63
7/21/2019 combine isi.pdf http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 1/63  PT PLN (Persero) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemahaman tentang permasalahan di dunia industri akan banyak diharapkan dapat menunjang pengetahuan secara teoritis yang di dapm dari materi perkuliahan, sehingga mahasiswa dapat menjadi salah satu sumber daya manusia yang siap menghadapi tantangan era globalisasi. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ml semakin menuntut lembaga perguruan tinggiuntuk meningkatkan metode pengajaran dan pendidikannya. Untuk itu, jurusan SI Teknik Elektro - ITS, sebagai salah satu lembaga akademls yang berorientasi  pada ilmu pengetahuan dan teknologi . membenkan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan SDM agar mampu mengakomodasi  perkembangan yang ada. Salan satunya adalah dengan memasukkan  program kerja praktek dalam kunkulum sebagai kegiatan yang wajib diikuti oleh mahasiswa. Dengan program kerja praktek ini, nlahasiswa dltuntut untuk  belajar dengan melihat secara langsung pekerjaan yang ada dilapangan untuk memperluas wawasan dan cara berpikirnya. Para mahasiswa tidak hanya dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan yang luas namun juga harus memiliki keterampilan dan kemampuan untuk menerapkan ilmu yang dimilikinya tersebut. Wawasan mahasiswa tentang dunia kerja yang berkaitan dengan industrialisasi sangat diperlukan, sehubungan dengan objektif Indonesia yang rnerupakan negara berkembang dimana teknologi masuk dan diaplikasikan terlebih dahulu. Sehingga dapat diharapkan bahwa nantinya mahasiswa sebagai calon lulusan dari perguruan tinggi akan lebih mengenal perkembangan industri. Kebijaksanaan link and match yang telah ditetapkan oleh departemen pendidikan nasional merupakan upaya dari pihak  pemerintah untuk menjembatani kesenjangan antara perguruan tinggi dengan dunia kerja industri dalam rangka memberikan sumbangan yang lebih dan sesuai bagi pembangunan bangsa dan negara.

combine isi.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 1/63

 

PT PLN (Persero)

BAB I 

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Pemahaman tentang permasalahan di dunia industri akan banyak

diharapkan dapat menunjang pengetahuan secara teoritis yang di dapm

dari materi perkuliahan, sehingga mahasiswa dapat menjadi salah satu

sumber daya manusia yang siap menghadapi tantangan era globalisasi.

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ml

semakin menuntut lembaga perguruan tinggiuntuk meningkatkan

metode pengajaran dan pendidikannya. Untuk itu, jurusan SI TeknikElektro - ITS, sebagai salah satu lembaga akademls yang berorientasi

 pada ilmu pengetahuan dan teknologi . membenkan kesempatan kepada

mahasiswa untuk mengembangkan SDM agar mampu mengakomodasi

 perkembangan yang ada. Salan satunya adalah dengan memasukkan

 program kerja praktek dalam kunkulum sebagai kegiatan yang wajib

diikuti oleh mahasiswa.

Dengan program kerja praktek ini, nlahasiswa dltuntut untuk

 belajar dengan melihat secara langsung pekerjaan yang ada dilapangan

untuk memperluas wawasan dan cara berpikirnya. Para mahasiswa tidak

hanya dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan yang luas namun juga

harus memiliki keterampilan dan kemampuan untuk menerapkan ilmu

yang dimilikinya tersebut.

Wawasan mahasiswa tentang dunia kerja yang berkaitan dengan

industrialisasi sangat diperlukan, sehubungan dengan objektif Indonesia

yang rnerupakan negara berkembang dimana teknologi masuk dan

diaplikasikan terlebih dahulu. Sehingga dapat diharapkan bahwa

nantinya mahasiswa sebagai calon lulusan dari perguruan tinggi akanlebih mengenal perkembangan industri.

Kebijaksanaan link and match yang telah ditetapkan oleh

departemen pendidikan nasional merupakan upaya dari pihak

 pemerintah untuk menjembatani kesenjangan antara perguruan tinggi

dengan dunia kerja industri dalam rangka memberikan sumbangan yang

lebih dan sesuai bagi pembangunan bangsa dan negara.

Page 2: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 2/63

 

PT PLN (Persero)

Atas dasar pemikiran tersebut, kerja praktek menjadi salah satu

kurikulum wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa jenjang S1Jurusan Teknik Elektro –  ITS.

Dengan syarat kelulusan yang ditetapkan, mata kuliah kerja praktek

telah menjadi salah satu pendorong utama bagi tiap- tiap mahasiswa

untuk mengenal kondisi di lapangan kerja dan untuk melihat keselarasan

antara ilmu pengetahuan yang diperoleh dibangku kuliah dengan

aplikasi praktis di dunia kerja.

Dengan diselenggarakannya kegiatan kerja praktek ini, kami ingin

memperlajari tentang segala hal yang menyangkut penyaluran beban

yang ada pada wilayah operasi APB Jawa Timur PT. PLN Persero

1.2  Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kerja praktek ini dilaksanakan mulai tanggal 01 Nopember 2015

sampai dengan 30 Nopember 2015 di PT. PLN (Persero) P3B APB

JATIM.

1.3  Batasan Masalah

Ruang lingkup penyusunan laporan kerja praktek ini membahastentang sistem pengaturan beban di PT.PLN (Persero) P3B JB APB

Jawa Timur secara umum, dimana terdiri dari 3 penyusun utama yaitu

 pengendalian operasi, perencanaan dan strategi operasi, serta fasilitas

operasi. Dan tidak secara khusus membahas tentang hardware serta

analisa-analisa perencanaan dan gangguan yang terdapat pada sistem

 perusahaan tersebut.

1.4  Rumusan MasalahDengan pelaksanaan kerja praktek ini, beberapa permasalahan yang

akan diangkat sebagai topik bahasan adalah:

1.  Mempelajari sistem pengendali pengaturan beban yang ada

 pada wilayah operasi APB Jawa Timur

2. 

Mempelajari perencanaan dan strategi operasi dalam

 pengendalian beban Jawa Timur.

3.  Mempelajari fasilitas operasi sebagai pendukung sistem

 pengaturan beban Jawa Timur.

Page 3: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 3/63

 

PT PLN (Persero)

1.5  Metodologi Penulisan

Metode pengumpulan data yang digunakan selama kerja praktekadalah observasi yaitu melakukan pengamatan langsung pada sistem

 pengaturan beban yang terdapat di PT. PLN (Persero) P3B APB JATIM.

Untuk melengkapi data observasi, tanya jawab dengan pembimbing

lapangan dan studi literatur juga dilakukan untuk menambah

 pemahaman tentang Sistem Pengaturan Beban.

1.6  Sistematika Laporan

Buku laporan ini disusun secara sistematis dalam beberapa bab

untuk mempermudah memahami isi dari buku. Pada Bab 1 dibahas

mengenai latar belakang dan tujuan dari pelaksanaan kerja praktek di

PT. PLN (Persero) P3B APB JATIM. Pada Bab 2 akan dibahas sejarah

dan profil perusahaan. Pada Bab 3 dibahas mengenai dasar sistem

 pengaturan beban. Pada Bab 4 dibahas mengenai Pengaturan Beban di

PT. PLN (Persero) P3B APB JATIM. Pada Bab 5 akan dibahas

mengenai kritik dan saran.

Page 4: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 4/63

 

PT PLN (Persero)

 Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 5: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 5/63

 

PT PLN (Persero)

5

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1  Sejarah PT. PLN (Persero)

Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke 19,

ketika Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk memenuhi

kebutuhan listrik perusahaan Belanda seperti pabrik gula dan pabrik teh.

Ketenagalistrikan untuk kemanfaatan umum mulai ada pada saat

 perusahaan swasta Belanda yaitu  NV Nign, yang semula bergerak di

 bidang gas, memperluaskan usahanya di bidang penyediaan listrik untuk

kemanfaatan umum. Tahun 1927, pemerintah Belanda membentuk s’Lands Waterkracht Bedriven  (LWB). LWB merupakan perusahaan

listrik negara yang mengelola PLTA Plengan, PLTA Lamajan, PLTA

Bengkok Dago, PLTA Ubrug dan Kracak di Jawa Barat, PLTA Giringan

di Madiun, dan PLTU di Jakarta. Selain itu di beberapa Kotapraja

dibentuk perusahaan-perusahaan listrik di Kotapraja.

Dengan menyerahnya pemerintah Belanda kepada Jepang dalam

 perang dunia II, maka Indonesia dikuasai Jepang. Oleh karena itu,

 perusahaan listrik dan gas yang ada diambil alih oleh jepang. Dengan

 jatuhnya Jepang ke tangan sekutu, dan diproklamirkannya kemerdekaan

Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, maka kesempatan yang baik

ini dimanfaatkan oleh pemuda dan buruh listrik dan gas yang dikuasai

Jepang.

Setelah berhasil merebut perusahaan listrik dan gas dari tangan

kekuasaan Jepang, pada bulan september 1945 delegasi dari buruh/

 pegawai listrik dan gas menghadap pimpinan Komite Nasional

Indonesia (KNI) Pusat untuk melaporkan hasil perjuangan mereka.

Selanjutnya, delegasi bersama-sama dengan pimpinan KNI Pusat

menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-

 perusahaan listrik dan gas kepada pemerintah Republik Indonesia.

Penyerahan tersebut diterima oleh Presiden Soekarno. Dengan

Penetapan Pemerintah No. 1 tahun 1945 tanggal 27 Oktober 1945

dibentuklah Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan

Umum dan Tenaga.

Page 6: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 6/63

 

PT PLN (Persero)

6

Dengan adanya Agresi Belanda I dan II, sebagian besar

 perusahaan-perusahaan listrik dikuasai kembali oleh pemerintahBelanda atau pemiliknya semula. Pegawai-pegawai yang tidak mau

 bekerja sama kemudian mengungsi dan menggabungkan diri pada

kantor-kantor jawatan listrik dan gas di daerah-daerah Republik

Indonesia yang bukan daerah pendudukan Belanda untuk meneruskan

 perjuangan.

