Author
tarafitrah
View
63
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sdfsd
BAB IPENDAHULUAN
1. 1 Latar BelakangDermatofitosis adalah penyakit yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita, yang terdiri dari tiga genus yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton (Rianyta, 2011). Prevalensinya cukup tinggi di Indonesia, mengingat Indonesia termasuk dalam negara beriklim tropis dan mempunyai kelembaban yang tinggi. Untuk kasus di Indonesia, dari hasil penelitian menunjukan dari seluruh infeksi dermatomikosis, sebanyak 52 % adalah kasus dermatofitosis dengan T. rubrum sebagai agen penyebab utama (Agustine, 2012). Sedangkan penelitian mengenai kasus dermatofitosis di India menunjukkan sebanyak 71 pasien yang menderita dermatofitosis memperlihatkan hasil biakan yang positif. Dimana hasil kultur pada 66 pasien (93%) positif mengandung biakan Trichophyton spp, dengan Trichophyton rubrum (Castell.) Sabour penyebab utama dermatofitosis di India (Venkatesan, 2007). Pengobatan secara medis selama ini untuk kasus dermatofitosis dengan lesi lokal, menggunakan obat antifungal golongan imidazol seperti mikonazol dan klotrimazol, sedangkan untuk lesi sistemik menggunakan ketokonazol, terbinafin dan griseosulvin. Ketokonazol masih menjadi pilihan utama di beberapa negara dan efektif terhadap tinea korporis, kruris, pedis, dan infeksi jamur pada kuku (Weller. dkk., 2008), tetapi obat-obatan tersebut sulit untuk didapatkan bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil. Masyarakat di daerah Desa Tanjung Ganti I, Kecamatan Kelam Tengah, Kabupaten Kaur masih menggunakan pengobatan tradisional untuk pengobatan terhadap dermatofitosis.Pengobatan tradisonal yang dilakukan di Desa Tanjung Ganti I, Kecamatan Kelam Tengah, Kabupaten Kaur, menggunakan kombinasi rebusan akar gelinggang dan jahe merah untuk mengobati penyakit kurap. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, akar gelinggang memiliki senyawa aktif seperti rhein dan chrysophanol yang merupakan derivat dari anthrakuinon yang memperlihatkan adanya aktivitas biologis seperti sebagai antimikroba, antijamur, antitumor, antioksidan, dan sitotoksik. Di Suriname ektrak akar gelinggang digunakan sebagai obat pada kasus gangguan ovarium (Fernand, 2008). Hasil penelitian mengenai ekstrak daun gelinggang mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap penghambatan pertumbuhan Trichophyton sp pada umur kultur 1 x 24 jam, 2 x 24 jam (Hujjatusnaini, 2010). Kandungan senyawa metabolit pada rimpang jahe merah seperti gingerol, shagol, dan zingeron memiliki efek farmakologi sebagai antifungal (Supriadi, dkk., 2011).Untuk pengobatan alternative menggunakan kombinasi ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merah yang didapatkan di Desa Tanjung Ganti I, Kecamatan Kelam Tengah, Kabupaten Kaur belum pernah diteliti efektivitasnya sebagai antifungal. Hal inilah yang mendasari peneliti ingin melakukan penelitian mengenai Uji Efektivitas Kombinasi Antifungal Ekstrak Akar Gelinggang (Senna alata L.) dan Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc) Terhadap Pertumbuhan Trichophyton rubrum (Castell.) Sabour.
1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1.2.1 Apakah kombinasi dari ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merah memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan T. rubrum?1.2.2 Bagaimana perbandingan efektifitas antifungal kombinasi ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merah dibandingkan dengan penggunaan ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merah saja?1.3 HipotesisH0: Kombinasi dari ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merah tidak memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan T. rubrum.H1: Kombinasi dari ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merah memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan T. rubrum.H2 : Kombinasi ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merah memilikiefek daya hambat yang lebih kuat terhadap pertumbuhan T. rubrum dibandingkan dengan hanya menggunakan ekstrak akar gelinggang dan jahe merah saja.1.4 Tujuan- Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah untuk menentukan daya hambat yang paling efektif dari kombinasi ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merah terhadap pertumbuhan T. rubrum. - Untuk membandingkan daya hambat antara kombinasi akar gelinggang dan rimpang jahe merah dengan penggunaan rimpang jahe merah saja maupun akar gelinggang saja terhadap pertumbuhan T. rubrum.1.5 Manfaat Penelitian1.5.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai khasiat kombinasi ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merah dalam menghambat pertumbuhan T. rubrum sehingga dapat digunakan dalam penatalaksaanan penyakit akibat infeksi T. rubrum.1.5.2 Hasil dari penelitian ini dapat menjadi data awal untuk penelitian selanjutnya mengenai efektivitas kombinasi ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merah dalam menghambat pertumbuhan T. rubrum
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Trichophyton rubrum
Koloni jamur T.rubrumTrichophyton rubrum (Castell.) Sabour., 1911 merupakan spesies jamur golongan dermatofita yang menyebabkan infeksi dermatofitosis (Warrell. dkk., 2012). Trichophyton rubrum dibedakan menjadi 2 tipe yaitu T. rubrum tipe downy atau berbulu halus dan tipe granular. Trichophyton rubrum tipe downy memiliki karakteristik memproduksi mikrokonidia dalam jumlah yang sedikit, halus, tipis, kecil, dan tidak mempunyai makrokonidia. Sedangkan karakteristik T. rubrum tipe granuler produksi mikrokonidia dan makrokonidia dalam jumlah yang sangat banyak. Mikrokonidia berbentuk clavate dan pyriform, makrokonidia berdinding tipis, dan berbentuk seperti cerutu. T. rubrum berbulu halus (downy) adalah strain jamur yang paling banyak menginfeksi manusia dan paling sering menyebabkan infeksi kronik pada kulit dan kuku. Sedangkan untuk T. rubrum tipe granular menjadi penyebab paling sering tinea korporis di Asia Tenggara dan suku Aborigin di Australia (Ellis. dkk., 2007).
Makrokonidia
Mikrokonidia
b. Mikroskopik T. rubrumgranular strain (Ellis. dkk., 2007)Gambar 1. a. Hasil kultur T. rubrumgranular strain (Ellis. dkk., 2007)
Mikrokonidia
Hifa
Koloni jamur T.rubrum
Gambar 2. a. Hasil kultur T. rubrum Downy strain (Ellis. dkk., 2007)b. Mikroskopis T. rubrumdowny strain (Ellis. dkk., 2007)
Taksonomi Trichophyton rubrum (Alexopoulus, 1996) :Kingdom: FungiFilum: AscomycotaKelas: EurotiomycetesOrdo: OnygenalesFamili: ArthrodermactaeceaeGenus: TrichophytonSpesies: Trichophyton rubrum 2.2 Infeksi Trichophyton rubrum Trichophyton rubrum dapat menyebabkan penyakit dermatofitosis yang ada di badan (tinea korporis), dermatofitosis pada selangkangan dan alat genital (tinea kruris), dermatofitosis pada telapak tangan (tinea manuum), dermatofitosis pada kaki (tinea pedis) dan dermatofitosis pada kuku (tinea unguium) (Weller. dkk., 2008). 2.2.1 Epidemiologi Penyakit dermatofitosis yang disebabkan oleh T. rubrum ini endemik di beberapa wilayah di Asia Tenggara, bagian Afrika Selatan dan Australia bagian Utara. Penyakit akibat T. rubrum ini juga sering terjadi pada kaki atlet yaitu tinea pedis. Tinea pedis ini juga terjadi pada wilayah dan temperatur yang sama dengan insiden penyakit tinea korporis dan tinea kruris yaitu wilayah yang beriklim tropis seperti Asia Tenggara dan Afrika Selatan (Warrell, dkk., 2012). Infeksi pada tinea pedis sering menyebar pada tempat yang basah seperti di kolam berenang, di kamar mandi ataupun memakai alas kaki penderita tinea pedis (Weller, dkk., 2008).2.2.2 Gejala Klinis Infeksi T. rubrum ini menimbulkan gejala klinis berupa gatal sehinggga kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi berbentuk skuama yang kering dengan vesikel serta papul yang terdapat di tepi. Lesi berbatas tegas, bewarna merah dan hiperkeratotik. Tinea pada kuku (tinea unguium) lesi muncul pada bagian tepi kuku yang bewarna kuning dan rapuh, yang kemudian diikuti dengan penebalan serta hiperkeratotik pada kuku tersebut (Weller, dkk., 2008).2.2.3 PatogenesisGolongan jamur dermatofita jenis antropofilik seperti T. rubrum paling sering menyerang manusia dikarenakan manusia dijadikan sebagai hospes tetapnya. Golongan ini bisa membuat penderita mengalami penyakit yang menahun akibat dari reaksi penolakan tubuh yang sangat ringan. Jamur T. rubrum menginfeksi kulit dan kuku melalui degradasi keratin, hal ini disebabkan karena kemampuan jamur mensekresi enzim proteolitik yang merupakan faktor virulensi pada T. rubrum. Infeksi ini dapat ditularkan dari orang ke orang melalui kontak kulit (Warrell, dkk., 2012).
