18
ANTROPOLOGI BUDAYA PENDAHULUAN Istilah Istilah pertama berasal dari Jerman dengan nama Kulturkunde. Di Indonesia digunakan oleh Universitas Indonesia (UI) yaitu dengan nama Ilmu Kebudayaan. Dalam perkembangannya berganti istilah menjadi Antropologi Budaya yang berasal dari Amerika (Cultural Antropology). Pada tahun 1875 di Inggris, istilahnya menjadi Social Antropology. Selanjutnya istilah Antropologi Budaya dipakai oleh UNPAD. Manfaat Manfaat mempelajari Antropologi Budaya: sebagai penunjang bagi pengembangan Ilmu hokum, telaah-telaah yang dilakukannya akan memberi masukan, memperluas wawasan, terutama bagi para pakar hukum dalam menjalankan tugasnya sehari-hari baik sebagai seorang teoritis maupun praktis. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Antropologi Budaya 1

CIC Antropologi Budaya (Sari Kuliah)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

law school

Citation preview

Page 1: CIC Antropologi Budaya (Sari Kuliah)

ANTROPOLOGI BUDAYA

PENDAHULUAN

Istilah

Istilah pertama berasal dari Jerman dengan nama Kulturkunde. Di Indonesia digunakan

oleh Universitas Indonesia (UI) yaitu dengan nama Ilmu Kebudayaan.

Dalam perkembangannya berganti istilah menjadi Antropologi Budaya yang

berasal dari Amerika (Cultural Antropology).

Pada tahun 1875 di Inggris, istilahnya menjadi Social Antropology.

Selanjutnya istilah Antropologi Budaya dipakai oleh UNPAD.

Manfaat

Manfaat mempelajari Antropologi Budaya: sebagai penunjang bagi pengembangan Ilmu

hokum, telaah-telaah yang dilakukannya akan memberi masukan, memperluas

wawasan, terutama bagi para pakar hukum dalam menjalankan tugasnya sehari-hari

baik sebagai seorang teoritis maupun praktis.

• Kegunaan Antropologi bagi perkembangan Ilmu Hukum:

1. Bahan-bahan hasil penelitian Antropologi dapat memberikan gambaran tentang

hukum dalam konteks kebudayaan dalam suatu masyarakat. Pancasila merupakan

hasil kristalisasi dari budaya, hukum itu sendiri sebagai aspek budaya.

2. Dengan mempelajari Antropologi dapat ditelusuri

sistem nilai yang menjadi dasar dari sistem hukum, apakah itu Sistem Eropa

Kontinental, Sistem Anglo Saxon, Sistem Hukum Islam, ataukah Sistem Hukum

Adat.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Antropologi Budaya

1

Page 2: CIC Antropologi Budaya (Sari Kuliah)

3. Dengan menelaah bahan-bahan Antropologi dapat diketahui pola-pola proses

hukum manakah yang dipergunakan untuk menegakkan sistem nilai-nilai dalam

masyarakat.

Contoh; Hukum Acara Perdata/ Hukum Acara Pidana, berbicara mengenai

peradilan;

Antropologi Budaya tidak sebatas peradilan saja melainkan juga konstruksi

hukum. Adil (= sifat orang), keadilan (= asas), peradilan (= proses mencapai

keadilan).

4. Penelitian Antropologi dapat memberikan data tentang penerapan hukum tertulis

pada masyarakat. Penerapan hukum (= efektivitas hukum), meliputi:

a. Hukumnya (yuridis, sosiologis, filosofis, juga antropologis);

b. Penegak hukum (professional berpengetahuan, luas, jujur, adil, bersih,

berwibawa, bertanggung jawab);

c. Fasilitas hukum (sarana dan prasarana),

d. Masyarakat (partisipasi, menyangkut perubahan sikap mental masyarakat

secara pribadi dan secara hukum).

5. Penelitian Antropologi dapat memberikan pengetahuan tentang kemungkinan

dipergunakannya proses peradilan tidak resmi yang mungkin lebih efektif daripada

peradilan yang resmi (ADR/ Alternative Dispute Resolution).

6. Dengan penelitian Antropologi dapat diketahui tentang sebab-sebab, latar

belakang mengapa warga masyarakat enggan untuk menyelesaikan masalah-

masalah hukum di pengadilan resmi (misal; karena birokrasi yang berbelit-belit,

biaya mahal, waktu yang lama, dsb).

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Antropologi Budaya

2

Page 3: CIC Antropologi Budaya (Sari Kuliah)

7. Dengan penelitian Antropologi dapat diidentifikasikan tentang kebutuhan-

kebutuhan hukum warga masyarakat serta latar belakang budayanya.

RUANG LINGKUP

• Antropologi dibagi menjadi:

1. Antropologi fisik,

Mempelajari fisik manusia.

a. Paleantropologi,

Meneliti tentang sejarah terjadinya dan perkembangan manusia sebagai makhluk

biologis, misal; fosil-fosil, dsb.

b. Somatologi.

Meneliti sejarah terjadinya aneka warna manusia, dilihat dari sudut ciri-ciri fisik.

2. Antropologi budaya.

Mempelajari nurani dan hasil-hasil yang dicapai oleh manusia.

a. Prehistori.

Mempelajari sejarah perkembangan dan persebaran kebudayaan manusia di

muka bumi terutama sebelum mereka mengenal huruf.

b. Etnolinguistik,

Mempelajari terjadinya persebaran aneka warna bahasa di dunia, yang diteliti

misal; daftar kata, huruf-huruf, tata bahasa, dsb.

c. Etnologi.

Mempelajari dasar-dasar kebudayaan manusia dalam kehidupan bermasyarakat

(merupakan cabang Antropologi yang tertua), dll.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Antropologi Budaya

3

Page 4: CIC Antropologi Budaya (Sari Kuliah)

FASE-FASE PERKEMBANGAN

• Meliputi:

1. Fase I (sebelum 1800),

2. Fase II (kira-kira pertengahan abad ke-19),

3. Fase III (permulaan abad ke-20),

4. Fase IV (sesudah kira-kira 1930),

Ad 1): Fase I (sebelum 1800)

• Tahun 1800 mulai lahir pandangan primus interpares, yaitu anggapan bahwa orang

Eropa lebih kuat dari orang luar Eropa.

• Pada fase ini mulai terkumpul kitab-kitab kisah perjalanan. Laporan-laporan, buah

tangan para musafir dan pelaut, pendeta-pendeta agama Nasrani dan pegawai

pemerintah jajahan.

• Kesimpulan (sebagai pandangan) yang lahir di Eropa:

1. Bangsa Eropa menganggap bangsa jauh adalah bangsa yang sangat buruk,

manusia liar, timbulah istilah bangsa primitive savages.

2. Bangsa Eropa menganggap bahwa bangsa jauh adalah suatu contoh masyarakat

yang masih murni, yang belum termasuki oleh kejahatan seperti yang terjadi di

Eropa.

3. Bangsa Eropa tertarik akan adat istiadat bangsa jauh yang aneh, mulailah mereka

mengumpulkan benda-benda kebudayaan bangsa jauh.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Antropologi Budaya

4

Page 5: CIC Antropologi Budaya (Sari Kuliah)

Ad 2): Fase II (kira-kira pertengahan abad ke-19)

• Antropologi merupakan ilmu yang akademis bertujuan mempelajari masyarakat dan

kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapat suatu pengertian tentang tingkat-

tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah persebaran kebudayaan manusia.

Ad 3): Fase lll (permulaan abad ke-2O)

Antropologi menjadi ilmu yang praktis dan bertujuan mempelajari masyarakat dan

kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa guna kepentingan pemerintah kolonial dan

guna mendapat suatu pengertian tentang masyarakat-masyarakat yang komplek

melalui bentuk-bentuk masyarakat yang kurang komplek.

Ad 4): Fase IV (sesudah kira-kira 1930)

• Pada fase ini terjadi dua perubahan penting, yaitu:

1. Timbulnya antipati terhadap kolonialisme, yang tampak sedudah Perang Dunia

II,

2. Cepat hilangnya bangsa-bangsa yang primitif (dalam arti bangsa-bangsa asli dan

terpencil dari pengaruh Eropa dan Amerika).

• Pada fase ini Antropologi mempunyai 2 tujuan, yaitu tujuan akademis dan tujuan

praktis. Tujuan akademis ialah mencapai pengertian mengenai aneka warna makhluk

manusia, kebudayaan serta masyaratnya. Tujuan praktis adalah untuk mempelajari

manusia dalam masyarakat pedesaan guna memajukan penduduk pedesaan itu.

ANTROPOLOGI, SOSIOLOGI, DAN HUKUM

• Antropologi Hukum mempelajari hukum sebagai gejala-gejala dalam aspek dan tidak

sebagai norma-norma dalam kehidupan.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Antropologi Budaya

5

Page 6: CIC Antropologi Budaya (Sari Kuliah)

• Sosiologi hukum merupakan cabang Sosiologi yang mempelajari hukum sebagai hasil

interaksi manusia.

• Hukum itu merupakan hasil karya manusia, yaitu kebudayaan, Antropologi melihat

hukum itu sebagai aspek dari kebudayaan, merupakan produk dari budaya tersebut.

Intinya yaitu pola nilai, sedang nilai itu sendiri konsep tentang baik dan buruk, mana

yang harus diikuti dan mana yang tidak.

Pola nilai menentukan bagaimana norma-norma hukum terjadi/tercipta.

Pola nilai norma/kaidah norma sosial (tidak termasuk norma agama karena

agama bersumber langsung dari Tuhan, bukan produk dari pola nilai/interaksi manusia

hukum (bersanksi).

• Antropologi Hukum mempelajari bagaimana hubungan pola nilai dengan hukum ilu

sendiri (norma hukum yang memiliki sanksi yang tegas), sedangkan Sosiologi

mempelajari hukum sebagai gejala dan aspek kehidupan sebagai hasil pergaulan hidup

manusia.

• Kaitan Antropologi Budaya dengan hukum, bahwa Antropologi mempelajari manusia

secara sosiologis, yaitu manusia sebagai makhluk yang berbudaya, dan hukum

mempelajari manusia yang hidup berbudaya.

Antropologi dan Sosiologi

• Persamaan; bahwa Antropologi mencari prinsip-prinsip persamaan di belakang aneka

warna dalam beribu-ribu masyarakat dan kebudayaan dari kelompok manusia di muka

bumi dengan tujuan mencapai pengertian tentang hidup masyarakat dan kebudayaan,

tujuan Sosiologi pun sama seperti demikian.

• Perbedaannya antara lain:

1. Asal-mula dan sejarah perkembangan,

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Antropologi Budaya

6

Page 7: CIC Antropologi Budaya (Sari Kuliah)

Antropologi Budaya:

Mula-mula sebagai bahan-bahan keterangan tentang masyarakat dan

kebudayaan pribumi di daerah-daerah luar Eropa, khusus karena kebutuhan

orang-orang Eropa untuk mendapatkan pengertian tentang tingkat-tingkat

permulaan dalam sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan,

Mempelajari manusia sederhana.

Sosiologi :

Mula-mula sebagai bagian dari Filsafat Sosial dalam rangka llmu Filsafat

yang menjadi ilmu yang khusus, bahwa dalam krisis masyarakat Eropa

memerlukan pengetahuan yang mendalam tentang dasar-dasar masyarakat dan

kebudayaan sendiri,

Mempelajari masyarakat yang sudah kompleks.

2. Objek ilmiah,

Antropologi Budaya :

Objek penelitiannya adalah masyarakat pedesaan (sederhana), tapi sebagai

satu kesatuan yang bulat,

Studi komparatif dari berbagai kebudayaan dan masyarakat yang amat besar

jumlahnya.

Sosiologi :

Masyarakat perkotaan (kompleks). Memusatkan perhatiannya pada berbagai

gejala khusus dengan menganalisa kelompok sosial yang khusus pula.

3. Metode dan masalah yang khusus.

Antropologi Budaya :

Analisis kualitatif, komparatif, deskriptif,

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Antropologi Budaya

7

Page 8: CIC Antropologi Budaya (Sari Kuliah)

Instrumennya observasi (pengamatan), paling jauh mengadakan interview,

Peneliti tinggal di lokasi penelitian relatif lama.

Sosiologi :

Analasis kuantitatif, verifikatif, Instrumennya quesioner,

Jangka waktunya relatif pendek.

Masyarakat

Menurut Ralph Linton:

Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja

sama sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya

sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

• Menurut Ralph Linton, masyarakat yang belum terorganisasikan, mengalami proses

yang fundamental, yaitu:

1. Adaptasi dan organisasi dari tingkah laku para anggota,

2. Perasaan kelompok.

Jika aggregate of individual menjadi kelompok yang terorganisasikan dan mempunyai

jiwa (perasaan) kelompok, dan jika kelompok itu mempunyai ciri-ciri seperti itu,

maka Linton menyebutnya masyarakat.

• Menurut Park dan Burgess, eksistensi masyarakat dimungkinkan oleh interaksi sosial

dan proses sosial, yaitu dengan:

1. Komunikasi,

2. Konflik,

3. Kompetisi,

4. Akomodasi,

5. Asimilasi,

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Antropologi Budaya

8

Page 9: CIC Antropologi Budaya (Sari Kuliah)

6. Kooperasi.

Antropologi melihat dua tipe masyarakat. yaitu:

1. Masyarakat primitive,

2. Masyarakat modern.

Struktur Sosial

Ruang lingkup Antropologi (sosial) menyangkut human social process

comparatively.

Dalam mempelajari relasi sosial dibedakan antara struktur, fungsi, dan

organisasi.

Struktur sosial adalah jaringan relasi sosial dalam masyarakat sebagai sistem

yang berlaku sebagai pedoman bagi tingkah laku manusia.

Aspek struktur relasi sosial adalah prinsip yang merupakan landasan dari bentuk;

role expectation, dan ideal patern.

Yang dimaksud dengan aspek fungsional relasi sosial adalah cara suatu tujuan

dicapai.

Yang dimaksud dengan organisasi relasi sosial adalah aktivitas yang menunjuk

gerak ke satu arah dengan tidak mengubah bentuk untuk mencapai suatu tujuan.

Pranata Sosial (Social Institution)

• Menurut Koentjaraningrat:

Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakukan dan hubungan yang berpusat kepada

aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan

masyarakat (mengkhusus pada sistem norma dan sistem aktivitas manusia dalam

masyarakat).

• Merupakan perkembangan dari: folkways custom mores pranata sosial.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Antropologi Budaya

9

Page 10: CIC Antropologi Budaya (Sari Kuliah)

PERUBAHAN KEBUDAYAAN

• Menurut Koentjaraningrat:

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia

dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan

belajar.

• Wujud kebudayaan:

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,

norma-norma, peraturan dan sebagainya.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari

manusia dalam masyarakat.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

• Perubahan kebudayaan terkait dengan proses sosial dan relasi sosial (masyarakat).

• Proses sosial adalah cara interaksi sosial yang dapat kita lihat apabila individu dan

kelompok bertemu dan membentuk satu sistem relasi sosial, atau apa yang terjadi

apabila berbagai perubahan mengganggu satu cara hidup yang telah disusun.

• Dilihat dari sudut kebudayaan, kehidupan bersama antar manusia menghasilkan:

1. Kebiasaan,

2. Custom dan folkways,

3. Mores,

4. Adat-istiadat,

5. Pranata sosial.

Semua itu merupakan aspek kebudayaan.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Antropologi Budaya

10

Page 11: CIC Antropologi Budaya (Sari Kuliah)

Perubahan sosial adalah variasi dari cara hidup yang telah diterima dan berlaku yang

disebabkan oleh kondisi geografis, hasil kebudayaan yang berupa alat yang dapat

mempertinggi taraf kehidupan, komposisi penduduk, atau ideologi yang berasal dari

luar dengan jalan difusi, atau yang berasal dari dalam masyarakat sendiri karena

adanya invention.

Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan kebudayaan:

1. Discovery dan invention,

2. Difusi kebudayaan,

3. Akulturasi,

4. Asimilasi,

5. Migrasi.

Proses belajar kebudayaan, meliputi:

1. Internalisasi (internalization),

Merupakan proses panjang sejak, seseorang individu dilahirkan, sampai ia hampir

meninggal, dimana ia belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala perasaan,

hasrat, nafsu, serta emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya.

2. Sosialisasi (socialization),

Merupakan proses dimana seorang individu dari masa anak-anak hingga masa

tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu

sekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada

dalam kehidupan sehari-hari.

3. Enkulturasi (enculturation),

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Antropologi Budaya

11

Page 12: CIC Antropologi Budaya (Sari Kuliah)

Merupakan proses dimana seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam

pikiran serta sikapnya dengan adat-istiadat, sistem norma, dan peraturan-peraturan

yang hidup dalam kebudayaannya.

Kepribadian (personality) adalah susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan

perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia. Memiliki unsur-

unsur, antara lain:

1. Pengetahuan,

2. Perasaan,

3. Dorongan naluri.

REFERENSI

Diantaranya:

- Pengantar Ilmu Antropologi, oleh Prof. Koentjaraningrat.

- Catatan Kuliah Hukum Antropologi.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Antropologi Budaya

12