Selanjutnya, dikeluarkan keputusan Presiden RI Nomor 163,

tanggal 3 Oktober 1953 tentang nasionalisasi perusahaan listrik milik

 bangsa asing di Indonesia jika waktu konsesinya habis. Sejalan dengan

meningkatnya perjuangan Bangsa Indonesia untuk membebaskan Irian

Jaya dari cengkraman penjajahan Belanda, maka dikeluarkan Undang-

Undang Nomor 86 ahun 1958 tertanggal 27 Desember 1958 tentang

nasionalisasi semua perusahaan Belanda dan peraturan pemerintah

 Nomor 18 tahun 1958 tentang nasionalisasi perusahaan listrik dan gas

milik Belanda. Dengan Undang-Undang tersebut, maka seluruh

 perusahaan listrik Belanda berada di tangan bangsa Indonesia.

2.2  Makna Logo PT. PLN (Persero)

2.2.1  Bentuk Lambang

Bentuk, warna dan makna lambang Perusahaan resmi yang

digunakan adalah sesuai yang tercantum pada Lampiran Surat

Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara No.:

031/DIR/76 Tanggal : 1 Juni 1976, mengenai Pembakuan

Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara.

Gambar 2.1 Logo PT. PLN (Persero)

Page 7: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 7/63

 

PT PLN (Persero)

7

2.2.2  Elemen-elemen Dasar Lambang

Berikut dijelaskan mengenai elemen-elemen dasar lambang,yaitu sebagai berikut : 

1. 

Bidang Persegi Panjang Vertikal

Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang

lainnya, melambangkan bahwa PT PLN (Persero)

merupakan wadah atau organisasi yang terorganisir

dengan sempurna. Berwarna kuning untuk

menggambarkan pencerahan, seperti yang diharapkan

PLN bahwa listrik mampu menciptakan pencerahan bagi

kehidupan masyarakat. Kuning juga melambangkan

semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap insan

yang berkarya di perusahaan ini.

2. 

Petir atau Kilat

Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di

dalamnya sebagai produk jasa utama yang dihasilkan oleh

 perusahaan. Selain itu petir pun mengartikan kerja cepat

dan tepat para insan PT PLN (Persero) dalam memberikan

solusi terbaik bagi para pelanggannya. Warnanya yang

merah melambangkan kedewasaan PLN sebagai

 perusahaan listrik pertama di Indonesia dan kedinamisan

gerak laju perusahaan beserta tiap insan perusahaan serta

keberanian dalam menghadapi tantangan perkembangan

 jaman.

3.  Tiga gelombang

Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan

oteh tiga bidang usaha utama yang digeluti perusahaan

yaitu pembangkitan, penyaluran dan distribusi yang

seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT PLN

(Persero) guna memberikan layanan terbaik bagi

 pelanggannya. Diberi warna biru untuk menampilkan

kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik

yang tetap diperlukan dalam kehidupan manusia. Di

samping itu biru juga melambangkan keandalan yang

Page 8: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 8/63

 

PT PLN (Persero)

8

dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan

layanan terbaik bagi para pelanggannya.

2.3  Motto Perusahaan

PT. PLN (Persero) memiliki motto “ Electricity for a Better Life”

yang memiliki arti listrik untuk kehidupan yang lebih baik.

2.4  Prinsip Etika Kerja

Sebagai perusahaan listrik yang terkemuka, PT. PLN (Persero)

memegang teguh etika kerja yang dituangkan dalam 6 prinsip sebagai

 berikut:

1. 

Peka tanggap terhadap kebutuhan pelanggan;

2.  Penghargaan pada martabat manusia;

3. 

Menjaga citra perusahaan;

4.  Benturan kepentingan;

5. 

Persaingan yang sehat dan transparan;

6. 

Menekankan prinsip profesionalisme.

2.5  Tata Nilai Perusahaan

Tata nilai organisasi yang dianut oleh PT. PLN (Persero) adalah

sebagai berikut:

1. Integritas

Integritas merupakan wujud darii sikap anggota

 perusahaan yang secara konsisten menunjukkan

kejujuran, keselarasan antara perkataan dengan

 perbuatan, dan rasa tanggung jawab terhadap semua pihak

yang berkepentingan.

2. Peduli

Peduli merupakan cerminan dari suatu niat untuk menjaga

dan memelihara kualitas kehidupan kerja yang dirasakan

anggota perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan

dalam rangka tumbuh kembang bersama, dengan dijiwai

kepekaan terhadap setiap permasalahan yang dihadapi

 perusahaan serta mencari solusi yang tepat.

Page 9: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 9/63

 

PT PLN (Persero)

9

3. Pembelajar

Sikap anggota perusahaan untuk selalu beranimempertanyakan kembali sistem dan praktek

 pembangunan, manajemen dan operasi, serta berusaha

menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

muthakir demi pembaruan perusahaan secara

 berkelanjutan.

4. Saling Percaya

Saling menghargai dan terbuka diantara sesama anggota

 perusahaan yang dilandasi oleh keyakinan akan integritas,

itikad baik, dan kompetensi dari pihak-pihak yang saling

 berhubungan dalam penyelenggaraan praktek bisnis yang

 bersih dan etika.

2.6  Filosofi Perusahaan

PT. PLN (Persero) memiliki filosofi perusahaan sebagai berikut:

1. Komitmen yang tinggi terhadap pencapaian visi, misi, sasaran,

dan target kontrak manajemen;

2. Mengandalkan potensi insani perusahaan dalam membangun

kredibilitas unit di mata Stake holders;

3. Menyediakan pelayanan sesuai ekspetasi pelanggan dengan

kualitas setara kelas dunia dan sikap pelayanan prima;

4. Memiliki tanggung jawab sosial dalam menjalankan usaha.

2.7  Peran Tugas dari Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban

(P3B)

Mengelola operasi sistem tenaga Jawa Bali, mengelola sistem

operasi dan pemeliharaan sistem transmisi tegangan tinggi/ekstra tinggi

Jawa Bali, mengelola pelaksanaan transaksi tenaga listrik antara PLN

 pusat selaku  single buyer dengan perusahaan pembangkit dan unit

distribusi di sistem Jawa Bali.

Page 10: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 10/63

 

PT PLN (Persero)

10

2.8  Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) P3B JB Area Pengatur

Beban Jawa TimurBerikut pada Gambar 2.2 ditampilkan struktur organisasi PT. PLN

(Persero) P3B JB Area Pengatur Beban Jawa Timur

Manager Area Pengatur

Beban

Asisten Manager Fasilitas

Operasi

Asisten Manager

Perencanaan dan Evaluasi

Operasi Sistem

Asisten Manager Operasi

Sistem

Supervisor Administrasi

dan Umum

 

Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) APB JATIM

2.9  Ruang Lingkup Usaha Pokok Penyaluran dan Pusat

Pengaturan Beban (P3B)

Berikut dijelaskan ruang lingkup usaha pokok Penyaluran dan

Pusat Pengaturan Beban (P3B), yaitu sebagai berikut : 

1.  Penyaluran tenaga listrik termasuk layanan penyambungan ke

sistem pengaturan;

2.  Perencanaan sistem tenaga listrik yang terdiri dari indikasi

kebutuhan pembangkitan dan pengembangan sistem

 penyaluran;

3.  Operasi sistem tenaga listrik yaitu perhitungan dan

 pengelolaan tagihan transmisi;

4.  Transaksi tenaga listrik yang meliputi penyediaan informasi

sistem tenaga listrik dan pengelolaan transaksi tenaga listrik;

Page 11: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 11/63

 

PT PLN (Persero)

11

5.  Stelmen  transaksi tenaga listrik yaitu perhitungan dan

 pengelolaan tagihan transmission charges, sistem  servicecharges dan tenaga listrik termasuk pengelolaan sistem.

2.10  Ruang Lingkup Usaha di Luar Usaha Pokok P3B

Jenis usaha yang berada di luar usaha pokok P3B antara lain jasa

operasi dan pemeliharaan instalasi listrik, pelaksana pengujian dan

 pengecekan instalasi dan peralatan listrik, konstruksi atau instalasi gardu

induk dan transmisi, engineering  instalasi dan pelaksana sistem operasi.

Page 12: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 12/63

 

PT PLN (Persero)

12

 Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 13: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 13/63

 

PT PLN (Persero)

13 

BAB III

TEORI PENUNJANG

3.1  Pengertian Pusat Pengaturan Beban

Kompleksitas operasi sistem tenaga yang sederhana misalnya terdiri

hanya satu pusat listrik dan sekumpulan beban di beberapa gardu induk

yang dipasoknya belum begitu terasa. Jika sistem tenaga berkembang

menjadi sistem yang semakin besar. maka operasinyapun menjadi

semaklin kompleks. Perkembangan tersebut menuntut kebutuhan

 pengendalian yang terkoordinasi. Koordinasi operasi sistem tenaga

dilaksanakan dari satu atau beberapa pusat pengatur (control centre).

3.1.1  Fungsi Pusat Pengatur Beban 

Fungsi Fungsi utama pusat pengatur antara lain :

a. 

Mengendalikan produksi energi listrik (pembangkitan),

mengendalikan transmisi tenaga listrik,

 b. Melaksanakan administrasi dan koordinasi penjadwalan

 pemeliharaan peralatan sistem tenaga,

c. 

Melakukan simulasi contingency, dan

d. 

Memantau sistem kendali (SCADA, automation) yang

dipakai.

3.1.2  Peran Pusat Pengatur Beban 

Peran pusat pengatur yang langsung mempengaruhi operasi

sistem tenaga adalah :

a.   perencanaan operasi jangka pendek,

 b. 

 pelaksanaan operasi real-time (monitoring and controlling),

c.   pelaporan operasi dan tindak- lanjut penanganan gangguan

3.1.3  Kegiatan Pusat Pengatur Beban

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pusat pengatur dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

a.  Pre-dispatch,

 b.  Dispatch,

c. 

Post-dispatch.

Page 14: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 14/63

 

PT PLN (Persero)

14 

Pre-dispatch adalah tahap menentukan kombinasi sumber produksi

tenaga listrik dan unit pembangkitnya yang akan memasok kebutuhan beban sistem beberapa waktu ke depan. Kegiatan yang dilaksanakan

 pada pre-dispatch antara lain

mencakup :

A.   prakiraan beban (load forecast) jangka pendek, penjadwalan

 pembangkitan,

B.   perencanaan kebutuhan daya reaktif,

C.   perencanaan pemeliharan dan pemisahan (outage) peralatan,

D. 

 pengembangan switching terencana,

E.  Perbaikan rencana dan tatacara pemulihan setelah

gangguan. Kegiatan pada tahap dispatch meliputi :

a.  Pemantauan sistem tenaga, peralatan sistem dan

statusnya,

 b.  Pengendalian tenaga listrik (power dispatch),

c.  Evaluasi ekonomi dan sekuriti sistem,

d.  Melaksanakan switching dan melaksanakan pemulihan

sistem setelah gangguan.