2.3.4 PengobatanPengobatan medis untuk dermatofitosis yang disebabkan oleh jamur T. rubrum dengan lesi lokal yang minimal menggunakan preparat imidazol seperti mikonazol dan klotrimazol, sedangkan untuk lesi yang sistemik menggunakan ketokonazol, terbinafin dan griseosulvin (Weller, dkk., 2008).2.3 Botani Gelinggang (Senna alata L.) 2.3.1 Deskripsi Gelinggang (Senna alata L.)Gelinggang adalah tanaman yang berasal dari daerah tropis dan dapat merupakan tanaman penting yang berguna sebagai tanaman obat dan tanaman hias. Di daerah tropis tanaman gelinggang dapat tumbuh di ketinggian 1.200 M diatas permukaan laut. Bunga gelinggang berwarna kuning, dan gelinggang memiliki batang yang dapat tumbuh 3-4 M, dan mempunyai ukuran daun dengan panjang 50-80 cm dan menutup dalam keadaan gelap (Hirt, dkk., 2008). 2.3.2 Taksonomi Senna alata L. (Hirt, dkk., 2008):Kingdom : Plantae(unraked): Angiosperms(unraked): Eudicots(unraked): RosidsOrder: FabalesFamily: FabaceaeSubfamily: CaesalpinioideaeTribe: CassieaeSubtribe: CassiinaeGenus: SennaSpesies: Senna alata L.Sinonim: Cassia alata (L.) Cassia alata L. var. perennis Pams Cassia alata L. var. rumphiana DC Cassia bracteata L.f Cassia herpetica Jacq. Cassia rumphiana (DC.) Bojer Herpetica alata (L.) Raf
Gambar 3. Akar Gelinggang (dok. pribadi, 2013)2.3.3 Kandungan Senyawa Kimia Akar GelinggangSkrining fitokimia dari daun dan akar Senna alata L. menunjukkan adanya senyawa alkaloid, karbohidrat, tannin, saponin, fenol, flavonoid, anthraquinones dan cardiac glycosides pada Tabel 2.1 (Mahmood, 2008). Tabel 1. Kandungan Fitokimia ekstrak akar dan daun Senna alata L.Kandungan FitokimiaEkstrak DaunEkstrak Akar
AlkaloidKarbohidratTaninSaponinFenolFlavonoidAntrakuinonCardiac glicosida++++++++++++++++
Sumber : (Mahmood, 2008)Dari hasil penelitian departemen kimia, Universitas Negri Lousiana, Baton Rouge, LA, USA, bahwa terdapat kandungan senyawa kimia yaitu enam senyawa fenolik, lima antrakuinon (Rhein, aloe-emodin, emodin, chrysophanol dan physcion) dan flavonoid pada ekstrak akar gelinggang (Senna alata L.). Identifikasi analit dilakukan dengan menggunakan standar dan on-line massa deteksi spektrometri menggunakan tekanan atmosfer ionisasi kimia. Konsentrasi senyawa fenolik dalam ekstrak akar ditentukan dengan menggunakan HPLC dengan deteksi ultraviolet pada 260 nm (Fernand, 2008).
Gambar 4. Struktur kimia dari enam senyawa fenolik dalam ekstrak akar gelinggang (Fernand, 2008)2.4 Botani Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.)2.4.1 Deskripsi Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.)Jahe merah adalah jenis jahe yang paling sering digunakan sebagai obat tradisonal karena memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan jenis jahe yang lainnya. Jahe merah yang dikenal di Indonesia hanya satu jenis, namun di beberapa daerah termasuk di Bengkulu ditemukan jahe merah dengan ukuran rimpang sangat kecil dan sangat pedas, sehingga diduga di Indonesia terdapat 2 macam jahe merah, yaitu rimpang besar dan rimpang kecil. Jahe merah atau jahe sunti memiliki rimpang berwarna merah dan lebih kecil daripada jahe putih kecil. Daging rimpangnya berwarna jingga muda sampai merah. Diameter rimpang dapat mencapai 4 cm dengan panjang rimpang hingga 12.5 cm (Supriadi, dkk., 2011).Di Indonesia dikenal 3 jenis jahe yaitu jahe yakni jahe merah (Zingiber officinale Roscoe), jahe putih kecil (Z. officinale var. amarum) dan jahe putih besar (Z. officinale var. officinale). Ketiga varietas jahe tersebut memiliki perbedaan morfologi pada warna kulit dan ukuran rimpang, akar, batang, kadar serat, kadar pati, dan kadar minyak atsiri nya. (Supriadi, dkk., 2011).2.4.2 Taksonomi Zingiber officinale Rosc. (Schauenberg, 1977):Kingdom: PlantaeDivision: MagnoliophytaClass: LiliopsidaOrder: ZingiberalesFamily: Zingiberaceae MartinovGenus: Zingiber MillSpecies: Zingiber officinale Rosc.Sinonim: Amomum zingiber L.
Gambar 5. Rimpang Jahe merah (dok. pribadi, 2013)2.4.3 Kandungan Senyawa Kimia Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.)Bagian utama pada jahe yang dimanfaatkan adalah rimpangnya. Rimpang jahe digunakan secara luas sebagai rempah bumbu dapur dan obat herbal untuk beberapa penyakit. Rimpang jahe mengandung beberapa komponen kimia yang berkhasiat bagi kesehatan. Rimpang jahe merah sudah digunakan sebagai obat secara turuntemurun untuk beberapa macam penyakit seperti mual, sakit gigi, demam reumatik. Jahe merah memiliki kandungan minyak atsiri dan pati yang lebih tinggi dibanding jenis jahe lain yaitu, kandungan minyak atsiri sekitar 3,90% dan kandungan pati sekitar 52,9 %. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa dari analisa kimia pada tanaman jahe dapat diketahui kandungan senyawa antara lain flavonoida, polivenol, minyak atsiri (komponen utamanya adalah seskuiterpen hidrokarbon dan monoterpen), gingerol (dapat terkonversi menjadi shogaol dan zingeron), gingerdiol, gingerdion, zingiberen, zingiberol, paradol, limonene (Supriadi, dkk., 2011).2.5 Uji Aktivitas AntimikrobaPada uji ini diukur respons pertumbuhan populasi mikroorganisme terhadap agen antimikroba. Tujuan uji antimikroba (termasuk antibiotik dan substansi antimikroba nonantibiotik, misalnya fenol, bisfenol, aldehid), adalah untuk menentukan potensi dan kontrol kualitas selama proses produksi senyawa antimikroba di pabrik, untuk menentukan farmakokinetik obat pada hewan atau manusia, dan untuk memonitor dan mengontrol kemoterapi obat. Kegunaan uji antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan efisien. (Pratiwi, 2008).2.5.1 Metode Disc Difussion (tes Kirby dan Bauer)Metode ini untuk menentukan aktivitas agen antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikroba yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih mengindikasi adanya hambatan pertumbuhan mikroba oleh agen antimikroba pada permukaan media agar (Pratiwi, 2008).2.5.2 Metode DilusiMetode Dilusi dibedakan menjadi dua, yaitu Metode Dilusi Padat dan Metode Dilusi Cair. Metode ini dapat digunakan untuk menentukan Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dan Minimum Bactericidal/Fungicidal Concentration. Dimana metode dilusi cair menggunakan tabung reaksi yang diisi dengan agen anti mikroba yang diencerkan dengan media cair dan ditambahkan dengan jamur atau bakteri uji.Sedangkan untuk dilusi padat prinsipnya sama dengan metode dilusi cair, hanya saja media yang digunakan adalah media padat, dimana agen anti mikroba dengan konsentrasi tertentu di larutkan dalam media padat, setelah itu inokulasi jamur atau bakteri uji di atas media padat tersebut (Pratiwi, 2008).2.6 KetokonazolAntijamur imidazol (ketokonazol) merupakan obat yang aktif secara oral dan bermanfaat untuk terapi pada infeksi jamur setempat atau sistemik luas. Semua antijamur golongan azol termasuk ketokonazol bekerja melalui penghambatan biosintesis ergosterol jamur. Ketokonazol bermanfaat pada pengobatan kandidiasis mukokutan kronik dan pada bentuk ekstrameningeal kronik dari blastomikosis, koksidioidomikosis, parakokidodiomikosis, dan histoplasmosis (Brooks, dkk., 1996). Ketokonazol merupakan antijamur sistemik per-oral yang penyerapannya bervariasi tiap individu. Obat ini menghasilkan kadar plasma yang cukup untuk menekan aktivitas berbagai jenis jamur. Obat ini memiliki efek samping seperti mual dan muntah. Efek samping lain yang lebih jarang seperti nyeri epigastrik, vertigo, sakit kepala, gusi berdarah, erupsi kulit, dan fotofobia. Laki-laki dapat mengalami ginekomastia dan pada wanita menyebabkan haid pada tidak teratur hal dikarenakan obat ini menghambat biosintesis steroid melalui inhibisi enzim yang terkait dengan sitokrom P450. Obat ini juga tidak dianjurkan untuk ibu hamil. Dosis untuk dewasa yaitu satu kali 200-400 mg sehari, sedangkan untuk anak-anak diberikan 3,3-6,6mg/kgBB/hari (Gunawan, dkk., 2009).2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas antimikrobaFaktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas antimikroba antara lain pH lingkungan, komponen-komponenperbenihan, stabilitas obat, besarnya inokulum jamur, masa pengeraman, aktivitas metabolik mikroba (Brooks, dkk., 1996).2.8 Kerangka Penelitian2.8.1 Kerangka Teori
EfektifJamur Trichophyton rubrum (Castell.) Sabour., 1911Antifungal herbal (Ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merah)
Tidak efektif
2.8.2 Kerangka Konsep
Tanaman Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.)Tanaman gelinggang (Senna alata L.)
