5
Abimanyu Krama Lakon pagelaran wayang oleh Ki Nartosabdho dengan judul “Abimanyu Krama” ini adalah sumbangan dari Pak Wijanarko. Siapakah Abimanyu ? Abimanyu dikenal juga dengan nama Angkawijaya, Jaya Murcita, Jaka Pangalasan, Partasuta, Kirityatmaja, Sumbadraatmaja, Wanudara dan Wirabatana. Abimanyu adalah putra Arjuna dengan Dewi Sumbadra, putri Prabu Basudewa, raja Negara Mandura dengan Dewi Badrahini. Lakon ini menceritakan kisah perkawinan Abimanyu dengan Siti Sundari, putri Prabu Kresna raja Dwarawati. Namun cinta Siti Sundari harus diperebutkan juga bersama Lesmana Mandrakumara, Putra Mahkota Raja Astina, Prabu Suyudana dengan Dewi Banuwati. Jejer dimulai dengan menceritakan suasana kerajaan Astina dimana Prabu Duryudana tengah mengadakan pertemuan kerajaan membahas masalah lamaran untuk putranya kepada putri Prabu Kresna, Siti Sundari. Diceritakan bahwa Patih Sengkuni telah memberikan surat lamaran kepada Raja Dwarawati dan diterima dengan baik oleh Prabu Kresna. Namun kemudian atas permintaan dari Sang Putri, maka disampaikan bahwa lamaran akan diterima bila Lesmana dapat memenuhi permintaan Sang Putri yaitu patah (pengiring) penganten yaitu sepasang wanita kembar nan cantik jelita yang berasal dari Gunung. Atas saran dari Pendita Dorna, maka kemudian Prabu Duryudana memerintahkan Lesmana untuk melakukan perjalanan dari desa ke desa dan menelusuri gunung- gunung di negri Astina untuk mencari dan mendapatkan permintaan calon istrinya. Perjalanan dipimpin oleh Raja Awangga, Karna, dengan diiringi oleh para Kurawa dan pasukan negri Astina. Sementara itu pertapaan Andong Sumiwi, Desa Banjar Dawa, Begawan Sidik Wacana tengah berbincang dengan Pergiwa mengenai identitas yang sebenarnya dari Sang Cucu, Pergiwa dan Pergiwati. Seperti diketahui sebenarnyalah bahwa Endang Pergiwa dan Endang Pergiwati adalah putra dari Arjuna dengan Dewi Manuhara, putri dari Begawan Sidik Wacana. ABIMANYU dikenal pula dengan nama : Angkawijaya, Jaya Murcita, Jaka Pangalasan, Partasuta, Kirityatmaja, Sumbadraatmaja, Wanudara dan Wirabatana. Abimanyu adalah putra Arjuna, salah satu dari lima satria Pandawa dengan Dewi Sumbadra, putrid Prabu Basudewa, raja Negara Mandura dengan Dewi Badrahini. Abimanyu mempunyai 13 orang saudara lain ibu, yaitu : Sumitra, Bratalaras, Bambang Irawan, Kumaladewa, Kumalasakti, Wisanggeni, Wilungangga, Endang Pregiwa, Endang Pregiwati, Prabakusuma, Wijanarka, Anantadewa dan Bambang Sumbada. Abimanyu merupakan makhluk kekasih Dewata. Sejak dalam kandungan Abimanyu telah mendapat “Wahyu Hidayat”, yang mempunyai daya : mengerti dalam segala hal. Setelah dewasa Abimanyu mendapat “Wahyu Cakraningrat”, suatu wahyu yang dapat menurunkan raja-raja besar. Abimanyu mempunyai sifat dan perwatakan; halus, baik tingkah lakunya, ucapannya terang, hatinya keras, besar tanggung jawabnya dan pemberani. Dalam olah keprajuritan ia mendapat ajaran dari ayahnya, Arjuna. Sedang dalam olah ilmu kebathinan mendapat ajaran dari kakeknya, Bagawan

cerita wayang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: cerita wayang

Abimanyu KramaLakon pagelaran wayang oleh Ki Nartosabdho dengan judul “Abimanyu Krama” ini adalah sumbangan dari Pak Wijanarko.

