35
MINI CEX SEORANG ANAK DENGAN KEJANG DEMAM SIMPLEKS DAN STATUS GIZI BAIK Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak di RSUD dr.H.Soewondo, Kendal Disusun Oleh : Teguh Pambudi 01.209.6034 Pembimbing : Dr.Hj. Sri Mulyani, Sp.A, M.Kes

Case Report Kejang Demam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

casee

Citation preview

Page 1: Case Report Kejang Demam

MINI CEX

SEORANG ANAK DENGAN KEJANG DEMAM SIMPLEKS

DAN STATUS GIZI BAIK

Diajukan untuk

Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat Menempuh

Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak

di RSUD dr.H.Soewondo, Kendal

Disusun Oleh :

Teguh Pambudi

01.209.6034

Pembimbing :

Dr.Hj. Sri Mulyani, Sp.A, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2014

Page 2: Case Report Kejang Demam

BAB I

PENYAJIAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : An. A A

Umur : 1 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Perompakan Rt 02 Rw 05 Gemuh, Kendal

Agama : Islam

No. CM : 181282

Bangsal : Dahlia III

Tanggal Masuk : 12 Agustus 2014

Tanggal Keluar : -

IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah/umur : Tn. S/ 27 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Nama Ibu/umur : Ny. J / 24 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

B. DATA DASAR

1. Anamnesis ( Alloanamnesis)

Alloanamnesis dengan ayah dan ibu penderita pada tanggal 12 Agustus 2014 pukul

14.30 WIB

Keluhan Utama : Kejang

a. Riwayat Penyakit Sekarang :

2 hari anak panas, semakin panas jika malam, menggigil (-), batuk (-), pilek

(-), sesak (-), buang air kecil lancar, jumlah cukup, tidak menangis saat buang

1

Page 3: Case Report Kejang Demam

air kecil, buang air besar normal tidak mencret. Anak diberi obat penurun

panas, panas turun sebentar kemudian naik lagi.

± 2 jam yang lalu panas tinggi, kejang (+) 1x dirumah kejang terjadi

seluruh tubuh, lama kejang ±3 menit, sebelum kejang anak sadar, selama

kejang anak tidak sadar dan setelah kejang anak sadar, muntah (-), batuk (-),

pilek (-) kemudian anak dibawa ke IGD RSUD dr. H. Soewondo dan mendapat

penanganan dari dokter jaga dan perawat .

b. Riwayat Penyakit Dahulu

Penderita tidak pernah kejang seperti ini.

Riwayat kejang tanpa panas sebelumnya disangkal.

Riwayat trauma kepala disangkal.

Penyakit yang pernah diderita batuk , pilek dan mencret.

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini.

Riwayat kejang tanpa demam di keluarga tidak ada.

Keluarga saat ini tidak ada yang sakit.

d. Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita adalah anak pertama. Ayah penderita bekerja sebagai pegawai

swasta sedangkan ibu penderita bekerja sebagai buruh karyawan swasta. Pasien

tinggal bersama ayah, ibu. Penghasilan rata-rata per bulan kedua orang tua Rp.

1.000.000,00. Biaya pengobatan ditanggung sendiri.

Kesan sosial ekonomi : cukup.

e. Riwayat pemeliharaan prenatal :

Pemeriksaan kehamilan : ± 6x selama kehamilan di bidan.

Penyakit kehamilan : Disangkal

Perdarahan selama kehamilan : Disangkal

Obat yang diminum selama kehamilan : vitamin

Imunisasi selama kehamilan : 2x suntik TT

2

Page 4: Case Report Kejang Demam

f. Riwayat kelahiran

Persalinan : Lahir ditolong bidan

Jenis persalinan : Lahir spontan pervaginam

Usia dalam kandungan : 9 bulan

Berat badan lahir : 2400 gram

Panjang badan : tidak ingat

g. Riwayat Imunisasi

BCG : 1x umur 1 bulan

DPT : 3 x ( 2,4,6) bulan

Polio : 4 x (0,2,4,6) bulan

Hepatitis B : 3x umur (0,1,4) bulan

Campak : 1x umur 8 bulan

Kesan : Imunisasi dasar lengkap tepat bulan

i. Riwayat Gizi

Asi : Diberikan sejak lahir sampai sekarang.

Susu formula : Diberikan susu SGM.

Makanan : Pisang dan bubur sejak umur 9 bulan.

Status Gizi :

Berat Badan : 9 kg

Tinggi badan : 74 cm

Usia : 1 tahun

Status gizi menurut Z-score = nilai real – nilai median

(SD +1/SD-1)

SD +1 jika nilai real > nilai median

SD -1 jika nilai real < nilai median

WAZ (BB/U) = 9 – 10,2 = -1,09 SD (normal)

1,10

HAZ (TB/U) = 74 -76,1 = 0,8 SD (normal)

2,70

3

Page 5: Case Report Kejang Demam

WHZ (BB/TB) = 9 – 9,6 = 0,75 SD (normal)

0,8

Kesan : Status gizi baik

j. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan anak Pertumbuhan :

Berat badan lahir 2400 gram, panjang badan lahir tidak ingat, berat badan

sekarang 9 kg, panjang badan sekarang 72 cm,.

Perkembangan :

- tersenyum : usia 7 bulan

- miring : usia 5 bulan

- tengkurap : usia 5 bulan

- duduk dengan dibantu : usia 11 bulan

- merangkak : usia 9 bulan

- berjalan : usia 1 tahun

Kesan : Perkembangan sesuai umur.

2. Pemeriksaan Fisik

Tanggal 12 Agustus pukul 14.30 WIB (di bangsal Dahlia III)

Status Present :

Jenis kelamin : Laki-laki

Usia : 1 tahun

Berat badan : 9 kg

Panjang badan : 72 cm

Tanda vital :

Nadi : 108 x per menit, reguler, isi dan tegangan cukup.

Suhu : 40 ºC / axila

Frekwensi nafas : 52 x per menit

Kesadaran : kompos Mentis

Keadaan umum : Rewel, kejang (-)

Kepala : Mesosephal.

Ubun-ubun besar belum menutup

Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut.

4

Page 6: Case Report Kejang Demam

Mata : Conjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),

pupil isokor 3 mm, reflek cahaya +N/+N, reflek kornea +N/+N.

Telinga : ukuran sedang, discharge -/-, tidak nyeri, tidak bengkak.

Hidung : simetris, nafas cuping ( - ), sekret -/-

Mulut : bibir kering ( - ), sianosis ( - ), karies ( - )

Tenggorok :T1-1 Hiperemis-/-, faring hiperemis-/-,

Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada kaku

kuduk.

Dada :

Inspeksi : Simetris statis dinamis, tidak ada retraksi.

Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri.

Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru.

Auskultasi : Suara dasar vesikuler

Suara tambahan: wheezing -/-, ronkhi -/-, hantaran -/-.

Jantung :

Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga IV, linea medioclavikula sinistra,

tidak kuat angkat, tidak melebar.

Perkusi : Redup

Batas atas : ICS II linea parasternal kiri

Pinggang : ICS III linea parasternal kiri

Batas kiri bawah : ICS IV linea midclavicularis kiri

Batas kanan : ICS IV linea sternalis kanan

Auskultasi : Suara jantung I dan II normal, gallop (-), bising (-).

M1>M2, A1<A2, P1<P2

Suara tambahan : (-)

5

Page 7: Case Report Kejang Demam

Abdomen :

Inspeksi : datar, venektasi tidak ada

Palpasi : supel, lemas, tidak nyeri tekan, turgor cukup, hepar/lien tak

teraba.

Perkusi : tympani, pekak sisi normal, pekak alih

Auskultasi : peristaltik normal.

Ekstremitas : superior inferior

Sianosis - / - - / -

Akral dingin - / - - / -

Oedema - / - - / -

Capillary refill <2” <2”

Reflek fisiologis +N/+N +N/+N

Reflek patologis - / - - / -

Gerak + / + + / +

Tonus N/N N/N

Klonus -/-

Rangsang meningeal :

Defisit neurologis :

Genital : Penis dan skrotum, dalam batas normal

3. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan darah rutin

Leukosit : 13.900 / mm³

Eritrosit : 4,45 juta / mmk³

Hb : 11,9 g/dl

Ht : 36,7%

Trombosit : 377.000 / mm³

Kesan : Leukositosis

Widal O : ( - )

H : ( - )

PA : ( - )

6

Page 8: Case Report Kejang Demam

C. DIAGNOSA BANDING

1. Observasi kejang

Intracranial

Infeksi

Meningoensephalitis

Meningitis

Ensephalitis

Non infeksi

Tumor

Trauma

Perdarahan

Ekstracranial

Kejang demam

Kejang Demam Simpeks

Kejang demam Kompleks

Epilepsi

Gangguan metabolik

intoksikasi

3. Status gizi

Status gizi kurang

Status gizi sedang

Status gizi baik

D. Diagnosa sementara

Kejang demam Simpleks

Status gizi baik

7

Page 9: Case Report Kejang Demam

E. PENATALAKSANAAN

a. Suportif

- O2: Nasal 2L/menit

- Infus RL 1237/51/12 tetes/menit

b. Medikamentosa

Diazepam oral 0,3 mg/Kb setiap 8 jam Apabila kejang Diazepam IV 0,3 –

0,5 mg selama 3-5 menit dengan kecepatan 1-2 mg/menit

- Injeksi Cefotaxim 3 x 300 mg i.v (test dulu)

P.o : Parasetamol syr 3 X ½ cth

c. Edukasi

Pada penderita kejang harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

- pakaian dibuka agar longgar

- posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung

- menjaga jalan nafas agar tetap

terbuka dan lega

- menurunkan panas dengan memberi

obat penurun panas dan kompres Hangat serta pemantauan tanda vital.

Penjelasan yang diberikan kepada ibu penderita adalah :

- Menjelaskan bahwa mungkin kejang

masih dapat terjadi pada anak

- -apabila anak panas, segera kompres

dan minumkan obat turun panas, karena panas dapat menyebabkan kejang

berulang.

- -bila anak kejang beri ganjal pada

mulut agar lidah tidak tergigit dan jangan diberikan makanan dan minuman

karena bahaya aspirasi

- Menjelaskan tentang penyakitnya,

pengobatan dan pencegahannya.

- Memberikan makanan yang cukup

baik nilai gizi maupun jumlahnya.

8

Page 10: Case Report Kejang Demam

- Menganjurkan supaya menjaga

kebersihan diri dan lingkungan untuk mencegah timbulnya penyakit terutama

penyakit infeksi.

E. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Cek elektrolit

2. Gula darah sewaktu

3. Pungsi lumbal

F. PROGNOSA

Qua ad vitam : ad bonam

Qua ad sanam : ad bonam

Qua ad fungsionam : ad bonam

9

Page 11: Case Report Kejang Demam

BAB IIPEMBAHASAN

A. KEJANG DEMAM

A.1. Definisi

Menurut konsensus penanganan kejang demam, kejang demam adalah

suatu bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di

atas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ektrakranium biasanya terjadi

pada anak umur 6 bulan-5 tahun.1

Faktor yang penting pada kejang demam ialah umur, genetik, prenatal dan

perinatal. Demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis

media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak

selalu timbul pada suhu yang tinggi kadang-kadang demam yang tidak begitu

tinggi sudah dapat menyebabkan kejang. Bila kejang telah terjadi pada demam

yang tidak tinggi, anak mempunyai resiko tinggi untuk berulangnya kejang.2,5

A.2 PatofisiologiPada keadaan demam kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan

oksigen akan meningkat 20%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran dan

dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion K+ maupun Na+ melalui membran sel neuron, dengan akibat terjadinya lepas

muatan listrik yang dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut

”neurotransmitter” dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda. Pada anak dengan ambang

