41
SINUSITIS MAKSILARIS Sevri Yunata Pembimbing : dr. Sabriansyah, Sp.THT-KL BAGIAN/DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BENGKULU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH M.YUNUS BENGKULU 2015

Case Sinusitis Maksilaris

Embed Size (px)

DESCRIPTION

THT

Citation preview

  • SINUSITIS MAKSILARIS Sevri Yunata

    Pembimbing :dr. Sabriansyah, Sp.THT-KL BAGIAN/DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BENGKULURUMAH SAKIT UMUM DAERAH M.YUNUS BENGKULU 2015

  • IDENTITASNama : Ny. KUmur: 38 tahunJenis kelamin: WanitaAgama: IslamSuku : SerawaiPekerjaan : PetaniPendidikan : SDAlamat : Ds. Sukaraja, Seluma

  • ANAMNESAAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada 01 Juni 2015 jam 10.30 WIB.Keluhan utama: Nafas yang terasa bau sejak 4 bulan SMRS. Riwayat penyakit sekarang:Pasien datang dengan keluhan nafas yang terasa bau yang hilang timbul sejak 4 bulan SMRS, pasien juga mengeluhkan kedua hidung yang sering tersumbat. Hidung sebelah kiri lebih dirasakan sering tersumbat. Keluhan hidung tersumbat ini sudah dirasakan sejak 8 bulan yang lalu. Keluhan hidung tersumbat dirasakan hilang timbul, dan semakin memberat sejak 3 bulan terakhir. Pasien juga mengeluh sejak 4 bulan yang lalu, sering keluar cairan pada hidung sebelah kiri berwarna bening yang kadang berwarna kuning kehijauan, jumlah sedikit, berbau dan tidak ada darah. Demam yang hilang timbul juga dikeluhkan. Pasien menyangkal adanya riwayat sering bersin pada pagi hari. Riwayat pernah mimisan disangkal. Pasien juga mengalami gangguan dalam penghidu. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala dan bagian pipi, sakit kepala terasa lebih berat waktu sujud, terasa seperti tertelan cairan di tenggorokan juga dialami oleh pasien. Pasien menyangkal jika terdapat gangguan pendengaran pada kedua telinga. Pasien mengaku dari kecil hingga dewasa sering mengalami sakit gigi.

  • Riwayat penyakit dahulu:Pasien baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini. Riwayat sering batuk, dan nyeri tenggorok disangkal. Riwayat penyakit amandel disangkal. Riwayat alergi disangkal. Riwayat maag disangkal. Riwayat asma disangkal. Riwayat penyakit hipertensi, kencing manis, dan batuk-batuk lama disangkal, riwayat penggunaan obat-obatan steroid jangka panjang disangkal.Riwayat penyakit keluarga:Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa seperti yang dialami oleh pasien. Riwayat hipertensi, penyakit kencing manis, dan penggunaan obat dalam jangka panjang juga disangkal.Riwayat pengobatan: Pasien belum pernah mendapat pengobatan sebelumnya.Riwayat sosial: Keseharian pasien sebagai petani, merokok disangkal.

  • Pemeriksaan FisikSTATUS GENERALISKeadaan umum: Tampak sakit ringanKesadaran: compos mentisTanda vital:Frekuensi Nadi: 88 x/mnt Tekanan Darah: 110/70 mmHgFrekuensi Napas: 22 x/mnt Suhu Tubuh: 36,8CKepala: normocephaliMata: CA -/-, SI -/-Leher: KGB tidak teraba membesarThorax: dalam batas normal Abdomen: dalam batas normalEkstremitas: dalam batas normal

  • Rontgen Waters Sinus

  • DIAGNOSASinusitis maksilaris sinistraDasar-dasar yang mendukung:Nafas terasa bauHidung kiri tersumbat Sekret berwarna bening dan kental Nyeri kepala Post nasal dripFoto polos sinus paranasal bermakna diagnostikKaries dentis pada molar atas sinistra diduga sebagai asal infeksi

  • DIAGNOSA BANDINGA, Sinusitis jamurDasar yang mendukung:Sinusitis unilateralSering mengenai sinus maksilarisAdanya post nasal dripDasar yang tidak mendukung:Prediposisi:diabetes melitus, AIDS, pengguna steroid jangka panjang Sukar disembuhkan dengan antibiotik Mukosa berwarna biru-kehitaman Mukosa konka atau septum ada yang nekrotik Sekret hidung kental dengan bercak kehitaman

