3
Shiva Shiva adalah gadis kecil yang mengobati luka hati ayahnya. Lima tahun usianya. Lesung pipit senyumnya. Tak pernah berhenti bibir mungilnya bicara dan bertanya. Sang bunda sampai kewalahan menjawab pertanyaan profesor kecil itu. “Bunda, kalau Shiva suka nonton TV, Allah suka nonton apa ?” “Bunda, setiap Shiva sarapan, Shiva selalu berdoa kepada Allah biar sarapannya ga dimakan cacing. Hiiii… Shiva ngga suka cacing.” “Bunda pernah bertemu Allah ?” “Bunda, katanya Allah yang membikin Shiva dan Bunda. Bagaimana ya Allah bikin kita semua ?” Dari pertanyaan biasa sampai yang berkaitan dengan aqidah. Tentu saja sang bunda jungkir balik menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan bahasa yang dipahami anak kecil. Bidadari kecil ini terlihat lucu dengan jilbab putih kecilnya, apa lagi kalau sedang tersenyum. Gigi- gigi gupisnya berbaris di antara gigi-gigi depannya. Dia memang suka makan coklat, tak heran kadang-kadang jilbab putihnya berhiaskan remah-remah coklat yang dimakannya. Gadis kecil ini tidak bisa jauh dari sang bunda. Bila anak-anak TK seusianya membiarkan sang bunda menungguinya di

Cerita Pendek

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sebuah cerita pendek tentang seorang anak kecil. Inspirasi dari nama seorang teman yang namanya sama dengan judul cerpen ini hehehe2xKunjungi saya di : http://www.wisata-otak.blogspot.com

Citation preview

Page 1: Cerita Pendek

Shiva

Shiva adalah gadis kecil yang mengobati luka hati ayahnya. Lima tahun usianya.

Lesung pipit senyumnya. Tak pernah berhenti bibir mungilnya bicara dan bertanya. Sang

bunda sampai kewalahan menjawab pertanyaan profesor kecil itu.

“Bunda, kalau Shiva suka nonton TV, Allah suka nonton apa ?”

“Bunda, setiap Shiva sarapan, Shiva selalu berdoa kepada Allah biar sarapannya ga

dimakan cacing. Hiiii… Shiva ngga suka cacing.”

“Bunda pernah bertemu Allah ?”

“Bunda, katanya Allah yang membikin Shiva dan Bunda. Bagaimana ya Allah bikin

kita semua ?”

Dari pertanyaan biasa sampai yang berkaitan dengan aqidah. Tentu saja sang bunda

jungkir balik menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan bahasa yang dipahami anak

kecil.

Bidadari kecil ini terlihat lucu dengan jilbab putih kecilnya, apa lagi kalau sedang

tersenyum. Gigi- gigi gupisnya berbaris di antara gigi-gigi depannya. Dia memang suka

makan coklat, tak heran kadang-kadang jilbab putihnya berhiaskan remah-remah coklat

yang dimakannya.

Gadis kecil ini tidak bisa jauh dari sang bunda. Bila anak-anak TK seusianya

membiarkan sang bunda menungguinya di luar kelas, maka Shiva meminta bundanya

menunggu di dalam kelas. Agar bisa terus terlihat oleh mata kecilnya yang lincah.

Pulang sekolah Shiva mengajak sang bunda lomba lari. Di jalan setapak tepi sawah

Shiva berlari dengan semangatnya. Jilbab kecilnya berkelebatan, bagai sayap burung

kecil yang sedang belajar terbang. Sang bunda pun tak bisa menandingi langkah kaki

bidadari kecil itu. Lari lucu, bagai penguin di kutub selatan berkejaran di tepi pantai.

“Shiva ! Hati-hati, jangan cepat-cepat, nak”, teriak sang bunda dari belakang.

Dengan bersemangat kaki-kaki kecil itu menyusuri rerumputan di tepi sawah. Tak

hanya langkah kecil yang menggemaskan dari Shiva, namun juga tawa kecilnya yang

membangunkan penghuni sawah. Beberapa ekor katak di tepi sawah terkejut mendengar

tawa makhluk cantik kecil itu dan kemudian bergegas melompat ke tengah sawah. Kupu

Page 2: Cerita Pendek

–kupu kuning yang hinggap di rumput berembun pun terbang meninggi. Kalau tidak ia

akan terinjak atau ditangkap tangan mungil Shiva yang gemas melihat kupu-kupu.

Ya, Shiva memang penawar bagi kerasnya hati. Shiva tidak memperhatikan

sekekelingnya, namun makhluk lainnya pasti memperhatikan kelincahan dan

keluguannya. Ia bagai setetes air yang mampu melubangi karang hati manusia pada

tetesan pertama. Siapapun yang melihatnya akan sadar bahwa perdamaian di bumi pantas

diperjuangkan. Sangat tidak adil bila dunia yang penuh debu, darah dan kebencian tanpa

alas an yang jelas harus diwariskan kepada Shiva atau anak-anak lain seperti dia.

Andaikan para pemimpin dunia tahu bahwa ada anak semanis Shiva tentu saja mereka

akan berpikir ulang ribuan kali sebelum memutuskan invasi atau peperangan. Andai

mereka tahu bahwa di mata Shiva dunia adalah taman dan manusia adalah kumbangnya

tentu mereka akan mempertimbangkan kembali sebelum mengerahkan pasukan demi

konsesi minyak. Andaikan saja mereka mengenalmu . . . . .

***

Di sebuah ruang aku duduk sendirian. Hari masih pagi. Kurang lebih jam 9 lebih.

Ruang itu lebarnya sekitar 10 x 10 meter. Ada sekitar 8 set meja yang dikitari 4 kursi. Ya,

ruangan itu mirip restoran. Namun, aku tahu dengan pasti itu bukanlah restoran karena

aku sudah di sini kurang lebih 3 tahun.