kejang yang rendah kejang telah terjadi pada suhu 38C, sedangkan pada ambang kejang yang tinggi kejang baru terjadi pada

suhu 40C atau lebih. Dapat disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah

sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang.3

10

Page 12: Case Report Kejang Demam

Gangguan membran sel Gangguan keseimbangan ion Gangguan pompa Na - K

Depolarisasi

Potensial aksi

Pelepasan neurotransmiter

Di ujung akson

Reseptor GABA & As.Glutamat

Di pre sinap

Eksitasi > inhibisi

Depolarisasi post sinap Kejang

(Mekanisme terjadinya kejang)

A.3. Manifestasi klinis

Fukuyama membagi kejang demam menjadi 2 golongan yaitu :

1. Kejang demam simpleks

Kejang demam simpleks ialah kejang demam yang berlangsung singkat,

umumnya serangan akan berhenti sendiri dalam waktu kurang dari 10

menit, bangkitan kejang tonik atau tonik-klonik, tanpa gerakan fokal, tidak

berulang dalam waktu 24 jam, tidak ada gangguan atau abnormalitas pasca

kejang. Bila tidak memnuhi kriteria tersebut maka termasuk kejang

demam kompleks. Sebanyak 80-90% diantara seluruh kejang demam

merupakan kejang demam simpleks atau sederhana.8,9

Kejang demam simplek harus memenuhi semua kriteria berikut, yaitu :

11

Page 13: Case Report Kejang Demam

1. Di keluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi

2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun

3. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6 tahun

4. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit

5. Kejang tidak bersifat fokal

6. Tidak terdapat gangguan atau abnormalitas pasca kejang

7. Sebelumnya tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau abnormalitas

perkembangan

8. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat

Bila tidak memenuhi kriteria di atas, maka digolongkan ke dalam kejang demam

komplek.4

2. Kejang demam kompleks

Kejang dengan ciri (salah satu di bawah ini) :

a. Kejang lama > 15 menit

b. Kejang lokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang

parsial

c. Berulang atau lebih dari satu kali dalam 24 jam. 10

A.4. Gambaran klinis kejang demam

Kejang demam biasanya terjadi pada hari pertama panas, pada awal

penyakit infeksi yang akut. Kejang demam mungkin terjadi sebelum suhu

mencapai puncak atau setelah suhu mulai kembali menurun. Serangan kejang

biasanya berlangsung singkat, sifat kejang pada umumnya berupa kejang umum,

bilateral, klonik atau tonik – klonik. Sebagian kecil merupakan kejang fokal,

persentasi kejang demam fokal, antara 8% sampai 11%, sisanya merupakan

kejang umum.2,5

Lama kejang bervariasi antara beberapa menit sampai 30 menit. Frekwensi

kejang berkisar antara kurang dari 4 kali setahun sampai dengan lebih dari 2 kali

sehari.

Pada umumnya kejang berhenti sendiri, kemudian anak tidak memberikan

reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak

terbangun dan sadar kembali tanpa kelainan neurologis. Kejang demam kompleks

12

Page 14: Case Report Kejang Demam

dapat disertai dengan hemiparesis, kemudian dapat pula berkembang menjadi

status epileptikus.

Serangan kejang yang berulang sering terjadi pada anak dengan usia

kurang dari 1 tahun, terdapat kelainan neurologis sebelumnya, kejang berlangsung

lama atau fokal dan yang menunjukkan adanya paralisis Todd yang berlangsung

beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti

oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang berlangsung lama lebih sering

terjadi pada kejang demam pertama. Kejang berulang dalam 24 jam ditemukan

pada 16 % pasien. 2,5

A.5 Faktor Resiko Kejang Demam

Tiga faktor utama dalam etiologi kejang demam : demam, umur dan

predisposisi genetik. 5

a. Demam

Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda. Pada anak dengan

ambang kejang yang rendah, kejang sudah terjadi pada suhu 38C sedangkan pada

anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40C atau

lebih. Umumnya kejang timbul pada suhu di atas 39 – 39,5C. Kejang yang timbul

pada suhu rendah misalnya 38,5C mempunyai faktor predisposisi berupa

kelainan di susunan saraf pusat. Pada golongan ini bila terjadi kejang demam yang

berikutnya, makin lama, suhu tubuh pada saat kejang makin rendah. Suatu saat

kejang dapat timbul tanpa didahului oleh demam. Kebanyakan penelitian klinis

mendapatkan suhu tubuh 38,5C per rektum, sedangkan Lumbantobing

mendapatkan suhu per rektum 39C. Beberapa penyakit dan faktor lingkungan

yang memacu kenaikan suhu pada kejang demam antara lain : Otitis media, ISPA,

Gastroenterologi dan demam pasca imunisasi. Beberapa faktor lain diantaranya

toksin dalam infeksi, dehidrasi dan histamin. Peranan histamin pada kejang

demam disebutkan bahwa penurunan histamin pada saat demam ( berperan dalam

inhibisi kejang ) akan menaikkan iritabilitas neuron terhadap peningkatan suhu

sehingga lebih sensitif terhadap kejang. 4,5

b. Umur

13

Page 15: Case Report Kejang Demam

Kejang demam umumnya dijumpai pada bayi dan anak. Hal ini mungkin

karena tingkat kematangan otak. Perkembangan sel neuron sinaps dan mielinisasi

pada anak belum sempurna, kematangan ( maturasi ) korteks dipengaruhi oleh

mekanisme inhibisi sehingga usia anak lebih peka terhadap rangsang yang

memacu timbulnya kejang. Menurut Lumbantobing dari 297 penderita kejang

demam, 30% terjadi pada usia 6- 12 bulan, 28,6% pada usia 1-2 tahun.5

c. Predisposisi genetik.

Beberapa lokus genetik pada kejang demam sudah diidentifikasi misalnya

FEB1 pada kromosom 8q13-21, FEB2 pada kromoson 19q13,3 ,FEB3 pada

kromosom 2q23-24 , FEB4 pada kromosom 5q14-15 dan FEB5 pada kromosom

6q22-24. Penurunan umumnya secara otosom dominan dengan penetrasi tidak

lengkap. Hal ini dapat menerangkan mengapa kejang demam sering terjadi dalam

satu keluarga.

Menurut Hendarto kemungkinan sifat genetik yang diturunkan adalah

menurunkan ambang rangsang pada saat suhu tubuh naik.4

A.6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan, tapi dapat dikerjakan

untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab, seperti darah

perifer, elektrolit dan gula darah. Foto x-ray kepala dan neuro pencitraan

seperti Computerized Topografi (CT) atau Magnetic Resonance Imaging

(MRI) jarang dikerjakan, tidak rutin dan atas indikasi.

b. Pungsi Lumbal

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau

menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis

bakterialis adalah 0,6%-6,7%.

Pada bayi kecil sering manifestasi meningitis tidak jelas secara klinis, oleh

karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:

a. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan

b. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan

c. Bayi >18 bulan tidak rutin

14

Page 16: Case Report Kejang Demam

Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi

lumbal.

c. Elektroensefalografi

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi

berulang kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada

pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan.

Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam

yang tidak khas. Misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih

dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.

d. Pencitraan

Foto X-ray kepala dan neuropencitraan seperti CT atau MRI jarang sekali

dikerjakan, tidak rutin dan atas indikasi, seperti:

a. kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)

b. parese nervus VI

c. papiledema

A.7. Penatalaksanaan dan Terapi

Bagan Penghentian Kejang Demam

15

Page 17: Case Report Kejang Demam

KEJANG 1. Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB atau Berat Badan <10 kg : 5 mg Berat Badan >10 kg : 10 mg

KEJANG 2. Diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBBDiazepam rektal

(5 menit)

Di Rumah Sakit

KEJANGDiazepam IVKecepatan 0,5-1 mg/menit (3-5 menit)(depresi pernafasan dapat terjadi)