Pada tahap post-dispatch, kegiatan-kegiatan yang dilakukan

meliputi :

A.  Pengarsipan data kejadian (events) di sistem dan kegiatan

Pelaksanaan pengaturan,

B.  Penyusunan laporan operasi sistem,

C.  Pengumpulan data statistik (data gangguan sistem dan

sebagainya),

D. 

Perhitungan energi,

E.  Analisis gangguan yang terjadi di dalam sistem tenaga.

3.1.4  Jenis Pusat Pengatur Beban

Pusat pengatur dibedakan atas tugas dan tanggung-jawabnya di

dalam melaksanakan operasi sistem tenaga dan kadang kala dibatasi

oleh wilayah yang dioperasikannya. Pusat pengatur ada yang

melaksanakan tugas manajemen energi atau hanya melaksanakan tugas

Page 15: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 15/63

 

PT PLN (Persero)

15 

switching jaringan tetapi ada pula yang melaksanakan kedua tugas

tersebut. Pusat pengatur yang melaksanakan tugas manajemen energidan switching jaringan sebagai contoh di Indonesia adalah Jawa Bali

Control Centre (JCC). Region Control Centre (RCC) di Sistem Jawa

Bali adalah contoh pusat pengatur yang melaksanakan switching

 jaringan saja. Pusat Pengatur Distribusi (DCC - distribution control

centre) melakukan switchingjaringan distribusi yang dikelolanya.

3.2 Beban Sistem 

Beban Sistem Beban sistem tenaga di dalam suatu daerah tergantung

 pada kegiatan komersial, industri dan pemukiman yang juga dipengaruhi

keadaan cuaca. Kegiatan-kegtatan khusus keagamaan dan sosial Juga

memberi pengaruh pada hari -hari tertentu

Pengetahuan mengenai sifat beban dari kelompok pelanggan yang

 beragam tersebut akan sangat membantu dalam proses prakiraan beban

sistem tenaga. Beban sistem tenaga terdiri dari beberapa kclompok

 pelanggan. Tiap kelompok pelanggan memlliki sifat-sifat yang khas.Ada

yang membagi pelanggan-pelanggan tersebut secara umum kedalam

enam kelompok, yaitu

1) 

 pemukiman,

2)  komersial

3) 

industri,

4)  pertanian,

5)  kotapraja, dan

6)  traksi listrik.

Gambar 3.1 Beban Kelompok Pemukiman

Jam

MW

Page 16: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 16/63

 

PT PLN (Persero)

16 

Pola konsumsi listrik masing-masing kelompok itu sangat khas dan

 puncaknya terjadi tidak bersamaan. Sebagai contoh, beban pemukimanyang kebanyakan terdiri dari lampu penerangan perumahan, peralatan

rumahtangga yang mengkonsumsi listrik seperti radio, televisi, lemari

 pendingin, penyejuk mangan dan sebagainya; memiliki punaak yang

terjadi di malam hari. Bebannya rendah di luar periode tersebut,

Gambar 3.2 Beban Kelompok Komersil

Pada kelompok beban komersial seperti rumah sakit. hotel,

 pertokoan dan sebagainya adalah kebalikannya. Bebannya lebih merata

sepanjang hari, memiliki dua puncak yaitu pada pagi dan malam hari.

Mirip dengan itu adalah traksi sebagai sarana transportasi. memiliki

 puncak di pagi dan sore hari.

Gambar 3.3 Beban Kelompok Industri

Beban industri baik industri kecil dan industri berat bekerja dalam

satu atau tiga shift sehari, dapat dikatakan hampir rata sepanjang hari.

Penerangan jalan, perusahaan air minum dan drainase termasuk

kelompok beban kotapraja. Penerangan jalan yang merupakan bagian

Jam

MW

Jam

MW

Page 17: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 17/63

 

PT PLN (Persero)

17 

utamanya hampir rata selama lampu dinyalakan yaitu mulai pukul 6 sore

hingga 6 pagi. Beban pertanian terjadi selama siang hari.

Gambar 3.4 Beban Penerangan Jalan Umun

Sedangkan untuk pola beban jalan umum kenaikan beban terlihat

konstan yang terjadi pada sore hari hingga menjelang pagi.

3.3 Kurva Beban

  Kurva Beban Harian

Beban sistem yang merupakan hasil dari penjumlahan kelompok-

kelompok beban tersebut.

Gambar 3.5 Kurva Beban Sistem

Di negeri empat musim belahan bumi utara dan selatan, siklus

tingkat pemakaian listrik mengikuti musim. Pemakaian listrik pada

musim panas berbeda dengan pada musim dingin. Sebagai contoh di

Sistem Jawa Bali siklus musim tidak dikenal. Pada dua minggu sekitar

hari raya Iedul Fitri serta dua minggu sekitar Natal dan Tahun Baru,

 pemakaian listrik menurun tinggal 80 %.

Jam

MW

Jam

MW

Page 18: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 18/63

 

PT PLN (Persero)

18 

Gambar 3.6 Kurva Konsumsi Beban Konsumen Jawa-Bali

Siklus harian lazim ada di semua sistem tenaga. Tingkat pemakaian

listrik pada hari kerja lebih tinggi dibanding pada hari Libur dan Ahad

3.3.1 Kurva Lama Beban

Beban kerap pula digambarkan dengan kurva lama beban (load

duration curve). Kurva lama beban ekivalen merupkan konsep

 penting yang digunakan dalam teknik produksi listrik secara

 probabilistik.

Gambar 3.7 Kurva Lama Beban

Jam

MW

Page 19: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 19/63

 

PT PLN (Persero)

19 

3.4 Pengaruh Frekuensi dan Tegangan Pada Beban

Pengaruh tegangan dan frekuensi pada beban perlu diketahuioleh pengendali operasi sistem tenaga listrik. Perubahan beban akibat

 perubahan tegangan dan frekuensi menjadi pertimbangan didalam

tindakan pengendalian sistem tenaga. Ketika sistem tenaga mengalami ,

 pengendali sistem kekuarangan pembangkitan sistem tenaga akan

melakikan brownout untuk menurunkan beban sistem agar sesuai

dengan pembangkitan yang tersedia. Upaya yang akan dilakukan

tersebut adalah menurunkan tegangan kerja

Pada keadaan yang tak terhindari, frekuensi dapat berada

dibawah nilai nominal.

Secara umum beban di sistem tenaga terdiri dari dua jenis yaitu

 beban impedansi dan beban motor.

3.4.1  Beban Impedansi

  Pengaruh tegangan

Penurunan tegangan sebesar 1% menyebabkan penurunan daya nyata

(MW) sebesar 2 %.

  Pengaruh frekuensi,

Penurunan frekuensi sebesar 1% akan menghasilkan kenaikan daya

nyata sebesar 2 X sin2j; untuk beban dengan cos j= 0,8, daya aktif

naik sebesar 0,72%.

3.4.2  Beban Motor

  Pengaruh Tegangan

Penurunan tegangan sebesar 1 % akan menghasilkan penurunan daya

aktif sebesar 0,2 %.

Page 20: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 20/63

 

PT PLN (Persero)

20 

3.5 Kesetimbangan Pembangkitan Dan Beban

Gambar 3.8. Sistem Seimbang

Pada Gambar 3.8 Frekuensi sistem :

 

Menunjukan keseimbangan sesaat antara daya nyata ( MW)

 pembangkitan dengan daya nyata (MW) dikonsumsi beban,

  Bernilai nominal(= 50 Hz) Pada saat daya nyata pembangkitan

= daya nyata konsumsi beban,

Gambar 3.9. Sistem Tidak Seimbang Karena pembangkitan

Berlebih

Page 21: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 21/63

 

PT PLN (Persero)

21 

Pada gambar 3.9 Frekuensi sistem :

 

Bernilai nominal diatas 50 Hz, pada saat daya nyata pembangkitan lebih besar dari daya nyata konsumsi beban.

  Untuk mengembalikan ke 50 Hz, daya nyata pembangkitan

dikurangi.

Gambar 3.10 Sistem tidak seimbang karena beban berlebih

Pada Gambar 3.10 Frekuensi sistem:

 

Bernilai nominal dibawah 50 Hz, pada saat daya nyata

 pembangkitan lebih kecil dari daya nyata konsumsi beban.

 

Untuk mengembalikan ke 50 Hz, daya nyata pembangkitan

ditambah.

Page 22: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 22/63

 

PT PLN (Persero)

22 

 Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 23: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 23/63

 

PT PLN (Persero)

23 

BAB IV

PENGATURAN BEBAN DI PT. PLN (Persero) P3B JB APB

JAWA TIMUR

4.1  Pengendalian Operasi

Pada Area Pengaturan Beban PLN terdapat beberapa aturan baku

 pelaksanaan kerja. Acuan-acuan ini menjadi pedoman mutlak bagi

karyawan-karyawati dalam melaksanaakan pekerjaan. Salah satu acuan

yang ada adalah tentang pengendalain operasi, hal ini menjadi begitu

 penting mengingat ini memiliki kaitan erat terhadap ketersediaan listrik

dia daerah Jawa-Bali.

4.1.1.  Tujuan pengendalian operasi

Tujuan pengendalian operasi sistem tenaga yaitu mengatur

operasi sistem pembangkitan dan sistem penyaluran secara rasional dan

ekonomis dengan memperhatikan mutu dan keandalan, sehingga

 penggunaan tenaga listrik dapat mencapai daya guna dan hasil guna

yang semaksimal mungkin

4.1.2.  Kriteria Penyediaan Tenaga Listrik

Dalam memenuhi  perubahan fluktuasi beban dalam

menyediakan tenaga listrzik harus memenuhi 3 faktor yang saling

 berkaitan satu samu lainnya yaitu:

a.  Ekonomis / Murah

Biaya operasi (fuel cost) dari unit pembangkit yang bermacam-

macam jenis harus semurah mungkin

 b. 

Mutu

Tolok Ukurnya Adalah Tegangan & Frekuensi

c. 

