Case Obgyn

Embed Size (px)

Citation preview

PRESENTASI KASUS

PRESENTASI KASUS2014

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAJl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk Jakarta BaratSTATUS ILMU PENYAKIT KANDUNGANPresentasi Kasus : Kehamilan Ektopik TergangguSMF ILMU KEBIDANANRUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJANama Mahasiswa: RH. RafsanjaniTandaTangan:NIM: 11.2012.144Dokter Pembimbing: dr. Y. Kusnawara, Sp.OG

I. IDENTITAS

Nama : Ny. PUmur : 36 tahun Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pendidikan : SMAAlamat : Jl. Kampung Beling Asem RT 04/RW 09, Jakarta Utara

Tanggal masuk RSUD KOJA : 14 September 2013

II. ANAMNESA Dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 02 Maret 2014 jam 12.00 WIB Keluhan utama :Keluar darah dari kemaluan sejak H-1 sebelum masuk Rumah SakitKeluhan tambahan :Nyeri perut mendadakRiwayat kehamilan sekarang : Pasien G1P0A0 hamil 6 minggu datang dengan dengan keluhan keluar darah dari kemaluan. Pendarahan dirasa pasien saat sebelumnya pasien mengalami nyeri yang mendadak pada perutnya, pada saat itulah pasien mengalami pendarahan pada kemaluannya. Darah yang keluar berwarna merah kehitamanan, cair, tidak menggumpal. Pasien juga mengalami nyeri perut hebat seperti dipukul-dipukul. Pasien sempat pingsan dan akhirnya dibawa ke RSUD Koja.Riwayat kehamilan dahulu : Pasien belum pernah hamil sebelumnya, dan tidak pernah keguguran.Riwayat haid :Menarche 16 tahun dan menstruasi pasien teratur, lamanya 7 hari. Hari pertama haid terakhir 20/1/2014.Riwayat penyakit dahulu : Diabetes (-), infeksi saluran kencing (-), penyakit menular seksual (-). Riwayat penyakit keluarga : -Riwayat perkawinan : Menikah 1 kali. Riwayat kontrasepsi :-

III. PEMERIKSAAN FISIK Status generalis : Tinggi badan : 160 cmBerat badan : 56 kgKeadaan umum : Tampak sakit berat Kesadaran : Compos mentisTekanan darah : 90/60 mmHgNadi : 88x/menitSuhu : 36,3 ocPernapasan : 22x/menit Kepala : NormocephaliMata : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-Leher : Tidak tampak pembesaran KGB maupun Tiroid Jantung : Bunyi jantung I & II reguler, murmur (-), gallop (-)Paru : Suara napas vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)Abdomen :Datar, simetris, nyeri tekan (+), nyeri lepas (+), nyeri ketuk (+), defans muscular (+).Extremitas : Superior : akral hangat dan tidak ada edema keduanya Inferior : akral hangat dan tidak ada edema keduanya Status obstetrik : Pemeriksaan luar Inspeksi Wajah: Chloasma gravidarum (-)Payudara: Pembesara payudara (-), puting susu tidak menonjol, cairan dari mammae (-)Abdomen : TFU = tidak terabaLinea nigra (-), strie livide (-), strie albicans (-), bekas operasi (-)

Palpasi : Tidak teraba pembesaran uterus. Terdapat nyeri tekan pada seluruh regio abdomen

Pemeriksaan DalamVaginal ToucherVT :Fluor (-)v/v = tak ada kelainanportio : nyeri goyang (+) Inspekulo :Tidak dilakukan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tanggal 01/03/2014 Test pack (+) USG : Tampak Uterus antefleksio, besar biasa, endometrium tebal.Tampak masa cairan bebas tak jelas batasnya kanan kiri belakang uterus.Kesan : Suspek KET Hasil laboratorium :

