16
CIRI-CIRI GLOBALISASI FANDI MUHAMMAD XII IPA 1

CIRI globalisasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

1

Citation preview

CIRI-CIRI GLOBALISASI

FANDI MUHAMMADXII IPA 1

SMA NEGERI 1 CIBADAK

JL.PERINTIS KEMERDEKAAN NO.72CIBADAK-SUKABUMI

(0266) 53100

CIRI-CIRI GLOBALISASI

NURHAYATI NABILAXII IPA 3

SMA NEGERI 1 CIBADAK

JL.PERINTIS KEMERDEKAAN NO.72CIBADAK-SUKABUMI

(0266) 531001

CIRI - CIRI GLOBALISASI

1. Globalisasi sebagai kelanjutan dan modernisasi.

Globalisasi sesungguhnya tidaklah datang secara mendadak. Ada

masukanmasukan dan masa Iampau yang kemudian berakumulasi dan

bermuara kepada apa yang terjadi dewasa ini. Dalam hal ini globalisasi

perlu diselami sebagai kejadian yang mempunyai Iatar belakang sejarah

Barat dan Eropa. Globalisasi merupakan gelombang lanjutan dan

runtuhnya abad pertengahan Eropa yang serba keagamaan melahirkan

jaman modern, di mana manusia berusaha mewujudkan sistem alternatif

non-keagamaan yang sifatnya kokoh dan semesta. Humanisme dan

renaisance dan kemudian gelombang Enl,~ihtenment atau Aufklarung

merupakan awal dan kebangkitan modern tersebut. Faktor-faktor

dominan yang menggerakkan adalah ilmu pengetahuan, teknologi,

ekonomi, hasrat akan kemerdekaan dan kehausan akan kekuasaan.

Perubahan tersebut menjadi awal dan gerak evolusi dan bahkan koevolusi

yang bergerak terus yang sifatnya menjadi ekspansif dan akumulatif

diberbagai bidang kehidupan manusia, yang kemudian pada saat ini

bermuara menjadi perubahan besar yang dinamakan globalisasi tersebut.

2. Ciri-ciri di Bidang Ekonomi.

Sebetulnya faktor terpenting di dalam terjadinya modernisasi itu

adalah faktor ekonomi. Lahirnya jaman modern meruntuhkan tata

ekonomi feudal digantikan dengan tata ekonomi kota. Tata ekonomi kota

lebih lanjut tumbuh dan melahirkan tata ekonomi nasional dalam anti

ekonomi negara (nation states). Interaksi baik yang bersifat konfliktif

maupun asosiatif dan ekonomi nasional (ekonomi negara) ini lebih lanjut

melahirkan sistem ekonomi internasional. Proses evolusi dan koevolusi

dan suasana ekonomi internasional ini berakumulasi dan melahirkan

tahap ekonomi transnasional yang merupakan salah satu ciri utama dan

apa yang dinamakan globalisasi tersebut. Di dalam fase ini maka ekonomi

telah bergerak melintasi batasbatas nasional sementara negara bangsa

tidak Iagi menjadi faktor utama yang menentukan.

3. Ciri-ciri di Bidang Kemasyarakatan

Sebagai reaksi terhadap golongan bangsawan yang disebut sebagai

“eerste stand’ dan golongan agama sebagai “tweede stand’ maka jaman

modern melahirkan apa yang disebut sebagai “derde stand” yang juga

Fandi Muhammad XII IPA 1

disebut sebagai “burgerl(/k” (civil). Faktor ekonomi memang telah menjadi

pemicu Iahirnya golongan ketiga in Munculnya golongan ketiga ini

mungkin dapat dipandang sebagai konsep civil socieity generasi pertama.

Sifatnya masih reaktioner opositif terhadap golongan Iawannya. Di dalam

perkembangannya maka lahinlah konsepsi-konsepsi sistem kemasyarakat-

an non keagamaan, antara lain di dalam konsep hak-hak asasi,

kemerdekaan, netaionalisme, demokrasi, republik, hukum, namun juga

berbagai sistem kekuasaan balk ideologi, politik maupun ekonomi. Inilah

konsep civil society generasi kedua yang intinya adalah upaya

membangun sistem alternatif non keagamaan yang sifatnya semesta, balk

idiil maupun operasionalnya. Lahirlah misalnya konsep sistem liberal,

sistem kapitalis, sistem sosialis, komunis dan lain sebagainya. Pada fase

ini kekuasaan merupakan titik berat penhatian, di mana negara bangsa

dipandang sebagai institusi alternatif non keagamaan yang sifatnya ideal.