  • B, Tumor cavum nasi sinistraDasar yang mendukung:Hidung tersumbatDasar yang tidak mendukungTidak ada mimisanPada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya massa tumor pada cavum nasiPada foto sinus paranasal tidak ditemukan adanya tumor

  • RENCANA PENATALAKSANAANMedikamentosa Ambroxol syrup 2x1 Cth/hariLoratadine 5 mg 2x1 /hariPseudoefedrine 60 mg 2x1 /hariAsam mefenamat 500 mg 3x1 /hariCiprofloxacin cap 500 mg 2x1/hariNon medikamentosaKonsumsi obat secara teratur Memakan makanan bergizi Menjaga daya tahan tubuh

    Rencana Pemeriksaan CT-Scan Sinus Paranasal

  • PROGNOSISAd vitam: ad bonam Ad fungsionam: ad bonamAd sanasionam: ad bonam

  • TNJAUAN PUSTAKA

  • PENDAHULUANSinusitis adalah radang selaput permukaan sinus paranasal, sesuai dengan rongga yang terkena sinusitis dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis.Sinusitis mewakili salah satu dari penyakit yang paling sering yang membutuhkan pengobatan dengan antibiotika pada populasi dewasa. Tantangan bagi para klinisi dalam mengevaluasi pasien dengan kemungkinan sinusitis adalah untuk mencoba membedakan infeksi virus saluran nafas atas atau rinitis alergika, yang tidak membutuhkan pengobatan dengan antibiotika, dengan sinusitis kronis atau akut yang memberikan respon dengan pengobatan dengan antibiotika.

  • Anatomi Hidung

  • Anatomi Sinus Paranasal

  • SINUSITISSinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasalSinus paranasal yang sering terkena ialah sinus ethmoid dan maksila, sedangkan sinus frontal lebih jarang dan sinus sfenoid lebih jarang lagi. Sinus maksila disebut juga antrum Highmore, letaknya dekat akar gigi rahang atas, maka infeksi gigi mudah menyebar ke sinus, disebut sinusitis dentogen.

  • ETIOLOGIPenurunan patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran klirens mukosiliar di dalam kompleks osteo-meatalISPA akibat virus, rhinitis alergipolip hidungdeviasi septumhipertrofi konkainfeksi tonsilinfeksi gigikelainan imunologikdiskinesia silia seperti pada sindroma Kartegener

  • PATOGENESISEdema di sekitar KOM sumbatan oleh mukosa silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat tekanan negatif di dalam rongga sinus transudasi (serous)* sekret yang terkumpul media tumbuhnya bakteri** Sekret purulen

  • PATOGENESIS

  • MANIFESTASI KLINISKeluhan nyeri atau rasa tekanan di daerah sinus yang terkena merupakan ciri khas sinusitis akut, serta kadang-kadang nyeri juga terasa di tempat lain (referred pain). Nyeri pipi menandakan sinusitis maksila, nyeri di antara atau di belakang orbita menandakan sinusitis ethmoid, nyeri di dahi atau seluruh kepala menandakan sinusitis frontal. Pada sinusitis sfenoid, nyeri dirasakan di verteks, oksipital, belakang orbita, dan daerah mastoid. Pada sinusitis maksila kadang-kadang ada nyeri alih ke gigi dan telinga.Gejala lain adalah sakit kepala, hiposmia/anosmia, halitosis, post nasal drip yang menyebabkan batuk dan sesak napas pada anak.Keluhan sinusitis kronik tidak khas sehingga sulit didiagnosis. Kadang-kadang hanya 1 atau 2 gejala-gejala di bawah ini yaitu sakit kepala kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguan tenggorok, gangguan telinga akibat sumbatan kronik muara tuba eustachius, gangguan ke paru seperti bronkhitis (sino-bronkhitis), bronkhiektasis dan yang penting adalah serangan asma yang meningkat dan sulit diobati. Pada anak, mukopus yang tertelan dapat menyebabkan gastroenteritis.

  • DIAGNOSISDiagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjangAnamnesisDidapatkan adanya keluhan-keluhan nafas yang bau, hidung tersumbat, nyeri kepala, nyeri pipi atau dahi, rasa tertelan cairan, batuk, kurang penciuman.Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik dengan rhinoskopi anterior, dan posterior, pemeriksaan naso-endoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini. Tanda khas ialah adanya pus di meatus medius (pada sinusitis maksila dan ethmoid anterior dan frontal) atau di meatus superior (pada sinusitis ethmoidalis posterior dan sfenoid). Pada rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemis. Pada anak sering ada pembengkakan dan kemerahan pada kantus medius.Pemeriksaan penunjangFoto polos, Ct-Scan, Transluminasi, Mikrobiologi, Sinuskopi

  • 1.Kriteria Mayor :Sekret nasal yang purulenDrenase faring yang purulenPurulent Post NasaldripBatukFoto rontgen (Watersradiograph atau air fluid level) : Penebalan lebih 50% dari antrumCoronal CT Scan : Penebalan atau opaksifikasi dari mukosa sinus 2.Kriteria Minor :Sakit kepala-Edem periorbitalNyeri di wajah -Sakit gigiNyeri telinga Sakit tenggorok -Nafas berbauBersin-bersin bertambah sering-DemamTes sitologi nasal (smear) : neutrofil dan bakteriUltrasound

    Kemungkinan terjadinya sinusitis jika :Gejala dan tanda : 2 mayor, 1 mayor dan 2 kriteria minor

  • TerapiAntibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut bakterial, untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan mukosa serta membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksisilin. Jika diperkirakan kuman telah resisten atau memproduksi beta-laktamase, maka dapat diberikan amoksisilin-klavulanat atau jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada sinusitis antibiotik diberikan selama 10-14 hari walaupun gejala klinik sudah menghilang. Pada sinusitis kronik diberikan antibiotik yang sesuai untuk kuman gram negatif dan anaerob.Selain dekongestan oral dan topikal, terapi lain dapat diberikan jika diperlukan, seperti analgetik, mukolitik, steroid oral/topikal, pencucian rongga hidung dengan NaClPada sinusitis kronik diberikan antibiotik yang sesuai untuk kuman gram negatif dan anaerob.Tindakan operasi

  • KomplikasiKomplikasi orbita : edema palpebra, selulitis orbita, abses periosteal, abses orbitaKomplikasi intrakranial : meningitis, abses ekstradural/subdural, abses otak dan trombosis sinus kavernosus.OsteomyelitisAbses periostealKomplikasi pada paru : bronkiektasis, bronkitis

  • Analisa KasusDx : Sinusitis Maksilaris Sinistra

    Teori Laporan kasus Gejala mayor pada sinusitis adalah adanya sakit di wajah, hidung tersumbat, post nasal drip, gangguan penciuman, dan demamPada pasien tedapat adanya sakit diwajah, hidung tersumbat, post nasal drip dan gangguan penciuman.Gejala minor dari sinusitis adalah batuk, lendir di tenggorokan, nyeri kepala, nyeri geraham dan bau mulut.Pada pasien ditemukan adanya sakit kepala, nafas terasa bau.Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya nyeri tekan pada sinus paranasal, sekret pada meatus mediusPada pasien ditemukan adanya nyeri tekan pada sinus maksilaris sinistra, sekret kental berwarna bening pada meatus medius dan inferiorPada foto polos sinus paranasal ditemukan adanya perselubungan homogen pada rongga sinus, penebalan dinding mukosa sinus, dan dapat di jumpai adanya air-fluid levelPada foto polos pasien ditemukan adanya perselubungan homogen pada rongga sinus maksilaris sinistra

  • REFERENSIMangunkusumo, Endang dan Damajanti Soetjipto. 2007. Sinusitis dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 150-3.Mangunkusumo, Endang dan Retno S. Wardani. 2007. Polip Hidung dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 123-5.Adams GL,Boeis LR, Higler PA. Buku Ajar Penyakit THT BOEIS Edisi keenam:Anatomi dan Fisiologi Telinga.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.1997.p; 30-38.Braunwald, Eugene et al. 2009. Harrisons Principles of Internal Medicine. Edisi 17. Amerika Serikat: McGraw-Hill.

    Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari: tulang hidung (os nasalis), prosesus frontalis os maksila dan prosesus nasalis os frontal Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu: sepasang kartilago nasalis lateralis superior, sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (kartilago alar mayor), beberapa pasang kartilago alar minor dan tepi anterior kartilago septum.Pada dinding lateral terdapat: 4 buah konka - konka inferior - konka media - konka superior - konka suprema (rudimenter) kartilago nasalis lateralis superior sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (kartilago alar mayor) beberapa pasang kartilago alar minor tepi anterior kartilago septum.

    *Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut meatus. Tergantung dari letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus inferior, medius dan superior. Meatus inferior terletak di antara konka inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung. Terdapat muara (ostium) duktus nasolakrimalis Meatus medius terletak di antara konka media dan dinding lateral rongga hidung. Terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan sinus etmoid anterior.Meatus superior yang merupakan ruang di antara konka superior dan konka media terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.

    *Sinus frontal kanan dan kiri, sinus ethmoid kanan dan kiri (anterior dan posterior), sinus maksila dan sinus kanan dan kiri (antrium highmore) dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Semua sinus ini dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan mukosa hidung, berisi udara dan semua bermuara di rongga hidung melalui ostium masing-masing.Fungsi sinus paranasalThermal insulatorsSebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)Peringan cranium membantu keseimbangan kepalaResonansi suara Sebagai peredam perubahan tekanan udaraMembantu produksi mukusSinus paranasal terbentuk pada fetus usia bulan III atau menjelang bulan IV dan tetap berkembang selama masa kanak-kanak, jadi tidak heran jika pada foto anak-anak belum ada sinus frontalis karena belum terbentuk.

    *Sinus paranasal terbentuk pada fetus usia bulan III atau menjelang bulan IV dan tetap berkembang selama masa kanak-kanak, jadi tidak heran jika pada foto anak-anak belum ada sinus frontalis karena belum terbentuk.

    Sinus frontal berkembang dari sinus ethmoidalis anterior pada anak yang berusia kurang lebih 8 tahun*Pada meatus medius yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka inferior rongga hidung terdapat suatu celah sempit yaitu hiatus semilunaris yakni muara dari sinus maksila, sinus frontalis dan ethmoid anterior.

    Pada Meatus superior yang merupakan ruang di antara konka superior dan konka media terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.

    **Pada anak, hipertrofi adenoid merupakan faktor penting penyebab sinusitis sehingga perlu dilakukan adenoidektomi untuk menghilangkan sumbatan dan menyembuhkan rhinosinusitisnya.

    Etiologi mikrobiologi:Streptococcus pneumoniaeHaemophylus influenzaeMoraxella catarrhalisM. catarrhalis* * Kondisi ini bisa dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan** kondisi di atas menetap

    Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada faktor predisposisi), inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi.**Pada rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemis. Pada anak sering ada pembengkakan dan kemerahan pada kantus medius.

    Foto polos posisi Waters, PA, lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus-sinus besar seperti sinus maksila dan frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan, air-fluid level, atau penebalan mukosa.

    CT-Scan sinus merupakan gold standard diagnosis sinusitis karena mampu menilai secara anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secara keseluruhan dan perluasannya.

    Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan ini sudah jarang dilakukan karena sangat terbatas kegunaannya.

    Sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksila melalui meatus inferior, dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maksila yang sebenarnya, selanjutnya dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi.

    *****Tujuan terapi sinusitis ialah mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi, dan mencegah perubahan menjadi kronis. Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di kompleks osteo-meatal sehingga drainase dan ventilasi sinus-sinus pulih secara alami.

    Indikasinya berupa: sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat, sinusitis kronik disertai kista atau kelainan yang ireversibel, polip ekstensif, adanya komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur.Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan operasi terkini untuk sinusitis kronik yang memerlukan operasi. Tindakan ini telah menggantikan hampir semua jenis bedah sinus terdahulu karena memberikan hasil yang lebih memuaskan dan tindakan lebih ringan dan tidak radikal

    Irigasi sinus maksila atau Proetz displacement juga merupakan terapi tambahan yang dapat bermanfaat.*Kelainan orbita, disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata, yaitu sinus ethmoid, kemudian frontal dan maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perikontinuitatum*