22
7/14/2019 Cesium 137 http://slidepdf.com/reader/full/cesium-137 1/22 Distribusi Strontium 90 (Sr 90) dan Radium 226 (Ra 226) di Perairan Selatan Jawa Usulan Penelitian untuk Menyusun Skripsi Sarjana S1 Oleh: SIGIT KURNIAWAN JATI K2E 009 037 PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012

Cesium 137

Embed Size (px)

DESCRIPTION

radionuklida;cesium 137;distribuso

Citation preview

Page 1: Cesium 137

7/14/2019 Cesium 137

http://slidepdf.com/reader/full/cesium-137 1/22

Distribusi Strontium 90 (Sr 90) dan Radium 226 (Ra 226) di

Perairan Selatan Jawa

Usulan Penelitian

untuk Menyusun Skripsi Sarjana S1

Oleh:

SIGIT KURNIAWAN JATI

K2E 009 037

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2012

Page 2: Cesium 137

7/14/2019 Cesium 137

http://slidepdf.com/reader/full/cesium-137 2/22

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Distribusi Strontium 90 (Sr 90) dan Radium 226

(Ra 226) di Perairan Selatan Jawa

 Nama Mahasiswa : Sigit Kurniawan Jati Wicaksana

 NIM : K2E 009 037

Jurusan/Program Studi : Ilmu Kelautan/Oseanografi

Mengesahkan:

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Muslim, MSc PhD Dr. Heny Suseno, S.Si. M.Si

 NIP. 196004041987031002 NIP. 196506251989022 002

Pembimbing Lapangan

Ikhsan Budi Wahyonno, ST. Msi

 NIP.19740621199903100

Page 3: Cesium 137

7/14/2019 Cesium 137

http://slidepdf.com/reader/full/cesium-137 3/22

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang terletak diantara dua samudera, yaitu

samudera Hindia dan samudera Pasifik. Kondisi geografis ini dapat berpotensi

sebagai reservoir cemaran bawaan dari negara-negara lain baik secara tidak 

langsung melalui gerakan massa air yang sangat besar dari samudra Pasifik ke

samudra Hindia yang melewati perairan Indonesia ataupun secara langsung

dengan membuang bahan cemaran dari perairan Indonesia sendiri.

Selama enam puluh tahun terakhir, aktivitas manusia menghasilkan

 berbagai macam kontaminasi baik di laut dan di darat dengan radionuklida

antropogenik. Sumber primer dari kontaminasi ini adalah Global fallout dari lebih

520 tes senjata nuklir asmoferik antara tahun 1945 dan 1980 yang sebagian besar 

dilakukan oleh Amerika Serikat dan pendiri USSR (Gafvert et al. 2003 dalam

Friedlander et al. 2005). Hal tersebut juga mendasari akan adanya cemaran yang

 berada di perairan Indonesia.

Perairan di Indonesia masih menjadi salah satu sumber untuk pemenuhan

kebutuhan masyarakat. Dengan adanya cemaran zat radioaktif di perairan dapat

menimbulkan efek yang merugikan baik terhadap lingkungan maupun kesehatan

manusia akibat turunnya tingkat kualitas air laut.

Strontium-90 dan radium-226 dipilih sebagai variabel penelitian karena

kedua unsur tersebut memiliki waktu paruh yang panjang dan bersifat berbahaya

 bagi manusia. Strontium-90 dikenal sebagai jenis radionuklida yang berbahaya,

karena secara kimia komponen ini menyerupai kalsium. Unsur ini saat masuk ke

Page 4: Cesium 137

7/14/2019 Cesium 137

http://slidepdf.com/reader/full/cesium-137 4/22

2

dalam tubuh biota akan menggantikan unsur kalsium itu sendiri. Sedangkan

radium-226 adalah unsur radionuklida yang beracun (Ishikawa, 2004 dalam

Muslim, 2009). Dan apabila unsur-unsur tersebut masuk dalam organisme laut

dan dikonsumsi oleh manusia, maka akan mempengaruhi kesehatan.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat radiasi radionuklida di

lingkungan perairan, membandingkan dengan perubahan parameter lainnya

seperti suhu maupun salinitas, dan menentukan potensial sumber lepasan.

Perairan selatan Jawa sendiri dipilih sebagai daerah kajian penelitian

karena pulau Jawa merupakan pulau dengan aktivitas terpadat di Indonesia. Di

mana banyak aktivitas yang dapat menimbulkan yang memicu terjadinya sumber 

radionuklida antropogenik seperti limbah PLTU, atau sumber alam sendiri.

Dengan potensi di perairan Selatan Jawa yang memiliki potensi sumber daya laut

demersal yang besar (Zarochman, 2008). Membuat daerah ini menjadi aktivitas

 perikanan yang cukup pesat masyarakat pesisir selatan Jawa.

1.2. Pendekatan dan Perumusan Masalah

Di suatu perairan, tingkat radiasi radionuklida dipengaruhi oleh beberapa

 parameter. Parameter seperti angin dan arus mempengaruhi penyebaran cemaran

di perairan pantai ke arah laut lepas maupun sebaliknya. Maupun parameter 

seperti salinitas dan suhu yang mungkin mempengaruhi tingkat radiasi

radionuklida itu sendiri.

Radionuklida yang dibuang ke alam akan tersebar, terlarut bahkan dapat

tertimbun dalam jaringan organisme hidup. Dalam penyebarannya di suatu

 perairan, Radionuklida dipengaruhi berbagi macam faktor. Antara lain arus laut,

Page 5: Cesium 137

7/14/2019 Cesium 137

http://slidepdf.com/reader/full/cesium-137 5/22

3

gelombang atau pengadukan air laut (mixing). Arah penyebaran cenderung

mengikuti arah arus yang terjadi, salah satunya adalah ARLINDO. Yang

merupakan arus yang berasal dari Samudra Pasifik menuju Samudra Hindia

melalui perairan Indonesia. Dalam proses tersebut juga memungkinkan

terbawanya unsur radionuklida menuju perairan selatan Jawa.

1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisa sebaran Radionuklida 90Sr (Strontium 90) dan 226Ra

(Radium 226) di perairan Selatan Jawa.

2. Mengetahui tingkat radiasi 90Sr (Strontium 90) dan 226Ra (Radium 226)

di perairan Selatan Jawa.

3. Mengetahui pengaruh salinitas dan suhu terhadap tingkat radiasi 90Sr 

(Strontium 90) dan 226Ra (Radium 226) di perairan Selatan Jawa.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan gambaran mengenai

kondisi di perairan Selatan Jawa radionuklida. Selain itu hasilnya diharapkan

dapat juga digunakan sebagai masukan bagi kebijaksanaan dan pemantauan

lingkungan di Indonesia, terutama terkait dalam permasalahan pencemaran

radionuklida.

Page 6: Cesium 137

7/14/2019 Cesium 137

http://slidepdf.com/reader/full/cesium-137 6/22

4

1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi pengambilan sampel dilakukan di sepanjang perairan selatan Jawa.

Menggunakan kapal Baruna dengan titik lokasi yang disesuaikan dengan kondisi.

Waktu pengambilan sampel air direncanakan dilakukan pada April 2013.

Sedangkan untuk analisa kimia guna mengukur tingkat radiasi dilakukan di Pusat

Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) , Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)

yang akan dilakukan pada bulan berikutnya.

Page 7: Cesium 137

7/14/2019 Cesium 137

http://slidepdf.com/reader/full/cesium-137 7/22

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Arus di Perairan Indonesia

Arus di perairan Indonesia sebagaian besar didominasi oleh arus yang

dibangkitkan oleh angin. Saat musim barat terjadi, di perairan Jawa bertiup angin

dari barat ke timur sehingga secara umum arus mengalir dari barat ke timur dan

 juga terjadi sebaliknya. Sedangkan arus-arus di kedalaman lebih banyak 

dipengaruhi oleh pasang surut dan sifat-sifat fisik lainnya seperti perbedaan

temperatur, salinitas dan tekanan (Diposaptono, 1996).

Angin yang berhembus di perairan Indonesia terutama adalah angin musim

(monsoon)., yaitu angin musim barat dan musim timur. Angin musim ini bertiup

dengan sangat baik, walaupun kekuatannya tidak terlalu besar. Hal ini akan

menyebabkan terjadinya suatu arus pada perairan yang sering disebut juga arus

monsoon sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pada permukaan Laut

Indonesia lebih cenderung mendapat masukkan air dari samudera Pasifik (Nontji,

2002 dalam Esry, 2011).

Arus samudera yang melewati perairan Indonesia disebut Arlindo yaitu

arus yang menghubungkan antara Samudera Pasifik dengan Samudera Hindia.

Jalur Arlindo berawal dari perairan Mindanao dan Halmahera, kemudian masuk 

melalui Selat Makasar yang kemudian akan meninggalkan perairan Indonesia

melalui selat Lombok dan sebagaian lainnya berbelok ke Laut Flores, Laut Banda

dan masuk ke Samudera Hindia. Saat musim dingin, angin akan bertiup ke arah

 barat laut yang menyebabkan massa air dengan salinitas rendah dari Laut Cina

Selatan dan Laut jawa bergerak ke tenggara masuk ke jalur Arlindo. Ketika

Page 8: Cesium 137

7/14/2019 Cesium 137

http://slidepdf.com/reader/full/cesium-137 8/22

6

memasuki musim panas, angin akan berbalik arah dan mengembalikan massa air 

tersebut pada tempat semula (Hasanudin, 1998).

2.2. Pencemaran Radioaktivitas Lingkungan

Pencemaran radioaktivitas lingkungan, baik yang melalui udara maupun

air, pada akhirnya akan dapat mencemari manusia. Menurut Wardhana (1994)

dalam Badrus (2004). untuk dapat mengetahui masalah pencemaran radioaktivitas

lingkungan terlebih dahulu harus diketahui kemungkinan sumber-sumber 

 pencemaran radioaktivitas lingkungan, yang antara lain dapat berasal dari:

a. Penambangan, Pengolahan dan Proses Kimia Bahan Nuklir 

 b. Proses Pengkayaan dan Fabrikasi

c. Bahan Bakar Nuklir  

d. Operasi Reaktor Nuklir  

e. Reprocessing Bahan Bakar 

f. Pengelolaan Limbah Radioaktif  

g. Proses Pembuatan Radionuklida

h. Penggunaan Radioisotop di Bidang Riset, Industri dan

Kedokteran

i. Proses Dekontaminasi dan Dekomisioning  suatu Fasilitas

 Nuklir akselerator 

 j. Pemakaian Bahan Bakar Fosil

k. Percobaan dan Ledakan Bom Atom

Page 9: Cesium 137

7/14/2019 Cesium 137

http://slidepdf.com/reader/full/cesium-137 9/22

7

2.3. Radionuklida di Lingkungan Laut

Sejak tahun 1945 terjadi pelepasan secara berkala dari teknogenik 

radionuklida ke lingkungan, melihat dari akumulasinya di laut dan samudera,

sumber utama kontaminasinya adalah tes senjata nuklir di atmosfer, darat dan

 perairan (Polikarpov, 1966). Setelah kecelakaan Chernobyl terjadi peningkatan

dratis kuantitas nuklir di lingkungan (Buesseler K., 1987). Bagian terbesar dari

distribusi dan migrasi kontaminasi nuklida dengan waktu paruh yang panjang

(terutama Cs 137, Sr 90). adalah tak hanya proses hidrofisik tapi juga

 biosedimentasi, penyerapan di dasar sedimen dan konsentrasi di biota. Diketahui

 bahwa fallout Cs 137 dan Sr 90 sebelum 1986 ditemukan di air laut dalam bentuk 

terlarut (Shvedov et al ., 1962)., dan kurang berpengaruh terhadap migrasi biologi

(Strezov, 2012).

Di perairan, radionuklida ada dalam bentuk larut dan tersebar dalam

 perairan yang kemudian berpindah ke material biologis, sedimen dan partikel

tersuspensi. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi radionuklida di

 perairan adalah proses percampuran, penyebaran dan interaksi dengan sedimen

dan material biologis (Anonim, 1982).

Konsentrasi radionuklida di perairan ditentukan oleh faktor persebaran,

 perpindahan dan peluruhan radionuklida. Parameter terpenting dalam persebaran

radionuklida di lingkungan adalah pergerakkan massa air, sedangkan di estuari

 bergantung pada luasan dan interaksi air sungai dengan air laut. Penyerapan

radionuklida dalam sedimen berbeda antara lingkungan perairan tawar dan

 perairan laut. Radionuklida yang terserap relatif sedikit oleh sedimen memiliki

Page 10: Cesium 137

7/14/2019 Cesium 137

http://slidepdf.com/reader/full/cesium-137 10/22

8

kemungkinan untuk tersebar luas, misalnya Sr 90, Tc 99 dan L 129 (Ophel, 1977

dalam Sasongko, 1998).

Menurut Dahlgaard (1991) dalam Sasongko (1998), rantai makanan

 berperan penting dalam distribusi radionuklida di perairan laut karena setiap rantai

dapat menyerap radionuklida dan proses perpindahan radionuklida antar rantai

memiliki faktor serapan yang relatif tepat. Untuk memantau tingkat konsetrasi

radioaktif di perairan laut dapat digunakan bioindikator, yakni pemantauan

melalui sampel organisme sebagai indikator dalam selang waktu yang teratur serta

 pengukuran konsentrasi radionuklida dalam biota yang berhubungan dengan

 biomagnifikasi dan biovalabilitas organisme yang dijadikan bioindikator.

Organisme yang sering dijadikan bioindikator adalah fitoplankton, makroalgae,

invertebrata, dan ikan.

2.3. Strontium

Strontium adalah unsur kimia golongan alkali tanah dengan simbol Sr dan

memiliki nomor atom 38. Strontium merupakan logam halus berwarna perak putih

atau logam kuning yang sangat reaktif secara kimiawi. Logam strontium menjadi

 berwarna kuning saat terkena udara. Di alam biasanya terdapat sebagai mineral

celestit dan strontianit (Anonim, 2010).

Strontium adalah logam halus berwarna perak abu abu yang muncul di

alam sebagai empat isotope stabil. Strontium 88 adalah bentuk yang paling umum,

 berisi sekitar 83% di alam. Tiga isotope stabil lainnya dan kelimpahannya adalah

strontium 84 (0.6%) strontium 86 (9.9%) and strontium 87 (7.0%) Dalam

senyawa, Strontium di alam ada dalam bentuk celesit (SrSO4) and strontianit

Page 11: Cesium 137

7/14/2019 Cesium 137

http://slidepdf.com/reader/full/cesium-137 11/22

9

(SrCO), dan ini ada sekitar 0.025% dari lempeng bumi. Sementara empat isotope

stabil terjadi di alam, strontium 90 dihasilkan dari fusi nuklir. Strontium 90 adalah

 buangan radionuklida utama dari bahan bakar nuklir (Argonne National

Laboratory, 2006).

Sr 90 dengan waktu paruh 28,7 tahun, dilihat sebagai pengganti

 pengukuran untuk dosis internal dari pembelahan campuran jangka panjang dan

aktivitas hasil fallout (Mangano dan Sherman, 2001).

Umumnya, Sr 90 bersama dengan Cs 137 merupakan radionuklida buatan

yang diawasi dalam ilmu radioekologi karena ini merupakan salah satu hasil fisi

yang terpenting dan memiliki waktu paruh yang hampir sama (28,5 tahun) dengan

Cs 137. Dalam tes senjata asmosferik selama tahun 1950-1960, fallout  yang

dominan adalah Cs 137 dan Sr 90 dalam aktivitas ratio 1,6. Sebagai

konsekuensinya, Sr 90 sangat diawasi di lingkungan setelah itu. Namun beberapa

tahun terakhir frekuensi analisa strontium secara signifikan semakin berkurang.

Salah satu alasan adalahnya adalah sulit dan metode analisanya yang memakan

waktu; sebagai tambahan ada ketertarikan yang kurang terhdap Strontium karena

dalam fallout  Chernobyl memiliki konsentrasi yang lebih kecil daripda Cs 137.

Masukan total dari Sr 90 dari fallout Chernobyl ke laut Baltic diperkirakan 80TBq

(peluruhan dikoreksi tahun 1991) sementara untuk Cs 137 adalah 4100-5100 Tbq

(Nies et al ,. 1995 dalam HELCOM, 2007).

2.4. Radium

Radium merupakan unsur kimia dengan simbol Ra dan memiliki nomor 

atom 88. Radium berwarna hampir putih,dan akan teroksidasi jika terkena udara

Page 12: Cesium 137

7/14/2019 Cesium 137

http://slidepdf.com/reader/full/cesium-137 12/22

10

dan berubah menjadi hitam. Radium mempunyai tingkat radioaktivitas yang tinggi

(Anonim, 2010).

Radium adalah unsur radioaktif yang ada di alam dengan konsentrasi yang

rendah (sekitar satu bagian per trilyun) di lempeng bumi. Radium dalam bentuk 

murninya adalah logam keras berwarna putih keperakan yang segera teroksidasi

saat terkena udara. Radium yang banyak terdapat di alam adalah Radium 226.

Radium pertama kali ditemukan tahun 1898 oleh Marie and Pierre Curie, dan

dijadikan juga sebagai dasar untuk mengidentifikasi aktivitas dari berbagi

macam radionuklida. Satu curie sama dengan tingkat luruh radioaktif dari satu

gram Radium 226 (Argonne National Laboratory, 2006).

Radium yang termasuk jenis radioaktif alam adalah Ra 226, Ra 224 dan

Ra 228. Radium adalah radionuklida yang terbentuk dari peluruhan uranium dan

thorium. Sebagian besar Ra 226 berasal dari peluruhan uranium alam (U 238)

sedangkan Ra 228 dan Ra 224 berasal dari peluruhan Th 232. Radium 226

merupakan isotop yang biasa dimanfaatkan, memancarkan radiasi alfa dan gama

dengan waktu paruh 1621 tahun, sedangkan Ra 228 merupakan pemancar beta

dengan waktu paruh 5,75 tahun dan Ra 224 mempunyai waktu paruh 3,66 hari.

Isotop isotop Radium meluruh menjadi isotop isotop radon yang berlainan,

misalnya Ra 226 meluruh menjadi Ra 222 dan Ra 228 meluruh menjadi Ra 224

sebelum akhirnya membentuk gas radon (Ra 220). (Anonim, 2010).

Pada jaman dulu, Radium 226 digunakan sebagai sumber radiasi untuk 

 brakhiterapi. Selain itu, Radium 226 juga dimanfaatkan sebagai penangkal petir.

 Namun semenjak tahun 1960an, di negara maju pemakaian Ra 226 sudah

Page 13: Cesium 137

7/14/2019 Cesium 137

http://slidepdf.com/reader/full/cesium-137 13/22

11

dihentikan sedangkan dibeberapa negara lain pemakian Ra 226 mulai berkurang

(Aisyah, 2003).

2.5. Aktivitas Ra dan Sr di Beberapa Tempat

Gambar. 1 Bentuk Skematik profil Radium-226 yang bertambah dari Atlantik ke

Pasifik di kedalaman dan dasar perairan (berdasar data GEOSECS). sumber : Yu-

Chia Chung dan Chen-Tung Arthur Chen, 2002

Pengkuran ekstensif Radium-226 dilakukan pada tahun 1970an selama

 program Geochemical Ocean Section Study (GEOSECS) menunjukan bahwa

aktivitas Radium di permukaan perairan adalah hampir seragam di Samudera

Atlantik, Hindia dan Pasifik kecuali di selatan Antartika dalam zona konvergensi,

dimana konsentrasi atau aktivitas dua kali lebih banyak. Tipe profil vertikal dari

tiga samudera utama ditunjukan dalam skematik gambar 1. Adanya

kecenderungan meningkat menunjukan Ra-226 ditambahkan dari lapisan bawah

Page 14: Cesium 137

7/14/2019 Cesium 137

http://slidepdf.com/reader/full/cesium-137 14/22

12

sedimen dalam sirkulasi dasar perairan dan tingkat masukan lebih besar daripada

tingkat luruhnya, saat air semakin tua, akan semakin meningkat aktivitasnya

(Chung dan Chen, 2002).

Gambar. 2 Tingkat Konsentrasi Sr 90 di beberapa perairan sumber : IAEA, 2005.

Proyek WOMARS yang dilakukan pada Maret-April 1998 untuk 

menentukan tingkat konsetrasi radinuklida antropogenik di permukaan laut.

Dengan hasil yang didapatkan nilai yang bervariasi dari 0,1 mBq/L hingga 50

mBq/L. Gambar 2 menunjukan perkiraan rata-rata dari konsentrasi Sr 90 di laut

dan samudera di dunia yang dilakukan pada tahun 2000. Seperti yang

diperkirakan, konsentrasi tertinggi berada di lautan Eropa dan terendah di bumi

 bagian selatan, terutama samudera Antartika (IAEA, 2005).

Page 15: Cesium 137

7/14/2019 Cesium 137

http://slidepdf.com/reader/full/cesium-137 15/22

13

III. MATERI DAN METODE

3.1. Materi Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan data pokok untuk pengolahan hasil yang

nantinya diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan (data primer) dan data

tambahan yang diperlukan untuk pengolahan hasil yang diperoleh (data sekunder).

Data primer terdiri dari data konsentrasi radiasi Radium 226 dan Strontium 90 di

eperairan lokasi penelitian. Data sekunder terdiri dari data temperatur dan data

salinitas. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian tercantum dalam tabel

 berikut ini:

Tabel. Alat dan Bahan yang digunakan dalam Penelitian

 No Nama Satuan Kegunaan

1 Vacuum pump - Memompa air laut

2 MnO2 Fiber  - Mengikat partikel Radium

3 GPS (Global Positioning 

System)

Menentukan koordinat titik sampling 

4 Komputer - Media pengolah data

5 SMS 10 - Software pengolah data Arus

6 filter paper (Whatman) - Menyaring sampel air 

7 Flow meter - Mengukur jumlah debit air 

8 Perahu - Alat transportasi

9 Oxalic acid - Pengawet sampel

10 Jerigen L Tempat air sampel

11 Spectrometer Ci Mengukur tingkat radiasi sampel

Page 16: Cesium 137

7/14/2019 Cesium 137

http://slidepdf.com/reader/full/cesium-137 16/22

14

12 Sonifikator  Mempercepat pembentukan zat yang

diinginkan

13 Hot plate - Memanaskan sampel

14 Centrifuge Memisahkan unsur partikel

15 Membran filter  - Menyaring sampel

16 Beta-counter  Ci Mengukur radiasi partikel beta

17 NH4OH - Reagen yang ditambahkan pada sampel

agar mencapai pH 5,5

18 H2O - Pengencer larutan

19 Fe + Reagen yang ditambahkan pada sampel

agar mencapai pH 8

20 Na2CO3 Mengikat partikel Sr 

21 ADCP m/s Mengukur kecepatan Arus

3.2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif 

yang bertujuan untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian yang

diteliti atau dikaji pada waktu terbatas dan tempat tertentu untuk mendapatkan

gambaran tentang situasi dan kondisi secara lokal (Hadi, 1982).

Penelitian ini dilakukan dua tahap, yaitu tahap pengumpulan data dan

tahap pengolahan data. Tahap pengumpulan data meliputi pengumpulan data

 primer dan data sekunder. Sedangkan tahap pengolahan data meliputi pengolahan

data primer dan data sekunder. Tahap pengumpulan data primer dilakukan di

Page 17: Cesium 137

7/14/2019 Cesium 137

http://slidepdf.com/reader/full/cesium-137 17/22

15

laboratorium hingga didapat data tingkat radiasi sampel. Pengolahan data primer 

yaitu pengolahan hasil laboratorium kemudian diolah dengan software Arc GIS

10.

Pada penelitian ini dilakukan pengambilan data konsentrasi radiasi

sampel. Setelah melalui pengolahan dan analisis data, diharapkan dapat

memberikan gambaran mengenai pola distribusi radionuklida di pantai Selatan

Jawa.

3.2.1. Penentuan Lokasi Pengamatan

Penetapan lokasi dilakukan dengan metode random sampling  di mana

mengambil sampel di lokasi secara acak. Pengambilan sampel hanya dilakukan di

 permukaan perairan, penentuan posisi ditentukan dengan pertimbangan dapat

mewaliki seluruh lokasi penelitian. Cara yang diterapkan dalam penentuan titik 

koordinat lokasi yaitu dengan menggunakan GPS (Global Posotioning System).

3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel air laut akan dilakukan pada bulan April 2013 dengan

tiga kali pengulangan yang akan dilakukan pada saat pasang. Sampel air laut yang

akan dianalisa aktifitas radiasi diambil dengan menggunakan jerigen plastik.

Sebelum sampel air ditampung dalam jerigen, jerigen tersebut dibilas lebih dulu

sampai dua kali dengan air sampel yang akan dikumpulkan. Setelah itu sampel

langsung diasamkan dengan HNO3 agar sampel dapat bertahan selama dibawa ke

laboratorium untuk melakukan preparasi sampel dalam proses analisa kimia.

3.3. Metode Analisis Data

Page 18: Cesium 137

7/14/2019 Cesium 137

http://slidepdf.com/reader/full/cesium-137 18/22

16

3.3.1. Pengukuran konsentrasi Radium 226

Prosedur analisis diambil berdasarkan Yamada dan Nozaki,1986 dalam

Muslim, 2009. Semua air sampel disaring melalui kertas saring (Whatman No.2)

dan sesudah itu dilewatkan menuju kolom Fiber MnO2 dengan kecepatan < 1

L/Min. MnO2 fiber dilepas dan disimpan dalam kantong palstik yang sebelumnya

telah dibersihkan dengan air yang diionisasi, dan segera disimpan di lemari

 pendingin untuk kemudian di analisis di laboratorium.

Di laboratorium, MnO2-fibers direndam dalam larutan panas 300 mL 6N

HCl + 1% NH2OHHCl. Larutannya kemudian disaring dengan filter paper 

(Whatman no.4). larutan kemudian ditambahkan 125 mg of Pb2+ carrier. Setelah

 penambahan 10 mL of 10N H2SO4, yang kemudian akan menguap menjadi

volume yang lebih kecil sekitar 10-20 mL. Radium kemudian dilarutkan dengan

menambah 150 mL H2O dan diatur agar pH nya sekitar 1.8 dengan penambahan

larutan 5N NaOH. Lapisan Pb(Ra)SO4 disaring dan didiamkan dalam suhu 450 °C

selama 10 jam. Lapisan kemudian dipindakan ke plastik  counting vial  dan

ditimbang yield  kimianya. Kemudian vial  disimpan selama lebih dari 3 minggu

untuk melihat daughter Ra bertambah. Aktivitas Ra diukur dengan spectrometer .

226Ra dihitung dari jumlah kecepatan hitung 214Pb (295 dan 352 keV) dan 214Bi

(609 keV). Waktu perhitungan biasanya 1-2 hari.

3.3.2. Pengukuran Konsentrasi Strontium 90

Air laut yang sudah diasamkan ditambahkan dengan NH4OH sampai pH

sampel 5,5 sampai menghasilkan endapan Strontium yaitu Sr(Ca)C2O4. Endapan

tersebut dikumpulkan sedangkan cairannya dibuang. Endapan Sr(ca)C2O4 yang

Page 19: Cesium 137

7/14/2019 Cesium 137

http://slidepdf.com/reader/full/cesium-137 19/22

17

terbentuk ditambahkan dengan H2O dan HNO3  pekat dan kemudian didihkan

selama 24 jam sampai menghasilkan endapan Sr(NO3)2. Lalu endapan tersebut

diproses lagi dengan menggunakan alat yang bernama sonification, kemudian

dilarutkan dalam H2O dan 10 mg Fe3+ dan NH4OH sampai pH larutan mencapai 8

yang kemudian akan menghasilkan endapan Fe(Y) (OH)3.

Endapan yang terbentuk dibuang, sedangkan larutan yang terbentuk 

dicampur dengan Na2CO3 (jenuh) yang akan menghasilkan endapan SrCO3 lalu

ditambahkan dengan HNO3 dan carear Y3+ dan kita diamkan selama kurang lebih

20 hari. Setelah itu larutan yang sudah didiamkan kita tambahkan dengan larutan

 NH4OH agar pH larutan 8 sehingga akan menghasilkan Y(OH)3 yang akan

ditambahkan lagi dengan HNO3 selanjutnya dialirkan ke dalam kolom kation yang

terbuat dari Dowex 50 x 8 dengan ukuran (size) 100~200. Dan larutkan (elute)

dengan asam 2-hydroxysobutyric sampai mendapatkan larutan Y yang kemudian

di tambahkan asam oxalic maka akan dihasilkan endapan Y2 (C2O4)3. Kemudian

disaring dengan kertas saring (To Yo No. 5C). Endapan yang terbentuk diukur 

tingkat radiasi Strontium 90 dengan beta counting.

3.4. Data Parameter Oseanografi

Data parameter fisika oseanografi yang akan diukur adalah: data salinitas,

temperatur dan kecepatan arus permukaan pada titik yang sama pada saat sampel

diambil. Data yang diperoleh digunakan untuk melihat pengaruh terhadap derajad

konsentrasi sampel.

Dalam kegiatan analisis, data tersebut diolah lebih lanjut dan ditampilkan

dalam bentuk grafik atau peta sehingga dapat dilihat pengaruh parameter terhadap

Page 20: Cesium 137

7/14/2019 Cesium 137

http://slidepdf.com/reader/full/cesium-137 20/22

18

nilai konsentrasi. Untuk melihat pola pergerakan arus laut di perairan Selatan

Jawa yang diwakili oleh suatu posisi pengambilan data, maka dibuat peta

distribusi pergerakan arah arus permukaan.

Page 21: Cesium 137

7/14/2019 Cesium 137

http://slidepdf.com/reader/full/cesium-137 21/22

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah. 2003. Keselamatan dalam Pengelolaan Limbah Radium 226. Seminar 

Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir. P2PLR-BATAN.

Anonim. 1982. Generic Models and Parameters for Assessing the Enviromental

Transfer of Radionuclides From Routine Releases: Procedures and Data.

Safety Series No. 57. Vienna International Atomic Energy Agency.

Anonim. 2010. Alkali Tanah. http://alchemist08.files.wordpress.com/Alkali_tanah

(31 Oktober 2012 13:10)

Argonne National Laboratory. 2006. Radium. Human Health Fact Sheet. EVS

Argonne National Laboratory. 2006. Strontium. Human Health Fact Sheet. EVS

Chung, Y.C and Cheng-Tung A.C. 2002. Natural and Anthropogenic

Radionuclides. Institue of Marine Geology and Chemistry. Republic of 

China.

HELCOM. 2007. Long-lived radionuclides in seabed of Baltic sea Report of the

Sediment Baseline Study of HELCOM MORS-PRO in 2000-2005. Baltic

Sea Environment Proceedings No. 110. Helsinki Comission.

Hasanudin, M. 1998. Arus Lintas Indonesia (ARLINDO). Oseana, Volume XXIII,

 No 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi - LIPI, Jakarta. hlm.

1-9.

Mangano, J.J and J.D. Sherman. 2011. Elevated In Vivo Strontium-90 From

 Nuclear Weapons Test Fallout Among Cancer Decedents: A Case-Control

Study Of Deciduous Teeth. International Journal of Health Services.

Baywood Publishing Co. Pages 137–158.

Opa, Esry T. 2011. Perubahan Garis Pantai Desa Bentenan Kecamatan Pusomaen,

Minahasa Tenggara .Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. VII-3.

Universitas Sam Ratulangi. Sulawesi Utara.

Page 22: Cesium 137

7/14/2019 Cesium 137

http://slidepdf.com/reader/full/cesium-137 22/22

20

Sasongko, Dwi P. dan Kusminarto. 1998. Kajian Radioaktivitas Alam Laut Pesisir 

Semarang. Manusia dan lingkungan. PPLH-UGM. Yogyakarta. Hlm. 33.

Strezov, Alexander. 2012. Sustainable Environment Monitoring of Radionuclideand Heavy Metal Accumulation in Sediments, Algae and Biota in Black 

Sea Marine Ecosystems. Institute for Nuclear Research & Nuclear Energy.

Bulgaria.

Suseno, Heny dan Heru Umbara. 2006. Pengukuran Radionuklida Alam Dan

Antropogenik Di Kawasan Semenanjung Muria. Seminar Keselamatan

 Nuklir . P2PLR-BATAN.

Zaman, Badrus; Agus T dan Rr. Pasca Sri R. 2004. Studi Analisa Dan Pola

Persebaran Radioaktivitas Perairan Dan Sedimen (Studi Kasus: Sungai

Code Yogyakarta). Berkala Ilimiah Teknik Keairan Vol. 13. UNDIP