01/03/2014 pk 14.0001/03/2014 pk 21.01

Hemoglobin8.3 g/dl7.1 g/dl

Leukosit12.600/l13.400/ l

Hematokrit25%22%

Trombosit370.000/ l334.000/ l

V. RESUMEPasien G1P0A0 hamil 6 minggu datang dengan dengan keluhan keluar darah dari kemaluan. Pendarahan dirasa pasien saat sebelumnya pasien mengalami nyeri yang mendadak pada perutnya. Darah yang keluar berwarna merah kehitamanan, cair, tidak menggumpal. Pasien juga mengalami nyeri perut hebat seperti dipukul-dipukul. Pasien mengalami pingsan (+). Pasien belum pernah hamil dan keguguran. Menarche 16 tahun. HPHT 20/01/2014Pada pemeriksaan fisik didapatkanTD: 90/60 mmHgS: 36,30C N: 88x/menit RR: 22x/menit Mata: CA +/+ SI -/- Abdomen: datar, simetris, BU (+), nyeri tekan (+), nyeri lepas (+), nyeri ketuk (+), defence muskular (+).TFU = tidak teraba Extremitas : edem -/-, sianosis -/-, akral hangatPada pemeriksaan dalam vaginal toucher didapatkan nyeri goyang porsio.Pada pemeriksaan penunjang test pack (+), hasil lab Hb 8,3g/dl, leukosit 12.600/uL, Ht 25%, trombosit 370.000/uL. Hasil USG abdomen kesan suspect KET.

VI. DIAGNOSA Ibu: G1P0A0 hamil 6 minggu dengan suspek KET

VII. PENATALAKSANAAN Diagnostik : Observasi tanda-tanda vital, kesadaran dan keadaan umum Cek lab Haemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit. Cek serum -hCGTerapi : 2 line IVFD Ringer Laktat 500 cc 20 tpm Ketoprofen suppositoriaTindakan : SalpingektomiPendidikan : Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai keadaan pasien. Menjelaskan kepada pasien tentang komplikasi yang dapat terjadi jika tidak dilakukan tindakan pembedahan. Menjelaskan kepada pasien tentang pengobatan dan tindakan yang dilakukan beserta resikonya.

VIII. PROGNOSIS Ibu :dubia ad malam Janin :malamTanggal 02 Maret 2014 jam 02.30 WIBDilakukan operasi Salpingektomi DextraDiagnosa pre op : G1P0Ao hamil 6 minggu dengan suspek KETLaporan operasi : Insisi pfannenstiel Kavum abdomen dibuka, keluar darah dan bekuan darah 150cc. Pada eksplorasi tampak uterus dalam batas normal. Tampak adneksa kanan ruptur tuba graviditas dextra pars ampularis. Tampak adneksa kiri dalam batas normal. Diputuskan dilakukan Salpingektomi dextra. Bersihkan rongga abdomen dari bekuan darah + cuci dengan RL. Jahit dinding abdomen lapis demi lapis. Tindakan selesai.Diagnosa post op : G1P0Ao hamil 6 minggu dengan KETFollow up post operasi (ICU) : Keadaan umum: Tampak sakit sedang Kesadaran : CM Tekanan Darah: 100/70 mmHg Frekuensi Nadi: 82x/menit Frekuensi pernapasan: 21x/menitPengobatan post operasi : Injeksi Oxtercid 2x1 gr Injeksi cefuroxime 1 gr Fetik supp 3x1 Infus Aminofluid 26 tetes/menit Transfusi PRC 500cc sampai dengan Hb 10

IX. FOLLOW-UP POST OP01/03/2014 pk 14.00

Hemoglobin6.0 g/dl

Leukosit12.000/l

Hematokrit19%

Trombosit258.000/l

Tanggal 02/03/2014S :Nyeri pada luka operasi (+), konjungtiva anemis (+), lemas (+)O :KU : BaikTD : 90/70 mmHgS: 36.50CKes : CMN : 81x /menitRR : 20x /menitA :Post Salpingektomi Dextra

Tanggal 03/03/2014S :Nyeri luka operasi (+), konjungtiva anemis (+), BAK (+), BAB (-), kentut (+)O :KU : BaikTD : 110/70 mmHgS: 36.60CKes : CMN : 82x /menitRR : 20x /menitA :Post Salpingektomi Dextra H+1

Tanggal 04/03/2014S :Nyeri luka operasi berkurang, konjungtiva anemis (+), BAK (+), BAB (-)O :KU : BaikTD : 110/70 mmHgS: 36.60CKes : CMN : 82x /menitRR : 20x /menitA :Post Salpingektomi Dextra H+2

