31
STATUS PSIKIATRI I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. R Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 37 tahun Status Perkawinan: Sudah menikah, suami meninggal Suku Bangsa : Jawa Pendidikan : SMP Pekerjaan : Sudah tidak bekerja, pernah bekerja sebagai pelayan dan pengamen Agama : Islam Alamat : Kp Cemplang Baru II.RIWAYAT PSIKIATRIK (autoanamnesis) A. Keluhan utama: Telanjang-telanjang B. Keluhan tambahan: 1. Menciumi teman wanitanya 2. Mendengar suara-suara yang mengingatkan dia 3. Menganggap dirinya nabi yang dapat menyembuhkan orang 4. Pasien suka marah-marah secara tiba-tiba dan bicara tidak jelas C. Riwayat Gangguan Sekarang: 1

Case DS Skizoafektif

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aha

Citation preview

STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. R

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 37 tahun

Status Perkawinan: Sudah menikah, suami meninggal

Suku Bangsa : Jawa

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Sudah tidak bekerja, pernah bekerja sebagai pelayan dan pengamen

Agama : Islam

Alamat : Kp Cemplang Baru

II. RIWAYAT PSIKIATRIK (autoanamnesis)

A. Keluhan utama: Telanjang-telanjang

B. Keluhan tambahan:

1. Menciumi teman wanitanya

2. Mendengar suara-suara yang mengingatkan dia

3. Menganggap dirinya nabi yang dapat menyembuhkan orang

4. Pasien suka marah-marah secara tiba-tiba dan bicara tidak jelas

C. Riwayat Gangguan Sekarang:

Sebelas hari yang lalu pasien diantar petugas panti karena petugas panti melihat

pasien mulai suka telanjang dan marah-marah terhadap teman sepantinya. Saat

diwawancara pasien mengatakan bahwa dirinya melihat kolam renang sehingga pasien

segera melepas pakaiannya untuk berenang.

Selain itu, pasien juga mendengar suara-suara yang memperingatkan dia. Suara-

suara yang muncul menurut pasien seperti suara ibunya yang sudah tidak ada yang

memperingatkan dia akan suatu musibah. Pasien juga meyakini bahwa orang-orang

1

sekitarnya tidak mempercayai dirinya akan musibah tersebut. Suara-suara itu juga

memberi tahu pasien bahwa dia dapat menyembuhkan orang yang sakit. Selain itu pasien

juga suka menciumi teman-teman wanitanya. Pasien mengaku tidak ingat akan hal itu

dan merasa dikatakan lesbi jika berbicara berdua dengan teman wanitanya.

Pasien jadi sering marah-marah kepada orang di sekitarnya. Pasien marah-marah

jika dilarang melakukan sesuatu seperti merokok. Kata-kata yang dikeluarkan pasien

tidak jelas dan tidak menyambung. Semua ini dialami pasien setelah pasien tidak minum

obat secara rutin. Karena pasien merasa bosan minum obat yang tidak jelas sampai kapan

harus tetap meminum obat tersebut meskipun kadang-kadang gejala suara-suara tersebut

masih ada.

D. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Gangguan Psikiatrik

Pada tahun 2006 saat pasien berusia 29 tahun pasien pernah dirawat di

rumah sakit jiwa di Bogor. Menurut pasien, pasien dibawa ke rumah sakit jiwa

oleh adiknya karena pasien tidak mau makan, banyak bicara, dan kurang tidur

karena pasien tidak merasa mengantuk dan merasa tidak lelah beraktivitas terus..

Menurut pasien hal ini disebabkan karena suami pasien meninggalkannya dengan

banyak hutang. Pasien merasa lebih tenang setelah suaminya meninggalkannya

karena suaminya berbohong tentang penghasilannya dan sering membawa wanita

lain ke rumahnya. Pasien dirawat selama 3 bulan dan setelah itu pasien diijinkan

pulang. Pasien juga mendengar suara-suara yang menurut pasien seperti suara

ibunya yang mengingatkan akan terjadinya suatu musibah seperti tsunami di Aceh

dan memberitahukan bahwa ia dapat menyembuhkan orang sakit. Pasien juga

sering melihat sosok yang menurut pasien menyerupai nabi. Pasien juga melihat

sosok seperti nabi yang menghampirinya dan ia merasa setiap orang mempunyai

penglihatan khusus dalam dirinya.

Pada tahun 2007, usia 30 tahun, keluhan muncul kembali karena pasien

jarang minum obat karena pasien bekerja di pinggir jalan dan lupa membawa

obat. Pasien bekerja mengamen sembunyi-sembunyi dan yang mengetahui hanya

adiknya yang laki-laki. Kemudian pasien dirawat di rumah sakit jiwa di Bogor.

2

Pada tahun 2008, usia 31 tahun, gejala yang sama muncul kembali. Pasien

sering dibilang orang gila oleh orang-orang yang ditemuinya di jalan. Pasien

dirawat kembali dan diperbolehkan pulang.

Pada tahun 2012, usia 35 tahun pasien ditangkap satpol pp. Menurut

pasien, pasien tersasar dan tidak membawa ktp sehingga satpol pp membawanya

ke panti. Pasien juga mengaku sering melihat kolam renang sehingga pasien

sering telanjang di tempat umum. Semenjak itu pasien dibawa ke panti dan

tinggal di panti.

2. Riwayat Gangguan Medik

Riwayat gangguan medik tidak ditemukan.

3. Riwayat Penggunaan Zat

Pasien sering merokok namun tidak pernah menggunakan zat-zat psikoaktif

lainnya maupun alkohol.

Grafik Perjalanan Penyakit

2006 2007 2008 2012 2014

Onset 29 tahun 30 tahun 31 tahun 35 tahun 37 tahun

3

Stresor Pasien ditinggal oleh suaminya dan memiliki hutang

Pasien jarang minum obat

Pasien jarang minum obat dan sering dihina orang gila oleh orang sekitarnya

Pasien ditangkap satpol pp karena tersasar dan tidak membawa identitas

Pasien sudah merasa bosan minum obat dan minum tidak teratur.

Klinis - Pasien

banyak

bicara, tidak

merasa

mengantuk,

energi yang

meluap-luap

- Halusinasi

auditorik

dan visual

- Waham

kebesaran

- Pasien

banyak

bicara, tidak

merasa

mengantuk,

energi yang

meluap-luap

- Halusinasi

auditorik

dan visual

- Waham

kebesaran

- Pasien banyak

bicara, tidak

merasa

mengantuk,

energi yang

meluap-luap

- Halusinasi

auditorik dan

visual

- Waham

kebesaran

- Perilaku

banyak bicara,

tidak merasa

mengantuk,

energi yang

meluap-luap

- Halusinasi

auditorik dan

visual. Visual

ditambah

dengan

penglihatan

kolam renang.

- Waham

kebesaran

- Mood

hipertim

- Afek

terbatas

- Perilaku

banyak

bicara, tidak

merasa

mengantuk,

energi yang

meluap-luap

- Halusinasi

auditorik dan

visual

- Waham

kebesaran

Terapi Berobat ke RS

Berobat ke RS

Berobat ke RS Berobat ke RS - Scabimite sekali pakai- Loratadin 1x1- Asam salisilat +Fuson sekali pakai- Injeksi seftriaxon dosis tunggal- Frimania 200mg 2x11/2

4

- Hexymer 2mg 3x1- Risperidone 2mg 2x1- Clozapin 2,5mg 1x1

Efek

samping

- - - - -

Lama terapi

3 bulan 3 bulan 4 tahun(tidak rutin)

2 tahun (tidak rutin)

Saat ini

- Interaksi

sosial

- Perawatan

diri

- Fungsi

sosial

↓↓

↓↓

↓↓

↓↓

↓↓

↓↓

↓↓

↓↓

↓↓

↓↓↓

↓↓↓

↓↓↓

E. Riwayat Perkembangan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Riwayat kelahiran pasien tidak diketahui. Pasien tinggal bersama keluarganya.