Siapakah Abimanyu ? Abimanyu dikenal juga dengan nama Angkawijaya, Jaya Murcita, Jaka Pangalasan, Partasuta, Kirityatmaja, Sumbadraatmaja, Wanudara dan Wirabatana. Abimanyu adalah putra Arjuna dengan Dewi Sumbadra, putri Prabu Basudewa, raja Negara Mandura dengan Dewi Badrahini.

Lakon ini menceritakan kisah perkawinan Abimanyu dengan Siti Sundari, putri Prabu Kresna raja Dwarawati. Namun cinta Siti Sundari harus diperebutkan juga bersama Lesmana Mandrakumara, Putra Mahkota Raja Astina, Prabu Suyudana dengan Dewi Banuwati.

Jejer dimulai dengan menceritakan suasana kerajaan Astina dimana Prabu Duryudana tengah mengadakan pertemuan kerajaan membahas masalah lamaran untuk putranya kepada putri Prabu Kresna, Siti Sundari. Diceritakan bahwa Patih Sengkuni telah memberikan surat lamaran kepada Raja Dwarawati dan diterima dengan baik oleh Prabu Kresna. Namun kemudian atas permintaan dari Sang Putri, maka disampaikan bahwa lamaran akan diterima bila Lesmana dapat memenuhi permintaan Sang Putri yaitu patah (pengiring) penganten yaitu sepasang wanita kembar nan cantik jelita yang berasal dari Gunung.

Atas saran dari Pendita Dorna, maka kemudian Prabu Duryudana memerintahkan Lesmana untuk melakukan perjalanan dari desa ke desa dan menelusuri gunung-gunung di negri Astina untuk mencari dan mendapatkan permintaan calon istrinya. Perjalanan dipimpin oleh Raja Awangga, Karna, dengan diiringi oleh para Kurawa dan pasukan negri Astina.

Sementara itu pertapaan Andong Sumiwi, Desa Banjar Dawa, Begawan Sidik Wacana tengah berbincang dengan Pergiwa mengenai identitas yang sebenarnya dari Sang Cucu, Pergiwa dan Pergiwati.

Seperti diketahui sebenarnyalah bahwa Endang Pergiwa dan Endang Pergiwati adalah putra dari Arjuna dengan Dewi Manuhara, putri dari Begawan Sidik Wacana.

ABIMANYU dikenal pula dengan nama : Angkawijaya, Jaya Murcita, Jaka Pangalasan, Partasuta, Kirityatmaja, Sumbadraatmaja, Wanudara dan Wirabatana. Abimanyu adalah putra Arjuna, salah satu dari lima satria Pandawa dengan Dewi Sumbadra, putrid Prabu Basudewa, raja Negara Mandura dengan Dewi Badrahini. Abimanyu mempunyai 13 orang saudara lain ibu, yaitu : Sumitra, Bratalaras, Bambang Irawan, Kumaladewa, Kumalasakti, Wisanggeni, Wilungangga, Endang Pregiwa, Endang Pregiwati, Prabakusuma, Wijanarka, Anantadewa dan Bambang Sumbada. Abimanyu merupakan makhluk kekasih Dewata. Sejak dalam kandungan Abimanyu telah mendapat “Wahyu Hidayat”, yang mempunyai daya : mengerti dalam segala hal. Setelah dewasa Abimanyu mendapat “Wahyu Cakraningrat”, suatu wahyu yang dapat menurunkan raja-raja besar. Abimanyu mempunyai sifat dan perwatakan; halus, baik tingkah lakunya, ucapannya terang, hatinya keras, besar tanggung jawabnya dan pemberani. Dalam olah keprajuritan ia mendapat ajaran dari ayahnya, Arjuna.

Sedang dalam olah ilmu kebathinan mendapat ajaran dari kakeknya, Bagawan Abiyasa. Abimanyu tinggal di kesatrian Plangkawati, setelah dapat mengalahkan Prabu Jayamurcita. Abimanyu mempunyai dua orang isteri, yaitu : 1. Dewi Siti Sundari, putri Prabu Kresna , Raja Negara Dwarawati dengan Dewi Pratiwi, dan 2. Dewi Utari, putri Prabu Matswapati dengan Dewi Ni Yutisnawati, dari negara Wirata, dan berputra

Parikesit. Abimanyu gugur dalam perang Bharatayuda oleh gada Kyai Glinggang milik Jayadrata, satria Banakeling.

Page 2: cerita wayang

Wayang purwa atau wayang kulit purwa. Kata purwa (pertama) dipakai untuk membedakan wayang jenis ini dengan wayang kulit yang lainnya. Banyak jenis wayang kulit mulai dari wayang wahyu, wayang sadat, wayang gedhog, wayang kancil, wayang pancasila dan sebagainya. Purwa berarti awal, wayang purwa diperkirakan mempunyai umur yang paling tua di antara wayang kulit lainnya. Kemungkinan mengenai berita adanya wayang kulit purwa dapat dilihat dari adanya prasasti di ababd 11 pada zaman pemerintahan Erlangga yang menyebutkan:"Hanonton ringgit manangis asekel muda hidepan, huwus wruh towin jan walulang inukir molah angucap" (Ada orang melihat wayang menangis, kagum, serta sedih hatinya. Walaupun sudah mengerti bahwa yang dilihat itu hanya kulit yang dipahat berbentuk orang dapat bergerak dan berbicara).

Petikan di atas adalah bait 59 dalam Kakawin Arjuna Wiwaha karya Empu Kanwa (1030), salah satu sumber tertulis tertua dan autentik tentang pertunjukan wayang kulit yang mulai dikenal di Jawa, yaitu pada masa pemerintahan Dharmawangsa Airlangga di Kerajaan Kediri.

Wayang purwa sendiri biasanya menggunakan ceritera Ramayana dan Mahabarata, sedangkan jika sudah merambah ke ceritera Panji biasanya disajikan dengan wayang Gedhog. Wayang kulit purwa sendiri terdiri dari beberapa gaya atau gagrak, ada gagrak Kasunanan, Mangkunegaran, Ngayogjakarta, Banyumasan, Jawatimuran, Kedu, Cirebon, dan sebagainnya.

Wayang kulit purwa terbuat dari bahan kulit kerbau, yang ditatah, diberi warna sesuai dengan kaidah pulasan wayang pedalangan, diberi tangkai dari bahan tanduk kerbau bule yang diolah sedemikian rupa dengan nama cempurit yang terdiri dari tuding dan gapit.

Ditinjau dari bentuk bangunnya wayang kulit dapat digolongkan menjadi beberapa golongan antara lain: Wayang Kidang kencana; boneka wayang berukuran sedang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, sesuai dengan kebutuhan untuk mendalang (wayang pedalangan). Wayang Ageng; yaitu boneka wayang yang berukuran besar, terutama anggota badannya di bagian lambung dan kaki melebihi wayang biasa, wayang ini disebut wayang jujudan. Wayang kaper;yaitu wayang yang berukuran lebih kecil dari pada wayang biasa. Wayang Kateb;yaitu wayang yang ukuran kakinya terlalku panjang tidak seimbang dengan badannya.

Pada perkembangannya bentuk bangun wayang kulit ini mengalami perkembangan bahkan pergeseran dari yang tradisi menjadi kreasi baru. Pada zaman Keraton Surakarta masih berjaya dibuat wayang dalam ukuran yang sangat besar yang kemudian diberi nama Kyai Kadung, hal ini yang mungkin mengilhami para dalang khususnya Surakarta untuk membuat wayang dengan ukuran lebih besar lagi. Misalnya Alm Ki Mulyanto mangkudarsono dari Sragen Jawa tengah membuat Raksasa dengan ukuran 2 meter, dengan bahan 1 lembar kulit kerbau besar dan masih harus disambung lagi. Karya ini yang kemudian ditiru oleh Dalang Muda lainnya termasuk Ki Entus dari Tegal, Ki Purbo Asmoro Surakarta, Ki Sudirman Sragen dalan masih banyak lagi.

Ki Entus Susumono dari Tegal bahkan telah banyak membuat kreasi wayang kulit ini, mulai dari wayang planet, wayang tokoh kartun seperti superman, batman, satriya baja hitam, robot, dinosaurus, dan wayang Rai- Wong (bermuka orang), tokoh George Walker Bush, Saddam Hussain, sampai pada tokoh-tokoh pejabat pemerintah. Ki Entus juga menggabungkan wayang gagrak Cirebonan dengan Wayang Gagrak Surakarta (bentuk bagian atas wayang cirebon dan bawah Surakarta).

Penambahan tokoh wayang dalam pergelaran wayang kulit juga semakin marak, misalnya dengan ditambahkanya berbagai boneka wayang dari tokoh polisi, Helikopter, motor ambulan, barisan Tentara, Pemain Drum band, sampai tokoh Mbah Marijan.

Page 3: cerita wayang

DEWI SITI SUNDARI sesungguhnya putri Bathara Wisnu dengan Dewi Pratiwi, putri Prabu Nagaraja dari kerajaan Sumur Jalatunda. Dewi Siti Sundari mempunyai kakak kandung bernama Bambang Sitija, yang setelah turun ke Arcapada dan menjadi raja di negara Trajutisna bergelar Prabu Bomanarakasura.Ketika Bathara Wisnu turun ke Arcapada menitis pada Prbau Kresna, raja negara Dwarawati, Dewi Siti Sundari menyusul turun ke Arcapada dan diakui sebagai putri Prabu Kresna.Dewi Siti Sundari mempunyai sifat perwatakan; baik budi, sabar, setia dan sangat berbakti.Dewi Siti Sundari menikah dengan Abimanyu/Angkawijaya, putra Arjuna dengan Dewi Sumbandra, adik Prabu Kresna.Dalam perkawinan tersebut ia tidak mempunyai anak. Dewi Siti Sundari mati masuk ke dalam Pancaka/api pembakaran jenazah.

DEWI SITI SUNDARIDewi Sitisundari Putri Prabu Kresna dan besuamikan Raden Angkawijaya. Ketika Raden Angkawijaya tewas didalam perang Baratayuda, Dewi Sitisundari bela dengan jalan bunuh diri dekat jenazah suaminya. Jaman dulu para istri umumnya memang bela mati, kalau suami tewas dalam perang. Adat ini terdapat juga di sebagar Indonesia, tetapi kemudian dilarang.Astina dan Pandawa terhitung kerabat dekat, Merek keturunan dua saudara 1aki-laki, jadi satu sama lainnya masih saudara sepupu.Tetapi hingga pecahnya perang Baratayuda, hidup kedua keluarga itu selalu bermusuhan. Lebih-lebih sesuudah Prabu Baladewa memihak pada Astina, semakin menjadilah permusuhan itu.Karena Baladewa memihak pada Astina. murkalah dia, ketika Sitisundari akan diperistri Angkawijaya, sebab dia bermaksud menjodohkan putri itu dengan seorang keturunan dari pihak Astina. Oleh sebab itu berperanglah Pendawa dan Astina.Setengah orang mengatakan, bahwa hubungan antara Pendawa dengan Korawa (Astina) dapat diibararkan hubunga antara lahir dengan batin. Secara lahir kedua keluarga hidup bersama seakan- akan tak ada persoalan apa-apa antara mereka, tetapi secara batin mereka pecah oleh pertentangan-pentetangan. Dikembalikan pada kehidupan orang seorang, bahagialah ia yang bisa menserasikan hidup lahirnya dengan hidup batinnya.Dewi Sitisundari bermata jaitan, berhidung mancung, bermuka tenang. Bersanggul besar dengan dihiasi bunga, sebagian rambut terurai. Berkalung ulur-ulur, bergelang dan berpontoh. Berkain dodot putren.Sumber : Sejarah Wayang Purwa - Hardjowirogo - PN Balai Pustaka - 1982