Sejalan dengan perkembangan ekonomi yang bengerak dan fase

internasional kepada fase transnasional, maka tenjadi pula pergeseran

dan fase civil society generasi kedua kepada fase society generasi ketiga.

Dalam fase mi manusia melihat bahwa essensi dan pemberontakan

modern adalah melawan kekuasaan yang ada pada abad pentengahan

tersebut. Maka itu essensi dan alternatif yang dicita-citakan adalah

membebaskan manusia dan segala apa yang dinamakan kekuasaan.

Negana, institusi, struktur, baik politik, ekonomi, hukum maupun militer,

dipandang sebagai wujud dan apa yang dinamakan kekuasaan yang

bagaimanapun akan selalu membawa manusia kedalam jurang

dehumanisasi. Itulah sebabnya maka konsep civil sosiety generasi ketiga

cenderung melepaskan manusia dan masyarakat dan segata bentuk

institusi kekuasaan maupun stnuktur itu. Sepenti halnya di dalam konsep

generasi kedua tenjadi sikap memisahkan agama dan dunia dan manusia

sampai kepada memusuhi agama dan bahkan memusuhi dan

rnembuangkan Tuhan (seku/arisasi sekular, sme dan atheisme), maka

pada generasi ketiga mi ada berbagai vaniasi sikap dan yang memisahkan

negara dan masyanakat sampai kepada sikap yang memandang penlunya

negara dan segala institusi kekuasaan dan stnuktun itu dihancunkan dan

dibinasakan (Eksistensiallsme, strukturalisme, neomarxisme, post

modernicme). Dalam fase akhir ini kelanjutan dan evolusi modernisasi

nampak menggejala di dalam genak anti modennisasi itu sendini, apabila

hakikat modernisasi adalah kekuatan dan kekuasaan.

4. Ciri-ciri di Bidang Ilmu dan Teknologi

Fandi Muhammad XII IPA 1

Humanisme dan nenaisance memacu terjadinya kemajuan ilmu

pengetahuan khususnya yang empinis dan mengenam alam kosmika/. Di

dalam perkembangannya pada jaman Aufk/arung maka tumbuh

perkembangan ilmu menjadi makin kuat. Evolusi ilmu dan teknologi

menunjukkan betapa pada awalnya kedua hal ini tidak langsung benkaitan

dengan perkembangan ekonomi akan tetapi kemudian ilmu, teknologi dan

ekonomi menjadi suatu koevolusi yang makin manunggal. Revolusi

industri I melahinkan masyarakat industri modern awal, didukung oleh

peradaban industni yang tendini dan ilmu pengetahuan positif modern

dan teknologi.

Revolusi industri kedua melahirkan apa yang disebut sebagai

mechanisation society (mass production) didukung oleh lahinnya science

controlled technology Dan fase controlled technology mi manusia

mengembangkan lebih lanjut automatisasi (automatic controlled

technology) yang benmuara kepada sibernetika. Sibernetika inilah

mendonong tenjadmnya automation society Sibemetika dan fase

automation society inilah yang kemudian melahirkan nevolusi industni III

yang amat besan pengaruhnya terhadap informasi, komunikasi,

tnansportasi, dan penguasaan sumber-sumber energi. Terjadinya nevolusi

industri III di dalam suasana automation society yang didukung oleh

kekuatan sibernetika dan penguasaan sumber-sumber energi itulah yang

menyebabkan (dan mungkin menjadi salah satu faktor) tenjadinya

perubahan dan fase internasional kepada fase transnasional serta lahirnya

konsep civil society generasi ketiga. Ekonomi menjadi bersifat

tnansnasional ketika sibernetikanya enengi ekonomi yaitu sistem moneten

juga masuk ke dalam roda automation society ini. Kita memang belum

berhenti. Ilmu dan teknologi yang pada awalnya hanya menjamah alam di

luan manusia telah pula menembus alam di dalam din manusia sendini.

IImu biologi telah membawa manusia memasuki bio -technology, dan

bahkan bengabung dengan psikologi telah mulai memasuki medan psycho

bio technology, yang mungkin akan menjadi medan utama untuk

penkembangan umat manusia di masa yang akan datang.

5. Dimensi Kekuatan dan Kekuasaan

Zaman modern merupakan zaman yang menyadarkan bahwa manusia

memiliki kekuatan dan kekuasaan yang ada di dalam dininya sendini

(tidak di dalam kebangsawanan ataupun di dalam keagamaan). Kanena

Fandi Muhammad XII IPA 1

itulah manusia ingin membangun sistem altennatif kekuasaan yang

basisnya bukan kebangsawanan bukan pula keagamaan. Zaman modern

menyadankan manusia betapa ekonomi merupakan faktor basis bagi

kekuasaan dan kekuatan, terutama ketika ekonomi kota tumbuh menjadi

ekonomi nasionat dengan negara bangsa sebagai institusi kekuasaan atau

pelaku utamanya. Kekuasaan negana ditentukan oleh kekuatan

ekonominya, balk kekuatan itu berupa massa manusia ataupun kekuatan

itu menjadi sistem kekuatan yang tenonganisasi. Pada awalnya orang

menyadani betapa kekuatan kekuasaan hanuslah didukung oleh massa

dan kemampuan kekerasan phisiknya (violence). Namun untuk inipun

ekonomilah yang harus mendukungnya, tenutama uang. Maka penhatian

kekuasaan tentujulah kepada membangun basis ekonomi negara. Dalam

kaitan inilah maka dapat difahami teriadinya gerakan kolonialisme balk

yang kuno maupun sampai kepada impenialisme modern dan

neoimpenialisme dewasa mi. Intl kekuasaan tidak tenletak di dalam

“violence” akan tetapi pada fakton “wealth’ apalagi ketika ekonomi makin

manunggal dengan ilmu dan tehnologi. Kekuasaan menjadi didukung oleh

ekonomi yang dapat menyediakan mesin-mesin pemaksa dan mesinmesin

penakluk (penang) yang tenjadi sampai sekanang ml. Ekonomi menjadi

makin menyatu dengan politik dan militen. Semua mi menupakan bagman

nyata dan revolusi industni II. Telah terjadi perang dunia I, penang dunia II,

dan kemudian dunia yang berada di dalam suasana konflik bipolar.

Penkembangan internasional kedalam fase transnasional nampaknya telah

pula mengubah situasi: Suasana bipolar menjadi suasana mu/tip a/ar,

namun yang lebih penting dan itu maka kekuatan kekuasaan akan amat

ditentukan oleh yang memilki basis nevolusi industni II yang diperkuat

dengan basis revolusi industri III serta penguasaan ekonomi transnasional

dalam ilmu dan tehnologi yang serba sibernetika. Semua mi akan

mengubah gaya maupun metoda penebutan kekuasaan dan adu kekuatan

dan suasana lama kepada suasana banu. Konsep pentahanan, konsep

keamanan, konsep penang, konsep militer mungkin akan mengalami

penubahan mendasan. Konsep kompetisi yang banyak dibicanakan

sebagai cmi globalisasi tidak tenlepas dan dimensi kekuatan dan

kekuasaan ini.

6. Bidang Politik

Di Indonesia, modernisasi politik mengalami perkembangan pasang

surut. Perkembangan itu dimulai dengan bentuk Demokrasi Liberal,

Fandi Muhammad XII IPA 1

Demokrasi Terpimpin, dan Demokrasi Pancasila.

Keberhasilan pembangunan politik semakin memantapkan tatanan

kehidupan politik dan kenegaraan yang berdasarkan demokrasi Pancasila,

memantapkan perkembangan organisasi sosial kesadaran berpolitik

rakyat. Namun, pendidikan politik pun harus lebih ditingkatkan agar

rakyat makin sadar akan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara.

7. Bidang Agama

Masyarakat Indonesia sering dikatakan sebagai masyarakat yang

religius karena warga masyarakatnya hidup dengan berpedoman pada

kaidah-kaidah agama yang dijamin dan dikuatkan dalam UUD 1945 pasal

29 ayat 2 (Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan

kepercayaannya). Sebagai masyarakat yang religius, modernisasi dalam

kehidupan beragama sangat perlu. Modernisasi itu mencakup modernisasi

secara fisik dan non-fisik, sehingga akan terdapat keseimbangan dalam

membangun kehidupan di dunia dan di akhirat.

Fandi Muhammad XII IPA 1

CIRI - CIRI GLOBALISASI

1. Globalisasi sebagai kelanjutan dan modernisasi.

Globalisasi sesungguhnya tidaklah datang secara mendadak. Ada

masukanmasukan dan masa Iampau yang kemudian berakumulasi dan

bermuara kepada apa yang terjadi dewasa ini. Dalam hal ini globalisasi

perlu diselami sebagai kejadian yang mempunyai Iatar belakang sejarah

Barat dan Eropa. Globalisasi merupakan gelombang lanjutan dan

runtuhnya abad pertengahan Eropa yang serba keagamaan melahirkan

jaman modern, di mana manusia berusaha mewujudkan sistem alternatif

non-keagamaan yang sifatnya kokoh dan semesta. Humanisme dan

renaisance dan kemudian gelombang Enl,~ihtenment atau Aufklarung

merupakan awal dan kebangkitan modern tersebut. Faktor-faktor

dominan yang menggerakkan adalah ilmu pengetahuan, teknologi,

ekonomi, hasrat akan kemerdekaan dan kehausan akan kekuasaan.

Perubahan tersebut menjadi awal dan gerak evolusi dan bahkan koevolusi

yang bergerak terus yang sifatnya menjadi ekspansif dan akumulatif

diberbagai bidang kehidupan manusia, yang kemudian pada saat ini

bermuara menjadi perubahan besar yang dinamakan globalisasi tersebut.

2. Ciri-ciri di Bidang Ekonomi.

Sebetulnya faktor terpenting di dalam terjadinya modernisasi itu

adalah faktor ekonomi. Lahirnya jaman modern meruntuhkan tata

ekonomi feudal digantikan dengan tata ekonomi kota. Tata ekonomi kota

lebih lanjut tumbuh dan melahirkan tata ekonomi nasional dalam anti

ekonomi negara (nation states). Interaksi baik yang bersifat konfliktif

maupun asosiatif dan ekonomi nasional (ekonomi negana) ini lebih lanjut

melahirkan sistem ekonomi internasional. Proses evolusi dan koevolusi

dan suasana ekonomi internasional ini berakumulasi dan melahirkan

tahap ekonomi transnasional yang merupakan salah satu ciri utama dan

apa yang dinamakan globalisasi tersebut. Di dalam fase ini maka ekonomi

telah bergerak melintasi batasbatas nasional sementara negara bangsa

tidak Iagi menjadi faktor utama yang menentukan.

3. Ciri-ciri di Bidang Kemasyarakatan

Sebagai reaksi terhadap golongan bangsawan yang disebut sebagai

“eerste stand’ dan golongan agama sebagai “tweede stand’ maka jaman

modern melahirkan apa yang disebut sebagai “derde stand” yang juga

Nurhayati Nabila XII IPA 3

disebut sebagai “burgerl(/k” (civil). Faktor ekonomi memang telah menjadi

pemicu Iahirnya golongan ketiga in Munculnya golongan ketiga ini

mungkin dapat dipandang sebagai konsep civil socieity generasi pertama.

Sifatnya masih reaktioner opositif terhadap golongan Iawannya. Di dalam

perkembangannya maka lahinlah konsepsi-konsepsi sistem kemasyarakat-

an non keagamaan, antara lain di dalam konsep hak-hak asasi,

kemerdekaan, netaionalisme, demokrasi, republik, hukum, namun juga

berbagai sistem kekuasaan balk ideologi, politik maupun ekonomi. Inilah

konsep civil society generasi kedua yang intinya adalah upaya

membangun sistem alternatif non keagamaan yang sifatnya semesta, balk

idiil maupun operasionalnya. Lahirlah misalnya konsep sistem liberal,

sistem kapitalis, sistem sosialis, komunis dan lain sebagainya. Pada fase

ini kekuasaan merupakan titik berat penhatian, di mana negara bangsa

dipandang sebagai institusi alternatif non keagamaan yang sifatnya ideal.

Sejalan dengan perkembangan ekonomi yang bengerak dan fase

internasional kepada fase transnasional, maka tenjadi pula pergeseran

dan fase civil society generasi kedua kepada fase society generasi ketiga.

Dalam fase mi manusia melihat bahwa essensi dan pemberontakan

modern adalah melawan kekuasaan yang ada pada abad pentengahan

tersebut. Maka itu essensi dan alternatif yang dicita-citakan adalah

membebaskan manusia dan segala apa yang dinamakan kekuasaan.

Negana, institusi, struktur, baik politik, ekonomi, hukum maupun militer,

dipandang sebagai wujud dan apa yang dinamakan kekuasaan yang

bagaimanapun akan selalu membawa manusia kedalam jurang

dehumanisasi. Itulah sebabnya maka konsep civil sosiety generasi ketiga

cenderung melepaskan manusia dan masyarakat dan segata bentuk

institusi kekuasaan maupun stnuktur itu. Sepenti halnya di dalam konsep

generasi kedua tenjadi sikap memisahkan agama dan dunia dan manusia

sampai kepada memusuhi agama dan bahkan memusuhi dan

rnembuangkan Tuhan (seku/arisasi sekular, sme dan atheisme), maka

pada generasi ketiga mi ada berbagai vaniasi sikap dan yang memisahkan

negara dan masyanakat sampai kepada sikap yang memandang penlunya

negara dan segala institusi kekuasaan dan stnuktun itu dihancunkan dan

dibinasakan (Eksistensiallsme, strukturalisme, neomarxisme, post

modernicme). Dalam fase akhir ini kelanjutan dan evolusi modernisasi

nampak menggejala di dalam genak anti modennisasi itu sendini, apabila

hakikat modernisasi adalah kekuatan dan kekuasaan.

4. Ciri-ciri di Bidang Ilmu dan Teknologi

Nurhayati Nabila XII IPA 3

Humanisme dan nenaisance memacu terjadinya kemajuan ilmu

pengetahuan khususnya yang empinis dan mengenam alam kosmika/. Di

dalam perkembangannya pada jaman Aufk/arung maka tumbuh

perkembangan ilmu menjadi makin kuat. Evolusi ilmu dan teknologi

menunjukkan betapa pada awalnya kedua hal ini tidak langsung benkaitan

dengan perkembangan ekonomi akan tetapi kemudian ilmu, teknologi dan

ekonomi menjadi suatu koevolusi yang makin manunggal. Revolusi

industri I melahinkan masyarakat industri modern awal, didukung oleh

peradaban industni yang tendini dan ilmu pengetahuan positif modern

dan teknologi.

Revolusi industri kedua melahirkan apa yang disebut sebagai

mechanisation society (mass production) didukung oleh lahinnya science

controlled technology Dan fase controlled technology mi manusia

mengembangkan lebih lanjut automatisasi (automatic controlled

technology) yang benmuara kepada sibernetika. Sibernetika inilah

mendonong tenjadmnya automation society Sibemetika dan fase

automation society inilah yang kemudian melahirkan nevolusi industni III

yang amat besan pengaruhnya terhadap informasi, komunikasi,

tnansportasi, dan penguasaan sumber-sumber energi. Terjadinya nevolusi

industri III di dalam suasana automation society yang didukung oleh

kekuatan sibernetika dan penguasaan sumber-sumber energi itulah yang

menyebabkan (dan mungkin menjadi salah satu faktor) tenjadinya

perubahan dan fase internasional kepada fase transnasional serta lahirnya

konsep civil society generasi ketiga. Ekonomi menjadi bersifat

tnansnasional ketika sibernetikanya enengi ekonomi yaitu sistem moneten

juga masuk ke dalam roda automation society ini. Kita memang belum

berhenti. Ilmu dan teknologi yang pada awalnya hanya menjamah alam di

luan manusia telah pula menembus alam di dalam din manusia sendini.

IImu biologi telah membawa manusia memasuki bio -technology, dan

bahkan bengabung dengan psikologi telah mulai memasuki medan psycho

bio technology, yang mungkin akan menjadi medan utama untuk

penkembangan umat manusia di masa yang akan datang.

5. Dimensi Kekuatan dan Kekuasaan

Zaman modern merupakan zaman yang menyadarkan bahwa manusia

memiliki kekuatan dan kekuasaan yang ada di dalam dininya sendini

(tidak di dalam kebangsawanan ataupun di dalam keagamaan). Kanena

Nurhayati Nabila XII IPA 3

itulah manusia ingin membangun sistem altennatif kekuasaan yang

basisnya bukan kebangsawanan bukan pula keagamaan. Zaman modern

menyadankan manusia betapa ekonomi merupakan faktor basis bagi

kekuasaan dan kekuatan, terutama ketika ekonomi kota tumbuh menjadi

ekonomi nasionat dengan negara bangsa sebagai institusi kekuasaan atau

pelaku utamanya. Kekuasaan negana ditentukan oleh kekuatan

ekonominya, balk kekuatan itu berupa massa manusia ataupun kekuatan

itu menjadi sistem kekuatan yang tenonganisasi. Pada awalnya orang

menyadani betapa kekuatan kekuasaan hanuslah didukung oleh massa

dan kemampuan kekerasan phisiknya (violence). Namun untuk inipun

ekonomilah yang harus mendukungnya, tenutama uang. Maka penhatian

kekuasaan tentujulah kepada membangun basis ekonomi negara. Dalam

kaitan inilah maka dapat difahami teriadinya gerakan kolonialisme balk

yang kuno maupun sampai kepada impenialisme modern dan

neoimpenialisme dewasa mi. Intl kekuasaan tidak tenletak di dalam

“violence” akan tetapi pada fakton “wealth’ apalagi ketika ekonomi makin

manunggal dengan ilmu dan tehnologi. Kekuasaan menjadi didukung oleh

ekonomi yang dapat menyediakan mesin-mesin pemaksa dan mesinmesin

penakluk (penang) yang tenjadi sampai sekanang ml. Ekonomi menjadi

makin menyatu dengan politik dan militen. Semua mi menupakan bagman

nyata dan revolusi industni II. Telah terjadi perang dunia I, penang dunia II,

dan kemudian dunia yang berada di dalam suasana konflik bipolar.

Penkembangan internasional kedalam fase transnasional nampaknya telah

pula mengubah situasi: Suasana bipolar menjadi suasana mu/tip a/ar,

namun yang lebih penting dan itu maka kekuatan kekuasaan akan amat

ditentukan oleh yang memilki basis nevolusi industni II yang diperkuat

dengan basis revolusi industri III serta penguasaan ekonomi transnasional

dalam ilmu dan tehnologi yang serba sibernetika. Semua mi akan

mengubah gaya maupun metoda penebutan kekuasaan dan adu kekuatan

dan suasana lama kepada suasana banu. Konsep pentahanan, konsep

keamanan, konsep penang, konsep militer mungkin akan mengalami

penubahan mendasan. Konsep kompetisi yang banyak dibicanakan

sebagai cmi globalisasi tidak tenlepas dan dimensi kekuatan dan

kekuasaan ini.

6. Bidang Politik

Di Indonesia, modernisasi politik mengalami perkembangan pasang

surut. Perkembangan itu dimulai dengan bentuk Demokrasi Liberal,

Nurhayati Nabila XII IPA 3

Demokrasi Terpimpin, dan Demokrasi Pancasila.

Keberhasilan pembangunan politik semakin memantapkan tatanan

kehidupan politik dan kenegaraan yang berdasarkan demokrasi Pancasila,

memantapkan perkembangan organisasi sosial kesadaran berpolitik

rakyat. Namun, pendidikan politik pun harus lebih ditingkatkan agar

rakyat makin sadar akan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara.

7. Bidang Agama

Masyarakat Indonesia sering dikatakan sebagai masyarakat yang

religius karena warga masyarakatnya hidup dengan berpedoman pada

kaidah-kaidah agama yang dijamin dan dikuatkan dalam UUD 1945 pasal

29 ayat 2 (Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan

kepercayaannya). Sebagai masyarakat yang religius, modernisasi dalam

kehidupan beragama sangat perlu. Modernisasi itu mencakup modernisasi

secara fisik dan non-fisik, sehingga akan terdapat keseimbangan dalam

membangun kehidupan di dunia dan di akhirat.

Nurhayati Nabila XII IPA 3