Keandalan

Tolok ukurnya kontinyuitas pasokan daya

4.1.3.  Sasaran Pengendalian Operasi Sistem

Dalam melakukan pengendalian operasi sistem PLN memiliki

 beberapa sasaran utama yaitu :

Page 24: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 24/63

 

PT PLN (Persero)

24 

a. 

Memenuhi kebutuhan tenaga listrik para pelanggan setiap saat

 b. 

Mengatur pembagian beban masing-masing pembangkit setiap

saat sehingga dicapai biaya produksi yang ekonomis

c.  Mengatur tersedianya cadangan pembangkit yang cukup setiap

saat sehingga keandalan dapat dipertahankan

4.1.4.  Kondisi Operasi

A. 

Kondisi normal :Seluruh konsumen dapat dilayani, kendala

operasi teratasi dan sekuriti sistem dapat dipenuhi:

a. 

Konfigurasi jaringan ditetapkan sedemlkian rupa

sehingga andal, memenuhi kriteria keamanan N –  1.

 b. 

Mutu terpenuhi dalam hal ini balk Frekuensi maupun

tegangan sesuai nominal yang ditentukan.

c. 

Tidak teljadi penyimpangan yang signifikan dari

rencana operasi harian (kendala operasi, beban dan

sekuriti terpenuhi)

B. 

Kondisi siaga : Seluruh konsumen dapat dilayani, namun sistem

kekurangan cadangan operasi, aninya cadangan tidak sebesar

 pembangkit terbesar, tidak memenuhi kriteria keamanan N - 1.

C. 

Kondisi darurat :Sistem tenaga listrik tidak normal, sebagian

konsumen tidak dapat terlayani.Ketidaknormalan dapat terjadi

 pada sisi pembangkitan ataupun sistem pe-nyaluran, kendala

operasi tidak dapat dipenuhi.

D. 

Kondisi pemulihan : Peralihan kondisi, dari “Darurat” menjadi 

“Siaga” maupun “Normal” 

4.1.5.  Wewenang Operasi

A.  Dispatcher BOPS P3B :

a.  Pembangkit yang tersambung ke sistem 500 kV

 b. 

SUTET & GITET 500 k

c. 

Pembangkit yang tersambung ke sistem I50 kV dengan

kapasitas 3 50 MW, mempengaruhi frekuensi STL. perintah

Page 25: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 25/63

 

PT PLN (Persero)

25 

start, naik turun pembangkit di perintah RCC, alas

 permintaan JCC.

B. 

Dispatcher Region

a.  Pembangkit yang tersambung ke sistem 150 kV, dengan

kapasitas kecil

 b.  SUTT/GI 150 kV, 70 kV dan 30 kV

C. 

Dispatcher DCC

Rel 20 kV dan Penyulang 20 kV

4.1.6.  Jenis Operasi

A. 

Operasi Jaringan Tertutup (Looping)

Dengan konfigurasi ini diharapkan keandalan pasokan tenaga

listrik lebih terjamin, sepanjang lqiteria sekuriti N-1 terpenuhi.

B. 

Operasi Spliting

Pola ini digunakan untuk menghindari gangguan berantai

(cascade) dan untuk menghindari pengoperasian intstalasi pada

level arus hubung singkat yang lebih tinggi. Pola ini cocok

untukjaringan dengan kriteria sekuriti N-I sudah tidak ter-penuhi

lagi.

C. 

Operasi Radial (Satu Arah)

Keandalannya rendah karena pasokan hanya dari satu arah saja.

Tingkat keandalannya tergantung dari double sirkuit yang

l1>§rbeban masing-masing < 50 % (memenuhi kriteria sekuriti N-

4.1.7.  Strategi Pengaturan Frekuensi

Daya aktif (MW) berhubungan erat dengan frekuensi (Hz). Jika

daya aktif yang dibangkitkan sama dengan kebutuhan konsumen maka

frekuensi sama dengan 50 Hz, kondisi normal unit pembangkit

 beroperasi free govemor dan beberapa unit pembangkit besar dengan

 pengaturan load frequency control.

Page 26: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 26/63

 

PT PLN (Persero)

26 

4.1.8.  Kesetimbangan Pembangkitan Dan Beban

A. 

Frekuensi system ± 50 HZ

Menunjukkan keseimbangan sesaat antara daya nyata (MW)

 pembangkitan dengan daya nyata (MW) dikonsumsi beban,

 bernilai nominal (= 50 Hz) pada saat daya nyata pembangkitan

= daya nyata konsumsi beban.

B. 

Frekuensi system > 50 HZ

Bemilai nominal di atas 50 Hz, pada saat daya nyata

 pembangkitan lebih besar dari daya nyata konsumsi beban,

untuk mengembalikan ke 50 Hz, daya nyata pembangldtan

dikurangi

C. 

Frekuensi system < 50 HZ

Bernilai nominal di bawah 50 Hz, pada saat daya nyata

 pembangkitan lebih kecil dari daya nyata konsumsi beban,

untuk mengembalikan ke 50 H2, daya nyata pembangkitan

ditambah

4.1.8.1 Pengaturan Frekuensi

Meskipun Beban Konsumen Selalu Berubah-Ubah, Frekuensi

Sistem Harus Tetap Dipertahankan Pada Nominal 50 Hz,

denganToleransi +/- 0, 2 Hz.

  Langkah pengendalian menjaga frekuensi pada keadaan nominal

50 Hz:

a.  Pengaturan primer dari unit pebangkit yang beroperasi free

Governor

 b.  Pengaturan sekunder oleh program load frequency control

c.  (LFC).

d.  Pengaturan pembebanan unit pembangkit secara manual

(Load Follower).

e.  Pelepasan Beban (Manual & Automatic Load Shedding)

Page 27: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 27/63

 

PT PLN (Persero)

27 

4.1.8.2 Pengaturan Tegangan

Tegangan sistemharus diupayakan dalam batasan yang

diijinkan : +/- 5% untuk tegangan 500 kV dan +5% atau -10% untuk

tegangan 150/70/20 kV Komponen pengaturan tegangan yaitu:

A. 

Pengaturan MVAR (daya reaktif) Pembangkit

Saat sistem kelebihan daya reaktif yang ditandai dengan

tingginya tegangan sistem (diatas nominal), maka pembangkit

dapat dioperasikan dengan modus menyerap daya reaktif

(leading power factor), Saat sistem kekurangan daya reaktif yang

ditandai dengan rendahnya tegangan sistem maka pembangkit

dapat dioperasikan dcngan modus membangkitkan daya reaktif

(lagging power factor).

B. 

Pengaturan Reaktor

Reaktor mempunyai sifat menyerap MVAR sesuai dengan

kemampuannya,oleh karena itu reaktor dapat digunakan untuk

 pengaturan tegangan. Sistem jawa bali mempunyai reaktor

500kV dan 66 kV.

C. 

Pengaturan Capasitor

Capasitor mempunyai sifat membangkitkan MVAR sesuai

dengan kemampuannya,oleh karena itu capasitor dapat

digunakan untuk pengaturan tegangan.

D.  Tap Stagering IBT

IBT dioperasikan dengan kondisi tap yang berbeda, pada kondisi

tersebut IBT dapat menyerap MVAR.

E. 

Modus Operasi sirkit tunggal

Pengaturan tegangan bersifat lokal, maka pengaturan tegangan

dengan. Modus operasi sirkit tunggal pada sirkit ganda SUTET

500 kV atau SUTT 150 kV dilakukan dilokasi bertegangan

tinggi.

4.1.8.3 Working Permit

Prosedur yang harus dilakukan sebelum pekerjaan

 pemeliharaan jaringan harus mempersiapkan working permit.

Page 28: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 28/63

 

PT PLN (Persero)

28 

Tujuan working permit  yaitu : 

1. Mengetahui penanggungjawab pekerjaan

2. Mengetahui urutan manuver

3. Mengetahui Peflafiggung jawab manuver jaringan 

4. Mengurangi timbulnya kesalahan pd saat manuver

4.1.9.  Dispatching

Di Spatching atau Pengaturan Beban adalah suatu “tatacara”

untuk mengoperaslkan sistem tenaga listrik. Dan di dalam PLN

dilaksanakan oleh tim dispatcher yang mengawasi sistem secara

realtime 24 jam. Tatacara tersebut meliputi :

a. Perencanaan

- Study aliran daya (load flow) 

- Study hubung singkat

- Economic Load Dispatch

- Maintenance scheduling unit pembangkit

 b. Pelaksanaan / Operasi Real Time

Perlengakpan :

- Konfigurasi jaringan sistem tenaga listrik  

- Rencana operasi harian

- SCADA

- SOP Pemulihan (recovery)

- Logsheet

c. Analisa dan Evaluasi

Pembuatan statistik sebagai input bagi perencanaan

4.1.9.1 Tugas Pokok Dispatcher

Mengatasi penyimpangan (deviasi) yang terjadi dari Rencana

Operasi Harian. Penyimpangan dapat terjadi antara lain karena

gangguan sistem (gngguan partial dan gangguan total / black out)

Dalam kasus gangguan total, proses pemulihannya harus dilakukan

secara bertahap, sebagai berikut :

Page 29: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 29/63

 

PT PLN (Persero)

29 

a. 

Black Stan Unit Pembangkit

 b. 

Pengiriman tegangan (back feeding) ke Unit Pembangkit /

Gardu Induk

c.  Pemulihan sistem jaringan tenaga listrik dengan melakukan

 pembebanan Gardu Induk secara bertahap sesuai dengan

kemampuan unit pembangkit yang telah beroperasi.

d. 

Keberhasilan di dalam mengasut (start) unit pembangkit

sepenuhnya bergantung kepada Enjinir dan Operator Unit

Pembangkitan.

e. 

Pengiriman tegangan ke unit pembangkit (untuk keperluan

start) dan pemulihan sistem dengan melakukan langkah-

langkah pembebanan secara bertahap sehingga membentuk

subsistem kecil dan kemudian dirangkai dengan subsistem

kecil lainnya hingga membentuk sistem interkoneksi utuh

seperti sediakala, sepenuhnya menjadi tanggung jawab

Dispatcher yang dibantu pelaksanaannya oleh operator

gardu induk.

4.1.9.2 Peran Dispatcher

a. 

Petugas pelaksana operasi “real time“yang mampu

menjaga mutu dan keandalan operasi sistem tenaga listrik.

 b.  Berperan melaksanakan rencana operasi harian (ROH) dan

mampu mengatasi penyimpangannya.