Tanggal 05/03/2014S :Nyeri luka operasi (-), konjungtiva anemis (+), BAK (+), BAB (+)O :KU : BaikTD : 120/80 mmHgS: 36.50CKes : CMN : 72x /menitRR : 20x /menitA :Post Salpingektomi Dextra H+3TINJAUAN PUSTAKAKEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

A. Kehamilan NormalPada kehamilan normal, telur yang sudah dibuahi akan melalui tuba falopi menuju ke uterus. Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Dalam 3 hari terbentuk kelompok sel yang sama besarnya dan disebut stadium morula. Dalam ukuran yang sama ini hasil konsepsi disalurkan terus ke pars ismika dan pars interstitialis tuba (bagian-bagian tuba yang sempit) dan terus ke arah kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba. Dalam kavum uteri, hasil konsepsi mencapai stadium blastula. Blastula dilindungi oleh simpai yang disebut trofoblas, yang mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan. Ketika blastula mencapai rongga rahim, jaringan endometrium dalam keadaan sekresi. Jaringan endometrium ini banyak mengandung sel-sel desidua.1Blastula dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner-cell mass) akan masuk ke dalam desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan menutup lagi. Pada saat nidasi terkadang terjadi sedikit perdarahan akibat luka desidua (tanda Hartman). Nidasi terjadi pada dinding depan atau belakang uterus (korpus), dekat pada fundus uteri. Blastula yang berimplantasi pada rahim akan mulai tumbuh menjadi janin.1

Pada kehamilan ektopik, telur yang sudah dibuahi berimplantasi dan tumbuh di tempat yang tidak semestinya. Kehamilan ektopik paling sering terjadi di daerah tuba falopi (98%), meskipun begitu kehamilan ektopik juga dapat terjadi di ovarium, rongga abdomen, atau serviks.3

Gambar 1. Proses implantasi normal di endometrium uterus

B. DEFINISIKehamilan ektopik terganggu (KET) ialah kehamilan yang terjadi di luar endometrium cavum uteri (implantasi hasil konsepsi tidak pada tempat normalnya). Ovum yang telah dibuahi (blastosit) secara normal akan melakukan implantasi pada lapisan endometrium di dalam kavum uteri. KET terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri.1-3Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba falopii. Bentuk lain dari kehamlan ektopik yaitu kehamilan servikal, kehamilan ovarial, dan kehamilan abdominal. 1-3Gambar 2. Lokasi KE

C. EPIDEMIOLOGIKehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui, karena biasanya penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas, kehamilan ektopik baru memberikan gejala bila kehamilan tersebut terganggu. Sehingga insidens kehamilan ektopik yang sesungguhnya sulit ditetapkan. Meskipun secara kuantitatif mortalitas akibat KET berhasil ditekan, persentase insidens dan prevalensi KET cenderung meningkat dalam dua dekade ini. Dengan berkembangnya alat diagnostik canggih, semakin banyak kehamilan ektopik yang terdiagnosis sehingga semakin tinggi pula insidens dan prevalensinya.

Keberhasilan kontrasepsi pula meningkatkan persentase kehamilan ektopik, karena keberhasilan kontrasepsi hanya menurunkan angka terjadinya kehamilan uterin, bukan kehamilan ektopik, terutama IUD dan mungkin juga progestagen dosis rendah. Meningkatnya prevalensi infeksi tuba juga meningkatkan keterjadian kehamilan ektopik.Selain itu, perkembangan teknologi di bidang reproduksi, seperti fertilisasi in vitro, ikut berkontribusi terhadap peningkatan frekuensi kehamilan ektopik.

Kehamilan ektopik lebih sering di temukan pada wanita kulit hitam dari pada wanita kulit putih. Perbedaan ini diperkirakan karena peradangan pelvis lebih banyak ditemukan pada golongan wanita kulit hitam.Kehamilan ektopik banyak terdapat bersama dengan keadaan gizi buruk dan keadaan kesehatan yang rendah, maka insidennya lebih tinggi di Negara sedang berkembang dan pada masyarakat yang berstatus sosio-ekonomi rendah daripada di negara maju dan pada masyarakat yang berstatus sosio-ekonomi tinggi.