KEJANGFenitoin bolus IV 10-20 mg/kg BBKecepatan 0,5-1mg/KgBB/menit(pastikan ventilasi adekuat)

KEJANGTransfer ke ICU

Dalam penanggulangan kejang demam perlu diperhatikan 4 faktor, yaitu:

menghentikan kejang secepat mungkin, pengobatan penunjang, memberikan

rumatan, dan mencari serta mengobati penyebab. Tindakan pertama adalah

memotong kejang dan mencegah kejang berulang. Untuk memotong kejang, obat

pilihan utama diberikan diazepam rektal dengan dosis:

5 mg untuk anak usia < 3tahun dan 7,5 mg untuk anak > 3tahun, atau

5 mg untuk berat badan < 10 kg dan 10 mg untuk berat badan >10 kg

0,5-0,75 mg/kgBB/kali

Diazepam juga dapat diberikan iv sebanyak 0,3-0,5 mg/kgBB. Diberikan

perlahan-lahan, dengan kecepatan 1-2 mg permenit atau dalam waktu lebih dari 2

16

Page 18: Case Report Kejang Demam

menit, dengan dosis maksimal 20 mg. Diazepam dapat diberikan 2 kali dengan

jarak 5 menit bila anak masih kejang. Bila 2 kali dengan diazepam rektal masih

kejang dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila

kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis

awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50

mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, yaitu 12

jam setelah dosis awal.10 Pengobatan intermiten terdiri dari pemberian antipiretik

untuk menurunkan panas dan antikonvulsan untuk mencegah kejang.1 Antipiretik

yang digunakan yaitu paracetamol 10 mg/kgBB/kali Dan antikonvulsan yang

digunakan yaitu diazepam oral 0,3-0,5 mg/kg setiap 8 jam atau diazepam rektal

0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5oC.10

Pada pasien ini tidak diberikan diazepam karena pada saat pemberian

terapi pasien tidak sedang kejang. Diberikan Phenobarbital dalam bentuk

Luminal puyer 3x 15 mg dan untuk penurun panas Parasetamol syr 3 x ½ cth.

Pada anak ini tidak diberikan pengobatan rumat karena anak tidak mengalami

kejang berulang.

Kebutuhan cairan pada penderita kejang demam memerlukan koreksi

12,5% setiap kenaikan suhu 1 ْ C. Pada penderita ini kebutuhan cairan 24 jam

adalah 1237 cc. Infus RL 1237/51/12 tetes/menit, selanjutnya diturunkan secara

bertahap sesuai dengan kebutuhan cairan tubuh perhari setelah suhu tubuh turun.

Penderita ini perlu rawat inap agar dapat dilakukan pengawasan dan

pemeriksaan lebih lanjut guna menemukan etiologi dari kejang demam dan

mencegah kejang berulang.

Pada penderita kejang harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

- pakaian dibuka agar longgar

- posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung

- menjaga jalan nafas agar tetap

terbuka dan lega

- memberikan oksigenasi yang

adekuat

17

Page 19: Case Report Kejang Demam

- menurunkan panas dengan memberi

obat penurun panas dan kompres serta pemantauan tanda vital.

Penjelasan yang diberikan kepada ibu penderita adalah :

- Menjelaskan bahwa mungkin kejang masih dapat terjadi pada anak

- -apabila anak panas, segera kompres dan minumkan obat turun panas,

karena panas dapat menyebabkan kejang berulang.

- -bila anak kejang beri ganjal pada mulut agar lidah tidak tergigit dan

jangan diberikan makanan dan minuman karena bahaya aspirasi

- Menjelaskan tentang penyakitnya, pengobatan dan pencegahannya.

- Memberikan makanan yang cukup baik nilai gizi maupun jumlahnya.

- Menganjurkan supaya menjaga kebersihan diri dan lingkungan untuk

mencegah timbulnya penyakit terutama penyakit infeksi.

Pemberian obat rumatan

Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam

menurunkan resiko berulangnya kejang. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat

meskipun dapat menimbulkan hepatitis namun insidennya kecil.