4.1.9.3 Alur Komunikasi

Alur komunikasi operasi sistem Jawa-Bali seperti pada

diagram alur dibawah ini,

Page 30: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 30/63

 

PT PLN (Persero)

30 

Gambar 4.1 Alur Komunikasi Dispatcher

4.2  Perencanaan Dan Strategi Operasi

4.2.1 Perencanaan Operasi

Operasi sistem tenaga listrik menyangkut berbagai aspek

luas. khususnya karena menyangkut biaya yang tidak sedikit serta

menyangkut penyediaan tenaga listrik bagi masyarakat sehingga

menyangkut hajat hidup orang banyak. Oleh karenanya operasi

sismmtenaga listrik memerlukan manajemen yang baik.

Mengingat hal-hal tersebut maka untuk mengoperasikan sistem

tenaga listrik diperlukan perencanaan yang baik apalagi kalau

diingat bahwa operasi sistem tenaga listrik menelan biaya yang

tidak sedikit. Oleh karenanya perlu dibuat Rencana Operasi

terlebih dahulu sebelum suatu sistem akan dioperasikan. Rencana

Operasi ini selanjutnya dipakai sebagai Pedoman untuk meng-

operasikan sistem tenaga listrik.

Rencana Operasi adalah suatu rencana mengenai bagaimana

suatu sistem tenaga listrik akan diopemsikan untuk kunm waktu

tertentu. Tergantung kepada masalah yang harus dipersiapkan

maka ada bebarapa macam rencana operasi, yaitu :

JCCDISPATCHER

RCC

DISPATCHERGI/ PL 500 KV

OPERATOR

RCCDISPATCHER

RCC

DISPATCHER

Page 31: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 31/63

 

PT PLN (Persero)

31 

A. Rencana Tahunan

Masalah-masalah yang penyelesaiannya memerlukan waktu

kira-kira satu tahun dicakup dalam rencana ini, misalnya rencana

 pemeliharaan unit-unit pembangkit yang memerlukan persiapan

satu sebelmnnya karena pengadaan suku cadangnya memerlukan

waktu satu tahun. Di lain pihak pemeliharaan unit-unit pem-

 bangkit sistem tenaga listrik perlu dikoordinir agar unit- unit

yang tidak mengalami pemeliharaan dan siap operasi

menyediakan daya bagi beban. Rencana Operasi juga meliputi

 perencanaan alokasi energi yang akan dalam satu tahun dalam

setiap Pusat Listrik dalam rencana pemeliharaan unit

 pembangkit tersebut beban tahunan, beroperasinya unit-unit

 pembangkit perkiraan hujan atau perkiraan produksi PLTA

dalam tahun yang bersangkutan. Alokasi energi yang akan

diproduksi Pusat Listrik Termis berarti pula alokasi biaya bahan

 bakar yang merupakan biaya terbesar dalam Perusahaan Listrik

 pada umumnya demikian pula halnya pada Pemsahaan Umum

Listrik Negara (PLN) Rencana pemeliharaan unit-unit

 pembangkit sesungguhnya merupakan bagian dari rencana

 pemeliharaan peralatan secara keseluruhan dan biaya

 pemeliharaan unit-unit pembangkit menelan biaya terbesar dari

 biaya pemeliharaan peralatan PLN. Dari uraian diatas kiranya

 jelas bahwa rencana operasi tahunan merupakan bahan utama

 bagi penyusunan rencana anggaran biaya tahunan suatu

 perusahaan listrik.

B. Rencana Triwulan

Rencana operasi triwulan merupakan peninjauan kembali

Rencana Operasi Tahunan dengan horison waktu tiga bulan ke

depan. Hal-hal yang direncanakan dalam Rencana Operasi

Tahunan tetapi ternyata setelah waktu berjalan tidak cocok

dengan kenyataan perlu dikoreksi dalam Rencana Operasi

Triwulan. Misalnya unit pembangkit baru yang diperkirakan

dapat beroperasi triwulan ke dua dari Rencana Tahunan ternyata

Page 32: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 32/63

 

PT PLN (Persero)

32 

menjelang triwulan kedua diperkirakan belum dapat beroperasi

dalam triwulan kedua. Maka sehubungan dengan hal ini perlu

dilakukan koreksi –  koreksi terhadap Rencana Operasi Tahunan

dalam menyusun Rencana Operasi Triwulan.

C. Rencana Bulanan 

Selain merupakan koreksi terhadap Rencana Triwulanan

untuk horison waktu satu bulan ke depan, Rencana Operasi

Bulanan mulai mengandung rencana yang menyangkut langkah-

langkah operasionil dalam sistem, sedangkan Rencana Operasi

Tahunan dan Triwulanan.lebih banyak mengandung hal-hal

yang bersifat manajerial. Hal-hal yang bersifat operasionil yang

dicakup dalam Rencana Operasi Bulanan adalah:

a. 

Peninjauan atas jam kerja unit-unit pembangkit yang bersifat

 peaking unitterutama dalam kaitannya dengan rencana

 pemeliharaan. Hal ini diperlukan untuk membuat jadwal

operasi unit-unit pembangkit yang bersangkutan

 b. 

Alokasi Produksi pusat-pusat Listrik Tennis dalam kaitannya

dengan pemesanan bahan bakar kepada perusahaan Bahan

Bakar

D. Rencana Mingguan 

Dalam Rencana Operasi Mingguan tidak ada lagi hal-hai

yang bersifat manajerial karena masalah~masalah manajerial

tidak mungkin diselesaikan dalam Jangka semmggu. Rencana

Operasi mengandung rencana mengenai langkah-langkah

operasional yang akan dilakukan untuk jangka waktu

satuminggu yang akan datang dengan memperhatikan

 pengarahan yang tercakup dalam rencana bulanan dan

mempertimbangkan perkiraan atas hal- hal yang bersifat tidak

menentu untuk jangka waktu satu minggu yang akan dating. Hal-

hal yang bersifat tidak menentu adalah jumlah air yang akan

diterima PLTA-PLTA (pada musim hujan) serta beban untuk

168 jam ( satu minggu) yang akan datang. Rencana Operasi

mingguan berisi jadwal operasi serta pem-bebanan unit-unit

Page 33: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 33/63

 

PT PLN (Persero)

33 

 pembangkit untuk 168 jam yang akan datang atas dasar

 pertimbangan ekonomis (pembebanan yang optimum) dengan

memperhatikan berbagai kendala operasionil seperti beban

minimum dan maksimum dari unit pembangkit serta masalah

aliran daya dan tegangan dalam jaringan.

E. Rencana Harian

Rencana Operasi Harian merupakan koreksi dari Rencana.

Operasi Mingguan untuk disesuaikan dengan kondisi yang

mutakhir dalam sistem tenaga listrik Rencana Operasi Harian

merupakan pedoman pelaksanaan Operasi Real Time. 

4.2.2.Tujuan Operasi Sistem

Mengatur operasi sistem pembangkitan dan penyaluran Jawa-

Bali secara rasional dan ekonomis dengan memperhatikan mutu

dan keandalan,sehingga penggunaan tenaga listrik se Jawa Bali

dapat mencapai daya gunadan hasil guna yang semaksimal

mungkin, sesuai dengan SK Nomor032/DIR/1981 tanggal 30

Maret 1981 dan SK Nomor 028/DIR/1987 tanggal lApril 1987.

Dari SK Direksi PLN tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat

tiga tujuan operasi sistem, yaitu:

a. 

Ekonomi

Optimasi pengoperasian tenaga listrik tanpa melanggar

 batasan keamanan dan mum

 b. 

Sekuriti

Kemampuan Sistem untuk menghadapi kejadian yang tidak

direncanakan,tanpa mengakibatkan pemadaman

c. 

Mutu

Kemampuan sistem untuk menjaga agar semua batasan

operasiTerpenuhi

Page 34: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 34/63

 

PT PLN (Persero)

34 

Gambar 4.2 Bagan tujuan operasi sistem tenaga listrik

4.2.2.1 Ruang Lingkup Operasi SistemRuang lingkup operasi sistem meliputi :

a.  Rencana Operasi Tahunan

 b.  Rencana Operasi Bulanan

c.  Rencana Operasi Mingguan

d.  Rencana Operasi Harian

e.  Pengendalian Operasi Real Time

4.2.2.2 Strategi Tujuan EkonomiPengoperasian sistem tenaga listrik secara efisnen tanpa 

melanggar batasan keamanan dan mutu, efisien pengertian biaya

operasi yang rendah, dan dititik beratkan pada biaya sistem

 pembangkitan, dalam hal ini adalah biaya bahan bakar, untuk

memperoleh  biaya bahan bakar yang efisien maka  diawali

dengan penyusunan strategi pembuatan ROT

4.2.2.3 Strategi Tujuan KeandalanKemampuan Sistem untuk menghadapi kejadian yang

direncanakan,tanpa mengakibatkan pemadaman. Grid Code

atura operasi menyebutkan bahwa :“Aturan Oper asi ini

menjelaskan tentang peraturan dan prosedur yang berlaku untuk

menjamin agar keandalan dan efisiensi operasi Sistem Jawa-

Madur-Bali dapat dipertahankan pada suatu tingkat ter-

tentu”.Skema OLS,  target yang menjadi tujuan adalah meng-

hindari pemadaman yang meluas. Rekonfigurasi jaringan atau

Page 35: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 35/63

 

PT PLN (Persero)

35 

subsistem selalu direncanakan untuk mengatur aliran daya

sebagai upaya mengoptimalkan keseimbangan antara pasokan

dan beban, selain itu juga untuk mengatasi apabila breaking-

capacity PMT terpasang terlampaui, Bila terjadi penyimpangan

terhadap rencana yang dapat menimbulkan ancaman terhadap

keandalan maka dispatcher akan selalu mengambil langkah

 pengamanan.

4.2.2.4 Strategi Tujuan Mutu

Kemampuan sistem untuk menjaga agar semua batasan

operasi terpenuhi.Grid Code dalam aturan operasi (OC 1.6)

menyebutkan keadaan OperasiSistem yang berhasil / memuas-

kan dalam keadaan baik apabila:

• Frekuensi dalam batas operasi normal (50 w 0,2

Hz),penyimpangan dalam waktu singkat (50 ± 0,5

Hz),selarna kondisi gangguan,boleh berada pada 47.5 Hz dan

52.0 Hz

•  Tegangan di Gardu Induk berada dalam batas yang

ditetapkan dalam Aturan Penyambungan (CC 2.0). Batas-

 batas menjarnin bahwa tegangan berada dalam kisaran yang

ditetapkan sepanjang pengatur tegangan jaringan distribusi

dan peralatan pemasok daya reaktif bekerja dengan balk.

Operasi pada batas-batas tegangan ini diharapkan dapat

membantu mencegah terjadinya voltage collapse dan

masalah stabilitas dinamik Sistem.

• Tingkat pembebanan jaringan transmisi dipertahankan dalam

 baths yang ditetapkan melalui studi analisis stabilitas steady

state dan transient untuk semua gangguan yang potensial

(credible outage);

• Tingkat pembebanan arus di semua peralatan jaringan

transmisi dan gardu induk (transformator dan switchgear)

dalam batas rating normal untuk semua single contingency

gangguan peralatan

Page 36: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 36/63

 

PT PLN (Persero)

36 

• 

Konfigurasi Sistem sedemikian rupa sehingga semua PMT

di jaringan transmisi mampu memutus arus gangguan yang

mungkin terjadi dan mengisolir peralatan yang terganggu.

4.2.3 Siklus Operasi Sistem Tenaga Listrik

Siklus operasi sistem tenaga listrik adalah sebagai berikut :

4.2.3.1. Perencanaan Jangka Panjang

Perencanaan jangka panjang meliputi RUKN, RUPTL,

RKAP dan rencana jangka panjang serta kebijakan pemerintah.

Pada dasarnya perencanaan jangka panjang merupakan

 perencanaan sistem tenaga listrik yang bertugas untuk

merencanakan infrastruktur, perencanaan energi, kebijakan

energy dan strategi jangka panjang.

4.2.3.2 Perencanaan Jangka Pendek

Perencanaan jangka pendek masuk dalam perencanaan

operasi yaitu mulai dari tahunan sampai dengan perencanaan

harian. Fungsi dari perencanaan operasi adalah merencanakan

operasi sistem meliputi rencana pembangkitan dan rencana

 penyaluranagar pada saat operasi real time, pengendali operasi

dapatmengendalikan sistem tenaga listrik dengan baik ditandai

dengan tercapainya tujuan operasi sistem tenaga listrik yang

aman,ekonomis dan andal.

4.2.3.3 Operasi Real Time

Operasi real time bertugas untuk mengoperasikan sistem

tenaga listrik untuk mencapai tujuan Operasi STL. Hasil operasi

dituangkan dalam laporan operasi (logsheet),Isi laporan operasi

meliputi : Realisasi daya / energi, pemakaian bahan bakar,

tegangan, aliran daya, pelaksanaan manual loadshedding dan

lain-lain.

Page 37: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 37/63

 

PT PLN (Persero)

37 

4.2.3.4. Evaluasi Operasi

Evaluasi operasi berfungsi untuk mengevaluasi pelaksana-

an operasi, mempelajari kendala kendala yang ada yang

selanjutnya output dari evaluasi operasi digunakan sebagai dasar

dalam merencanakan sistem tenaga listrik dan perencana-an

operasi sistem.

Gambar 4.3 Siklus Operasi Sistem Tenaga Listrik

4.2.4 Pola Operasi Splitting Dan Looping Sub Sistem

4.2.4.1 Pola Operasi Splitting

Pada Operas splitting ini terjadi proses pemisahan sistem-

sistem dalam skala besar menjadi sub sistem yang lebih kecil.

Hal ini bertujuan untuk mempermudah pengaturan dan

monitoring aliran daya yang didistribusikan serta bertujuan

untuk menghindari gangguan saat terjadinya hubung singkat.

Proses  splitting ini tidak serta merta dapat dilakukan, namun

harus memenuhi beberapa syarat, yaitu aliran daya pada sistem

yang akan di split harus sekecil mungkin sehingga, pada saat

sistem telah terpisah sistem, maka tidak akan terjadi overload  

Input :

RUKN,RUPTL,RKA

P, Renc IP,

Grid Code

kebijakan

Perencanaan

Operasi

Perencanaan

Operasi

Realisasi

Evaluasi

Page 38: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 38/63

 

PT PLN (Persero)

38 

Gambar 4.4 Splitting 1 sistem menjadi 2 subsistem

4.2.4.2 Pola Operasi Looping

Pada operasi looping ini terjadi proses penggabungan dua

sistem menjadi sebuah sistem besar. Contoh Operasi looping adalah

saat memindahkan beban pada Gardu Induk ke subsistem lain.

Syarat untuk dapat melakukan operasi looping adalah tegangan dan

sudut daya pada titik yang akan dilakukan looping harus sama atau

hampir mendekati

Gambar 4.5 Looping 2 subsistem menjadi 1 sistem

Page 39: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 39/63

 

PT PLN (Persero)

39 

4.2.5 Rekonfigurasi Subsistem

Rekonfigurasi Subsistem bertujuan untuk melakukan pengaturan

level hubung singkat dan pengaturan aliran daya. Untuk lebih jelasnya

adalah sebagai berikut :

a. 

Pengaturan level hubung singkat

Level hubung singkat pada subsistem ini dipengaruhi oleh besar

sumber yang dialirkan dari pembangkit dan besarnya impedansi

yang diterima oleh subsistem. Apabila level hubung singkat telah

melebihi kapasitas dari peralatan yang ada maka upaya yang

harus dilakukan adalah mengganti peralatan tersebut dengan

kapasitas yang lebih tinggi dari sebelumnya dan melakukan

rekonfigurasi subsistem. Misalnya dengan cara memisahkan IBT

yang dioperasikan pararel sehingga menjadi subsistem yang

radial.

 b. 

Pengaturan aliran daya

Pengaturan daya ini dilakukan sebagai upaya untuk menjaga

 peralatan dari arus atau beban berlebih. Pengaturan aliran daya ini

sering dilaksanakan pada saat melakukan pekerjaan penyaluran

maupun pembangkitan.

4.2.6 Neraca Daya Balance

Konsep utama dari kesetimbangan daya adalah daya yang

dihasilkan paling tidak harus sesuai dengan kebutuhan beban dari

konsumen dalam waktu bersamaan, Dalam upaya mempertahankan

keandalan sistem dan kualitas frekuensi, maka aliran daya dari

 pembangkit yang masuk pada sistem, minimum sebesar beban

ditambah dengan cadangan putar. Cadangan putar merupakan

 besarnya kapasitas pembangkit yang sudah masuk kedalam sistem dan

tidak dibebebani, sehingga setiap saat dapat digunakan saat terjadi

kenaikan beban secara tiba-tiba.

Kebijakan besar cadangan putar ini tidak memiliki standart baku

karena besarnya tergantung dari seberapa tinggi tingkat keandalan

yang diharapkan. Seperti pada sistem Jawa-Bali ysng menetapkan

Page 40: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 40/63

 

PT PLN (Persero)

40 

 besarnya cadangan putar sebesar unit yang masuk kedalam grid.

Karena unit terbesar saat ini adalah PLTU Tanjung Jati 660 MW,

maka besarnya cadangan operasi ditetapkan sebesar 660 MW.

Kebijakan besar cadangan putar ini berlaku secara real-time, artinya

meskipun dalam kondisi defisit, sistem harus tetap disediakan

cadangan putar. Strategi yang diterapkan untuk menyediakan

cedangan putar adalah dengan pelepasan beban (pemadaman)

sehingga sistem masih beroperasi. Tabel 4.1 terlihat besar cadangan

 putar yang disediakan.

Tabel 4.1 Neraca Daya Sistem Balance Jawa-Bali

Page 41: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 41/63

Page 42: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 42/63

 

PT PLN (Persero)

42 

Gambar 4.6 Tingkat Frekuensi Sistem Jawa Bali

a.  Brown Out

Brown out dilakukan dengan menurunkan kualitas tegangan

sistem pada rentang normal operasi. Brown out dapatdilaksanakan bila tidak sedang terjadi ekskursi tegangan sistem.

Brown out dilaksanakan pada saat :

  Frekuensi sistem dibawah nominal karena sistem

kekurangan daya

  Beban sebuah instalasi (trafo dan penghantar radial) elah

mencapai nilai nominalnya dan diperkirakan beban

masih akan naik.

 b. 

Load CurtailmentPermintaan distribusi ke pelanggannya untuksecara sukarela

menggurangi pemakaian beban pada saat sistem mengalami

kondisi deficit

c. 

Manual Load Shedding

Pelepasan beban secara manual dalam rangka mengatasi kondisi

deficit sistem. Lokasi dari beban yang akan dilepas ini sudah

ditetapkan melalui kesepakatan bersama antara pengatur beban

Page 43: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 43/63

 

PT PLN (Persero)

43 

dengan distribusi dan lokasinya bisa dipenyulang atau

trafo.Manual Load Shedding dilakukan untuk :

  Mengurangi beban sistem karena sistem dalam kondisi

defisit.

  Mengurangi beban subsistem karena sistem penyaluran

dikhawatirkan overload.

d.  Load Shedding UFR

Load Shedding UFR ini dilaksanakan apabila terjadi penurunan

frekuensi dan menyentuh setting rele yang disebabkan hilangnya

 pasokan daya sistem. Pelepasan beban dilakukan seketikan dan

secara otomatis menggunakan relay UFR. Untuk pengamanan

sistem, skema pelepasan beban dapat dilaksanakan dalam :

  Pelepasan beban secara bertahap dengan UFR

Rele ini bekerja bila terjadi penurunan frekuensi sampai

 batas yang telah ditentukan. Agar beban yang dilepas

tidak terlalu besar maka dilakukan pelepasan beban

secara bertahap. Contoh, untuk sistem Jawa-Bali pada

rentang 49.00 Hz s.d 48.30 Hz dibagi dalam 7 tahap

 pelepasan beban.

  Pelepasan beban dengan rele df/dt

Rele ini bekerja apabila terjadi penurunan frekuensi

secara tiba-tiba dengan kecuraman yang tinggi sehingga

slope-nya telah mencapai settingrele yang ditetapkan.

Kecuraman penurunan frekuensi tinggi tersebut bisa

terjadi pada saat sejumlah pembangkit besar keluarsecara bersamaan.

c. 