Tidak efektifEfektifJamur Trichophyton rubrum (Castell.) Sabour., 1911Kontrol + Antifungal Standar (Ketokonazol)Uji Aktivitas Antifungal Metode dilusi padatFiltratMaserasi dengan pelarut etanol 96%AkarRimpang
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan WaktuPenelitian studi eksperimental ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu. Penelitian ini berlangsung selama 4 bulan yaitu dari bulan September sampai Januari 2013. Pembuatan skripsi berlangsung selama 3 bulan dari bulan Februari sampai April 2014. 3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan3.2.1 AlatPeralatan yang digunakan pada penelitian ini, meliputi: Handscoon, cawan petri 12,5 x 2,5 cm, tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas kimia 1000 ml, autoklaf, pipet mikro, pipet tetes, batang pengaduk, pinset, kertas saring Whatman 41, gelas ukur 250 ml dan 5 ml, labu erlenmeyer 500 ml, 250 ml, 100 ml, kawat ose, pipet pasteur, Spuit 5 ml, lampu spiritus, laminar air flow, timer, lemari pendingin, inkubator (WTC binder), Rotary vacum evaporator, penangas air/ hot plate, kertas label, plastik, jarum ose, penggaris millimeter, kertas cakram, timbangan analitik, kapas, alumunium foil, cork borrer.3.2.2 BahanBahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah akar gelinggang (Senna alata L.) dan rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) yang berasal dari Desa Tanjung Ganti I, Kecamatan Kelam Tengah, Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu. Ekstraksi akar gelinggang dan rimpang jahe merah menggunakan pelarut etanol teknis 96%. Untuk uji antifungal menggunakan bahan seperti media Potato Dextrose Agar (PDA), aquadest, etanol teknis 96%, antifungi (ketokonazol tablet 200 mg) sebagai kontrol positif, kertas wathman, akuades steril, wrap serta biakan jamur T. rubrum downy strain.3.3 Rancangan PenelitianPenelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Pola Faktorial,. Pada percobaan ini terbagi menjadi 3 perlakuan yaitu, perlakuan yang menggunakan ekstrak akar gelinggang, ekstrak rimpang jahe merah, dan kombinasi dari kedua ekstrak tersebut.3.4 Pengambilan SampelBahan yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari akar tumbuhan gelinggang dan rimpang jahe merah yang ada di Desa Tanjung Ganti I Kelam Tengah, Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu. Pengambilan bahan ini dilakukan pada tanggal 25 Oktober 2013 pada saat cuaca panas dan tidak hujan. Pelarut yang digunakan untuk mendapatkan senyawa aktif yang terkandung dalam akar gelinggang adalah dengan pelarut etanol 96%. Biakan jamur T. rubrum yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari hasil biakan yang ada di Laboratorium FMIPA Universitas Bengkulu.3.5 Cara Kerja3.5.1. Sterilisasi Alat dan BahanSemua alat sepeti cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, pipet tetes, batang pengaduk, tabung rekasi, pipet ukur, penjepit, dan medium Potato Dextrose Agar sebelumnya dilapisi dengan kertas buram, setelah itu di sterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15-20 menit.3.5.2. Pembuatan Ekstrak Akar Gelinggang dan Rimpang Jahe MerahAkar gelinggang dan rimpang jahe merah sebanyak 3 kg dipilih kemudian dicuci bersih lalu di keringkan. Setelah itu masing-masing bahan dipotong kecil-kecil dan dikeringanginkan. Lalu dimaserasi dengan menggunakan etanol 96%. Dilakukan maserasi selama 3x24 jam pada suhu kamar sehingga diperoleh filtrat dan residu. Kemudian ekstrak yang didapatkan diuapkan dalam penguap putar (Rotary Vacum Evaporator) pada suhu 40 oC.3.5.3 Pembuatan Media Tumbuh JamurMedia untuk pertumbuhan jamur T. rubrum yang digunakan adalah Potato Dextrose Agar (PDA). PDA memiliki komposisi per liter antara lain; Agar 15 gram, glukosa 20 gram, dan potato infusion 200 gram sama dengan 4 gram ekstrak potato. Sehingga total PDA yang ditimbang sebanyak 39 gram serbuk PDA, kemudian larutkan dengan aquades pada volume 1 liter. Setelah dipanaskan, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer dan selanjutnya sterilkan dalam autoklaf dengan suhu 121C selama 15 menit. Setelah itu, Potato Dextrose Agar (PDA) tuangkan secara aseptik pada cawan petri, dan Setelah sterilisasi dinginkan hingga menjadi padat di tempat yang steril dan tertutup.3.5.4 Pembuatan Larutan Kontrol Positif Ketokonazol Gerus sediaan tablet ketokonazol 200 mg hingga halus dan ambil sebanyak 0,0025 gram, kemudian larutkan didalam 0,5 ml akuades aduk sampai homogen, sehingga diperoleh konsentrasi 5 mg/ml (Siswandono, 1995). 3.5.6 Uji Minimum Inhibitory ConcentationMinimum inhibitory concentration (MIC) merupakan konsentrasi minimal yang dapat menghambat T. rubrum. Lakukan pengamatan pada konsentrasi yang memiliki daya hambat 70-80% terbaik pada masing masing perlakukan ekstrak akar gelinggang dan ekstrak rimpang jahe merah. Daya hambat 70-80% diambil dari diameter pertumbuhan koloni jamur yang terkecil yang terbentuk. Pembuatan konsentrasi dilakukan dengan cara pengenceran, pengenceran dimulai dari variasi konsentrasi 0% sampai 100%. Untuk pembuatan konsentrasi 10% ekstrak rimpang jahe merah, ambil ekstrak kental rimpang jahe merah sebanyak 0,1 gram, ekstrak rimpang jahe merah kemudian dilarutkan dengan aquades sampai 1 ml. Untuk konsentrasi 20% ambil ekstrak sebanyak 0,2 gram lalu dilarutkan sampai 1 ml aquades, begitu seterusnya pada konsentrasi lain sampai konsentrasi 100%. Dari pengenceran didapatkan variasi konsentrasi seperti dibawah ini :
G6:60 %G7:70 %G8:80%G9:90 %G10:100 %3.5.7.1. Ekstrak akar gelinggang (larutan G)G1: 10 %G2:20 %G3:30 %G4:40 %G5:50 %
J6 :60 %J7 :70 %J8 :80 %J9 :90 %J10 :100%3.5.7.2 Ekstrak rimpang jahe merah (larutan J)J1: 10 %J2:20 %J3:30 %J4:40 %J5:50 %Selanjutnya lakukan penentuan uji MIC dengan menggunakan metode dilusi padat. Metode ini dilakukan dengan cara konsentrasi ekstrak antimikroba yang telah ditentukan dicampurkan dengan media PDA, setelah itu inkubasi pada suhu 280 C sampai media memadat.Setelah masing-masing media yang telah bercampur dengan tiap konsentrasi ekstrak antimikroba memadat, ambil miselia jamur T. rubrum hasil peremajaan dengan menggunakan cork borrer berukuran 0,7 cm lalu letakkan di tengah media yang sudah padat, kemudian inkubasi pada suhu 250 C selama 7 hari (Silvia, dkk., 2013). Setelah itu amati diameter koloni misellia T. rubrum yang terbentuk. Semakin kecil diameter pertumbuhan koloni jamur yang tumbuh, maka semakin besar daya hambat dari ekstrak tersebut.3.5.7 Uji Efektivitas Kombinasi Ekstrak Akar Gelinggang dan Rimpang Jahe MerahLakukan 5 perlakuan konsentrasi yang mendekati nilai daya hambat 70-80%. Untuk pengujian aktivitas anti-fungal dilakukan dengan metode dilusi padat. Beberapa perlakuan pada pengujian aktivitas anti-fungal ini, diantaranya:3.5.7.1Perlakuan ekstrak akar gelinggang dengan konsentrasi daya hambat yang paling baik mendekati angka 70 80 % pada uji MIC (dikodekan sebagai larutan G3). Kemudian dibuat pengenceran ke konsentrasi lebih kecil dan lebih besar dengan jarak 7,5 % ( dikodekan sebagi larutan G1, G2 < G3 > G4, G5.) dan tiap perlakuan dilakukan 5 kali pengulangan3.5.7.2 Perlakuan ekstrak jahe dengan konsentrasi daya hambat yang paling baik mendekati angka 70 80 % pada uji MIC (dikodekan sebagai larutan J3). Kemudian dibuat pengenceran ke konsentrasi lebih kecil dan lebih besar dengan jarak 7,5 % (dikodekan sebagi larutan J1, J2 < J3 > J4, J5) dan tiap perlakuan lakukan 5 kali pengulangan.3.5.7.3 Perlakuan kombinasi Selain dilakukan perlakuan pada setiap masing-masing ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merah, lakukan perlakuan kombinasi dari kedua ekstrak tersebut dengan tiap perlakuan lakukan 3 kali pengulangan. Adapun perlakuan ekstrak kombinasi akar gelinggang dan rimpang jahe merah dapat dilihat pada Tabel 3.1.Tabel 2. Perlakuan kombinasi ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merahG1G2G3G4G5
J1G1J1G2J1G3J1G4J1G5J1
J2G1J2G2J234J2G4J2G5J2
J3G1J3G2J3G3J3G4J3G5J3
J4G1J4G2J4G3J4G4J4G5J4
J5G1J5G2J5G3J5G4J5G5J5
3.5.7.4 Setiap perlakuan ini akan diuji dengan cara :3.5.7.4.1 Dimasukkan tiap konsentrasi ekstrak antimikroba sebanyak 1 ml pada 9 ml Potato Dextrose Agar yang telah disterilisasi sebelumnya pada tabung reaksi (Silvia, dkk., 2013).3.5.7.4.2 Dipindahkan ke dalam cawan petri steril dengan cara aseptik dan dibiarkan sampai memadat. 3.5.7.4.3 Miselia jamur T. rubrum hasil peremajaan diambil menggunakan cork borrer 0,7 cm dan diletakkan pada media yang telah memadat.3.5.7.4.4 Diinkubasi pada suhu 250 C selama 7 hari. 3.5.8 Penghitungan Zona HambatPenghitungan zona hambat dilakukan dengan cara mengukur diameter pertumbuhan jamur T. rubrum yang tumbuh pada media-media yang telah dimasukkan dengan berbagai konsentrasi ekstrak antimikroba menggunakan penggaris dengan satuan cm dengan melakukan pengukuran diameter pada 4 sisi. Setelah itu pada hasil tiap pengukuran ke 4 sisi tersebut lalu dirata-ratakan. Adapun rumus untuk menghitung persentase penghambatan tersebut adalah sebagai berikut :X = x 100%Keterangan : X = Persentase penghambat (%)a = Diameter pertumbuhan T. rubrum pada perlakuanb = Diameter pertumbuhan T. rubrum pada kontrol3.6 Analisis DataPenelitian ini adalah studi analitik eksperimental laboratorium. Hasil pengukuran daya hambat yang terbetuk pada uji efektifitas tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Awal Penentuan Minimum Inhibitory ConcentrationUji ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan, pada tahap awal uji ini diambil sebanyak 10 konsentrasi, yaitu dari konsentrasi 10%-100% (10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, dan 100%) dengan kenaikan tiap konsentrasi hanya sebanyak 10% dengan menggunakan akuades steril sebagai pelarutnya. Hasil perhitungan daya hambat dari ekstrak akar gelinggang dan ekstrak rimpang jahe merah dapat dilihat pada Gambar 6 dan 7.
Gambar 6.Hubungan Antara Daya Hambat Ekstrak Akar Gelinggang Terhadap Pertumbuhan Jamur T. rubrumDari data pada Gambar 6 terlihat bahwa konsentrasi yang paling baik dalam menghambat pertumbuhan jamur T. rubrum yaitu pada konsentrasi 90%, dan konsentrasi yang paling lemah dalam menghambat pertumbuhan jamur T. rubrum yaitu pada konsentrasi 10%. Sehingga diambil 70%-80% terbaik dari konsentrasi ekstrak akar gelinggang yaitu pada konsentrasi 30%. Selanjutnya hasil uji MIC pada konsentrasi 30% (G3) digunakan sebagai titik tengah dan dibuat variasi konsentrasi lebih besar dan lebih kecil dengan jarak 7,5%, dan didapatkan 5 konsentrasi yang digunakan untuk uji efektivitas yaitu, 15% (G1), 22,5% (G2), 30% (G3), 37,5% (G4), dan 45% (G5). Selanjutnya kelima konsentrasi tersebut digunakan pada uji efektivitas terhadap T. rubrum.
Gambar 7. Hubungan antara daya hambat ekstrak rimpang jahe merah terhadappertumbuhan jamur T. rubrumDari data pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa konsentrasi yang paling baik dari ekstrak rimpang jahe merah dalam menghambat pertumbuhan jamur T. rubrum yaitu pada konsentrasi 80%, dan konsentrasi yang paling lemah dalam menghambat pertumbuhan jamur T. rubrum yaitu pada konsentrasi 30%. Sehingga diambil 70%-80% terbaik dari konsentrasi ekstrak rimpang jahe merah yaitu pada konsentrasi 50%. Selanjutnya hasil uji MIC pada konsenrasi 50% (J3) digunakan sebagai titik tengah dan dibuat variasi konsentrasi lebih besar dan lebih kecil dengan jarak 7,5%, dan didapatkan 5 konsentrasi yang digunakan untuk uji efektivitas yaitu, 35% (J1), 42,5% (J2), 50% (J3), 57,5% (J4), dan 65% (J5).Selanjutnya kelima konsentrasi tersebut diuji efektivitasya terhadap T. rubrum. 4.2 Uji EfektivitasUji efektivitas ekstrak akar gelinggang (Senna alata L.) maupun rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) terhadap jamur T. rubrum dilakukan dengan menggunakan metode dilusi padat. Sebanyak 1 ml konsentrasi ekstrak antimikroba dicampurkan pada 9 ml Potato Dextrose Agar yang telah disterilisasi sebelumnya di dalam tabung reaksi.Lalu dipindahkan ke dalam cawan petri steril dengan cara aseptik dan dibiarkan sampai memadat. Setelah itu miselia jamur T. rubrum hasil peremajaan diletakan di atas media yang telah memadat tadi menggunakan cork borrer 0,7 cm. Setelah diinkubasi pada suhu 250 C selama 7 hari, terbentuk pertumbuhan dari jamur T. rubrum. Semakin kecil diameter pertumbuhannya berarti semakin besar daya hambat dari ekstrak tersebut. Dari hasil pengukuran terhadap kontrol negatif didapatkan besarnya pertumbuhan dari jamur T. rubrum yaitu sebesar 4,3 cm. Daya hambat dari ekstrak tersebut terhadap pertumbuhn T. rubrum ini di tampilkan dalam bentuk persentase, dimana untuk menghitung persentase tersebut menggunakan rumus sebagai berikut (Silvia, dkk., 2013).X = x 100%Keterangan : X = Persentase penghambat (%)a = Diameter pertumbuhan T. rubrum pada perlakuanb = Diameter pertumbuhan T. rubrum pada kontrolAdapun hasil penghitungan diameter daya hambat dan persentase rata-rata daya hambat dari ekstrak akar gelinggang G1, G2, G3, G4, dan G5, rimpang jahe merah J1, J2, J3, J4, dan J5 maupun kombinasi terhadap pertumbuhan T. rubrum yang terbentuk dapat dilihat pada Tabel 3, 4, dan 5Tabel 3.Data rata-rata Diameter dan Persentase Daya Hambat Pengaruh Dari Ekstrak Akar Gelinggang (Senna alata L.) Terhadap Pertumbuhan T. rubrum (Castell.) Sabour., 1911Perlakuan (Kode)Pengulangan (cm)Persentase Daya Hambat (%)
12345
15% (G1)1,521,621,772,021,859,394
22,5% (G2)1,51,651,421,751,2264,926
30% (G3)1,31,31,321,721,3267,624
37,5% (G4)1,351,11,21,251,3570,926
45% (G5)1,221,151,121,171,372,274
Ketoconazole1,451,751,51,171,2564,41
Dari data Tabel 3 dapat dilihat terjadi peningkatan daya hambat dari konsentrasi yang terkecil hingga konsentrasi terbesar. Untuk konsentrasi 15% (G1) dari ekstrak akar gelinggang (Senna alata L.) dihasilkan daya hambat terhadap pertumbuhan T. rubrum sebesar 59,394%, dan konsentrasi 22,5% (G2) daya hambatnya sebesar 64,926%, dimana pada konsentrasi ini terjadi daya hambat yang hampir sama besar dengan daya hambat yang dihasilkan pada kontrol positif, konsentrasi 30% (G3) daya hambatnya 67,624%, konsentrasi 37,5% (G4) daya hambatnya sebesar 70,926%, sedangkan untuk konsentrasi 45% (G5) daya hambat yang terbentuk sebesar 72,274%, konsentrasi 45% (G5) ini memiliki daya hambat jauh lebih besar dibandingkan dengan daya hambat yang dihasilkan oleh kontrol positif.Grafik hubungan antara besarnya persentase daya hambat pertumbuhan dari T. rubrum dengan ekstrak Akar Gelinggang (Senna alata L.) dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8.Grafik hubungan antara besarnya persentase daya hambat pertumbuhan dari T. rubrum dengan ekstrak akar gelinggang (Senna alata L.)Dari data grafik Gambar 8 dapat dilihat terjadi peningkatan daya hambat terhadap pertumbuhan jamur T. rubrum dan kondisi ini berbanding lurus dengan peningkatan konsentrasi dari ekstrak akar gelinggang (Senna alata L.) tersebut, dengan konsentrasi 45% (G5) sebagai konsentrasi yang memiliki persentase daya hambat paling besar dibandingkan konsentrasi ekstrak akar gelinggang lainnya, dan konsentrasi 15% (G1) memiliki daya hambat terkecil dari semua konsentrasi ekstrak akar gelinggang yang telah diujikan. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi konsentrasi dari ekstrak tersebut semakin besar pula daya hambat yang dihasilkan. Jadi jelas bahwa zat antimikroba tersebut memiliki sifat concentration dipendent killing, yang artinya semakin tinggi konsntrasi zat antimikroba tersebut semakin besar pula daya bunuh atau daya hambatnya terhadap mikroba (Gunawan, dkk., 2009).Akar gelinggang mempunyai kandungan senyawa kimia seperti fenolik, antrakuinon (Rhein, aloe-emodin, emodin, chrysophanol dan physcion), tanin, alkaloid, fenol dan flavonoid (Mahmood, 2008). Dari beberapa kandungan senyawa kimia tersebut juga terdapat pada bagian lain dari tumbuhan gelinggang (Senna alata L.) yaitu bagian daunnya, seperti flavonoid, alkaloid, atrakuinon, tanin (Hujjatusnaini, 2010). Beberapa penelitian membuktikan bahwa kandungan senyawa kimia tersebut memiliki efek sebagai antifungal. Hasil penelitian Hujjatusnaini (2010) menunjukkan daya hambat ekstrak daun Senna alata L. yang efektif dalam menghambat jamur Trichophyton sp pada konsentrasi 60% dengan lama kultur 1x24 sampai 2x24 jam setelah perlakuan. Mekanisme dari kandungan senyawa antifungal yang terkandung dalam tanaman gelinggang (Senna alata L.) tersebut dalam menghabat pertumbuhan jamur Trichophyton sp adalah dengan cara menghambat kerja dari enzim tertentu yang ada pada jamur dan mengakibatkan terganggunya metabolisme dari sel jamur, sehingga akan menghambat proses pemanjangan hifa (misellium) pada jamur. Terjadinya penghambatan dari fragmentasi hifa (misellium) disebabkan karena terjadinya kerusakan pada jaringan hifa tersebut, secara bersamaan sel-sel jamur tersebut sangat rentan terhadap fluktuasi dari perubahan lingkungan dan menyebabkan sel jamur tidak dapat bertahan hidup. Hal ini bisa dikatakan bahwa sel jamur tidak dapat berkembang biak sebagaimana mestinya, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Hujjatusnaini, 2010) tentang uji pengaruh ekstrak daun ketepeng cina (Senna alata L.) terhadap pertumbuhan Trichophyton sp. Untuk mekanisme dari senyawa flavonoid sebagai antifungal adalah dengan cara mendenaturasikan protein dan membuat lisis membrane sel jamur yang bersifat irreversibel (Robinson, 1995).Menurut (Windarwati, 2011) mekanisme senyawa fenol dalam menghambat pertumbuhan mikroba adalah dengan cara mengendapkan protein sel si mikroba, merusak dan menembus dinding sel, serta merusak protoplasma dari si mikroba. Enzim pada mikroba juga dapat didenaturasi oleh komponen dari senyawa fenol dimana enzim tersebut bertanggung jawab terhadap asam amino yang terlibat dalam proses germinas atau dengan kata lain berpengaruh terhadap germinasi spora. Enzim esensial di dalam sel mikroba dapat diinaktifkan oleh senyawa fenolik yang bermolekul besar walaupun pada konsentrasi yang sangat rendah.Selain itu senyawa fenol juga dapat memutuskan ikatan peptidoglikan yang nantinya dapat menembus dinding sel mikroba. Setelah menembus dinding sel si mikroba, terjadilah kebocoran nutrien sel dari mikroba, hal ini dikarenakan larutnya komponen-komponen dari membran sel yang berikatan secara hidrofobik, serta rusaknya komponen-komponen tersebut yang berakibat meningkatnya permeabilitas membran. Sehingga mengakibatkan terhambatnya aktivitas dan biosintesa enzim-enzim spesifik yang diperlukan dalam reaksi metabolisme akibat kerusakan dari membran sel (Robinson, 1995).
Tabel 4. Data rata-rata Diameter dan Persentase Daya Hambat Pengaruh Dari Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.) Terhadap Pertumbuhan T. rubrumPerlakuan (Kode)Pengulangan (cm)Rata-rata (cm)Persentase daya hambat (%)
12345
35% (J1)2,52,92,522,322,62,5740,27
42,5% (J2)2,452,42,122,62,632,4443,27
50% (J3)2,471,422,32,522,522,2547,76
57,5% (J4)2,52,672,372,32,42,4543,39
65% (J5)2,652,552,752,322,72,5939,67
Ketoconazole1,451,751,51,171,251,4264,41
Untuk data daya hambat dari ekstrak rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) ini tidak ada satupun konsentrasi yang melebihi ataupun menyamai besarnya daya hambat dari kontrol positif. Dimana untuk konsentrasi 35% (J1) persentase daya hambat yang terbentuk hanya sebesar 40,27%, konsentrasi 42,5% (J2) sebesar 43,27%, konsentrasi 50% (J3) sebesar 47,76% yang merupakan konsentrasi dengan daya hambat paling besar dari semua konsentrasi ekstrak rimpang jahe merah, dan untuk konsetrasi 57,5% (J4) memiliki daya hambat sebesar 43,39%, sedangkan konsentrasi 65% (J5) merupakan konsentrasi dengan daya hambat terkecil dengan daya hambat sebesar 39,67%.Grafik hubungan antara besarnya persentase daya hambat pertumbuhan dari T. rubrum dengan ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.) dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Grafik hubungan antara besarnya persentase daya hambat pertumbuhan dari T. rubrum dengan ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.)Dari data grafik (Gambar 9) terlihat terjadi peningkatan daya hambat pada konsentrasi 35% (J1) sampai dengan konsentrasi 50% (J3) dan mengalami penurunan pada konsentrasi 50% (J3) sampai dengan konsentrasi 65% (J5). Kondisi ini dikarenakan zat antimikroba yang bersifat time dipendent killing, yaitu zat antimikroba jika kadarnya dipertahankan sedikit lama di atas kadar hambat minimum/MIC akan menghasilkan daya bunuh maksimal terhadap mikroba. Kadar konsentrasi zat antimikroba yang sangat tinggi tidak meningkatkan efektivitas untuk membunuh kuman (Gunawan. dkk., 2009). Jadi, jelas disini yang dibutuhkan adalah memperlama pajanan antimikroba kepada si mikroba.Besarnya daya hambat yang dihasilkan oleh ekstrak rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) terhadap pertumbuhan dari jamur T. rubrum ini tidak sebesar daya hambat yang dihasilkan oleh ekstrak akar gelinggang (Senna alata L.). Hal ini dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas dari ekstrak rimpang jahe merah, seperti suhu. Dimana beberapa senyawa yang terkandung dalam rimpang jahe merah yang berfungsi sebagai antifungal hanya tahan pada suhu tertentu. Dimana untuk senyawa seperti gingerol yang terkandung dalam rimpang jahe dapat dihasilkan rendemen yang paling tinggi hanya pada suhu 400 C. Jika suhu lebih rendah dari suhu tersebut rendemen yang dihasilkan juga akan semakin sedikit. dan jika suhu di atas 450C gingerol akan berubah menjadi shagol (Gaedcke, 2005).