2. Riwayat Masa Kanak Awal

Pasien tinggal bersama keluarganya. Riwayat perkembangan pasien di rumah

tidak diketahui.

3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan

Pasien memiliki banyak teman sebaya di sekolahnya. Pasien mengaku tidak

memilki masalah dengan temannya dan tidak pernah tidak naik kelas. Ayahnya

meninggal karena sakit dan pasien tinggal bersama ibunya.

4. Riwayat Masa Remaja

Pada saat 3 SMP ibu pasien meninggal karena sakit dan pasien tidak melanjutkan

ke SMA. Pasien memiliki banyak teman bermain. Selain di sekolah pasien juga

5

sering pergi berkumpul dengan teman sekampungnya. Pasien mulai mencoba

merokok karena diajak teman-temannya.

5. Riwayat Masa Dewasa

a. Riwayat Pendidikan

Pasien mengikuti jenjang pendidikan hingga SMP dan tuntas. Pasien tidak

pernah tinggal kelas sebelumnya. Pasien berhenti sekolah karena masalah

biaya dan memilih untuk mulai bekerja.

b. Riwayat Pekerjaan

Pasien pernah bekerja sebagai pelayan di sebuah cafe. Pasien bekerja sejak

tahun 1992 sampai tahun 2000. Kadang pasien juga bernyanyi di panggung

cafe. Setelah menikah pasien tidak bekerja lagi dan mulai mengamen sejak

ditinggal suami yaitu pada tahun 2005.

c. Riwayat Perkawinan / Berpacaran / Berpasangan

Pasien menikah tahun 2000 dan suaminya meninggal karena sakit pada tahun

2005. Pasien belum menikah atau berpacaran lagi semenjak 2005.

d. Riwayat Agama / Kehidupan Beragama

Pasien beragama Islam, tetapi jarang shalat dan pergi ke masjid.

e. Aktivitas Sosial

Pasien sering berinteraksi dengan teman sekolahnya. Pasien sering bepergian

bersama teman-temannya. Teman-temannya menyukai pasien.

f. Riwayat Pelanggaran Hukum

Pasien tidak pernah memiliki riwayat pelanggaran hukum sebelumnya.

g. Riwayat Militer

Pasien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan dan pembelajaran

mengenai militer.

F. Situasi Kehidupan Sekarang

Pasien tinggal di panti laras dan mengikuti aktivitas rutin di panti.

G. Riwayat Psikoseksual

6

Pasien pernah berhubungan seksual sebelumnya baik suami dan pasien menyukai lawan

jenis.

H. Riwayat Keluarga

I. Mimpi, Fantasi dan Nilai-nilai

Harapan pasien saat ini adalah ingin bisa sembuh dan kembali menjalani hidup normal

seperti orang pada umumnya.

III. STATUS MENTAL (Pemeriksaan tanggal 4 Desember 2014)

A. DESKRIPSI UMUM

1. Penampilan :

Wanita, usia 37 tahun, berpenampilan sesuai usia dengan higienitas dan perawatan

diri buruk. Penampilan rapi dan pakaian serasi menggunakan seragam RSKD Duren

Sawit.

2. Perilaku dan aktivitas psikomotor :

Pasien tampak tenang saat diwawancarai. Pasien melakukan kontak mata dengan

pewawancara.

3. Sikap terhadap pemeriksa :

Pasien bersikap kooperatif dan terbuka terhadap pemeriksa

B. MOOD DAN AFEK

Mood : Hipertim

Afek : Terbatas

Keserasian : Serasi

7

C. PEMBICARAAN

Pasien bicara spontan, artikulasi jelas, lancar, dan menjawab sesuai pertanyaan

D. GANGGUAN PERSEPSI

Ilusi : Tidak ditemukan

Halusinasi : Auditorik (mendengar suara yang memperingatkan dirinya)

Visual (melihat kolam renang dan nabi)

Depersonalisasi : Tidak ditemukan

Derealisasi : Tidak ditemukan

E. PIKIRAN

1. Proses pikir / bentuk pikiran: Koheren

2. Isi pikiran :

Preokupasi : Tidak ditemukan

Obsesi : Tidak ditemukan

Waham : Waham kebesaran (merasa dirinya nabi)

Ide bunuh diri : Tidak ditemukan

F. SENSORIUM DAN KOGNISI

1. Kesiagaan dan taraf kesadaran: Baik (compos mentis)

2. Orientasi:

Waktu : Tidak terganggu (pasien mengetahui hari dan tanggal saat wawancara)

Tempat : Tidak terganggu (pasien mengetahui sedang berada dimana)

Orang : Tidak terganggu(pasien dapat mengenali dokter muda)

3. Ingatan:

Jangka panjang : Tidak terganggu (pasien dapat mengingat masa kecilnya)

Jangka menengah: Tidak terganggu (pasien ingat kegiatan menari bersama di panti 3

bulan yang lalu)

Jangka pendek : Tidak terganggu (pasien ingat apa yang dilakukan dan apa yang

dimakan pada pagi hari)

8

Segera : Tidak terganggu (pasien ingat nama dokter muda yang sedang

berkunjung setelah berkenalan)

4. Konsentrasi dan perhatian:

Normal (pasien dapat menghitung 100 dikurang 7, menyebut 5 benda dari huruf k)

5. Kemampuan membaca dan menulis:

Tidak terganggu (pasien mampu menulis nama dan membaca huruf yang ditulis oleh

dokter muda)

6. Kemampuan visuospasial:

Tidak terganggu (pasien mampu menggambar jam dan menyalin gambar pentagon)

7. Pikiran abstrak:

Tidak terganggu (pasien mampu memahami peribahasa)

8. Inteligensi dan daya informasi:

Baik (pasien mampu berhitung, membaca, berbahasa)

G. PENGENDALIAN IMPULS

Pengendalian impuls tidak terganggu

H. DAYA NILAI DAN TILIKAN

Daya nilai sosial : tidak terganggu

Uji daya nilai sosial : tidak terganggu

Uji nilai realita : tidak terganggu

Tilikan 3 (pasien menyadari dirinya sakit namun menyalahkan faktor eksternal yaitu

suaminya yang tidak dapat membahagiakan)

I. TARAF DAPAT DIPERCAYA

Secara keseluruhan pembicaraan pasien dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A. Status internus

Keadaan Umum : tampak tenang

9

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Pernafasan : 16x/menit

Suhu : 36,00C

Tinggi badan : 157 cm

Berat badan : 59 kg

Kepala : normocephali

Mata :konjungitva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor

3mm/3mm, reflex cahaya langsung dan tidak langsung +/+.

Hidung : septum nasi di tengah, secret -/-

Mulut : mukosa oral basah

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thoraks Pulmo :

I : Simetris dalam keadaan statis maupun dinamis

P : Stem fremitus kanan = kiri

P : Sonor pada kedua lapangan paru

A : Suara nafas Vesikular +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Thoraks Cor :

I : Iktus cordis tidak nampak

P : Iktus cordis tidak teraba

P : Batas atas : ICS III

Batas kanan : Linea parasternal dextra

Batas kiri : Linea midklavikularis sinistra

A : Bunyi jantung 1 & 2 reguler, murmur -, gallop -

Abdomen :

I : Datar

A :BU 8 x/menit

P : Supel, nyeri tekan -, organomegali -

P : Timpani pada seluruh kuadran

10

Kulit : Turgor baik, pucat -, sianosis -, terdapat lesi kulit pada daerah

tangan dan kaki berupa skuama, erosi, ekskoriasi, likenifikasi

Ekstremitas : CRT <2s, akral hangat, edema -/-, tremor -/-

Motorik : Normotonus, koordinasi baik

Refleks : Refleks fisiologis +/+/+/+, refleks patologis -/-

Kelainan khusus : Skabies

B. Status neurologik

GCS : E4V5M6

Pemeriksaan saraf kranial : kesan dalam batas normal

Rangsang Meningeal : Tidak ada

Refleks : Fisiologis +/+/+/+

Patologis -/-

Motorik dan sensorik : Dalam batas normal

Otonom : Dalam batas normal

C. Test psikologik, neurologik, laboratorium sesuai indikasi

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi

Leukosit 9.8 ribu/mm3 3.6-11

Eritrosit 4.6 juta/mm3 4.4-5.9

Hemoglobin 13.4 g/dl 11.7-15.5

Hematokrit 42.1 % 35-47

MCV 89.4 Fl 80-100

MCH 28.5 Pg 26-34

MCHC 33.6 g/dl 32-36

Trombosit 350 ribu/mm3 150-400

11

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Anamnesis

Pasien wanita berusia 37 tahun dibawa ke RSKD Duren Sawit 11 hari yang lalu karena

petugas panti melihat pasien mulai telanjang-telanjang dan suka menciumi teman sesama

jenisnya. Pasien memiliki halusinasi visual, halusinasi auditorik. Pasien jadi banyak bicara,

waktu tidur berkurang, suka marah-marah kalau dilarang melakukan sesuatu seperti

merokok. Pasien juga suka marah-marah dan bicara tidak jelas. Semua ini dialami pasien

setelah pasien tidak minum obat secara rutin. Karena menurut pasien walaupun sudah minum

obat, gejala pasien masih tidak membaik. Keluhan ini pernah dialami pasien dari tahun 2006

saat pasien berusia 29 tahun dan berulang lagi pada tahun 2007, 2008, 2012 dan 2014. Pasien

mengatakan hal ini disebabkan karena ditinggal suami pasien dan hutang yang banyak akibat

suaminya.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik secara umum dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan.

Status Mental

Pada pemeriksaan status mental ditemukan:

Mood: hipertim ; Afek: terbatas ; Keserasian: serasi

Gangguan persepsi: halusinasi auditorik dan visual

Gangguan pikir : waham kebesaran

Tilikan: derajat 3.

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK

Pada pasien ditemukan sindrom atau pola perilaku atau psikologi yang bermakna secara klinis

yang menimbulkan penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan

aktivitas kehidupannya sehari-hari untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu

dapat disimpulkan bahwa adanya gangguan jiwa pada pasien yang sesuai dengan definisi

gangguan jiwa yang tercantum dalam PPDGJ III.

a) Diagnosis aksis I

F00-F09 : Pasien tidak memiliki gangguan mental yang disebabkan gangguan

organik. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit dan cedera/trauma pada otak

12

serta tidak ada penyakit sistemik. Tidak ada gangguan pada fungsi kognitif, daya

ingat, daya pikir, dan kesadaran atau perhatian. Oleh karena itu, pasien ini tidak

digolongkan ke dalam F00-F09.

F10-F19 : Pada anamnesis tidak didapatkan adanya riwayat penggunaan NAPZA

pada pasien, hanya saja pasien merupakan perokok tetapi tidak memenuhi kriteria

gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan nikotin. Oleh karena itu, pasien

ini tidak digolongkan ke dalam F10-F19

F20-F29 : Pasien memiliki gejala-gejala berikut

o Halusinasi auditorik : pasien mendengar suara-suara yang

memperingatkan dirinya akan suatu musibah.

o Halusinasi visual : pasien melihat kolam renang di jalan dan

melihat sosok seperti nabi

o Waham kebesaran : pasien meyakini dirinya adalah nabi yang

dapat menyembuhkan

o Gejala-gejala tersebut terjadi lebih dari 1 bulan

o Ada perubahan dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek

pribadi seperti hidup tak bertujuan.

o Disertai adanya gangguan afektif yang sama-sama menonjol pada

saat bersamaan

o Gangguan afek seperti aktivitas berlebihan, banyak bicara, dan

tidur kurang.

Memenuhi kriteria diagnosis F25.0 skizoafektif tipe manik karena :

o Memenuhi kriteria umum skizofrenia

o Afek meningkat secara menonjol ditambah dengan iritabilitas

o Skizoafektif tipe manik yang berulang

b) Diagnosis aksis II

Diagnosis sulit ditegakkan

c) Diagnosis aksis III

Skabies.

d) Diagnosis aksis IV

13

Pada aksis ini ditemukan masalah dengan primary support group (keluarga) dan

ekonomi. Ayah dan ibunya meninggalkannya sejak kecil dan keluarganya yang lain tidak

pernah berkunjung. Pasien juga memiliki masalah ekonomi karena ditinggal suaminya

dengan hutang.

e) Diagnosis aksis V

Highest GAF level past year : 55 (gejala sedang, disabilitas sedang)

Current GAF : 35 (beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan

komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi)

VII. EVALUASI MULTI AKSIAL

Aksis I : Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F.25.0)

Aksis II : Tidak dapat ditentukan

Aksis III : Skabies

Aksis IV : Masalah dukungan keluarga dan ekonomi

Aksis V : GAF current: 35

GAF highest level past year: 55

VIII. DAFTAR MASALAH

1. Organobiologik

Sakit kronis, berkelanjutan

2. Psikologik

Gejala psikotik

o Gejala (+) : halusinasi visual, halusinasi auditorik, waham kebesaran

Kepatuhan minum obat buruk

3. Lingkungan dan sosial

Keluarga : orang tua pasien sudah tidak ada dan tidak ada anggota keluarga lain

yang menjenguk

Masyarakat : pasien mengalami stigma dan diskriminasi

IX. PROGNOSIS

Quo ad Vitam : bonam

14

Quo ad Functionam : dubia ad malam

Quo ad Sanactionam : dubia ad malam

X. RENCANA PENATALAKSANAAN

1. Terapi Non Farmakologis

a. Memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyakitnya serta perjalanan

penyakitnya yang mengharuskan pasien minum obat terus-menerus

b. Memotivasi pasien untuk memahami manfaat minum obat secara rutin

c. Memperbaiki fungsi sosial pasien

2. Terapi Farmakologis

a. - Loratadin 10 mg 1x1 p.o

b. - Frimania 200mg 2x11/2 p.o

c. - Risperidone 2mg 2x1 p.o

XI. FOLLOW UP

Pantau gejala-gejala psikis yang ada

Pantau kemungkinan munculnya efek samping terutama gejala ekstrapiramidal

15

XII. DISKUSI

Gangguan skizoafektif memiliki gejala skizofrenia dan gangguan mood.

Gangguan tersebut harus terjadi secara bersamaan atau selang beberapa hari. Menurut

PPDGJ III kriteria diagnosis untuk skizoafektif sebagai berikut :

Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif

adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang

bersamaan, atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu

episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsukuensi dari ini,

episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode

manik atau depresif.

Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan

gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.

Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah

mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi

Paska-skizofrenia).

Beberapa pasien dapat mengalami episode psikotik berulang, baik berjenis

manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2).

Pasien lain mengalami satu atau 2 episode skizoafektif terselip di antara

episode manik atau depresif (F30-F33).

Kriteria diagnosis untuk gangguan skizoafektif tipe manik adalah:

Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang

tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode

skizoafektif tipe manik.

Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang

tidak begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan

yang memuncak.

Dalam episode yang sama harus ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi

dua, gejala skizofrenia yang khas (sesuai kriteria diagnosis untuk

skizofrenia)

16

. Pedoman diagnosis skizofrenia menurut PPDGJ III yaitu:

1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya 2 gejala

atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas)

a. – “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema

dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya

sama, namun kualitasnya berbeda; atau

- “thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar

masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar

oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

- “thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang

lain atau umum mengetahuinya;

b. – “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau

- “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau

- “delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” = secara jelas

merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau

penginderaan khusus)

- “delusional perception” = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

c. Halusinasi auditorik

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien, atau

- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (di antara

berbagai suara yang berbicara), atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh

d. Waham-waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di

17

atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau

berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

2. Atau paling sedikitnya dua gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas

a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan

(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama

berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus;

b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak

relevan, atau neologisme;

c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi

tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme,

dan stupor;

d. Gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan

respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya

kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

3. Adapun gejala-gejala tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu

bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).

4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna salam mutu keseluruhan

(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),

bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat

sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri

secara sosial.

Pasien mengalami gangguan persepsi yaitu berupa adanya halusinasi auditorik tipe

discussion dan visual. Persepsi adalah proses memindahkan stimulasi fisik menjadi

informasi psikologis; proses mental dimana stimulasi sensoris dibawa ke kesadaran.

Sedangkan, halusinasi merupakan persepsi sensoris yang palsu yang tidak berkaitan

18

dengan stimuli eksternal yang nyata; pengalaman perseptif yang terjadi tanpa stimulus

eksternal. Untuk dikatakan sebagai halusinasi, pasien harus dalam keadaan sensorium yang

jernih, tidak saat tertidur atau ketika bangun tidur. Terdapat berbagai jenis halusinasi yaitu

antara lain halusinasi dengar (auditorik), halusinasi visual, halusinasi cium (olfaktoris),

halusinasi kecap (gustatorik), dan halusinasi raba (taktil). Pada pasien terdapat gangguan

persepsi berupa halusinasi auditorik dan visual.

o Halusinasi auditorik adalah persepsi bunyi palsu, bisa dalam bentuk suara maupun

bunyi lain seperti musik. Hal ini terdapat pada pasien dimana ia dapat mendengar dan

berbincang dengan malaikat dan arwah yang mengikutinya dan memintanya untuk

menjaga anak yatim, menjaga saudara-saudarannya, dan mengingatkan bahwa kiamat

sudah dekat. Malaikat ini juga yang membisikkan kepada dirinya untuk memukul

kaca karena sebal dengan tetangga yang mabuk.

o Halusinasi visual adalah persepsi palsu tentang penglihatan yang berupa citra yang

berbentuk seperti orang maupun citra yang tidak berbentuk. Pasien melihat malaikat

dari langit dan arwah orang meninggal mengikutinya.

Pada pasien juga ditemukan gangguan isi pikir berupa waham, waham adalah

keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan eksternal,

tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latar belakang kultural, yang tidak dapat

dikoreksi dengan suatu alasan. Pada pasien, terdapat waham kebesaran.

Mood adalah suatu emosi yang meresap dan dipertahankan, yang dialami secara

subyektif dan dilaporkan oleh pasien dan terlihat oleh orang lain contohnya disforik,

eutimik, mood yang meninggi. Pada pasien ditemukan mood yang hipertimik. Mood yang

hipertimik adalah mood yang meningkat dan juga irritable. Sehingga dengan gejala yang

dialami pasien, Berdasarkan PPDGJ III, diagnosis pasien ini adalah F25.0 Skizoafektif

Tipe Manik.

19

Epidemiologi dan faktor resiko

Insidensi per tahun terjadinya skizoafektif kurang dari 1% yaitu berkisar 0,5-0,8%

per 10.000. Tipe depresif lebih sering terjadi pada pria dan tipe bipolar lebih sering

mengenai dewasa muda daripada orang tua. Rata- rata angka kejadian skizoafektif

umumnya lebih sering terjadi pada wanita, dan usianya lebih tua dibandingkan pria.

Penyebab skizoafektif masih belum diketahu secara pasti. Namun beberapa teori

menunjukkan pengaruh genetik sebagai faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya

skizoafektif. Skizoafektif memiliki kecenderungan untuk diturunkan. Keturunan dari

derajat pertama keluarga memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terkena Skizoafektif.

Tatalaksana

Antipsikotik diberikan pada pasien dengan skizoafektif. Walaupun demikian,

beberapa penelitian telah membuktikan bahwa intervensi psikososial seperti psikoterapi

dapat meningkatkan perbaikan klinis. Pasien skizoafektif akan mengalami perbaikan klinis

lebih baik jika diberikan terapi antipsikosis dan psikoterapi bersama-sama, ketimbang

hanya salah satu terapi saja.

Untuk skizoafektik tipe manik diperlukan pemberian mood stabilizer. Dapat pula

diberikan anti mania seperti lithium.