Island Operation

Adalah pola pengamanan sistem dengan memisahkan unit

 pembangkit dari sistem tenaga listrik secara otomatis hanya

dengan memikul beban disekitarnya sesuai kemampuan unit

 pembangkit ababila sistem mengalami gangguan. Ini dilakukan

dengan cara membuka beberapa PMT di gardu induk tertentu

secara otomatis menggunakan UFR, sehingga terbentuk suatu

Page 44: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 44/63

 

PT PLN (Persero)

44 

sistem yang terisolasi dari sistem interkoneksi.  Island Operation 

 bertujuan untuk menghindarkan sistem dari blackout aau padam

total. Karena apabila sistem bertahan dalam beberapa subsistem

(island kecil), maka untuk melakukan penormalan akan lebih cepat

dan mudah.

d.  Host Load

Host Load adalah strategi pengamanan sistem yang terakhir yaitu

dengan mempertahankan generator untuk tetap beroperasi beban

dirinya sendiri yaitu untuk peralatan bantu. Apabila strategi host

load berhasil, diharapkan pemulihan sistem menjadi lebih cepat

karena tidak perlu starting generator.

e. 

Pelepasan Beban

Metode pelepasan beban seperti Manual Load Shedding, Load

Shedding UFR Island Operation maupun OLS sama-sama

 bertujuan untuk menjaga keamanan sistem maupun mencegah

terjadinya pemadaman yang meluas atau bahkan pemadaman total,

sehingga biaya kerugian dapat diperkecil baik itu disisi PLN

maupun disisi konsumen. Oleh karena itu peran serta konsumen

sangat dibutuhkan untuk memaklumi terjadinya pemadaman

 beban akibat bekerjanya pola pengaman tersebut demi

keberlangsungan pasokan listrik Jawa-Bali.

4.2.9 Strategi Operasi Sistem

Berdasarkan analisa kendala, ketahanan sistem, pola beban

konsumen dll, maka dibuatlah strategi dalam melakukan operasi

sistem sebagai berikut :

a. 

Mengutamakan keamanan dan keandalan.

 b.  Menyiapkan cadangan seketika dan panas merata serta

memadai.

c. 

Membebani unit-unit pembangkit pada daerah

operasional yang aman.

d. 

Meminimalkan transfer daya antar subsistem unutk

menjaga keamanan.

Page 45: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 45/63

 

PT PLN (Persero)

45 

e. 

Memaksimalkan peran pembangkit untuk pengaturan

frekuensi dan tegangan.

f. 

Melaksanakan rekonfigurasi jaringan untuk pengaturan

tegangan.

g. 

Menambahkan unit shutdown akibat beban lebih

rendah berdasarkan urutan prioritas

h. 

Tidak mengizinkan melakukan pekerjaan pemeliharaan

kecuali untuk perbaikan gangguan selama periode siaga

4.3  Fasilitas Operasi

4.3.1. Sistem SCADA Pada APB Jawa Timur

Dalam memantau informasi-informasi sistem tenaga listrik, pada

mulanya Dispatcher mengambil informasi secara langsung kepada

Operator Gardu Induk atau Pusat Pembangkit secara berkala melalui

sarana-sarana telekomunikasi seperti radio komunikasi dan telepon

untuk mendapatkan informasi mengenai data-data yang sangat

 penting.

Dalam sistem tenaga listrik modern semakin banyak GI dan

Pusat Tenaga Listrik yang beroperasi, maka cara pengambilan

informasi seperti cara di atas sudah tidak memadai lagi. Masalah

tersebut di atas yang kemudian mendorong PLN untuk membangun

suatu pusat pengontrol (Area Control Center / ACC) yang dilengkapi

dengan peralatan komputer yang disebut SCADA (Supervisory

Control And Data Acquisition). Pemasangan sistem tersebut selesai

 pada tahun 1986 dan mulai beroperasi pada bulan Januari 1987.

Maksud dari SCADA yaitu pengawasan, pengontrolan dan

 pengumpulan data.

Sistem SCADA di APB Jawa Timur terdiri Master Station (MS),

Remote Terminal Unit (RTU) dan Saluran Komunikasi antar Master

Station dan RTU.

Page 46: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 46/63

 

PT PLN (Persero)

46 

4.3.1.1. Master Station

Master Station merupakan pusat pengawasan atau inti pada

suatu sistem SCADA. Sebagai komponen dari sistem SCADA

Master Station bertugas :

1. Melakukan dialog dengan RTU di GI atau Pusat Pembangkit

listrik yang berada dalam wewenangnya. Master Station

memerintahkan operasi kepada RTU dan kemudian RTU

melaporkan operasi yang dilakukannya ke Master Station.

2. Mengolah secara real time setiap informasi yang diberikan oleh

RTU.

3. Memberi tanggapan terhadap interupskinterupsi yang datang dari

RTU.

Tujuan SCADA adalah menjaga agar operasi sistem tenaga

listrik dapat bekerja dengan baik dengan tingkat keandalan yang

tinggi, dengan tetap menjaga kualitas dan ekonomis. Komponen-

komponen Master Station adalah :

a. Front End  

Front End merupakan komputer yang mengatur atau

menangani komunikasi dengan RTU. Front End ini juga

menggunakan konfigurasi ganda, yaitu A dan B.

b. Tesselator Console Computer

Tessetator merupakan komputer yang mengatur dan

menangani MMI (Man Machine Interface) yaitu berupa tampilan

 pada layar VDU, printer hard copy, fungsi-fungsi kontrol keyboard

dan fungsi antarmuka Operator dengan sistem SCADA.

c. Terminal Server

Terminal server mengatur dan menangani printer-printer Facit,

Logger dan mimic board kontroler. Selain itu juga menangani

stasiun pencatat cuaca.

d. Operator Keyboard Console (3 unit)

Operator keyboard console berupa papan-papan keyboard

yang memungkinkan regu pelaksana operasi (Dispatcher) untuk

memasukkan perintah dan kontrol, meminta dan menerima data,

Page 47: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 47/63

 

PT PLN (Persero)

47 

mengaaktifkan peralatan atau mematikan peralatan dan menukar

fungsi peralatan, dalam rangka mengoperasikan sistem tenaga

listrik. Keyboard yang ada pada tiap unit terdiri dari 3 macam

keyboard, yaitu:

a. Alpha Numeric Keyboard, berfungsi seperti keyboard pada

komputer PC

 b. Function Keyboard, berfungsi untuk memasukkan perintah

dan kontrol operasi sistem tenaga.

c. Station Keyboard, untuk melihat status dari gardu-Gardu

induk yang berada di bawah wewenang Master Station.

e. Visual Display Unit Mitsubhisi (VDU)

VDU merupakan layar VDU/monitor yang dipakai sebagai

tampilan-tampilan grafis yang berupa diagram satu garis untuk

melihat secara detail jaringan Pusat Pembangkit listrik maupun GI.

Pada VDU ini dapat dilihat status dari pemutus tenaga (PMT),

 pemisah (PMS) dan besaran-besaran listrik seperti tegangan, arus ,

frekuensi, daya di seluruh Gardu Induk atau Pusat Pembangkit listrik

yang dalam wewenang sistem SCADA.

 f. Printer Logger LA 120 dan Facid 3500 

Adalah alat pencatat untuk mencetak status dari seluruh

kegiatan RTU yang berada dalam wewenangnya dan juga dapat

mencetak skema / diagram dari yang ditampilkan pada unit

 penampil (VDU) sesuai yang dikehendaki.

 g. Hard Copy Facid (printer) 

Di dalam ruang kontrol terdapat pula 2 buah Hard Copy. Hard

copy adalah alat yang digunakan untuk mencetak atau meng-copy

semua yang dapat ditampilkan pada sernua unit penampil atau VDU

sesuai dengan yang dikehendaki Dispatcher. Yang diantaranya yaitu

gambaregambar konfigurasi Gardu Induk-Gardu Induk /Pusat-Pusat

Pembangkit dapat juga untuk mencetak status / kejadian dalam

sistem yang berupa keluar atau masuknya PMT dan PMS.

Page 48: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 48/63

 

PT PLN (Persero)

48 

h. Switchover Computer

Yaitu alat pemindah otomatis jika komputer yang sedang

 beroperasi (on line) mengalami suatu gangguan, maka tugasnya

secara otomatis akan digantikan oleh komputer yang stand by.

i. Pen Recorder

Yaitu untuk mencatat besaran-besaran ukur dalam bentuk

grafik dari gulungan kertas yang berjalan dalam fungsi waktu.

Besaran yang diukur adalah MW, MVAR, Hz dari beberapa Unit

Pembangkit Listrik atau GI tertentu.

 j. Mimic Board

Mimic Board adalah diagram satu garis dari jaringan sistem

tenaga dalam kendali Master Station yang ditampilkan ke dalam

 bentuk peta dinding yang besar untuk menunjukkan keadaan Gardu

Induk, arah dan besarnya aliran daya (MW dan VAR) serta status

dari pemutus daya (PMT / circuit breaker) dan pemisah (PMS I

disconnecting switch) serta tegangan bus.

Pada Mimic board tertera diagram pembangkit, trafo, PMT,

PMS dan jaringan transmisinya sesuai kondisi saat itu. Informasi-

informasi yang dapat diperoleh lewat mimic board adalah :

a. Indikator alarm GI dan Pusat Pembangkit listrik Jika ada

alarm maka lampu indikator A akan menyala.

 b. Indikator keadaan transmisi data Jika ada RTU atau peralatan

transmisi data mengalami gangguan sehingga data tidak

sampai terkirim ke Master Station, maka lampu indikator B

akan menyala.

c. Indikator PMT dan PMS pada trafo, saluran dan antar bus

Lampu merah menyala berarti posisi masuk/tertutup. Lampu

hijau menyala berarti posisi lepas/terbuka. Lampu merah

menyala berkedip berarti posisi masuk tetapi perlu

 pemeriksaan lebih lanjut Lampu hijau menyala berkedip

 berarti posisi keluar tetapi perlu pemeriksaan lebih lanjut.

Page 49: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 49/63

 

PT PLN (Persero)

49 

d. Indikator garis beban pada pertengahan feeder antara 2 GI

atau Pusat Pembangkit listrik. Lampu merah (garis merah)

 berarti aliran daya aktif (MW) Lampu kuning (garis kuning)

 berarti aliran daya reaktif (MVAR).

