11
RAWA PENING Cerita Rakyat Jawa Tengah Menurut legenda, Rawapening adalah sebuah rawa yang muncul, menurut mitos, sebagai kemarahan seorang bocah bernama Baru Klinting. Ia menjadi ejekan penduduk desa yang angkuh dan jahat. Kedatangan Baru Klinting memicu kemarahan warga, karena mereka tidak ingin melihat seorang bocah yang sekujur tubuhnya dipenuhi luka dan berbau amis. Hanya seorang janda tua bernama Nyai Latung saja yang mau memberikan perhatian kepadanya, termasuk ketika Baru Klinting minta makan dan minum. Ejekan dan perlakuan tidak adil itu membuat Klinting marah hingga ia berani mengajukan sebuah tantangan kepada warga setempat. Baru Klinting menantang mereka apakah mampu mencabut sebatang lidi yang ditancapkan di dalam tanah. Di luar dugaan, warga tidak sanggup melakukan itu, selain Klinting sendiri. Namun, ketika ia mencabut lidi itu, keluarlah air dari tanah di mana lidi tadi tertancap. Makin lama makin banyak hingga akhirnya menjadi banjir bandang yang menenggelamkan seluruh warga selain Nyai Latung. AMANAT: Jangan suka menghardik orang yang tidak berdaya karena nanti kita akan mendapat balasannya.

cerita rakyat

  • Upload
    tyan22

  • View
    1.715

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: cerita rakyat

RAWA PENING

Cerita Rakyat Jawa Tengah

Menurut legenda, Rawapening adalah sebuah rawa yang muncul, menurut mitos, sebagai kemarahan seorang bocah bernama Baru Klinting. Ia menjadi ejekan penduduk desa yang angkuh dan jahat.

Kedatangan Baru Klinting memicu kemarahan warga, karena mereka tidak ingin melihat seorang bocah yang sekujur tubuhnya dipenuhi luka dan berbau amis. Hanya seorang janda tua bernama Nyai Latung saja yang mau memberikan perhatian kepadanya, termasuk ketika Baru Klinting minta makan dan minum. Ejekan dan perlakuan tidak adil itu membuat Klinting marah hingga ia berani mengajukan sebuah tantangan kepada warga setempat. Baru Klinting menantang mereka apakah mampu mencabut sebatang lidi yang ditancapkan di dalam tanah.

Di luar dugaan, warga tidak sanggup melakukan itu, selain Klinting sendiri. Namun, ketika ia mencabut lidi itu, keluarlah air dari tanah di mana lidi tadi tertancap. Makin lama makin banyak hingga akhirnya menjadi banjir bandang yang menenggelamkan seluruh warga selain Nyai Latung.

AMANAT: Jangan suka menghardik orang yang tidak berdaya karena nanti kita akan mendapat balasannya.

Page 2: cerita rakyat

RAWA PENING

Folklore, Central Java

According to legend, Rawapening is a swamp that emerged, according to myth, as

the anger of a boy named Baru Klinting. He became the proud villagers ridicule and evil.

Arrivals Baru Klinting angered residents, because they do not want to see a boy his

whole body full of wounds and smelled fishy. Only one old widow named Nyai Latung

just want to give attention to him, including when Baru Klinting for food and drink.

Taunts and unfair treatment that makes Baru Klinting mad until she dared to pose a

challenge to local residents. Baru Klinting challenge them if able to pull a stick, we are

stuck in the ground.

To her surprise, people can not afford to do that, other than their own Baru

Klinting. However, when he drew a stick that, come out water from the soil where the

stick had been stuck. More and more until it became a raging flood that drowned all other

citizens Nyai Latung.

MANDATE: Do not like to scold people who are helpless because we'll get a reply.

Page 3: cerita rakyat

RAWA PENING - Cerita Rakyat Jawa Tengah

Pada suatu hari, hiduplah seorang bocah yang karena kesaktiannya di kutuk

seorang penyihir jahat. Akibatnya, bocah itu memiliki luka di sekujur tubuh dengan bau

yang sangat tajam dan amis. Luka itu tak pernah kering. Jika mulai kering, selalu saja

muncul luka-luka baru, disebabkan memar. Baru Klinting berubah menjadi seorang anak

kecil yang mempunyai luka tubuh, dan lukanya menimbulkan bau amis. 