Dosis asam valproat 15-40 mg/kgbb/hari dalam 2-3 dosis, fenobarbital 3-4

mg/kgbb/hari dalam 1-2 dosis.Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang

demam menunjukkan ciri sebagai berikut (salah satu) :

Kejang lama lebih dari 15 menit

Adanya kelainan neurologist yang nyata sebelum atau sesudah kejang,

misalnya hemiparesis,cerebral palsy, retardasi mental, hidrosephalus.

Kejang fokal.

Pengobatan rumat dipertimbangkan bila :

- Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.

- Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan.

- Kejang demam 4x atau lebih per tahun.

Lama pengobatan rumat

Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara

bertahap selama 1-2 bulan.10

A.8. Komplikasi

18

Page 20: Case Report Kejang Demam

Faktor resiko berulangnya kejang demam

Faktor resiko berulangnya kejang demam adalah :

- Riwayat kejang demam dalam keluarga

- Usia kurang dari 15 bulan

- Temperatur yang rendah saat kejang

- Cepat kejang setelah demam.

Bila seluruh faktor diatas ada, kemungkinan berulang 80% sedangkan bila

tidak terdapat faktor tersebut hanya 10%-15% kemungkinan berulang.

Kemungkinan berulang paling besar pada tahun pertama

Faktor resiko terjadinya epilepsi

Faktor resiko lain adalah terjadinya epilepsi dikemudian hari. Fakto resiko

menjadi epilepsi adalah :

- Kelainan neurologist atau perkembangan yang jelas sebelum kejang

demam pertama.

- Kejang domain kompleks.

- Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung.

Masing-masing faktor resiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi

sampai 4%-6% kombinasi dari faktor resiko tersebut meningkatkan kemungkinan

epilepsi menjadi 10%-49%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah

dengan pemberian obat rumat pada kejang demam. 10

B. Tonsilofaringitis Akut

Radang akut orofaring dapat berupa faringitis akut dan atau tonsillitis akut.

Penyakit ini banyak menyerang anak-anak. Tonsilofaringitis akut terutama

disebabkan oleh virus atau bakteri yang ikut dalam makanan, minuman atau udara

pernafasan.(3,6)

Gejalanya berupa rasa kering, sakit waktu menelan, sakit kepala, batuk, keluar

dahak, demam, lesu dan nafsu makan berkurang. Tanda yang bisa didapatkan

berupa tonsil membesar dan hiperemi, faring hiperemi dan terdapat vaskuler

injeksi, terkadang faring diliputi oleh eksudat. Otitis media bisa merupakan

komplikasi dari peradangan daerah tenggorok ini. Demam pada penderita

19

Page 21: Case Report Kejang Demam

tonsilofaringitis sendiri bisa menyebabkan kejang demam pada anak yang ambang

kejangnya terlampaui.(3,6)

C. DISKUSI

1. Meningoencephalitis

Menyingkirkan kasus ini pada meningoencephalitis terjadi defisit

neurologist, terdapat kaku kuduk, dan rangsang meningeal (+).

2. Gangguan metabolik

Menyingkirkan kasus ini dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan riwayat

penyakit yang mendukung misalnya sebelum kejang demam tidak

dihahului diare hebat.

3. Intoksikasi

Misal akibat obat konvulsan (Aminofilin, Antihistamin, Kortikosteroid

dll)

Tanda klinis : Terdapat kercunan makanan, obat atau bahan kimia sebelum

kejang.

Menyingkirkan tidak ada keracunan makanan, obat atau bahan kimia.

4. Kejang demam kompleks

Tanda klinis : kejang lamanya > dari 15 menit kejang lokal/ parsial satu

sisi atau kejang parsial, berulang atau lebih dari 1 satu kali dalam 24 jam.

Meyingkirkan : Kejang lebih dari 1 kali dalam 24 jam dan lebih dari 15

menit.

5. Kejang demam sederhana

Tanda klinis : lama kejang < dari 15 menit, tidak berulana dalam 24 jam,

bersifat umum.

Dalam kasus ini kejang kurang dari 15 menit, dan 1x dalam 24 jam,

bersifat umum.

D. PEMBAHASAN GIZI

20

Page 22: Case Report Kejang Demam

Penentuan gizi menurut Z-score, sesuai dengan berat badan si anak, dibagi menjadi :

BB/U TB/U BB/TB

≥2 SD Berat badan lebih Tinggi Gemuk

-2 s/d +2SD Normal Normal Normal

-3 s/d -2 SD Berat badan rendah Pendek Kurus

<-3 SD Berat badan sangat

rendah

Sangat pendek Sangat kurus

Pada penderita ini tidak terdapat tanda-tanda kekurangan energi protein dan menurut

NCHS pada kasus ini didapatkan status gizi baik.

BAB III

21

Page 23: Case Report Kejang Demam

RINGKASAN

Seorang anak laki-laki berumur 1 tahun dibawa orang tuanya ke RSUD Dr. H.

Soewondo Kendal dengan keluhan utama kejang. Dua hari pasien demam tinggi terus

menerus, demam tidak naik turun, tidak menggigil, diberi penurun panas demam turun

tapi kemudian demam naik lagi. 2 jam yang lalu panas tinggi, kejang (+) 2x,dirumah dan

diperjalanan menuju Rumah Sakit lama kejang ± 3 menit, sebelum kejang anak sadar,

selama kejang anak tidak sadar dan setelah kejang anak sadar, muntah (-), batuk (-), pilek

(-), kemudian anak dibawa ke IGD, riwayat kejang sewaktu demam sebelumnya

disangkal, riwayat kejang tanpa demam disangkal.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan anak sadar, rewel, tidak kejang. Secara umum

tanda vitalnya masih normal, tidak didapatkan tanda-tanda defisit neurologist.

Pemeriksaan tenggorok didapatkan kesan tonsilofaringitis akut. Konsul THT memberi

kesan tonsilofaringitis akut. Hasil laboratorium darah rutin menunjukkan adanya

leukositosis, dan angka yang lain dalam batas normal. Antropologi gizi menurut WHO-

NCHS menunjukkan status gizi baik.

Penderita didiagnosis sebagai kejang demam simpleks, dan Tonsilopharingitis

akut dengan status gizi baik. Selama perawatan penderita mendapat pengelolaan

keperawatan, medikamentosa, dietetik dan edukasi. Prognosis dari kejang demam

penderita ini adalah ad bonam, namun disarankan pada orang tua penderita untuk tetap

mengawasi adanya kejang berulang apalagi jika anak demam.

DAFTAR PUSTAKA

22

Page 24: Case Report Kejang Demam

1. Anonym. Pedoman Nasional Penatalaksanaan Kejang Demam, PIT IKA II,

Batam, Juli 2004

2. Soetomenggolo TS et al. Kejang Demam. Buku Ajar Neurologi Anak. Ikatan

Dokter Anak Indonesia. Jakarta : 1999

3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2.

Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 1985:847-54, 930-32

4. Lumbantobing SM. Kejang Demam (Febrile Convulsions). Jakarta : Balai

Penerbit FK UI. 1995: 1-45

5. Haslan RHA. Kejang Demam. Dalam : Ilmu Kesehatan Anak Nelson.Vol.3.Edisi

15. Jakarta EGC.1996:2059-60

6. Adams, G.L. Boies. Buku Ajar Penyakit THT . Ed.6. EGC. Jakarta, 1997

7. Daoud A. Febrile convulsion : review and update. Journal of Pediatric Neurology

2004;2(1):9-14

8. ILAE, Commision on epidemiology and prognosis epilepsia 1993 : 34 : 592.8

9. Widodo DP, Kejang demam dalam : pedoman nasional penatalaksanaan kejang

demam 2004 batam PIT IKA III, 14 Juli 2000

10. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Konsensus

Penanganan Kejang Demam, Jakarta, 2005

23