Gambar 4.7 Ruangan Master Station di APB Jawa Timur

4.3.1.2. RTU (Remote Terminal Unit)

RTU adalah bagian dari SCADA, yang terdiri dari perangkat

tranduser dan juga card-card yang mendukung untuk proses dalam

menyampaikan informasi pada control center. RTU berada pada

setiap gardu induk atau pusat pembangkit yang masuk dalam sistem

tenaga listrik. Unit remote juga dilengkapi dengan modem sehingga

unit tersebut dapat menerima pesan dari Master Station dan

mengirim sinyal balik ke Master Station yang menunjukkan bahwa

 pesan telah diterima dan sudah melakukan operasi yang telah

ditentukan oleh Master Station. Relay-relay yang terletak dalamRTU digunakan untuk membuka atau menutup sirkuit dari peralatan

yang dikontrol sesuai perintah dui Master Station, dan RTU bisa

merasakan bahwa operasi telah selesai dilakukan dan kemudian

RTU bisa mengirim sinyal balik ke Master Station yang

menunjukkan bahwa operasi telah dilakukan. Di APB Jawa Timur

sendiri terdapat banyak RTU yang tersebar di seluruh GI yang ada

di Jawa Timur

Page 50: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 50/63

 

PT PLN (Persero)

50 

Fungsi dari RTU dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

1. Telesignaling  

 berfungsi untuk mengetahui status indikasi dari peralatan tenaga

listrik. Telesignal adalah posisi atau status (indikasi) dari perlatan

Gardu Induk (seperti PMT,PMS Rel,PMS Line ,PMS Tanah) dan

sinyal --sinyal alarm.

Telesignal sendiri dibagi menjadi dua yaitu :

1. Telesignal Double (Telesignal double mempunyai dua status

yaitu Buka/Tutup (Open/Close) sebagai contoh status PMT,

PMS Rel, PMS Line , PMS Tanah.

2. Telesignal Single (Telesignal single mempunyai status

tunggal sebagai contoh sinyal-sinyal alarm).

Gambar 4.8 modul Telesignaling pada RTU EPC 3200

GIS Waru

2. Telemetering,

Berfungsi untuk mengetahui besaran-besaran listrik pada

 peralatan tenaga listrik, seperti besaran tegangan, daya aktip, daya

reaktip, arus dan frekuensi.

Telemetering melaksanakan pengukuran besaran-besaran sistem

tenaga listrik pada seluruh bagian system lalu menampilkannya pada

 pusat kontrol. Desain-desain yang dapat diukur yaitu tegangan arus

 bus bar, daya aktif dan reaktif unit pembangkit, daya aktif dan reaktif

trafo IBT 500/150/ trafo 150/20 KV, daya aktif dan reaktif

 penghantar / penyulang, frekuensi system.

Page 51: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 51/63

 

PT PLN (Persero)

51 

Gambar 4.9 modul Telemetering pada RTU E.PC 3200

G1S Warn

3. Telecontroling,

Berfungsi untuk meneruskan perintah dari pusat pengatur

keperalatan tenaga listrik. Telecontrol memberikan perintah untuk

rnerubah keadaan dari peralatan Gardu Induk ( sebagai contoh

Posisilindikasi PMT, PMS Red ).

Gambar 4.10 modul Telecontroling pada RTU EPC 3200 GIS

Waru

Page 52: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 52/63

 

PT PLN (Persero)

52 

4.4  Peta Jaringan Sistem Jawa Timur

Gambar 4.11 di bawah merupakan gambar peta jaringan sistem JawaTimur. Setiap jaringan memiliki warna yang berbeda. Perbedaan warna

tersebut menunjukkan tipe jaringan. Perbedaan tipe setiap jaringan dibagi

menjadi empat warna. Pertama, warna biru yaitu jaringan 500 kV.

Wilayah yang terlewati jaringan 500 kV yaitu Paiton, Grati, Krian, dan

lain-lain. Kedua, warna merah yaitu jaringan 150 kV. Wilayah yang

terlewati jaringan 150 kV contohnya yaitu Tuban, Bangkalan, dan

Sampang. Ketiga, warna kuning yaitu jaringan 70 kV. Wilayah yang

terlewati jaringan 70 kV contohnya yaitu Blitar, Pare, dan Pandaan.

Keempat, warna hitam yaitu jaringan 20 kV. Wilayah yang terlewati jaringan 20 kV contohnya yaitu Tulungagung, Turen, dan Nganjuk.

Gambar 4.11 Jaringan Sistem Jawa Timur

Page 53: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 53/63

Page 54: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 54/63

 

PT PLN (Persero)

54 

 b.  Konfigurasi Master Station level  2

Konfigurasi  Master station level   2 terdapat pada gambar 4.13yang terdiri dari :

1. Workstation dispatcher  (2 set)

2. Workstation engineer & update database (1 set)

3. Server SCADA dan data historikal (1 set redundant )

4. GPS (1 set redundant )

5. Projection multimedia (1 set)

6. Switch 10/100 Mbps Ethernet  LAN

7. Server  sub sistem komunikasi (1 set redundant )

8. Switch 100 megabit Ethernet LAN9. Workstation di luar control center  

10. Static display 

11. Printer  laser hitam putih (1 buah)

12. Printer  laser berwarna (1 buah)

13. Gateway atau Router+Firewall  (1 set)

14. Kinerja SCADA, Operasi (1 set)

15. Offline database server  (1 set)

Gambar 4.13 Konfigurasi Master Station Transmisi Level  2

Page 55: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 55/63

 

PT PLN (Persero)

55 

c.  Konfigurasi Master Station level  3

Konfigurasi  Master station level   3 terdapat pada gambar 4.14yang terdiri dari :

1. Workstation dispatcher  (2 set)

2. Workstation enjiner & update database (1 set)

3. Server  SCADA dan EMS (1 set redundant )

4. GPS (1 set redundant )

5. Server  data historikal dan update database (1 set redundant )

6. Projection multimedia (1 set)

7. Switch 10/100 Mbps Ethernet  LAN

8. Server  sub sistem komunikasi (1 set redundant )9. Switch 100 megabit Ethernet  LAN

10. Workstation di luar control center  

11. Static display 

12. Printer  laser hitam putih (1 buah)

13. Printer  laser berwarna (1 buah)

14. Gateway atau Router+Firewall  (1 set)

15. Kinerja SCADA, Operasi (1 set)

16. Offline database server  (1 set)

Gambar 4.14 Konfigurasi Master Station Transmisi Level  3

Page 56: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 56/63

 

PT PLN (Persero)

56 

d.  Konfigurasi Master Station level  4

Konfigurasi  Master station level   3 terdapat pada gambar 4.15yang terdiri dari :

1. Workstation dispatcher  (2 set)

2. Workstation engineer & update database (1 set)

3. Server  SCADA (1 set redundant )

4. GPS (1 set redundant )

5. Server EMS (1 set redundant )

6. Server  data historikal dan update database (1 set redundant )

7. Projection multimedia (1 set)

8. Server  controller  (1 set)9. Layar tayang

10. Switch Gigabit Ethernet  LAN

11. Server  sub sistem komunikasi (1 set redundant )

12. Switch 100 Megabit Ethernet  LAN

13. Workstation di luar control center  

14. Static display 

15. Printer  laser hitam putih (1 buah)

16. Printer  laser berwarna (1 buah)

17. Gateway atau Router+Firewall  (1 set)18. Server  frekuensi (1 set)

19. Monitoring  frekuensi (2 set)

20. Kinerja SCADA, Operasi (1 set)

21. Offline database server  (1 set)

Gambar 4.15 Konfigurasi Master Station Transmisi Level  4

Page 57: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 57/63

 

PT PLN (Persero)

57 

e.  Konfigurasi Master Station level 5

Konfigurasi  Master station level   3 terdapat pada gambar 4.15yang terdiri dari :

1. Workstation dispatcher  (2 set) dan Workstation supervisor  (1 set)

2. Workstation engineer & update database (2 set)

3. Workstation DTS (2 set)

4. Server  SCADA (1 set redundant )

5. GPS (1 set redundant )

6. Server  EMS (1 set redundant )

7. Server data historikal dan update database (1 set redundant )

8. Server  DTS (1 set redundant )9. Projection multimedia (2 set)

10. Server controller  (1 set)

11. Layar tayang

12. Switch Gigabit Ethernet  LAN

13. Server  sub sistem komunikasi (1 set redundant )

14. Switch 100 Megabit Ethernet  LAN

15. Workstation di luar control center  

16. Static display 

17. Printer  laser hitam putih (1 buah)18. Printer  laser berwarna (1 buah)

19. Gateway atau Router+Firewall  (1 set)

20. Server  frekuensi (1 set)

Gambar 4.16 Konfigurasi Master Station Transmisi Level 5

Page 58: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 58/63

 

PT PLN (Persero)

58 

 Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 59: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 59/63

Page 60: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 60/63

 

PT PLN (Persero)

60

selalu dikoordinasikan dengan bagian Pengendalian Operasi

terutama dengan tim Dispatcher.

5.2 Saran

Setelah melaksanakan Kerja Praktek, penulis mendapatkan pengetahuan

yang banyak dari pelaksanaan Kerja Praktek. Dengan kerendahan hati

 penulis memberikan saran kepada PT PLN (Persero) Area Pengatur

Beban Jawa Timur :

1. 

Diharapkan mahasiswa dapat mengambil pelajaran dan

 pengetahuan yang lebih banyak tentang PT PLN (Persero) P3BAPB Jawa Timur.

2. 

Diadakannya training simulator mengenai Sistem Pengaturan

Beban, sehingga pemahaman tentang Sistem Pengaturan Beban

tidak hanya sebatas teori.

3. 

Melakukan pengecekkan alat secara rutin untuk menambah usia

alat, keandalaan dan efisiensi biaya.

Page 61: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 61/63

 

PT PLN (Persero)

61

PENUTUP

  www.pln.co.id/dataweb/RUPTL/RUPTL%202010-2019

  Pusat Pendidikan dan Pelatihan, “Strategi Operasi”.

  Pusat Pendidikan dan Pelatihan, “Pengendalian Operasi”.

 

Marsudi, Dijteng, “Operasi Sistem Tenaga Listrik ”, Graha Ilmu,

Yogyakarta, 2006.

 

Sudibyo, ”Pengaturan Tegangan”, Semarang, 2005

Page 62: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 62/63

 

PT PLN (Persero)

62

 Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 63: combine isi.pdf

7/21/2019 combine isi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 63/63

 

PT PLN (Persero)

LAMPIRAN