Di Amerika Serikat, kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 64 hingga 1 dari 241 kehamilan, kejadian ini dipengaruhi oleh faktor sosial, mungkin karena pada golongan pendapatan rendah lebih sering terdapat gonorrhoe karena kemungkinan berobat kurang.1,4

Peningkatan angka KET adalah disebabkan oleh :1. Meningkatnya prevalensi infeksi tuba akibat penularan seksual2. Diagnosis lebih dini dengan pemeriksaan gonadotropin korionik yang sensitif dan ultrasonografi transvaginal pada beberapa kasus terjadi resorpsi sebelum dilakukan diagnosis pada masa lalu.3. Popularitas kontrasepsi yang mencegah kehamilan intrauterine tetapi tidak untuk kehamilan ekstrauterine.4. Sterilisasi tuba yang gagal 5. Induksi aborsi yang diikuti dengan infeksi6. Meningkatnya penggunaan teknik reproduksi dengan bantuan.7. Bedah tuba, termasuk riwayat salpingotomi serta tuboplasti untuk kehamilan tuba.1,2

Gambar 3. Grafik peningkatan Angka KET

D. FAKTOR RISIKO1) Riwayat Penyakit TerdahuluRiwayat penyakit yang berhubungan dengan resiko kehamilan ektopik adalah infeksi, tumor yang mengganggu keutuhan saluran telur, dan keadaan infertil.

2) Riwayat Kehamilan JelekRiwayat kehamilan yang berhubungan dengan resiko kehamilan ektopik adalah kehamilan ektopik, induksi abortus berulang dan mola. Sekali pasien pernah mengalami kehamilan ektopik ia mempunyai kemungkinan 10 sampai 25% untuk terjadi lagi. Hanya 60% dari wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik menjadi hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0-14.6%. Sebagai konsekuensinya, beberapa pasien melaporkan kehamilan ektopik sebelumnya dan mengenal gejala-gejala sekarang yang serupa.

3) Riwayat infeksi pelvisKira-kira sepertiga sampai separuh dari pasien dengan kehamilan ektopik mempunyai riwayat infeksi pelvis sebelumnya. Calon ibu menderita infeksi akibat penyakit GO (gonorrhea) ataupun radang panggul. Hal inilah yang menyebabkan ibu yang menderita keputihan harus melakukan pemeriksaan untuk memastikan gejala yang di deritanya adalah tanda infeksi atau hanya keputihan yang bersifat fisiologis.

4) Riwayat kontrasepsiRiwayat kontrasepsi membantu dalam penilaian kemungkinan kehamilan ektopik. Pada kasus-kasus kegagalan kontrasepsi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral atau dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), rasio kehamilan ektopik dibandingkan dengan kehamilan intrauterin adalah lebih besar daripada wanita-wanita yang tidak menggunakan metode kontrasepsi. Kejadian kehamilan ektopik pada akseptor AKDR dilaporkan 12 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pemakai kondom. Diperkirakan terjadi 2 kehamilan ektopik per 1000 akseptor AKDR setiap tahun.Akseptor pil yang berisi hanya progesteron dilaporkan mempunyai insiden yang tinggi terhadap kehamilan ektopik apabila terjadi kehamilan selagi menjadi akseptor yaitu 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan insidennya yang biasa. Pada pemakai pil, 4-6% dari kehamilannya dilaporkan adalah ektopik, akan tetapi dilaporkan tidak terjadi perubahan insiden pada akseptor pil kombinasi.

5) Riwayat operasi tubaAdanya riwayat pembedahan tuba sebelumnya baik prosedur sterilisasi yang gagal maupun usaha untuk memperbaiki infertilitas tuba semakin umum sebagai faktor resiko terjadinya kehamilan ektopik.1,2,4,5

Distribusi Berdasarkan Lokasi KETBerdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik dapat dibagi menjadi 5 yaitu: Kehamilan tuba, meliputi > 95% yang terdiir atas: pars ampularis 70%, pars ismika 12%, pars fimbriae 11%, dan pars interstisialis 2-3%. Kehamilan ektopik lain (