5 12,50 7 17,50 60,00 15,004 1.5 5 12,50 5 12,50 5 12,50 7 17,50 55,00 13,755 1 5 12,50 5 12,50 5 12,50 7 17,50 55,00 13,756 1 7 17,50 7 17,50 7 17,50 5 12,50 65,00 16,257 1.5 5 12,50 5 12,50 5 12,50 7 17,50 55,00 13,758 1.5 7 17,50 5 12,50 5 12,50 9 22,50 65,00 16,259 1 5 12,50 7 17,50 7 17,50 7 17,50 65,00 16,2510 1 5 12,50 5 12,50 5 12,50 7 17,50 55,00 13,7511 1 7 17,50 7 17,50 5 12,50 7 17,50 65,00 16,2512 1 5 12,50 5 12,50 7 17,50 7 17,50 60,00 15,0013 1.5 5 12,50 5 12,50 5 12,50 5 12,50 50,00 12,5014 1 7 17,50 7 17,50 7 17,50 7 17,50 70,00 17,5015 1 5 12,50 5 12,50 5 12,50 7 17,50 55,00 13,7516 2 5 12,50 7 17,50 7 17,50 5 12,50 60,00 15,0017 2 5 12,50 5 12,50 7 17,50 5 12,50 55,00 13,7518 2 5 12,50 5 12,50 5 12,50 7 17,50 55,00 13,7519 2 7 17,50 7 17,50 5 12,50 7 17,50 65,00 16,2520 1‘ 5 12,50 5 12,50 7 17,50 5 12,50 55,00 13,7521 1.5 7 17,50 7 17,50 5 12,50 7 17,50 65,00 16,2522 1 3 7,50 5 12,50 5 12,50 5 12,50 45,00 11,2523 1 7 17,50 7 17,50 5 12,50 7 17,50 65,00 16,2524 1 5 12,50 5 12,50 3 7,50 7 17,50 50,00 12,5025 1 5 12,50 5 12,50 5 12,50 7 17,50 55,00 13,75

Total 33 139 347,5 149 372,5 139 347,5 167 417,5 1.485 371,25

Rerata 1.32 5,56 13,9 5,96 14,9 5,56 13,9 6,68 16,7 59,40 14,85

Keterangan: Skor = hasil pengamatan penerapan teknologi dipetani menurut kategori penilaianIndeks = hasil skor dibagi jumlah katergori penilaianBobot = 1 (satu) dibagi jumlah teknologi yang dinilai (4 teknologi) yang sama pengarunnya

terhadap produksi.Nilai = hasil Indeks x Nilai bobot%Nilai = hasil x 100

pendampingan kawasan pengembangan kakaodi kabupaten Mamuju dan Polewali Mandar,Sulawesi Barat disajikan pada Tabel 2 dan 3.

Pada Tabel 2 dan 3, tampak persentase nilaitingkat penerapan inovasi teknologi budidayasetiap anggota pada kedua kelompok tani yangdi Mamuju dan Polewali Mandar setelahpendampingan.Nilai persentase tingkatpenerapan inovasi teknologi kelompok taniWahyu di Mamuju baru mencapai rata-rata

56,40% dari nilai persentase sebaran antara 40– 70%. Anggota kelompok tani Wahyu yangmampu menerapkan inovasi teknologi rata-rata70% sebanyak 5 orang KK. Sedangkan padakelompok tani Serumpun di Polewali Mandar,nilai persentase tingkat penerapan inovasiteknologinya telah mencapai rata-rata 59,40%dari nilai persentase sebaran antara 45 – 75%.Rata-rata tingkat penerapan inovasi teknologikelompok tani Serumpun di Polewali Mandar

Page 75: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

149

lebih tinggi dibandingkan kelompok tani Wahyudi Mamuju dengan selisih 3,0%.Jika

Pada Tabel 4, tampak bahwa tingkat pene-rapan Inovasi teknologi pascapanen (Fermen-tasi) untuk mutu biji kakao pada anggotakelompok tani Wahyu dan Serumpun masihsangat rendah. Rendahnya tingkat penerapantersebut berpengaruh langsung terhadap mutu

atau kualitas biji kakao yang dihasilkan. Darisampel populasi anggota yang dipilih masing-masing sebanyak 10 anggota, Nampak bahwarata-rata tingkat penerapan inovasi teknologifermentase yang diterapkan oleh kelompok taniWahyu hanya 24%, sedangkan kelompok taniSerumpun hanya 29%, meskipun pada setiapkelompok terdapat petani anggota yang mampu

Tabel 4 .Rata-rata persentase (%) tingkat penerapan Inovasi teknologi pascapanen (Fermentasi) untuk mutubiji kakao oleh anggota kelompok tani Wahyu dan Serumpun lokasi pendampingan kawasanpengembangan kakao di Sulawesi Barat tahun 2015.