Tabel 5. Data Rata-rata Diameter Pertumbuhan dan Persentase Untuk Perlakuan Kombinasi Ekstrak Akar Gelinggang (Senna alata L.) dan rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) terhadap pertumbuhan jamur T. rubrum (Castell.) Sabour
Perlakuan Kombinasi (Kode)Rata-Rata Persentase Daya Hambat (%)
35% (J1) 15% (G1)40,54
35% (J1) 22,5% (G2)53,33
35% (J1) 30% (G3)61,70
35% (J1) 37,5% (G4)51,97
35% (J1) 45% (G5)57,67
42,5% (J2) 15% (G1)41,93
42,5% (J2) 22,5% (G2)57,05
42,5% (J2) 30% (G3)56,04
42,5% (J2) 37,5% (G4)61,46
42,5% (J2) 45% (G5)46,35
50% (J3) 15% (G1)52,38
50% (J3) 22,5% (G2)55,65
50% (J3) 30% (G3)52,94
50% (J3) 37,5% (G4)48,29
50% (J3) 45% (G5)52,4
57,5% ( J4) 15% (G1)47,09
57,5% ( J4) 22,5% (G2)44,64
57,5% ( J4) 30% (G3)46,89
57,5% ( J4) 37,5% (G4)57,20
57,5% ( J4) 45% (G5)51,62
65% (J5) 15% (G1)38,21
65% (J5) 22,5% (G2)40,92
65% (J5) 30% (G3)62,47
65% (J5) 37,5% (G4)51,77
65% (J5) 45% (G5)54,10
Pada Tabel 5 dapat dilihat hasil dengan persentase daya hambat tertinggi konsentrasi dari kombinasi ekstrak rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) dan akar gelinggang (Senna alata L.) berada pada angka 62,47% yaitu pada kombinasi 65% (J5) 30% (G3) dan untuk persentase daya hambat terendah dari kombinasi ekstrak rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) dan akar gelinggang (Senna alata L.) adalah sebesar 38,21% yaitu pada kombinasi 65% (J5) 15% (G1). Jika dibandingkan dengan persentase daya hambat ynag dihasilkan oleh ekstrak akar gelinggag (Senna alata L.) saja, rata-rata konsentrasi dari kombinasi ekstrak akar gelinggang (Senna alata L.) dan rimapng jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) memiliki persentase daya hambat yang lebih rendah. Tetapi nilai persentase daya hambat tertinggi dari kombinasi ekstrak rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) dan akar gelinggang (Senna alata L.) yaitu pada kombinasi 65% (J5) 30% (G3) hampir mendekati nilai persentase dari daya hambat yang dihasilkan oleh kontrol positif (ketokonazole). Sedangkan jika dibandingkan dengan rata-rata persentase daya hambat yang dihasilkan oleh ekstrak rimpang jehe merah (Zingiber officinale Rosc.) saja, persentase daya hambat yang dihasilkan oleh kombinasi ekstrak rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) dan akar gelinggang (Senna alata L.) masih memiliki persentase daya hambat yang jauh lebih tinggi.(Hayati, dkk., 2010) menjelaskan bahwa sampel tanaman yang sama tetapi berasal dari daerah yang berbeda akan memberikan aktivitas yang berbeda pula. Hal ini dikarenakan variasi dan jumlah senyawa aktif dalam tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti : lingkungan geografis, iklim, tanah, morfologi tanaman, serta sifat sinergis atau antagonis senyawa- senyawa dalam tanaman tersebut.Adapun beberapa faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi besarnya daya hambat yang terbentuk pada uji yang telah dilakukan, yaitu antara lain seperti jumlah dari mikroba (jamur) yang telah diinokulasikan pada cawan petri yang telah diberikan senyawa antimikroba, dan kecepatan pertumbuhan mikroba yang telah diujikan, serta kerentanan dari mikroba itu sendiri (WKU, 2005). Selain itu juga pengaruh banyaknya konsentrasi senyawa antimikroba yang diberikan kepada mikroba yang diujikan turut serta berperan terhadap besarnya daya hambat yang terbentuk. Ini sering disebut juga sebagai concentration dependent killing. Pada kondisi ini senyawa antimokroba akan menghasilkan daya bunuh yang tinggi jika kadarnya diberikan dalam jumlah yang cukup tinggi (Gunawan, dkk., 2009). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Hujjatusnaini, 2010) juga memperlihatkan perbandingan antara umur kultur 1x24 jam dibandingkan dengan 4x24 dari konsentrasi ekstrak antimikroba yang diujikan kepada Trichophyton sp, dimana kadar efektifitas dari senyawa antimikroba tersebut memperlihatkan penurunan daya hambat pada umur kultur 4x24. Hal ini menjelaskan bahwa kadar dari senyawa antimikroba berpengaruh terhadap waktu, jadi semakin lama kadar senyawa tersebut tersebut diberikan maka efektifitasnya juga akan semakin berkurang, sehingga perlu diberikan penambahan atau pemberian ulang senyawa antimikroba. Ini perlu diperhatikan jika ingin diaplikasikan untuk pengobatan terhadap infeksi yang disebabkan oleh jamur.Beberapa zat aktif yang berperan sebagai antimikroba dalam jahe merah masih belum diketahui interaksinya, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kemungkinan efek sinergisnya atau antagonisnya, sama halnya dengan kombinasi dari ekstrak rimpang jahe merah dan akar gelinggang yang masih memerlukan penelitian lebih lanjut mengenai efek antagonis dari senyawa kimia yang terkandung dalam kedua ekstrak tersebut. 4.3 Analisis DataTabel 6. Tabel ANOVA dari Data Persentase Daya Hambat Kombinasi Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.) dan Akar Gelinggang (Senna alata L.).SKJKDbKTf-hitF table
5%1%
Perlakuan3304,0424137,6682,56 s1,742,18
Jahe182,91445,7270,8502,563,72
Gelinggang1279,484319,8705,949 s2,563,72
Interaksi Jahe*Gelinggang1841,6516115,1032,141 s1,852,38
Galat2688,265053,765
Total5992,374
Dari data Tabel 6 didapatkan bahwa nilai dari F hitung dari interaksi akar gelinggang dan rimpang jahe merah lebih besar dari pada nilai F tabel pada taraf 1%, yang berarti bernilai signifikan dimana untuk nilai interaksi dari akar gelinggang dan rimpang jahe merah adalah sebesar 2,141, sedangkan F tabel pada taraf 1 % bernilai 2,38. Kemudian data tersebut masuk dalam kriteria untuk dilakukan uji lanjut. Adapun uji lanjut yang digunakan adalah uji BNT.Setlah dilakukan uji BNT dari data tersebut, maka hasil dari uji yang telah dilakukan ditampilkan pada Tabel 7.
Tabel 7.Data Hasil Uji BNT Dari Perlakuan Kombinasi Ekstrak Akar Gelinggang (Senna alata L.) dan Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.)Konsentrasi (%)Notasi*BNT 1%
J5G1a14,384
J1G1ab
J5G2ab
J2G1abc
J4G2abcd
J2G5abcd
J4G3abcd
J4G1abcd
J3G4abcde
J2G4abcde
J4G5abcde
J5G4abcde
J1G4abcde
J3G1abcde
J3G5abcde
J3G3bcde
J1G2bcde
J5G5bcde
J3G2cde
J2G3cde
J2G2de
J4G4de
J1G5de
J1G3e
J5G3e
Keterangan : * =notasi yang sama menunjukkan perlakuan yang memiliki hasil tidak berbeda nyata.Konsentrasi kombinasi ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merah yang secara statistik efektif dalam menghambat pertumbuhan T. rubrum adalah konsentrasi J1G3, karena konsentrasi J1G3 merupakan konsentrasi terendah yang mempunyai daya hambat yang efektif, sehingga pemilihan konsentrasi kombinasi yang paling efektif adalah ekstrak rimpang jahe merah pada konsentrasi 35% (J1) dikombinasikan dengan akar gelinggang pada konsentrasi 22,5% (G3).
BAB VSIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa :1. Kombinasi ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merah memiliki daya hambat paling efektif terhadap T. rubrum yaitu pada kombinasi J1G32.Daya hambat yang dihasilkan oleh akar gelinggang saja jauh lebih besar dibandingkan dengan kombinasi rimpang jahe merah dan akar gelinggang maupun rimpang jahe merah saja5.2 Saran 1. Perlu dilakukan fitokimia lebih lanjut untuk melihat efek sinergis dan antagonis dari kombinasi ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merah.2. Melakukan uji antifungi dari kombinasi ekstrak tersebut terhadap jenis jamur yang lain.3. Perlu dilakukan uji efek antifungal dari kombinasi ekstrak akar gelinggang dan rimpang jahe merah secara in vivo terhadap hewan coba.
DAFTAR PUSTAKA
Agustine R. 2012. Perbandingan Sensitivitas dan Spesifisitas Pemeriksaan Sediaan Langsung KOH 20% Dengan Sentrifugasi dan Tanpa Sentrifugasi Tinea Kruris. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. http://repository.unand.ac.id/18063/1/Perbandingan%20Sensitivitas%20Dan%20Spesifitas%20pemeriksaan%20sediaan%20langsung%20KOH%2020%25%20dengan%20Sentrifugasi%20dan%20tanpa%20sentrifugasi%20pada%20tinea%20kruris.pdf Diakses 25 April 2014Alexopoulus J.C, Mims C.W, dan Well B. M. 1996. Introductory Mycology. Fourth Edition. Jhon Wiley & Sons. INC. New YorkBrooks, Butel and Morse. 2008. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick & Adelberg. Edisi 23. EGC. JakartaEllis D, Davis H, Handke R dan Bartley R. 2007. Descriptions Of Medical Fungi. Second Edition. Mycology Unit Womens and Childrens Hospital. School Molecular and Biomedical Science University Of Adelaide. North Adelaide, Australia.Fernand V. E. 2008. Determination of Pharmacologically Active Compounds in Root Extracts of Cassia alata L. by use of High Performance Liquid Chromatography. Journal of National Institute of Health (NIC Public Medicine Access). http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2276639/. (Edisi 74(4) ) : pp 896-902Gaedcke, F. dan Feistel, B., (2005), Ginger Extract Preparation, U.S. Patent No. 10/496885. Dalam Ramadhan A., Phaza H. 2010. Pengaruh Konsentrasi Etanol, Suhu dan Jumlah Stage Pada Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber officinale Rosc) Secara Batch. Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro Semarang.http://eprints.undip.ac.id/13902/1/Laporan_Penelitian_Pengaruh_Konsentrasi_etanol,_suhu_dan_jumlah_stage_pada_ekstraksi_oleoresin_ja.pdf. Diakses 07 april 2014Gunawan S. G., Nafrialdi R. S, dan Elisabeth. 2009. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Universitas Indonesia. Jakarta. pp 574-595Hayati E. K, Fasyah A. G, dan Saadah L. 2010. Fraksinasi dan identifikasi senyawa tanin pada daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L). Jurnal Kimia 4(2). Hal:193-200
Hirt M. H, dan M'Pia Bindanda. 2008. Natural Medicine in the Tropics I: Foundation text. anamed, Winnenden, JermanHujjatusnaini N. 2010. Uji Potensi Ekstrak Ketepang Cina (Cassia alata L.) Terhadap Penghambatan Pertumbuhan Trichopyton sp. Tesis. Jurnal Universitas Islam Negeri Malang. http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/lemlit/article/view/2050/pdf Diakses 12 Januari 2014Kusriningrum R.S. 2010. Perancangan Percobaan. Airlangga University Press.. Surabaya. pp 213 -215.Mahmood El dan Doughari. 2008. Phytochemical screening and antibacterial evaluation of the leaf and root extracts of Cassia alata Linn. African Journal of Pharmacy and Pharmacology.http://sciencestage.com/uploads/text/XYnbyotXVTVzOJvCJf1I.pdf.(Edisi 2 (7) : pp. 124-129Pratiwi S. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga. Jakarta. pp 188-191.Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi VI. ITB: Bandung. Schauenberg P dan Paris F. 1977. Guide to medical plants. Keats Publishing New Canaan CTSilvia F., Raharjo., dan Guntur T. 2013. Aktivitas Antifungi Ekstrak Daun Kedondong (Spondias pinnata) dalam Menghambat Pertumbuhan Aspergillus flavus. Jurnal Lentera Bio. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio (Vol. 2 No. 2) : pp 125-129. Diakses 15 desember 2013Siswandono S. B. 1995. Kimia Medisinal, Edisi I. Universitas Airlangga. Surabaya. Supriadi., Yusron M., dan Wahyuno D. 2011. JAHE (Zingiber officinale Rosc.). Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Bogor Venkatesan G. 2007. Trichophyton rubrum the predominant etiological agent in human dermatophytoses in Chennai, India. African Journal of Microbiology Research. http://www.academicjournals.org/ajmr/pdf/Pdf2007/May/Venkatesan.pdf. pp. 009-012. diakses 25 januari 2014 Warrell D, Cox T, dan Firth J. 2012. Oxford Textbook of Medicine : Infection. Oxford University Press : United Kingdom.
Weller R, Hunter J, dan Dahl M. 2008. Cinical Dermatology. Fourth Edition. Blackwell publishing. USA. Windarwati S. 2011. Pemanfaatan Fraksi Aktif Ekstrak Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) Sebagai Zat Antimikroba dan Antioksidan Dalam Sediaan Kosmetik. Tesis. IPB Bogor. http://fateta.ipb.ac.id/~tin/images/stories/jurnal/TESIS,%20POSTER%20PENELITIAN/Sri%20Windarwati%20%20F351074011/F351074011Sri%20Windarwati.pdf. Diakses 11 april 2014WKU. 2005. Microbiology, General microbiology Lab Biology 208. Biology- Western Kentucky University.http://bioweb.wku.edu/courses/Biol208/Lab_Manual/208%20week%205-5.pdf.
LAMPIRANLampiran 1. Foto- foto Penelitian Cara Pembuatan Ekstrak
Gambar 2. Pengeringan bahan setelah proses pencucianGambar 1. Pencucian bahan yang akan diekstraksi
Gambar 4. Proses maserasi bahan menggunakan pelarut etanol 96%Gambar 3. Proses pengering anginan potongan bahan yang akan diekstrak
Gambar 6. Proses pemisahan pelarut dan ekstrak (Rotary Evaporator)Gambar 5. Proses penyaringan bahan setelah maserasi
Gambar 8. Hasil ekstraksiGambar 7. Proses water bath
Lampiran 2. Alat-alat yang digunakan
Gambar 9. Timbangan AnalitikGambar 15. Mikropipet dan TipGambar 11. Hot PlateGambar 12. VortexGambar 13. Laminar air flowGambar 14. Alat gelas
Lampiran 3. Proses Uji Efektivitas
Gambar 25. Proses pembuatan media PDAGambar 24. Pencucian alat
Gambar 26. Proses pensterilan alat menggunakan Autoklaf
Gambar 27. Proses peremajaan jamur dalam agar NB yang akan digunakan untuk uji efektivitas
Gambar 28. Hasil peremajaan jamur T. rubrum yang siap diinokulasi ke media agar berisi ekstrak
Gambar 28. Hasil pembuatan media agar yang sudah diberikan ekstrak gelinggangGambar 28. Hasil pembuatan media agar yang sudah diberikan ekstrak rimpang jahe merah
Gambar 29. Proses inokulasi jamur pada media yang berisi ekstrak antifungal
Lampiran 4. Foto Hasil Uji Efektivitasa. Akar Gelinggang
1,5 cm1,75 cm
Gambar 4.3. Hasil Uji Efektivitas Akar Gelinggang 15% (G1)Gambar 4.4. Hasil Uji Efektivitas Akar Gelinggang 22,5% (G2)
1,39 cm1,25 cm
Gambar 4.6 Hasil Uji Efektivitas Akar Gelinggang 37,5% (G4)Gambar 4.5 Hasil Uji Efektivitas Akar Gelinggang 30% (G3)
1,19 cm1,42 cm
Gambar 4.8 Hasil Uji Kontrol Positif (Ketokonazole)Gambar 4.7 Hasil Uji Efektivitas Akar Gelinggang 45% (G7)
b. Rimpang Jahe Merah
2,44 cm
2,57 cm
Gambar 4.12 Hasil Uji Efektivitas Rimpang Jahe Merah 50% (J3)Gambar 4.11 Hasil Uji Efektivitas Rimpang Jahe Merah 42,5% (J2)Gambar 4.10 Hasil Uji Efektivitas Rimpang Jahe Merah 35% (J1)Gambar 4.15 Hasil Uji Kontrol Positif (Ketokonazole)Gambar 4.14 Hasil Uji Efektivitas Rimpang Jahe Merah 65% (J5)Gambar 4.13 Hasil Uji Efektivitas Rimpang Jahe Merah 57,5% (J4)
2,25 cm
2,45 cm
1,42 cm2,59 cm
c. Kombinasi Akar Gelinggang dan Rimmpang Jahe Merah
1,61 cm2,56 cm
Gambar 4.18 Hasil Uji Efektivitas Kombinasi Terbesar (J5G3)Gambar 4.17 Hasil Uji Efektivitas Kombinasi Terkecil (J1G1)
1,42 cm4,3 cm
Gambar 4.20 Hasil Uji Kontrol Positif (Ketokonazole)Gambar 4.19 Hasil Uji Kontrol Negatif (Aquades)
Lampiran 4.Perhitungan ANOVA Pengaruh Ekstrak Rimpang Jahe Merah dan Akar Gelinggang Terhadap Pertumbuhan T. rubrum (Castell.) Sabour
Tabel 1 Data Rata-rata Presentase Daya Hambat pengaruh dari Ekstrak Rimpang Jahe Merah KonsentrasiPengulanganJumlahRata-rata
12345
35% (J1)41,8632,5541,3946,0439,53201,3740,27
42,5% (J2)43,0244,1850,6939,5338,95216,3743,27
50% (J3)42,5566,9746,5141,3941,39238,8147,76
57,5% (J4)41,8639,5344,8846,5144,18216,9643,39
65% (J5)38,3740,7036,0546,0437,21198,3739,67
Ketoconazole66,2759,3065,1160,4670,93322,0764,41
Tabel 2 Data Kuadrat Presentase Daya Hambat pengaruh dari Ekstrak Rimpang Jahe Merah KonsentrasiPengulanganJumlahRata-rata
12345
35% (J1)1752,261059,501713,132119,681562,628207,191641,44
42,5% (J2)1850,721951,872569,481562,621517,109451,791890,36
50% (J3)1810,504484,982163,181713,131713,1311884,922376,98
57,5% (J4)1752,261562,622014,212163,181951,879444,141888,83
65% (J5)1472,261656,491299,602119,681384,587932,611586,52
Ketoconazole4391,713516,494239,313655,415031,0620833,984166,8
Jk Total = Xi2 = (8207,19+9451,79+11884,92+9444,14+7932,61+20833,98) - = 67754,68 64769,887 = 2984,79KT Total = = = 596,96Jk Perlakuan = - = - = 66909,488 64769,887 = 2139,601KT Perlakuan = = = 427,920JK Galat = JK Total JK Perlakuan = 2984,79 2139,601 = 845,189KT Galat = KT Galat = = 35,216F- hitung = = = 12,151F Tabel = = 0,05, db (K-1) (N-K) = 0,05, db (6-1) (30-6) = 0,05, db (5) (24)F Tabel = = 0,01, db (K-1) (N-K) = 0,01, db (6-1) (30-7) = 0,01, db (5) (24)
Tabel 3.ANOVA dari Data Pengukuran Presentase Daya Hambat Ekstrak Rimpang Jahe Merah Terhadap T. rubrum (Castell.) SabourSKJKDBKTFhitungFtabel
5%1%
Perlakuan2139,6015427,92012,151S2,623,90
Galat845,1892435,216
Total2984,7929
Keterangan :SK: Sumber KeragamanJK: Jumlah KuadratDB: Derajat BebasKT : Kuadrat TengahS : Signifikan
Tabel 4 Data Rata-rata Presentase Daya Hambat Pengaruh Dari Ekstrak Akar Gelinggang KonsentrasiPengulanganJumlahRata-rata
12345
15% (G1)64,6562,3358,8353,0258,14296,9759,394
22,5% (G2)65,1261,6266,9759,3071,62324,6364,926
30% (G3)69,7669,7669,306069,30338,1267,624
37,5% (G4)68,6074,4172,0970,9368,60354,6370,926
45% (G5)71,6273,2573,9572,7969,76361,3772,274
Ketoconazole66,2759,3065,1160,4670,93322,0764,414
Tabel 5 Data Kuadrat Presentase Daya Hambat Pengaruh Dari Ekstrak Akar Gelinggang KonsentrasiPengulanganJumlahRata-rata
12345
15% (G1)4179,623885,033460,972811,123380,26177173543,4
22,5% (G2)4240,613797,024484,983516,495129,4221168,524233,70
30% (G3)4866,454866,454802,4936004802,4922937,884587,57
37,5% (G4)4705,965536,855196,975031,064705,9625176,85035,36
45% (G5)5129,425365,565468,605298,384866,4626128,425225,68
Ketoconazole4391,713516,494239,313655,415031,0620833,984166,8
Jk Total = Xi2 = (17717+21168,52+22937,88+25176,8+26128,42+20833,98) - = 133962,6 133038,83 = 923,77KT Total = = = 184,754Jk Perlakuan = - = - = 133596,15 133038,83 = 557,32KT Perlakuan = = = 111,464JK Galat = JK Total JK Perlakuan = 923,77 557,32 = 366,45KT Galat = KT Galat = = 15,268F- hitung = = = 7,300F Tabel = = 0,05, db (K-1) (N-K) = 0,05, db (6-1) (30-6) = 0,05, db (5) (24)F Tabel = = 0,01, db (K-1) (N-K) = 0,01, db (6-1) (30-7) = 0,01, db (5) (24)Tabel 6 ANOVA dari Data Pengukuran Presentase Daya Hambat Ekstrak Akar Gelinggang Terhadap T. rubrum (Castell.) SabourSKJKDBKTFhitungFtabel
5%1%
Perlakuan557,325111,4647,300 S2,854,46
Galat366,452415,268
Total923,7729
Keterangan :SK: Sumber KeragamanJK: Jumlah KuadratDB: Derajat BebasKT : Kuadrat TengahS : Signifikan
Tabel 7 Analisis Data untuk Perlakuan KombinasiFaktor J/ Rimpang Jahe Merah
RFaktor G/ Akar GelinggangTotal
15% (G1)22,5% (G2)30%(G3)37,5%(G4)45%(G5)
35% (J1)134,8846,5165,8162,7961,16271,15
240,2362,3264,6548,2566,97282,42
346,5151,1654,6544,8844,88242,08
Sub Total121,62159,99185,11155,92173,01795,65
42,5% (J2)141,3957,6760,4662,3245,34267,18
249,5359,3048,3758,1345,34260,67
334,8854,1859,3063,9548,37260,68
Sub Total125,8171,15168,13184,4139,05788,53
50% (J3)161,1656,5143,7240,6960262,08
247,1658,1360,4662,7941,86270,4
348,8352,3254,6541,3955,34252,53
Sub Total157,15166,96158,83144,87157,2785,01
57,5% ( J4)146,5132,555047,6749,53226,26
247,0953,0248,8362,3261,62272,88
347,6748,3741,8661,6243,72243,24
Sub Total 141,27133,94140,69171,61154,87742,38
65% (J5)144,8838,3770,4651,1651,16256,03
234,8836,7453,4858,1352,32235,55
334,8847,6763,4846,0458,83250,9
Sub Total114,64122,78187,42155,33162,31742,48
660,48754,82840,18812,13786,443854,05
Derajat bebas total (dbt) = (j x g x r) 1 = (5*5*3) 1 = 75 1 = 74Derajat bebas perlakuan (dbp) = (jg-1) = (5*5-1) = 24Derajat bebas faktor J (dbj) = j 1 = 5 1 = 4Derajat bebas faktor G (dbg) = g 1 = 5 1 = 4Derajat bebas interaksi faktor JG (dbj*g) = (j-1)(g-1) = (5-1)*(5-1) = 16Derajat bebas galat (dbg) = dbt dbp = 74 24 = 50Faktor Koreksi = = 198049,35JK Total = ( Yijk)2- Faktor Koreksi= 204041,65 198049,35= 5992,3JK Perlakuan= - faktor koreksi= 201353,39- 198049,35 = 3304,04JK Faktor J= - faktor koreksi= 198232,26 - 198049,35= 182,91JK Faktor G= - faktor koreksi= 199328,83 - 198049,35= 1279,48JK J*G= JK Perlakuan JK Faktor J JK Faktor G= 3304,04 - 182,91 - 1279,48= 1841,65JK Galat= JK Total JK Perlakuan= 5992,3 3304,04= 2688,26KT Perlakuan= = = 137,668KT J= = = 45,727KT G = = = 319,870KT J*G = = = 115,103KT Galat= = = 53,765F- hitung:F- hitung Perlakuan = = = 2,56F-hitung J = = = 0,850F- hitung G = = = 5,949F-hitung J*G = = = 2,141
Tabel 8 ANOVA dari data pengukuran diameter daya hambat kombinasi ekstrak akar gelinggang (Senna alata L.) dan rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc) terhadap T. rubrum (Castell.) Sabour.SKJKDbKTf-hitF table
5%1%
Perlakuan3304,0424137,6682,561,742,18
Rimpng Jahe, J182,91445,7270,8502,563,72
Akar Gelinggang, G1279,484319,8705,949 s2,563,72
Interaksi Jahe*Gelinggang1841,6516115,1032,141 s1,852,38
Galat2688,265053,765
Total5992,374
Keterangan :SK: Sumber KeragamanJK: Jumlah KuadratDB: Derajat BebasKT : Kuadrat TengahS : SignifikanLampiran 5.Perhitungan Standar Deviasi Daya Hambat Ekstrak Akar Gelinggang (Senna alata L.) dan Rrimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc) Terhadap T. rubrum.Jahe : KonsentrasiPengulanganRata-rataStandar Deviasi
12345
35% (J1)41,8632,5541,3946,0439,5340,274,93
42,5% (J2)43,0244,1850,6939,5338,9543,274,70
50% (J3)42,5566,9746,5141,3941,3947,7610,94
57,5% (J4)41,8639,5344,8846,5144,1843,392,73
65% (J5)38,3740,7036,0546,0437,2139,673,95
Gelinggang :
KonsentrasiPengulanganRata-rataStandar Deviasi
12345
15% (G1)64,6562,3358,8353,0258,1459,3944,43
22,5% (G2)65,1261,6266,9759,3071,6264,9264,78
30% (G3)69,7669,7669,306069,3067,6244,26
37,5% (G4)68,6074,4172,0970,9368,6070,9262,46
45% (G5)71,6273,2573,9572,7969,7672,2741,64
Jahe:SD 35% = = = 4,93SD 42,5% = = = 4.70SD 50% = = = 10,94SD 57,5% = = = 2,73SD 65% = = = 3,95
Gelinggang:SD 5% = = = 4,43SD 42,5% = = = 4,78 SD 50% = = = 4,26SD 57,5% = = = 2,46SD 65% = = = 1,64
Lampiran 6. Uji Lanjut BNT dari Data Pengukuran Diameter Daya Hambat Ekstrak Akar Gelinggang, Rimpang Jahe Merah dan Kombinasinya Terhadap T. rubrum
Konsentrasi (%)Rata-rata presentase daya hambat (%)NotasiBNT 1%
G1 (15%)59,39A6,157
K+64,41Ab
G2 (22,5%)64,93Abc
G3 (30%)67,62Bcd
G4 (37,5%)70,93Cd
G5 (45%)72,27D
J5 (65%)39,67A9,352
J1 (35%)40,27A
J2 (42,5%)43,27A
J4 (57,5%)43,39A
J3 (50%)47,76A
K+64,41B
Konsentrasi (%)Rata-rataNotasiBNT 1%
J5G138,21a14,384
J1G140,54ab
J5G240,93ab
J2G141,93abc
J4G244,65abcd
J2G546,35abcd
J4G346,90abcd
J4G147,09abcd
J3G448,29abcde
J2G451,47abcde
J4G551,62abcde
J5G451,78abcde
J1G451,97abcde
J3G152,38abcde
J3G552,40abcde
J3G352,94bcde
J1G253,33bcde
J5G554,10bcde
J3G255,65cde
J2G356,04cde
J2G257,05de
J4G457,20de
J1G557,67de
J1G361,70e
J5G362,47e
39