Suatu hari, Baru Klinting datang ke sebuah desa kecil, dan melihat anak-anak di

desa itu sedang bermain. Muncullah keinginan dihatinya untuk bergabung, namun anak-

anak tersebut menolak kehadiran Baru Klinting dan memaki-makinya dengan

ejekan. Baru Klinting pun pergi. Ditengah jalan, perutnya mulai lapar, dan Baru Klinting

mendatangi salah satu rumah dan meminta makan. Saat itu Baru Klinting pun kembali di

tolak bahkan di maki-maki. 

Page 4: cerita rakyat

Desa tersebut adalah desa yang makmur, namun penduduk di Desa itu sangatlah

angkuh. Sampai suatu hari ada seorang Janda tua (Nyai Latung) yang baik dan mau

menampung dan memberi makan Baru Klinting. Setelah selesai makan, Baru Klinting

berterimakasih kepada Nyai, sambil berkata, "Nyai, kalau Nyai mendengar suara

kentongan, Nyai harus langsung naik ke perahu atau lisung ya?", kemudian Nyai tersebut

menjawab "Iya". 

Ketika Baru Klinting sedang di perjalanan meninggalkan komunitas tersebut,

Baru Klinting bertemu dengan anak-anak yang sering menghinanya dan langsung

mengusir Baru Klinting dengan kata-kata kasar. Tak terima dengan perlakuan itu, ia pun

langsung menancapkan sebatang lidi yang kebetulan ada di sana. Lalu dengan wajah

berang ia pun bersumpah, bahwa tak ada seorang pun yang sanggup mengangkat lidi ini,

kecuali dirinya.

Satu persatu mulai berusaha mencabut lidi yang di tancapkan Baru Klinting,

namun anak-anak tidak ada yang bisa mencabutnya. Sampai akhirnya orang-orang

dewasa yang berusaha mencabut lidi tersebut. Namun hasilnya TETAP TIDAK BISA!

Akhirnya Baru Klinting sendiri yang menarik lidi tersebut, karena hanya dia yang bisa

mencabutnya (mengingat bahwa dia sakti). Saat itupun keluarlah air dari tanah bekas lidi

itu menancap, airnya sangat deras keluar dari tanah, dan terjadilah banjir bandang di Desa

tersebut dan menewaskan seluruh masyarakat di desa itu, kecuali Nyai. 

Setelah lidi tersebut lepas, Baru Klinting langsung membunyikan kentongan

untuk memperingati Nyai. Akhirnya Nyai yang sedang menumbuk padi segera masuk ke

lisung, dan selamatlah dia. Nyai menceritakan kejadian ini kepada penduduk-penduduk

desa tetangganya dan Baru Klinting menjadi ular dan menjaga desa yang telah menjadi

rawa tersebut. 

Page 5: cerita rakyat

RAWA PENING- Folklore of Central Java

Once upon a time, there lived a boy who due to its miracle in the curse of a wicked

witch. As a result, the boy had wounds all over his body with a very sharp odor and fishy.

The wound was never dry. If you begin to dry, always appear new wounds, caused

bruising. Baru Klinting turned into a child who has a body wound, and wounds caused

the stench.

One day, Baru Klinting come to a small village, and saw that the village children

were playing. His heart comes the desire to join, but the children are denied the presence

of Baru Klinting and shouting she swore with derision. Baru Klinting went away. Middle

of the road, his stomach began to hunger, and Baru Klinting went to one house and asked

for food. At that time Baru Klinting was back on the decline even in slang.

The village is a prosperous village, but residents in the village was very arrogant.

Until one day there was an elderly widow (Nyai Latung) is good and willing to

accommodate and feed Baru Klinting. When finished eating, Baru Klinting grateful to

Nyai, saying, "Nyai, if Nyai heard a gong, Nyai should immediately get into the boat or

lisung yes?", Then Nyai is answered "Yes".

When Baru Klinting is on the way to leave the community, Baru Klinting met with

children who are often insulted and immediately expel Baru Klinting with harsh words.

Not received the treatment, he was immediately plunged a stick, which happened to be

there. Then the angry face he vowed that no one who could lift this stick, except himself.