No Luas Kelompok Tani WahyuPetani lahan (ha) Skoring nilai penerapan inovasi mutu biji (fermentasi) Mutu biji

Skor Indeks bobot nilai % nilai

1 2 7 0,7 1 0,70 70,00 Mutu III/Sub Standar2 2 3 0,3 1 0,30 30,00 Non standart3 1 1 0,1 1 0,10 10,00 Non standart4 1 3 0,3 1 0,30 30,00 Non standart5 4 1 0,1 1 0,10 10,00 Non standart6 2 3 0,3 1 0,30 30,00 Non standart7 2 1 0,1 1 0,10 10,00 Non standart8 1,5 3 0,3 1 0,30 30,00 Non standart9 1 1 0,1 1 0,10 10,00 Non standart10 2 1 0,1 1 0,10 10,00 Non standart

Total 18.5 24 2.4 10 2.4 240 -

Rerata 1.85 2.4 0.24 1 0.24 24 -

No Luas Kelompok Tani Serumpun

Petani lahan (ha) Skoring nilai penerapan inovasi mutu biji (fermentasi) Mutu biji

Skor Indeks bobot nilai % nilai

1 1 8 0,8 1 0,80 80,00 MutuIII/Sub Standar2 1 3 0,3 1 0,30 30,00 Non standart3 1 3 0,3 1 0,30 30,00 Non standart4 1 1 0,1 1 0,10 10,00 Non standart5 1 3 0,3 1 0,30 30,00 Non standart6 2 3 0,3 1 0,30 30,00 Non standart7 1 1 0,1 1 0,10 10,00 Non standart8 1 1 0,1 1 0,10 10,00 Non standart9 2 3 0,3 1 0,30 30,00 Non standart10 1 3 0,3 1 0,30 30,00 Non standart

Total 12 29 2,9 10 2,9 290 -

Rerata 1,2 2,9 0,29 1 0,29 29 -

Keterangan: Skor = Hasil pengamatan penerapan teknologi dipetani menurut kategori penilaianIndeks = Hasil skor dibagi jumlah katergori penilaianBobot = 1 (satu) dibagi jumlah teknologi yang dinilai (4 teknologi) yang sama pengarunnya

terhadap produksi.Nilai = Nilai Indeks x Nilai bobot%Nilai = Nilai x 100

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Paket Teknologi Introduksi Kakao pada KawasanPerkebunan Nasional di Sulawesi Barat | Ketut Indrayana, dkk.

Page 76: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

150 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

menerapkan 70 – 80% inovasi teknologifermentasi dengan baik.

Produktivitas kakao pada kawasanpengembangan di Sulawesi Barat yang ada ditingkat petani masih sangat tergolong rendahkhususnya di Mamuju dan Polewali Mandar.Rendahnya produktivitas tersebut disebabkanoleh masih rendahnya tingkat penerapan inovasiteknologi budidaya (Tabel 5).

Pada Tabel 5, di Mamuju, dengan tingkatpenerapan inovasi teknologi sebesar 56,40%,rata-rata produktivitas hanya dapat dicapaisebesar 0,702 t/ha (702 kg/ha), sedangkan diPolewali Mandar dengan tingkat penerapanteknologi sebesar 59,40%, rata-rata produktivitasyang dicapai hanya sebesar 0,706 t/ha (706 kg/ha).

Permasalahan Teknis Dalam PeningkatanProduktivitas dan Mutu Biji Kakao di KawasanPengembangan Kakao Sulawesi Barat

Petani polivalen

Perkebunan kakao yang ada pada kawasanpengembangan kakao di Sulawesi Baratmerupakan kakao rakyat. Petani kakao yang adaselain mengusahakan tanaman kakao, jugamengusahakan tanaman lain seperti tanamanhortikultura maupun pangan, sehingga kurangfokus dalam mengelola kebun kakaonya.Akibatnya kebun kakao yang ada banyak yangkurang terurus teknologi produksi mapunpascapanen. Diluar musim panen, petani kakaoumumnya sibuk berusaha ditempat lain dan

Tabel 5. Tingkat penerapan Inovasi teknologi budidaya dan produktivitas hasil kakao anggota kelompok taniWahyu dan Serumpun pada lokasi pendampingan kawasan pengembangan kakao di Sulawesi Barattahun 2015.

No Petani Kelompok Tani Wahyu Kelompok Tani SerumpunLuas lahan Tingkat Provitas Luas lahan Tingkat Provitas

(ha) penerapan (t/ha) (ha) penerapan (t/ha)teknologi (%) teknologi (%)

1 2 70.00 0.92 2 75.00 1.342 2 70.00 1.10 1.5 65.00 0.743 1 60.00 0.72 2 60.00 0.714 1 40.00 0.52 1.5 55.00 0.615 4 55.00 0.67 1 55.00 0.626 2 45.00 0.55 1 65.00 0.727 2 65.00 0.68 1.5 55.00 0.538 1.5 60.00 0.69 1.5 65.00 0.789 1 55.00 0.61 1 65.00 0.7010 2 70.00 1.05 1 55.00 0.5711 1 50.00 0.67 1 65.00 0.7512 1 55.00 0.66 1 60.00 0.7013 1 50.00 0.58 1.5 50.00 0.5014 1 50.00 0.59 1 70.00 1.1315 1 55.00 0.63 1 55.00 0.6316 2 50.00 0.63 2 60.00 0.7017 1 50.00 0.61 2 55.00 0.6418 1 70.00 0.91 2 55.00 0.5819 2 70.00 0.98 2 65.00 0.7820 1 50.00 0.54 1‘ 55.00 0.5721 1 50.00 0.58 1.5 65.00 0.7322 1 45.00 0.62 1 45.00 0.5423 1 50.00 0.64 1 65.00 0.7724 1 60.00 0.68 1 50.00 0.6325 1 65.00 0.71 1 55.00 0.69

Total 36 1,410 17.54 33 1,485 17.66

Rerata 1.42 56.40 0.702 1.32 59.40 0.706

Page 77: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

151

membiarkan kebun kakaonya tanpa adaperhatian yang serius (kurang kontrol).

Kurangnya modal

Modal keuangan merupakan penggerakutama dalam meningkatkan usahatani kakao.Kurangnya modal petani dalam melakukanusaha sudah menjadi permasalahan klasikdipetani kakao Sulawesi Barat. Kurangnya modalushatani tersebut berdampak terhadapterbatasnya pengelolaan usahatani kakao yangdimiliki. Input yang diberikan ke kebun jumlahnyasangat kecil seperti untuk pupuk dan biayapengendalian hama penyakit. akibatnyausahatani kakao yang ada sangat rendahproduktivitasnya.

Harga input dan output serta pemasaran

Harga biji kakao juga masih sangat rendah,hal tersebut disebabkan oleh tidak adanyapedagang besar yang langsung membelikepetani. Petani selama ini hanya menjual bijikakaonya melalui pedagang pengumpul ataupedagang yang telah terjalin kesepakatan saatIjon. Perbedaan harga biji kakao ditingkat petaniyang dijual pada pedagang pengumpul denganharga yang ada di pedangang besar masihsangat besar, yaitu sekitar Rp. 4.000 – 6.000,-per kg akibatnya petani mempunyai tingkatpenerimaan yang sangat rendah.

Kondisi iklim

Kondisi musim hujan mempunyai pengaruhyang besar terutama hasil panen. Pada panenkakao musim hujan, banyak petani yang menjualbiji kakao dalam bentuk basah karena kesulitandalam pengeringan.Hampir semua petani yangada pada kawasan pengembangan kakao diSulawesi Barat tidak memiliki alat pengering bijikakao (cocoa dryer). Akibatnya petanimendapatkan harga pembelian biji kakao yanglebih rendah dari pedagang dengan alas anbahwa pedagang masih harus melakukanpengeringan sebelum menjual kepedagan besardi kota.

Harga biji kakao fermentasi

Ditingkat lapangan, petani lebih memilihmenjual tanpa fermentasi, sebab selainprosesnya cepat, juga tidak merepotkan ataumenyita waktu mengerjakannya. Petani lebihcepat mendapatkan uang cash dibanding kalau

harus melakukan fermentasi. Waktu dibutuhnyapetani dari mulai panen sampai penjualan bijitanpa fermentasi hanya sekitar ± 6 – 7 hari(Panen dan membuka kulit buah selama 2 hari+ pengeringan 4 – 5 hari), sedangkan apabiladilakukan fermentasi sempurna makadibutuhnkan waktu sekitar ± 11-12 hari (Panendan membuka kulit buah selama 2 hari +Fermentasi 5 – 6 hari + pengeringan 4 – 5 hari)

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada kawasan pendampingan, petani kakaomampu melakukan penerapan inovasi teknologibudidaya sebesar 56,40% dengan produktivitaskakao sebesar 0,702 t/ha pada kawasanpengembangan di Mamuju, sedangkan diPolewali Mandar penerapan inovasi teknologibudidaya sebesar 59,40% dengan produktivitasbiji kakao sebesar 0,706 t/ha.

Introduksi inovasi teknologi peningkatanmutu biji kakao pada kawasan pengembangankakao di Mamuju hanya sebesar 24%,sedangkan di Polewali Mandar sebesar29%Peningkatan inovasi teknoologi budidayaberpengaruh positif atau berbanding lurusdengan produktivitas hasil biji kakao padakawasan pengembangan di Sulawesi Barat,sehingga peluang peningkatan produktivitasmelalui peningkatan inovasi teknologi budidayamasih sangat besar atau potensial.

Peran pendampingan teknologi dalammeningkatkan produksi dan mutu kakao diSulawesi Barat sangat signifikan dan strategis,sehingga proses pendampingan perlu terusditingkatkan disamping memperluas arealpendampingan.

DAFTAR PUSTAKA

Afoakwa, E.O.; A. Payterson; M. Fowler & A.Ryan. 2008. Flavor formation and characterin cocoa and chocolate: a critical review.Critical Reviews in Food Science andNutrition, 48, 840-857.

Afoakwa, E.O.; Q. Jennifer; S.B. Agnes; S.T.Jemmy & K.S. Fribu. 2012. Influence of pulppreconditioning and fermentation onfermentative quality and appearance ofGhanaian cocoa (Theobroma cacao) beans.International Food Research Journal, 19,127-133.

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Paket Teknologi Introduksi Kakao pada KawasanPerkebunan Nasional di Sulawesi Barat | Ketut Indrayana, dkk.

Page 78: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

152 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 18 No. 2 Agustus 2020

APPI. 2002. Kiat memperkokoh agribisnis kakaoIndonesia. Asosiasi Penelitian PerkebunanIndonesia.Warta Litbang Pertanian, 24,1-3.

Badan Litbang Pertanian. 2005. KumpulanTeknologi Unggulan Pendukung Prima Tani.Badan Litbang Pertanian. Jakarta. 75 p.

Bappeda Sulawesi Barat. 2012. Master PlanPengembangan Tanaman Kakao ProvinsiSulawesi Barat. Bappeda Provinsi SulawesiBarat. Mamuju.

Beckett, S.T. 2008. The Science ofChocolate.2nd Edition.The Royal Society ofChemistry, Thomas Graham House, SciencePark, Milton Road. Cambridge CB4 OWF,United Kingdom.

Biehl, B.; E. Brunner; D. Passern; V.C. Quesnel& D. Adomako. 1985. Acidification,proteolysis and flavour potential infermenting cocoa beans. Journal of theScience of Food and Agriculture, 36, 583-598.

BPS Provinsi Sulawesi Barat. 2013. SulawesiBarat Dalam Angka. Badan Pusat StatistikPropinsi Sulawesi Barat. Mamuju.

Camu, N.; T.D. Winter; S.K. Addo; J.S. Takrama;H. Bernart & L.D. Vuyst. 2008. Fermentationof cocoa beans: Influence of microbialactivities and polyphenol concentrations onthe flavour of chocolate. Journal of theScience of Food and Agriculture, 88, 2288-2297.

Deptan. 2009. Data Pemasaran hasil pertanian.Direktorat Jenderal Pegolahan danPemasaran hasil Pertanian. DepartemenPertanian. Jakarta.

Disbun Sulbar 2011. Produksi dan Luas ArealTanaman Perkebunan Provinsi SulawesiBarat. Dinas Perkebunan Provinsi SulawesiBarat. Mamuju.

Disbun Sulbar 2013. Produksi dan Luas ArealTanaman Perkebunan Propinsi SulawesiBarat. Dinas Perkebunan Propinsi SulawesiBarat. Mamuju.

Diwyanto, K. dan E. Handiwirawan. 2004. PeranLitbang dalam mendukung usaha agribisnispola integrasi tanaman-ternak. Pros.Seminar Nasional Sistem IntegrasiTanaman-Ternak. Denpasar, 20 – 22 Juli2004. Puslitbang Peternakan bekerjasamadengan BPTP dan CASREN. hlm. 63 – 80.

Dwi Priyanto, 2008. Model Usahatani IntegrasiKakao Kambing Dalam Upaya PeningkatanPendapatan Petani. WARTAZOA Vol. 18 No.1 Th. 2008.

Kementan, 2014.Kebijakan PembangunanPertanian dan Pengembangan Kawasan2015 – 2019. Materi Pramusrembang 2014.

Lima, L.J.R.; M.H. Almeida; M.J.R. Nout & M.H.Zwietering. 2011. Theobroma cacao L., thefood of the Gods: quality determinants ofcommercial cocoa beans, with particularreference to the impact of fermentation.Critical Reviews in Food Science andNutrition, 51, 731-761.

Makka, D. 2004. Prospek pengembangan sistemintegrasi peternakan yang berdaya saing.Pros. Seminar Nasional Sistem IntegrasiTanaman-Ternak. Denpasar, 20 – 22 Juli2004. Puslitbang Peternakan bekerjasamadengan BPTP Bali dan CASREN. hlm. 18 –31.

Misnawi. 2008. Physico-chemical changes duringcocoa fermentation and key enzymesinvolved. Warta Review Penelitian Kopi danKakao, 24, 47-64.

Owosu, M. 2010. Influence of Raw Material andProcessing on Aroma in Chocolate.Ph.D.Thesis Faculty of Life Science, University ofCopenhagen.

Permentan, 2012.Peraturan Menteri PertanianNomor.50/permentan/CT.140/8/2012.Kemnterian Pertanian.

Rogers, E. M. 1995. Diffusion of Innovation. NewYork, London, Toronto, Sydney, Tokyo,Singapore: The Free Press.

Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. PenerbitUniversitas Indonesia.

Subagyono, D. 2004. Prospek pengembanganternak pola integrasi di kawasanperkebunan. Pros. Seminar Nasional SistemIntegrasi Tanaman-Ternak. Denpasar, 20 –22 Juli 2004. Puslitbang Peternakanbekerjasama dengan BPTP Bali danCASREN. hlm. 13 – 17

Widyotomo, S. 2008. Teknologi fermentasi dandiversifikasi pulpa kakao menjadi produkyang bermutu dan bernilai tambah.WartaReview Penelitian Kopi dan Kakao, 24, 65-82.

Page 79: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

153

PEDOMAN BAGI PENULIS

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN

1. Buletin Teknologi Pertanian memuat naskah ilmiah/semi ilmiah dalam bidang pertanian dalam arti luas.Naskah dapat berupa : hasil penelitian, pengkajian,artikel ulas balik (review). Naskah harus asli (belumpernah dipublikasikan) dan ditulis menggunakanbahasa indonesia.

2. Naskah diketik dengan kertas berukuran A4. Naskahdiketik dengan 1,15 menggunakan program olahkata MS Word, huruf Arial ukuran huruf 10.

3. Tata cara penulisan naskah hasil penelitianhendaknya disusun menurut urutan sebagai berikut: judul, identitas penulis, abstrak, abtract (bahasaInggris), pendahuluan, materi dan metode, hasil danpembahasan, kesimpulan dan saran, ucapan terimakasih, dan daftar pustaka. Gambar dan tableditempatkan pada akhir naskah, masing-masingpada lembar berbeda. Upayakan dicetak hitam\putih1,15 spasi, dan keseluruhan naskah tidak lebih dari10 halaman.3.1 Judul : Singkat dan jelas (tidak lebih dari 14

kata), ditulis dengan huruf besar.3.2 Identitas penulis : Nama ditulis lengkap (tidak

disingkat) tanpa gelar. bila penulis lebih dariseorang, dengan alamat instansi yangberbeda, maka dibelakang setiap nama diberiindeks angka (superscript). Alamat penulisditulis di bawah nama penulis, mencakuplaboratorium, lembaga, dan alamat indeksdengan nomor telpon/faksimili dan e-mail.Indeks tambahan diberikan pada penulis yangdapat diajak berkorespondensi (correspondingauthor).

3.3 Abstrak : Ditulis dalam bahasa indonesia danbahasa Inggris. Abstrak dilengkapi kata kunci(key words) yang diurut berdasarkankepentingannya. Abstrak memuat ringkasannaskah, mencakup seluruh tulisan tanpamencoba merinci setiap bagiannya. Hindarimenggunakan singkatan. Panjang abstrakmaksimal 250 kata.

3.4 Pendahuluan : Memuat tentang ruang lingkup,latar belakang tujuan dan manfaat penelitian.Bagian ini hendaknya membeikan latarbelakang agar pembaca memahami danmenilai hasil penelitian tanpa membacalaporan-laporan sebelumnya yang berkaitandengan topik. Manfaatkanlah pustaka yangdapat mendukung pembahasan.

3.5 Metode Penelitian : Hendaknya diuraikansecara rinci dan jelas mengenai bahan yangdigunakan dan cara kerja yang dilaksanakan,termasuk metode statiska. Cara kerja yangdisampaikan hendaknya memuat informasiyang memadai sehingga memungkinkanpenelitian tersebut dapat diulang denganberhasil.

3.6 Hasil dan Pembahasan : Disajikan secarabersama dan pembahasan dengan jelas hasil-hasil penelitian. Hasil penelitian dpat disajikandalam bentuk penggunaan grafik jika haltersebut dapat dijelaskan dalam naskah. Bataspemakain foto, sajikan foto yang jelasmenggambarkan hasil yang diperoleh. Gambardan table harus diberi nomor dan dikutip dalamnaskah. Foto dapat dikirim dengan ukuran 4 R.Biaya pemuatan foto bewarna akan dibebanike penulis. Grafik hasil pengolahan data dikirimdalam file yang terpisah naskah ilmiah dandisertai nama program dan data dasar

penyusunan grafik. Pembahasan yangdisajikan hendaknya memuat tafsir atas hasilyang diperoleh dan bahasan yang berkaitandengan laporan-laporan sebelumnya. Hindarimengulang pernyataan yang telahdisampaikan pada metode, hasil dan informasilain yang telah disajikan pada pendahuluan.

3.7 Kesimpulan dan Saran : Disajikan secaraterpisah dari hasil dan pembahasan.

3.8 Ucapan Terima Kasih : Dapat disajikan biladipandang perlu. Ditujukan kepada yangmendanai penelitian dan untuk memberikanpenghargaaan kepada lembaga mau punperseorangan yang telah membantu penelitianatau proses penulisan ilmiah.

3.9 Daftar Pustaka : disusun secara alfabetismenurut nama dan tahun terbit. Singkatanmajalah/jurnal berdasarkan tata cara yangdipakai oleh masing-masing jurnal.

Contoh penulisan daftar pustaka :

Jurnal/Majalah :Suharno. 2006. Kajian pertumbuhan dan produksi 8

varietas kedelai (Glysine max L) di lahan sawahtadah hujan. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. 2 (1) hlm.66 - 72

Buku :Houghton J. 1994. Global Warming. Lion Publishing plc,

Oxford, England.

Bab dalam buku :Carter, J.G., 1980. Environmental and biological controls

of bivalve shell mineralogy and microstructure. In:Rhoads, D.C. and Lutz, R.A. (Eds), Skeletal growthof aquatic organism. Plenum Press, New York andLondon: 93-134.

AbstrakWilcox GE, Chadwick BJ, Kertayadnya G. 1994.

Jembrana disease virus: a new bovine lentivirusproducing an acute severe clinical disease ini Bosjavanicus cattle. Abstrak 3rd Internastional Congresson Veterinary Virology, Switserland Sept. 4-7.

Prosiding KonferensiHerawati T., Suwalan S., Haryono dan Wahyuni, 2000.

Perananan wanita dalam usaha tani keluarga dilahan rawa pasang surut, Prosiding SeminarNasional Penelitian dan Pengembangan di LahanRawa. Cipayung, 25 – 27 Juli 2000, hlm 247 – 258.Puslitbangtan.

Tesis/DisertasiStone, I.G., 1963. A morphogenetic study of study stages

in the life-cycle of some Vitorian cryptograms. Ph.DThesis, Univ. of Melbourne.

Informasi di Internet:Badan Pusat Statistik. 2010. The results of population

census in 2010: The aggregate data per province.Jakarta, Agustus. http://www.bps. go.id/download_file/SP2010_agregat_data_ perProvinsi.pdf(Diakses: 29/8/2010).

4. Naskah dari artikel ulas balik (review), dan laporankasus sesuai dengan aturan yang lazim.

5. Pengiriman naskah buletin dapat diserahkankepada redaksi di Balai Pengkajian TeknologiPertanian (BPTP) Bali berupa hardfile dan softfile.

Page 80: CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE