7
Sinar matahari telah masuk menerobos jendela kamar itu. Terdengar suara-suara orang dari luar kamar itu, namun suasana kamar itu tetap hening. Dari tiga tempat tidur yang ada di kamar itu, dua di antaranya telah kosong. Seorang gadis bergerak dengan malas di atas tempat tidurnya saat merasakan sinar matahari menerpaa tubuhnya. Buk! Selimut kuning yang dipakainya tadi ditendang hingga jatuh dari tempat tidurnya. Gadis itu kembali meraih bantalnya lalu kembali memeluknya, Ia membenamkan wajahnya di bantal tersebut. Cklek! Jino masuk di kamar itu. Ia segera menghampiri sosok kakaknya itu. Ia menggoyangkan tubuh kakaknya itu sambil berkata,”Noona, bangun! Bukannya kau akan pergi pukul sebelas nanti?” Butuh waktu beberapa detik bagi Jieun untuk menerima kata-kata adiknya itu. Segera setelah Jieun mencerna kata-kata itu, Ia langsung terloncaat dari tempat tidurnya. Matanya terbuka, kantuknya terasa langsung hilang, Ia melihat sekitar kamar lalu mulutnya pun terbuka,”Jino-ah, jam berapa ini?” “Jam sepuluh,”jawab Jino enteng lalu keluar meninggalkan Jieun, misinya untuk membangunkan kakaknya telah berhasil, sekarang Ia dapat memakan keripik kesukaannya. “What?!”teriak Jieun. Gadis itu segera turun dari tempat tidurnya lalu mengangkat selimutnya. Ia tidak melipatnya, tidak ada waktu untuk itu. Ia segera menuju lemari pakaiannya. Tangannya bergerak ke sana dan kemari untuk memilih pakaian yang akan Ia bawa. “Wait, berapa pakaian yang harus kubawa?”tanyanya pada dirinya sendiri. “Satu untuk tidur, satu untuk besok,dan satu untuk berjaga-jaga, okay!”gumam Jieun pada dirinya sendiri. Ia mengambil tiga lembar baju kaosnya dan tiga lembar celana pendek. “Haruskah aku membawa baju renang?” gumamnya lagi. Ia menunduk, lalu mengeluarkan sebuah baju renang. Jieun berkedip memandanginya, baju itu bercorak bunga berwarna hijau dan kuning dengan dasar biru. Baju itu adalah baju

Chapter 9 : Let's Go!

Embed Size (px)

DESCRIPTION

The 9th chapter of fanfiction "My Friend's Crush.Write it in my free time with IU & EXO's Chanyeol as the main characters!Just a FANFICTION, not Real. Story belong to me.

Citation preview

Sinar matahari telah masuk menerobos jendela kamar itu. Terdengar suara-suara orang dari luar kamar itu, namun suasana kamar itu tetap hening. Dari tiga tempat tidur yang ada di kamar itu, dua di antaranya telah kosong. Seorang gadis bergerak dengan malas di atas tempat tidurnya saat merasakan sinar matahari menerpaa tubuhnya. Buk! Selimut kuning yang dipakainya tadi ditendang hingga jatuh dari tempat tidurnya. Gadis itu kembali meraih bantalnya lalu kembali memeluknya, Ia membenamkan wajahnya di bantal tersebut.

Cklek! Jino masuk di kamar itu. Ia segera menghampiri sosok kakaknya itu. Ia menggoyangkan tubuh kakaknya itu sambil berkata,Noona, bangun! Bukannya kau akan pergi pukul sebelas nanti?

Butuh waktu beberapa detik bagi Jieun untuk menerima kata-kata adiknya itu. Segera setelah Jieun mencerna kata-kata itu, Ia langsung terloncaat dari tempat tidurnya. Matanya terbuka, kantuknya terasa langsung hilang, Ia melihat sekitar kamar lalu mulutnya pun terbuka,Jino-ah, jam berapa ini?

Jam sepuluh,jawab Jino enteng lalu keluar meninggalkan Jieun, misinya untuk membangunkan kakaknya telah berhasil, sekarang Ia dapat memakan keripik kesukaannya.

What?!teriak Jieun. Gadis itu segera turun dari tempat tidurnya lalu mengangkat selimutnya. Ia tidak melipatnya, tidak ada waktu untuk itu. Ia segera menuju lemari pakaiannya. Tangannya bergerak ke sana dan kemari untuk memilih pakaian yang akan Ia bawa. Wait, berapa pakaian yang harus kubawa?tanyanya pada dirinya sendiri.

Satu untuk tidur, satu untuk besok,dan satu untuk berjaga-jaga, okay!gumam Jieun pada dirinya sendiri. Ia mengambil tiga lembar baju kaosnya dan tiga lembar celana pendek. Haruskah aku membawa baju renang? gumamnya lagi. Ia menunduk, lalu mengeluarkan sebuah baju renang. Jieun berkedip memandanginya, baju itu bercorak bunga berwarna hijau dan kuning dengan dasar biru. Baju itu adalah baju renang Jieun saat kelas enam sekolah dasar, mungkin masih pas di badan Jieun yang kecil, tapi itu terlalu kekanak-kanakan, Jieun yakin Jangmi akan mengejeknya tadi. Ia lalu meletakkan kembali pakaian itu,Uh, sepertinya tak perlu

Jino-ah, jam berapa ini?teriak Jieun sambil memasukkan pakaiannya ke dalam ranselnya. Setengah sebelas,terdengar teriakan dari luar. Mwo? Jieun segera menyambar pakaian yang telah Ia siapkan tadi dan berlari ke arah kamar mandi.

***

Jieun berdiri di depan rumahnya dengan sebuah ransel biru di pundaknya dan sebuah tas kecil di tangannya. Huft! Ia menghembuskan napasnya. Ia merasa barang bawaannya sangat banyak. Pakaian dan handuk serta alat mandinya saja sudah sangat banyak, Ibunya malah memaksanya untuk membawa selimut dan sebuah kain.

Jieun segera naik ke sepeda motor ayahnya, Ia sudah hampir terlambat. Tadi Jinri telah menelepon dan hanya Jieun dan Chanyeol yang belum hadir di sana. Jieun diam di sepanjang jalan, pikirannya hanya terfokus pada sekolahnya, berharap mereka tak akan meninggalkannya. Mereka tak mungkin melakukannya kan? Semoga.

Setelah sampai di depan gerbang sekolahnya, Jieun menggumamkan Bye! dan melambai singkat sebelum segera berlari menuju tiga mobil yang terparkir di sana. Tunggu, tiga? Memangnya cukup? Ditambah lagi mobil yang satu itu kecil-pikir Jieun.

Hey! teriaknya saat Ia menepuk bahu Jinri. Jinri berbalik lalu memberikan senyumannya pada Jieun,Hey! Kau lama sekali. Kami sudah berkumpul dari tadi

Maaf, mengertilah, aku orang sibuk, Jieun menjulurkan lidahnya lalu tertawa keras. Saat itu, kepala Naya keluar dari jendela mobil kecil tadi lalu berteriak,Haruskah kita berangkat sekarang?

Jieun mengangguk lalu berlari menghampiri sebuah mobil berwarna hitam yang sudah tak asing lagi baginya mobil Jangmi. Jangmi-ah, aku ikut denganmu kan?tanyanya saat kaca mobil Jangmi terbuka, di sana terlihat Jangmi duduk di samping kursi pengemudi dan supir Dokgo yang duduk d kursi pengemudi.

Jangmi menatap Jieun dengan tatapan yang aneh menurut Jieun itu kali pertama Jangmi menatapnya seperti itu, dan itu sedikit membuat Jieun tak nyaman. Setelah beberapa detik, Jangmi mulai membuka mulutnya,Uh, maaf Jieun-ah, kau datang sangat lama, jadi.. mobilku sudah penuh

Jieun mengintip ke dalam mobil. Apa yang dikatakan Jangmi memang benar, mobil itu telah dipenuhi oleh lima orang temannya Suji, Soojung, Sunyoung, Jinri, dan Amber. Bagaimana dengan Jinri? Maksudku Ok Jinri?tanya Jieun. Sesaat kemudian terdengar teriakan dari Jinri Choi Jinri,Jinri akan duduk di sampingku. Jangan coba pisahkan kami, duo Jinri akan selalu bersama

Jadi bagaimana denganku?tanya Jieun. Wajahnya tak dapat dibaca. Ia masih tak percaya Jangmi yang menyisahkan tempat untuknya. Memang benar Jieun terlambat tapi, seingat Jieun, Ia telah memesan tempat di mobil Jangmi kemarin. Atau pesan yang dikirimnya pada Jangmi tak sampai ya?

Maaf Jieun-ah, aku tak tahu, Jangmi berkata, suaranya kecil, seakan Ia sangat menyesal, namun entah mengapa Jieun mendengar bunyi senang di kalimatnya itu. Jieun membuang napas lalu berjalan menuju mobil kecil tadi. Naya-unnie, aku bagaimana? Mobil Jangmi penuh, bolehkah aku ikut bersama kalian?tanya Jieun.

Tak cukup? Aduh, bagaimana ini? Mobil kami juga sudah penuh, kau lihat saja. Ini ulah Hyojung, Ia membawa terlalu banyak barang,jawab Naya. Ia terlihat berbalik ke kanan dan ke kiri. Ia yakin telah merencanakan semuanya matang-matang. Tidak mungkin mobil mereka tidak cukup. Saat itu Ia telah menghitung, total semua yang ikut adalah dua puluh dua orang. Tujuh di mobil Jangmi, lima di mobil Soyu, delapan di mobil Joonmyun, dan dua naik motor Chanyeol, gumam Naya sambil menghitung kembali jumlah yang ikut.

Kau di mobil Suho saja, mungkin masih ada tempat kosong di sana,kata Bora dari belakang Naya. Benarkah? Siapa saja di sana?Naya langsung berbalik memusatkan perhatiannya pada Bora. Uh, yang pasti ada Suho, Baekhyun, Kyungsoo, Jongin, dan Sehun, jawab Bora. Sepertinya Jinyoung, Jaebum, dan Youngjae juga di sana, lanjut Dasom.

Itu sudah penuh,jawab Naya setelah menghitung jumlah orang yang berada di mobil Suho. Tapi, salah satu dari mereka bisa pergi bersama Chanyeol, jadi tak apa,kata Jihyun dari kursi pengemudi. Ah! Benar! Jieun kau ikut mereka saja!kata Naya bersemangat.

Jieun mengangkat alisnya. Apa senior-seniornya ini serius mau menaruh Jieun bersama para lelaki itu? Ia tertawa canggung,Tapi mereka semua laki-laki

Benar juga, bagaimana ini?Naya kembali pusing, ini juga salahnya, Ia tak mengingat bahwa mereka ada yang perempuan dan ada yang laki-laki. Sudahlah, Jieun-ah, kau mau ikut kan? Tak ada pilihan lain, ikut saja mereka, kata Hyorin yang sepertinya sudah mulai tak sabar.

Atau kau ikut Chanyeol saja, lebih baik satu laki-laki daripada tujuh laki-laki kan? Barang-barangmu kau titip di sini saja agar tak repot, usul Bora.Tapi mana Chanyeol? Ia belum datang juga?tanya Dasom. Katanya Ia sudah dekat, tunggu saja, sini barangmu Jieun-ah!sahut Naya.

Kalian serius? tanya Jieun sekali lagi dan mendapat anggukan dari senior-seniornya itu. Dengan terpaksa Jieun memberikan ranselnya. Tas yang di tangannya tetap Ia pegang, tas itu berisi uang, handphone dan air minumnya.

Peep! Bunyi klakson mobil berbunyi. Jieun, Naya dan yang lainnya segera berbalik. Di sana, Jangmi mengeluarkan kepalanya dari mobilnya,Apa kita akan segera berangkat?tanyanya. Tunggu sebentar, Chanyeol sudahh dekat,jawab Naya.

Naya, Jieun, dan Jangmi segera berbalik saat mendengar suara motor. Itu motor Chanyeol. Sebuah senyum terukir di bibir Jangmi dan Naya. Naya tersenyum karena akhirnya mereka semua dapat berangkat dan Jangmi tersenyum karena, kalian tahu mengapa gadis itu tersenyum.

Maaf aku terlambat, aku harus menemani kakakku ke bandara dulu,kata Chanyeol segera setelah Ia melepas helmnya. Baiklah, ayo kita berangkat. Kau tahu jalan ke sana, kan?tanya Naya yang mendapat anggukan dari Chanyeol.

Jieun menggigit bibirnya. Tentu saja Ia senang, Ia akan berangkat bersama Chanyeol. Dan berdua. Namun saat pandangannya diarahkan ke arah Jangmi, terlihat Jangmi menatapnya dengan pandangan itu lagi. Jieun sekarang tahu arti pandangan itu.

Jangmi pasti marah. Jangmi meminta bantuan agar Jieun menolongnya tapi malah Jieun berusaha untuk mencuri Chanyeol dari Jangmi. Sebenarnya, bukan mencuri Chanyeol belum milik Jangmi. Tapi tetap saja, Jieun telah mengkhianati Jangmi. Jieun tahu itu salah, tapi jadi orang baik itu sulit, kan?

Jangmi melirik ke arah Jieun. Ia menghembuskan napasnya, wajahnya terlihat memerah. Rencananya untuk mencegah Jieun ikut liburan gagal, malah Jieun akan naik motor Chanyeol. Sekali lagi Ia menghembuskan napasnya dengan kasar lalu menutup kaca mobilnya dan memberitahu sopir Dokgo untuk mulai menjalankan mobil.

Tiga mobil tadi pun segera pergi, meninggalkan Jieun dan Chanyeol. Jieun menatap Chanyeol dengan canggung. Ini suasana yang sangat canggung, apalagi setelah apa yang terjadi beberapa hari yang lalu saat Chanyeol bertanya apa Jieun menyukai Chanyeol.

Apa yang kau lakukan? Kau tidak ikut?tanya Chanyeol, sebuah tawa jahil keluar dari mulutnya. Uh, bukan begitu. Aku ikut, tapi aku ikut.. denganmu, jawab Jieun, suara semakin lama semakin kecil. Apa? Kau ikut dengan siapa? tanya Chanyeol lagi. Wajah Jieun memerah, Ia segera meraih helm merah dari tangan Chanyeol helm yang memang dipersiapkan Chanyeol untuk orang yang akan pergi dengannya.

Aku bercanda, Naya telah memberitahuku. Ayo naik!kata Chanyeol lalu memperbaiki letak helmnya. Jieun naik di motor itu, duduk di belakang Chanyeol. Chanyeol segera menjalankan motor itu.

Jieun menatap punggung Chanyeol. Punggung itu sama lebarnya dengan punggung ayahnya. Jieun ingat di dalam fanfiction-fanfiction yang Ia baca, biasanya di saat seperti ini, pemeran utama wanita akan melingkarkan tangannya di perut pemeran utama pria. Jieun masih menatap Chanyeol saat lelaki itu berkata dengan suara besar,Apa kau sedang berpikir untuk memelukku?

Deg! Wajah Jieun segera memerah. Bagaimana bisa lelaki itu tahu apa yang dipikirkan Jieun? Apa Ia pembaca pikiran atau semacamnya?

Kau boleh memelukku kalau kau mau,kata Chanyeol lagi. Jieun dapat mendengar tawa lelaki itu. Jieun berusaha mengangkat tangannya. Ia memang ingin mencoba bagaimana rasanya melakukan scene dari fanfiction atau drama yang pernah Ia baca dan tonton.

Namun, tangannya terjatuh lagi di atas tasnya. Ia tak mampu melakukannya, ini terlalu mendebarkan. Sekarang Jieun tahu, melakukan skinship itu tidak semudah yang ada di cerita atau drama.

Aku tak mau memelukmu, Oppa yang sombong! kata Jieun dengan suara besar agar dapat terdengar oleh Chanyeol.