46
Clinical Science Session PENYALAHGUNAAN NAPZA Preseptor: R. M. Haryadi Karyono, dr., Sp.KJ Disusun oleh: Goh Kay Win 130112132514 Ari Sri Wulandari 130112140020 Nadrah Othman Sedang diproses Sim Chee Fong Sedang diproses

Clinical Science Session - Penyalahgunaan Napza

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Psikiatri

Citation preview

Clinical Science SessionPENYALAHGUNAAN NAPZA

Preseptor:R. M. Haryadi Karyono, dr., Sp.KJ

Disusun oleh:Goh Kay Win 130112132514Ari Sri Wulandari 130112140020Nadrah OthmanSedang diprosesSim Chee FongSedang diproses

BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN JIWARUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. HASAN SADIKINFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARANBANDUNG2015PENYALAHGUNAAN NAPZALATAR BELAKANGMasalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan Bahan/ Obat berbahaya) merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten.Meskipun dalam Kedokteran, sebagian besar golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas khususnya generasi muda.Maraknya penyalahgunaan NAPZA tidak hanya dikota-kota besar saja, tapi sudah sampai ke kota-kota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia, mulai dari tingkat sosial ekonomi menengah bawah sampai tingkat sosial ekonomi atas.DEFINISISubstance abuse ialah penggunaan zat psikoaktif dengan cara yang bahaya atau tidak mengikut cara penguuan yang ditentukan. Zat psikoaktif salah satuya termasuk alkohol dan obat terlarang yang lain. NAPZA juga dapat didefinisikan sebagai bahan/zat/obat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak atau sistem saraf pusat sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.NAPZA = Narkotika, Psikotropika, & Zat Adiktif (lain)NarkotikaMenurut UU RI No 22 tahun 1997Adalah zat/obat yang berasal dari tanaman/bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai dengan menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.Narkotika terbagi menjadi 3 golongan, yaitu; Golongan I: hanya digunakan untuk ilmu pengetahuan dan tidak untuk terapi, berpotensi sangat tinggi untuk menimbulkan ketergantungan. Contoh: heroin/putaw, kokain, ganja. Golongan II: berkhasiat pengobatan, sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan untuk terapi ataupun ilmu pengetahuan dan berpotensi tinggi menimbulkan ketergantungan. Contoh: morfin, petidin. Golongan III: berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan untuk terapi maupun untuk tujuan ilmu pengetahuan dan berpotensi ringan dalam menimbulkan ketergantungan. Contoh: kodein.PsikotropikaMenurut UU RI No 5 tahun 1997Adalah zat/obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.Psikotropika terbagi menjadi 4 golongan, yaitu:1. Golongan I: berpotensi amat kuat dalam menimbulkan ketergantungan. Contoh: ekstasi, shabu, LSD1. Golongan II: berpotensi kuat dalam menimbulkan ketergantungan. Contoh: amfetamin, metilfenidat/ritalin1. Golongan III: berpotensi sedang dalam menimbulkan ketergantungan, banyak digunakan untuk terapi. Contoh: pentobarbital, flunitrazepam.1. Golongan IV: berpotensi ringan dalam menimbulkan ketergantungan, sangat luas digunakan untuk terapi. Contoh: diazepam, bromazepam, fenobarbital, klonazepam, klordiazepoksid, nitrazepam, pil BK, pil koplo, Dum, MG.Zat Adiktif Lainnya3. Minuman beralkoholYaitu minuman yang mengandung etanol.Terbagi menjadi 3 golongan: 0. Golongan A mengandung etanol 1%-5% (bir)0. Golongan B mengandung etanol 5%-20% (berbagai jenis minuman anggur)0. Golongan C mengandung etanol 20%-45% (whiskey, vodka, TKW, manson house, johny walker, kamput)3. InhalansiaGas yang mudah dihirup dan solven (pelarut) yang mudah menguap berupa senyawa organic pada berbagai alat rumah tangga. Contoh: lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin.3. Tembakau

KLASIFIKASIBerdasarkan efeknya, NAPZA dibagi menjadi 3, yaitu: Depresan (downer)Mengurangi aktivitas fungsional tubuh. Pemakai menjadi tenang, pendiam, tertidur atau bahkan tidak sadarkan diri. Contoh : opioid (morfin, heroin, kodein), sedatif, hipnotik, tranzquilizer. Stimulan (upper)Merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan gairah kerja. Pemakai menjadi aktif, segar, bersemangat. Contoh: amfetamin (shabu, ekstasi), kafein, kokain. Golongan halusinogenEfek halusinasi yang mengubah perasaan dan pikiran dan menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Contoh: kanabis, LSD, Mescalin.TERMINOLOGIKomorbiditas Komorbiditas adalah diagnosis dua atau lebih gangguan psikiatrik pada seorang pasien. Komorbiditas yang paling umum melibatkan penyalahgunaan dua zat, biasanya penyalahgunaan alkohol dan penyalahgunaan suatu zat lainnya. Diagnosis psikiatrik lain yang sering berhubungan dengan penyalahgunaan zat adalah kepribadian antisosial, fobia (dan gangguan kecemasan lainnya), gangguan depresif berat dan gangguan distimik. Pada umumnya, zat yang paling kuat dan berbahaya mempunyai angka komorbiditas yang paling tinggi. Sebagai contohnya, komorbiditas gangguan psikiatrik adalah lebih sering untuk penggunaan opioid dan kokain dibandingkan penggunaan marijuana.Gangguan kepribadian antisosialDalam berbagai penelitian suatu rentang 35-60 persen populasi dengan penyalahgunaan zat atau ketergantungan zat juga memenuhi criteria diagnostic untuk gangguan kepribadian antisosial. Pasien dengan diagnosis penyalahgunaan zat atau ketergantungan zat yang memiliki gangguan kepribadian antisosial kemungkinan menggunakan lebih banyak zat illegal, mempunyai lebih banyak psikopatologi, kurang puas dengan kehidupannya dan lebih impulsive, terisolasi dan terdepresi dibandingkan pasien lain dengan gangguan kepribadian antisosial saja.Depresi dan bunuh diriGejala depresi adalah sering ditemukan diantara orang-orang dengan penyalahgunaan zat atau ketergantungan zat. Kira-kira sepertiga sampai setengah dari semua orang yang melakukan penyalahgunaan opioid atau ketergantungan opioid dan kira-kira 40 persen orang yang menyalahgunakan alcohol atau ketergantungan alcohol memenuhi untuk criteria gangguan depresif berat dalam suatu waktu selama kehidupannya. Penggunaan zat juga merupakan factor pencetus utama untuk bunuh diri.Teori psikososial dan psikodinamikaPenyalahgunaan zat adalah suatu regresi oral. Rumusan psikodinamika sekarang melibatkan suatu hubungan antara penggunaan zat dan depresi atau melibatkan penggunaan zat sebagai suatu pencerminan fungsi ego yang terganggu. Psikodinamika untuk seseorang dengan penyalahgunaan zat adalah diterima dan dinilai secara lebih luas daripada dalam pengobatan pasien alkoholik. Berbeda dengan pasien alkoholik, mereka dengan penyalahgunaan polisubstansi adalah lebih mungkin memiliki masa anak-anak yang tidak stabil, lebih mungkin mengobati diri sendiri dengan zat, dan lebih mungkin mendapatkan manfaat psikoterapi.Teori psikososial lain menjelaskan hubungan dengan keluarga dan dengan masyarakat pada umumnya. Terdapat banyak alasan untuk mencurigai suatu peranan masyarakat dalam perkembangan pola penyalahgunaan zat dan ketergantungan zat.Koadiksi. Koadiksi atau kodependensi terjadi jika lebih dari satu orang, biasanya suatu pasangan, mempunyai hubungan yang terutama bertanggung jawab untuk mempertahankan perilaku adiktif pada sekurang-kurangnya satu orang. Pengobatan situasi koadiksi tersebut mengarah langsung pada elemen-elemen perilaku membolehkan atau penyangkalan. Teori perilaku. Beberapa model perilaku penyalahgunaan setelah dipusatkan pada peilaku mencari zat (substance-seeking behaviour), ketimbang pada gejala ketergantungan fisik. Prinsip pertama dan kedua adalah kualitas pendorong positif dan efek merugikan dari beberapa zat. Zat bertindak sebagai suatu pendorong positif untuk perilaku mencari zat. Banyak zat juga disertai dengan efek merugikan yang bertindak menurunkan perilaku mencari zat. Ketiga, orang harus mampu membedakan zat yang disalahgunakan dari zat lainnya. Keempat, hamper semua perilaku mencari zat disertai dengan petunjuk lain yang berhubungan dengan pengalaman menggunakan zat.Teori neurokimiawi.Untuk sebagian besar zat kecuali alcohol, peneliti telah menemukan neurotransmitter atau reseptor neurotransmitter tertentu dimana zat menimbulkan efeknya.Namun hal ini masih sulit untuk dibuktikan.Jalur dan neurotransmitter. Neurotransmiter utama yang mungkin terlibat dalam perkembangan penyalahgunaan zat dan ketergantungan zat adalah sistem opiat, katekolamin (khususnya dopamine), dan gamma-aminobutyric acid (GABA). Dan yang paling penting adalah neuron di area tegmental ventral yang berjalan ke daerah kortikal dan limbic, khususnya nukleus ambiens. Jalur ini diperkirakan berhubungan dalam sensasi menyenangkan dan diperkirakan merupakan mediator utama untuk efek dari zat tertentu seperti amfetamin dan kokain. Lokus sereleus, kelompok terbesar neuron adrenergic, diperkirakan terlibat dalam perantara efek opiate dan opioid.

PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN NAPZAPenyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala/ teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, pikiran, dan fungsi sosial. Ketergantungan NAPZA adalah keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang makin bertambah (toleransi), apabila pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus zat (withdrawal symptom). Oleh karena itu ia selalu berusaha memperoleh NAPZA yang dibutuhkannya dengan cara apapun, agar dapat melakukan kegiatannya sehari-hari secara normalPada tahun 1964, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa istilah adiksi tidak lagi menjadi istilah ketergantungan obat. Konsep ketergantungan zat mempunyai banyak arti yang dikenali secara resmi dan banyak arti yang digunakan beberapa dekade. Pada dasarnya dua konsep telah diminta tentang definisi ketergantungan, ketergantungan perilaku dan ketergantungan fisik. Ketergantungan perilaku telah menekankan aktivitas mencari zat (substance seeking behaviour) dan bukti-bukti pola penggunaan patologis dan ketergantungan fisik telah menekankan efek fisik (yaitu,fisiologis) dari episode multiple penggunaan zat. Secara spesifik definisi ketergantungan telah menggunakan adanya toleransi atau putus zat dalam kriteria klasifikasi.Tingkatan pemakai NAPZA: Pemakaian coba-coba (experimental use), yaitu pemakaian NAPZA yang tujuannya ingin mencoba,untuk memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian pemakai berhenti pada tahap ini, dan sebagian lain berlanjut pada tahap lebih berat. Pemakaian sosial/rekreasi (social/recreational use) : yaitu pemakaian NAPZA dengan tujuan bersenang-senang,pada saat rekreasi atau santai. Sebagian pemakai tetap bertahan pada tahap ini,namun sebagian lagi meningkat pada tahap yang lebih berat Pemakaian Situasional (situasional use) : yaitu pemakaian pada saat mengalami keadaan tertentu seperti ketegangan, kesedihan, kekecewaan, dan sebagainnya, dengan maksud menghilangkan perasaan-perasaan tersebut. Penyalahgunaan (abuse): yaitu pemakaian sebagai suatu pola penggunaan yang bersifat patologik/klinis (menyimpang) yang ditandai oleh intoksikasi sepanjang hari, tak mampu mengurangi atau menghentikan, berusaha berulang kali mengendalikan, terus menggunakan walaupun sakit fisiknya kambuh. Keadaan ini akan menimbulkan gangguan fungsional atau okupasional yang ditandai oleh: tugas dan relasi dalam keluarga tak terpenuhi dengan baik,perilaku agresif dan tak wajar, hubungan dengan kawan terganggu, sering bolos sekolah atau kerja, melanggar hukum atau kriminal dan tak mampu berfungsi secara efektif. Ketergantungan (dependence use) : yaitu telah terjadi toleransi dan gejala putus zat, bila pemakaian NAPZA dihentikan atau dikurangi dosisnya dihentikan akan timbul gejala putus zat (withdrawal symptom) oleh karena itu ia selalu berusaha memperoleh NAPZA yang dibutuhkan dengan cara apapun agar dapat melakukan kegiatannya sehari-hari secara normal.

Penyebab Penyalahgunaan NAPZAPenyebab penyalahgunaan NAPZA sangat kompleks akibat interaksi antara faktor yang terkait dengan individu, faktor lingkungan dan faktor tersedianya zat (NAPZA). Tidak terdapat adanya penyebab tunggal (single cause) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyalagunaan NAPZA adalah sebagian berikut :Faktor IndividuKebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik maupun sosial yang pesat merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunakan NAPZA.Faktor LingkunganFaktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik disekitar rumah, sekolah, teman sebaya maupun masyarakat. Faktor keluarga,terutama faktor orang tua yang ikut menjadi penyebab seorang anak atau remaja menjadi penyalahgunaan NAPZA.Faktor NAPZAMudahnya NAPZA didapat dimana-mana dengan harga terjangkau Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik untuk dicoba. Khasiat farmakologik NAPZA yang menenangkan, menghilangkan nyeri, menidurkan, membuat euforia/ fly/ stone/ high/ teler dan lain-lain.VI. DETEKSI DINI PENYALAHGUNAAN NAPZADeteksi dini penyalahgunaan NAPZA bukanlah hal yang mudah,tapi sangat penting artinya untuk mencegah berlanjutnya masalah tersebut. Beberapa keadaan yang patut dikenali atau diwaspadai adalah :Kelompok Resiko TinggiKelompok Risiko Tinggi adalah orang yang belum menjadi pemakai atau terlibat dalam penggunaan NAPZA tetapi mempunyai risiko untuk terlibat hal tersebut, mereka disebut juga Potential User (calon pemakai, golongan rentan). Sekalipun tidak mudah untuk mengenalinya, namun seseorang dengan ciri tertentu (kelompok risiko tinggi) mempunyai potensi lebih besar untuk menjadi penyalahguna NAPZA dibandingkan dengan yang tidak mempunyai ciri kelompok risiko tinggi. Mereka mempunyai karakteristik sebagai berikut :1. Anak :Ciri-ciri pada anak yang mempunyai risiko tinggi menyalahgunakanNAPZA antara lain : Anak yang sulit memusatkan perhatian pada suatu kegiatan (tidak tekun) Anak yang sering sakit Anak yang mudah kecewa Anak yang mudah murung Anak yang sudah merokok sejak Sekolah Dasar Anak yang agresif dan destruktif Anak yang sering berbohong,mencari atau melawan tatatertib Anak denga IQ taraf perbatasan (IQ 70-90)

2. Remaja :Ciri-ciri remaja yang mempunyai risiko tinggi menyalahgunakan NAPZA : Remaja yang mempunyai rasa rendah diri, kurang percaya diri dan mempunyai citra diri negatif Remaja yang mempunyai sifat sangat tidak sabar Remaja yang diliputi rasa sedih (depresi) atau cemas (ansietas) Remaja yang cenderung melakukan sesuatu yang mengandung risiko tinggi/bahaya Remaja yang cenderung memberontak Remaja yang tidak mau mengikuti peraturan/tata nilai yang berlaku Remaja yang kurang taat beragama Remaja yang berkawan dengan penyalahguna NAPZA Remaja dengan motivasi belajar rendah Remaja yang tidak suka kegiatan ekstrakurikuler Remaja dengan hambatan atau penyimpangan dalam perkembangan psikoseksual (pemalu,sulit bergaul, sering masturbasi,suka menyendiri, kurang bergaul dengan lawan jenis). Remaja yang mudah menjadi bosan,jenuh,murung. Remaja yang cenderung merusak diri sendiri

3. KeluargaCiri-ciri keluarga yang mempunyai risiko tinggi,antara lain Orang tua kurang komunikatif dengan anak Orang tua yang terlalu mengatur anak Orang tua yang terlalu menuntut anaknya secara berlebihan agar berprestasi diluar kemampuannya Orang tua yang kurang memberi perhatian pada anak karena terlalu sibuk Orang tua yang kurang harmonis,sering bertengkar,orang tua berselingkuh atau ayah menikah lagi Orang tua yang tidak memiliki standar norma baik-buruk atau benar salah yang jelas Orang tua yang todak dapat menjadikan dirinya teladan Orang tua menjadi penyalahgunaan NAPZA

VII. GEJALA KLINIS PENYALAHGUNAAN NAPZA1. Perubahan FisikGejala fisik yang terjadi tergantung jenis zat yang digunakan, tapi secara umum dapat digolongkan sebagai berikut : Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif,curiga Bila kelebihan disis (overdosis) : nafas sesak,denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, nafas lambat/berhenti, meninggal. Bila sedang ketagihan (putus zat/sakau) : mata dan hidung berair,menguap terus menerus,diare,rasa sakit diseluruh tubuh,takut air sehingga malas mandi,kejang, kesadaran menurun. Pengaruh jangka panjang, penampilan tidak sehat,tidak peduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi tidak terawat dan kropos, terhadap bekas suntikan pada lengan atau bagian tubuh lain (pada pengguna dengan jarum suntik)2. Perubahan Sikap dan Perilaku Prestasi sekolah menurun, sering tidak mengerjakan tugas sekolah, sering membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab. Pola tidur berubah,begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk di kelas atau tempat kerja. Sering berpegian sampai larut malam, kadang tidak pulang tanpa memberi tahu lebih dulu Sering mengurung diri, berlama-lama dikamar mandi, menghindar bertemu dengan anggota keluarga lain dirumah Sering mendapat telepon dan didatangi orang tidak dikenal oleh keluarga,kemudian menghilang Sering berbohong dan minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau milik keluarga, mencuri, terlibat tindak kekerasan atau berurusan dengan polisi. Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar sikap bermusuhan, pencuriga, tertutup dan penuh rahasia3. Peralatan Yang DigunakanAda beberapa peralatan yang dapat menjadi petunjuk bahwa seseorang mempunyai kebiasaan menggunakan jenis NAPZA tertentu. Misalnya pada pengguna Heroin, pada dirinya, dalam kamarnya, tasnya atau laci meja terdapat antara lain : Jarum suntik insulin ukuran 1 ml, kadang-kadang dibuang pada saluran air di kamar mandi Botol air mineral bekas yang berlubang di dindingnya, Sedotan minuman dari plastik Gulungan uang kertas,yang digulung untuk menyedot heroin atau kokain Kertas timah bekas bungkus rokok atau permen karet, untuk tempat heroin dibakar. Kartu telepon,untuk memilah bubuk heroin, Botol-botol kecil sebesar jempol,dengan pipa pada dindingnya

DIAGNOSISPedoman Diagnostik (PPDGJ-III)1. Sindroma Ketergantungan. Diagnosis ini ditegakkan jika ditemukan minimal 3 gejala dari kriteria yang telah ditetapkan dan sudah dialami 1 tahun:0. Ditemukan dorongan yang sangat kuat untuk memakai zat psikoaktif;0. Tidak mampu mengontrol perilaku penggunaan zat;0. Timbul gejala putus zat ketika zat psikoaktif dihentikan atau dikurangi penggunaannya;0. Adanya toleransi dosis dalam penggunaan zat psikoaktif0. Penderita cenderung tidak peduli pada kesenangan lain di sekitarnya karena telah mendapatkannya lewat penggunaan zat psikoaktif;0. Penderita menggunakan zat terus-menerus meskipun memahami akibat yang akan ditimbulkan.

1. Kondisi Putus Zat. Merupakan salah satu indicator sindrom ketergantungan dan dipertimbangkan sebagai diagnosis utama bila gejala yang ditimbulkan cukup parah. Gejala sistemik yang timbul bervariasi tergantung zat psikoaktif yang digunakan.

ALKOHOLKriteria diagnosis berdasarkan DSM-V Gangguan berhubung dengan penggunaan alkohol1. Harus ada sedikitnya dua gejala berikut dan berlangsung dalam periode 12 bulan:1. Penggunaan alkohol yang lebih banyak atau lebih lama dari yang diharapkan.1. Terdapat keinginan yang persisten atau gagal mengontrol penggunaan alkohol.1. Banyak waktu yang digunakan untuk aktivitas seperti mendapatkan alkohol, penggunaan alkohol atau sembuh dari efek samping alkohol.1. Keinginan yang kuat untuk menggunakan alkohol.1. Penggunaan alkohol yang berulang menyebabkan kegagalan memenuhi peran yang dituntut di tempat kerja, sekolah atau rumah.1. Penggunaan alkohol yang berterusan meskipun menimbulkan masalah-masalah sosial atau interpersonal.1. Aktivitas sosial, pekerjaan atau rekreasi berkurang kerana penggunaan alkohol.1. Penggunaan alkohol secara berulang pada situasi yang berbahaya secara fisik.1. Penggunaan alkohol yang berterusan meskipun terdapat masalah fisikal atau psikologikal yang persisten atau berulang.1. Toleransi, didefinisikan oleh salah satu berikut:9. Diperlukan peningkatan dosis alkohol untuk mendapat efek yang diharapkan.9. Efek alkohol semakin berkurangan dengan penggunaan dosis alkohol yang tetap.

Intoksikasi alkoholKriteria diagnostik :1. Baru saja menggunakan alkohol.1. Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bemakna secara klinis yang berkembang selama atau segera setelah ingesti alkohol.1. Satu atau lebih tanda berikut yang berkembang selama atau segera setelah pemakaian alkohol :0. Bicara cadel (slurred speech)0. Inkoordinasi0. Gaya berjalan tidak mantap0. Nistagmus0. Gangguan atensi atau daya ingat0. Stupor atau koma1. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain.

Putus alkoholKriteria diagnostik:1. Penghentian pemakaian alkohol yang telah lama dan berat.1. Dua atau lebih tanda berikut ini, yang berkembang dalam beberapa jam sampai beberapa hari setelah kriteria A1. Hiperaktivitas otonomik1. Peningkatan tremor tangan1. Insomnia1. Mual atau muntah1. Halusinasi atau ilusi lihat, raba atau dengar1. Agitasi psikomotor1. Kecemasan 1. Kejang tonik-klonik umum1. Gejala dalam kriteria B menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.1. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lainnya.

GANJA (Cannabis)Manifestasi klinis: dilatasi pembuluh darah konjungtiva (mata kelihatan merah), takikardia ringan.Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-V Gangguan berhubung dengan penggunaan ganja1. Harus ada sedikitnya dua gejala berikut dan berlangsung dalam 12 bulan:1. Penggunaan ganja yang lebih banyak atau lebih lama dari yang diharapkan.1. Terdapat keinginan yang persisten atau gagal mengontrol penggunaan ganja.1. Banyak waktu yang digunakan untuk aktivitas seperti mendapatkan ganja, penggunaan ganja atau sembuh dari efek samping ganja.1. Keinginan yang kuat untuk menggunakan ganja.1. Penggunaan ganja yang berulang menyebabkan kegagalan memenuhi peran yang dituntut di tempat kerja, sekolah atau rumah.1. Penggunaan ganja yang berterusan meskipun terdapat masalah fisikal atau psikologikal yang persisten atau berulang.1. Aktivitas sosial, pekerjaan atau rekreasi berkurang kerana penggunaan ganja.1. Penggunaan ganja secara berulang pada situasi yang berbahaya secara fisik.1. Penggunaan ganja yang berterusan meskipun terdapat masalah fisikal atau psikologikal yang persisten atau berulang.1. Toleransi, didefinisikan oleh salah satu berikut:9. Diperlukan peningkatan dosis ganja untuk mendapat efek yang diharapkan9. Efek ganja semakin berkurangan dengan penggunaan dosis alkohol 1. Keadaan putus zat di manifestasi oleh salah satu berikut:10. Karakteristik sindrom putus ganja10. Penggunaan ganja untuk menghilangkan atau menghindari simptom putus zat

Intoksikasi ganjaKriteria diagnostik:1. Baru saja menggunakan ganja.1. Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bemakna secara klinis yang berkembang selama atau segera setelah ingesti ganja.1. Dua atau lebih gejala berikut yang berkembang dalam masa 2 jam pemakaian ganja.1. Injeksi konjungtiva.1. Nafsu makan meningkat.1. Mulut kering1. Takikardia1. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lainnya, termasuk intoksikasi dari penggunaan zat yang lain.

Putus ganjaKriteria diagnostik:1. Penghentian pemakaian ganja yang telah lama dan berat.1. Tiga atau lebih gejala berikut ini, yang berkembang dalam 1 minggu setelah kriteria A:1. Mudah tersinggung, marah atau agresi.1. Gugup atau cemas.1. Kesulitan untuk tidur (e.g., insomnia, mimpi yang mengganggu).1. Penurunan nafsu makan atau berat badan.1. Gaduh gelisah.1. Mood depresi.1. Paling sedikit1. Gejala dalam kriteria B menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.1. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lainnya, termasuk intoksikasi dari penggunaan zat yang lain.

OPIOIDManifestasi klinis: euforia diikuti dengan periode sedasi (nodding off), rasa kehangatan, terasa berat pada ekstremitas, mulut kering, muka terasa gatal-gatal terutama pada bagian hidung, kemerahan pada wajah (facial flushing), pernafasan tertekan, konstriksi pupil, konstriksi otot polos, konstipasi dan perubahan tekanan darah, nadi dan suhu tubuh.Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-V Gangguan berhubung dengan penggunaan opioid1. Harus ada sedikitnya dua gejala berikut dan berlangsung dalam periode 12 bulan:1. Penggunaan opioid yang lebih banyak atau lebih lama dari yang diharapkan.1. Terdapat keinginan yang persisten atau gagal mengontrol penggunaan opioid.1. Banyak waktu yang digunakan untuk aktivitas seperti mendapatkan opioid, penggunaan opioid atau sembuh dari efek samping opioid.1. Keinginan yang kuat untuk menggunakan opioid.1. Penggunaan opioid yang berulang menyebabkan kegagalan memenuhi peran yang dituntut di tempat kerja, sekolah atau rumah.1. Penggunaan opioid yang berterusan meskipun menimbulkan masalah-masalah sosial atau interpersonal.1. Aktivitas sosial, pekerjaan atau rekreasi berkurang kerana penggunaan opioid.1. Penggunaan opioid secara berulang pada situasi yang berbahaya secara fisik.1. Penggunaan opioid yang berterusan meskipun terdapat masalah fisikal atau psikologikal yang persisten atau berulang.1. Toleransi, didefinisikan oleh salah satu berikut:9. Diperlukan peningkatan dosis opioid untuk mendapat efek yang diharapkan.9. Efek alkohol semakin berkurangan dengan penggunaan dosis opioid yang tetap.1. Keadaan putus zat di manifestasi oleh salah satu berikut:10. Karakteristik sindrom putus opioid10. Penggunaan opioid untuk menghilangkan atau menghindari simptom putus zat

Intoksikasi opioid1. Baru saja menggunakan opioid .1. Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bemakna secara klinis yang berkembang selama atau segera setelah ingesti opioid.1. Konstriksi pupil dan satu atau lebih gejala berikut yang berkembang selama atau segera setelah pemakaian opioid:1. Mengantuk (drowsiness) atau koma.1. Bicara cadel (slurred speech).1. Gangguan atensi atau daya ingat.1. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lainnya, termasuk intoksikasi dari penggunaan zat yang lain.

Putus opioidKriteria diagnostik:1. Kehadiran salah satu berikut:1. Penghentian pemakaian opioid yang telah lama dan berat.1. Administrasi opioid antagonis setelah periode pemakaian opioid.1. Tiga atau lebih gejala berikut ini, yang berkembang dalam beberapa minit sampai beberapa hari setelah kriteria A:1. Mood dysphorik.1. Mual atau muntah.1. Nyeri otot.1. Lakrimasi atau rhinorrhea.1. Dilatasi pupil, piloereksi, atau berkeringat.1. Diare.1. Menguap.1. Demam.1. Insomnia.1. Gejala dalam kriteria B menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.1. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lainnya, termasuk intoksikasi dari penggunaan zat yang lain.

HALUSINOGENKriteria diagnosis berdasarkan DSM-V Gangguan berhubung dengan penggunaan phencyclidine1. Harus ada sedikitnya dua gejala berikut dan berlangsung dalam periode 12 bulan:1. Penggunaan phencyclidine yang lebih banyak atau lebih lama dari yang diharapkan.1. Terdapat keinginan yang persisten atau gagal mengontrol penggunaan phencyclidine.1. Banyak waktu yang digunakan untuk aktivitas seperti mendapatkan phencyclidine, penggunaan phencyclidine atau sembuh dari efek samping phencyclidine.1. Keinginan yang kuat untuk memakai phencyclidine.1. Penggunaan phencyclidine yang berulang menyebabkan kegagalan memenuhi peran yang dituntut di tempat kerja, sekolah atau rumah (e.g. sering tidak hadir ke tempat kerja atau kinerja yang buruk).1. Penggunaan phencyclidine yang berterusan meskipun menimbulkan masalah-masalah sosial atau interpersonal (e.g. pertarungan fisik).1. Aktivitas sosial, pekerjaan atau rekreasi berkurang kerana penggunaan phencyclidine.1. Penggunaan phencyclidine secara berulang pada situasi yang berbahaya secara fisik (e.g. mengemudi mobil atau mengendalikan mesin ketika dalam pengaruh phencyclidine).1. Penggunaan phencyclidine yang berterusan meskipun terdapat masalah fisikal atau psikologikal yang persisten atau berulang.1. Toleransi, didefinisikan oleh salah satu berikut:9. Diperlukan peningkatan dosis phencyclidine untuk mendapat efek yang diharapkan.9. Efek phencyclidine semakin berkurangan dengan penggunaan dosis phencyclidine yang tetap.

Gangguan berhubung dengan penggunaan halusinogen lainya1. Harus ada sedikitnya dua gejala berikut dan berlangsung dalam periode 12 bulan:1. Penggunaan halusinogen yang lebih banyak atau lebih lama dari yang diharapkan.1. Terdapat keinginan yang persisten atau gagal mengontrol penggunaan halusinogen.1. Banyak waktu yang digunakan untuk aktivitas seperti mendapatkan halusinogen, penggunaan halusinogen atau sembuh dari efek samping halusinogen.1. Keinginan yang kuat untuk memakai halusinogen.1. Penggunaan halusinogen yang berulang menyebabkan kegagalan memenuhi peran yang dituntut di tempat kerja, sekolah atau rumah (e.g. sering tidak hadir ke tempat kerja atau kinerja yang buruk).1. Penggunaan halusinogen yang berterusan meskipun menimbulkan masalah-masalah sosial atau interpersonal (e.g. pertarungan fisik).1. Aktivitas sosial, pekerjaan atau rekreasi berkurang kerana penggunaan halusinogen.1. Penggunaan halusinogen secara berulang pada situasi yang berbahaya secara fisik (e.g. mengemudi mobil atau mengendalikan mesin ketika dalam pengaruh phencyclidine).1. Penggunaan halusinogen yang berterusan meskipun terdapat masalah fisikal atau psikologikal yang persisten atau berulang.1. Toleransi, didefinisikan oleh salah satu berikut:9. Diperlukan peningkatan dosis halusinogen untuk mendapat efek yang diharapkan.9. Efek halusinogen semakin berkurangan dengan penggunaan dosis halusinogen yang tetap.

Intoksikasi phencyclidineKriteria diagnostik:1. Baru saja menggunakan phencyclindine.1. Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bemakna secara klinis yang berkembang selama atau segera setelah ingesti phencyclindine.1. Dalam satu jam, satu atau lebih gejala berikut:1. Nistagmus horizontal atau vertikal.1. Hypertensi atau takikardia.1. Mati rasa atau respond rasa sakit berkurang.1. Ataxia.1. Dysarthia.1. Kekakuan otot.1. Kejang atau koma.1. Hyperacusis.1. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lainnya, termasuk intoksikasi dari penggunaan zat yang lain.

Intoksinasi halusinogen lainnyaKriteria diagnostik:1. Baru saja menggunakan halusinogen (selain daripada phencyclidine).1. Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bemakna secara klinis (e.g. ditandai dengan cemas atau depresi) yang berkembang selama atau segera setelah ingesti phencyclindine.1. Perubahan persepsi dalam keadaan kesadaran penuh yang berkembang selama atau segera setelah pemakaian halusinogen:1. Dilatasi pupil.1. Takikardia.1. Berkeringat.1. Palpitasi.1. Pandangan yang kabur.1. Tremors.1. Inkoordinasi.1. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lainnya, termasuk intoksikasi dari penggunaan zat yang lain.

Gangguan berhubung persepsi halusinogen yang berterusanKriteria diagnostik :1. Penghentian pemakaian halusinogen, mengalami pengalaman berulang satu atau lebih gejala persepsi yang telah dialami ketika halusinogen intoksikasi (e.g. halusinasi geometrik, macropsia dan micropsia).1. Gejala dalam kriteria B menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.1. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lainnya atau halusinasi hipnopompik.

SEDATIF, HIPNOTIK, ATAU ANSIOLITIKManifestasi klinis: Pola penyalahgunaan dibagi kepada penggunaan secara; Oral: untuk relaksasi, intensifikasi kegiatan sexual dan periode euphoria yang singkat. Injeksi: untuk perasaan yang menyenangkan.

Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-V Gangguan berhubung dengan penggunaan sedatif, hipnotik, atau ansiolitik1. Harus ada sedikitnya dua gejala berikut dan berlangsung dalam periode 12 bulan:1. Penggunaan sedatif, hipnotik, atau ansiolitik yang lebih banyak atau lebih lama dari yang diharapkan.1. Terdapat keinginan yang persisten atau gagal mengontrol penggunaan sedatif, hipnotik, atau ansiolitik.1. Banyak waktu yang digunakan untuk aktivitas seperti mendapatkan sedatif, hipnotik, atau ansiolitik, penggunaan sedatif, hipnotik, atau ansiolitik atau sembuh dari efek samping sedatif, hipnotik, atau ansiolitik.1. Keinginan yang kuat untuk memakai sedatif, hipnotik, atau ansiolitik.1. Penggunaan sedatif, hipnotik, atau ansiolitik yang berulang menyebabkan kegagalan memenuhi peran yang dituntut di tempat kerja, sekolah atau rumah (e.g. sering tidak hadir ke tempat kerja atau kinerja yang buruk).1. Penggunaan sedatif, hipnotik, atau ansiolitik yang berterusan meskipun menimbulkan masalah-masalah sosial atau interpersonal (e.g. pertarungan fisik).1. Aktivitas sosial, pekerjaan atau rekreasi berkurang kerana penggunaan sedatif, hipnotik, atau ansiolitik.1. Penggunaan sedatif, hipnotik, atau ansiolitik secara berulang pada situasi yang berbahaya secara fisik (e.g. mengemudi mobil atau mengendalikan mesin ketika dalam pengaruh sedatif-hipnotik-ansiolitik).1. Penggunaan sedatif, hipnotik, atau ansiolitik yang berterusan meskipun terdapat masalah fisikal atau psikologikal yang persisten atau berulang.1. Toleransi, didefinisikan oleh salah satu berikut:9. Diperlukan peningkatan dosis sedatif, hipnotik, atau ansiolitik untuk mendapat efek yang diharapkan.9. Efek sedatif, hipnotik, atau ansiolitik semakin berkurangan dengan penggunaan dosis sedatif, hipnotik, atau ansiolitik yang tetap.1. Keadaan putus zat di manifestasi oleh salah satu berikut:10. Karakteristik sindrom putus opioid untuk sedatif, hipnotik, atau ansiolitik (rujuk kriteria A dan B putus zat sedatif, hipnotik, atau ansiolitik).10. Penggunaan sedatif, hipnotik, atau ansiolitik untuk menghilangkan atau menghindari simptom putus zat.

Intoksikasi sedatif, hipnotik, atau ansiolitikKriteria diagnostik:1. Baru memakaian sedatif, hipnotik, ansiolitik.1. Perilaku maladaptive atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis (misalnya perilaku seksual atau agresif yang tidak semestinya, labilitas mood, gangguan pertimbangan) yang berkembang selama, atau segera setelah pemakaian hipnotik, sedatif, atau ansiolitik.1. Satu (atau lebih) tanda berikut, berkembang selama, atau segera setelah pemakaian hipnotik, sedatif, atau ansiolitik:2. bicara cadel2. inkoordinasi2. gaya berjalan tidak mantap2. nistagmus2. gangguan atensi atau daya ingat2. stupor atau koma1. Gejala tidak karena kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain, termasuk intoksikasi dari penggunaan zat yang lain.

Putus sedatif, hipnotik, atau ansiolitikKriteria diagnostik:1. Penghentian (atau penurunan) pemakaian sedatif, hipnotik, atau ansiolitik yang telah lama dan berat.1. Dua (atau lebih) berikut yang berkembang dalam beberapa jam sampai beberapa hari setelah criteria A:1. Hiperaktivitas otonomik (misalnya berkeringat atau denyut nadi lebih dari 100).1. Peningkatan tremor tangan.1. Insomnia.1. Mual atau muntah.1. Halusinasi atau ilusi lihat, taktil, atau dengar yang transient.1. Agitasi psikomotor.1. Kecemasan.1. Kejang grand mal (generalized tonic-clonic seizures).1. Gejala dalam criteria B menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.1. Gejala tidak karena kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain termasuk intoksikasi atau putus zat dari penggunaan zat yang lain.

INHALANManifestasi klinis: Bicara cadel (slurred speech), percakapan yang lambat, dan ataxia. Dosis rendah: euphoria dan sensasi menyenangkan yang mengambang (pleasant floating sensations). Dosis tinggi: ketakutan, sensasi ilusi, halusinasi auditorik dan visual dan distorsi terhadap ukuran tubuh.

Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-V Gangguan berhubung dengan penggunaan inhalan1. Harus ada sedikitnya dua gejala berikut dan berlangsung dalam periode 12 bulan:1. Penggunaan inhalan yang lebih banyak atau lebih lama dari yang diharapkan.1. Terdapat keinginan yang persisten atau gagal mengontrol penggunaan inhalan.1. Banyak waktu yang digunakan untuk aktivitas seperti mendapatkan inhalan, penggunaan inhalan atau sembuh dari efek samping inhalan.1. Keinginan yang kuat untuk memakai inhalan.1. Penggunaan inhalan yang berulang menyebabkan kegagalan memenuhi peran yang dituntut di tempat kerja, sekolah atau rumah.1. Penggunaan inhalan yang berterusan meskipun menimbulkan masalah-masalah sosial atau interpersonal.1. Aktivitas sosial, pekerjaan atau rekreasi berkurang kerana penggunaan inhalan.1. Penggunaan inhalan secara berulang pada situasi yang berbahaya secara fisik.1. Penggunaan inhalan yang berterusan meskipun terdapat masalah fisikal atau psikologikal yang persisten atau berulang.1. Toleransi, didefinisikan oleh salah satu berikut:9. Diperlukan peningkatan dosis inhalan untuk mendapat efek yang diharapkan.9. Efek inhalan semakin berkurangan dengan penggunaan dosis inhalan yang tetap.

Intoksikasi inhalanKriteria diagnostik:1. Baru memakaian inhalan atau terpapar pada inhalan yang berdosis tinggi.1. Perilaku maladaptive atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis (misalnya agitasi psikomotor, perilaku gangguan pertimbangan) yang berkembang selama, atau segera setelah pemakaian atau terpapar pada inhalan.1. Dua (atau lebih) tanda berikut, berkembang selama, atau segera setelah pemakaian atau terpapar pada inhalan:1. Pusing1. Nistagmus1. Inkoordinasi1. Bicara kacau1. Gaya berjalan tidak mantap1. Letargi1. Refleks tertekan1. Retardasi psikomotor1. Tremor1. Kelemahan otot1. Penglihatan kabur1. Stupor atau koma1. Euphoria

1. Gejala tidak karena kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain, termasuk intoksikasi dari penggunaan zat yang lain.

STIMULANKriteria diagnosis berdasarkan DSM-V Gangguan berhubung dengan penggunaan stimulan1. Harus ada sedikitnya dua gejala berikut dan berlangsung dalam periode 12 bulan:1. Penggunaan stimulan yang lebih banyak atau lebih lama dari yang diharapkan.1. Terdapat keinginan yang persisten atau gagal mengontrol penggunaan stimulan.1. Banyak waktu yang digunakan untuk aktivitas seperti mendapatkan stimulan, penggunaan stimulan atau sembuh dari efek samping stimulan.1. Keinginan yang kuat untuk memakai stimulan.1. Penggunaan stimulan yang berulang menyebabkan kegagalan memenuhi peran yang dituntut di tempat kerja, sekolah atau rumah.1. Penggunaan stimulan yang berterusan meskipun menimbulkan masalah-masalah sosial atau interpersonal.1. Aktivitas sosial, pekerjaan atau rekreasi berkurang kerana penggunaan stimulan.1. Penggunaan stimulan secara berulang pada situasi yang berbahaya secara fisik.1. Penggunaan stimulan yang berterusan meskipun terdapat masalah fisikal atau psikologikal yang persisten atau berulang.1. Toleransi, didefinisikan oleh salah satu berikut:9. Diperlukan peningkatan dosis stimulan untuk mendapat efek yang diharapkan.9. Efek stimulan semakin berkurangan dengan penggunaan dosis inhalan yang tetap.1. Keadaan putus zat di manifestasi oleh salah satu berikut:10. Karakteristik sindrom putus inhalan.10. Penggunaan inhalan untuk menghilangkan atau menghindari simptom putus zat.

Intoksinasi stimulanKriteria diagnostik:1. Baru saja menggunakan amphetamine, kokain atau stimulan lainnya.1. Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bemakna secara klinis (e.g. euphoria, cemas, perilaku gangguan pertimbangan) yang berkembang selama atau segera setelah ingesti stimulan.1. Dua (atau lebih) tanda berikut, berkembang selama, atau segera setelah pemakaian stimulan:1. Takikardia.1. Dilatasi pupil.1. Tensi darah meningkat atau menurun.1. Berkeringat.1. Mual atau muntah.1. Penurunan berat badan.1. Agitasi atau retardasi psikomotor.1. Kelemahan otot, pernafasan tertekan, sakit dada, arithmia jantung.1. Kekeliruan, diskinesia, distonia atau koma.1. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lainnya, termasuk intoksikasi dari penggunaan zat yang lain.

Putus stimulanKriteria diagnostik:1. Penghentian (atau penurunan) pemakaian amphetamine, kokain atau stimulan yang lainnya yang telah lama dan berat.1. Disphoric mood dengan dua (atau lebih) berikut yang berkembang dalam beberapa jam sampai beberapa hari setelah criteria A:1. Fatigue.1. Mimpi yang tidak menyenangkan.1. Insomnia atau hipersomnia.1. Nafsu makan meningkat.1. Retardasi atau agitasi psikomotor.1. Gejala dalam criteria B menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.1. Gejala tidak karena kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain termasuk intoksikasi atau putus zat dari penggunaan zat yang lain.

TERAPI DAN REHABILITASITujuan Abstinensia atau menghentikan sama sekali penggunaan NAPZA. Tujuan ini tergolong sangat ideal,namun banyak orang tidak mampu atau mempunyai motivasi untuk mencapai tujuan ini, terutama kalau ia baru menggunakan NAPZA pada fase-fase awal. Pasien tersebut dapat ditolong dengan meminimasi efek-efek yang langsung atau tidak langsung dari NAPZA. Sebagian pasien memang telah abstinesia terhadap salah satu NAPZA tetapi kemudian beralih untuk menggunakan jenis NAPZA yang lain. Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps Sasaran utamanya adalah pencegahan relaps .Bila pasien pernah menggunakan satu kali saja setelah clean maka ia disebut slip. Bila ia menyadari kekeliruannya,dan ia memang telah dIbekali ketrampilan untuk mencegah pengulangan penggunaan kembali, pasien akan tetap mencoba bertahan untuk selalu abstinensia. Pelatihan relapse prevention programe, Program terapi kognitif, Opiate antagonist maintenance therapy dengan naltreson merupakan beberapa alternatif untuk mencegah relaps. Memperbaiki fungsi psikologi dan fungsi adaptasi sosial.Dalam kelompok ini, abstinensia bukan merupakan sasaran utama. Terapi rumatan (maintence) metadon merupakan pilihan untuk mencapai sasaran terapi golongan ini.

1. Terapi Medis ( Terapi Organo-biologi)Terapi ini antara lain ditujukan untuk :a. Terapi Terhadap Keadaan Intoksikasi1. Intoksikasi opioidaBeri Naloxone HC 1 0,4 mg IV, IM atau SC dapat pula diulang setelah 2-3 menit sampai 2-3 kali1. Intoksikasi kanabis (ganja)Ajaklah bicara yang menenangkan pasien. Bila perlu beri : Diazepam 10-30 mg oral atau parenteral, Clobazam 3x10 mg.1. Intoksikasi kokain dan amfetaminBeri Diazepam 10-30 mg oral atau pareteral,atau Klordiazepoksid 10-25 mg oral atau Clobazam 3x10 mg. Dapat diulang setelah 30 menit sampai 60 menit. Untuk mengatasi palpitasi beri propanolol 3x10-40 mg oral1. Intoksikasi alkoholMandi air dingin bergantian air hangat. Minum kopi kental. Aktivitas fisik (sit-up, push-up). Bila belum lama diminum bisa disuruh muntahkan1. Intoksikasi sedatif-hipnotif (Misal : Valium,pil BK, MG,Lexo,Rohip)Melonggarkan pakaian. Membersihkan lendir pada saluran napas. Bila perlu beri oksigen dan infus garam fisiologis.

b. Terapi Terhadap Keadaan Over Dosis1. Usahakan agar pernapasan berjalan lancar, yaitu : Lurus dan tengadahkan (ekstenikan) leher kepada pasien (jika diperlukan dapat memberikan bantalan dibawah bahu) Kendurkan pakaian yang terlalu ketat Hilangkan obstruksi pada saluran napas Bila perlu berikan oksigen1. Usahakan agar peredaran darah berjalan lancar Bila jantung berhenti, lakukan masase jantung eksternal,injeksi adrenalin 0.1-0.2 cc I.M Bila timbul asidosis (misalnya bibir dan ujung jari biru,hiperventilasi) karena sirkulasi darah yang tidak memadai, beri infus 50 ml sodium bikarbonat1. Pasang infus dan berikan cairan (misalnya : RL atau NaC1 0.9 %) dengan kecepatan rendah (10-12 tetes permenit) terlebih dahulu sampai ada indikasi untuk memberikan cairan. Tambahkan kecepatan sesuai kebutuhan,jika didapatkan tanda-tanda kemungkinan dehidrasi.1. Lakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melihat kemungkinan adanyaperdarahan atau trauma yang membahayakan1. Observasi terhadap kemungkinan kejang. Bila timbul kejang berikan diazepam 10 mg melalui IV atau perinfus dan dapat diulang sesudah 20 menit jika kejang belum teratasi.1. Bila ada hipoglikemi, beri 50 ml glukosa 50% IV

c. Terapi Pada Sindrom Putus Zat1. Terapi putus zat opioidaTerapi ini sering dikenal dengan istilah detoksifikasi.Terapi detoksifikasi dapat dilakukan dengan cara berobat jalan maupunrawat inap.Lama program terapi detoksifikasi berbeda-beda :1. 1-2 minggu untuk detoksifikasi konvensional1. 24-48 jam untuk detoksifikasi opioid dalam anestesi cepat (RapidOpiate Detoxification Treatment)

Detoksifikasi hanyalah merupakan langkah awal dalam proses penyembuhan dari penyalahgunaan/ketergantungan NAPZATerapi putus opioidTanpa diberi terapi apapun, putus obat seketika (abrupt withdrawal atau cold turkey). Terapi hanya simptomatik saja :1. Untuk nyeri diberi analgetika kuat seperti :Tramadol, Analgetik non-narkotik,asam mefenamat dan sebagainya1. Untuk rhinore beri dekongestan,misalnya fenilpropanolamin1. Untuk mual beri metopropamid1. Untuk kolik beri spasmolitik1. Untuk gelisah beri antiansietas1. Untuk insomnia beri hipnotika,misalnya golongan benzodiazepin

Terapi putus opioida bertahap (gradual withdrawal)Dapat diberi morfin, petidin, metadon atau kodein dengan dosisdikurangi sedikit demi sedikit. Di samping itu diberi terapi simptomatik.

Terapi putus opioida dengan substitusi non opiodaDipakai Clonidine dimulai dengan 17 mikrogram/kg BB perhari dibagi dalam 3-4 kali pemberian. Dosis diturunkan bertahap dan selesai dalam 10 hari Sebaiknya dirawat inap (bila sistol < 100 mmHg atau diastol < 70 mmHg), terapi harus dihentikan.Terapi putus opioida dengan metode Detoksifikasi cepat dalam anestesi (Rapid Opioid Detoxification). Prinsip terapi ini hanya untuk kasus single drug opiat saja,dilakukan di RS dengan fasilitas rawat intensif oleh Tim Anestesiolog dan Psikiater, dilanjutkan dengan terapi menggunakan anatagonist opiat (naltrekson) lebih kurang 1 tahun.Terapi putus zat sedatif/hipnotika dan alkoholHarus secara bertahap dan dapat diberikan Diazepam. Tentukan dahulu test toleransi dengan cara memberikan benzodiazepin mulai dari 10 mg yang dinaikan bertahap sampai terjadi gejala intoksikasi. Selanjutnya diturunkan kembali secara bertahap 10 mg perhari sampai gejala putus zat hilang.Terapi putus Kokain atau AmfetaminRawat inap perlu dipertimbangkan karena kemungkinan melakukan percobaan bunuh diri. Untuk mengatasi gejala depresi berikan anti depresi.Terapi untuk waham dan delirium pada putus NAPZAPada gangguan waham karena amfetamin atau kokain berikan inj. Haloperidol 2.5-5 mg IM dan dilanjutkan peroral 3x2,5-5 mg/hari.Pada gangguan waham karena ganja beri Diazepam 20-40 mg IM. Pada delirium putus sedativa/hipnotika atau alkohol beri Diazepam seperti pada terapi intoksikasi sedatif/hipnotika atau alkohol.Terapi putus opioida pada neonatusGejala putus opioida pada bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang mengalami ketergantungan opioida, timbul dalam waktu sebelum 48-72 jam setelah lahir. Gejalanya antara lain : menangis terus(melengking), gelisah, sulit tidur, diare, tidak mau minum, muntah, dehidrasi, hidung tersumbat, demam, berkeringat.Berikan infus dan perawatan bayi yang memadai. Selanjutnya berikan Diazepam 1-2 mg tiap 8 jam setiap hari diturunkan bertahap,selesai dalam 10 hari.d. Terapi Terhadap KomorbiditasSetelah keadaan intoksikasi dan sindroma putus NAPZA dapat teratasi, maka perlu dilanjutkan dengan terapi terhadap gangguan jiwa lain yang terdapat bersama-sama dengan gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (co-morbid psychopathology), sebagai berikut :1. Psikofarmakologis yang sesuai dengan diagnosis1. Psikoterapi individual- Konseling : bila dijumpai masalah dalam komonikasi interpersonal- Psikoterapi asertif : bila pasien mudah terpengaruh dan mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan yang bijaksana- Psikoterapi kognitif : bila dijumpai depresi psikogen1. Psikoterapi kelompok1. Terapi keluarga bila dijumpai keluarga yang patologik1. Terapi marital bila dijumpai masalah marital1. Terapi relaksasi untuk mengatasi ketegangan1. Dirujuk atau konsultasi ke RS Umum atau RS Jiwa

e. Terapi Terhadap Komplikasi MedikTerapi disesuaikan dengan besaran masalah dan dilaksanakan secara terpadu melibatkan berbagai disiplin ilmu kedokteran.f. Terapi Maintenance (Rumatan)Terapi maintenance/rumatan ini dijalankan pasca detoksifikasi dengan tujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi medis serta tidak kriminal.Secara medis terapi ini dijalankan dengan menggunakan :1. Terapi psikofarmaka,menggunakan Naltrekson (Opiat antagonis), atau Metadon1. Terapi perilaku, diselenggarakan berdasarkan pemberian hadiah dan hukum1. Self-help group,didasarkan kepada beberapa fillosofi antara lain : 12-Steps

2. RehabilitasiSetelah selesai detoksifikasi, penyalahguna NAPZA perlu menjalani rehabilitasi. Kenyataan menunjukkan bahwa mereka yang telah selesai menjalani detoksifikasi sebagian besar akan mengulangi kebiasaan menggunakan NAPZA, oleh karena rasa rindu (craving) terhadap NAPZA yang selalu terjadi.Dengan Rehabilitasi diharapkan pengguna NAPZA dapat : Mempunyai motivasi untuk tidak menyalahgunakan NAPZA lagi ; Mampu menolak tawaran penyalahgunakan NAPZA; Pulih kepercayaan dirinya,hilang rasa rendah dirinya; Mampu mengelola waktu dan berubah perilaku sehari-hari dengan baik; Dapat berkonsentrasi untuk belajar atau bekerja; Dapat diterima dan dapat membawa diri dengan baik dalam pergaulan di lingkungannya.

Beberapa Bentuk Program/Pendekatan Rehabilitasi yang ada,antara lain :a. Program Antagonis Opiat (Naltrexon)Setelah detoksifikasi (dilepaskan dari ketergantungan fisik) terhadap opioid (heroin/putauw/PT) penderita sering mengalami keadaan rindu yang sangat kuat (craving, kangen,sugesti) terhadap efek heroin. Antagonis opiat (Naltrexon HCI,) dapat mengurangi kuatnya dan frekuensi datangnya perasaan rindu itu. Apabila pasien menggunakan opat lagi,ia tidak merasakan efek euforiknya sehingga dapat terjadi overdosis. Oleh karena itu perlu seleksi dan psikoterapi untuk membangun motivasi pasien yang kuat sebelum memutuskan pemberian antagonis. Antagonis opiat diberikan dalam dosis tunggal 50 mg sekali sehari secara oral, selama 3- 6 bulan. Karena hepatotoksik, perlu tes fungsi hati secara berkala.b. Program MetadonMetadon adalah opiat sintetik yang bisa dipakai untuk menggantikan heroin yang dapat diberikan secara oral sehingga mengurangi komplikasi medik. Program ini masih kontroversial, di Indonesia program ini masih berupa uji coba di RSKOc. Program yang berorientasi psikososialProgram ini menitik beratkan berbagai kegiatannya pada terapi psikologik(kognitif, perilaku, suportif, asertif, dinamika kelompok, psikoterapi individu, desensitisasi dan lain-lain) dan keterampilan sosial yang bertujuan mengembangkan keperibadian dan sikap mental yang dewasa, serta meningkatkan mutu dan kemampuan komunikasi interpersonal. Berbagai variasi psikoterapi sering digunakan dalam setting rehabilitasi tergantung pada sasaran terapi yang digunakan. Psikoterapi yang berorientasi analitik mengambil keberhasilan mendatangkan insight sebagai parameter keberhasilan. Psikoterapi yang menggunakan sasaran pencegahan relaps seperti Cognitive Behaviour Therapy dan Relaps Prevention Training Supportive Expressive Psychotherapy Psychodrama,art-therapy adalah psikoterapi yang dijalankan secara Individuald. Therapeutic Community berupa program terstruktur yang diikuti oleh mereka yang tinggal dalam sutu tempet. Dipimpin oleh bekas penyalahgunan yang dinyatakan memenuhi syarat sebagai konselor,setelah melalui pendidikan dan latihan. Tenaga profesional hanya sebagai konsultan saja.Disini penderita dilatih keterampilan mengelola waktu dan perilakunya secara efektif serta kehidupannya sehari-hari, sehingga dapat mengatasi keinginan memakai NAPZA atau sugesti (craving) dan mencegah relap. Dalam komonitas ini semua ikut aktif dalam proses terapi. Ciri perbedaan anggota dihilangkan. Mereka bebas menyatakan perasaan dan perilaku sejauh tidak membahayakan orang lain. Tiap anggota bertanggung jawab terhadap perbuatannya,ganjaran bagi yang berbuat positif dan hukuman bagi yang berperilaku negatif diatur oleh mereka sendiri.e. Program yang berorientasi SosialProgram ini memusatkan kegiatan pada keterampilan sosial, sehingga mereka dapat kembali kedalam kehidupan masyarakat yang normal,termasuk mampu bekerja.f. Program yang berorientasi kedisiplinanProgram ini menerapkan modifikasi behavioral atau perilaku dengan cara melatih hidup menurut aturan disiplin yang telah ditetapkan.g. Program dengan Pendekatan Religi atau SpiritualPesantren dan beberapa pendekatan agama lain melakukan trial and error untuk menyelenggarakan rehabilitasi ketergantungan NAPZAh. Lain-lainBeberapa profesional bidang kedokteran mencoba menggabungkan berbagai modalitas terapi dan rehabilitasi. Hasil keberhasilan secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan masih ditunggu. Beberapa bentuk terapi lainnya yang saat ini dikembangkan di Indonesia adalah penggunaan tenaga dalam prana dan meditasi Terapi yang mengandalkan adanya kekuatan spiritual baik dalam arti kata kekuatan diri maupun Keagungan Allah telah dikembangkan hampir di seluruh dunia.

3. Program Pasca Rawat (After Care)Setelah selesai mengikuti suatu program rehabilitasi, penyalahguna NAPZA masih harus mengikuti program pasca rawat (After care) untuk memperkecil kemungkinan relaps (kambuh). Setiap tempat/panti rehabilitasi yang baik mempunyai program pasca rawat ini.4. Narcotics Anonymous (Na)NA adalah kumpulan orang, baik laki-laki maupun perempuan yang saling berbagi rasa tentang pengalaman, kekuatan, dan harapan untuk menyelesaikan masalah dan saling menolong untuk lepas dari NAPZA (khususnya Narkotika). Satu-satunya syarat untuk menjadi anggota NA adalah keinginan untuk berhenti memakai Narkotika. NA tidak terikat pada agama tertentu,pahak politik tertentu maupun institusi tertentu. Mereka mengadakan pertemuan seminggu sekali. Pertemuan ini biasanya tertutup,hanya bagi anggota saja atau terbuka dengan mengundang pembicara dari luar. Mereka menggunakan beberapa prinsip yang terhimpun dalam 12 langkah (the twelve steps).RUJUKAN Karena keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan petugas puskesmas,atau karena fasilitas yang tersedia terbatas, pasien yang tak dapat diatasi,sebaiknya dirujuk ke dokter ahli yang sesuai atau dirujuk untuk rawat inap di rumah sakit (misalnya : RS Umum/Swasta, RS Jiwa, RSKO). Pasien juga dapat dirujuk hanya untuk konsultasi atau meminta pemeriksaan penunjang saja, seperti pemeriksaan laboratorium (tes urin), pemeriksaan radio-diagnostik, elektro diagnostik, maupun test psikologik (IQ, keperibadian, bakat, minat).

DAFTAR PUSTAKA

www.asiamaya.com/undangundang/uu_psikotropika/uu_psikotropikababI.htmwww.depkes.go.id/downloads/napza.pdfwww.bnn.go.idKaplan,Harold; Sadock,Benjamin J; Greb,Jack A. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1. Edisi 7. Bina Rupa Aksara. Jakarta. 1997. halaman 571-684.Sadock, Benjamin J; Sadock, Virginia A. Pocket Handbook of Clinical Psychiatry. 3rd edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 2001. page 79-99.31