Perawatan di rumah sakit diindikasikan untuk kepentingan diagnosis,

menstabilisasi pasien, dan untuk keselamatan pasien bila terdapat gagasan bunuh diri, juga

bila terdapat gangguan perilaku termasuk ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas

dasar (makan, perawatan diri, berpakaian, dsb). Perawatan singkat di rumah sakit selama 4-

6 minggu sama efektifnya dengan perawatan jangka panjang.

Prinsip pengobatan pasien dengan skizoafektif ialah dengan pemberian obat-

obatan untuk mengurangi gejalanya (symtomps remissions) psikotiknya dan untuk mood

stabilizer pasien. Dapat digunakan obat-obat dari golongan antipsikotik dan benzodiazepin

contohnya; haloperidol, olanzapine, fluphenazine, risperidone, atau lorazepam. Umumnya

rute pemberian yang digunakan ialah intramuskular, terutama pada pasien agitasi efeknya

lebih cepat untuk menenangkan pasien. Fase pengobatan ini berlangsung kurang lebih

selama 4-8 minggu. Setelahnya dilanjutkan dengan fase stabilisasi dan pemeliharaan

(maintenance). Tujuan dari fase ini ialah untuk mencegah terjadinya kekambuhan dan

20

meningkatkan fungsi hidup mereka. Pada pasien ini diberikan anti psikotik atipikal yaitu

risperidone. Pemilihan anti psikotik atipikal karena hubungannya dengan efek samping

berupa gejala ekstrapiramidal yang lebih rendah. Antipsikosis atipikal bekerja dengan

memblokade dopamin pada reseptor D2 dan serotonin 5-HT-1A dan 5-HT-2A, histamin H1,

serta reseptor adrenergik α1 dan α2. Afinitasnya sangat rendah terhadap reseptor D2 dan

relatif lebih tinggi terhadap serotonin 5-HT-2A. Afinitasnya yang rendah terhadap kolinergik

muskarinik (sehingga kurangnya efek samping antikolinergik).

Pemberian antipsikotik memiliki efek samping yang juga harus diperhatikan.

Extrapyramidal symtomps (EPS) merupakan salah satu efek samping yang umum

ditemukan dan dapat menimbulkan gangguan kepada pasien dalam pengobatan dengan

antipsikosis. Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan penurunan dosis antipsikotik atau

ditambahkan obat anti-Parkinson contohnya trihexyphenidyl. Namun perlu diperhatikan

juga bahwa pemberian THP juga memiliki efek samping bila berlebih, diantaranya ialah

pandangan buram, mulut kering, konstipasi, dan terkadang gangguan memori. Oleh karena

itu penting untuk mem-follow-up pasien untuk mengetahui perkembangan gejalanya.

Pasien juga memiliki masalah “primary support group” (keluarga) oleh sebab itu

diperlukan terapi keluarga yang berdasarkan pada pendekatan psiko-edukasi yang meliputi

informasi mengenai gangguan, terapi, dan faktor apa saja yang mempengaruhi perjalan

penyakit.

Pada pasien ini diberikan mood stabilizer berupa lithium karbonat (Frimania).

Pemberian lithium ini mengurangi supersensitivits dopamin reseptor dengan meningkatkan

aktivitas kolinergik-muskarinik dan menghambat cyclic AMP. Efek lithium baru muncul 7-

10 hari. Harus diperhatikan efek samping dari lithium ini seperti mulut kering, haus, GI

distress, tremor halus. Dosis teurapeutiknya 0,8-1,2 mEq/L atau 2-3 x 500 mg/hari. Kadar

toksisnya di atas 1,5mEq/L.

Prognosis

Lebih dari 50% pasien memiliki prognosis yang kurang baik, dengan berulang

kali dirawat di rumah sakit, kekambuhan gejala, episode gangguan mood yang berat dan

percobaan bunuh diri. Namun demikian, tidak semua kasus memiliki prognosis yang sama.

Beberapa faktor dapat mempengaruhi prognosis sehingga menjadi lebih baik.

21

22