One by one began to try to pull a stick, which in, Baru Klinting but the children no

one could dislodge it. Until finally the adults who tried to pull the stick. However, the

result CAN NOT FIXED! Eventually Baru Klinting itself an interesting stick, because

only he could pull out (remember that he powerful). When that too came out of the

ground water used sticks that stick, the water was very swift exit from the ground, and

there were flash floods in the village and killed all the people in the village, except Nyai.

After the stick is off, Baru Klinting immediately rang the gong to mark the Nyai.

Finally Nyai who was pounding rice into lisung soon, and he safe. Nyai told this incident

to the villagers and neighboring Baru Klinting into a snake and keep the village that has

become a swamp them.

Page 6: cerita rakyat

RAWA PENING - folktales Central Java

Rawa Pening is a big lake in Central Java. It is famous for its legend. People near

the lake like to share a story about the origin of the lake.

Once upon a time, a poor little boy came into a little village. He was very hungry

and weak. He knocked on every door in the village and asked for some food. But nobody

care about him. Nobody wanted to help the little boy.

Finally, a generous woman helped him. She gave him shelter and a meal. When

the boy wanted to leave, this old woman gave him a “lesung”, a big wooden mortar for

pounding rice. She reminded him, “please remember, if there is a flood you must save

yourself. Use this “lesung” as a boat”. The “lesung” was heavy but he was happy to have

it. He thanked the old woman.

The little boy continued on his journey. While he was passing through the village,

he saw many people gathering on the field. The boy came closer and saw a stick stuck in

the ground. People challenged each other to pull out that stick. Everybody tried, but

nobody succeeded.

“Can I try?” asked the little boy. The crowd laughed mockingly. The boy wanted to try

his luck so he stepped forward and pulled out the stick. He could do it very easily.

Everybody was dumbfounded.

Suddenly, from the hole left by stick, water spouted out. It did not stop until it

flooded the village. And no one was safe from the water except the little boy and the

generous old woman who gave him shelter and meal. As she told him, he used the

“lesung” as a boat and picked up the old woman. The whole village became a huge lake.

It is now known as Rawa Pening Lake in Salatiga, Central Java, Indonesia.

Page 7: cerita rakyat

RAWA Pening - cerita rakyat Jawa Tengah

Rawa Pening adalah danau besar di Jawa Tengah. Ini adalah legenda yang terkenal.

Orang-orang dekat danau ingin berbagi cerita tentang asal-usul danau.

Sekali waktu, seorang bocah miskin masuk ke sebuah desa kecil. Dia sangat lapar

dan lemah. Dia mengetuk setiap pintu di desa dan meminta makanan. Tapi tidak ada yang

peduli padanya. Tidak ada yang ingin membantu anak kecil itu.

Akhirnya, seorang wanita yang murah hati membantunya. Dia memberinya tempat

tinggal dan makan. Ketika anak itu ingin pergi, wanita tua memberinya "lesung", sebuah

mortir kayu besar untuk menumbuk padi. Dia mengingatkan, "harap ingat, jika ada banjir

kamu harus menyelamatkan diri. Gunakan "lesung" sebagai perahu ". The "lesung" itu

berat tapi dia senang memilikinya. Dia mengucapkan terima kasih perempuan tua.

Anak kecil itu melanjutkan perjalanannya. Sementara ia melewati desa, ia melihat

banyak orang berkumpul di lapangan. Anak itu mendekat dan melihat tongkat terjebak di

dalam tanah. Orang-orang menantang satu sama lain untuk menarik keluar tongkat itu.

Semua orang mencoba, tapi tidak ada yang berhasil.

"Bolehkah saya mencoba?" Tanya anak kecil itu. Orang-orang tertawa mengejek. Anak

itu ingin mencoba keberuntungan sehingga ia melangkah maju dan mengeluarkan

tongkat. Dia bisa melakukannya dengan sangat mudah. Semua orang tercengang.

Tiba-tiba, dari lubang yang ditinggalkan oleh tongkat, menyemburkan air keluar.

Ini tidak berhenti sampai membanjiri desa. Dan tidak ada yang aman dari air kecuali anak

kecil dan perempuan tua dermawan yang memberinya tempat tinggal dan makan. Ketika

ia mengatakan kepadanya, dia menggunakan "lesung" sebagai perahu dan mengangkat

wanita tua. Seluruh desa menjadi danau yang besar. Hal ini sekarang dikenal sebagai

Rawa Pening Lake di Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia.